Suspensi Umum.doc

21
SUSPENSI ________________________________________________________________ I.PENDAHULUAN I.1 Definisi a. Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hal 17 Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hlm 18 Suspensi Oral : sediaaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral. b. Farmakope Indonesia III, Th. 1979, hal 32 Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. c. USP XXVII, 2004, hal 2587 Suspensi oral : sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel padat terdispersi dalam suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang cocok yang dimaksudkan untuk pemberian oral. Suspensi topikal : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit. Suspensi otic : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro dengan maksud ditanamkan di luar telinga. d. Fornas Edisi 2 Th. 1978 hal 333 Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan. Yang pertama berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan. I.2 Keuntungan dan Kekurangan Sediaan (RPS ed. 18, vol 3, 1538-1539) Keuntungan : 1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anak-anak. 2. Homogenitas tinggi 3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat). 4. Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya) 5. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air. Kekurangan : 1. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh, degradasi, dll) 2. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun. 3. Alirannya menyebabkan sukar dituang 4. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan 5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur. 6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan. I.3 Macam-macam Suspensi Berdasarkan Penggunaan (FI IV, 1995, hal 18) 1. Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. 2. Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit. 1

Transcript of Suspensi Umum.doc

Page 1: Suspensi Umum.doc

SUSPENSI ________________________________________________________________ I.PENDAHULUAN

I.1 Definisia. Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hal 17

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.

Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hlm 18Suspensi Oral : sediaaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral.

b. Farmakope Indonesia III, Th. 1979, hal 32Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.

c. USP XXVII, 2004, hal 2587Suspensi oral : sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel padat terdispersi dalam suatu pembawa

cair dengan flavouring agent yang cocok yang dimaksudkan untuk pemberian oral.Suspensi topikal : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam suatu

pembawa cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit.Suspensi otic : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro dengan maksud ditanamkan di

luar telinga.

d. Fornas Edisi 2 Th. 1978 hal 333Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan. Yang pertama berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.

I.2 Keuntungan dan Kekurangan Sediaan (RPS ed. 18, vol 3, 1538-1539) Keuntungan :

1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anak-anak.2. Homogenitas tinggi3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan

saluran cerna meningkat).4. Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya)5. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.

Kekurangan :1. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh, degradasi, dll)2. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun.3. Alirannya menyebabkan sukar dituang4. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi-

deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur.6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.

I.3 Macam-macam Suspensi Berdasarkan Penggunaan (FI IV, 1995, hal 18)

1. Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral.

2. Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit.

3. Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.

4. Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.Syarat suspensi optalmik (hal 14):- Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi dan atau

goresan pada kornea.- Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau penggumpalan.

Berdasarkan Istilah 1. Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk pemakaian oral.

(contoh : Susu Magnesia)2. Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya mempunyai

kecenderungan terhidrasi dan teragregasi kuat yang menghasilkan konsistensi seperti gel dan sifat reologi tiksotropik (contoh : Magma Bentonit).

1

Page 2: Suspensi Umum.doc

3. Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian pada kulit (contoh : Lotio Kalamin)

Berdasarkan Sifat (Diktat kuliah Likuida dan Semisolida, hal 102-104)1. Suspensi Deflokulasi- Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi

bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya akan lambat.- Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing-masing partikel menyelip

diantara sesamanya pada waktu mengendap.- Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan kecepatan sedimentasi partikel

yang halus sangat lambat.- Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen pada waktu

yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat.- Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali diredispersi karena terbentuk masa

yang kompak.- Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi tidak dapat

dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paronya.

2. Suspensi Flokulasi- Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya sedimentasi.

Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukurang agregat relatif besar.

- Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam-macam.

- Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah diredispersi.

- Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan sedimentasinya tinggi.

- Flokulasi dapat dikendalikan dengan : a. Kombinasi ukuran partikelb. Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta.c. Penambahan polimer mempengaruhi hubungan/ struktur partikel dalam suspensi.

I.4 Syarat Suspensia. FI IV, 1995, hal 18 1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal

2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat antimikroba.

3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.

b. FI III, 1979, hal 321. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap2. Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali3. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.5. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap

agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.(Ansel, 356)

c. Fornas Edisi 2, 1978, hal 333Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan cendawan, ragi dan jasad renik lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok terutama untuk suspensi yang akan diwadahkan dalam wadah satuan ganda atau wadah dosis ganda.

I.5 Penggunaan Suspensi dalam Farmasi(Pharmaceutics, The Science of Dosage Form Design, Michael E. Aulton, hlm 270 : Diktat Teknologi Farmasi Liquida dan Semisolid, DR. Goeswin Agoes, hlm 89 – 90)

1. Beberapa orang terutama anak-anak sukar menelan obat yang berbentuk tablet / zat padat. Oleh karena itu diusahakan dalam bentuk larutan. Kalau zat berkhasiat tidak larut dalam air, maka bentuk suspensi-dimana zat aktif tidak larut-terdispersi dalam medium cair merupakan suatu alternatif.

2. Mengurangi proses penguraian zat aktif didalam air. Untuk zat yang sangat mudah terurai dalam air, dibuat bentuk yang tidak larut. Dengan demikian, penguraian dapat dicegah. Contoh : untuk menstabilkan Oxytetrasiklin HCl di dalam sediaan cair, dipakai dipakai garam Ca karena sifat Oxytetrasiklin yang mudah sekali terhidrolisis di dalam air.

3. Kontak zat padat dengan medium pendispersi dapat dipersingkat dengan mengencerkan zat padat medium dispersi pada saat akan digunakan. Contoh : Ampisilin dikemas dalam bentuk granul, kemudian pada saat akan dipakai disuspensikan dahulu dalam medim pendispersi. Dengan demikian maka stabilitas ampisilin untuk 7 hari pada temperatur kamar masih dapat dipenuhi.

4. Apabila zat aktif sangat tidak stabil dalam air, maka digunakan medium non-air sebagai medium pendispersi. Contoh : Injeksi Penisilin dalam minyak dan Phenoxy penisilin dalam minyak kelapa untuk oral.

2

Page 3: Suspensi Umum.doc

5. Sediaan suspensi yang terdiri dari partikel halus yang terdispersi dapat menaikkan luas permukaan di dalam saluran pencernaan, sehingga dapat mengabsorpsi toksin-toksin atau menetralkan asam yang diproduksi oleh lambung. Contoh Kaolin, Mg-Karbonat, Mg-Trisilikat. (antasida/Clays)

6. Sifat adsorpsi daripada serbuk halus yang terdispersi dapat digunakan untuk sediaan yang berbentuk inhalasi. Zat yang mudah menguap seperti mentol, Ol. Eucaliptus, ditahan dengan menambah Mg-Karbonat yang dapat mengadsorpsi tersebut.

7. Dapat menutup rasa zat berkhasiat yang tidak enak atau pahit dengan lebih baik dibandingkan dalam bentuk larutan. Untuk suspensi Kloramfenikol dipakai Kloramfenikol Palmitas yang rasanya tidak pahit.

8. Suspensi BaSO4 untuk kontras dalam pemeriksaan X-Ray.9. Suspensi untuk sediaan bentuk aerosol.

I.6 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi (Lachman Practice, 479-491)1. Kecepatan sedimentasi (Hk. Stokes)

Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan supaya suspensi stabil, tidak cepat mengendap, maka :a. Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat menggunakan sorbitol atau

sukrosa. BJ medium meningkat.b. Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender / koloid millc. Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent.

2. Pembasahan serbukUntuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau surfaktan, misal : span dan tween.

3. Floatasi (terapung), disebabkan oleh :a. Perbedaan densitasb. Partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaanc. Adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan humektan.

Humektan ialah zat yang digunakan untuk membasahi zat padat. Mekanisme humektan : mengganti lapisan udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi. Contoh : gliserin, propilenglikol.

