Tafsir Ayat Dakwah

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadirnya atau sampainya ajaran Islam di tengah-tengah kita saat ini, tentu tidak terlepas dari dakwah yang dilakukan secara turun temurun dan istiqomah sejak masa Rosulullah SAW. Dalam catatan sejarah, kita telah mengetahui betapa banyaknya hambatan dan rintangan yang dihadapi Rosulullah SAW dan para sahabat dalam mensyi’arkan agama Islam pada waktu itu. Namun, dengan kesabaran dan semangat pantang menyerah akhirnya Islam mampu mencapai kejayannya jua hingga akhirnya bisa sampai kepada kita kaum muslim saat ini. Pada makalah ini, penulis akan berbicara tentang ketahanan untuk tetap bertahan berjalan di medan dakwah. Sebagaimana karakternya, dakwah ini bukanlah jalan yang dipenuhi dengan kemudahan sehingga dapat dilalui dengan mudah. Tetapi ini adalah jalan yang sulit dan penuh dengan fitnah. Dakwah adalah jalan yang sulit penuh dengan perangkap dan cobaan. Oleh karena itu, diperlukan ketahanan internal yang kuat, karena dakwah merupakan jalan yang panjang. Bisa jadi, seorang da’i tidak akan pernah merasakan “buah” perjuangannya di dunia ini karena singkatnya umur manusia tidak sebanding dengan panjangnya cita-cita yang dibawa dalam misi dakwah. Tetapi, dibalik semua kesabaran dalam menghadapi cobaan, dibalik kesabaran menghadapi fitnah dan dibalik kesabaran atas 1

description

Fahami dan koreksi

Transcript of Tafsir Ayat Dakwah

Page 1: Tafsir Ayat Dakwah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hadirnya atau sampainya ajaran Islam di tengah-tengah kita saat ini, tentu tidak

terlepas dari dakwah yang dilakukan secara turun temurun dan istiqomah sejak masa

Rosulullah SAW. Dalam catatan sejarah, kita telah mengetahui betapa banyaknya hambatan

dan rintangan yang dihadapi Rosulullah SAW dan para sahabat dalam mensyi’arkan agama

Islam pada waktu itu. Namun, dengan kesabaran dan semangat pantang menyerah akhirnya

Islam mampu mencapai kejayannya jua hingga akhirnya bisa sampai kepada kita kaum

muslim saat ini.

Pada makalah ini, penulis akan berbicara tentang ketahanan untuk tetap bertahan

berjalan di medan dakwah. Sebagaimana karakternya, dakwah ini bukanlah jalan yang

dipenuhi dengan kemudahan sehingga dapat dilalui dengan mudah. Tetapi ini adalah jalan

yang sulit dan penuh dengan fitnah. Dakwah adalah jalan yang sulit penuh dengan perangkap

dan cobaan. Oleh karena itu, diperlukan ketahanan internal yang kuat, karena dakwah

merupakan jalan yang panjang. Bisa jadi, seorang da’i tidak akan pernah merasakan “buah”

perjuangannya di dunia ini karena singkatnya umur manusia tidak sebanding dengan

panjangnya cita-cita yang dibawa dalam misi dakwah. Tetapi, dibalik semua kesabaran dalam

menghadapi cobaan, dibalik kesabaran menghadapi fitnah dan dibalik kesabaran atas

kelelahan karena berjuang dalam waktu yang panjang. Allah subhanahu wa ta’ala telah

menyiapkan balasan yang setimpal. Yaitu, surga dan seisinya seperti yang telah Allah

janjikan dalam Q.S. At-taubah:111, yang berbunyi:

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta

mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu

mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam

1

Page 2: Tafsir Ayat Dakwah

Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada

Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah

kemenangan yang besar.”

Tidak sedikit, mereka yang berjuang dijalan dakwah harus minggir dan menepi

bahkan berhenti memperjuangkan agama Allah subhanahu wa ta’ala karena mereka tidak

sanggup untuk bertahan atas cobaan yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Ada

yang harus futur karena alasan tidak sanggup akan cobaan berupa kesulitan-kesulitan tapi,

tidak sedikit yang harus insilakh (keluar) dari jalan dakwah karena cobaan yang berupa

kenikmatan. Oleh alasan itulah maka penulis menyusun sebuah makalah dengan judul:

“DAYA TAHAN DI MEDAN DAKWAH”, dengan salah satu tujuan yaitu agar penulis pada

khususnya, dan pembaca pada umumnya mampu belajar dari sejarah terkait keistiqomahan

pendakwah tempo dulu dalam menyebarkan agama Islam serta bagaimana upaya melawan

terhadap golongan yang menentang Islam.

