suSpeNsi (1)

66
BAB I PENDAHULUAN II. 1. Latar Belakang Sejak kira-kira pertengahan abad ke 18, telah dapat dipisahkan beberapa senyawa organik dari makhluk hidup serta hasil produksinya. Seorang ahli kimia Jerman bernama Karl Wilhelm Scheele (1742 – 1786) sangat terkenal dengan keahliannya dalam bidang ini; beliau telah berhasil memisahkan beberapa senyawa sederhana, termasuk gliserol dan asam-asam oksalat, laktat, tartrat dan sitrat dari berbagai sumber organik yang berasal dari tumbuhan dan binatang. Friederich W. Serturner (1783 – 1841) memisahkan morfin dari opium pada tahun 1806 dan Pelletier serta Cevantou memisahkan Strihnina, brusina, kinnina, sinkonina dan kaffeina lima belas tahun kemudian. Pada awal abad XXI, perkembangan farmakognosi mulai terarah pada penggunaan bahan aktif yang terdapat pada tanaman obat sebagai prototipe untuk kemudian dibuat bahan kimia yang sama strukturnya dengan senyawa yang berkhasiat obat tersebut sehingga pembuatan obat tidak harus menguras banyak sumber daya 1

Transcript of suSpeNsi (1)

Page 1: suSpeNsi (1)

BAB I

PENDAHULUAN

II. 1. Latar Belakang

Sejak kira-kira pertengahan abad ke 18, telah dapat dipisahkan beberapa

senyawa organik dari makhluk hidup serta hasil produksinya. Seorang ahli kimia

Jerman bernama Karl Wilhelm Scheele (1742 – 1786) sangat terkenal dengan

keahliannya dalam bidang ini; beliau telah berhasil memisahkan beberapa

senyawa sederhana, termasuk gliserol dan asam-asam oksalat, laktat, tartrat dan

sitrat dari berbagai sumber organik yang berasal dari tumbuhan dan binatang.

Friederich W. Serturner (1783 – 1841) memisahkan morfin dari opium pada

tahun 1806 dan Pelletier serta Cevantou memisahkan Strihnina, brusina, kinnina,

sinkonina dan kaffeina lima belas tahun kemudian.

Pada awal abad XXI, perkembangan farmakognosi mulai terarah pada

penggunaan bahan aktif yang terdapat pada tanaman obat sebagai prototipe untuk

kemudian dibuat bahan kimia yang sama strukturnya dengan senyawa yang

berkhasiat obat tersebut sehingga pembuatan obat tidak harus menguras banyak

sumber daya alam. Senyawa aktif tersebut disebut sebagai Lead Compound.

Negara Indonesia yang kaya dengan obat-obatan asli karena memiliki

hutan dan laut yang sangat luas, dimana di dalamnya terkandung beerbagai flora

dan fauna yang dapat dimanfaatkan dalam dunia pengobatan, khususnya

pengobatan tradisional.

Pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alam telah

sangat berkembang hingga saat ini, dan sangat menarik minat masyarakat pada

umumnya untuk kembali menggunakan bahan-bahan alam sebagai obat karena

mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan obat-obat sintesis.

Indonesia terletak diantara dua benua dan dua samudera. Letak geografis

dan iklim Indonesia yang memungkinkan tumbuh suburnya tumbuhan

1

Page 2: suSpeNsi (1)

menjadikan Indonesia Negara yang kaya akan tumbuhan yang potensial dan

bermanfaat atau berkhasiat. Tetapi pemanfaatan dan pengolahan tumbuh-

tumbuhan yang ada baru sebagian kecil, sehingga masih banyak tumbuhan yang

berkhasiat dan bermanfaat belum dimanfaatkan secara optimal.

Di dalam sejarah perkembangannya farmakognosi sejak dahulu

merupakan bagian dari apa yang disebut sebagai seni dan ilmu kedokteran,

yakni sejak manusia mengenal cara-cara penyembuhan terhadap suatu penyakit.

Farmakognosi berasal dari bahasa latin yaitu “Pharmacon” yang berarti

obat dan “gnosis” yang berarti pengetahuan jadi dapat disimpulkan pengertian

farmakognosi secara bahasa yaitu pengetahuan tentang obat. Farmakognosi

mempelajari bahan farmasetis yang berasal dari mahluk hidup, yang terdapat di

alam. Berupa biosintesanya, identifikasi dan penentuan kadar secara kuantitatif.

Selain itu dilakukan pula secara isolasi, struktur kimiawi, sifat fisis dan

kimiawi, dan penggunaan beserta cara pengerjaan dan pengolahannya.

Telah diketahui bahwa sebenarnya suatu organisme atau mahluk hidup

dapat dianggap sebagai laboratorium biosintesa yang terjadi dalam tubuh

organisme tersebut. Hal ini berfungsi tidak hanya sebagai zat berkhasiat untuk

manusia dan hewan (karbohidrat dan protein) tapi juga terhadap senyawa

kimiawi yang kompleks (alkaloid, glikosida, dan minyak menguap) yang

memiliki pengaruh fisis logis senyawa inilah yang memberi khasiat terapeutis

bagi obat yang berasal dari alam. Dengan sendirinya farmakognosi merupakan

hasil perkembangan dari cara pengobatan pada peradaban kuno. Berkembang

dari suatu abad dimana obat – obatan digunakan menjadi suatu pengetahuan

terpenting bagi pendidikan farmasi.

Dalam praktikum ini dilakukan beberapa pengujian dan percobaan

terhadap simplisia yang diperoleh dari daun senggani (Melastoma candidum).

Pengujian dan percobaan simplisia ini meliputi pengenalan mikroskopik

simplisia, identifikasi komponen kimia, penetapan kadar air, penentuan tetapan

fisis dan pembuatan infus.

2

Page 3: suSpeNsi (1)

I. 2. Maksud dan Tujuan Percobaan

I. 2.1. Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami cara pengolahan simplisia,

pemeriksaan farmakognostik, identifikasi komponen kimia, penetapan kadar

air, penentuan tetapan fisis dan pembuatan infus dari simplisia.

I. 2. 2. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah :

1. Mengetahui dan memahami bentuk morfologi korteks dan anatomi

serbuk simplisia dari daun senggani (Melastoma candidum)

melalui pemeriksaan farmakognostik.

2. Mengetahui dan menentukan cara pengidentifikasian komponen

kimia dari simplisia daun senggani (Melastoma candidum).

3. Menentukan tetapan kadar air dari simplisia daun senggani

(Melastoma candidum).

4. Mengetahui dan menentukan tetapan fisis dari simplisia daun

senggani (Melastoma candidum) yang meliputi susut pengeringan,

penetapan kadar sari larut metanol dan penentuan kadar sari larut

air.

5. Mengetahui dan memahami pembuatan sediaan infus dari simplisia

daun senggani (Melastoma candidum).

3

Page 4: suSpeNsi (1)

I.3. Prinsip Percobaan

1. Penentuan bentuk morfologi korteks dan anatomi serbuk simplisia dari

daun senggani (Melastoma cabdidum) dengan menggunakan metode

mikroskopik dimana sampel diamati langsung dibawah mikroskop.

2. Penentuan komponen kimia dari simplisia daun senggani (Melastoma

candidum) diantaranya pengujian alkaloid, flavonoid, 1,8

dioksiantrakuinon bebas, saponin, glikosida, serta pati dan aleuron

dengan menggunakan beberapa pereaksi dan mengamati perubahan

warna yang terjadi.

