Makalah Post Partum

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998). Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998) HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E Dongoes, 2001). 1.2 Tujuan Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas sekaligus pengajaran kepada kami selaku mahasiswa sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan. 1.3 Metode Pengumpulan Data 1

Transcript of Makalah Post Partum

Page 1: Makalah Post Partum

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24

jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan

post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam

setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).

Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml

dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998) HPP biasanya

kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E

Dongoes, 2001).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu

tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas sekaligus pengajaran kepada kami

selaku mahasiswa sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan.

1.3 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data dalam pembuatan makalah ini yaitu

dengan penelusuran dari buku dan situs internet.

1

Page 2: Makalah Post Partum

1.4 Sistematika

Kata pengantar

Daftar isi

Bab I Pendahuluan

-Latar Belakang

-Tujuan

-Metode Pengumpulan Data

-Sistematika

2

Page 3: Makalah Post Partum

BAB II

PEMBAHASAN

2.I. Defenisi

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24

jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan

post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam

setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).

Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam

24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998) HPP biasanya kehilangan

darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E Dongoes, 2001).

Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

- Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir

- Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir

Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi

perdarahan post partum :

1. Menghentikan perdarahan.

2. Mencegah timbulnya syok.

3. Mengganti darah yang hilang.

Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan

penyebabnya :

1. Atoni uteri (50-60%).

2. Retensio plasenta (16-17%).

3. Sisa plasenta (23-24%).

4. Laserasi jalan lahir (4-5%).

5. Kelainan darah (0,5-0,8%).

3

Page 4: Makalah Post Partum

2.2. Etiologi

Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:

1. Atonia Uteri

2. Retensi Plasenta

3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban

- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)

- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)

4. Trauma jalan lahir

a. Episiotomi yang lebar

b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim

c. Rupture uteri

5. Penyakit darah

Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.

Tanda yang sering dijumpai :

- Perdarahan yang banyak.

- Solusio plasenta.

- Kematian janin yang lama dalam kandungan.

- Pre eklampsia dan eklampsia.

- Infeksi, hepatitis dan syok septik.

6. Hematoma

7. Inversi Uterus

8. Subinvolusi Uterus

Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan. Yaitu;

Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:

1. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.

2. Grande multipara (lebih dari empat anak).

3. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).

4. Bekas operasi Caesar.

4

Page 5: Makalah Post Partum

5. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.

Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:

1. Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi

vakum, forsep.

2. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar,

anak besar.

3. Uterus yang kelelahan, persalinan lama.

4. Uterus yang lembek akibat narkosa.

5. Inversi uteri primer dan sekunder.

2.3. Manifestasi Klinis

Gejala Klinis umum yang terjadic adalah kehilangan darah dalam

jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna

merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik,

tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.

Gejala Klinis berdasarkan penyebab:

a. Atonia Uteri:

Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan

perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)

Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut

nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)

b. Robekan jalan lahir

Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera

setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.

Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.

c. Retensio plasenta

Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan

segera, kontraksi uterus baik

5

Page 6: Makalah Post Partum

Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi

berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan

d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)

Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung

pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera.

Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi

fundus tidak berkurang.

e. Inversio uterus

Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa,

tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri

sedikit atau berat.

Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat

2.4. Patofisiologi

Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk

meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus

menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh

darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi

terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi

perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya

pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau

hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu

proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan

postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan

shock hemoragik.

Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir

adalah:

· Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).

1. Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi.

2. Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.

6

Page 7: Makalah Post Partum

3. Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi

yang lemah

tersebut menjadi kuat.

Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak).

1. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.

2. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-

menerus.

Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan.

3. Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus

mengeras tapi perdarahan tidak berkurang.

Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri

Perdarahan postpartum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian plasenta

dari rahim dan sebagian lagi belum; karena perlukaan pada jalan lahir atau karena

atonia uteri. Atoni uteri merupakan sebab terpenting perdarahan postpartum.

Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama; pembesaran

rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin

besar; persalinan yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri

juga dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan

mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim.

Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui. Tapi

bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah

kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada

perdarahan karena atonia uteri, rahim membesar dan lembek.

Terapi terbaik adalah pencegahan. Anemia pada kehamilan harus diobati

karena perdarahan yang normal pun dapat membahayakan seorang ibu yang telah

mengalami anemia. Bila sebelumnya pernah mengalami perdarahan postpartum,

persalinan berikutnya harus di rumah sakit. Pada persalinan yang lama diupayakan

agar jangan sampai terlalu lelah. Rahim jangan dipijat dan didorong ke bawah

sebelum plasenta lepas dari dinding rahim.

Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya

penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengangatasi akibat perdarahan.

7

Page 8: Makalah Post Partum

Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan

suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang

diharapkan dalam waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual pada rahim, bila

perlu dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa kedalam

rahim sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum ada

kemungkinann dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke

rahim atau pengangkatan rahim.

Adapun Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri : Umur, Paritas, Partus

lama dan partus terlantar, Obstetri operatif dan narkosa, Uterus terlalu regang dan

besar misalnya pada gemelli, hidramnion atau janin besar, Kelainan pada uterus

seperti mioma uterii, uterus couvelair pada solusio plasenta, Faktor sosio ekonomi

yaitu malnutrisi.

Perdarahan Pospartum akibat Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama 1

jam setelah bayi lahir.

Penyebab retensio plasenta :

1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh

lebih dalam.

Menurut tingkat perlekatannya :

a. Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua

endometrium lebih dalam.

b. Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus

desi dua endometrium sampai ke miometrium.

c. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium

sampai ke serosa.

d. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau

peritoneum dinding rahim.

2. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena

atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim

(akibatkesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta

keluar (plasenta inkarserata).

8

Page 9: Makalah Post Partum

Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila

sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan

indikasi untuk segera mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar

karena kandung kemih atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus

dikosongkan.

Perdarahan Postpartum akibat Subinvolusi

Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi,

dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab terumum perdarahan

pascapartum. Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak, sampai kira-

kira 4 hingga 6 minggu pascapartum. Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam

abdomen/ pelvis dari yang diperkirakan. Keluaran lokia seringkali gagal berubah

dari bentuk rubra ke bntuk serosa, lalu ke bentuk lokia alba. Lokia bisa tetap

dalam bentuk rubra, atau kembali ke bentuk rubra dalam beberapa hari

pacapartum. Lokia yang tetap bertahan dalam bentuk rubra selama lebih dari 2

minggu pascapatum sangatlah perlu dicurigai terjadi kasus subinvolusi. Jumlah

lokia bisa lebih banyak dari pada yang diperkirakan. Leukore, sakit punggung,

dan lokia berbau menyengat, bisa terjadi jika ada infeksi. Ibu bisa juga memiliki

riwayat perdarahan yang tidak teratur, atau perdarahan yang berlebihan setelah

kelahiran.

Perdarahan Postpartum akibat Inversio Uteri

Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau

seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika

bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera

dilakukan dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang

terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.

Pembagian inversio uteri :

1. Inversio uteri ringan : Fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum

uteri namun belum keluar dari ruang rongga rahim.

2. Inversio uteri sedang : Terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.

9

Page 10: Makalah Post Partum

3. Inversio uteri berat : Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian

sudah keluar vagina.

Penyebab inversio uteri :

1. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan,

tekanan

intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).

2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta

yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.

Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya inversio uteri :

1. Uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya.

2. Tarikan tali pusat yang berlebihan.

Frekuensi inversio uteri : angka kejadian 1 : 20.000 persalinan.

Gejala klinis inversio uteri :

- Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang

hebat, perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagbila plasenta

masih melekat dan sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi

strangulasi dan nekrosis.

- Pemeriksaan dalam :

1. Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri

cekung ke dalam.

2. Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba

tumor lunak.

3. Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).

Perdarahan Postpartum Akibat Hematoma

Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang traktus

genitalia, dan tampak sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau perineum

yang ekimotik. Hematoma yang kecil diatasi dengan es, analgesic dan

pemantauan yang terus menerus. Biasanya hematoma ini dapat diserap kembali

secara alami.

10

Page 11: Makalah Post Partum

Perdarahan Postpartum akibat Laserasi /Robekan Jalan Lahir

Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan

postpartum. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan

postpartum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh

robelan servik atau vagina.

- Robekan Serviks

Persalinan Selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga servik seorang

multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan

servik yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah

uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti, meskipun plasenta sudah

lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi dengan baik, perlu dipikirkan

perlukaan jalan lahir, khususnya robekan servik uteri

- Robekan Vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak

sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering

terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus

diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan

speculum.

- Robekan Perineum

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan

tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi

digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut

arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah

dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia suboksipito bregmatika.

Laserasi pada traktus genitalia sebaiknya dicurigai, ketika terjadi perdarahan yang

berlangsung lama yang menyertai kontraksi uterus yang kuat.

2.5. Pemeriksaan Penunjang

a. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang

11

Page 12: Makalah Post Partum

b. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan

jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil:

10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP

saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)

c. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum

d. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih

e. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split

fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial

diaktivasi, masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin

memanjang pada KID.

Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan

2.6. Terapi

Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak

berkontraksi dengan kuat, uterus harus diurut :

Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus

bagian bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan.

Waspada terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat meletihkan

uterus, mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan

dengan lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi karena penyebab

lain selain atoni uteri.

Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada

fundus uteri. Bila perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta secara manual

harus dilakukan.

Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang

menyertai selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang

berwarna merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau

fragmen plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang

dan kontra indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan akibat adanya

laserasi.

Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang

12

Page 13: Makalah Post Partum

beresiko mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan

rendam duduk setelah 12 jam.

Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan

ukuran jarum 18, untuk pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim

contoh darah untuk penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika

pemeriksaan ini belum dilakukan diruang persalinan.

Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline

normal, terbukti efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama

dengan mengurut uterus secara efektif

Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV,

dapat merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik,

untuk mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta.

· Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan

kateter foley untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran.

Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10

L/menit bila terdapat tanda kegawatan pernafasan.

Terapi Perdarahan Postpartum karena Atonia

Bila terjadi perdarahan sebelum plasenta lahir (Retensia plasenta), ibu

harus segera minta pertolongan dokter rumah sakit terdekat. Untuk daerah

terpencil dimana terdapat bidan, maka bidan dapat melakukan tindakan

dengan urutan sebagai berikut:

- Pasang infus.

- Pemberian uterotonika intravena tiga hingga lima unit oksitosina atau ergometrin

0,5 cc hingga 1 cc.

-Kosongkan kandung kemih dan lakukan masase ringan di uterus.

-Keluarkan plasenta dengan perasat Crede, bila gagal, lanjutkan dengan;

- Plasenta manual (seyogyanya di rumah sakit).

-Periksa apakah masih ada plasenta yang tertinggal. Bila masih berdarah;

-Dalam keadaan darurat dapat dilakukan penekanan pada fundus uteri atau

kompresi aorta.

13

Page 14: Makalah Post Partum

Bila perdarahan terjadi setelah plasenta lahir, dapat dilakukan:

- Pemberian uterotonika intravena.

-Kosongkan kandung kemih.

- Menekan uterus-perasat Crede.

- Tahan fundus uteri/(fundus steun) atau kompresi aorta.

Tentu saja, urutan di atas dapat dilakukan jika fasilitas dan kemampuan

penolong memungkinkan. Bila tidak, rujuk ke rumah sakit yang mampu

melakukan operasi histerektomi, dengan terlebih dahulu memberikan

uterotonika intravena serta infus cairan sebagai pertolongan pertama.