4. Pertumbuhan kristalLarutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh. Bila terjadi perubahan suhu dapat terjadi pertumbuhan kristal. Ini dapat dihalangi dengan penambahan surfaktan.Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan kristal.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kristalisasi (Disperse system, Vol. I, 158)- gunakan partikel dengan range ukuran yang sempit- pilih bentuk kristal obat yang stabil- cegah penggunaan alat yang membutuhkan energi besar untuk pengecilan ukuran partikel- gunkan pembasah- gunakan colloidal pelindung seperti gelatin, gums, dan lain-lain yang akan membentuk lapisan

pelindung pada partikel- viskositas ditingkatkan- cegah perubahan suhu yang ekstrim

Hal-hal yang memicu terbentuknya kristal (Disperse system, Vol. I, 158)- keadaan super jenuh- pendinginan yang ekstrim dan pengadukan yang cepat- sifat aliran pelarut yang dapat mengkristalkan zat aktif, dalam ukuran dan bentuk yang

bervariasi- keberadaan cosolutes, cosolvent, dan absorbent- kondisi saat proses pembuatan.

5. Pengaruh gula (sukrosa)a. Suspending agent dengan larutan gula : viskositas akan naikb. Adanya batas konsentrasi gula dalam campuran dengan suspending agent. Bila batas ini dilalui polimer

akan menurun.c. Konsentrasi gula yang besar juga dapat menyebabkan kristalisasi yang cepatd. Gula cair 25 % mudah ditumbuhi bakteri, perlu pengawet. (tidak lebih dari 30 %; hati-hati cap locking)e. Hati-hati jika ada alkohol dalam suspensi

6. Metode dispersi : Deflokulasi dan Flokulasi

Partikel

+ wetting agent

Dispersi homogen

Suspending agent + Zat untuk flokulasi + Zat untuk flokulasi (non-elektrolit)

Suspensi Deflokulasi Suspensi terflokulasi + Suspending agent

3

Page 4: Suspensi Umum.doc

Suspensi terflokulasi

7. Pengaruh alat-alat pendispersi, menyebabkan :a. Variasi pada ukuran partikel berhubungan dengan RPM Shearing Forceb. Variasi pada sifat-sifat suspensic. Variasi pada viskositas pembawa, berhubungan dengan hidratasi suspending agen.

___________________________________________________________________ II. FORMULA

II.1 Sifat Fisik Untuk Formulasi Suspensi yang Baik(Aulton, hlm. 269; Diktat Tek. FA Liquid & Semisolid, DR Goeswin Agoes, hlm. 88)

1. Suspensi harus tetap homogen pada suatu perioda, paling tidak pada perioda antara pengocokan dan penuangan sesuai dosis yang dikehendaki.

2. Pengendapan yang terjadi pada saat penyimpanan harus mudah didispersikan kembali pada saat pengocokan.

3. Suspensi harus kental untuk mengurangi kecepatan pengendapan partikel yang terdispersi. Viskositas tidak boleh terlalu kental sehingga tidak menyulitkan pada saat penuangan dari wadah.

4. Partikel suspensi harus kecil dan seragam sehingga memberikan penampilan hasil jadi yang baik dan tidak kasar.

Yang Harus Diperhatikan :1. Untuk membuat sediaan suspensi dibutuhkan beberapa bahan pembantu. Pemilihan bahan pembantu

didasarkan pada kesesuaian dan juga bentuk fisik campuran serbuk yang dibutuhkan.2. Bahan pembantu yang digunakan sebaiknya seminimal mungkin. Semakin banyak jenis bahan

pembantu, semakin banyak masalah yang timbul, seperti masalah inkompatibilitas. Karena itu sedapat mungkin eksipien yang digunakan benar-benar dibutuhkan dalam formulasi. Akan lebih baik jika menggunakan eksipien yang dapat berfungsi lebih dari satu macam.

II. 2 Formula Umum (Disperse System, vol 2, Lieberman, hal. 232)

R/ Zat aktif Bahan tambahan :

- bahan pensuspensi (suspending agent)- bahan pembasah (wetting agent)/humektan- pemanis- pewarna flavour- pewangi- pengawet- dapar atau acidifer- antioksidan- anticaking- floculating agent - antibusa (antifoaming)

Bahan pembawa : air, sirup, dll

II. 3 Bahan Tambahana. Bahan Pensuspensi / Suspending Agent (Art of Compounding, hlm. 300)

Fungsi : Memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak. Cara kerja : meningkatkan kekentalan. Kekentalan yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan. Suspensi yang baik mempunyai kekentalan yang sedang dan partikel yang terlindung dari gumpalan/aglomerasi. Hal ini dapat dicapai dengan mencegah muatan partikel, biasanya muatan partikel ada pada media air atau sediaan hidrofil. Faktor pemilihan suspending agent 1. Penggunaan bahan (oral / topikal)2. Komposisi kimia3. Stabilitas pembawa dan waktu hidup produk (shelf life)4. Produk, sumber, inkompatibilitas dari suspending agent.Contoh : 1. Golongan Polisakarida

Acacia gum Asam alginat Dextrin Sodium alginat Starch sukrosa Tragakan Xanthan gum

4

Page 5: Suspensi Umum.doc

(The Science of Dosage Form Design, Aulton, hal.275-276; Excipients 2003, hal.1, 16,197, 622, 654, 691; Pharmaceutical Practise, Aulton, hal.100-101).

2. Golongan selulosa larut air (Water soluble celluloses) Karboksimetil selulose sodium/Na. CMC Selulose Metil selulosa Hidroksietilmetil selulosa Hidroksipropil selulosa/Avicel.

(The Science of Dosage Form Design, Aulton, hal. 275-276; Excipients 2003, hal.95, 97, 112, 283, 287, 289, 386, 108; Pharmaceutical Practise, Aulton, hal. 101)

3. Golongan tanah liat (Clays) Bentonit Alumunium magnesium silikat Hectocrite Veegum

(The Science of Dosage Form Design, Aulton, hal.277; Excipients 2003, hal. 42, 343; Pharmaceutical Practise, Aulton, hal. 101-102)

4. Golongan sintetik Carbomer (carboxyvinyl polymer) Carboxymethylcellulose calsium Carboxymethylcellulose sodium Colloidal silicon dioxide (The Science of Dosage Form Design, Aulton, hal.277; Excipients 2003, hal. 89, 95, 97, 161; Pharmaceutical Practise, Aulton, hal.102)

* Penjelasan tiap suspending agent dapat dilihat di bagian lampiran** Tabel suspending agent yang umum digunakan dapat dilihat di bagian lampiran

b. Bahan Pembasah (Wetting agent) / HumektanFungsi : menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut. (Art of Compounding, hlm 300)Bahan pembasah yang biasa digunakan adalah : surfaktan yang dapat memperkecil sudut kontak antara partikel zat padat dan larutan pembawa. Surfaktan kationik dan anionik efektif digunakan untuk bahan berkhasiat dengan zeta potensial positif dan negatif. Sedangkan surfakatan nonionik lebih baik untuk pembasah karena mempunyai range pH yang cukup besar dan mempunyai toksisitas yang rendah. Konsentrasi surfaktan yang digunakan rendah karena bila terlalu tinggi dapat terjadi solubilisasi, busa dan memberikan rasa yang tidak enak.Cara kerja : Menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat padat, sehingga zat padat + humektan lebih mudah kontak dengan pembawa. Contoh : gliserin, propilenglikol, polietilenglikol, dll.

