Tinjauan Askep BPH

23
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Nama Mahasiswa : Ely Rahmatika Nugrahani NIM : 112311101038 Tempat Pengkajian : Instalasi Bedah Sentral RSU Dr. Soebandi Jember Tanggal : - I. Identitas Klien Nama : - No. RM : - Umur : > 50 tahun Pekerjaan : Pekerjaan yang dapat memiliki risiko tinggi terjadinya BPH adalah orang yang pekerjaanya mengangkat barang-barang

description

askep bph

Transcript of Tinjauan Askep BPH

Page 1: Tinjauan Askep BPH

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Ely Rahmatika Nugrahani

NIM : 112311101038

Tempat Pengkajian : Instalasi Bedah Sentral RSU Dr. Soebandi Jember

Tanggal : -

I. Identitas Klien

Nama : - No. RM : -

Umur : > 50 tahun Pekerjaan : Pekerjaan yang

dapat memiliki risiko

tinggi terjadinya

BPH adalah orang

yang pekerjaanya

mengangkat barang-

barang berat.

Jenis

Kelamin

: Laki-laki.

Orang dari ras kulit hitam

memiliki risiko 2 kali

lebih besar untuk terjadi

BPH dibanding ras lain.

Orang-orang Asia

memiliki insidensi BPH

paling rendah.

Status Perkawinan : telah menikah

Agama : Agama tidak Tanggal MRS : -

Page 2: Tinjauan Askep BPH

mempengaruhi terjadinya

BPH.

Pendidikan : Pendidikan yang rendah,

seperti SD atau tidak

sekolah dapat menjadi

faktor kurangnya

pengetahuan dalam

melaksanakan tugas

keluarga dalam menjaga

kesehatan.

Tanggal

Pengkajian

: -

Alamat : Tempat tinggal pasien di

pedesaan dapat menjadi

faktor terjadinya BPH

karena kurangnya akses

informasi mengenai BPH.

Sumber Informasi : rekam medik dan

pengkajian

II. Riwayat Kesehatan

1. Diagnosa Medik

Benign Prostate Hyperplasia (BPH)

2. Keluhan Utama

Nyeri pada saat miksi

3. Riwayat penyakit sekarang

Pada pasien BPH keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia, urgensi, disuria,

pancaran melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, hesistensi (sulit memulai miksi),

intermiten (kencing terputus-putus), dan waktu miksi memanjang dan akhirnya menjadi

retensi urine.

4. Riwayat kesehatan terdahulu

a. Penyakit yang pernah dialami

Penyakit yang dapat menyebabkan BPH salah satunya adalah pasien pernah

mengalami ISK atau pembedahan prostat atau hernia sebelumnya.

b. Alergi (obat, makanan, plester, dll)

Page 3: Tinjauan Askep BPH

Alergi makanan, obat, dan plaser bukan merupakan faktor terjadinya BPH namun

wajib ditanyakan untuk menghindari alergi pada saat melakukan asuhan

keperawatan.

c. Imunisasi

Imunisasi dapat ditanyakan kepada pasien apakah pasien pernah dilakukan imunisasi

untuk meningkatkan kekebalan tubuhnya.

d. Kebiasaan/pola hidup/life style

Makanan dan minuman yang dapat berisiko terjadinya BPH adalam orang

memiliki kebiasaan minum alkohol sehingga mempengaruhi hormone yang dapat

mengganggu kesehatannya. Selain itu diet makanan dan minuman pasien, seperti

kurangnya konsumsi seng, tembaga selenium, dimana defisiensi seng yang berat

dapat mempengaruhi adanya penurunan hormone testosterone akibat pengecilan

testis pria. Makanan tinggi lemak juga akan mengakibatkan penurunan hormone

testosterone walaupun lemak merupakan bahan utama pembentuk

dehidroepianandrosteron (hormone pembentuk tostosteron), namun bila

berlebihan akan menyebabkan peningkatan massa otot perut dan dapat menekan

testis.

Pekerjaan yang dilkaukan setiap hari misalnya pekerjaan dengan sering

mengangkat berat dapat menjadikan pasein terkena BPH.

