tafsir

6
AYAT-AYAT TENTANG HUBUNGAN ANTAR AGAMA (AL-QUR’AN SURAT ALMUMTAHANAH AYAT 7-9) AYAT-AYAT TENTANG HUBUNGAN ANTAR AGAMA (AL-QUR’AN SURAT ALMUMTAHANAH AYAT 7-9) 7. Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 8. Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. 9. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. A. Kasih Sayang Antar Agama (Q.S Al-Mumtahanah ayat 7) Awala ayat diatas merupakan lapad assa yang artinya mudah- mudahan, kata ini merupakan kata dalam berharap. Dengan demikian dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa semua makhluk hidup ingin bersandar pada Allah swt. Kasih sayang kepada musuh kita bagi umat islam merupakan hal yang akan terjadi karena dengan ini sekeras apapun musuh kita akan lunak untuk kita jadikan seorang teman. Menurut tafsir qur’an bahwa peperangan dan permusuhan itu bukanlah untukselamanya, permusuhan yang keras dan pertentangan yang tajam dapat berubah nejadi kasih sayang dalam persahabatan yang akrab. Apabila telah sama menjadi orang yang beriman dan bernaung dibawah panji-panji islam. Sebagai kejadiannya dengan umar bin Khattab dahulunya musuh yang keras terhadap Nabi Muhammad dan islam namun kemudian menjadi pecinta dan pembantu yang setia. Begitupula dengan kejadiannya dengan beberapa orang

description

tafsir, islam

Transcript of tafsir

AYAT-AYAT TENTANG HUBUNGAN ANTAR AGAMA (AL-QURAN SURAT ALMUMTAHANAH AYAT 7-9)

AYAT-AYAT TENTANG HUBUNGAN ANTAR AGAMA

(AL-QURAN SURAT ALMUMTAHANAH AYAT 7-9)

7. Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

8. Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

9. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

A. Kasih Sayang Antar Agama (Q.S Al-Mumtahanah ayat 7)

Awala ayat diatas merupakan lapad assa yang artinya mudah-mudahan, kata ini merupakan kata dalam berharap. Dengan demikian dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa semua makhluk hidup ingin bersandar pada Allah swt.

Kasih sayang kepada musuh kita bagi umat islam merupakan hal yang akan terjadi karena dengan ini sekeras apapun musuh kita akan lunak untuk kita jadikan seorang teman.

Menurut tafsir quran bahwa peperangan dan permusuhan itu bukanlah untukselamanya, permusuhan yang keras dan pertentangan yang tajam dapat berubah nejadi kasih sayang dalam persahabatan yang akrab. Apabila telah sama menjadi orang yang beriman dan bernaung dibawah panji-panji islam. Sebagai kejadiannya dengan umar bin Khattab dahulunya musuh yang keras terhadap Nabi Muhammad dan islam namun kemudian menjadi pecinta dan pembantu yang setia. Begitupula dengan kejadiannya dengan beberapa orang pemuka-pemukan kaum qurays setelah takluk kota Mekah. Sarana perhubungan berubah bagai siang dengan malam, dan segala peristiwa dimasa yang lampau dianggap tidak ada sama sekali.

Pada inti dari ayat tersebut bahwa setiap perbedaan tidak selalu di realisasikan dengan kekerasan akan tetapi sikap kasih sayang merupakan hal yang jitu untuk menjadi solusinya.

B. Berbuat Kebaikan Antar Agama (Q.S Almumtahanah ayat 8)

Dalam ayat tersebut terdapat lapad laa yanha memiliki makna anjuran dan kebolehan bagi umat islam kepada kaum kafir untuk berbuat kebaikan dan bersikap jujur yang berarti kebaikan tidak hanya dilakukan sesame agama saja.

Yukatiluna marupakan arti dari orang-orang kafir yang memerangi orang-orang islam. Dimana saat orang-oranag kafir memerangi kita, maka kiota sebagai umat islam harus bersikap lebih bisa menanggapinya lebih keras.

Dengan demikian, islam mengajarkan supaya berbuat kebaikan dan bersikap jujur terhadap orang-orang yang tidak seagama dengan kita, asalakan mereka tidak mengganggu kemerdekaan, kediaman, keagamaan dan cara hidup kaum muslimin, mereka boleh menjadi sahabat yang akrab.