3. Penentuan kadar air dari simplisia daun senggani (Melastoma candidum)

dimana simplisia dilarutkan dengan toluen jenuh kemudian dipanaskan

hingga mendidih dan dihitung % kadar air berdasarkan volume yang

dihasilkan dengan cara destilasi.

4. ( a ) Penentuan tetapan fisis dari simplisia daun senggani (Melastoma

candidum) berupa susut pengeringan dimana sampel diuapkan

pada suhu 1050C.

( b ) Penentuan tetapan kadar sari larut metanol dilarutkan dalam

pelarut metanol.

( c ) Penentuan kadar sari larut air dimana sampel dilarutkan dalam

pelarut air-CHl3 kemudian ditentukan kadarnya dalam %.

5. Pembuatan infus dari simplisia daun senggani (Melastoma candidum),

dimana sampel dipanaskan sampai suhu 900C dipertahankan selama 15

menit.

4

Page 5: suSpeNsi (1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. Uraian Tumbuhan

II. 1. 1. Klasifikasi Tanaman

Daun senggani (Melastoma cadidum)

5

   Kingdom : Plantae  (tumbuhan)

   Subkingdom : Tracheobionta   (berpembuluh)

   Superdivisio : Spermatophyta   (menghasilkan biji)

   Divisio : Magnoliophyta   (berbunga)

   Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

   Sub-kelas : Rosidae

   Ordo : Myrtales

   Familia : Melastomataceae

   Genus : Melastoma

   Spesies : Melastoma candidum D.Don

Page 6: suSpeNsi (1)

II.1. 2. Morfologi

Senggani tumbuh liar pada tempat-tempat yang mendapat cukup

sinar matahari, seperti di lereng gunung, semak belukar, lapangan yang

tidak terlalu gersang, atau di daerah obyek wisata sebagai tanaman hias.

Tumbuhan ini bisa ditemukan sampai ketinggian 1.650 m dpl. Perdu,

tegak, tinggi 0,5 - 4 m, banyak bercabang, bersisik dan berambut. Daun

tunggal, bertangkai, letak berhadapan bersilang. Helai daun bundar telur

memanjang sampai lonjong, ujung lancip, pangkal membulat, tepi rata,

permukaan berambut pendek yang jarang dan kaku sehingga teraba

kasar

II.1. 3. Kandungan Kimia ( 2 )

Mengandung saponin, flavanoida, dan tanin.

II. 1. 4. Khasiat dan Penggunaan ( 2 )

Senggani berkhasiat untuk mengatasi:

Gangguan pencernaan makanan (dispepsi), disentri

basiler, diare,

Hepatitis

Keputihan (leukorea), sariawan,

Darah haid berlebihan, perdarahan rahim diluar waktu

haid,

Mimisan, berak darah (melena), wasir berdarah,

6

Page 7: suSpeNsi (1)

Radang dinding,pembuluh darah disertai pembekuan

darah di dalam

salurannya (tromboangitis),

Air susu ibu (ASI) tidak lancar,

Keracunan singkong, mabuk minuman keras,

Busung air, dan bisul

II. 2. Kunci Determinan

-

II. 3. Prosedur Kerja ( 4 )

II. 3. 1. Pemerikasaan Farmakognostik

II. 3. 1. 1. Pemeriksaan Morfologi Simplisia

Siapkan bagian dari sampel yang akan diamati

kemudian diamati bentuknya.

II. 3. 1. 2. Pemeriksaan Anatomi Simplisia

Ambil simplisia secukupnya kemudian letakkan diatas

objek gelas. Selanjutnya berikan chloralhidrat lalu

difiksasi.Tutup dengan dek gelas. Selanjutnya diperiksa

atau diamati bentuk anatominya dengan menggunakan

mikroskop.

II. 3. 2. Identifikasi Komponen Kimia

II. 3. 2. 1. Pati dan Aleuron

7

Page 8: suSpeNsi (1)

Pada bahan yang akan diperiksa diatas kaca objek,

tambahkan I2 0,1 N. Dimana pati berwarna biru dan aleuron

kuning kecoklatan.

II. 3. 2. 2. 1,8 – dioksiantraquinon bebas

Pada bahan serbuk ditambahkan Kalium Hidroksida

Etanol (90%) P. Terjadi warna merah.

II. 3. 2. 3. Alkaloid

Masukkan 500 mg simplisia ditambahkan 1 ml HCl 2 N

dan 9 ml air. Dipanaskan selama 2 menit. Dinginkan dan

saring. Pindahkan 2 tetes filtrat kegelas arloji, tambahkan 2

tetes bouchardat LP, jika pada kedua percobaan tidak

terjadi endapan maka serbuk tidak mengandung alkaloid.

Jika dengan mayer terbentuk endapan putih atau kuning

yang larut dalam methanol P atau bouchardat LP

membentuk endapan coklat sampai hitam, maka ada

kemungkinan terdapat alkaloid.. lanjutkan percobaan

dengan mengocok sisa filtrat dengan 3 ml amonia pekat

dan 10 ml campuran 3 bagian volume eter P dan 1 bagian

volume khloroform P. Ambil fase organik, tambahkan

Na2SO4 anhidrat P. Uapkan filtrat diatas tangas air, larutkan

sisa dalam sedikit HCl 2 N. Lakukakan percobaan dengan

keempat golongan larutan tersebut. Serbuk yang

mengandung alkaloid jika sekurang-kurangnya terbentuk

endapan dengan menggunakan 2 golongan larutan

percobaan yang digunakan.

II. 3. 2. 4. Glikosida

Masukkan 1 gram sampel, kemudian ditambahkan 10

ml etanol – air 70%. (Campuran antara 7 bagian alkohol

dengan 3 bagian air). Saring, ambil filtratnya. Masukkan

8

Page 9: suSpeNsi (1)

kedalam tabung reaksi, tambahkan dengan 5 ml CH3COOH

anhidrat lalu homogenkan. Tambahkan 10 tetes H2SO4

pekat. Jika terbentuk warna biru atau hijau maka dapat

disimpulkan bahwa simplisia tersebut mengandung

Glikosida.

II. 3. 2. 5. Saponin

Masukkan 500 mg simplisia diperiksa kedalam

tabung reaksi. Ditambahkan 10 ml air panas kemudian

dikocok kuat-kuat selama 10 menit. (jika zat diperiksa

berupa sediaan cair, encerkan 1 ml sediaan dengan 10 ml

air dan kocok kuat-kuat selama 10 menit). Terbentuk buih

mantap selama 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada

penambahan 1 tetes HCl 2 N, buih tidak hilang.

II. 3. 2. 6. Flavanoid

Masukkan 1 gram sampel, ke dalam erlenmeyer.

Tambahkan 10 ml metanol kemudian panaskan hingga

mendidih. Saring, kemudian diambil filtratnya. Tambahkan

10 ml air suling, dinginkan. Tambahkan n–Hexan,

homogenkan kemudian diamkan. Ambil lapisan jernihnya

lalu bagi menjadi 2 bagian yang masing – masing,

masukkan kedalam tabung reaksi.

Tabung reaksi I direaksikan dengan HCl pekat dan

serbuk Zn. Hasil positif jika terbentuk warna jingga.

