Tafsir Ayat Risalah

13
A. Penjelasan tafsir QS. al-Nahl ayat 36 Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul kepada setiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu’. Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan diantara mereka ada pula orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kalian di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (para rasul).” At-Thogut : setiap sesembahan selain Allah, termasuk setan, tukang tenung, berhala dan setiap orang yang menyeru kepada kesesatan. Di dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa mereka mencela pengutusan seluruh nabi, dan berkata, “Sesungguhnya kami telah ditakdirkan untuk mengerjakan perbuatan kami, maka tidak ada gunanya pengutusan mereka itu. Sekiranya Allah menghendaki agar kami beriman kepada-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, menghalalkan apa yang Dia halalkan dan tidak mengharamkan sesuatu pun di antara yang telah kami haramkan, tentu perkaranya akan seperti apa yang Dia kehendaki. Akan tetapi Dia tidak menghendaki selain dari pada apa yang tengah kami lakukan, maka apa yang dikatakan oleh para rasul itu tidak lain berasal dari diri mereka sendiri, bukan dari sisi Allah.” Allah menjawab apa yang mereka katakan itu adalah perkataan seperti yang pernah dilontarkan oleh para pendusta di antara umat-umat terdahulu. Tugas para rasul hanyalah menyampaikan, bukan membuat mereka mengikuti petunjuk. Allah tidak akan membiarkan suatu umat pun tanpa mengutus seorang pemberi petunjuk kepada mereka, dan melarang mereka melakukan kesesatan serta kemusyrikan. Di antara mereka ada orang yang memenuhi seruannya, ada pula yang disesatkan Allah berdasarkan ilmu yang ada pada-Nya, sehingga mereka pasti menerima ketetapan Tuhanmu, dan mendapat azab dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa. Kemudian Allah menyuruh mereka untuk mengadakan perjalanan di muka bumi, agar mereka dapat melihat berkas-berkas para pendusta yang ditimpa azab karena dosa yang mereka lakukan. Selanjutnya Allah mengingatkan rasul-Nya, bahwa keinginannya yang besar agar mereka bisa beriman tidak akan bermanfaat apa-apa baginya, karena Allah tidak menciptakan hidayah secara paksa terhadap orang yang memilih kesesatan bagi dirinya, sebagaimana tidak ada seorang pun dapat menghindarkan kemurkaan dan siksaan Allah dari padanya.

Transcript of Tafsir Ayat Risalah

Page 1: Tafsir Ayat Risalah

A. Penjelasan tafsir QS. al-Nahl ayat 36

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul kepada setiap umat (untuk

menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu’. Maka di antara umat

itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan diantara mereka ada pula

orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kalian di muka

bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan

(para rasul).”

At-Thogut : setiap sesembahan selain Allah, termasuk setan, tukang tenung, berhala dan

setiap orang yang menyeru kepada kesesatan.

Di dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa mereka mencela pengutusan seluruh

nabi, dan berkata, “Sesungguhnya kami telah ditakdirkan untuk mengerjakan perbuatan

kami, maka tidak ada gunanya pengutusan mereka itu. Sekiranya Allah menghendaki agar

kami beriman kepada-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, menghalalkan

apa yang Dia halalkan dan tidak mengharamkan sesuatu pun di antara yang telah kami

haramkan, tentu perkaranya akan seperti apa yang Dia kehendaki. Akan tetapi Dia tidak

menghendaki selain dari pada apa yang tengah kami lakukan, maka apa yang dikatakan oleh

para rasul itu tidak lain berasal dari diri mereka sendiri, bukan dari sisi Allah.”

Allah menjawab apa yang mereka katakan itu adalah perkataan seperti yang pernah

dilontarkan oleh para pendusta di antara umat-umat terdahulu. Tugas para rasul hanyalah

menyampaikan, bukan membuat mereka mengikuti petunjuk. Allah tidak akan membiarkan

suatu umat pun tanpa mengutus seorang pemberi petunjuk kepada mereka, dan melarang

mereka melakukan kesesatan serta kemusyrikan. Di antara mereka ada orang yang

memenuhi seruannya, ada pula yang disesatkan Allah berdasarkan ilmu yang ada pada-Nya,

sehingga mereka pasti menerima ketetapan Tuhanmu, dan mendapat azab dari Yang Maha

Perkasa lagi Maha Kuasa. Kemudian Allah menyuruh mereka untuk mengadakan perjalanan

di muka bumi, agar mereka dapat melihat berkas-berkas para pendusta yang ditimpa azab

karena dosa yang mereka lakukan. Selanjutnya Allah mengingatkan rasul-Nya, bahwa

keinginannya yang besar agar mereka bisa beriman tidak akan bermanfaat apa-apa baginya,

karena Allah tidak menciptakan hidayah secara paksa terhadap orang yang memilih

kesesatan bagi dirinya, sebagaimana tidak ada seorang pun dapat menghindarkan

kemurkaan dan siksaan Allah dari padanya.

