Lapak Toksik

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar utama yang diperlukan oleh manusia untuk hidup. Makanan yang dimaksud dalam kajian ini adalah makanan yang berasal dari produk pertanian. Berdasarkan pada kandungan gizinya (karbohidrat, protein, vitamin, mineral fan lemak), makanan yang di butuhkan manusia berupa tanaman pangan yang sebagian besar mengandung karbohidrat dan protein serta tanaman hortikultura yang pada umumnya mengandung vitamin dan mineral. Makanan dari produk pertanian tersedia dan siap untuk di santap dalam keadaan mentah maupun sudah di olah. Produk pertanian yang disantap dalam keadan mentah pada umumnya masing mengandung zat-zat yang digunakan dalam proses produksi, seperti pestisida. Pestisida merupakan kontaminan atau zat toksik yang di gunakan petani untuk menghindari kerusakan tanaman dari serangan hama dan penyakit. Akan ntetapi, beberapa pestisida yang digunakan memiliki sifat dapatmenempel diluar maupun di dalam jaringan bagian tanaman. Residu pestisida atau kontaminan lainya yang masih terdapat pada produk pertanian apabila termakan oleh manusia dapat menyebabkan efek berupa gangguan pada kesehatan manusia. Kontaminan pada makan an dibagi kedalam beberapa kelompok, yaitu 1). Ada dalam makanan karena 1

description

Lapak Pencemaran makanan

Transcript of Lapak Toksik

Page 1: Lapak Toksik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar utama yang diperlukan oleh

manusia untuk hidup. Makanan yang dimaksud dalam kajian ini adalah makanan yang

berasal dari produk pertanian. Berdasarkan pada kandungan gizinya (karbohidrat,

protein, vitamin, mineral fan lemak), makanan yang di butuhkan manusia berupa

tanaman pangan yang sebagian besar mengandung karbohidrat dan protein serta

tanaman hortikultura yang pada umumnya mengandung vitamin dan mineral.

Makanan dari produk pertanian tersedia dan siap untuk di santap dalam keadaan

mentah maupun sudah di olah. Produk pertanian yang disantap dalam keadan mentah

pada umumnya masing mengandung zat-zat yang digunakan dalam proses produksi,

seperti pestisida. Pestisida merupakan kontaminan atau zat toksik yang di gunakan

petani untuk menghindari kerusakan tanaman dari serangan hama dan penyakit. Akan

ntetapi, beberapa pestisida yang digunakan memiliki sifat dapatmenempel diluar

maupun di dalam jaringan bagian tanaman. Residu pestisida atau kontaminan lainya

yang masih terdapat pada produk pertanian apabila termakan oleh manusia dapat

menyebabkan efek berupa gangguan pada kesehatan manusia. Kontaminan pada makan

an dibagi kedalam beberapa kelompok, yaitu 1). Ada dalam makanan karena

konsekuensi kejadian alami; 2). Hasil dari berlebihnya penggunaan atau bentuk

penggunaan alat yang secara sengaja digunakan sebagai tambahan pada saat proses; 3)

sebagai hasil dari residu yang diketahui sebagai bahan berbahaya didalam pengolahan

yang terbawa kedalam produk untuk konsumen; 4) hasil dari penyimpanan dan

pengemasan yang digunakan atau di gunakan kembali bahan tersebut.

Produk pertanian yang telah diolah sebelum disantap pada umumnya menggunakan

zat –zat yang di tambahakan kedalam olahan makanan(food aditif) dengan tujuan –

tujuan tertentu seperti 1) mengawetkan makanan dengan menggunakan antibakteri,

anticendawwan, atau atioksidan; 2) mengubah karakteristik fisik, teruttama padaproses

pemasakan ;3) mengubah rasa ;4) mengubah warna ;5) dan untuk mengubah bau.

Apabila bahan tambahan makan an yang digunakan merupakan bahan yang aman

1

Page 2: Lapak Toksik

digunakan dan dosis atau konsentarasi nya sesuai dengan aturan yang biasanya

tercantum dalam label kemasan maka makanan tersebut akan aman untuk di konsumsi.

Makanan dan produk pertanian yang tercampur dengan kontaminasi atau telah

ditambahkan dengan zat tertentu memiliki ciri – ciri yang khas yang dapat dikenali, baik

dari fisik berupa warna, bau, dan tekstur maupun dari kandungan bahan kimiawi. Untuk

mengetahui apakah makanan dan produk pertanian mengandung zat-zat toksik yang

dapat membahayakan kesehatan tubuh manusia, maka dilakukan kajian mengenai

karakteristik makanan dan produk pertanian tercemar, berdasarkan sifat fisik dan

kandungan kimia.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui serta

memahami karakteristik makanan dan produk pertanian tercemar, berdasarkan sifat fisik

dan kandungan kimia.

1.3 Rumusan Masalah

1. Berdasarkan pada pengamatan anda, adakah bahan makanan tersebut yang

bersifat toksik

2. Zat apakah yang menurut anda bersifat toksik

3. Bagaimanakah karakteristik bahan makanan yang bersifat toksik? Bandingkan

dengan bahan makanan yang dinilai tidak bersifat toksik!

4. Bagaimana efek yang akan ditimbulkan apabila bahan makanan tersebut

dikonsumsi oleh manusia?

2

Page 3: Lapak Toksik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pencemaran Makanan

Zat fisik-kimia ataupun biologis yang masuk ke dalam makanan yang dapat

mengubah secara fisik dan kimia menjadi bahan makanan yang berbeda. Zat-zat

tersebut beberapa diantaranya bersifat toksik dan dapat mengganggu kesehatan manusia.

Zat toksik tersebut dapat berasal dari alam maupun buatan manusia yang apabila

masuk ke dalam makanan secara disengaja ataupun tidak disengaja dapat menimbulkan

efek yang merugikan bagi kesehatan.

II.2 Bahan Tambahan Pangan

Bahan tambahan pangan (Food Additive) adalah bahan atau campuran bahan

yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan

kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan. Jadi bahan

tambahan pangan ditambahkan untuk memperbaiki karakter pangan agar memiliki

kualitas yang meningkat (Budiyanto,2004)

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang

bahan tambahan pangan atau aditif adalah suatu bahan yang ditambahkan dan

dicampurkan kedalam bahan pangan sewaktu pengolahan untuk meningkatkan mutu.

Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Makanan

Menurut Syah (2005) secara khusus tujuan penggunaannya bahan

tambahan adalah untuk :

a.Membentuk makanan menjadi lebih baik dan lebih enak di mulut.

b.Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah

selera .

c.Meningkatkan kualitas makanan.

d.Menghemat biaya.

e.Mempertahankan atau memperbaiki nilai gizi makanan.

3

Page 4: Lapak Toksik

Penggolongan Bahan Tambahan Pangan

Pengelompokan bahan tambahan makanan yang diizinkan

penggunaannya dalam makanan menurut Permenkes RI.722/Per/IX/88 sebagai

berikut :

a. Antioksidan

Fungsinya melindungi suatu hasil produk terhadap pengaruh proses

oksidasi warna dan baunya Contoh : Asam Askorbat, digunakan sebagai

anti oksidan pada produk daging dan ikan serta sari buah kalengan, Butil

Hidroksianisol (BHA) dipakai sebagai antioksidan pada lemak, minyak

dan margarin.

b. Pengatur asam

Bahan tambahan makanan yang dapat mengasamkan, menetralkan dan

mempertahankan derajat keasaman. Contoh : Asam Asetat, Asam Sitrat,

Asam Malat, Asam Suksinat, Asam Tartrat dan Asam Laktat.

c. Pemanis Buatan adalah bahan tambahan makanan yang menyebabkan

rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai

gizi. Contoh : Sakarin, Siklamat, Aspartam

d. Pemutih, digunakan dalam produksi tepung agar warna putih yang

merupakan ciri khas tepung dapat terjaga dengan baik. Contoh : Benzoil

Peroksida

e. Pengental, bahan makanan yang merupakan cairan dapat dikentalkan

dengan menggunakan gumi dan bahan polimer sintetik. Contoh : Ekstrak

rumput laut, Gelatin

f. Pengawet adalah bahan tambahan yang digunakan untuk menghambat

fermentasi atau penguraian terhadap makanan yang disebabkan oleh

mikroorganisme. Contoh : Asam Benzoat dan garamnya, Asam Sorbat

serta garam dan kaliumnya, efektif untuk menghambat pertumbuhan

bakteri, jamur dan ragi, biasaya dipake dalam keju, margarin, acar, buah

kering, jelli, pekatan sari buah dan minuman ringan mengandung CO2.

4

Page 5: Lapak Toksik

g. Pengeras adalah bahan tambahan yang dapat memperkeras atau mencegah

melunaknya makanan. Contoh : Aluminium Sulfat, Kalsium Klorida,

Kalsium Glukonat dan Kalsium Sulfat pada buah yang dikalengkan

misalnya apel dan tomat.

h. Penyedap rasa adalah bahan tambahan yang diberikan untuk

menambahkan atau mempertegas rasa atau aroma. Contoh : MSG (Mono

Sodium Glutamate)

i. Pewarna adalah bahan tambahan makanan/minuman yang dapat

memperbaiki atau memberikan warna pada makanan/minuman. Contoh :

Tartrazin (kuning jingga), Carmoisine (merah).

Penyimpangan Penggunaan Bahan Tambahan Makanan

Menurut Syah (2005) pengaruh bahan tambahan makanan terhadap kesehatan

umumnya tidak langsung dapat dirasakan atau dilihat, maka produsen sering kali

tidak menyadari bahaya penggunaan bahan makanan yang tidak sesuai dengan

peraturan. Penyimpangan atau pelanggaran mengenai penggunaan bahan

tambahan makanan yang sering dilakukan oleh produsen makanan, yaitu :

a. Menggunakan bahan makanan yang dilarang penggunaannya untuk makanan.

Misalnya : Pengawet makanan menggunakan formalin, Pewarna makanan

menggunakan rodamin (pewarna pakaian)

b. Menggunakan bahan tambahan makanan melebihi dosis yang diizinkan.

Misalnya pada konsentrasi tinggi, sakarin akan menimbulkan rasa pahit-getir

(nimbrah) dan bisa menyebahkan mual dan pusing.

II.3 Mie Instan

Mi instan atau mi kering adalah produk makanan kering yang dibuat dari tepung

terigu dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan berbentuk khas mi

yang siap dihidangkan, dimasak atau diseduh dengan air mendidih paling lama 5 menit

(Ubaidillah, 2000). Mi Instan telah dikonsumsi sebagai makanan pokok pengganti, oleh

5

Page 6: Lapak Toksik

sebagian masyarakat dan merupakan jenis pangan yang luas penyebarannya

(Haryadi,1992). Hal ini disebabkan karena harganya relatif murah, nilai kalori cukup

tinggi dan dapat diproduksi dalam berbagai bentuk yang menarik dan daya tahan yang

cukup tinggi (Harper et al,1979). Serta tren gaya hidup masyarakat yang cenderung

makin praktis.

Bahan baku pembuatan mi instan adalah tepung terigu. Bahan tambahan yang

umum digunakan dalam pembuatan mi instan adalah garam alkali, yaitu Na2CO3 dan

K2CO3 yang umum disebut senyawa kansui. Berdasarkan proses pengeringan, mi

dibedakan menjadi dua yaitu mi instan dan mi kering (mi telur). Pengeringan mi instan

dengan mengunakan minyak goreng sebagai media pengeringan (instan atau fried

noodle), sedangkan mi kering pengeringannya dengan menggunakan udara panas (dried

noodle). Mi instan mampu menyerap minyak hingga 20% selama penggorengan,

sehingga mi instan memiliki keunggulan rasa dibanding mi jenis lain. Namun

demikian, mi instan disyaratkan agar pada saat perebusan tidak ada minyak yang

terlepas ke dalam air dan hasilnya mi harus cukup kompak dan permukaannya tidak

lengket (Astawan, 2006).

Tepung terigu yang digunakan untuk memproduksi mi kering adalah tepung

terigu dengan kadar gluten 10-12%. Tepung terigu ini tergolong dalam medium hard

fluor. Tepung terigu ini berfungsi membentuk struktur mi, sumber protein dan

karbohidrat. Kandungan protein utama dari tepung terigu yang berperan dalam

pembuatan mi adalah gluten. Gluten adalah suatu jenis protein yang terdiri dari dari

36% gliadin, 20% glutenin, 17% mesonin dan 7% campuran albumin dan globulin

(Darmawan, 1994). Apabila ke dalam tepung terigu ditambah air, glutenin akan

mengembang. Selama proses pengembangan, glutenin akan menyerap gliadin, mesonin

dan sebagian protein yang dapat larut dalam air sehingga membentuk suatu massa yang

kenyal dan elastis (Ridwan dan Wiriarno,1990) sehingga akan mempengaruhi sifat

elastisitas dan tekstur mi yang dihasilkan. Menurut Ruiter (1987), karakteristik

elastisitas gluten dianggap berasal dari fraksi glutenin, sedangkan karakteristik liat dan

melekat diperoleh dari fraksi prolamin.

Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 01.3551-2000 mi instan

didefinisikan sebagai produk makanan ringan yang dibuat dari tepung terigu atau tepung

6

Page 7: Lapak Toksik

beras atau tepung lainnya sebagai bahan utama dengan atau tanpa penambahan makanan

lainnya yang diizinkan. Mi ini dibuat dengan penambahan beberapa proses setelah

diperoleh mi segar. Tahap-tahap tersebut yaitu pengukusan, pembentukan dan

pengeringan. Kadar air mi instan umumnya mencapai 5-8 % sehingga memiliki daya

simpan yang relatif lama (Astawan, 2006).

II.4 Minuman Ringan

Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan

minuman olahan dalam bentuk bubur atau cair yang mengandung bahan makanan atau

bahan tambahan lainnya, baik alami maupun sintetis yang dikemas dalam kemasan siap

saji. Bahan tambahan tersebut dapat berupa pemanis buatan.

Pemanis merupakan bahan tambahan makanan yang berfungsi untuk

memberikan rasa manis dan membantu mempertajam terhadap rasamanis tersebut,

biasanya memiliki nilai kalori yang lebih rendah dari gula biasa dan hampir tidak

mempunyai nilaigizi(Winarno,1997).

Berdasarkan proses produksi bahan pemanis dapat dibagi menjadi 2 golongan,

yaitu pemanis alami dan pemanis buatan (sintetis). Pemanis alami biasanya berasal dari

tanaman. Tanaman penghasil pemanis yang utama adalah tebu (Saccharum officinarum

L.) dan bit (Beta vulgaris L.). Bahan pemanis yang dihasilkan oleh kedua tanaman

tersebut dikenal sebagai gula alam atau sukrosa. Pemanis sintetis merupakan bahan

tambahan yang dapat menyebabkan rasa manis pada pangan, tetapi tidak memiliki nilai

gizi. Beberapa pemanis sintetis yang telah dikenal dan banyak digunakan adalah

sakarin, siklamat dan aspartam (Cahyadi,2008).

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan POM RI No: HK.00.05.5.1.4547

tahun 2004, siklamat merupakan pemanis sintetis non-kalori yang diperbolehkan untuk

dikonsumsi di Indonesia. Dalam perdagangan dikenal sebagai assugrin atau sucaryl.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, penggunaannya hanya

diperbolehkan untuk pasien diabetes ataupun orang yang membutuhkan makanan

berkalori rendah (BPOM,2004; Winarno, 1984). Tetapi pada kenyataannya penggunaan

siklamat semakin meluas pada berbagai kalangan dan beragam produk. Hal ini

dikarenakan harganya yang jauh lebih murah, menimbulkan rasa manis tanpa rasa

7

Page 8: Lapak Toksik

ikutan (tidak ada after taste-nya) dan memiliki tingkat kemanisan 30 kali gula

(Sudarmaji, 1982; Winarno dan Birowo,1988).

World Health Organization (WHO) menyatakan adanya batas maksimum yang

boleh dikomsumsikan per hari atau Acceptable Daily Intake (ADI) yakni banyaknya

milligram suatu bahan atau zat yang boleh dikomsumsi per kilogram bobot badan per

hari. Batas maksimun yang ditetapkan oleh WHO adalah 11 mg/kg BB. Di Indonesia

penggunaan bahan pemanis sintetis ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No.208/MenKes/Per/IV/85 tentang Bahan Tambahan

Makanan, yaitu 1 g/kg bahan.(BPOMRI,2004;Windholz,1976)

Walaupun penggunaannya diperbolehkan dan telah dibatasi, pemakaian siklamat

dilaporkan sering disalahgunakan dan penggunaannya melebihi batas yang diizinkan.

Riset BPOM pada November-Desember 2002 sudah menunjukkan bahwa konsumsi

siklamat sudah mencapai 240 % Accaptable Daily Intake (ADI) (Badan POM, 2004).

Pemanis buatan siklamat hingga saat ini penggunaannya masih banyak menimbulkan

kontroversi karena aspek keamanan jangka panjangnya yang berpotensi karsinogenik

jika terkonversi menjadi cyclohexylamine di dalam saluran pencernaan (Cahyadi,

2008). Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa pada

penambahan 10 % natrium siklamat dapat merangsang terjadinya tumor kandung kemih

(Frank, 1995).

Mengingat adanya bahaya yang dapat ditimbulkan oleh siklamat terhadap

kesehatan, maka diperlukan pemeriksaan terhadap bahan pemanis sintetis ini pada

makanan dan minuman, khususnya pada minuman ringan kemasan gelas. Penetapan

kadar pemanis sintetis ini akan dilakukan dengan metode gravimetri. Hasil pemeriksaan

ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan tambahan informasi bagi yang

berwenang dalam pengawasan terhadap kesehatan masyarakat(SNI, 1992).

II.5 Buncis

Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris L.) berasal dari Amerika, sedangkan kacang buncis

tipe tegak (kidney bean) atau kacang jogo adalah tanaman asli lembah Tahuacan-

Meksiko. Penyebarluasan tanaman buncis dari Amerika ke Eropa dilakukan sejak abad

16. Daerah pusat penyebaran dimulai di Inggris (1594), menyebar ke negara-negara

8

Page 9: Lapak Toksik

Eropa, Afrika, sampai ke Indonesia. Pembudidayaan tanaman buncis di Indonesia telah

meluas ke berbagai daerah. Tahun 1961-1967 luas areal penanaman buncis di Indonesia

sekitar 3.200 hektar, tahun 1969-1970 seluas 20.000 hektar dan tahun 1991 mencapai

79.254 hektar dengan produksi 168.829 ton.

Taksonomi tanaman buncis diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plant Kingdom

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiosspermae

Kelas : Dicotyledonae

Sub kelas : Calyciflorae

Ordo : Rosales (Leguminales)

Famili : Leguminosae (Papilionaceae)

Sub famili : Papilionoideae

Genus : Phaseolus

Spesies : Phaseolus vulgaris L.

Kacang buncis mempunyai potensi penting dalam rangka pemenuhan gizi,

perolehan devisa, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan perbaikan pendapatan

petani. Dengan demikian, usaha tani sayuran mempunyai peluang dan prospek yang

baik untuk dikembangkan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2002).

