Tafsir Ayat Dakwah
-
Upload
teguh-setiyadi -
Category
Documents
-
view
26 -
download
2
description
Transcript of Tafsir Ayat Dakwah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hadirnya atau sampainya ajaran Islam di tengah-tengah kita saat ini, tentu tidak
terlepas dari dakwah yang dilakukan secara turun temurun dan istiqomah sejak masa
Rosulullah SAW. Dalam catatan sejarah, kita telah mengetahui betapa banyaknya hambatan
dan rintangan yang dihadapi Rosulullah SAW dan para sahabat dalam mensyi’arkan agama
Islam pada waktu itu. Namun, dengan kesabaran dan semangat pantang menyerah akhirnya
Islam mampu mencapai kejayannya jua hingga akhirnya bisa sampai kepada kita kaum
muslim saat ini.
Pada makalah ini, penulis akan berbicara tentang ketahanan untuk tetap bertahan
berjalan di medan dakwah. Sebagaimana karakternya, dakwah ini bukanlah jalan yang
dipenuhi dengan kemudahan sehingga dapat dilalui dengan mudah. Tetapi ini adalah jalan
yang sulit dan penuh dengan fitnah. Dakwah adalah jalan yang sulit penuh dengan perangkap
dan cobaan. Oleh karena itu, diperlukan ketahanan internal yang kuat, karena dakwah
merupakan jalan yang panjang. Bisa jadi, seorang da’i tidak akan pernah merasakan “buah”
perjuangannya di dunia ini karena singkatnya umur manusia tidak sebanding dengan
panjangnya cita-cita yang dibawa dalam misi dakwah. Tetapi, dibalik semua kesabaran dalam
menghadapi cobaan, dibalik kesabaran menghadapi fitnah dan dibalik kesabaran atas
kelelahan karena berjuang dalam waktu yang panjang. Allah subhanahu wa ta’ala telah
menyiapkan balasan yang setimpal. Yaitu, surga dan seisinya seperti yang telah Allah
janjikan dalam Q.S. At-taubah:111, yang berbunyi:
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu
mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam
1
Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada
Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah
kemenangan yang besar.”
Tidak sedikit, mereka yang berjuang dijalan dakwah harus minggir dan menepi
bahkan berhenti memperjuangkan agama Allah subhanahu wa ta’ala karena mereka tidak
sanggup untuk bertahan atas cobaan yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Ada
yang harus futur karena alasan tidak sanggup akan cobaan berupa kesulitan-kesulitan tapi,
tidak sedikit yang harus insilakh (keluar) dari jalan dakwah karena cobaan yang berupa
kenikmatan. Oleh alasan itulah maka penulis menyusun sebuah makalah dengan judul:
“DAYA TAHAN DI MEDAN DAKWAH”, dengan salah satu tujuan yaitu agar penulis pada
khususnya, dan pembaca pada umumnya mampu belajar dari sejarah terkait keistiqomahan
pendakwah tempo dulu dalam menyebarkan agama Islam serta bagaimana upaya melawan
terhadap golongan yang menentang Islam.
B. Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini, ada beberapa poin yang akan dibahas, yaitu:
1. Bagaimana para pejuang Islam tempo dulu mempertahankan dakwah Islam ditengah
pertentangan dari orang kafir?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kalah atau menangnya Islam dalam
Perang Uhud dan Perang Badar?
3. Hikmah apa saja yang dapat dijadikan pelajaran bagi da’i masa kini terkait
peperangan pada masa lalu?
C. Metode Penelitian
Penyusunan makalah “Daya Tahan di Medan Dakwah” dilakukan dengan
menggunakan metode studi pustaka. Yaitu pendalaman materi dengan merujuk kepada buku-
buku yang relevan dan yang terkait dengan judul makalah ini. Serta menggunakan metode
pengambilan data dari internet baik berupa jurnal, maupun langsung dari sumber website
yang masih bersangkutan dengan materi pembahasan.
D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
2
1. Untuk memahami upaya mempertahankan dakwah islam di masa lalu
2. Memahami kandungan isi Al-Qur’an surat Al-Ahzab:9, Al-anfal: 60, dan Ali
Imran:140
3. Membaca faktor-faktor yang menyebabkan kemajuan dan kemunduran dakwah Islam
di masa lalu dan masa kini.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perlawanan Islam Terhadap Golongan Yang Menentang Islam
1. Terjadinya Perang Badar
Pada saat Nabi sudah hijrah ke Madinah memang masih sering terjadi peperangan
antara orang Islam dengan kafir Quraisy, diantaranya adalah perang Badar. Perang badar
ini merupakan salah satu perang yang sangat menentukan masa depan negara Islam.