Obesitas akan membuat gangguan pada prostat dan kemampuan seksual, tipe

bentuk tubuh yang mengganggu prostat adalah tipe bentuk tubuh yang membesar

di bagian pinggang dengan perut buncit, seperti buah apel. Beban di perut itulah

yang menekan otot organ seksual, sehingga lama-lama organ seksual kehilangan

kelenturannya. Pada obesitas terjadi peningkatan kadar estrogen yang berpengaruh

terhadap pembentukan BPH melalui peningkatan sensitisasi prostat terhadap

androgen dan menghambat proses kematian sel-sel kelenjar prostat. Pola obesitas

pada laki-laki biasanya berupa penimbunan lemak pada abdomen.), Pada

penelitian terdahulu didapatkan Odds Rasio (OR) pada laki-laki yang kelebihan

berat badan (BMI 25-29,9 kg/m2 ) adalah 1,41 pada lakilaki obesitas (BMI 30-34

kg/m2 ) adalah 1,27 sedangkan pada laki-laki dengan obesitas parah (BMI >35

kg/m2 ) adalah 3,52.

Page 4: Tinjauan Askep BPH

Aktivitas seks yang berlebihan dan tidak bersih merupakan factor terjadinya BPH.

Saat kegiatan seksual, kelenjar prostat mengalami peningkatan tekanan darah

sebelum terjadi ejakulasi. Jika suplai darah ke prostat selalu tinggi, akan terjadi

hambatan prostat yang mengakibatkan kalenjar tersebut bengkak permanen. Seks

yang tidak bersih akan mengakibatkan infeksi prostat yang mengakibatkan BPH.

Aktivitas seksual yang tinggi juga berhubungan dengan meningkatnya kadar

hormon testosterone. Penelitian terdahulu didapatkan OR : 2,40.

Nikotin dan konitin (produk pemecahan nikotin) pada rokok meningkatkan

aktifitas enzim perusak androgen, sehingga menyebabkan penurunan kadar

testosteron. Penelitian terdahulu didapatkan OR : 2,74 (95% CI : 1,43-5,25).

Kebiasaan minum-minuman beralkohol akan menghilangkan kandungan zink dan

vitamin B6 yang penting untuk prostat yang sehat. Zink sangat penting untuk

kelenjar prostat. Prostat menggunakan zink 10 kali lipat dibandingkan dengan

organ yang lain. Zink membantu mengurangi kandungan prolaktin di dalam darah.

Prolaktin meningkatkan penukaran hormon testosteron kepada DHT. Penelitian

terdahulu didapatkan OR : 2.56 (95% CI : 1,37-4,75).

Para pria yang tetap aktif berolahraga secara teratur, berpeluang lebih sedikit

mengalami gangguan prostat, termasuk BPH. Dengan aktif olahraga, kadar

dihidrotestosteron dapat diturunkan sehingga dapat memperkecil risiko gangguan

prostat. Selain itu, olahraga akan mengontrol berat badan agar otot lunak yang

melingkari prostat tetap stabil. Olahraga yang dianjurkan adalah jenis yang

berdampak ringan dan dapat memperkuat otot sekitar pinggul dan organ seksual.

Olahraga yang baik apabila dilakukan 3 kali dalam seminggu dalam waktu 30

menit setiap berolahraga, olahraga yang dilakukan kurang dari 3 kali dalam

seminggu terdapat sedikit sekali perubahan pada kebugaran fisik tetapi tidak ada

tambahan keuntungan yang berarti bila latihan dilakukan lebih dari 5 kali dalam

seminggu.1 Olahraga akan mengurangi kadar lemak dalam darah sehingga kadar

kolesterol menurun. Penelitian terdahulu didapatkan OR : 2,58.1

Laki-laki yang mempunyai kadar glukosa dalam darah > 110 mg/dL mempunyai

risiko tiga kali terjadinya BPH, sedangkan untuk laki-laki dengan penyakit

Diabetes Mellitus mempunyai risiko dua kali terjadinya BPH dibandingkan

Page 5: Tinjauan Askep BPH

dengan laki-laki dengan kondisi normal. Penelitian terdahulu didapatkan Odds

Ratio (OR) pada penderita Diabetes Mellitus adalah 2,25 (95%, CI : 1,23-4,11)

2. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat keluarga pada penderita BPH dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi yang

sama pada anggota keluarga yang lain. Semakin banyak anggota keluarga yang mengidap

penyakit ini, semakin besar risiko anggota keluarga yang lain untuk dapat terkena BPH.

