Tafsir Ayat Ekonomi

25
TAFSIR AYAT EKONOMI “ MENABUNG “ DISUSUN OLEH : SITI ANISAH RAHMADINAH NIM: 26103050 EPS II A FAKULTAS SYARIAH IAIN SUMATERA UTARA 1

description

makalah ini memaparkan tentang tafsir ayat ekonomi tentang menabung

Transcript of Tafsir Ayat Ekonomi

Page 1: Tafsir Ayat Ekonomi

TAFSIR AYAT EKONOMI

“ MENABUNG “

DISUSUN OLEH :

SITI ANISAH RAHMADINAH

NIM: 26103050

EPS IIA

FAKULTAS SYARIAH

IAIN SUMATERA UTARA

2011A. PENDAHULUAN

1

Page 2: Tafsir Ayat Ekonomi

Menabung merupakan bagian dari mempersiapkan perencanaan masa yang

akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Secara

teknis, cara menabung yaitu menyisihkan harta yang dimiliki saat ini untuk

memenuhi kebutuhan masa depan. Para pakar keuangan sering kali mengatakan

bahwa cara terbijak untuk menabung yaitu mengambil di muka sebesar 10%-20%

dari pendapatan.1 Dalam hal ini dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa uang

yang ditabung bukanlah sisa dari konsumsi melainkan penyisihan pendapatan

secara khusus guna memenuhi kebutuhan dimasa akan datang serta dalam kondisi

keperluan mendesak atau dalam taksasi dana masuk dalam kebutuhan yang

disebut biaya tak terduga.

Kebanyakan orang pasti sudah mengetahui bahwa menabung sangat di

anjurkan bahkan oleh orang tua kita dulu. Banyak cara yang dilakukan untuk

menabung antara lain di tiang bambu rumah, di lemari, di celengan, di bank dan

lain lain.

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk mempersiapkan hari esok,

sebagaimana yang tercantum di dalam surat Al- Hasyr ayat 18 yang berbunyi:

”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari

esok; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa

yang kamu kerjakan.”

Secara kontekstual ayat ini menyatakan bahwa hari esok adalah hari

akhirat, namun bila kita mengambil maknanya secara ilmu finansial maka ayat ini

1 Suwiknyo, Dwi. Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam. h.176

2

Page 3: Tafsir Ayat Ekonomi

menganjurkan kita untuk juga mempersiapkan segala sesuatu untuk hari esok

termasuk dana.

Adakah kita sudah berfikir bagaimana kita menyiapkan dana untuk

membangun rumah, menyiapkan dana pendidikan untuk anak anak kita,

menyiapkan dana untuk pergi haji, atau mungkin menyiapkan dana untuk keadaan

darurat andaikata kita di timpa musibah sakit atau bahkan kita kena PHK? Atau

perusahaan tempat kita bekerja bangkrut?

Ya. Setiap orang pastilah tidak menginginkan adanya musibah. Namun

ketika Allah SWT sudah berkehendak, kita sebagai manusia tidak lagi dapat

mengelak. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha untuk mempersiapkan diri kita

untuk menghadapi. Salah satu cara untuk menghadapi kehidupan di hari esok

adalah dengan menabung. Jadi tidak ada kata lain untuk tidak menabung. Mari

kita mulai menabung di hari ini, jangan tunda tunda lagi.

Kenyataan lain mengenai pentingnya menabung adalah ketika tahun ajaran

baru masuk sekolah. Kala itu, pegadaian ramai dikunjungi. Alasan mayoritas dari

mereka adalah kebutuhan membeli seragam, yaitu dengan menggadaikan barang

untuk memenuhi kebutuhan keuangan terkait dengan besarnya biaya pendaftaran

ataupun daftar ulang anak mereka. Besarnya dana kebutuhan mereka beragam

mulai dari satu juta hingga puluhan juta. Fenomena memasuki tahun ajaran baru

ini juga terjadi pada saat menjelang hari raya. Dalam kondisi semacam ini,

pegadaian adalah pilihan bagi mereka yang mempunyai barang untuk digadaikan.

