Tanggapan Terhadap Makalah Kelompok Msda

14
TANGGAPAN TERHADAP MAKALAH KELOMPOK II TENTANG TANTANGAN BIROKRASI DI MASA DEPAN Oleh : Ismanto NPM : 2015.02.018 I. Tantangan di Bidang Politik Kehidupan demokratis bermasyarakat dan bernegara merupakan tuntutan semua komponen bangsa, yang akan selaras apabila setiap warga Negara mampu menjaga dan memelihara keseimbangan hak dan kewajibannya, seperti hak menyatakan pendapat, hak memilih dan dipilih h ak berserikat hak menjadi anggota organisasi politik berdasarkan keyakinan politiknya. Peroleh hak dikemungkinkan bila warga Negara menuaikan kewajibannya, namun yang menjadi masalah adalah kecenderungan manusia untuk mendahulukan haknya ketimbang kewajibannya, hal ini menuntut birokrasi untuk merespon melalui pelaksanaan pendidikan politik. Terdapat tiga konotasi kemudian demokratis bagi birokrasi yang perlu perhatian: 1. Kehidupan bernegara yang demokratis berarti berfungsinya dengan efektif semua lembaga kontitusional mulai dari legislative, eksekutif, dan yudikatif. 2. Dalam mencapai tujuan politik, organisasi politik harus mendapat hak hidup, dengan peran sosialisasi kebijakan politik, pendidikan politik, partisipasi politik,

description

Good....

Transcript of Tanggapan Terhadap Makalah Kelompok Msda

TANGGAPAN TERHADAP MAKALAH KELOMPOK IITENTANG TANTANGAN BIROKRASI DI MASA DEPANOleh : IsmantoNPM : 2015.02.018

I. Tantangan di Bidang PolitikKehidupan demokratis bermasyarakat dan bernegara merupakan tuntutan semua komponen bangsa, yang akan selaras apabila setiap warga Negara mampu menjaga dan memelihara keseimbangan hak dan kewajibannya, seperti hak menyatakan pendapat, hak memilih dan dipilih h ak berserikat hak menjadi anggota organisasi politik berdasarkan keyakinan politiknya. Peroleh hak dikemungkinkan bila warga Negara menuaikan kewajibannya, namun yang menjadi masalah adalah kecenderungan manusia untuk mendahulukan haknya ketimbang kewajibannya, hal ini menuntut birokrasi untuk merespon melalui pelaksanaan pendidikan politik. Terdapat tiga konotasi kemudian demokratis bagi birokrasi yang perlu perhatian:1. Kehidupan bernegara yang demokratis berarti berfungsinya dengan efektif semua lembaga kontitusional mulai dari legislative, eksekutif, dan yudikatif.2. Dalam mencapai tujuan politik, organisasi politik harus mendapat hak hidup, dengan peran sosialisasi kebijakan politik, pendidikan politik, partisipasi politik, penyalur aspirasi dan pengawasan social penyelenggaraan Negara.3. Terdapatnya aparat eksekutif yang benar benar berperan sebagai pelaksana utama kebijakan politik nasional yang telah disepakati bersama mitra kerjanya, yaitu sebagai abdi seluruh masyarakat, yang netral, transparan, dan kehidupan demokratis pada birokrasi itu sendiri.II. Tantangan di Bidang PolitikDalam bidang Pendidikan, para birokrat hendaknya lebih mampu lagi mengembangkan sebuah sistem pendidikan yang ideal serta bernilai agama, karena jujur saja melihat perkembangan zaman yang sudah sedemikian majunya baik dari segi pengembangan ilmu pengetahuan maupun penerapannya, tidaklah diimbangi dengan pengembangan karakter SDM yang berbudi luhur dan berakhlak. Budaya untuk menghormati guru sudah semakin luntur, bahkan terkesan tidak lagi menjadi perhatian bersama. Selain itu pula, birokrat harusnya dapat mengembangkan SDM masyarakat kita melalui program pelatihan yang sifatnya lebih kepada pengembangan skill indvidu masyarakat kita, utamanya bagaimana menciptakan lapangan kerja baru sehingga tidak selalu bergantung kepada negara, sehingga mereka juga mampu menghasilkan sebuah produk-produk yang menjadi andalan negara dan dapat bernilai jual dan berdaya bersaing baik di regional ASEAN maupun global. III. Tantangan di Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.Kemajuan zaman dewasa ini sudah sedemikian canggihynya. Komunikasi tidaklah lagi dibatasi oleh jarak maupun waktu. Selain itu aksesnya pun dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Namun demikian perkembangan tersebut tidak jarang juga menimbulkan masalah terutama dalam hal pengaplikasiannya. Apabila diaplikasikan dengan benar tentunya saja akan membawa dampak yang sangat positif, tidak hanya bagi personal namun juga tidak menutup kemungkinan bagi kemajuan bangsa dan negara. Namun apabila pengaplikasiannya tidak pada hal yang benar, bisa jadi akan membawa dapak yang negatif, tidak hanya bagi personalnya saja, namun juga tidak menutup kemungkinan bagi bangsa secara umum Disinilah peran seorang birokrat bagaimana membuat sebuah regulasi yang sifatnya tidak hanya sebagai tindakan preventif saja, namun juga protektif terhadap budaya-budaya dari luar yang bisa menghancurkan nilai-nilai ketimuran yang kita junjung tinggi selama ini. Sementara dalam hal ilmu pengetahuan, birokrat seharusnya lebih jeli dan mengupayakan pendidikan lanjut bagi para pendidik (Guru) dengan jalan mengupayakan beasiswa kepada pemerintah (Negara) sehingga dengan makin mengasah dan mengembangkan kemampuan para tenaga pendidik tersebut, diharapkan akan mampu menularkannya kepada peserta didiknya, sehingga pada akhirnya akan lahir generasi penerus bangsa yang memiliki SDM yang unggul.