Page 2: Tafsir Ayat Risalah

Kemudian Allah menjelaskan bahwa Dia mengingkari kekufuran hamba-hambaNya

yang berdusta, dengan menurunkan siksaan kepada mereka di dunia, setelah para rasul

memberi peringatan kepada mereka. Allah selanjutnya berbicara kepada Rasulnya saw,

guna menghibur beliau dari apa yang beliau lihat, seperti pengingkaran, berpaling, dan

penetapan kaumnya yang berlebihan, sedang beliau sangat menginginkan agar mereka

beriman, dan guna menjelaskan bahwa seluruh persoalannya ada dalam kekuasaan Allah,

sedang beliau tidak mempunyai urusan dalam hal itu, walau sedikitpun.

Pengertian Global

Dalam Surat An-Nahl Ayat 36, ayat ini menghibur nabi muhammad SAW, dalam

menghadapi para pembangkang dari kaum beliau, seakan-akan ayat ini menyatakan: Allah

pun telah mengutusmu, maka ada diantara umatmu yang menerima baik ajakanmu dan ada

juga yang membangkang. Kata ( الطـغوت) thaghut terambil dari kata (طغى) thagha yang pada

mulanya berarti melampaui batas. Ia biasa juga dipahami dalam arti berhala-berhala, karana

penyembahan berhala adalah sesuatau yang sangat buruk dan melampui batas. Dalam arti

yang lebih umum, kata tersebut mencakup segala sikap dan perbuatan yang melampaui

batas, seperti kekufuran kepada Tuhan, pelanggaran, dan sewenang-wenangan terhadap

manusia. Allah Swt mengabarkan kepada kita untuk meneliti sejarah umat terdahulu, baik

umat yang memperoleh dan mendapat petunjuk dari Allah Swt ataupun ummat yang

membangkang karena didalamnya terdapat pelajaran yang berharga bagi manusia dan

menjadi bekal agar manusia tidak terjerumus kedalam lubang yang sama untuk kesekian

kalinya.

Tafsir Ayat

Kemudian daripada itu Allah SWT menjelaskan bahwa para Rasul itu diutus sesuai

dengan Sunatullah, yang berlaku pada umat sebelumnya. Mereka itu adalah pembimbing

manusia ke jalan yang lurus. Bimbingan Rasul-rasul itu diterima oleh orang-orang yang

dikehendaki oleh Allah dan menyampaikan mereka kepada kesejahteraan dunia dan

kebahagiaan akhirat, akan tetapi orang-orang yang bergelimang dalam kemusyrikan dan

jiwanya dikotori oleh noda noda kemaksiatan tidaklah mau menerima bimbingan Rasul itu.

Allah SWT menjelaskan bahwa Dia telah mengutus beberapa utusan kepada tiap-tiap umat

yang terdahulu, seperti halnya Dia mengutus Nabi Muhammad saw kepada umat manusia

seluruhnya. Oleh sebab itu manusia hendaklah mengikuti seruannya, yaitu beribadat hanya

kepada Allah SWT yang tidak mempunyai sekutu dan larangan mengingkari seruannya, yaitu

tidak boleh mengikuti tipu daya setan yang selalu-menghalang-halangi manusia mengikuti

jalan yang benar. Setan-setan itu selalu mencari-cari kesempatan untuk menyesatkan

manusia. Allah SWT berfirman:

Page 3: Tafsir Ayat Risalah

Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan

kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah

olehmu sekalian akan aku".

Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul kami yang Telah kami utus sebelum kamu: "Adakah

kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah yang Maha Pemurah?"

B. Penjelasan tafsir QS al- Baqarah ayat 213

“Manusia itu adalah umat yang satu (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus

para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan

bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan diantara manusia tentang

perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang

yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka

keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah

member petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka

perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang

dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”

Secara umum ayat diatas menjelaskan bahwa Allah telah memerintahkan orang-

orang yang beriman melalui nabi-Nya, agar memasuki agama Islam secara menyeluruh,

bersatu dan tidak bersengketa satu sama lainnya. Sebab, melakukan tindakan yang bisa

menimbulkan persengketaan dan perpecahan, sungguh tidak pantas bagi orang yang telah

didatangkan kepadanya hidayah dari Tuhannya. Seharusnya mereka meninggalkan

perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Al-Kitab setelah adanya penegasan dari hidayah

Ilahiah. Selanjutnya Allah menuturkan bahwa orang yang mengingkari perkara yang hak,

selalu menitikberatkan tindakannya kepada hal-hal yang bisa memenuhi kesenangannya

berupa kenikmatan duniawi yang pada hakikatnya hanyalah bersifat sementara dan

Page 4: Tafsir Ayat Risalah

sebentar. Barangsiapa berperilaku seperti mereka, maka ia akan selalu berada dalam

perselisihan dan perpecahan dengan teman sendiri.