Tabung reaksi II direaksikan dengan HCl pekat dan

serbuk Mg. Hasil positif jika terbentuk warna kuning.

Jika diperoleh hasil positif untuk kedua tabung diatas

dapat disimpulkan bahwa smplisia ini mngandung senyawa

flavonoid.

9

Page 10: suSpeNsi (1)

II. 3. 3. Penentuan Tetapan Fisis

II. 3. 3. 1. Susut Pengeringan

Ditimbang seksama 1 g sampai 2 g zat dalam botol

timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah

dipanaskan pada susut penetapan selama 30 menit dan telah

ditara. Jika zat berupa hablur besar sebelum ditimbang

digerus dengan cepat hingga ukuran butiran lebih kurang 2

mm. Ratakan dalam botol timbang dengan menggoyang

botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm

sampai 10 mm, masukkan kedalam ruang pengering, buka

tutupnya, keringkan pada suhu penetapan hingga bobot

tetap. Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol dalam

keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu

kamar. Jika suhu lebur zat lebih rendah daripada suhu

penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 50 dan

100 dibawah suhu leburnya selama 1 sampai 2 jam,

kemudian pada suhu penetapan selama waktu yang

ditentukan atau hingga bobot tetap.

II. 3. 3. 2. Penetapan Kadar Sari Larut Air

Keringkan serbuk (4/18) diudara, maserasi selama 24

jam 5,0 gram serbuk dengan 100 ml air-CHCl3P,

menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok

selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18

jam. Saring, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam

cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan

sisa pada suhu 1050 hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam

10

Page 11: suSpeNsi (1)

% sari larut dalam air, hitung terhadap bahan yang telah

dikeringkan diudara.

II. 3. 3. 3. Penetapan Kadar Sari Larut Metanol

Keringkan serbuk (4/18) di udara, maserasi selama 24

jam 5,0 gram serbuk dengan 100 ml metanol,

menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok

selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18

jam. Saring, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam

cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan

sisa pada suhu 1050 hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam

% sari larut dalam air, hitung terhadap bahan yang telah

dikeringkan di udara.

II. 3. 4. Penetapan Kadar Air

II. 3. 4. 1. Alat

Labu alas bulat 500 ml.

Alat penampung.kondensor bola/ pendingin, panjang

400 mm dengan diameter 8 mm.

Tabung penyambung, panjang 235 mm sampai 240

mm, diameter dalam 9 mm sampai 11 mm.

Tabung penerima, kapasitas 5 ml, panjang 96 mm

sampai 156 mm.

Pemanas

Pereaksi toluen yang digunakan dikocok dengan sedikit

air, biarkan memisah, buang lapisan air.

II. 3. 4. 2. Cara kerja

11

Page 12: suSpeNsi (1)

Masukkan sejumlah zat uji yang ditimbang seksama

yang diperkirakan mengandung 2-4 ml air kedalam labu.

Jika zat uji berupa massa lembek, timbang pada sehelai

kertas aluminium dengan ukuran yang sesuai dengan mulut

labu. Untuk zat uji yang menyebabkan gejolak mendadak,

tambahkan pasir kering bersih secukupnya hingga

menutupi dasar labu atau sejumlah pipa kapiler yang salah

satu ujungnya dileburkan, panjang kurang lebih 100 mm.

Masukkan lebih kurang 200 ml toluen P kedalam labu,

hubungkan dengan alat. Tuangkan toluen P kedalam labu

penerima melalui alat pendingin. Panaskan labu hati-hati

selama 15 menit. Setelah toluen mulai mendidih, suling

dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap detik, hingga

sebagian besar air tersuling. Cuci bagian dalam pendingin

dalam toluen, sambil dibersihkan dengan sikat tabung yang

disambung pada sebuah kawat tembaga yang telah dibasahi

toluen. Lanjutkan penyulingan selama 15 menit. Biarkan

tabung penerima mendingin hingga suhu kamar. Jika ada

tetesan air yang melekat pada dinding tabung penerima,

gosok dengan karet yang diikat pada sebuah kawat tembaga

dibasahi toluene hingga tetesan air turun. Setelah air dan

toluen memisah sempurna, baca volume air. Kemudian

hitung kadar dalam %.

II. 3. 5. Pembuatan Infus

Campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci

infus dengan air secukupnya. Panaskan ditangas air selama 15 menit

terhitung mulai suhu 900C sambil sekali – kali diaduk. Serkai selagi

12

Page 13: suSpeNsi (1)

panas melalui kain flanel. Tambahkan air panas secukupnya melalui

ampas hingga diproleh volume infus yang dikehendaki.

BAB III

METODE KERJA

III. 1. Alat dan Bahan yang Digunakan

I. 1. 1. Alat yang Digunakan

Batang pengaduk

Batu didih

Bunzen

Cawan porselin

Corong pisah

Deg glass

Erlenmeyer

Gegep

Gelas kimia

Gelas ukur

13

Page 14: suSpeNsi (1)

Hairdrayer

Kompor listrik

Kondensor

Labu ukur

Microwave

Mikroskop

Objek gelas

Penangas

Pipet tetes

Rak tabung reaksi

Selang refluks

Sendok tanduk

Sikat tabung reaksi

Statif dan klem

Tabung reaksi

Timbangan digital

Timbangan Ohaus

III. 1. 2. Bahan yang Digunakan

Air panas

Air suling

Aluminium foil

Asam asetat anhidrat

Asam klorida pekat

Asam klorida 2N

Asam Sulfat pekat

Ethanol 90%

Etil asetat

14

Page 15: suSpeNsi (1)

Iodium 0.1%

Kalium hidroksida – etanol 90%

Kertas saring

Kertas timbang

Kloralhidrat

Kloroform

Korek api

Simplisia daun senggani

Metanol

n – Heksan

Pereaksi dragendoff

Pereaksi Libermand bouchard.

Pereaksi mayer

Pereaksi wagner

Serbuk Magnesium

Serbuk Zink

Tissue

Toluen

III. 2. Cara Kerja

III. 2. 1. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 17

februari 2009. bertempat di dusun Salemboangang, Desa ulu

saddang,Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi selatan. Pada pukul

7:30 wita. Berkumpul untuk menerima pengarahan serta pembagian

rute pengambilan sampel. Tepat pukul 8:00 memasuki hutan untuk

mengambil tanaman obat sebanyak – banyaknya untuk dijadikan

simplisia disepanjang perjalanan. Penjelajahan hutan dilaksanakan

15

Page 16: suSpeNsi (1)

selama 4 jam yang berakhir pada pukul 12:00 wita. Semua tanaman

yang diambil adalah tanaman yang sudah besar atau tidak

diperkenankan mengambil tunas baru dari tanaman. Untuk sampel

berupa daun dipetik sebanyak – banyaknya atau dipangkas, untuk

simplisia berupa batang yang diambil adalah batang tanaman

tersebut. Sementara untuk simplisia yang berupa cortex yang diambil

adalah kulit batangnya dengan cara tertentu. Tepat pada pukul 12:00

wita kami kembali kemudian semua sampel dikumpulkan. Pada

pukul 16:00 wita semua sampel didata kemudian dilakukan

pembagian sampel berupa simplisia dan Herba.

III. 2. 2. Pengolahan Sampel

Disiapkan alat dan bahan.