TANGGAPAN TERHADAP MAKALAH KELOMPOK IIITENTANG KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DALAM BIROKRASI PEMERINTAHANOleh : IsmantoNPM : 2015.02.018

Menambahkan penjelasan pada poin 3 (Perilaku dan Karakter Kepemimpinan) berdasarkan penjelesan tentang Gaya Kepemimpinan Transformasional yang dipergunakan oleh Bernard M. Bass, yang meliputi :

1. Charisma/Idealized Influence (Pengaruh Ideal)Perilaku pemimpin yang membuatnya dikagumi, sehingga bawahannya sangat memuji, mengagungkan, mengikuti dan menjadikannya sebagai role model. Pemimpin menunjukkan keyakinan dan daya tarik kepada pengikutnya sehingga terjadi ikatan emosional pada tingkatan tertentu. Pemimpin ini memiliki nilai yang ditunjukkan jelas dalam setiap tindakan sehingga menjadi contoh pengikutnya. Kepercayaan yang dibangun antara pemimpin dan pengikutnya didasarkan landasan moral dan etika.2. Inspirational Motivation (Motivasi Inspirasi)Perilaku pemimpin mengartikulasikan visi yang mendorong dan memberuu inspirasi pengikutnya. Pemimpin memberi tantangan kepada pengikut untuk memenuhi standar yang lebih tinggi, mengkomunikasikan optimisme tentang pencapaian tujuan masa depan, dan memberi tugas yang berarti. Pengikut harus memiliki pengertian kuat terhadap tujuan organisasi jika mereka ingin termotivasi mewujudkannya.3. Intellectual Stimulation (Stimulasi Intelektual)Pemimpin bersedia mengambil resiko dan meminta ide pengikutnya, membangkitkan semangat dan mendorong kreativitas pengikutnya. Visi pemimpin menjadi kerangka pikir pengikut untuk menghubungkannya dengan pimpinan, organisasi dan sesama mereka serta tujuan organisasi. Ketika stimulasi terjadi, kreativitas mampu menghadapi segala masalah.4. Individualized Consideration or Individualized Attention (Pertimbangan Individu)Pimpinan selalu hadir ketika pengikut membutuhkan, pimpinan ini bertindak sebagai mentor, mendengar apa yang menjadi perhatian dan kebutuhan pengikut, termasuk kebutuhan dihormati dan menghargai kontribusi individual terhadap organisasi. Pendekatan ini mendidik pimpinan generasi berikut dan mendorong terpenuhinya aktualisasi diri.Lebih lanjut Bernard M. Bass menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki karakteristik yang membedakan dengan gaya kepemimpinan yang lainnya, dimana seorang pemimpin dituntut harus memiliki visi dan misi yang rasional (masuk akal) serta memiliki karisma kepemimpinan yang membanggakan, sehingga bawahan baik secara langsung maupun tidak langsung akan menaruh respek atau rasa hormat dan kepercayaan penuh kepada atasannya. Kemudian, seorang pemimpin semestinya mampu melihat dengan jeli setiap masalah yang mungkin saja timbul dalam intern sebuah organisasi, yakni dengan jalan melakukan pendekatan kepada bawahannya secara personal, sehingga dengan demikian bawahan akan merasa terayomi dan merasa dijamin hak-haknya sebagai manusia, yang akan menumbuhkan efek kebanggaan seorang bawahan terhadap pimpinannya. Selain itu, seorang pemimpin diharapkan mampu untuk mengkomunikasikan harapan dan tujuan dari organisasi serta mampu memberikan pehamaman yang mudah dimengerti kepada para bawahan akan langkah-langkah strategis yang mesti ditempuh agar tujuan dari organisasi terlaksana dengan efektif dan efisien. Diharapkan dengan kemampuan Intelejensi, rasionalitas, ketelitian dan keakuratan yang menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap pimpinan organisasi dalam menganalisis setiap kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam kehidupan organisasi, diharapkan mampu menjawab tantangan kedepan, sehingga tujuan organisasi dapat terealiasasi.

