STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

77
STUDI TAFSIR AL-MUBARAK KARYA KH. TAUFIQUL HAKIM Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Saal Al Sadad 1113034000087 FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M

Transcript of STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

Page 1: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

KARYA KH. TAUFIQUL HAKIM

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Saal Al Sadad

1113034000087

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 2: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

KARYA KH. TAUFIQUL HAKIM

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar sarjana agama (S.Ag)

Oleh:

Saal Al Sadad

NIM: 1113034000087

Pembimbing

Dr. H. Mafri Amir, M.Ag

NIP: 195803011992031001

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 3: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Saal Al Sadad

NIM : 1113034000087

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “STUDI TAFSIR

AL-MUBARAK KARYA KH. TAUFIQUL HAKIM” adalah benar

merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam

penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini

telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia

melakukan proses semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang

berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan

plagiat karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 25 Juli 2020

Saal Al Sadad

1113034000087

Page 4: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

iii

ABSTRAK

Saal Al Sadad (1113034000087)

STUDI TAFSIR AL-MUBARAK KARYA KH. TAUFIQUL HAKIM

Penelitian ini mendeskripsikan salah satu karya kontributor tafsir

al-Quran Indonesia yang berasal dari latar belakang pendiri pondok

pesantren Darul Falah Bangsri Jepara sekaligus penemu metode

Amsilati, KH. Taufiqul Hakim, melalui kitab Tafsîr al-Mubakah: Metode

Praktis Memahami Tafsir Al-Qur`an yang jarang menjadi sorotan dalam

dunia akademisi.

Penelitian kualitatif ini menggunakan metode deskriptif-analitik

dengan pendekatan Filologi untuk sekedar mengetahui sisi metodologi,

corak, dan karakteristik tafsir tersebut, tidak sampai pada analisis

hermeneutis yang menitikberatkan sisi pembacaan author. Melalui teknik

kepustakaan, penelitian ini menjadikan kitab tafsir KH. Taufiqul Hakim

secara langsung sebagai sumber utama penelitian, sedangkan kitab,

buku, serta jurnal yang relevan dipilih sebagai sumber sekunder.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi dan dianalisis

secara induktif.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan bahwasanya

secara metodologi, penalaran ayat yang dituliskan oleh KH. Taufiqul

Hakim secara garis besar didasarkan pada sisi ra’yi-nya, dengan gaya

penuturannya yang ijmālî (lugas). Hal ini mengindikasikan akan sisi

autentik sang author dalam mendekati teks al-Qur`an. Sedangkan corak

yang digunakan mengarah langsung kepada kebahasaan dengan kaidah

nahwu dan sharaf sebagai titik beratnya. Hal ini tidak terlepas dari

inisiasi dan distribusi sang author yang menjadikan kitab tersebut

sebagai materi pendamping dalam mengimplementasikan metode

Amsilati dengan santri pondoknya sebagai sasaran pembacanya. Sisi

metodologis dan corak di atas memberikan dampak pada sisi

karakteristik tafsir tersebut, diantaranya ialah pengkodean sistem i’rab

setiap kosakata, juga diksi penerjemahan yang kontras pada stratifikasi

bahasa dalam sistem komunikasi masyarakat jawa.

Kata kunci: Literatur Tafsir, Taufiqul Hakim, Tafsîr Al-Mubārak,

Amsilati.

Page 5: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

PERSETUJUAN TIM PENGUJI

Skripsi berjudul “Studi Tafsir al-Mubarak karya KH. Taufiqul Hakim”

telah diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, pada 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Agama Islam (S.Ag.) pada Program Studi

Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.

Selasa, 28 Juli 2020

Sidang Munaqasah,

Ketua, Merangkap anggota Sekretaris, Merangkap Anggota

Dr. Eva Nugraha, M.Ag.

NIP.197102171998031002

Banun Binaningrum, M.Pd

NIP. 196806181999032001

Anggota

Penguji I Penguji II

Moh Anwar Syarifuddin, MA.

NIP. 197205181998031003

Dr. M.Suryadinata, M.Ag.

NIP. 196009081989031005

Pembimbing

Dr. H. Mafri Amir M.Ag

NIP. 195803011992031001

Page 6: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt, zat yang telah mencurahkan

berbagai rahmat dan nikmat-Nya untuk seluruh alam. Shalawat serta

salam semoga tiada henti tetap tercurahkan kepada baginda Nabi

Muhammad saw., Nabi terakhir yang membawa misi penyempurnaan

akhlaq, serta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.

Alhamdulillah, berkat kasih sayang Allah swt., tugas akhir yang

benar-benar diakhirkan ini bisa terselesaikan. Terlepas dari banyaknya

kekurangan di tiap sudut skripsi yang ditulis ini, penulis ingin

mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya, kepada:

1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, MA, selaku Rektor UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Yusuf Rahman, MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur’an

dan Tafsir, dan Fahrizal Mahdi, Lc, MIRKH, selaku Sekretaris

Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir beserta jajaran pengurus

Fakultas Ushuluddin yang telah banyak membantu

mempermudah pengurusan administrasi.

4. Drs. Harun Rasyid, M.Ag selaku dosen pembimbing akademik.

5. Dr. H. Mafri Amir, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang

bersedia menuntun penulisan skripsi ini.

6. Kedua orang tua tercinta, Bpk. Purwono dan Ibu Siti Maisyaroh

yang tak pernah menutup keran kasih, sayang, serta doanya untuk

penulis. Bapak, dengan kabar baik ini semoga segala penyakit

segera diangkat dari Bapak.

Page 7: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

v

7. Kaka Elyda Luthfiana beserta suami, yang selalu memenuhi

kebutuhan penulis, juga adik kecil Uyun Aswin.

8. Keluarga besar Darul Qur’an Bintaro dan MI Nurul Ghosyiyah,

tempat penulis berteduh dan belajar untuk menempa diri menjadi

pribadi yang lebih dewasa.

9. Kawan-kawan seperjuangan keluarga besar Ilmu al-Quran dan

Tafsir angkatan 2013 yang istimewa. Khususnya kawan-kawan

njawani yang selalu menemani hari-hari penulis di kampus. Guru

spiritual Kyai Iqbal Fahmi, Asrul, Salman, Alvin Nur Choironi.

10. Keluarga besar Simaharaja dan IKLAS, yang senantiasa bersedia

menampung penulis di saat susah atau pun senang. Khusus tak

terlupa Maulaya Arinil Haq yang senantiasa menemani diri meniti

jalan bersama.

Sebagai penutup penulis membuka lebar pintu kritik dan saran

mengingat banyaknya kekurangan yang mungkin terdapat dalam

penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat, dan Allah selalu

melimpahkan berkahnya kepada semua pihak yang telah membantu.

Ciputat, 24 Juli 2020

Hormat Saya,

Saal Al Sadad

Page 8: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Penulisan skripsi ini berpedoman pada transliterasi dari

Keputusan SK Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 507

Tahun 2017.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara

latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak Dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

ts te dan es ث

J Je ج

ẖ h dengan garis di bawah ح

kh ka dan ha خ

d De د

dz de dan zet ذ

r Er ر

z Zet ز

s Es س

sy es dan ye ش

Page 9: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

vii

s es dengan garis di bawah ص

ḏ de dengan garis di bawah ض

ṯ te dengan garis di bawah ط

ẕ zet dengan garis di bawah ظ

ʻ koma terbalik di atas hadap ع

kanan

Gh ge dan ha غ

F Ef ف

Q Ki ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

n En ن

W We و

H Ha ه

Apostrof ˋ ء

Y Ye ي

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab seperti vokal dalam bahasa Indonesia,

terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vocal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau

harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Page 10: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

viii

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ـ A Fatẖah

ـ I Kasrah

ـ U Ḏammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah

sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ai a dan i ـ ي

وـ Au a dan u

3. Vokal Panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal

Latin

Keterangan

â a dengan topi di ى

atas

î i dengan topi di atas ىي

ىوû u dengan topi di

atas

Page 11: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

ix

4. Kata Sandang

Kata sandang yang dalam system aksara Arab dilambangkan

dengan

huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf

syamsiyah maupun huruf qomariyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl,

al-diwân, bukan ad-diwân.

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab

dilambangkan dengan sebuah tanda ( ), dalam alih aksara ini

dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang

diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf

yang menerima tanda syaddah itu terletak setalah kata sandang yang

diikuti oleh hurf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata رورة tidak ditulis الض

“ad-darûrah” melainkan “al-ḏarūrah”, demikian seterusnya.

6. Ta Marbûṯah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat

pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan

menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku

Page 12: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

x

jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2).

Namun, jika huruf ta matbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka

huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

Ṯarîqah طريقة 1

Al-jâmi’ah al-islâmiyah الجامعة الإسلامية 2

Waẖdat al-wujûd وحدة الوجود 3

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,

dalam aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti

ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain

untuk menuliskan permulaan kalimt, huruf awal nama tempat, nama

bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri

didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital

tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata

sandangnya (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hamîd Al-

Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Page 13: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

xi

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat

diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf

cetak miring (Italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul

buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam

alihaksaranya. Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisana nama, untuk nama-nama tokoh yang

berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan

meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya, ditulis

Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin

al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’il), kata benda (ism), maupun huruf

(harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara

atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada

ketentuan-ketentuan di atas:

Kata Arab Alih Aksara

dzahaba al-ustâdzu ذهب الأستاذ

tsabata al-ajru ثبت لأجر

al-ẖarakah al-‘asriyyah الحركة العصرية

Page 14: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

xii

asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh شهد أن لا إله إلا الله

الح Maulânâ Malik al-Sâlih مولانا ملك الص

Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri

mereka. Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak

perlu dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nûr Khâlis

Majîd, Mohamad Roem, bukan Muẖammad Rûm, Fazlur Rahman, bukan

Fadl al-Raẖmân.

Page 15: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………

B. Pembatasan dan perumusan masalah ………………..

C. Tujuan dan manfaat penelitian ………………………

D. Tinjauan pustaka……………………………………..

E. Metodologi penelitian ……………………………….

F. Sistematika penulisan ………………………………..

01

06

07

07

09

10

BAB II KAJIAN TEORITIS METODE DAN CORAK

TAFSIR

A. Pengertian Tafsir………………………………………

B. Metode tafsir …………………………………………

1. Sejarah singkat perkembangan tafsir ……………..

2. Pembagian metode tafsir …………………………

C. Corak Tafsir ……………………………………….....

1. Pengertian ………………………………………...

2. Pembagian corak tafsir …………………………..

12

14

14

17

23

23

24

BAB III POFIL MUFASSIR DAN IDENTIFIKASI TAFSIR

AL-MUBARAK

A. Mengenal Sosok KH. Taufiqul Hakim……………….

1. Sanad Keilmuan………………………………….

2. Karya KH. TAufiqul Hakim …………………….

B. Mengenal tafsir al-mubarak …………………………

1. Latar belakang penulisan ………………………..

2. Data filologis ……………………………………..

29

32

34

36

36

37

Page 16: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

3. Deskripsi tafsir al-mubarak ……………………..

4. Referensi penafsiran …………………………….

5. Karakteristik tafsir al-mubarak ………………….

39

39

39

BAB IV ANALISISMETODE DAN CORAK TASIR AL-

MUBARAK

A. Analisis Metode Tafsir …………………………….

B. Analisis Corak Tafsir …..………………………….

C. Karakteristik Tafsir al-Mubarak ….……………….

D. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir al-Mubarak …...

45

50

56

57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………….…………..

B. Saran ……………………………………………….

61

62

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….. 63

Page 17: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menjelaskan alasan diturunkannya Al-Qur’an

menggunakan bahasa Arab, Allah telah berfirman dalam

surat Yusuf ayat 2 bahwa tujuannya adalah agar manusia

memahaminya.

ا لعلكم تعقلون نزلنه قرءنا عربيا أ ٢إن

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran

dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.”

Berkaitan dengan ayat ini, Quraish Syihab dalam

tafsirnya menjelaskan bahwa;

“secara jelas ayat ini menyatakan al-Qur’an berbahasa Arab.

Dipilihnya bahasa Arab untuk menjelaskan petunjuk Allah

karena keunikan bahasa Arab disbanding dengan bahasa-bahasa

yang lain. Salah satu keunikannya adalah bahasa Arab

mempunyai kemampuan luar bisasa untuk melahirkan makna-

makna baru dari akar kata yang dimilikinya. Di samping itu,

bahasa Arab sangat kaya. Ini bukan hanya terlihat pada “jenis

kelamin” atau pada bilangan yang ditunjuknya tunggal, jamak,

dan dual atau pada aneka masa yang digunakannya kini, lampau,

akan datang, bersinambung dan sebagainya tapi juga pada kosa

kata dan sisnonimnya. Para pakar bahasa Arab berpendapat

bahwa terdapat sekitar 25 juta kosakata dan sinonimnya. Ini

tentunya sangat membantu demi kejelasan pesan yang ingin

Page 18: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

2

disampaikan. Jika kosakata suatu bahasa terbatas, maka makna

yang dimaksud pastilah tidak dapat ditampung olehnya.