Bagi yang tidak mempunyai barang untuk digadaikan tentu semakin kesulitan

dengan harus mencari pinjaman ke sana ke mari. Lebih parah lagi adalah orang-

orang yang tidak punya barang dan juga tidak mempunyai tempat untuk

meminjam uang. Sekan-akan hidup mereka “maju-mundur kena”; serba sulit dan

seakan-akan kehidupan ini serba pahit.

Bermacam-macam penyebab mengapa orang kurang atau bahkan tidak

siap untuk mengeluarkan dana untuk pendaftaran atau daftar ulang anak mereka.

Ada yang benar-benar orang fakir sehingga tidak banyak uang yang dapat mereka

sisihkan untuk kebutuhan pendaftaran atau mendaftarkan ulang anak mereka

sekolah, ada juga orang yang tidak siap mengeluarkan dana karena kesalahan

pengelolaan keuangan keluarga mereka, sehingga mereka terperosok pada

ketidaksiapan dana sekolah anak-anak mereka. Kesalahan pengelolaan keuangan

keluarga sehingga mengakibatkan ketidaksiapan menghadapi pengeluaran

3

Page 4: Tafsir Ayat Ekonomi

keuangan yang bukan kebutuhan sehari-hari ini sebenarnya dapat dihindari sejak

dini dengan menabung. Menabung adalah sebuah konsep sederhana yang

membutuhkan kedisiplinan untuk menyisihkan sebagian penghasilan bagi

kebutuhan masa depan; perkawinan, kelahiran anak, sekolah anak, membangun

rumah, membangun usaha, membeli kendaraan, berlibur, membayar zakat,

menunaikan haji dan sebagainya. Seseorang yang disiplin menabung berarti

mempunyai perencanaan keuangan bagi masa depan. Perencanaan keuangan

berarti ada harapan-harapan yang ingin dicapai dalam kehidupan. Seseorang

dengan harapan dalam kehidupan adalah bagaikan rencana strategis dalam

mencapai tujuan. Seseorang yang mempunyai tujuan berarti ia hidup dengan

sesungguhnya. Hari demi hari dilalui dengan target dan membuat kehidupan lebih

bermakna dan sesungguhnya hidup penuh makna akan membuat seseorang lebih

percaya diri dan percaya diri adalah pondasi dari kesuksesan.

B. Konsep Tabungan Dalam Islam

Tabungan dalam Islam jelas merupakan sebuah konsekuensi atau respon

dari prinsip ekonomi Islam dan nilai moral Islam yang menyebutkan bahwa

manusia haruslah hidup hemat dan tidak bermewah-mewah serta mereka (diri

sendiri dan keturunannya) dianjurkan ada dalam kondisi yang tidak fakir. Jadi

dapat dikatakan bahwa motifasi utama orang menabung disini adalah nilai moral

hidup sederhana (hidup hemat) dan keutamaan tidak fakir.

Dalam bahasan tabungan pada ilmu ekonomi konvensional, dijelaskan

bahwa tabungan merupakan selisih dari pendapatan dan konsumsi. Tanpa

dijelaskan secara detil apa yang menjadi motifasi dari tabungan tersebut. Dalam

teori konvensional ini, relatif terlihat bahwa tabungan merupakan sebuah

konsekuensi dari pendapatan yang tidak digunakan. Sehingga fungsi tambahan

menabung atau kecenderungan menabung marjinal (Marginal Propensity to Save;

MPS) menjadi MPS = 1 – MPC, dimana MPC merupakan kecenderungan

mengkonsumsi marjinal (Marginal Propensity to Consume) dari seorang individu.

Penjelasan kecenderungan tabungan ini juga disinggung dalam bahasan

teori permintaan uang (Money Demand). Kita ketahui bahwa dalam wacana

konvensional permintaan uang memiliki tiga motif utama, yaitu motif transaksi

4

Page 5: Tafsir Ayat Ekonomi

(transaction), motif berjaga-jaga (precautionary) dan motif spekulasi

(speculation). Dalam Islam motif spekulasi tidak diakui, karena aktivitas ekonomi

berupa spekulasi (maysir) dilarang secara syariah. Sehingga motif yang ada untuk

memegang uang hanyalah motif untuk transaksi dan berjaga-jaga atau dengan kata

lain motif untuk konsumsi (memenuhi kebutuhan) dan menabung.

