Teori Komunikasi Kelompok 5(Ganjil)
-
Upload
alexander-august -
Category
Documents
-
view
205 -
download
0
Transcript of Teori Komunikasi Kelompok 5(Ganjil)
TEORI – TEORI KOMUNIKASI ORGANISASI
Tindak komunikasi organisasi ini dapat dilakukan dalam beragam konteks. Kita
dapat berkomunikasi dengan orang lain dalam konteks antar pribadi ( interpersonal
communication), kita bisa pula berbagai pesan dalam konteks kelompok (group
communication), dapat juga dalam lingkup organisasi (organizational communication),
serta tindak komunikasi kita dengan memanfaatkan pesan dari media massa (mass
comunication).
Salah satu konteks komunikasi yang menarik untuk dikaji adalah tindak
komunikasi dalam suatu organisasi, karena pemahaman mengenai peristiwa – peristiwa
komunikasi yang terjadi di dalamnya, seperti apakah instruksi pimpinan sudah
dilaksanakan dengan benar oleh karyawan ataupun bagaimana bawahan mencoba
menyampaikan keluhan kepada atasan, memungkinkan tujuan organisasi yang telah
ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan hasil yang diharapkan.
PENTINGNYA KOMUNIKASI dalam ORGANISASI
Disamping itu penting juga mempelajari arus komunikasi yang berlangsung
dalam suatu organisasi, yaitu arus komunikasi vertikal yang terdiri dari arus
komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan arus komunikasi dari
atas (upward communication) serta arus dalam jenjang atau tingkatan yang sama. Arus
komunikasi ini dikenal dengan nama komunikasi horisontal.
Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam buku Human Communication
menguraikan adanya 3 model dalam komunikasi. Pertama, model komunikasi linier,
yaitu pandangan komunikasi satu arah (one-way view of communication). Dalam model
ini, komunikator memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respons atau
tanggapan yang diharapkan, tanpa mengadakan seleksi dan interprestasi.
Model komunikasi yang kedua adalah interaksional yang merupakan kelanjutan
dari pendekatan linier. Pada model ini, penerima (recevier) melakukan seleksi,
interprestasi dan memberikan respons terhadap pesan dari pengirim (sender). Model
yang ketiga adalah transaksional.Dalam pandangan transaksional, komunikasi hanya dapat
dipahami dalam konteks hubungan (relationship) di antar dua orang atau lebih.
Ronald Adler dan George Rodman dalam buku Understanding Human Communication,
mencoba menguraikan masing-masing fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi.
Pertama adalah downward communication. Komunikasi ini berlangsung ketika orang-orang
yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Sedangkan
upward communication terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada
atasannya.
Arus komunikasi berikutnya adalah horizontal communication. Tindak komunikasi ini
berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedududkan yang setara.
Fungsi arus komunikasi ini yakni a)memperbaiki koordinasi tugas b)upaya pemecahan
masalah c)saling berbagi informasi d)upaya memecahkan konflik e)membina hubungan
melalui kegiatan bersama.
FUNGSI KOMUNIKASI dalam ORGANISASI
Fungsi Informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pmrosesan informasi (information-
processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat
memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.
Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku suatu organisasi. Pada
semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini.
Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam tatanan manajemen yaitu mereka yang
memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Kedua,
berkaitan dengan pesan dan message. Pesan-pesan regulativ pada dasarnya berorientasi pada
kerja.
Fungsi persuasif
Dalam mengatur di suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak selalu membawa hasil
sesuai dengan diharapan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pemimpin yang lebih suka
mempersuasi bawahannya dari pada memberi perintah.
Fungsi integratif
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat
melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat
mewujudkan hal tersebut, yaitu saluran komunikasi formal dan informal.
MEMAHAMI KOMUNIKASI dalam ORGANISASI
Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan pengetahuan kepada kita
tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan
tindak berbagai informasi dan gagasan.
Gaya komunikasi didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antar pribadi yang
terspesialisasi yang digunakan dalam situasi tertentu (a specialized set of interpersonal
behaviorus that are used in a given situation).
Ada enam gaya komunikasi yang akan kita bahas.
The Controlling style
Gayakomunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan satu kehendak atau
maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang
lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama
komunikator satu arah atau one way communicators.
The Equalitarian style
Aspek penting gaya komunikasi ini adalah adanya lanndasan kesamaan. The equalitarian
style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal
secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two way traffic of communication).
The Structuring style
Gaya komunikasi yang terstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis
maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan
pekerjaan serta strukturorganisasi. Pengirim pesan (sander) lebih memberi perhatian kepada
keinginan utuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi teentteng tujuan
organisasi, jadwal kerja aturan dan prosedur yang berlaku pada organisasi tersebut.
The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki agresif, karena pengirim pesan atau sender
memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The
dynamic style of cummunication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun
supervisor yang membawahi para wiraniaga (salesman atau saleswomen).
The Relinquishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat
ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun
pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang
lain.
The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi,
artinya tidak ada keinginan dari orang – orang yang memakai gaya ini untuk
berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan
antarpribadi yang dihadapi oleh orang – orang tersebut.