Untuk Herbarium : Satu tumbuhan X,dicuci dengan air sampai

bersih. Kemudian dikering anginkan.

Kemudian setelah kering dicuci dengan alkohol 70% dengan

cara dioleskan dengan kapas atau dengan cara disemprot.

Kemudian disiapkan koran, selotip dan gunting.

Setelah herbarium kering selanjutnya ditempelkan ke koran

dengan selotip sedemikian rupa. Kemudian letakkan disasak

bersama dengan herbarium lainnya untuk selanjutnya sasak

ditutup dengan lakban.

Untuk Simplisia: Daun senggani

(Melastoma candidum) disortasi basah.

Kemudian dikering anginkan lalu dikemas

didalam kardus untuk kemudian dibawa ke

makassar.

Dilanjutkan pengeringan hingga sampel kering sempurna

berwarna coklat muda kerenyahan.

16

Page 17: suSpeNsi (1)

Setelah kering kemudian simplisia disortasi kering.

Selanjutnya simplisia diserbukkan dengan cara diblender atau

ditumbuk hingga menjadi serbuk halus.

Dimasukkan dalam wadah yang tertutup rapat dan terlindung

dari cahaya.

III. 2. 3. Pemeriksaan Farmakognostik

III. 2. 3. 1. Morfologi Sampel

Pemeriksaan bentuk dari simplisia dan diamati

bentuk morfologi daun senggani.

III. 2. 3. 2. Anatomi Sampel

Disiapkan alat dan bahan.

Diambil serbuk simplisia kemudian diletakkan

diatas objek gelas. Diusahakan setipis mungkin

agar dapat terlihat jelas di mikroskop.

Ditetesi dengan kloralhidrat dan difiksasi lalu

ditutup dengan dek gelas dan diamati bentuk

anatominya di bawah mikroskop.

III. 2. 4. Identifikasi Komponen Kimia

III. 2. 4. 1. Identifikasi Pati dan Aleuron

Disiapkan alat dan bahan.

Serbuk simplisia Daun senggani (Melastoma

candidum) diambil kemudian ditaburi diatas

objek gelas.

Ditetesi dengan I2 0.1 N 2-3 tetes. Diamati.

17

Page 18: suSpeNsi (1)

Hasil positif jika terbentuk warna biru berarti

sampel mengandung senyawa pati dan jika

terbentuk warna kuning kecoklatan berarti

mengandung senyawa aleuron.

III. 2. 4. 2. Identifikasi 1,8 dioksiantraquinon bebas

Disiapkan alat dan bahan. Diambil kurang lebih

satu sendok simplisia kemudian dimasukkan

kedalam tabung reaksi.

Ditambahkan Kalium Hidroksida Etanol.

Diamati, Jika terbentuk warna merah berarti

berarti simplisia mengandung 1,8

dioksiantraquinon bebas.

III. 2. 4. 3. Identifikasi Alkaloid

Disiapkan alat dan bahan.

Ditimbang 500 mg simplisia ditambahkan 1 ml

HCl 2 N dan 9 ml aquadest, kemudian panaskan

diatas tangas air selama 2 menit.

Dinginkan kemudian saring dan ambil filtrat.

Selanjutnya filtrat yang diperoleh dibagi

menjadi 3 bagian yang masing – masing

dimasukan kedalam tabung reaksi.

Tabung reaksi I direaksikan dengan pereaksi

dragendoff. Hasil positif apabila terbentuk

warna orange.

Tabung reaksi II direaksikan dengan pereaksi

mayer. Hasil positif apabila terbentuk warna

putih.

18

Page 19: suSpeNsi (1)

Tabung reaksi III direaksikan dengan pereaksi

Wagner. Hasil positif apabila terbentuk warna

coklat.

Jika diperoleh hasil positif untuk semua jenis

pereaksi diatas atau untuk semua percobaan

diatas maka dapat disimpulkan bahwa simplisia

tersebut mengandung alkaloid.

III. 2. 4. 4. Identifikasi Glikosida

Disiapkan alat dan bahan.

Ditimbang 1 gram sampel, kemudian

ditambahkan 10 ml etanol – air 70%.

(Campuran antara 7 bagian alkohol dengan 3

bagian air).

Disaring. Kemudian diambil filtratnya,

kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi.

Filtrat ditambahkan dengan 5 ml CH3COOH

anhidrat kemudian dihomogenkan.

Ditambahkan 10 tetes H2SO4 pekat . Diamati.

Jika terbentuk warna biru atau hijau maka dapat

disimpulkan bahwa simplisia tersebut

mengandung Glikosida.

III. 2. 4. 5. Identifikasi Saponin

Disiapkan alat dan bahan.

Ditimbang 500 mg simplisia dimasukkan

kedalam tabung reaksi.

Ditambahkan 10 ml air panas kemudian kocok

kuat – kuat.

19

Page 20: suSpeNsi (1)

Diamati busa yang terbentuk dengan panjang 1

– 10 cm.

Ditambahkan 1 – 5 tetes dengan HCl 2 N.

Jika busa tidak berubah berarti simplisia ini

mengandung saponin.

III.2. 4. 6. Identifikasi Flavonoid

Disiapkan alat dan bahan.

Ditimbang 1 gram sampel, dimasukkan kedalam

erlenmeyer.

Ditambahkan 10 ml metanol kemudian

dipanaskan hingga mendidih.

Disaring, kemudian diambil filtratnya lalu

ditambahkan 10 ml air suling. Dinginkan.

Ditambahkan n–Hexan, dihomogenkan

kemudian didiamkan.

Diambil lapisan jernihnya kemudian dibagi

menjadi 2 bagian yang masing – masing

dimasukkan kedalam tabung reaksi.

Tabung reaksi I direaksikan dengan HCl pekat

dan serbuk Zn. Hasil positif jika terbentuk

warna jingga.

Tabung reaksi II direaksikan dengan HCl pekat

dan serbuk Mg. Hasil positif jika terbentuk

warna kuning.

Jika diperoleh hasil positif untuk kedua tabung

diatas dapat disimpulkan bahwa smplisia ini

mngandung senyawa flavonoid.

III. 2. 5. Pemeriksaan Tetapan Fisis

20

Page 21: suSpeNsi (1)

III. 2. 5. 1. Penetapan Susut Pengeringan

Disiapkan alat dan bahan.

Ditetapkan bobot konstan cawan porselin

dengan memasukkan dalam microwave dan

dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit,

kemudian ditimbang.

Ditmbang 2 gram sampel.

Dimasukkan dalam cawan porselin, lalu

dimasukkan lagi dalam oven pada suhu 105oC

selama 30 menit, kemudian dikeluarkan dan

ditimbang kembali berat cawan porselin dan

dihitung susut pengeringannya.

III. 2. 5. 2. Penetapan Kadar Sari Larut Metanol

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

Ditimbang 5 g sampel, dimasukkan kedalam

erlenmeyer ditambahkan 100 ml metanol.

Ditutup erlenmeyer dengan aluminium foil.

Ditutup kembali dengan lakban dengan tujuan

tidak ada metanol yang menguap.

Selama 6 jam pertama dikocok, kemudian

didiamkan selama 18 jam.

Hasil rendamen disaring, untuk selanjutnya

diambil filtratnya sebanyak 20 ml dan

dimasukkan kedalam cawan porselin yang telah

ditetapkan bobot konstannya.

