TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

19
TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI LIANG TELINGA Oleh: PRAVINAA K VISWANATHAN dr. Kadek Agus Heryana Putra,SpAn BAGIAN/SMF ILMU ANESTESIA DAN TERAPI INTENSIF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA/ RSUP SANGLAH 2017

Transcript of TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

Page 1: TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI

PADA OPERASI LIANG TELINGA

Oleh:

PRAVINAA K VISWANATHAN

dr. Kadek Agus Heryana Putra,SpAn

BAGIAN/SMF ILMU ANESTESIA DAN TERAPI INTENSIF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA/

RSUP SANGLAH

2017

Page 2: TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ..............................................................................................i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ii

PENDAHULUAN… .............................................................................................. iii

I. Anatomi Dan Fisiologi Telinga..................................................................1

II. Liang Telinga ............................................................................................. 3

DAFTAR ISI ...........................................................................................................iv

I. Batasan........................................................................................................ 4

II. Masalah ...................................................................................................... 5

III. Penatalaksanaan ..........................................................................................5

1. Evaluasi .................................................................................................5

2. Persiapan Praoperatif ............................................................................9

3. Premedikasi ...........................................................................................11

4. Pilihan Anestesinya ...............................................................................12

5. Pemantauan Selama Anestesi ...............................................................15

6. Terapi Cairan dan Transfusi Darah .......................................................15

7. Pemulihan Anestesi ...............................................................................15

8. Pasca Bedah ..........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................17

Page 3: TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

4

BAB 1 PENDAHULUAN

I. Anatomi dan Fisiologi Telinga

Telinga merupakan salah satu panca indera yang penting bagi manusia . Ia mempunyai

dua fungsi . Fungsi pendengaran dan keseimbangan.

Mendengar adalah gendang telinga bergetar saat gelombang suara memasuki saluran

telinga. Ossikel, tiga tulang kecil (termasuk stapes, tulang terkecil di tubuh), melewati getaran

ke jendela oval, yang merupakan membran di pintu masuk telinga bagian dalam.

Keseimbangan dimaksudkan dengan, keseimbangan dicapai melalui kombinasi organ

sensorik di telinga bagian dalam, masukan visual, dan informasi yang diterima dari reseptor di

tubuh, terutama di sekitar persendian. Informasi yang diproses di cerebellum dan cerebral

cortex otak. Ia memungkinkan tubuh untuk mengatasi perubahan kecepatan dan arahnya ke

kepala.

Telinga, menurut anatominya dibagi menjadi 3 bagian, yakni telinga luar, telinga

tengah dan telinga dalam.

Page 4: TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

5

Telinga luar (Auris eksterna)

Telinga luar bibahagikan dalam dua bahagian. Ia itu daun telinga dan liang telinga.

Telinga luar termasuk saluran telinga yang dilapisi dengan rambut dan kelenjar yang

mengeluarkan lilin. Bagian telinga ini memberi perlindungan dan suara saluran. Auricle atau

pinna adalah bagian yang paling terlihat dari telinga luar dan apa yang kebanyakan orang rujuk

saat mereka menggunakan kata "telinga.

Daun telingan

Telinga luar atau auris eksterna dibahagikan menjadi 3 bagian yaitu Aurikulum (daun

telinga/ pina).Berbentuk pipih dan berlekuk, tersusun atas kerangkan tulang rawan (kartilago)

. Pada lobulus, diliputi oleh kulit yang melekat pada perikondrium. Pada proses mendengar

daun telinga ini berfungsi untuk menangkap dan mengumpulkan glombang bunyi serta

menentukan arah sumber bunyi.

Page 5: TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

6

II. Liang Telinga

Meatus akustikus eksternus (liang telinga) adalah tabung berkelok yang terbentang

antaraaurikula sampai membaran timpani. Berfungsi menghantarkan gelombang suara dari

aurikula kemebran timpani. Pada orang dewasa panjang nya ± 1 inci (2,5 cm) dan dapat

diluruskan untuk memasang otoskop dengan menarik aurikula ke atas dan ke belakang. Pada

anak, aurikula cukupditarik lurus ke belakang, atau ke bawah dan kebelakang. Daerah meatus

yang paling sempit ± 5mm dari membran timpani.

