Toksik Fix

37
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dapat dikatakan bahwa pelarut telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan telah menjadi bagian dari aktivitas. Manfaatnya tidak terhitung, tetapi disisi lain pelarut juga dapat membahayakan kehidupan dan meracuni lingkungan. Banyak pelarut yang banyak memiliki efek toksik bagi kesehatan dan lingkungan, resiko dapat berasal dari paparan, produksi, penyimpanan, penanganan, pemindahan, penggunaan dan pembuangan bahan-bahan kimia yang terkandung dalam pelarut. Pelarut adalah benda cair atau gas yang dapat melarutkan benda padat, cair atau gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari yaitu air, pelarut lain yang juga umum digunakan adalah pelarut organic (mengandung karbon) yang juga disebut dengan pelarut organic. Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap, meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan. Untuk membedakan antara pelarut dengan zat yang 1

description

toksik

Transcript of Toksik Fix

Page 1: Toksik Fix

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dapat dikatakan bahwa pelarut telah menjadi bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan dan telah menjadi bagian dari aktivitas. Manfaatnya tidak

terhitung, tetapi disisi lain pelarut juga dapat membahayakan kehidupan dan meracuni

lingkungan. Banyak pelarut yang banyak memiliki efek toksik bagi kesehatan dan

lingkungan, resiko dapat berasal dari paparan, produksi, penyimpanan, penanganan,

pemindahan, penggunaan dan pembuangan bahan-bahan kimia yang terkandung

dalam pelarut.

Pelarut adalah benda cair atau gas yang dapat melarutkan benda padat, cair

atau gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam

kehidupan sehari-hari yaitu air, pelarut lain yang juga umum digunakan adalah

pelarut organic (mengandung karbon) yang juga disebut dengan pelarut organic.

Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap,

meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan. Untuk membedakan antara pelarut

dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat dalam jumlah yang lebih besar.

Keonsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut

didalam larutan, molekul komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam

keadaan tercampur. Pada proses pelarutan tarikan antar partikel komponen murni

terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut.

Pelarut biasanya dibedakan berdasarkan stuktur kimia atau karakteristik

fisikanya. Penggolongan pelarut berdasarkan stuktur kimia adalah hidrokarbon sesuai

namanya maka golongan ini terdiri dari pelarut-pelarut dimana unsure hydrogen dan

carbon menjadi stuktur dasarnaya. Golongan ini terbagi menjadi tiga sub golongan

yaitu aliphatic, aromatis dan halogenated hidrokarbon. Sedangkan aliphatic dibagi

1

Page 2: Toksik Fix

lagi menjadi aliphatic jenuh dan alipathis tidak jenuh. Pelarut-pelarut golongan

hidrokarbon hampir seluruhnya berasal dari hasil distilasi minyak bumi yang

merupakan campuran dari beberapa sub-sub golongan (bukan senyawa murni),

sehingga titik didihnya berupa range dari minimum sampai maksimum bukan

merupakan titik didih tunggal. Oksigenated sovent atau pelarut dengan atom oksigen

adalah pelarut-pelarut yang stuktur kimianya mengandung atom oksigen, termasuk

kedalam golongan ester, ether, kheton dan alcohol. Kebanyakan pelarut memberikan

efek non spesifik tertentu, antara lain iritasi ditempat kontak dan depresi ssp, iritasi

pada suhu kamar pelarut berada dalam bentuk cair. Bila zat ini bersentuhan dengan

kulit iritasi mungkin terjadi karena pelarut mudah menguap, penghirupan supaya

dapat menyebabkan iritasi pada saluran napas, dan dapat juga menyebabkan iritasi

mata. Depresi ssp pada tingkat pajanan yang cukup tonngi, pelarut merupakan

depresan ssp, manifestasi klinis dimulai dengan disorientasi, perasaan pusing,

euphoria.

Oleh sebab itu untuk lebih memahami mengenai pengertian pelarut, prinsip

dasar pelarut, mekanisme pelarut, komponen dasar pelarut, keunggulan, kelemahan

dan penerapannya dalam kehidupan maka disusunlah makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dibuat beberapa rumusan

masalah seperti:

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan pelarut ?

1.2.2 Bagaimana sifat fisika kimia pelarut ?

1.2.3 Bagaimana toksisitas dari pelarut ?

1.2.4 Bagaimana penanganan toksisitas dari pelarut ?

2

Page 3: Toksik Fix

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pembuatan makalah berdasarkan uraian rumusan masalah

di atas, yaitu:

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian pelarut.

1.3.3 Memahami sifat fisika kimia pelarut.

1.3.4 Mengetahui toksisitas dari pelarut.

1.3.5 Untuk mengetahui penanganan dari toksisitas pelarut.

3

Page 4: Toksik Fix

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas,

yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan

sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia

organik (mengandung karbon) biasanya disebutpelarut organic.

Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan

pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan

jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan

jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi

adalah molar, molal, danbagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara

kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagaiencer (berkonsentrasi rendah)

atau pekat (berkonsentrasi tinggi).

Molekul komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan

tercampur. Pada proses pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan

tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut

dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk suatu sruktur zat pelarut

mengelilingi zat terlarut. Hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan

pelarut tetap stabil.

Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut,

maka tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan dan

pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan

4

Page 5: Toksik Fix

terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan tersebut adalah maksimal,

dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh.

2.2 Pengertian Pelarut

Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas,

yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam

kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah

bahan kimia organik (mengandung karbon) biasanya disebut pelarut organik.

Pelarut organik dan uap merupakan bagian yang umum dari lingkungan kita.

Pemajanan yang singkat dan sesekali terhadap uap pelarut konsentrasi rendah,

seperti bensin, cairan pemantik api, semprotan aerosol, dan penghilang noda, dapat

dikatakan relatif tidak membahayakan, namun pemajanan terhadap larutan

pembersih cat, pembersih lantai dan ubin, dan pelarut-pelarut lain dirumah atau di

industry bisa berbahaya. Selain itu, pembuangan zat-zat kimia ini banyak yang tidak

betul, akibatnya terjadi kebocoran dari tempat pembuangan yang toksik dan

mencemari air minum.

Berbagai gas anastetik, pelarut, dan fluorohidrokarbon (digunakan sebagai

propelan dalam produk aerosol) menyebabkan efek subjektif jika dihirup, namun

sering disalahgunakan dengan cara ini.

2.3 Klasifikasi Pelarut

2.3.1 Hidrokarbon Alifatik

Hidrokarbon alifatik C 1-C 4. Hidrokarbon rantai lurus dengan

empat atom karbon atau kurang terdapat dalam gas alam (metana, etana) dan

dalam gas yang dikemas dalam botol (propane, butana). Metana dan etana

merupakan” asfiksian sederhana”, efek teramati hanya jika konsentrasinya di

udara sedemikian tinggi sehingga jumlah oksigen berkurang, zat-zat ini tidak

menyebabkan efek sistemik umum.

5

Page 6: Toksik Fix

Hidrokarbon alifatik C 5-C 8. Hidrokarbon alifatik yang bobot

molekulnya lebih tinggi, seperti kebanyakan pelarut organik, menekan SSP,

menyebabkan pusing dan gangguan koordinasi. Namun, n-heksan pelarut

yang dapat digunakan terutama menimbulkan reaksi toksik berupa

polineuropati. Senyawa 2-heksanon (metal n-butil keton) menyebabkan

perubahan neurologis yang mirip dengan efek n-heksan. Keduanya

dimetabolisme menjadi 2,5-heksanadion, metabolit yang sangat toksik.

Senyawa 2,5-heksanadion berikatan dengan gugus amino pada serabut saraf

membentuk agregat dan aksonnya membengkak.

Bensin dan Minyak Tanah. Bensin dan minyak tanah, hasil

penyulingan minyak bumi yang dibuat melalui fraksionasi minyak bumi

mentah, mengandung hidrokarbon alifatik, aromatic, dan berbagai

hidrokarbon bercabang dan tidak jenuh. Zat-zat ini digunakan sebagai bahan

bakar untuk penerangan., pemanasan, mesin dan sebagai pembawa dalam

berbagai pestisida, zat pembersih, dan pengencer cat. Karena sering disimpan

dalam wadah bekas minuman, zat-zat ini sering menjadi penyebab utama

keracunan pada anak-anak. Kekhawatiran mengenai pemajanan kronis

terhadap bensin karena kandungan benzene dalam bensin sekitar 2% sehingga

memiliki kemungkinan menyebabkan leukemia.

2.3.2 Hidrokarbon Berhalogen

Karena mempunyai sifat pelarut yang baik sekali dan tidak mudah

terbakar, hidrokarbon terhalogenasi menjadi pelarut yang paling banyak

digunakan di industry. beberapa hidrokarbon berbobot molekul rendah

ditemukan dalam air minum. Beberapa diantaranya, seperti kloroform,

bromodiklorometana, dibromoklorometana, dan bromoform diperoleh dari

prekursor yang terbentuk secara alami selama klorinasi air yang lainya, seperti

6

Page 7: Toksik Fix

karbon tetraklorida, diklorometana, dan 1,2-dikloroetana, tampaknya tidak

terbentuk saat penanganan air tersebut.

Karbon Tetraklorida. Pemajanan singkat terhadap uap CCl4 dengan

konsentrasi toksik menimbulkan gejala berikut yaitu iritasi mata, hidung, dan

tenggorokan, mual dan muntah, kepala terasa penuh, pusing dan sakit kepala.

Jika pemajanansegera dihentikan gejala biasanya hilang dalam beberapa jam.

Pemajanan terus menerus dalam jumlah lebih besar dapat menyebabkan

stupor, konvulsi, atau kematian akibat depresi SSP. Kematian mendadak dapat

terjadi akibat fibrilasi ventricular depresi pusat vital dimedula.

Hidrokarbon Terhalogenasi lain. Kloroform, diklorometana

(metilen klorida), trikloroetilen, tetrakloroetilen (perkloretilen), 1,1,1-

trikloroetana dan 1,1,2,-trikloroetana menyebabkan banyak efek toksik yang

sama dengan efek CCl4.

