Lp Post Partum

25
LAPORAN PENDAHULUAN POSTNATAL CARE A. KONSEP MEDIK 1.Pengertian. Masa pascapartum merupakan suatu masa antara pelahiran sampai organ-organ reproduksi kembali sebelum masa hamil. Istilah puerperium (puer, seorang anak, ditambah kata parere, kembali ke semula) merujuk pada masa enam minggu antara terminasi persalinan dan kembalinya organ reproduksi ke kondisi sebelum hamil (Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 2011). Periode pospartum merupakan waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil dan penyesuaian terhadap penambahan keluarga baru (Hamilton, 2011). Masa nifas adalah masa pemulihan alat-alat reproduksi setelah persalinan yaitu dua jam setelah kala IV sampai 6 - 8 minggu kemudian (Yulifah & Yusmanto, 2011). Puerperium (masa nifas) adalah masa pulih kembali, dari persalinan sampai selesai sampai alat-alat kandungan seperti pra hamil, yang lamanya 6-8 minggu. Masa nifas dibagi dalam 3 periode: a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu setelah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, berlangsung dalam 24 jam pertama. 1

Transcript of Lp Post Partum

Page 1: Lp Post Partum

LAPORAN PENDAHULUAN

POSTNATAL CARE

A. KONSEP MEDIK

1. Pengertian.

Masa pascapartum merupakan suatu masa antara pelahiran sampai organ-organ

reproduksi kembali sebelum masa hamil. Istilah puerperium (puer, seorang anak,

ditambah kata parere, kembali ke semula) merujuk pada masa enam minggu antara

terminasi persalinan dan kembalinya organ reproduksi ke kondisi sebelum hamil (Reeder,

Martin, & Koniak-Griffin, 2011).

Periode pospartum merupakan waktu penyembuhan dan perubahan, waktu

kembali pada keadaan tidak hamil dan penyesuaian terhadap penambahan keluarga baru

(Hamilton, 2011).

Masa nifas adalah masa pemulihan alat-alat reproduksi setelah persalinan yaitu

dua jam setelah kala IV sampai 6 - 8 minggu kemudian (Yulifah & Yusmanto, 2011).

Puerperium (masa nifas) adalah masa pulih kembali, dari persalinan sampai selesai

sampai alat-alat kandungan seperti pra hamil, yang lamanya 6-8 minggu.

Masa nifas dibagi dalam 3 periode:

a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu setelah diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan, berlangsung dalam 24 jam pertama.

b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang

lamanya 6-8 minggu.

c. Reumate puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahun.

2. Tujuan Asuhan Keperawatan Masa Post Partum

a. Mencegah terjadinya perdarahan dan komplikasi pascapartum lainnya

b. Memberikan kenyamanan fisik, nutrisi, hidrasi, keamanan dan eliminasi

c. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk mulai

mengintegrasikan proses kelahiran menjadi pengalaman hidup mereka

d. Memelihara proses kedekatan dengan neonates (Hamilton, 2011).

1

Page 2: Lp Post Partum

3. Perubahan fisiologi masa nifas.

a. Involusi uteri.

Proses involusi adalah kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah

melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi oto-otot

polos uterus. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusio) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Setelah bayi dan palsenta dilahirkan, uterus yang selama persalinan

mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup

pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas inplantasi plasenta. Pada involusi

uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur – angsur

akan mengecil sehingga pada akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30

gram dan pada hari ke-10 uterus tidak dapat lagi dipalpasi pada abdomen. Selain itu

proses involusio disebabkan oleh proses otolisis yaitu sebagian material protein

dinding uterus dipecah menjadi komponen yang lebih sederhana yang kemudian

diabsorbsi.

