TINJAUAN SIKAP KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/381/1/BAB I- BAB V -...

73
1 TINJAUAN SIKAP KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PENYAKIT ASMA DI KELURAHAN ABELI WILAYAH KERJA PUSKESMASABELI KOTA KENDARI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari OLEH : WA ODE HASMIRA NIM.P00320013032 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN 2016

Transcript of TINJAUAN SIKAP KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/381/1/BAB I- BAB V -...

1

TINJAUAN SIKAP KELUARGA TERHADAPPENCEGAHAN KEKAMBUHAN PENYAKIT ASMA DI

KELURAHANABELI WILAYAH KERJA PUSKESMASABELI

KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

OLEH :

WA ODE HASMIRANIM.P00320013032

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

2016

2

3

4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

1. Nama : Wa Ode Hasmira

2. Tempattanggallahir : Bone Rombo, 12 April 1994

3. Suku/bangsa : Buton/Indonesia

4. Jeniskelamin : Perempuan

5. Agama : Islam

B. Pendidikan

1. SD Negeri5 KulisusuTamatTahun 2007

2. SMPNegeri4 kulisusuTamatTahun 2010

3. SMA Negeri 2 KulisusuTamatTahun 2013

4. PoltekkesKemenkesKendariJurusanKeperawatanSejakTahun 2013 – 2016

5

MOTTO

Nikmat adalah ujian

Musibah adalah perjuangan

Hidup adalah perjuangan

Jangan takut jatuh

Karena yang tidak pernah memanjat yang tidak pernah jatuh

Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal

Hanya orang-orang yang tidak pernah melangkah

Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikanselama ada komitmen untuk menyelesaikannya

Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana

dalam mengatasi masalah adalah suatu yang utama

untuk menuju kesuksesan

Kupersembahkan karya tulis ini

Teruntuk ayahanda dan ibunda tercinta,

Almamater serta Bangsa dan Negara.

6

ABSTRAK

Wa Ode Hasmira ( P00320013032).Tinjauan sikap Keluarga Terhadap PencegahanKekambuhan Penyakit Asma di Kelurahan Abeli wilayah kerja Puskesmas Abeli KotaKendari.DibimbingolehSitiRahmiMisbahdan Ruth Mongan (xii+ 49 Halaman + 8 Tabel +13 Lampiran).Asma adalah penyakit peradangan saluran napas kronis akibat tejadinyapeningkatan kepekaan saluran napas terhadap berbagai rangsangan. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui sikap keluarga terhadap pencegahan kekambuhan penyakitasma di Kelurahan Abeli Wilayah Kerja Puskesmass Abeli KotaKendari.Rumusanmasalah. Variabel dalam penelitian ini adalah sikap keluarga dari aspekmenjaga kebersihan lingkungan dalam pencegahan kekembuhan asma, Sikap keluargaaspek menghindari factor pemicu dalam pencegahan kekambuhan penyakit asma, Sikapkeluarga aspek menggunakan obat anti asma dalam pencegahan kekambuhan penyakitasma.Jenis penelilian ini adalah deskriptif yang dilaksanakan pada tanggal 2 s/d 23 juni2016.Populasi dalam penelitian ini sebanyak 93 dan sampel diambil 10% dari jumlahpopulasi yaitu 48 sampel dengan menggunakan tehnik simpel random sampling.Datadiperoleh dengan menggunaka instrument penelitian berupa lembarkuesioner.Berdasarkanhasilpenelitian,Sikapkeluargamenjagakebersihanlingkungandalampencegahankekambuhanpenyakitasma kategoribaikyaitu sebanyak 41 responden (85,4%)Sedangkan kategori kurangsebanyak 7 responden (14,6%), sikap keluarga aspek menghindari factor pemicu dalampencegahan kekambuhan penyakit asma kategori baikyaitu sebanyak 39 responden(81,3%), sedangkan kategori kurang sebanyak 9 responden (18,7%), Sikap keluargaaspek menggunakan obat anti asma dalam pencegahan kekambuhan penyakit asmakategori baikyaitu sebanyak 40 responden (83,3%), Sedangkan kategori kurang sebanyak8 responden (16,7%). Kesimpulan Sikapkeluargadalam pencegahan kekambuhanpenyakit asma secaraumumkategoribaiksebanyak 43 responden (89,6%)dankategorikurangsebanyak 5 responden (10,4%). Saran bagi masyarakat agar selalumengikuti penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas.

DaftarPustaka: 16 (2006-2016)

Kata kunci: Sikapkeluarga,-KepalaKeluarga – PencegahanKekambuhanPenyakitAsma

7

KATA PENGANTAR

Tiada kata paling indah dan paling mulia yang patut penulis panjatkankepada Allah SWT kecuali rasa syukur atas rahmat dan hidayah-Nya sehinggapenulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Tinjauan Sikap KeluargaTerhadap Pencegahan Kekambuhan Penyakit Asma Di Kelurahaan Abeli WilayahKerja Puskesmas Abeli Kota Kendari”.

Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis sadari sepenuhnya sangatbanyak kesulitan yang dialami, namun berkat Allah AWT yang senantiasamemberikan petunjuk-Nya dan keyakinan pada kemampuan diri sendiri sehinggasegala hambatan yang penulis hadapi dapat teratasi. Terimakasih yang tak ternilaiserta sembah sujud penulis ucapkan Kepada Kedua Orangtua yang sangatkucintai, Ayahanda La Ode Azadin dan Ibunda Baado dan Saudaraku tersayangLa Ode Anwar segala doa dan kasih sayang yang tak henti-hentinya tercurahkandemi keberhasilanku serta semua pengorbanan materil yang telah dilimpahkan,tanpa ridho kedua orang tua penulis tidak ada apa-apanya.

Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepadakedua pembimbing ibu Sitti Rachmi Misbah,SKp.,M,Kes selaku pembimbing Idan ibu Ruth Mongan,B,Sc,S.Pd,M.Pd selaku pembimbing II yang dengan penuhkesabaran dan keikhlasan membimbing penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah inidapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa juga mengucapkan banyak terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada yang terhormat:

1. Bapak Petrus.,SKM., M.Kes, Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari

2. Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian

kepada penulis dalam penelitian ini.

3. Kepala Lurah Abeli yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk

melaksanakan penelitian.

4. Bapak Muslimin L.,A.Kep.,S.Pd.,M.Si, Selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Kendari.

8

5. Bapak Muslimin L.,A.Kep.,S.Pd.,M.si, Selaku Penguji I, Indriono

Hadi,S.Kep,Ns,M.Kep Selaku Penguji II, dan Ibu Dali SKM.,M.Kes Selaku

Penguji III yang telah membantuh dan mengarahkan penulis dalam ujian

proposal sehingga hasil penelitian ini dapat lebih terarah.

6. Bapak/Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatanyang

turut membekali ilmu pengetahuan pada penulis selama kuliah.

7. Terakhir, teruntuk orang yang aku sayangi Ilyas dan sahabat-sahabatku

angkatan 2013 khususnya Budiarti,Ike kusmita dewi,Zulyati Uus

Farida,Jefri,Mijrat,jurusan keperawatan tingkat III A dan III B yang tidak

dapat di sebutkan satu persatu telah memberikan motivasi dan dukungan

selama penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kitasemua khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan daan peneliti selanjutnyadi Poltekkes Kemenkes Kendari serta kiranya Allah SWT selalu member rahmatkepada kita semua. Amin.

Kendari, juni 2016

peneliti

9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………....... iLEMBAR PERSETUJUAN …………………………… ...................................... iiHALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iiiMOTTO ................................................................................................................... ivRIWAYAT HIDUP ................................................................................................. vABSTRAK………………………………………………………………………. .. viKATA PENGANTAR ............................................................................................. viiDAFTAR ISI ........................................................................................................... ixDAFTAR TABEL .................................................................................................. xiDAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………… xii

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang....................................................................................... 1B. Rumusan Masalah.................................................................................. 4C. Tujuan Penelitian................................................................................... 5D. Manfaat Penelitian................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Tentang Asma......................................................................... 7B. TinjauanTentang Sikap…….………………………………………..... 14C. TinjauanTentang Keluarga…………………………………… ............ 19D. Tinjauan Tugas Keluarga Terhadap Pencegahan penyakit Asma ......... 21

BAB III METODE PENELITIANA. Dasar Pemikiran ................................................................................... 24B. Kerangka Konsep…………………………………………………….. 25C. Variabel Penelitian………………………………………………… ... 25D. DefinisiOperasional.............................................................................. 25

BAB IV METODE PENELITIANA. JenisPenelitian………………………………………………………… 29B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................................ 29C. PopulasidanSampel .............................................................................. 29D. InstrumenPenelitian.............................................................................. 31E. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data……………… .............................. 32F. TekhnikPengumpulan Data………………………………………… .. 32