Kacang buncis merupakan penghasil sumber protein nabati dan dalam 100 g buncis

segar mengandung 32 kalori, 2.40 protein, 0.20 g lemak, 7.10 g karbohidrat, dan bahan

lain seperti fosfor dan beberapa macam vitamin (Sumartini, 1998) dan banyak

mengandung lysine dan trytophane (Ashari, 1995), zat β-sitosterol, dan stigmasterol

untuk mengobati penyakit diabetes mellitus (Rockman, 2008) serta mudah

dikembangkan budidayanya (Bangun dkk., 2001) sehingga dapat menambah pendapatan

petani dan perluasan kesempatan kerja (Rukmana, 1994).

9

Page 10: Lapak Toksik

BAB III

METODOLOGI

III.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Gedung Hama dan Penyakit

Tumbuhan Universitas Padjadjaran Jatinangor pada hari Senin tanggal 15 April 2013.

III.2 Alat dan Bahan

Beberapa bahan makanan yang berasal dari produk pertanian dalam keadaan

mentah maupun yang telah mengalami pengolahan

Mie Instan merk ABC Selera Pedas Mie Goreng, rasa Ayam Pedas Limau

Minuman Ringan Ale-ale berperisa stroberi (dari Wingsfood)

Buncis organik dan buncis anorganik

III.3 Prosedur praktikum

Disediakan beberapa bahana makanan yang mentah maupun yang telah diolah.

Mahasiswa mengamati karakteristik fisik dari makanan tersebut, sedangkan sifat

kimianya di analisis melalui kandungan zat yang tercantum di dalam kemasan produk

(komposisi). Berdasarkan pada sifat fisik dan kandungan kimiawinya mahasiswa

memilah makanan yang termasuk pada kategori aman, dapat dikonsumsi dalam jumlah

tertentu, maupun berbahaya (berdasarkan pada ADI Acceptable Daily intake maupun

BMR/batas maksimum residu).

10

Page 11: Lapak Toksik

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

Mie Instan merk ABC Selera Pedas Mie Goreng, rasa Ayam Pedas Limau

Komposisi:

- Mie : tepung terigu, minyak nabati, garam, pengatur keasaman,

penstabil, pengental nabati, dan pewarna (Tartrazin C.I. 19140)

- Bumbu : Garam, gula, penguat rasa (Monoratrium glutaman), bubuk

bawang merah, bubuk bawang putih, pewarna (karamel), perisa ayam, dan perisa

jeruk nipis.

- Minyak : Minyak nabati, mnyak cabai, bawang merah, bawang putih,

dan rauan bumbu ayam pedas limau

- Bumbu pedas : Bumbu cabai dan rempah-rempah

- Kecap manis : Gula, garam, air, kedelai, gandum, dan pengawet (Natrium

benzoat)

- Saus cabai : Cabai, gula, garam rempah-rempah, pengental nabati, dan

pengawet (Natrium benzoat)

- Bawang goreng

Minuman Ringan Ale-ale berperisa stroberi (dari Wingsfood)

Komposisi:

Air, gula, pengatur keasaman asam sitrat, konsentrat stroberi, perisa sroberi,

pengawet natrium benzoat, pemanis buatan (Aspartam 13 mg/kemasa), Asesulfam k 12

mg/kemasan, vitamin C, pewarna makanan ( Karmoisin Cl 14720, kuning FCF Cl

15985), mengandung fenilalanin (tidak cocok untuk penderita Fenilkatonuria).

Buncis organik dan buncis anorganik

Organik:

- Pendek, berisi

- Masih terdapat bekas gigitan hama (kulit kurang mulus)

- Tidak berbau pestisida (berbau khas tanaman)

- Berwarna hijau pekat

11

Page 12: Lapak Toksik

Anorganik:

- Panjang, kurang berisi

- Warna lebih cerah

- Kulit mulus

- Berbau pestisida (tidak berbau khas tanaman)

4.2 Pembahasan

Mie Instan merk ABC Selera Pedas Mie Goreng, rasa Ayam Pedas Limau

Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 01.3551-2000 mi instan

didefinisikan sebagai produk makanan ringan yang dibuat dari tepung terigu atau

tepung beras atau tepung lainnya sebagai bahan utama dengan atau tanpa penambahan

makanan lainnya yang diizinkan. Mi ini dibuat dengan penambahan beberapa proses

setelah diperoleh mi segar. Tahap-tahap tersebut yaitu pengukusan, pembentukan dan

pengeringan. Kadar air mi instan umumnya mencapai 5-8 % sehingga memiliki daya

simpan yang relatif lama (Astawan, 2006). Dalam melindungi masyarakat dari mi instan

yang tidak memenuhi persyaratan cemaran mikroba, pemerintah menetapkan SNI

01.3551- 2000, revisi SNI 01-3551-1996 "Mi Instan" seperti terlihat pada Tabel 1.

12

Page 13: Lapak Toksik

Cemaran pada produk mi instan kemungkinan dapat berupa cemaran

mikrobiologis, cemaran kimia dan cemaran fisik. Cemaran-cemaran tersebut dapat

berasal dari bahan baku utama, bahan baku pembantu lain dan bahan tambahan pangan

(BTP), udara, karyawan, mesin dan peralatan.

- Cemaran Mikrobiologis

Mi instan merupakan produk mi yang telah dikukus dan dikeringkan terlebih

dahulu dan memiliki kadar air sekitar 8-10%. Mi instan memiliki aw sekitar 0,80 dan

pH sebesar 8,7 (Yustiareni, 2000). Menurut Fardiaz (1992) dan Buckle et. al.

(2007), pangan dengan kadar air yang rendah dan pH relatif tinggi (pH > 8,5)

dikelompokkan sebagai pangan yang tidak mudah rusak. Dengan demikian, kadar air

yang rendah dan aw yang rendah menyebabkan mi instan tidak riskan jika disimpan

pada suhu ruang. Namun demikian, bukan berarti produk mi instan tersebut tidak bebas

dari adanya kemungkinan pencemaran atau kontaminasi baik adanya cemaran

mikroba/biologis, kimia maupun fisik.

