Tafsir Ayat Ekonomi Anti Penimbunan

24
MAKALAH TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI ANTI-PENIMBUNAN Disusun Oleh: Nama : Fatimah Rasyid Siregar Nim : 26101007 Jurusan : Ekonomi Perbankan Syari’ah – A FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

description

berisi tentang tafsir ayat ekonomi yang membahas tentang penimbunan

Transcript of Tafsir Ayat Ekonomi Anti Penimbunan

Page 1: Tafsir Ayat Ekonomi Anti Penimbunan

MAKALAH TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI

ANTI-PENIMBUNAN

Disusun Oleh:

Nama : Fatimah Rasyid Siregar

Nim : 26101007

Jurusan : Ekonomi Perbankan Syari’ah – A

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

Page 2: Tafsir Ayat Ekonomi Anti Penimbunan

Kata Pengantar

Kata ekonomi berasal dari bahasa yunani yakni oikos dan nomos. Oikos berarti

rumah tangga, sedangkan nomos berarti aturan atau pengolahan. Membicarakan ekonomi

berarti membicarakan aturan, kaidah dan cara mengelola susatu rumah tangga manusia.

Karena manusia hidup dalam kelompok masyarakat yang terdiri dari rumah tangga,

aturan, kaidah dan cara mengelola rumah tanggaitu secara keseluruhan membentuk suatu

sistem ekonomi.

Pembahasan tentang ekonomi islam akan menyangkut aspek yang luas sekali,

oleh karena itu untuk keperluan pembelajaran yang efektif. Karena itulah makalah ini

disusun dengan baik, meskipun belum sempurna. Dan saya masih mengharapkan adanya

kritik dan saran dari teman sekalian yang dapat membangun dan memperbaiki makalah

saya ini.

Saya mengucapkan terimah kasih banyak kepada teman-teman saya yang telah

membantu saya dalam menyelesaikan makalah saya ini. Karena dengan bantuan dan

dukungan merekalah makalah saya ini dapat saya selesaikan. Dan juga tak lupa pada

dosen mata kuliah tafsir ayat ekonomi yang telah memberikan bimbingan pada saya.

Akhirnya, saya ucapkan terima kasih. Semoga makalah saya ini dapat bermanfaat

bagi kita semua. Wassalam.

Medan, 19 April 2011

Fatimah Rasyid Siregar

Page 3: Tafsir Ayat Ekonomi Anti Penimbunan

I. Pendahuluan

Penimbunan merupakan perilaku ekonomi yang merugikan orang lain. Terlebih

dengan sengaja menyimpan bahan kebutuhan pokok yang mengakibatkan kelangkaan

komoditas di pasar sehingga harga barang menjadi naik lebih mahal (ikhtikar).

Menimbun jelas merugikan banyak orang sehingga disalahkan oleh RASULULLAH

SAW, “Hendaklah seseorang tidak menimbun kecuali ia adalah orang yang bersalah”.

(HR. Muslim dan Ahmad). Begitu juga perilaku memperkaya diri dengan tidak

menafkahkan harta bendanya di jalan allah juga diharamkan. Perilaku menimbun harta

telah jelas dilarang oleh para ekonom muslim.

Karena distribusi kekayaan termasuk masalah yang sangat penting, maka Islam

memberikan juga berbagai ketentuan yang berkaitan dengan hal ini. Mekanisme

distribusi kekayaan terwujud dalam sekumpulan hukum syara’ yang ditetapkan untuk

menjamin pemenuhan barang dan jasa bagi setiap individu rakyat. Mekanisme ini

dilakukan dengan mengikuti ketentuan sebab-sebab kepemilikan (misalnya, bekerja) serta

akad-akad muamalah yang wajar (misalnya jual-beli dan ijarah).

Namun demikian, perbedaan potensi individu dalam masalah kemampuan dan

pemenuhan terhadap suatu kebutuhan, bisa menyebabkan perbedaan distribusi kekayaan

tersebut di antara mereka. Selain itu perbedaan antara masing-masing individu mungkin

saja menyebabkan terjadinya kesalahan dalam distribusi kekayaan. Kemudian kesalahan

tersebut akan membawa konsekuensi terdistribusikannya kekayaan kepada segelintir

orang saja, sementara yang lain kekurangan, sebagaimana yang terjadi akibat

penimbunan alat tukar yang fixed, seperti emas dan perak.

sebagaimana telah dijelaskan dalam QS. At-Taubah Ayat 34-35.