TABEL GAYA KOMUNIKASI
GAYA KOMUNIKATOR MAKSUD TUJUAN
Controling
Equalitarian
Structuring
Dynamic
Relinquishing
Withdrawal
Memberi perintah,
bututh perhatian
orang lain
Akrab, hangat
Objektif, tidak
memihak
Mengendalikan,
agresif
Bersedia menerima
gagasan orang lain
Independen/berdiri
sendiri
Mempersuasi orang
lain
Menstimulasi orang
lain
Menstimulasi
lingkungan kerja,
memantapkan
struktur
Menumbuhkan sikap
untuk bertindak
Mengalihkan
tanggung jawab
kepada orang lain
Menghindari
komunikasi
Menggunakan
kekuasaan dan
wewenang
Menekankan
pengertian bersama
Menegaskan ukuran,
prosedur, aturan
yang dipakai
Ringkas dan singkat
Mendukung
pandangan orang
lain
Mengalihkan
persoalan
Sumber : Jerry W.Koehler, Karl W.E. Anatol, Ronald L.Applbaum : prganizational
Comunication, Behavioral Perspectives, hal. 48.
Kekuasaan dalam Organisasi
Sebagai pemimpin harus menggunakan kekuasaan dengan efektif, sehingga mampu
menumbuhkan motivasi bawahan untuk bekerja dan melaksanakan tugas dengan lebih
baik.
Menurut French dan Raven, ada lima tipe kekuasaan, yaitu : reward, coercive, referent,
expert dan legitimate power.
a. Reward Power
Tipe kekuasaan ini memusatkan perhatian pada kemampuan untuk memberi
ganjaran atau imbalan atas pekerjaan atau tugas yang dilakukan orang lain.
Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu kejadian atau situasi yang
memungkinkan orang lain menemukan kepuasan.
b. Coercive Power
Kekuasaan yang bertipe paksaan ini, lebih memuaskan pandangan pada
kemampuan untuk memberi hukuman kepada orang lain. Tipe koersif ini
berlaku jika bawahan merasakan bahwa atasannya mempunyai ‘lisensi’ untuk
menghukum dengan tugas – tugas yang suli, mencaci – maki sampai
kekuasaannya memotong gaji karyawan.
c. Referent Power
Tipe kekuasaan ini didasarkan pada satu hubungan ‘kesukaan’ atau liking,
dalam arti ketika seseorang mengindentifikasi orang lain yang mempunyai
kualitas atau persyaratan seperti yang diinginkannya.
d. Expert Power
Kekuasaan yang berdasar pada keahlian ini, memfokuskan diri pada suatu
keyakinan bahwa seseorang yang mempunyai kekuasaan, pastilah ia memiliki
pengetahuan, keahlian dan informasi yang lebih banyak dalam suatu persoalan
tertentu.
e. Legimate Power
Kekuasaan yang sah adalah kekuasaan yang sebenarnya (actual power), ketika
seseorang melalui suatu persetujuan dan kesepakatan diberi hak untuk mengatur
dan menentukan perilaku orang lain dalam suatu organisasi.
Memperbaiki Kemampuan Berkomunikasi dalam Organisasi
Prinsip – prinsip umum untuk memperbaiki kemampuan berkomunikasi dalam
organisasi.
Prinsip yang pertama adalah bagaimana mendefinisikan tujuan kita berkomunikasi.
Orang berkomunikasi untuk memperoleh hasil yang diharapkan, namun mereka tidak
selalu tahu dengan tepat hasil – hasil apa yang mereka cari.
Prinsip kedua dalam memperbaiki kemampuan berkomunikasi dalam organisasi
adalah bagaimana memilih audiens yang ‘terbaik’. Setiap pesan yang kita sampaikan,
akan mempunyai beberapa audiens yang potensial, karena berkomunikasi dengan setiap
orang mensyratkan satu pendekatan yang berbeda dan kemungkinan akan mendapatkan
hasil yang berbeda pula.
Prinsip ketiga adalah menggunakan saluran (channel) yang terbaik. Ada beberapa
saluran komunikasi baik secara lisan maupun tertulis yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan – pesan organisasional.
KOMUNIKASI LISAN DAN KOMUNIKASI TERTULIS
KOMUNIKASI LISAN KOMUNIKASI TERTULIS
Lebih personal (pribadi) Lebih formal (resmi)
Efektif untuk gagasan yang relatif
sederhana
Efektif untuk gagasan yang relatif
kompleks
Memberikan umpan balik segera Memberi umpan balik yang tertunda
Off – the - record Ada catatan resmi
Efektif kalau mencari respons yang cepat
dan emosional
Efektif kalau mencari respons yang
tertunda
BEBERAPA PENDEKATAN DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI
Pendekatan Strukrtur dan Fungsi Organisasi
Inti dari teori weber mengenai birokrasi adalah konsep mengenai kekuasaan,
wewenang dan legitimasi. Menurut Weber, kekuasaan adalah kemampuan seseorang dalam
setiap hubungan sosia guna mempengaruhi orang lain. Ia juga mengemukakan adanya tiga
jenis kewenangan (otoritas ), yaitu otoritas tradisional, otoritas birokratik (rasional-legal) dan
otoritas karismatik. Selan itu, Weber juga mengngkapkan pandangannya mengenai enam
prinsip birokrasi yang terdiri dari:
a) Birokrasi didasaran pada aturan aturan yang memungkinkan diselesaikannya suatu
persoalan.
b) Birokrasi mengenal pembagian secara sistematis terhadap tenaga kerja. Setiap tenaga
kerja memiliki hak dan kekuasaan yang terdeinisikan secara jelas.
c) Esensi dari birokrasi adalah adanya penjenjangan (hiearki)
d) Pemimpin diangkan berdasarkan kemampuan dan pendidikan mereka.
e) Birokrasi harus memiliki kebebasan untuk mengalokasi sumber-sumber yang ada
dalam lingkup pengaruhnya.
f) Birokrasi masyarakat pengelolaan arsip yang rapi.