2.3.3 Alkohol Alifatik

Metanol. Metanol (metal alkohol atau alkohol kayu) merupakan

pelarut yang umum di industry. Zat ini juga digunakan sebagai cairan

antibeku, pelarut untuk lak, beberapa cat dan pernis, serta komponen

penghilang cat. Bahan bakar padat dalam kaleng mengandung metanol. Etanol

yang dicampur metanol tidak boleh diminum dan bebas pajak, dipakai untuk

pembersih, penghilang cat. Absorpsi dan distribusi metanol mirip dengan

etanol.

Isopropanol. Digunakan untuk alkohol gosok, dalam losion tangan,

dan dalam sediaan pencair es dan antibeku, kadang-kadang menjadi penyebab

keracunan yang tidak disengaja atau disengaja. Seperti etanol dan metanol,

isopropanol merupakan depresan SSP, tetapi tidak menyebabkan retina atau

asidosis seperti metanol.

7

Page 8: Toksik Fix

Glikol. Selain digunakan sebagai penukar panas, formulasi anti beku,

cairan hidraulik, atau senyawa antara kimiawi, glikol juga digunakan sebagai

pelarut untuk bahan-bahan farmasi, zat tambahan makanan, kosmetik dan

pernis.

Etilen Glikol. Etilen glikol (HOCH2CH2OH) banyak digunakan

sebagai antibeku untuk radiator kendaraan. Produk antibeku ini yang sering

menyebabkan keracunan etilen glikol. Seperti etanol, etlen glikol

menyebabkan depresi SSP.

Dietilen Glikol. Dietilen glikol (HOCH2CH2OCH2CH2OH) digunakan

dalam pernis, kosmetik, antibeku, dan pelumas serta sebagai zat pelembut dan

pelentur.

Propilen Glikol. Sifat fisik propilen glikol (CH3CHOHCH2OH) mirip

dengan etilen glikol, tetapi toksisitasnya jauh lebih rendah. Oleh karena itu,

propilen glikol digunakan sebagai pelarut untuk obat, kosmetik, lotion, dan

salep; dalam bahan pangan; sebagai pelentur; dalam formulasi antibeku;

sebagai penukar panas; dan dalam cairan hidraulik. Seperti etanol, kerja

farmakologisnya terutama menyebabkan depresi SSP. Namun eliminasinya

lebih lambat dengan demikian kerjanya lebih lama.

Eter Glikol. Eter glikol merupakan komponen film, pengisolasi kabel

tegangan tinggi, cat, pengkilap kuku, pencair bahan bakar, tinta, dan

digunakan dalam produksi semikonduktor.

2.3.4 Hidrokarbon Aromatis

Benzen. Benzen merupakan pelarut yang sangat baik. Zat ini banyak

digunakan untuk sintesis zat kimia dan merupakan konstituen alami bahan

bakar kendaraan bermotor. Namun, benzen menyebabkan efek toksik yang

parah pada manusia yang banyak terpajan oleh zat ini. Setelah pemajanan

8

Page 9: Toksik Fix

singkat terhadap benzen dalam jumlah besar, melalui ingesti atau terhirup uap

pekat, efek toksik utama terjadi pada SSP.

Toluene. Toluene (C6H5CH3) banyak digunakan sebagai pelarut cat,

pernis, lem, dan lak serta sebagai senyawa-antara kimiawi dalam sintesis

senyawa organic. Toluen merupakan depresan SSP, dan konsentrasi rendah

menyebabkan rasa lelah, lemas, dan kebingungan.

2.4 Sifat Fisika kimia

1. Karbon tetraklorida (CCl4) : BM 153,82; murni pereaksi

2. Kloroform (CHCl3) :

Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 99,5 % CHCl3,

sisanya terdiri dari alkohol.

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, mudah mengalir, mempunyai

sifat khas, bau eter, rasa manis, dan membakar. Mendidih pada suhu lebih

kurang 610 dipengaruhi oleh cahaya.

Kelarutan : sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol, dengan

eter, dengan benzene, dengan heksana, lemak dan minyak menguap.

3. Etanol (C2H6O) :

Pemerian : cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas

yang menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun

pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 780. Mudah terbakar.

4. Metanol CH3OH ; BM 32,04; murni pereaksi.

5. Isopropil alkohol 2-propanol p (CH3)2CHOH ; BM 60,10; murni pereaksi.

6. Etilen glikol HOCH2CH2OH; BM 62,07

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, praktis tidak berbau, sedikit

kental, dan higroskopis.

Kelarutan : sukar larut dalam eter, praktis tidak larut dalam benzene,

dapat bercampur dengan air dan etanol.

9

Page 10: Toksik Fix

Jarak didih antara 1940 dan 2000;

7. Propilen glikol :

Pemerian : cairan kental, jenih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak

berbau, menyerap air pada udara lembab.

Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dengan

kloroform, larut dalam eter, dan dalam beberapa minyak esensial,tetapi tidak

dapat bercampur dengan minyak lemak.

