Suspensi Rekonstitusi Eritromisin 300 Mg15 Ml

33
LAPORAN PRAKTIKUM FTS CSP PEMBUATAN SUSPENSI REKONSTITUSI Asisten : Maria Veronika Kelompok : 5 (Lima) Shift A Anggota Kelompok : 1. Wulandari (I21112016) 2. Siti Syabriantini (I21112038) 3. Anggun Miftahul J (I21112056) 4. Agung Arif Perkasa (I21112061) 5. Hendri Wijaya (I21112081) PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

description

Suspensi Rekonstitusi Eritromisin 300 Mg15 Ml

Transcript of Suspensi Rekonstitusi Eritromisin 300 Mg15 Ml

LAPORAN PRAKTIKUM FTS CSPPEMBUATAN SUSPENSI REKONSTITUSI

Asisten : Maria Veronika

Kelompok: 5 (Lima) Shift AAnggota Kelompok: 1. Wulandari (I21112016) 2. Siti Syabriantini(I21112038)3. Anggun Miftahul J(I21112056)4. Agung Arif Perkasa(I21112061)5. Hendri Wijaya(I21112081)

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS TANJUNGPURAPONTIANAK2014

Nilai

JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA-SEMISOLIDA

PEMBUATAN SUSPENSI REKONSTITUSISOAL :

I. Latar Belakang

Perkembangan teknologi di bidang industri farmasisangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan penigkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat. Sekarang ini banyak bentuk sediaan obat yang kita jumpai dipasaran, antara lain dalam bentuk sediaan padat yaitu pil, kapsul dan tablet; dalam bentuk sediaansetengah padat yaitukrim dan salep; dan dalam bentuk cair yaitusirup, eliksir, suspensi, emulsi dan lain-lain.Suspensi rekonstitusi merupakan sediaan suspensi yang fase terdispersinya berupa serbuk atau granul, dan baru disuspensikan dalam fase pensipersi pada saat akan digunakan oleh pasien. Suspensi jenis ini dibuat ketika suatu bahan aktif dibutuhkan dalam jumlah besar tetapi kelarutannya dalam air atau pelarut campur kecil, dan biasanya bahan aktif tersebut tidak stabil dalam air sehingga mudah terhidrolisis. Sediaan suspensi lebih mudah diabsobsi dibandingkan tablet atau kapsul serta dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil didalam air (Ansel, 1982).Berdasarkan uraian diatas maka dibuatlah sediaan suspensi rekonstitusi menggunakan zat aktif eritromisin etilsuksinaat yang potensinya telah disetarakan dengan eritromisin basa. Eritromisin etilsuksinaat dipilih karena kurang stabil di dalam air dan berkhasiat sebagai antibiotik. Eritromisin etilsuksinaat dalam larutan memiliki rasa yang pahit sehingga dihindari untuk pemberian oral. Namun,dapat dibuat dalam bentuk sediaan suspensi rekonstitusi agar bisa diberikan secara oral karena telah mengandung bahan-bahan tambahan yang sesuai. Eritromisin dapat bersifat bakteriostatik dan bakterisidal pada konsentrasi yang tinggi melawan organisme yang rentan (Depkes RI, 1995).Tujuan dari praktikum ini ialah diharapkan agar praktikan dapat memahami dan membuat formulasi sediaan suspensi rekosntitusi dari zat aktif eritromisin etilsuksinaat yang mempunyai sifat kurang stabil jika berinteraksi dengan air sesuai dengan peralatan dan bahan yang tersedia di laboratorium.II. Preformulasi a. a. Zat Aktifb. 1. Eritromisin etilsuksinaatStruktur kimia(Depkes RI, 1995)

Rumus molekulC43H75NO16(Depkes RI, 1995)

Nama kimiaEritromisin etilsuksinaat (Depkes RI, 1995)

Sinonim(3R,4S, 5S, 6R, 7R, 9R, 11R, 12R, 13S, 14R)-4- [(2,6-dideoksi-3-Cmetil-3-O-metil--L-ribo-heksopiranosil)oksi]-14-etil-7,12,13-trihidroksi 3,5,7,9,11,13-heksametil-6-[[3,4,6-trideoksi-3-dimetilamino-2-O0[3(etksikarbonil)propionil]--Dsiloheksopiranosil]oksi]oksasiklotetradekan-2,10-dion (Rowe, 2006)

Berat molekul862,06 (Depkes RI, 1995)

PemerianSerbuk kristalin putih, tidak berbau atau hampir berbau, hampir tidar berasa (Depkes RI, 1995)

KelarutanEritromisin etilsuksinaat sangat sedikit larut dalam air, sangat larut dalam etanol, dalam aseton, dalam kloroform dan dalam makrogol 400 (Depkes RI, 1995)

pH larutan 6-8,5 (Rowe, 2006)

PKa11 (Rowe, 2006)

Titik lebur138-140 (Depkes RI, 1995)

Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya Stabilitas eritromisin basa dalam larutan berair dipengaruhi oleh pH. Stabilitas maksimum terjadi pada rentang pH 7-7,5. Dekomposisi dalam media asam dan basa mengikuti kinetika orde satu (Rowe, 2006)

KegunaanAntibiotik, obat malaria (Depkes RI, 1995)

Wadah dan penyimpananDalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995)

Kesimpulan :

Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : garam

Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : suspensi rekonstitusi (krim/salep) :

