toksik

13
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI ASETOSAL KELOMPOK 2 Farmasi 3B Andriana Dame Ria Br. Silaban Desi Nuralfiani Dessy Sari supriatna Panji Taufik Ridwan Yayu Hendriani PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

description

asetosal

Transcript of toksik

LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUMFARMAKOLOGI TOKSIKOLOGIASETOSAL

KELOMPOK 2Farmasi 3B

AndrianaDame Ria Br. Silaban Desi NuralfianiDessy Sari supriatnaPanji Taufik RidwanYayu Hendriani

PROGRAM STUDI S-1 FARMASISEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANBAKTI TUNAS HUSADATASIKMALAYA2015I. Tujuan praktikum:Untuk mengetahui efek/gejala-gejala keracunan (intoksikasi) pada mencit yang diberi tablet asetosal dosis tinggi (dosis toksik) dan memahami kerja obat asetosal.

II. Dasar Teori :Nyeri merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan penderita sehingga untuk mengurangi secara simtomatis diperlukan analgetika. Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi memberi tanda tentang adanya gangguan gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan rangsangan mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri atau pengantar. Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walau pun sering berfungsi untuk mengingatkan, melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang tak mengenakkan, kebanyakan menyiksa dan karena itu berusaha untuk bebas darinya. Seluruh kulit luar mukosa yang membatasi jaringan dan juga banyak organ dalam bagian luar tubuh peka terhadap rasa nyeri, tetapi ternyata terdapat juga organ yang tak mempunyai reseptor nyeri, seperti misalnya otak. Nyeri timbul jika rangsang mekanik, termal, kimia atau listrik melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri) dan karena itu menyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebasan yang disebut senyawa nyeri. Obat-obat analgetika adalah kelompok obat yang dimiliki aktivitas menekan atau mengurangi rasa nyeri terhadap rangsang nyeri mekanik, termik, listrik atau kimiawi dipusat dan perifer atau dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator sensasi nyeri. Kelompok obat ini terbagi kedalam golongan analgetik kuat ( analgetika narkotuk ) yang bekerja sentral terhadap sistem saraf pusat dan golongan analgetika lemah ( analgetika non narkotik) yang bekerja secara perifer .Atas dasar kerja farmakologinya, analgetika dibagi dalam dua kelompok yaitu:1. Analgetik Sentral (narkotik) Analgetik narkotik dapat menghilangkan nyeri dari derajat sedangsampai hebat (berat), seperti karena infark jantung, operasi (terpotong),viseral ( organ) dan nyeri karena kanker.Analgetik narkotik merupakan turunan opium yang berasal dari tumbuhan Papaver somniferum atau dari senyawa sintetik. Analgetik inidigunakan untuk meredakan nyeri sedang sampai nyeri hebat dan nyeriyang bersumber dari organ viseral. Penggunaan berulang dan tidak sesuaiaturan dapat menimbulkantoleransi dan ketergantungan. Toleransi ialahadanya penurunan efek, sehingga untuk mendapatkan efek seperti semula perlu peningkatan dosis. Karena dapat menimbulkan ketergantungan, obatgolongan ini penggunaannya diawasi secara ketat dan hanya untuk nyeriyang tidak dapat diredakan oleh AINS. Nyeri minimal disebabkan oleh dua hal, yaitu iritasi lokal( menstimuli saraf perifer) dan adanya persepsi (pengenalan) nyeri oleh SSP. Pengenalan nyeri bersifat psikologis terhadap adanya nyeri lokal yangdisampaikan ke SSP. Analgetik narkotik mengurangi nyeri denganmenurunkan persepsi nyeri atau menaikan nilai ambang rasa sakit.Analgetik narkotik tidak memperngaruhi saraf perifer, nyeri tetap ada tetapidapat diabaikan atau pasien dapat mentorerirnya. Untuk mendapatkan efek yang maksimal analgetik narkotik harus diberikan sebelum tindakan bedah.Semua analgetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat, tetapi potensionzet dan efek sampingnya berbeda-beda secara kualitatif maupun kuantitatif. Efek samping yang paling sering adalah mual, muntah,konstipasi, dan ngantuk. Dosis yang besar dapat menyebabkan hipotensi serta depresi pernapasan. Morfin dan petidin merupakan analgetik narkotik yang paling banyak dipakai untuk nyeri hebat walaupun menimbulkan mual danmuntah. Obat ini di indonesia tersedia dalam bentuk injeksi dan masihmerupakan standar yang digunakan sebagai pembanding bagi analgetik narkotik lainnya. Selain menghilangkan nyeri morfin dapat menimbulkaneuforia dan gangguan mental. Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang sampai sekarang masih digunakan di Indonesia :- MorfinHCl- Kodein- Fentanil HCl- Petidin dan- Tramadol2. Analgetik Perifer (non narkotik) Analgetik non narkotik berasal dari golongan antiinflamasi nonsteroid (AINS)yang menghilangkan nyeri ringan sampai sedang. Disebut AINS karena selain sebagai analgetik, sebagai anggotanya mempunyai efek antiinflamasi dan penurun panas (antipiretik) dansecara kimiawi bukan steroid. Oleh karena itu, AINS sering disebut(Analgetik, antipiretik dan antiinflamasi ) atau 3A.Beberapa AINS hanya berefek analgetik dan antipiretik sedangkan yang lain ada yang mempunyai efek analgetik, anti inflamasidan anti piretik. Hipotalamus merupakan bagian dari otak yang berperan dalam mengatur nyeri dan temperatur. AINS secara selektif dapat mempengaruhi hipotalamus menyebabkan penurunan suhu tubuhketika demam.Mekanismenya kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin (PG) yang menstimulasi SSP. PG dapat meningkatkanaliran darah ke perifer (vasodilatasi) dan berkeringat sehingga panas banyak keluar dari tubuh. Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau ditempat cedera. Respon terhadap cederaumumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG dan histamin. PG dan Brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan membawa implus nyeri ke SSP. Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan salisilatdan asetaminofen (parasetamol). Aspirin adalah penghambat sintesis PG paling efektif dari golongan salisilat. Antipiretik yang banyak digunakan dan dianjurkan adalah parasetamol, ibuprofen, dan aspirin (asetosal).

