Tafsir Ayat Risalah
-
Upload
bayu-bahtiar -
Category
Documents
-
view
225 -
download
3
Transcript of Tafsir Ayat Risalah
A. Penjelasan tafsir QS. al-Nahl ayat 36
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul kepada setiap umat (untuk
menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu’. Maka di antara umat
itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan diantara mereka ada pula
orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kalian di muka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(para rasul).”
At-Thogut : setiap sesembahan selain Allah, termasuk setan, tukang tenung, berhala dan
setiap orang yang menyeru kepada kesesatan.
Di dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa mereka mencela pengutusan seluruh
nabi, dan berkata, “Sesungguhnya kami telah ditakdirkan untuk mengerjakan perbuatan
kami, maka tidak ada gunanya pengutusan mereka itu. Sekiranya Allah menghendaki agar
kami beriman kepada-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, menghalalkan
apa yang Dia halalkan dan tidak mengharamkan sesuatu pun di antara yang telah kami
haramkan, tentu perkaranya akan seperti apa yang Dia kehendaki. Akan tetapi Dia tidak
menghendaki selain dari pada apa yang tengah kami lakukan, maka apa yang dikatakan oleh
para rasul itu tidak lain berasal dari diri mereka sendiri, bukan dari sisi Allah.”
Allah menjawab apa yang mereka katakan itu adalah perkataan seperti yang pernah
dilontarkan oleh para pendusta di antara umat-umat terdahulu. Tugas para rasul hanyalah
menyampaikan, bukan membuat mereka mengikuti petunjuk. Allah tidak akan membiarkan
suatu umat pun tanpa mengutus seorang pemberi petunjuk kepada mereka, dan melarang
mereka melakukan kesesatan serta kemusyrikan. Di antara mereka ada orang yang
memenuhi seruannya, ada pula yang disesatkan Allah berdasarkan ilmu yang ada pada-Nya,
sehingga mereka pasti menerima ketetapan Tuhanmu, dan mendapat azab dari Yang Maha
Perkasa lagi Maha Kuasa. Kemudian Allah menyuruh mereka untuk mengadakan perjalanan
di muka bumi, agar mereka dapat melihat berkas-berkas para pendusta yang ditimpa azab
karena dosa yang mereka lakukan. Selanjutnya Allah mengingatkan rasul-Nya, bahwa
keinginannya yang besar agar mereka bisa beriman tidak akan bermanfaat apa-apa baginya,
karena Allah tidak menciptakan hidayah secara paksa terhadap orang yang memilih
kesesatan bagi dirinya, sebagaimana tidak ada seorang pun dapat menghindarkan
kemurkaan dan siksaan Allah dari padanya.
Kemudian Allah menjelaskan bahwa Dia mengingkari kekufuran hamba-hambaNya
yang berdusta, dengan menurunkan siksaan kepada mereka di dunia, setelah para rasul
memberi peringatan kepada mereka. Allah selanjutnya berbicara kepada Rasulnya saw,
guna menghibur beliau dari apa yang beliau lihat, seperti pengingkaran, berpaling, dan
penetapan kaumnya yang berlebihan, sedang beliau sangat menginginkan agar mereka
beriman, dan guna menjelaskan bahwa seluruh persoalannya ada dalam kekuasaan Allah,
sedang beliau tidak mempunyai urusan dalam hal itu, walau sedikitpun.
Pengertian Global
Dalam Surat An-Nahl Ayat 36, ayat ini menghibur nabi muhammad SAW, dalam
menghadapi para pembangkang dari kaum beliau, seakan-akan ayat ini menyatakan: Allah
pun telah mengutusmu, maka ada diantara umatmu yang menerima baik ajakanmu dan ada
juga yang membangkang. Kata ( الطـغوت) thaghut terambil dari kata (طغى) thagha yang pada
mulanya berarti melampaui batas. Ia biasa juga dipahami dalam arti berhala-berhala, karana
penyembahan berhala adalah sesuatau yang sangat buruk dan melampui batas. Dalam arti
yang lebih umum, kata tersebut mencakup segala sikap dan perbuatan yang melampaui
batas, seperti kekufuran kepada Tuhan, pelanggaran, dan sewenang-wenangan terhadap
manusia. Allah Swt mengabarkan kepada kita untuk meneliti sejarah umat terdahulu, baik
umat yang memperoleh dan mendapat petunjuk dari Allah Swt ataupun ummat yang
membangkang karena didalamnya terdapat pelajaran yang berharga bagi manusia dan
menjadi bekal agar manusia tidak terjerumus kedalam lubang yang sama untuk kesekian
kalinya.
