suspensi rekonstitusi

40
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN SEMI PADAT DAN CAIR I. Tugas Membuat formula suspensi rekonstitusi granul dan non- granul dengan zat aktif amoksisilin sebanyak 400 mL. II. Tujuan A. Mengetahui cara pembuatan dan formula sediaan suspensi kering. B. Mengamati pengaruh metode pembuatan granul atau serbuk kering dan konsentrasi bahan pembasah/pensuspensi terhadap karakteristik fisik suspensi. III. Teori Dasar Pada umumnya, sediaan suspensi kering dibuat karena stabilitas zat aktif didalam pelarut air terbatas, baik stabilitas kimia atau stabilitas fisika. Umumnya antibiotik mempunyai stabilitas yang terbatas di dalam pelarut air. Keuntungan pada sediaan suspensi rekonstitusi, untuk zat aktif yang tidak stabil dalam pembawa air, kestabilan zat aktif dapat dipertahankan karena kontak zat pada medium pendispersi dapat dipersingkat dengan mendispersikan zat padat dalam medium pendispesi pada saat akan digunakan. A. Definisi Suspensi Rekonstitusi 1. Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 2010 hal. 17 1

description

formulasi suspensi rekonstitusi

Transcript of suspensi rekonstitusi

Page 1: suspensi rekonstitusi

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN SEMI PADAT DAN CAIR

I. Tugas

Membuat formula suspensi rekonstitusi granul dan non-granul dengan zat aktif

amoksisilin sebanyak 400 mL.

II. Tujuan

A. Mengetahui cara pembuatan dan formula sediaan suspensi kering.

B. Mengamati pengaruh metode pembuatan granul atau serbuk kering dan

konsentrasi bahan pembasah/pensuspensi terhadap karakteristik fisik suspensi.

III. Teori Dasar

Pada umumnya, sediaan suspensi kering dibuat karena stabilitas zat aktif

didalam pelarut air terbatas, baik stabilitas kimia atau stabilitas fisika. Umumnya

antibiotik mempunyai stabilitas yang terbatas di dalam pelarut air.

Keuntungan pada sediaan suspensi rekonstitusi, untuk zat aktif yang tidak

stabil dalam pembawa air, kestabilan zat aktif dapat dipertahankan karena kontak zat

pada medium pendispersi dapat dipersingkat dengan mendispersikan zat padat dalam

medium pendispesi pada saat akan digunakan.

A. Definisi Suspensi Rekonstitusi

1. Farmakope Indonesia Edisi IV Tahun 2010 hal. 17

Suspensi yang siap digunakan atau yang dikonstitusikan dengan

sejumlah air untuk injeksi atau pelarut lain yang sesuai sebelum

digunakan, suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan

intratekal.

2. Pharm Dosage Forms: Dispers System Tahun 1989 Vol. 2 hal. 318,

326

Campuran sirup dalam keadaan kering yang akan didispersikan

dengan air pada saat akan digunakan dan dalam USP tertera sebagai

“for oral suspension” bentuk suspensi ini digunakan terutama untuk

obat yang mempunyai stabilitas terbatas didalam pelarut air, seperti

golongan antibiotika.

1

Page 2: suspensi rekonstitusi

B. Persyaratan Sediaan Suspensi Rekonstitusi

Pustaka : Pharm Dosage Forms: Disperse System Tahun 1969 Vol. 2 hal.

318

1. Campuran serbuk/granul haruslah mempunyai campuran yang

homogen sehingga konsentrasi /dosis tetap untuk setiap pemberin

obat.

2. Selama rekonstitusi campuran serbuk harus terdispersi secara cepat

dan sempurna dalam medium pembawa.

3. Suspensi yang sudah direkonstitusi harus dengan mudah didispersikan

kembali dan dituang oleh pasien untuk memperoleh dosisyang tepat

dan serba sama.

4. Produk akhir haruslah menunjukan penampilan, rasa, dan aroma yang

menarik

C. Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan dalam Pengolahan Campuran

Kering

Pustaka : Pharm Dosage Forms: Disperse System Tahun 1989 Vol. 2 hal.

318, 325

1. Gunakan pengaduk yang efisien evaluasi prosesing skala batch pada

alat skala pilot, jadi bukan menggunakan peralatan laboratorium.

2. Tentukan waktu pengaduk yang sesuai.

3. Hindari pengumpulan panas dan kelembapan selama pengadukan.

4. Batas variasi suhu dan kelembapan, umumnya adalah 70˚C dengan

RH>40%.

5. Batch yang sudah selesai diolah harus disimpan terlindung dari

kelembapan. Simpan dalam wadah tertutup rapat yang dilengkapi

dengan kantong pengering silica gel.

6. Ambil contoh untuk menguji keseragaman batch, lakukan pengujian

pada bagian atas, tengah, dan bawah dari campuran kering.

Ada masalah potensial akibat terjadinya perubahan sifat aliran dari

campuran kering, yaitu dapat menyebabkan demixing, pemisahan dan

penyerapan kelembapan selama pengolahan atau pada serbuk yang sudah

kering sempurna.

2

Page 3: suspensi rekonstitusi

Aliran yang acak baik atau caking sering terjadi apabila individu

bergabung, penyebabnya antara lain :

Tidak stabil terhadap suhu tinggi

Muatan permukaan

Variasi kelembapan

Kristalisasi

Pemampatan karena berat serbuk

Contoh yang tidak baik :

Anti foam mengambang pada permukaan, tidak membentuk

lapisan tipis.

