TERAPI KELUARGA DAN MARITAL-edit
-
Upload
mizzy-misleny -
Category
Documents
-
view
591 -
download
19
Transcript of TERAPI KELUARGA DAN MARITAL-edit
TERAPI KELUARGA DAN TERAPI MARITAL
PENDAHULUAN
Terapi keluarga dan marital merupakan terapi yang tergolong di dalam psikoterapi. Ada
banyak jenis psikoterapi yang dapat diberikan untuk berbagai masalah pasien. Dengan
pengecualian yang memungkinkan untuk sejumlah kecil metoda perilaku dan kognitif-
perilaku tertentu, yang diterapkan untuk beberapa problem khas tertentu pula, bukti akurat
mengenai efektivitas psikoterapi belum ditentukan. Meskipun demikian, terdapat banyak
pengalaman yang sangat menarik perhatian, tetapi tidak akurat untuk menyatakan bahwa
beberapa psikoterapi dapat membantu pasien; hampir semua terapis melakukan, mengajak
pasien untuk menyatakan hal yang menjadi perhatian mereka, mendorong mereka untuk
mencoba perilaku yang baru, dsb. Jenis psikoterapi sangat bervariasi; terapi kelompok,
keluarga, dan terapi marital.3
Terapi keluarga merupakan salah satu bentuk terapi kelompok. Terdapat sejumlah tipe
terapi keluarga, tetapi tidak ada “satu yang paling benar”. Walaupun sebuah keluarga sering
mengikuti terapi karena salah satu anggotanya mempunyai problem, terdapat asumsi implisit
atau eksplisit dari para terapis bahwa sistem dalam keluarga tersebut memang sakit, bukan
pasiennya. Yang diharapkan adalah perbaikan interaksi dan komunikasi interpersonal tidak
sehat yang terlihat dari perbaikan pada pasien yang teridentifikasi. Hampir semua terapis
keluarga menyadari bahwa beberapa pasien membawa problem ke dalam terapi keluarga yang
bukan akibat malfungsi di dalam keluarganya tetapi sebagian besar terapis menyangkal bahwa
problem-problem tersebut seringkali diperburuk oleh malfungsi di dalam keluarga yang tidak
diberi terapi.3
Terapi terhadap pasangan yang terikat di dalam perkawinan sering dilakukan jika
hubungan mereka berada pada resiko. Terutama lazim terjadi apabila proble psikososial
muncul. Orientasi-orientasi teoritas dan teknik-teknik terapinya bermacam-macam ; tidak ada
satu pun yang secara jelas tampak lebih unggul daripada yang lain. Terapi marital akan
melihat beberapa parameter antaranya adalah sosial, emosional, seksual dan ekonomi.2,3
A. TERAPI MARITAL
1. Indikasi
Terapi marital diindikasikan apabila terapi individual gagal untuk
menyelesaikan permasalahan suatu pasangan, dan pasangan tersebut memilih atau
bersedia untuk menjalani terapi tersebut. Indikasi primer di dalam terapi marital
adalah adanya permasalahan komunikasi antara individu. Selain itu, aspek kehidupan
seksual juga memainkan peran penting sebagai indikasi terapi marital. Terapis harus
bijak dalam menilai aspek ekonomi, emosi dan sosial pasangan tersebut karena aspek
ini merupakan faktor lain yang menjadi punca permasalahan tiap pasangan.3
2. Metode
Terapi Individu
Di dalam terapi individu, pasangan akan mengikuti terapi pada terapis yang
berbeda dan bukan pada terapis yang sama. Tujuannya adalah untuk menguatkan
dan meningkatkan ikatan dan kapasitas tiap individu. Individu yang mengikuti
terapi akan memberi data tentang pasangannya dan terapis akan mengevaluasi data
tersebut untuk mengenalpasti permasalahan pasangan tersebut. Data tersebut juga
bisa dinilai untuk mengenali jika ada unsur irasional dari individu tersebut