Kemasan : botol kaca bening

Inkomapatibilitas : Dengan natrium ampisilin dan natrium kloklasilin (Depkes RI, 1995)

b. Eksipien (zat tambahan)1. CMC-Na FSHStruktur kimia (Depkes RI, 1979)

Rumus molekulC24H56O8Na (Depkes RI, 1979)

Nama kimiaGaram natrium selulosa karbosimetil eter(Depkes RI, 1979)

SinonimGaram selulosa (Depkes RI, 1979)

Berat molekul90.000 700.000 (Rowe, 2006)

PemerianSerbuk atau granul, warna putih sampai krem, tidak berasa (Depkes RI, 1979)

KelarutanPraktis tidak larut dalam aseton, etanol, eter, dan toluene. Mudah terdispersi dalam air, pada semua temperatur menghasilkan larutan koloidal(Depkes RI, 1979)

pH larutan 6,5 8,5 (Lund, 1994)

pKa8,7 (Rowe, 2006)

Titik lebur102 oC (Lund, 1994)

Konstanta Dielektrik23,5 (Lund, 1994)

Bobot jenis0,52 g/cm3(Lund, 1994)

Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya CMC stabil, meskipun bahan tersebut bersifat higroskopik (Rowe, 2006)

KegunaanPengental (thickening agent) dan suspending agent(Depkes RI, 1979)

Wadah dan penyimpananDalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1979)

Inkompatibilitas CMC-Na inkompatibel dengan larutan asam kuat, dengan garam besi larut dan dengan beberapa logam seperti aluminium, merkuri dan seng. Presipitasi dapat terjadi pada pH dibawah 2 dan jika dicampur dengan etanol 95% (Lund, 1994)

2. PVP Struktur kimia (Depkes RI, 1995)

Rumus molekul(C6H9NO)n(Depkes RI, 1995)

Nama kimiaPovidon(Depkes RI, 1995)

SinonimHomopolimer 1-etenil-2-pirolidinon(Depkes RI, 1995)

Berat molekul2.500 (Depkes RI, 1995)

PemerianSerbuk putih, agak putih atau tidak berbau, serbuk higroskopis (Depkes RI, 1995)

KelarutanMudah larut dalam suasana asam, sukar larut dalam etanol 95%, methanol dan asam asetat (Depkes RI, 1995)

pH larutan 3 7 (Reynolds, 1982)

pKa14 (Reynolds, 1982)

Titik lebur150C (Reynolds, 1982)

Konstanta Dielektrik27,9 (Reynolds, 1982)

Bobot jenis2,57 g/cm3(Depkes RI, 1995)

Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya Stabil dalam lingkaran kecil pemansan antara 110 - 130C (Depkes RI, 1995)

KegunaanBahan pengikat(Depkes RI, 1995)

Wadah dan penyimpananPovidon dapat disimpan pada kondisi biasa tanpa terjadi dekomposisi atau degradasi. Namun bagaimanapun, karena serbuk povidon bersifat higroskopik, maka povidon harus disimpan dalam wadah kedap udara, ditempat yang sejuk dan kering (Depkes RI, 1995)

Inkompatibilitas Povidon kompatibel dalam larutan dengan rentang lebar dari garam anorganik, resin alam, resin sintesis dan bahan kimia lain (Reynolds, 1982)

3. Sukrosa Struktur kimia(Rowe, 2006)

Rumus molekulC12H22011(Depkes RI, 1995)

Nama kimiaSaccharum album(Depkes RI, 1995)

Sinonim-D-fruktofuranosil--glukopiranosida(Rowe, 2006)

Berat molekul342,30(Depkes RI, 1995)

PemerianHablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di udara (Depkes RI, 1995)

KelarutanTidak larut dalam kloroform, larut dalam etanol (1:400), larut dalam air (1:0,5), larut dalam air 100C (1:0,2)(Rowe, 2006)

pH larutan 9 (Reynolds, 1982)

pKa12,62 (Reynolds, 1982)

Titik lebur1600C-1860C(Reynolds, 1982)

Konstanta Dielektrik32,11 (Reynolds, 1982)

Bobot jenis1,6 g/cm3(Reynolds, 1982)

Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya Sukrosa memiliki kestabilan yang baik pada temperatur kamar dan pada kelembaban relatif sedang. Sukrosa dapat mengabsorbsi sampai 1% kelembaban yang akan dilepaskan pada pemanasan hingga suhu 90C. Sukrosa dapat mengalami karamelisasi ketika dipanaskan hingga suhu di atas 160C. Larutan sukrosa encer rentan terhadap fermentasi oleh mikroorganisme tetapi tahan terhadap dekomposisi pada konsentrasi yang lebih tinggi (Rowe, 2006)

KegunaanPemanis (Rowe, 2006)

Wadah dan penyimpananDalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1995)

Inkompatibilitas Serbuk sukrosa dapat terkontaminasi dengan logam berat yang menyebabkan inkompatibilitas dengan bahan lain seperti asam askorbat. Sukrosa juga bisa terkontaminasi oleh sulfit saat proses penghalusan. Dengan kandungan sulfit, sukrosa dapat berubah warna (Rowe, 2006)

4. Strawberry essence Struktur kimia (Reynolds, 1982)

Rumus molekulC17H35Na2O4 (Rowe, 2006)

Nama kimiaStrawberry essence (Reynolds, 1982)