* Penjelasan tiap bahan pembasah dapat dilihat di bagian lampiran

c. PemanisFungsi : untuk memperbaiki rasa dari sediaanMasalah yang perlu diperhatikan pada perbaikan rasa obat adalah :Usia dari pasien. Anak-anak lebih suka sirup dengan rasa buah-buahan, orang dewasa lebih suka sirup

dengan rasa asam, orang tua lebih suka sirup dengan rasa agak pahit seperti kopi, dsb.Keadaan kesehatan pasien, penerimaan orang sakit tidak sama dengan orang sehat. Rasa yang dapat

diterima untuk jangka pendek mungkin saja jadi tidak bisa diterima untuk pengobatan jangka panjang.Rasa obat bisa berubah dengan waktu penyimpanan. Pada saat baru dibuat mungkin sediaan berasa enak,

akan tetapi sesudah penyimpanan dalam jangka waktu tertentu kemungkinan dapat berubah.Zat pemanis yang dapat menaikkan kadar gula darah ataupun yang memiliki nilai kalor tinggi tidak dapat

digunakan dalam formulasi sediaan untuk pengobatan penderita diabetes.Catatan :1. Pemanis yang biasa digunakan : sorbitol 70 %, sukrosa 20 – 25 %2. Sebagai kombinasi dengan pemanis sintetis : siklamat 0,5 %; sakarin 0,05 %3. Kombinasi sorbitol : sirupus simplex = 30 % b/v : 10 % b/v ad 20 – 25 % b/v total4. pH > 5 dipakai sorbitol, karena sukrosa pada pH ini akan terurai dan menyebabkan perubahan volume.5. Sukrosa dapat menyebabkan kristalisasi sehingga untuk mereduksi kristalisasi sukrosa dikombinasi

dengan sorbitol, gliserin, dan polyol lain. Sukrosa stabil pada pH 4-8. (Lachman Practice hal:468)

* Penjelasan tiap bahan pemanis dapat dilihat di bagian lampiran

d. Pewarna dan Pewangi (flavor)Pewarna dan pewangi harus serasiAsin : Butterscoth, Mafile, Apricot, Peach, Vanili, Wintergreen mint.Pahit : Wild cherry, Walnut, Chocolate, Mint combination, Passion fruit, Mint spice anisiManis : Buah-buahan berry, Vanili.Asam : Citrus, Licorice, Root beer, Raspberry. (Lachman Practise, hlm 470)

5

Page 6: Suspensi Umum.doc

e. Pengawet Pengawet sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung bahan alam, atau bila mengandung larutan gula encer (karena merupakan tempat tumbuh mikroba). Selain itu, pengawet diperlukan juga bila sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang (multiple dose).(Pharmaceutical Codex, hlm 516 – 520) Pengawet yang ideal harus memenuhi 3 kriteria:Harus efektif menyerang pada “spectrum broad” mikroorganismeSecara fisika, kimia, dan mikrobiologi stabil dalam produk untuk jangka waktu yang panjangTidak toksis dan sensitif, harus larut dan kompatibel dengan komponen lain dalam formula

(Lachman Practise, hlm 470) Pengawet yang sering digunakan antara lain :

1. Metil / propil paraben ( 2 : 1 ad 0,1 – 0,2 % total)2. Asam benzoat / Na-benzoat3. Chlorbutanol / chlorekresol (untuk obat luar / mengiritasi)4. Senyawa amonium (amonium klorida kuarterner); benzalkonium klorida → OTT dengan metil selulosa(Pharmaceutical Codex, hlm 516 – 520)

* Penjelasan tiap bahan pengawet dapat dilihat di bagian lampiran

f. Antioksidan (Diktat Teknologi Farmasi Sediaan Liquida dan Semisolid, 143 – 147)Antioksidan jarang digunakan pada sediaan suspensi, kecuali untuk zat aktif yang mudah terurai karena teroksidasi. Antioksidan bekerja efektif pada konsentrasi rendah.Cara kerja : memblokir reaksi oksidatif yang berantai pada tahap awal dengan memberikan atom hidrogen. Hal ini akan merusak radikal bebas dan mencegah terbentuknya peroksida.Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih antioksidan :1. Efektif dalam konsentrasi rendah2. Tidak toksik, tidak merangsang dan tidak membentuk hasil antara (sediaan) yang berbahaya3. Segera larut atau terdispersi pada medium4. Tidak menimbulkan warna, bau, dan rasa yang tidak dikehendaki.5. Dapat bercampur (compatible) dengan konstituen lain pada sediaan.Beberapa antioksidan yang lazim digunakan :- Golongan kuinol (ex: hidrokuinon, tokoferol, hidroksikroman, hidroksi kumeran, BHA, BHT).- Golongan katekhol (ex : katekhol, pirogalol, NDGA, asam galat)- Senyawa mengandung nitrogen (ex: ester alkanolamin turunan amino dan hidroksi dari p-fenilamin

diamin, difenilamin, kasein, edestin)- Senyawa mengandung belerang (ex: sisteina hidroklorida)- Fenol monohidrat (ex: timol)

g. Pendapar (Pharmaceutics, The Science of Dosage Form Design, ME. Aulton, hlm 277)Fungsi :1. Mengatur pH2. Memperbesar potensial pengawet3. Meningkatkan kelarutanDapar yang dibuat harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk mempertahankan pH. Pemilihan pendapar yaitu dengan pendapar yang pKa-nya berdekatan dengan pH yang diinginkan Pemilihan pendapar harus mempertimbangkan inkompatibilitas dan toksisitas. Dapar yang biasa digunakan antara lain dapar sitrat, dapar posfat, dapar asetat.

DAPAR FARMASETIKJenis Dapar pKa Penggunaan

Dapar Fosfat 

pKa1 = 2.12pKa2 = 7.21

Sediaan oral, parenteraldan optalmik

Dapar Sitrat  

pKa1 = 3.15pKa2 = 4.78pKa3 = 6,40

Sediaan oral, parenteraldan optalmik 

Dapar asetat pKa = 4,76 Sediaan oral

Dapar karbonat 

pKa1 = 6,37pKa2 = 10,33

Sediaan oral 

Dapar borat pKa = 9,24 Sediaan optalmik (Martin, Edisi 4,147-148)

h. AcidifierFungsi :1. Mengatur pH2. Meningkatkan kestabilan suspensi3. Memperbesar potensial pengawet4. Meningkatkan kelarutan

6

Page 7: Suspensi Umum.doc

Acidifier yang biasa digunakan pada suspensi adalah asam sitrat.

i. Flocculating agent (Disperse System, vol 2, hal: 249)Floculating agent adalah bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel berhubungan secara bersama membentuk suatu agregat atau floc. Floculating agent dapat menyebabkan suatu suspensi cepat mengendap tetapi mudah diredispersi kembali. Flokulating agent dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu:

SurfaktanSurfaktan ionik dan nonionik dapat digunakan sebagai floculating agent. Konsentrasi yang digunakan berkisar 0.001 sampai 1%b/v. Surfaktan nonionik lebih disukai karena secara kimia lebih kompatibel dengan bahan-bahan dalam formula yang lain. Konsentrasi yang tinggi dan surfaktan dapat menghasilkan rasa yang buruk, busa dan caking.

Polimer hidrofilikSenyawa-senyawa ini memiliki bobot molekul tinggi dengan rantai karbon panjang termasuk beberapa bahan yang pada konsentrasi besar berperan sebagai suspending agent. Hal ini disebabkan adanya percabangan rantai polimer yang membentuk struktur seperti gel dalam sistem dan dapat teradsorpsi pada permukaan partikel padat serta mempertahankan kedudukan mereka dalam bentuk sistem flokulasi. Polimer baru seperti xantin gum digunakan sebagai flokulating agent dalam pembuatan sulfaguanidin, bismut sub karbonat, serta obat lain. Polimer hidrofilik yang berperan sebagai koloid hidrofil yang mencegah caking dapat juga berfungsi untuk membentuk flok longgar (floculating agent). Penggunaan tunggal surfaktan atau bersama koloid protektif dapat membentuk suatu sistem flokulasi yang baik. Pada proses pembuatan perlu diperhatikan bahwa pencampuran tidak boleh terlalu berlebihan karena dapat menghambat pengikatan silang antara partikel dan menyebabkan adsoprsi polimer pada permukaan satu partikel saja kemudian akan terbentuk sistem deflokulasi.