Tingkat tabungan dari seorang individu dalam teori Islam juga tidak

terlepas dari pertimbangan kemashlahatan ummat secara keseluruhan. Pada

kondisi tertentu dimana masyarakat begitu membutuhkan harta atau dana, maka

individu yang memiliki dana lebih, akan mengurangi tingkat tabungannya atau

lebih tepatnya mengurangi tingkat kekayaannya untuk membantu masyarakat

yang kekurangan. Mekanisme ini dapat berupa mekanisme sukarela atau

mekanisme yang mengikat, artinya negara memiliki wewenang dalam “memaksa”

individu yang berkecukupan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan,

dengan mengenakan pajak khusus atau dikenal dengan nawaib pada masyarakat

golongan kaya. Dengan demikian tingkat tabungan dalam Islam memiliki korelasi

yang kuat dengan kondisi ekonomi.

Bagaimana hubungan tingkat tabungan ini dengan tingkat investasi dalam

sebuah perekonomian Islam? Tabungan dalam ekonomi Islam tidak begitu kuat

dihubungkan dengan investasi. Karena ketika tabungan dimotifasi oleh alasan

berjaga-jaga, hidup hemat dan sederhana, maka tidak relevan akumulasi tabungan

ini kemudian digunakan untuk investasi yang mekanismenya dalam Islam

menggunakan skema bagi-hasil yang memiliki risiko rugi. Risiko yang dimiliki

investasi bagi hasil tidak begitu sinkron dengan alasan para pemilik uang untuk

menahan uangnya berupa tabungan. Meskipun hubungan itu akhirnya terjadi

akibat mekanisme perbankan syariah saat ini yang menggunakan benchmark

konvensional, dimana pos tabungan berjaga-jaga masyarakat dapat digunakan oleh

bank pada sisi pembiayaannya, konsekuensinya pada sisi pendanaan bank syariah

memberikan bonus kepada para nasabah tabungan yang bermotif berjaga-jaga

tersebut. Selain itu, berdasarkan motif dan realita masyarakat Islam seperti yang

telah dijelaskan dalam pembahasan konsumsi dan permintaan, bahwa masyarakat

Islam terdiri atas masyarakat muzakki, mid-income dan mustahik, dapat

disimpulkan bahwa mereka yang aktif dalam menabung adalah mereka yang

masuk dalam golongan muzakki dan mid-income. Dan akumulasi tabungan secara

teori akan relatif kecil jika dibandingkan akumulasi investasi, yang berarti juga

5

Page 6: Tafsir Ayat Ekonomi

peran tabungan dalam perekonomian akan relatif kecil. Dengan demikian

tabungan tergantung pada besarnya pendapatan yang porsinya ditentukan oleh

kebutuhan berjaga-jaganya. Dan ini perlu dirumuskan lebih spesifik untuk dapat

mengkalkulasikan posisi dan peran tabungan dalam perekonomian.

Sementara itu apa yang diyakini dalam konvensional bahwa tabungan atau

excess income yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang akan menjadi

”potensi investasi” dapat saja dibenarkan dalam Islam, sepanjang memang

kebutuhan mereka pada konsumsi pokok dan motif berjaga-jaga telah terpenuhi.

Walaupun begitu menyebutkan kelebihan tersebut sebagai tabungan juga mungkin

kurang tepat, karena memang ada intensif dari si pemilik untuk menggunakan

kelebihan tersebut sebagai modal untuk men-generate keuntungan selanjutnya

(investasi). Sehingga tabungan jenis ini merupakan potensi investasi yang harus

menjadi perhatian para regulator dalam rangka membuat sebuah kebijakan, baik di

sektor riil maupun di sektor moneter. Secara sederhana para regulator harus

memastikan tersedianya usaha-usaha ekonomi atau produk keuangan syariah yang

mampu menyerap ”potensi investasi”, sehingga waktu memegang uang oleh setiap

pemilik dana akan ditekan seminimal mungkin. Dengan kata lain, penyediaan

regulasi berupa peluang usaha atau produk-produk keuangan syariah akan

semakin meningkatkan velocity dalam perekonomian. Dengan demikian perhatian

regulasi moneter tidak tertuju pada konsep money supply seperti yang dianut

konvensional, tapi lebih pada velocity perekonomian.