Tafsir Ayat
Kemudian daripada itu Allah SWT menjelaskan bahwa para Rasul itu diutus sesuai
dengan Sunatullah, yang berlaku pada umat sebelumnya. Mereka itu adalah pembimbing
manusia ke jalan yang lurus. Bimbingan Rasul-rasul itu diterima oleh orang-orang yang
dikehendaki oleh Allah dan menyampaikan mereka kepada kesejahteraan dunia dan
kebahagiaan akhirat, akan tetapi orang-orang yang bergelimang dalam kemusyrikan dan
jiwanya dikotori oleh noda noda kemaksiatan tidaklah mau menerima bimbingan Rasul itu.
Allah SWT menjelaskan bahwa Dia telah mengutus beberapa utusan kepada tiap-tiap umat
yang terdahulu, seperti halnya Dia mengutus Nabi Muhammad saw kepada umat manusia
seluruhnya. Oleh sebab itu manusia hendaklah mengikuti seruannya, yaitu beribadat hanya
kepada Allah SWT yang tidak mempunyai sekutu dan larangan mengingkari seruannya, yaitu
tidak boleh mengikuti tipu daya setan yang selalu-menghalang-halangi manusia mengikuti
jalan yang benar. Setan-setan itu selalu mencari-cari kesempatan untuk menyesatkan
manusia. Allah SWT berfirman:
Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah
olehmu sekalian akan aku".
Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul kami yang Telah kami utus sebelum kamu: "Adakah
kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah yang Maha Pemurah?"
B. Penjelasan tafsir QS al- Baqarah ayat 213
“Manusia itu adalah umat yang satu (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus
para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan
bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan diantara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang
yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka
keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah
member petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka
perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”
Secara umum ayat diatas menjelaskan bahwa Allah telah memerintahkan orang-
orang yang beriman melalui nabi-Nya, agar memasuki agama Islam secara menyeluruh,
bersatu dan tidak bersengketa satu sama lainnya. Sebab, melakukan tindakan yang bisa
menimbulkan persengketaan dan perpecahan, sungguh tidak pantas bagi orang yang telah
didatangkan kepadanya hidayah dari Tuhannya. Seharusnya mereka meninggalkan
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Al-Kitab setelah adanya penegasan dari hidayah
Ilahiah. Selanjutnya Allah menuturkan bahwa orang yang mengingkari perkara yang hak,
selalu menitikberatkan tindakannya kepada hal-hal yang bisa memenuhi kesenangannya
berupa kenikmatan duniawi yang pada hakikatnya hanyalah bersifat sementara dan
sebentar. Barangsiapa berperilaku seperti mereka, maka ia akan selalu berada dalam
perselisihan dan perpecahan dengan teman sendiri.
Dalam ayat ini, Allah selanjutnya menuturkan bahwa memakai petunjuk para nabi
merupakan keharusan dan kebutuhan manusia. Allah telah memastikan bahwa umat
manusia bagaikan umat yang satu, dimana antara yang satu dengan yang lainnya saling
berhubungan. Setelah itu, akal mereka tidak mampu lagi memenuhi apa yang menjadi
kebutuhan dan kemaslahatan mereka serta menolak bahaya dari diri mereka masing-
masing. Kemudian, Allah mengutus para nabi sebagai pemberi peringatan dan pemberi
kabar gembira kepada mereka disertai bukti-bukti konkrit yang memperkuat kebenaran
kenabian mereka. Dan apa yang mereka dapat dari kebenaran ini adalah datang dari sisi
Allah yang Maha Kuasa dan yang memberi pahala atau siksaan kepada mereka. Ia Maha
Mengetahui apa yang ada dalam batin mereka, sebab tidak ada sesuatupun yang luput dari
pengetahuan-Nya.
Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 213 ini, menjelaskan bahwa:
Manusia adalah makhluk sosial
Allah menciptakan manusia dalam keadaan satu kesatuan umat, dimana satu sama
lainnya saling berhubungan dalam masalah kehidupan. Manusia tidak akan bisa hidup,
kecuali apabila antara satu dengan lainnya saling bahu membahu. Setiap orang, hidup dari
kerja masing-masing. Tetapi kekuatan jasmani dan akalnya sangat terbatas, sehingga ia tidak
akan mampu memenuhi semua kebutuhannya, kecuali apabila ia berhimpun dengan teman-
temannya membentuk suatu kekuatan. Dalam peristilahan Ilmu Sosial dikenal
bahwa, Manusia adalah makhluk sosial.
Agama menganjurkan persatuan dan keserasian
Kita telah menyaksikan bahwa agama pada awal pertumbuhannya berusaha
menghimpun persatuan dan menyingkirkan hal-hal yang bisa menimbulkan perselisihan
dalam jiwa penganut-penganutnya. Dalam jiwa mereka rasa persaudaraan yang kuat
melebihi persaudaraan satu nasab. Tersebutlah bahwa masing-masing sahabat nabi lebih
mementingkan keperluan saudara seagama daripada dirinya baik yang berkaitan dengan
harta benda maupun jiwa. Ia rela mengorbankan nyawa demi saudara seagama yang belum
tentu ia lakukan terhadap saudara senasab.
Sangat buruk berselisih dalam tujuan, lebih-lebih setelah datang/ jelasnya petunjuk
Allah SWT. Berbeda pendapat dalam cara mencapai tujuan tidaklah terlarang, karena
perbedaan itu akan dapat diatasi jika terjalin hubungan baik dan masing-masing menjauhi
kepentingan pribadi/ kelompok.
C. Penjelasan tafsir QS. al-Saba’ ayat 34
“Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan
orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya Kami mengingkari
apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya".
Ayat ini menyatakan: dan Kami sekali-kali tidak mengutus kepada
sesuatupenduduk negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan penghuni-
penghuninya yang hidup mewah dan berfoya-foya di negeri itu berkata kepada para
pemberi peringatan itu:“Sesungguhnya kami menyangkut apa yang kamu diutus
untuk menyampaikan-nya adalah orang-orang kafir, yakni menolak dan tidak percaya”. Dan
mereka dengan bangga dan angkuh berkata juga bahwa: “Kami memiliki lebih banyak harta
anak-anak dari pada kamu wahai orang-orang beriman, dan kami sekali-kali tidak akan
disiksa seandainya Kiamat itu ternyata ada karena Tuhan mencintai kami. Cinta-Nya terbukti
dengan banyaknya harta dan pengikut kami.”
Kata (وها ترف رف) mutrafuuhaa terambil dari kata (م taraf, yaitu kenikmatan yang (ت
luas yang mengantar kepada hidup berfoya-foya dan lupa diri. Bentuk kata yang digunakan
ayat ini bermakna orang-orang yang diberi nikmat yang luas. Pemberinya tentu saja Allah
swt. Penggunaan bentuk pasif itu memberi kesan bahwa mereka melupakan Allah dan,
dengan demikian, mereka diundang untuk mengingat-Nya.
D. Penjelasan tafsir QS. al-Asyura ayat 51-52
Ayat 51
“Dan tdak terjadi bagi seorang manusia bahwa dia diajak berbicara oleh Allah kecuali
dengan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan lalu
mewayukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki . Sesungguhnya Dia
Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.”
Dan tidak ada kemungkinan terjadi bagi seorang manusia bahwa dia diajak
berbicara oleh Allah yakni diberi informasi oleh-Nya kecuali dengan wahyu yakni
“pencampakan” informasi secara cepat ke dalam kalbunya tanpa perantara siapa pun atau
dibelakang tabir yakni dengan cara memperdengarkan “suara” tanpa si pendengar dapat
melihat pembicaranya atau dengan mengutus seorang utusan yakni malaikat yang dapat
dilihat atau dirasakan kehadirannya dan didengar suaranya lalu sang malaikat itu
mewahyukan dari saat ke saat kepadanya, yakni menyampaikan informasi Allah itu secara
cepat penyampaian yang dilakukan dengan seizin-Nya tentang apa yang Dia, yakni Allah
SWT kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.
Kalam Allah atau redaksi yang mengesankan adanya persamaan antara Allah dan
manusia bahkan makhluk, harus segera dipahami bahwa hakikat keduanya tidaklah sama,
karena ”Tidak ada yang serupa dengan-Nya”. Kita dapat menyimpulkan bahwa percakapan
ini bermakna ‘dipahaminya apa yang hendak disampaikan Allah oleh objek yang dipilihnya’.
Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana, merupakan penjelasan kandungan tentang
wahyu karena Allah Maha Tinggi, maka percakapan-Nya tidaklah sama dengan percakapan
makhluk, tidak juga sama dengan percakapan seseorang dengan yang lain. Dia juga Maha
Bijaksana, sehingga Dia hanya memilih yang terbaik untuk diajak berbicara, serta informasi
dan tuntunan yang disampaikan-Nya adalah yang sangat sesuai dengan kemaslahatannya.
Ayat 52
“Dan demikianlah kami telah mewahyukan kepadamu ruh dari urusan Kami.
Sebelumnya engkau tidak mengetahui apakah al-Kitab dan tidak (pula) al-iman tetapi Kami
menjadikannya cahaya, yang Kami menunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di
antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau benar-benar memberi petunjuk ke
jalan lebar yang lurus. Jalan Allah yang milik-Nya segala apa yang ada di langit dan di bumi .
Ingatlah, bahwa kepada Allah kembali semua urusan.”
Rasul memperoleh wahyu dengan perantara malaikat jibril, dan juga
memperolehnya dalam keadaan tidur (mimpi).Thabathaba’i juga menyebut
pendapat yang menyatakan kata kadzalika menunjuk kepada wahyu-wahyu yang diterima
oleh para nabi yang lalu. Maka yang dimaksud ruh adalah malaikat jibril As yang di istilahkan
dengan ar-Ruh al-Amin.
Pernyataan bahwa Nabi saw. sebelum ini tidak mengetahui tentang al-iman bukan
berarti bahwa beliau tidak beriman kepada Allah swt, tetapi yang dinafikan ayat di atas
adalah tentang iman dalam perinciannya. Itu sebabnya ayat di atas tidak menyatakan
sebelumnya engkau bukanlah seorang mukmin.
E. Penjelasan tafsir Q.S. Al-Maidah ayat 48
“Dan kami telah turunkan kepadamu Alqur’an dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya ) dan
batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut
apa yang Allah turunkan, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara
kami, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya
kami dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu.”
Pengertian Global
Pada ayat ini Allah Swt. menjelaskan bahwa Allah Swt telah menurunkan Al-Qur’an
sebagai bukti kebenaran atas apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. kepada
ummatnya. Dimana Al-Qur’an merupakan Kitab yang menyempurnakan Kitab-Kitab yang
telah diturunkan kepada para Nabi dan Rasul terdahulu karena memang Kitab-Kitab
terdahulu telah banyak diubah dan dimanipulasi oleh prkataan-perkataan manusia.
Kemudian Allah Swt. menegaskan untuk menggunakan Al-Qur’an sebagai dasar untuk
memutuskan setiap perkara dan menjadi dasar dalam lkehidupan manusia serta tidak
terbawa oleh hawa nafsu yang akan membawa kepada keburukan dan kebinasaan
sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Ahli Kitab yang mengingkari kebenaran Al-Qur’an.
Allah Swt menerangkan pula bahwa Allah Swt. sangat bisa untuk menjadikan ummat ini
menjadi satu golongan, hanya saja Allah hendak menguji kepada manusia agar dapat
membedakan mana yang haq dan mana yang bathil, serta memberikan pilihan kepada
kebaikan atau kepada keburukan, oleh Karena itu Allah Swt. menyuruh kepada kita untuk
berlomba-lomba dalam kebaikan, berlomba-lomba mencari jalan yang telah diisyaratkan
oleh Allah dalam setipa firman-Nya dan Allah Swt menurunkan Kitab Al-Qur’an untuk
menjadi penengah dan sebagai petunjuk menuju jalan yang lurus dan menghindari
perselisihan diantara ummat ini. Kemudian kelak Allah Swt. akan menjelaskan mana yang
benar dan mana yang salah atas pilihan manusia itu, karena semuanya berpulang dan akan
kembali kepada Allah Swt.