terhadap pasangannya.3
Terapi “Conjoint”
Di dalam terapi “conjoint”, perkara yang menonjol adalah satu atau dua terapis
akan bergabung di dalam satu sesi terapi. Dengan metode ini, individu akan
merasa nyaman dan lebih tenang untuk menyampaikan permasalahan mereka.3
Terapi “four-way”
Di dalam terapi “four-way”, setiap pasangan akan bertemu terapis yang berbeda
dan berdiskusi bersama-sama dengan tiap individu ditemani oleh satu terapis. Ini
berarti, setiap individu akan membawa satu terapis dan jumlahnya menjadi empat
orang (2 pasien dan 2 terapis). Metode ini diperkenalkan oleh William Master dan
Virginia Johnsons.3
Terapi kelompok
Terapi kelompok melibatkan beberapa pasangan, dan biasanya 3 atau 4 pasangan
terlibat. Setiap pasangan akan diberi peluang untuk mengenal pasangan lain dan
berbagi permasalahan mereka. Ini dapat memberi semangat dan empati kepada
mereka dan membuktikan bahwa mereka tidak sendiri dalam menyelesaikan
permasalahan ini. Tiap pasangan akan diberi peluang untuk memperoleh informasi
baru dari pasangan lain dan memperoleh umpan balik tentang diri mereka. Dengan
ini, pasangan tersebut akan bisa mengetahui akar permasalahan mereka dan bisa
memperbaikinya.3
3. Konsep
Terapi marital biasanya dilakukan di kantor terapis, dan ditawarkan sekali per
minggu dengan setiap sesi yang berlangsung antara 60 dan 90 menit. Satu atau dua
terapis mungkin hadir dalam sesi. Jika terdapat dua terapis yang hadir, proses ini
disebut terapi 'conjoint'. Jumlah sesi terapi akan bervariasi sesuai dengan tingkat
keparahan masalah yang disajikan, pelatihan terapis dan teknik. Meskipun beberapa
terapis akan menyatakan bahwa perubahan yang signifikan dapat terjadi dalam sesi
pertama atau ke dua, tetapi biasanya diperlukan 8 hingga 12 sesi sebelum perubahan
signifikan dan menetap secara realistis terjadi. Dalam konteks yang lain, terapi yang
sudah berlangsung selama satu tahun atau lebih tanpa ada hasil, mungkin terapi ini
tidak berhasil. Dalam kasus tersebut, pasangan yang bermasalah mungkin bisa
mempertimbangkan bekerja dengan terapis yang berbeda, dengan pendekatan yang
berbeda, atau untuk memikirkan kembali kelangsungan pernikahan mereka.
Selama sesi terapi marital, terapis membantu pasangan untuk bekerja melalui
kesulitan mereka yang dapat mencakup keterasingan dan kehilangan perasaan-
perasaan cinta, masalah komunikasi, urusan, harapan yang tidak sesuai, dan kompetitif
perjuangan untuk menentukan visi dan tujuan yang akan mendominasi. Pasangan yang
memiliki kesempatan terbaik untuk pemulihan adalah mereka yang sama-sama
termotivasi untuk mempertahankan pernikahan mereka. Pasangan yang diterapi akan
ditanya apakah akan tetap berkomitmen untuk menikah atau tidak. Pasangan yang
tidak mau atau tidak bisa berkompromi, cenderung tidak berhasil. Terapi marital
mungkin adalah hal terbaik dalam pernikahan bermasalah dan dapat dilakukan untuk
membantu memulihkan pernikahan mereka. Seorang terapis perkawinan akan
menawarkan dukungan dan intervensi yang dapat membantu pasangan dengan
mengatasi kesulitan mereka dan memulai proses pemecahan masalah dan
penyembuhan yang dimulai dengan safety,normalisasi,pelatihan skill,interpretasi.6
4. Perspektif
Seperti intervensi teraputic medis, terapi marital tidak sempurna dan tidak
selalu berhasil dalam membantu pasangan untuk mempertahankan pernikahan mereka.