Filtrat tersebut dipanaskan pada oven hingga

kering.

21

Page 22: suSpeNsi (1)

Ditimbang cawan + sampel dan dihitung %

kadarnya.

III. 2. 5. 3. Penetapan Kadar Sari Larut Air

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

Ditimbang 5 g sampel, dimasukkan kedalam

erlenmeyer ditambahkan 100 ml air – CHCl3

Ditutup erlenmeyer dengan aluminium foil,

ditutup kembali dengan lakban dengan tujuan

tidak ada pelarut CHCl3 yang menguap.

Selama 6 jam pertama dikocok, kemudian

didiamkan selama 18 jam.

Hasil rendaman disaring, untuk selanjutnya

diambil filtratnya sebanyak 20 ml dan

dimasukkan kedalam cawan porselin yang

ditentukan bobot tetapnya.

Filtrat tersebut dipanaskan hingga kering.

Ditimbang cawan + sampel dan dihitung %

kadarnya.

III. 2. 6. Penetapan Kadar Air

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

Dirangkaikan alat destilasi.

Diukur 100 ml toluen, dimasukkan kedalam corong pisah

kemudian ditambahkan air. Dikocok kuat dalam satu arah.

22

Page 23: suSpeNsi (1)

Dipisahkan antara toluen dengan air kemudian lapisan air

dibuang.

Ditimbang sampel Daun senggani (Melastoma candidum)

sebanyak 20 gram.

Dimasukkan toluen kedalam labu alas bulat yang berisi batu

didih.

Labu alas bulat di pasang kemudian dipanaskan dengan

pemanasan langsung. Diamati tetesan air hasil destilat dialat

penampung.

Setelah terlihat tidak ada lagi tambahan air yang menetes pada

alat penampung kemudian destilasi dihentikan.

Kemudian dimasukkan sampel ke dalam labu alas datar.

Labu alas datar dipasang kemudian dipanaskan lagi dengan

pemanasan langsung. Diamati tetesan air hasil destilat dialat

penampung.

Setelah terlihat tidak ada lagi tambahan air yang menetes pada

alat penampung kemudian destilasi dihentikan.

Kemudian dihitung volume air dan % kadarnya.

III. 2. 7. Pembuatan Infus

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

Ditimbang 10 gram simplisia kemudian dimasukkan kedalam

panci infus dan dtambahkan dengan 100 ml aquadest yang

dilebihkan sebanyak 50 ml.

Dipanaskan dikompor listrik langsung hingga mencapai suhu

90oC yang dipertahankan selama 15 menit.

Dicukupkan volumenya hingga 100 ml dengan air panas

melewati ampas.

Disaring kemudian diambil filtratnya.

23

Page 24: suSpeNsi (1)

Filtrat tersebut dimasukkan kedalam wadah infus dan diberi

etiket.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1. Hasil Pengamatan

IV. 1. 1. Tabel Pengamatan

IV. 1. 1. 1. Hasil Pemeriksaan Farmakognostik Simplisia

a. Morfologi daun Senggani

Keterangan :

b. Anatomi daun Senggani

24

Page 25: suSpeNsi (1)

Keterangan :

IV. 1. 1. 2. Identifikasi Komponen Kimia

No Pereaksi Komponen Kimia Hasil Keterangan

25

Page 26: suSpeNsi (1)

B

1.

1

2.

3.

4.

5.

6.

I2

KOH etanol

95 P

Reagendorf,

reagen mayer,

reagen wagner

Buchard

HCL 2 N

-

Pati dan Aleuron

1,8 dioksiantrakuinon

bebas

Alkaloid

Glikosida

Saponin

Flavanoid

+

-

-

+

+

-

Hijau pekat

Merah

Hijau pekat,

hijau pekat,

hijau pekat

Hijau pekat

Busa tidak

hilang

-

IV. 1. 1. 3. Penentuan Tetapan Fisis

No Tetapan fisis Berat

sampel

Berat

capor

kosong

Berat

capor

+ sampel

Berat

selisih

26

Page 27: suSpeNsi (1)

1. Susut

pengeringan 2 gram 46,8 g 47,8 g 0,1 g

2. Sari

larut metanol

5 gram 52.40 g 57.50 g 5.1 g

3. Sari larut air 5 gram 51.65 g 56.70 g 5.05 g

IV.1. 1. 4. Penetapan Kadar Air

Berat

Sampel

Volume

Pelarut ( ml )

Volume

Destilat ( ml )

Volume

air Toluen

20 gram 100 ml 0,4 ml 0,01 ml

IV. 1. 1. 5. Pembuatan Infus

Berat simplisia (gram) Volume air / pembawa (ml)

10 gram 100 ml

27

Page 28: suSpeNsi (1)

IV. 1. 2. Perhitungan.

IV.1. 2. 1. Kadar Susut Pengeringan

Berat sampel = 2 g

Berat cawan porselen kosong = 46.8 g

Berat capor + sampel sebelum perlakuan = 49,8 g

Berat capor + sampel setelah perlakuan = 48.4 g

Sampel tertinggal

= 49,8 g – 48,4g x 100%

2 g

= 70 %

% susut pengeringan = 100 % - 70 %

= 30 %

IV. 1. 2. 2. Kadar Sari Larut air

berat konstan capor = 51.65 g

berat sampel = 5.05 g

capor + sampel sebelum diuapkan = 56. 70 g

Capor + sampel setelah diuapkan = 51.90 g

Vol.pelarut (100 ml) = 100 ml

Vol.filtrat = 20 ml

Sampel yang tertinggal = 56.70 g-51.90g

= 4.8 g

Kadar sari larut air = 4.8 x 100ml

20 ml

28

Page 29: suSpeNsi (1)

=24 g

=24 x 100%

5.05 g

= 475.2%

IV. 1. 2. 3. Kadar Sari Larut metanol

berat konstan capor = 52.40 g

berat sampel = 5.10g

capor + sampel sebelum diuapkan = 57.50 g

Capor + sampel setelah diuapkan = 5 g

Vol.pelarut (100 ml) = 100 ml

Vol.filtrat = 20 ml

Sampel yang tertinggal

= 57.50 g-51.90g

= 4.8 g

Kadar sari larut metanol = 4.8 x 100 ml

20 ml

= 24 g

= 24 x 100%

5.05 g

= 475.2%

IV. 1. 2. 4. Kadar Air

Bobot sampel : 20 g

Vol. toluene setelah di destilasi : 0.2 ml

Volume toluene + sampel

29

Page 30: suSpeNsi (1)

yang telahdestilasi : 0.3 ml

Maka, % kadar = 0.3 – 0.2 ml x 100%

20 g

= 0.1 ml x 100 %

20 g

= 0.5 %

IV. 2. Pembahasan

Dalam bidang pengobatan khususnya pengobatan secara tradisional,

umumnya memanfaatkan bahan alami yang diolah sesuai dengan tujuan

pengobatannya, akan tetapi kebanyakan bahan alam tersebut diolah dalam

bentuk simplisia baik itu nabati, hewani maupun simplisia pelikan atau mineral.

30

Page 31: suSpeNsi (1)

Simplisia itu sendiri diartikan sebagai bahan alami yang digunakan untuk obat

dan belum mengalami proses apapun dan kecuali dinyatakan lain umumnya

berupa bahan yang telah dikeringkan.