Dalam ayat ini, Allah selanjutnya menuturkan bahwa memakai petunjuk para nabi

merupakan keharusan dan kebutuhan manusia. Allah telah memastikan bahwa umat

manusia bagaikan umat yang satu, dimana antara yang satu dengan yang lainnya saling

berhubungan. Setelah itu, akal mereka tidak mampu lagi memenuhi apa yang menjadi

kebutuhan dan kemaslahatan mereka serta menolak bahaya dari diri mereka masing-

masing. Kemudian, Allah mengutus para nabi sebagai pemberi peringatan dan pemberi

kabar gembira kepada mereka disertai bukti-bukti konkrit yang memperkuat kebenaran

kenabian mereka. Dan apa yang mereka dapat dari kebenaran ini adalah datang dari sisi

Allah yang Maha Kuasa dan yang memberi pahala atau siksaan kepada mereka. Ia Maha

Mengetahui apa yang ada dalam batin mereka, sebab tidak ada sesuatupun yang luput dari

pengetahuan-Nya.

Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 213 ini, menjelaskan bahwa:

Manusia adalah makhluk sosial

Allah menciptakan manusia dalam keadaan satu kesatuan umat, dimana satu sama

lainnya saling berhubungan dalam masalah kehidupan. Manusia tidak akan bisa hidup,

kecuali apabila antara satu dengan lainnya saling bahu membahu. Setiap orang, hidup dari

kerja masing-masing. Tetapi kekuatan jasmani dan akalnya sangat terbatas, sehingga ia tidak

akan mampu memenuhi semua kebutuhannya, kecuali apabila ia berhimpun dengan teman-

temannya membentuk suatu kekuatan. Dalam peristilahan Ilmu Sosial dikenal

bahwa, Manusia adalah makhluk sosial.

Agama menganjurkan persatuan dan keserasian

Kita telah menyaksikan bahwa agama pada awal pertumbuhannya berusaha

menghimpun persatuan dan menyingkirkan hal-hal yang bisa menimbulkan perselisihan

dalam jiwa penganut-penganutnya. Dalam jiwa mereka rasa persaudaraan yang kuat

melebihi persaudaraan satu nasab. Tersebutlah bahwa masing-masing sahabat nabi lebih

mementingkan keperluan saudara seagama daripada dirinya baik yang berkaitan dengan

harta benda maupun jiwa. Ia rela mengorbankan nyawa demi saudara seagama yang belum

tentu ia lakukan terhadap saudara senasab.

Sangat buruk berselisih dalam tujuan, lebih-lebih setelah datang/ jelasnya petunjuk

Allah SWT. Berbeda pendapat dalam cara mencapai tujuan tidaklah terlarang, karena

perbedaan itu akan dapat diatasi jika terjalin hubungan baik dan masing-masing menjauhi

kepentingan pribadi/ kelompok.

C. Penjelasan tafsir QS. al-Saba’ ayat 34

Page 5: Tafsir Ayat Risalah

“Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan

orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya Kami mengingkari

apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya".

Ayat ini menyatakan: dan Kami sekali-kali tidak mengutus kepada

sesuatupenduduk negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan penghuni-

penghuninya yang hidup mewah dan berfoya-foya di negeri itu berkata kepada para

pemberi peringatan itu:“Sesungguhnya kami menyangkut apa yang kamu diutus

untuk menyampaikan-nya adalah orang-orang kafir, yakni menolak dan tidak percaya”. Dan

mereka dengan bangga dan angkuh berkata juga bahwa: “Kami memiliki lebih banyak harta

anak-anak dari pada kamu wahai orang-orang beriman, dan kami sekali-kali tidak akan

disiksa seandainya Kiamat itu ternyata ada karena Tuhan mencintai kami. Cinta-Nya terbukti

dengan banyaknya harta dan pengikut kami.”

Kata (وها ترف رف) mutrafuuhaa terambil dari kata (م taraf, yaitu kenikmatan yang (ت

luas yang mengantar kepada hidup berfoya-foya dan lupa diri. Bentuk kata yang digunakan

ayat ini bermakna orang-orang yang diberi nikmat yang luas. Pemberinya tentu saja Allah

swt. Penggunaan bentuk pasif itu memberi kesan bahwa mereka melupakan Allah dan,

dengan demikian, mereka diundang untuk mengingat-Nya.