B. Rumusan Masalah

Dalam pembuatan makalah ini, ada beberapa poin yang akan dibahas, yaitu:

1. Bagaimana para pejuang Islam tempo dulu mempertahankan dakwah Islam ditengah

pertentangan dari orang kafir?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kalah atau menangnya Islam dalam

Perang Uhud dan Perang Badar?

3. Hikmah apa saja yang dapat dijadikan pelajaran bagi da’i masa kini terkait

peperangan pada masa lalu?

C. Metode Penelitian

Penyusunan makalah “Daya Tahan di Medan Dakwah” dilakukan dengan

menggunakan metode studi pustaka. Yaitu pendalaman materi dengan merujuk kepada buku-

buku yang relevan dan yang terkait dengan judul makalah ini. Serta menggunakan metode

pengambilan data dari internet baik berupa jurnal, maupun langsung dari sumber website

yang masih bersangkutan dengan materi pembahasan.

D. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

2

Page 3: Tafsir Ayat Dakwah

1. Untuk memahami upaya mempertahankan dakwah islam di masa lalu

2. Memahami kandungan isi Al-Qur’an surat Al-Ahzab:9, Al-anfal: 60, dan Ali

Imran:140

3. Membaca faktor-faktor yang menyebabkan kemajuan dan kemunduran dakwah Islam

di masa lalu dan masa kini.

3

Page 4: Tafsir Ayat Dakwah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perlawanan Islam Terhadap Golongan Yang Menentang Islam

1. Terjadinya Perang Badar

Pada saat Nabi sudah hijrah ke Madinah memang masih sering terjadi peperangan

antara orang Islam dengan kafir Quraisy, diantaranya adalah perang Badar. Perang badar

ini merupakan salah satu perang yang sangat menentukan masa depan negara Islam.

Sebenarnya Nabi telah memerintahkan Abu Ubaidah Amir ibn Al-Jarah untuk

mempersiapkan perang, namun tidak jadi, dan sebagai gantinya diutus Abdullah ibn Jahsy

yang diikuti 8 orang muhajirin, dan Nabi menulis kepadanya dan memerintahkan agar

tidak dibuka kecuali setelah menempuh perjalanan selama dua hari. Setelah dibuka

ternyata sahabat ini disuruh berhenti di Nakhlah untuk mengintai Quraisy dan mencari

berita tentang gerakan dan pengaturan perang mereka. Adapun Sa’d Ibn Abul Waqash dan

Utbah ibn Ghazawan tersesat di daerah Ma’dan yang disebut dengan Bahran. yang terjadi

pada tahun kedua di daerah Badar kurang lebih 120 km dari Madinah.1

Pada dasarnya perang badar ini ada tiga macam, yaitu perang Badar pertama,

perang badar kubra, dan perang badar yang terakhir (Ghazwah al-Sawiq) terjadi pada abad

keempat hijrah. Namun dalam makalah ini hanya kita fokuskan pada perang Badar Kubra

saja yang dianggap sangat penting bagi perkembangan Islam. Perang badar kubra ini

didahului oleh Sariyah Abdullah Ibn Jahsy ke daerah Nakhlah yang berada di antara

Mekkah dan Thaif yang terjadi pada bulan Rajab tahun ke-2 H. Sariyah inilah yang

menjadi penyebab paling kuat terhadap perang Badar Kubra. Sebenarnya Nabi telah

memerintahkan Abu Ubaidah Amir ibn Al-Jarah untuk mempersiapkan perang, namun

tidak jadi, dan sebagai gantinya diutus Abdullah ibn Jahsy yang diikuti 8 orang muhajirin,

dan Nabi menulis kepadanya dan memerintahkan agar tidak dibuka kecuali setelah

menempuh perjalanan selama dua hari. Setelah dibuka ternyata sahabat ini disuruh

berhenti di Nakhlah untuk mengintai Quraisy dan mencari berita tentang gerakan dan

pengaturan perang mereka. Adapun Sa’d Ibn Abul Waqash dan Utbah ibn Ghazawan

tersesat di daerah Ma’dan yang disebut dengan Bahran. Sehingga Ibn Jahsy berjalan

1 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta Raja Grafindo Persada, 1997) cet 6, hal. 27

4

Page 5: Tafsir Ayat Dakwah

bersama sahabat lainnya sampai di Nakhlah. Kemudian ia melihat rombongan unta

Quraisy membawa Anggur dan lain-lainnya. Di dalam rombongan itu terdapat Amr ibn

Al-Khadlrami, Utsman ibn Al-Mughirah, Naufal, Al-Hakam Ibn Kisan. Dan Ukasyah Ibn

Mihshan sebagai pemimpinnya. Berundinglah para sariyah Islam ini tepatnya pada akhir

Rajab karena bingung, jika rombongan ini dibiarkan pada malam ini saja maka mereka

akan masuk tanah Haram, dan jika diperangi maka saat ini masih akhir bulan haram

(Rajab). Kemudian sariyah ini termotivasi untuk membunuh siapa saja dari rombongan

Quraisy yang dapat dilakukannya. Waqid ibn Abdullah alTamimi berhasil memanah Amr

ibn Al-Khadlrami dan mati. Sementara Utsman Ibn Abdullah dan Al-Hakam ibn Kisan

ditawan sedang Naufal berhasil lari. Kemudian Sariyah membawa tawanan ke Madinah.