Fungsi Liang Telinga

Liang telinga, juga disebut meatus akustik eksternal, adalah bagian yang terdiri dari

tulang dan kulit yang mengarah ke gendang telinga. Saluran telinga berfungsi sebagai pintu

masuk untuk gelombang suara, yang didorong ke arah membran timpani, yang dikenal sebagai

gendang telinga. Saat suara masuk ke telinga tengah, mereka ditularkan ke tulang kecil yang

disebut ossicles, yang terdiri dari stapes, incus, dan malleus. Suara kemudian dibawa dalam

bentuk gelombang ke telinga bagian dalam.

Page 6: TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

7

BAB 2 DAFTAR ISI

1. Batasan

Tindakan anestesi yang dilakukan pada operasi-operasi liang telinga seperti;

mastoidektomi; rekonstruksi liang telinga termasuk timpanoplasti.1 pada pasien yang

menderita penyakit liang telinga.

Tindakan mastoidektomi dilakukan untuk mengeluarkan sel udara mastoid sebagai

pengobatan infeksi telinga tengah atau bagian dari prosedur implantasi koklear.Sel udara

mastoid terletak di tulang mastoid yang berada pada bagian tengah dan dalam telinga. Karena

letaknya berdekatan dengan rongga yang terhubung pada telinga tengah, sel ini cenderung

dapat menyebarkan infeksi ke bagian telinga yang lebih dalam, bahkan hingga ke tulang

tengkorak. Dulu, mastoidektomi merupakan metode pengobatan utama. Namun berkat

kemajuan perkembangan antibiotik, penyakit menular di area telinga dapat ditangani tanpa

membuang sel mastoid.Tujuan rekonstruksi adalah selain dari memperbaiki fungsi

pendengaran juga untuk kosmetik. Operasi dilakukan dengan bedah mikro telinga.

Timpanoplasti adalah tindakan operasi telinga untuk memperbaiki gendang telinga

(membran timpani) dengan atau tidak disertai memperbaiki telinga tengah serta tulang

pendengaran . Gendang telinga yang diperbaiki adalah gendang telinga yang berlubang,karena

trauma atau infeksi. Telinga yang terinfeksi biasanya disertai dengan keluhan telinga berair

yang biasa disebut dengan “congekan”.

Gambar 1. Gendang telinga yang berlubang Gambar 2. Gendang telinga yang

Page 7: TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

8

berlubang (keluar cairan) (kering dan tidak keluar cairan)

I. Masalah anestesi dan reanimasi

Kesulitan yang mungkin dialami adalah ,rongga liang telinga relatif sempit dan gelap

,Ancaman sumbatan jalan nafas selama operasi, Perdarahan luka operasi, Operasi berlangsung

lama, Perubahan tekanan pada liang telinga tengah khususnya pada operasi timpanoplasti,

kemungkinan besar terjadinya muntah pasca operasi.

II. Penatalaksanaan anestesi dan reanimasi

1. Evaluasi Praanestesi

1.1 Penilaian status pasien sesaat sebelum operasi

Pasien dengan keluahan di liang telinga dapat bervariasi mulai dari anak-anak, dewasa

hingga usia lanjut sehingga masing-masing pasien memilikki komorbiditas dan kondisi

medis yang berbeda-beda. Semua pasien yang akan menjalani operasi wajib untuk

dilakukan evaluasi pra anestesi. Tujuan dari evaluasi praanestesi adalah untuk memperoleh

informasi terkait kondisi medis pasien yang dapat berubah respon terhadap obat anestesi

dan meningkatkan risiko komplikasi.

Persiapan anestesi umumnya diawali dengan evaluasi persiapan

psikologi/mental pada pasien. Kunjungan prabedah (preoperatif visit) merupakan salah

satu cara yang dapat digunakan untuk melihat dan memeriksa kondisi pasien, setidaknya 1

hari sebelum operasi dilaksanakan.