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI 01.3551-2000 untuk produk mi

instan, cemaran mikroba yang mungkin terdapat pada mi instan dapat berupa bakteri E.

coli, Salmonella, kapang dan angka lempeng total. Oleh karena itu, cemaran mikroba

tersebut di dalam SNI ditetapkan batasnya. Menurut Jay (2000), mikroba perusak yang

mungkin tumbuh pada produk olahan terigu adalah bakteri genus Bacillus dan beberapa

jenis kapang. Fardiaz (1992) menyatakan bahwa jika tumbuh pada bahan pangan,

bakteri dapat menyebabkan berbagai perubahan pada penampakan maupun komposisi

kimia dan cita rasa bahan pangan tersebut. Adanya aktivitas mikroorganisme

pembentuk asam misalnya, ditandai dengan terdeteksinya bau asam pada mi basah yang

telah rusak. Pada bakteri aerobik pembentuk spora yang dapat memproduksi amilase

mungkin tumbuh pada kadar air yang tinggi dengan memanfaatkan terigu dan hasil

olahannya sebagai sumber energi. Pada kondisi kadar air lebih rendah, kapang

berpotensi untuk tumbuh yang ditandai dengan pembentukan miselia dan spora. Kapang

yang tumbuh umumnya berasal dari genus Rhizopus yang dapat dikenali dengan adanya

spora berwarna hitam (Jay, 2000).

- Cemaran Kimia

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI 01.3551-2000 (Tabel 1) untuk

produk mi instan, ditetapkan bahwa cemaran kimia yang perlu dibatasi keberadaannya

pada mi instan berupa logam-logam berat seperti timbal (Pb), raksa/merkuri (Hg) dan

arsen (As). Cemaran kimia logam- logam berat ini diduga berasal dari bahan baku

tepung terigu, garam dan air yang digunakan dalam proses produksi mi instan. Sumber

13

Page 14: Lapak Toksik

cemaran kimia logam-logam berat seperti Pb, Hg, dan As dapat berasal dari lingkungan

dan tanah tempat tumbuh asal tanaman terigu yang terkontaminasi oleh polusi asap

kendaraaan bermotor dan hasil buangan limbah industri yang mengandung logam-

logam berat; selain itu dari bahan baku garam yang tercemar oleh logam-logam berat di

tempat asalnya.

- Cemaran Fisik

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI 01.3551-2000 untuk produk mi

instan, ditetapkan bahwa cemaran fisik yang mungkin terdapat pada produk mi instan

berupa benda-benda asing lainnya. Cemaran fisik benda-benda asing ini dapat berupa

rambut, kotoran (pasir, tanah), kelupasan cat, karat, debu, potongan kertas dan tali

plastik. Sumber cemaran fisik tersebut dapat berasal dari pekerja/karyawan yang

menangani produk, pallet kayu, peralatan dan tali plastik yang digunakan untuk

pengemasan. Oleh karena itu, cemaran fisik benda-benda asing pada produk mi instan

tersebut oleh SNI 01.3551-2000 ditetapkan harus negatif.

Dari hasil pengamatan pada produk makanan Mie Instan merk ABC Selera

Pedas Mie Goreng, rasa Ayam Pedas Limau,dari segi cemaran fisik maupun cemaran

mikrobiologis produk tersebut bebas dari cemaran tersebut. Namun dari segi cemaran

kimiawi produk ini mengandung bahan atau zat kimia yang apabila dikonsumsi

melebihi ambang batas akan membahayakan kesehatan tubuh manusia. Bahan kimia

tersebut diantaranya:

a. Pewarna (Tartrazin C.I. 19140)

Pewarna sintetis pada umumnya terbuat dari bahan-bahan kimia. Misalnya tartrazin

untuk warna kuning, allura red untuk warna merah, dan seterusnya. Kadang-kadang

pengusaha yang nakal juga menggunakan pewarna bukan makanan untuk

memberikan warna pada makanan. Pewarna buatan/sintetis adalah pewarna yang

biasanya dibuat di pabrik-pabrik dan berasal dari suatu zat kimia. Pewarna ini

digolongkan kepada zat berbahaya apabila dicampurkan ke dalam makanan.

Pewarna sintetis dapat menyebabkan gangguan kesehatan terutama pada fungsi hati

dalam tubuh. Jenis pewarna yang masuk dalam komposisi soda sebagaimana yang

sudah geDoor Lab lihat adalah Pewarna Kuning FCF 15985, Karmoisin CI 14720,

Karamel, dan Allura. Sesuai izin dari Kementerian Kesehatan, pewarna yang

diperbolehkan adalah pewarna alami seperti Anato CI 75120, Beta Apo-8,

Karotenal CI 80820, Kanta santin CI 40850, Karmin CI 75470, Beta Karoten CI

14

Page 15: Lapak Toksik

75130, Karamel, dan lain sebagainya. Sementara pewarna sintetis yang

diperbolehkan adalah Biru Berlian CI 42090, Coklat HT CI 20285, Hijau FCF CI

42053, Hijau S CI 44090, Karmoisin CI 14720, Kuning FCF CI 15985, Kuning

kuinolin CI 47005, Merah Allura CI 16035, Tartrazine CI 19140, dan lain-lain. Dan

penggunaan pewarna sintetis yang tidak proporsional bisa mengganggu kesehatan.

Bahan pewarna sintetis yang boleh digunakan untuk makanan pun harus dibatasi

jumlahnya. Karena pada dasarnya, setiap benda sintetis yang masuk ke dalam tubuh

akan menimbulkan efek. Beberapa negara maju, seperti Eropa dan Jepang bahkan

telah melarang penggunaan pewarna sintetis tersebut. Misalnya saja pewarna

tartrazine, telah mulai ditinggalkan oleh negara tertentu. Mereka lebih

merekomendasikan pewarna alami, seperti beta karoten.

b. Penguat rasa (Monoratrium glutamat)

Terdapat dua jenis MSG, yaitu alami dan buatan. MSG buatan berpotensi

membuat gangguan kesehatan dan justru paling banyak beredar di pasaran.

Penggunaan MSG kadang tersembunyi dengan beberapa nama di balik label

makanan. Meski ada tulisan 'protein hidrolisat' atau 'rempah-rempah', belum

tentu makanan tersebut tidak mengandung MSG dalam komposisinya.

Menurut WHO, batas aman konsumsi MSG bagi orang dewasa adalah 0-

120 mg per kg berat badan. Atau sekitar dua sendok teh untuk orang dengan

berat badan 50 kg. WHO sendiri tidak merekomendasikan bayi di bawah

umur 12 minggu untuk mengonsumsi MSG. Anak-anak yang kebanyakan

mengonsumsi MSG atau vetsin, akan kekurangan hormon thyroxin dan

parathyroid yang berdampak negatif ke pertumbuhan tulang dan

perkembangan tubuh. Hal tersebut karena tubuh kehilangan kalsium dan

fosfor.

c. Pengawet (Natrium benzoat)

Benzoat (acidum benzoicum atau flores benzoes atau benzoic acid). Benzoat

yang biasa diperdagangkan adalah garam natrium benzoate. Ciri-ciri berbentuk

serbuk atau kristal putih, halus, sedikit berbau, berasa payau, dan pada pemanasan

yang tinggi akan meleleh lalu terbakar (Sediadi, A dan Esti, 2000).