Masa kental Na CMC lengket pada leher botol.

Zat warna tidak homogen, tidak terlihat sebagai warna peka.

D. Jenis-Jenis Sediaan Suspensi Rekonstitusi

Pustaka : Pharm Dosage Forms: Disperse System Tahun 1989 Vol. 2 hal.

318, 323-325

1. Suspensi Rekonstitusi yang berupa Campuran Serbuk

Formulasi berupa campuran serbuk merupakan carayang paling

mudah dan sederhana. Proses pencampuran dilakukan secara bertahap

apabila ada bahan berkhasiat dalam komponen yang berada dalam

jumlah kecil. Penting untuk diperhatikan, alat pencampur untuk

mendapatkan campuran yang homogen.

Keuntungan formulasi bentuk campuran serbuk:

a. Alat yang dibutuhkan sederhana, hemat energi, dan dan tidak

banyak.

b. Jarang menimbulkan masalah stbilitas dan kimia karena tidak

digunakan pelarut dan pemanasan saat pembuatan.

c. Dapat dicapai keadaan kelembaban yang sangat rendah.

Kerugian formulasi bentuk campuran serbuk:

a. Homogenitas kurang baik, sulit untuk untuk menjamin distribusi

obat yang homogeny kedalam campuran.

b. Kemungkinan adanya ketidakseragaman ukuran partikel.

c. Aliran serbuk kurang baik

3

Page 4: suspensi rekonstitusi

Variasi ukuran partikel yang terlalu banyak berbeda dapat

menyebabkan pemisahan dalam bentuk lapisan dengan ukuran

berbeda, aliran yang tidak baik dapat menimbulkan pemisahan.

2. Suspensi Rekonstitusi yang Digranulasi

Pembuatan dengan cara digranulasi terutama ditujukan untuk

memeperbaiki sifat aliran serbuk dan pengisian dan mengurangi

volume sediaan yang voluminous dalam wadah.

Dengan cara granulasi ini, zat aktif dan bahan-bahan lain dalam

keadaaan kering dicampur sebelum diinkorporasi atau disuspensikan

dalam cairan penggranulasi. Granulasi dilakukan dengan

menggunakan air atau larutan pengikat dalam air dapat juga

digunakan pelarut non air untuk bahan berkhasiat yang terurai dengan

adanya air.

Keuntungan cara granulasi:

a. Memiliki penampilan yang lebih baik daripada campuran serbuk.

b. Memiliki sifat aliran yang lebih baik.

c. Tidak terjadi pemisahan.

d. Tidak terlalu banyak menimbulkan debu selama pengisian.

Kerugian cara granulasi:

a. Melibatkan proses yang lebih panjang serta dibutuhkan peralatan

yang lebih banyak dan butuh energi listrik.

b. Adanya panas dan kontak dengan pelarut dapat menyebabkan

terjadinya resiko instabilitas zat aktif.

c. Sulit sekali menghilangkan spora cairan dari penggranul dari

bagian dalam granul dimana dengan adanya sisa cairan penggraul

kemungkinan dapat menurunkan stabilitas cairan.

d. Eksipien yang ditambahkan harus stabil terhadap proses

granulasi.

e. Ukuran granul diusahakan sama karena bagian yang halus akan

memisah sebagai fines.

4

Page 5: suspensi rekonstitusi

3. Suspensi Rekonstitusi yang merupakan Campuran antara Granul dan

Serbuk

Pada cara ini komponen yang peka terhadap panas seperti zat aktif

yang tidak stabil terhadap panas atau flavor dapat ditambahkan

sesudah pengeringan granul untuk mencegah pengaruh panas. Pada

tahap awal dibuat granul dari bebrapa komponen, kemudian dicampur

dengan serbuk (fines).

Kerugian dari cara ini:

a. Meningkatkan resiko tidak homogeny.

b. Untuk menjaga keseragaman, ukuran partikel harus dikendalikan.

Perbandingan Ketiga Jenis Suspensi Rekonstitusi (Pharm Dosage Forms:

Disperse System Tahun 1989 Vol. 2 hal. 318, 326 )

Jenis Suspensi Keuntungan Kerugian

Campuran

serbuk

Lebih ekonomis, resiko

ketidakstabilan lebih

rendah

Terjadi mixing dan segresi,

kehilangan selama proses

Campuran

granul

Penampilan lebih baik,

karakteristik aliran lebih

baik , segregasi, dan debu

dapat ditekan

Harga lebih mahal, efek

panas dan cairan

penggranulasi paada obat

dan eksipien

Kombinasi

antara serbuk

dan granul

Harga lebih murah, dapat

menggunakan senyawa

yang tidak tahan panas

Dapat terjadi segresi

campuran yang granul dan

non-granul

IV. Data Preformulasi

A. Zat Aktif

1. Amoksisilin/Amoxicillinum (Farmakope Indonesia IV tahun 1995 hal. 95-96,

Drug Information 2010 hal. 323-326)

Rumus Molekul : C16H19N3O5S.3H2O

Bobot Molekul : 419,45 (trihidrat); 365,40 (anhidrat)

Pemerian : Serbuk hablur, putih; praktis tidak berbau.