Hasilnya, menjadikan firman-firman-Nya yang disampaikan

oleh Nabi Muhammad dalam bahasa Arab benar-benar sangant

tepat, agar pesan-pesan-Nya dapat dimengerti bukan saja oleh

masyarakat pertama yang ditemuinya, tapi untuk seluruh

manusia, apa pun bahasa ibunya".1

Ibnu Khaldun, seperti yang dikutip oleh Dawam

Raharjo dalam bukunya mengatakan bahwa al-Qur’an

diwahyukan dalam bahasa orang Arab, sesuai dengan retorika

dan gaya orang Arab, sehingga mereka semua bisa

memahaminya.2 Namun di lain pihak, al-Qur’an adalah kitab

yang diturunkan Allah pada Nabi Muhammd selaku nabi yang

terakhir. Sebagai kitab yang diturunkan pada Nabi terakhir,

maka al-Qur’an membawa pesan-pesan universal yang akan

shalih li kulli zaman wa makan. Sebab al-Qur’an diturunkan

bukan hanya menjadi pedoman bagi orang-orang di zaman

Nabi saw saja, tetapi untuk seluruh umat manusia bahkan

sampai hari kiamat. Supaya problem-problem soaial

keagamaan di era kontermporer mampu dijawab oleh al-

Qur’an, maka upaya kontekstualisasi penafsiran secara terus

menerus adalah sebuah keniscayaan.3

1 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan dan

keserasian al-Qur’an, jilid 6 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 392. 2 M. Dawam Raharjo, Paradigma al-Qur‟an; Metodologi Tafsir

& Kritik Social (Jakarta: PSAP, 2005), 21 3 Abdul Mustaim, Pergeseran Epistimologi Tafsir (Yogyakarta:

pustaka pelajar, 2008) , 76

Page 19: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

3

Selain tentang zaman, perkembangan Islam juga

berkaitan dengan wilayah. Perkembangan Islam ke seluruh

belahan dunia tentunya semakin memperkaya dialektika

penafsiran al-Qur’an. Bukan hanya soal metode, pendekatan,

dan corak saja, tetapi juga meliputi adanya penerjemahan dan

penafsiran.4 Penerjemahan dan penafsiran juga pada akhirnya

berkembang di Indonesia, sejalan dengan penyebaran agama

Islam di berbagai wilayah Indonesia, terutama penggunaan

bahasa yang beragam. Hal ini bisa dilihat dari munculnya

berbagai kitab tafsir karya ulama Indonesia yang memakai

berbagai bahasa yang beragam.

Beberapa kitab tafsir yang lahir dari kalangan ulama

Indonesia antara lain adalah Tarjuman al-Mustafid karya

Abd. Rauf Singkili (1615-1693M) yang ditulis menggunakan

bahasa melayu dengan huruf Arab melayu, kitab tafsir Faid

al-Rahman karya KH. Muhammad Shaleh Ibn Umar as-

Samarani, atau yang lebih dikenal dengan Kiai Shaleh Darat

(1820-1903M) yang ditulis menggunakan bahasa Jawa

dengan huruf Arab melayu, kitab Raudlat al-Irfan Fi Ma’rifah

al-Qur’an karya KH. A. Sanoesi (1888-1959M), Tafsir Al-

Qur’an al-Karim karya Mahmud Yunus (1899-1982M) yang

ditulis menggunakan bahasa Indonesia dengan aksara latin,

dan kitab al-Furqan Tafsir Qur’an (1928M) karya A. Hasan.5

4 Ahmad Baidowi, Aspek Lokalitas Tafsir al-iklil fi maani al-

tanzil, Nun, Vol. I, No. 01, (2015) 34 5 Islah Gusmian, “Tafsir al-Qur‟an di Indonesia: Sejarah dan

Dinamika”, Nun, Vol.1, No. 1, 2015. H.3

Page 20: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

4

Di Jawa, tepatnya Yogyakarta, muncul juga tafsir

berbahasa Jawa pada tahun 1977 oleh Brigjen (Purn) Drs. H.

Bakrie Syahid yang diberi nama Tafsir al-Huda Tafsir Qur‟an

Bahasa Jawi. Menyasar masyarakat lokal, tafsir ini hadir

dengan pendekatan bahasa dan istilah yang dirasa familiar

dengan masyarakat Jawa dan Indonesia. Sebagai upaya untuk

memahami al-Qur’an dan menyampaikan pesan-pesannya

kepada masyarakat, Tafsir al-Huda juga menggunakan unsur-

unsur lokalitas yang diharap mampu memudahkan

masyarakat untuk memahami apa yang disampaikan di

dalamnya. Hal ini diperkuat dengan adanya penyebutan

beberapa istilah seperti “ketahanan Nasional”, “Sumpah

Pemuda”, “Pembangunan Nasional”, “Taman Kanak-kanak”,

dan sebagainya.6

Bahasa dan masyarakat merupakan satu kesatuan

yang tidak mungkin terpisahkan, bahasa membentuk realitas,

atau dapat pula sebaliknya, bahasa merupakan refleksi dari

realitas.7 Karena itu lah muncul tafsir semacam Tafsir Al-

Huda yang mencoba mendekati masyarakatnya dengan

bahasa yang dekat dengan mereka. Sesuai yang dikatakan

oleh Nasr Hamid Abu Zaid bahwa bila teks al-Qur’an

diposisikan sebagai wacana kebahasaan, maka tidak mungkin

6 Studi Metode dan Corak Tafsir al-Huda, Tafsir Qur’an Basa

Jawi h.4 7 Muhsin, Imam, Tafsir Al-Qur‟an dan Budaya Lokal: Studi

Nilai-Nilai budaya Jawa dalam tafsir al-Huda Karya Bakri Syahid,

(Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2010), h.7

Page 21: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

5

terlepas dari budaya dan realitas masyarakat pengguna bahasa

tersebut.8

Di kawasan pesisir utara Jawa Tengah, di Kecamatan

Bangsri, Kabupaten Jepara, muncul karya tafsir berbahasa

Jawa yang bernama “Tafsir al-Mubarak” karya KH. Taufiqul

Hakim. Nama Taufiqul Hakim mencuat ke permukaan berkat

temuannya di bidang “Nahwu” dan “Sharf”, yakni Metode

Amtsilati.

Pada tahun 2009, KH. Taufiqul Hakim menjadi satu

dari tujuh orang di Indonesia yang menerima penghargaan

dari Departemen Agama karena dinilai telah membawa

pengaruh dan telah berjasa pada umat. Beliau bersama KH.

Ahmad Musthofa Bisri (Pengasuh pondok pesantren

Roudhotuthalibin sekaligus cendekiawan muslim dan

budayawan Indonesia), KH. Abdul Ghafir Nawawi (Pimpinan

Pondok Pesantren Salafiyah syafi’iyah Gorontalo), KH.

Abdullah Syukri Zarkasyi (Pimpinan Pondok Pesantren

Modern Gontor), Agus Shohib Khoironi (Penulis buku

Audhahul Manahij), Hj. Sunarsih Wijaya (Tokoh Perempuan

di bidang pendidikan Islam anak usia dini) dan Dr. Petrus

Oktavianus (ketua umum yayasan Pekabaran Injil

Indonesia).9

8 Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas al-Qur‟an Kritik terhadap

Ulumul Qur‟an, terj. Khoiron Nahdliyin, (Yogyakarta, LKIS, 2002), 24 9 Sebagaimana tertera pada berit harian online

Nasional.kompass.com tujuh tokoh agama peroleh penghargaan. Diakses

pada tanggal 10 Maret 2020,

Page 22: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

6

Amtsilati yang secara harfiah berarti “beberapa

contoh dari saya” adalah sebuah sistem cepat baca tulisan

Arab yang tidak ada syakal (harakat)nya.10

Dalam metode

Amtsilati, gramatikal bahasa Arab (nahwu-sharf) yang pada

umumnya dipelajari antara 6-9 tahun bisa diselesaikan dalam

jangka waktu 6 bulan hingga 1 tahun.

Pada pembukaan tafsir yang ditulis, Taufiqul Hakim

menjelaskan posisi tafsir yang ditulis sebagai berikut;

Tafsir ini merupakan pendamping Amtsilati yang target

utamanya adalah kosa kata, pemahaman dan penerjemahan teks-

teks Arab serta sebagai dasar dan jembatan bagi para pemula

untuk mempelajari kitab-kitab yang lebih besar.11

Berdasar pada latar belakang di atas, yang menjadi

menarik dibahas kemudian adalah metode yang digunakan,

serta corak yang terbentuk dalam Al-Mubarak ini. Maka

penulis mencoba melakukan penelitian skripsi dengan judul

Studi Tafsir al-Mubarak karya KH. Taufiqul Hakim.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Sesuai dengan judul yang sudah ditentukan di atas,

maka penulis akan memfokuskan penelitian ini pada metode

yang paling banyak digunakan oleh Tafsir al-Mubarak dalam

https://nasional.kompas.com/read/2009/01/17/18102066/tujuh.tokoh.agama

.peroleh.penghargaan 10

Sebagaimana ditulis oleh Taufiqul Hakim dalam tiap seri buku

Amstilatinya. Taufiqul Hakim, Program Pemula Membaca Kitab Kuning

Amtsilati, (Jepara: Darul Falah, 2003) 11

Taufiqul Hakim, Tafsir Al-Mubarak Metode Praktis

memahami Tafsir Al-Qur’an. (Jepara, Al-Falah Offset, 2004).

Page 23: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

7

Juz 1, Juz 2, Juz 3 Juz 4, dan Juz 30. serta corak dan ciri khas

yang dimiliki oleh Tafsir ini.

Adapun rumusan masalah yang dibahas, sesuai

dengan latar belakang di atas, adalah; Bagaimana Metode,

Corak, dan Ciri Khas Tafsir al-Mubarak karya KH.

Taufiqul Hakim?

C. Tujuan dan manfaat penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui metode, corak, dan karakteristik yang

digunakan oleh Taufiqul Hakim dalam kitab

Tafsir al-Mubarak.

2. Memenuhi persyaratan akademik untuk gelar

sarjana.

Manfaat dari penelitian yang akan dilakukan ini

antara lain:

1. Memperkaya kajian tentang khazanah tafsir di

Indonesia, khususnya Tafsir al-Mubarak

2. Memberikan tambahan informasi untuk bahan

kajian Literatur Tafsir di Indonesia.

D. Tinjauan Pustaka

Literatur yang berkaitan dengan Tafsir al-Mubarak,

KH. Taufiqul Hakim, Amtsilati Corak Tafsir, atau Tafsir

Nusantara telah penulis temukan, antara lain:

Page 24: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

8

1. Skripsi dengan judul; Metode Amstilati dalam

Proses Penerjemahan Studi Analisis Buku

Program Pemula Membaca Kitab Kuning Karya

H. Taufiqul Hakim Jepara, oleh Abdul Rosyid

UIN Syarif Hidayatullah, 2007.

2. Skripsi dengan judul; Implementasi metode

Amtsilati dalam menerjemahkan Alquran, studi

kasus di Yayasan Pesantren Darul Falah Bangsri

Jepara, oleh Lathifah Inten Mahardika, UIN

Sunan Ampel Surabaya.

3. Skripsi dengan judul; Dakwah bil qalam K.H.

Taufiqul Hakim dalam serial buku Syifaul

Ummah. UIN Walisongo Semarang.

4. Skripsi dengan judul; Penerapan Metode

Amtsilati Dalam Pembelajaran Kitab Kuning Di

Pondok Pesantren Bustanul Muta‟allimin Desa

Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang,

oleh Munawaroh, IAIN Salatiga.

5. Skripsi dengan judul Literatur tafsir indonesia

(Analisis Metodologi dan Corak Tafsir Juz

„Amma As-Sirāju „l Wahhāj Karya M. Yunan

Yusuf), oleh Wilda Kamalia. UIN Syarif

Hidayatullah.

6. Skripsi dengan judul; Studi Metode Dan Corak

Tafsir al-Huda, Tafsir Qur’an Basa Jawi Karya

Page 25: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

9

Brigjend (Purn.) Drs. H. Bakri Syahid, oleh Abdul

Rahman Taufiq pada tahun 2017.

7. Buku dengan judul; Sang Pembaharu Pendidikan

Pesantren, oleh Dr. Jamal Ma’mur Asmani, MA.

Dalam buku ini Ma’mur Asmani mengupas

biografi KH. Taufiqul Hakim dan pesantrennya.

Secara khusus ia membahas metode amtsilati

yang ditemukan oleh Taufiqul Hakim dari segi

historis dengan berbekal wawancara langsung

kepada Taufiqul Hakim.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif,

yakni menganalisis satu persatu hal-hal yang menyangkut

pokok permasalahan. Penulis juga menggunakan metode

analisis deskriptif. Yaitu metode yang bertujuan

mendeskripsikan atau menjelaskan suatu hal apa adanya.12

untuk memaparkan gambaran umum tenang Tafsir al-

Mubarak karya KH. Taufiqul Hakim.