Sebenarnya Nabi telah memerintahkan Abu Ubaidah Amir ibn Al-Jarah untuk
mempersiapkan perang, namun tidak jadi, dan sebagai gantinya diutus Abdullah ibn Jahsy
yang diikuti 8 orang muhajirin, dan Nabi menulis kepadanya dan memerintahkan agar
tidak dibuka kecuali setelah menempuh perjalanan selama dua hari. Setelah dibuka
ternyata sahabat ini disuruh berhenti di Nakhlah untuk mengintai Quraisy dan mencari
berita tentang gerakan dan pengaturan perang mereka. Adapun Sa’d Ibn Abul Waqash dan
Utbah ibn Ghazawan tersesat di daerah Ma’dan yang disebut dengan Bahran. yang terjadi
pada tahun kedua di daerah Badar kurang lebih 120 km dari Madinah.1
Pada dasarnya perang badar ini ada tiga macam, yaitu perang Badar pertama,
perang badar kubra, dan perang badar yang terakhir (Ghazwah al-Sawiq) terjadi pada abad
keempat hijrah. Namun dalam makalah ini hanya kita fokuskan pada perang Badar Kubra
saja yang dianggap sangat penting bagi perkembangan Islam. Perang badar kubra ini
didahului oleh Sariyah Abdullah Ibn Jahsy ke daerah Nakhlah yang berada di antara
Mekkah dan Thaif yang terjadi pada bulan Rajab tahun ke-2 H. Sariyah inilah yang
menjadi penyebab paling kuat terhadap perang Badar Kubra. Sebenarnya Nabi telah
memerintahkan Abu Ubaidah Amir ibn Al-Jarah untuk mempersiapkan perang, namun
tidak jadi, dan sebagai gantinya diutus Abdullah ibn Jahsy yang diikuti 8 orang muhajirin,
dan Nabi menulis kepadanya dan memerintahkan agar tidak dibuka kecuali setelah
menempuh perjalanan selama dua hari. Setelah dibuka ternyata sahabat ini disuruh
berhenti di Nakhlah untuk mengintai Quraisy dan mencari berita tentang gerakan dan
pengaturan perang mereka. Adapun Sa’d Ibn Abul Waqash dan Utbah ibn Ghazawan
tersesat di daerah Ma’dan yang disebut dengan Bahran. Sehingga Ibn Jahsy berjalan
1 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta Raja Grafindo Persada, 1997) cet 6, hal. 27
4
bersama sahabat lainnya sampai di Nakhlah. Kemudian ia melihat rombongan unta
Quraisy membawa Anggur dan lain-lainnya. Di dalam rombongan itu terdapat Amr ibn
Al-Khadlrami, Utsman ibn Al-Mughirah, Naufal, Al-Hakam Ibn Kisan. Dan Ukasyah Ibn
Mihshan sebagai pemimpinnya. Berundinglah para sariyah Islam ini tepatnya pada akhir
Rajab karena bingung, jika rombongan ini dibiarkan pada malam ini saja maka mereka
akan masuk tanah Haram, dan jika diperangi maka saat ini masih akhir bulan haram
(Rajab). Kemudian sariyah ini termotivasi untuk membunuh siapa saja dari rombongan
Quraisy yang dapat dilakukannya. Waqid ibn Abdullah alTamimi berhasil memanah Amr
ibn Al-Khadlrami dan mati. Sementara Utsman Ibn Abdullah dan Al-Hakam ibn Kisan
ditawan sedang Naufal berhasil lari. Kemudian Sariyah membawa tawanan ke Madinah.
Dan disebutkan juga bahwa Abdulullah Ibn Jahsy membagi hasil rampasan ini
seperlimanya kepada Rasulullah padahal hal itu sebelum turun ayat rampasan, hanya saja
Nabi mengingkari perang sariyah ini pada bulan haram dan tidak mau mengambil
sesuatupun darinya, seraya berkata “aku tidak memerintahkan kamu sekalian untuk perang
pada bulan haram. Setelah terjadi persoalan ini maka turunlah ayat tentang perang pada
bulan haram ini yaitu:
Artimya: “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram.
Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi
(manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan
mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah[134]. dan
berbuat fitnah[135] lebih besar (dosanya) daripada membunuh. mereka tidak henti-
hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu
(kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara
kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia
amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya.” (Q.S. Al-Baqarah: 217)
5
[134] Jika kita ikuti Pendapat Ar Razy, Maka terjemah ayat di atas sebagai
berikut: Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar, dan (adalah berarti)
menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah dan (menghalangi manusia
dari) Masjidilharam. tetapi mengusir penduduknya dari Masjidilharam (Mekah) lebih
besar lagi (dosanya) di sisi Allah." Pendapat Ar Razy ini mungkin berdasarkan
pertimbangan, bahwa mengusir Nabi dan sahabat-sahabatnya dari Masjidilharam sama
dengan menumpas agama Islam.2
[135] Fitnah di sini berarti penganiayaan dan segala perbuatan yang dimaksudkan
untuk menindas Islam dan muslimin.3
Ayat tersebut secara garis besar menyatakan perang pada bulan haram itu dosa
besar, namun mencegah orang masuk Islam juga lebih besar dosanya. Setelah turun ayat
ini, maka sahabat bertanya kepada rasul apakah kita mendapat upah dari peperangan ini?
Lalu turun ayat berikutnya :
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan
berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. Al-Baqarah: 218)
Kemudian keributan ini selesai, dan Quraisy mulai menebusnya, namun Nabi tidak
menerima tebusannya sehingga dua sahabatnya yang tersesat itu kembali. Setelah dua
sahabat itu kembali dengan selamat maka Nabi menerima fida’ Ustman ibnu Abdulullah,
sementara Al-Hakam masuk Islam dan mati Syahid pada perang Bi’r Ma’unnah (tahun ke-
4 H).4
Pada hari jum’at 17 Ramadhan orang kafir bertemu orang Islam lalu mulailah
perang antara kedua kelompok tersebut. Orang musyrik memanah Mahja’ maula Umar ibn
Al-Khattab yang menjadi korban muslim pertama yang terbunuh kemudian Haritsah ibn
Suraqah memanah salah satu bani Addiy al-Najjar yang sedang minum air di telaga dan
2 Qur’an InWord application3 ibid4 Ibnu Hisyam, Sirah Al-nabi Juz 1, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1981) hal. 241
6
kena dadanya lalu mati, sedang dari katir yang pertama mati adalah Aswad ibn Abdul asad
al-Makhzumi dibunuh oleh Hamzah. Kebiasaan perang pada masa dahulu adalah mengadu
tokohnya untuk memberi semangat. Pada perang Badar ini dari pihak kafir adalah Utbah
ibn Rabi’ah, Syaibah ibn Rabi’ah dan Walid ibn Utbah ibn Rabi’ah sedang pihak Islam,
pada mulanya pemuda anshar seperti auf mu’awwadz dan Abdullah ibn Rawahah, siapa
kamu, jawabnya keturunan anshar, kata kafir saya tidak ada perlu dengan kamu,
Muhammad keluarkanlah yang sekufu dengan kita, lalu keluarlah Ubaidah ibn Al-Harits,
Hamzah, dan Ali. Lalu bertarunglah Ubaidah dengan Utbah, Hamzah dengan Syaibah, dan
Ali dan Walid, adapun Hamzah dan Ali tidak memberi kesempatan lawannya untuk
membunuh.Peperangan dimenangkan pihak muslim dengan korban dari pihak kafir 70
orang dan ditawan 70 orang. Mereka yang terbunuh adalah : Abu Jahal, Utbah, Syaibah,
Walid ibn Utbah, Hamzhalah, Naufal ibn Khuwalid, dan lain-lain sedang yang ditawan
adalah Al-Abbas paman Nabi, Uqail ibn Abu Thalib, Naufal al-Harits, Amr ibn Abu
Sufyan, Abul Ash suami Zainab. Sedangkan yang terbunuh syahid dari kaum muslimin
sebanyak 14 orang. Di antaranya 7 orang dari Muhajirin : Ubaidah ibn Al-Harits ibn
Abdul Muttalib, Umair ibn Abi Waqash, Dzu Al-Syamalain ibn Abd Amr, Mahja Maula
Umar Shafwan ibn baidla’, Aqil ibn al-Bakir dan dari Anshar adalah : Sa’d ibn
Khaitsamah dan lain-lain.5
Demikianlah sekelumit pembahasan mengenai perang Badar yang menjadi
kemenagan pertama Islam dalam melawan orang kafir dan sekaligus menjadi titik tolak
kebangkitan Islam pada masa sesudahnya.