5

Page 6: suspensi rekonstitusi

Kelarutan : Sukar larut dalam air dan metanol; tidak larut dalam

benzena, dalam karbon tetraklorida dan dalam

kloroform.

Khasiat : Infeksi gram negatif dan gram positif, pengobatan

infeksi saluran napas bagian atas.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat; pada suhu kamar

terkendali.

Dosis : 125 mg/5 mL (dewasa); 40 mg/kg per hari (tiap 8

jam); anak-anak : 45 mg/kg per hari (tiap 12 jam).

Stabilitas : Stabil pada suhu 2-8oC selama 14 hari

pH : 3,5-6,0

B. Zat Tambahan (Eksipien)

1. Tragakan (Farmakope Indonesia IV tahun 1995 hal. 799, Handbook of

Pharmaceutical Excipient VI tahun 2009 hal. 744)

Pemerian : Tidak berbau, mempunyai rasa tawar, seperti lendir,

berwarna putih sampai kuning.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol 95% dan

pelarut organik lain.

Kegunaan : Zat pensuspensi (suspending agent)

pH : 4,0-8,0

Konsentrasi : < 15%

OTT : Mineral kuat dan asam organik dapat menurunkan

viskositas dispersi tragakan. Pada pemanasan dispersi

tragakan, viskositas akan menurun dengan

penambahan alkali atau NaCl.

Stabilitas : Stabil pada pH 5. Serbuk tragakan stabil, gel tragakan

dapat dikontaminasi mikroorganisme. Oleh sebab itu,

larutan stock tragakan harus terdapat antimikroba

yang cocok.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

6

Page 7: suspensi rekonstitusi

2. Sorbitolum/Sorbitol (Farmakope Indonesia IV tahun 1995 hal. 756, Handbook

of Pharmaceutical Excipients VI tahun 2009 hal. 679-680)

Rumus Molekul : C6H14O6

Bobot Molekul : 182,17

Pemerian : Serbuk, granul atau lempengan, higroskopis, warna

putih, rasa manis.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam

etanol, dalam metanol dan dalam asetat.

Kegunaan : Stabilizing agent, wetting agent

Konsentrasi : Pembasah : 3-15% ; suspensi oral : 70%

Bobot Jenis : 1,507 gram/cm3

pH : 4,5-7,0

Stabilitas : Secara relatif inert dan stabil dengan semua eksipien,

stabil di udara, cair dalam suasana asam dan alkali.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

OTT : Akan membentuk kelat dengan banyak ion logam

bivalen dan trivalen dengan kuat dalam suasana asam

dan alkali.

3. PVP/Povidone/Polyvinylpyrrolidone (Handbook of Pharmaceutical Excipient

VI tahun 2009 hal. 581-582)

Rumus Molekul : (C6H9NO)n

Bobot Molekul : 2.500-3.000.000

Pemerian : Serbuk putih/putih kekuningan, berasa atau hampir

tidak berasa, higroskopis.

Kelarutan : Mudah larut dalam asam, kloroform, etanol, keton,

metanol, dan air. Praktis tidak larut dalam eter

hidrokarbon dan minyak mineral.

pH : 6,0

Kegunaan : Zat pengikat

Penyimpanan : Wadah tertutup rapat dan simpan di tempat sejuk dan

kering.

Konsentrasi : 0,5-5%

7

Page 8: suspensi rekonstitusi

OTT : Tidak bercampur dalam larutan garam organik, pada

konsentrasi yang luas, resin alam, dan sintesis.

Stabilitas : Stabil pada pemanasan 110-130oC.

4. Natrium Benzoat (Handbook of Pharmaceutical Excipient hal. 146,

Farmakope Indonesia IV hal. 584)

Rumus Molekul : C6H5COONa

Bobot Molekul : 144,11

Pemerian : Granul atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau

praktis tidak berbau dan stabil di udara

Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol,

dan lebih mudah larut dalam etanol 90%

pH : 8 pada suhu 25oC

Khasiat dan kegunaan : Pengawet antimikroba, lubrikan tablet dan kapsul

Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, kering dan sejuk, serta

terlindung dari cahaya

Konsentrasi : 0,02-0,5% (oral)

OTT : Senyawa kuartener, gelatin, garam feri, garam

kalsium. Aktivitas pengawet biasanya berkurang

karena interaksi dengan kaulin atau surfaktan non-

ionik

Stabilitas : Larutan aqua disterilkan dengan autoclaving/filtrasi

5. Colloidal Silicon Dioxide/Aerosil (Handbook of Pharmaceutical Excipient VI

tahun 2009 hal. 185-187)

Rumus Molekul : SiO2

Bobot Molekul : 60,08

Pemerian : Silika submikroskopik dengan ukuran partikel sekitar

15 nm. Berwarna putih kebiruan, tidak berbau, tidak

berasa, serbuk amorf.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut organik, air dan

asam, kecuali asam hidrofluoric. Larut dalam larutan

panas alkali hidroxide. Bentuk kolodial jika

8

Page 9: suspensi rekonstitusi

didispersikan dengan air, kelarutan dalam air 150

mg/L pada suhu 25oC pH 7.

Kegunaan : Glidant (memperbaiki sifat alir)

Konsentrasi : 0,1-1,0%

OTT : Dengan dietilstilbestrol

Bobot Jenis : 0,02 gram-0,042 gram/cm3

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan tempat yang sejuk

dan kering.