Page 4: Tafsir Ayat Ekonomi Anti Penimbunan

II. Teks Ayat dan Terjemahan

QS. At-Taubah Ayat 34-35

Terjemahan

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-

orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan

jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan allah. Dan orang-

orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menfkahkannya pada jalan allah,

maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang

pedih, (QS. At-Taubah 34).

Page 5: Tafsir Ayat Ekonomi Anti Penimbunan

Pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar

dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada

mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka

rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”. (QS. At-Taubah 35).

III. Makna Kosa Kata yang Penting

Amwal : Harta

Batil : Batil

Yaknizuna : Menyimpan

Dzahaba : Emas

Fidhdhata : Perak

Yunfiqu : Menafkahkan

IV. Makna Ijmali (Global)

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-

orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang

dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan allah. Dan

orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menfkahkannya pada jalan

allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa

yang pedih, (QS. At-Taubah 34).

Pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka jahannam, lalu

dibakar dengannya dhi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan)

kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri,

maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”. (QS. At-Taubah

35).

Page 6: Tafsir Ayat Ekonomi Anti Penimbunan

Setelah menjelaskan sekelumit dari keburukan dan kesesatan kaum musyrikin

dan Ahl al-kitab, yang berkaitan dengan sikap mereka kepada ALLAH SWT, kini

diuraikan keburukan mereka menyangkut masalah duniawi, yakni loba dan tamak

serta menumpuk harta benda. Kaum muslimin diajak oleh ayat ini untuk menghindari

keburukan itu dengan berpesan “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya

sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib, yakni ulama-ulama

Nasrani, yang benar-benar memakan, yakni mengambil dan menggunakan harta

orang lain dengan jalan yang batil, antara lain dengan menerima sogok, memanipulasi

ajaran untuk mendapatkan keuntungan materi. Mereka menampakkan diri sebagai

agamawan yang dekat kepada tuhan dan mementingkan kehidupan akhirat tetapi

hakikat mereka tidak demikian, dan disamping itu meraka juga menghalang-halangi

manusia dari jalan Allah dengan berbagai uraian dan penafsiran yang mereka ajarkan.

Harta benda yang mereka peroleh dari yang batil itu dan yang mereka simpan

dan timbun itu kelak akan menyiksa mereka. Dan orang-orang yang menghimpun dan

menyimpan emas dan perak lagi tidak menafkahkannya pada jalan Allah, yakni sesuai

dengan ketentuan dan tuntutan-Nya, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka

akan disiksa dengan siksa yang pedih.

V. Makna Rinci

Menurut Tafsir Qur’an Karim orang-orang yang menyimpan uang emas

dan perak, baik dalam peti atau dalam bank dan tiada dibelanjakannya pada jalan

allah (tidak dikeluarkannya zakatnya), maka berilah ia kabar suka (duka) dengan

siksa yang pedih, yang menimpanya pada hari kiamat. Waktu itu dipanaskan emas

dan perak yang disimpannya itu (atau yang seumpanya) dalam api neraka, hingga

menjadi panas, lalu digosokkan kedahinya, kerusuknya dan kepunggungnya,

seraya dikatakan padanya, “Inilah harta benda yang kamu simpan selama ini

Page 7: Tafsir Ayat Ekonomi Anti Penimbunan

untuk dirimu, maka rasailah olehmu siksaan sebagai balasan, karena kamu

menyimpannya dahulu.

Dalam ayat ini diterangkanlah, bahwa menyimpan uang emas dan perak

haram hukumnya, jika tidak dikeluarkan zakatnya. Tetapi jika tidak dikeluarkan

zakatnya pada tiap-tiap tahun, yaitu 2 ½ %, maka tiadalah haram. Berkata Nabi

Muhammad SAW, “harta-harta yang dibayarkan zakatnya, tiadalah dinamakan

menyimpannya”.