“Selama Anda tidak memiliki angsa bertelur emas atau mesin pembuat

uang (money machine) maka Anda sendiri yang harus menjadi money machine.

Berapa pun penghasilan Anda tidak menjamin bahwa Anda akan hidup nyaman di

masa depan. Karena, bukan uang yang Anda hasilkan yang akan menyelamatkan

Anda akan tetapi uang yang Anda sisihkan atau simpan yang berperan.” ~ Syafir

Senduk (Pakar Ekonomi dan Keuangan) ~

C. TEKS AYAT DAN TERJEMAH

6

Page 7: Tafsir Ayat Ekonomi

Artinya:

Yusuf berkata, “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa;

maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk

kamu makan.”

Artinya:

Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan

apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit

gandum) yang kamu simpan.

D. ARTI KOSAKATA

7

Page 8: Tafsir Ayat Ekonomi

Berturut-turut = ا� �ًب َد�َأ

Maka tinggalkanlah dan biarkanlah = وُه� َف�َذ�ُر�

Sedikit = �ياًل� َق�ِل

Kamu makan = وَن�� �ِل ُك �أ َت

Tahun-tahun kekeringan (panceklik) dan sangat sulit = َد�اَد� ِش�

Kalian menjaga dan menyimpan untuk dijadikan benih = وَن�� �ْح�ِص�ُن َت

Mereka memakan = َن�� �ِل �أُك َي

Apa yang kamu sediakan = ��ْم َق�َد$ْم�ُت ْم�ا

E. Hadist

8

Page 9: Tafsir Ayat Ekonomi

Rasulullah saw sudah mengajari kita untuk menabung sejak belasan ribu

tahun yang lalu. Simak perkataan beliau yang bijaksana berikut ini:

“Allah akan memberikan rahmat kepada seseorang yang berusaha dari yang baik,

membelanjakan uang secara sederhana, dan dapat menyisihkan kelebihan untuk

menjaga saat dia miskin dan membutuhkannya.” [HR Muslim & Ahmad]

Menyisihkan kelebihan atau menabung, dalam hadits ini dijelaskan

maksudnya yaitu untuk berjaga-jaga pada saat miskin dan membutuhkan.

Memang sudah menjadi hukum alam bahwa roda perekonomian terus berputar

seperti roda pedati. Terkadang kita berada di atas, namun roda yang terus berputar

bisa menempatkan kita pada posisi yang paling bawah.

Bila ditinjau lebih cermat lagi, ada pelajaran berharga yang bisa kita petik dari

hadits ini. Yaitu rumus menabung ala Rasulullah saw, dimana dijelaskan bahwa

orang yang mendapatkan rahmat Allah bisa menyisihkan kelebihan, yaitu orang

yang berusaha dengan usaha yang baik dan membelanjakan uang secara

sederhana. Ada dua syarat untuk bisa menabung, yaitu sumber penghasilan dari

usaha yang baik dan pengeluaran yang sederhana.

Pengertian sederhana mungkin sulit untuk ditentukan batasan rupiahnya.