6. Etanol (Handbook of Pharmaceutical Excipient VI tahun 2009 hal. 17)

Rumus Molekul : C2H6O

Bobot Molekul : 46,07 gram/mol

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, mudah menguap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air.

Kegunaan : Pelarut (untuk PVP)

Konsentrasi : variable (untuk pelarut suspensi oral)

OTT : Tidak bercampur dengan larutan asam kuat dan

larutan asam yang mengandung logam seperti

alumunium, merkuri, dan zink

Stabilitas : Simpan di tempat kering dan sejuk, jauhkan dari api.

7. Orange Essence (Martindale 36th tahun 2009 hal. 2357)

Pemerian : Cairan

Kelarutan : Mudah larut dalam alkohol 90%.

Kegunaan : corrigens odoris

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan tempat sejuk dan

kering, terhindar dari cahaya matahari.

8. Sunset Yellow (Handbook of Pharmaceutical Exicipients VI tahun 2009 hal.

194)

Rumus Molekul : C16H10N2Na2O7S2

Bobot Molekul : 452,4 gram/mol

Pemerian : Serbuk kuning, kemerahan, di dalam larutan memberi

warna orange terang.

9

Page 10: suspensi rekonstitusi

Kelarutan : Mudah larut dalam gliserin (1:5) dan air, agak sukar

larut dalam PPG. Dalam air suhu 25oC = 1:5,3.

Dalam air suhu 60oC = 1:5

OTT : Sulit campur asam sitrat, larutan sakarosa, sodium

bikarbonat tersaturasi. Tidak campur asam askorbat,

glukosa.

Kegunaan : coloring agent

9. Aquadest atau Aqua Destilata (Farmakope Indonesia IV hal. 112, Handbook

of Pharmaceutical Excipient hal. 54)

Rumus Molekul : H2O

Bobot Molekul : 18,02

pH : 5,0-7,0

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa

Kelarutan : Dapat bercampur dengan kebanyakan pelarut polar

Kegunaan : Pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Stabilitas : Stabil secara kimia dalam segala suasana