Pendekatan Hubungan Manusiawi (Human Relation)
Dalam banyak hal, pendekatan structural dan fungsional mengenai organisasi yang
menekankan pada produktivitas dan penyelesaian tugas, sedangkan faktor mausia dipandang
sebagai variable dalam suatu pengertian yang lebih luas.
Ada beberapa anggapan dasar dari pendekatan human reation yaitu :
a) Produktivitas itentukan oleh norma sosial, bukan faktor psikologis.
b) Seluruh imbalan yang berupa non ekonomis, sangat pentig dalam memotivasi cara
karyawan.
c) Karyawan biasanya memberikan reaksi terhadap suatu poersoalan, lebih sebagai
anggota kelompok dari pada individu.
d) Kepemimpinan memegang peran yang sangant penting dan mencakup aspek-aspek
formal dan informal.
e) Penganut aliran human reation menganggap komunikasi sebagai fasilitator pentin
dalam proses pembuatan keputusan.
Pendekatan Komunikasi sebagai suatu Proses Pengorganisasian
Salah satu gagasan paling penting dalam referensi tentang omnikasi organisasi adalah,
bahwa komunikasi bukan semata-mata sesuatu yan dilakukan oleh para angota organisasi,
bukan pula alat ntuk menyelesaikan suatu persoalan. Namun komunikasi itu sendiri lebh
dipandan sebagai suatu proses pengorganisasian.
Teori pengorganisasian memandang orgnisasi bukan sebagai suatu struktur atau
kesatuan, tetapi suatu aktivitas. Oleh karena itu, lebih sesuai disebut sebagai
pengorganisasian dari organisasi, sebab organisasi adalah suatu yang akan dicapai oe
sekelompok orang melalui proses yang terus menerus dilaksanakan jadi ketika sekelompok
orang melakukan apa yang mereka lakukan, dalam arti aktivitas mereka menciptakan
organisai maka pengoranisasian dilakukan secara berkesinambungan.
Pendekatan Organisasi Sebagai Kultur
Pada bahasan terakhir kita melihat pandangan yang agak berbeda, yaitu organisasi
sebagai kultur, dalam arti ahwa oranisasi juga sebagai pandangan hidup (way of life) bagi
para anggotanya. Secara khusus kit akan mempelajari teori kultur organisasi sebagai suatu
penampilan. Ada lima bentuk penampilan organisasi yaitu ritual, hasrat (passion), sosialitas,
politik organisasi dan enkulturasi.
Ritual merupakan suatu penampilan yang diulang – ulang secara teratur. Suatu
aktivitas yang dianggap oleh suatu kelompok sebagai sesuatu yang sudah biasa dan rutin.
Bentuk penampilan yang Kedua adalah hasrat (passion), yaitu bagaimana para
karyawan dapat mengubah pekerjaan-pekerjan rutin dan membosankan menjadi menarik dan
merangsang minat.
Kategori dari penampilan adalah “sosialitas “. Bentuk penampilan ini akan
memperkuat suatu pengertian bersama mengnai kebenaran ataupun norma-norma dan
pengunaan aturan dalam organisasi, seperti tatasusila dan sopa santun.
Politik organisasi merupakan bentuk organisasi yang keempat. Bentuk penampilan
tersebut menciptakan dan memperkuat minat terhadap kekuasaan dan pengaruh, seperti
memperlihatkan kekuatan diri, kekuatan untuk mengadakan proses tawar-menawar
(bargaining power) dan sebagainya.
Kategori terkhir dari penampilan adalah ‘enkulturasi’ atau proses mengajarkan
budaya kepada anggota organisasi. Contoh bentuk penamilan ini adalah ‘learning theropes’
ysng terdiri dari urut-urutan penampilan ketika orang mengajarkan kepada orang lain tentang
bagaimana mengajarkan sesuatu.
TEORI INTEGRATIF DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI
Teori Intregatif
Teori yang dikemukakan oleh Richard Farace, Peter Monge, Harnish Russel ini
menunjukan suatu pandangan umum yang sangat menarik mengenai konsep-konsep sistem
dari organisasi. Karya mereka merupakan integrasi dari berbagai gagasan terbaik ke dalam
suatu bentuk yang secara internal telah memberikan suatu sintesis mengenai pandangan
sistem.
Mereka mendefinisikan suatu organisasi sebagai suatu sistem yang setidaknya terdiri
dari dua orang(atau lebih), ada saling ketergantungan, input, proses dan output. Kelompok ini
berkomunikasi dan bekerja sama untuk menghasilkan suatu hasil akhir dengan menggunakan
energi, informasi, dan bahan-bahan lain dari lingkungan.