Dan disebutkan juga bahwa Abdulullah Ibn Jahsy membagi hasil rampasan ini

seperlimanya kepada Rasulullah padahal hal itu sebelum turun ayat rampasan, hanya saja

Nabi mengingkari perang sariyah ini pada bulan haram dan tidak mau mengambil

sesuatupun darinya, seraya berkata “aku tidak memerintahkan kamu sekalian untuk perang

pada bulan haram. Setelah terjadi persoalan ini maka turunlah ayat tentang perang pada

bulan haram ini yaitu:

Artimya: “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram.

Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi

(manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan

mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah[134]. dan

berbuat fitnah[135] lebih besar (dosanya) daripada membunuh. mereka tidak henti-

hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu

(kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara

kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia

amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di

dalamnya.” (Q.S. Al-Baqarah: 217)

5

Page 6: Tafsir Ayat Dakwah

[134] Jika kita ikuti Pendapat Ar Razy, Maka terjemah ayat di atas sebagai

berikut: Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar, dan (adalah berarti)

menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah dan (menghalangi manusia

dari) Masjidilharam. tetapi mengusir penduduknya dari Masjidilharam (Mekah) lebih

besar lagi (dosanya) di sisi Allah." Pendapat Ar Razy ini mungkin berdasarkan

pertimbangan, bahwa mengusir Nabi dan sahabat-sahabatnya dari Masjidilharam sama

dengan menumpas agama Islam.2

[135] Fitnah di sini berarti penganiayaan dan segala perbuatan yang dimaksudkan

untuk menindas Islam dan muslimin.3

Ayat tersebut secara garis besar menyatakan perang pada bulan haram itu dosa

besar, namun mencegah orang masuk Islam juga lebih besar dosanya. Setelah turun ayat

ini, maka sahabat bertanya kepada rasul apakah kita mendapat upah dari peperangan ini?

Lalu turun ayat berikutnya :

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan

berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. Al-Baqarah: 218)

Kemudian keributan ini selesai, dan Quraisy mulai menebusnya, namun Nabi tidak

menerima tebusannya sehingga dua sahabatnya yang tersesat itu kembali. Setelah dua

sahabat itu kembali dengan selamat maka Nabi menerima fida’ Ustman ibnu Abdulullah,

sementara Al-Hakam masuk Islam dan mati Syahid pada perang Bi’r Ma’unnah (tahun ke-

4 H).4

Pada hari jum’at 17 Ramadhan orang kafir bertemu orang Islam lalu mulailah

perang antara kedua kelompok tersebut. Orang musyrik memanah Mahja’ maula Umar ibn

Al-Khattab yang menjadi korban muslim pertama yang terbunuh kemudian Haritsah ibn

Suraqah memanah salah satu bani Addiy al-Najjar yang sedang minum air di telaga dan

2 Qur’an InWord application3 ibid4 Ibnu Hisyam, Sirah Al-nabi Juz 1, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1981) hal. 241

6

Page 7: Tafsir Ayat Dakwah

kena dadanya lalu mati, sedang dari katir yang pertama mati adalah Aswad ibn Abdul asad

al-Makhzumi dibunuh oleh Hamzah. Kebiasaan perang pada masa dahulu adalah mengadu

tokohnya untuk memberi semangat. Pada perang Badar ini dari pihak kafir adalah Utbah

ibn Rabi’ah, Syaibah ibn Rabi’ah dan Walid ibn Utbah ibn Rabi’ah sedang pihak Islam,

pada mulanya pemuda anshar seperti auf mu’awwadz dan Abdullah ibn Rawahah, siapa

kamu, jawabnya keturunan anshar, kata kafir saya tidak ada perlu dengan kamu,

Muhammad keluarkanlah yang sekufu dengan kita, lalu keluarlah Ubaidah ibn Al-Harits,

Hamzah, dan Ali. Lalu bertarunglah Ubaidah dengan Utbah, Hamzah dengan Syaibah, dan