Bila satu anggota keluarga mengidap penyakit ini, maka risiko meningkat 2 kali bagi

yang lain. Bila 2 anggota keluarga, maka risiko meningkat menjadi 19 2-5 kali. Dari

penelitian terdahulu didapatkan OR sebesar 4,2 (95%, CI 1,7-10,2).

Genogram: -

III. Pengkajian Keperawatan

1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan

Pasien dengan BPH yang berdomisili di pedesaan biasanya memiliki persepsi kesehatan

bahwa ia tdak akan pergi ke pelayanan kesehatan apabila tidak benar-benar sakit atau

tidak mampu melakukan kegiatan akibat dari kurangnya pemeliharaan kesehatan.

Pemeliharaan kesehatan yang dilakukan pasien cenderung kurang memperhatikan

kesehatannya, dengan kurang memahami lima tugas kesehatan keluarga. Pasien belum

mampu mengenal masalah kesehatan, seperti apa itu penyakitnya, bagimana ciri-cirinya,

dan apa tanda gejalanya. Pasien belum mampu memilih tindakan yang tepat, yaitu ketika

sakit tidak di bawa ke pelayanan kesehatan. Memberikan perawatan, yaitu pasien belum

mampu mengataasi atau melakukan [erawatan dasar di rumah sebelum dibawa ke petugas

kesehatan. Pasien belum mampu mengkondisikan lingkungan untuk kesehatan keluarga,

msialnya lingkungannya kurang bersih. Pasien belum mampu memanfaatkan pelayanan

kesehatan dnegan maksimal, dengan mengunjungi pelayanan kesehatan jika dirinya sakit

saja.

2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)

- Antropometeri

Page 6: Tinjauan Askep BPH

Pasien dnegan BPH cenderung memiliki tubuh yang obesitas dengan nilai BMI >

30 kg/m2. Pada penelitian terdahulu didapatkan Odds Rasio (OR) pada laki-laki

yang kelebihan berat badan (BMI 25-29,9 kg/m2 ) adalah 1,41 pada lakilaki

obesitas (BMI 30-34 kg/m2 ) adalah 1,27 sedangkan pada laki-laki dengan

obesitas parah (BMI >35 kg/m2 ) adalah 3,52.

- Biomedical sign

Pemeriksaan memiliki nilai lebih diatas normal.

Hb: >18 gr/dl

Leukosit: > 11.000/ul

Trombosit: > 400.000/ul

Kreatini: > 1.5 mg/dl

Ureum: >40 mg/dl

Menurut Purnomo (2011) dan Baradero dkk (2007) pemeriksaan penunjang yang

dapat dilakukan pada penderita BPH meliputi : 1) Laboratorium a) Analisi urin

dan pemeriksaan mikroskopik urin penting dilakukan untuk melihat adanya sel

leukosit, bakteri dan infeksi. Pemeriksaan kultur urin berguna untuk menegtahui

kuman penyebab infeksi dan sensitivitas kuman terhadap beberapa antimikroba.

b) Pemeriksaan faal ginjal, untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang

menegenai saluran kemih bagian atas. Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah

merupakan informasi dasar dari fungsin ginjal dan status metabolic. c)

Pemeriksaan prostate specific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan

perlunya biopsy atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA 10 ng/ml. 2)