Tumbuhan merupakan salah satu sumber bahan baku obat yang perlu

digali, diteliti, dan dikembangkan agar kelestarian dan penggunaannya dalam

masyarakat semakin meningkat sehingga meningkatkan kesejahteraan

masyarakat itu sendiri. Salah satu cara penelitian tumbuhan adalah mempelajari

kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tersebut. Atas dasar tersebut

maka dilakukanlah praktikum farmakognosi lanjutan dimana setiap mahasiswa

memiliki simplisia dari sample yang diperoleh pada saat Praktek kerja Lapang

Farmakognosi Lanjutan yang dilaksanakan di dusun salemboangang, desa ulu

saddang, Kabupaten pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 17

Februari 2009.

Kegiatan pencarian sampel dilakukan pada tanggal 17 februari 2009

dengan cara memasuki hutan yang ada pada desa tersebut. Tepat pukul 07:30

wita, kami berkumpul menerima pengarahan serta pembagian rute pengambilan

sampel dan sekitar pukul 08:00 wita kami memulai perjalanan memasuki hutan

untuk mengambil tanaman obat sebanyak-banyaknya untuk dijadikan simplisia.

Semua tanaman yang diambil merupakan tanaman yang oleh para masyarakat

setempat biasa digunakan sebagai obat tradisional. Pengambilan sampel

dilaksanakan sekitar 5 jam yang berakhir pada pukul 12.30 wita.

Adapun cara pengambilan sampel untuk simplisia daun, yang diambil

adalah daun kelima dari pucuk dan merupakan daun yang segar. Untuk

simplisia yang berupa kulit batang, yang diambil adalah kulit batangnya yang

diperoleh dengan cara mengkuliti batang tersebut dengan parang atau pisau

tajam hingga mencapai bagian kayunya. Untuk simplisia berupa batang diambil

adalah batangnya.

Selanjutnya setelah pengambilan sampel dan hebarium, sampel tersebut

kita olah menjadi simplisia dengan cara daun senggani disortasi basah.

31

Page 32: suSpeNsi (1)

Kemudian dikering anginkan lalu dikemas didalam kardus untuk kemudian

dibawa ke makassar. Dilanjutkan pengeringan hingga sampel kering sempurna

berwarna coklat muda kerenyahan. Setelah kering kemudian simplisia disortasi

kering. Selanjutnya simplisia diserbukkan dengan cara diblender atau ditumbuk

hingga menjadi serbuk halus Dimasukkan dalam wadah yang tertutup rapat dan

terlindung dari cahaya.

Proses pengeringan ini dilakukan untuk mendapatkan simplisia yang

awet, tidak rusak, dapat digunakan dalam waktu yang relatif lama.Batas

kekeringan suatu simplisia yaitu dengan menghitung kadar air yang

dikandungnya kira-kira 10 %, dengan kadar air yang demikian ini diharapkan

dapat menghentikan proses enzimatis yang memungkinkan dapat merusak zat

aktif simplisia, selain itu juga dimaksudkan untuk mencegah pertumbuhan

mikroorganisme pada simplisia dan juga untuk mendapatkan hasil pemisahan

yang sempurna pada proses ekstraksi.

Adapun pengolahan herbarium yaitu dengan melalui beberapa tahap

yakni dicuci dengan air sampai bersih. Kemudian dikering anginkan. Kemudian

setelah kering dicuci dengan alkohol 70% dengan cara dioleskan dengan kapas

atau dengan cara disemprot. Kemudian disiapkan koran, selotip dan gunting.

Setelah herbarium kering selanjutnya ditempelkan ke koran dengan selotip

sedemikian rupa. Kemudian letakkan disasak bersama dengan herbarium

lainnya untuk selanjutnya sasak ditutup dengan lakban.

Setelah pengolahan simplisia selesai dilanjutkan dengan beberapa uji

coba berupa pemeriksaan farmakonostik simplisia, mengidentifikasi kandungan

kimia, menentukan sifat fisis, menentukan kadar air dan penarikan zat-zat

berkhasiat dengan infus.

Percobaan yang pertama adalah pemeriksaan farmakognostik simplisia

berupa pemeriksaan morfologi dan mikroskopiknya. Dimana untuk pemeriksaan

mikroskopiknya daun senggani diamati dan diperoleh bentuk korteks berseling,

beranak daun 3; anak daun lateral berbentuk bundar telur sampai jorong,

32

Page 33: suSpeNsi (1)

panjang sampai 7 cm dan lebar 4,2 cm; anak daun terminal bundar telur

terbalik, panjang sampai 7,5 cm dan lebar 4,8 cm, dengan kelenjar berburikan.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan mikroskopik yang bertujuan mengetahui

struktur anatomi dari daun senggani.dimana pemeriksaan ini dilakukan dengan

cara mengamati serbuk simplisia di bawah mikroskop, dimana serbuk tersebut

ditetesi kloralhidrat pada objek glass kemudian difiksasi yang bertujuan untuk

memperbesar ukuran sel sehingga mudah diamati. Digunakan kloralhidrat yakni

untuk memperjelas jaringan yang terdapat dalam tumbuhan. Dari pengamatan

ini diperoleh hasil pengamatan daun senggani terdiri dari serabut xilem dan

pembuluh angkut bernoktah.

Percobaan kedua adalah mengidentifikasi komponen kimia dari daun

senggani. Adapun komponen kimia yang hendak diidentifikasi adalah pati dan

aleuron, alkaloid, 1,8-dioksiantraquinon bebas, saponin, dan glikosida.

Uji pertama dilakukan adalah Pati dan aleuron, dimana bahan yang akan

diperiksa di letakkan diatas kaca objek, kemudian tambahakan I2 0,1 N. Hasil

pengamatan diketahui dimana pati berwarana biru dan aleuron hijau kecoklatan.

Dari hasil percobaan ini ternyata simplisia dari daun senggani tidak mengadung

pati tetapi hanya mengandung aleuron.

Aleuron dalam tumbuhan merupakan butir-butir kecil protein yang terdapat

pada daerah paling dalam dari senyawa organik nitrogen yang penting dalam

kehidupan sel-sel yang terdiri dari polimer asam amino. Warna aleuron dapat

bermacam-macam yang disebabkan oleh gen pada daun yang mengatur warna

aleuron seperti pada beras puith karena aleuronnya sedikit sehingga beras

tersebut transparan. Sedangkan pati merupakan sejenis polisakarida yang

mengandung amilosa dan amilopektin

Uji yang kedua adalah uji 1,8-dioksiantrakuinon yang dilakukan dengan

cara bahan serbuk ditambahkan kaliumhiroksietnol 95% P, yang ditandai

dengan adanya warna merah. Dari hasil percobaan dilketahui bahwa simplisia

33

Page 34: suSpeNsi (1)

ini tdak mengandung 1,8-dioksiantrakuinon, karena tidak terjadi warna merah

pada larutan.

Uji yang ketiga adalah identifikasi alkaloid yang dilakukan dengan cara

bahan simplisia ditimbang sebanyak 500 mg lalu ditambahkan 1ml HCL 2 N

dan 9 ml aquadest, kemudian dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit.

Didinginkan lalu disaring dan diambil filtratnya. Filtrat yang diperoleh dibagi

menjadi 3 bagian yang masing-masing dimasukkan didalam tabung reaksi.