2. Metode Pegumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah

studi pustaka, dengan mencari penelitian terdahulu yang

sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.

12

Ali Baroroh. Trik-trik Analisis Statistik SPSS15 (Jakarta: PT

Elex Media Koputindo, 2012), 1

Page 26: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

10

Kemudian data yang terkumpul akan dibagi ke dalam dua

kategori sumber:

a. Sumber Primer

Sumber primer dalam penelitian ini adalah

kitab Tafsir al-Mubarak: Metode Praktis

Memahami Tafsir Al-Qur’an

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder yang dipakai dalam

penelitian ini adalah buku-buku dan karya

tulis ilmiah yang relevan dengan penelitian

ini.

3. Keabsahan Data

Data yang terkumpul akan divalidasi dengan

menggunakan beberapa langkah berikut ini; 1. Data mentah

akan ditranskip dan ditulis ulang, 2. Mengklasifikasi data

yang didapat berdasarkan asumsi dasar rumusan masalah, 3.

Membaca keseluruhan data.

4. Metode Penulisan

Dalam menulis penilitian ini, penulis mengacu

pada pedoman penulisan skripsi yang dikeluarkan

oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Supaya pembahasan dalam penelitian ini teratur dan

untuk memudahkan analisis materi, maka penelitian ini akan

dibagi ke dalam beberapa bab sebagai berikut.

Page 27: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

11

Bab pertama, diawali dengan pendahuluan yang

menguraikan argumen signifikansi studi. Bagian ini terdiri

dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, penelitian terdahulu yang relevan, tujuan dan

manfaat penilitian, metodologi penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab kedua, Metode dan corak Tafsir. Terdiri dari tiga

sub-bab, yakni terkait pengertian tafsir, diskursus tentang

metode, dan corak tafsir.

Bab ketiga, berisi tentang uraian profil pengarang dan

Tafsir al-Mubarak. Pembahasan pengarang akan meliputi

riwayat hidup, latar belakang pendidikan, dan karya-

karyanya. Sementara pembahasan mengenai Tafsir al-

Mubarak akan meliputi pemaparan data filologis kitab, latar

belakang, sistematika penulisan, dan Karakteristik kitab.

Bab keempat, berisi tentang analisis metode dan

corak kitab Tafsir al-Mubarak. Terdiri dari beberapa sub-bab,

yakni tentang peta metode, corak, serta karakteristik yang

dimiliki oleh Tafsir al-Mubarak.

Bab kelima merupakan penutup. Penulis

menyimpulkan isi skripsi secara keseluruhan sebagai

penegasan jawaban atas rumusan masalah yang diajukan. Bab

ini merupakan kesimpulan yang didapat dari kajian yang

dietliti.

Page 28: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

12

BAB II

KAJIAN TEORITIS

METODE DAN CORAK TAFSIR

A. Pengertian tafsir

Tafsir merupakan kata serapan dari kata bahasa Arab,

berasal dari “fassara”, berakar pada huruf fa, sa, dan ra yang

berarti al-kasyf yakni “menyingkapkan”, “menjelaskan” atau

“mengungkapkan”.13

Sebagian ulama berpendapat bahwa

pembentukan kata al-fasr menjadi bentuk taf’il adalah untuk

menunjukkan arti banyak atau sering. Seperti firman Allah يربحىن

-al) (Mereka banyak menyembelih anak lak-laki kamu ) أبىاءمم

Baqarah [2]:49) dan firman-Nya ب Ia sering menutup) وغيقت ٱلبى

pintu-pintu) (Yusuf[12]:23). Jadi seakan-akan “tafsir” terus

mengikuti dan berjalan surat demi surat dan ayat demi ayat.14

Pengertian Tafsir menurut istilah adalah ilmu yang

membahas tentang cara mengungkapkan lafal-lafal al-Qur‟an,

makna yang ditunjukkan, dan hukum-hukumnya15

Dalam merangkum berbagai makna tafsir yang

diungkapkan oleh para ulama, Dr. Abdul Mustaqim kemudian

membagi pengertian tafsir menjadi tiga paradigma berbeda ketika

13

Ahmad W. Munawwir, Almunawwir Kamus Arab-Indonesia

(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), 1055. 14

Al-Qattan, Manna‟ Khalil, Mabahis fi ulum al-qur‟an, terj.

Mudzakir AS. (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2013). 455 15

Ali HAsan al-„Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Ahmad

Akrom (pen) (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), 3

Page 29: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

13

ditanya tentang hakikat makna tafsir.16

Secara singkat

menurutnya paradigma pertama adalah “Paradigma Teknis”,

yakni pengertian bahwa Tafsir adalah ilmu yang mengkaji

tentang teknis dan tata cara pmengucapkan lafadz-lafadz al-

Qur‟an, apa yang ditunjukkan oleh lafadz-lafadz tersebut, hukum-

hukum lafadz tersebut, dan hal lain yang mendukung

kesempurnaan penafsiran. Paradigma kedua adalah “Paradigma

Fungsional”, yakni makna bahwa tafsir adalah ilmu yang

digunakan untuk memahami kitab yang diturunkan kepada nabi

Muhammad saw, menjelaskan maknanya, dan menggali hukum-

hukum serta hikmah yang ada di dalamnya, sehingga al-Qur‟an

itu berfungsi benar sebagai petunjuk bagi manusia. Sedangkan

yang ketiga adalah “Paradigma Akomodatif” yakni makna bahwa

hakikat tafsir adalah ilmu yang mengkaji tentang al-Qr‟an dari

sisi dalalah-nya untuk memahami maksud firman Allah sesuai

dengan kemampuan manusia.

Maka sudah jelas lah pengertian tafsir sesuai yang

dirangkum oleh Abdul Mustaqim bahwa tafsir adalah ilmu yang

digunakan untuk mempelajari teknis dan cara mengucapkan lafal-

lafal al-Qur‟an, apa yang ditunjukkan lafal tersebut, hukum-

hukumnya, serta hal lain yang mendukung penjelasan lafal

tersebut, sehingga al-Qur‟an bisa difahami sesuai dengan kadar

kemampuan manusia, dan berfungsi sebagai petunjuk bagi

manusia sebagaimana mestinya.

16

Mustaqim, Abdul, Pergeseran Epistimologi Tafsir, Pustaka

pelajar, 2008, Yogyakarta. 1-3

Page 30: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

14

B. Metode Tafsir

Dalam bahasa Arab, istilah metode sejajar maknanya

dengan kata manhaj. Manhaj biasa diterjemahkan dengan

“metode” atau “cara”.17

Metode dalam bahasa Indonesia adalah

serapan dari bahasa inggris “method”. Secara istilah metode

berarti cara kerja yang sistematis untuk mencapai sesuatu yang

ditentukan.

1. Sejarah singkat perkembangan tafsir

Telah menjadi sunnatullah bahwa Ia mengutus setiap rasul

dengan menggunakan bahasa kaumnya agar komunikasi antara

mereka dapat berjalan dengan sempurna. Allah berfirman:

سىه إل بيسان قىمهۦ ىيب مه وما أزسيىا مه ز يه ىهم فيضو ٱلل

٤يشاء ويهدي مه يشاء وهى ٱىعصيص ٱىحنيم

“Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan

bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan

terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia

kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia

kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha

Bijaksana.” (Ibrahim [14]:4).

Penafsiran al-Qur‟an pada masa Nabi Muhammad

mengacu sepenuhnya pada penjelasan Nabi Muhammad selaku

penerima wahyu. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa hadis yang

menjadi penjelasan terhadap ayat al-Qur‟an, seperti penjelasan

17

Ahmad W. Munawwir, Almunawwir Kamus Arab-Indonesia

(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997).1468

Page 31: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

15

Nabi tentang dosa yang paling besar terkait QS. Al-Baqarah ayat

22.18

Para sahabat juga memahami bahasa al-Qur‟an karena al-

Qur‟an diturunkan dengan bahasa mereka, sekalipun mereka

tidak memahami detai-detailnya. Ibn khaldun dalam

muqaddimahnya mengatakan bahwa al-Qur‟an diturunkan dalam

bahasa Arab dan uslub balaghahnya. Karena itu semua orang

Arab memahaminya dan mengetahui makna-maknanya baik

kosakata maupun susunan kalimatnya. Namun demikian mereka

berbeda-beda tingkat pemahamannya, sehingga apa yang

dikeahui sebagian mereka tidak diketahui sebagian yang lain.19

Pada periode ini, penafsiran al-Qur‟an berpegang pada;

1). Al-Qur‟an, sebab apa yang dikemukakan secara global

di satu tempat dijelaskan secara rinci di tempat yang lain.

18

أخبسوا عبد اىسشاق ، عه معمس ، عه مىصىز ، عه أبي وائو ، عه عمسو به

ىروىب أعظم أي ا -أو قاىه غيسي -شسحبيو ، عه عبد الله به مسعىد ، قاه : قيت : يا زسىه الله

عىد الله ؟ قاه : " أن تجعو ىه ودا وهى خيقل " ، قاه : ثم أي ؟ قاه : " ثم أن تقتو وىدك خشية أن

يطعم معل " ، قاه : ثم أي ؟ قاه : " ثم أن تصاوي حييية جازك " ، قاه : فأوصه الله تصديق ذىل في

. متابه : واىريه ل يدعىن مع الله إىها آخس الآية

“telah menceritakan kepadaku „Abd ar-Razaq, dari Ma‟mar, dari

Manshur, dari Abu Wa‟il, dari „Amr ibn Shurahbil, dari Abdullah ia

berkata: aku bertanya kepada Nabi Saw., dosa apakah yang paling besar di

sisi Allah? Nabi bersabda, kamu menyekutukan Allah padahal Dial ah yang

menciptakanmu. Aku (Abdullah) berkata, tentu itu sungguh besar,

kemudian apa? Nabi bersabda, jika kau membunuh anakmu karena takut

kelaparan. Aku bertanya lagi, kemudian apa? Nabi bersabda, berzina

dengan istri tetanggamu.” Maka Allah menurunkan ayat untuk

membenarkan itu dalam al-Qur‟an “Dan orang-orang yang tidak meyeru

bersama Allah tuhan yang lain, al-Ayah”

Muhammad ibn Isma‟il al-Bukhari, shahih al-Bukhari (Beirut:

Dar al-Fikr, 1442 H). Kitab “Tafsir al-Qur‟an”, bab “Qauluhu Ta‟ala Fa-la

taj‟alu Lillahi andadan wa antum ta‟lamun (Qs. Al-Baqarah (2): 22)”, j.6.

18 19

Al-Qattan, Manna‟ Khalil, Mabahis fi ulum al-qur‟an, terj.

Mudzakir AS. (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2013).469

Page 32: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

16

Terkadang pula sebuah ayat dating dalam bentuk mutlaq

kemudian disusul dengan ayat lain yang membatasinya.

Penafsiran semacam ni yang kemudian disebut dengan tafsir al-

Qur‟an bil-Qur‟an.

2). Nabi Saw. Di antara kandungan al-Qur‟an terdapat

ayat-ayat yang tidak dapat diketahui penjelasannya kecuali

dengan melalui penjelasan Rasulullah.

3). Pemahaman dan Ijtihad. Apabila para sahabat tidak

mendapatkan tafsiran dalam al-Qur‟an dan tidak pula mendapat

apapun yang berhubungan dengan itu dari Rasulullah, maka

mereka melakukan ijtihad dengan mengerahkan segala

kemampuan nalar. Mengingat mereka adalah orang Arab asli

yang menguasai bahasa Arab, memahaminya dengan baik, dan

mengetahui aspek ke-balghah-an yang ada di dalamnya.

Pada masa ini, tidak ada satu pun tafsir yang dibukukan,

karena pembukuan baru dilaksanakan di abad kedua. Disamping

itu tafsir juga masih merupakan cabang dari hadis dan belum

memiliki bentuk yang teratur. Ia diriwayatkan bertebaran

mengikuti ayat yang diriwayatkan. Di antara para sahabat yang

banyak antara lain adalah; empat khalifah, Ibn Mas‟ud, Ibn

Abbas, Ubai ibn Ka‟ab, Zaid Ibn Tsabit, Abu Musa al-„Asy‟ari,

Abdullah Ibn Zubair, Anas Ibn Malik, Abdullah ibn Umar, Jabir

ibn Abdullah, Abdullah Ibn Amr bin „As dan Aisyah.

Ketika beranjak ke masa tabi‟in, maka para tabi‟in yang

menjadi murid para sahabat yang terkenal dalam bidang tafsir

Page 33: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

17

pun menjadi rujukan penafsiran di masa itu.20

Para tabi‟in terus

melanjutkan usaha penafsiran al-Qur‟an dengan cara

mengumpulkan dan menyatukan catatan-catatan tafsir dari para

sahabat sebelumnya, metode penafsiran pada masa Tabi‟in relatif

sama dengan metode penafsiran pada masa sahabat. Yang sedikit

membedakan adalah munculnya sekterianisme aliran-aliran tafsir.