Katakanlah A memiliki penghasilan Rp 10 juta per bulan dan pengeluarannya Rp

8 juta, sedangkan B berpenghasilan Rp 3 juta dan semua penghasilannya

dihabiskan bulan itu juga. Mana yang lebih sederhana, A atau B? Lalu bagaimana

dengan seorang komlomerat yang penghasilannya terus mengalir bukan cuma

dalam hitungan bulan namun dalam hitungan hari? Apakah ia dikatakan sederhana

atau mewah jika menggunakan mobil Jaguar yang tak sampai 1% dari total

asetnya? Sulit memang untuk menilai kesederhanaan, namun dalam hal ini, pada

umumnya ada dua batasan yang biasanya digunakan masyarakat dalam menilai

seseorang itu hidup sederhana atau mewah;

9

Page 10: Tafsir Ayat Ekonomi

Batasan pertama yaitu kemampuannya sendiri. Seseorang dikatakan hidup

sederhana jika ia bisa hidup dalam batasan kemampuannya sendiri. Sebaliknya,

seseorang akan dikatakan hidup mewah jika ia memaksakan diri dengan gaya

hidup di luar batas kemampuannya.

Batasan kedua yang bisa kita katakan sebagai hidup sederhana adalah

lingkungan. Walaupun seseorang mampu untuk membeli mobil merk apa saja

berapapun yang ia mau, namun jika hal itu menimbulkan kesenjangan terhadap

lingkungannya, maka bisa dikatakan itu bukanlah hidup sederhana.

F. MAKNA IJMALI (GLOBAL)

Dari metode menabung, ada satu kepastian bahwa anjuran menabung ini sudah

ada pada zaman nabi Yusuf as. Tertulis di dalam Al-Quran surat Yusuf;

Ayat 43 : Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya):

“Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk

dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum)

yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering.” Hai orang-orang yang

terkemuka: “Terangkanlah kepadaku tentang ta’bir mimpiku itu jika kamu dapat

mena’birkan mimpi.”

Ayat 46 : (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru):

“Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh

ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina

yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang

kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya.”

Ayat 47 : Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)

sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan

dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.”

Ayat 48 : Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit,

yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit),

kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.

Ayat 49 : Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia

diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur.

10

Page 11: Tafsir Ayat Ekonomi

Pelajaran yang di dapat dari kisah nabi Yusuf ini sungguh luar biasa.

Kehidupan yang kita lalui tidak selalu indah. Adakala kita bisa bersenang senang,

hidup berkecukupan, namun kadang kala kita mengalami masa sulit, dimana kita

mengalami hal-hal di luar dugaan dan di luar kemampuan finansial kita. Biasanya

pada saat hidup senang kita acapkali lupa untuk menabung. Pada saatnya di timpa

musibah yang membutuhkan dana yang besar, barulah kita menyesal karena tidak

menabung disaat memiliki uang. Penyesalan memang selalu datang kemudian.

Oleh sebab itulah Allah SWT sudah memberikan sebuah pelajaran melalui kisah

nabi Yusuf as. agar umat-Nya tidak mengalami masa-masa sulit seperti yang di

kisahkan. Namun sayang sekali banyak dari kalangan umat Islam yang tidak

mempunyai tabungan. Yang ada di pikiran kebanyakan kita adalah hidup untuk

saat ini, padahal seharusnya umat Islam mempunyai cara pandang yang jauh

melebihi umat lainnya

Dijelaskan juga bahwa Yusuf berkata kepada delegasi raja dan para pembesar

kerajaan, seraya menerangkan kepada mereka apa yang wajib mereka lakukan

untuk menghadapi bahaya yang akan menimpa negara dan penduduknya

sebagaimana ditunjukkan dalam mimpi itu sebelum ta’wil mimpi itu benar-benar

terjadi. Yaitu, agar menanam gandum selama tujuh tahun berturut-turut tanpa

terputus, kemudian hasil panen itu disimpan pada tangkainya dengan cara menjaga

agar tidak terkena ulat sebagai akibat dari kelembaban. Sehingga, nantinya

gandum itu bisa untuk makanan umat manusia atau ternak pada saat yang

diperlukan. Sedikit sajalah yang kalian ambil untuk kalian makan pada setiap

tahun dengan cara hemat, sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan secukupnya