Sebab itu salah sekali orang yang berpendapat, bahwa ayat ini melarang

menyimpan uang emas dan perak, lebih dari keperluan makan yang mesti dan

wajib membelanjakan semua harta benda pada jalan allah (termasuk nafkah yang

perlu untuk anak, istri dsb). Dalam hadist Arabi (Arab Badwi yang datang

bertanya kepada nabi) “Apakah kewajiban saya selain zakat itu?” Berkata Nabi

SAW “Tidak ada, kecuali bersedekah sunat”.

Menurut Tafsir Rahmat Banyak rahib-rahib dan pendeta-pendeta yang

memakan harta dengan jalan haram, dengan mengatakan dosa orang diampuninya

dan meminta pembayaran. Mereka akan menerima balasan azab yang berat.

Menurut Tafsir Ruhul Bayan “ya ayyuhal ladzina amanu inna katsiram

minal ahbari” (wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar

ahbar), yaitu para ulama kaum yahudi yang sebagian besar merupakan anak cucu

Harun a.s.

“War ruhbani” (dan ruhban), mereka adalah para penghuni biara dari

kalangan nasrani. Ruhban jamak dari rahib sebagaimana telah dibahas didepan.

“Laya’kuluna amwalan nasi bil bathili” (benar-benar memakan harta

manusia dengan batil). Mereka mengambil harta itu melalui suapan sebagai

Page 8: Tafsir Ayat Ekonomi Anti Penimbunan

imbalan atas pengubahan hukum-hukum dan syari’at, meringankannya dan sangat

permisif (toleran) atas hukumnya. Mereka menciptakan image dikalangan

manusia bahwa mereka sebagian orang cerdik dan ahli dalam mena’wilkan ayat

dan menerangkan tujuan Allah swt, dalam ayat.

Penulis berkata: “Demikian pula perbuatan para mufti dan hakim yang

lalim dizaman sekarang. Mereka mengeluarkan fatwa sesuai dengan selera

pemesannya, menetapkan hukum dengan berdasarkan pendapat yang lemah

bahkan kontradiktifdengan penjelasan. Mereka beranggapan bahwa pendapat itu

merupakan sandaran yang kuat. Mudah-mudahan Allah swt melenyapkan mereka.

Dalam ayat itu kata “mengambil” diungkapkan demgan “memakan”

padahal yang dicela dari mereka adalah semata-mata mengambilnya dengan cara

yang batil, yaitu dengan cara menyuap, baik mereka mengambilnya untuk

dimakan, atau tidak dimakan. Hal itu didasarkan pada kenyataanbahwa tujuan

utama mengambil itu untuk dimakan.

“Wa yashudduna ‘an sabilillahi” (dan mereka menghalang-halangi

manusia dari jalan Allah), yaitu dari agama islam, atau mereka memalingkan

dirinya sendiri dari agama Islam disebabkan mereka makan harta dengan cara

yang batil.

Wal ladzina yaknizunadz dzahaba wal fidldlata (dan orang-orang yang

mengumpulkan emas dan perak), yakni mengumpul-ngumpul keduanya dan

memeliharanya, baik dengan cara ditimbun didalam tanah atau dengan cara lain.

Dalam perkataan orang arab, al-kanzu artinya: kumpulan dan perkara yang

sebagian disatukan dengan sebagian yang lain, maka perkara itu disebut maknuz

(yang dikumpulkan). Dikatakan: Hadza jismun muktanizul ajza-I, bila sosok itu

merupakan kumpulan dari beberapa bagian. Emas disebut dzahab karena ia suksa

pergi (dzahaba) dan tak tersisa. Perak disebut fidldlah karena ia suka bercerai-

berai dan tidak bersisa. Cukuplah bagimu petunjuk kefanaan keduanya dan

bahwasanya ia tidak kekal dan lenyap.