Proses Involusi nornal

Involusi Tinggi Fundus Berat Uterus

Plasenta lahir

7 hari (1 minggu)

14 hari ( 2 minggu)

42 hari ( 6 minggu)

56 hari (8 minggu)

Setinggi pusat

Pertengahan pusat dan simfisis

Sebesar hamil 2 minggu

Tak teraba

Normal

1000 gram

500 gram

350 gram

50 gram

30 gram

Kesembuhan sempurna pada akhir masa puerperium (Manuaba, 2009).

b. Tempat plasenta

Segera setelah plasenta dan membrane palsenta dikeluarkan, tempat palsenta menjadi

area yang menonjol, nodular dan tidak beraturan. Konstriksi vascular dan trombus

menyumbat pembuluh adarah yang ada dibawah tempat palsenta tersebut,

menyebabkan hemostatis dan menyebabkan nekrosis daerah endometrium.

2

Page 3: Lp Post Partum

c. Afterpains

Afterpains merupakan kontraksi uterus yang intermitten setelah melahirkan

dengan berbagai intensitas. Rasa sakit yang mencengkeram (kram) pada abdomen

bagian bawah sering dialami oleh multipara oleh karena otot-otot uterusnya tidak lagi

dapat mempertahankan retraksi yang tetap karena penurunan tonus dari proses

persalinan sebelumnya. pada primipara, tonus otot meningkat dan otot-ototnya masih

dalam kondisi kontraksi dan retraksi yang tonik sehingga umumnya tidak mengalami

afterpain. Namun jika uterus sangat besar (kehamilan multiple, polihidramnion) akan

terjadi kontraksi intermitten yang menyebabkan afterpain.

Afterpains seringkali terjadi bersamaan dengan menyusui, saat kelenjar

hipofisis posterior melepaskan oksitosin yang disebabkan oleh isapan bayi. Oksitosin

menyebabkan kontraksi saluran lacteal pada payudara, mengeluarkan kolostrum atau

ASI dan menyebabkan otot-otot uterus berkontraksi. Sensasi afterpain dapat terjadi

selama kontraksi uterus aktif untuk mengeluarkan bekuan-bekuan darah dari rongga

uterus. ((Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 2011)). Afterpain dapat dijumpai hari ke

3-4 PP (Hamilton, 2011).

d. Lokhia.

Masa puerperium diikuti pengeluaran cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari

tempat implantasi plasenta disebut lochia.

Type lokia :

1) Lokia rubra; keluar berwarna merah gelap terjadi pada 2

sampai 3 hari pertama. Lokia ini mengandung sel-sel epitel, eritrosit, leokosit, dan

desidua serta memiliki bau kareteristik manusia.

2) Lokia serosa; keluar berwarna merah muda sampai kecoklatan,

terjadi dari 3 samapai 10 hari setelah kelahiran. Lokia serosanguineous ini

mengandung desidua, eritrosit, leokosit, lendir servic, dan mikroorganisme. Lokia

serosa memiliki bau yang keras.

3) Lokia alba; keluaran hampir tidak berwarna sampai krem

kekuningan, terjadi dalam 10 hari samapai 3 minggu setelah kelahiran. Lokia ini

3

Page 4: Lp Post Partum

mengandung leokosit, desidua, sel-sel epitel, lemak, lendir servic, kristal

kolesterol, dan bakteri. Lokia alba seharusnya tidak berbau.

4) Lokia purulenta; terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk.

5) Lokia statis; Lokia tidak lancar keluarnya

e. Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna

merah kehitaman, konsistensinya lunak, terkadang terdapat pelukaan-perlukaan kecil,

setelah bayi lahir, tangan masih biasa masuk rongga rahim. Setelah 2 jam dapat dilalui

oleh 2-3 jari setelah 7 hari hanya dilalui 1 jari. Involusi serviks yang lengkap bisa

berlangsung 3 samapai 4 bulan. Kelahiran anak bisa mengakibatkan perubahan

permanen pada osteum serviks dari bulat menjadi memanjang.

f. Vagina dan perineum

Vagina halus dan membengkak, dengan tonus yang buruk setelah kelahiran.