Dalam teorinya mereka mengemukakan dua bentuk komunikasi yang berkaitan dengan
dua bentuk informasi. Pertama adalah ‘informasi absolut’ yang terdiri dari keseluruhan
kepingan pengetahuan yang ada dalam sistem. Jadi keseluruhan informasi yang
dikomunikasikan dalanm suatu organisasi adalah komunikasi absolut. Sebaliknya, ‘informasi
yang didistribusikan’ adalah informasi yang telah disebarkan melalui organisasi.
Kerangka strukrtural fungsional bagi komunikasi terletak pada tiga dimensi analitis.
Pertama adalah ‘system level’ yang terdiri atas empat sub-level : individual, dyadic,
kelompok dan organisasional, dalam suatu prinsip hierarki sistem. Fungsi-funsi komunikasi
merupakan dimensi analisis yang kedua terbagi menjadi tiga yakni produksi, inovasi, dan
pemeliharaan. Dimensi ketiga adalah struktur. Jika fugsi berkaitan dengan isi pesan, maka
struktur berkaitan dengan tumbuhnya pola-pola atau aturan-aturan dalam penyampaian pesan.
Menurut Farace struktur dapat dibagi tiga. Pertama struktur komunikasi atau jaringan
kerja mikro, yaitu pola-pola interaksi di dalam kelompok. Jenis struktur kedua adalah struktur
kekuasaan. Disini terdapat pembagian kekuasaan atas tanggung jawab masing-masing
kelompok. Jenis struktur ketiga yang ditekankan dalam teori ini adalah kepemimpinan.
Struktur kepemimpinan berkaitan dengan distribusi peran di dalam kelompok, terutama
distribusi dari peran-peran yang berhubungan dengan pengaruh antarpribadi dari para anggota
kelompok.
Terdapat jenis-jenis jaringan kerja yang terjadi dalam suatu organisasi, dan masing-
masing mempunyai fungsi tersendiri bagi organisasi. Mungkin jaringan kerja yang biasanya
mudah dipahami adalah tabel atau diagram susunan organisasi formal, yang menjabarkan
jaringan tugas. Meskipun demikian terjadi pula sejumlah jaringan tidak resmi atau informal
networks, di mana setiap jaringan terdiri dari dua bagian pokok yaitu : para anggota dan
rantai/pertautan/kaitan yang menghubungkannya.
Rantai (links) ditandai oleh lima sifat. Pertama adalah simetri atau tingkat yang
menhubungkan para anggota, umumnya berupa suatu rantai interaksi atas dasar
keseimbangan/kesejajaran. Ciri kedua adalah kekuatan (strength) yang mengacu pada
frekuensi interaksi. Sifat ketiga adalah resiprositas (timbal balik) yaitu tingkat kesepakatan
para anggota mengenal hubungan mereka. Ciri keempat adalah isi (content) yang merupakan
esensi dari interaksi. Sifat kelima adalah cara (mode) yakni cara komunikasi dengan saluran
dan media yang digunakan untuk interaksi.
Jadi suatu jaringan terdiri dari anggota-anggota yang bersama-sama dihubungkan dalam
berbagai cara untuk berbagi informasi. Dalam pengertian jaringan, kelompok ditandai oleh
empat kriteria yaitu :
1) lebih dari separuh aktivitas komunikasi yang dilakukan kelompok berada di dalam
kelompok;
2) setiap individu harus dikaitkan dengan individu lain dalan kelompok;
3) kelompok tidak akan hancur oleh keluarnya satu orang atau rusaknya rantai
hubungan;
4) kelompok harus memiliki tiga anggota.
Keempat kriteria tersebut membuat kelompok relati stabil;
Jadi suatu jaringan adalah suatu rangkaian kelompok-kelompok dan anggota-anggota
yang saling berkaitan. Dua peran lain juga penting dalam struktur jaringan adalah
penghubung (liaison) dan jembatan (bridge). Bridge adalah anggota kelompok yang juga
behubungan dengan kelompok lainnya. Sementara liaison bukan anggota dari kelompok
manapun, meskipun dia menghubungkan dua kelompok atau lebih.
TEORI-TEORI KRITIS
Kritisisme, penerapan nilai-nilai untuk membuat penilaian, mempunyai sejarah
yang panjang dalam bidang komunikasi. Kritisisme retoris, misalnya dengan seksama
meneliti dan menilai kualitas dari diskursus dan bentuk – bentuk komunikasi lainnya.
Meskipun terdapat beberapa variasi dari ilmu sosial kritis, semua memilki tiga
ciri esensial yang sama. Pertama, para ilmuwan sosial kritis berpendapat bahwa
perlu untuk memahami pengalaman langsung dari orang – orang yang
sesungguhnya di dalam konteks. Kedua, pendekatan – pendekatan kritis
menyelidiki kondisi – kondisi sosial untuk mengungkapkan pengaturan –
pengaturan yang merusak yang biasanya tersembunyi di balik peristiwa sehari –
hari. Ketiga, ilmu sosial kritis melakukan sebuah usaha sadar untuk memadukan
teori dan tindakan. Teori – teori semacam itu jelas bersifat normatif dan berusaha
untuk membuat perubahan dalam kondisi – kondisi yang mempengaruhi kehidupan kita
atau seperti kata Pollock dan cox, “untuk membaca dunia dengan sebuah mata untuk
membentuknya”. Penelitian kritis bertujuan mengungkapkan cara – cara dimana sebuah
pembagian penting dari studi – studi kritis adalah antara para strukturalis dan
poststruktural. Sebuah aliran pemikiran, strukturalis, mengajarkan bahwa struktur –
struktur sosial yang menekan sifatnya nyata, meskipun mereka mungkin tersembunyi
dari kesadaran kebanyakan orang.