Page 9: Tafsir Ayat Ekonomi Anti Penimbunan

Dikatakan: “Tatkala Adam a.s. keluar dari surga, maka menangislah

segala segala perkara yang ada disurga kecuali pohon, mas dan perak. Allah swt

berfirman: “kalaulah dalam kalbu kalian (mas, perak dan pohon) ada belas

kasihan, niscaya kalian akan menangis karena takut kepada-Ku, namun karena

kekerasan kalbunya, aku membakarnya dengan api. Demi kemuliaan dan

keagungan-Ku, tidaklah kalian dicetak menjadi kalung, dinar dan dirham serta

gelang melainkan dengan cara dibakar terlebih dahulu. Sedangkan engkau wahai

pohon senantiasa berada dalam apidan bersedih hingga hari kiamat.

Yang dimaksud dengan alladzina mencakup banyak orang, yaitu para

ulama yahudi dan nasrani serta ulama kaum muslimin. Adapun alldzina (orang-

orang yang) menumpuk mas dan perak yang tidak menginfakkan, maka menjadi

mubtada, sedangkan khabarnya ialah kata fabasysyirhum.

Wa la yunfiqunaha fi sabilillahi (dan mereka tidak menginfakkannya

dijalan allah), yakni mereka tidak menginfakkan sebagiannya. Yakni tidak

membayar zakatnya, dan tidak mengeluarkan hak allah dari mas dan perak itu.

Kemudian dibuang min yang menunjukkan bagian (asalnya: yunfiquna minha)

dan dikehendaki penetapannya sebab dalam firman lain pun ditetapkan

keberadaannya, yaitu dalam ayat khudz min awwalihim shadaqatan….. nabi saw.

Bersabda:

Dua ratus dirham zakatnya lima dirham dan nas 20 mitsqal zakatnya

setengah mitsqal. (H.R. Ahmad)

Page 10: Tafsir Ayat Ekonomi Anti Penimbunan

Andaikan maksudnya wajib menginfakkan seluruh harta, tentu perkiraan

ayat ini tidak ada, seperti kata al-Haddadi. Dalam ayat itu dikatakan: ”dengan

mereka tidak menginfakkan sebagiannya”, padahal yang diceritakan itu dua

perkara (mas dan perak) tiada lain yang karena yang dimaksudkan oleh keduanya

adalah dinar dan dirham yang banyak. Pendapat lain mengatakan: “Kata ganti

pada yunfiqunaha kembali ke al-amwal atau ke al-kunuz yang ditunjukkan oleh

kata kerja atau kembali ke al-fidldlah. Kata itulah yang lebih dekat ke

yunfiqunaha, kemudian dianggap cukup dengan menyebutkan salah satunya saja

untuk mengetahuinya, sebagaimana kata ganti ha dalam ayat wa lazar a-au

tijaratan au lahwan infadldlu ialiha (semestinya dikatakan ilaihima. Yang

dirujukkan pun kata tujaratan dan lahwan). Demikian pula halnya dengan kata

alaiha dalam penggalan berikutnya.

Fa basysyirhum bi adzabin alim (maka gembiralah mereka dengan siksa

yang pedih). Ancaman siksaan atad mereka ditempatkan dalam berita gembira

meraih kenikmatan karena mereka tidak menginfakkan sebagian hartanya.

Yauma yuhma ‘alaiha fi nari jahannama (pada hari ia emas dan perak

dipanaskan dalam neraka jahannam). Dikatakan: Hamiyatun naru, artinya: Api itu

panas sekali. Makna ayat: pada hari emas dan perak itu dinmyalakan dengan api

yang sangat panas, dalam neraka jahannam.

Fa tukwa biha jibahuhum wa junubuhum wa zhuhuruhum (lalu dibakar

dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka). Ketiga anggota tubuh

yang dibakar bukan anggota tubuh yang lain, karena orang kaya, apabila melihat

orang miskin yang meminta zakat, dia bermuka masam. Bila si miskin meminta

dengan sangat, dia memalingkan badannya. Dan bila si miskin mendesak

memintanya, si kaya akan berpaling membelakang dengan punggungnya dan

tidak memberinya apa pun juga atau karena tujuan sipenimbun/penumpuk harta

ialah untuk mencari kebanggan dengan kenyataan itu, maka tukwa berta’alluq ke

Page 11: Tafsir Ayat Ekonomi Anti Penimbunan

(berhubungan dengan) anggota badan muka bagian atas, yaitu dahi. Dan tatkala

kekayaan itu ditujukan untuk meraih kesenangan makanan yang diinginkan

sehingga dengan makanan itu dilambungnya membengkak serta untuk meraih

kesenangan pakaian yang dikenakan dipunggungnya, maka tukwa pun

dita’alluqkan ke jibah dan junub.