Tabung reaksi I ditambahkan dengan pereaksi dragendoff., hasil positif apabila

terbentuk warna orange. Tabung reaksi II ditambahkan dengan pereaksi mayer

hasil positif apabila terbentuk warna putih. Tabung reaksi III ditambahkan

oereaksi wagner, hasil positif apabila terbentuk warna coklat. Jika diperoleh

hasil positif untuk semua jenis pereaksi diatas maka dapat disimpulkan kalau

simplisia tersebut mengandung alkaloid. Namun pada percobaan ini tidak

terlihat adanya perubahan warna terhadap ketiga tabung reaksi ini yang

menandakan bahwa simplisia ini tidak mengandung alkaloid.

Uji yang keempat adalah identifikasi terhadap glikosida yang dilakukan

dengan cara sampel dimasukkan sebanyak 1 gram kedalam erlenmeyer,

kemudian ditambahkan 10 ml etanol – air 70 % (campuran antara 7 bagian

alkoholdengan 3 bagian air). Saring lalu diambil filtratnya, dimasukkan dalam

tabung reaksi dan tambahkan dengan 5 ml CH3COOH anhidrat lalu

dihomogenkan. Ditambahkan dengan 10 tetes H2SO4 pekat jika terbentuk warna

biru atau hijau, maka dapt disimpulkan bahwa simplisia tersebut mengandung

glikosida. Dari hasil percobaan ini, diketahui bahwasimplisia ini tidak

mengandung senyawa glikosida.

Glikosida merupakan senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian

senyawa yaitu gula dan bukan gula atau glikon dan aglikon. Penambahan etanol

(95%) P dilakukan untuk melarutkan aglikonnya sebab aglikon larut dalam

pelarut organik nonpolar dan penambahan asam asetat anhidrat dan asam sulfat

P juga dilakukan untuk memberikan suasana asam dengan tujuan menguraikan

34

Page 35: suSpeNsi (1)

atau memutuskan jembatan oksigen yang menghubungkan glikon-aglikon sebab

jembatan ini mudah terurai oleh pengaruh asam dan pemanasan.

Uji yang kelima adalah identifikasi saponin yang dilakukan dengan cara

sampel berupa simplisia dimasukkan sebanyak 500 mg kedalam tabung reaksi

ditambahkan 10 ml air panas kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 menit.

Hasil pengamatan akan terbentuk buih mantap selama 10 menit setinggi 1 cm

sampai 10 cm. Dan penambahan 1 tetes HCl 2 N buih tidak hilang. Dari hasil

percobaan diketahui bahwa simplisia ini tidak mengandung senyawa saponin

karena tidak terbentuk buih mantap selama 10 menit.

Saponin merupakan golongan glikosida yang disebut glikosida saponin

yaitu glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin. Keberadaan saponin sangat

mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila

digojog menimbulkan buih yang stabil.

Uji pertama adalah penetapan susut pengeringan. Adapun metode ini

dapt dilakukan dengan cara, mula-mula ditetapkan bobot konstan cawan

porselin. Dimana diambil cawan porselin, kemudian dicuci bersih, lalu

dimasukkan ke dalam microwave dan dipanaskan pada suhu 1050C selama 30

menit. Kemudian ditimbang bobot konstannya. Ditimbang sebanyak 2 gram

sampel lalu dipanaskan kembali di dalam microwave pada suhu 1050C selama

2 jam. Kemudian ditimbang bobot konstannya. Dilakukan pemanasan pada

suhu 1050 C, karna pemulihan ini merupakan salah satu dari 5 metode

pelaksanaan bilangan pengenal kehilangan akan pengeringan menurut PH

EUR 1 yaitu senyawa dikeringkan sampai berat konstan pada suhu 1050 C

dalam oven. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III dengan pernyataan bobot

tetap yang tertera pada penetapan susut pengeringan dan penetapan sisa

pemijaran dimaksudkan bahwa dua kali penimbangan berturut-turut berbeda

tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa yang ditimbang.

Uji yang kedua adalah penetapan kadar sari larut metanol yang

dilakukan dengan cara sampel ditimbang sebanyak 2,5 gram lalu dimasukkan

35

Page 36: suSpeNsi (1)

ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 100 ml metanol. Erlenmeyer ditutup

dengan aluminium foil dan dieratka dengan lakban dengan tujuan agar tidak

ada metanol yang menguap. Selama 6 jam pertama dikocok kemudian

didiamkan selama 18 jam. Hasil dari rendaman lalu disaring untuk selanjutnya

dan dimasukkan ke dalam cawan porselin (telah diberikan perlakuan

sebelumnya). Hasil rendaman selanjutnya dipanaskan hingga kering.

Kemudian ditimbang cawan yang berisi sampel lalu dihitung % kadarnya.

Dari hasil percobaan diketahui bahwa kadar sari larut metanol simplisia ini

adalah 18 %.

Uji yang ketiga adalah penetapan kadar sari larut air-CHCl3 yang

dilakukan dengan cara sampel ditimbang sebanyak 2,5 gram, lalu dimasukkan

ke dalam erlenmeyer dan ditambahan 100 ml metanol. Erlenmeyer ditutup

dengan aluminium foil dan dieratkan dengan lakban agar tidak ada air-CHCl3

yang menguap. Selama 6 jam pertama dikocok, kemudian didiamkan selama

18 jam. Hasil dari rendaman lalu disaring, untuk selanjutnya diambil filtratnya

dan dimasukkan ke dalam cawan porselin (telah diberikan perlakuan

sebelumnya). Hasil rendaman selanjutnya dipanaskan hingga kering,

kemudian ditimbang cawan yang telah berisi sampel lalu dihitung %

kadarnya. Dari hasil percobaan diketahui bahwa kadar sari larut air CHCl3

simplisia ini adalah 28 %.

Dalam uji penetapan kadar air, percobaan ini bertujuan untuk

mengetahui jumlah kadar air yang terkandung dalam simplisia ini, apakah

simplisia ini telah memenuhi syarat kering setelah pengolahan. Adapun

simplisia yang digunakan adalah daun senggani (melastoma candidum). Cara

kerjanya adalah dengan menggunakan metode destilasi. Mula-mula

dirangkaikan alat destilasi. Diukur 100 ml toluen dan dimasukkan ke dalam

corong pisah kemudian ditambahkan air. Dikocok cukup satu arah. Hal ini

bertujuan untuk menjenuhkan toluen. Toluen dijenuhkan karena ingin

didapatkan toluen yang murni tanpa campuran air. Toluene digunakan karena

36

Page 37: suSpeNsi (1)

toluen tidak bercampur dengan air sebab berat jenis toluen lebih besar dari

pada air. Kemudian lapisan air dibuang. Ditimbang sampel daun senggani

(melastoma candidum) sebanyak 20 gram. Dimasukkan toluen ke dalam labu

alas bulat yang didalamnya terdapat batu didih.

Adapun tujuan penggunaan batu didih untuk menghindari letupan-

letupan yang terjadi pada saat dipanaskan. Labu alas bulat dirangkaikan

dengan alat destilasi kemudian dipanaskan dengan pemanasan langsung.

Diamati tetesan air hasil destilat dialat penampung. Setelah terlihat tidak ada

lagi tambahan air yang menetes pada alat penampung kemudian destilasi

dihentikan. Kemudian dimasukkan sampel ke dalam labu alas datar. Labu alas

datar dipasang kemudian dipanaskan lagi dengan pemanasan langsung.