OTT : Bereaksi dengan zat tambahan

V. Alat dan Bahan

A. Alat

1. Pengayak no. 12 dan 14

2. Mortir dan stamper

3. Gelas ukur

4. Batang pengaduk

5. Cawan penguap

6. Beaker glass

7. Botol coklat

8. Timbangan analitik

9. Sendok tanduk

10. Sudip

11. Kertas perkamen

10

Page 11: suspensi rekonstitusi

12. Tabung sedimentasi

13. Pipet tetes

14. Spatula

15. Kertas coklat

16. Botol vial

17. Stopwatch

B. Bahan

1. Amoksisilin Trihidrat

2. Tragakan

3. Sorbitol

4. PVP

5. Na-Benzoat

6. Orange Essence

7. Etanol

8. Sunset Yellow

9. Aquadest

10. Aerosil

VI. Formula

Komposisi Formula Granulasi Formula Non-Granulasi

Amoksisilin Trihidrat 125 mg/5 mL 125 mg/5 mL

Tragakan 3% 3%

Sorbitol 10% 10%

PVP 1% -

Na-Benzoat 0,1% 0,1%

Orange Essence 0,05% 0,05%

Sunset Yellow 0,2% 0,2%

Etanol q.s -

Aquadest ad 400 mL ad 400 mL

11

Page 12: suspensi rekonstitusi

VII. Perhitungan dan Penimbangan

A. Perhitungan

1. Formula Granulasi

Amoksisilin Trihidrat = BM trihidratBM anhidrat

×125 mg

5 mL× 400 mL

= 419,45365,40

×125 mg

5mL×400 mL

= 11479,2 mg

= 11,4792 gram ≈ 11,5 gram

Tragakan = 3 %× 400 mL

= 12 gram

Sorbitol = 10 %× 400 mL

= 40 gram

PVP = 1 %× 400 mL

= 4 gram

Na-Benzoat = 0,1 %× 400 mL

= 0,4 gram

Orange Essence = 0,05 %× 400 mL

= 0,2 gram

Sunset Yellow = 0,2 %× 400 mL

= 0,8 gram

Bobot Teoritis = (12 + 40 + 4 + 0,4 + 0,2 + 0,8 + 11,5) gram

= 68,9 gram

Bobot yang didapat = 63,87 gram

Faktor Koreksi Air = Bobot yang didapat

Bobot teoritis× 400 mL

= 63,7 gram68,9 gram

×400 mL

= 370,7983

Bobot yang diserahkan = volume yangdiserahkan

faktor koreksi air× bobot yang didapat

= 60 mL

370,7983×63,87 gram

= 10,3350

12

Page 13: suspensi rekonstitusi

Bobot untuk Rekonstitusi =

faktor koreksi air−60 mLfaktor koreksi air

×bobot yangdidapat

= 370,7983−60 mL

370,7983×63,87 gram

= 53,5350

Air untuk Rekonstitusi = Faktor Koreksi Air – 60 mL

= 370,7983 – 60 mL

= 310,7983 mL

2. Formula Non-Granulasi

Amoksisilin Trihidrat = BM trihidratBM anhidrat

×125 mg

5 mL× 400 mL

= 419,45365,40

×125 mg

5mL×400 mL

= 11479,2 mg

= 11,4792 gram ≈ 11,5 gram

Tragakan = 3 %× 400 mL

= 12 gram

Sorbitol = 10 %× 400 mL

= 40 gram

Na-Benzoat = 0,1 %× 400 mL

= 0,4 gram

Orange Essence = 0,05 %× 400 mL

= 0,2 gram

Sunset Yellow = 0,2 %× 400 mL

= 0,8 gram

Bobot Teoritis = (12 + 40 + 0,4 + 0,2 + 0,8 + 11,5) gram

= 64,9 gram

Bobot yang didapat = 64,7 gram

Faktor Koreksi Air = Bobot yang didapat

Bobot teoritis× 400 mL

= 64,7 gram64,9 gram

×400 mL

= 398,7673

13

Page 14: suspensi rekonstitusi

Bobot yang diserahkan = volume yangdiserahkan

faktor koreksi air× bobot yang didapat

= 60 mL

398,7673×64,7 gram

= 9,7350

Bobot untuk Rekonstitusi =

faktor koreksi air−60 mLfaktor koreksi air

×bobot yangdidapat

= 398,7673−60 mL

398,7673×64,7 gram

= 54,9650

Air untuk Rekonstitusi = Faktor Koreksi Air – 60 mL

= 398,7673 – 60 mL

= 338,7673 mL

B. Penimbangan

Komposisi Formula Granulasi Formula Non-Granulasi

Amoksisilin Trihidrat 125 mg/5 mL 125 mg/5 mL

Tragakan 3% 3%

Sorbitol 10% 10%

PVP 1% -

Na-Benzoat 0,1% 0,1%

Orange Essence 0,05% 0,05%

Sunset Yellow 0,2% 0,2%

Etanol q.s -

Aquadest ad 400 mL ad 400 mL

VIII. Pembuatan

A. Formula Granulasi

1. Siapkan alat dan timbang bahan.

2. Timbang bahan-bahan yang diperlukan.

3. Kalibrasi botol sebanyak 60 mL.

4. Amoksisilin Trihidrat digerus di dalam lumpang, gerus ad halus.

14

Page 15: suspensi rekonstitusi

5. Tambahkan tragakan, sorbitol, PVP, orange essence, Na-Benzoat, dan Sunset

Yellow ke dalam amoksisilin, diaduk ad homogen atau tercampur.

6. Tambahkan etanol setetes demi tetes sambil dikepal hingga membentuk massa

yang kompak pada campuran tersebut.

7. Massa tersebut diayak dengan pengayak nomor 12, lalu dikeringkan di

oven/udara terbuka. Kemudian diayak lagi dengan pengayak nomor 14.

8. Serbuk yang didapat, ditimbang, dan dipisahkan serbuk untuk dikemas.

9. Serbuk yang untuk dikemas, dimasukkan ke dalam botol coklat 60 mL yang

sudah dikalibrasi.

10. Sisa serbuk digunakan untuk evaluasi.

11. Setelah direkonstitusi, lakukan evaluasi uji sedimentasi, waktu rekonstitusi,

dan viskositas.

B. Formula Non-Granulasi

1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan.

2. Timbang bahan-bahan yang diperlukan.

3. Kalibrasi botol sebanyak 60 mL.

4. Amoksisilin Trihidrat digerus di dalam lumpang, gerus ad homogen.

5. Tambahkan tragakan, sorbitol, Na-Benzoat ke dalam lumpang tersebut.

6. Sunset Yellow diteteskan ke dalam campuran tersebut, kemudian ditambahkan

Orange Essence, campuran dicampur ad tercampur/homogen.

7. Timbang serbuk untuk diserahkan, lalu dimasukkan ke dalam botol, dan

kemas.

8. Sisa serbuk digunakan untuk uji evaluasi sifat alir, uji sedimentasi, waktu

rekonstitusi

IX. Evaluasi

A. Sifat Alir

1. Cara Langsung

a. Ditimbang 25 gram, lalu ditempatkan pada corong dalam keadaan

tertutup.

b. Lalu buka tutup, biarkan granul mengalir, lalu hitung waktu yang

dibutuhkan untuk mengalir dengan stopwatch (g/det).

15

Page 16: suspensi rekonstitusi

Syarat : Pustaka : Aulton 2nd hal. 207

Kec. Mengalir (g/s) Aliran

> 10 Free Flowing

4-10 Easy Flowing

1,6-4 Cohesive

<1,6 Very Cohesive

2. Cara Tidak Langsung

Sama seperti cara langsung hanya granul yang telah keluar dari corong

ditampung di atas kertas millimeter block, lalu hitung luas diameter dan

tinggi granul. Hitung sudut istirahat dengan persamaan :

tan α=hr

α=inv tan❑

Keterangan : r : jari-jari bidang datar kerucut

h : tinggi kerucut

α : sudut baring

Syarat : Pustaka : Aulton 2nd hal. 134

Sudut diam Keterangan

< 25o Sangat baik

25o-30o Baik

30o-40o Cukup

>40o Buruk

Formula Granulasi

Bobot

(gram)

Waktu

(detik)

Tinggi

(cm)

Jari-jari

(cm)

α Kecepatan Alir

(g/detik)

25 3,15 1,5 4,05 20,32 7,94

25 3,16 1,55 4,05 20,94 7,91

25 3,09 1,6 4,05 22,17 8,09

16

Page 17: suspensi rekonstitusi

Kecepatan alir rata-rata = 7,94+7,91+8,09

3

= 7,98 g/detik

Kesimpulan : Sifat alirnya free flowing

Formula Non-Granulasi

Bobot

(gram)