Ali dan Walid, adapun Hamzah dan Ali tidak memberi kesempatan lawannya untuk

membunuh.Peperangan dimenangkan pihak muslim dengan korban dari pihak kafir 70

orang dan ditawan 70 orang. Mereka yang terbunuh adalah : Abu Jahal, Utbah, Syaibah,

Walid ibn Utbah, Hamzhalah, Naufal ibn Khuwalid, dan lain-lain sedang yang ditawan

adalah Al-Abbas paman Nabi, Uqail ibn Abu Thalib, Naufal al-Harits, Amr ibn Abu

Sufyan, Abul Ash suami Zainab. Sedangkan yang terbunuh syahid dari kaum muslimin

sebanyak 14 orang. Di antaranya 7 orang dari Muhajirin : Ubaidah ibn Al-Harits ibn

Abdul Muttalib, Umair ibn Abi Waqash, Dzu Al-Syamalain ibn Abd Amr, Mahja Maula

Umar Shafwan ibn baidla’, Aqil ibn al-Bakir dan dari Anshar adalah : Sa’d ibn

Khaitsamah dan lain-lain.5

Demikianlah sekelumit pembahasan mengenai perang Badar yang menjadi

kemenagan pertama Islam dalam melawan orang kafir dan sekaligus menjadi titik tolak

kebangkitan Islam pada masa sesudahnya.

2. Terjadinya Perang Uhud

Mendung kesedihan masih saja menyelimuti kota Makkah. Tak bisa dipungkiri

lagi bahwa kaum Musyrikin Quraisy tak mampu menyembunyikan duka lara mendalam

perihal kekalahan telak mereka pada perang Badar tahun ke-2 Hijriyah, hati mereka

tersayat pilu tak terkira. Berita kalahnya pasukan Quraisy terasa begitu cepat menyebar

keseluruh penjuru kota Makkah, bak awan bergerak menutupi celah celah langit yang

kosong di musim penghujan. Namun sangat disayangkan, kekalahan telak kaum paganis

Quraisy pada perang itu tak mampu merubah sikap bengis mereka terhadap kaum

muslimin. Dendam kesumat nan membara tertancap kokoh dalam hati mereka, tewasnya

tokoh-tokoh Quraisy berstrata sosial tinggi pada peristiwa nahas itu semakin menambah

5 Ahmad Bastari, Kontemplasi Politik (Belajar dari Kisah Perang Badar Menurut Sirah Ibn Hisyam dan Al-Thabari), dalam Jurnal TAPIs Vol.9 No.1 Januari-Juni 2013, hal. 29

7

Page 8: Tafsir Ayat Dakwah

kental kebencian Quraisy terhadap kaum muslimin. Kiranya itulah salah satu yang melatar

belakangi munculnya perang baru yang tidak kalah ‘tenar’ dalam catatan sejarah, yaitu

perang Uhud

Perang Uhud (Bahasa Arab: أحد Ġazwat ‘Uḥud) terjadi pada hari Sabtu, 7 غزوة

Syawal atau 11 Syawal tahun ketiga hijrah (26 Mac 625 M) adalah peperangan antara

kaum Muslimin dan kaum musyrikin Quraisy  Mekah yang terjadi pada tahun 3 Hijriah di

Gunung Uhud. Gunung kecil yang terdiri dari batu hitam diselimuti oleh tanah kering ini

tingginya 1050 meter, terletak di sebelah barat laut Madinah, tepatnya 5 km arah utara dari

Masjid Nabawi dan arah selatan dari Gunung Tsur. Peristiwa pertempuran ini terasa begitu

dahsyat dan memberikan dampak emosional, 70 Orang Syuhada gugur dan Nabi

Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam terluka. 6

Jumlah korban kaum muslimin dalam periode perang kali ini memang lebih

banyak dibanding jumlah korban kaum musyrikin. Oleh karena itu, mayoritas ahli sejarah

menyatakan bahwa kaum muslimin mengalami kekalahan dalam pertempuran Uhud.

B. Tafsir ayat yang berkaitan dengan daya tahan di medan perang

a) Q.S. Ali Imran: 140

Artinya: “Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya kaum

(kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan

dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat

pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan

orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'

dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,”

Pada ayat ini Allah menambah lagi bahwa kaum muslimin jika menderita luka

atau menemui ajalnya pada perang Uhud, maka orang-orang kafir juga telah mengalami

6 Daulah islam, Kisah, Sejarah, Dan Pelajaran Dari Perang Uhud,diakses dari http://daulahislam.com/kisah/rasul-dan-sahabat/kisah-dan-pelajaran-perang-uhud.html pada tanggal 12 April 2015 pukul 12.34