Rugae tampak kembali dalam 3 sampai 4 minggu pascapartum. Indeks estrogen

kembali dalam 6 sampai 10 minggu. Perineum Tampak edema dan memar setelah

melahirkan, biasa ditemukan episiotomy atau laserasi

g. Ligamen-ligamen

Ligamen fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,

setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga

tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum

rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun

h. Dinding abdomen

Tetap lunak dan mengendur selama beberapa waktu setelah melahirkan. Striae

tetap, tetapi putih perak. Diastasis rekti (pemisahan otot-otot rektus abdominis) dapat

terjadi pada wanita dengan tonus otot yang buruk.

i. Payudara

Perubahan Payudara meliputi hal berikut ini :

1) Terjadi penurunan cepat kadar estrogen dan progesterone, dengan peningkatan

sekresi prolaktin setelah melahirkan.

4

Page 5: Lp Post Partum

2) Kolostrum sudah ada pada waktu melahirkan; ASI diproduksi pada hari ketiga

atau keempat pascapartum

3) Payudara lebih besar dan lebih keras terjadi karena laktasi (pembengkakan

primer). Kongesti berkurang dalam 1 atau 2 hari.

4) Di dalam payudara, prolaktin menstimulasi sel-sel alveolar untuk menghasilkan

susu. Pengisapan oleh bayi baru lahir memicu pelepasan oksitosin dan

kontraktilitas sel-sel mioepitelial, yang menstimulasi aliran susu; ini dikenal

sebagai reflex let-down.

Jumlah rata-rata ASI yang dihasilkan dalam 24 jam meningkat sejalan dengan waktu,

yaiu :

Minggu pertama – 6 sampai 10 ons

1 sampai 4 minggu – 20 ons

Setelah 4 minggu – 30 ons

j. Fisiologi Laktasi

Setelah persalinan timbul pengaruh hormon – hormon hipofisis kembali, antara

lain lactogenic hormone (prolaktin) yang akan dihasilkan pula. Mamma yang telah

dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi, dengan akibat kelenjar–kelenjar berisi air

susu. Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar–kelenjar susu

berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. Umumnya produksi air susu

baru berlangsung betul pada hari ke 2 – 3 postpartum. Pada hari-hari pertama air susu

mengandung kolostrum, yang merupakan cairan kuning lebih kental daripada air susu,

mengandung banyak protein albumin dan globulin dan benda-benda kolostrum dengan

diameter 0,001 – 0,0025 mm. karena mengandung banyak protein dan mudah dicerna,

maka sebaiknya kolostrum jangan dibuang. Selain pengaruh hormonal tersebut diatas,

salah satu rangsangan terbaik untuk mengeluarkan air susu adalah dengan menyusui

bayi itu sendiri. Kadar prolaktin akan meningkat dengan perangsangan fisik pada

putting mamma sendiri.

k. Perubahan system endokrin

Kadar estrogen dan progesterone menurun dengan cepat setelah melahirkan.

Penurunan estrogen dan progesteron plasenta yang cepat setelah melahirkan

bertanggung jawab terhadap banyak perubahan anatomi dan fisiologis selama nifas.

5

Page 6: Lp Post Partum

Ovulasi dan dimulainya kembali menstruasi dipengaruhi oleh apakah klien menyusui

ASI atau tidak.

1) Empat puluh lima persen para wanita yang menyusui memulai kembali menstruasi

dalam 12 minggu, 80% memiliki satu atau lebih siklus anovulatori sebelum ovulasi

yang pertama.

2) Empat puluh persen wanita yang tidak menyusui ASI memulai kembali menstruasi

dalam 6 minggu setelah melahirkan, 65 % dalam 12 minggu, dan 90% dalam 24

minggu. Lima puluh persen berovulasi selama siklus yang pertama.