SinonimStrawberry esensi (Reynolds, 1982)

Berat molekul349,40 (Rowe, 2006)

PemerianDalam larutan memiliki rasa dan bau seperti strawberry (Reynolds, 1982)

KelarutanLarut dalam 21 bagian etanol 95%, dalam 80 bagian gliserin, dalam 53 bagian propanol, dalam 28 bagian propilen glikol serta dalam 83 bagian air (Reynolds, 1982)

pH larutan 5,3 (Rowe, 2006)

pKa6 (Reynolds, 1982)

Titik lebur98 oC (Rowe, 2006)

Konstanta Dielektrik14,6 (Reynolds, 1982)

Bobot jenis0,7 g/cm3(Rowe, 2006)

Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya Stabil rasa dan baunya setelah mengalami pengolahan (Rowe, 2006)

KegunaanPewangi (Rowe, 2006)

Wadah dan penyimpananDalam wadah tertutup baik sejuk dan kering, terhindar dari cahaya matahari (Rowe, 2006)

Inkompatibilitas Mudah bercampur dengan asam alkali (Rowe, 2006)

5. Red color Struktur kimia(Reynolds, 1982)

Rumus molekulC20H11N2Na3O10S3(Reynolds, 1982)

Nama kimiaTrisodium 3-hidroksi-4-(4-sul-phonato-1-naphthylazo) naftalena-2,7-disulphonate.(Reynolds, 1982)

SinonimAmarant; Amaranto; Bordeaux S; Asam CI Red 27; CI Food Red 9; Indeks Warna Nomor 16185; E123; sebelumnya FD & C Red No 2; Naftol Rot S (Reynolds, 1982)

Berat molekul604,5 (Reynolds, 1982)

PemerianGelap, serbuk coklat kemerahan(Reynolds, 1982)

KelarutanLarut dalam air (Reynolds, 1982)

pH larutan 4 (Rowe, 2006)

pKa6,4 (Rowe, 2006)

Titik lebur18oC (Reynolds, 1982)

Konstanta Dielektrik39 (Rowe, 2006)

Bobot jenis89,3 (Rowe, 2006)

Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya Cahaya (Reynolds, 1982)

KegunaanPewarna (Reynolds, 1982)

Wadah dan penyimpananDalam wadah tertutup baik (Reynolds, 1982)

InkompatibilitasBereaksi dengan asam kuat dan stabil pada keadaan panas (Reynolds, 1982)

6. Etanol Struktur kimia (Depkes RI, 1979)

Rumus molekulC2H6O (Depkes RI, 1979)

Nama kimiaAethanolum (Depkes RI, 1979)

SinonimEtanol, Alkohol (Depkes RI, 1979)

Berat molekul46,07 g/mol (Connors, 1986)

PemerianCairan tidak berwarna, jernih, mudah menguapdan mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap (Depkes RI, 1979)

KelarutanSangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P(Depkes RI, 1979)

pH larutan 5-7 (Connors, 1986)

pKa15,9 (Connors, 1986)

Titik lebur-114oC (Connors, 1986)

Konstanta Dielektrik25,7 (Conors, 1986)

Bobot jenis0,8119 0,8139 g/mol (Connors, 1986)

Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya Mudah menguap, lebih mudah rusak dengan adanya cahaya, dan muda terbakar (Connors, 1986)

KegunaanPelarut (Depkes RI, 1979)

Wadah dan penyimpananDalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api (Depkes RI, 1979)

InkompatibilitasAluminium, material oksidasi, alkali, garam organik (Reynolds, 1982)

7. Natrium benzoatStruktur kimia (Depkes RI, 1995)

Rumus molekulC7H5O2Na (Depkes RI, 1995)

Nama kimiaNatrii benzoas (Depkes RI, 1995)

SinonimNatrium benzoat (Depkes RI, 1995)

Berat molekul144,11 (Depkes RI, 1995)

PemerianGranul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, stabil di udara (Depkes RI, 1995)

KelarutanMudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90%. (Depkes RI, 1995)

pH larutan 8(Kibbe, 2009)

pKa12,4 (Kibbe, 2009)

Titik lebur101 oC (Kibbe, 2009)

Konstanta Dielektrik13,6 (Kibbe, 2009)

Bobot jenis0,7 g/cm3(Kibbe, 2009)

Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya Natrium benzoat mudah teroksidasi oleh panas (Depkes RI, 1995)

Kegunaan

Wadah dan penyimpananDalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995)

Inkompatibilitas Dapat berinteraksi dengan asam kuat (Kibbe, 2009)

8. Aerosil RumusmolekulSiO2(Depkes RI, 1979)

NamakimiaSilikon dioksida (Depkes RI, 1979)

SinonimSilicon dioxide colloidal, cab-o-sil(Depkes RI, 1979)

Beratmolekul60,8(Depkes RI, 1979)

PemerianTerhidrat sebagian, amorf, terdapat dalam bentuk granul seperti kaca dengan berbagai ukuran(Depkes RI, 1979)

KelarutanPraktis tidak larut dalam solven organik, air, & asam, kecuali HCl, larut dalam larutan panas alkali hidroksida Membentuk dispersi koloid dengan iar. Untuk aerosil, kelarutan dalam air 150 mg/L suhu 250C(Depkes RI, 1979)

pH larutan 3,8 4,2(Connors, 1986)

pKa5(Connors, 1986)

Titiklebur16000C (Connors, 1986)

