toksik lingkungan

4
TPA Suwung adalah sarana yang dirancang dengan metode sanitary landfill, tetapi kenyataan dalam pelaksanaan operasionalnya menggunakan system open dumping, sehingga menimbulkan dampak negatif bagi kualitas lingkungan yang meliputi dampak pencemaran terhadap air tanah, air sungai, air laut, udara, tumbuhnya hewan hama dan vector penyakit serta dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat sekitarnya. Sistem open dumping di TPA Sampah Suwung akan sangat berpengaruh terhadap kualitas lingkungan sekitarnya, khusus kualitas air tanah dangkal di sekitar TPA Suwung. Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Suwung sebagai tempat pembuangan, penimbunan sampah dari Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, tidak jauh dari daerah pemukiman penduduk sehingga dikhawatirkan akan dapat mencemari lingkungan, terutama kualitas air tanah dangkal sebagai sumber air yang dimanfaatkan masyarakat sekitarnya. Dan sampai saat ini, penduduk yang bermukim di sekitar TPA Sampah Suwung yaitu di Banjar Pesanggaran, Kelurahan Pedungan masih memanfaatkan air tanah dangkal (air sumur) sebagai sumber air minum, MCK dan lain sebagainya. Tujuan penelitian adalah (1) untuk mengetahui konsentrasi parameter pencemar dalam air lindi sampah (leachate) yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah Suwung, (2) untuk mengetahui pengaruh air lindi sampah (leachate) dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah Suwung terhadap kualitas air tanah dangkal yang berada pada jarak 1 – 375 m dari TPA, (3) untuk mengetahui status kualitas air tanah dangkal yang berada pada jarak 1 – 375 m dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah Suwung.

description

toksik lingkungan

Transcript of toksik lingkungan

Page 1: toksik lingkungan

TPA Suwung adalah sarana yang dirancang dengan metode sanitary landfill, tetapi

kenyataan dalam pelaksanaan operasionalnya menggunakan system open dumping, sehingga

menimbulkan dampak negatif bagi kualitas lingkungan yang meliputi dampak pencemaran

terhadap air tanah, air sungai, air laut, udara, tumbuhnya hewan hama dan vector penyakit serta

dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat sekitarnya. Sistem open dumping di TPA

Sampah Suwung akan sangat berpengaruh terhadap kualitas lingkungan sekitarnya, khusus

kualitas air tanah dangkal di sekitar TPA Suwung. Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir

(TPA) Sampah Suwung sebagai tempat pembuangan, penimbunan sampah dari Kota Denpasar

dan Kabupaten Badung, tidak jauh dari daerah pemukiman penduduk sehingga dikhawatirkan

akan dapat mencemari lingkungan, terutama kualitas air tanah dangkal sebagai sumber air yang

dimanfaatkan masyarakat sekitarnya. Dan sampai saat ini, penduduk yang bermukim di sekitar

TPA Sampah Suwung yaitu di Banjar Pesanggaran, Kelurahan Pedungan masih memanfaatkan

air tanah dangkal (air sumur) sebagai sumber air minum, MCK dan lain sebagainya. Tujuan

penelitian adalah (1) untuk mengetahui konsentrasi parameter pencemar dalam air lindi sampah

(leachate) yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah Suwung, (2) untuk mengetahui

pengaruh air lindi sampah (leachate) dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah Suwung terhadap

kualitas air tanah dangkal yang berada pada jarak 1 – 375 m dari TPA, (3) untuk mengetahui

status kualitas air tanah dangkal yang berada pada jarak 1 – 375 m dari Tempat Pembuangan

Akhir Sampah Suwung.

Sesungguhnya, limbah yang dihasilkan deterjen sangat merusak lingkungan. Karena

deterjen merupakan hasil sampingan dari proses penyulingan minyak bumi yang diberi berbagai

tambahan bahan kimia, seperti surfaktan (bahan pembersih), alkyl benzene (ABS) yang

berfungsi sebagai penghasil busa, abrasif sebagai bahan penggosok, bahan pengurai senyawa

organik, oksidan sebagai pemutih dan pengurai senyawa organik, enzim untuk mengurai protein,

lemak atau karbohidrat untuk melembutkan bahan, larutan pengencer air, bahan anti karat dan

yang lainnya.

