Tauhid

15
TUGAS MAKALAH PENGERTIAN TAUHID Disusun oleh : Nama : ACIH SAMIATI NIM : 20088200467 Jurusan : PKn

description

Pengertian Tauhid

Transcript of Tauhid

TUGAS MAKALAHP E N G E R T I A N T A U H I D

Disusun oleh :

Nama : ACIH SAMIATI

NIM : 20088200467

Jurusan : PKn

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP KUSUMA NEGARA

JAKARTA

BAB I

PENDAHULUAN

PENGERTIAN TAUHID

Tauhid merupakan bagian yang terpenting dari agama ini, ia merupakan fitrah

yang telah Allah tetapkan pada setiap manusia. Tauhid juga merupakan inti

dakwah dan ajaran seeluruh nabi dan rasul, meski sayri’at yang dibebankan

kepada masing-masing umat berbeda.

Tauhid merupakan ilmu tentang mengesakan Tuhan, meyakini keesaan Allah

dalam rububiyah, ikhlas beribadah kepada-Nya, serta menetapkan bagi-Nya nama

dan sifat-Nya. Dengan demikian tauhid ada tiga macam, yaitu tauhid rububiya,

tauhid uluhiyah, dan tauhid asma wa sifat.

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin –rahimahullah- memaparkan bahwa kata tauhid secara

bahasa adalah kata benda yang berasal dari perubahan kata kerja wahhada –

yuwahhidu yang bermakna menunggalkan sesuatu. Sedangkan dalam kacamata

syari’at, tauhid bermakna mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi

kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara rububiyah, uluhiyah dan

asma’ wa shifat (Al Qaul Al Mufid, 1/5)

Syaikh Hamad bin ‘Atiq menerangkan bahwa agama Islam disebut sebagai agama

tauhid disebabkan agama ini dibangun di atas pondasi pengakuan bahwa Allah

adalah Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, baik dalam hal kekuasaan maupun

tindakan-tindakan. Allah Maha Esa dalam hal Dzat dan sifat-sifat-Nya, tiada

sesuatu pun yang menyerupai diri-Nya. Allah Maha Esa dalam urusan

peribadatan, tidak ada yang berhak dijadikan sekutu dan tandingan bagi-Nya.

Tauhid yang diserukan oleh para Nabi dan Rasul telah mencakup ketiga macam

tauhid ini (rububiyah, uluhiyah dan asma’ wa shifat). Setiap jenis tauhid adalah

bagian yang tidak bisa dilepaskan dari jenis tauhid yang lainnya. Oleh karena itu,

barangsiapa yang mewujudkan salah satu jenis tauhid saja tanpa disertai dengan

jenis tauhid lainnya maka hal itu tidak mungkin terjadi kecuali disebabkan dia

tidak melaksanakan tauhid dengan sempurna sebagaimana yang dituntut oleh

agama (Ibthal At Tandid, hal. 5-6)

BAB II

TAUHID DAN PEMBAGIANNYA

Syaikh Muhammad bin Abdullah Al Habdan menjelaskan bahwa tauhid itu hanya

akan terwujud dengan memadukan antara kedua pilar ajaran tauhid yaitu

penolakan (nafi) dan penetapan (itsbat). ‘La ilaha’ adalah penafian/penolakan,

maksudnya kita menolak segala sesembahan selain Allah. Sedangkan ‘illallah’

adalah itsbat/penetapan, maksudnya kita menetapkan bahwa Allah saja yang

berhak disembah (At Taudhihat Al-Kasyifat, hal. 49)

Tauhid dan Iman Kepada Allah

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan –hafizhahullah- menjelaskan bahwa hakekat iman

kepada Allah adalah tauhid itu sendiri. Sehingga iman kepada Allah itu mencakup

ketiga macam tauhi yaitu tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat (Al

Irsyad ila Shahih Al I’tiqad, hal. 29). Di samping itu, keimanan seseorang kepada

Allah tidak akan dianggap benar kalau hanya terkait dengan tauhid rububiyah saja

dan tidak menyertakan tauhid uluhiyah. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada

kaum musyrikin dahulu yang juga mengakui tauhid rububiyah. Meskipun

demikian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap memerangi dan mengajak

mereka untuk bertauhid. Hal itu dikarenakan mereka tidak mau melaksanakan

tauhid uluhiyah.

Urgensi Tauhid Bagi Setiap Insan

Kepentingan manusia untuk bertauhid sungguh jauh berada di atas kepentingan

mereka terhadap makanan, minuman atau tempat tinggal. Kalau seseorang tidak

makan atau minum, akibat terburuk yang dialami hanyalah sekedar kematian.