saja untuk menghilangkan lapar. Dan tujuh tahun inilah penta’wilan mimpi dari

tujuh ekor lembu yang gemuk-gemuk. Adapun tangkai-tangkai yang hijau, pada

hakikatnya setiap tangkai adalah merupakan ta’wil dari penanaman satu tahun.2

2 Ahmad Musthtafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Toha Putra. 1988. h.290

11

Page 12: Tafsir Ayat Ekonomi

G.MAKNA RINCI

1. Di dalam Tafsir Al-Azhar oleh Prof. Dr. Hamka, mengatakan bahwa

“Kamu akan berladang tujuh tahun dengan kerja keras”. Tujuh tahun

lamanya tanahmu akan subur, hujanpun cukup, atau banjir sungai Nil akan

melimpah. Tetapi sungguhpun demikian, kesuburan tanah itu pun hanya

akan dapat memberi hasil yang berlimpah-limpah apabila dikerjakan

dengan َدَأًبا ; kerja keras membanting tulang. “Maka apa yang kamu

ketam, hendaklah kamu tinggalkan pada tangkainya, kecuali sedikit dari

yang kamu makan”.3

2. Menurut Tafsir Jalalain oleh Imam Jalaludin Al-Mahalliy dan Imam

Jalaluddin As-Suyuthi, bahwa hal ini mengatakan ta’bir daripada tujuh

ekor sapi betina yang gemuk-gemuk.4

3. Di dalam Tafsir Rahmat, dikatakan bahwa maksud dari ayat tersebut

adalah mimpi Al-Aziz tidak dapat dita’birkan oleh pembesar-

pembesarnya. Sahabat Yusuf semasa ia dalam penjara memberitahu bahwa

Yusuf sanggup menerangkan ta’bir mimpi tersebut. Melalui kemampuan

Yusuf menta’bir mimpi, maka seluruh kerajaan menjadi mawas dan

bersiaga untuk menghadapi sesuatu yang akan terjadi (dalam hal ini musim

yang berubah-ubah).5

4. Di dalam________________, dikatakan bahwa yang dimaksud Yusuf

yaitu kamu bertanam tujuh tahun lamanya seperti biasa, maka apa yang

sudah kamu panen biarkan saja tetap ditangkainya, kecuali sedikit untuk

dimakan. Tujuan membiarkan hasilnya tetap ditangkainya dan sedikit

untuk dimakan yaitu untuk cadangan makanan ketika datang masa sulit

selama tujuh tahun.

5. Menurut Tafsir Qur’an Karim, Yusuf menerangkan takwil mimpi itu, yaitu

hendaklah kamu menanam gandum tujuh tahun berturut-turut, pendapatan

hasilnya hendaklah kamu simpan pada tangkainya kecuali sedikit untuk

kamu makan sekedar menutupi kelaparan.

3 Prof. Dr. Hamka. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas. 2002. h. 2414 Imam Jalaluddin Al-Mahalliy dan As-Suyuthi. Tafsir Jalalain. Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset. 1995. h. 9645 H. Oemar Bakry. Tafsir Rahmat. Jakarta: Mutiata. 1981. h. 457

12

Page 13: Tafsir Ayat Ekonomi

6. Menurut Tafsir Al-Mishbah, mengatakan bahwa Nabi Yusuf as.

memahami bahwa tujuh ekor sapi sebagai tujuh tahun masa pertanian,

dengan alasan bahwa sapi digunakan untuk membajak maka kegemukan

sapi adalah lambang kesuburan. Sedangkan sapi kurus adalah masa sulit di

bidang pertanian, yakni panceklik. Bulir-bulir gandum lambang pangan

yang tersedia. Setiap bulir sama dengan setahun. Demikian juga

sebaliknya.6

7. Dalam Tafsir Al-Maraghi, Nabi Yusuf as. berkata kepada delegasi raja

seraya menerangkan apa yang wajib mereka lakukan untuk menghadapi

bahaya yang akan menimpa Negara dan penduduknya. Yaitu agar

menanam kemudian menyisakan/mengumpulkan sebagian hasil panen

untuk persiapan dikala musim panceklik suatu saat tiba. 7

H.PESAN HUKUM AYAT EKONOMI

6 M. Quraish Syihab. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati. 2009. h.1127 Ahmad Mushthafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Toha Putra. 1988. h. 290-191

