TP Farmako

11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam arti luas, farmakologi adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia, khusunya lewat reseptor (Syarif, 2009). Senyawa, dalam dunia kedokteran dikenal dengan obat. Secara sempit, dunia kedokteran juga mempelajari mengenai farmakokinetik dan farmakodinamik. Farmakokinetik adalah apa yang dialami obat yang diberikan pada suatu makhluk, yaitu absorpsi, distribusi, biotransformasi dan ekskresi (Syarif, 2009). Selain itu, farmakodinamik menyangkut pengaruh obat terhadap sel hidup, organ atau makhluk, secara keseluruhan erat berhubungan dengan fisiologi, biokimia, dan patologi (Syarif, 2009). Untuk mencapai sel target, tentu membutuhkan pemasukan obat tersebut. Ada beberapa cara pemberian obat. Secara umum, ada 4 cara pemberian obat, yaitu pemberian obat per oral, pemberian secara suntikan, pemberian melalui paru-paru dan pemberian secara topical (Syarif, 1995) Ada juga membagi metode pemberian obat menjadi dua cara umum (Copeland, 1995), yaitu :

description

Farmakologi

Transcript of TP Farmako

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Dalam arti luas, farmakologi adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia, khusunya lewat reseptor (Syarif, 2009). Senyawa, dalam dunia kedokteran dikenal dengan obat. Secara sempit, dunia kedokteran juga mempelajari mengenai farmakokinetik dan farmakodinamik. Farmakokinetik adalah apa yang dialami obat yang diberikan pada suatu makhluk, yaitu absorpsi, distribusi, biotransformasi dan ekskresi (Syarif, 2009). Selain itu, farmakodinamik menyangkut pengaruh obat terhadap sel hidup, organ atau makhluk, secara keseluruhan erat berhubungan dengan fisiologi, biokimia, dan patologi (Syarif, 2009).Untuk mencapai sel target, tentu membutuhkan pemasukan obat tersebut. Ada beberapa cara pemberian obat. Secara umum, ada 4 cara pemberian obat, yaitu pemberian obat per oral, pemberian secara suntikan, pemberian melalui paru-paru dan pemberian secara topical (Syarif, 1995)Ada juga membagi metode pemberian obat menjadi dua cara umum (Copeland, 1995), yaitu :1. Parenteral: intravascular, intramuscular, subkutan, inhalasi2. Enteral : sublingual, oral, rectum3. Topical: membrane mukosa, kulit (dermal, transdermal)Selain itu, metode pemberian obat juga akan mempengaruhi waktu hingga munculnya efek. Dibawah ini adalah beberapa daftar waktu hingga munculnya efek pada beberata rute pemberian obat (Copeland, 1995)a) Intravena: 30-60 detikb) Inhalation : 2-3 menitc) Sublingual : 3-5 menitd) Intramuskular : 10-20 menite) Subkutan : 15-30 menitf) Rektal : 5-30 menit

1. Pemberian Obat Per OralPemberian obat dengan cara ini merupakan cara yang paling umum. Hal ini dikarenakan mudah, aman, dan murah. Namun, kerugian dari cara ini adalah banyak factor dapat mempengaruhi bioavailibilatasnya. Bioavailabilitas adalah derajat suatu obat atau substansi lain mencapai jaringan target setelah diberikan (Dorland, 2002)Pemberian obat secara oral, dapat dipengaruhi oleh beberapa factor. Diantaranya adalah sifat-sifat fisikokimia obat, formulasi obat, pH saluran cerna, fungsi empedu, dll. Factor factor ini terbagi ke dalam 3 kategori, yaitu factor obat, factor penderita, dan interaksi dalam absorpsi di saluran cerna (Syarif, 1995). Jika dilakukan pemberian obat secara oral, artinya harus melalui traktus gastrointestinal. Setelah mencapai traktus gastrointestinal, dalam hal ini adalah usus, obat akan diabsorpsi kemudian didistribusi seluruh tubuh. Namun, sebelum mencapai seluruh tubuh, obat akan masuk ke hati untuk melewati first pass metabolism. Tingkat absorpsi suatu senyawa, akan bergantung pada jenisnya, yaitu apakah obat tersebut bersifat rapid release, atau slow release. 2. Pemberian Obat Secara SuntikanPemberian obat secara suntikan, dibagi menjadi lima, yaitu secara intravena, intramuscular, subkutan, intratekal, dan intraperitoneal. Keuntungan dari pemberian obat secara ini ialaha) Efeknya timbul lebih cepat dan teratur dibandingkan dengan pemberian per oralb) Dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar, atau muntah-muntahc) Sangat berguna dalam keadaan daruratNamun, cara ini juga memiliki kerugian, yaitu dibutuhkan cara asepsis, menyebabkan rasa nyeri, ada bahaya penularan hepatitis serum, sukar dilakukan sendiri oleh penderita, dan tidak ekonomis (Syarif, 1995). 3. Pemberian Obat Melalui Paru-ParuPemberian obat dengan cara ini disebut juga dengan inhalasi. Cara ini hanya dapat dilakukan untuk obat yang berbentuk gas atau cairan yang mudah menguap, misalnya anestetik umum, dan untuk obat lain yang dapat diberikan dalam bentuk aerosol. Absorpsi terjadi melalui epitel paru-paru dan mukosa saluran napas. Keuntungannya, absorpsi terjadi secara cepat karena permukaan absorpsinya luas, terhindar dari first pass metabolism di hati dan pada penyakit paru-paru, obat dapat diberikan langsung pada bronkus. Namun, kesulitannya adalah diperlukan alat dan metode khusus yang agak sulit dikerjakan, sukar mengatur dosis dan sering obatnya mengiritasi epitel paru-paru.4. Pemberian Secara TopikalPemberian obat secara ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu pemberian topical pada kulit dan pemberian topical pada mata. Pemberian obat secara topical, tidak banyak obat yang dapat menembus kulit utuh. Jumlah obat yang diserap bergantung pada luas permukaan kulit yang terpajan serta kelarutan obat dalam lemak karena epidermis bertindak sebagai sawar lemak. Absorpsi dapat ditingkatkan dengan membuat suspense obat dalam minyak dan menggosokkannya ke kulit, atau dengan menggunakan penutup diatas kulit yang terpajan. Obat yang banyak digunakan untuk penyakit kulit sebagai salep kulit ialah, antibiotic, kortikosteroid,