TANGGAPAN TERHADAP MAKALAH KELOMPOK IVTENTANG KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONALOleh : IsmantoNPM : 2015.02.018Konsep awal tentang Kepemimpinan Transformasional ini dikemukakan oleh Burn yang menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional adalah sebuah peroses dimana pimpinan dan para bawahannya berusaha untuk mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Untuk memperjelas posisi kepemimpian transformasional (mentransformasi nilai-nilai) ia membedakannya dengan kepemimpinan transaksional (jual beli nilai-nilai). Dalam pengertian lainnya, pemimpin transformasional mencoba untuk membangun kesadaran para bawahannya dengan menyerukan cita-cita yang besar dan moralitas yang tinggi seperti kejayaan, kebersamaan dan kemanusiaan.Seorang pemimpin dikatakan transformasional diukur dari tingkat kepercayaan, kepatuhan, kekaguman, kesetiaan dan rasa hormat para pengikutnya. Para pengikut pemimpin transformasional selalu termotivasi untuk melakukan hal yang lebih baik lagi untuk mencapai sasaran organisasi. Kepemimpian Transformasional ini memiliki keterkaitan dengan kepemimpinan karismatik. Karisma merupakan bagian yang sangat penting dalam Kepemimpinan Transformasional, namun karisma itu tidak cukup untuk melakukan proses transformasi. Perbedaan yang paling menonjol adalah para pemimpin transformasional mencoba untuk memberikan kekuasaan sesuai dengan kapasitas kewenangan masing-masing dan memberdayakan bawahan tetapi pada kepemimpinan karismatik boleh jadi pemimpin mencoba untuk membuat para pengikutnya tetap lemah agar selalu merasa tergantung dan patuh padanya.Teori kepemimpinan transformasional merupakan pendekatan terakhir yang hangat dibicarakan selama dua dekade terakhir ini. Gagasan awal mengenai model kepemimpinan transformasional dikembangkan oleh James McGregor Burns yang menerapkannya dalam konteks politik dan selanjutnya ke dalam konteks organisasional oleh Bernard Bass. Dalam upaya pengenalan lebih dalam tentang konsep kepemimpinan transformasional ini, Bass mengemukakan adanya kepemimpinan transaksional yaitu kepemimpinan yang memelihara atau melanjutkan status quo. Kepemimpinan jenis ini didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan suatu proses pertukaran (exchange process) di mana para pengikut mendapat imbalan yang segera dan nyata untuk melakukan perintah-perintah pemimpin.Sementara itu kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang dipertentangkan dengan kepemimpinan yang memelihara status quo. Kepemimpinan transformasional inilah yang sungguh-sungguh diartikan sebagai kepemimpinan yang sejati karena kepemimpinan ini sungguh bekerja menuju sasaran pada tindakan mengarahkan organisasi kepada suatu tujuan yang tidak pernah diraih sebelumnya. Para pemimpin secara riil harus mampu mengarahkan organisasi menuju arah baru.Menurut Burn, pemimpin bukan saja pemimpin yang memungkinkan terjadinya proses pertukaran dengan kemauan atau keinginan para pengikutnya, atau Pemimpin Transaksional, apalagi bagi para pengikutnya yang baru belajar, tetapi dalam proses selanjutnya perlu pemimpin yang dapat mengangkat dan mengarahkan pengikutnya ke arah yang benar, ke arah moralitas dan motivasi yang lebih tinggi atau sering disebut sebagai Pemimpin Transformasional. James MacGregor Burns, dalam Leadership (pemenang Pulitzer Prize), But transformational leadership