Bentuk-bentuk terapi perkawinan yang telah dipelajari memiliki tingkat keberhasilan
sekitar 65%. Terapi marital sangat dianjurkan, karena merupakan hal terbaik yang
dapat dilakukan oleh pasangan bermasalah untuk membantu diri mereka sendiri.,
hasilnya kadang-kadang bisa sederhana, dengan ketidaksetujuan dan konflik yang
belum terselesaikan. Pasangan yang pernah memperoleh manfaat dari terapi marital,
dan yang kemudian muncul kembali masalahnya, mungkin ada gunanya kembali
mendapatkan terapi untuk sesi 'booster'.
The 'chemistry' antara pasangan dan terapis mereka juga penting. Terapi yang
efektif membutuhkan kepercayaan dari semua pihak. Jika satu atau lebih pasangan
gagal untuk melihat terapis mereka sebagai terapis yang adil dan tidak memihak, terapi
ini mungkin dikompromikan. Untuk alasan ini, sebaiknya tidak merekrut terapis yang
sebelumnya pernah bekerja dengan salah satu anggota pasangan tersebut. Terapis dan
pasangan juga harus memperhatikan dan berbicara tentang bagaimana hubungan
mereka terasa dari waktu ke waktu sehingga persepsi setiap pasangan dapat
diminimalkan.6
5. Proses
Terapi marital sering dimulai dengan meminta klien untuk berpartisipasi dalam
tahap pengumpulan informasi penilaian di mana mereka berusaha untuk memahami
sifat dari masalah mereka. Proses penilaian bisa formal maupun informal, tergantung
pada terapis.
Penilaian informal terdiri dari satu atau lebih sesi dicurahkan untuk proses
wawancara dimana terapis meminta pasangan untuk menjelaskan masalah mereka.
Kadang-kadang pengumpulan informasi awal sesi melibatkan kedua pasangan hadir;
tetapi pada waktu lain bisa diwawancarai secara individual. Ketika sebuah proses
penilaian yang lebih formal dilakukan, wawancara dilengkapi dengan satu atau lebih,
latihan kuesioner atau wawancara yang dirancang untuk mengumpulkan informasi
yang lebih objektif. Terapis sering meminta masing-masing pasangan untuk
menyelesaikan sebuah 'genogram' yang merupakan semacam pohon keluarga
psikologis informasi. Terapis harus peka terhadap hubungan antara generasi yang
dinamis dan kerentanan bahwa setiap pasangan dalam suatu hubungan telah dibentuk
oleh (misalnya, apakah salah satu pasangan dibesarkan dalam lingkungan alkohol dan
harus mengambil tanggung jawab sebagai orang tua sebelum mereka siap, atau
seorang anak dari korban bencana, dll). Mereka menggunakan genogram untuk lebih
memahami bagaimana kondisi keluarga mempengaruhi latar belakang perilaku
perkawinan. Terapis dapat meminta masing-masing pasangan untuk mengisi 'Skala
Penyesuaian Diad'. Masing-masing diminta untuk menjelaskan bagaimana mereka
memahami hubungan mereka. Terapis kemudian akan membandingkan jawaban
masing-masing pasangan pada kuesioner ini untuk mempelajari pandangan hubungan
pasangan tersebut.6
B. TERAPI KELUARGA
Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga
sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern & Pinsof,
1986). Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada
terapi individual mempunyai konsekwensi dan konteks sosial. Contohnya, klien yang
menunjukkan kemajuan selama menjalani terapi individual, bisa terganggu lagi setelah