2. Terjadinya Perang Uhud
Mendung kesedihan masih saja menyelimuti kota Makkah. Tak bisa dipungkiri
lagi bahwa kaum Musyrikin Quraisy tak mampu menyembunyikan duka lara mendalam
perihal kekalahan telak mereka pada perang Badar tahun ke-2 Hijriyah, hati mereka
tersayat pilu tak terkira. Berita kalahnya pasukan Quraisy terasa begitu cepat menyebar
keseluruh penjuru kota Makkah, bak awan bergerak menutupi celah celah langit yang
kosong di musim penghujan. Namun sangat disayangkan, kekalahan telak kaum paganis
Quraisy pada perang itu tak mampu merubah sikap bengis mereka terhadap kaum
muslimin. Dendam kesumat nan membara tertancap kokoh dalam hati mereka, tewasnya
tokoh-tokoh Quraisy berstrata sosial tinggi pada peristiwa nahas itu semakin menambah
5 Ahmad Bastari, Kontemplasi Politik (Belajar dari Kisah Perang Badar Menurut Sirah Ibn Hisyam dan Al-Thabari), dalam Jurnal TAPIs Vol.9 No.1 Januari-Juni 2013, hal. 29
7
kental kebencian Quraisy terhadap kaum muslimin. Kiranya itulah salah satu yang melatar
belakangi munculnya perang baru yang tidak kalah ‘tenar’ dalam catatan sejarah, yaitu
perang Uhud
Perang Uhud (Bahasa Arab: أحد Ġazwat ‘Uḥud) terjadi pada hari Sabtu, 7 غزوة
Syawal atau 11 Syawal tahun ketiga hijrah (26 Mac 625 M) adalah peperangan antara
kaum Muslimin dan kaum musyrikin Quraisy Mekah yang terjadi pada tahun 3 Hijriah di
Gunung Uhud. Gunung kecil yang terdiri dari batu hitam diselimuti oleh tanah kering ini
tingginya 1050 meter, terletak di sebelah barat laut Madinah, tepatnya 5 km arah utara dari
Masjid Nabawi dan arah selatan dari Gunung Tsur. Peristiwa pertempuran ini terasa begitu
dahsyat dan memberikan dampak emosional, 70 Orang Syuhada gugur dan Nabi
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam terluka. 6
Jumlah korban kaum muslimin dalam periode perang kali ini memang lebih
banyak dibanding jumlah korban kaum musyrikin. Oleh karena itu, mayoritas ahli sejarah
menyatakan bahwa kaum muslimin mengalami kekalahan dalam pertempuran Uhud.
B. Tafsir ayat yang berkaitan dengan daya tahan di medan perang
a) Q.S. Ali Imran: 140
Artinya: “Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya kaum
(kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan
dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat
pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan
orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'
dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,”
Pada ayat ini Allah menambah lagi bahwa kaum muslimin jika menderita luka
atau menemui ajalnya pada perang Uhud, maka orang-orang kafir juga telah mengalami
6 Daulah islam, Kisah, Sejarah, Dan Pelajaran Dari Perang Uhud,diakses dari http://daulahislam.com/kisah/rasul-dan-sahabat/kisah-dan-pelajaran-perang-uhud.html pada tanggal 12 April 2015 pukul 12.34
8
yang demikian itu pada perang Badar. Demikianlah menang dan kalah dalam peperangan
adalah hal yang dipergilirkan oleh Allah di antara manusia, agar mereka mendapat
pelajaran, dan supaya Allah membedakan antara orang-orang yang beriman dengan orang-
orang kafir, dan juga memberikan kepada kaum muslimin kebahagiaan mati syahid yang
sangat tinggi nilainya di sisi Allah, karena mereka mengorbankan jiwa raganya demi untuk
membela kebenaran, dan Allah tidak menyukai orang-orang berbuat zalim.7
Surat Ali Imran ayat 140 berisi tentang bela sungkawa Allah ta’ala kepada
orang-orang yang beriman atas musibah yang menimpa mereka pada perang Uhud.