ClayClay pada konsentrasi sama dengan atau lebih besar dari 0.1% dilaporkan dapat berperan sebagai floculating agent pada pembuatan obat yang disuspensikan dalam sorbitol atau basis sirup. Bentonite digunakan sebagai floculating agent pada pembuatan suspensi bismut subnitrat pada konsentrasi 1.7%.

ElektrolitPenambahan elektrolit anorganik (Na. Asetat, fosfat, sitrat) pada suspensi dapat menurunkan potensial zeta partikel yang terdispersi dan menyebabkan flokulasi. Pernyataan Schulzhardy menunjukkan bahwa kemampuan elektrolit untuk memflokulasi partikel hidrofobik tergantung dari valensi counter ionnya. Meskipun lebih efektif elektrolit dengan valensi tiga lebih jarang digunakan dari mono. Di-valensi disebabkan adanya masalah toksisitas. Penambahan elektrolit berlebihan atau muatan yang berlawanan dapat menimbulkan partikel memisah masing-masing dan terbentuk sistem flokulasi dan menurunkan kebutuhan konsentrasi surfaktan. Penambahan NaCl dapat meningkatkan flokulasi. Misalnya suspensi sulfamerazin diflokulasi dengan natrium dodesil polioksi etilen sulfat, suspensi sulfaguanidin dibasahi oleh surfaktan dan dibentuk sistem flokulasi oleh AlCl3. Elektrolit sebagai flokulating agent jarang digunakan di indusri

Floculating Agent

Bahan Tipe Muatan ion

Natrium lauril sulfat Surfaktan Anion

Dokusat natrium Anion

Benzalkonium klorida Kation

Cetylpiridinum klorida Kation

Polisorbat 80 Non-ionik

Sorbitan monolaurat Non-ionik

CMC-Na Polimer hidrofil Anion

Xantan gum Anion

Tragakan Anion

Metil selulosa Non-ionik

PEG Non-ionik

Magnesium aluminium Clay Anion

Silikat

Attapulgit Anion

Bentonit Anion

Kalium dihidrogen fosfat Elektrolit Anion

7

Page 8: Suspensi Umum.doc

AlCl3

NaCl Anionik/kationik

II.4 Contoh Formula Suspensi

R/ Zat aktifSirupus simplek 30 %CMC Na 0,25 %Buffer fosfat pH 6Na-sakarin 0,01 %Sorbitol 20 %Metil paraben 0,2 %Propil paraben 0,03 %Zat warna qsFlavouring agent qsAquadest ad 5 ml

R/ Asetaminofen 120 mgSirupus simpleks 30 %CMC Na 0,25 %Buffer fosfat pH 6Na-sakarin 0,01 %Sorbitol 20 %Metil paraben 0,2 %Propil paraben 0,03 %Vanila 0,4 %Aquadest ad 5 ml

II.5 Perhitungan Dapar

Definisi Kapasitas Dapar (Analytical Chemistry, J. G. Dick, 1973, hlm 108) :Kapasitas dapar ialah jumlah mol asam / basa kuat yang dibutuhkan untuk mengubah pH 1 liter larutan sebanyak 1 unit (satuan pH).Persamaan (Farmasi Fisik, Martin, 1993, hlm. 456, 464-468)1. Persamaan Henderson – Hasselbach (Persamaan untuk buffer)

Untuk asam lemah & garamnya :

2. Persamaan Van Slyke untuk kapasitas dapar (Pers. Van Slyke, Farmasi Fisik, Martin, 1993, hlm 466).

Keterangan :β = Kapasitas dapar, β = 0,01 – 0,1 (Farmasi Fisik, Martin, 1993, hlm. 478)C = Konsentrasi total dapar (mol/L)Ka = Konstanta asam = antilog (-pKa)[H3O+] = Konsentrasi ion hidrogen = antilog (-pH)

Contoh perhitungan dapar :pH stabilitas sediaan = 6,0pKa H2PO4

- = 7,12Persamaan Henderson-Hasselbach :

6 = 7,12 + log

log = - 1,12

= 0,076 → [HPO42-] = 0,076 [H2PO4-]

Persamaan Koppel-Spiro-Van Slyke :Ka = antilog (-pKa) = antilog (-7,12) = 7,6 . 10-8

[H3O+] = antilog (-pH) = antilog (-6) = 1 . 10-6

0,1 = 2,3 C =

0,1 = 2,3 C (6,55 . 10-2) C = 0,66 mol/LC = [garam] + [asam]0,66 = [HPO4

2-] + [H2PO4-] = 0,076 [H2PO4

-] + [H2PO4-]

0,66 = 1,076 [H2PO4-]

0,61 = [H2PO4-] [HPO4

2-] = (0,076 x 0,61) = 0,046

Jadi, [H2PO4-] = 0,61 M ; [HPO4

2-] = 0,046BM KH2PO4 = 136,10BM KNaHPO4 = 158,10

8

pH = pKa + log

β= 2,3 C

Page 9: Suspensi Umum.doc

Dapar yang diperlukan untuk 1 L sediaan :[KH2PO4] = [H2PO4

-] = 0,61 mol / L = 0,61 x 136,10 = 83,02 gram/L

[KNaHPO4] = [HPO42-] = 0,046 mol / L

= 0,046 x 158,10= 7,27 gram / L

Dapar yang diperlukan untuk 5 ml sediaan (dosis suspensi sekali pakai 1 sendok teh) :

KH2PO4 = x 83,02 gram

= 0,415 gram = 415 mg

KNaHPO4 = x 7,27 gram

= 0,036 gram= 36 mg

_______________________________________________ III. PEMBUATAN SEDIAAN SUSPENSI

Contoh formula : R/ Zat aktif 100 mgSirupus simplek 30 %Na - CMC 0,25 %Metil paraben 0,2 % % b/v dari volume 5mLPropil paraben 0,03 %Pewangi q.sPewarna q.sAquades ad 5 mL

Misalkan : akan dibuat sediaan suspensi, dengan kekuatan sediaan : 100 mg/5mL sebanyak 10 botol.Jumlah yang akan diserahkan sebanyak 10 botol ditambah untuk uji mutu sediaan akhir dibutuhkan :

Homogenitas Distribusi ukuran partikel Penentuan bobot jenisPenetapan pHVolume sedimentasi 1 botolKemampuan redispersi1 botolPenetapan viskositas dan rheologi(visk Brookfield) ...... botol Volume terpindahkan (tidak destruktif) 30 botol Identifikasi 3 botolPenetapan kadar 3 botol Penetapan potensi antibiotika (jika zat aktifnya antibiotika) ... botol Uji efektifitas pengawet5 botol Penetapan kapasitas penetralan asam (khusus untuk suspensi antasid)Uji batas mikroba (khusus untuk suspensi antasida) JUMLAH 30 botol

Karena dari seluruh uji diatas ada uji yang tidak destruktif sehingga dapat digunakan untuk uji evaluasi yang lain. Jadi jumlah suspensi yang akan dibuat adalah 10 + 30 = 40 botol.

Perhitungan Jumlah yang akan diserahkan sebanyak 10 botol ditambah untuk uji mutu sediaan akhir dibutuhkan 30

botol. Maka akan dibuat total : 40 botol. Volume tiap botol dilebihkan 3% untuk menjamin ketepatan volume sediaan setelah dituang dari botol.

Persentase penambahan volume mengacu pada FI IV <1131>, hal 1044. Volume sediaan tiap botol = 100 ml + (3 % x 100 ml) = 103 ml

Total volume sediaan yang akan dibuat : 40 botol x 103 ml = 4120 ml Untuk mencegah kehilangan selama pembuatan maka total sediaan dilebihkan 10% sehingga volume

total yang dibuat = 4120 ml + (10% x 4120) ml = 4532 ml.