8

Page 9: Tafsir Ayat Dakwah

yang demikian itu pada perang Badar. Demikianlah menang dan kalah dalam peperangan

adalah hal yang dipergilirkan oleh Allah di antara manusia, agar mereka mendapat

pelajaran, dan supaya Allah membedakan antara orang-orang yang beriman dengan orang-

orang kafir, dan juga memberikan kepada kaum muslimin kebahagiaan mati syahid yang

sangat tinggi nilainya di sisi Allah, karena mereka mengorbankan jiwa raganya demi untuk

membela kebenaran, dan Allah tidak menyukai orang-orang berbuat zalim.7

Surat Ali Imran ayat 140 berisi tentang bela sungkawa Allah ta’ala kepada

orang-orang yang beriman atas musibah yang menimpa mereka pada perang Uhud.

Dalam hal ini allah berfirman yang isinya janganlah kamu sekalian menjadi lemah

lalu meninggalkan jihad dan amal, dan jangalan kalian bersedih atas kepergian

(karena pada hakikatnya, kalian lebih unggul;yakni kalian menang atas musuh-

musuh kalian pada waktu yang lalu dan waktu yang akan datang, dengan syarat

kalian beriman dan bertaqwa. Ketahuilah jika kalian terkena musibah dengan luka-

luka atau kematian, hal itu janganlah membuat kalian menjadi hinadan menghalangi

kalian untuk meneruskan tugas jihad berikutnya, sebab musuh kalian mengalami

nasib yang sama ketika perang badar. Peperangan adalah kemenangan dan

kekelahan yang selalu bergilir, pada suatu saat kemenangan di pihak kalian dan pada

saat lain kekalahan menimpa kalian. Sunnatullah dalam kehidupan ini.

Kemudian, sesudah Allah Ta’ala penghiburan yang penuh kata-kata bijak

tersebut sebagai hiburan bagi orang-orang beriman, slanjutnya Allah Ta’ala

menyebutkan faktor penyebab terjadinya peristiwa yang cukup menyedihkan itu

serta rahasia yang ada dibaliknya. Allah ta’ala berfirman yang artinya”...kami

pergilirkan diantara manusia agar mereka mendapat pelajaran)...”(qs ali imran 140),

yakni agar dengan peristiwa yang menyakitkan itu nampak jelas keimanan orang-

orang yang beriman. Dan memang begitu realitanya.8

Orang-orang munafik kembali pulang dengan pemimpin mereka; Abdullah

Bin Ubbay bin Salul(orang munafik terbesar). Sementara orang-orang yang beriman

melanjutkan perjalanan dan mereka memasuki medan laga, maka dnegan demikian

nampaklah keinginan mereka. Selain itu, dnegan kejadian ini, allah menetapkan

sebagian orang-orang yang beriman mereka sebagai syuhada dan jumlahnya 70

7 Diambil dari http://rumahislam.com/tafsir-depag-ri/158-qs-003-al-imran/897-tafsir-depag-ri--qs-003-al-imran-140.html, diakses pada 14 April 2015 pukul 21.128 Al-Jazairi , Syaikh Abu Bakar Jabir, tafsir alquran al-aisar (jilid 2), (Jakarta: Darus Sunnah, 2007) , hal. 207

9

Page 10: Tafsir Ayat Dakwah

orang, 4 orang diantaranya berasal dari kaum Muhajirin yang paling mulia di antara

mereka adalah Hamzah bin Abdul Muththalib paman Rasulullah SAW, dan Mush’ab

bin Umair. Sementara yang lain berasal dari kaum Anshar.

Pelajaran pada perang uhud ini sangat berarti bagi orang-orang yang

beriman pada waktu-waktu setelah itu; yaitu mereka patuh kepada Nabi mereka,

karena itu kemenangan demi kemenangan akan bisa mereka raih, sehingga mereka

mampu menjatuhkan kekuatan kaum kafir dan pengaruhnya serta menjatuhkan dari

bumi Jazirah Arabia.

Pelajaran yang bisa di ambil dari ayat 140:

1. Akibat orang-orang yang mendustakan dakwah kepada kebenaran adalah

kerugian dan kebinasaan yang besar.

2. Pada ayat-ayat alquran terdapat petunjuk-petunjuk dan nasehat-nasehat yang

paling baik bagi orang-orang yang memiliki keimanan dan ketawaan.

3. Orang-orang beriman merekalah orang-orang yang paling tinggi derajadnya di

dunia dan akhirat

4. Kehidupan selalu silih berganti. Karena itu orang-orang beriman harus

menghadapi segalaya dengan kesabaran dan rasa syukur.