Konstanta Dielektrik12,8(Connors, 1986)

Bobot jenis0,029 0,042 g/cm3(Depkes RI, 1979)

Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi CahayaHigroskopis, menyerap banyak air tanpa menjadi cair. Bila pH lebih besar dari 7,5 viskositas akan berkurang, dan di atas 10,7 kemampuan akan hilang(Connors, 1986)

KegunaanAbsorben(Depkes RI, 1979)

WadahdanpenyimpananDalam wadah tertutup baik(Depkes RI, 1979)

Inkompatibilitas Dengan dietilstilbestrol (Connors, 1986)

9. Aquadest Struktur kimia (Depkes RI, 1979)

Rumus molekulH2O (Depkes RI, 1979)

Nama kimiaAquadest (Depkes RI, 1979)

SinonimAir suling (Depkes RI, 1979)

Berat molekul18,02 (Depkes RI, 1979)

PemerianCairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa(Depkes RI, 1979)

KelarutanLarut dalam air (Depkes RI, 1979)

pH larutan 7 (Reynolds, 1982)

PKa8,4 (Reynolds, 1982)

Titik lebur0o (Reynolds, 1982)

Konstanta Dielektrik78,54 (Reynolds, 1982)

Bobot jenis1 gr/cm3 (Depkes RI, 1979)

Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya Stabil diudara (Depkes RI, 1979)

KegunaanPelarut (Depkes RI, 1979)

Wadah dan penyimpananDalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979)

InkompatibilitasDalam formulasi farmasetik, air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien yang rentan akan hidrolisis (terjadi dekomposisi jika terdapat air atau kelembaban) pada peningkatan temperature (Rowe, 2006)

III. Permasalahan Farmasetika1) Zat aktif eritromisin berasa pahit, sedangkan sediaan digunakan secara oral.2) Eritromisin dan garamnya termasuk eritromisin etilsuksinaat yang sukar larut dalam air.3) Stabilitas dari eritromisin etilsuksinaat dalam larutan berair dangat dipengaruhi oleh pH larutan.4) Eritromisin etilsuksinaat tidak memiliki rasa dan tidak manis5) Eritromisin etilsuksinaat tidak berwarna.6) Penggunaan bahan alam CMC-Na FSH rentan terhadap kontaminasi mikrobaIV. Penyelesaian Masalah1) Eritromisin berasa pahit, karena itu dalam pembuatan suspensi rekonstitusi ini dipakai eritromisin etilsuksinaat yang merupakan bentuk ester dan hampir tidak berasa sehingga rasa pahit dapat dihindari2) Eritromisin dan garam-garamnya termasuk eritromisin etilsuksinaat sukar larut didalam air. Oleh karena itu, eritromisin etilsuksinaat untuk rute oral dibuat sediaan suspensi rekonstitusi (suspensi kering yang baru direkonstitusikan dalam air ketika akan digunakan).3) Eritromisin etilsuksinaat dibuat sediaan rekonstitusi sehingga berada dalam bentuk larutan suspensi pada jangka waktu yang pendek maka tidak perlu ditambahkan dapar.4) Eritromisin etilsuksinaat hampir tidak memiliki rasa sehingga ditambahkan bahan perasa (strawberry essence) dan pemanis (sukrosa) agar mudah digunakan. 5) Ditambahkan pewarna (red color) agar sediaan yang dihasilkan menarik6) Ditambahkan bahan pengawet (natrium benzoat) agar sediaan dapat bertahan lama.

V. Pendekatan Formula (Formula Yang Diusulkan)

NO.BahanJumlahFungsi BahanAlasan Penambahan

1Eritromisin etil suksinaat2 gramZat aktifSebagai antibiotik yang bersifat sukar larut dalam air.

2CMC Na FSH1,5%Suspending agentSebagai suspending agent agar sediaan yang dihasilkan memiliki kekentalan yang memenuhi syarat, biasa digunakan pada konsentrasi 1-3%.

3PVP (Povidon)2%PembasahSebagai bahan pembasah untuk menurunkan tegangan permukaan antar muka antara obat dan medium sekaligus membentuk misel sehingga molekul obat akan terbawa oleh misel larut kedalam medium . Biasa digunakan pada konsentrasi 1-5%.

4Sukrosa15%PemanisSebagai bahan pemanis, agar sediaan yang dihasilkan berasa manis dan enak dikonsumsi. Biasa digunakan pada konsentrasi 10-45%

5Natrium benzoat0,1%PengawetSebagai bahan pengawet agar sediaan bebas dari pertumbuhan mikroba , biasa digunakan pada konsentrasi kurang dari 1%

6Strawberry essence 3 tetesPerasaSebagai bahan perasa agar sediaan memiliki rasa yang enak , biasa digunakan pada konsentrasi kurang dari 1%.

7Red color 2 tetesPewarnaMemperbaiki penampilan bentuk sediaan, larut dalam air dan digunakan pada konsentrasi kurang dari 2%.

8EtanolQsPelarutSebagai pelarut PVP, biasa digunakan pada konsentrasi 10-75%.

9Aerosil0,1%AdsorbenSebagai absorben, digunakan pada konsentrasi 0,1-0,5%.