Penimbangan

No. Bahan yang ditimbang

Untuk volume 5 ml Untuk volume 4532 ml

1. Zat aktif 100 mg 100 mg/ 5ml x 4532 ml = 90640 mg2. Sirupus simplek 30% b/v x 5 ml = 1,5 g 1,5 mg/ 5ml x 4532 ml = 1359,6 mg3. Na - CMC 0,25% b/v x 5 ml = 0,0125 g 0,25% b/v x 4532 ml = 11,33 g4. Metil paraben 0,2% b/v x 5 ml = 0,01 g 0,2% b/v x 4532 ml = 9,064 g5. Propil paraben 0,03% b/v x 5 ml = 0,0015 0,03% b/v x 4532 ml = 0,0015

9

1 botol

1 botol

Page 10: Suspensi Umum.doc

6. Pewangi qs sebaiknya dalam bentuk persen juga.

7. Pewarna qs sebaiknya dalam bentuk persen juga.

8. Aquadest Ad 5 ml Ad 4532 ml

Prosedur Lengkap Pembuatan Suspensi : Aquades yang akan digunakan sebagai fase pendispersi dididihkan, kemudian didinginkan dalam keadaan

tertutup. Bahan aktif dan eksipien ditimbang. Bahan pensuspensi yang akan digunakan (yang dalam formula contoh adalah Na CMC) dikembangkan

dengan cara : dibuat dispersi stok hidrokoloid dengan menaburkan serbuk CMC Na secara perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit ke dalam mortir yang telah diisi air panas. Setelah semua serbuk CMC Na terbasahi, lalu aduk dengan cepat.

Pemanis yang digunakan berupa sirupus simpleks maka sirupus simpleks yang dibuat dengan jalan (FI III hal 567) melarutkan 65 bagian sukrosa dalam larutan metil paraben 0,25% b/v hingga terbentuk 100 bagian sirupus simpleks yang berfungsi sebagai pengental dan pemanis.

Jika digunakan pembasah, maka bahan aktif dihaluskan dengan penambahan sedikit demi sedikit pembasah sampai homogen dalam mortir dan pindahkan ke dalam matkan.

Suspending agent yang telah dikembangkan, ditimbang sesuai dengan jumlah yang tertera dalam formula kemudian ditambahkan ke dalam bahan aktif yang telah dibasahi kemudian diaduk sampai homogen dengan stirer di dalam matkan.

Ke dalam campuran tersebut di atas, dimasukkan eksipien lain (pendapar, pengawet, antioksidan, dll yang telah dilarutkan dalam beberapa bagian air sesuai dengan kelarutannya) sambil terus diaduk sampai homogen.

Setelah itu, sirupus simpleks, pewarna, flavour ditambahkan dan adkan dengan air sampai dengan (1760 + 110A) mL (untuk eksipien berupa bahan pewarna dan flavour dibuat larutan stok terlebih dahulu sebelum ditambahkan pada campuran bahan dalam matkan).

Suspensi dimasukkan ke dalam botol yang telah dicuci, dikeringkan dan ditara 100 mL.

____________________________________________________IV. EVALUASI DAN PENYIMPANAN

IV.1 Evaluasi Fisika

a. Distribusi ukuran partikel (Marteen, “Physical Pharmacy”, hal 430-431)

b. Homogenitas (Goeswin Agus, tekonologi farmasi liquida dan semisolida, 127).

c. Volume sedimentasi dan kemampuan redispersi (Teori dan Praktek Farmasi Industri Lachman, 3rded. Hal 492-493)

d. Bj sediaan dengan piknometer (FI IV <981>, hal 1030)

e. Sifat aliran dan viskositas dengan Viskosimeter Brookfield (Modul Praktikum Farmasi Fisika, 2002, hal 17-18 )

f. Volume terpindahkan (FI IV <1261> hal 1089)

g. Penetapan pH (FI IV <1071>, hal 1039)

h. Kadar air (hanya untuk suspensi kering : Lihat evaluasi granul pada TS Solida)

i. Penetapan waktu rekonstitusi ( hanya untuk suspensi kering : Modul Praktikum Liquida & Semisolid)

IV.2 Evaluasi Kimia

a. Keseragaman sediaan (FI IV <911>, hal 999)

b. Penetapan kadar (sesuai monografi masing-masing)

c. Identifikasi (sesuai monografi masing-masing)

d. Penetapan kapasitas penetralan asam (KPA) hanya untuk sediaan suspensi antasida (FI IV <451>, hal 942)

IV.3 Evaluasi Biologia. Uji potensi (untuk antibiotik) (FI IV <131>, hal 891-899)b. Uji batas mikroba (untuk suspensi antasida) (FI IV <51>, hal 847-854)c. Uji efektivitas pengawet (FI IV <61>, hal 854-855)

URAIAN EVALUASI FISIKA

a. Distribusi Ukuran Partikel (Martein, “Physical Pharmacy”, hal 430 - 431)Beberapa metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel :a.1 Metode mikroskopika.2 Metode pengayakana.3 Metode sedimentasia.4 Metode penentuan volume partikel

10

Page 11: Suspensi Umum.doc

a.1 Metode Mikroskopik

Mikroskopik merupakan metode langsung yang sering digunakan pada penentuan ukuran partikel terutama sediaan suspensi dan emulsi.Cara 1 :Dapat digunakan mikroskop biasa untuk menentukan ukuran partikel antara 0,2-100 μm. Pada metode ini suspensi (yang sebelumnya diencerkan ataupun tidak) diteteskan pada slide

(semacam objek glass). Kemudian besarnya akomodasi mikroskop diatur sehingga partikel terlihat dengan jelas.

Frekuensi ukuran yang diperoleh diplot terhadap range ukuran partikel sehingga diperoleh kurva distribusi ukuran partikel.

Jumlah partikel yang harus dihitung untuk memperoleh data yang baik adalah antara 300-500 partikel. Yang penting jumlah partikel yang ditentukan harus cukup sehingga diperoleh data yang representatif. British standard bahkan menetapkan pengukuran terhadap 625 partikel.

Jika distribusi ukuran partikel luas, dianjurkan untuk menentukan ukuran partikel dengan jumlah yang lebih besar lagi. Sedangkan, jika distribusi ukuran partikel sempit, 200 partikel sudah mencukupi.

Untuk memudahkan pengerjaan dan perhitungan akan lebih baik bila dilakukan pemotretan. Metode ini membutuhkan ketelitian, konsentrasi dan waktu yang cukup lama. Jika partikel yang ada dalam larutan lebih dari satu macam, sebaiknya tidak digunakan metode ini.

Penafsiran Hasil : distribusi ukuran partikel yang baik adalah distribusi normal pada kurvanya.

F

_________________ Z

Ket: F = frekuensi, Z = ukuran partikel

Cara 2 : Larutkan sejumlah sampel yang cocok dengan volume yang sama dengan gliserol dan

kemudian encerkan lebih lanjut. Bila perlu dengan campuran sejumlah volume yang sama dari gliserol dan air, sebagai alternatif digunakan paraffin sebagai pelarutnya (sesuai monografinya).

Teteskan cairan yang telah diencerkan tadi pada kaca objek. Periksalah sebaran acaknya secara mikroskopik dengan menggunakan mikroskop resolusi yang cukup untuk mengobservasi partikel yang kecil.

Observasi dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada partikel atau tidak lebih dari beberapa partikel di atas ukuran maksimum yang diperbolehkan pada monografinya dan karena itu hitunglah presentasi partikel yang mempunyai diameter maksimum dalam batas yang ditetapkan.