Secara geografis, aliran tafsir pada masa tabi‟in terbagi

menjadi tiga, yaitu; pertama, aliran Makkah yang dipelopori oleh

Sa‟id bin Jubair, Ikrimah, dan Mujahid bin Jabir yang berguru

kepada Ibnu „Abbas. Kedua, aliran Madinah yang dipelopori oleh

Muhammad bin Ka‟b, Zaid bin Aslam al-Qurazhi dan Abu

„Aliyah yang berguru kepada Ubay bin Ka‟b. dan ketiga, aliran

Iraq, tokoh-tokohnya antara lain adalah „Alqamah bin Qays,

„Amir „asy-Sya‟bi, dan Hasan al-Bashri yang berguru pada

Abdullah bin Mas‟ud. 21

2. Pembagian metode tafsir

Pemetaan bentuk tafsir hingga abad ke-13 terbagi menjadi

tiga kelompok, yakni tafsir bi-l-ma‟tsur, tafsir bi al-ra‟yi, dan

tafsir isyari.22

Kemudian al-Dhahabi mengemukakan pembagian

metode tafsir menjadi 5 dengan tambahan tafsir mawdhu’i dan

20

Al-Qattan, Manna‟ Khalil, Mabahis fi ulum al-qur‟an, terj.

Mudzakir AS. (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2013). 472 21

Mustaqim, Abdul, Pergeseran Epistimologi Tafsir, Pustaka

pelajar, 2008, Yogyakarta..53 22

Ahmad Shubashi, Studi tentang sejarah perkembangan tafsir

alqur‟an al karim, zufran Rahman (pen), (Jakarta: Kalam Mulia, 1999)

Cet.I,.232

Page 34: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

18

tafsir „ilmi. 23

Dalam hal ini Abdul Rahman Taufiq menjelaskan

pemetaan pembagian metode-metode tersebut dalam bentuk tabel

dalam penelitiannya24

sebagai berikut;

No Pengamat

Tafsir Metodologi tafsir

1. Ali al-

Sabuni Ma’tsur Ra’yu Isyārī

2. Manna‟

al-Qaţţān Ma’tsur Ra’yu Isyārī

3. Subhi al-

Sālih Ma’tsur Ra’yu Isyārī

4. Al-

Zarqani Ma’tsur Ra’yu Isyārī

5.

Fahd ibn

Abdul

Rahman

al-Rumi

Ma’tsur Ra’yu

6. Ali al-

Alusi Ma’tsur

Ra’yu terdiri dari;

Lughawi, Falsafi, Sufi, Batini,

Aqdi, Fiqhi

7. Al-

Dahabi Ma’tsur Ra’yu Isyari Mawdhu’i „Ilmi

8. Abdul

Hayy al-

Tahlili,

tediri Muqaran Mawdhu’i Ijmali

23

Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesiah.223 24

Studi metode dan corak tafsir al huda hal.19

Page 35: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

19

Farmawi dari:

Ma’tsur,

Ra’yu,

Sufi,

Fiqhi,

Ilmi

Sementara tokoh tafsir Indonesia, M Quraish Shihab

dalam bukunya Membumikan al-Qur’an, membagi metode tafsir

menjadi dua bagian, yakni metode riwayat (bi al- Ma’tsur ) dan

metode penalaran (bi al- Ra’yi). Metode penalaran kemudian

dibagi lagi menjadi metode tahlili dan maudhu’i , atau analitik

dan tematik.25

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah pemaparan

singkat mengenai metodologi penafsiran yang telah disebutkan di

atas:

a. Tafsir bi al- Ma’tsur/bi-l-riwayah

Tafsir bi al- al- Ma’tsur/bi-l-riwayah adalah tafsir yang

berdadsarkan pada dalil. Manna‟ al-Qaţţān mengartikannya

sebagai “tafsir yang berdasarkan pada kutipan-kutipan yang sahih

yakni menafsirkan al-Quran dengan al-Quran dan sunnah.”26

Penafsiran ayat dengan ayat lain dinilai sebagai cara penafsiran

paling baik karena mempunyai sandaran yang jelas. Penafsiran

dengan metode bi-l-riwayah ini terbagi menjadi dua periode

25

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an,87 26

Al-Qattan, Manna‟ Khalil, Mabahis fi ulum al-qur‟an, terj.

Mudzakir AS. (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2013).482

Page 36: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

20

yaitu; penafsiran al-Qur‟an yang diketahui dari Rasulullah Saw.

dan para Sahabat, dan periode kedua adalah masa pembukuan

riwayat tafsir tersebut yang terjadi sekitar awal abad 100

hijriyah.27

b. Tafsir bi al- Ra’yi/bi-l-dirayah

Sesuai dengan namannya, maka tafsir dengan bentuk

seperti ini menguatkan pendapat akal sang mufassir dalam

sebagian besar penafsirannya. Karena berdasarkan pada pendapat

dan akal sang mufassir, maka tafsir model ini ada yang ditolak

dan ada yang diterima. Hal ini sesuai dengan kadar pengetahuan

sang mufassir, ketergantungan terhadap madzhab, dan

pembatasan ayat al-Qur‟an yang dianggap mutasyabbih.

c. Tafsir bi al-Isyārī

Tafsir bentuk ini menggunakan pendekatan tasawuf dalam

menjelaskan al-Qur‟an, baik dengan pendekatan tasawuf teroitis

maupun praktis. Tasawuf teoritis menjelaskan ayat-ayat yang

menunjukkan sifat hakikat, sedangkan tataran praktisnya

menjelaskan ayat dengan gambaran gaya hidup yang menjauhi

cinta dunia.28

Abdul Hayy al-Farmawi di kemudian hari menawarkan

pemetaan metode tafsir yang lebih komprehensif dalam kitabnya

al-Bidayah fi al-Tafsir al-Mawdhu‟i. menurutnya metode tafsir

27

Ali HAsan al-„Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Ahmad

Akrom (pen) (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994. 45 28

Ali HAsan al-„Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Ahmad

Akrom (pen) (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994. 49

Page 37: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

21

dibagi menjadi 4 metode; tahlili, ijmali, muqaran, dan mawdu’i.

berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai keempat metode

tersebut.

1) Metode Ijmali

Metode ijmali adalah cara menafsirkan al-Qur‟an dengan

mengemukakan makna global (mujmal), tanpa uraian yang

panjang dan lebar, serta berdasarkan urutan bacaan mushaf al-

Qur‟an.29

Pada model ini, sang mufassir membahas ayat demi ayat

secara runtut sesuai dengan susunan mushaf al-Qur‟an, kemudian

mengemukakan makna global yang terkandung dalam ayat

tersebut. Mufassir juga terkadang mengambil kata dari al-Quran

kemudian menambahkan kata penghubung untuk memudahkan

para pembaca dalam memahami makna ayat tersebut.30

Contoh

tafsir yang menggunakan metode ini adalah kitab tafsir Jalalain

karya jaludin mahalli dan suyuthi, dan Tafsir Qur’an Karim karya

Mahmud Yunus.31

2) Metode Tahlili

Metode tahlili menjelaskan ayat-ayat al-Qur‟an secara

rinci sesuai dengan urutan dalam mushaf. Sang mufassir dengan

metode ini akan melakukan pencarian makna sebuah ayat dari

29

Anshori, ulumul quran kaidah-kaidah memahami firman tuhan

(ajakarta rajawali pres) 30

Anshori, Ulumul Qur‟an Kaidah-Kaidah Memahami Firman

Tuhan, Ulinnuha (ed.), Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013. 207 31

Islah gusmian khazanah tafsir, 114

Page 38: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

22

segala aspek kata dan lafaldz, unsur I‟jaz dan balagahah, maksud

istinbath, ayat dari dalil syar‟I, kinayah, dan munasabah ayat

dengan ayat-ayat lain lain yang relevan, serta relevansi antar

surah.32

Salah satu kelemahan metode tafsir ini menurut Quraish

Shihab adalah tidak adanya batasan metodologis yang harus

diperhatikan oleh sang mufassir ketika menjelaskan ayat yang

sedang dibahas. Sehingga perhatian utama pembaca bisa

teralihkan ke tema yang lain.33

3) Metode Muqaran

Metode muqaran atau perbandingan biasanya diartikan

sebagai metode yang membandingkan teks yang ada pada al-

Qur‟an dengan persamaan atau kemiripan redaksi. Bisa juga

diartikan sebagai membandingkan ayat al-Qur‟an dengan hadis

Nabi, atau membandingkan ayat dengan pendapat para Tabi‟in

ahli tafsir. Sedangkan menurut al-Farmawi adalah menjelaskan

ayat-ayat al-Qur‟an berdasarkan apa tulisan-tulisan sejumlah

mufassir.34

Nurdin Zuhdi dalam bukunya Pasaraya Tafsir Indonesia

menjelaskan kelebihan dan manfaat dari metode ini adalah a)

mengetahui orisinalitas suatu penafsiran dengan cara

32

Ali HAsan al-„Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Ahmad

Akrom (pen) (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994. 41. 33

Shihab, M. Quraish Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan, dan

Aturan yang Patut Anda Ketahui dalam Memahami al-Qur‟an,

Tangerang: Lentera Hati, 2013. 379 34

Baidan, Nashruddin Metodologi Penafsiran al-Qur‟an Kajian

Kritis terhadap Ayat-Ayat yang Beredaksi Mirip, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2002.) 59

Page 39: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

23

membandingkan dan mengetahui mana yang asli dan mana yang

kutipan. b) mengungkap bias mufassir. c) dapat memilih mana

yang terbaik di antara beberapa penafsiran. d) mengungkap

sumber perbedaan di kalangan mufassir. e) dapat menjadi sarana

pendekatan di antara berbagai aliran ulama tafsir. f) memberikan

pemahaman yang lebih lengkap mengenai isi ayat-ayat al-

Qur‟an35

4) Metode Mawdu’i

Metode atau yang biasa diartikan sebagai metode tematik

adalah metode menafsirkan al-Qur‟an dengan cara

mengumpulkan ayat-ayat yang dipandang mempunyai tema yang

sama atau berkaitan, dengan memperhatikan kronologi turunnya

ayat dan asbabun nuzulnya. 36

Metode ini menjadi popular di

kalangan mufassir karena fleksibel dan memiliki cakupan

bahasan yang tidak perlu terlalu banyak, bisa desesuaikan dengan

kebutuhan tema yang dibahas.37

C. Corak Tafsir al-Qur’an

1. Pengertian

Kata corak dalam literatur tafsir biasanya disejajarkan

dengan istilah lawn dalam bahasa Arab. Lawn sendiri memiliki

arti warna, macam, atau jenis.38

Corak yang dimaksud adalah

35

Nashrudin baidan, Metode Penafsiran al-Qur‟an, 270 36

Nashrudin baidan, Metode Penafsiran al-Qur‟an, 135 37

M yunan Yusuf Metode penafsiran al-Quran secara tematik

dalam jurna syamil vol2 h6 38

Ahmad W. Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia

h.1299

Page 40: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

24

kekhususan sifat dalam tafsir yang muncul dalam kecenderungan

seorang mufassir dan mempengaruhinya dalam menafsirkan ayat-

ayat al-Qur‟an.39

Ada istilah lain yang digunakan untuk menyebut

lawn tafsir, yakni „nuansa tafsir‟ yang diartikan sebagai „ruang

dominan seagai sudut pandang dari suatu karya tafsir‟ atau „sifat

khusus yang mewarnai sebuah penafsiran al-Qur‟an‟.

2. Pembagian corak tafsir

Islah Gusmian membagi nuansa tafsir menjadi beberapa

macam, yakni; teologis, sufistik, sosial kemasyarakatan, dan

psikologis.40

Sementara Nurdin Zuhdi menambahkan dua jenis

lain yakni nuansa sains dan fikih.41

Di lain tempat, Quraish

Shihab membaginya menjadi; nuansa bahasa/sastra, filsafat dan

teologi, ilmiah/sains, fikih, dan tasawuf.