Radiologis/pencitraan Menurut Purnomo (2011) pemeriksaan radiologis bertujuan

untuk memperkirakan volume BPH, menentukan derajat disfungsi bulibuli dan

volume residu urin serta untuk mencari kelainan patologi lain, baik yang

berhubungan maupun tidak berhubungan dengan BPH. a) Foto polos abdomen,

untuk mengetahui kemungkinan adanya batu opak di saluran kemih, adanya

batu/kalkulosa prostat, dan adanya bayangan buli-buli yang penuh dengan urin

sebagai tanda 27 adanya retensi urin. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai

tanda metastasis dari keganasan prostat, serta osteoporosis akbibat kegagalan

Page 7: Tinjauan Askep BPH

ginjal. b) Pemeriksaan Pielografi intravena ( IVP ), untuk mengetahui

kemungkinan adanya kelainan pada ginjal maupun ureter yang berupa hidroureter

atau hidronefrosis. Dan memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang

ditunjukkan dengan adanya indentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar

prostat) atau ureter dibagian distal yang berbentuk seperti mata kail (hooked

fish)/gambaran ureter berbelok-belok di vesika, penyulit yang terjadi pada buli-

buli yaitu adanya trabekulasi, divertikel atau sakulasi buli-buli. c) Pemeriksaan

USG transektal, untuk mengetahui besar kelenjar prostat, memeriksa masa ginjal,

menentukan jumlah residual urine, menentukan volum buli-buli, mengukur sisa

urin dan batu ginjal, divertikulum atau tumor buli-buli, dan mencari kelainan yang

mungkin ada dalam buli-buli.

- Clinical Sign :

TD: > 120/100 mmHg

Nadi: 60-100x/menit

RR: 18-24x/menit

Suhu: >38oC (tanda infeksi)

- Diet Pattern (intake makanan dan cairan)

Pasien cenderung makan makanan yang mengandung lemak tinggi. Pasien

cenderung kurang mengkonsumsi seng, dan terkadang sering minum alcohol.

3. Pola eliminasi

BAK: Pola eliminasi kaji tentang pola berkemih, frekuensinya menurun, ragu ragu,

menetes, jumlah pasien harus bangun pada malam hari untuk berkemih (nokturia) sering,

kekuatan sistem perkemihan melemah, pancaran melemah.

BAB: Pada pasien sering terjadi mengedan untuk mulai atau mempertahankan aliran

kemih. Pasien kesulitan BAB seperti konstipasi akibat dari prostrusi prostat kedalam

rektum.

Balance cairan: input > output.

Page 8: Tinjauan Askep BPH

4. Pola aktivitas & latihan

Pasien aktifitasnya sehari – hari mengalami penurunan kualitas dan kuantitas, aktifitas

penggunaan waktu senggang sering digunakan dengan tidak berolahraga. Pekerjaan

mengangkat beban berat. Aktivitas banyak dibantu.

c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilitas di tempat tidur √

Berpindah √

Ambulasi / ROM √

Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3: dibantu alat, 4:

mandiri

Status Oksigenasi:

Pasien jarang menggunakan oksigenasi.

5. Pola tidur & istirahat

Lama tidur pasien menurun, adanya waktu tidur yang berkurang karena frekuensi miksi

yang sering pada malam hari ( nokturia ).

6. Pola persepsi diri

Perasaan atau emosi yang dialami atau dirasakan pasien sebelum pembedahan dan

sesudah pembedahan. Pasien biasa cemas karena kurangnya pengetahuan terhadap

perawatan luka operasi.

7. Pola seksualitas & reproduksi

Masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampua seksual akibat adanya penurunan

kekuatan ejakulasi dikarenakan oleh pembesaran dan nyeri tekan pada prostat.

8. Pola peran & hubungan

Peran sebagai kepala keluarga tidak dapat dijalani kembali.

Page 9: Tinjauan Askep BPH

9. Pola manajemen koping-stress

Manajemen koping tergantung dari pendidikan pasien dan kemampuan pasien mengadapi

stressor.

10. System nilai & keyakinan

Pasien pedesaan cenderung memiliki nilai dan keyakinan salah setelah adanya luka

operasi untuk tidak makan makanan yang mengandung protein tinggi, sehingga hal

tersebut megakibatkan proses penyembuhan yang lama.

IV. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum: nilai GCS pasien dilihat pada saat pertama kali bertemu dengan pasien.