10Aquadesta.d 100 mlPelarut Untuk mengkalibrasi botol sediaan

VI. Perhitungan

a) Perhitungan penimbangan

1. Eritromisin etilsuksinaat300 mg/15ml = 20 mg/ml

= 2 gram2. PVP 2% x (sukrosa + Natrium benzoat + eritromisin etilsuksinaat)= x (15+ 0,1 + 2 )= x 17,1 = 0,342 g

3. Natrium benzoat 0,1% x 100 = 0,1 g

4. Sukrosa15% x 100 = 15 g

b) Perhitungan berat granul

1. Berat granul = zat aktif + eksipien (sukrosa + natrium benzoat + PVP) = 2 + (15 + 0,1 + 0,342 )= 17,442 gr (u/ 100 ml) secara teoritis

Setelah dibuat granul, diperoleh granul dengan berat = 12,18 gKadar air = 2%

2. Jumlah botol = = = 1,368

3. Berat granul setiap botol = = = 9,08 g c) Perhitungan CMC-Na FSH dan aerosil

1. CMC-Na FSH 1,5% 1,5% x 50 = 0,75 ml

2. Aerosil 0,1% x 12,18= 0,01218 g

d) Perhitungan volume sedimentasi

1. Hari PertamaF = = 0,029

2. Hari keduaF = = 0,029

3. Hari ketiga F = = 0,029

4. Hari keempatF = = 0,029

VII. Penimbangan

NO.BahanJumlah dalam formulaJumlah penimbangan

1Eritromisin etil suksinaat2 g2 g

2CMC Na FSH1,5%0,75 ml

3PVP2%0,342 g

4Sukrosa15%15 g

5Natrium benzoat0,1%0,1 g

6Strawberry essence3 tetes3 tetes

7Red color2 tetes2 tetes

8EtanolQsQs

9Aerosil0,1%0,01218 g

10Aquadesta.d 50 mla.d 50 ml

VIII. Prosedur Pembuatana) Pembuatan suspensi rekonstitusi1) Dikalibrasi botol kaca bening sebanyak 2 buah dengan 50 ml aquadest dan keringkan botol.2) Ditimbang sukrosa sebanyak 15 g eritromiin etilsuksinaat sebanyak 2 g PVP sebanyak 0,342 g Natrium benzoat 0,1 g3) Dikembangkan PVP sebanyak 0,342 g dengan 5 ml etanol4) Pembuatan granul : Digerus sukrosa dalam mortir hingga halus, kemudian ditambahkan red color sebanyak 2 tetes dan gerus kembali sampai warnanya homogen Ditambahkan eritromisin etilsuksinaat sebanyak 2 g, Natrium benzoat sebanyak 0,1 g dan strawberry essence 3 tetes lalu gerus. Ditambahkan larutan povidon (PVP) kedalam campuran serbuk sedikit demi sedikit dengan pipet sampai terbentuk massa yang dapat digranulasi. Diayak masaa granul yang diperoleh dengan ayakan nomor 20 Dikeringkan granul dalam oven Ditimbang granul yang diperoleh dan dicatat Diambil CMC-Na FSH sebanyak 0,75 ml dan aerosil sebanyak 0,0,1218 g Ditambahkan CMC-Na FSH dan aerosil ke dalam massa granul yang telah kering dan dimasukkan kedalam botol sesuai dengan perhitungannya Ditambahkan aquadest hingga 50 ml dan dilakukan evaluasi sediaanb) Prosedur evaluasi1) Pemeriksaan organoleptis a. Warna sediaan diamati.b. Bau sediaan dicium.c. Sediaan yang telah jadi dirasa2) Pemeriksaan pH Uji pH sediaan suspensidilakukan dengan mencelupkan kertas pH meter ke dalam sediaan lalu diukur pHnya.3) Penentuan volume terpindahkan a. Dituang isi dari wadah perlahan-lahan ke dalam gelas ukur yang keringb. Didiamkan beberapa detik c.Diukur volumnye jika telah bebas dari gelembung udara4) Pengujian homogenitasDilakukan dengan cara mencelupkan batang pengaduk kedalam sediaan lalu di goreskan pada kaca arloji.5) Pengamatan volume sedimentasiDilakukan dengan cara mengukur tinggi endapan yang diperoleh dibagi dengan tinggi sediaan secara keseluruhan sehingga diperoleh nilai fraksi (F) (F) dari sediannya.6) Pengamatan kristal pada leher botolDilakukan dengan cara mengamati sediaan apakah ada terbentuk kristal atau tidak

IX. Analisis titik kritis pembuatan sediaan

Bahan pensuspensi harus mudah dikembangkan Proses pencampuran bahan berupa serbuk Proses penambahan pewarna dan perasa Kadar air granul atau serbuk

X. Evaluasia. Suspensi rekonstitusi

NoJenis evaluasiPrinsip evaluasiJumlah sampelHasil pengamatanSyarat

1Uji organoleptis (warna, bau, rasa dan kejernihan)Pengamatan secara visual.1.