Perbedaan yang muncul pada corak tafsir ini dikarenakan

berkembangnya usaha penafsiran al-Qur‟an yang juga terus

berkembang mengikuti perkembangan yang ada pada kehidupan

masyarakat.42

Berikut ini penjelasan beberapa corak tafsir yang

diusung oleh Quraish Shihab;

a. Corak Bahasa/Sastra

39

Abdul syukur, mengenal corak tafsir al-Qur‟an el-Furqonia 1

no.1 (agustus 2015) h 3 40

Islah gusmian khazanah tafsir Indonesia h 253 41

M Nurdin Zuhdi Pasaraya Tafsir Indonesia; dari Kontestasi

Metodologi Hingga Kontekstualisasi, Yogyakarta: Kaukaba, 2014.150 42

Quraish shihab, membumikan al-Qur‟an h 72

Page 41: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

25

Tafsir dengan corak ini menjelaskan kandungan al-Qur‟an

dari segi bahasa dan kesuastraan dengan cara melakukan analisa

terhadap asal kata, bentuk lafal, nahwu-sharf, qiraat, syair-syair

bahasa dan perkembangan bahasa Arab.43

Corak ini muncul karena pada perkembangannya, banyak

kalangan non-Arab yang mulai masuk islam, sehingga dirasa

perlu menafsirkan dan menjelaskan al-Qur‟an dari segi bahasa

dan sastra.44

Beberapa karya yang dinilai memiliki corak bahasa

adalah al-Tahrir wa al-Tanwir karya Ibn Asyur, Tafsir al-Quran

Karim (1997) karya Quraish Shihab, dan memahami isi

kandungan al-Qur‟an (2001) karya ahmad Wassil.45

b. Corak Filsafat dan Teologi

Salah satu kitab tafsir yang sering digunakan sebagai

contoh tafsir dengan corak filsafat adalah Tafsir al-Kabir karya

fakhr al-Din al-Razi. Menurut Quraish Shihab hal ini dipengaruhi

oleh maraknya penerjemahan literatur-literatur filsafat dari

barat.46

Kitab tafsir ini menjelaskan ayat-ayat al-Qur‟an dengan

penjelasan yang bersifat filosofis dan bersandar pada akal. Tafsir

43

Anshori ulumul quran kaidah kaidah memahami firman tuhan,

ulinnuha (ed) Jakarta: rajagrafindo persada, 2013) cet 1 h 218 44

Quraish shihab membumikan al-quran h 73 45

Islah Gusmian,” Khazanah Tafsir Indonesia dari hermeneutic

hingga ideology”, Jakarta: Terajin, 2003254 46

Qurais Shihab Membumikan al-Quran hal 72

Page 42: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

26

ini banyak menafsirkan istilah-istilah yang ada dalam al-Qur‟an

dengan penjelasan dari penalaran logis.47

Di sisi lain tafsir yang bercorak teologis lebih cenderung

menjadikan konteks akhlak, ketuhanan dan agama sebagai pusat

penjelasannya. Beberapa contoh karya yang dinilai menggunakan

corak ini adalah Argument Pluralisme Agama (2009) karya Abd.

Moqsith al-Ghazali dan Tafsir Inklusif Makna Islam (2004) karya

Ajat Sudrajat.48

c. Corak Ilmiah (Sains)

Corak ini lahir dari adanya pandangan bahwa al-Qur‟an

telah mengungkapkan pengetahuan-pengetahuan yang baru

ditemukan bahkan sebelum temuan tentang pengeatahuan itu

ditemukan. Maka kemudian tafsir ayat-ayat alQur‟an

dihubungkan dengan berbagai ilmu sains seperti ilmu kedokteran,

fisika, kimia, astronomi dan kosmologi, geografi, bahkan zoologi.

Di sisi lain ada pihak yang menolak sudut pandang „ilmi ini,

karena menurut mereka al-Qur‟an bukan kitab ilmiah, melainkan

anya mengungkapkan penjelasan untuk jadi petunjuk bagi

manusia.49

Karya tafsir di Indonesia yang dinilai memiliki corak

semacam ini adalah Ayat-Ayat Semesta (2008) karya Agus

47

Ali hasan al-Aridl sejarah dan metodologi tafsir h 62 48

Islah gusmian ,” Khazanah Tafsir Indonesia dari hermeneutic

hingga ideology”, Jakarta: Terajin, 2003266 49

Ali HAsan al-„Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Ahmad

Akrom (pen) (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994. 65

Page 43: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

27

Purwanto, dan Metode Ayat-Ayat Sain dan Sosial (2007) karya

Andi Rosadiastra.50

d. Corak Fikih

Dengan lebih memusatkan perhatiannya pada istinbat dari

ayat-ayat al-Qur‟an tafsir dengan corak fikih lebih memusatkan

penjelasannya pada ayat-ayat hukum. Pada perkembangannya

tafsir ini juga menjelaskan hokum dan syariat islam berdasarkan

pada fikih mazhab tertentu. Tafsir semacam al-Jami’ li ahkam al-

Qur’an karya al-Qurtubi, Ahkam al-Qur‟an karya al-Jassas, dan

Tafsir Mafatih al-Ghaib karya al-Razi misalnya memuat begitu

banyak penjelasan hokum yang bermazhab Syafi‟iyah.51

Di Indonesia juga terdapat berbagai karya tafsir yang

memakai corak ini, seperti Tafsir Ayat-Ayat Ahkam (2008) karya

Syibli Syarjaya dan Tafsir Ayat-Ayat Ahkam (2014) karya Abd.

Moqsith al-Ghazali dan Lilik Ummi Kaltsum.52

50

Islah gusmian khazanah tafsir h 272 51

Ali HAsan al-„Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Ahmad

Akrom (pen) (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994. 59. 52

M nurdin Zuhdi Pasaraya Tafsir Indonesia; dari Kontestasi

Metodologi Hingga Kontekstualisasi, Yogyakarta: Kaukaba, 2014.150

Page 44: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

29

BAB III

POFIL MUFASSIR DAN

IDENTIFIKASI TAFSIR AL-MUBARAK

A. Mengenal Sosok KH. Taufiqul Hakim

Di kalangan masyarakat di Jepara khususnya, umumnya

di daerah Jawa Tengah, nama KH. Taufiqul Hakim tentu sudah

tidak asing lagi, ia dilahirkan di Jepara, 14 Juni 1975. KH.

Taufiqul Hakim berasal dari keluarga biasa, kedua orang tuanya

bekerja sebagai petani dan penjual minyak kelentik. Ayahnya

bernama KH. Supar dan Ibunya Hj. Aminah. Taufiqul Hakim

merupakan anak terakhir dari tujuh bersaudara, yaitu H. Selamet,

Sukadi, H. Jayadi, Ngatrinah, Hj. Turinah, H. Rabani, dan KH.

Taufiqul Hakim.53

Episode pendidikan Taufiqul Hakim dimulai dari

keluarganya yang selalu menanamkan nilai-nilai juang dan cinta

ilmu. Kedua orangtuanya selalu mendorong Taufiqul Hakim agar

bisa mengejar ilmu setiinggi-tingginya sebagai modal menggapai

kesuksesan dan keberkahan hidup di dunia dan akhirat.

Sepanjang hidupnya ia habiskan untuk menuntut ilmu agama.

Taufiqul Hakim mengenyam pendidikan TK (taman kanak-

kanak) Lestari di Bangsri, dilanjut di SD (sekolah dasar) 3/7

Bangsri, MTS (madrasah tsanawiyah) Wahid Hasyim Bangsri, di

mana ia juga mulai belajar dan mengasah kemampuannya dalam

53

Jamal Ma’mur Asmani, Sang Pembaharu Pendidikan Pesantren

(Jepara: Pondok Pesantren Darul Falah, 2019), h. 54

Page 45: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

30

membaca Al-Quran kepada Kiai Kholil Bangsri. Kemudian

setelah lulus MTS, ia melanjutkan studi di pesantren.

Keinginannya untuk bisa belajar di pesantren sudah

tertanam sejak kelas 5 SD ketika ada pengajian KH. Masruri

dimana ada pesan yang sangat ia kagumi, dan membekas dalam

hati Taufiqul Hakim, kemudian Taufiqul Hakim mengetahui

bahwa KH. Masruri adalah lulusan dari pesantren di Kajen, maka

semenjak itu Taufiqul Hakim tertarik untuk bisa melanjutkan

belajar di Kajen.54

Taufiqul Hakim melanjutkan sekolah di PIM

(Perguruan Islam Mathali’ul Falah) dan saat di sinilah mimpi

Taufiqul Hakim untuk bisa berkelana menuntut ilmu dengan

ulama besar dimulai.

PIM (Perguruan Islam Mathali’ul Falah) Kajen ini diasuh

oleh para ulama besar, khususnya KH. Abdullah Zain Salam dan

KH. MA. Sahal Mahfudh. Selain dari dua ulama besar ini,

terdapat juga ulama-ulama lain yang berpengaruh seperti, KH.

Ahmad Nafi’ Abdillah, KH. Minan Abdillah, KH. Ma’mun

Muzayyin, KH. Rifai Nashuha, KH. Ma’mun Mukhtar, KH.

Junaidi Muhammadun, KH. Zainudin Dimyathi, KH. Ahmad

Yasir, KH. Ali Fattah Ya’qub, Kiai Nurhadi, KH. Ahmad Mu’adz

Thohir, dan KH. Asnawi Rahmat.

Taufiqul Hakim juga dikenal sosok yang gigih dalam

perjuangannya menuntut ilmu. Di saat mulai timbul keinginan

untuk belajar di pesantren, sejak kelas 5 SD itu juga ia mulai rajin

menabung. Di saat sekolah sedang libur, ia bekerja sebagai

54

Jamal Ma’mur Asmani, Sang Pembaharu Pendidikan Pesantren, .

56

Page 46: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

31

penjahit sandal yang hasilnya digunakan sebagai modal belajar di

pesantren. Kecintaannya menuntut ilmu membutuhkan

pengorbanan, seperti pada saat itu ketika ia selesai membeli kitab

Ihya’, kemudian uangnya hanya tersisa 250 rupiah, sementara

kiriman uang masih dua minggu lagi. Saat menghadapi situasi

seperti ini, Taufiqul Hakim mengatur siasat, dengan cara membeli

roti kelapa yang berisis 6 dengan harga pada saat itu adalah 250

rupiah. Setiap bagiannya dibagi menjadi dua, setengahnya untuk

makan sahur, dan setengahnya untuk makan berbuka. Jika pada

saat malam ia merasa lapar, ia makan daun jambu biji.55

Taufiqul Hakim mulai belajar di PIM di mulai pada

tingkat Diniyah Wustho hingga selesai tingkat Aliyah. Selama ia

di Kajen, Taufiqul Hakim berdomisili di PP. Maslakul Huda yang

diasuh oleh KH. MA. Sahal Mahfudh, seorang ulama pakar fiqh-

ushul fiqh yang pemikiran dan kiprahnya dalam skala nasional.

Tidak cukup dengan pendidikan syariat, Taufiqul Hakim

melanjutkan pengembaraan intelektualnya dengan mendalami

dan menyelami ilmu Thariqoh An-Naqsabandiyah Kholidiyah

dibawah asuhan langsung oleh KH. Salman Ad Dahlawi

Popongan Klaten dalam kurun waktu 100 hari, dimana pada

normalnya dilakukan selama 10 tahun.56

Atas dasar latar belakang pendidikan yang didapat oleh

Taufiqul Hakim, dengan menggabungkan syariat dan tasawuf

pada dirinya, menjadi modal kuat untuk berdakwah di tengah

55

Jamal Ma’mur Asmani, Sang Pembaharu Pendidikan Pesantren, h.

56 56

Jamal Ma’mur Asmani, Sang Pembaharu Pendidikan Pesantren, h.

57

Page 47: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

32

masyarakat yang penuh tantangan dan rintangan yang datang silih

berganti. Karena jika hanya beregang pada syariat (fiqh) maka

seseorang lebih cenderung berpikir jangka pendek, namun jika

dilengkai dengan tasawuf seseorang akan merasa matang dan

mempunyai tingkat kerohanian yang dalam. Sehingga dalam

jiwanya akan dipenuhi dengan dimensi keihlasan, tawakal, dan

sabar dalam membimbing masyarakat.

Hingga sampai ia dapat mendirikan PP. Darul Falah atau

sering dikenal dengan Pondok Amsilati. Dalam mendirikan dan

membesarkan PP. Darul Falah Taufiqul Hakim ditemani oleh

keluarganya, yaitu istri dan anaknya. Ia meniah dengan Hj.

Faizatul Mahsunah Al-Hafidloh, yang kemudian dikaruniai putra

dan putri, yaitu : H. M. Rizqi al Mubarok al-Hafidh, Akmila

Azka Ni’mah Al-Hafidhoh, dan M. Dzikri Ar Rohman. Kecintaan

Taufiqul Hakim pada ilmu pun, diwarisi oleh putra-putrinya,

dimana mereka bisa berhasil menjadi Hafidh dan Hafidah di usia

anak-anak. Dimana anak pertama berhasil menyelesaikan

hafalannya di usia 10 tahun, kemudian anak keduanya di usia 9

tahun, dan anak yang terakhir masih dalam proses menghafal di

usianya yang baru 8 tahun sudah berhasil menghafalkan 10 juz.57

1. Sanad Keilmuan dan Karir

Sanad menurut bahasa mempunyai arti apa yang dijadikan

sandaran. Sedangkan menurut istilah, sanad adalah jalan yang

57

Jamal Ma’mur Asmani, Sang Pembaharu Pendidikan Pesantren, h.