1.2 Penilaian status presen

Status presen pasien prabedah dapat dinilai melalui anamnesis dengan pasien sendiri atau dengan

keluarga pasien bersangkutan. Anamnesis yang dilakukan meliputi :

a. Identitas pasien atau biodata

b. Anamnesis khusus yang berkaitan dengan penyakit bedah yang mungkin

menimbulkan gangguan fungsi sistem organ.

Page 8: TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

9

c. Anamnesis umum meliputi :

1. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita atau sedang

menderita penyakit sistemik selain penyakit bedah yang diderita,

yang bisa mempengaruhi anestesia atau dipengaruhi oleh anestesia.

2. Riwayat pemakaian obat yang telah atau sedang digunakan yang

mungkin berinteraksi dengan obat anestesia,misalnya; kortikosteroid,

obat antihipertensi, obat anti-diabetik, antibiotika

golongan

aminoglikosida, digitalis, diuretika, transquilizer, obat penghambat enzim

mono-amin oksidase dan bronkodilator.

3. Riwayat operasi/anestesia terdahulu, misalnya : apakah pasien

mengalami komplikasi anestesia.

4. Kebiasaan buruk, antara lain ; perokok, peminum minuman keras

(alkohol), pemakai obat-obatan terlarang (sedatif dan narkotik).

5. Riwayat alergi terhadap obat atau yang lain.

1.3 Evaluasi status generalis

Setelah melakukan penilaian terhadap status pasien, dokter spesialis anestesi

diharapkan dapat melakukan penilaian terhadap status generalis pasien dengan cara

melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya sesuai indikasi.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu status presen (kesadaran, tinggi, berat badan, respirasi

rate, nadi, tekanan darah, suhu tubuh dan VAS) dan status fisik umum (psikis, saraf, respirasi,

hemodinamik, penyakit darah, gastrointestinal, hepato-biller, urogenital dan saluran kencing,

metabolik dan endokrin, otot rangka, dan integumen).1,2

Penilaian tambahan seperti status mallapati harus dilakukan dengan tujuan melihat

apakah terdapat obstruksi airway atau tidak agar tidak menjadi penyulit pada saat dilakukan

Page 9: TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

10

intubasi pada pasien.1,2

A. Pemeriksaan laboratorium, radiologi dan yang lainnya

1. Pemeriksaan rutin

Pemeriksaan rutin dibedakan menjadi pemeriksaan darah dan urin. Komponen

darah yang diperiksa yakni hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit dan

hitung jenis, trombosit, masa perdarahan dan masa pembekuan.

Pemeriksaan urin meliputi pemeriksaan fisik, kimiawi dan sedimen urin.

2. Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan khusus diindikasikan kepada pasien yang akan menjalani operasi

besar dan pasien yang menderita penyakit sistemik tertentu dengan indikasi

tegas. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan laboratorium

lengkap seperti fungsi hati, fungsi ginjal, analisis gas darah, elektrolit,

hematologi dan faal hemostasis lengkap. Pemeriksaan liang telinga dapat

dilakukan denagn bantuan otoskop.Pemeriksaan selanjutnya adalah

membrane timpani. Normal membrane timpani bentuknya sedikit cekung

dan mengkilap. Pemeriksaan mastoid bertujuan untuk melihat adanya

pembengkakan pada daerah mastoid. Pemeriksaan pendengaran

dilaksanakan dengan bantuan garputala untuk mengetahui apakah pasien

mengalami gangguan apa tidak radiologis pada pasien dengan rencana

endoskopi saluran kemih bawah juga penting dilakukan untuk

mengidentifikasi lokasi batu, jenis batu seperti yang radioopak dan

radiolusen dan rencana jenis tindakan operasi yang akan dilakukan.

C. Menentukan prognosis pasien perioperatif

American Society of Anesthesiologist membuat klasifikasi status fisik

praanestesia menjadi lima kelas. Tujuan klasifikasi ASA adalah untuk

Page 10: TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

11

mengidentifikasi derajat penyakit dan status fisik pasien sehingga dapat

menentukan prognosis pasien perioperatif. Klasifikasi ASA dibedakan

menjadi 5 kelas yaitu :

1. ASA 1

Pasien penyakit bedah tanpa disertai penyakit sistemik.

