ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

86
TUMBUHAN SEBAGAI SUMBER GIZI DALAM TAFSIR KEMENTERIAN AGAMA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Disusun Oleh SITI JARONAH: 11150340000132 ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M/1442

Transcript of ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

Page 1: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

TUMBUHAN SEBAGAI SUMBER GIZI DALAM TAFSIR

KEMENTERIAN AGAMA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Disusun Oleh

SITI JARONAH: 11150340000132

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA 2020 M/1442

Page 2: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

ii

Page 3: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

iii

PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul TUMBUHAN SEBAGAI SUMBER GIZI

DALAM TAFSIR KEMENTERIAN AGAMA telah diujikan dalam

Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 02 Juli 2020. Skripsi

ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Jakarta, 1 Oktober 2020

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

D r. Eva Nugraha, M. Ag. dc

F ahrizal Mahdi, Lc., MIRKH NIP. 19710217 199803 1 002 NIP. 19820816 201503 1 004

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

M uslih, M. Ag.

NIP. 19721024 200312 1 002

Pembimbing,

D r. Hasani Ahmad Said, M.A.

NIP. 19820221 200901 1 024

M oh. Anwar Syarifuddin, MA

Page 4: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

iv

Page 5: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

v

ABSTRAK

Siti Jaronah: Tumbuhan Sebagai Sumber Gizi Dalam Tafsir

Kementerian Agama

Skripsi ini membahas tentang beberapa tumbuhan yang berfungsi

sebagai sumber gizi dalam perspektif al-Qur’an, sebagaimana manusia

hidup perlu mengonsumsi makanan yang kaya akan zat gizi untuk

mendapatkan tubuh yang sehat karena dengan tubuh yang sehat kita dapat

memaksimalkan ibadah kepada Allah SWT. penelitian ini bermaksud

mencari tahu bagaimana pandangan tafsir Kementerian Agama tetang

beberapa ayat al-Qur’an yang berbicara tentang bahan pangan yang

tercantum dalam al-Qur’an surat ‘Abasa ayat 27-31 yakni padi-padian,

sayur-sayuran, dan buah-buahan. penelitian ini menggunakan metode

kepustakaan (library research) dengan pendekatan metode tafsir

maudhu’i, selanjutnya penulis menerapkan pendekatan deskriptif analisis

dalam penelitian ini.

Data utama yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Kitab

Tafsir Kementerian Agama RI sebuah karya kolektif yang diakomodir

oleh pemerintah Indonesia. Dari tafsir itu penulis mengambil penjelasan

mengenai beberapa tumbuhan yang berfungsi sebagai sumber gizi dalam

al-Qur’an.

Dalam penelitian ini penulis menemukan bahwa dalam tafsir

Kementerian Agama menjelaskan bahwa beberapa tumbuhan yang

disebutkan di dalam al-Qur’an mengandung zat gizi seperti karbohidrat,

protein, mineral, vitamin dll.Oleh karena itu, tumbuhan tersebut

dianjurkan untuk dikonsumsi untuk kesehatan tubuh manusia.

Kata Kunci: Tumbuhan, gizi, Tafsir Kementerian Agama

Page 6: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

vi

KATA PENGANTAR

حْمٰنِ ِ الرَّ حِيْمِ بسِْمِ اللّٰه الرَّ Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt., yang

berkat segala petunjuk, taufik, cahaya ilmu dan rahmatnya akhirnya

penulis dapat menyelesaikan penelitian ini, shalawat dan salam penulis

panjatkan kepada Nabi besar kita Muhammad Saw, keluarga, sahabat dan

semua penerus ajarannya. Semoga kelak kita diakui sebagai umatnya dan

mendapatkan syafaat darinya. Skripsi berjudul: “Tumbuhan sebagai

Sumber Gizi dalam Tafsir Kementerian Agama” merupakan karya ilmiah

penulis yang diajukan guna memenuhi syarat dalam penyelesaian

pendidikan pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itu penulis akan menerima dengan senang hati segala bentuk koreksi dan

saran-saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Pada dasarnya proses penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari

sumbangsih maupun dukungan berbagai pihak yang turut memberikan

andil, baik secara moril ataupun materil. Oleh karena itu, dengan segala

hormat dan kerendahan hati penulis mengucapkan rasa syukur serta

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kepada Yth. Segenap civitas Akademik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta; Prof. Dr. Amani Burhanudin Lubis, Lc, M.A., selaku Rektor

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Yusuf Rahman, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Eva Nugraha, M.A., selaku ketua jurusan Ilmu Al-Qur’an dan

Tafsir dan Fahrizal Mahdi Lc, MIRKH., selaku Sekretaris Jurusan

Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Page 7: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

vii

4. Dosen Penasihat Akademik, Dr. Mafri Amir, M.A., yang telah banyak

memberi masukan kepada penulis selama studi di kampus UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Dosen pembimbing skripsi, Dr. Hasani Ahmad Said, M.A., yang telah

ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan serta

memberi motivasi kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan.

6. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin khususnya Dosen Jurusan Ilmu

Al-Qur’an dan Tafsir yang dengan sabar dan ikhlas membagi ilmu,

wawasan serta pengalaman kepada penulis selama studi di kampus ini.

7. Segenap Pimpinan dan Stap Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Pasca Sarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, Perpustakaan

Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, yang telah memberikan fasilitas

serta rujukan-rujukan sebagai sumber referensi.