5. Ujian dan musibah adala proses untuk menyeleksi siapakah manusia yang

terbaikdan untuk menjatuhkan kehidupan orang-orang yang lemah imannya dan

tidak bersabar atas ujian allah.9

b) Q.S. Al-Ahzab: 9

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah

dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami

kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya

dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu kerjakan.”

9 Ibid, hal. 208

10

Page 11: Tafsir Ayat Dakwah

Ayat-ayat ini bercerita tentang perang Khandaq atau Ahzab. Allah

menceritakannya kepada kaum mukminin untuk mengingatkan tentang nikmat-

nikmat-Nya yang telah diberikan pada mereka agar mereka mau bersyukur dengan

tunduk dan taat kepada Allah dan rasul-Nya. Menerima semua yang disyari’atkan

kepada mereka untuk kesempurnaan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.

Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman…” kepada Allah sebagai Tuhan

dan sesembahan, Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-Nya, dan Islam sebagai agama

dan jalan hidup. “Ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan)

kepadamu…” berupa pembelaan dari bahaya yang terbesar, yang telah mengepung

kalian. Yaitu berkumpulnya beberapa kelompok pasukan untuk menyerang kalian

dari tempat terdekat dari kelompok pasukan untuk pasukan untuk menyerang kalian

dari tempat terdekat dari rumah kalian, mereka adalah tentara Quraisy, Asad,

Ghathafan, dan bani Quraizhah dari bangsa Yahudi mereka bergabung dengan

mereka. Huyyay bin Akhtab an-Nadhri , dia menginginkan balas dendam terhadap

Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam dan kaum mukminin. Karena mereka telah

diusir dan dikeluarkan dari Madinah. Lalu mereka bergabung dengan orang Yahudi

Khaibar dan Taim. Ketika bercerita itu sampai pada Rasulullah Shallalahu Alaihhi

wa Sallam, beliau memerintahkan untuk menggali khandaq di bawah kaki gunung

sebelah barat Madinah, dan itu merupakan usulan Salman Al-Farisi

Radhiyallahuanha. Karena dia memiliki pengalaman perang yang dia dapatkan dari

kampung halamanya di Persia.

Allah berfirman,”Ketika datang kepadmu bala tentara…” kaum musyrikin Qurasy,

bani Asad, dan Ghathfan. “Lalu kami kirimkan kepada mereka angin topan

dantentara yang tidak terlihat olehmu…” Yakni ketika datang kepada kalian tentara

kaum musrykin dan mengepung kalian di kaki gunung, maka Kami kirimkan pada

mereka amgin, yaitu angin dari timur yang penuh berkah yang pernah dikatakan oleh

Rasulullah. Bahwa perang itu dibantu oleh angin timur, sedangkan kaum ‘ad

dihancurkan oleh Angin Barat. Lalu angin Timur memporak porandakan segala

macam yang ada pada mereka, sehingga memaksa mereka pergi. Firman Allah

Ta’ala “Dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya..” yaitu para malaikat.

Kemudian para malaikat tersebut menimpakan rasa kekhawatiran dan kekuatan pada

mereka, sehingga memaksa mereka kehilangan petunjuk dan kebenaran, lalu mereka

kembali dengan kekalajhan. “Dan Allah Melihat tentang apa yang kamu

11

Page 12: Tafsir Ayat Dakwah

kerjakan..”. Yakni Allah melihat setiap perbuatan kalian seperti menggali parit,

pertengkaran dan perdebatan serta apa-apa yang dikatakan dan dilakukan oleh

orang-orang munafik. Tidak ada yang luput dari Allah, dan Dia akan membalas

setiap kebaikan dan keburukan.10

Sedangkan menurut tafsir Al-Qurtubi, ayat ini mengabarkan tentang

limpahan nikmat-Nya, karunia-Nya, dan kebaikan-Nya, kepada hamba-hamba-Nya

yang beriman, yaitu Allah Azza wa JAlla telah memalingkan musuh musuh mereka

dan mengalahkannya pada tahun mereka bersatu dan bersekutu untuk memerangi

kaum mukminin. Itu terjadi pada tahun perang Khandaq, di bulan syawal pada tahun

kelima hijrah menurut pendapat yang kuat dan masyhur.