III. Alat dan BahanA. Alat1. Wadah penyimpan mencit2. Timbangan mencit3. Disposable 1cc4. Mortir dan stamper5. Alat gelas6. Sonde oral7. Masker dan Handskun8. Stopwatch

B. Bahan / Hewan percobaan1. Mencit2. Tablet asetosal3. Aquadest4. PGA

bagai me terjadinya demam adalah sebagai IV. Prosedur1. Dibuat 5 kelompok, dengan tiap kelompok menggunakan 2 ekor mencit.2. a.Kelompok 1 deiberi dosis asetosal 8 gb.Kelompok 1 deiberi dosis asetosal 10 gc.Kelompok 1 deiberi dosis asetosal 12 gd.Kelompok 1 deiberi dosis asetosal 15 ge.Kelompok 1 deiberi dosis asetosal 17 g3. Dibiarkan selama 1 jam.4. Perhatikan dan catat gejala yang terjadi pada tiap mencit.5. Masukan data tersebut kedalam tabel data pengamatan.6. Bandingkan dengan kelompok dosis uji lainya.

V. Perhitungan

1. Dosis IV Asetosal 17 gram 17 x 0,0026 = 0,0442 g/ 20g BB mencit/ 0,2 ml

2. Larutan Stok2,665 g/ 10 mltablet/ 5 tablet

3. Berat Badan Mencit : Mencit 1 : 18,60 gMencit 2 : 19,79 g

4. Konversi ke Mencit :Mencit 1 : Mencit 2 :

VI. Hasil Pengamatan

NoDosis AsetosalGejala

1Mencit 1Tremor, grooming, mencit tidak mati selama 1 jam.

2Mencit 2Loncat-loncat, kejang dan mencit mati pada waktu 1 jam 20 menit.