3) Kebutuhan akan istirahat dan tidur meningkat secara signifikan.

l. Perubahan system kardivaskular

Tonus otot polos pada dinding vena mulai membaik, volume darah menurun

ke kadar sebelum hamil pada 4 minggu setelah melahirkan, viskositas darah kembali

normal dan curah jantung serta tekanan darah tetap stabil dan bradikardi-sementara

(50 sampai 70 kali permenit) terjadi selama 24 sampai 48 jam setelah melahirkan dan

biasa berlanjut hingga 6 sampai 8 hari. frekuensi nadi kembali seperti sebelum hamil

dalam 3 bulan pascapartum. Mungkin masih terdapat edema residual di kaki dan

tangan yang timbul pada saat kehamilan, dari meningkatnya asupan cairan pada saat

persalinan, dari kongesti yang terjadi akibat mengejan yang berkepanjangan pada kala

dua atau bisa akibat imobilitas relatif segera pada pascapartum. Terdapat sedikit

peningkatan risiko trombosis vena profunda dan embolus.

m. Perubahan system pernafasan

Fungsi pulmonar kembali ke status sebelum hamil dalam 6 bulan setelah melahirkan.

n. Perubahan system renal dan perkemihan

1) Destensi berlebihan pada kandung kemih adalah hal yang umum terjadi karena

peningkatan kapasitas kandung kemih, pembengkakan, memar jaringan di sekitar

uretra, dan hilangnya sensasi terhadap tekanan yang meningkat

2) Kandung kemih penuh menggeser uterus dan dapat menyebabkan perdarahan

pascapartum; distensi kandung kemih dapat menyebabkan retensi urinie.

3) Pengosongan kandung kemih yang adekuat umumnya kembali dalam 5

sampai 7 hari setelah terjadi pemulihan jaringan yang bengkak dan memar.

6

Page 7: Lp Post Partum

4) Lanjut filtrasi glomerulus (GFR) tetap meningkat selama kira-kira 7 hari

setelah melahirkan.

5) Ureter yang berdilatasi dan pelvis renal kembali ke keadan sebelum hamil

dalam 6 sampai 10 minggu setelah melahirkan.

6) Diaforesis puerperalis dan diuresis terjadi dalam 24 jam pertama setelah

melahirkan.

o. Perubahan system gastrointestinal

Lapar dan haus merupakan hal yang umum terjadi setelah melahirkan.

Motilitas dan tonus gastrointestinal kembali ke keadaan sebelum hamil 2 minggu

setelah melahirkan . Konstipasi umumnya terjadi selama periode pascapartum awal

karena penurunan tonus otot usus, rasa tidak nyaman pada perineum dan kecemasan.

Klien dapat kembali ke berat badannya sebelum hamil dalam 6 sampai 8 minggu jika

pertambahan berat badannya selama kehamilan kisaran normal. Hemoroid merupakan

masalah yang umum dalam periode pascapartum awal karena tekanan pada dasar

panggul dan mengejan selama persalinan.

p. Perubahan Sistem Muskoloskeletal

1) Sebagian besar wanita melakukan ambulasi 4 sampai 8 jam setelah melahirkan,

ambulasi dini dianjurkan untuk menghindari komplikasi, meningkatkan involusi,

dan meningkatkan cara pandang emosional.

2) Relaksasi dan peningkatan mobilitas artikulasio pelvik terjadi dalam 6 sampai 8

minggu setelah melahirkan.

q. Perubahan kulit

Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa tempat karena proses

hormonal. Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum pada pipi, hiperpigmentasi kulit

sekitar payudara, hiperpigmentasi kulit dinding perut (striae gravidarum). Setelah

persalinan, hormonal berkurang dan hiperpigmentasi pun menghilang. Pada dinding

perut akan menjadi putih mengkilap yaitu “striae albikan”.

4. Adaptasi Psikologis Masa Nifas

Perubahan psikologi pada masa postpartum terjadi dalam tiga tahap; (1) ketergantungan,

(2) tingkah laku kemandirian dan ketergantungan, dan (3) kemandirian

7

Page 8: Lp Post Partum

a. Tahap 1 ; ketergantungan (Taking in).

1) Terjadi pada hari ke-1 dan ke-2 setelah melahirkan.

2) Ibu lebih pasif, membutuhkan perlindungan dan pelayanan.

Kurang memperhatikan bayinya.