Namun, kalau seseorang tidak bertauhid barang sekejap saja dan pada saat itu dia

meninggal dalam keadaan musyrik, maka siksaan yang kekal di neraka sudah siap

menantinya.

Allah ta’ala berfirman,

�ار� الن واه�� ومأ �ة ن �ج ال �ه� ي عل �ه� الل م حر� فقد� �ه� �الل ب ر�ك� �ش� ي �ه من� �ن إ

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah (dalam

beribadah) maka sungguh Allah telah mengharamkan atasnya surga, dan tempat

tinggalnya adalah neraka…” (QS. al-Ma’idah [5]: 72)

Bahkan amalnya yang bertumpuk-tumpuk selama hidup pun akan menjadi sia-sia

apabila di akhir hidupnya dia telah berbuat syirik kepada Rabb-nya dan belum

bertaubat darinya. Allah ta’ala berfirman,

ر�ين �خاس� ال م�ن ن� �ون ك ت ول عمل�ك طن� ب ح� ي ل �ت ك ر ش� أ �ن� ئ ل

“Sungguh, jika kamu berbuat syirik, akan lenyaplah semua amalmu, dan kamu

pasti akan tergolong orang yang merugi.” (QS. az-Zumar [39]: 65)

Dan, kalaulah kita mau merenungkan untuk apa kita diciptakan di alam dunia ini

niscaya kita akan memahami betapa agung kedudukan tauhid dalam hidup ini.

Allah ta’ala berfirman,

�د�ون� ع�ب �ي ل �ال� إ �س �ن واإل� �ج�ن� ال ق�ت� ل خ وما

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah

kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat [51]: 56). Makna beribadah kepada Allah di sini

adalah mentauhidkan Allah.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab –rahimahullah- mengatakan, “Apabila

engkau telah mengetahui bahwasanya Allah menciptakan dirimu untuk beribadah,

maka ketahuilah bahwa sesungguhnya ibadah tidak akan disebut sebagai ibadah

(yang hakiki) apabila tanpa disertai tauhid. Sebagaimana halnya sholat tidak

disebut sebagai sholat jika tidak disertai dengan thaharah (bersuci). Maka apabila

syirik merasuk ke dalam suatu ibadah, niscaya ibadah itu menjadi batal.

Sebagaimana hadats jika terjadi pada (orang yang sudah melakukan) thaharah…”

(Majmu’ah Tauhid, hal. 7)

Terkait dengan pentingnya tauhid ini, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

“Ketahuilah, sesungguhnya kebutuhan hamba untuk senantiasa beribadah kepada

Allah tanpa mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya merupakan kebutuhan

yang tak tertandingi oleh apapun yang bisa dianalogikan dengannya. Akan tetapi,

dari sebagian sisi ia bisa diserupakan dengan kebutuhan tubuh terhadap makanan

dan minuman. Di antara keduanya sebenarnya terdapat banyak sekali perbedaan.

Karena sesungguhnya jati diri seorang hamba adalah pada hati dan ruhnya.

Padahal, tidak ada kebaikan hati dan ruh kecuali dengan (pertolongan) Rabbnya,

yang tiada ilah (sesembahan) yang benar untuk disembah selain Dia. Sehingga ia

tidak akan bisa merasakan ketenangan kecuali dengan mengingat-Nya.

Seandainya seorang hamba bisa memperoleh kelezatan dan kesenangan dengan

selain Allah maka hal itu tidak akan terus menerus terasa. Akan tetapi, ia akan

berpindah dari satu jenis ke jenis yang lain, dari satu individu ke individu yang

lain. Adapun Rabbnya, maka dia pasti membutuhkan-Nya dalam setiap keadaan

dan di setiap waktu. Di mana pun dia berada maka Dia (Allah) senantiasa

menyertainya.” (Majmu’ Fatawa, I/24. Dikutip dengan perantara Kitab Tauhid

Syaikh Shalih al-Fauzan, hal. 43)

Siapa yang merasa tauhidnya sudah hebat?!

Allah ta’ala mengisahkan do’a yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam

di dalam ayat-Nya

ام ص�ن األ� �د ع�ب ن ن� أ �ي� ن وب �ي �ن �ب ن واج�

“Dan jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari penyembahan kepada arca-arca.”

(QS. Ibrahim [14]: 35)

Ibrahim At Taimi mengatakan, “Lalu siapakah yang lebih merasa aman dari

bencana kesyirikan selain Ibrahim[?]”