C. Pemimpin Antar Agama (Q.S Almumtahanah ayat 9)

Lapad yanha ditafsirkan larangan untuk umat islam, kita tahu larangan Allah apabila dikerjakan mendapat siksa dan apabila tidak dikerjakan mendapat pahala. Jadi, kita sebagai umat islam untuk siap meninggalkannya.

Dalam ayat ini Allah telah melarang umat islam untuk menjadikan pemimpin/sahabat bagi kita, karena telah memerangi dan mengusir dari daerah umat islam

Dengan demikian, umat islam dan orang-orang yang mengganggu kemerdekaan kaum muslim, kediaman, keagamaan dan cara hidupnya tidak diperbolehkan mereka diambil menjadi pemimpin atau sahabat dan kepada mereka kita harus bersikap keras dan tegas supaya mereka sadar dan merenubgi perbuatan-perbautannya, dan juga supaya jera untuk tidak melakukannya lagi.

D. Kesimpulan dan saran

Darai tiga ayat tersebut dapat diambil kesimpulanya sebagai berikut :

1. Agama islam tidak ada konsep permusuhan atau kebencian terhadap orang-orang yang bukan agama islam, islam senantiasa menegakkan hidup beragama di dalam suasana perdamaian, kerukunan, kasih sayang dan saling kerjasama dengan orang-orang yang bukan beragama islam dapat menjadi pemikiran untuk kita supaya saling m enghormati, dan menghargai orang-orang bukan islam selama mereka tidak memusuhi.

2. Anjuran Allah untuk melakukan kenbaikan dan bersikap jujur terhadap non-muslim selama mereka tidak memerangi dan mengganggu terhadap keberadaan kita. Yang berarti umat islam selalu siap untuk menanggapi setiap kejanggalan dalam prilaku non-muslim

3. secara tegas dank eras kita menghadapi oranmg-orang non muslim bila mana mereka mengusir dan mengganggu ketemtraman umat islam. Dengan demikian, semua ini menjadi cermin untuk kita dalam merealisasikan kehidupan sebaik-baiknya.

SURAT AL-BAQARAH:213

7 Votes

SURAT AL-BAQARAH:213

Allah Subhanahu wa taala berfirman,

{213}

Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perseli-sihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira juga pemberi peringatan, dan Allah menurunkan ber-sama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena deng-ki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendakNya. Dan Allah selalu mem-beri petunjuk orang yang dikehendakiNya kepada jalan yang lurus. (Al-Baqarah: 213).

Tafsir Ayat :

213- Maksudnya, mereka bersatu di atas petunjuk, kondisi itu selama sepuluh abad setelah Nabi Nuh AS*, dan ketika mereka berselisih dalam perkara agama, lalu sekelompok dari mereka kafir, sedangkan sisanya masih tetap di atas petunjuk dan terjadi perse-lisihan, maka Allah mengutus kembali Rasul-rasulNya untuk mele-rai antara manusia dan menegakkan hujjah atas mereka.

Pendapat lain mengatakan, akan tetapi mereka maksudnya, dahulu manusia bersatu di atas kekufuran, kesesatan, dan keseng-saraan, mereka tidak memiliki cahaya dan tidak pula keimanan, hingga Allah merahmati mereka dengan mengutus para Rasul ke-pada mereka, sebagai pemberi kabar gembira bagi orang-orang yang taat kepada Allah dengan hasil ketaatan mereka seperti rizki, kekuatan tubuh, kekuatan hati serta kehidupan yang baik, dan yang paling tinggi dari itu semua adalah kemenangan dengan keridhaan Allah dan surga, Juga pemberi peringatan bagi orang yang bermaksiat kepada Allah dengan hasil kemaksiatan mereka seperti menahan rizki untuk mereka, kelemahan, kehinaan, serta kehidupan yang sempit, dan yang paling besar dari semua itu adalah kemurkaan Allah dan neraka. Allah menurunkan kitab-kitab kepada mereka dengan kebenaran, yang isinya adalah berita-berita benar dan perintah-perintah yang adil.

Segala hal yang mencakup dalam kitab-kitab itu adalah suatu kebenaran yang membedakan antara orang-orang yang berselisih dalam pokok-pokok maupun cabang-cabang, inilah yang wajib dilakukan ketika terjadi perselisihan dan perdebatan yaitu mengem-balikan perselisihan itu kepada Allah dan RasulNya. Sekiranya tidak ada di dalam kitabullah dan sunnah RasulNya suatu hal yang mampu melerai perselisihan, niscaya tidak akan diperintahkan untuk kembali kepada keduanya, dan ketika Allah menyebutkan nikmatNya yang besar dengan menurunkan kitab kepada ahli Kitab, di mana hal ini mengharuskan kesepakatan mereka dengannya dan persatuan mereka, lalu Allah q mengabarkan bahwa sebagian mereka telah berlaku zhalim terhadap sebagian yang lain, hingga terjadi perten-tangan, perselisihan dan banyak perseteruan, mereka berselisih terhadap kitab itu yang sepatutnya mereka adalah orang yang paling pertama bersatu padanya.