10

G. TekhnikAnalisa Data………………………………………………… 33H. Penyajian Data………………………………………………… ......... 33

BAB V HASIL DAN PEMBAHASANA. GambaranUmumLokasiPenelitian…………………………………… .. 35B. HasilPenelitian ........................................................................................ 36C. Pembahasan............................................................................................. 40

BAB VIKESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan………………………………………………………… ..... 45B. Saran................................................................................................ ….... 46

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

11

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kelurahan AbeliWilayah Kerja Puskesmas Abeli .......................................................36

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berasarkan Umur Di Kelurahan Abeli WilayahKerja Puskesmas Abeli ....................................................................37

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Kelurahan AbeliWilayah Kerja Puskesmas Abeli .....................................................37

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Kelurahan AbeliWilayah Kerja Puskesmas Abeli .....................................................38

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sikap Keluarga Dari Aspek Menjaga KebersihanLingkungan Dalam Pencegahan Kekambuhan Penyakit Asma DiKelurahan Abeli Wilayah Kerja Puskesmas Abeli .......................38

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Sikap Keluarga Dari Aspek Menghindari FaktorPemicu Dalam Pencegahan Kekambuhan Penyakit Asma DiKelurahan Abeli Wilayah Kerja Puskesmas Abeli ..........................39

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sikap Keluarga Dari Aspek Menggunakan ObatAnti Asma Dalam Pencegahan Kekambuhan Penyakit Asma DiKelurahan Abeli Wilayah Kerja Puskesmas Abeli ..........................40

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Sikap Dalam Pencegahan Kekambuhan PenyakitAsma Di Kelurahan Abeli Wilayah Kerja Puskesmas Abeli ..........40

12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengambilan Data Awal Penelitian

Lampiran 2. Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3. Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4.Kuesioner Penelitian

Lampiran 5. Surat Izin Dari Poltekkes Depkes Kendari

Lampiran 6.Surat Izin Penelitian Dari Badan Penelitian Dan PengembanganProvinsi Sulawesi Tenggara

Lampiran 7. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 8. Tabulasi Data Hasil Penelitian (Sikap MenjagaKebersihan Lingkungan)

Lampiran 9 Tabulasi Data Hasil Penelitian (Sikap MencegahFaktor Pemicu)

Lampiran 10 Tabulasi Data Hasil Penelitian (SikapMenggunaka Obat)

Lampiran 11 Master tabel penelitian

Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 13 Surat Keterangan Bebas Pustaka

13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma adalah penyakit paru kronik saluran pernapasan. Data mengenai

kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir

(Mchpee and Ganong, 2011). Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) tahun

2008, asma didefenisikan sebagai penyakit inflamasi kronis pada saluran

pernafasan. Angka kejadian penyakit asma akhir-akhir ini mengalami

peningkatan dan relative sangat tinggi dengan banyaknya morbiditas dan

mortalitas. WHO memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia saat ini terkena

penyakit asma dan diperkirakan akan mengalami penambahan 180.000 setiap

tahunnya. (WHO, 2013)

Kemenkes RI (2011)di Indonesia mengatakan penyakitasma masuk

dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian. Angka

kejadianasma80% terjadidi negara berkembang akibat kemiskinan,

kurangnyatingkat pendidikan, pengetahuandan fasilitas pengobatan.Penyakit

asma banyak ditemukan pada anak-anak, terutama tinggal di daerah perkotaan

dan industri. Kejadian asma hampir meningkat di seluruh dunia, baik negara

maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia(Rachelefsky, 2010).

Prevalansi nasional untuk penyakit asma sebesar 4,0% (bedasarkan

diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Sebanyak 9 provinsi yang mempunyai

prevalensi penyakit asma diatas prevalensi nasional, antara lain adalah Nangro

14

Aceh Darusalam diurutan pertama, diikuti oleh Jawa Barat, Nusa Tenggara

Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan , Sulawesi Tengah,

Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Papua Baarat (RIKESDAS, 2013).

Asma adalah penyakit paru kronik yang sering terjadi. Data mengenai

kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir

(Mchpee and Ganong, 2011). Menurut Global Initiative for Asthma (GINA)

tahun 2008, asma didefinisikan sebagai penyakit inflamasi kronis pada saluran

pernafasan. Angka kejadian penyakit asma akhir-akhir ini mengalami

peningkatan dan relative sangat tinggi dengan banyaknya morbiditas dan

mortalitas. Kemenkes RI (2011) di Indonesia mengatakan penyakit asma

masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian. Angka kejadian

asma 80% terjadi di negara berkembang akibat kemiskinan, kurangnya tingkat

pendidikan, pengetahuan dan fasilitas pengobatan.

Asma adalah suatu kondisi paru-paru kronis yang ditandai dengan

sulit bernapas. Terjadi saat saluran pernapasan memberikan respon yang

berlebihan dengan cara menyempit jika mengalami rangsangan atau gangguan.

Asma adalah penyakit peradangan saluran napas kronis akibat tejadinya

peningkatan kepekaan saluran napas terhadap berbagai rangsangan.

Diperkirakan 300 juta orang didunia menderita asma. Angka ini bisa jauh

lebih besar kalau kkriteria diagnosisnya diperlonggar. (Sunarti, Septi Shinta,

2011).

Asma biasanya dikenal dengan suatu penyakit yang ditandai dengan

adanya wheezing (Mengi) intermiten yang timbul sebagai respon akibat

15

paparan terhadap suatu zat iritan atau alergen. Sayangnya banyak penderita

sama yang juga beranggapan seperti ini. Pola pikir ini mengakibatkan

penatalaksanaan asma hanya berfokus pada gejala asma yang muncul dan

tidak ditunjukan pada penyebab yang mendasari terjadinya kondisi tersebut.

(Clark,Margaret Varnell,2013).

Kurangnya pengetahuan pasien dan masyarakat tentang asma dan

menganggap asma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan,

kurangnya upaya untuk melaksanakan pencegahan serangan asma di rumah,

serta belum terlihat adanya usaha yang baik dalam mengontrol dan

menghindari factor pemicunya. Hal ini yang mengakibatkanterjadinya asma

(Sundaru, 2006). Usaha untuk menjaga agar tidak mengalami penyakit asma

juga bergantung pada sikap klien terhadap penyakitnya, karena

pengetahuannya tersebut klien memiliki alasan dan landasan untuk

menentukan suatu pilihan. Informasi dan pengetahuan tentang asma sangat

penting dimana yang harus diajarkan kepada pasien adalah mengenal faktor

pemicu serangan asma pada dirinya serta pemahaman tentang pencegahan,

perawatan dan kerja obat asma. Strategi ini mengurangi frekuensi gejala,

dampak asma pada gaya hidup (Chang, Esther et al, 2010). Tingkat

pengetahuan yang baik mempengaruhi frekuensi kejadian asma karena dengan

sikap yang baik penderita mampu bertindak melakukan pencegahan penyakit

asma yang berulang (Waspadji, 2011).

Data Puskesmas Abeli Kota Kendari didapatkan bahwa penyakit asma

pada tahun 2013 ditemukan frekuensi kejadian sebanyak 449 yang terdiri dari

16

358 pasien lama dan 91 orang pasien baru, sedangkan tahun 2014 mencatat

angka kejadian penyakit asma sebanyak 462 yang terdiri dari 449 pasien lama

dan 13 orang pasien baru. Tahun 2015 mencatat angka kejadian asma

sebanyak 487 yang terdiri dari 462 pasien lama dan 25 orang pasien baru.

Banyak klien yang datang ke puskesmas ketika mengalami sesak nafas

(mengi), kesulitan bernafas dan batuk pada malam hari. Mereka datang ke

puskesmas ketika tanda dan gejala asma kambuh lagi. Berdasarkan angka

kejadian tersebut, tercatat klien dewasa yang mengalami asma sebanyak 49

penderita asma.

Survei awal yang dilakukan di Puskesmas Abeli diketahui bahwa di

Kelurahan Abeli Kota Kendari yang menderita asma dari Januari sampai

Maret 2016berjumlah 93 pasien mengalami asma yang terdiri dari 37 pasien

anak-anak, 9 pasien dewasa dan 40 pasien lansia.Selain itu didapati pula

permasalahan terkait sikap keluarga dimana sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap objek(Notoatmodjo, S 2012) namun dari hasil wawancara dengan 10

penderita asma, 8 keluarga klien mengatakan pencegahan seharusnya

dilakukan oleh tenaga kesehatan bukannya oleh keluarga, sedangkan 2

diantaranya mengetahui tentang asma namun belum mampu melakukan

pencegahan dengan baik sehingga sering kambuh. Rata-rata klien mengalami

asma lebih dari 1 kali dalam sebulan dan pengetahuan klien tentang asma

masih rendah.