8. Benzen( C6H6); BM 78,11, murni pereaksi. Benzena, juga dikenal dengan

nama C6H6, PhH, dan benzol, adalah senyawa kimia organik yang

merupakan cairan tak berwarna dan mudah terbakar serta mempunyai bau

yang manis. Benzena adalah sejenis karsinogen. Titik didih benzena :

80,10oC, Titik leleh benzena : -5,50oC, Benzena lebih mudah mengalami

reaksi substitusi daripada adisi, Benzena dapat bereaksi dengan halogen

dengan katalis besi(III) klorida membentuk halida benzena dan hydrogen

klorida.

9. Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3.

Senyawa ini merupakan ester dari etanol danasam asetat. Senyawa ini

berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Etil asetat

adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak

beracun, dan tidak higroskopis.

10. Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus

kimia C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3.

Seluruh isomer heksana amat tidak reaktif, dan sering digunakan

sebagai pelarut organik yang inert. Dalam keadaan standar senyawa ini

merupakan cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, berbau seperti eter

atau bau seperti petroleum. Tidak larut dalam air larut dalam etanol, dapat

campur dengan eter, dengan kloroform, dengan benzena dan dengan

sebagian besar minyak lemak dan minyak atsiri. Memiliki Berat molekul:

10

Page 11: Toksik Fix

86,18 gr mol−1, Titik lebur: −95 °C, 178 K, -139 °F, Titik didih: 69 °C,

342 K, 156 °F, dan Viskositas: 0,294 Cp.

11. Dietil eter, yang juga dikenal sebagai eter dan etoksi

etana, adalah cairan mudah terbakar yang jernih, tak

berwarna, dan bertitik didih rendah serta berbau khas.

Berformula CH3-CH2-O-CH2-CH3, dietil eter digunakan

sebagai pelarut biasa dan telah digunakan

sebagai anestesi umum.

2.4.1 Faktor-Faktor Pemilihan Pelarut

Dalam pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor

berikut ini:

a.         Selektivitas

Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen

lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi bahan alami,

sering juga bahan lain (lemak, resin) ikut dibebaskan bersama dengan ekstrak

yang diinginkan. Dalam hal ini larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus

dibersihkan, yaitu diekstraksi lagi dengan pelarut kedua.

b.         Kelarutan

Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang

besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).

c.         Kemampuan tidak saling bercampur

Pada ekstraksi cair – cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas)

larut dalam bahan ekstraksi.

d.         Kerapatan

Pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang

besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini bertujuan kedua fase dapat

dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan

11

Page 12: Toksik Fix

gaya berat). Bila beda kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan

menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).

e.        Reaktivitas

Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia

pada komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya dalam hal-hal tertentu

diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapat

selktifitas tinggi. Seringkali ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam

hal ini bahan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.

f.          Titik didih

Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengancara

penguapan, destilasi atau retifikasi, maka titik didih kedua bahan tidak boleh

terlalu dekat dan keduanya tidak membentuk aseotrop. Ditinjau dari segi

ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih.

g.        Kriteria yang lain

Pelarut sedapat mungkin harus murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak

beracun,tidak dapat terbakar, tidak eksplosif bila bercampur dengan udara, tidak

korosif, tidak menyebabkan timbulnya emulsi, memiliki viskositas yg rendah dan

stabil secara kimia maupun termis

2.4.2 Tablel Macam-Macam Pelarut

Solvent Rumus kimia Titik didih

Konstanta Dielektrik

Massa jenis

Pelarut Non-PolarHeksana CH3-CH2-CH2-CH2-

CH2-CH3

69 °C 2.0 0.655 g/ml

Benzena C6H6 80 °C 2.3 0.879 g/ml

Toluena C6H5-CH3 111 °C 2.4 0.867 g/ml

Dietil eter CH3CH2-O-CH2-CH3 35 °C 4.3 0.713

12

Page 13: Toksik Fix

g/mlKloroform CHCl3 61 °C 4.8 1.498

g/mlEtil asetat CH3-C(=O)-O-CH2-

CH3

77 °C 6.0 0.894 g/ml

Pelarut Polar Aprotic1,4-Dioksana /-CH2-CH2-O-CH2-

CH2-O-\101 °C 2.3 1.033

g/mlTetrahidrofuran (THF) /-CH2-CH2-O-CH2-

CH2-\66 °C 7.5 0.886

g/mlDiklorometana (DCM) CH2Cl2 40 °C 9.1 1.326

g/mlAsetona CH3-C(=O)-CH3 56 °C 21 0.786

g/mlAsetonitril (MeCN) CH3-C≡N 82 °C 37 0.786

g/mlDimetilformamida (DMF)

H-C(=O)N(CH3)2 153 °C 38 0.944 g/ml

Dimetil sulfoksida (DMSO)