55

Page 48: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

33

dapat menghubungkan matan hadis kepada Nabi Muhammad

saw. 58

Taufiqul Hakim sebagai seorang kiai dan ilmuwan yang

produktif menulis karya mempunyai dua sanad ilmu. Sanad

pertama dari KH. MA. Sahal Mahfudh, Rais Am Syuriah PBNU

(Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) dan Ketua Umum Pusat MUI

(Majlis Ulama Indonesia) yang dikenal sebagai pakar fiqh dan

ushul fiqh. Kemudian, sanad kedua dari KH. Salman Ad

Dahlawi, mursyid Thariqah An-Naqsyabandiyah Khalidiyyah

yang membimbing ruhani Taufiqul Hakim menuju jalan dan

tujuan yang di ridlai Allah.59

Dari dua sanad ini bisa disimpulkan bahwa Taufiqul

Hakim mempunyai otoritas dibidang fiqh, nahwu, dan ushul fiqh

karena KH. Sahal Mahfudh mempunyai latar belakang keilmuan

yang kuat dalam bidang fiqh, nahwu, dan ushul fiqh. Kemudian

dikuatkan lagi keilmuannya dengan pemahaman akhlak dan

tasawuf atas bimbingan dari KH. Salman Ad Dahlawi. Dimana

KH. Salman adalah seorang mursyid Thariqah.

Taufiqul Hakim adalah pengasuh Pondok Pesantren Darul

Falah Amtsilati, dalam perjalanannya Pondok pesantren yang ia

dirikan bermula dari Taman Pendidikan al-Qur’an. Berikut table

perkembangan lembaga pendidikan yang dibangun;

58

Majid Khon, Bustamin, dan Abdul Haris, Ulumul Hadits ( Jakarta:

PSW UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 126 59

Jamal Ma’mur Asmani, Sang Pembaharu Pendidikan Pesantren, 59

Page 49: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

34

2. Karya KH. Taufiqul Hakim

KH. Taufiqul Hakim tidak hanya turun langsung

berdakwah di masyarkat, namun ia juga mempunyai karya dalam

bentuk tulisan yang diwariskan bagi seluruh santri dan umumnya

untuk seluruh umat Islam, jika dijumlahkan karyanya sudah

mencapai kurang lebih 150 yang membahas tentang Syariat,

Tasawuf, Akhlak, Motivasi, dan Metode-metode mudah belajar

Kitab.60

60

Jamal Ma’mur Asmani, Sang Pembaharu Pendidikan Pesantren, h.

83-86

Page 50: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

35

Page 51: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

36

Dari jumlah karyanya, bisa disimpulkan bahwa Taufiqul

Hakim merupakan sosok ulama muda yang sadar pentingnya

literasi, sehingga waktunya dihabiskan untuk menulis karya yang

dijariyahkan untuk para santrinya dan umat Islam. Hal ini sesuai

dengan maqalah : “apa yang ditulis akan abadi dan apa yang

dihafal akan hilang”, ilmu yang ditulis akan kekal abadi, dan

dapat dikaji generasi ke generasi. Sedangkan ilmu yang hanya di

hafal, akan hilang, maksimal sampai orangnya wafat.

B. Mengenal Tafsir al-Mubarak

1. Latar Belakang Penulisan

Dalam kitab Tafsir al-Mubarak , Taufiqul Hakim

menuliskan tujuan dan latarbelakang penyusunan tafsirnya.

Dituliskan dalam Muqaddimahnya bahwa Kitab (tafsir) ini adalah

Page 52: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

37

pendamping Amtsilati yang target utamanya adalah kosa kata,

pemahaman dan penerjemahan teks-teks Arab, dan sebagau dasar

dan jembatan bagi pemula untuk mempelajari kitab-kitab yang

lebih besar.61

Dalam kesehariannya, tafsir ini menjadi salah satu kitab

pegangan para santrinya yang telah mencapai “Fan Tafsir” di

pesantren Darul Falah yang ia asuh.62

Lebih jelasnya, program

pembelajaran yang ada di Darul Falah dibagi menjadi beberapa

tingkatan, bila diurutkan dari awal yakni; Amtsilati, fan

Tasawwuf, Program Bahasa, dan Pasca Amtsilati. Santri yang

telah mencapai Pasca akan mempelajari ilmu secara berjenjang

sesuai dengan fan yang ada di dalamnya yakni fan Thoharoh,

ubudiyah, muamalah, munakahat, jinayat, tafsir, dan dakwah.

Adapun Tafsir al-Mubarak mulai dipelajari oleh santri yang

telah mencapai fan Tafsir.63

Tafsir al-Misbah telah ditulis hingga 30 Juz, namun yang

dicetak secara masal hanya 5 Juz yakni juz 1, juz 2, juz 3, Juz 4,

dan juz 30. Karena penggunaan kitab Tafsir yang masih terbatas

kalangan santri sendiri, maka kitab ini masih dicetak dalam

bentuk fotocopy dan belum dinaikkan percetakan, meskipun

Darul Falah memiliki penerbitan dan percetakan sendiri. Hal ini

dikarenakan kitab ini masih dalam tahap edisi revisi.

2. Data Filologis

61

Taufiqul Hakim, “Tafsir al-Mubarak Metode Praktis

memahami Tafsir Al-Qur’an”. (Jepara: Al-Falah Offset, 2004) Juz 1, i 62

Hasil wawancara dengan ust Misbahul Munir. 63

Hasil wawancara dengan Ust. Misbahul Munir, salah satu

Pengurus Pondok Pesantren Darul Falah

Page 53: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

38

Pada sampul utama di bagian paling atas, terdapat tulisan

“Program Pemula Membaca Kitab Kuning”. Di bawahnya

terdapat tulisan dalam huruf Arab “Tafsir al-Mubarak ” yang

dihiasi dengan batik melingkar, dengan Tulisan nomor Juz di

bagian atas lingkarannya. Di bagian bawah lingkaran tertulis

Metode Praktis Memahami Tafsir al-Qur’an. Diikuti dengan

tulisan H. Taufiqul Hakim di bagian paling bawah.

Penulis mendapatkan kitab ini langsung dari Pesantren

Darul Falah yang berada di Bangsri, Jepara, Jawa Tengah. Pada

halaman pertama, terdapat halaman judul yang layout dan isinya

sama dengan halaman cover utama.

Di halaman selanjutnya terdapat halaman yang berisi

nomor ISBN dan klaim hak cipta yang terdaftar pada H Taufiqul

Hakim dan percetakan Al-Falah Offset, yang merupakan

percetakan milik pesantren Darul Falah.

Isi dari halaman selanjutnya ialah kata pengantar yang

ditulis oleh Taufiqul Hakim yang pada halaman selanjutnya

dilengkapi dengan himbauan dan contoh hadharah. Memang

sudah menjadi ciri khas Taufiqul Hakim ketika mengarang

sebuah kitab, ia selalu mencantukan himbauan tentang adab

membaca dan belajar, serta melengkapinya dengan panduan

pembacaan hadharah. Menurut penulis, hal ini bisa jadi

dilatarbelakangi oleh background keilmuannya yang memang

juga seorang mursyid Thariqhah. Sehingga menganggap

pengiriman doa (dalam hal ini surat al-Fatihah) kepada para guru

merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada keberkahan

ilmu yang didapat.

Page 54: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

39

3. Deskripsi Tafsir al-Mubarak

Penulisan Tafsir al-Mubarak disesuaikan dengan juz

yang ada pada mushaf utsmani. Maka juz 1 pada tafsir ini,

misalnya, akan berisi satu juz yang sama pada mushaf Usmani.

Pada tiap juz atau jilidnya, Tafsir al-Mubarak selalu

dilengkapi dengan halaman “Petunjuk Penggunaan dan Jadwal

I’rab” pada bagian awal. Dalam halaman itu akan diterangkan

secara ringkas tentang contoh isim, fi’il, dan huruf serta

dilengkapi dengan “Kode I’rab” yang nantinya digunakan dalam

tafsir ini.

4. Referensi Penafsiran

Dalam cetakan Tafsir al-Mubarak yang sudah dibukukan

dan dikaji oleh para santri di pesantren Darul Falah tidak

ditemukan halaman referensi atau daftar pustaka. Setelah penulis

mencari tahu lebih jauh, ternyata memang sumber penafsiran

sengaja belum dicantumkan karena sifat kitab ini masih dalam

taraf edisi revisi. Namun demikian, penulis mendapatkan

informasi bahwa salah satu rujukan yang dominan digunakan

adalah tafsir al-Ibriz karya KH. Bisri Mustofa. 64

5. Karakter Tafsir al-Mubarak

a. Bentuk Penyajian

Kitab Tafsir al-Mubarak ditulis dengan urutan mushaf

Usmani yang dimulai dengan al-Fatihah hingga juz terakhir

diakhiri dengan al-Nas. Pada awal surat yang akan dibahas,

64

Hasil wawancara dengan Asyhar, Staff Al-Falah Offset yang

khusus mengerjakan layout Tafsir al-Mubarak.

Page 55: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

40

Taufiqul Hakim memberikan satu halaman muqaddimah yang

berisi tentang penjelasan singkat dari surat yang akan dibahas,

kandungan surat, jenis suratnya, dan latar belakang penamaan

surat.

Pada saat memulai penafsiran surat al-fatihah, misalnya,

dituliskan sebagai berikut di paragraph pertama muqaddimahnya;

“Surat al-Fatihah (pembukaan) yang diturunkan di

Makkah dan terdiri dari 7 ayat adalah surat yang pertama-

pertama diturunkan dengan lengkap…”65

Begitu juga ketika memasuki surat al-Baqarah dan Ali

Imran, keduanya diawali dengan penjelasan yang sama dengan

surat al-fatihah, yakni berisi penjelasan singkat dan kandungan

umum yang terdapat pada surat. Namun hal itu tidak ditemukan

di dalam juz 30. Di tiap awal surat-surat pendek tidak ditemukan

penjelasan mengenai kandungan isi.

Di awal setiap surat, nama surat ditulis di atas, kemudian

disebelah kanan dituliskan jenis surat, dan di sebelah kiri

dituliskan jumlah ayat dari surat yang akan dibahas.

Teks al-Qur’an dituliskan di bagian atas tiap halaman, dan

masing masing halaman hanya berisi satu sampai tiga baris ayat

saja. Di bagian bawahnya kemudian disajikan tabel yang

berisikan potongan tiap kata dari ayat yang telah ditulis di bagian

atas halaman. Tiap kata yang dipenggal dalam tabel kemudian

akan dilengkapi dengan berbagai macam “kode” yang akan

65

Taufiqul Hakim, “Tafsir al-Mubarak Metode Praktis

memahami Tafsir Al-Qur’an”.1 1

Page 56: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

41

menunjukkan kedudukan dan I’rab tiap kata bila ditinjau dari segi

nahw.

Dibagian bawah tabel potongan kata perkata, halaman

dibagi menjadi dua kolom, kolom sebelah kanan berisi terjemah

bahasa Jawa, dan kolom sebelah kiri berisikan terjemah bahasa

Indonesia.

Di bawah kolom yang berisikan terjemah itu, di bagian

paling bawah, terdapat satu lagi kolom yang berisikan catatan

kaki berisi penjelasan singkat, atau asbab nuzu ayat.

Di beberapa tempat, Taufikul Hakim juga memberikan

semacam judul yang dicetak dengan huruf tebal bila menemui

ayat yang bercerita tentang sesuatu. Pada saat membahas surat al-

Baqarah ayat 14266

, misalnya, Taufiqul Hakim menuliskan judul

“Kiblat Dipindah”dengan huruf tebal sebelum menuliskan

terjemah bahasa Jawa.67

Di awal juz 3 juga ditemukan Judul yang dituliskan ketika

membahas ayat pertama.68

Sebelum menuliskan terjemah bahasa

66

ٱنمشزق و من سيقىل ٱنسفهاء من ٱنناس ما ونىهم عن قبهتهم ٱنتي كانىا عهيها قم لل ز ه ٱنم

ستقيم ط م ٢٣١شاء إنى صز

142. Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan

berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya

(Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah:

"Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa

yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus".

67

Tafsir al-Mubarak Juz 2 hal.1 68

ت وءاتي ورفع بعضهم درج ن كهم ٱلل نهم م هنا بعضهم عهى بعض م سم فض نا عيسى ٱبن مزم تهك ٱنز

ما ج ٱن ن بع هم م ما ٱقتتم ٱنذن من بع ه بزوح ٱنقس ونى شاء ٱللن ت وأ كن ٱختهفىا بين ت ون اءتهم ٱنبين

ما ٱقتته ن كفز ونى شاء ٱلل ن ءامن ومنهم م فعم ما ز فمنهم م كن ٱلل ١٤٢ىا ون

253. Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas

sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung

dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan

Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami

Page 57: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

42

Jawa, Taufiqul Hakim menulis “Kaluwihan lan beda-bedane

derajat poro Rasul” atau “kelebihan dan berbedanya derajat para

Rasul”.