Dalam hal ini allah berfirman yang isinya janganlah kamu sekalian menjadi lemah
lalu meninggalkan jihad dan amal, dan jangalan kalian bersedih atas kepergian
(karena pada hakikatnya, kalian lebih unggul;yakni kalian menang atas musuh-
musuh kalian pada waktu yang lalu dan waktu yang akan datang, dengan syarat
kalian beriman dan bertaqwa. Ketahuilah jika kalian terkena musibah dengan luka-
luka atau kematian, hal itu janganlah membuat kalian menjadi hinadan menghalangi
kalian untuk meneruskan tugas jihad berikutnya, sebab musuh kalian mengalami
nasib yang sama ketika perang badar. Peperangan adalah kemenangan dan
kekelahan yang selalu bergilir, pada suatu saat kemenangan di pihak kalian dan pada
saat lain kekalahan menimpa kalian. Sunnatullah dalam kehidupan ini.
Kemudian, sesudah Allah Ta’ala penghiburan yang penuh kata-kata bijak
tersebut sebagai hiburan bagi orang-orang beriman, slanjutnya Allah Ta’ala
menyebutkan faktor penyebab terjadinya peristiwa yang cukup menyedihkan itu
serta rahasia yang ada dibaliknya. Allah ta’ala berfirman yang artinya”...kami
pergilirkan diantara manusia agar mereka mendapat pelajaran)...”(qs ali imran 140),
yakni agar dengan peristiwa yang menyakitkan itu nampak jelas keimanan orang-
orang yang beriman. Dan memang begitu realitanya.8
Orang-orang munafik kembali pulang dengan pemimpin mereka; Abdullah
Bin Ubbay bin Salul(orang munafik terbesar). Sementara orang-orang yang beriman
melanjutkan perjalanan dan mereka memasuki medan laga, maka dnegan demikian
nampaklah keinginan mereka. Selain itu, dnegan kejadian ini, allah menetapkan
sebagian orang-orang yang beriman mereka sebagai syuhada dan jumlahnya 70
7 Diambil dari http://rumahislam.com/tafsir-depag-ri/158-qs-003-al-imran/897-tafsir-depag-ri--qs-003-al-imran-140.html, diakses pada 14 April 2015 pukul 21.128 Al-Jazairi , Syaikh Abu Bakar Jabir, tafsir alquran al-aisar (jilid 2), (Jakarta: Darus Sunnah, 2007) , hal. 207
9
orang, 4 orang diantaranya berasal dari kaum Muhajirin yang paling mulia di antara
mereka adalah Hamzah bin Abdul Muththalib paman Rasulullah SAW, dan Mush’ab
bin Umair. Sementara yang lain berasal dari kaum Anshar.
Pelajaran pada perang uhud ini sangat berarti bagi orang-orang yang
beriman pada waktu-waktu setelah itu; yaitu mereka patuh kepada Nabi mereka,
karena itu kemenangan demi kemenangan akan bisa mereka raih, sehingga mereka
mampu menjatuhkan kekuatan kaum kafir dan pengaruhnya serta menjatuhkan dari
bumi Jazirah Arabia.
Pelajaran yang bisa di ambil dari ayat 140:
1. Akibat orang-orang yang mendustakan dakwah kepada kebenaran adalah
kerugian dan kebinasaan yang besar.
2. Pada ayat-ayat alquran terdapat petunjuk-petunjuk dan nasehat-nasehat yang
paling baik bagi orang-orang yang memiliki keimanan dan ketawaan.
3. Orang-orang beriman merekalah orang-orang yang paling tinggi derajadnya di
dunia dan akhirat
4. Kehidupan selalu silih berganti. Karena itu orang-orang beriman harus
menghadapi segalaya dengan kesabaran dan rasa syukur.
5. Ujian dan musibah adala proses untuk menyeleksi siapakah manusia yang
terbaikdan untuk menjatuhkan kehidupan orang-orang yang lemah imannya dan
tidak bersabar atas ujian allah.9
b) Q.S. Al-Ahzab: 9
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah
dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami
kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya
dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu kerjakan.”