2Uji pH suspensi setelah direkonstitusiMenentukan pH larutan dengan pH-meter yang telah dibakukan dengan larutan dapar tertentu.1

3Uji kecepatan sedimentasi partikel dalam suspensi setelah direkonstitusiBerdasarkan kecepatan pengendapan partikel dalam suspensi akibat adanya gaya gravitasi bumi setelah didiamkan selama waktu tertentu.1

4Penetapan ukuran partikel dan distrbusi ukuran partikel pasa terdispersiMengukur diameter partikel fasa terdispersi dalam suspensi dan distribusi ukurannya.1

5Penentuan densitas larutan (FI IV, 1030)Menentukan densitas larutan dengan menimbang massa larutan sebanyak volume tertentu.1

6Penentuan viskositas dan sifat aliran suspensi dengan alat Brokefield setelah direkostitusiMengukur tekanan geser suspensi pada beberapa kecepatan putar tertentu.2

7Uji stabilitas sediaanSediaan disimpan pada temperatur kamar 1

8Uji volume terpindahkanPengukuran volume sediaan dengan gelas ukur.3044 ml

9Penetapan kadar zat aktifPenetapan kadar zat aktif dengan metode analisis yang sesuai1

XI. Hasil Percobaan

1. Evauasi

Jenis evaluasiHasil

Pemeriksaan wadahWadah yang digunakan botol kaca bening

Berat jenis sediaan-

Viskositas dan aliran sediaan-

Volume terpindahkan44 ml

Ph6

2. Pengamatan organoleptik

PengamatanWaktu pengamatan (Hari Ke-)

1234

Organoleptik BauWarnaRasaKhas strawberryPinkManisKhas strawberryPinkManisKhas strawberryPinkManisKhas strawberryPinkManis

