TB PARU Bunga

32
Pembimbing : dr. Teti Suratika K, Sp.PD REFRESHING “ TB Paru “

description

tb paru

Transcript of TB PARU Bunga

Pembimbing : dr. Teti Suratika K, Sp.PD

REFRESHING “ TB Paru “

DEFINISI

TB Paru adalah penyakit menular

langsung yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis yang

menyerang jaringan (parenkim) paru,

tidak termasuk pleura (selaput paru).

(DepKes, 2011).

EPIDEMIOLOGI

• Indonesia menempati urutan ke tiga jumlah kasus tuberkulosis

setelah India dan Cina dengan jumlah sebesar 700 ribu kasus.

• Angka kematian masih sama dengan tahun 2011 sebesar 27

per 100.000 penduduk, tetapi angka insidennya turun menjadi

185 per 100.000 penduduk di tahun 2012.

(WHO, 2013) 

• Jenis kuman yang berbentuk batang.

• Tahan terhadap asam pada pewarnaan

• Dapat hidup dalam udara kering maupun dalam keadaan dingin

dimana kuman dalam keadaan dormant. Dari sifat ini kuman dapat

bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberkulosis menjadi

aktif lagi.

Penularan ini terjadi secara inhalasi, yaitu bila pasien tersebut batuk atau bersin, pasien akan menyebarkan kuman udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali penderita TB BTA (+) batuk, akan dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

(Depkes RI, 2011).

PATOMEKANISME

Gambar 3.1. Patogenesis tuberkulosis3

GEJALA KLINIS

Batuk berdahak selama 2-4 minggu atau lebih.

Dahak bercampur darah Sesak nafas Badan lemas Nafsu makan menurun Malaise Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik Demam meriang lebih dari satu bulan.(Depkes 2011)

ALUR DIAGNOSIS Depkes, 2011

PEMERIKSAAN RADIOLOGI (PDPI

2002)

KLASIFIKASI TUBERKULOSIS

1. Berdasar hasil pemeriksaan sputuma. TB BTA (+) adalah :

- sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA (+)

- ada 1 dari 3 spesimen yang (+) dan radiologi menunjukkan gambaran Tuberkulosis Aktif

- Ada 1 spesimen (+)dan biakan (+)

b. TB BTA (- ) adalah :

- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali (-), tetapi klinis dan radiologis menunjukkan TB aktif.

- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA (-) dan biakan (+)

LANJUTAN…..2. Berdasarkan tipe pasien

a. Kasus barupasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT < 1 bulan

b. Kasus kambuh (relaps)Pasien yang pernah mendapat pengobatan Tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh

atau pengobatan lengkap.c. Kasus Drop out

Pasien yang telah menjalani pengobatan >1 bulan dan tidak meneruskan pengobatan sampai selesai.d. Kasus Gagal Terapi

Pasien dengan BTA (+) yang masih tetap (+)atau kembali (+) pada akhir bulan ke V atau akhir pengobatan

LANJUTAN…..

e. Kasus KronikPasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih (+) setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik

f. Kasus Bekas TBPasien riwayat OAT (+) dan saat ini dinyatakan sudah sembuh.

TATALAKSANA (Depkes 2011)

PENGELOMPOKAN OAT

PADUAN OAT YANG DIGUNAKAN DI INDONESIA

Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resistan obat di Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamycin, Capreomisin, Levofloksasin, Ethionamide, sikloserin dan PAS, serta OAT lini-1, yaitu pirazinamid and etambutol.

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.

Paket Kombipak. Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.

TATALAKSANA

REKOMENDASI DOSIS PENGOBATANMENURUT ISTC 2014

PEMANTAUAN DAN HASIL PENGOBATAN TB

HASIL PENGOBATAN PASIEN TB BTA POSITIF

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Nasional Pengendaliaan Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

2. International Standard for Tuberculosis Care (ISTC) 3rd Edition 20143. WHO Report 2013-Global Tuberculosis Control.

www.who.int/tb/da4. Vinay Kumar, MBBS, MD, FRCPath., dan Abul K. Abbas,

MBBS., Nelson Fausto, MD. 2010. Dasar Patologi Penyakit. Bab 15. Edisi 7. Jakarta: EGC.

5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

TERIMAH KASIHTERIMAH KASIHWASSALAMU’ALAIKUM WR. WBWASSALAMU’ALAIKUM WR. WB