ultimately becomes moral in that it raises the level of human conduct and ethical aspiration of both leader and the led, and thus it has a transforming effect on both.Kepemimpinan transformasional didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan perubahan dalam organisasi (dipertentangkan dengan kepemimpinan yang dirancang untuk memelihara status quo). Kepemimpinan ini juga didefinisikan sebagai kepemimpinan yang membutuhkan tindakan memotivasi para bawahan agar bersedia bekerja demi sasaran-sasaran "tingkat tinggi" yang dianggap melampaui kepentingan pribadinya pada saat itu. Perhatian orang pada kepemimpinan di dalam proses perubahan (management of change) mulai muncul ketika orang mulai menyadari bahwa pendekatan mekanistik yang selama ini digunakan untuk menjelaskan fenomena perubahan itu, kerap kali bertentangan dengan anggapan orang bahwa perubahan itu justru menjadikan tempat kerja itu lebih manusiawi. Di dalam merumuskan proses perubahan, biasanya digunakan pendekatan transformasional yang manusiawi, di mana lingkungan kerja yang partisipatif, peluang untuk mengembangkan kepribadian, dan keterbukaan dianggap sebagai kondisi yang melatarbelakangi proses tersebut, tetapi di dalam praktek, proses perubahan itu dijalankan dengan bertumpu pada pendekatan transaksional yang mekanistik dan bersifat teknikal, di mana manusia cenderung dipandang sebagai suatu entiti ekonomik yang siap untuk dimanipulasi dengan menggunakan sistem imbalan dan umpan balik negatif, dalam rangka mencapai manfaat ekonomik yang sebesar-besarnya.Pemimpin transformasional bisa berhasil mengubah status quo dalam organisasinya dengan cara mempraktikkan perilaku yang sesuai pada setiap tahapan proses transformasi. Apabila cara-cara lama dinilai sudah tidak lagi sesuai, maka sang pemimpin akan menyusun visi baru mengenai masa depan dengan fokus strategik dan motivasional. Visi tersebut menyatakan dengan tegas tujuan organisasi dan sekaligus berfungsi sebagai sumber inspirasi dan komitmen.Menindaklanjuti idenya Max Weber mengenai masyarakat law bureaucracy, John Gregorius Burns menggulirkan ide kepemimpinan trnsformasional pada tahun 1978. Menurut Burns, kepemimpinan transformasional adalah sebuah kepemimpinan yang melibatkan seluruh elemen anggota organisasi/masyarakat dalam kepemimpinannya. Oleh karena itu, kepimimpinan bukan hanya terdiri dari orang yang memimpin saja, akan tetapi juga melibatkan anggota (followers) dalam proses kepemimpinannya. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa pada kondisi masyarakat yang sudah sangat berdaya; batas kapasitas pribadi antara yang dipimpin dengan pemimpin sudah sangat tipis (artinya sudah sama-sama pintar). Masyarakat tidak lagi membutuhkan sosok pimpinan yang serba bisa dan instruksionis, melainkan pemimpin yang bisa menampung aspirasi bersama untuk bersama-sama diwujudkan dalam tindakan kelembagaan yang sistematis. Lebih lanjut, kepemimpinan transformasional lebih mengandalkan pertemuan visi kedepan yang dibangun berdasarkan konsesus bersama antara pemimpin dan anggota. Oleh karena itu pemimpin tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang bertugas untuk memberikan visi gerakan dan kemudian mendiseminasikan kepada anggotanya; peminpin justru menjadi interpreter (penerjemah) visi bersama para anggotanya untuk di transformasikan dalam bentuk kerja nyata kolektif yang mutual.