Kristal pada leher botolTidak ada Tidak adaTidak adaTidak ada

3. Volume sedimentasi

Waktu (Hari ke-)Hv (cm)Ho (cm)F = Hv/Ho

10,1 cm3,4 cm0,029

20,1 cm3,4 cm0,029

30,1 cm3,4 cm0,029

40,1 cm3,4 cm0,029

XII. PembahasanPraktikum yang dilakukan kali ini mengenai pembuatan suspensi rekonstitusi. Tujuan dari praktikum ini ialah diharapkan agar praktikan dapat memahami dan membuat formulasi sediaan suspensi rekosntitusi dari zat aktif eritromisin etilsuksinaat yang mempunyai kelarutan kurang stabil dalam pelarut berinteraksi dengan air sesuai dengan peralatan dan bahan yang tersedia di laboratorium. Suspensi adalah sediaan sistem heterogen yang terdiri dari fase terdispersi sebagai fase dalam dan fase pendipersi sebagai fase luar. Fase terdispersi terdiri dari partikel padat dengan ukuran partikel tertentu yang tidak larut dalam fase pendispersi. Fase luar merupakan bagian yang terbesar berbentuk larutan. Keuntungan dari sediaan suspensi ialah baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet/kapsul, homogenitas tinggi, dapat menutupi rasa yang tidak enak, untuk zat aktif yang tidak stabil dalam pelarutnya serta lebih mudah diabsorbsi karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat. Sedangkan kekurangan dari sediaan suspensi ialah kestabilannya rendah bisa menyebabkan pertumbuhan kristal, ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan dan sulit terdispersi kembali jika terbentuk cacking. Cacking merupakan suatu masalah dalam pembuatan suspensi yang dapat diatasi dengan flokulasi yaitu apabila partikel bergabung dengan ikatan yang lemah. Suspensi dapat dibagi dalam dua jenis , yaitu suspensi yang siap digunakan atau suspensi yang direkonstitusikan dengan sejumlah air atau pelarut yang sesuai sebelum digunakan. Jenis produk ini umumnya campuran serbuk yang mengandung obat dan bahan pensuspensi yang dengan melarutkan dan pengocokan dalam sejumlah cairan pembawa (biasanya air murni) menghasilkan bentuk suspensi yang cocok diberikan.Suspensi kering adalah sesuatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat digunakan. Agar campuran setelah ditambah air membentuk dispersi yang homogen maka dalam formula digunakan bahan pensuspensi. Komposisi suspensi kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi pembasah, pemanis, pengawet, penambah rasa dan aroma, buffer dan zat warna. Obat yang biasa dibuat dalam sediaan suspensi kering adalah obat yang tidak stabil untuk disimpan dalam periode waktu tertentu dengan adanya pembawa air (sebagai contoh obat-obat antibiotik) sehingga lebih sering diberikan sebagai campuran kering untuk dibuat suspensi pada waktu akan digunakan. Biasanya suspensi kering hanya digunakan untuk pemakaian selama satu minggu. Sedangkan kriteria bagi suatu sediaan suspensi kering yang baik adalah :a. Kadar air serbuk boleh melebihi batas maksimum. Selama penyimpanan serbuk harus stabil secara fisik seperti tidak terjadi perubahan warna, bau, bentuk partikel dan stabil secara kimia seperti tidak terjadi perubahan kadar zat aktif dan tidak terjadi perubahan ph yang drastisb. Pada saat akan disuspensikan, serbuk harus cepat terdispersi secara merata di seluruh cairan pembawa dengan hanya memerlukan sedikit pengocokan atau pengadukanc. Bila suspensi kering telah dibuat suspensi maka suspensi kering dapat diterima bila memiliki kriteria dari suspensi.Bahan yang digunakan sebagai zat aktif dalam pembuatan suspensi adalah Eritromisin. Eritromisin etilsuksinaat merupakan senyawa yang sangat sedikit larut dalam air, sangat larut dalam etanol, dalam aseton, dalam kloroform dan dalam makrogol 400. Eritromisin ini berkhasiat sebagai obat antibiotik, malaria. Mekanisme kerja dari eritromisin ialah eritromisin akan berikatan dengan ribosom 50S sehingga menghambat translokasi kompleks tRNA-peptida karena itu rantai polipeptida tidak bisa diperpanjang. Efek samping eritromisin Efek samping yang umum terjadi adalah gangguan saluran pencernaan seperti nyeri epigastrik, mual, muntah, dan diare; kadang-kadang terjadi anafilaksis, dan nefritis interstisial; kadang-kadang terjadi gangguan pendengaran jika digunakan dalam dosis besar atau pada gangguan fungsi ginjal atau pada pasien usia lanjut; dan reaksi hipersensitif termasuk ruam kulit, demam obat dan eosinofilia. Pernah dilaporkan pseudomembran kolitis.Suspensi yang di buat dengan bahan aktif eritromisin adalah suspensi kering. Eritromisin di buat dalam sediaan suspensi kering karena eritromisin merupakan antibiotik yang mempunyai stabilitas yang terbatas di dalam air. Dimana ada tiga metode untuk suspensi kering yakni metode granulasi, semi granulasi dan non granulasi. Percobaan kali ini menggunakan metode granulasi basah. Hal ini dilakukan karena untuk memperbaiki sifat aliran serbuk dan pengisian. Menggunakan metode granulasi ini diharapkan sediaan memiliki penampilan yang baik, memiliki sifat aliran yang lebih baik, tidak terjadi pemisahan dan tidak terlalu banyak menimbulkan debu selama pengisian.Bahan tambahan yang digunakan adalah CMC-Na FSH, PVP, aerosil, sukrosa, etanol, strawberry essence, red color dan aquadest. CMC-Na FSH (Garam natrium selulosa karbosimetil eter) digunakan sebagai suspending agent yang berfungsi mendispersikan partikel tidak larut dalan pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat. CMC-Na FSH ini digunakan sebagai koloid pelindung yang mudah terdispersi dalam air dan biasa digunakan pada konsentrasi 1-3%. Selanjutnya digunakan bahan pembasah seperti PVP yang berfungsi untuk membuat zat aktif mudah terbasahi oleh air. PVP yang digunakan berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan antar muka antara obat dan medium sekaligus membentuk misel sehingga molekul obat akan terbawa oleh misel larut kedalam medium. PVP biasa digunakan pada konsentrasi 1-5%. Selain itu, etanol yang digunakan sebagai pelarut PVP, biasa digunakan pada konsentrasi 10-75%.Kemudian Na Benzoat yang digunakan sebagai bahan pengawet agar sediaan bebas dari pertumbuhan mikroba. Pertumbuhan mikroba ini disebabkan oleh zat aktif yang larut dalam air karena air merupakan komponen utama pertumbuhan sel mikroba. Na Benzoat biasa digunakan pada konsentrasi kurang dari 1%. Sukrosa digunakan sebagai bahan pemanis, agar sediaan yang dihasilkan berasa manis dan enak dikonsumsi. Sukrosa biasa digunakan pada konsentrasi 10-45%. Strawberry essence digunakan sebagai bahan perasa agar sediaan memiliki rasa yang enak dan biasa digunakan pada konsentrasi kurang dari 1%. Red Collor digunakan untuk memperbaiki penampilan bentuk sediaan, larut dalam air dan digunakan pada konsentrasi kurang dari 2%. Aerosil digunakan sebagai absorben, yang biasa digunakan pada konsentrasi 0,1-0,5%. Penggunaan aquadest ialah sebagai pelarut agar suspensi yang diperoleh mencapai 100 ml. Sediaan suspensi yang telah jadi dimasukkan ke dalam botol kaca bening agar lebih mudah melihat pengendapannya.Setelah diperoleh suspensi dengan bobot yang sesuai tahap selanjutnya akan dilakukan evaluasi. Evaluasi sediaan suspensi terdiri dari pemeriksaan organoleptis (warna, bau, rasa), pengamatan pada leher botol, pemeriksaan pH, penetapan volume terpindahkan, pengujian homogenitas dan pengamatan volume sedimentasi. Pemeriksaan organoleptis dan pengamatan kristal pada leher botol dilakukan selama 4 hari. Hari pertama pada pemeriksaan organoleptis didapat warnanya pink (merah muda), rasanya manis dan berbau khas strawberry. Sedangkan pada hari kedua, ketiga dan keempat diperoleh hasil yang sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan ini tidak mengalami perubahan secara organoleptis. Selain itu, tidak ditemui adanya pembentukan krital pada leher botol pada sediaan suspensi yang dilakukan pengamatan selama 4 hari. Pemeriksaan pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH meter yang dicelupkan kedalam sediaan dan didapat hasil pHnya sebesar 6. Hasil yang didapat sesuai teori karena eritromisin berbentuk garam dan memiliki pH 6-8,5. Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara mencelupkan batang pengaduk ke dalam sediaan selanjutnya dioleskan pada kaca arloji. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah saat proses pembuatan suspensi bahan aktif dengan bahan tambahan lain tercampur secara homohen. Persyaratannya harus homogen, sehingga sediaan dapat terditribusi merata pada saat dikonsumsi, dari hasil pengamatan didapatkan sediaan suspensi rekonstitusi yang homogen. Tahap selanjutnya ialah pengujian volume terpindahkan, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah yang kita tuang dari botol sediaan. Pengujian ini dilakukan dengan cara menuang isi sediaan kedalam gelas ukur kemudian didapat hasil volume terpidahkan sebesar 44 ml. Setelah itu, dilakukan pengamatan volume sedimentasi dengan cara mengukur tinggi endapan yang diperoleh dari sediaan lalu dibagi dengan tinggi awal sediaan. Hasil fraksi (F) yang didapat pada pengamatan volume sedimentasi selama 4 hari semua sama yaitu sebesar 0,029. Semakin nilai fraksi (F) mendekati 1 maka semakin baik suspensinya.