9 Ibid, hal. 208
10
Ayat-ayat ini bercerita tentang perang Khandaq atau Ahzab. Allah
menceritakannya kepada kaum mukminin untuk mengingatkan tentang nikmat-
nikmat-Nya yang telah diberikan pada mereka agar mereka mau bersyukur dengan
tunduk dan taat kepada Allah dan rasul-Nya. Menerima semua yang disyari’atkan
kepada mereka untuk kesempurnaan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman…” kepada Allah sebagai Tuhan
dan sesembahan, Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-Nya, dan Islam sebagai agama
dan jalan hidup. “Ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan)
kepadamu…” berupa pembelaan dari bahaya yang terbesar, yang telah mengepung
kalian. Yaitu berkumpulnya beberapa kelompok pasukan untuk menyerang kalian
dari tempat terdekat dari kelompok pasukan untuk pasukan untuk menyerang kalian
dari tempat terdekat dari rumah kalian, mereka adalah tentara Quraisy, Asad,
Ghathafan, dan bani Quraizhah dari bangsa Yahudi mereka bergabung dengan
mereka. Huyyay bin Akhtab an-Nadhri , dia menginginkan balas dendam terhadap
Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam dan kaum mukminin. Karena mereka telah
diusir dan dikeluarkan dari Madinah. Lalu mereka bergabung dengan orang Yahudi
Khaibar dan Taim. Ketika bercerita itu sampai pada Rasulullah Shallalahu Alaihhi
wa Sallam, beliau memerintahkan untuk menggali khandaq di bawah kaki gunung
sebelah barat Madinah, dan itu merupakan usulan Salman Al-Farisi
Radhiyallahuanha. Karena dia memiliki pengalaman perang yang dia dapatkan dari
kampung halamanya di Persia.
Allah berfirman,”Ketika datang kepadmu bala tentara…” kaum musyrikin Qurasy,
bani Asad, dan Ghathfan. “Lalu kami kirimkan kepada mereka angin topan
dantentara yang tidak terlihat olehmu…” Yakni ketika datang kepada kalian tentara
kaum musrykin dan mengepung kalian di kaki gunung, maka Kami kirimkan pada
mereka amgin, yaitu angin dari timur yang penuh berkah yang pernah dikatakan oleh
Rasulullah. Bahwa perang itu dibantu oleh angin timur, sedangkan kaum ‘ad
dihancurkan oleh Angin Barat. Lalu angin Timur memporak porandakan segala
macam yang ada pada mereka, sehingga memaksa mereka pergi. Firman Allah
Ta’ala “Dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya..” yaitu para malaikat.
Kemudian para malaikat tersebut menimpakan rasa kekhawatiran dan kekuatan pada
mereka, sehingga memaksa mereka kehilangan petunjuk dan kebenaran, lalu mereka
kembali dengan kekalajhan. “Dan Allah Melihat tentang apa yang kamu
11
kerjakan..”. Yakni Allah melihat setiap perbuatan kalian seperti menggali parit,
pertengkaran dan perdebatan serta apa-apa yang dikatakan dan dilakukan oleh
orang-orang munafik. Tidak ada yang luput dari Allah, dan Dia akan membalas
setiap kebaikan dan keburukan.10
Sedangkan menurut tafsir Al-Qurtubi, ayat ini mengabarkan tentang
limpahan nikmat-Nya, karunia-Nya, dan kebaikan-Nya, kepada hamba-hamba-Nya
yang beriman, yaitu Allah Azza wa JAlla telah memalingkan musuh musuh mereka
dan mengalahkannya pada tahun mereka bersatu dan bersekutu untuk memerangi
kaum mukminin. Itu terjadi pada tahun perang Khandaq, di bulan syawal pada tahun
kelima hijrah menurut pendapat yang kuat dan masyhur.
Diriwayatkan bahwa sebab kedatangan golongan-golongan yang bersekutu
itu adalah, ada sekelompok orang dari kalangan pembesar-pembesar Yahudi bani
An-Nadhir yang dahulu disingkirkan oleh Rasulullah dari kota Madinah ke Khaibar,
diantaranya ada Sallam bin abi al-Huqaiq, Sallam bin Misykam, dan Kinnah bin Ar-
Rabi’. Mereka keluar menuju Mekah dan berkumpul bersama para pembesar bangsa
Quraisy, lalu mengajak mereka untuk memerangi Nabi seraya menjanjikan kepada
mereka dari diri mereka untuk selalu menolong dan membantu. Maka pembesar
Quraisy itu memenuhi ajakan mereka untuk hal tersebut. Selanjutnya mereka keluar
menuju kabilah Gathfhan dan mengajak mereka untuk hal yang sama, lalu mereka
pun memenuhi ajakan tersebut. Selanjutnya bangsa Quraisy keluar bersama kabilah-
kabilah nya dan orang-orang b yang mengikutinya, dan panglima mereka adalah
Abu Sufyan bin Harb. Sedangkan kabilah Gathfhan di pimpin oleh Uyainah bin
Hishin bin Bar. Jumlah keseluruhan mereka mendekati sepuluh ribu personil, ketika
Rasull mendengar keberangkatan mereka, beliau segera memerintahkan kaum
muslimin untuk membuat parit desekeliling kota Madinah yang sebelah timurnya.