Kelompok kedua yang bertentangan dengan yang pertama, adalah poststrukturalis.
Postrukturalisme mengajarkan bahwa tidak ada realita atau pengertian sentral dan
bahwa “struktur – struktur” yang menekan sifatnya singkat. Ada perjuangan, tetapi bukan
perjuangan antara ideologi – ideologi yang keras. Ia merupakan perjuangan antara
kepentingan – kepentingan dan gagasan – gagasan yang sifatnya mengalir.
Pollock dari Cox menulis bahwa meskipun kedua aliran pemikiran ini memiliki
perbedaan – perbedaan penting, mereka memiliki kesamaan dalam “sebuah perasaan
akan harapan yang gagal dan kesulitan, kalauu bukan kemustahilan, untuk
mempengaruhi perubahan sosial”.
MARXISME DAN ALIRAN FRANKFURT
Dasar – dasar Marxis
Salah satu lingkup intelektual terpenting dari abad ke-20 adalah teori sosial yang
berdasarkan marxis. Berawal dari gagasan – gagasan Karl Marx dan Friedrich Engels,
gerakan ini terdiri dari sejumlah teori dengan kaitan yang longgar yang menantang
tatanan masyarakat yang dominan. Hampir semua cabang ilmu sosial, termasuk
komunikasi, sudah dipengaruhi oleh jalur pemikiran ini.
Marx mengajarkan bahwa alat – alat produksi di dalam masyarakat menentukan
sifat dari masyarakat itu. Ini merupakan pemikiran linier dasar dari Marxisme,
hubungan dasar – suprastruktur. Perekonomian merupakan dasar dari semua struktur
sosial. Dalam sistem – sistem kapitalis, keuntungan menggerakan produksi dan
karenanya mendominasi buruh.
Kelompok – kelompok kelas pekerja ditekan oleh kelompok – kelompok yang
lebih kuat yang bersandar pada keuntungan. Semua institusi yang memperkuat
dominasi di dalam sebuah masyarakat kapitalis dimungkinkan oleh sistem
perekonomian ini. Hanya bila kelas pekerja bangkit melawan kelompok – kelompok
dominan ini alat – alat produksi bisa dirubah dan pembebasan buruh bisa tercapai.
Pembebasan ini membuat kemajuan alamiah yang lebih jauh dalam sejarah di mana
kekuatan – kekuatan penekan berbenturan dalam sebuah dialektis yang mengakibatkan
munculnya sebuah tatanan sosial yang lebih tinggi. Teori Marxis ini disebut analisis
ekonomi politik.
Marxisme memberikan penekanan kuat pada sarana komunikasi dalam
masyarakat. Praktek – praktek komunikasi merupakan suatu hasil dari ketegangan antara
kreatifitas individual dan benar – benar bebas untuk mengekspresikan diri dengan jelas
dan tegas maka pembebasan bisa terjadi, dan kondisi itu tidak bisa dicapai dalam
masyarakat yang berdasarkan kelas.
Istilah idiologi adalah penting dalam kebanyakan teori kritis. Sebuah idiologi adalah
sekumpulan pemikiran yang membentuk realita suatu kelompok, sebuah sistem perwakilan
atau sebuah kode dari pengertian-pengertian yang mengatur bagaimana individu-individu
atau kelompok-kelompok memandang dunia. Dalam marxisme klasik, sebuah idiologi adalah
sebuah pemikiran yang tidak sesuai yang diperkuat oleh kekuatan politik yang dominan. Bagi
marxis klasik, ilmu pengetahuan harus diunggkapkan untuk mengungkapkan kebenaran dan
mengatasi kesadaran yang salah tentang idiologi.
Teori-teori kritis yang lebih baru cenderung menyakini bahwa tidak ada satu idiologi
yang dominan tetapi bahwa kelas-kelas yang dominan di masyarakat sendiri tertentu melalui
perjuangan dari beberapa idiologi. Banyak pemikir sekarang menolak pemikiran bahwa
idilogi sekarang merupakan sebuah eleman yang terpisah dalam sistem sosial; sebaliknya, ia
tertanam kuat dalam bahasa dan proses sosial budaya dan lainya.
Istilah idiologi adalah penting dalam kebanyakan teori kritis. Sebuah idiologi
merupakan sekumpulan pemoikiran yang membentuk sruktur realita suatu kelompok, sebuah
sistem perwakilan atau sebuah kode dari pengertian-pengertian yang mengatur bagaimana
individu-individu atau kelompok-kelompok memandang dunia. Dalam marxisme klasik,
sebuah idiologi adalah sekumpulan pemikiran yang tidak sesuia yang diperkuat oleh kekuatan
politik yang dominan. Bagi marxis klasik, ilmu pengetahuan harus digunakan untuk
mengungkapakan kebenaran dan mengatasi kesadaran yang salah tentang idiologi.