TANGGAPAN TERHADAP MAKALAH KELOMPOK VTENTANG MANAJEMEN PERUBAHAN (EDISI KETIGA)Oleh : IsmantoNPM : 2015.02.018

Dari hasil pemaparan makalah kelompok penyaji (Kelompok V) yang membawakan materi MANAJEMEN PERUBAHAN (Edisi Ketiga) dalam pendekatan organisasional, bahwa perlu dipahami bersama bahwa esensi dari sebuah perubahan salah satunya adalah Perubahan tersebut hakikatnya mengarah pada keadaan yang lebih baik. Namun demikian dari hasil uraian kelompok penyaji tidak mencantumkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efektifitas pencapaian tujuan dalam sebuah organisasi. Banyak pendapat yang mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi, namun pada dasarnya pendapat-pendapat tersebut telah terangkum dalam hasil penelitian Richard M. Steers, seperti teori mengenai pembinaan organisasi yang menekankan adanya perubahan yang berencana dalam organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas organisasi. Jadi keberhasilan pembinaan organisasi akan mengakibatkan keberhasilan organisasi. Dydiet Hardjito (1997: 65) mengemukakan bahwa keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya dipengaruhi oleh komponen-komponen organisasi yang meliputi: (1) struktur; (2) tujuan; (3) manusia; (4) hukum; (5); prosedur pengoperasian yang berlaku; (6) teknologi; (7) lingkungan; (8) kompleksitas; (9) spesialisasi; (10) kewenangan; serta (11) pembagian tugas. Dalam mencapai efektivitas suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berbeda-beda tergantung pada sifat dan bidang kegiatan atau usaha suatu organisasi. Demikian banyak rangkaian kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi efektivitas organisasi seperti apa yang dikemukakan diatas, tetapi disini akan dituliskan empat saja faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas. Adapun pengaruh 4 faktor tersebut terhadap efektivitas organisasi sebagai berikut:

1). Karakteristik OrganisasiKarakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi. Struktur diartikan sebagai hubungan yang relatif tetap sifatnya, merupakan cara suatu organisasi menyusun orang-orangnya untuk menciptakan sebuah organisasi yang meliputi faktor-faktor seperti deentralisasi pengendalian, jumlah spesialisasi pekerjaan, cakupan perumusan interaksi antar pribadi dan seterusnya. Secara singkat struktur diartikan sebagai cara bagaimana orang-orang akan dikelompokkan untuk menyelesaikan pekerjaan..2). Karakteristik LingkunganKarakteristik lingkungan ini mencakup dua aspek yaitu internal dan eksternal. Lingkungan internal dikenal sebagai iklim organisasi. yang meliputi macam-macam atribut lingkungan yang mempunyai hubungan dengan segi-segi dan efektivitas khususnya atribut lingkungan yang mempunyai hubungan dengan segi-segi tertentu dari efektivitas khususnya atribut diukur pada tingkat individual sedangkan Lingkungan eksternal adalah kekuatan yang timbul dari luar batas organisasi yang memperngaruhi keputusan serta tindakan di dalam organisasi seperti kondisi ekonomi, pasar dan peraturan pemerintah. Hal ini mempengaruhi: derajat kestabilan yang relatif dari lingkungan, derajat kompleksitas lingkungan dan derajat kestabilan lingkungan.3). Karakteristik PekerjaKarakteristik pekerja berhubungan dengan peranan perbedaan individu para pekerja dalam hubungan dengan efektivitas. Para individu pekerja mempunyai pandangan yang berlainan, tujuan dan kemampuan yang berbeda-beda pula. Variasi sifat pekerja ini yang sedang menyebabkan perilaku orang yang berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap efektivitas organisasi. Dua hal tersebut adalah rasa keterikatan terhadap organisasi dan prestasi kerja individu.4). Kebijakan dan praktek manajemenKarena manajer memainkan peranan sentral dalam keberhasilan suatu organisasi melalui perencanaan, koordinasi dan memperlancar kegiatan yang ditujuan ke arah sasaran. Pada intinya manajemen adalah tentang memutuskan apa yang harus dilakukan kemudian melaksanakannya melalui orang-orang (Amstrong, 1993: 14). Definisi ini menekankan bahwa dalam organisasi merupakan sumber daya terpenting.