Berdasarkan penelitian lebih lanjut, diketahui ABS ternyata mempunyai efek buruk

terhadap lingkungan, yaitu sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Sehingga sisa limbah deterjen

yang dihasilkan setiap hari oleh rumah tangga akan menjadi limbah berbahaya yang mengancam

stabilitas lingkungan hidup. Limbah deterjen yang dihasilkan rumah tangga akan bermuara pada

Page 2: toksik lingkungan

sebuah tempat, seperti selokan ataupun kolam. Biasanya, eceng gondok akan tumbuh dengan

populasi yang cukup besar pada ujung selokan.

Detergen memiliki efek beracun dalam air, karena detergen akan menghancurkan lapisan

eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan parasit. Deterjen juga dapat menyebabkan

kerusakan pada insang. Kebanyakan ikan akan mati bila konsentrasi deterjen 15 bagian per juta.

Deterjen dengan konsentrasi rendah, sekitar 5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan.

Surfaktan yang terkandung dalam deterjen akan mengurangi kemampuan

perkembangbiakan organisme perairan. Deterjen juga memiliki andil besar dalam menurunkan

kualitas air. Bahan kimia organik seperti pestisida dan fenol, hanya dengan konsentrasi 2 ppm

saja dapat diserap ikan dua kali lipat dari jumlah bahan kimia lainnya.

Contoh nyata efek buruk dari limbah deterjen adalah Danau Toba. Seperti sama kita

ketahui, eceng gondok tumbuh subur nyaris tidak terkendali pada semua bibir pantai Danau

Toba. Hal tersebut terjadi, selain dari residu pelet yang ditabur pada kerambah yang berserak di

Danau Toba, ditengarai juga berasal dari sisa deterjen yang dipakai masyarakat Danau Toba

yang masih mencuci di perairan ditambah limbah dari restoran, rumah makan dan hotel-hotel

yang berada di sekitar Danau Toba yang membuang limbahnya secara langsung ke dalam danau.

Selain merusak keindahan Danau Toba sebagai daerah tujuan wisata andalan Sumatera

Utara, pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali itu akan menutupi perairan, sehingga

bagian dasar air tidak terkena sinar matahari. Menyebabkan kadar oksigen berkurang secara

drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi dan unsu hara meningkat sangat cepat. Jika hal

tersebut tetap dibiarkan, ikan-ikan akan mati karena kekurangan bahan makanan. Bahkan bisa

mengakibatkan cacat akibat mutasi gen.

Penggunaan deterjen memang seperti buah simalakama, di satu sisi penggunaannya

sangat dibutuhkan dan di sisi lain limbahnya ternyata berefek buruk. Beberapa negara di dunia

secara resmi telah melarang penggunaan zat ABS dalam pembuatan detergen dan

memperkenalkan senyawa kimia baru yang disebut Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang relatif

lebih ramah lingkungan. Akan tetapi penelitian terbaru oleh para ahli menyebutkan bahwa

senyawa ini juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit terhadap lingkungan. Menurut data

yang diperoleh bahwa dikatakan alam lingkungan membutuhkan waktu selama 90 hari untuk

mengurai LAS dan hanya 50 persen dari keseluruhan yang dapat diurai.

Page 3: toksik lingkungan

Sebagai insan yang perduli dengan keselamatan lingkungan, ada beberapa hal yang dapat

dilakukan untuk sedikit menekan efek buruk yang ditimbulkan penggunaan deterjen. Sebelum

memilih jenis deterjen, perhatikan jenis surfaktan yang terkandung dalam deterjen. Pilihlah yang

mengandung LAS atau LABS ( Linear Alkyl Benzene Sulfonate) bukan ABS yang sulit terurai.

Pilih deterjen yang sama sekali tidak mengandung fosfat atau yang kadar fosfatnya sangat

rendah. Limbah cucian dengan kadar fosfat rendah sebaiknya digunakan untuk menyiram

tanaman karena fosfat sangat baik untuk tanah dan tanaman, tapi tidak baik untuk badan air.

Beberapa deterjen mengandalkan produknya sebagai deterjen berlimpah busa, sebaiknya pilih

saja detergen yang mengandung sedikit busa. Sehingga air yang digunakan untuk membilas tidak

terlalu banyak. Terakhir, gunakan produk lokal. Selain membudayakan cinta produk dalam

negeri dan membantu perekonomian, penggunaan produk lokal akan meminimalisir jejak karbon

yang dihasilkan dari transportasi.