2. ASA 2

Pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik ringan-sedang

yang tidak mengancam nyawa.

3. ASA 3

Pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik sedang berat yang

disebabkan oleh berbagai penyebab tetapi tidak mengancam nyawa.

4. ASA 4

Pasien penyakit bedah dengan penyakit sistemik beratyang secara langsung

mengancam kehidupan. Tidak selalu berhasil dikoreksi oleh pembedahan.

5. ASA 5

Pasien penyakit bedah yang disertai dengan penyakit sistemik berat yang

dilakukan pembedahan maupun tidak pasien akan meninggal dalam 24 jam.

2. Persiapan Praoperatif

2.1.1 Persiapan rutin

Persiapan pra anestesia dan reanimasi dapat dilakukan di poliklinik dan di rumah pasien (pada

pasien rawat jalan), ruang perawatan, ruang persiapan IBS dan kamar operasi yang akan

dijabarkan sebagai berikut :

Page 11: TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

12

a. Persiapan di ruang perawatan

Persiapan di ruang perawatan hampir sama dengan persiapan di poliklinik dan di

rumah pasien meliputi persiapan psikis dan persiapan fisik. Persiapan psikis yang

dilakukan adalah (1) memberikan penjelasan kepada pasien dan atau keluarga agar

mengerti perihal rencana anestesi dan pembedahan yang direncanakan sehingga pasien

dan keluarganya bisa tenang; (2) memberikan obat sedatif pada pasien yang menderita

stress berlebihan atau pasien yang tidak kooperatif seperti pediatrik pada malam hari

menjelang tidur dan pada pagi hari, 60-90 menit sebelum ke IBS.

Pada persiapan fisik, perlu diinformasikan kepada pasien untuk : (1)

menghentikan kebiasaan-kebiasaan seperti merokok minimal dua minggu sebelum

anestesia atau minimal dimulai sejak evaluasi pertama kali di poliklinik; (2) melepas

segala macam protesis dan asesoris seperti perhiasan; (3) melakukan puasa dengan aturan

sebagai berikut :

Page 12: TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

13

Tipe Makanan/Minuman Lama Puasa yang

dibutuhkan

Cairan jernih • 2 jam

• Contoh air, jus buah

tanpa ampas buah, teh

jernih, kopi.

• Tidak termasuk alkohol

ASI 4 jam

Formula bayi 6 jam

Makanan ringan • 6 jam

• Contoh roti panggang

Makanan bergoreng/makanan

padat/makanan

berlemak/daging

8 jam

(4) membuat surat persetujuan tindakan medik; (5) mengganti pakaian yang dipakai

dari rumah dengan pakaian khusus kamar operasi.

b. Persiapan di ruangan IBS

Persiapan yang dilakukan meliputi evaluasi ulang status presen dan

catatan medik pasien serta perlengkapan lainnya, konsultasi di tempat

apabila diperlukan, memberi premedikasi dan memasang infus.

c. Persiapan di kamar operasi

(1) Mempersiapkan mesin anestesi dan sistem aliran gasnya, alat

pantau tekanan darah, pulse oksimeter, EKG, tiang infus,

defribilator dan obat-obat anestesia yang diperlukan.

Page 13: TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

14

(2) Mempersiapkan stetoskop, laringoskopi, endotrakeal tube, guedel

orotrakeal tube, plester untuk fiksasi, stilet, connector dan suction.

(3) Mempersiapkan obat-obat resusitasi, misalnya : adrenalin, atropin,

aminofilin, natrium bikarbonat dan lain-lainnya.

(4) Mempersiapkan catatan medik anestesia, selimut penghangat

khusus untuk bayi dan orang tua.