Teori-teori kritis yang lebih baru meyakini bahwa tidak ada satu ideologi yang
dominan tetapi bahwa tetapi bahwa kelas-kelas yang dominan di masyarakat sendiri tertentu
melalui perjuangan dari beberapa ideologi. Banyak pemikir sekarang menolak pemikiran
bahwa suatu ideologi merupakan sebuah elemen yang terpisah dalam sistem
sosial;sebaliknya, ia tertanam kuat dalam bahasa dan semua proses sosial dan budaya
lainnya.
Teori – teori Marxis cenderung melihat masyarakat sebagai dasar perjuangan antar
kepetingan melalui dominasi dari sebuah ideologi terhadap ideologi lainnya. Hegemoni
merupakan sebuah proses dominasi, di mana sekumpulan pemikiran merongrong atau
menekan yang lain. Ia merupakan sebuah proses melalui mana sebuah kelompok dalam
masyarakat menjalankan kepemimpinan atas yang lain.
Proses hegemoni bisa terjaddi dengan banyak cara dan dalam banyak kerangka.
Pada dasarnya, ia terjadi bila peristiwa – peristiwa atau teks diinterprestasikan dengan
suatu cara yang menaikan kepentingan – kepentingan suatu kelompok di atas
kepentingan – kepentingan kelompok lain. Ini bisa merupakan sebuah proses yang halus
untuk membuat kepentingan – kepentingan suatu kelompok bawahan jadi mendukung
kepentingan – kepentingan suatu kelompok yang dominan.
Aliran Frankurt dan Pragmatis – pragmatis yang Universal
Salah satu tradisi Marxis yang paling panjang dan terkenal adalah Aliran
Franfurt. Aliran Franfurt adalah sebuah tradisi yang demikian penting dalam studi –
studi kritis sehingga sseringkali dikenal sekedar sebagai Teori Kritis. Jenis teori kritis
ini dimulai dengan hasil penelitian Max Horkheimer, Theodor Adorno, Herbert
Marcuse, dan para kolega mereka di Franfurt Institute for Social Research pada tahun
1923.
Ilmuwan aliran Frankfurt kontemporer yang paling terkenal adalah Jurgen
Habermas, yang teorinya tentang pragmatik universal dan transformasi masyarakat telah
membawa pengaruh besar di Eropa dan pengaruh yang semakin besar di Amerika
Serikat. Habermas mengajarkan bahwa masyarakat harus dipahami sebagai campuran
dari tiga kepentingan besar : pekerja, interaksi, dan kekuasaan. Ketiga kepentingan
tersebut adalah perlu. Pekerjaan, kepentingan besar yang pertama, terdiri dari usaha –
usaha untuk menciptakan sumber daya material. Karena sifatnya yang sangat
instrumental menyelesaikan tugas – tugas yang terlihat dan mencapai sasaran – sasaran
yang kongkrit pekerjaan pada dasarnya merupakan sebuah “kepentingan teknis”.
TIGA KEPENTINGAN MASYARAKAT
Tipe Sifat
Kepentingan
Rasionalitas Ilmu yang
Terkait
Pekerjaan Teknis Instrumental Ilmu-ilmu
empiris
Interaksi Praktis Praktis Sejarah
/Hermeneutics
Kekuasaan Emansipatif Self – reflection Teori kritis
Kepentingann besar yang kedua adalah interaksi, atau penggunaan bahasa dan
sistem – sistem simbol lainnya dari komunikasi. Karena kerjasama sosial diperlukan
untuk kelangsungan hidup, Habermas menamai item kedua ini “kepentingan praktis”.
Kepentingan besar yang ketiga adalah kekuasaan. Tatanan sosial umumnya mengarah
pada distribusi kekuasaan, meskipun kita juga ingin dibebaskan dari dominasi.
Kekuasaan mengarah pada komunikasi yang meyimpang, tetapi dengan mewaspadai
ideologi – ideologi yang mendominasi dalam masyarakat, kelompok – kelompok dapat
diperdayakan untuk mentransformasikan masayarakat. Akibatnya, kekuasaan merupakan
sebuah “kepentingan emansipatif”.
Ia menguraikan tiga jenis tindakan pembicaraan. Constative, atau pernyataan,
dirancang untuk menyatakan sebuah proposi sebagai kebenaraan. Regulative
dimaksudkan untuk mempengaruhi hubungan seseorang dengan orang atau keommpok
lain melalui pengaruh. Perintah – perintah dan janji – janji contohnya. Yang terakhir,
avowal (pengakuan) dirancang untuk mengungkapkan kondisi internal si pembicara,
untuk mengakui sesuatu tentang seseorang.
Habernas menggambarkan sebuah situasi pembicaraan yang ideal di mana
masyarakat harus dimodelkan. Pertama, situasi pembicaraan yang ideal menuntut
kebebasan berbicara; tidak boleh ada kekangan terhadap apa yang bisa diungkapkan.