D. Penjelasan tafsir QS. al-Asyura ayat 51-52

Ayat 51

“Dan tdak terjadi bagi seorang manusia bahwa dia diajak berbicara oleh Allah kecuali

dengan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan lalu

mewayukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki . Sesungguhnya Dia

Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.”

Dan tidak ada kemungkinan terjadi bagi seorang manusia bahwa dia diajak

berbicara oleh Allah yakni diberi informasi oleh-Nya kecuali dengan wahyu yakni

“pencampakan” informasi secara cepat ke dalam kalbunya tanpa perantara siapa pun atau

dibelakang tabir yakni dengan cara memperdengarkan “suara” tanpa si pendengar dapat

melihat pembicaranya atau dengan mengutus seorang utusan yakni malaikat yang dapat

dilihat atau dirasakan kehadirannya dan didengar suaranya lalu sang malaikat itu

mewahyukan dari saat ke saat kepadanya, yakni menyampaikan informasi Allah itu secara

Page 6: Tafsir Ayat Risalah

cepat penyampaian yang dilakukan dengan seizin-Nya tentang apa yang Dia, yakni Allah

SWT kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.

Kalam Allah atau redaksi yang mengesankan adanya persamaan antara Allah dan

manusia bahkan makhluk, harus segera dipahami bahwa hakikat keduanya tidaklah sama,

karena ”Tidak ada yang serupa dengan-Nya”. Kita dapat menyimpulkan bahwa percakapan

ini bermakna ‘dipahaminya apa yang hendak disampaikan Allah oleh objek yang dipilihnya’.

Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana, merupakan penjelasan kandungan tentang

wahyu karena Allah Maha Tinggi, maka percakapan-Nya tidaklah sama dengan percakapan

makhluk, tidak juga sama dengan percakapan seseorang dengan yang lain. Dia juga Maha

Bijaksana, sehingga Dia hanya memilih yang terbaik untuk diajak berbicara, serta informasi

dan tuntunan yang disampaikan-Nya adalah yang sangat sesuai dengan kemaslahatannya.

Ayat 52

“Dan demikianlah kami telah mewahyukan kepadamu ruh dari urusan Kami.

Sebelumnya engkau tidak mengetahui apakah al-Kitab dan tidak (pula) al-iman tetapi Kami

menjadikannya cahaya, yang Kami menunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di

antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau benar-benar memberi petunjuk ke

jalan lebar yang lurus. Jalan Allah yang milik-Nya segala apa yang ada di langit dan di bumi .

Ingatlah, bahwa kepada Allah kembali semua urusan.”

Rasul memperoleh wahyu dengan perantara malaikat jibril, dan juga

memperolehnya dalam keadaan tidur (mimpi).Thabathaba’i juga menyebut

pendapat yang menyatakan kata kadzalika menunjuk kepada wahyu-wahyu yang diterima

oleh para nabi yang lalu. Maka yang dimaksud ruh adalah malaikat jibril As yang di istilahkan

dengan ar-Ruh al-Amin.

Pernyataan bahwa Nabi saw. sebelum ini tidak mengetahui tentang al-iman bukan

berarti bahwa beliau tidak beriman kepada Allah swt, tetapi yang dinafikan ayat di atas

adalah tentang iman dalam perinciannya. Itu sebabnya ayat di atas tidak menyatakan

sebelumnya engkau bukanlah seorang mukmin.

E. Penjelasan tafsir Q.S. Al-Maidah ayat 48

Page 7: Tafsir Ayat Risalah

“Dan kami telah turunkan kepadamu Alqur’an dengan membawa kebenaran,

membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya ) dan

batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut

apa yang Allah turunkan, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan

meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara

kami, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya

kami dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap

pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada

Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu

perselisihkan itu.”

Pengertian Global

Pada ayat ini Allah Swt. menjelaskan bahwa Allah Swt telah menurunkan Al-Qur’an

sebagai bukti kebenaran atas apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. kepada

ummatnya. Dimana Al-Qur’an merupakan Kitab yang menyempurnakan Kitab-Kitab yang

telah diturunkan kepada para Nabi dan Rasul terdahulu karena memang Kitab-Kitab

terdahulu telah banyak diubah dan dimanipulasi oleh prkataan-perkataan manusia.

Kemudian Allah Swt. menegaskan untuk menggunakan Al-Qur’an sebagai dasar untuk

memutuskan setiap perkara dan menjadi dasar dalam lkehidupan manusia serta tidak

terbawa oleh hawa nafsu yang akan membawa kepada keburukan dan kebinasaan

sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Ahli Kitab yang mengingkari kebenaran Al-Qur’an.