kembali pada keluarganya. Menurut teori awal dari psikopatologi, lingkungan keluarga
dan interksi orang tua- anak adalah penyebab dari perilaku maladaptive (Bateson et
al,1956; Lidz&Lidz, 1949 ;Sullivan, 1953).1
Terapi keluarga didasarkan pada teori sistem (Van Bertalanffy, 1968) yang terdiri dari
3 prinsip. Pertama adalah kausalitas sirkular, artinya peristiwa berhubungan dan saling
bergantung, bukan ditentukan dalam sebab satu arah–efek perhubungan. Jadi, tidak ada
anggota keluarga yang menjadi penyebab masalah lain; perilaku tiap anggota tergantung
pada perbedaan tingkat antara satu dengan yang lainnya. Prinsip kedua, ekologi,
mengatakan bahwa sistem hanya dapat dimengerti sebagai pola integrasi, tidak sebagai
kumpulan dari bagian komponen. Dalam system keluarga, perubahan perilaku salah satu
anggota akan mempengaruhi yang lain. Prinsip ketiga adalah subjektivitas yang artinya
tidak ada pandangan yang objektif terhadap suatu masalah, tiap anggota keluarga
mempunyai persepsi sendiri dari masalah keluarga. 1
Penelitian mengenai terapi keluarga dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang
Antropologis bernama Gregory Bateson yang meneliti tentang pola komunikasi pada
keluarga pasien skizofrenia di Palo Alto, California. Penelitian ini menghasilkan 2 konsep
mengenai terapi dan patologi keluarga, yaitu :
1. the double bind (ikatan ganda)
Dalam terapi keluarga, munculnya gangguan terjadi saat salah satu anggota membaik
tetapi anggota keluarga lain menghalang-halangi agar keadaan tetap stabil.
2. family homeostasis (kestabilan keluarga)
Bagaimana keluarga menjaga kestabilannya ketika terancam.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan fungsi anggota, keluarga maka sistem dalam
keluarga harus dipengaruhi dengan melibatkan seluruh anggota keluarga bukan
individual/perorangan.
Adanya gangguan dalam pola komunikasi keluarga adalah inti dari double bind. Ini
terjadi bila ‘korban’ menerima pesan yang berlawanan/bertentangan yang membuat sulit
bertindak konsisten dan memuaskan. Anak diberitahukan bahwa ia harus asertif dan
membela haknya, namun diwaktu yang sama dia diharuskan menghormati orangtuanya,
tidak menentang kehendaknya, dan tidak pernah menanyakan/menuntut kebutuhan
mereka. Apa yang dikatakan berbeda dengan yang dilakukan. Keadaan ini selalu ditutupi
dan disembunyikan, sehingga si ‘korban’ tidak pernah menemukan sumber dari
kebingungannya. Jika komunikasi ini (double bind communication) terjadi berulang kali,
akan mendorong perilaku skizofrenik.
Terapi keluarga biasanya diberikan saat pasien sudah dewasa sebagai hasil dari
keluarga yang patologis. Terapi individual mungkin tidak berguna karena kondisi keluarga
yang tidak mendukung.
Kondisi keluarga itu bisa mengganggu kepribadian dan tingkah laku pasien. Namun
jika memungkinkan, terapi bagi penderit skizofrenia atau borderline yang masih awal
dengan memanfaatkan seluruh anggota yang ada mungkin bisa berguna. Terapi dimulai
dengan fokus pada masalah yang dialami pasien dalam keluarga dan kemudian anggota
keluarga menyampaikan/memberikan kontribusi masing-masing. Terapis bertugas untuk
mendorong seluruh anggota keluarga untuk mau terasa terlibat dalam masalah yang ada
bersama-sama.