3) Ibu selalu membicarakan pengalaman melahirkan berulang-

ulang, “taking-in” merupakan fakta bagi perannya yang baru. Preokupasi ini

mempersempit persepsinya dan mengurangi kemampuan untuk berkonsentrasi

pada informasi baru. Perawat mungkin harus mengulang-ulang instruksi yang

berikan pada tahap ini.

4) Pada fase ini ibu perlu tidur dan makan

b. Tahap 2 ; taking hold.

1) Biasanya terjadi pada sekitar hari ketiga PP dan berakhir pada minggu ke-4 sampai

ke-5.

2) Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar tentang

semua hal-hal baru.

3) Terjadi perubahan tubuh yang sangat signifikan (pengeluaran ASI, uterus dan

perineum mengalami proses penyembuhan) sehingga menyebabkan keletihan

4) Focus melibatkan bayi, tetapi masih ketergantungan orang lain dalam hal

memenuhi kebutuhan dirinya maupun bayinya.

5) Perlu adanya sistem pendukung bagi ibu muda yang membutuhkan sumber

informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik.

Mekanisme pertahanan diri pasien merupakan sumber penting selama fase ini

karena post partum blues merupakan hal yang biasa terjadi. Layanan kunjungan

rumah oleh perawat sangat dianjurkan, terutama bagi ibu muda. Periode ini adalah

waktu yang baik untuk penyuluhan tenaga kesehatan

c. Tahap tiga ; Letting go.

1) Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran

2) sistem keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggotanya yang baru.

3) Tubuh pasien telah sembuh, perasaan rutinnya telah kembali, dan kegiatan

hubungan seksualnya telah dilakukan kembali. Keluarga besar (extended family)

dan teman-teman, walaupun sangat membantu sebagai sistem yang memberikan

8

Page 9: Lp Post Partum

dukungan pada awalnya, tidak lagi turut campur dalam interaksi keluarga, dan

kegiatan sehari-hari telah kembali dilakukan. Secara fisik ibu mampu untuk

menerima tanggung jawab normal dan tidak lagi menerima peran sakit. Tahap

saling ketergantungan ini berlanjut terus sampai terganggu oleh periode

ketergantungan lain (Hammilton, 2011).

5. Depresi Post Partum

Masalah kesehatan jiwa yang sering dialami wanita yaitu :

a. Post Partum Blues

Merupakan depresi ringan (perasaan kecewa, tidak diperhatikan), terjadi karena

perubahan hormonal dan pengalaman pribadi ibu (anbivalensi ketika hamil).

Umumnya gejala terjadi antara hari ke 3 sampai hari ke 10, seperti menangis, merasa

sedih, hilang nafsu makan, sangat lelah, insomnia, mudah tersinggung, sulit

konsentrasi dan cemas. Gejala ini biasanya menghilang dalam 1 sampai 6 minggu,

walaupun pada beberapa wanita mengalami depresi ringan dalam jangka waktu yang

lebih lama.

Blues pascapartum ringan biasanya berespon terhadap empati, dukungan dan

perasaan diterima oleh perawat. Perawat dapat memberikan kesempatan pada ibu

untuk mengungkapkan kecemasannya, perasaan sedih dan kekhawatiran lainnya.

Berbagi perasaan seperti ini dengan seorang pendengar yang empati sering bermakna

terapi. Namun jika terjadi depresi yang berat dan menetap, psikoterapi atau obat-

obatan kadang diperlukan.

b. Depresi Post Partum

Sama dengan gejala depresi yang dialami dalam kehidupan pada waktu lain. Gejala

umumnya terjadi pada 3 bulan pertama setelah melahirkan atau sampai bayi berusia 1

tahun. Kemungkinan penyebabnya biologis, psikososial & sosial.

Dialami sekitar 20% ibu post partum. Ada korelasi positif dengan : BBL bayi rendah,

masalah perilaku, keluhan somatik, pola pertumbuhan buruk. Akibatnya bisa

menimpa ibu maupun anak & dapat terus terjadi sampai tahun kedua setelah

kelahiran.

c. Post Partum Psikosis

9

Page 10: Lp Post Partum

Keguguran Jarang terjadi, gejala terlihat dalam 3 – 4 minggu setelah melahirkan.