Diriwayatkan bahwa sebab kedatangan golongan-golongan yang bersekutu

itu adalah, ada sekelompok orang dari kalangan pembesar-pembesar Yahudi bani

An-Nadhir yang dahulu disingkirkan oleh Rasulullah dari kota Madinah ke Khaibar,

diantaranya ada Sallam bin abi al-Huqaiq, Sallam bin Misykam, dan Kinnah bin Ar-

Rabi’. Mereka keluar menuju Mekah dan berkumpul bersama para pembesar bangsa

Quraisy, lalu mengajak mereka untuk memerangi Nabi seraya menjanjikan kepada

mereka dari diri mereka untuk selalu menolong dan membantu. Maka pembesar

Quraisy itu memenuhi ajakan mereka untuk hal tersebut. Selanjutnya mereka keluar

menuju kabilah Gathfhan dan mengajak mereka untuk hal yang sama, lalu mereka

pun memenuhi ajakan tersebut. Selanjutnya bangsa Quraisy keluar bersama kabilah-

kabilah nya dan orang-orang b yang mengikutinya, dan panglima mereka adalah

Abu Sufyan bin Harb. Sedangkan kabilah Gathfhan di pimpin oleh Uyainah bin

Hishin bin Bar. Jumlah keseluruhan mereka mendekati sepuluh ribu personil, ketika

Rasull mendengar keberangkatan mereka, beliau segera memerintahkan kaum

muslimin untuk membuat parit desekeliling kota Madinah yang sebelah timurnya.

Itu dilakukan berdasarkan saran dan masukan dari Salman Al-Farizi. Maka kaum

muslimin pun melaksanakan hal tersebut dengan sungguh-sungguh. Rasull juga ikut

bersama mereka memindahkan tanah dan ikut menggali. Bahkan pada proses

penggalian beliau itu terdapat tanda-tanda yang nyata dan bukti-bukti yang jelas

tentang kenabian beliau.11

10 Al-Jazairi , Syaikh Abu Bakar Jabir, tafsir alquran al-aisar (jilid 5), (Jakarta: Darus Sunnah, 2008) , hal. 787-790

11 Syaikh Imam Al-Qurtubi, Tafsir Al Qurthubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hal. 291

12

Page 13: Tafsir Ayat Dakwah

c) Q.S. Al-anfaal: 60

Artinya: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu

sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan

persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang

selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa

saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup

kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).”

Dengan ayat ini, Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan supaya diadakan

persiapan kelengkapan persenjataan perang, yang terdiri dari dua macam, yaitu:

1. Segala alat persenjataan yang merupakan kekuatan perang.

2. Mengadakan pasukan berkuda (murabathah) yang selalu siap gerak cepat, dapat

berjaga-jaga dan mempersiapkan “bubu-bubu” pertahanan di tapal batas, agar tak

dapat diserang oleh musuh degan tiba-tiba. Termasuk si dalamnya menggali parit

peperangan (pertahanan). Keduanya iu disiapkan dengan sekuat tenaga yang ada

pada diri kita.12

Dalam tafsir Hidayatul Insan, ada beberapa poin terkait dengan ayat ini,

diantaranya yaitu:

1. Orang-orang kafir yang berusaha membinasakan kamu dan membatalkan

agamamu.

2. Baik kepandaian, keterampilan, kekuatan fisik , berbagai persenjataan dan

perlengkapan lainnya yang membantu mengalahkan mereka seperti berbagai

macam senjata, meriam, senapan, pistol, kendaraan, pesawat tempur, tank, kapal

tempur, parit, benteng dan mengetahui taktik berperang. Termasuk di antaranya

memanah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Alaa innal

quwwatar ramyu.” (artinya: Ingat! Kekuatan itu adalah memanah.”)

12 Muhammad Ahmad Isawi, Tafsir Ibnu Mas’ud, Studi tentang Ibnu Mas’ud dan tafsirnya, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), Hlm. 462

13

Page 14: Tafsir Ayat Dakwah

3. ‘Illatnya adalah ini, yakni untuk menggentarkan musuh Allah, dan hukum

berjalan bersama ‘illatnya, sehingga apa saja yang membuat mereka gentar, maka

perlu dipersiapkan.13

C. Hikmah yang dapat dipetik dari dari sejarah peperangan di masa lalu

Dari serangkaian penjelasan diatas, baik berkenaan dengan sejarah maupun

hasil dari penafsiran beberapa ayat dalam Al-Qur’an. maka kita dapat memetik beberapa

hikmah terkait daya tahan seorang da’i dalam menghadapi perlawanan dari orang-orang

musyrik. Adapun hikmah-hikmah tersebut adalah:

1. Memahamkan kepada kaum muslimin betapa buruknya akibat

kemaksiatan dan mengerjakan apa yang telah dilarang

Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu ketika barisan pemanah

meninggalkan pos-pos mereka yang sudah ditetapkan oleh

Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam.

2. Sudah menjadi kebiasaan bahwa para Rasul ‘alaihimus salam juga

menerima ujian dan cobaan, yang pada akhirnya mendapatkan

kemenangan. Di antara hikmahnya, apabila mereka senantiasa

mendapatkan kemenangan, tentu orang-orang yang tidak pantas akan

masuk ke dalam barisan kaum mukminin sehingga tidak bisa

dibedakan mana yang jujur dan benar; dan mana yang dusta.