Judul judul semacam ini akan banyak ditemukan dalam

penafsiran Taufiqul Hakim dalam Tafsir al-Mubarak .69

Untuk lebih jelas berikut contoh penyajian Tafsir al-

Mubarak yang terdapat pada awal juz 30. 70

perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya

tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul

itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi

mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di

antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka

berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.

69

Sebagaimana ketika dituliskan dalam surat al-baqarah ayat

255 dengan judul “Ayat Kursi”, atau pada ayat 258 surat al-Baqarah dengan

judul “Nangekake wong-wong kang mati” atau “menghidupkan orang-orang

yang mati”. 70

Tafsir al-Mubarak Juz 30 hal 1

Page 58: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

43

Seperti yang terlihat, penafsiran dalam Tafsir al-Mubarak

memang hanya berbentuk catatan kaki singkat. Tidak ditemukan

penafsiran yang terbilang panjang dalam Tafsir al-Mubarak .

Page 59: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

45

BAB IV

ANALISIS METODE, CORAK, DAN KARAKTERISTIK

TAFSIR AL MUBARAK

A. Analisis metode

Dalam kitab al-bidayah fi al tafsir al mawdhui karya al-farmawi

diterangkan pemetaan metode tafsir yang terbagi menjadi empat yakni

tahlili, ijmali, muqaran, dan mawdhu‟i.71

namun dalam prakteknya,

tidak jarang pula dalam sebuah karya tafsir ditemuan metode penafsiran

lebih dari satu.

Metode tafsir ijmali adalah metode penafsiran yang dilakukan

dengan membahas ayat demi ayat secara runtut sesuai urutan mushaf

al-Qur‟an, dan menjelaskan makna global yang dikandung oleh ayat

tersebut. Lebih singkatnya, metode ijmali adalah menafsirkan al-Qur‟an

dengan penjelasan yang singkat dan global. 72

metode ini juga kadang

dilakukan dengan cara mengambil kata dari al-Qur‟an untuk kemudian

ditambahi dengan kata penghubung sehingga memudahkan para

pembaca untuk memahaminya,73

seperti yang kita bisa lihat di tafsir

Jalalain.

Dalam menuliskan Tafsir al-Mubarak nya, sang mufassir

menuliskannya dengan urut sesuai urutan mushaf al-Qur‟an, dari al

fatihah hingga al-nas. Mufassir menyajikannya dengan menuliskan satu

atau dua ayat, kemudian membahas secara detail kata demi kata dari

segi ilmu nahwunya, untuk kemudian pada bagian bawah halaman

71

Islah Gusmian ,” Khazanah Tafsir Indonesia dari hermeneutic

hingga ideology”, Jakarta: Terajin, 2003116 72

Anshori, Ulumul Qur‟an Kaidah-Kaidah Memahami Firman

Tuhan, Ulinnuha (ed.), Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013207 73

Islah Gusmian khazanah tafsir ,114

Page 60: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

46

dijelaskan secara global dan singkat makna dari ayat tersebut. Model

penafsiran yang demikian ini mengidentifikasikan bahwa sang mufassir

menggunakan metode Ijmali dalam penafsirannya.

Fokus sang mufassir pada makna global dari ayat-ayat yang

sedang dibahas memberikan kesan menonjolnya sifat global dalam

Tafsir al-Mubarak . Berikut beberapa contoh penafsiran Tafsir al-

Mubarak :

Ketika menafsirkan kata “dzalim” pada surat al-Baqarah (2)

ayat 165:

ٱلناس ي حخخذ ي دون ا وي ءاي ي وٱل ى لحب ٱلل دادا يتج أ ٱلل

ن جيعا وأ ة لل ن ٱهق

إذ يرون ٱهعذاب أ ا ظو ي يرى ٱل ول ا لل شد حت

أ

شديد ٱهعذاب ١٦٥ٱلل

165. Dan diantara manusia ada orang-orang yang

menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka

mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun

orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.

Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu

mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),

bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah

amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).

Sang mufassir memberikan penafsiran singkat tentang

kata ظو ي ٱل ا dengan catatan sederhana; “yang dimaksud

Page 61: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

47

dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang

menyembah selain Allah”74

Dalam membahas kriteria orang yang tidak ikut terkena

laknat Allah yang tertera dalam surat al-Baqarah ayat 160:

اب ٱلرحيى إل ا ٱلتى وأ حب عوي

ولئك أ

ا فأ ا وبي صوح

ا وأ حاة ي ١٦٠ٱل

“Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan

perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka

itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha

Menerima taubat lagi Maha Penyayang.”

Mufassir memberi catatan tentang makna dari ا صوح وأ

(orang-orang yang melakukan perbaikan) adalah “orang yang

melakukan perbuatan-perbuatan baik dalam rangka

menghilangkan akibat-akibat jelek dari kesalahan yang telah

dilakukan”.75

Di lain kesempatan, ketika menjelaskan tentang arti kata

;pada ayat 4 surat Ali Imran ٱهفرقان

74

Taufiqul Hakim, “Tafsir al-Mubarak Metode Praktis

memahami Tafsir Al-Qur’an”. Jepara: Al-Falah Offset, 2004 Juz 2 hal 22 75

Taufiqul Hakim, “Tafsir al-Mubarak Metode Praktis

memahami Tafsir Al-Qur’an”. Juz 2 hal 17

Page 62: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

48

ب كفروا ي زل ٱهفرقان إن ٱلاس وأ دى هو ى ي قتن ل ايج ٱلل

عزيز ذو ٱخقام عذاب ٤شديد وٱلل

“Sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia,

dan Dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang

yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang

berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan

(siksa).”

Taufiqul Hakim menjelaskan makna ٱهفرقان dengan

catatan singkat bahwa “al-Furqan adalah kitab yang

membedakan antara yang benar dan yang salah.”76

Di kala membahas tentang makna kata “ummi” yang

terdapat pada surat Ali Imran ayat 20,

ٱهمتب ا وح أ ي وقن هل تع ٱت وي ج وجه لل سو

ك فقن أ فإن حاج

مغ و وٱل ا عويك ٱلل ا فإج ه وإن ح خدوا ا فقد ٱ سو

خى فإن أ سو

ن ءأ ٱلل

ةٱهعتاد ٢٠ةصي

“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang

kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku

kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang

76

Taufiqul Hakim, “Tafsir al-Mubarak Metode Praktis

memahami Tafsir Al-Qur’an”. Juz 3 hal 52

Page 63: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

49

mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah

diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah

kamu (mau) masuk Islam". Jika mereka masuk Islam,

sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka

berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-

ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.”

Taufiqul Hakim menuliskan “Ummi artinya adalah orang

yang tidak tahu tulis baca. Menurut sebagian ahli tafsir yang

dimaksud dengan ummi adalah orang musyrik arab yang tidak

tahu tulis baca. Menurut sebagian yang lain adalah orang yang

tidak diberi al-Kitab.”77

Model penafsiran dengan catatan singkat sebagaimana

yang telah disebutkan di atas akan sangat banyak ditemukan

dalam Tafsir al-Mubarak karya Taufiqul Hakim ini. Jika ditinjau

lagi bahwa salah satu cara penafsiran dengan metode ijmali

adalah dengan membahas ayat demi ayat sesuai dengan susunan

mushaf al-Qur‟an, kemudian menjelaskan makna global secara

singkat. Maka bisa dikatakan bahwa metode yang dominan

digunakan dalam Tafsir al-Mubarak adalah metode ijmali.

Menurut hemat penulis, metode ijmali yang dipilih oleh

Taufiqul Hakim dalam tafsirnya dilatarbelakangi oleh tujuan

penulisan Tafsir al-Mubarak . Dalam kata pengantarnya,

disebutkan bahwa penulisan Tafsir al-Mubarak adalah sebagai

media pendamping dalam pembelajaran metode Amtsilati dan

77

Taufiqul Hakim, “Tafsir al-Mubarak Metode Praktis

memahami Tafsir Al-Qur’an”.Juz 3 hal66

Page 64: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

50

penambahan kosa kata bahasa Arab. Maka sangat mungkin bila

metode ijmali dipilih agar para santri bisa lebih memusatkan

perhatiannya pada makna perkata al-Qur‟an tanpa harus

teralihkan oleh penjelasan tafsir ayat yang sedang dibahas dengan

panjang lebar.

B. Analisis Corak Tafsir

Pengertian yang dimaksud dengan corak adalah

sebagaimana yang telah dibahas dalam bab II tentang kajian

teoritis bahwa corak tafsir adalah kekhususan sifat dalam tafsir

yang muncul dalam kecenderungan seorang mufassir dan

mempengaruhinya dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an.

Sementara para pakar membagi corak tafsir ke dalam enam jenis;

corak bahasa, social /kemasyarakatan, tasawuf/sufi, fikih/hukum,

sains/ilmi, dan filsafat/teologi.

Setelah meneliti Tafsir al-Mubarak karya KH. Taufiqul

Hakim ini penulis mengambil kesimpulan bahwa corak bahasa

adalah perhatian utama dalam kitab tafsir ini.

Corak bahasa, sebagaimana yang telah dibahas pada bab

ketiga penelitian ini, adalah menjelaskan kandungan al-Qur‟an

dari segi bahasa dan kesuastraan dengan cara melakukan analisa

terhadap asal kata, bentuk lafal, nahwu-sharf, qiraat, syair-syair

bahasa dan perkembangan bahasa Arab .

Dalam Tafsir al-Mubarak penjelasan kata perkata dari

segi bahasa tidak ditampilkan dengan kalimat panjang lebar,

Page 65: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

51

melainkan melalui kodifikasi yang telah disusun sesuai dengan

tata bahasa Arab. Berikut ini adalah contoh kodifikasi yang

digunakan dalam Tafsir al-Mubarak ;

Kode di atas adalah kode yang digunakan oleh taufiqul

Hakim ketika kata yang dibahas merupakan kata kerja. Kode

semacam itu akan menyertai setiap potongan kata dalam Tafsir

al-Mubarak sesuai dengan kedudukan yang disandangnya,

peletakan kode tersebut akan berada di atas kata yang sedang

dibahas, contoh:

Page 66: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

52

Lain lagi bila dilihat dari penafsiran yang berbentuk

catatan kaki, karena ternyata bila dilihat dari penafsiran yang

berbentuk catatan kaki maka tidak ditemukan corak yang lebih

menonjol dibandingkan corak yang lain. Sebagai gambaran, pada

juz pertama Tafsir al-Mubarak terdapat 92 penafsiran yang

berupa catatan kaki singkat. Sedangkan pada juz 2 terdapat 65

penjelasan singkat yang juga berupa catatan kaki. Di juz ke-3,

terdapat 54 penafsiran yang tertulis dalam bentuk catatan kaki.

Sedangkan di juz 30 terdapat 65 catatan kaki. Bila dijumlahkan

catatan kaki yang ada pada juz-1 hingga juz-3 ditambah dengan

catatan kaki yang ada di juz-30, berjumlah 276 catatan kaki.

Berikut beberapa contoh penafsiran dalam bentuk catatan

kaki dalam Tafsir al-Mubarak ;

1. Corak bahasa

Ketika menafsirakan ayat ke-empat surat al-Fatihah,78

di

dalam Tafsir al-Mubarak dituliskan “malik (yang menguasai)

78

ين لك يوم ٱلد ٤ه Yang menguasai di Hari Pembalasan.

Page 67: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

53

dengan memanjangkan mim, ia berarti pemilik. Dapat juga dibaca

malik (dengan memendekkan mim) artinya Raja.”79

Atau ketika menjelaskan ayat 5 surat al-Fatihah,

٥إياك جعتد وإياك نسخعين

Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada

Engkaulah kami meminta pertolongan.

Mufassir menjelaskan makna جعتد dan نسخعين dari segi

penjelasan bahasa dengan menuliskan sebagai berikut; “Na‟budu

diambil dari kata „ibadaat: kepatuhan dan ketundukan yang

ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai

Tuhan yang disembah.” Kemudian dilanjutkan dengan kalimat

“Nasta‟in (meminta pertolongan diambil dari kata Isti‟anah:

mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu

pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri”

Penafsiran dengan penjelasan dari segi bahasa seperti ini

memang ditemukan dalam Tafsir al-Mubarak , namun jumlahnya

tidak banyak. Sebagai gambaran, dalam juz-1 terhitung hanya

terdapat 10 penafsiran yang menurut penulis bisa dikategorikan

penafsiran dengan corak bahasa. Sedangkan di jilid-2 hanya

terdapat dua penafsiran yang bisa dikategorikan dalam corak

bahasa.

79

Taufiqul Hakim, “Tafsir al-Mubarak Metode Praktis

memahami Tafsir Al-Qur’an”. juz 1 hal2

Page 68: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

54

2. Corak fikih

Corak fikih dalam Tafsir al-Mubarak akan bisa ditemui

dalam beberapa ayat yang membahas tentang syariat yang dibawa

oleh Nabi Muhammad.