Gejala seperti delusi dan halusinasi, penyebab pasti belum diketahui. Hal ini biasanya

dialami oleh ibu yang mengalami atau kematian bayi dalam kandungan/setelah

dilahirkan.

5. Perawatan masa Nifas

1. Rawat gabung

Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama – sama sehingga ibu lebih banyak

memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI, sehingga kelancaran

pengeluaran Asi lebih terjamin.

2. Mobilisasi, karena lelah sehabis bersalin, ibu harus diistirahatkan tidur terlentang

selama 8 jam pasca persalinan, boleh miring-miring ke kakan dan ke kiri untuk

mencegah trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua , diperbolehkan duduk, hari

ketiga jalan-jalan, hari keempat dan ke lima sudah diperbolehkan pulang.

Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan :

a. Melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi infeksi puerperium.

b. Mempercepat involusi alat kandungan.

c. Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi

Asi dan pengeluaran sisa metabolisme.

3. Diet: makan harus bermutu, bergisi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang

banyak mengandung protein, banyak cairan sayur-sayuran dan buah-buahan

4. Miksi: hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri dengan secepatnya, kadang-kadang

wanita menagalami sulit kencing karena spinter uretra ditekan oleh kepala janin dalam

spasme ototiritasi spingter ani selama persalinan. Juga karena adanya edema kandung

kemih yang terjadi selama perslinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita hamil sulit

kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi

5. Defekasi: buang air besar harus dilakukan setelah 3-4 hari setelah persalinan bila masih

sulit BAB dan terjadi konstipasi apalagi berak keras, dapat diberikan obat laksans

peroral atau per rektal jika belum bisa dilakukan klisma.

10

Page 11: Lp Post Partum

6. Perawatan payudara (mama): perawatan payudara dilakukan sejak wanita hamil supaya

puting susu lemah tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya,

bila bayi meninggal laktasi harus dihentikan dengan

Membebat payudara

Memberi obat estrogen untuk sekresi LH, seperti tablet

lynoral dan parlodel

7. Laktasi untuk menghadapi masa laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan.

8. Cuti hamil dan bersalin: menurut UU bagi wanita pekerja berhak mengambil cuti hamil

dan bersalin selama 3 bulan, 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah besalin

9. Pemeriksaan pasca persalinan:

Pemeriksaan umum TD, nadi, keluhan dan sebagainya

Keadaan umum: suhu badan, selera makan dan lain-lain

Payudara: ASI, puting susu

Dinding perut: perineum, kandung kemih dan rektum

Sekret yang keluar: Lokia, flour albus

kedaaan alat-alat kandungan

10. Nasehat untuk ibu post partum (perawatan tindak lanjut dirumah)

a. Aktivitas yang cukup, tidur siang harus dilakukan

b. Mandi setiap hari dengan pancuran

c. Hubungan seksual dihindari sampai luka episiotomi sembuh. Bila melakukan

hubungan seksual, dilakukan dengan hati-hati. Anjurkan penggunaan kontrasepsi

d. Diit seimbang setiap hari

e. Latihan pengencangan otot-otot abdomen (latihan kegel’s untuk mengencangkan

otot dasar pelvik)

f. Jelaskan tanda-tanda bahaya dan segera dilaporkan bila terjadi.(perdarahan segar

dan berbau, demam, nyeri abdomen dan pelvik berkepanjangan).

g. Anjuran untuk menyusui

h. Bawalah bayi anda untuk memproleh imunisasi

i. Pemeriksaan kembali pada minggu keenam

11

Page 12: Lp Post Partum

6. Komplikasi Pospartum

1. Perdarahan/hemorragie

Perdarahan dini kurang dari 24 jam: atonia uteri, trauma, laserasi, hematoma.

Perdarahan lambat lebih dari 24 jam: sisa plasenta infeksi.