17

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Tinjauan Sikapkeluarga terhadap pencegahan penyakit

asma diKelurahan Abeli wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah :Bagaimanakahmengetahuisikapkeluarga terhadap pencegahan

kekambuhan penyakit asma diKelurahan Abeli wilayah kerja Puskesmas

Abeli Kota Kendari.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahuisikapkeluarga terhadap pencegahan kekambuhan penyakit

asma diKelurahan Abeli wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahuisikap keluarga dari aspek menjaga kebersihan lingkungan

dalampencegahankekambuhanpenyakit asma diKelurahan Abeli

wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari.

b. Mengetahuisikap keluarga dari aspek menghindari factor pemicu

dalampencegahankekambuhanpenyakit asma diKelurahan Abeli

wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari.

c. Mengetahuisikap keluarga dari aspek menggunakan obat anti asma

dalampencegahankekambuhanpenyakit asma diKelurahan Abeli

wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari.

18

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi

referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu pendidikan dan

menambah kajian ilmu kesehatan khususnya ilmu keperawatan klinik

dalam meningkatkan mutu pelaksanaan praktik keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan yang kompeheresif.

2. Praktis

a. Bagi Pelayanan Kesehatan

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di

Rumah Sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

khususnya dengan pasien yang menderita asma.

c. Bagi institusi pendidikan

Dapat memberikan tambahan informasi, pengetahuan dan bahan

referensi untuk perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai

asma. Penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk

institusi pendidikan DIII keperawatan dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan dimasa yang akan datang.

19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Asma

1. Pengertian

Asma adalah suatu kondisi paru-paru kronis yang ditandai dengan

sulit bernapas. Terjadi saat saluran pernapasan memberikan respon yang

berlebihan dengan cara menyempit jika mengalami rangsangan atau

gangguan. Asma adalah penyakit peradangan saluran napas kronis akibat

tejadinya peningkatan kepekaan saluran napas terhadap berbagai

rangsangan. Diperkirakan 300 juta orang didunia menderita asma. Angka

ini bisa jauh lebih besar kalau kkriteria diagnosisnya diperlonggar.

(Sunarti, Septi Shinta, 2011).

Sesak napas yang sering dikeluhkan pengidap asma memang

menjengkelkan. Apalagi jika kambuh lebih dari 1 atau 2 kali dalam

seminggu. Asma dapat menganggu kinerja dan aktivitas seseorang

sehingga terasa menjengkelkan bagi penderitanya. Selain menganggu

aktivitas, asma juga tidak dapat disembuhkan, bahkan dapat

mmenimbulkan kematian. Namun, bila penyakit ini dikendalikan,

kematian dapat dicegah dan gejalanya pun tidak sering muncul.

Asma merupakan penyakit yang kronis dan tidak menular, yang

sering ditemukan pada anak usia sekolah. Hingga penyakit asma sering

menyebabkkan anak bolos sekolah dan sering merupakan indikasi untuk

masuk perawatan rumah sakit. Penyakit asma tidak mempengaruhi

20

keseharian anak tetapi juga berpengaruh pada setiap anggota keluarga.

Selain itu hal buruk lain adalah apabila orang tua banyak mempercayai isu

dan gosip yang berkembang mengenai asma di masyarakat. Penyakit asma

pada anak perlu dipertimbangkan kehidupan kesehariannya.menurut

informasi yang diperoleh pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) 2004,

asma adalah mengi berulang dan atau batuk persisten atau menetap.

Penyakit asma adalah efek peradangan paru yang menyempitnya

jalan napas, hingga jumlah udara yang dikeluarkan dari paru-paru

terhambat, dan demikian pula udara yang dihembuskan dari paru-paru.

Hambatan aliran udara yang keluar dari paru-paru ini dapat dipulihkan

sepenuhnya atau sebagian, dengan menghirup obat bronkodilator. Selain

itu radang pada saluran napas menyebabkan menjadi sangat peka terhadap

banyak iritan, misalnya bila menghirup udara dingin, polusi udara, aerosol,

bahan-bahan pembersih rumah dan disenfektan serta bau yang menyengat

(Mangoenprasodjo, Setiono, 2005).

2. Penyebab

Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan meupakan

respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan

mempengaruhi saluran pernapasan. Asma dapat dipicu berbagai

rangsanga, seperti serbuk sari,debu, bulu binatang, asap, udara dingin, dan

olahraga.

Pada saat serangan asma,otot polos bronki mengalami kejang dan

jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena

21

adanya peradangan dan pelepasan lendir kedalam saluran udara. Hal ini

akan memperkicil diameter dari saluran udara (bronkokonstriksi) dan

menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat

bernapas.

Sel-sel tertentu didalam saluran udara (terutama sel mast) diduga

bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan. Sel mast

di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien

yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot polos, peningkatan

pembentukan lendir, dan perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki.

Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap

sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti sabuk

sari, debu halus yang terdapat dalam rumah, atau bulu binatang. Asma

juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa allergi tertentu. Reaksi yang

sama terjadi jika orang tersebut melakukan olahraga atau orang tersebut

berada dalam cuaca dingin.Stres kecemasan pun bisa memicu

dilepaskannya histamin dan leukotrien. Sel lainnya (eosnofil) yan

ditemukan didalam saluran udara penderita asma melepaskan bahan

lainnya yang menyebabkan penyempitan saluran udara.

Sumber lain mengatakan, ada faktor-faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya asma, yaitu :

a. Perubahan cuaca dan suhu udara

b. Polusi udara

c. Asap Rokok

22

d. Infeksi sakuran pernapasan

e. Gangguan emosi

f. Olahraga yang berlebihan

Penyebab asma dianggap sebagai penyebab yang sesungguhnya.

Penyebab umumnya adalah allergen, yaitu: Ingestan (masuk melalui

mulut), Inhalan (masuk melalui hidung atau mulut), dan Kontak dengan

kulit (Sunarti,Septi Shinta, 2011).

3. Tanda dan Gejala

Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau

dileher. Batuk kering dimalam hari atau ketika melakukan olahraga juga

bisa merupakan gejala. Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi

semakin berat sehingga timbul rasa cemas. Sebagai eaksi terhadap

kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat. Pada

serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara.

Kebingungan, letari (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita

seperti tertidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera

tertidur kembali), dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan

pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu

segera dilakukan pengobatan. Kadang, beberapa alveoli (kantong udara di

paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga

pleura atau menyebabkan udara terkumpul di Sekitar sekitar organ dada.

Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita. Secara

spesifik, gejala asma adalah sebagai berikut :

23

a. Napas berbunyi “ngik-ngik”

b. Batuk-batuk

c. Dahak yang bertambah banyak atau berbau dan warna kuning pada

terjadinya serangan dan kuning saat terjadi infeksi.

d. Sesak dada

e. Susah berbicara dan berkonsentrasi

f. Pundak membungkuk

g. Bayangan abu-abu atau membiru pada kulit, bermula dari mulut.

(Sunarti,S, 2011).

Secaraumum tanda dan gejala asma adalah sesak napas, batuk

berdahak dan suara napas yang berbunyi ngikngik (mengi) dimana

seringnya gejala ini timbul pada pagi hari menjelang waktu subuh, hal ini

karena pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya rendah

ketika pagi dan berbagai faktor lainnya.

Penderita asma akan mengeluhkan sesak nafas karena udara pada

waktu bernafas tidak dapat mengalir dengan lancar pada saluran nafas

yang sempit dan hal ini juga yang menyebabkan timbulnya bunyi ngik-

ngik pada saat bernafas, dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari.

Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan yang terjadi dapat

berupa pengerutan dan tertutupnya saluran oleh dahak yang diproduksi

secara berlebihan dan menimbulkan batuk sebagai respon untuk

mengeluarkan dahak tersebut. Berdasarkan etiologinya, asma dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: Asma ektrinsik (atopi) ditandai

24

dengan reaksi alergi terhadap pencetus-pencetus spesifik yang dapat

diidentifikasi seperti: tepung, debu, bulu binatang, susu, telur, ikan, obat-

obatan, serta bahan-bahan alergen yang lain. Sedangkan asma intrinsik

(non atopi) ditandai dengan mekanisme non alergik yang bereaksi

terhadap pencetus yang tidak spesifik seperti: Udara dingin, zat kimia

yang bersifat sebagai iritan seperti: ozon, eter, dan nitrogen, perubahan

musim dan cuaca, aktifitas fisik yang berlebih, ketegangan mental serta

faktor-faktor intrinsik lain. (Nurafiatin A, Ayu ES, Mabruroh F, &

Fauziah N 2007).