Perdarahan postpartum akibat laserasi/ Robekan Jalan Lahir

Perdarahan pasca persalinan yang terjadi pada kontraksi uterus yang kuat,

keras, bisa terjadi akibat adanya robekan jalan lahir (periksa dengan spekulum

dan lampu penerangan yang baik-red). Bila sudah dapat dilokalisir dari

perdarahannya, jahitlah luka tersebut dengan menggunakan benang katgut dan

jarum bulat.

Untuk robekan yang lokasinya dalam atau sulit dijangkau, berilah tampon

pada liang senggama/vagina dan segera dirujuk dengan terlebih dahulu

memasang infus dan pemberian uterotonika intravena.

2.7. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan tanda-tanda vital

1) Suhu badan

Suhu biasanya meningkat sampai 380 C dianggap normal. Setelah satu

hari suhu akan kembali normal (360 C – 370 C), terjadi penurunan

akibat hipovolemia

2) Nadi

Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi

hipovolemia yang semakin berat.

3) Tekanan darah

14

Page 15: Makalah Post Partum

Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia

4) Pernafasan

Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak normal.

b. Pemeriksaan Khusus

Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda

komplikasi dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini

meliputi :

1. Nyeri/ketidaknyamanan

Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)

Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma)

2. Sistem vaskuler

- Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam

berikutnya

- Tensi diawasi tiap 8 jam

-Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah

-Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan

-Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi

kongenital, idiopatik trombositopeni purpura.

3. Sistem Reproduksi

a. Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian tiap

8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya

b. Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan bau

c. Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka jahitan

dan apakah ada jahitannya yang lepas

d. Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak

e.Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum

f. Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum

kehamilan (sub involusi)

15

Page 16: Makalah Post Partum

4. Traktus urinarius

Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar atau

tidak, spontan dan lain-lain

5.Traktur gastro intestinal

Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi

6. Integritas Ego : Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir

2.8. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan.

Pengkajian yang benar dan terarah akan mempermudah dalam

merencanakan tinfakan dan evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan.

Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan

objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik.

Pengkajian terhadap klien post meliputi :

- Identitas klien

Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical

record dan lain – lain

- Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan dahulu

riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia,

riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah,

tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.

2. Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah

banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing,

gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.

3. Riwayat kesehatan keluarga

16

Page 17: Makalah Post Partum

Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi,

penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit

menular.

- Riwayat obstetrik

a. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya,

baunya , keluhan waktu haid, HPHT

b. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia

mulai hamil

c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu

1. Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada

abortus, retensi plasenta

2. Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong,

tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau

mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir

3. Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI

cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan

kontraksi

d. Riwayat Kehamilan sekarang

1. Hamil muda, keluhan selama hamil muda

2. Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan,

suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual,

keluhan lain

3. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali,

perawatan serta pengobatannya yang didapat

Pola aktifitas sehari-hari

a. Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum

dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas

harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein,

17

Page 18: Makalah Post Partum

banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.

b. Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya

perubahan pola miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan

miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar, 1995 )

c. Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan

melaporkan kelelahan yang berlebihan.

d. Personal hygiene meliputi :

Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan selama

dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk.

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang

berlebihan

2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovelemia

3. Ansietas berhungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan pada status

kesehatan atau kematian, respon fisiologis

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis

cairan tubuh, penurunan Hb

5. Resiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/ distensi jaringan

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan atau tidak

mengenal sumber informasi

C. Rencana Keperawatan pada Pasien Perdarahan Postpartum

No Diagnosa Intervensi Rasional

1 Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskuler berlebihan

DO:

- Hipotensi

- Peningkatan nadi,

- Penurunan volume urin,

- Membran mukosa kering,

- Pelambatan pengisian kapiler

DS:

- Ibu mengatakan urin sedikit

18

Page 19: Makalah Post Partum

- Ibu mengatakan pusing dan pucat

- Ibu mengatakan kulit kering dan bersisik

Tujuan :

Volume cairan adekuat

Hasil yang diharapkan:

- TTV stabil

- Pengisian kapiler cepat

- Haluaran urine adekuat

Mandiri:

1. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan, perhatikan faktor-faktor

penyebab atau memperberat perdarahan seperti laserasi, retensio plasenta, sepsis,

abrupsio plasenta, emboli cairan amnion.