Persentase harus dikalkulasi dari observasi paling sedikit 1000 partikel.

a.2 Metode PengayakanMetode ini menggunakan 1 seri ayakan standar yang telah dikalibrasi oleh National Bureau of Standards. Ayakan sering digunakan untuk pengklasifikasian/membagi-bagi ukuran partikel. Ayakan yang tersedia dengan ukuran 90 µm – 5 µm, dibuat dengan teknik photoetching & electroforming.Berdasarkan US Pharmacopoeia untuk menguji kelembutan serbuk, sejumlah massa tertentu ditempatkan pada ayakan dalam pengocok mekanik (mechanical shaker). Serbuk ini dikocok selama waktu tertentu, dan material yang melewati ayakan dan ditahan pada ayakan berikutnya (next finer sieve) dikumpulkan kemudian ditimbang. Mengasumsikan distribusi logaritma normal, presentase kumulatif berat serbuk yang tertahan pada ayakan diplot dalam skala probabilitas terhadap logaritma aritmetik rata-rata ukuran partikel.

a.3 Metode Sedimentasi Ukuran partikel pada subsieve range dapat diperoleh melalui sedimentasi gravitasi berdasarkan hukum Stokes sebagai berikut:

V = h/t = dst2 (ρ s – ρ 0) g / 18 η0

ρ 0 = media dispersiρ s = kepadatan partikelg = percepatan gravitasiη0 = viskositas mediumh = jarakv = kecepatan sedimentasi ( rate of settling )dst = diameter rata-rata partikel berdasarkan kecepatan sedimentasi

Persamaan di atas hanya berlaku untuk partikel yang jatuh bebas tanpa gangguan dan pada kecepatan yang tetap. Hukum ini berlaku untuk partikel yang memiliki bentuk yang tidak beraturan dengan berbagai ukuran selama disadari bahwa diameter partikel yang didapat merupakan ukuran partikel relatif terhadap partikel dengan bentuk dan ukuran baku pada kecepatan yang sama.

11

Page 12: Suspensi Umum.doc

a.4 Metode Penentuan Volume PartikelInstrumen yang populer digunakan untuk penentuan volume partikel adalah Coulter counter. Prinsip kerja dari alat ini adalah ketika partikel tersuspensi dalam cairan melewati lubang kecil.

b. Homogenitas (Goeswin Agus, tekonologi farmasi liquida dan semisolida, 127) Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun distribusi ukuran partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai tempat (ditentukan menggunakan mikroskop untuk hasil yang lebih akurat). Jika sulit dilakukan atau membutuhkan waktu yang lama, homogenitas dapat ditentukan secara visual, prosedurnya adalah sebagai berikut : Sampel diambil pada bagian atas, tengah, atau bawah setelah suspensi dikocok terlebih dahulu. Sampel diteteskan pada kaca objek kemudian diratakan dengan kaca objek lain sehingga terbentuk

lapisan tipis. Susunan partikel yang terbentuk atau ketidakhomogenan diamati secara visual.Penafsiran hasil : suspensi yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran partikel yang relatif hampir sama pada berbagai tempat pengambilan sampel.

c. Volume Sedimentasi dan Kemampuan RedispersiKarena kemampuan meredispersi kembali merupakan salah satu pertimbangan utama dalam menaksir penerimaan pasien terhadap suatu suspensi dan karena endapan yang terbentuk harus dengan mudah didispersikan kembali dengan pengocokan sedang agar menghasilkan sistem yang homogen, maka pengukuran volume endapan dan mudahnya mendispersikan kembali membentuk dua prosedur yang paing umum.

c.1 Volume Sedimentasi (Teori dan Praktek Farmasi Industri Lachman, 3rd ed. Hal 492-493)Prinsip : Perbandingan antara volume akhir (Vu) sedimen dengan volume asal (Vo) sebelum terjadi

pengendapan. Semakin besar nilai Vu, semakin baik suspendibilitasnya.Cara :a. Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi yang berskala.b. Volume yang diisikan merupakan volume awal (Vo)c. Setelah beberapa waktu/hari diamati volume akhir dengan terjadinya sedimentasi. Volume

terakhir tersebut diukur (Vu). d. Hitung volume sedimentasi (F)

Vo Vu

e. Buat kurva/grafik antara F (sumbu Y) terhadap waktu (sumbu X)

Penafsiran hasil : Bila F=1 dinyatakan sebagai “Flocculation equilibrium”, merupakan sediaan yang baik.

Demikian apabila F mendekati 1. Bila F>1 terjadi “Floc” sangat longgar dan halus sehingga volume akhir lebih besar dari volume

awal. Maka perlu ditambahkan zat tambahan. Formulasi suspensi lebih baik jika dihasilkan kurva garis yang horizontal atau sedikit curam.

F terbaik

baik jelek(terjadi caking)

t

Parameter sedimentasi terdiri dari (Lieberman, Disperse System Vol2, hal 303)1. Volume sedimentasi (F)

F dapat dinyatakan dalam % yaitu dengan F = Vu/Vo x 100%F= volume sedimentasiVu = volume endapan atau sedimenVo = volume keseluruhan

2. Tingkat Flokulasi (β)β = (Vol sedimentasi yang terflokulasi)/(Vol sedimentasi yang terdeflokulasi)β = F / Fu

Catatan : Untuk pengukuran volume sedimentasi suspensi yang berkonsentrasi tinggi yang mungkin sulit untuk membandingkannya karena hanya ada cairan supernatan yang minimum

12

F= Vu/Vo

Page 13: Suspensi Umum.doc

maka dilakukan dengan cara berikut : Encerkan suspensi dengan penambahan pembawa yaitu dengan formula total semua bahan kecuali fasa yang tidak larut. Misal 50 mL suspensi menjadi 100 mL.

Hu = volume sedimentasi dalam sampel yang diencerkanHo = volume awal sampel sebelum pengenceran

Rasio Hu/Ho mungkin lebih dari 1.

c.2 Kemampuan Redispersi (Lachman, Teori dan Praktek Farmasi Industri hal 493; Lieberman, Disperse System Vol 2 hal 304)Penentuan redispersi dapat ditentukan dengan cara: a. mengocok sediaannya dalam wadahnya atau dengan menggunakan pengocok mekanik.

Keuntungan pengocokan mekanik ini dapat memberikan hasil yang reprodusibel bila digunakan dengan kondisi terkendali.

b. Suspensi yang sudah tersedimentasi (ada endapan) ditempatkan ke silinder bertingkat 100 mL. Dilakukan pengocokan (diputar) 360˚ dengan kecepatan 20 rpm. Titik akhirnya adalah jika pada dasar tabung sudah tidak terdapat endapan.

Penafsiran hasil : Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dengan pengocokan tangan maksimum 30 detik.

d. Bj Sediaan dengan Piknometer (FI IV <981>, hal 1030)Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25˚C terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada volume dan suhu yang sama. bila pada suhu 25˚C zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi, dan mengacu pada air pada suhu 25˚C.

Gunakan piknometer bersih, kering, dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididhkan, pada suhu 25˚C.

Atur hingga suhu zat uji lebih kurang 20˚C, masukkan ke dalam piknometer. Atur suhu pikometer yang telah diisi hingga suhu 25˚C. Buang kelebihan zat uji dan timbang. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi. Bobot jenis adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air, dalam

piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 25˚C. Singkatnya :

Bobot piknometer kosong ditimbang : w0

Bobot piknometer yang telah diisi dengan air : w1

Bobot piknometer yang telah diisi dengan sediaan : w2

Bobot jenis ditentukan dengan rumus : (w2-w0)/(w1-w0)

e. Sifat Aliran dan Viskositas Dengan Viskosimeter Brookfield (Modul Praktikum Farmasi Fisika, 2002, hal 17-18) Viskosimeter Brookfield merupakan viskosmeter banyak titik dimana dapat dilakukan pengukuran pada beberapa harga kecepatan geser sehingga diperoleh rheogram yang sempurna. Viskosimeter ini dapat pula digunakan baik untuk menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton maupun non-Newton.Prosedur :1. Penyiapan sampel

Sampel yang akan diukur ditempatkan pada gelas piala dengan permukaan rata (sedapat mungkin penuh) dan tidak boleh ada gelembung udara didalamnya

1.Orientasi spindelJenis spindel : TA, TB, TC, TD, TE, TF (diurut dari yang besar sampai yang kecil). Semakin kental sampel yang akan diuji, gunakan spindel yang semakin kecil. Salah satu spindel dipilih, dicoba pada 4 kecepatan (rpm) yaitu 0.5 ; 1; 2.5; dan 5 RPM. Jika masing-masing RPM memberikan harga diantara 30-80 maka spindel dapat digunakan, jika diluar rentang harga tersebut maka spindel diganti dengan yang lain

2.Pengukuran Dilakukan pada suhu kamar Pembacaan skala dilakukan pada rentang waktu tertentu misalnya 2 menit. Setiap formula dapat

dilakukan 2-3 x pengukuran. Pembacaan dilakukan dengan menyatakan jenis spindel dan kecepatan putarnya

3.Cara kerja :Kocok suspensi lalu masukkan ke dalam beker gelas sebanyak + 400-500 ml.Pasang spindel pada gantungan spindel.Turunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup ke dalam cairan yang akan

diukur viskositasnya.Pasang stop kontak.Nyalakan motor sambil menekan tombol.Biarkan spindel berputar dan lihatlah jarum merah pada skala.