Terapis keluarga biasa dibutuhkan ketika :
1. Krisis keluarga yang mempengaruhi seluruh anggota keluarga
2. ketidak harmonisan seksual atau perkawinan
3. konflik keluarga dalam hal norma atau keturunan
Terapi keluarga tidak bisa digunakan bila sudah tidak mungkin untuk
mempertahankan atau memperbaiki hubungan kerja antara anggota kunci keluarga. Tanpa
adanya kesadaran akan pentingnya menyelesaikan masalah pada setiap anggota inti
keluarga, maka terapi keluarga sulit dilaksanakan. Bahkan meskipun seluruh anggota
keluarga datang atau mau terlibat, namun beberapa sistem dalam keluarga akan sangat
rentan untuk terlibat dalam terapi keluarga.4
1. Tujuan terapi Keluarga
Tujuan pertama adalah menemukan bahwa masalah yang ada berhubungan dengan
keluarganya, kemudian dengan jalan apa dan bagaimana anggota keluarga tersebut
ikut berpartisipasi. Ini dibutuhkan untuk menemukan siapa yang sebenarnya terlibat,
karenanya perlu bergabung dalam sesi keluarga dalam terapi ini, juga memungkinkan
apabila diikutsertakan tetangga, nenek serta kakek, atau keluarga dekat yang
berpengaruh. Ada cara tercepat dalam terapi dimana terapis keluarga membuat usaha
untuk mempengaruhi seluruh anggota keluarga dengan menunjukan cara dimana
mereka berinteraksi dalam sesi keluarga itu. Kemudian, setiap anggota keluarga
diminta menyampaikan harapan untuk perkembangan diri mereka sebaik mungkin,
umumnya untuk menyampaikan komitmen pada terapis.2,4
Tujuan jangka panjang bergantung pada bagian terapis keluarga, apakah sebagian
besar yang dilakukan untuk mengembangkan status mengenali pasien, klarifikasi pola
komunikasi dlm keluarga, dll. Dalam survey, responden diminta menyebut tujuan
primer dan sekunder mereka, untuk seluruh keluarga, kedalam 8 kemungkinan tujuan.
Tujuan yang disebut sebagai tujuan primer ‘mengembangkan komunikasi’ untuk
seluruh keluarga, ternyata lebih dipilih ‘mengembangkan otonomi dan individuasi’.
Sebagian memilih ‘pengembangan simptom individu’ dan ‘mengembangkan kinerja
individu’. Memfasilitasi fungsi individu adalah tujuan utama dari terapi individual,
tetapi para terapis keluarga melihat sebagai bukan yang utama dalam proses perubahan
keluarga yang luas, khususnya sistem komunikasi dan sikap anggota keluarga yang
menghormati anggota lainnya.2,4
2. Model terapi keluarga
Terdapat pelbagai model umum intervensi keluarga yang wujud pada hari ini dan
telah banyak dituliskan mengenai macam-macam intervensi keluarga, seringkali
ditunjukkan oleh pemimpin-pemimpin karismatik seperti Minuchin,Haley,Bowen, dan
Ackerman. Terdapat bermacam-macam klasfikasi model, masing-masing dengan
asumsi mereka sendiri-sendiri mengenai asal dan pemeliharaan patalogi, tujuan,
strategi dan teknik intervensi dan indikasi penggunaan. Adalah penting untuk memulai
murid dari intervensi keluarga memiliki beberapa pengertian konsep umum dari model
ini, riwayatnya dan keperibadian yang terlibat.1,2,4,5
a. Model Sadar Diri
Orientasi sadar diri dikenal juga sebagai “riwayat”, atau “psikoanalitik”. Dalam
pengertian sebenarnya, ini adalah model tertua dari terapi keluarga, karena itu
berkembang natural dari tradisi psikoanalitik. Salah satu dari terapi keluarga yang
paling awal adalah analisis anak. Dengan mengubah distorsi transferensi,
memperbaiki identifikasi proyeksi dan memasukkan tilikkan dan pemahaman baru
ke dalam daerah konflik, model terapi keluarga ini mencoba untuk mengubah
fungsi dan hubungan antara anggota keluarga atau system pernikahan.