Waktu

(detik)

Tinggi

(cm)

Jari-jari

(cm)

α Kecepatan Alir

(g/detik)

25 3,32 1,75 4,15 22,86 7,53

25 5,50 1,75 4,05 23,37 4,55

25 2,75 1,60 4,20 20,85 9,09

Kecepatan alir rata-rata = 7,53+4,55+9,09

3

= 7,06 g/detik

Kesimpulan : Sifat alirnya free flowing

α rata-rata :

Granulasi = 20,32+20,94+22,17

3

= 21,14

Tanpa Granulasi = 22,86+23,37+20,85

3

= 22,36

Kesimpulan : sifat alir serbuk dengan granulasi secara tidak langsung adalah

sangat baik, dan sifat alir serbuk non-granulasi secara tidak

langsung adalah sangat baik.

17

Page 18: suspensi rekonstitusi

B. Ukuran Partikel (Metode Ayakan)

Pustaka : Ansel, Howard D (1989 ; 203)

Cara : Serbuk/granul dimasukkan ke dalam ayakan selama 10 menit,

kemudian bobot yang tertinggal di tiap nomor mesh ditimbang.

Formula Granulasi

Nomor Mash Bobot Granul (gram)

20 4,2

20/40 15,1

40/80 18,3

80/100 4,0

100/120 2,3

120 5,8

No.

Mash

Diameter

rata-rata

(µm)

Bobot

(gram)

% Bobot : (

bobotbobot total

x100 %¿

% Bobot x

diameter

20 > 850 4,2(

4,2 g49,7 g

x 100 %) = 8,45 x 850 =

18

Page 19: suspensi rekonstitusi

8,45% 7182,5

20/40 850+4252

=637,515,1(15,1 g49,7 g

x 100 %) =

30,38%

30,38 x 637,5 =

19367,25

40/80 425+1802

=302,5 18,3(18,3 g49,7 g

x 100 %) =

36,82%

36,82 x 302,5 =

11138,05

80/100 180+1502

=165 4,0(

4 g49,7 g

x 100 %) =

8,05%

8,05 x 165 =

1328,25

100/12

0

150+1252

=137,5 2,3(

2,3 g49,7 g

x 100 %) =

4,63%

4,63 x 137,5 =

636,625

120 < 125 5,8(

5,8 g49,7 g

x 100 %) =

11,67%

11,67 x 125 =

1458,75

Total 49,7 100% 41111,425

Diameter rata-rata partikel (dengan granulasi) :

dav = bobot x diameter

100=41111,425

100 = 411,1143 μm

19

0 100 200 300 400 500 600 700 800 90005

1015202530354045

Formula Granulasi

Diameter rata-rata

%Bo

bot

Page 20: suspensi rekonstitusi

Formula Non-Granulasi

No.

Mash

Diameter

rata-rata

(µm)

Bobot

(gram)

% Bobot : (

bobotbobot total

x100 %¿

% Bobot x

diameter

20 > 850 0,1(

0,1 g44,2 g

x100 %) =

0,23%

0,23 x 850 = 195,5

20/40 850+4252

=637,5 0,9(

0,9 g44,2 g

x100 %) =

2,04%

2,04 x 637,5 =

1300,5

40/80 425+1802

=302,5 16,3(16,3 g44,2 g

x100 %) =

36,88%

36,88 x 302,5 =

11156,2

80/100 180+1502

=165 5,2(

5,2 g44,2 g

x100 %) =

11,76%

11,76 x 165 =

1940,4

100/12

0

150+1252

=137,5 3,7(

3,7 g44,2 g

x100 %) =

8,37%

8,37 x 137,5 =

1150,875

20

Nomor Mash Bobot Granul (gram)

20 0,1

20/40 0,9

40/80 16,3

80/100 5,2

100/120 3,7

120 18,0

Page 21: suspensi rekonstitusi

120 < 125 18,0(18,0 g44,2 g

x100 %) =

40,72%

40,72 x 125 = 5090

Total 44,2 100% 20833,475

Diameter rata-rata partikel (non granulasi) :

dav = bobot x diameter

100=20833,475

100 = 208,3348 μm

C. Waktu Rekonstitusi

Cara : 25 gram suspensi rekonstitusi (kering), disuspensikan dan catat waktu

rekonstritusinya

Formula Granulasi Formula Non Granulasi

381,16 detik 124,09 detik

D. Viskositas dan Sifat Alir

Alat : Viskometer Brookfield tipe LV

KV Viskometer Brookfield tipe LV = 673,7 dyne.cm

21

0 100 200 300 400 500 600 700 800 90005

1015202530354045

Formula Non-Granulasi

Diameter rata-rata

%Bo

bot

Page 22: suspensi rekonstitusi

RPM : 60t

× putaran

t (waktu) = detik

viskositas = η (cps) = kv × bobot ( gram )

rpm

η = skala x faktor

FA

=skala × KV

Cara :

1. Suspensi yang sudah direkonstitusi dimasukkan ke dalam gelas tinggi untuk

uji viskositas.

2. Tentukan ukuran spindel dan dipasang.

3. Spindel dicelupkan sampai batas.

4. Tentukan RPM, uji viskositasnya.

5. Catat skala dan hitung viskositasnya.

Formula Granulasi

No.