3. Premedikasi

Setelah penilaian preoperatif selesai dan telah menghasilkan status fisik pasien,

selanjutnya menentukan penggunaan obat premedikasi yang akan digunakan. Beberapa

hal yang harus dipertimbangkan sebagai penentu obat yang akan digunakan yaitu;

macam operasi, posisi pasien sewaktu dilakukan operasi, perkiraan lama operasi dan

sebagainya. Tujuan utama dari premedikasi atau pemberian obat-obatan sebelum

operasi yaitu, membuat pasien terhindar dari perasaan cemas dan gelisah serta rasa

nyeri yang akan terjadi pada saat pembedahan.1,6

Terdapat 3 golongan obat yang digunakan ketika premedikasi yaitu golongan obat

sedasi yang bertujuan menurunkan tingkat kesadaran pasien secara cukup sehingga

menimbulkan rasa kantuk dan menghilangkan kecemasan tanpa kehilangan komunikasi

verbal, antikolinergik yang bertujuan untuk menghambat aktivitas kholinergik atau

parasimpatis dan golongan analgesik yang bertujuan untuk meredakan rasa nyeri.

Obatobatan yang dapat digunakan sebagai premedikasi adalah sebagai berikut :

1. Sedatif :

Diazepam 5-10 mg/kgBB

Diphenhidramine 1 mg/kgBB

Promethazine 1 mg/kgBB

Midazolam 0,1-0,2 mg/kgBB

Page 14: TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

15

2. Analgetik Opiat :

Petidin 1-2 mg/kgBB

Morfin 0,1-0,2 mg/kgBB

Fentanil 1-2 µg/kgBB

3. Antikolinergik

SulfasAtropin 0,1 mg?kgBB

4. Anti Emetik

Odansentron 4-8 mg (iv) dewasa

Metoklopramid 10 mg (iv) dewasa

4. Pilihan Anestesi

Operasi liang telinga bertujuan untuk menyingkirkan penyakit dari telinga tengah

dan rongga mastoid atau untuk rekonstruksi dan remobilisation dari membran timpani

dan rantai tulang pendengaran atau keduanya. Terdapat dua cara anestesi yang dapat

digunakan yaitu anetsesi lokal dan anestesi umum.7

4.1 Anestesia lokal

Prosedur anestesia ini dilakukan dengan cara menyuntikkan obat anestesia lokal

pada daerah atau di sekitar lokasi pembedahan yang menyebabkan hambatan konduksi

impuls aferen yang bersifat temporer. Anestesi lokal pada umumnya digunakan untuk

prosedur pembedahan telinga seperti stapedektomi dan pembedahan telinga tengah

tanpa disertai dengan komplikasi dimana lama prosedur pembedahan kurang dari 2

jam.7

Pembedahan liang telinga membutuhkan perhatian khusus pada bagian wajah

untuk menjaga N. Fasialis yang berada di sekitar tulang temporal. Keuntungan

penggunaan anestesia lokal yaitu mampu mengevaluasi perubahan pendengaran dan

Page 15: TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

16

nervus facialis pada saat operasi berlangsung. Anestesia lokal dapat menembus

gendang telinga dengan menggunakan metode iontophoresis, dimana arus dilewatkan

melalui larutan anestesi yang telah ditanamkan ke dalam meatus auditori eksternal.7

Anestesia lokal bekerja dengan memblok saraf sensoris telinga atau N.

Vesikulokoklea, penggunaan lidokain 4% dapat menjadi pilihan. Penambahan efinefrin

pada lokal anestesi meningkatkan intensitas dan durasi dari efek dan memberikan

vasokonstriksi lokal, yang dapat menurunkan perdarahan. Dosis aman bagi efinefrin

adalah 0,1 mg (10 ml dalam konsentrasi 1:10.000) dan bila perlu dapat diulang setelah