Tanda vital:

- Tekanan Darah : > 120/100 mm/Hg

- Nadi : 80-100 X/mnt

- RR : 18-24 X/mnt

- Suhu : > 38 o C

Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

1. Abdomen

Adanya rasa tidak nyaman pada epigastrik, mual muntah.

2. Urogenital

Pemeriksaan prostat didapati membesar, kemerahan, dan tidak nyeri tekan.

V. Terapi (jenis terapi, dosis, rute, indikasi, KI, implikasi keperawatan

Terapi yang dapat dilakukan adalah:

1) Pembedahan terbuka

Beberapa teknik operasi prostatektomi terbuka yang biasa digunakan adalah sbegai

berikut:

a) Prostatektomi suprapubik

b) Prostatektomi perineal

c) Prostatektomi retropubik

2) Pembedahan endourologi

Page 10: Tinjauan Askep BPH

Pembedahan endourologi transurethral dapat dilakukan dengan memakai tenaga elektrik

diantaranya:

a) Transurethral Prostatic Resection (TURP)

b) Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)

c) Terapi invasive minimal

1) Transurethral Microvawe Thermotherapy (TUMT)

2) Transuretral Ballon Dilatation (TUBD)

3) Transuretral Needle Ablation (TUNA)

4) Pemasangan stent uretra atau prostatcatth

Page 11: Tinjauan Askep BPH

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Daftar Diagnosa Keperawatan:

a. Pre Operasi

1) Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan pasien untuk berkemih

2) Nyeri akut berhubungan dengan distensi kandung kemih

3) Kurang pengetahuan tentang factor yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan

pengobatan

b. Intra Operatif

1) Resiko cedera berhubungan dengan tindakan operasi

2) Resiko kekurangan cairan: darah berhubungan dengan proses operasi

c. Pasca Operasi

1) Nyeri berhubungan dengan insisi bedah, pemasangan kateter, dan spasme kandung

kemih

2) Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan paskaoperatif dan masa penyembuhan

3) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi operasi

Page 12: Tinjauan Askep BPH

PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN

KRITERIA

HASIL

INTERVENSI RASIONAL

1.

2.

Ansietas

berhubungan

dengan

ketidakmampuan

pasien untuk

berkemih.

Nyeri akut

berhubungan

dengan distensi

kandung kemih

Setelah dilakukan

perawatan selama

1x24 jam pasien

akan menunjukkan

adanya penurunan

kecemasan atau

hilang. Dengan

kriteria hasil:

1.

melakukan

aktivitas normal

tanpa terlihat

cemas

2.

3.

x/menit

Setelah dilakukan

perawatan selama

1x24 jam pasien

akan menunjukkan

adanya penurunan

ambang nyeri atau

hilang. Dengan

kriteria hasil:

1. Kaji tingkat

kecemasan klien..

2. Berikan penjelasan

yang akurat tentang

keadaan penyakit dan

proses terjadinya

penyakit.

3. Bantu klien untuk

mengidentifikasi cara

memahami berbagai

perubahan akibat

penyakitnya.

4. Biarkan klien dan

keluarga

mengekspresikan

perasaan mereka.

5. Kolaborasi dengan tim

medis untuk tindakan

TUR P

1. Kaji tingkat nyeri

pasien

2. Beri tahu atau

informasikan

penyebab nyeri pasien

3. Berikan kompres

hangat pada daerah

1. Mengetahui tingkat

kecemasan pasien

2. Pasien mengetahui

secara pasti apa yang

sedang dihadapi saat

ini.

3. Usaha memberikan

koping adaptif.

4. Setelah pasien

mengekpresikan

diharapkan pasien

mampu mengkontrol

ansietasnya

dikemudian.