Syaikh Abdurrahman bin Hasan –rahimahullah- mengatakan, “Tidak ada lagi

yang merasa aman dari terjatuh dalam kesyirikan selain orang yang bodoh

terhadap syirik dan juga tidak memahami sebab-sebab yang bisa menyelamatkan

diri darinya; yaitu ilmu tentang Allah, ilmu tentang ajaran Rasul-Nya yaitu

mentauhidkan-Nya serta larangan dari perbuatan syirik terhadapnya.” (Fathul

Majid, hal. 72)

PEMBAGIAN TAUHID YAITU :

1. Tauhid Rububiyah

Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama Allah

Subhanahu Wa Ta ala, yaitu Rabb. Nama ini memiliki beberapa arti, antara

lain : Al Murrabi (Pemelihara), An Nashr (Penolong), Al Malik (Pemilik), Al

Mushlih (Yang memperbaiki), As Sayyid (Tuan), dan Al Wali (Wali).

secara istilah syari’at pengertian tauhid rububiyah adalah : “ Percaya bahwa

Allah-lah satu-satunya pencipta, pemilik, pengendali alam raya yang dengan

takdir-Nya Ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam

dengan sunnah-sunnahNya.”

Tauhid rububiyah mencakup dimensi-dimensi keimanan berikut ini :

a) Beriman kepada perbuatan-perbuatan Allah yang bersifat umum, seperti

menciptakan, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, menguasai dan

sebagainya.

b) Beriman kepada takdir Allah

c) beriman kepada zat Allah

Tauhid rububiyah bukan merupakan keseluruhan ajaran tauhid, ia hanya

bagian dari keseluruhan itu. Seseorang yang telah mengakui kerububiyahan

Allah Subhanahu Wa Ta ala belum tentu bahwa ia juga beriman kepada

uluhiyan dan asma wa sifatNya. Hal itu sebagaimana yang dialami oleh

sebagian besar musyrikin Arab yang mengakui akan Rububiyatullah namun

mengingkari syariat-Nya. Tujuan dari tauhid rububiyah ini adalah agar

manusia mengakui akan keagungan Allah atas semua mahluk-Nya.

2. Tauhid Uluhiyajh

Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba

berdasarkan niat taqarub yang disyari’atkan, seperti : berdo’a, nadzar,

berkurban, raja’(berharap), takut, tawakal, mahabah,inabah, dan sebagainya.

Tauhid uluhiyah merupakan tujuan dakwah para Rasul. Disebut demikian

karena uluhiyah adalah sifat Allah yang ditunjukkan oleh nama-Nya “Allah”

yang artinya dzul uluhiyah (yang memiliki sifat uluhiyah). Tanpa

merealisasikan tauhid uluhiyah ini, semua amal ibadah tidak akan diterima.

Karena kalau hal itu tidak terwujud maka akan bercokollah lawannya yaitu

syirik. Allah berfirman :

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik”(QS. An Nisa’:48)

“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka

amalan yang telah mereka kerjakan”(QS. Al An’am : 85).

Uluhiyah adalah ibadah. Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dgn

perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub yg disyariatkan seperti doa

nazar kurban raja’ takut tawakal raghbah rahbah dan inabah . Jenis tauhid

inilah yg merupakan inti dakwah para rasul mulai rasul yg pertama hingga yg

terakhir.

Allah SWT berfirman Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada

tiap-tiap umat ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut itu’. .

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami

wahyukan kepadanya ‘Bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Aku maka

sembahlah olehmu sekalian akan Aku’. .

Setiap rasul selalu memulai dakwahnya dgn perintah tauhid uluhiyah

sebagaimana yg diucapkan oleh Nabi Nuh Hud Shalih Syu’aib dan lain-lain.

Hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.

Dan ingatlah Ibrahim ketika ia berkata kepada kaumnya ‘Semahlah olehmu

Allah dan bertakwalah kepada-Nya’. .

Dan diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Katakanlah ‘Sesungguhnya

aku diperintahkan supaya menyembah Allah dgn memurnikan ketaatan

kepada-Nya dalam agama’. .

Rasulullah saw. Sendiri bersabda Saya diperintahkan utk memerangi manusia

sampai mereka bersaksi bahwa tiada ilah yg hak kecuali Allah dan bahwa

Muhammad adl rasulullah. {HR Bukhari dan Muslim}.