Natrium benzoat merupakan zat tambahan (eksipien) yang digunakan sebagai

pengawet. Natrium benzoat memiliki ambang batas penggunaan 600 mg/l.

(Anonim, 2006). Benzoat merupakan unsur alami yang terdapat dalam beberapa

15

Page 16: Lapak Toksik

tumbuhan. Dan sering digunakan sebagai anti bakteri atau anti jamur untuk

mengawetkan makanan. Penambahan ini menghasilkan dalam penurunan kapasitas

buffer diet, dan setelah itu akan meningkatkan keasaman dari urin (Mroz et al.,

2000). Batas atas benzoat yang diizinkan dalam makanan adalah 0,1% untuk

Amerika Serikat. Sedangkan di negara-negara lain berkisar antara 0,15-0,25%. Pada

negara-negara Eropa, batas benzoat berkisar antara 0,015-0,5% (Ibekwe et al.,

2007).

Natrium benzoat digunakan secara luas dalam industri minuman. Di Inggris

natrium benzoat digunakan oleh minuman bermerek Britvic, termasuk Britvic 55

rasa apel dan jeruk, Pennine Spring, dan Shandy Bass. Belum diketahui apakah

produk-produk ini juga merupakan produk yang dites. Manfaat lain dari Natrium

Benzoat adalah sebagai bahan pengawet agar tidak berbau tengik, tidak cepat rusak,

menjaga rasa makanan, dan sebagainya. Efek yang terjadi bila melebihi dosis

adalah iritasi terhadap lambung.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/88 terdapat 26 jenis

pengawet yang diizinkan untuk digunakan dalam makanan. Kelompok pengawet

tersebut adalah asam benzoat, asam propionat, asam sorbat, belerang dioksida, etil

p-hidroksi benzoat, kaloum benzoat, kalium bisulfit, kalium nitrat, kalium nitrit,

kalium propionat, kalium sorbat, kalium sulfit, kalsium benzoat, kalsium propionat,

kalsium sorbat, natrium benzoat, metil-p-hidroksi benzoat, natrium bisulfit, natrium

metabisulfit, natrium nitrat, natrium nitrit, natrium propionat, natrium sulfit, nisin,

propil-p-hidroksi benzoat. Dengan kata lain, penggunaan pengawet tersebut harus

mengikuti takaran yang dibenarkan. Meski kandungan bahan pengawet umumnya

tidak terlalu besar, akan tetapi jika dikonsumsi secara terus-menerus tentu akan

berakumulasi dan menimbulkan efek terhadap kesehatan. Dampak lain dari bahan

pengawet minuman adalah kanker. Bila dikonsumsi secara berlebihan dapat timbul

efek samping berupa edema (bengkak) yang dapat terjadi karena retensi atau

tertahannya cairan di dalam tubuh. Dapat pula naiknya tekanan darah sebagai akibat

bertambahnya volume plasma lantaran pengikatan air oleh natrium. (Fadliwdt,

2007)

Penambahan pengawet Natrium Benzoat dan Kalium Sorbat pada bahan pangan

memang tidak dilarang pemerintah. Namun, hendaknya tidak menambahkan dua

jenis makanan sesuka hati, karena bahan pengawet ini akan menjadi berbahaya jika

dikonsumsi secara berlebihan. Asosiasi Konsumen Penang pada 1988 silam telah

menyatakan bahwa berdasarkan penelitian Badan Pangan Dunia (FAO), konsumsi

16

Page 17: Lapak Toksik

benzoat yang berlebihan pada tikus akan menyebabkan kematian dengan gejala-

gejala hiperaktif, sawan, kencing terus-menerus dan penurunan berat badan.

Natrium Benzoat dikenal juga dengan nama Sodium Benzoat atau Soda Benzoat.

Bahan pengawet ini merupakan garam asam Sodium Benzoic, yaitu lemak tidak

jenuh ganda yang telah disetujui penggunaannya oleh FDA (Badan Administrasi

Pangan dan Obat di Amerika Serikat) dan telah digunakan oleh para produsen

makanan dan minuman selama lebih dari 80 tahun untuk menekan pertumbuhan

mikro organisme (jamur). Menurut sebuah studi WHO, Sodium Benzoat adalah

bahan pengawet yang digunakan untuk makanan dan minuman serta sangat cocok

buat jus buah maupun minuman ringan. Itu sebabnya, Sodium Benzoat banyak

digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman seperti jus buah, kecap,

margarin, mentega, minuman ringan, mustard, sambal, saus salad, saus tomat, selai,

sirop buah, dan lainnya.

Sodium Benzoat yang secara alami terdapat pada apel, cengkeh, cranberry

(sejenis buah berry yang digunakan untuk membuat agar-agar dan saus), kayu

manis, prem (yang dikeringkan) dan lain- lain. Sebuah riset yang dilakukan oleh

Sheffield University di Inggris terhadap bahan pengawet makanan dan minuman

yang umum digunakan, menyatakan bahwa sodium benzoate diperkirakan dapat

merusak DNA.

Minuman Ringan Ale-ale berperisa stroberi (dari Wingsfood)

Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan dan minuman

saat ini sering ditemui. Bahan tambahan atau yang dikenal dengan zat aditif pada

makanan atau minuman dapat berupa pewarna, penyedap rasa, dan aroma, pemantap,

antioksidan, pengawet, pengemulsi, pemucat, pengental dan pemanis.

Pada Minuman Ringan Ale-ale berperisa stroberi (dari Wingsfood) ini dari hasil

pengamatan tercantum bahan-bahan kimia diantaranya:

- Pengatur keasaman asam sitrat

Pengaturan keasaman, yang terdiri dari pengasaman, penetral, dan pendapar.

Pengasaman digunakan untuk penegas rasa dan aroma serta dapat mencegah sisa

rasa asam yang tidak disukai atau mempertahankan derajad keasaman pada bahan

makanan, contohnya adalah asam sitrat,asam fosfat pada minuman .Penetral

digunakan untuk menurunkan derajat keasaman makanan.Pendapar digunakan

17

Page 18: Lapak Toksik

untuk membuat makanan supaya tidak terlalu asam atau basa,contohnya adalah

kalsium glukonat.