Pengertian secara umum yaitu, setelah Allah SWT menurunkan Taurat, lalu Injil
kepada Bani Israil, dan Dia terangkan petunjuk maupun cahaya yang Dia pesankan dalam
kedua kitab itu, serta Dia jelaskan pula kewajiban yang harus mereka tunaikan untuk
menegakkan keduanya, serta ancaman-Nya terhadap mereka berupa hukuman apabila tidak
menggunakan kedua kitab tersebut dalam memutuskan perkara, maka sesudah itu, Allah
terangkan disini, Dia telah menurunkan Alqur’an ini di antara kitab-kitab lain sebelumnya.
Diriwayatkan dari Qatadah dalam penafsirannya tentang Syir’atan wa minhajan, dia
mengatakan bahwa maksudnya ialah jalan dan sunnah. Adapun sunnah itu berbeda-beda.
Taurat punya syari’at tersendiri, Injil punya syari’at tersendiri dan Alqur’an pun punya
syari’at tersendiri. Dalam hal ini, Allah menghalalkan pada masing-masing yang Dia
kehendaki dan mengharamkan apa yang Dia kehendaki. Maksudnya supaya diketahui siapa
yang taat kepada-Nya dan siapa yang tidak. Akan tetapi, Ad-Din yang tidak menerima
lainnya adalah tauhid dan ikhlas, dan inilah yang dibawa oleh semua utusan Allah. Juga
diriwayatkan dari Qatadah, bahwa dia mengatakan lagi : Ad-Din atau agama adalah satu,
sekalipun syari’atnya berbeda-beda.
Dengan demikian bisa dimengerti, bahwa yang dimaksud syari’at ialah hukum-
hukum amaliah yang berbeda-beda menurut masing-masing rasul yang datang kemudian
menghapuskan syari’at sebelumnya. Sedang Ad-Din adalah prinsip-prinsip permanen yang
tidak berubah, sekalipun berbeda nabi.
Tafsir Ayat
Setelah Allah swt. menerangkan bahwa kitab Taurat telah diturunkan kepada Nabi
Musa a.s. dan kitab Injil telah diturunkan pula kepada Nabi Isa a.s. dan agar kitab tersebut
ditaati dan diamalkan oleh para penganutnya masing-masing, maka pada ayat ini
diterangkan bahwa Allah swt. menurunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir Muhammad saw.
kitab suci Alquran yaitu kitab samawi terakhir yang membawa kebenaran, mencakup isi dan
membenarkan kitab suci sebelumnya seperti kitab Taurat dan Injil. Alquran adalah kitab
yang terpelihara dengan baik, sehingga ia tidak akan mengalami perubahan dan pemalsuan.
Alquran adalah kitab suci yang menjamin syariat yang murni sebelumnya dan kitab suci
satu-satunya yang berlaku sejak diturunkannya sampai hari kemudian. Oleh karena itu
pantaslah, bahkan wajib menghukum dan memutuskan perkara putra manusia sesuai
dengan hukum yang telah diturunkan Allah yang telah terdapat di dalamnya dan bukanlah
pada tempatnya menuruti keinginan dan kemauan hawa nafsu mereka yang bertentangan
dengan kebenaran yang dibawa oleh Junjungan kita Nabi Muhammad saw. Tiap-tiap umat
Allah diberi syariat (peraturan-peraturan khusus) dan diwajibkan kepada mereka
melaksanakannya dan juga mereka telah diberi jalan dan petunjuk yang harus
melaksanakannya untuk membersihkan diri dan menyucikan batin mereka. Syariat setiap
umat dan jalan yang harus ditempuhnya boleh saja berubah rubah dan bermacam-macam
tetapi dasar dan landasan Agama Samawi hanyalah satu. Kitab Taurat, Injil dan Alquran,
masing-masing mempunyai syariat tersendiri, di mana Allah swt. telah menentukan hukum
halal dan haram, sesuai dengan kehendak-Nya untuk mengetahui siapa yang taat dan siapa
yang tidak. Firman Allah swt. Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum
kamu melainkan Kami wahyukan padanya, "Bahwasanya tidak ada tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Aku" maka sembahlah Aku olehmu sekalian. (Q.S. Al-Anbiya': 25).