20 menit.6,7

Anestesia lokal jarang digunakan pada operasi yang melibatkan daerah sekitar

labirin. Pusing, mual bahkan muntah merupakan salah satu kelemahan pada anestesia

lokal sehingga dapat membuat prosedur jarang dilakukan.7

4.1.1 Anestesia Umum

Prosedur anestesia ini dilakukan dengan cara membuat pasien berada dalam

suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh hilangnya rasa nyeri

di seluruh tubuh akibat pemberian obat anestesia.1,7

Operasi liang telinga umumnya menggunakan anestesia umum yang terbagi

menjadi dua, yaitu operasi telinga minor dan operasi telinga mayor. Operasi telinga

minor, seperti myringotomy dan polypectomy, dapat menggunakan teknik anestesia

umum menggunakan inhalasi atau intravena, induksi dan pemeliharaan induksi dengan

agen inhalasi menggunakan masker wajah. Penggunaan intubasi tidak diperlukan

kecuali memiliki faktor-faktor lain yang memiliki indikasi tertentu.1,7

Operasi telinga mayor seperti tympanoplasty pada umumnya menggunakan

teknik operasi hipotensi terkontrol. Pendarahan harus dikurangi seminimal mungkin

Page 16: TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

17

untuk mendapatkan hasil fungsional yang baik. Jumlah darah seminimal mungkin tetap

dapat menunda dan mengganggu prosedur rekonstruksi, sehingga memerlukan suction

secara konstan. Efek dari suction konstan ini dapat mengganggu sistem fisiologis yang

secara permanen dapat merusak mekanisme halus telinga bagian dalam.7

Penggunaan metode microsurgery dengan hipotensi terkontrol menjadi pilihan

yang tepat pada operasi rekonstruksi liang telinga mayor. Teknik hipotensi merupakan

suatu teknik pada anestesia umum dengan menggunakan agen hipotensi kerja cepat

yang bertujuan menurunkan tekanan darah serta perdarahan saat operasi berlangsung,

sehingga membuat pembuluh darah dan jaringan terlihat. Prosedur ini dapat diterapkan

dengan aman pada kebanyakan pasien, termasuk anak-anak dan beberapa jenis prosedur

operasi. Posisi pasien selama pembedahan telinga yaitu posisi supinasi dengan ekstensi

kepala yang ekstream dan posisi leher yang di putar.7

Pemakaian Gas Anestesi N2O

N2O memiliki berat molekul yang lebih kecil dibandingkan dengan nitrogen

yang menyebabkan nitrous oxide lebih sulit larut dalam darah. Perbedaan tersebut

membuat nitrous oxide berdifusi menjadi gas dan memenuhi rongga-rongga udara yang

terdapat di dalam tubuh, seperti rongga liang telinga tengah. Akumulasi udara pada

rongga telinga tengah dan nirous oxide akan menyebabkan peningkatan jumlah udara

yang melebihi normal sehingga akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga liang

telinga tengah. Menghirup 70% nitrous oxide menyebabkan tekanan telinga tengah naik

mencapai 0,1-0,2 kPa (10-20 mmH2O) min-1 dan mencapai tekanan maksimum sekitar

3,9 kpa (400 mmH2O) min-1 dalam waktu sekitar 30 menit. Tekanan maksimum normal

telinga pada umumnya dibatasi oleh pembukaan pasif dari tabung tuba eusthacia.7

Page 17: TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

18

Pemakaian gas N2O pada operasi timpanoplasti dihindari karena akan

mempengaruhi tekanan pada liang tengah yang dapat mengakibatkan pergeseran pada

membran timpani dan penempatan graft, selain itu berbagai macam efek dapat terjadi

akibat tekanan yang berubah seperti serous otitis, disartikulasi stapes, dan gangguan

pendengaran. 7

5. Pemantauan selama anestesia

Dokter spesialis anestesi yang berkualifikasi harus berada di dalam kamar bedah

selama pemberian obat anestesia berlangsung. Observasi ketat harus dilakukan yaitu

terhadap jalan napas, oksigenasi, ventilasi, sirkulasi dan suhu. EKG harus selalu

terpasang untuk memantau irama jantung pasien saat operasi berlangsung.1,8

Alat penunjang lainnya yaitu pulse oksimetri sangat berguna untuk menghitung

frekuensi dan kualitas denyut nadi perifer serta saturasi oksigen. Pemantauan juga