Allah Swt menerangkan pula bahwa Allah Swt. sangat bisa untuk menjadikan ummat ini

menjadi satu golongan, hanya saja Allah hendak menguji kepada manusia agar dapat

membedakan mana yang haq dan mana yang bathil, serta memberikan pilihan kepada

kebaikan atau kepada keburukan, oleh Karena itu Allah Swt. menyuruh kepada kita untuk

berlomba-lomba dalam kebaikan, berlomba-lomba mencari jalan yang telah diisyaratkan

oleh Allah dalam setipa firman-Nya dan Allah Swt menurunkan Kitab Al-Qur’an untuk

menjadi penengah dan sebagai petunjuk menuju jalan yang lurus dan menghindari

perselisihan diantara ummat ini. Kemudian kelak Allah Swt. akan menjelaskan mana yang

benar dan mana yang salah atas pilihan manusia itu, karena semuanya berpulang dan akan

kembali kepada Allah Swt.

Page 8: Tafsir Ayat Risalah

Pengertian secara umum yaitu, setelah Allah SWT menurunkan Taurat, lalu Injil

kepada Bani Israil, dan Dia terangkan petunjuk maupun cahaya yang Dia pesankan dalam

kedua kitab itu, serta Dia jelaskan pula kewajiban yang harus mereka tunaikan untuk

menegakkan keduanya, serta ancaman-Nya terhadap mereka berupa hukuman apabila tidak

menggunakan kedua kitab tersebut dalam memutuskan perkara, maka sesudah itu, Allah

terangkan disini, Dia telah menurunkan Alqur’an ini di antara kitab-kitab lain sebelumnya.

Diriwayatkan dari Qatadah dalam penafsirannya tentang Syir’atan wa minhajan, dia

mengatakan bahwa maksudnya ialah jalan dan sunnah. Adapun sunnah itu berbeda-beda.

Taurat punya syari’at tersendiri, Injil punya syari’at tersendiri dan Alqur’an pun punya

syari’at tersendiri. Dalam hal ini, Allah menghalalkan pada masing-masing yang Dia

kehendaki dan mengharamkan apa yang Dia kehendaki. Maksudnya supaya diketahui siapa

yang taat kepada-Nya dan siapa yang tidak. Akan tetapi, Ad-Din yang tidak menerima

lainnya adalah tauhid dan ikhlas, dan inilah yang dibawa oleh semua utusan Allah. Juga

diriwayatkan dari Qatadah, bahwa dia mengatakan lagi : Ad-Din atau agama adalah satu,

sekalipun syari’atnya berbeda-beda.

Dengan demikian bisa dimengerti, bahwa yang dimaksud syari’at ialah hukum-

hukum amaliah yang berbeda-beda menurut masing-masing rasul yang datang kemudian

menghapuskan syari’at sebelumnya. Sedang Ad-Din adalah prinsip-prinsip permanen yang

tidak berubah, sekalipun berbeda nabi.

Tafsir Ayat

Setelah Allah swt. menerangkan bahwa kitab Taurat telah diturunkan kepada Nabi

Musa a.s. dan kitab Injil telah diturunkan pula kepada Nabi Isa a.s. dan agar kitab tersebut

ditaati dan diamalkan oleh para penganutnya masing-masing, maka pada ayat ini

diterangkan bahwa Allah swt. menurunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir Muhammad saw.

kitab suci Alquran yaitu kitab samawi terakhir yang membawa kebenaran, mencakup isi dan

membenarkan kitab suci sebelumnya seperti kitab Taurat dan Injil. Alquran adalah kitab

yang terpelihara dengan baik, sehingga ia tidak akan mengalami perubahan dan pemalsuan.

Alquran adalah kitab suci yang menjamin syariat yang murni sebelumnya dan kitab suci

satu-satunya yang berlaku sejak diturunkannya sampai hari kemudian. Oleh karena itu

pantaslah, bahkan wajib menghukum dan memutuskan perkara putra manusia sesuai

dengan hukum yang telah diturunkan Allah yang telah terdapat di dalamnya dan bukanlah

pada tempatnya menuruti keinginan dan kemauan hawa nafsu mereka yang bertentangan

dengan kebenaran yang dibawa oleh Junjungan kita Nabi Muhammad saw. Tiap-tiap umat

Allah diberi syariat (peraturan-peraturan khusus) dan diwajibkan kepada mereka

melaksanakannya dan juga mereka telah diberi jalan dan petunjuk yang harus

melaksanakannya untuk membersihkan diri dan menyucikan batin mereka. Syariat setiap

umat dan jalan yang harus ditempuhnya boleh saja berubah rubah dan bermacam-macam

tetapi dasar dan landasan Agama Samawi hanyalah satu. Kitab Taurat, Injil dan Alquran,

masing-masing mempunyai syariat tersendiri, di mana Allah swt. telah menentukan hukum

Page 9: Tafsir Ayat Risalah

halal dan haram, sesuai dengan kehendak-Nya untuk mengetahui siapa yang taat dan siapa

yang tidak. Firman Allah swt. Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum

kamu melainkan Kami wahyukan padanya, "Bahwasanya tidak ada tuhan (yang berhak

disembah) melainkan Aku" maka sembahlah Aku olehmu sekalian. (Q.S. Al-Anbiya': 25).