4. Pencegahan kekambuhan Asma

Pencegahan sejak dini merupakan satu-satunya hal yang bisa

dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit asma. Namun, karena

penyakit ini terkait dengan unsur riwayat keluarga, pencegahan disini

hanya sebagai media yang dilakukan untuk memperkecil risiko terjadinya

serangan. Usaha uusaha pencegahan yang dapat dillakukan untuk

mencegah kemungkinan terjadiya serangan penyakit asma ialah

menerapkan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan. Selain

itu, kita harus senantiasa bisa menghindari diri dari faktor-faktor yang

dapat menyebabkan terjadinya serangan penyakit asma(Nurafiatin A, Ayu

ES, Mabruroh F, & Fauziah N 2007).

a. Menjaga Kesehatan

Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan

dari pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi,

25

tidak saja mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk

mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya. Usaha

menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan makanan yang bergizi

baik, minum air putih yang banyak, istirahat yang cukup, rekreasi, dan

olahraga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak minum, kecuali ada

larangan dari dokter(Nurafiatin A, Ayu ES, Mabruroh F, & Fauziah

N 2007).

b. Menjaga kebersihan lingkungan

Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat

mempengaruhi timbulnya serangan asma. rumah sebaiknya tidak

lembab, cukup ventilasi, dan cahaya matahari. Saluran pembuangan air

harus lancar. Kamar tidur merupakn tempat yang perlu mendapat

perhatian yang khusus. Sebaiknya kamar tidur sedikit mungkin berisi

barang-barang untuk menghindari debu rumah(Nurafiatin A, Ayu ES,

Mabruroh F, & Fauziah N 2007).

Hewan peliharaan,asap rokok, semprotan rambut, dan lain-lain

dapat menjadi pemicu penyakit asma/kekambuhan asma. Lingkungan

pekerjaan juga perlu mendapatkan perhatian apalagi kalau jelas-jelas

ada hubungan antara lingkungan kerja dengan serangan penyakit asma.

c. Menghindari faktor pemicu kekambuhan asma

Allergen yang sering menimbulkan penyakit asma adalah

debu. Allergen lain seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapatkan

perhatian dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga,

26

seperti kecoa dan tikus juga dapat menimbulkan penyakit asma. Infeksi

virus saluran pernapasan sering mencetuskan penyakit asma.

Sebaiknya penderita asma menjauhi orang-orang yang sedang

terserang iffluenza dan menghindari tepat-tempat ramai atau penuh

sesak. Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, suhu udara yang

ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan umum, atau olahraga yang

melelahkan. Jika akan berolahraga lakukan pemanasan terlebih dahulu

dan dianjurkan memakai obat pencegah serangan kembai penyakit

asma. zat-zat yang merangsang saluran napas seperti asap rokok, asap

mobil, uap bensin, uap cat, uap zat-zat kimia, dan udara kotor lainnya

harus dihindari. Perhatikan obat-obat yang diminum, khusunya obat-

obat untuk darah tinggi, jantung, dan anti rematik zat –zat pewarna dan

zat-zat pengawet makanan juga dapat menimbulkan penyakit

asma(Nurafiatin A, Ayu ES, Mabruroh F, & Fauziah N 2007).

d. Menggunakan obat anti asma

Pada serangan penyaki asma yang ringan apalagi frekuensinya

jarang, penderita boleh memakai bronkodilator, baik bentuk tablet,

kapsul, maupun sirup. Tetapi ,bila ingin gejala asma cepat hilang,

jelas aerosol lebih baik. Pada serangan yang lebih berat, bila masih

mungkin dapat mengombinasikan dua atau tiga macam obat. Pada

penyakit asma kronis bila keadaannya sudah terkendali dapat dicoba

obat-obat pencegah penyakit asma. Tujuan obat-obat pencegah

penyakit asma ialah selain mencegah terjadinya serangan penyakit

27

asma juga diharapkan agar pengguaan obat-obat bronkodilator dan

sterodi sistemik dapat dikurangi dan bahkan kalau mungkin

dihentikan. (Sunartia, 2011).

B. Tinjauan Tentang Sikap

1) Definisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat

dikutip sebagai berikut: ”An individual’s social attitude is a syndrome of

response consistency with regard to social object” “ A mental and neural

state and neural of rediness, organized through expertence, exerting a

directive or dynamic influenceup on the individuals responseto all objects

and situation with which it is related Attitude entails an existing

predisposition to response to social objecs which in interaction with

situation and other dispositional variables, guide and direct the overt

behavior of the individual(Notoajmodjo S, 2012)

Dari batasan-batasan di atas dapat di simpulkan bahwa manifestasi

sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menujukan

konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial. Newcomb,salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan

bahwa sikap itu merupakamn kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,

dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan

28

suatu tindakan atau aktivitas,akan tetapi merupakan predoposisi tindakan

suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan

merupakanreaksi terbuka atau tindakan yang terbuka. Sikap merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek(Notoatmodjo, S 2012)

Diagram di bawah ini dapat lebih menjelaskan uraian tersebut diatas.

(Notoatmodjo, S 2012)

Gambar 1. Proses Terbentuknya Sikap

2) Komponen Sikap

Dalam bagian lain Allport menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai tiga komponen pokok.

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecederungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude). Dalam penentuaan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

Stimulusrancangan

Reaksi

Tingkah laku(terbuka)

(

Prosesstimulus

Sikap(tertutup)

29

pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh

misalnya seorang ibu telah mendengar tentang penyakit polio

(penyebabnya, akibatnya, pencegahanya, dan sebagainya). Pengetahuan

ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak

terkena polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut

bekerja sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan anaknya untuk

mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Ibu ini mempunyai sikap

tertentu terhadap objek yang berupa penyakit polio.

3) Tingkatan Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai

tingkatanyakni :

a. Menerima (receiving).

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespon (responding).

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu

usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan. terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti

orang itu menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing).

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan

orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat

30

tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya,

dan lain sebagainya) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau

mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah

mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

d. Bertanggung jawab (responsible).

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya

seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan

tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri(Notoatmodjo, S 2012).

4) Ciri-Ciri Sikap

Sikap tidak dibawah lahir tetapi dipelajari dan dibentuk melalui

pengalaman dan latihan selama perkembangan individu.

a. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk

itu sehingga dapat dipelajari

b. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek

sikap.

c. Sikap dapat tertuju pada satu atau banyak obyek.

d. Sikap dapat berlansung lama atau sebentar.

e. Sikap dapat mengundang faktor perasaan, hal ini yang membedakan

dengan pengetahuan.

5) Pembentukan dan Perubahan sikap

31

Sarwono (2000) dalam Maulana (2009) mengemukakan bahwa

terdapat beberapa cara untuk mengubah atau membentuk sikap individu

termasuk adopsi, differensiasi, trauma dan generalisasi.

a. Adopsi

Adopsi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui

kegiatan yang berulang dan terus menerus sehingga lama-kelamaan

secara bertahap akan diserap oleh individu (misalnya pola asuh dalam

keluarga).

b. Differensiasi

Terbentuk dan berubahnya sikap karena individu teklah memiliki

pengetahuan, pengalaman, intelegensia,dan bertambahnya umur. Hal

yang pada awalnya dipandang sejenis, sekarang dipandang tersendiri

dan lepas dari jenisnya sehingga membentuk sikap tersendiri.

Misalnya anak yang semulah takut terhadap orang yang baru

dikenalnya berangsur-angsur mengetahui yang mana yang baik dan

buruk sehingga dapat mulai bermain dengan orang yang disukainya.

c. Integrasi

Sikap secara bertahap, diawali arti pengetahuan dan pengalaman

terhadap obyek sikap tertentu (misalnya mahasiswa yang rajin kuliah,

akhirnya akan bersikap positif terhadap profesi keperawatan).

6) Skala pegukuran sikap

Menurut Daniel J. Mueller Skala Likert adalah skala yang dapat

dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

32

atau sekelompok orang mengenai suatu gejala atau fenomena pendidikan.

Dalam skala Likert terdapat dua bentuk pernyataan yaitu pernyataan

positif yang berfungsi untuk mengukur sikap positif, dan pernyataan

negative yang berfungsi untuk mengukur sikap negative objek sikap.

Skor pernyataan positif dimulai dari 1 untuk tidak pernah, 2 untuk

kadang kadang, 3 untuk sering, dan 4 untuk selalu. Skor pernyataan

negative dimulai dari 1 untuk selalu, 2 untuk sering, 3 untuk kadang-

kadang, dan 4 untuk sangat tidak pernah. Beberapa peneliti menambahkan

option “Ragu-ragu” dalam instrument penelitian untuk memudahkan

peneliti melihat sikap.