CH3-S(=O)-CH3 189 °C 47 1.092 g/ml

Pelarut Polar ProticAsam asetat CH3-C(=O)OH 118 °C 6.2 1.049

g/mln-Butanol CH3-CH2-CH2-CH2-

OH118 °C 18 0.810

g/mlIsopropanol (IPA) CH3-CH(-OH)-CH3 82 °C 18 0.785

g/mln-Propanol CH3-CH2-CH2-OH 97 °C 20 0.803

g/mlEtanol CH3-CH2-OH 79 °C 30 0.789

g/mlMetanol CH3-OH 65 °C 33 0.791

g/mlAsam format H-C(=O)OH 100 °C 58 1.21 g/mlAir H-O-H 100 °C 80 1.000

g/ml

13

Page 14: Toksik Fix

2.5 Toksisitas Pelarut

2.5.1 Toksokinetik Hidrokarbon Alifatik

A. Bensin dan Minyak Tanah

Toksisitas akibat tertelan bensin dan minyak tanah, tanda-tanda dan gejalanya

meliputi gangguan koordinasi, tidak tenang, rasa gembira, bingung, disorientasi,

antaksia, delirium, dan akhirnya koma, yang dapat berlangsung beberapa jam atau

beberapa hari. Penghirupan uap bensin konsentrasi tinggi seperti oleh pekerja yang

membersihkan tangki bensin dapat menyebabkan kematian mendadak. Uap bensin

konsentrasi tinggi dapat juga menybabkan depresi SSP dengan cepat serta kematian

akibat kegagalan pernapasan. Dengan menghirup dalam konsentrasi tinggi selama

beberapa jam dapat terjadi pneumonitis.

2.5.2 Toksokinetik Hidrokarbon Berhalogen

A. Karbon Tetraklorida

Toksisitas tertunda CCl4 mencakup mual, muntah, nyeri perut, diare dan

hematemesis. Efek toksis tertunda CCl4 yang paling parah disebabkan oleh sifat

hepatotoksik dan nefrotoksik. Tanda-tanda dan gejala kerusakan hati dapat muncul

setelah tertunda selam beberapa jam atau 2 sampai 3 hari dan dapat terjadi tanfa efek

parah terhadap SSP sebelumnya. Setelah terjadi kerusakan hati , tanda-tanda

kerusakan ginjal juga dapat teramati dan mungkin merupakan gambaran klinis yang

paling menonjol.

B. Kloroform

Kloroform bersifat penekan sistem saraf pusat, toksik terhadap hati dan ginjal,

embriotoksik dan terbukti bersifat karsinogen pada hewan. Dahulu kloroform

digunakan sebagai bahan anestesi, tetapi karena sifatnya yang toksik terhadap hati,

14

Page 15: Toksik Fix

maka senyawa ini tidak lagi digunakan sebagai bahan anestesi. International Agency

for Research on Cancer (IARC) menggolongkan kloroform ke dalam Grup 2B,

kemungkinan karsinogenik terhadap manusia.

2.5.3 Toksokinetik Alkohol Alifatik

A. Metanol

Toksisitas methanol gejala diawali dengan menunjukkan tanda-tanda seperti

intoksikasi ethanol, wlaupun gejalanya biasanya lebih ringan. Hal tersebut karena

daya larutnya yang rendah terhadap lemak. Gejala yang terlihat ialah euphoria dan

lemah otot. Kemudian diikuti dengan gejala nausea, muntah, sakit kepala, hilang

ingatan, sakit perut yang sangat dan dapat disertai diaree, sakit punggung, kelesuan

anggota gerak. Mata terlihat merah karena hiperemik.

            Pada keracunan methanol yang berat, pernafasan dan denyut jantung tertekan.

Terjadi gejala asidosis dengan nafas perlahan dan dalam. Penderita akan mengalami

koma dan kematian terjadi dengan cepat. Pada saat menjelang ajalnya penderita

menunjukkan gejala konvulsi dan opithotonus.

            Pada saat methanol teroksidasi menjadi formaldehyd dan asam formiat, terjadi

peningkatan konversi dari NAD+ menjadi NADH. Kelebihan NADH akan menjadi

asam laktat, sehingga terjadi acidosis yang diakibatkan oleh keracunan methanol. Hal

tersebut menyebabkan terbentuk dan terakumulasinya asam formiat dan asam laktat.

Sebagai akibatnya terjadi pengikatan perbedaan anion (perbedaan antara total kation

dan total anion). Pada kondisi normal selisih perbedaan tersebut adalah 18 mmoles/L

(dihitung dari [Na++K+]-[Cl-+HCO3-], selisih tersebut dapat meningkat dua kali

atau lebih diatas normal pada kondisi keracunan methanol.

            Terjadinya kerusakan bola mata sering terjadi pada keracunan methanol.

Orang yang mengkonsumsi methanol sekitar 4 ml dapat menyebabkan kebutaan.

Dilaporkan bahwa terjadi peristiwa kebutaan karena keracunan methanol sampai 6%

15

Page 16: Toksik Fix

pada tentara Amerika waktu perng dunia ke II. Kerusakan mata adalah suatu bentuk

terjadinya kerusakan retina dan saraf optik yang mengalami degenerasi yang

disebabkan oleh akumulai formaldehyd dan berkembang menjadi asidosis. Bila

penderita dapat selamat, penderita akan mengalami buta total atau daya

penglihatannya dapat terganggu selama berbulan-bulan.