Sekiranya Allah Swt. menghendaki, tentulah Dia dapat menjadikan manusia hanya

mempunyai satu syariat dan satu macam jalan pula yang akan ditempuh dan diamalkan

mereka sehingga dari zaman ke zaman tidak ada peningkatan dan kemajuan seperti halnya

burung dan lebah, tentunya akan terlaksana dan tidak ada kesulitan sedikitpun, karena Allah

swt. kuasa atas segala sesuatu tetapi yang demikian itu tidak dikehendaki oleh-Nya. Allah

Swt. menghendaki manusia itu sebagai makhluk yang dapat mempergunakan akal dan

pikirannya, dapat maju dan berkembang dari zaman ke zaman. Dari masa kanak-kanak ke

masa remaja meningkat jadi dewasa dan seterusnya. Demikianlah Allah swt. menghendaki

dan memberikan kepada tiap-tiap umat syariat tersendiri untuk menguji sampai di mana

manusia itu dapat dan mampu melaksanakan perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya.

Sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam kitab Samawi-Nya, untuk dapat diberi Pahala

atau disiksa. Oleh karena itu seharusnyalah manusia berlomba-lomba berbuat kebaikan dan

amal saleh, sesuai dengan syariat yang dibawa oleh Nabi penutup, Rasul terakhir

Muhammad saw. Syariat yang menggantikan syariat sebelumnya. untuk kepentingan di

dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak. Pada suatu waktu nanti, mau tak mau manusia akan

kembali kepada Allah swt. memenuhi panggilan-Nya, ke alam Baqa. Di sanalah nanti Allah

swt. akan memberitahukan segala sesuatunya tentang hakikat yang diperselisihkan mereka.

Orang-orang yang benar-benar beriman akan diberi pahala, sedang orang-orang yang ingkar

dan menolak kebenaran, serta menyeleweng dari-Nya tanpa alasan dan bukti akan diazab

dan dimasukkan ke dalam neraka.

Tafsir Jalalain Surah Al Maaidah 48

ل يه ف احكم ع يمنا مه ب و ا ب ين ي د يه من الكتـ ل م قا د مص ق ب بالح لن آ إل يك الكتـ أ نز ال ت ت و و ل الل آ أ نز و ب ين هم بم ه ا عب أ وو م ع م

ل حد ة و ة و ع ل كم أم ل ج ل و ش آه الل ـجا و منه ع لن ا منكم شرع ة و لكل ج ق ك من الح آه كم ف است ج اتـ آ ه كم فى م ي عبلو ات ـكن ل ير عبوا ال

ا ك ميعا ف ين عب ئكم بم رجعكم ج ت لفون إل ى هللا م نتم فيه ت .

(Dan telah Kami turunkan kepadamu) hai Muhammad (kitab) yakni Alquran (dengan

kebenaran) berkaitan dengan anzalnaa (membenarkan apa yang terdapat di hadapannya)

maksudnya yang sebelumnya (di antara kitab dan menjadi saksi) atau batu ujian

(terhadapnya) kitab di sini maksudnya ialah kitab-kitab terdahulu. (Sebab itu putuskanlah

perkara mereka) maksudnya antara ahli kitab jika mereka mengadu kepadamu (dengan apa

yang diturunkan Allah) kepadamu (dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka)

dengan menyimpang (dari kebenaran yang telah datang kepadamu. Bagi tiap-tiap umat di

antara kamu Kami beri) hai manusia (aturan dan jalan) maksudnya jalan yang nyata dan

agama dan yang akan mereka tempuh. (Sekiranya dikehendaki Allah tentulah kamu

dijadikan-Nya satu umat) dengan hanya satu syariat (tetapi) dibagi-bagi-Nya kamu kepada

beberapa golongan (untuk mengujimu) mencoba (mengenai apa yang telah diberikan-Nya

Page 10: Tafsir Ayat Risalah

kepadamu) berupa syariat yang bermacam-macam untuk melihat siapakah di antara kamu

yang taat dan siapa pula yang durhaka (maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan)

berpaculah mengerjakannya. (Hanya kepada Allahlah kembali kamu semua) dengan

kebangkitan (maka diberitahukan-Nya kepadamu apa yang kamu perbantahkan itu) yakni

mengenai soal agama dan dibalas-Nya setiap kamu menurut amal masing-masing.