Kedua, semua individu harus memiliki akses yang sama untuk berbicara. Dengan kata
lain, semua pembicara dan posisi harus diakui absah. Yang terakhir, norma – norma dan
kewajiban – kewajiban masyarakat tidak bersisi satu tetapi mendistribusi kekuasaan
secara sama pada semua lapisan dalam masyarakat. Hanya bila persyaratan –
persyaratan ini terpenuhi maka komunikasi yang sepenuhnya emansipatif dapat terjadi.
TEORI YANG DIBUNGKAM
Teoritis komunikasi Cheris Kramare telah mengembangkan teori kelompok yang
dibungkam dengan menggabungkanya dengan hasil-hasil penelitian tentang wanita dan
komunikasi. Ia menguraikan asumsi-asumsi dasar dari teori kelompok yang dibungkam
sebagai berikut :
1. Karena kaum pria dan kaum wanita memiliki pengalaman yang berbada
berdasarkan pemisahan tenaga kerja dalam masyarakat, mereka memandang dunia dengan
cara yang berbeda.
2. Kaum pria dominan secara politis dalam masyarakat, dan oleh sebab itu sistem
presepsi mereka menjadi dominan, yang menyababkan persepsi-persepsi kaum wanita tidak
diadopsi secara luas.
3. Kaum wanita harus menerjemahkan cara-cara pemahaman mereka sendiri ke dalam
pengertian-pengertian kaum pria tentang dunia untuk bisa berpartisipasi dalam kehidupan
publik.
Teori kelompok yang dibungkam merupakan sebuah contoh yang sangat bagus dari
teori komunikasi kritis. Ia memfokuskan pada pengalaman kelompok-kelompok tertentu di
masyarakat, ia mengekspos struktur yang mendasari yana menyebabkan penekanan, dan ia
mengemukakan petunjuk-petunjuk bagi perubahan yang positif.
Lingkup Diskursus yang Patriarkis
Salah satu teoritisi komunikasi feminis yang paing terkenl adalah Julia Penelope.
Menurut Penelope , sebuah lingkup diskursus yang patriarkis adalah sekumpulan
konvensi bahasa yang mencerminkan suatu definisi tertentu tentang realita. Mereka yang
menerima bahasa pada dasarnya menerima kategori-kategorinya tentang kebenaran, dan
sebagian besar pemakai bahasa melakukannya tanpa bertanya-tanya.
Contoh lain sebuah ciri tata bahasa dari lingkup diskursus yang patriarkis adalah pelaku
yang hilang. Ini merupakan kegagalan untuk mengidentifikasikan orang atau orang-orang
yang bertanggung jawab atas suatu tindakan, yang sangat lazim dalam kalimat pasif.
STUDI-STUDI FEMINIS
Studi-studi feminis merupakan sebuah sebutan generic bagi sebuah perspektif yang
menggali pengertian dari jenis kelamin daam masyarakat. Para teoritis feminis telah
mengamati bahwa banyak aspek dalam kehidupan “ dibagi menrut jenis kelamin”, yang
berarti bahwa mereka dialami menurut pengertian maskulin dan feminism. Ini meliputi tidak
hanya seks secara biologis tetapi juga hampir semua sisi kehidupan manusia, termasuk
bahasa, pekerjaan, peran-peran keluarga, pendidikn dan sosialisasi.
Teori feminis bertujuan untuk menentang asumsi-asumsi yang berlaku tentang jenis
kelamin di masyarakat dan untuk menemukan cara-cara yang lebih liberal bagi wanita dan
pria untuk eksis digunakan.
Aliran-aliran feminis yang paling menonjol adalah aliran liberal dan radikal.
Feminisme liberal merupakan pndasi dari gerakan kaum wanita pada tahun 1960-an dan
1970-an. Aliran ini berdasakan pada democrat liberal atau pemikiran bahwa keadilan meliputi
jaminan persamaan hak bagi semua individu. Para feminis liberal mengatakan bahwa kaum
wanita telah mengalami tekanan sebagai suatu kelompok bahwa mereka beum memiliki hak-
hak yang sama dengan kaum pria, sebagai mana terlihat jelas dalam kenyataan-kenyataan
seperti pendapat rata-rata kaum wanita yang lebih rendah, pengecualia kaum wanita dari
pusat-pusat kekuasaan dan pengambilan keputusan, dan kurangnya kesempata bagi kaum
wanita untk maju dalam karir pilihan mereka. Singkatnya, feminisme liberal terutama
berhubungan dengan citra pubik dan hak-hak kaum wanita.
Berlawanan dengan aliran pemikiran kaum liberal, feminisme radikal meyakini bahwa
penekanan terhadap kaum wanita sudah jauh lebih dalam daripada hak-hak public. Bagi pra
feminis radikal, misalnya bukan sekedaar merubah hokum untuk memberikan persamaan hak
bagi kaum wanita. Masalahnya berada pada inti struktur sosial kita, yang siatnya patrilineal.
Patriarki mempertahankan sekumpulan pengertian yang sarat memuat jenis kelamin yang
menaikan kepentingan-kepentingan maskulin merendahkan kepentingan-kepentingan
feminism.
Dalam bab ini kita melihat dua teori feminis tentang komunikasi yang menonjol.
Yang pertama adalah teori kelompok yang dibungkam dan yang Kedua adalah teori lingkup
diskurus yang patriarkis.