B. Isopropanol

Toksokinetik nya sama dengan etanol dan methanol

2.5.4 Toksokinetik Glikol

A. Etilen Glikol

Toksisitas etilen glikol menyebabkan depresi SSP. Pasien yang tertelan zat ini

dalam jumlah banyak mengalami norkosis yang dapat menyebabkan koma dan

kematian. Selain depresi SSP, etilen glikol menyebabkan kerusakan ginjal yang

parah, kebanyakan karbon mengalami gagal ginjal akut. Pasien yang meninggal

akibat uremia menunjukan kerusakan ginjal yang nyata termasuk rusaknya sel epitel,

edema interstitial, fokus nekrosis kecil di korteks disertai perdarahan.

B. Dietilen Glikol

Toksisitas menjadi masalah besar hanya ketika senyawa ini digunakan pada

tahun 1930 sebagai pelarut sediaan sulfanilamid. Pada musibah itu 105 dari 353 anak

yang menelan sediaan sulfanilamid-dietilen glikol meninggal akibat kerusakan ginjal.

Efek dietilen glikol menyerupai efek etilen glikol.

2.5.5 Toksokinetik Hidrokarbon Aromatis

A. Benzen

Target organ dari benzidine adalah kandung kemih, kulit, ginjal, hati, dan

darah. Menurut NIOSH, gejala dan tanda-tanda orang yang keracunan benzidine,

16

Page 17: Toksik Fix

antara lain hematuria (darah dalam urin), anemia sekunder dari hemolisis, sistitis

akut, gangguan hati akut, dermatitis, dan gangguan buang air kecil tidak teratur.

Potensial efek kesehatan kronik yaitu benzidine termasuk ke dalam tipe A1

(penyebab kanker pada manusia) yang dikeluarkan oleh ACGIH. Dari literatur yang

diperoleh benzidine sangat berpengaruh menjadi penyebab kanker kandung kemih.

Berdasarkan survey yang dilakukan pada pekerja yang terpajan benzidine

mengindikasikan bahwa mereka yang memiliki lebih rendah properdin serum normal

akan lebih mungkin untuk berkembang menjadi tumor kandung kemih.

Pada manusia benzidine dan N-acetilbenzidineadalah glucuronidated di hati

dan diangkut ke lumen kandung kemih, mereka di hidrolisis oleh air kencing yang

bersifat asam. Aktivasi di kandung kemih termasuk peroksidasi oleh prostaglandin H

sintetase, oksidasi oleh sitokrom P-450 dan O-esterifikasi oleh O-asetiltransferase ,

atau N, O-asetiltransferase.

DNA adduct dianggap dibentuk oleh O-asetilasi N'-hidroksi-N-

acetylbenzidine dan selajutnya akan berikatan dengan basa DNA. Seperti yang

disebutkan sebelumnya bahwa air kencing yang bersifat asam diduga untuk

melepaskan amina dari glucoronide, maka amina menjadi aktif , contohnya

prostaglandin synthase H untuk meninisiasi karsinogenesis. Gen Hypomethylation

diduga meningkatkan trankripsi dan dengan demikian benzidine mungkin akan

mampu untuk memfasilitasi ekspresi gen untuk menyimpang yang kemudian terlibat

dalam proses karsinogenesis.

B. Toluen

Toksikokinetik Toluena (occupational medicine, third edition) Rute utama

adalah melalui paru-paru. Absorpsi melalui kontak kulit adalah minimal. Kira-kira

50% dari toluena yang tetap berada dalam tubuh setelah penghirupan adalah

gas/uapnya. Jumlah toluena dalam darah menjadi berlipat ganda selama melakukan

17

Page 18: Toksik Fix

aktivitas fisik dibanding pada saat istirahat. Metabolisme toluena termasuk

hidroksilasi dari kelompok methyl diikuti oleh oksidasi asam benzoat.

Kemudian dikonjugasi oleh glycine menjadi asam hipurat, yang merupakan

metabolit uriner. Kurang lebih 80% toluena yang terhirup dapat ditemukan dalam

bentuk hipuric-acid, dan sisa toluena yang dikeluarkan tidak berubah. Sebagian besar

toluena mengalami reaksi biotransformasi dalam 12 jam setelah inhalasi.

Keracunan toluena dapat mengakibatkan konjungtivis dan keratitis dalam

kontak langsung dengan mata. Kerusakan ini bersifat reversibel. Gas toluena dapat

menyebabkan iritasi pada mata dan saluran pernafasan. Efek dominan toluena adalah

pada CNS. Eksposur yang tinggi dan akut dapat berakibat pada depresi CNS, sakit

kepala, pusing, mabuk, kegembiraan, mengigau, lesu, mengantuk, hilangnya

konsentrasi dan mual. Pada level eksposur lebih tinggi daripada 200 ppm, efek

terlihat lebih jelas; yaitu bingung, iritasi kulit, dilatasi pupil, hilangnya akomodasi

cahaya, dan insomnia bisa terjadi. Pada konsentrasi yang sangat tinggi, pingsan,

koma, dan kematian bisa terjadi. Gangguan fungsi fisiologis telah diobservasi setelah

eksposur dalam pekerjaan dan dalam eksperimen. Toluena dapat digunakan untuk

“sniffing” (menghirup). Dalam penyalahgunaan yang lama, telah dicatat adanya

difusi encephalopathy dengan EEG dan cerebral abnormal, dan juga cerebellar,

atrophy. Individu yang menghirup atau menghisap zat yang mengandung toluena

telah mengalami efek hepatotoxic dan nephrotoxic.