13

Page 14: Suspensi Umum.doc

Bacalah angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut. Untuk menghitung viskositas, maka angka pembacaan tersebut dikalikan dengan suatu faktor yang dapat dilihat pada tabel yang terdapat pada brosur alat.

Dengan mengubah-ubah RPM, maka didapat viskositas pada berbagai RPM.Untuk mengetahui sifat aliran, dibuat kurva antara RPM dan usaha yang dibutuhkan untuk memutar

spindel. Usaha dapat dihitung dengan mengalikan angka yang terbaca pada skala dengan 7,187 dyne cm (untuk viskometer Brookfield tipe RV)

f. Volume Terpindahkan (FI IV <1261> hal 1089)Uji ini dilakukan sebagai jaminan bahwa larutan oral dan suspensi yang dikemas dalam wadah dosis ganda, dengan volume yang tertera pada etiket tidak lebih dari 250 mL, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair atau sediaan cair yang dikonstitusi dari bentuk padat dengan penambahan bahan pembawa tertentu dengan volume yang ditentukan, jika dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan volume sediaan seperti yang tertera pada etiket. Pilih tidak kurang dari 30 wadah. Untuk suspensi oral, kocok isi 10 wadah satu persatu. Untuk suspensi rekonstitusi, serbuk dikonstitusikan dengan sejumlah pembawa seperti yang tertera

pada etiket, konstitusi 10 wadah dengan volume pembawa seperti yang tertera pada etiket diukur secara seksama dan campur.

Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari 2,5 kali volume yang diukur.

Penuangan dilakukan secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukkan gelembung udara pada waktu penuangan dan diamkan selam 30 menit.

Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran : volume rata-rata yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95%.

Jika A : adalah volume rata-rata kurang dari 100%, tetapi tidak ada satupun wadah yang volumenya kurang dari 95%.

Jika B : adalah tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95% tetapi tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujian terhadap 20 wadah tambahan.

Volume rata-rata yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari 95%.

g. Penetapan pH (FI IV <1071>, hal 1039-1040) Nilai pH adalah nilai yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang telah dibakukan sebelumnya

sebagaimanamestinya, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektroda indikator yang peka terhadap aktivitas ion hidrogen, elektroda kaca dan elektroda pembanding yang sesuai seperti elektroda kalomel atau elektroda perak-perak klorida.

Cara kerja: sebelum digunakan, periksa elektroda dan jembatan garam jika ada, jika perlu isi kembali larutan

jembatan garam. Untuk pembakuan pH meter, pilih dua larutan larutan dapar untuk pembakuan yang mempunyai

perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit sehingga pH larutan uji diharapkan terletak diantaranya. Isi sel dengan salah satu larutan dapar untuk pembakuan pada suhu yang larutan ujinya akan diukur Pasangkendali suhu pada suhu larutan, dan atur kontrol kalibrasi Bilas elektroda dan sel beberapa kali dengan larutan dapar untuk pembakuan yang kedua, kemudian isi

sel dengan larutan tersebut pada suhu yang sama dengan larutan uji. Bilas kembali elektroda dan sel beberapa kali dengan larutan uji, isi sel dengan sedikit larutan uji dan

baca harga pH Gunakan air bebas karbondioksida P untuk pelaritan atau pengenceran larutan uji. Jika hanya diperlukan

harga pH perkiraan dapat digunakan indikator dan kertas indikator.

h. Kadar Air (hanya untuk Suspensi Kering :Mengacu pada Evaluasi Granul TS Solida)

Evaluasi GranulVII. 1. 1. Tujuan

Untuk memeriksa apakah granul yang terbentuk memenuhi syarat atau tidak untuk dikempa.VII. 1. 2 . Proseduri) Kandungan Air (hanya untuk granul hasil granulasi basah)

14

Page 15: Suspensi Umum.doc

a. Penentuan dilakukan dengan menggunakan 5 gr granul yang diratakan pada piring logam, kemudian dimasukkan dalam alat penentuan kadar air (Moisture Ballance).

b. Atur panas yang digunakan (70 0C) lalu diamkan beberapa waktu sampai diperoleh angka yang tetap (dalam bentuk %). Piring logam dipanaskan hingga bobot tetap sebelum digunakan.

ii) Kecepatan Aliran (Menggunakan Flow Tester)a. Sejumlah tertentu granul dimasukkan kedalam alat penentuan (corong) penguji

aliran.b. Alat dijalankan dan dicatat waktu yang dibutuhkan oleh massa granul untuk

melewati corong.c. Hasil dinyatakan dalam satuan gr/det. Kecepatan aliran yang ideal adalah 10 gr/det

iii) Kadar Pemampatana. Masukkan 100 gr granul dalam gelas ukur 250 mL , Volume mula-mula dicatat sebagai ketukann

0 (Vo).b. Lakukan pengetukan, dan volume pada ketukan ke 10, 50, 100, diukur.c. Timbang bobot granul yang digunakan untuk pengujian ini.d. Hitung kadar pemampatan dengan persamaan berikut ini:

Kp = [(Vo-Vt)/Vo] x 100 %Kp = kadar pemampatanVo = volume granul sebelum pemampatanVt = volume granul pada t ketukan

Penafsiran hasil : Granul memenuhi syarat jika Kp < 20%.

iv) Bobot jenisa. Bobot jenis nyata

Sejumlah gram granul dimasukkan ke dalam gelas ukur. Catat volumenya dan timbang bobot granul yang digunakan untuk pengujian ini. Hitung bobot jenis nyata dengan persamaan berikut ini :

P = W/VP = bobot jenis nyataW = bobot granulV = volume granul tanpa pemampatan

b. Bobot jenis mampat Sejumlah gram granul dimasukkan ke dalam gelas ukur pada alat dengan menggunakan corong

panjang. Catat volumenya (Vo). Gelas ukur diketuk-ketukkan sebanyak 10 dan 500 kali. Catat volumenya (V10 dan V500). Timbang bobot granul yang digunakan untuk pengujian ini. Hitung bobot jenis mampat dengan persamaan berikut ini :

Pn = W/VnPn = bobot jenis mampatW = bobot granulVn = volume granul pada n ketukan

v) Indeks kompresibilitasHitung dengan persamaan : [(Pn-P)/Pn] x 100 %

vi) Perbandingan Haussner Hitung dengan persamaan berikut ini :

Angka Haussner = BJ setelah pemampatan/BJ sebelum pemampatan. Penafsiran hasil : Granul memenuhi syarat jika angka Haussner > 1.

i. Penetapan Waktu Rekonstitusi (hanya untuk Suspensi Kering : (Modul Praktikum Likuida dan Semisolida) Ke dalam botol kering dan bersih, dimasukkan serbuk rekonstitusi. Lalu masukkan air sampai batas Botol dikocok sampai terdispers dalam air. Waktu rekonstitusi adalah mulai dari air dimasukkan sampai serbuk terdispersi sempurna. Waktu

rekonstitusi yang baik adalah <30 detik.