2. Infeksi puerperal

Merupakan penyebab meningkatnya angka kesakitan dan kematian ibu. Bagian yang

terinfeksi: rongga panggul, perineum, mammae, saluran kemih, sistem vena. Suhu

lebih dari 38C selama 2-3 hari berturt-turut pada 10 hari post partum.

Faktor resiko:

Antenatal: nutrisi yang kurang, anemia

Intrapartum: partus lama dan KPD

Postpartum: plasenta manual

3. Tromplebitis Dan Trombosis

a. Tanda dan gejala, nyeri pada gastroknemius, vena mengeras

b. Faktor predisposisi: riwayat tromboplebitis, obesitas, SC, usia tua

c. Komplikasi: emboli paru, emboli otak dan nekrosis jaringan

4. Mastitis

Biasanya terjadi pada ibu yang pertama kali menyusui. Secara primer disebabkan

oleh staphylococcus aureus , yang masuk melalui putting susu yang pecah. Sumber

bakteri paling umum adalah hidung, tenggorokan bayi, tangan yang kotor. Infeksi

biasanya terjadi unilateral, beberapa hari atau minggu postpartum

5. Infeksi saluran kemih (sisititis akibat Escherichia coli)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian data dasar klien

Kontinuasi progresif dari dasar data untuk tahap I.V

Aktivitas istirahat

Insomnia mungkin teramati

12

Page 13: Lp Post Partum

Sirkualsi

Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari

Integritas ego

Peka rangsang, takut menangis (“post partum blues” sering terlihat kira-kira 3 hari

setelah melahirkan).

Eliminasi

Diuresis diantara hari ke-2 dan hari ke-5

Makanan / cairan

Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ke-3

Nyeri / ketidak-nyamanan

Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5 post

partum

Seksualitas

- Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran menurun kira-kira 1

lebar jari setiap harinya.

- Lochia rubra berlanjut sampai hari ke-2 & 3 berlanjut menjadi lochia serosa dengan

aliran tergantung pada posisi (misal ; rukemben, versus ambulsi berdiri) dan

aktivitas (misalnya menyusui)

- Payudara memproduksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur,

biasanya pada hari ke-3, mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui dimulai

B. Masalah Keperawatan dan Kemungkinan Diagnosa yang muncul (4 jam sampai 3

hari PP)

1. Nyeri (akut) ketidak nyamanan

Dapat dihubungkan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran jaringan atau

distensi, efek hormonal

Kemungkinan dibuktikan oleh : melaporkan krara (afterpain) sakit kepala, ketidak

nyamanan perinial, dan nyeri tekan payudara, perilaku melindungi/distraksi, wajah

menunjukkan nyeri.

Hasil yang diharapkan : mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk

13

Page 14: Lp Post Partum

mengatasi ketidak nyamanan dengan tepat. Mengungkapkan kurangnya ketidak-

nyamanan

2. Menyusui (tergantung apakah ibu bayi menunjukkan kepuasan atau ketidakpuasan

atau mengalemen menyusui)

Dapat berhubungan dengan ; tingkat pengetahuan, pengalemen sebelumnya, usia

gestasi bayi, tingkat dukungan struktur/karakteristik fisik payudara ibu.

Kemungkinan dibuktikan oleh : ungkapan ibu yang akan tingkat kepuasan,

observasi proses menyusui , respon /penambahan BB.

Hasil yang diharapkan klien akan : mendemonstrasikan teknik menyusui,

mengungkapkan pemahaman tentang proses /situasi menyusui, menunjukkan

kepuasan regimen menyusui satu lain dengan bayi dipuaskan setelah setelah

menyusui.

3. Cedera, risiko tinggi terhadap

Faktor risiko dapat meliputi : biokimia, fungsi regulator, efek-efek anastesi,

tromboembolisme

Kemungkinan dibuktikan oleh : (tidak dapat diterapkan, adanya tanda-tanda gejala

untuk menegakkan diagnosa aktual)

Hasil yang diharapkan klien akan : mendemonstrasikan pelaku untuk menurunkan

faktor-faktor risiko/melindungi diri. Bebas dari komplikasi.