Diamati tetesan air hasil destilat dialat penampung. Setelah terlihat tidak ada

lagi tambahan air yang menetes pada alat penampung kemudian destilasi

dihentikan. Kemudian dihitung volume air dan % kadarnya.

Pada uji digunakan kondensor yang dimana merupakan alat untuk

mengkondensasi uap air. Kondensor berfungsi untuk mendinginkan gas

refrigerent sehingga terkondensasi menjadi cair dengan tekanan yang tinggi.

Setelah cair, refrigerent mengalir ke receiver dehidrator. Dari hasil percobaan

diketahui jumlah kadar airnya adalah 1,56 %, sedangkan menurut literatur

kadar air yang baik itu kurang dari 10 % dengan artian kadar air simplisia

yang digunakan bagus. Sebab kadar di bawah 10 % dapat menghentikan

proses enzimatis yang memungkinkan dapat merusak simplisia dan juga dapat

mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada simplisia.

Dalam percobaan uji infus. Ditimbang 10 gram simplisia kemudian

dimasukkan ke dalam panci infus dan ditambahkan dengan 100 ml aquadest

yang dilebihkan sebanyak 50 ml. Dipanaskan dengan penangas hingga

mencapai suhu 900C yang bertujuan untuk memperoleh sediaan infus yang

steril dari mikroorganisme dan dipertahankan suhunya selama 15 menit agar

menjamin mikroorganisme terdapat dalam infus tidak ada lagi. Disaring

37

Page 38: suSpeNsi (1)

kemudian diambil filtratnya. Filtrat tersebut dimasukkan ke dalam wadah

infus lalu dicukupkan volumenya dengan air panas melalui ampas dan diberi

etiket. Perebusan simplisia untuk dibuat menjadi infus berbeda dengan

perebusan biasa yang dilakukan. Hal ini terlihat dengan adanya perlakuan

khusus yang dilakukan pada pembuatan infus. Perebusan biasa tidak

memerlukan pengaturan suhu dan lamanya waktu perebusan, tidak perlu

mempertahankan suhu 900C selama 15 menit. Pada suhu 900C menyebabkan

denaturasi sel sehingga difusi zat aktif dari dalam sel yang berkosentrasi

tinggi ke dalam sel yang berkosentrasi rendah.

Adapun kegunaan dari infus pada umumnya yaitu pengganti makanan,

cairan dan sumber-sumber zat yang dibutuhkan oleh tubuh bagi orang yang

tidak mampu mengkonsumsi makanan secara oral. Akan tetapi, dengan bahan

atau sumber yang berbeda.

Dalam percobaan disini menggunakan aquadest,tetapi juga dapat pula

menggunakan air biasa. Karna larutan ini tidak bisa masuk ke pembuluh

darah.

Dalam percobaan ini banyak hal yang sesuai dengan literatur. Hal ini

mungkin disebabkan oleh simplisia yang digunakan sudah sesuai dengan standar

simplisia yang baik, teliti pada saat pengerjaan, pereaksi yang digunakan masih

bagus, tepatnya volume pengambilan pelarut ataupun pereaksi dan pengerjaan

yang sesuai dengan prosedur sebenarnya.

BAB V

PENUTUP

38

Page 39: suSpeNsi (1)

V. 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Bagian-bagian anatomi dari hasil pengamatan yaitu bahwa daun senggani

(Melastoma candidum) memiliki serabut xilem dan pembuluh angkut

bernoktah.

2. Komponen kimia yang terdapat pada languatis adalah aleuron, glikosida

dan saponin.

3. Tetapan fisis languatis yaitu :

a. Persen kadar sari larut air adalah 475,2%

b. Persen kadar sari larut etanol adalah 475.2%

c. Persen susut pengeringan adalah 30 %

4. Persen kadar air daun senggani (Melastoma candidum ) adalah 0,5 %

5. Pembuatan infus, Filtrat yang dihasilkan dari percobaan ini kemudian

dimasukkan ke dalam wadah infus lalu dicukupkan volumenya dengan air

panas melalui ampas dan diberi etiket.

V. 2. Saran

39

Page 40: suSpeNsi (1)

Untuk percobaan pemeriksaan organoleptis simplisia

- Siti rahmatullah : keakraban antar praktikan dipertahankan dan

penguasaan materi lebih ditingkatkan dalam percobaan yang

dibawakan

- Kasmirani Hamjah : hmm,,,no coment

Untuk percobaan identifikasi komponen kimia simplisia

- Abd.azis : Tetap ramah pada praktikan

- Ihfar apriyati ilham : cara membimbingnya sudah sangat

baik,,pertahankan

Untuk percobaan penentuan tetapan fisis

- Karnilah darajat : semoga kedepannya lebih baik lagi,,

- Ahmad hamdan : sebaiknya lebih mendekatkan diri pada

praktikan agar lebih mudah sharing antar asisten dan praktikan

Untuk percobaan penetapan kadar air

- Nurshalati tahar : lebih menjaga cara

membimbingnya,,,semoga kedepannya lebih baik

- Ika wydia febryanti : semoga kedepannya lebih baik lagi. . .

pertahankan ^.^

Untuk percobaan pembuatan infus

- Sururun marfuah : ,,,,,no coment

- Agriani dini pasiana : lebih ditingkatkan cara penguasaan

materinya,,,,semoga kedepannya lebih baik >_<”

DAFTAR PUSTAKA

40

Page 41: suSpeNsi (1)

1. Gunawan didik, drs, dkk. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1.

Yogyakarta: Penebar swadaya. (11, 12, 13, 67)

2. Sastrasmidjojo. 2001. Obat Asli Indonesia. Jakarta : Dian Rakyat (212)

3. Steen Van C.G.G.J. 1997. Flora. Jakarta : Pt. Pradnya Bramika. (35, 48, 165,

167)

4. Tayeb Rosany, Abdul Rahim. 2007. Penuntun Farmakognosi Lanjutan.

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. (1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 17)

5. Tjirisoepomo Gembong. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan . UGM

Press. Yogyakarta.(113, 130, 308, 320)

6. http//plantamor.com//

LAMPIRAN

41

Page 42: suSpeNsi (1)

Daun senggani (Melastoma candidum)

42

Page 43: suSpeNsi (1)

BIOGRAFI PENULIS

ISMI FADHILAH, , , yang biadsa akrab disapa

iEs...ismi,,,mee, , ,dilahirkan di sorong, irian jaya,pada

02 maret 1990. Anak dari ke dua pasangan H.sennang

dan Hj.budiati ini menyelesaiakan pendidikan taman

kanak-kanak nya di TK Pembina sorong, lalu

melanjutkan pendidikan dasarnya di SD Inpres 103

sorong. kemudian melanjutkan pendidikannya pada

tahun 2001 di MTsn Model sorong. Anak ke 2 dari 3

bersaudara ini melanjutkan pendidikan menengah atas

di SMAN 2 maros dan menyelesaiakan pendidikannya pada tahun 2007.selepas

SMA, penulis melanjutkan pendididikannya di universitas islam negeri alauddin

makassar dan menghentakkan kaki harapan serta jiwa keberhasilannya di fakultas

Ilmu kesehatan jurusan farmasi...

43