Spindel

RPM Skala Faktor Viskositas (η) =

Skala x Faktor

(cPs)

Gaya (F) =

Skala x KV

(dyne /cm)

2 1,5 20 200 4000 13474

2 3 28 100 2800 18863,6

2 6 40 50 2000 26948

2 3 25 100 2500 16842,5

2 1,5 18 200 3600 12126,6

Perhitungan :

1. η = skala x faktor

= 20 x 200

= 4000 cPs

F = skala x KV

= 20 x 673,7 dyne/cm

= 13474 dyne/cm

2. η = skala x faktor

22

Page 23: suspensi rekonstitusi

= 28 x 100

= 2800 cPs

F = skala x KV

= 28 x 673,7 dyne/cm

= 18863,6 dyne/cm

3. η = skala x faktor

= 40 x 50

= 2000 cPs

F = skala x KV

= 40 x 673,7 dyne/cm

= 26948 dyne/cm

4. η = skala x faktor

= 25 x 100

= 2500 cPs

F = skala x KV

= 25 x 673,7 dyne/cm

= 16842,5 dyne/cm

5. η = skala x faktor

= 18 x 200

= 3600 cPs

F = skala x KV

= 18 x 673,7 dyne/cm

= 12126,6 dyne/cm

23

15000 20000 25000 30000 35000 400000

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Formula Granulasi

Gaya (F) (dyne/cm)

RPM

Page 24: suspensi rekonstitusi

Formula Non-Granulasi

No.

Spindel

RPM Skala Faktor Viskositas (η) =

Skala x Faktor

(cPs)

Gaya (F) =

Skala x KV

(dyne /cm)

2 0,6 29 500 14500 19537,3

2 1,5 44 200 8800 29642,8

2 3 53 100 5300 35706,1

2 1,5 43,5 200 8700 29305,95

2 0,6 27,5 500 13750 18526,75

Perhitungan :

1. η = skala x faktor

= 29 x 500

= 14500 cPs

F = skala x KV

= 29 x 673,7 dyne/cm

= 19537,3 dyne/cm

2. η = skala x faktor

= 44 x 200

= 8800 cPs

F = skala x KV

= 44 x 673,7 dyne/cm

= 29642,8 dyne/cm

3. η = skala x faktor

= 53 x 100

= 5300 cPs

F = skala x KV

= 53 x 673,7 dyne/cm

= 35706,1 dyne/cm

4. η = skala x faktor

= 43,5 x 200

= 8700 cPs

F = skala x KV

24

Page 25: suspensi rekonstitusi

= 43,5 x 673,7 dyne/cm

= 29305,95 dyne/cm

5. η = skala x faktor

= 27,5 x 500

= 13750 cPs

F = skala x KV

= 27,5 x 673,7 dyne/cm

= 18526,75 dyne/cm

E. Uji Sedimentasi

Pustaka : Lachman (1994 ; 492)

Cara :

1. Masukkan sediaan suspensi ke dalam tabung sedimentasi.

2. amati volume sedimentasi pada hari ke-0 sampai hari ke-4.

3. hitung derajat sedimentasi (F).

F ¿VuVo

Keterangan :

25

15000 20000 25000 30000 35000 400000

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Formula Non-Granulasi

Gaya (F) (dyne/cm)

RPM

Page 26: suspensi rekonstitusi

Vu = Volume sedimentasi (ml)

Vo = Volume awal (ml)

Pengamatan Formula Granulasi Formula Non-Granulasi

30 menit Vo 50 50

Vu 50 50

F 1 1

60 menit Vo 50 50

Vu 50 50

F 1 1

90 menit Vo 50 50

Vu 50 50

F 1 1

Hari ke-2 Vo 50 50

Vu 50 50

F 1 1

Hari ke-3 Vo 49 49

Vu 48 48

F 0,98 0,98

Hari ke-4 Vo 49 49

Vu 48 47

F 0,98 0,96

Hari ke-5 Vo 49 48

Vu 48 46

F 0,98 0,96

X. Pembahasan

A. Pada percobaan ini, Amoksisilin Trihidrat dibuat sediaan suspensi rekonstitusi

karena merupakan antibiotika yang tidak stabil dalam air jika disimpan dalam

periode yang cukup lama, sehingga dibuat sediaan kering agar tidak terurai oleh

air menjadi lebih stabil.

26

Page 27: suspensi rekonstitusi

B. Suspending agent yang digunakan adalah Tragakan. Suspending agent digunakan

untuk membantu terdispersinya partikel padat dalam cairan dan meningkatkan

kestabilan dari suspensi.

C. Sorbitol digunakan sebagai pembasah untuk membasahi zat aktif yang bersifat

hidrofob sehingga dapat mudah terdispersi dengan penambahan suspending

agent, selain itu sorbitol dapat juga bersifat sebagai pemanis.

D. PVP digunakan untuk mengikat serbuk menjadi masa granul yang kompak, tetapi

penggunaan PVP yang terlalu banyak akan menyebabkan granul susah

direkonstitusi karena partikel terikat amat kuat.

E. Pada pembuatan suspensi rekonstitusi ini dengan menggunakan metode granulasi

dan non granulasi. Dengan menggunakan metode ini agar sediaan memiliki

penampilan yang baik, memiliki sifat aliran yang lebih baik, dan tidak terjadi

pemisahan.