Asumsi dasar adalah konflik intrapsikis, fokus-fokus masalah interpersonal dan
defensif serta mekanisme coping dibentuk dan diajarkan dalam sistem keluarga.
Bagian dari data dasar yang merupakan hal yang paling menarik bagi praktisi
model ini adalah mimpi dan fantasi, fantasi-fantasi dan proyeksi mengenai anggota
keluarga dan distorsi transferensi mengenai anggota keluarga lain dan terapis
untuk memahmi riwayat dan perubahan dinamik ini dari waktu ke waktu sangat
dipertimbangkan untuk memahami disfungsi saat ini.
Model terapi ini adalah yang paling sering dalam pemikiran psikoanalitik,
utamanya konsep topografik akan concious, preconcious, dan unconcius :
konstruksi dari ego dan superego dan konsep yang memfokuskan interaksi antara
individual. Teknik terapeutik yang mayor dalam model ini termasuk klarifikasi,
interpretasi, eksplorasi dari intrapsikis sama baiknya dengan dinamika
interpersonal dan perkembangan dari presepsi dan empati.penggunaan teknik
analisa pada individual bersamaan dengan pasangannya atau keluarga lainnya
menunjukkan perkembangan yang unik.
b. Model Sistem Struktural
Orientasi unik terhadap pergerakan keluarga yang telah member dorongan
adalah sistem pemahaman fungsi dan disfungsi keluarga. Sistem ini menggunakan
teknik komunikasi antar theorist seperti Gregory Bateson dan teknik computer
pada masa sekarang seperti perputaran arus balik, pertukaran komunikasi, dan
sebagainya. Konsep penjelasan ini membolehkan praktikan untuk memfokus pada
data dasar yang mempunyai perubahan yang mengulang antara individu yang
sudah menikah atau keluarganya yang terjadi sekarang dan ada disini, inti dalam
model psikoanalitik adalah individu individu dalam kelompok keluarga dapat
merasa dan mengubah kelompok yang lebih besar dari indivdu yang dapat
menanganinya dan individu itu dikuasai dan diatur dengan menggunakan kesatuan
yang lebih besar (keluarga atau hubungan pernikahan). Model ini berfungsi
berdasarkan asumsi bahwa tidak ada sesuatu tanpa perilaku –diam juga berarti
suatu komunikasi. Sasaran yang utama pada model ini bukan persepsinya tetapi
untuk mengubah struktur dan fungsi.
c. Model Perilaku
Model perilaku muncul dari orientasi perilaku yang secara historis berkembang
paralel, dan sebagai reaksi, dari tradisi psikoanalitik. Data dasar dari orientasi ini
dapat diukur, perilaku dapat ditemukan, baik internal (pikiran) maupun eksternal
(perbuatan). Penjelasan konsepnya adalah yang merupakan tradisi teori-teori
belajar : sebagai contoh, stimulus, respon, dan konsep. Dengan ditingkatkannya
penerapan model perilaku sistem interaksi seperti keluarga, konsep-konsep lain
diperkenalkan untuk memperluas model ke dalam lingkungan interpersonal.
Tujuan dari model ini adalah untuk memberikan efek perubahan tersendiri
dapat dioservasi, perilaku diukur yang dapat dijadikan bahan pertimbangan masalh
oleh individu-individu yang mencari bantuan. Kebalikan dari model psikoanalitik,
yang seringkali tampaknya memiliki tujuan ambisius mengenai perubahan karakter
dan tilikan, model ini cenderung berfokus pada area masalah tersendiri yang
ditandai dengan pola perilaku jernih. Juga, penanganan dalam model ini cenderung
lebih singkat dan terbatas. Perhatian diberikan bukan pada patologinya tetapi pada
deficit perilaku dan berlebihan yang perlu diubah. Jika perilaku tidak dinginkan
telah dihilangkan (misalnya,suami memukul isteri), tidak lalu diasumsikan bahwa
lebih banyak perilaku sosial akan timbul secara spontan, tetapi lebih pada terapis
mungkin dibutuhkan untuk mengajarkan perilaku yang baru dan lebih adaptif
kepada pasangan suami istri atau anggota keluarga.