Kriteria Objektif :

Baik :Bila jawaban responden memperoleh nilai ≥60% dari total

skormaksimal

Kurang :Bila jawaban responden memperoleh nilai <60% dari total skor

(Sugiono, 2008)

C. Tinjauan Tentang Keluarga

1. Pengertian

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu

tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Didalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang

tergabung karena hubungan darah,hubungan perkawinan atau

pengangkatan, di hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu

33

sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta

mempertahankan suatu kebudayaan. (Baron, R. A dan Donn Byrne. 2003).

2. Fungsi dukungan keluarga yaitu

a. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator

(penyebar) informasi dunia.Memberikan saran dan sugesti informasi

yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah, manfaat dari

dukungan ini adalah mencegah munculnya stressor karena informasi

yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus kepada

individu.

b. Dukungan penilaian

Keluarga berindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik

membimbing dan menengahi pemecahan masalah. Sebagai sumber dan

validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support

penghargaan dan perhatian.

c. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah pertolongan praktis dan konkrit

diantarana kesehtan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum,

istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.

d. Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat

dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.Aspek-

aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan

34

dalam bentuk affeksi, adnya kepercayaan perhatian, mendengarkan dan

didengarkan.

3. Tugas Keluarga

Menurut Friedman dalam (Harnilawati,2013) terdapat lima fungsi

dasar keluarga yaitu: fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi dan

perawatan keluarga.

a. Fungsi afektif : berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan

psikososial keluarga. Setiap anggota keluarga akan mengembangkan

sikap saling menghormati, saling menyayangi dan mencintai, dan akan

mempertahankan hubungan yang akrab dan intim sesama anggota

keluarga sehingga masing-masing anggota keluarga akan dapat

mengembangkan konsep diri yang positif. Kebahagiaan dan

kegembiraan mengindikasikan bahwa fungsi afektif keluarga berhasil

dicapai.

b. Fungsi sosialisasi : proses perkembangan dan perubahan yang dilalui

individu sepanjang kehidupannya, sebagai respon terhadap situasi yang

terpola dari lingkungan sosial. Fungsi ini dapat dicapai melalui

interaksi dan hubungan yang harmonis sesama anggota keluarga.

Sehingga masing-masing anggota keluarga mampu menerima suatu

tugas dan peran dalam keluarga.

c. Fungsi reproduksi : keluarga berfungsi untuk menjaga kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia.

35

d. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk menyediakan

sumber-sumber ekonomi yang memadai dan megalokasikan sumber-

sumber dana atau keuangan yang cukup, maka tidak jarang keluarga

tidak membawa penderita ke pelayanan kesehatan.

e. Fungsi perawatan kesehatan adalah bagaimana kemampuan keluarga

untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada pasien dan

kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

D. Tinjauan Tugas KeluargaTerhadap PencegahanPenyakit Asma

Menurut Friedmean (2008) dukungan keluarga merupakan sikap,

tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit anggota

keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

Asma adalah suatu kondisi paru-paru kronis yang ditandai dengan sulit

bernapas. Terjadi saat saluran pernapasan memberikan respon yang berlebihan

dengan cara menyempit jika mengalami rangsangan atau gangguan. Asma

adalah penyakit peradangan saluran napas kronis akibat tejadinya peningkatan

kepekaan saluran napas terhadap berbagai rangsangan. Diperkirakan 300 juta

orang didunia menderita asma. Angka ini bisa jauh lebih besar kalau kkriteria

diagnosisnya diperlonggar. (Sunarti, Septi Shinta, 2011).

Suprajinto (2004) menyatakan bahwa fungsi pemeliharaan kesehatan,

keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan

dilakukan, meliputi:

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

36

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan karena tanpa kesehanat segala sesuatu tidak akan bearti dan

karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana

keluarga habis

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan

yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan

dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai

keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang dilingkungan tinggal

keluarga agar memperoleh bantuan.

c. Merawatkeluarga yang mengalami gangguan kesehatan Seringkali

keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga

memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri.jika

demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu

memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih

parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan

kesehatan atau dirumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan

melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.

37

Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi

timbulnya serangan asma. Adapun hal-hal yag dapat dilakukan oleh keluarga

dalam mencegah asma yakni dengan menjaga agar rumah sebaiknya tidak

lembab, cukup ventilasi, dan cahaya matahari. Saluran pembuangan air haru

lancar. Kamar tidur merupakn tempat yang perlu mendapat perhatian yang

khusus. Sebaiknya kamar tidur sedikit mungkin berisi barang-barang untuk

menghindari debu rumah(Nurafiatin A, Ayu ES, Mabruroh F, & Fauziah N

2007).

Hewan peliharaan,asap rokok, semprotan rambut, dan lain-lain dapt

menjadi pemicu penyakit asma/kekambuhan asma. Lingkungan pekerjaan juga

perlu mendapatkan perhatian apalagi kalau jelas-jelas ada hubungan antara

lingkungan kerja dengan serangan penyakit asma(Nurafiatin A, Ayu ES,

Mabruroh F, & Fauziah N 2007).

38

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran

Asma merupakan suatu kondisi paru-paru kronis yang ditandai

dengan sulit bernafas. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup terhadap suatau stimulus atau objek.Kurangnya sikapkeluarga dan

masyarakat tentang asma dan menganggap asma penyakit yang tidak dapat

disembuhkan, kurangnya upaya untuk melaksanakan pencegahan serangan

asma di rumah, serta belum terlihat adanya usaha yang baik dalam mengontrol

dan menghindari factor pemicunya. Hal ini yang mengakibatkan terjadinya

asma.

Usaha untuk menjaga agar tidak terjadi mengalami penyakit asma

tergantung pada sikap klien dan keluarga terhadap penyakitnya, karena

pengetahuan tersebut klien dan keluarga memiliki alasan dan landasan untuk

menentukan suatu pilihan.

Tingkat sikap yang baik mempengaruhi bagaimana keluarga berusaha

menjaga kesehatan keluarga, karena dengan sikap yang baik akan

mengarahkan keluarga untuk bertindak melakukan pencegahan terhadap

berbagaipenyakit khususnya Asma.

39

B. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Hubungan antara variabel

: Variabel independen

: Variabel dependen

C. Variabel Penelitian

Adapun variabel independen yaitu sikap keluarga sedangkan variabel

dependen adalah pencegahan kekambuhan penyakit asma.

D. Definisi Operasional dan kriteria obyektif

1. Sikap pada penelitian ini adalah respon atau reaksi

keluargaterhadappencegahan kekambuhan penyakit asmadimana

manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku tertutup, terdiri dari:

a) Menjaga kebersihan lingkungan yakni merupakan usaha yang

dilakukan keluarga dalam menjaga lingkungan tempat tinggal anggota

PencegahanKekambuhan

Penyakit Asma

Menjaga kebersihan lingkungan

Menghindari factor pemicukekambuhan

Menggunakan obat anti asma

SIKAP KELUARGA

40

keluarga agar tidak mudah kembali terkena penyakit asma. Kriteria

penilaian didapatkan dengan menggunkana kuesioner yang terdiri dari

5 pertanyaan yang diberi skor atau bobot. Dimana setiap pertanyaan

akan diberi nilai/skor yang mengacu pada skala Likert, bila menjawab

akan diberi skor sebagai berikut :

SS = Sangat setuju : 4

S = Setuju : 3

TS = Tidak setuju : 2

STS = Sangat Tidak Setuju : 1

Kriteria Objektif :

Baik :Bila jawaban responden memperoleh nilai ≥60% dari total

skormaksimal

Kurang :Bila jawaban responden memperoleh nilai <60% dari total

skor (Sugiono, 2008)

b) Menghindari factor pemicu yakni merupakan usaha yang dilakukan

keluarga dalam menghindari factor-faktor pemicu yang

dapatmenyebabkan kekambuhan penyakit asma. Kriteria penilaian

didapatkan dengan menggunkana kuesioner yang terdiri dari 5

pertanyaan yang diberi skor atau bobot. Dimana setiap pertanyaan

akan diberi nilai/skor yang mengacu pada skala Likert, bila menjawab

akan diberi skor sebagai berikut :

SS = Sangat setuju : 4

S = Setuju : 3

41

TS = Tidak setuju : 2

STS = Sangat Tidak Setuju : 1

Kriteria Objektif :

Baik :Bila jawaban responden memperoleh nilai ≥60% dari total

skormaksimal

Kurang :Bila jawaban responden memperoleh nilai <60% dari total

skor (Sugiono, 2008)

c) Menggunakan obat anti asma yakni merupakan usaha yang dilakukan

keluarga dalam mengkonsumsi obat yang dapat mencegah

kekambuhan penyakit asma. Kriteria penilaian didapatkan dengan

menggunkana kuesioner yang terdiri dari 5 pertanyaan yang diberi

skor atau bobot. Dimana setiap pertanyaan akan diberi nilai/skor yang

mengacu pada skala Likert, bila menjawab akan diberi skor sebagai

berikut :

SS = Sangat setuju : 4

S = Setuju : 3

TS = Tidak setuju : 2

STS = Sangat Tidak Setuju : 1

Kriteria Objektif :

Baik :Bila jawaban responden memperoleh nilai ≥60% dari total

skormaksimal

Kurang :Bila jawaban responden memperoleh nilai <60% dari total

skor (Sugiono, 2008)

42

3. Penderita asma adalah anggota keluarga pernah menderita penyakit

asma dan berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Abeli Kelurahan

Abeli Kota Kendari.