2.Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan ; timbang dan hitung pembalut ;

simpan bekuan darah, dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter.

3. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan perlahan masase

penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatakan tangan kedua tepat

diatas simfisis pubis

4. Perhatikan hipotensi / takikardia, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis

dasar, kuku, membran mukosa dan bibir.

5. Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan bagi

arteri pulmonal, bila ada.

6. Pantau masukan aturan puasa saat menentukan status/kebutuhan klien

7. Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis

- Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan untuk

memberikan kesempatan mencegah terjadinya komplikasi

- Perkiraan kehilangan darah, arternal versus vena dan adanya bekuan-bekuan

membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan penggantian

19

Page 20: Makalah Post Partum

(catatan : satu gram peningkatan berat pembalut sama dengan kira-kira 1 ml

kehilangan darah)

- Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa banding. Peningkatan

kontraktilitas miometrium dapat menurunkan kehilangan darah. Penempatan satu

tangan diatas simfisis pubis mencegah kemungkinan inversi uterus selama

messase

- Tanda-tanda ini menunjukkan hipovolemik dan terjadinya syok. Perubahan pada

Tekanan Darah tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai

30-50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia (rujuk pada DK : perfusi

jaringan, perubahan)

- Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan

penggantian

- Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikasi kehilangan cairan. Volume

perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukkan dengan haluaran 30-50 ml/jam atau lebih

besar

- Meningkatkan relaksasi dapat menurunkan ansietas dan kebutuhan metabolik

2 . Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia

DO:

- Penurunan pulsasi arteri,

- Ekstremitas dingin

- Perubahan tanda-tanda vital

- Pelambatan pengisian kapiler

- Penurunan produksi ASI

DS:

- Ibu mengatakan Asi sedikit

- Ibu mengatakan tangan dan kakinya dingin

Tujuan : Tidak terjadi perfusi jaringan

Kriteria hasil:

20

Page 21: Makalah Post Partum

- Menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal

- Ekstremitas hangat

- Kapiler refill <> 35 tahun

-Paritas > 3 kali

- Inaktivitas

- Kelahiran cesar

-Diabetes mellitus

21

Page 22: Makalah Post Partum

BAB III

PENUTUP

3.1 Penutup

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam

masa 24 jam setelah anak lahir. Pasien dengan perdarahan post partum harus

ditangani dalam 2 komponen, yaitu: resusitasi dan penanganan perdarahan

obstetri serta kemungkinan syok hipovolemik serta identifikasi dan penanganan

penyebab terjadinya perdarahan post partum.

Pada periode post partum awal, kelainan sistem koagulasi dan platelet

biasanya tidak menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini bergantung pada

kontraksi uterus untuk mencegah perdarahan. Deposit fibrin pada tempat

perlekatan plasenta dan penjendalan darah memiliki peran penting beberapa jam

hingga beberapa hari setelah persalinan. Kelainan pada daerah ini dapat

menyebabkan perdarahan post partun sekunder atau perdarahan eksaserbasi dari

sebab lain, terutama trauma.

22

Page 23: Makalah Post Partum

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart,s (1996), Textbook of Medical Surgical Nursing –2, JB. Lippincot Company, Pholadelpia.

Prawirohardjo Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan, Gramedia, Jakarta.

RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK. UNAIR, Surabaya

Subowo (1993), Imunologi Klinik, Angkasa, Bandung.

Tabrani Rab 9 1998), Agenda Gawat Darurat, Alumni, Bandung.

23