XIII. Formula Yang Diusulkan

BahanJumlahFungsiUntuk 50 ml

Eritromisin etil suksinaat2 gZat aktif2 g

CMC Na FSH1,5%Suspending agent1,5%

PVP2%Pembasah2%

Sukrosa15%Pemanis15%

Natrium benzoat0,1%Pengawet0,1%

Strawberry essence3 tetesPerasa3 tetes

Red color2 tetesPewarna2 tetes

EtanolQsPelarut PVPQs

Aerosil0,1%Absorben0,1%

Aquadesta.d 50 mlPelaruta.d 50 ml

Usulan formula yang baik adalah dengan memperhatikan campuran zat tambahan atau bahan-bahan tambahan lainnya yang dapat berinteraksi baik atau tidak dengan zat aktif bahan tersebut, dan memperhatikan kestabilan, kelarutan, kompatibilitas tiap-tiap bahan yang dicampurkan, tujuannya supaya menghasilkan kualitas obat dengan efektifitas zat aktif yang baik, kestabilan sediaan dan penerimaan ke pasien yg baik.

XIV. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :1. Suspensi rekonstitusi adalah sesuatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat digunakan. Agar campuran setelah ditambah air membentuk dispersi yang homogen maka dalam formula digunakan bahan pensuspensi.2. Zat aktif yang digunakan adalah eritromisin yang sedikit larut dalam air dan berkhasiat sebagai antibiotik, sedangkan bahan pensuspensi digunakan CMC-Na FSH dan bahan pembasah digunakan PVP. 3. Hasil evaluasi yang didapat adalah pada pengujian organoleptis sediaan suspensi selama 4 hari didapat hasil yaitu warnanya pink (merah muda), rasanya manis dan berbau khas strawberry. Tidak ada pembentukan kristal pada leher botol. Pengujian pH pada sediaan suspensi menggunakan kertas pH meter didapat hasil pH sebesar 6. Volume terpindahkan sediaan suspensi adalah 44 ml. Dan hasil fraksi (F) yang diperoleh dari volume sedimentasi yaitu 0,029.

XV. Daftar Pustaka

Ansel , C. 1982. Pengantar Bentuk Sediaan Farmsi. Jakarta : Penerbit ErlanggaConnors, K.A., Amidon, G.L. and Stella, V.J., 1986. Chemical Stability Of Pharmaceutical. New York : WilleysonDepkes RI, 1979. Farmakpe Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Depkes RIDepkes RI, 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta : Depkes RI Kibbe, Orthur. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Edition 6th. USA : Pharmaceutical Press Lund, Watter. 1994. The Pharmaceutical Codex Principle and Practice of Pharmaceutics 12nd ed. London : The Pharmaceutical PressReynolds, 1982. Martindale The Extra Pharmacopoiea 28 th Edition. The Pharmaceutical PressRowe, Raymond C. 2006.Handbook of Pharmaceutical Excipients 5thed.London: Pharmaceutical Press.

EVALUASI SEDIAANPenentuan Bobot Jenis Larutan dengan Piknometer (FI IV p.1030)1. Gunakan piknometer bersih dan kering1. Timbang piknometer kosong1. Timbang piknometer yang berisi air yang baru dididihkan1. Timbang piknometer yang berisi sediaan larutan.1. Bobot jenis sediaan = Penentuan Viskositas Larutan dengan Alat Brookfielda. pilih spindel sesuai dengan viskositas cairan yang hendak diukur.b. pasang spindel pada gantungan spindel.c. turunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup ke dalam cairan yang hendak diukur viskositasnya.d. pasang stop kontak.e.hidupkan motor sambil menekan tombol.f.biarkan spindel berputar dan perhatikan jarum merah pada skala.g.catat angka yang ditunjukkan jarum merah tersebut. (untuk menghitung viskositas, angka pembacaan dikalikan dengan suatu faktor yang dapat dikutip dari tabel yang terdapat pada brosur alat.)h.dengan mengubah-ubah ppm, akan diperoleh viskositas cairan pada berbagai ppm.

Penentuan pH larutan (FI IV p. 1039)Uji pH larutan dilakukan dengan menggunakan kertas pH atau dengan pHmeter.

Penentuan Volume Terpindahkan (FI IV p. 1089)a. Tuang isi dari tiap wadah perlahan-lahan ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi.b.Diamkan selama 30 menit.c. Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari campuran: volume rata-rata larutan, suspensi, atau sirup yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satupun volume wadah kurang dari 95% volume yang dinyatakan pada etiket.

Penentuan Organoleptis1. Warna larutan diamati.1. Bau larutan dicium.1. Sediaan sediaan dirasakan.

Pengamatan Pertumbuhan Mikroorganisme, Cap-locking, dan PengendapanAmati sediaan selama beberapa hari untuk mengamati adanya pertumbuhan mikroorganisme, cap- locking dan pengendapan.

Tinggi SedimentasiHv/Ho (cm)102030602 jam1 hari3 hari

LAMPIRAN