Itu dilakukan berdasarkan saran dan masukan dari Salman Al-Farizi. Maka kaum
muslimin pun melaksanakan hal tersebut dengan sungguh-sungguh. Rasull juga ikut
bersama mereka memindahkan tanah dan ikut menggali. Bahkan pada proses
penggalian beliau itu terdapat tanda-tanda yang nyata dan bukti-bukti yang jelas
tentang kenabian beliau.11
10 Al-Jazairi , Syaikh Abu Bakar Jabir, tafsir alquran al-aisar (jilid 5), (Jakarta: Darus Sunnah, 2008) , hal. 787-790
11 Syaikh Imam Al-Qurtubi, Tafsir Al Qurthubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hal. 291
12
c) Q.S. Al-anfaal: 60
Artinya: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang
selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa
saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup
kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).”
Dengan ayat ini, Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan supaya diadakan
persiapan kelengkapan persenjataan perang, yang terdiri dari dua macam, yaitu:
1. Segala alat persenjataan yang merupakan kekuatan perang.
2. Mengadakan pasukan berkuda (murabathah) yang selalu siap gerak cepat, dapat
berjaga-jaga dan mempersiapkan “bubu-bubu” pertahanan di tapal batas, agar tak
dapat diserang oleh musuh degan tiba-tiba. Termasuk si dalamnya menggali parit
peperangan (pertahanan). Keduanya iu disiapkan dengan sekuat tenaga yang ada
pada diri kita.12
Dalam tafsir Hidayatul Insan, ada beberapa poin terkait dengan ayat ini,
diantaranya yaitu:
1. Orang-orang kafir yang berusaha membinasakan kamu dan membatalkan
agamamu.
2. Baik kepandaian, keterampilan, kekuatan fisik , berbagai persenjataan dan
perlengkapan lainnya yang membantu mengalahkan mereka seperti berbagai
macam senjata, meriam, senapan, pistol, kendaraan, pesawat tempur, tank, kapal
tempur, parit, benteng dan mengetahui taktik berperang. Termasuk di antaranya
memanah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Alaa innal
quwwatar ramyu.” (artinya: Ingat! Kekuatan itu adalah memanah.”)
12 Muhammad Ahmad Isawi, Tafsir Ibnu Mas’ud, Studi tentang Ibnu Mas’ud dan tafsirnya, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), Hlm. 462
13
3. ‘Illatnya adalah ini, yakni untuk menggentarkan musuh Allah, dan hukum
berjalan bersama ‘illatnya, sehingga apa saja yang membuat mereka gentar, maka
perlu dipersiapkan.13
C. Hikmah yang dapat dipetik dari dari sejarah peperangan di masa lalu
Dari serangkaian penjelasan diatas, baik berkenaan dengan sejarah maupun
hasil dari penafsiran beberapa ayat dalam Al-Qur’an. maka kita dapat memetik beberapa
hikmah terkait daya tahan seorang da’i dalam menghadapi perlawanan dari orang-orang
musyrik. Adapun hikmah-hikmah tersebut adalah:
1. Memahamkan kepada kaum muslimin betapa buruknya akibat
kemaksiatan dan mengerjakan apa yang telah dilarang
Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu ketika barisan pemanah
meninggalkan pos-pos mereka yang sudah ditetapkan oleh
Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Sudah menjadi kebiasaan bahwa para Rasul ‘alaihimus salam juga
menerima ujian dan cobaan, yang pada akhirnya mendapatkan
kemenangan. Di antara hikmahnya, apabila mereka senantiasa
mendapatkan kemenangan, tentu orang-orang yang tidak pantas akan
masuk ke dalam barisan kaum mukminin sehingga tidak bisa
dibedakan mana yang jujur dan benar; dan mana yang dusta.