Nilai Ambang Batas Toluena relatif kecil, yaitu TWA sebesar 0.005 ppm dan STEL

sebesar 0.02 ppm, artinya Toluena tergolong berbahaya untuk kesehatan pekerja yang

terpapar. Toluena dapat mengiritasi kulit serta bahaya gangguan serius terhadap

kesehatan jika terpapar lama dengan menghirupnya. Uapnya dapat menyebabkan

mengantuk atau pening. Toluena dapat menyebabkan kerusakan paru jika tertelan.

Toluena adalah flammable liquid, karena dapat melepaskan uap yang membentuk

campuran ledakan di udara pada temperature 4.4 °C. Uap dalam kisaran ‘flammable’

18

Page 19: Toksik Fix

bisa tersulut dengan mudah oleh energi yang cukup. Toluen merupakan substansi

pertama yang dikenal sebagai “bau lem”, dimana pelarutnya yang digunakan untuk

perekat. Lem tersebut merupakan pewangi bensin hydrocarbon yang digunakan

secara luas dalam industri sebagai pelarut dan thinner untuk perekat dan cat.

Kandungan zat-zat tersebut banyak menyerupai benzen, suatu substansi yang dapat

digunakan dalam bau pelarut. Toluen dapat menyebabkan akut dan kronik intoksikasi

pada situasi industri. Keterpajanan terhadap konsentrasi relatif tinggi pada air, antara

10-30.000 ppm dapat menyebabkan mabuk, kebingungan dan koma dalam beberapa

menit.

Nilai ambang toluen dalam darah dan urin: Pada penggunaan toluen non-fatal,

kadar dalam darah 0,3-7,0 mg/L ditentukan oleh Bonnichsen, dengan eksresi urin > 5

mg/L. Konsentrasi dalam darah 1,0-2,5 mg/L memperlihatkan beberapa tanda

intoksikasi, sementara setengahnya antara 2,5-10 mg/L dikirim ke rumah sakit

dengan gejala-gejala terlihat. Mereka yang tidak menderita kebingungan atau mati

memiliki kadar dalam dara > 19 mg/L. Nomiyama menemukan kadar darah antara

50-80 mg/L dalam 3 kefatalan, rata-rata dalam paru-paru menjadi 3,6 mg/L dan di

otak 19 g/L. Kerusakan otak telah dilaporkan pada penyalahgunaan dalam jangka

waktu lama, dengan peruabahan elekstroensefalografi (EEG), ensefalopati dan atrofi

cerebral secara kebetulan.

2.6 Penanganan Pelarut

2.6.1 Penanganan Hidrokarbon Alifatik

A. Penanganan Toksisitas Bensin dan Minyak Tanah

Penanganan toksisitas bensin dan minyak tanah yang terbaik mungkin dengan

penanganan simptomatik dan perawatan penunjang (Ervin, 1983; Gosselin et al.,

1984). Mengingat bahaya aspirasi harus dihindari terjadi emesia atau cuci perut

19

Page 20: Toksik Fix

kecuali jika pengambilan resiko ini di benarkan karena ada zat toksisk lain dalam

minyak bumi tersebut. Katarsis dapat diinduksi oleh magnesium atau natrium sulfat.

Antibiotik digunakan jika ada indikasi spesifik seperti pneumitis akibat bakteri.

Efinefrin dan zat-zat yang sejenis harus dihindari karena dapat menginduksi terjadi

aritmia jantung. Penanganan harus mencakup perbaikan ketidakseimbangan cairan

dan elektrolit.

2.6.2 Penanganan Hidrokarbon Berhalogen

A. Penanganan Toksisitas Karbon Tetraklorida

Penanganan isufisiensi hati dan ginjal akut akibat CCl4 sulit dilakukan

walaupun gangguan hati merupakan ciri keracunan CCl4 yang menonjol, gagal ginjal

merupakan penyebab kematian yang paling sering. Walau pun tanda-tanda dan gejala

yang ada mungkin berkaitan dengan gangguan fungsi hati.

B. Penanganan Toksisitas Kloroform

Penatalaksanaan keracunan terhadap pasien di Rumah Sakit adalah dengan

membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara; memperbaiki fungsi

jalan napas dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya

kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida; mengobati koma dan aritmia.

Namun, hindari penggunaan epinefrin atau amina simpatomimetik lainnya karena

dapat memicu aritmia menjadi lebih berat. Takiaritmia yang disebabkan oleh

peningkatan sensitivitas miokardial dapat diobati dengan pemberian propanolol 1-2

mg secara intravena untuk orang dewasa, atau esmolol 0,025-0,1 mg/kg/menit secara

intravena. Pemantauan terhadap pasien harus dilakukan sekurangnya selama 4-6 jam

setelah terpapar bahan atau lebih lama lagi bila timbul gejala.