Teknik meliputi membantu anggota keluarga mempelajari arti pengaruh
tingkah laku pada anggota lain. Beberapa strategi utama menggunakan kontrak
tingkah laku berdasarkan pada keyakinan yang baik atau “quid pro quo
agreements” (jika kau melakukannya, saya akan melakukannya), latihan dalam
keterampilan kumunikasi, latihan dalam mengatasi masalah dan kombinasi
penguatan kembali yang positif dengan sebuah penurunan pertukaran yang
merusak.
Pendirian terapis adalah secara aktif diam sejak ia melihat pekerjaannya
sebagai sebuah arti dalam memperkenalkan perubahan perilaku ke dalam daftar
anggota. Meskipun ahli perilaku telah menulis sedikit tentang bagaimana mereka
menangani individu dan keluarga yang resisten terhadap saran mereka, buat
mereka beberapa saat tampak beberapa hal tidak dibuat-buat terhadap pengalaman
klinikus, mereka lebih perhatian ke resisten dan suatu saat menganjurkan
penggunaan yang berlawanan dari sistem yang tipikal.
Model terapi keluarga ini menghindari teknik tradisional terapi individu. Hal
ini tidak memusatkan untuk mendapatkan riwayat, tidak mengutamakan pada
membantu meningkatkan kewaspadaan atau ekspresi perasaan yang terpendam,
dan tidak menggunakan interpretasi psikodinamik.
d. Model Pengalaman-Eksistensial
Hal utama bagi terapis untuk mengetahui dan mengambil dalam perhitungan
bukan hanya pengalaman pada setiap anggota keluarga, tetapi juga pengalaman
terapis sebagai orang luar yang masuk ke dalam mengalami apa yang dirasakan
khusus anggota keluarga memberikan cukup waktu dalam konteks keluarga. Data
awal bukan hanya apa yang dilihat terapis, tetapi yang ia dan atau keluarga
rasakan.
Data awal ini berasal dari situasi yang terapis rancang, mengizinkannya untuk
berperan dengan keluarga dalam pengalaman emosional. Jika suatu subyek tidak
dapat didiskusikan, terapis mengemukakan kemampuan empatinya tidak hanya
mengerti apa yang mungkin dirsakan keluarga tetapi kadang membolehkannya
melayani sebagai model peran untuk identifikasi.ia mungkin seorang model peran
untuk sebuah keluarga atau seorang pengacara dan membantu keluarga mencapai
sesuatu. Jika keluarga kelaparan, seorang terapis keluarga membantu bergantian
dengan keluarga pergi dengan mereka mendapatkan kupon makanan.
Dengan demikian pada format ini, terapis menawarkan dirinya sebagai sosok
yang sesungguhnya untuk meminimalkan jarak antara dirinya dan keluarga
tersebut. Ia selalu berada di samping keluarga, tetapi perilakunya berbeda dari
anggota keluarga lainnya dan hal tersebut memang didesain untuk
mempromosikan perilaku yang lebih fungsional.
Tujuannya adalah untuk mengubah cara berpikir setiap anggota keluarga
mengalami dan bereaksi antara satu dengan yang lainnya. Tujuan sekunder terapi
adalah untuk pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga.
3. TEKNIK
a. Konsultasi Awal
Saat ini banyak masyarakat sudah mengenal terapi keluarga. Apabila ada
keluhan atau masalah awal terhadapa anggota keluarga, pencegahan awal amat
diperlukan. Yang menjadi penghalang terbesar adalah orang tua yang merasa takut
dan bimbang,karena mereka merasa akan dipersalahkan terhadap permasalahan
anak mereka. Selain itu mereka juga merasa takut jika keluarga mereka dikatakan
“sakit” dan akan memperburuk keadaan atau hubungan kekeluargaan mereka.