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yakni untuk memperoleh

Gambaran Sikapkeluarga terhadap pencegahankekambuhan penyakit asma di

Kelurahan Abeli wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari.

B. Waktu dan tempat penelitian

1. Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 2 juni s/d 23 juni

2106

2. Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakandi Kelurahan Abeli Wilayah

Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

ditelitii (Arikunto 2006), adapun yang dijadikan populasi dalam penelitian

ini adalah kepala keluarga yang anggota keluarganyatercatat menderita

penyakit asma tahun 2016 periode Januari – Maret dengan jumlah

93penderita asma.

44

2. Sampel

a. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai

sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi (Riduwan, 2009).

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang

anggota keluarganya pernah menderita penyakit asma dan berdomisili

di Kelurahan Abeli wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendaritahun

2016 periode Januari – Maret dengan jumlah 93.

b. Jumlah sampel

Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin

(Notoadmojo, 2010).

n =1N(d)

N2

93n = -----------------

93 (0,1)2 +1

93n = ---------------

1.93

n =48 orang

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan

90%) Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 48 orang responden.

45

Penarikan sampel RW desa adalah sebagai berikut

Sampel tiap kelas =

27 X 48a. RW 1 = ------------- = 14

93

41 X 48b. RW 2 = ------------- = 21

93

19 X 48c. RW 3 = ------------- = 10

93

6 X 48d. RW 4 = ------------- = 3

93

c. Teknik penarikan sampel

Penarikan sampel ditentukan dengan carasimple random

sampling/ acak sederhana.

d. Kriteria sampel

1) Kriteria inklusi

a) Kepala keluarga penderita penyakit asma yang berada di

wilayah kerja Kelurahan Abeli Puskesmas Abeli.

b) Bersedia menjadi responden

c) Dapat membaca dan menulis

2) Kriteria eksklusi

46

a) Kepala keluarga penderita penyakit asma yang tidak berada di

wilayah kerja Kelurahan Abeli Puskesmas Abeli.

b) Tidak bersedia menjadi responden

c) Kepala keluarga yang buta huruf

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini alat yang di gunakan untuk mengumpulkan data

yaitu dengan lembarkuesionaryang akan di isi oleh responden.

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data primer

Data primer adalah data mengenai karakteristik responden, sikap

responden terkait pencehgahan kekambuhan penyakit asma yang di

peroleh langsung dari reponden,baik dengan wawancara ataupun

menggunakan daftar pertanyaan pada kuesioner

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang du peroleh dari data yang telah ada

sebelumnya meliputi jumlah kejadian penyakit asma dalam kurun

waktu 3 tahun terakhir di wilayah kerja Puskesmas dan juga data

penderita asma di Kelurahan Abeli.

2. Cara pengumpulan data

a. Data primer

47

Diperoleh melalui kunjungan langsung ke wilayah kerja Puskesmas

Abeli Kelurahan Abeli Kota Kendari.

b. Data sekunder

Diperoleh dari dokumen-dokumen yang diperoleh dari Puskesmas

Abeli Kelurahan Abeli Kota Kendari.

F. Teknik pengolahan data

Data yang telah dikumpulkan dari responden kemudian akan diolah

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing, yaitu kegiatan pengoreksian data dari responden pada kuesionar

yang telah di isi oleh responden

2. Coding, Yaitu mengklarifikasikan jawaban responden menurut jenisnya

dan membubuhkan kode pada jawaban tersebut.

3. Scoring, yaitu pemberian skor pada jawaban responden yang telah di

isipada kuesioner dari berbagai variabel yang diteliti

4. Tabulating, yaitu menyusun data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

G. Tehnik analisa data

Data yang telah di peroleh kemudian di analisa menggunakan rumus

sebagai berikut:

Keterangan :

X : jumlah persentase variabel yang di teliti

f: jumlah responden berdasarkan variabel

X =f/n x K

48

n : jumlah sampel penelitian

k : konstanta (100)(budiarto,2002)

H. Penyajian data

Penyajian dilakukan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang

kemudian di narasikan secara deskriptif(memaparkan) variabel yang di teliti.

I. Etika Penelitian

Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia

menjadi isu sentral yang berkembang saat ini. pada penelitian ilmu

keperawatan, karena hampir 90% subjek yang dipergunakan adalah manusia,

maka peneliti harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian.

Menurut Nursalam (2008) secara umum prinsip etika dalam

penelitian/pengumpulan data dapat dibedakan menjadi:

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Subjek

harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian

yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau

menolak menjadi responden. Pada informed consent juga pelu

dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk

pengembangan ilmu.

2. Anonymity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

49

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Right to privacy (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan hasil

penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Informasi

yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

50

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Puskesmas Abeli merupakan salah satu dari 15 Puskesmas yang

ada di Kota Kendari, yang terletak di Kelurahan Abeli Kecamatan Abeli.

Jarak dari Kantor Walikota ± 73,13 km2.

Puskesmas Abeli terletak di Kelurahan Abeli Kecamatan Abeli

yang terdiri atas 8 (delapan) Kelurahan dengan batasnya adalah sebagai

berikut:

Sebelah utara berbatasan Teluk Kendari

Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Konda

Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Moramo

Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Matabubu Kecamatan Poasia

2. Keadaan Demografi

Berdasarkan hasil pendataan terakhir, jumlah penduduk di

Kelurahan Abeli sebanyak 1137 jiwa yang terdiri atas 420 Kepala

Keluarga.

B. Hasil Penelitian.

1. Karakteristik Responden

Karakteristik sampel dalam penelitian meliputi jenis kelamin,

umur, pendidikan dan pekerjaan:

51

a. Jenis Kelamin

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin seperti terlihat

pada tabel di bawah :

Tabel 5.1Distribusi Responden Berdasarkan Jenis KelamindiKelurahan Abeli Wilayah Kerja Puskesmas Abeli

Jenis kelamin f %Laki-LakiPerempuan

417

85,414,6

Jumlah 48 100Sumber : Data PrimerTahun 2016

Tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa responden tertinggi

adalah laki-laki sebanyak 41 responden (85,4 %) sedangkan terendah

adalah perempuan sebanyak 7 responden (14,6%)

b. Umur

Distribusi responden berdasarkan umur seperti terlihat pada

tabel di bawah :

Tabel 5.2Distribusi Responden Berdasarkan Umur di KelurahanAbeli Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Abeli

Umur f %21-4041-65

426

87,512,5

Jumlah 48 100Sumber : Data Primer Tahun 2016

Tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa tertinggi adalah

kelompok umur 21-40 tahun sebanyak 42 responden (87,5%) dan

terendah yaitu umur 41-65 tahunsebanyak 6 responden (12,5%).

52

c. Pendidikan

Distribusi responden berdasarkan pendidikan seperti

terlihat pada tabel di bawah :

Tabel 5.3Distribusi Responden Berdasarkan PendidikandiKelurahan Abeli Wilayah Kerja PuskesmasPuskesmas Abeli

Pendidikan f %SD

SLTP/SederajatSLTA/Sederajat

Perguruan Tinggi

1151715

2,131,235,431,3

Jumlah 48 100Sumber : Data Primer Tahun 2016

Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa pendidikan teringgi

adalah SLTA sebanyak 17 responden (35,4%) dan terendah yaitu SD

dengan jumlah 1 responden (2,1%).

d. Pekerjaan

Distribusi responden berdasarkan pekerjaan seperti terlihat

pada tabel di bawah :

Tabel 5.4Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan diKelurahan Abeli Wilayah Kerja PuskesmasPuskesmas Abeli

Pekerjaan F %PetaniPNS

Wiraswasta

21423

43,88,347,9

Jumlah 48 100Sumber : Data Primer Tahun 2016

53

Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa pekerjaan tertinggi

adalah wiraswasta sebanyak 23 responden (47,9%) dan terendah yaitu

PNS dengan jumlah 4 responden (8,3%).