Sekiranya Allah Swt. menghendaki, tentulah Dia dapat menjadikan manusia hanya
mempunyai satu syariat dan satu macam jalan pula yang akan ditempuh dan diamalkan
mereka sehingga dari zaman ke zaman tidak ada peningkatan dan kemajuan seperti halnya
burung dan lebah, tentunya akan terlaksana dan tidak ada kesulitan sedikitpun, karena Allah
swt. kuasa atas segala sesuatu tetapi yang demikian itu tidak dikehendaki oleh-Nya. Allah
Swt. menghendaki manusia itu sebagai makhluk yang dapat mempergunakan akal dan
pikirannya, dapat maju dan berkembang dari zaman ke zaman. Dari masa kanak-kanak ke
masa remaja meningkat jadi dewasa dan seterusnya. Demikianlah Allah swt. menghendaki
dan memberikan kepada tiap-tiap umat syariat tersendiri untuk menguji sampai di mana
manusia itu dapat dan mampu melaksanakan perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya.
Sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam kitab Samawi-Nya, untuk dapat diberi Pahala
atau disiksa. Oleh karena itu seharusnyalah manusia berlomba-lomba berbuat kebaikan dan
amal saleh, sesuai dengan syariat yang dibawa oleh Nabi penutup, Rasul terakhir
Muhammad saw. Syariat yang menggantikan syariat sebelumnya. untuk kepentingan di
dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak. Pada suatu waktu nanti, mau tak mau manusia akan
kembali kepada Allah swt. memenuhi panggilan-Nya, ke alam Baqa. Di sanalah nanti Allah
swt. akan memberitahukan segala sesuatunya tentang hakikat yang diperselisihkan mereka.
Orang-orang yang benar-benar beriman akan diberi pahala, sedang orang-orang yang ingkar
dan menolak kebenaran, serta menyeleweng dari-Nya tanpa alasan dan bukti akan diazab
dan dimasukkan ke dalam neraka.
Tafsir Jalalain Surah Al Maaidah 48
ل يه ف احكم ع يمنا مه ب و ا ب ين ي د يه من الكتـ ل م قا د مص ق ب بالح لن آ إل يك الكتـ أ نز ال ت ت و و ل الل آ أ نز و ب ين هم بم ه ا عب أ وو م ع م
ل حد ة و ة و ع ل كم أم ل ج ل و ش آه الل ـجا و منه ع لن ا منكم شرع ة و لكل ج ق ك من الح آه كم ف است ج اتـ آ ه كم فى م ي عبلو ات ـكن ل ير عبوا ال
ا ك ميعا ف ين عب ئكم بم رجعكم ج ت لفون إل ى هللا م نتم فيه ت .
(Dan telah Kami turunkan kepadamu) hai Muhammad (kitab) yakni Alquran (dengan
kebenaran) berkaitan dengan anzalnaa (membenarkan apa yang terdapat di hadapannya)
maksudnya yang sebelumnya (di antara kitab dan menjadi saksi) atau batu ujian
(terhadapnya) kitab di sini maksudnya ialah kitab-kitab terdahulu. (Sebab itu putuskanlah
perkara mereka) maksudnya antara ahli kitab jika mereka mengadu kepadamu (dengan apa
yang diturunkan Allah) kepadamu (dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka)
dengan menyimpang (dari kebenaran yang telah datang kepadamu. Bagi tiap-tiap umat di
antara kamu Kami beri) hai manusia (aturan dan jalan) maksudnya jalan yang nyata dan
agama dan yang akan mereka tempuh. (Sekiranya dikehendaki Allah tentulah kamu
dijadikan-Nya satu umat) dengan hanya satu syariat (tetapi) dibagi-bagi-Nya kamu kepada
beberapa golongan (untuk mengujimu) mencoba (mengenai apa yang telah diberikan-Nya
kepadamu) berupa syariat yang bermacam-macam untuk melihat siapakah di antara kamu
yang taat dan siapa pula yang durhaka (maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan)
berpaculah mengerjakannya. (Hanya kepada Allahlah kembali kamu semua) dengan
kebangkitan (maka diberitahukan-Nya kepadamu apa yang kamu perbantahkan itu) yakni
mengenai soal agama dan dibalas-Nya setiap kamu menurut amal masing-masing.
F. Penjelasan tafsir QS. Al-Baqarah ayat 136
“Katakanlah- hai para mukmin kepada mereka: "Kami telah beriman kepada Allah
dan kitab yang diturunkan kepada Kami dan kepada hukum-hukum yang diturunkan kepada
Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan kepada anak-anaknya-yang dua belas itu-dan kepada
apa yang diberikan kepada Musa dan Isa-Taurat dan Injil-dan kepada apa yang diberikan
kepada Nabi-nabi-yang disebut itu atau selainnya-dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-
bedakan antara seseorang dari rasul-rasul-Nya dan hanya kepada-Nyalah kami
menyerahkan diri.”7
Ayat ini memberi petunjuk cara mengemukakan bantahan dan dalil-dalil dalam
bertukar pikiran, yaitu dengan membandingkan antara asas suatu agama dengan agama lain
dan sebagainya.