Hal itu setelah mereka mengetahuinya dan meyakininya dengan adanya tanda-tanda yang jelas dan dalil-dalil yang kuat, lalu mereka tersesat karenanya dengan kesesatan yang jauh, dan Allah memberikan hidayahNya kepada, orang-orang yang beriman dari umat ini, [ ] kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu setiap perkara yang diper-selisihkan oleh ahli Kitab dan mereka menyalahi yang haq dan yang benar padanya, maka Allah memberikan hidayah untuk umat ini kepada kebenaran padanya, dengan kehendakNya dan memu-dahkan serta merahmati mereka.

FirmanNya, Dan Allah selalu memberi petun-juk orang yang dikehendakiNya kepada jalan yang lurus seruan kepada jalan yang lurus itu mencakup seluruh manusia sebagai keadilan dariNya dan penegakan hujjah atas manusia agar mereka tidak berkata bahwa tidak ada pemberi kabar gembira dan pemberi pe-ringatan yang diutus kepada kami, dan Allah memberikan hidayah -dengan anugerah, rahmat, bantuan dan kasih sayangNya- kepada orang-orang yang dikehendakiNya dari hamba-hambaNya, inilah anugerah dan kebajikanNya, sedangkan yang lainnya adalah ke-adilan dan kebijaksanaan Allah swt.

Catatan:

*Perkataan muallif (pengarang), Mereka bersatu di atas petunjuk, kondisi itu selama sepuluh abad setelah Nabi Nuh, tampak tidak sejalan dengan riwayat-riwayat serta pandangan para ahli tafsir. Karena riwayat yang terkenal dari Ibnu Abbas adalah, Pada mulanya manusia adalah satu umat di atas Tauhid dan kebenaran, dan itu selama sepuluh abad, yang merupakan jarak antara antara Nabi Adam dan nabi Nuh. Artinya, sepuluh abad tersebut adalah sebelum nabi Nuh dan bukan setelahnya.

Imam al-Qurthubi menyebutkan riwayat Ibnu Abbas dengan mengatakan, Ibnu Abbas dan Qatadah berkata, Yang dimaksud dengan manusia di sini adalah (yang hidup pada) abad-abad yang merupakan jarak antara Adam dan Nuh, ialah sepuluh abad, di mana mereka satu dalam kebenaran sampai mereka berselisih (se-hingga ada yang tetap di atas kebenaran dan ada yang menjadi musyrik), maka Allah mengutus Nabi Nuh dan nabi-nabi sesudahnya. Ibnu Abbas juga berkata, Mereka dulunya adalah satu umat dalam kekafiran, dan yang beliau maksud adalah pada saat Nuh diutus Allah. Tafsir al-Qurthubi 2/29, cet. At-Taufiqiyah.

Riwayat-riwayat ini juga dapat dilihat dalam tafsir Ath-Thabari. Al-Hafizh Ibnu Katsir mentarjih setelah me-nyebutkan kedua riwayat dari Ibn Abbas ini dengan berkata, Perkataan yang pertama dari Ibnu Abbas lebih shahih dari segi sanad dan makna (matan), karena manusia pada mulanya adalah satu di atas agama nabi Adam sampai (ada di antara) mereka yang menyembah berhala-berhala.

Al-Qurthubi juga menyebutkan perkataan al-Kalbi dan al-Waqidi, yang berpendapat bahwa yang di maksud (satu umat dalam ayat di atas) adalah Nuh sendiri dan orang-orang bersamanya di dalam perahu yang semua mereka adalah orang-orang muslim, dan setelah nabi Nuh wafat mereka berselisih. Tafsir al-Qurthubi 2/29, cet. At-Taufiqiyah. Hanya saja disini tidak disebutkan sepuluh abad.

Kesimpulan kami, redaksinya seharusnya berbunyi, Maksudnya, mereka bersatu di atas petunjuk, kondisi itu selama sepuluh abad sebelum Nabi Nuh. Wallahu Alam. Ed.