STUDI-STUDI BUDAYA
Study-study budaya melibatkan penelitian-penelitia tentang cara-cara budaya
dihasilkan melalui perjungan antara ideologi-ideologi. Kelompok ilmuan budaya yang paling
terkenal, British Cultural Stdies, berasosiasi dengan Centre for Contenporary Cultural Studies
di University of Birmingham.
Tradisi studi budaya sifatnya refrmis dalam orientasinya. Para ilmuan ini ingin
melihat perubahan-perubahan dalam masyarakat barat, dan mereka memendang ilmu mereka
sebagai sebuah sebagai sebuah intrumen perjuangan budaya sosialis. Mereka meyakin bahwa
perubahan tersebut akan terjadi dalam dua cara: (1) melalui identifikasi kontrandiksi-
kontradisi dalam masyarakat, resolusi yang akan mengarah pada perubahan positif dan
bukannya menekan, dan (2) dengan memberikan interperetasi yang akan membantu orang
memahami dominasi dan jenis-jenis perubahan yang di kehendaki.
Studi komunikasi massa adalah sentral dalam penelitian ini, karena media di pandang
sebagai alat yang kuat dari ideologi yang dominan. Di samping itu, media memiliki potensi
untuk membangkitkan kesadaran masyarakat tentang masalah-masalah kelas, kekuasaan, dan
dominasi. Tetapi kita harus berhati-hati dalam meintrepetasikan studi-studi budaya dalam hal
ini, karena media merupakan bagian dari kumpulan kekuatan intitusional yang jauh lebih
besar. Media adalah penting, tetapi mereka bukan satu-satunya hirauan dari para ilmuan ini,
sehingga mereka merujuk bidang merekalebih sebagai “studi-studi budaya” ketimbang
“studi-studi media”.
Apakah yang di maksud dengan budaya dalam “studi-studi budaya”?. Dua definisi
sudah di gunakan . yang pertama adalah pemikiran-pemikiran yang sama di mana
masyarakat bersandar, atau cara-cara kolektif di mana suatu kelompok memahami
pengalamanya. Yang kedua adalah pratek-praktek atau keseluruhan cara hidup dari suatu
kelompok, apa yang di lakukan secara materiil oleh individu dari hari ke hari. Kedua
pengertian budaya ini sebenarnya tidak bisa di pisahkan, karena ideologi suatu kelompok di
produksi dalam praktek-prakteknya
Komunikasi, terutama melaui media memenkan peran khusus dalam mepengaruhi
budaya tertentu melaui penyebaran informasi. Media sangat penting karena mereka langsung
menampilkan sebuah cara untuk memang realita. Meskipun media menggambarkan ideologi
secara implisit dan langsung , suara-suara yang menentang akan selalu ada sebagai bagian
dari perjuangan dialektis antara kelompok-kelompok.
Media tetap saja didominasi oleh ideologi yang berkuasa, dan oleh sebab itu mereka
menghadapi suara-suara yang menentang dari dalam kerangka ideologi yang dominan yang
mendatangkan pengaruh pada pendifinisian kelompok-kelompok sebaga “batas”
Dengan demikian sasaran utama dari studi-studi budaya adalahuntuk mengekspos
bagaimana idelogi dari kelompok-kelompok yang kuat di pertahankan tidak dengan sungguh-
sungguh dan bagaimana ideologi tersebut bisa di tentang untuk menumbangkan sistem
kekuasan yang menekan hak-hak kelompok-kelompok tertentu.
KOMENTAR DAN PEMBAHASAN
Komunikasi dalam organisasi memang sangat penting demi mencapai tujuan
organisasi. Oleh sebab itu dibutuhkan kemampuan untuk menata dan mengatur yang baik
agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pemilihan gaya komunikasi juga perlu
diperhatikan untuk digunakan pada suasana yang tepat. Hal tersebut harus dimiliki oleh
pemimpin sebagai pemilik wewenang dan kekuasaan dalam organisasi. Kecakapan
komunikasi lisan maupun tulisan adalah hal yang wajib dimiliki untuk semua anggota
organisasi.
Selain itu terdapat pembahasan teori feminis yang menyalahkan penekanan wanita
terhadap patriarki. Nilai-nilai maskulin diyakini merasuki masyarakat dan mengendalikan
semua pusat kekuasaan,sehingga mengecilkan pengalaman kaum wanita. Pemikiran ini tidak
berbeda dengan pemikiran orisinil aliran Frankurt, yang menganggap masyarakat kapitalis
didominasi oleh satu kepentingan hegemonik tunggal, ekonomi politik. Tradisi studi-studi
budaya menganut pandangan yang lebih kompleks. Para ilmuwan ini tidak melihat adanya
suatu kumpulan pemikiran sebagai sesuatu yang terus dominan. Bagi ilmuwan budaya, jenis
kelamin hanya satu di antara banyak elemen masyarakat yang mengalami ketegangan
dinamis dengan elemen-elemen lain.
Teori-teori tesebut jelas sarat nilai. Para teoritisi kritis akan mengatakan bahwa semua
bentuk penelitian mengandung nilai-nilai, dan nilai,nilai hanya berbahaya bila mereka tidak
disadari atau diketahui. Degan kata lain teori-teori kritis mewakili sebuah pembahasan ganda,
tentang masyarakat dan tentang ilmu pengetahuan sosial tradisional.