Ketika dibakar pada hari tersebut, dikatakan pada mereka………….

Hadza ma kanaztum li anfusikum (inilah perkara yang kalian tumpuk-

tumpukkan, ketika hidup di dunia, untuk diri kalian), yakni untuk kesengan diri,

yang kemidian berubah menjadi wujud kesengsaraan dan penyebab dideritanya

siksaan.

Fa bzuqu ma kuntum taknizun (maka rasakanlah perkara yang dahulu

kalian tumpuk-tumpuk), yakni. Rasakanlah sekarang bencana dari harta

simpananmu itu. Mereka merasakan diakhirat karena ketika mereka di dunia

mereka berada dalam tidur yang melalaikan dari urusan akhirat. Orang yang tidur

tenti saja tidak merasakan pedihnya setrikaan, ketika ia tidur, namun

merasakannya ketika ia terjaga. Selama di dunia manusisa tertidur, dan apabila

dalam sebuah hadist dikatakan:

Apapun yang dimiliki berupa tumpukan barang yang tidak dizakati,

melainkan pemiliknya akan dipanaskan didalam jahannam, kemudian

dijadikan lempengan-lempengan. Lempengan itu disetrikakan ke lambung dan

dahinya hingga Allah memutuskan persoalan diantara para hamba-Nya pada

suatu hari yang kadarnya 50 ribu tahun. Barulah dia mengetahui jalannya.

Apakah menuju kesurga atau keneraka? Dan tidaklah seseorang yang memiliki

unta yang tidak ditunaikan zakatnya melainkan berderetlah unta-unta yang

pernah ia miliki sambil mengeram dan menerjangnya. Setelah unta terakhir

berlalu, deretan itu diawali dengan unta pertama. (kejadian tersebut terus

berlangsung) hingga Allah memutuskan perkara diantara para hamba-Nya

dalam saru hari yang kadarnya 50 ribu tahun. Setelah itu barulah ia melihat

Page 12: Tafsir Ayat Ekonomi Anti Penimbunan

jalannya, apakah jalannya menuju kesurga atau neraka? Ditunaikan zakatnya

melainkan domba-domba itu, sebanyak yang pernah ia miliki, akan berderet

serta menerjangnya dengan kakinya dan menubruknya dengan tanduk-

tanduknyayang tidak akan pernah retak dan patah. Setelah domba terakhir

berlalu, maka diawali lagi dengan domba yang pertama tadi. (kejadian

tersebutu terus berlanjut) hingga Allah memutuskan perkara diantara para

hamba-Nya dalam saru hari yang kadarnya 50 ribu tahun menurut

perhitungan kalian. Kemudian barulah diperlihatkan jalannya, apakah

kesurga atau keneraka? (H.R. Muslim).

Ketahuilah bahwa zakat merupakan pernyataan syukur atas nikmat harta

kekayaan, sebagaimana shaum, shalat dan haji merupakan pernyataan syukur atas nikmat

anggota badan. Oleh karena itu shalat dhula menjadi perbuatan pernyataan syukur atas

kenikmatan 360sendi tulang tubuh.