Sebaliknya, kalau mereka terus-menerus kalah, tentulah tidak tercapai

tujuan diutusnya mereka. Sehingga sesuai dengan hikmah-Nya

terjadilah dua keadaan ini.

3. Ditundanya kemenangan pada sebagian pertempuran, adalah sebagai

jalan meruntuhkan kesombongan diri. Maka ketika kaum mukminin

diuji, lalu mereka sabar, tersentaklah orang-orang munafiqin dalam

keadaan ketakutan.

4. Allah subhanahu wa ta’ala mempersiapkan bagi hamba-Nya yang

beriman tempat tinggal di negeri kemuliaan-Nya yang tidak bisa

dicapai oleh amalan mereka. Dia tetapkan beberapa sebab sebagai

ujian dan cobaan agar mereka sampai ke negeri tersebut.

13 Marwan bin Musa, Tafsir Al-Qur’an Hidayatul insan Jilid 2, e-book dari www.tafsir.web.id

14

Page 15: Tafsir Ayat Dakwah

5. Bahwasanya syahadah (mati syahid) termasuk kedudukan tertinggi

bagi para wali Allah subhanahu wa ta’ala.

6. Perang Uhud seakan-akan persiapan menghadapi wafatnya

Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam. Allah subhanahu wa

ta’ala meneguhkan mereka, dan mencela mereka yang berbalik ke

belakang, baik karena Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa

sallam terbunuh atau meninggal dunia.

15

Page 16: Tafsir Ayat Dakwah

BAB III

KESIMPULAN

Dari materi yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka terkait dengan daya

tahan di medan dakwah ini penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Peperangan dimaksudkan untuk melawan orang kafir yang berusaha menghalangi

atau memerangi orang yang masuk Islam.

2. Akibat orang-orang yang mendustakan dakwah kepada kebenaran adalah kerugian

dan kebinasaan yang besar.

3. Ditundanya kemenangan pada sebagian pertempuran, adalah sebagai

jalan meruntuhkan kesombongan diri. Maka ketika kaum mukminin

diuji, lalu mereka sabar, tersentaklah orang-orang munafiqin dalam

keadaan ketakutan.

4. Allah subhanahu wa ta’ala memeberikan kemenangan kepada orang kafir sebagai

peringatan kepada orang mukmin agar tidak berperilaku maksiat dan ubud dunya.

5. Seorang pendakwah harus sabar, jujur dan istiqomah dalam mengajarkan ajaran

Islam.

6. Dan lain-lain

Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan yang harus

dibenahi oleh penulis. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun, sangat

penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah yang masih sederhana ini dapat

bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan semua pembaca pada umumnya.

16

Page 17: Tafsir Ayat Dakwah

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Isawi, Muhammad. Tafsir Ibnu Mas’ud. Editor Murtadho Syahudi. Jakarta: Pustaka

Azzam. 2009

Al-Jazairi, Syaikh Abu Bakar Jabir. Tafsir Al-Quran Al-Aisar (Jilid 2). Jakarta: Darus Sunnah

Press. 2007

Al-Jazairi, Syaikh Abu Bakar Jabir. Tafsir Al-Quran Al-Aisar (Jilid 5). Jakarta: Darus Sunnah

Press. 2008

Bastari, Ahmad. Kontemplasi Politik (Belajar dari Kisah Perang Badar Menurut Sirah Ibn

Hisyam dan Al-Thabari. Jurnal TAPIs Vol.9 No.1 Januari-Juni 2013. Lampung: IAIN

Raden Intan. 2013

Daulah islam.“Kisah, Sejarah, Dan Pelajaran Dari Perang Uhud. 12 April 2015.

http://daulahislam.com/kisah/rasul-dan-sahabat/kisah-dan-pelajaran-perang-uhud.html

Ibn Hisyam. Sirah Al-Nabi Juz I. Editor Muhammad Muhiyyuddin Abdul Hamid. Beirut: Dar

Al-Fikr. 1981.

Imam Al-Qurtubi. Tafsir Al-Qurthubi Jilid 4. Jakarta: Pustaka Azzam. 2008

Marwan bin Musa. Tafsir Al-Qur’an Hidayatul Insan. E-book dari www.tafsir.web.id

Rumah Islam. “Tafsir Q.S. Ali Imran: 140”. 15 April 2015. http://rumahislam.com/tafsir-

depag-ri/158-qs-003-al-imran/897-tafsir-depag-ri--qs-003-al-imran-140.html

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1997.

Aplikasi Qur’an InWord

17