URAIAN EVALUASI KIMIA

a. Keseragaman Sediaan (FI IV <911>, hal 999-1000)Keseragaman sediaan yang dilakukan adalah berupa uji keseragaman kandungan untuk suspensi dalam wadah dosis tunggal. Cara kerja: Buat campuran contoh yang cukup untuk penetapan kadar dalam masing-masing monografi dan jumlah

untuk prosedur uji keseragaman kandungan sampai diperoleh campuran yang homogen. Lakukan penetapan kadar secara terpisah, ukur seksama sejumlah larutan contoh seperti yang tertera

pada penetapan kadar masing-masing monografi dan menggunakan prosedur khusus yang tertera dalam keseragaman kandungan dalam monografi.

15

Page 16: Suspensi Umum.doc

Hitung bobot zat aktif setara dengan rata-rata satu sediaan dengan menggunakan hasilk uji yang diperoleh pada prosedur penetapan kadar dan dengan menggunakan hasil uji yang diperoleh dari prosedur khusus.

Hitung faktor koreksi F, dengan rumus: F= A/ P A= bobot zat aktif setara dengan satu satuan sediaan rata-rata diperoleh dari penetapan kadar P= bobot zat aktif setara dengan satu satuan sediaan rata-rata yang diperoleh dari prosedur khusus. Jika (100 [A-P])/ A > 10, penggunaan faktor koreksi tidak absah Koreksi yang absah dapat digunakan hanya jika F tidak kurang dari 1,03 juga tidak lebih dari 1,01 atau

tidak kurang dari 0,900 juga tidak lebih dari 0,970 atau jika F antara 0,970 dan 1,030 tidak diperlukan koreksi.

Jika F terletak antara 1,03 dan 1,10 atau antara 0,900 dan 0,970, hitung bobot zat aktif dalam setiap satuan sediaan dengan mengalihkan tiap bobot yang diperoleh menggunakan prosedur khusus dengan F.

b. Penetapan Kadar (dalam monografi zat aktif masing-masing)

c. Identifikasi(dalam monografi zat aktif masing-masing)

d. Penetapan (Kapasitas Penetralan Asam) hanya untuk sediaan suspensi antasid FI IV <451>, hal 942 :(Catatan : Seluruh pengujian dilakukan pada suhu 37˚±3˚C)Standardisasi pH meter Lakukan kalibrasi pH meter dengan menggunakan Larutan dapar baku kalium biftalat 0,05 M dan kalium tetraoksalat 0,05 M seperti yang tertera pada penetapan pH <1071>.Pengaduk magnetik Masukkan 100 mL air ke dalam gelas piala 250 mL yang berisi batang pengaduk magnetic 40 mm x 10 mm yang dilapisi perfluoro karbon padat dan mempunyai cincin putaran pada pusatnya. Atur daya pengaduk magnetic hingga menghasilkan kecepatan pengadukan rata-rata 300±30 putaran per menit, bila batang pengaduk terpusat dalam gelas piala, seperti yang ditetapkan oleh takometer optik yang sesuai.Larutan uji

Kocok wadah sisinya homogen dan tetapkan bobot jenisnya. Timbang seksama sejumlah campuran tersebut yang setara dengan dosis terkecil dari yang tertera

pada etiket. Masukkan ke dalam gelas piala 250 mL, tambahkan air hingga jumlah volume lebih kurang 70 mL dan

campur menggunakan Pengaduk magnetik selama 1 menit.Prosedur 1. Pipet 30 mL asam klorida 1 N LV ke dalam Larutan uji sambil diaduk terus menggunakan Pengaduk

magnetik. (Catatan Bila kapasitas penetralan asam zat uji lebih besar dari 25mEq, gunakan 60 mL asam klorida 1 N LV).

2. Setelah penambahan asam, aduk selama 15 menit tepat, segera titrasi. 3. Titrasi kelebihan asam klorida dengan natrium hidroksida 0,5 N LV dalam waktu tidak lebih dari 5

menit sampai dicapai pH 3,5 yang stabil (selama 10 detik samapai 15 detik). 4. Hitung jumlah mEq asam yang digunakan tiap g zat uji. Tiap mL asam klorida 1 N setara dengan 1

mEq asam yang digunakan.

IV.3 URAIAN EVALUASI BIOLOGIa. Uji potensi (untuk antibiotik) (FI IV <131>, hal 891-899)

Tujuan : untuk memastikan aktivitas antibiotik tidak berubah selama proses pembuatan sirup. Aktivitas antibiotik dapat dilihat dengan dua kriteria yaitu konsentrasi hambat minimum (KHM) dan diameter hambat. Harga KHM berlainan untuk setiap mikroorganisme, tergantung pada kepekaan masing-masing mikroba. Makin rendah harga KHM, makin kuat potensinya. Pada umumnya antibiotik yang berpotensi tinggi mempunyai KHM yang rendah dan diameter hambat yang besar.

Ada 2 metode umum yang digunakan:1. Penetapan dengan lempeng silinder atau lempeng

Metode ini berdasarkan metode antibiotik dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri atau lempeng sehingga mikroba yang dihasilkan dihambat pertumbuhannya pada daerah berupa lingkaran atau “zona” di sekeliling silinder yang berisi larutan antibiotik.

2. Penetapan dengan cara tabung atau turbidimetriMetode ini berdasarkan atas hambatan pertumbuhan biakan mikroba dalam larutan serba sama aantibiotik, dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroba dengan cepat bila tidak terdapat antibiotik.

b. Uji batas mikroba (untuk suspensi antasida) (FI IV <51>, hal 847-854)Tujuan: untuk memperkirakan jumlah mikroba aerob viabel di dalam semua jenis perbekalan

farmasi, mulai dari bahan baku hingga sediaan jadi dan untuk menyatakan perbekalan farmasi tersebut bebas dari spesialis tertentu.

c. Uji efektivitas pengawet (FI IV <61>, hal 854-855)

16

Page 17: Suspensi Umum.doc

Tujuan: untuk menunjukkan efektifitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan pembawa berair seperti produk-produk parenteral, telinga, hidung, dan matayang dicantumkan pada etiket produk bersangkutan.

Mikroba uji untuk biakan mikroba:Candida albican, Aspergillus niger, Pseudomonas aerugenosa, Staphylococcus areu. Selain mikroba yang disebut di atas dapat digunakan mikroba lain sebagai tambahan terutama jika dianggap mikroba bersangkutan dapat mereupakan kontaminan selam penggunaan sediaan tersebut. Media untuk biakan awal mikroba uji dipilih media agar yang sesuai untuk pertumbuhan yang subur mikroba uji, seperti Soybean-Casein Digest Agar medium.

IV.4 Penyimpanan dan PenandaanSuspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat. (FI IV hal 18)(Catatan: wadah tertutup rapat harus melindungi isi terhadap masuknya bahan cair, bahan padat atau uap dan mencegah kehilangan, merekat, mencair atau menguapnya bahan selama penanganan, pengangkutan dan distribusi dan harus dapat ditutup rapat kembali. Wadah tertutup rapat dapat diganti dengan wadah tertutup kedap untuk bahan dosis tunggal)Penyimpanan : Disimpan di tempat sejuk (FI III hal 32).Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat atau wadah tertutup kedap, di tempat sejuk (Fornas Edisi 2 th.1978 hal 333)Penandaan : pada etiket harus tertera “Kocok Dahulu” (FI III, hal 32).Pada etiket sediaan Suspensi Rekonstitusi harus tertera (Fornas edisi 2 th.1978 hal 333):1. Volume cairan pembawa yang diperlukan2. Sebelum digunakan, dilarutkan dalam cairan pembawa yang tertera pada etiket.

17