2. Variable Penelitian

1. Sikap Keluarga Dari Aspek Menjaga Kebersihan LingkunganDalam Pencegahan Kekambuhan Penyakit Asma

Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Sikap Keluarga Dari AspekMenjaga Kebersihan Lingkungan Dalam PencegahanKekambuhan Penyakit Asmadi Kelurahan AbeliWilayah Kerja Puskesmas Abeli

No Kategori f %1 Baik 41 85,42 Kurang 7 14,6

Jumlah 48 100Sumber : Data Primer Tahun 2016

Tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa dari 48 responden, sikap

keluarga menjaga kebersihan lingkungan dalam pencegahan

kekambuhan penyakit asmatertinggi adalah kategori baikyaitu

sebanyak 41 responden (85,4%). Sedangkan terendah adalah kategori

kurang sebanyak 7 responden (14,6%).

2. Sikap Keluarga Dari Aspek Menghindari Faktor Pemicu DalamPencegahan Kekambuhan Penyakit Asma

Tabel 5.6Distribusi Frekuensi Sikap Keluarga Dari AspekMenghindari Faktor Pemicu Dalam PencegahanKekambuhan Penyakit Asmadi Kelurahan AbeliWilayah Kerja Puskesmas Abeli

No Kategori f %1 Baik 39 81,32 Kurang 9 18,7

Jumlah 48 100

54

Sumber : Data Primer Tahun 2016

Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa dari 48 responden,sikap

keluarga menghindari factor pemicu dalam pencegahan kekambuhan

penyakit asma tertinggi adalah kategori baikyaitu sebanyak 39

responden (81,3%). Sedangkan terendah adalah kategori kurang

sebanyak 9 responden (18,7%).

3. Sikap Keluarga Dari Aspek Menggunakan Obat Anti AsmaDalam Pencegahan Kekambuhan Penyakit Asma

Tabel 5.7DistribusiFrekuensi Sikap Keluarga Dari AspekMenggunakan Obat Anti Asma Dalam PencegahanKekambuhan Penyakit Asmadi Kelurahan AbeliWilayah Kerja Puskesmas Abeli

No Kategori F %1 Baik 40 83,32 Kurang 8 16,7

Jumlah 48 100Sumber : Data Primer Tahun 2016

Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa dari 48 responden,sikap

keluarga menggunakan obat anti asma dalam pencegahan kekambuhan

penyakit asma tertinggi adalah kategori baikyaitu sebanyak 40

responden (83,3%). Sedangkan terendah adalah kategori kurang

sebanyak 8 responden (16,7%).

55

4. Sikap Keluarga Dalam Pencegahan Kekambuhan Penyakit Asma

Tabel 5.8DistribusiFrekuensi Sikap Keluarga Dalam PencegahanKekambuhan Penyakit Asma diKelurahan AbeliWilayah Kerja Puskesmas Abeli

No Kategori F %1 Baik 43 89,62 Kurang 5 10,4

Jumlah 48 100Sumber : Data Primer Tahun 2016

Tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa dari 48 responden,sikap

keluarga dalam pencegahan kekambuhan penyakit asma tertinggi

adalah kategori baikyaitu sebanyak 43 responden (89,6%). Sedangkan

terendah adalah kategori kurang sebanyak 5 responden (10,4%).

C. Pembahasan

1. Sikap Keluarga Aspek Menjaga Kebersihan Lingkungan DalamPencegahan Kekambuhan Penyakit Asma di Kelurahan AbeliWilayah Kerja Puskesmas Abeli

Sikap sangat menentukan usaha untuk menjaga agar tidak terjadi

asma juga bergantung pada pengetahuan klien terhadap penyakitnya,

karena dengan pengetahuannya tersebut klien memiliki alasan dan

landasan untuk menentukan suatu pilihan. Informasi dan pengetahuan

tentang asma sangat penting dimana yang harus diajarkan kepada pasien

adalah mengenal faktor pemicu serangan asma pada dirinya serta

pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan kerja obat asma. Strategi

ini mengurangi frekuensi gejala, eksaserbasi, dampak asma pada gaya

hidup serta kekambuhan pada asma (Chang, Esther et al, 2010).

56

Dari hasil penelitianresponden dengan sikap keluarga aspek

menjaga kebersihan lingkungan dalam pencegahan kekambuhan penyakit

asma kategori baikdiketahui lebih banyak yaitu sebanyak 41 responden

(85,4%).

Hal ini dapat disebabkan oleh karena tingkat pendidikan dari

responden yang sudah lebih banyak yang SLTA yakni 17 (35,4) dan juga

Perguruan tinggi 15 (31,3)namun demikian masih terdapat pula yang

kurang dalam aspek menjaga kebersihan lingkungan dalam pencegahan

kekambuhan penyakit asmakurang sebanyak 7 responden (14,6%) hal ini

dapat disebabkan oleh padatnya pekerjaan responden yang dilakukan

dikebun, maupun ditempat kerja sehingga memungkinkan responden

untuk kurang bias menjaga kebersihan lingkungan rumah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang mengemukakan

bahwa kurangnya pengetahuan pasien dan masyarakat tentang asma dan

menganggap asma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan,

kurangnya upaya untuk melaksanakan pencegahan serangan asma di

rumah, serta belum terlihat adanya usaha yang baik dalam mengontrol dan

menghindari alergen. Hal ini yang mengakibatkan kekambuhan pada

pasien asma (Sundaru, 2006).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori lingkungan, dimana

penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan

asma. rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi, dan cahaya

matahari. Saluran pembuangan air haru lancar. Kamar tidur merupakn

57

tempat yang perlu mendapat perhatian yang khusus. Sebaiknya kamar

tidur sedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu

rumah(Nurafiatin A, Ayu ES, Mabruroh F, & Fauziah N 2007).

2. Sikap Keluarga Aspek Menghindari Faktor Pemicu DalamPencegahan Kekambuhan Penyakit Asma di Kelurahan AbeliWilayah Kerja Puskesmas Abeli

Hewan peliharaan,asap rokok, semprotan rambut, dan lain-lain

dapt menjadi pemicu penyakit asma/kekambuhan asma. Lingkungan

pekerjaan juga perlu mendapatkan perhatian apalagi kalau jelas-jelas ada

hubungan antara lingkungan kerja dengan serangan penyakit asma.

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang yang sikap

keluarga aspek menghindari factor pemicu dalam pencegahan kekambuhan

penyakit asma kategori baikdiketahui lebih banyak yaitu sebanyak 39

responden (81,3%). Hal inio dapat disebabkan oleh karena tingkat

pendidikan dari responden yang sudah lebih banyak yang SLTA yakni 17

(35,4) dan juga Perguruan tinggi 15 (31,3)namun demikian masih terdapat

pula yang kurang dalam aspek menghindari factor pemicu dalam

pencegahan kekambuhan penyakit asma kurang sebanyak 9 responden

(18,7%) hal ini dapat disebabkan oleh padatnya pekerjaan responden yang

dilakukan dikebun, maupun ditempat kerja sehingga memungkinkan

responden untuk kurang bisa menghindari factor pemicu.

Allergen yang sering menimbulkan penyakit asma adalah debu.

Allergen lain seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapatkan perhatian

dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga, seperti kecoa

58

dan tikus juga dapat menimbulkan penyakit asma. Infeksi virus saluran

pernapasan sering mencetuskan penyakit asma. Sebaiknya penderita sma

menjauhi orang-orang yang sedang terserang iffluenza dan menghindari

tepat-tempat ramai atau penuh sesak. Hindari kelelahan yang berlebihan,

kehujanan, suhu udara yang ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan

umum, atau olahraga yang melelahkan. Jika akan berolahraga lakukan

pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah

serangan kembai penyakit asma. zat-zat yang merangsang saluran napas

seperti asap rokok, asap mobil, uap bensin, uap cat, uap zat-zat kimia, da

udara kotor lainnya harus dihindari. Perhatikan obat-obat yang diminum,

khusunya obat-obat untuk darah tinggi, jantung, dan anti rematik zat –zat

pewarna dan zat-zat pengawet makanan juga dapat menmmbulkan

penyakit asma(Nurafiatin A, Ayu ES, Mabruroh F, & Fauziah N 2007)

3. Sikap Keluarga Aspek Menggunakan Obat Anti Asma DalamPencegahan Kekambuhan Penyakit Asma di Kelurahan AbeliWilayah Kerja Puskesmas Abeli

Pada penyakit asma kronis bila keadaannya sudah terkendali dapat

dicoba obat-obat pencegah penyakit asma. Tujuan obat-obat pencegah

penyakit asma ialah selain mencegah terjadinya serangan penyakit asma

juga diharapkan agar pengguaan obat-obat bronkodilator dan sterodi

sistemik dapat dikurangi dan bahkan kalau mungkin dihentikan. (Sunartia,

2011).