F. Penjelasan tafsir QS. Al-Baqarah ayat 136

“Katakanlah- hai para mukmin kepada mereka: "Kami telah beriman kepada Allah

dan kitab yang diturunkan kepada Kami dan kepada hukum-hukum yang diturunkan kepada

Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan kepada anak-anaknya-yang dua belas itu-dan kepada

apa yang diberikan kepada Musa dan Isa-Taurat dan Injil-dan kepada apa yang diberikan

kepada Nabi-nabi-yang disebut itu atau selainnya-dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-

bedakan antara seseorang dari rasul-rasul-Nya dan hanya kepada-Nyalah kami

menyerahkan diri.”7

Ayat ini memberi petunjuk cara mengemukakan bantahan dan dalil-dalil dalam

bertukar pikiran, yaitu dengan membandingkan antara asas suatu agama dengan agama lain

dan sebagainya.

Al-Asbat ialah anak cucu Nabi Ya’kub a.s. yang dimaksud dengan “beriman kepada

nabi-nabi” yang tersebut diatas ialah beriman kepada nabi Allah, yang telah diperintahkan

mengajak orang pada masanya beriman kepada Allah. Prinsip-prinsip pokok agama yang

dibawa oleh nabi adalah sama, yaitu ketauhidan.

Agama Ibrahim adalah agama yang mengakui keesaan dan kekuasaan Allah, bukan

agama yang mempersekutukan Allah. Agama yang telah dimasuki unsure syirik dan campur

tangan manusia, bukanlah agama Ibrahim dan bukan agama Allah. Iman kepada para nabi

dan rasul serta iman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepadanya termasuk Rukun

Iman.

G. Q.S. Al Hadid ayat 25

Page 11: Tafsir Ayat Risalah

“Sesungguhnya kami Telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang

nyata dan Telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya

manusia dapat melaksanakan keadilan. dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat

kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan

besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-

Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”

Pengertian Global

Pada Ayat ke-25 Surat Al-Hadid yang berarti Besi ini Allah Swt. mengabarkan

kepada kita semua bahwa Allah Swt. telah mengutus beberapa Rasul untuk menyampaikan

Risalahnya dengan berbagai kemampuan dan bukti nyata (Mukjizat) yang membuktikan

bahwa para Rasul adalah manusia yang dipilih Allah untuk menyebarkan risalah-Nya. dalam

hal ini Allah Swt. menjelaskan telah menjadikan besi bagi kemanfaatna manusia dan

dijadikan sebagai bukti bahwa Allah Swt. yang bekehendaka atas segala sesuatu dan segala

hal. Allah Swt. mengutus para Rasul disertai dengan Kitab dimana didalamnya terdapat

tentang ajaran-ajaran yang harus disampaikan oleh para Rasul kepada Ummatnya, dinatara

kitab-kitab itu adalah Zabur, Taurat, Injil dan Al-Qur’an sebagai penyempurna dari kitab-

kitab sebelumnya dan menjadi dasar untuk menegakan neraca keadilan atau sebagai dasar

dalam setiap pengambilan keputusan atas berbagai permasalahan. Pada akhir ayat tersebut

Allah Swt. memberikan penjelasan tentang adanya manfaat dari besi dan kehebatan yang luar

biasa sebagai bukti ke Maha Agungan dan ke Maha Besar-an Allah Swt. Karen memang telah

kita ketahui bersama dengan adanya besi ini kita dapat merasakan kehidupan yang lebih baik

dan paling penting dalpat mengubah peradaban manusia menuju lebih baik dengan

dibuktikan semakin pesatnya perkembangan tekhnologi dan informasi yang merupakan salah

satu manfaat dari besi yang telah digambarkan oleh Allah pada ayat tersebut.

Tafsir Ayat

Allah SWT menerangkan bahwa Dia telah mengutus para Rasul kepada umat-umat

Nya dengan membawa bukti-bukti yang kuat untuk membuktikan kebenaran risalah-Nya. Di

antara bukti-bukti itu, ialah mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada para Rasul itu, seperti

tidak terbakar oleh api sebagai mukjizat Nabi Ibrahim as, mimpi yang benar sebagai mukjizat

Nabi Yusuf as, Tongkat sebagai mukjizat Nabi Musa as. Alquran sebagai mukjizat Nabi

Muhammad SAW dan sebagainya. Dalam pada itu setiap Rasul yang diutus itu bertugas

menyampaikan agama Allah kepada umatnya. Ajaran agama itu adakalanya tertulis dalam

sahifah-sahifah dan adakalanya termuat dalam suatu kitab, seperti Taurat, Zabur, Injil dan