dilakukan pada N. Fasialis yang berada di sekitar tulang temporal.1,7,8

6. Terapi cairan dan transfusi darah

Pembedahan liang telinga pada umumnya tidak mengalami banyak perdarahan atau

pendarahan minimal. IV line atau cairan pengganti biasanya disiapkan untuk

menghindari kemungkinan terjadinya perdarahan. Cairan pengganti atau IV line akan

diberikan apabila perdarahan yang terjadi <20% dari perkiraan volume darah pasien

dan apabila >20% pasien akan diberikan transfusi darah.6,7,8

7. Pemulihan Anestesi

Sebelum pasien sadar penuh, lakukan observasi seketat yang telah dilakukan

selama anestesi. Tekanan darah, nadi dan pernapasan di evaluasi setiap 5-10 menit.

Jalan nafas harus dikembalikan dengan keadaan stabil dan terjaga, serta ventilasi dan

oksigenasi yang adekuat dan juga hemodinamik baik. Suhu tubuh harus dievaluasi agar

tidak terjadi hipotermi pada pasien pasca operasi.1,7

Page 18: TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

19

8. Pasca Bedah

Risiko yang mungkin terjadi setelah pembedahan liang telinga yaitu rasa nyeri

akibat pembedahan dan post operative nausea and vomitting (PONV).

Penanganan Nyeri

Penangan nyeri pasca bedah dilakukan dengan memberikan obat sesuai dengan

kondisi status pasien. Pasien rawat jalan dapat diberikan acetaminophen 15 mg/kgBB

untuk pediatri dan acetaminophen + codein po untuk dewasa. Pasien rawat inap dapat

diberikan iv line PCA (morfin sulfine 2-5 mg iv setiap 10-15 menit).6,8

Penanganan Post Operative Nausea and Vomitting (PONV)

PONV merupakan resiko paling umum yang terjadi pada pasien dengan operasi

liang telinga tengah. Terjadinya mual dan muntah pasca operasi biasanya disebabkan

oleh vestibular telinga yang terkena efek akibat pembedahan, sehingga vestibular

memberikan sinyal terhadap pusat muntah yang terdapat di medulla oblongata.

Pemberian obat antiemetik iv diberikan kepada pasien untuk mencegah kemungkinan

mual dan muntah yang terjadi setelah operasi, seperti domperidon dengan dosis 3 kali

sehari 10-20 mg untuk dewasa dan lansia. 6,8

Page 19: TATALAKSANA ANESTESIA DAN REANIMASI PADA OPERASI …

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Mangku G, Senapathi TG. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks.

2010.

2. Medicine stuff: persiapan anestesi dan premedikasi [Internet]. Medicine stuff. 2017

[cited 15 march 2017]. Available from :

http://www.medicinestuff.com/2014/02/persiapananestesi-dan-premedikasi.html?m=1

3. American Society of Anesthesiologists - American Society of Anesthesiologists

[Internet]. Asahq.org. 2017 [cited 15 March 2017]. Available from:

https://www.asahq.org/

4. Stoelting RK, Miller RD. Basics of anesthesia. 6th Ed. Churchill Livingstone,; 2015

May 22.

5. Jaffe Richard A. Anesthesiologist’s Manual of Surgical Procedures. 5th Ed. Schmiesing

C A, Golianu Breanda. Philadelpia: Lippincott Willian & Walkins, 2014. 820p

6. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, Kleinman W, Nitti GJ, Nitti JT, Raya J, Bedford

RF, Bion JF, Butterworth J, Cohen NH. Clinical anesthesiology. 5th Ed. New York:

McGraw-hill; 2002.

7. Morrison, J., Mirakhur, R., Craig, H. and Dundee, J. (1985). Anaesthesia for eye, ear,

nose and throat surgery. 1st ed. Edinburgh: Churchill Livingstone.

8. Donlon Jr JV. Anesthesia for eye, ear, nose, and throat surgery. In: Miller RD, ed

Anesthesia . 5th ed. New York Chruchil Livingstone, 2000 ; 2173-98.

9. Snell Richard S. Anatomi Telinga in Anatomi Klinik, Ed 6, EGC 2006, hal : 782– 792