- pengawet natrium benzoat

Natrium benzoat merupakan zat tambahan (eksipien) yang digunakan sebagai

pengawet. Natrium benzoat memiliki ambang batas penggunaan 600 mg/l.

(Anonim, 2006). Benzoat merupakan unsur alami yang terdapat dalam beberapa

tumbuhan. Dan sering digunakan sebagai anti bakteri atau anti jamur untuk

mengawetkan makanan.

Penggunaan pengawet tersebut harus mengikuti takaran yang dibenarkan.

Meski kandungan bahan pengawet umumnya tidak terlalu besar, akan tetapi jika

dikonsumsi secara terus-menerus tentu akan berakumulasi dan menimbulkan efek

terhadap kesehatan. Dampak lain dari bahan pengawet minuman adalah kanker.

Bila dikonsumsi secara berlebihan dapat timbul efek samping berupa edema

(bengkak) yang dapat terjadi karena retensi atau tertahannya cairan di dalam tubuh.

Dapat pula naiknya tekanan darah sebagai akibat bertambahnya volume plasma

lantaran pengikatan air oleh natrium. (Fadliwdt, 2007)

- pemanis buatan (Aspartam 13 mg/kemasan)

Aspartam merupakan salah satu pemanis, yang merupakan golongan

protein (asam amino fenilalanin & asam aspartat). Asam amino ini secara

alami juga terdapat dalam makanan yang mengandung protein, seperti

daging, ikan, ayam, biji bijian dan produk susu. Aspartam aman dan telah

banyak dibuktikan melalui lebih dari 200 studi ilmiah. Penggunaan

aspartame pada produk pangan pun telah disetujui oleh Regulatory

Authorities di lebih dari 100 negara di dunia termasuk Indonesia (Badan

Pengawasan Obat dan Makanan), FDA, The Center For Disease Control,

The European Commision’s scientific Committee on Foods dan ahli-ahli dari

United Nation of Food and Agriculture Organization dan WHO.

Aspartam telah dinyatakan aman digunakan baik untuk penderita kencing

manis, wanita hamil, wanita menyusui bahkan anak-anak. Pengecualiannya

hanya satu, penderita fenilketonuria. Menurut US Food and Drug

Administration (FDA), The Joint Expert Committee on Food Additives

(JECFA), Americam Medical association (AMA), The American Council

18

Page 19: Lapak Toksik

On Sience and Health (ACSH) aspartam merupakan bahan makanan yang

aman bagi kesehatan, hanya berpengaruh pada rasa manis.

Penelitian yang menggunakan aspartam secara bolus sebesar 34 mg/kg

berat badan memperlihatkan bahwa walaupun hasil metabolisme aspartam

dapat melewati sawar darah plasenta, jumlahnya tidak bermakna untuk

sampai dapat menimbulkan gangguan saraf pada janin. Penelitian besar yang

dilakukan terhadap manusia, bukan hewan tikus menjelaskan bahwa tidak

ada bukti yang menunjukkan bahwa minuman soda yang mengandung

pemanis aspartam dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker. Aspartam

dapat diurai oleh tubuh menjadi kedua asam amino tersebut dan termasuk

pemanis nutritif. Hanya, aspartam tidak tahan suhu tinggi, karena pada suhu

tinggi aspartam terurai menjadi senyawa yang disebut diketopiperazin yang

meskipun tidak berbahaya bagi tubuh, tetapi tidak lagi manis. Karena itu,

aspartam tidak dipakai dalam produk pembuat kue dan dipakai hanya untuk

minuman, es krim, dan yoghurt. Jika dicerna secara normal oleh tubuh,

aspartam akan menghasilkan asam aspartat dan fenilalanina. Dengan

demikian, aman untuk dikonsumsi.

- Asesulfam k 12 mg/kemasan

Asesulfam K adalah senyawa 6- metil-1,2,3-oksatiazin-4(3H)-on-2,2-dioksida

atau merupakan asam asetoasetat dan asam sulfamat yang berada dalam bentuk

garam kalsiumnya. Tingkat kemanisan asesulfam adalah 200 kali lebih manis

daripada sukrosa dan mutu kemanisannya berada di antara sakarin dan siklamat.

Pengujian yang lama dan teliti telah membuktikan bahwa asesulfam K tidak

berbahaya bagi manusia dan stabilitasnya selama pengolahan sangat baik.

Asesulfam K dapat disintesis dengan harga yang relatif murah dan dengan

perolehan yang sangat murni. Meskipun demikian, senyawa- senyawa tersebut

masih harus melalui serangkaian pengujian yang panjang terutama dalam aspek

keamanannya bagi manusia.

- pewarna makanan ( Karmoisin Cl 14720, kuning FCF Cl 15985)

Karmoisin atau dikenal juga dengan azorubine merupakan pewarna azo dengan

rumus kimia C20H12N2Na2O7S2 (Gambar 1). Senyawa ini memiliki berat

19

Page 20: Lapak Toksik

molekul 502.44 g/mol dengan nama kimia disodium 4-hydroxy-3- (4-sulphonato-1-

naphthylazo) naphthalene-1-sulphonate (EFSA 2009). Karmoisin bersifat larut air

dan sedikit larut pada etanol. Senyawa ini biasanya berbentuk bubuk garam

disodium dengan warna merah hingga maroon. Karmoisin umum digunakan pada

makanan yang mengalami proses pemanasan setelah difermentasi (Amin et al.

2010).