Alquran. Ajaran agama itu berupa petunjuk bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup

di dunia dan di akhirat. Sebagai dasar mengatur dan membina masyarakat, maka setiap

agama yang dibawa oleh para Rasul itu mempunyai asas "keadilan". Keadilan ini wajib

Page 12: Tafsir Ayat Risalah

ditegakkan oleh para Rasul dan pengikut-pengikutnya dalam masyarakat, yaitu keadilan

penguasa terhadap rakyatnya, keadilan suami sebagai kepala rumah tangga, keadilan

pemimpin atas yang dipimpinnya dan sebagainya, sehingga seluruh anggota masyarakat sama

kedudukannya dalam hukum, sikap dan perlakuan. Di samping itu Allah SWT

menganugerahkan kepada manusia "besi" suatu karunia yang tidak terhingga nilai dan

manfaatnya. Dengan besi dapat dibuat berbagai macam keperluan manusia, sejak dari yang

besar sampai kepada yang kecil, seperti berbagai macam kendaraan di darat, di laut dan di

udara, keperluan rumah tangga dan sebagainya. Dengan besi pula manusia dapat membina

kekuatan bangsa dan negaranya, karena dari besi dibuat segala macam alat perlengkapan

pertahanan dan keamanan negeri, seperti senapan, kendaraan perang dan sebagainya. Tentu

saja semuanya itu hanya diizinkan Allah menggunakannya untuk menegakkan agama Nya,

menegakkan keadilan dan menjaga keamanan negeri. Allah SWT menerangkan bahwa Dia

melakukan yang demikian itu agar Dia mengetahui siapa di antara hamba-hamba Nya yang

mengikuti dan menolong agama yang disampaikan para Rasul yang diutus Nya dan siapa

yang mengingkarinya. Dengan anugerah itu Allah SWT ingin menguji manusia dan

mengetahui sikap manusia terhadap nikmat Nya itu. Manusia yang taat dan tunduk kepada

Allah akan melakukan semua yang disampaikan para Rasul itu, karena ia yakin bahwa semua

perbuatan, sikap dan isi hatinya diketahui Allah, walaupun ia tidak melihat Allah mengawasi

dirinya. Sehubungan dengan kegunaan besi ini diterangkan dalam hadis yang artinya: Dari

Ibnu Umar, ia berkata, "Bersabda Rasulullah Saw: "Aku diutus dengan pedang (besi)

sebelum kedatangan Hari Kiamat (akhir zaman), sehingga orang menyembah Allah saja,

tidak ada syerikat bagi -Nya dan Allah menjadikan rezekiku di bawah naungan tombakku

dan menjadikan hina dan rendah orang yang menyalahi perintahku, dan barangsiapa yang

menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum itu". (H.R. Ahmad dan Abu Daud). Pada

akhir ayat ini Allah SWT menegaskan kepada manusia bahwa Dia Maha Kuat, tidak ada

sesuatu pun yang mengalahkan Nya, bahwa Dia Maha Perkasa dan tidak seorang pun yang

dapat mengelakkan diri dari hukuman yang telah ditetapkan- Nya.

Tafsir Jalalain Surah Al Hadiid : 25

(Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami) yaitu malaikat-malaikat-Nya

kepada nabi-nabi (dengan membawa bukti-bukti yang nyata) hujah-hujah yang jelas dan

akurat (dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab) lafal Alkitab ini sekalipun

bentuknya mufrad tetapi makna yang dimaksud adalah jamak, yakni al-kutub (dan neraca)

yakni keadilan (supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (Dan Kami ciptakan besi)

maksudnya Kami keluarkan besi dari tempat-tempat penambangannya (yang padanya

terdapat kekuatan yang hebat) yakni dapat dipakai sebagai alat untuk berperang (dan berbagai

manfaat bagi manusia, dan supaya Allah mengetahui) supaya Allah menampilkan; lafal

waliya'lamallaahu diathafkan pada lafal liyaquman-naasu (siapa yang menolong-Nya)

maksudnya siapakah yang menolong agama-Nya dengan memakai alat-alat perang yang

terbuat dari besi dan lain-lainnya itu (dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya)

lafal bil-ghaibi menjadi hal atau kata keterangan keadaan dari dhamir ha yang terdapat pada

lafal yanshuruhu. Yakni sekalipun Allah tidak terlihat oleh mereka di dunia ini. Ibnu Abbas

r.a. memberikan penakwilannya, mereka menolong agama-Nya padahal mereka tidak

Page 13: Tafsir Ayat Risalah

melihat-Nya. (Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa) artinya Dia tidak

memerlukan pertolongan siapa pun, akan tetapi perbuatan itu manfaatnya akan dirasakan

sendiri oleh orang yang mengerjakannya.