DAFTAR PUSTAKA

1. Syarif, A, Estuningtyas, A, Ascobat, P dkk 2009, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 2. Syarif, A, Estuningtyas, A, Ascobat, P dkk 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 3. Dorland, N 2002, Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29, EGC, Jakarta.4. Copeland, R 1999, Routes of Drug Administration, dalam SCH GSN The Network for The Office of Education, diakses 10 December 2010, dari < http://users.sch.gr/gestamos/Downloads/mathimata/farmakologia/Administration_drugs.ppt>

BAB IVHASIL

A. Tabel 1. Onset dan Durasi Efek Sedasi Oleh DiazepamKelinciRute Pberian ObatWaktuOnset (menit)Durasi (Menit)

Pberian ObatMunculnya EfekHilangnya Efek

AOral11.1011.1411.3304.0006.00

BIntramuscular04.0000.56

CIntravena00.2400.28

B. Tabel 2. Onset dan Durasi Efek Tidur oleh DiazepamKelinciRute Pberian ObatWaktuOnset (menit)Durasi (Menit)

Pberian ObatMunculnya EfekHilangnya Efek

AOral11.1011.2011.3310.0013.00

BIntramuscular01.5630.03

CIntravena01.1604.18

C. Tabel 3. Onset dan Durasi Efek Sedasi (Rata-rata Seluruh Kelompok)KelompokOnset (menit)Durasi (menit)

orali.mi.vOrali.mi.v

107.0001.4801.1905.0003.2306.30

201.4701.2203.4208.3202.0810.48

309.2200.1500.3705.0203.3507.48

400.4702.4000.0609.0701.2309.54

504.2801.0000.2406.1000.5600.28

600.3904.3500.1513.2104.5201.45

707.2301.3300.5705.5502.5603.29

806.1101.0902.0406.0905.5302.58

Rata-rata

D. Tabel 4. Onset dan Durasi Efek Tidur (Rata-rata Seluruh Kelompok)KelompokOnset (menit)Durasi (menit)

orali.mi.vOrali.mi.v

112.0005.1107.4915.0003.5519.08

210.2903.30-06.0908.00-

314.2404.5008.2507.2207.5020.23

409.5404.0310.0012.3213.1811.40

510.0001.5601.1613.0030.0304.18

614.00-02.0012.30-27.50

713.1804.2919.1319.0711.53

812.2007.0105.0204.5721.4110.55

BAB VPEMBAHASAN

Percobaan yang pertama dilakukan adalah percobaan mengenai pemberian obat per oral. Percobaan pertama ini dilakukan dengan cara memasukkan gavage tube ke dalam mulut kelinci hingga mencapai lambung. Hal ini dilakukan setelah memasukkan 0,3 mL diazepam ke dalam gavage tube tersebut. Setelah menyuntikkan diazepam ke dalam lambung, perhitungan stopwatch pun dimulai. Disini, dihitung waktu pemberian obat hingga muncul efek sedasi (onset sedasi), waktu dari efek sedasi hingga waktu tidur (durasi sedasi), waktu dari pemberian obat hingga tidur (onset tidur), dan waktu dari tidur hingga bangun kembali (waktu tidur). Disini, didapatkan onset sedasi adalah 4 menit, durasi sedasi 6 menit, onset tidur, 10 menit dan durasi tidur 13 menit.

Dari percobaan injeksi intramuscular yang dilakukan ini, dapat diketahui bahwa obat yang diinjeksikan sampai timbul efek obat membutuhkan waktu 30:03 menit. Sesuai teori, obat yang diinjeksikan melalui intramuscular membutuhkan waktu 10-20 menit (Copeland, 1995). Namun dalam percobaan ini tidak sesuai dengan teori tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh kelarutan obat dalam air. Absorpsi akan lebih cepat terjadi pada otot yang memiliki pembuluh darah lebih banyak karena dapat diabsorpsikan oleh aliran darah melalui kapiler yang melayani otot. Dalam percobaan ini kemungkinan tempat injeksi obat tidak terlalu tepat pada otot yang mempunyai pembuluh darah yang lebih banyak sehingga waktu untuk timbulnya efek obat mulai dari pemberian obat tersebut lebih lama.