Uang 200 dirham zakatnya ialah lima dirham yang diberikan kepada fakir

yang muslim, dengan niat karena allah swt dan untuk meraih keridhoan-Nya. Pemberian

zakat dengan mengharapkan balasan pengganti, bukanlah zakat namanya. Orang yang

mengurus anak yatim, bila memberinya dari zakatnya, maka sah saja, namun menurut

ajaran islam, perawatan anak yatim dipersysaratkan untuk tidak dengan maksud

memiliki. Bilamana pengurus menyerahkan makanan kepada anak yatim, berarti

menyerahkan harta zakat yang dikelolanya. Bila dia tidak menyerahkannya, tidaklah sah

karena tiada unsur pemberian hak milik. Demikianlah pemberian zakat hendaklah tidak

pakai pernyataan seperti agar anak yatim menjadi pelayan pengurusnya. Bila seseorang

memberikan sebagian zakatnyakepada seorang khadam yang bukan budaknya dengan

mengharapkan balasan, yaitu berupa layanan si khadam, maka pemberian zakat itu tidak

bermotivasikan untuk mencari ridho Allah dan ini banyak disepelekan oleh mayoritas

orang. Apabila seseorang memberikan infak kepada kerabatnya dengan niat zakat, maka

zakat itu sah adanya, kecuali infak untuk kerabat itu sudah ditetapkan sebagai

kewajibannya. Sebagian ulama mengatakan: “yang paling baik itu zakat diberikan kepada

saudara-saudaranya, paman-paman dan bibi-bibinya, barulah kepada kerabat jauh, para

Page 13: Tafsir Ayat Ekonomi Anti Penimbunan

tetangga, penduduk sekampung, kemudian kepada penduduk kota dimana dia

bermukim”.

Menurut Tafsir Al-Ahkam Kata “yaknizun” berasal dari kata “kanaza”

yang artinya mengumpul, menyimpan, dan menumpuk sesuatu, biar yang disimpan itu

emas atau perak maupun yang lainnya. Menurut keterangan muawwiyah, ayat ini

diturunkan hanya kepada pendeta-pendetayang memakan harta orang dengan jalan yang

batil dan menghalangi jalan Allah.

Menurut zahirnya, ayat ini ditujukan kepada mereka yang mengumpulkan

kekayaan sebanyak mungkin, dan tidak mau mengeluarkannya pada jalan Allah. Kepada

mereka dijannjikan azab yang sangat menyakitkan, siksa yang mengerikan oleh karena

mereka menumpuk harta benda lebih dari semestinya. Sebenarnya kelakuan seperti itu

adalah tidak sah menurut syari’at islam, karena pada banyak ayat, Allah menegaskan,

bahwa orang mukmin ialah yang mau mengeluarkan apa yang diberikan Allah kepadanya

sebagai rezeki, dan pada harta itu ada hak orang miskin, orang meminta-minta, yang telah

ditentukan.

Menurut Tafsir Al-Misbah Kata “taknizun” dipahami dalam arti

menghimpun sesuatu dalam wadah, baik wadah itu berada dalam tanah maupun

dipermukaan bumi. Ayat ini hanya menyebut dua macam yang dihimpun, yaitu emas dan

perak, karena biasanya kedua hal itulah yang menjadi ukuran nilai atau yang umumnya

disimpan.

Asy-Sy‘rawi mengemukakan bahwa salah satu aspek kemukjijatan Al-

Qur’an adalah uraian ayat ini dimana Allah swt. Menguraikan tentang emas dan perak,

dua jenis barang tambang yang dijadikan Allah sebagai dasar penetapan nilai uang dan

alat tukar dalam perdagangan. Kendati ada barang tambang lainnya yang lebih mahal dan

berharga. Tetapi demikianlah, keadaannya hingga kini diseluruh dunia kedua barang

tambang itu masih tetap menjadi dasar bagi perdagangan dan nilai uang setiap negara.

Page 14: Tafsir Ayat Ekonomi Anti Penimbunan

Ayat ini tidak mengecam semua yang mengumpulkan harta apalagi yang

menabungnya untuk masa depan. Kecaman ditujukan kepada mereka yang menghimpun

tanpa menafkahkannya dijalan Allah, yakni tidak melaksanakan fungsi sosial dari harta,

antara lain zakat, dan itulah yang dinamai ayat ini kanz. Atas dasar itu, mereka yang telah

menginfakkan hartanya dan menabung sisanya tidak lah dinamai taknizun.

Ayat ini sangat teliti dan objektif. Ia tidak menyatakan bahwa seluruh

pemimpin yahudi dan nasrani bermoral bejat, tetapi hanya sebagian besar dari mereka.