Kewajiban awal bagi tiap mukallaf adl bersaksi laa ilaaha illallaah {tidak ada

Tuhan yg berhak disembah kecuali Allah} serta mengamalkannya. Allah SWT

berfirman Maka ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan

mohonlah ampunan bagi dosamu …. .

Dan kewajiban pertama bagi orang yg ingin masuk Islam adl mengikrarkan

dua kalimat syahadat.

Jadi jelaslah bahwa tauhid uluhiyah adl maksud dari dakwah para rasul.

Disebut demikian krn uluhiyah adl sifat Allah yg ditunjukkan oleh nama-Nya

Allah yg artinya dzul uluhiyah .

Juga disebut tauhid ibadah krn ubudiyah adl sifat ‘abd yg wajib menyembah

Allah secara ikhlas krn ketergantungan mereka kepadanya.

Syekh Islam Ibnu Taimiyah mengatakan Ketahuilah kebutuhan seorang hamba

utk menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya dgn sesuatu pun tidak

memiliki bandingan yg dapat dikiaskan tetapi dari sebagian segi mirip dgn

kebutuhan jasad kepada makanan dan minuman. Akan tetapi di antara

keduanya ini terdapat perbedaan mendasar. Karena hakikat seorang hamba adl

hati dan rohnya ia tidak bisa baik kecuali dgn Allah yg tiada Tuhan selain-

Nya. Ia tidak bisa tenang di dunia kecuali dgn mengingat-Nya. Seandainya

hamba memperoleh keni’matan dan kesenangan tanpa Allah maka hal itu

tidak akan berlangsung lama tetapi akan berpindah-pindah dari satu macam ke

macam yg lain dari satu orang kepada orang lain. Adapun Tuhannya maka Dia

dibutuhkan tiap saat dan tiap waktu; di mana pun ia berada maka Dia selalu

bersamanya. {Majmu Fatawa I/24}.

Tauhid ini adl inti dari dakwah para rasul krn ia adl asas dan pondasi tempat

dibangunnya seluruh amal. Tenpa merealisasikannya semua amal ibadah tidak

akan diterima. Karena kalau ia tidak terwujud bercokollah lawannya yaitu

syirik. Sedangkan Allah SWT berfirman Sesungguhnya Allah tidak akan

mengampuni dosa syirik. Seandainya mereka mempersekutukan Allah niscaya

lenyaplah dari mereka amalan yg telah mereka kerjakan. .

Jika kamu mempersekutukan niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah

kamu termasuk orang-orang yg merugi. .

Dan tauhid jenis ini adl kewajiban pertama segenap hamba. Allah SWT

berfirman Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dgn

sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu bapak …. {An-

Nisa’ 36}. Dan beberapa ayat-ayat lainnya yg isinya tentang hal ini.

3. Tauhid Asma Wa Sifat

Tauhid Ama Wa Sifat yaitu menetapkan dan mengakui bahwa Allah

mempunyai nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang tinggi dan sempurna

yang semuanya termaktub dalam ayat-ayat Al Qur’an dan sunnah nabawiyah.

Kaum salaf berpendapat bahwa kita harus mengakui dan menetapkan semua

asma dan sifat Allah yang terdapat dalam Al Qur’an tanpa sedikitpun

melakukan penafian, tahrif, ta’til, takyif (penentuan substansi) maupun tamsil.

Pendapat seperti ini didasarkan pada firman Allah yang berbunyi :

“Tidak sesuatupun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Maha Mendengar lagi

Maha Melihat”(QS. 42 : 11).

Kaum salaf berpendapat secara rinci semua nama dan sifat yang ditetapkan

oleh Allah Subhanahu Wa Ta ala bagi diri-Nya sendiri atau ditetapkan

Rasulullah Salallahu Alaihi Wa Salam dan menafikan secara global semua

nama dan sifat yang dinafikan Allah bagi diri-Nya sendiri atau diafikan

Rasulullah Salallahu Alaihi Wa Salam.

Imam Ahmad berkata : Allah tidak boleh disifati kecuali dengan apa yang

disifati-Nya atau apa yang disifatkan Rasul-Nya, serta tidak boleh melampaui

Al Qur’an dan hadist.

BAB III

PENUTUP

Demikianlah sekilas mengenai pentingnya tauhid dalam kehidupan kita.

Semoga kita tergolong hamba-hamba yang mentauhidkan Allah dengan sebenar-

benarnya. Kalau orang semulia Nabi Ibrahim ‘alaihis salam saja masih takut

terjerumus syirik, lalu bagaimana lagi dengan orang seperti kita. Wallahul

musta’an. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam.

Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.