Sebaliknya, kalau mereka terus-menerus kalah, tentulah tidak tercapai
tujuan diutusnya mereka. Sehingga sesuai dengan hikmah-Nya
terjadilah dua keadaan ini.
3. Ditundanya kemenangan pada sebagian pertempuran, adalah sebagai
jalan meruntuhkan kesombongan diri. Maka ketika kaum mukminin
diuji, lalu mereka sabar, tersentaklah orang-orang munafiqin dalam
keadaan ketakutan.
4. Allah subhanahu wa ta’ala mempersiapkan bagi hamba-Nya yang
beriman tempat tinggal di negeri kemuliaan-Nya yang tidak bisa
dicapai oleh amalan mereka. Dia tetapkan beberapa sebab sebagai
ujian dan cobaan agar mereka sampai ke negeri tersebut.
13 Marwan bin Musa, Tafsir Al-Qur’an Hidayatul insan Jilid 2, e-book dari www.tafsir.web.id
14
5. Bahwasanya syahadah (mati syahid) termasuk kedudukan tertinggi
bagi para wali Allah subhanahu wa ta’ala.
6. Perang Uhud seakan-akan persiapan menghadapi wafatnya
Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa sallam. Allah subhanahu wa
ta’ala meneguhkan mereka, dan mencela mereka yang berbalik ke
belakang, baik karena Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wa
sallam terbunuh atau meninggal dunia.
15
BAB III
KESIMPULAN
Dari materi yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka terkait dengan daya
tahan di medan dakwah ini penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Peperangan dimaksudkan untuk melawan orang kafir yang berusaha menghalangi
atau memerangi orang yang masuk Islam.
2. Akibat orang-orang yang mendustakan dakwah kepada kebenaran adalah kerugian
dan kebinasaan yang besar.
3. Ditundanya kemenangan pada sebagian pertempuran, adalah sebagai
jalan meruntuhkan kesombongan diri. Maka ketika kaum mukminin
diuji, lalu mereka sabar, tersentaklah orang-orang munafiqin dalam
keadaan ketakutan.
4. Allah subhanahu wa ta’ala memeberikan kemenangan kepada orang kafir sebagai
peringatan kepada orang mukmin agar tidak berperilaku maksiat dan ubud dunya.
5. Seorang pendakwah harus sabar, jujur dan istiqomah dalam mengajarkan ajaran
Islam.
6. Dan lain-lain
Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan yang harus
dibenahi oleh penulis. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun, sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah yang masih sederhana ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan semua pembaca pada umumnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Isawi, Muhammad. Tafsir Ibnu Mas’ud. Editor Murtadho Syahudi. Jakarta: Pustaka
Azzam. 2009
Al-Jazairi, Syaikh Abu Bakar Jabir. Tafsir Al-Quran Al-Aisar (Jilid 2). Jakarta: Darus Sunnah
Press. 2007
Al-Jazairi, Syaikh Abu Bakar Jabir. Tafsir Al-Quran Al-Aisar (Jilid 5). Jakarta: Darus Sunnah
Press. 2008
Bastari, Ahmad. Kontemplasi Politik (Belajar dari Kisah Perang Badar Menurut Sirah Ibn
Hisyam dan Al-Thabari. Jurnal TAPIs Vol.9 No.1 Januari-Juni 2013. Lampung: IAIN
Raden Intan. 2013
Daulah islam.“Kisah, Sejarah, Dan Pelajaran Dari Perang Uhud. 12 April 2015.
http://daulahislam.com/kisah/rasul-dan-sahabat/kisah-dan-pelajaran-perang-uhud.html
Ibn Hisyam. Sirah Al-Nabi Juz I. Editor Muhammad Muhiyyuddin Abdul Hamid. Beirut: Dar
Al-Fikr. 1981.
Imam Al-Qurtubi. Tafsir Al-Qurthubi Jilid 4. Jakarta: Pustaka Azzam. 2008
Marwan bin Musa. Tafsir Al-Qur’an Hidayatul Insan. E-book dari www.tafsir.web.id
Rumah Islam. “Tafsir Q.S. Ali Imran: 140”. 15 April 2015. http://rumahislam.com/tafsir-
depag-ri/158-qs-003-al-imran/897-tafsir-depag-ri--qs-003-al-imran-140.html
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1997.
Aplikasi Qur’an InWord
17