VII. PembahasanPada percobaan asetosal ini bertujuan untuk mengetahui tanda-tanda keracunan ( intoksikasi) pada mencit yang diberi tablet asetosal dosis tinggi dan dapat memberikan obat dengan dosis konversi yang sesuai dengan gejala.Aspirin/asam asetil salisilat/asetosal merupakan obat hepatotoksik (obat yang dapat menyebabkan kelainan pada hepar dan tergantung pada besarnya dosis (Predictable)). Pada perlakuannya mencit diberikan dosis toksik asetosal yang berbeda-beda yaitu dengan dosis 8 gram, 10 gram, 12 gram, 15 gram dan 17 gram. Dari masing-masing kelompok uji diberikan dosis dengan sebanyak 0,2 ml secara oral sesuai dengan konversi dalam berat badan mencit.Pada percobaan sebelumnya hewan mencit ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat masing-masing mencit untuk memberikan dosis sesuai berat badannya, dan dilakukan rute pemberian obat secara oral, memberikan suatu obat melalui mulut adalah cara pemberian obat yang paling sering, tetapi juga paling bervariasi dan memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai jaringan. Beberapa obat diabsorpsi dilambung, namun diduodenum sering merupakan jalan masuk utama kesirkulasi sistemik karena permukaan absorpsinya yang lebih besar. Terhadap hewan mencit, cairan obat diberikan dengan menggunakan sonde oral. Dilakukan rute oral karena asetosal mudah diabsorpsi pada pemberian oral, kadar puncak dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral. Selanjutnya mencit dibiarkan selama 1 jam untuk menunggu obat memberikan efek. Pengujian ini dapat dilakukan untuk mengetahui aktivitas obat dengan efek toksik dengan cara mengamati lama waktu mencit mengalami efek toksik dengan gejala-gejala yang ditimbulkan. Setelah diamati, Dalam pengamatan selama 30 menit dalam jangka waktu 60 menit, rata-rata mencit mengalami grooming, keingintahuan untuk selalu keluar dari toples pengamatan. kelompok dosis 17 gram /dosis 5 pada kelompok kami gejala yang ditimbukan pada mencit 1 yaitu tremor dan groming sedangkan pada mencit 2 yaitu loncat-loncat, kejang-kejang dan mencit mati pada waktu 1 jam 20 menit. Untuk mengetahui efek toksik asetosal ini perlu adanya pembedahan agar dapat melihat adanya pendarahan dalam otak mencit. Setelah pembendahan dapat diketahui di dalam perut masih tampak sisa dari tablet yang tidak terserap. Ini cenderung untuk menghilang dan menyatu berwarna abu-abu atau kumpulan masa putih yang kotor terbentuk dari sisa tablet yang banyak. Mukosa lambung teriritasi akibat asam yang dihasilkan dan mengerosinya. Lambung tererosi dan teriritasi meluas dan dapat menyebar melewati fundus sampai kardia. Lesi pada erosi akut berupa titik, namun lama-lama dapat menyebabkan perdarahan dalam jumlah yang banyak. Perubahan darah menjadi hitam dapat terjadi didalam lambung dan mengalir melewati usus dan bila bertahan lebih lama dapat menyebabkan terjadinya melena. Petekiae mukosa dan ekimosis di perut tanpa ada destruksi yang mengerosi lambung, secara aktual merupakan bagian dari perdarahan akibat antikoagulan dari aspirin. Petekiae dapat menyebar ke membran serosa yang merupakan bagian dari pleura parietal dan epicardium.Pada mencit dengan dosis tinggi pada asetosal ini sering kali mengalami grooming atau mencit dalam keadaan kurang tenang. Grooming berlebihan hal ini menunjukkan adanya stimulasi sentral (SSP) atau stimulasi simpatik. Mencit tersebut juga mengalami aktifitas motorik yaitu spontaneous activity dan reactivity. Spontaneous activity atau aktivitas spontan yaitu rasa ingin tahu saat mencit diletakkan dalam wadah toples. Dalam toples mencit akan selalu mengangkat kepala serta kaki depannya. Reactivity yaitu saat mencit aktif dengan melakukan grooming ataupun berjalan melingkar. Spontaneous activity dan reactyvity yang berlebihan ini berhubungan dengan stimulasi SSP atau sedasi dan stimulasi gangglion dan neuromuscular.

VIII. KesimpulanDari percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan pemerian asetosal dengan dosis 8 gram, 10 gram, 12 gram, 15 gram dan 17 gram dapat menunjukkan efek toksik diantaranya grooming dan mati terutama untuk kelompok dosis 17 gram /dosis 5 pada kelompok kami gejala yang ditimbukan loncat-loncat, kejang dan mencit mati pada waktu 1 jam 20 menit.

IX. Daftar PustakaMalole MBM & CSU Pramono. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan Di Laboratorium. Bogor: Institut Pertanian Bogor.Ganiswara, et all.1995. Farmakologi dan Terapi.Jakarta : Fak Kedokteran UI.Katzong,Bertram G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : Bagian Farmakologi FKUI.