Hingga saat ini, Karmoisin merupakan pewarna makanan sintetis yang

diizinkan di Uni Eropa dengan level maksimal penggunaan yang diizinkan sebesar

50-500 mg/kg pangan untuk berbagai jenis bahan pangan dengan nilai Acceptable

Daily Intake (ADI) sebesar 0-4 mg/kg BB/hari. Sebagian dari karmoisin yang

dicerna mengalami reduksi azo dalam usus. Selain itu, karmoisin yang tidak

termodifikasi dan 5 metabolit tidak dikenal juga ditemukan pada feses (EFSA

2009). Menurut Amin et al. (2010), karmoisin dapat tereduksi dalam organisme

menjadi sebuah amine aromatik yang sangat sensitif. Beberapa penelitian yang telah

dilakukan menunjukkan efek negatif dari karmoisin. Studi yang dilakukan oleh

Amin et al. (2010) menyimpulkan bahwa pewarna makanan seperti tartrazin dan

karmoisin dapat memberikan pengaruh negatif dan mengubah beberapa penanda

biokimia pada organ- organ penting seperti hati dan ginjal, baik pada dosis tinggi

ataupun rendah. Lebih jauh lagi, tartrazin dan karmoisin juga memberikan efek

yang lebih beresiko pada dosis yang lebih tinggi karena dapat menginduksi stress

oksidatif melalui pembentukan radikal bebas. Sharma et al. (2006) menemukan

bahwa dua dosis Tomato Red (campuran karmoisin dan ponceau 4R) menunjukkan

peningkatan yang signifikan pada aktivitas alkaline phospatase (ALP). Pada

keadaan normal, ALP yang berada di dalam hati akan diekskresikan ke dalam

empedu. Jika terjadi kerusakan atau obstruksi pada hati dan saluran empedu, seperti

kolestasis, maka kadar ALP darah akan meningkat. Selain itu, Sharma et al. (2005)

juga mengamati adanya peningkatan yang signifikan pada serum transaminase, total

protein serum dan globulin tikus yang dietnya ditambahkan pewarna cokelat A dan

B (Sunset Yellow, tartrazin, karmoisin dan Brilliant Blue pada berbagai

konsentrasi). Peningkatan spesifik pada fraksi globulin akan menuju kepada

peningkatan sintesis immunoglobulin, mekanisme pertahanan yang bertujuan untuk

melindungi tubuh dari efek toksik pewarna sintesis tersebut.

- fenilalanin (tidak cocok untuk penderita Fenilketonuria).

20

Page 21: Lapak Toksik

Fenil alanin pada aspartam tidak berbahaya. Fenil alanin justru

merupakan salah satu dari dari delapan asam amino esensial yang diperlukan

tubuh untuk pertumbuhan, regenerasi, dan untuk fungsi faal tubuh. Fenil

alanin tidak menumpuk di tubuh. Pada proses penyerapan makanan, fenil

alanin diserap dan melalui metebolisme tubuh secara normal sama seperti

makanan pada umumnya yang juga mengandung fenil alanin seperti daging,

gandum, dan kacang-kacangan.

Fenilketonuria adalah penyakit di mana penderita tidak dapat

memetabolisme fenilalanina secara baik karena tubuh tidak mempunyai

enzim yang mengoksida fenilalanina menjadi tirosina dan bisa terjadi

kerusakan pada otak anak. Dan karena itu perlu untuk mengontrol asupan

fenilalanina yang didapatnya. Penyakit ini tidak pernah ditemukan di

Indonesia, tetapi pada orang kulit putih, itupun kejadiannya hanya satu per

15.000 orang. Bukan hanya aspartam, tapi juga segala macam makanan yang

mengandung fenilalanina termasuk nasi, daging dan produk susu. Karena itu,

pada setiap produk yang mengandung aspartam ada tanda peringatan untuk

penderita fenilketonuria bahwa produk yang dikonsumsi tersebut

mengandung fenilalanina.

Buncis organik dan buncis anorganik

Kontaminasi bahan kimia pada sayuran ada yang disebabkan oleh

penggunaan pestisida dan yang ditimbulakan dari pengaruh lingkungan (air,

tanah dan udara), sedangakan penggunaan bahan tambahan biasanya banyak

ditemukan pada produk makanan olahan (Winarno, 2004). Penggunaan pestisida

pada sayuran bertujuan untuk mengendalikan populasi hama penyakit sampai

tidak menimbulkan kerugian secara ekonomi. Namun pada kenyataanya dengan

kemajuan teknologi, agak sulit untuk dapat mingkatkkan produksi hasil tanpa

penggunaan pestisida, sehingga penggunaannya jadi berlebihan. Beberapa hasil

penelitian melaporkan bahwa residu pestisida pada sayuran sudah sampai pada

tingkat membahayakan. Hal ini terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain ; frekwensi penyemprotan, dosis, jenis pestisida yang digunakan serta

21

Page 22: Lapak Toksik

penyemprotan yang tidak mengikuti aturan semestinya; seperti dilakukannya

penyemprotan pada saat akan panen (Histifarina dkk, 2003).

Penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama tanaman memberikan

pengaruh yang positif, tetapi pestisida memiliki efek samping terhadap

kesehatan manusia, apalagi bila penggunaannya tidak sesuai aturan dan

dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Efek samping dari penggunaan

pestisida dalam jangka panjang tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan

manusia tetapi juga lingkungan, keseimbangan ekosistem serta dapat

mengurangi populasi predator alami (Histifarina dkk, 2003). Selanjutnya dari

hasil penelitian terdahulu juga dilaporkan bahwa di negara yang sedang

berkembang residu pestisida DDT (rata – rata mencapai 5 – 10 ppm) merupakan

residu tertinggi setelah itu diikuti oleh aldrin dan dieldrin. Namun sejak tahun

1992 Deptan telah melarang penggunaan DDT baik untuk pertanian maupun

pemberantasan nyamuk malaria (Wianrno, 2004). Kontaminasi lain yang

berbahaya ditemukan pada sayuran adalah logam berat seperti HG, PB, Cd dan

Cr. Sumber kontaminasi ini biasanya berasal dari tanah, air dan udara yang

sudah tercemar. Dilaporkan bahwa kandungan timah hitam (Pb) pada sayuran

yang ditanam di Jakarta ternyata lebih tinggi dari pada yang ditanam di luar

Jakarta. Hal ini karena petani sayuran dan juga air yang digunakan untuk

menyiram.Sayuran yang mengandung Pb bila dikonsumsi dalam jangka panjang

akan terakumulasi dalam tubuh (100 – 120 mg/dl darah) menyebabkan

keracunan (Khomsan, 2002).

22

Page 23: Lapak Toksik

BAB V

PENUTUP

V.I Kesimpulan

V.II Saran

23

Page 24: Lapak Toksik

DAFTAR PUSTAKA

http://syekhfanismd.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/BUNCIS.pdf

repository.usu.ac.id/bitstream/.../5/Chapter%20I. pdf

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40793/Bab

%202%202006zno.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/

197807162006042-AI_MAHMUDATUSSA'ADAH/

BAHAN_TAMBAHAN_PANGAN.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20187/4/Chapter%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18774/5/Chapter%20I.pdf

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125438-S-5674-Rancangan%20sistem-

Pendahuluan.pdf

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/55764/BAB%20II.

%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf?sequence=3

24