Antidotum untuk keracunan kloroform adalah N-asetilsistein. Di Indonesia

tersedia obat Acetylcysteine atau juga disebut N-asetilsistein dalam bentuk sediaan

kapsul, kaplet, tablet effervescens, dan infus. Pemberian N-asetilsistein dapat

20

Page 21: Toksik Fix

meminimalkan toksisitas terhadap hati dan ginjal. Jika memungkinkan, asetilsistein

dapat diberikan dalam 12 jam setelah terpapar bahan. Pengujian pada hewan

menunjukkan bahwa pemberian cimetidine, calcium channel blocker, dan oksigen

hiperbarik dapat mengurangi cedera pada hati, tetapi pengujian pada manusia untuk

pengujian ini belum mencukupi.

Pada kasus di atas, pasien mengalami asidosis. Asidosis metabolik adalah

kondisi darah dengan tingkat keasaman yang berlebihan dan ditandai dengan kadar

bikarbonat yang rendah dalam darah. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika

mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam. Pada pasien

yang mengalami asidosis berat (pH < 7,1 – 7,2), umumnya diberikan bikarbonat

secara intravena.

2.6.3 Penanganan Alkohol Alifatik

A. Penanganan Toksisitas Metanol

Bermacam-macam obat untuk toksisitas methanol telah digunakan, yang kebanyakan

obat berfokus untuk mengobati gejala asidosis. Asidosis ini harus diobati terlebih

dulu karena dapat mengancam jiwa penderita. Gejala kerusakan yang parah pada

mata sangat bergantung pada kecepatan menetralkan gejala asidosis ini. Infus dengan

sodium bikarbonat segera harus dilakukan sampai pH urine menjadi normal kambali.

            Secara teoritis ethanol adalah merupakan antidotum spesifik terhadap

toksisitas methanol, wlaupun efektifitasnya masih banyak dipelajari. Selama ethanol

mempunyai daya gabung dengan alkohol dehydrogenase (ADH), dengan kekuatan 20

X lebih besar dari methanol, maka etanol merupakan pilihan utama sebagai substrat

untuk enzim ADH tersebut. Ethanol diberikan secra oral atau melalui intra vena

sesegera mungkin. Dosis pemberian ethanol dilakukan sampai mencapai kadar 0,1%

dalam darah. Bila ethanol sudah cukup untuk mengurangi metabolisme methanol

sehingga kadar metabolisme toksik methanol berkurang, maka secara keseluruhan

21

Page 22: Toksik Fix

dapat menurunkan daya toksisitas methanol. Pengobatan dengan ethanol ini harus

dilakukan untuk selama satu minggu atau lebih sampai methanol dikeluarkan dari

tubuh.

            Pengobatan dengan hemodialisis atau peritoneal dialisis juga dapat digunakan

untuk mengeliminasi methanol. Dialisis ini dilakukan bila kadar methanol dalam

darah mencapai lebih dari 50mg%, serta terus dilakukan sampai kadarnya kurang dari

20mg%

Obat lain yang juga dapat dipakai adalah:

·         Leucovorin kalsium: merupakan analog dari folat yang bertindak untuk

metabolisme formaldehyd menjadi karbon dioksida melalui sistem : folat-dependent-

enzim.

·         4-methyl pyrazole (4MP): Mempunyai daya hambat terhadap alkohol

dehydrogenase.

(Sumber : Drh. Darmono MSc)

B. Penanganan Toksisitas Isopropanol

Penangananya sama saperti etanol dan metanol

2.6.4 Penanganan Glikol

A. Penanganan Toksisitas Etilen Glikol

Penanganan khusus keracunan etilen glikol mirip dengan yang dilakukan pada

keracunan metanol. Asidosis metabolik ditangani dengan natrium bikarbonat.

Hemodialisis efektif untuk menghilangkan etilen glikol yang tidak termetabolisme

dan untuk memperbaiki asidosis. Pemberian Ca2+ parenteral disarankan untuk spesme

otot, yang dapat terjadi akibat penghelatan Ca2+ oleh oksalat yang terbentuk pada

biotransformasi etilen gllikol.

22

Page 23: Toksik Fix

B. Penanganan Dietilen Glikol

Penangananya sama dengan etilen glikol.

2.6.5 Penanganan Hidrikarbon Aromatis

A. Penanganan Toksisitas Benzen

• Jika kontak dengan mata : bersihkan mata dengan air yang cukup, kedip-kedipkan

mata dan segera beri perawatan medis.

• Jika kontak dengan kulit : bersihkan bagian yang terkontaminasi dengan air, dan

segera beri perawatan medis.

• Terhirup : segera pindahkan orang tersebut ke area yang memiliki udara segar. Jika

pernafasannya berhenti, berikan pernasafan buatan, jaga agar orang tersebut tetap

dalam keadaan hangat dan beristirahat, lalu berikan perawatan medis sesegera

mungkin.

• Tertelan : Jika kadmium tertelan, segera berikan perawatan medis.

23

Page 24: Toksik Fix

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

A. Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas,

yang menghasilkan sebuah larutan.

B. Klasifikasi pelarut terbagi menjadi lima yaitu hidrokarbon alifatik, hidrokarbon

berhalogen, alkohol alifatik, glikol dan hidrokarbon aromatis.

3.2 Saran

Jika dalam penuilisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan, kami

mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.

24