13

Page 14: Tafsir Ayat Ekonomi

Dalam ilmu ekonomi, menabung (saving) adalah suatu tindakan yang

harus kita lakukan guna untuk mengantisipasi kondisi darurat ataupun berguna

untuk kebutuhan di masa mendatang. Hal ini tentunya sangat berkaitan dengan

syariat Islam yang mana menabung, menyisihkan harta dan berhemat adalah

hal yang perlu kita lakukan yang merupakan suatu tindakan yang juga

mensyukuri nikmat Allah swt. Lewat ayat ini, yang diperkuat dengan hadist

yang terlampir, jelas terlihat bahwasanya menabung adalah sesuatu yang

diharuskan. Hal ini disebabkan manfaat dari menabung yang sangat kita

butuhkan untuk pegangan masa depan.

I. PESAN AYAT DAN KONTEKSTUALITASNYA

DENGAN PERSOALAN EKONOMI

Menabung (saving) dan kontektualitasnya terhadap persoalan ekonomi

yaitu dengan menabung, kita dapat mempersiapkan diri untuk masa akan

datang. Menabung juga akan membantu kita untuk memiliki modal (capital)

ketika kita ingin melakukan suatu usaha sehingga kegiatan ekonomi

berlangsung secara produktif. Menabung bisa digerakkan untuk perputaran

modal demi kesejaheraan kehidupan kita.

J. KESIMPULAN DAN PENUTUP

Perilaku menabung merupakan bagian dari ajaran yang dibenarkan oleh

ekonomi Islam berdasarkan QS. Yusuf: 47-48 tersebut. Meskipun penjelasan

ayat tersebut bersifat makro yaitu agregat skala negara, namun tidak menutup

kemungkinan untuk diterapkan pada bidang garapan mikro yaitu secara

individu atau rumah tangga. Dan hal ini tampaknya patut kita pikirkan secara

baik dan galakkan mulai dari saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

14

Page 15: Tafsir Ayat Ekonomi

Al-Mahalliy, Imam Jalaluddin dan As-Suyuthi. Tafsir Jalalain. Bandung: Sinar Baru

Algensindo. 1995.

Al-Maraghi, Ahmad Musthtafa. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Toha Putra. 1988.

Bakry, H. Oemar. Tafsir Rahmat. Jakarta: Mutiata. 1981.

Hamka, Prof. Dr. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas. 2002.

Huda, Nurul et al. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: Kencana. 2008.

Sukirno, Sadono. Ekonomi Makro. Jakarta: Rajawali Pers. 1994.

Suwiknyo, Dwi. Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. 2010.

Syihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati. 2009

____________. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan. 1997.

Yunus, Prof. Dr. H. Mahmud. Tafsir Quran Karim. Jakarta: PT Hidakarya Agung.

1993.

PERBEDAAN MENABUNG DAN BERINVESTASI

15

Page 16: Tafsir Ayat Ekonomi

Banyak di antara kita, yang menyadari pentingnya menabung. Tapi, tidakbanyakyang mengetahui tujuan menabung. Bahkan, parahnya lagi, masih ada yang belum bisa

membedakan pengertian menabung dengan berinvestasi.

Hal mendasar yang membedakan menabung dengan berinvestasi adalah adanya ketidakjelasan dalam hal :

* Tujuan atau kebutuhan secara spesifik, misalnya untuk pendidikan anak,

memiliki rumah, atau persiapan pensiun

* Seberapa besar dana yang akan dibutuhkan untuk tujuan dimaksud

* Kapan kebutuhan itu diperlukan dan jangka waktu (berapa lama) untuk

mencapai waktu tersebut

* Pilihan/alternatif investasi yang tersedia untuk mencapai tujuan tersebut

* Strategi mencapai tujuan tersebut.

Berinvestasi adalah suatu proses menabung yang berorientasi pada tujuan

tertentu dan bagaimana mencapai tujuan tersebut.