Disini peran seorang terapis amat penting bagi memberi keyakinan terhadap
keluarga tersebut untuk tetap tenang dan sabar dalam menghadapi permasalahan
ini dengan menggunakan teknik interview yang mantap.
Kualitas khusus dalam teknik wawancara (interview) tergantung pada dua
faktor utama. Yang pertama, mengetahui sejarah tentang keluarga tersebut akan
menjadi satu aspek yang penting bagi seorang terapis. Dengan mengetahui sejarah
dan silsilah tentang keluarga tersebut, terapis akan bisa mengetahui puncak
permasalahan di dalam keluarga tersebut. Faktor kedua yang amat penting adalah
kemampuan terapis menyalurkan kemarahan anggota keluarga. Di dalam sebuah
terapi, akan muncul permasalahan dimana anggota keluarga menyampaikan
ketidakpuasannya dan suasana akan menjadi buruk jika terapis tidak bisa
menyalurkan kemarahan itu dengan benar. Anggota keluarga akan meninggalkan
terapi dan ini adalah hal yang tidak diingankan bagi seorang terapis. Terapis
biasanya akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan kepada suami, dan kemudian
pada istrinya, dan terakhir pada anak-anak. Hal-hal yang akan ditanyakan biasanya
terkait pandangan dan persepsi mereka terhadap anggota keluarga.2,4
b. frekuensi dan durasi terapi
Terapi keluarga biasanya dilakukan satu kali dalam seminggu. Untuk setiap
sesi, waktu yang diperuntukkan tidak terbatas, tetapi biasanya setiap sesi memakan
waktu kira-kira dua jam. Jadwal yang fleksibel amat penting terutama bagi
keluarga yang mempunyai masalah untuk berkumpul bersama. Durasi terapi juga
tergantung pada metode yang dipake oleh terapis. Terapis yang menggunakan
model “problem-solving” mungkin memerlukan beberapa sesi terapi dan terapis
yang menggunakan model “growth-oriented” memerlukan sesi yang lebih lama
yang bisa mencapai durasi selama 1 tahun.2,4
4. PROGNOSIS
Satu kajian telah dilakukan untuk menilai tentang keberhasilan terapi keluarga.
Satu kajian telah dilakukan pada pasien “adolescent anorexia nervosa” oleh russel dan
timnya (Russel et al, 1987). Beliau membandingkan terapi keluarga dan terapi
individual. Pasien yang diberi perawatan selama 10 minggu di rumah sakit memberi
respon yang baik pada terapi keluarga tetapi pada pasien yang dirawat selama lebih
dari 3 tahun di rumah sakit memberi hasil yang inkonklusif.5
DAFTAR PUSTAKA
1. Lois s. slovik, James l. Griffith. Family Therapy in Massachusetts General
Hospital Psychiatry Update and Board Preparation, 2nd Edition. New York :
McGraw ; 2004,441
2. Benjamin J S, Virginia A S. Family Therapy And Couples Therapy in Synopsis of
Psychiatry, 9th Edition. Baltimore : Lippincott Williams & Wilkins ; 2000. 941-6
3. David A T. Psikoterapi dalam buku saku Psikiatri, Edisi 6. Jakarta :EGC ;
1999,255
4. Robert S. Family Therapy in Comprehensive Textbook of Psychiatry, 4th Edition.
Baltimore: Lippincott Williams % Wilkins; 1984
5. Eia Asen. Outcome Research in Family Therapy (serial on-line), Advance in
Psychiatry Treatment : Available on http//www.apt.rcppsych.org, 8; 2002,230-8
6. Mark Dombeck, Ph.D. Marital Therapy Concepts, Perspective, and Process : Available on
http://www.mentalhelp.net/poc/view_doc.php?type=doc&id=4400&cn=289,2006