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang yang sikap

keluarga aspek menghindari factor pemicu dalam pencegahan kekambuhan

59

penyakit asma kategori baikdiketahui lebih banyak yaitu sebanyak 40

responden (83,3%). Hal inio dapat disebabkan oleh karena tingkat

pendidikan dari responden yang sudah lebih banyak yang SLTA yakni

17(35,4) dan juga Perguruan tinggi 15 (31,3)namun demikian masih

terdapat pula yang kurang dalam aspek menghindari factor pemicu dalam

pencegahan kekambuhan penyakit asma kurang sebanyak 8 responden

(16,7%) hal ini dapat disebabkan oleh padatnya pekerjaan responden yang

dilakukan dikebun, maupun ditempat kerja lainnya sehingga

memungkinkan responden untuk kurang bisa menggunakan obat anti asma

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang mengemukakan

bahwa Pada serangan penyaki asma yang rigan apalagi frekuensinya

jarang, penderita boleh memakai bronkodilator, baik bentuk tablet, kapsul,

maupun sirup. Tetapi ,bila inin gejala asma cepat hilang, jelas aerosol

lebih baik. Pada serangan yang lebih berat, bila masih mngkin dapat

menambah dosis obat sering lebih baik mengombinasikan dua atau tiga

macam obat.

60

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan mengenai tinjauansikapkeluarga terhadap

pencegahan kekambuhan penyakit asma diKelurahan Abeli wilayah kerja

Puskesmas Abeli Kota Kendari yang dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2016

didapatkan kesimpulan bahwa sebagian besar adalah kategori baik sebanyak

43 responden (89,6%) yang terdiri dari:

1. Sikap keluarga ditinjau dari menjaga kebersihan lingkungan dalam

pencegahan kekambuhan penyakit asma kategori baikyaitu sebanyak 41

responden (85,4%). Sedangkan kurang sebanyak 7 responden (14,6%).

2. Sikap keluarga ditinjau dari menghindari factor pemicu dalam pencegahan

kekambuhan penyakit asmakategoribaikyaitu sebanyak 39 responden

(81,3%). Sedangkan kurang sebanyak 9 responden (18,7%)

3. Sikap keluarga ditinjau dari menggunakan obat anti asma dalam

pencegahan kekambuhan penyakit asma kategori baikyaitu sebanyak 40

responden (83,3%). Sedangkan kurang sebanyak 8 responden (16,7%).

B. Saran

1. Bagi instansi pendidikan Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

Keperawatan agar memberikan pendalaman ilmu kepada mahasiswa

terkait penyakit Asma.

2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Kendari agar membuat kebijakan terkait

penanganan asma yang harus dijalankan oleh setiap Puskesmas.

61

3. Bagi masyarakat agar selalu mengikuti penyuluhan kesehatan yang

dilakukan oleh pihak Puskesmas

4. Bagi peneliti selanjutnya agar lebih mengembangkan lagi variable

penelitian yang berkaitan dengan penyakit asma.

62

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S, 2006 Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik Jakarta : RinekaCipta.

Clark,Margaret varnel l. 2013 .asthma. alveilebelin http://www. who. int/ topics/asthma/ en/ diakses pada 1 Maret 2016

Chang, Esther et al. 2010. Patofisiologi: Aplikasi Pada Praktik Keperawatan.Jakarta: EGC.

Friedmean, 2008. Keperawatan Keluarga Teori Dan Praktik. Jakarta. EGC

Maulana, H, 2009 Promosi Kesehatan,Jakarta : Cetakan I, Penerbit BukuKedokteran. EGC.

Mchpee S and Ganong W. 2011.Patofisiologi: Aplikasi Pada PraktikKeperawatan. Jakarta: EGC.

Notoadmodjo S,2012 Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :PTRineka Cipta.

Nurafiatin A, Ayu ES, Mabruroh F, dan Fauziah N. 2007. Patofisiologi Asma.Universitas Sumatera Utara

Rachelefsky, Gery M D and Patricia Garrison. 2010. Penanganan Asma padaAnak. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer.

Ridwan,2009 Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian Bandung : CetakanKedua.

RISKESDAS. Laporan Nasional riskesdas 2013. Available in DepartemenKesehatan. Asma di Indonesia. http://www.depkes.co.id (di Akses Tanggal22 Maret 2016)

Sugiyono. 2008 Statistik Non Parametris Untuk Penelitian. Jakarta : Alfabeta,

Sundaru. 2006. Asma Bronkial. Jakarta: FKUI.

Sunarti, Septi Shinta, 2011. 14 Penyakit paling sering menyerang dan sangatmematikan : Wardi

Waspadji.2007. Buku AjarIlmu PenyakitDalam Edisike3. Jakarta: Balai Pustaka.

63

WHO. 2013. Asthma. http://www.who.int/topics/asthma/en/diakses pada 1 Maret2016

64

Lampiran 2

SURAT PERMOHONAN MENJADIRESPONDEN

Kepada :

Yth. Calon Responden Penelitian

Di Tempat

Dengan Hormat,

Yang betanda tangan dibawah ini mahasiswa Program studi D III

Keperawatan Politekhnik Kesehatan Kendari.

Nama : Wa Ode Hasmira

Nim : P00320013032

Akan mengadakan penelitian dengan judul : Tinjauan Sikap keluarga

terhadap pencegahan kekambuhan penyakit asma di wilayah kerja Puskesmas

Abeli Kelurahan Abeli Kota Kendari“. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah

satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir.

Sehubungan dengan perihal di atas maka saya memohon kepada ibu agar

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, untuk kerja samanya saya

ucapkan terima kasih.

Peneliti,

Wa Ode Hasmira

65

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk

menjadi responden dalam penelitian yang di lakukan oleh :

Nama : Wa Ode Hasmira

Nim : P00320013032

Status : Mahasiswa Jurusan Diploma III Poltekkes kendari

Akan melakukan penelitian dengan judul ‘Tinjauan Sikap Keluarga

Terhadap pencegahan Kekambuhan Penyakit Asma Di Kelurahan Abeli Wilayah

Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari”.Tanda tangan saya menunjukan bukti

bahwa saya bersedia dan telah diberi informasiserta memutuskan untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini.

Kendari, 2016

Responden

( )

66

Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN

Tinjauan Sikap Keluarga Terhadap Pencegahan Kekambuhan

PenyakitAsmaDi Kelurahan Abeli Wilayah Kerja Puskesmas Abeli

Kota Kendari

A. Karakteristik Responden

Inisial :

Jenis kelamin :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

B. Sikap keluarga terhadap pencegahan penyakit asma

1. Pencegahan kekambuhan asma aspek menjaga kebersihan lingkungan

1. Apakah jendela rumah dibuka disiang hari ?

selalu sering kadang kadang tidak pernah

2. Apakah ventilasi rumah senantiasa dijaga kebersihannya ?

selalu sering kadang kadang tidak pernah

3. Apakah horden jendela Rumah dibuka agar cahaya mataharidapat

masuk?

selalu sering kadang kadang tidak pernah

67

4. Apakah rumah dibersihkan dari debu dan kotoran ?

selalu sering kadang kadang tidak pernah

5. Apakah lingkungan sekitar rumah dibersihkan dari kotoran hewan

peliharaan?

selalu sering kadang kadang tidak pernah

2. Pencegahan kekambuhan asma aspek menghindari factor pemicu

1. Apakah terdapat banyak binatang yang dapat memicu asma seperti

kecoa dan tikus di dalam rumah ?

selalu sering kadang kadang tidak pernah

2. Apakah keluarga saling berinteraksi dan menasehati agar penderita

asma menjauhi anggota keluarga yang mengalami influensa?

selalu sering kadang kadang tidak pernah

3. Apakah keluarga saling menasehati agar tidak terlalu sering

mendatangi tempat-tempat yang ramai atau sesak?

selalu sering kadang kadang tidak pernah

4. Apakah keluarga saling menasehati agar selalu menjaga kondisi

fisik?

selalu sering kadang kadang tidak pernah

5. Apakah didalam rumah ada anggota keluarga yang merokok

didalam rumah?

selalu sering kadang kadang tidak pernah

68

3. Pencegahan kekambuhan asma aspek menggunakan obat anti Asma

1. Apakah keluarga memiliki kemampuan untuk memberikan obat –

obatan asma apabila terjadi gejala.

selalu sering kadang kadang tidak pernah

2. Apakah keluarga saling mengingatkan untuk meminum obat-

obatan asma apabila terjadi gejala?

selalu sering kadang kadang tidak pernah

3. Apakah keluarga memiliki kemampuan untuk membeli obat asma?

selalu sering kadang kadang tidak pernah

4. Apakah keluarga memiliki kemampuan untuk memberikan pitamin

bagi anggota keluarganya?

selalu sering kadang kadang tidak pernah

5. Apakah keluarga memiliki kemampuan untuk membawa anggota

keluarganya ke pelayanan kesehatan untuk mengkonsultasikan

penyakit asma?

selalu sering kadang kadang tidak pernah

69

70

71

72

73