5. Menghilangkan

obtruksi pada uretra

1. Mengetahui tingkat

nyeri pasien

2. Menberi pendidikan

tentang timbulnya

nyeri

3. Mengurangi rasa

nyeri pada daerah

Page 13: Tinjauan Askep BPH

a. Pasien tidak

mengeluhkan

nyeri

b. Skala nyeri turun

satu tingkatan

atau hilang

c. Pasien mampu

miksi dengan

baik tanpa ada

gangguan saluran

perkemihan.

sekitar nyeri

4. Kolaborasi dengan tim

dokter terkait operasi

TURP

kandung kemih dan

sekitarnya

4. Menghilangkan

pembesaran prostat

sehingga pasien

mampu miksi

dengan baik

3. Resiko cedera

berhubungan

dengan tindakan

operasi

Setelah dilakukan

tindakan perawatan

sealama 1x24 jam

pasien akan

terhindar dari risiko

cedera.. Dengan

ditandai kriteria

hasil:

1.

komplikasi

pembedahan

pada jaringan

daerah sekitar

2.

berkurang atau

hilang

1. Berikan informasi

pada pasien terkait

jalannya operasi

2. Pastikan daerah

operasi jelas supaya

tidak ada kesalahan

letak operasi

3. Selalu

4. Stabilka kereta

pasien maupun meja

operasi pada waktu

memindahkan pasien

ked an dari meja

operasi

1. M

emberikan informasi

kepada pasien terkait

jalannya operasi

2. P

osisi pasien tertentu

membutuhkan

bantalan untuk

menghindari terjatuh

3. M

emastikan bahwa

peralatan diletakkan

sesuai prosedur

4. M

enghindari jatuh

4. Resiko

kekurangan

cairan: darah

berhubungan

Setelah dilakukan

tindakan

perawatan sealama

1x24 jam pasien

1. o

bservasi perdarahan

pasien

2. P

1.

pasien

2.

risiko komplikasi

Page 14: Tinjauan Askep BPH

dengan proses

operasi

akan terhindar dari

risiko

kekurangandarah.

Dengan ditandai

kriteria hasil:

1. Tidak ada

perdarahan

2. Konjungtiv

a tidak anmeni

3. TD 120/80

mmHg

4. RR 18-

24x/menit

5. Mukosa

lembab

astikan alat

menergency sudah

disiapkan

3. K

olaborasi pemberian

tranfusi darah untuk

mencegah adanya

kekurangan cairan:

darah

dari perdarahan

massif

3. mencegah anemia

dan syok hipovolemik

5. Nyeri

berhubungan

dengan insisi

bedah,

pemasangan

kateter, dan

spasme kandung

kemih

Setelah dilakukan

tindakan perawatan

selama 2x24 jam

pasien tidak

mengalami nyeri

atau nyeri pasien

berkurang. Dengan

ditandai kriteria

hasil:

1. Klien tidak

gelisah

2. Skala nyeri

menurun,

minimal 1 level

3. Klien dapat

beristirahat atau

tidur nyenyak.

4. TD: 120/80

1.

PQRST.

2.

yang nyaman

3.

hangat pada daerah

pubis

4.

pengalihan nyeri

5.

pemberian obat

analgetik.

1. mengetahui skala

nyeri

2. M

engurangi nyeri

3. K

omres hangat akan

membuat pembuluh

darah menjadi

dilatasi dan nyeri

berkurang

4. M

engurangi nyeri

5. M

negurangi nyeri dari

segi medis.

Page 15: Tinjauan Askep BPH

mmHg

1.

6 Kurang

pengetahuan

tentang

penatalaksanaan

paskaoperatif

dan masa

penyembuhan

behubungan

dengan

rendahnya

pendidikan

Setelah dilakukan

tindakan

perawatan selama

1x24 jam pasien

mengetahui

perawatanpada

post operatif.

Dengan ditandai

kriteria hasil:

1. Klien

mampu

menyebutkan

apa saja yang

harus

diperhatikan

setelah post

operasi

2. Klien tidak

cemas dengan

banyak

bertanya

1. K

aji pengetahun

pasien

2. B

erikan informasi dan

pendidikan

kesehatan terkait

perawatan pada

pasien post operasi

3. K

olaborasi dengan tim

dokter terkait obat-

obat pasca operasi

SC.

1.

pengetahuan

pasien

2.

komplikasi pasca

operasi

3.

mempercepat

proses

penyebuhan.