Apakah Anda pernah memikirkan tentang kebutuhan masa depan Anda

(keluarga) secara finansial? Misalnya, kebutuhan akan proteksi asuransi,

rumah dan mobil, pendidikan anak, ibadah umrah atau haji, perjalanan wisata,

dan kebutuhan masa pensiun? Jika ya, apakah Anda pernah memikirkan jumlah

dana yang dibutuhkan? Juga, kapan Anda membutuhkannya?

Semua kebutuhan Anda di atas akan sangat mungkin tercapai apabila Anda

melakukan perencanaan sejak dini.

Sekarang anda tinggal pilih di antara kedua cara di atas. Yang jelas,

berinvestasi lebih banyak memberikan keuntungan ketimbang menabung

karena dalam berinvestasi ada unsur perencanaan (akan kebutuhan masa

depan). Sedangkan, dalam menabung tidak jelas.

MENGAPA INVESTASI ITU PERLU ?

Seseorang melakukan investasi karena dipicu oleh kebutuhan akan masa depan. Tapi sayang, banyak di antara kita yang belum memikirkan kebutuhan akan masa depan.

Padahal, kalau saja mereka tahu semakin ke depan, biaya hidup seseorang semakin bertambah.

Apakah Anda termasuk kelompok yang seperti itu? Jika tidak, berarti, Anda tergolong kelompok yang peduli dengan masa depan. Seseorang yang menyadari bahwa

kebutuhan masa depan akan lebih besar, tentu mereka akan menyempatkan diri berhemat dalam mengelola keuangannya. Mereka jelas akan melakukan perencanaan

(investasi) guna memenuhi kebutuhan tersebut.

Selain kebutuhan akan masa depan, seseorang melakukan investasi karena dipicu oleh banyaknya ketidakpastian atau hal yang tidak terduga dalam hidup ini (keterbatasan

dana, kondisi kesehatan, musibah, kondisi pasar investasi) dan laju inflasi yang tinggi. Itulah tantangan tambahan yang perlu kita hadapi.

Tapi, dengan adanya alternatif instrumen (efek) investasi memungkinkan seseorang bisa memenuhi kebutuhan masa depan, dengan menentukan prioritas kebutuhan,

menetapkan perencanaan yang baik serta implementasi secara disiplin.

INSTRUMEN INVESTASI

Ada beberapa cara untuk investasi, di antarnya melalui:

* Deposito

* Obligasi

* Saham

* Reksadana

Di mana tiap2 Instrumen Investasi tersebut mempunyai "risk" (resiko) dan "return" (hasil investasi) yg berbeda. Konsep "high risk-high return, low risk-low return" berlaku

di sini.

Risk & Return:

* Deposito: resiko rendah, hasil rendah.

* Obligasi: resiko menengah, hasil menengah

* Saham: resiko tinggi, hasil tinggi

* Reksadana:

~~ Reksadana Pasar Uang: risiko rendah, hasil rendah

~~ Reksadana Pendapatan Tetap: resiko sedang, hasil sedang

~~ Reksadana Campuran: resiko sedang/tinggi, hasil sedang/tinggi

~~ Reksadana Saham: resiko tinggi, hasil tinggi

BERINVESTASI SECARA LANGSUNG ?

Ada beberapa persyaratan yang perlu dimiliki seseorang untuk dapat berinvestasi secara langsung, khususnya investasi obligasi dan saham,

antara lain

* Dana yang relatif besar untuk dapat melakukan diversifikasi

* Pengetahuan dan kemampuan menganalisis masing-masing jenis instrumen (efek) investasi, serta menganalisis perusahaan penerbit (emiten)

* Kemampuan menganalisis kondisi makro-ekonomi yang dapat mempengaruhi kinerja masing-masing instrumen

* Memiliki akses terhadap sumber-sumber informasi, seperti informasi bursa untuk memantau harga-harga instrumen serta berita-berita berkaitan dengan kondisi pasar

investasi

* Menguasai manajemen portofolio investasi untuk mengelola suatu

portofolio investasi yang terdiversifikasi

* Akses terhadap jasa pialang (broker) serta jasa penitipan dan administrasi investasi (bank kustodian).

16