Al-Asbat ialah anak cucu Nabi Ya’kub a.s. yang dimaksud dengan “beriman kepada
nabi-nabi” yang tersebut diatas ialah beriman kepada nabi Allah, yang telah diperintahkan
mengajak orang pada masanya beriman kepada Allah. Prinsip-prinsip pokok agama yang
dibawa oleh nabi adalah sama, yaitu ketauhidan.
Agama Ibrahim adalah agama yang mengakui keesaan dan kekuasaan Allah, bukan
agama yang mempersekutukan Allah. Agama yang telah dimasuki unsure syirik dan campur
tangan manusia, bukanlah agama Ibrahim dan bukan agama Allah. Iman kepada para nabi
dan rasul serta iman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepadanya termasuk Rukun
Iman.
G. Q.S. Al Hadid ayat 25
“Sesungguhnya kami Telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang
nyata dan Telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan. dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat
kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan
besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-
Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”
Pengertian Global
Pada Ayat ke-25 Surat Al-Hadid yang berarti Besi ini Allah Swt. mengabarkan
kepada kita semua bahwa Allah Swt. telah mengutus beberapa Rasul untuk menyampaikan
Risalahnya dengan berbagai kemampuan dan bukti nyata (Mukjizat) yang membuktikan
bahwa para Rasul adalah manusia yang dipilih Allah untuk menyebarkan risalah-Nya. dalam
hal ini Allah Swt. menjelaskan telah menjadikan besi bagi kemanfaatna manusia dan
dijadikan sebagai bukti bahwa Allah Swt. yang bekehendaka atas segala sesuatu dan segala
hal. Allah Swt. mengutus para Rasul disertai dengan Kitab dimana didalamnya terdapat
tentang ajaran-ajaran yang harus disampaikan oleh para Rasul kepada Ummatnya, dinatara
kitab-kitab itu adalah Zabur, Taurat, Injil dan Al-Qur’an sebagai penyempurna dari kitab-
kitab sebelumnya dan menjadi dasar untuk menegakan neraca keadilan atau sebagai dasar
dalam setiap pengambilan keputusan atas berbagai permasalahan. Pada akhir ayat tersebut
Allah Swt. memberikan penjelasan tentang adanya manfaat dari besi dan kehebatan yang luar
biasa sebagai bukti ke Maha Agungan dan ke Maha Besar-an Allah Swt. Karen memang telah
kita ketahui bersama dengan adanya besi ini kita dapat merasakan kehidupan yang lebih baik
dan paling penting dalpat mengubah peradaban manusia menuju lebih baik dengan
dibuktikan semakin pesatnya perkembangan tekhnologi dan informasi yang merupakan salah
satu manfaat dari besi yang telah digambarkan oleh Allah pada ayat tersebut.