F. Pada Formula Granulasi didapat sudut diam sangat baik dan kecepatan alir yang

free flowing. Pada Formula Non-Granulasi didapat sudut diam sangat baik dan

kecepatan alir yang free flowing. Pada kedua formula tersebut didapat kecepatan

alir yang free flowing.

G. Pada uji evaluasi waktu rekonstitusi formula yang granulasi lebih cepat

direkonstitusi, sedangkan formula yang tidak digranulasi membutuhkan waktu

rekonstitusi yang lebih lama. Seharusnya waktu rekontitusi formula yang tidak

digranulasi lebih cepat dibandingkan dengan formula yang digranulasi, karena

luas permukaan formula yang digranulasi lebih sempit dengan adanya PVP

sebagai pengikat.

H. Evaluasi ukuran partikel tujuannya untuk menguji keseragaman bobot serta dosis

dalam sediaan. Pada kedua formula yang diuji didapat hasil yang tidak seragam

ukuran partikelnya. Hal tersebut dapat menyebabkan ketidakseragaman dosis

ketika dikonsumsi.

I. Formula Granulasi dan Formula Non-Granulasi adalah sediaan suspensi yang

cukup kental, sehingga pada uji evaluasi digunakan Viskometer Brookfield tipe

LV dengan KV sebesar 673,7 dyne/cm.

F. Dari hasil rheogram untuk Formula Granulasi dan Formula Non-Granulasi

diperoleh kurva yang menunjukkan sifat alir thiksotropik pseudoplastis. Dimana

hal tersebut sesuai dengan karakteristik bahan serta bentuk sediaan suspensi yang

direkonstitusi. Suspending agent yang digunakan adalah tragakan yang memiliki

27

Page 28: suspensi rekonstitusi

sifat alir pseudoplastis, sehingga sediaan suspensi yang sudah direkonstitusi

memiliki sifat alir pseudoplastis juga yang ditandai dengan menurunnya

kekentalan jika diberi peningkatan gaya. Selain itu juga menunjukkan sifat alir

thiksotropik dimana sediaan memiliki konsistensi tinggi dalam wadah, namun

dapat dituang dan disebar dengan mudah. Dalam hal ini, suspensi thiksotropik

tidak akan mengendap dengan cepat dalam wadahnya, menjadi lebih cair bila

dikocok, dan akan tersuspensi cukup lama selama ia akan digunakan. Akhirnya

suspensi tersebut memperoleh kembali konsistensinya (kembali mengental)

dengan cepat oleh pendiaman waktu sehingga partikel tetap berada dalam keadaan

tersuspensi.

G. Pada Formula Granulasi lebih stabil dibanding Formula Non-Granulasi karena

memiliki derajat sedimentasi yang mendekati 1 dan lebih besar bila dibandingkan

dengan formula suspensi rekonstitusi non-granulasi.

XI. Rancangan Kemasan

Rancangan kemasan terlampir pada halaman 30-31.

XII. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

1. Sifat alir

a. Formula Granulasi

Kecepatan alir = Free Flowing

Sudut baring = Sangat Baik

b. Formula Non-Granulasi

Kecepatan alir = Free Flowing

Sudut baring = Sangat baik

2. Waktu Rekonstitusi

Untuk Formula Granulasi = 381,16 detik

Untuk Formula Non-Granulasi = 124,09 detik

3. Ukuran Partikel

Dari hasil evaluasi yang dilakukan, kedua formula yang diuji menunjukkan

ukuran partikel yang tidak seragam.

4. Volume Sedimentasi

a. Formula Granulasi : tidak stabil (F = 0,98)

28

Page 29: suspensi rekonstitusi

b. Formula Non-Granulasi : tidak stabil (F = 0,96)

c. Formula Granulasi lebih stabil dari Formula Non-Granulasi

B. Saran

1. Sebaiknya sediaan digerus dengan lebih baik agar ukuran partikel yang

didapat lebih seragam dan baik, sehingga lebih cepat saat direkonstitusi.

2. Untuk formula granulasi, sebaiknya dibentuk massa kompak dengan ukuran

partikel yang seragam.

3. Suspending agent yang digunakan (tragakan 3%) sebaiknya diturunkan

konsentrasinya agar sediaan tidak terlalu kental sehingga mudah untuk

dituang.

4. Zat pengawet yang digunakan sebaiknya menggunakan kadar yang sesuai

sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu dan tidak cepat rusak.

XIII. Daftar Pustaka

Howard, Ansel. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. edisi IV. Jakarta : UI-

Press

C. Sweetman, Sean. 2009. Martindale 36th The Complete Drug Reference. London :

Pharmaceutical Press

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. edisi III.

Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. edisi IV.

Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan

Evory, Gerald K, 2010. American Hospital Formulary Service. Drug Information.

USA: America Society of Hospital Pharmacist

Lachman, L, Liberman, H.A. dan Kang, J.L 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri

edisi ketiga, Alih Bahasa: Suyatmi. Jakarta: UI-Press

Lieberman, H.A. 1989. Pharmaceutical Dossage Disperse System. New York :

Marcell Dekker. Inc.

M., Aulton. 1990. Pharmaceutical Dosage Form tablet 2 nd

Reynolds, J. E. F. 1982. Martindale: The Extra Pharmacopia. 28th ed. London : The

Pharmaceutical Press

Wade, Ainley dan Paul J. Weller. 1982. Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th

Edition. London : The Pharmaceutical Press

29