4. Infeksi, risiko tinggi terhadap

Faktor risiko dapat meliputi : trauma jaringan/kerusakan kulit, penurunan Hb,

prosedur invasif, peningkatan pemajanan lingkungan, ruptur ketuban lama,

malnutrisi

Kemungkinan dibuktikan oleh : (tidak dapat diterapkan, adanya tanda/gejala untuk

menegakkan diagnosa aktual)

Hasil yang diharapkan klien akan : mendemonstrasikan teknik-teknik untuk

menurunkan risiko atau menaikkan penyembuhan, menunjukkan luka yang bebas

dari drainase purulen. Bebas dari infeksi, tidak febris dan mempunyai aliran lochia

dan karakter normal.

5. Eliminasi urin, perubahan

14

Page 15: Lp Post Partum

Dapat dihubungkan dengan ; efek hormonal, trauma mekanis, edema jaringan,

efek-efek anastesi

Kemungkinan dibuktikan oleh ; peningkatan pengisian/distensi kandung kemih,

perubahan pada jumlah/frekuensi berkemih.

Hasil yang diharapkan klien akan ; berkemih tidak dibantu dalam 6-8 jam setelah

kelahiran. Mengosongkan kandung kemih setiap berkemih

6. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap

Faktor resiko dapat meliputi : penurunan masukan/penggantian tidak adekuat,

kelebihan cairan berlebihan

Kemungkinan dibuktikan ; tidak dapat ditetapkan, adnya tanda dan gejala untuk

menegakkan dignosis aktual

Hasil yang diharapkan klien akan ; tetap normatensif dengan masukan cairan dan

keluaran urine seimbang dan Hb/Ht dalam kadar normal

7. Konstipasi

Dapat berhubungan dengan : penurunan tonus otot (diastasis rekti), efek-efek

progesteron, dehidrasi, kelebihan analgesia atau anestasia, diare persalinan kurang

masukan, nyeri perineal/reksal

Kemungkinan dibuktikan oleh ; melaprkan rasa penuh abdomen/rektal atau tekanan,

mual, fases kurang dari biasanya mengejang pada defekasi, penurunan bising usus.

Hasil yang di hampirkan klien akan : melakukan kembali kebiasaan defekasi yang

biasanya optimal dalam 4 hari setelah kelahiran.

8. Menjadi orang tua, perubahan, resiko tinggi terhadap

Faktor resiko dapat meliputi : kurang dukungan diantara/dari orang terdekat, kurang

pengetahuan, ketidakefektifan dan atau tidak tersedianya model peran, harapan tidak

realistic, adanya stressor

9. Resiko tinggi, koping individual tidak efektif

10. Gangguan pola tidur

11. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai perawatan diri dan

perawatan bayi

12. Koping keluarga: potensial terhadap pertumbuhan

15

Page 16: Lp Post Partum

DAFTAR PUSTAKA

Baston, H. & Hall, J. (2012). Midwifery essentials : postnatal. Vol. 4 Cet. 2012. Jakarta : EGC.

Bobak sc. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, penerbit Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Pawirohardjo, Jakarta 2002.

Doenges E. M., 2001. Rencana Keperawatan Maternal/Bayi Pedoman untuk Perencanaan dan

Dokumentasi Keperawatan Klien Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran GC :

Jakarta.

Hamilton, P.M.,(2011). Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. EGC : Jakarta

Manuaba I.B.G., (2009). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan. EGC: Jakarta

Reeder, S. J., Martin, L. L., & Koniak-Griffin, D. (2011). Keperawatan maternitas : kesehatan wanita, bayi, & keluarga. Ed. 18. Jakarta: EGC.

Tim keperawatan Maternitas PSIK FK Unhas,( 2012).Materi Kuliah keperawatan Maternitas.

Makassar, PSIK Unhas .

Yulifah, R., & Yusmanto, T. J. (2011). Asuhan kebidanan komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

16