Contoh penafsiran yang penulis nilai masuk dalam

kategori corak fikih adalah saat membahas tentang surat al-

Baqarah ayat 173;

ف ن ةۦ هغي ٱلل أ م ولى ٱلنزير ويا يخث وٱلد ا حرم عويلى ٱل إ

غفر رحيى ٱضطر غي ١٧٣ةاغ ول عد فل إثى عوي إن ٱلل

173. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu

bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika

disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa

dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak

menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak

ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang.

Taufiqul Hakim menuliskan bahwa “Haram juga menurut

ayat ini daging yang berasal dari sembelihan yang menyebut

nama Allah teteapi disebut pula nama selain Allah”80

Jumlah penafsiran yang bercorak fikih tidak juga terlalu

banyak jumlahnya. Dalam jilid-1 tafsirnya, hanya terdapat dua

80

Taufiqul Hakim, “Tafsir al-Mubarak Metode Praktis

memahami Tafsir Al-Qur’an”.juz 2 ,28

Page 69: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

55

penafsiran yang menurut penulis bisa masuk kategori corak fikih.

sementara di jilid dua, misalnya, jumlah penafsiran yang bercorak

fikih hanya berkisar di angka 16.

3. Corak Filsafat/Teologi

Karena memang sifat al-Qur‟an yang merupakan kitab

samawi yang diturunkan oleh Tuhan, maka sudah pasti akan ada

penafsiran yang bercorak teologis. Termasuk dalam Tafsir al-

Mubarak .

Corak teologis dalam Tafsir al-Mubarak bisa dilihat

dalam penjelasan yang diketengahkan oleh Taufiqul Hakim pada

saat membahas Wajah Allah dalam surat al-Baqarah ayat 115;

وسع عويى ولل إن ٱلل ٱلل ا فثى وج ه ا ح حغرب فأ شق وٱل ١١٥ٱل

115. Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka

kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha

Mengetahui.

Taufiqul Hakim menulis penjelasan singkat tentang

“Wajah Allah” sebagai berikut; “di situlah wajah Allah;

maksudnya kekuasaan Allah meliputi seluruh alam; sebab itu di

mana saja manusia berada Allah mengetahui perbuatannya,

karena ia selalu berhadapan dengan Allah.”81

81

Taufiqul Hakim, “Tafsir al-Mubarak Metode Praktis

memahami Tafsir Al-Qur’an”.Juz1, 107

Page 70: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

56

Penjelasan dengan corak semacam ini akan ditemukan

dalam Tafsir al-Mubarak dikala menemui ayat-ayat yang

berkenaan dengan dzat atau sifat Allah. Jumlahnya pun tak

banyak. Di jilid satu, misalnya, hanya ditemui di 3 tempat saja.

Sedangakan di jilid dua hanya terdapat satu tempat, yakni saat

menjelaskan “Allah Berbicara”.82

C. Karakteristik Tafsir al-Mubarak

Ciri khusus yang membedakan Tafsir al-Mubarak dari

tafsir yang lain adalah bentuk penyajiannya. Sebagaimana telah

disebutkan dalam bab tiga penelitian ini, yang membuat unik

adalah pemotongan kata per kata yang kemudian diberi kodifikasi

sesuai ilmu nahwu. Berikut adalah gambaran pemotongan dan

kodifikasi yang dilakukan oleh KH. Taufiqul Hakim dalam

Tafsirnya.

Dalam potongan surat al-Naba‟ tersebut, KH. Taufiqul

Hakim memeberikan kode pada lafal عن dengan kode جار هجرور

yang berarti bahwa kata tersebut merupakan susunan dari huruf

82 Taufiqul Hakim, “Tafsir al-Mubarak Metode Praktis

memahami Tafsir Al-Qur’an”.juz 2, 30.

Page 71: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

57

Jar dan isim yang terkena pengaruh Jar atau yang dalam ilmu

nahwu disebut “majrur”. Dengan kode demikian maka santri

yang membacanya tidak lagi menyangka bahwa عن adalah kata

kerja lampau atau “fi’il madhi”. Karena memang bentuk kata

kerja lampau pada bahasa arab banyak yang berbentuk sama

dengan عن, seperti contoh kata ظن yang berarti “berprasangka”.

Dengan kode tersebut Para santri akan langsung memusatkan

ingatannya pada huruf jar عن yang bermakna “dari/tentang” yang

disambung dengan ها istifham merupakan kata Tanya. Sehingga

susunan عن mempunyai makna “tentang apa” sesuai dengan

terjemah yang tertulis di bawahnya.

Kemudian pada kata يتسائلون terdapat kode ف ض ر ن yang

dalam hal ini adalah singkatan dari فعل هضارع هرفوع بثبوت النون

yang kemudian bagi para santri akan bisa dipahami sebagai kode

bahwa kata tersebut adalah “kata kerja yang akan datang” (fi’il

Mudhari) yang dibaca rafa’ dengan tanda diakhiri dengan huruf

nun.

D. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir al-Mubarak

Kelebihan Tafsir al-Mubarak adalah;

a) Menggunakan terjemah bahasa jawa dan Indonesia, sehingga

memudahkan santri dan da‟I di daerah jawa yang dalam

prakteknya masih menggunakan bahasa jawa untuk mengajar

ngaji di pelosok desa yang masyarakatnya masih belum

terbiasa menggunakan bahasa Indonesia.

Page 72: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

58

b) Menggunakan makna “gandul” dengan aksara Arab melayu

yang dilengkapi dengan aksara latin. Bisa membantu para

santri yang masih dalam taraf belajar membaca huruf arab

melayu. Sesuai dengan tujuan penulisan tafsir yang ditujukan

sebagai “jembatan” untuk mempelajari kitab-kitab yang lain

yang mempunyai bobot yang lebih tinggi.

c) Pemenggalan kata-perkata memudahkan seorang santri yang

untuk belajar kosa-kata bahasa Arab.

d) Pemakaian kode dan tanda I‟rab nahwu dalam penulisannya.

Hal ini memudahkan bagi pembaca, khususnya kalangan

santri, untuk mengetahui makna yang terkandung sesuai

dengan kaidah nahwu.

Seperti kaidah peletakan “maf’ul” atau objek sebelum “fi’il”

atau kata kerja, mengindikasikan makna “hanya”.

sebagaimana dalam surat al-fatihah ayat 5;

٥إياك جعتد وإياك نسخعين

Peletakan إياك yang berkedudukan sebagai objek di depan

mendahului kata kerja جعتد lah yang memberikan makna “hanya”.

Sehingga terjemah yang dihasilkan adalah “Hanya Engkaulah

yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta

pertolongan.”

Page 73: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

59

Kekurangan Tafsir al-Mubarak

1. Tafsir al-Mubarak bersifat eksklufis untuk kalangan santri.

Hal ini dikarenakan penggunaan kode pada Tafsir al-

Mubarak hanya bisa dipahami oleh mereka yang telah

belajar ilmu nahwu.

2. Perhatian KH. Taufiqul Hakim selaku mufassir pada kaidah

nahwu-sharf yang besar dalam kitab ini menjadikan unsur

tafsir pada kitab ini terkesan dikalahkan. Sehingga tafsir ini

kurang cocok bila digunakan untuk mencari makna al-Qur‟an

secara mendalam bila berkenaan dengan selain aspek

kebahasaan.

Page 74: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tafsir al-Mubarak karya KH. Taufiqul Hakim menggunakan

metode ijmali dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an.

Alasan di balik pemilihan metode ini bisa dipahami dari

latarbelakang penulisan tafsir yang dikemukakan oleh Taufiqul Hakim

dalam kata pengantarnya. Disebutkan bahwa tujuan ditulisnya tafsir ini

adalah sebagai pendamping bagi pembelajaran metode Amtsilati, sebuah

program cepat membaca kitab kuning dan belajar bahasa Arab, yang juga

merupakan metode hasil temuan Taufiqul Hakim.

Latar belakang yang demikian menjadikan porsi penafsiran dalam

kitab Tafsir al-Mubarak ini terbilang sedikit. Porsi utama dalam tafsir

ini adalah penguraian kata demi kata yang dilakukan oleh Taufiqul

Hakim, sehingga pembaca bisa lebih memperhatikan kosa kata,

penerapan metode Amtsilati, dan penerjemahan teks-teks Arab.

Corak penafsiran penafsiran Tafsir al-Mubarak adalah corak

bahasa. Hal ini bisa dilihat dari cara penyajiannya yang memenggal kata

demi kata sesuai dengan tatanan bahasa Arab (nahw dan sharf) beserta

penggunaan kode dan tanda pada setiap potongan katanya. Kode-kode itu

kemudian merujuk pada kedudukan setiap bagian kata berdasarkan

pembagian ilmu nahwu.

Penggunaan kode khusus pada tafsir ini kemudian menjadi ciri

khusus yang membedakannya dengan tafsir-tafsir lain. Penggunaan corak

bahasa dan penyajian dengan model ini bisa dipahami sebagai akibat dari

Page 75: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

62

latar belakang Taufiqul Hakim yang merupakan tokoh pembaharu di

bidang pendidikan Nahw dan Sharaf.

B. Saran

Berbagai karya tafsir yang muncul pastinya akan mengikuti

perkembangan zaman dan berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman.

Tafsir al-Mubarak , sebagai contoh, hadir dengan ciri khasnya untuk

menyambut mereka yang ingin mempelajari al-Qur’an dari segi tata

bahasa Arab. Maka di kemudian hari diharapkan para peneliti lebih

menaruh perhatian pada karya-karya tafsir yang bermunculan dengan ciri

khasnya, Sehingga akan lebih banyak kajian tentang literatur tafsir

Nusantara.

Page 76: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Mafri, “Literatur Tafsir di Indonesia” Ciputat: Mazhab Ciputat, 2013

Baidan, Nashruddin Metodologi Penafsiran al-Qur‟an Kajian Kritis

terhadap Ayat-Ayat yang Beredaksi Mirip, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2002.

Baidowi, Ahmad, “Aspek Lokalitas Tafsir al-iklil fi maani al-tanzil”, Nun,

Vol. I, No. 01, 2015

Al-Dhahabi, Muhammad Ḥusain `Ilmu al-Tafsīr, Mesir: Dār al-Ma`ārif,

1119.

Anshori, Ulumul Qur‟an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan,

Ulinnuha (ed.), Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013.

Gusmian, Islah,” Khazanah Tafsir Indonesia dari hermeneutic hingga

ideology”, Jakarta: Terajin, 2003

Gusmian , Islah, “Tafsir al-Qur’an di Indonesia: Sejarah dan Dinamika”,

Nun, Vol.1, No. 1, 2015

Taufiqul Hakim, “Program Pemula Membaca Kitab Kuning Amtsilati”,

Jepara: Darul Falah, 2003

. . . . . . . . “Tafsir Al-Mubarak Metode Praktis memahami Tafsir Al-Qur’an”.

Jepara: Al-Falah Offset, 2004

Hasan al-„Aridl, Ali Sejarah dan Metodologi Tafsir, Ahmad Akrom (pen)

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994)

Manna‟ Khalil, Al-Qattan, Mabahis fi ulum al-qur‟an, terj. Mudzakir AS.

(Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2013)

Muhsin, Imam, Tafsir Al-Qur’an dan Budaya Lokal: Studi Nilai-Nilai

budaya Jawa dalam tafsir al-Huda Karya Bakri Syahid, (Jakarta:

Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2010

Page 77: STUDI TAFSIR AL-MUBARAK

Munawwir , Ahmad W., Almunawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997)

Mustaim , Abdul, “Pergeseran Epistimologi Tafsir” , Yogyakarta: pustaka

pelajar, 2008

Raharjo, M. Dawam, Paradigma al-Qur’an; Metodologi Tafsir & Kritik

Sosial , Jakarta: PSAP, 2005

Shihab, M. Quraish, “Tafsir al-Misbah”,Jilid 6, Jakarta: Lentera Hati, 2002

. . . . . . Membumikan al-Qur‟an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1998.

. . . . . . . . Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut Anda

Ketahui dalam Memahami al-Qur‟an, Tangerang: Lentera Hati,

2013.

Shubashi, Ahmad, Studi Tentang Sejarah Perkembangan Tafsir Alqur’an Al

Karim, zufran Rahman (pen), (Jakarta: Kalam Mulia, 1999) Cet.I

Syukur, Abdul “Mengenal Corak Tafsir al-Qur‟an”, dalam El-Furqonia, vol.

1, no. 1, Agustus 2015,

Abu Zaid , Nasr Hamid, “Tekstualitas al-Qur’an Kritik terhadap Ulumul

Qur’an”, terj. Khoiron Nahdliyin, (Yogyakarta, LKIS, 2002

Zuhdi, M. Nurdin Pasaraya Tafsir Indonesia; dari Kontestasi Metodologi

Hingga Kontekstualisasi, Yogyakarta: Kaukaba, 2014.