Tafsir Ayat
Allah SWT menerangkan bahwa Dia telah mengutus para Rasul kepada umat-umat
Nya dengan membawa bukti-bukti yang kuat untuk membuktikan kebenaran risalah-Nya. Di
antara bukti-bukti itu, ialah mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada para Rasul itu, seperti
tidak terbakar oleh api sebagai mukjizat Nabi Ibrahim as, mimpi yang benar sebagai mukjizat
Nabi Yusuf as, Tongkat sebagai mukjizat Nabi Musa as. Alquran sebagai mukjizat Nabi
Muhammad SAW dan sebagainya. Dalam pada itu setiap Rasul yang diutus itu bertugas
menyampaikan agama Allah kepada umatnya. Ajaran agama itu adakalanya tertulis dalam
sahifah-sahifah dan adakalanya termuat dalam suatu kitab, seperti Taurat, Zabur, Injil dan
Alquran. Ajaran agama itu berupa petunjuk bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup
di dunia dan di akhirat. Sebagai dasar mengatur dan membina masyarakat, maka setiap
agama yang dibawa oleh para Rasul itu mempunyai asas "keadilan". Keadilan ini wajib
ditegakkan oleh para Rasul dan pengikut-pengikutnya dalam masyarakat, yaitu keadilan
penguasa terhadap rakyatnya, keadilan suami sebagai kepala rumah tangga, keadilan
pemimpin atas yang dipimpinnya dan sebagainya, sehingga seluruh anggota masyarakat sama
kedudukannya dalam hukum, sikap dan perlakuan. Di samping itu Allah SWT
menganugerahkan kepada manusia "besi" suatu karunia yang tidak terhingga nilai dan
manfaatnya. Dengan besi dapat dibuat berbagai macam keperluan manusia, sejak dari yang
besar sampai kepada yang kecil, seperti berbagai macam kendaraan di darat, di laut dan di
udara, keperluan rumah tangga dan sebagainya. Dengan besi pula manusia dapat membina
kekuatan bangsa dan negaranya, karena dari besi dibuat segala macam alat perlengkapan
pertahanan dan keamanan negeri, seperti senapan, kendaraan perang dan sebagainya. Tentu
saja semuanya itu hanya diizinkan Allah menggunakannya untuk menegakkan agama Nya,
menegakkan keadilan dan menjaga keamanan negeri. Allah SWT menerangkan bahwa Dia
melakukan yang demikian itu agar Dia mengetahui siapa di antara hamba-hamba Nya yang
mengikuti dan menolong agama yang disampaikan para Rasul yang diutus Nya dan siapa
yang mengingkarinya. Dengan anugerah itu Allah SWT ingin menguji manusia dan
mengetahui sikap manusia terhadap nikmat Nya itu. Manusia yang taat dan tunduk kepada
Allah akan melakukan semua yang disampaikan para Rasul itu, karena ia yakin bahwa semua
perbuatan, sikap dan isi hatinya diketahui Allah, walaupun ia tidak melihat Allah mengawasi
dirinya. Sehubungan dengan kegunaan besi ini diterangkan dalam hadis yang artinya: Dari
Ibnu Umar, ia berkata, "Bersabda Rasulullah Saw: "Aku diutus dengan pedang (besi)
sebelum kedatangan Hari Kiamat (akhir zaman), sehingga orang menyembah Allah saja,
tidak ada syerikat bagi -Nya dan Allah menjadikan rezekiku di bawah naungan tombakku
dan menjadikan hina dan rendah orang yang menyalahi perintahku, dan barangsiapa yang
menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum itu". (H.R. Ahmad dan Abu Daud). Pada
akhir ayat ini Allah SWT menegaskan kepada manusia bahwa Dia Maha Kuat, tidak ada
sesuatu pun yang mengalahkan Nya, bahwa Dia Maha Perkasa dan tidak seorang pun yang
dapat mengelakkan diri dari hukuman yang telah ditetapkan- Nya.
Tafsir Jalalain Surah Al Hadiid : 25
(Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami) yaitu malaikat-malaikat-Nya
kepada nabi-nabi (dengan membawa bukti-bukti yang nyata) hujah-hujah yang jelas dan
akurat (dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab) lafal Alkitab ini sekalipun
bentuknya mufrad tetapi makna yang dimaksud adalah jamak, yakni al-kutub (dan neraca)
yakni keadilan (supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (Dan Kami ciptakan besi)
maksudnya Kami keluarkan besi dari tempat-tempat penambangannya (yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat) yakni dapat dipakai sebagai alat untuk berperang (dan berbagai
manfaat bagi manusia, dan supaya Allah mengetahui) supaya Allah menampilkan; lafal
waliya'lamallaahu diathafkan pada lafal liyaquman-naasu (siapa yang menolong-Nya)
maksudnya siapakah yang menolong agama-Nya dengan memakai alat-alat perang yang
terbuat dari besi dan lain-lainnya itu (dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya)
lafal bil-ghaibi menjadi hal atau kata keterangan keadaan dari dhamir ha yang terdapat pada
lafal yanshuruhu. Yakni sekalipun Allah tidak terlihat oleh mereka di dunia ini. Ibnu Abbas
r.a. memberikan penakwilannya, mereka menolong agama-Nya padahal mereka tidak
melihat-Nya. (Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa) artinya Dia tidak
memerlukan pertolongan siapa pun, akan tetapi perbuatan itu manfaatnya akan dirasakan
sendiri oleh orang yang mengerjakannya.