Memang Al-Qur’an selalu memerhatikanhal tersebut dalam mengecam kelompok tertentu

itu jika ditemukan kecaman dengan menggunakan redaksi yang bersifat umum, pasti

ditemukan sesudahnya pengecualian. Misalnya QS. al-Maidah 5 : 59

VI. Pesan Hukum Ayat Ekonomi

Penimbunan merupakan perilaku ekonomi yang merugikan orang lain.

Terlebih dengan sengaja menyimpan bahan kebutuhan pokok yang mengakibatkan

kelangkaan komoditas di pasar sehingga harga barang menjadi naik lebih mahal

(ikhtikar). Menimbun jelas merugikan banyak orang sehingga disalahkan oleh

RASULULLAH SAW, “Hendaklah seseorang tidak menimbun kecuali ia adalah

orang yang bersalah”. (HR. Muslim dan Ahmad). Begitu juga perilaku memperkaya

diri dengan tidak menafkahkan harta bendanya di jalan allah juga diharamkan.

Perilaku menimbun harta telah jelas dilarang oleh para ekonom muslim.

Page 15: Tafsir Ayat Ekonomi Anti Penimbunan

VII. Pesan Ayat dan Konteks Tualisasinya dengan

Persoalan Ekonomi

Pesan yang terdapat dalam ayat ini dalam konteks tualisasi dengan

persoalan ekonomi adalah janganlah kita melakukan penimbunan terhadap

harta (emas dan perak) atau pun yang lainnya, yang dapat merugikan banyak

orang. Ulama memahaminya bahwa menyimpan harta dalam jumlah yang

berlebihan dari kebutuhan keluarga adalah haram .Karena sebenarnya bukan

orang lain saja yang rugi tapi kita juga akan merugi, karena kita akan

mendapat balasannya di hari akhir kelak.

VIII.Kesimpulan dan Penutup

Penimbunan harta yang dicintai seperti emas dan perak dan tidak

menafkahkannya di jalan allah merupakan perilaku ekonomi yang diharamkan.

Terlebih bila harta tersebut diperoleh dari jalan yang batil seperti riba. Semua

perbuatan tersebut akan menyebabkan siksa yang pedih. Oleh karena itu, sirkulasi

harta mesti perputar dimasyarakat supaya tidak terkumpul disegolongan orang kaya

saja. ”Harta rampasan fai’ yang diberikan allah kepada rasulnya (yang berasal)

dari penduduk beberapa negeri, adalah untuk allah, rasul, kerabat (rasul),

anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan untuk orng-orang yang dalam

perjalanan, agar harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya

saja diantara kamu. Apa yang diberikan rasul kepadamu maka terimalah. Dan

apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada

allah. Sungguh, allah sangat keras hukumannya”. (QS. Al-Hasyr : 7)

Page 16: Tafsir Ayat Ekonomi Anti Penimbunan

IX. Footnote

Kata ”taknizun” dipahami dalam arti menghimpun sesuatu dalam

wadah, baik wadah itu berada dalam tanah maupun dipermukaan bumi.1

Kata “yaknizun” berasal dari kata “kanaza” yang artinya mengumpul,

menyimpan, dan menumpuk sesuatu, biar yang disimpan itu emas atau

perak maupun yang lainnya.2

Catatan:

1. Tafsir Al-Ahkam

2. Tafsir Al-Misbah

Page 17: Tafsir Ayat Ekonomi Anti Penimbunan

X. Referensi

M. Quraish Shihab, 2009, Tafsir Al-Misbah: Pesum, Kesan dan

Keserasian Al-Qur’an, Leritera Hati, Jakarta.

Prof. Dr. Hamka Tafsir Al-Azhar. PT PUSTAKA PANJIMAS,

Jakarta 1994

Ahmad mustafa Al-Maraghi, 1989, Tafsir Al-Maraghi, CV. Toha

Putra, Semarang.

Suwiknyo, Dwi, SEI., MSI. 2010. Kompilaasi Tafsir Ayat-Ayat

Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Al-Ahkam