8. Kepada kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda H. Saepulloh dan

Ibunda Hj. Suanah yang tidak pernah henti-hentinya memberikan

dukungan serta do’a-do’a terbaik selama perjalanan pendidikan

penulis. Untuk kakak-kakak tercinta Dewi, Samsul Falah, Iin Sofiah,

Siti Aisyah, Ina Purnasih, dan Huda Prasetya yang selalu memberikan

do’a, motivasi, serta mengingatkan penulis agar senan tiasa menjaga

kesehatan dengan baik selama penyelesaian skripsi ini. Semoga

dengan terselesaikannya skripsi ini dapat menjadi salah satu hal

membanggakan yang bisa penulis berikan.

9. Kepada Abi Bahrudin dan Umi Tuti Rosmaya selaku pimpinan

Pondok Pesantren Daar El-Hikam yang turut serta memberikan ilmu

serta dukungan kepada penulis.

Page 8: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

viii

viii

10. Keluarga besar Pondok Pesantren Daar El-Hikam, khususnya El-

Darhik angkatan 2016 serta teman-teman, adik-adik kamar tiga yang

dengan senang hati selalu menghibur di saat penulis ada pada titik

stres dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Kepada sahabat-sahabat tercinta, Nurlaili Nabilah, Sifa Fauziah, Vera

Dinajani, Isnaeni, Nanda K Hermina, Makrifat, Fariida, Kiki Zakiyah,

Izzah, Ade Ulfah, dan Munawaroh yang tak pernah bosan mendengar

segala keluhan-keluhan penulis serta tak henti-hentinya saling

memberikan motivasi satu sama lain.

12. Adik-adik tersayang, Fira Ratnadila, Ade Julia, Widiya, Azkia, Jihan

Nabila, Neng Maulida, Livia Amalia, Lusi Ulfah, Lutfi Rohmah dan

Siti Khodijah yang selalu perhatian menanyakan bagaimana progres

penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Segenap Rekan KKN 007 GRAMAHITA khususnya Intan Lilis

Sugiarti yang selalu siap menemani penulis menghabiskan waktu di

perustakaan, keluarga besar Desa Rancalabuh yang telah memberikan

banyak pengalaman kepada penulis tentang bagaimana terjun langsung

kepada masyarakat dengan baik.

14. Teman-teman seperjuangan, angkatan 2015 jurusan Ilmu Al-Qur’an

dan Tafsir khususnya kelas C yang selama kurang lebih empat tahun

ini sudah mau menjadi teman diskusi yang sangat baik dengan penulis,

semoga Allah memberikan kelancaran dalam segala urusan dan

semoga Allah SWT memberikan kemudahan atas segala kesulitan.

Terakhir, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat

menambah khazanah kepada siapapun yang membacanya.

Jakarta, 11 Maret 2020

Siti Jaronah

Page 9: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah JakartaNomor: 507 Tahun

2017

Huruf

Arab

Huruf

Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

Ts Te dan es ث

J Je ج

H h dengan garis bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Dz de dan zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy es dan ya ش

S es dengan garis di bawah ص

ḏ de dengan garis di bawah ض

ṯ te dengan garis di bawah ط

ẕ zet dengan garis di bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan ̒ ع

Gh ge dan ha غ

F Ef ف

Q Ki ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

Apostrof ˋ ء

Y Ye ي

Page 10: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

x

2. Vokal

Vokal adalah bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia,

terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau

diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ˊ A Fathah

ˏ I Kasrah

U Ḏammah ۥ

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya ada sebagai

berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

Ai a dan i ايَ

Au a dan u اوَ

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

 a dengan topi di atas با

Î i dengan topi di atas بِيْ

Û u dengan topi di atas بوُْ

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan

dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti

huruf syamsiah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-

rijâl, al-dîwân bukan ad- dâwân.

Page 11: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

xi

5. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab

dilambangkan dengan sebuah tanda tasydîd ) ّ ) dalam alih aksara ini

dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang

diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf

yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang

diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata (الضرورة) tidak

ditulis ad-ḏarûrah melainkan al-ḏarûrah, demikian seterusnya.

6. Ta Marbûṯah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat

pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan

menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga

berlaku jika ta marbûṯah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat

contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata benda

(ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat

contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

Ṯarîqah طريقة 1

al-Jâmi‘ah al-Islâmiyyah الجامعة الإسلامية 2

Wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf tidak dikenal, dalam alih

aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti

ketentuan yang berlaku dalam Ejan Bahasa Indonesia (EBI), antara

lainuntuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat,

nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata

Page 12: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

xii

sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama

diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû

Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-

Kindi.

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan

dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring

(italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis

dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya,

demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang

berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan

meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Mislanya ditulis

Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbani: Nuruddin

al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

Page 13: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

xiii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah................... 5

C. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................. 9

E. Metodologi Penelitian .............................................................. 9

F. Sistematika Pembahasan .......................................................... 10

BAB II GAMBARAN UMUM KITAB TAFSIR

KEMENTERIAN AGAMA

A. Penulisan Kitab Tafsir Kementerian Agama ............................ 13

B. Latar Belakang Penyempurnaan Kitab ..................................... 15

C. Metode dan Corak Penafsiran .................................................. 19

BAB III DESKRIPSI TENTANG GIZI DAN TUMBUHAN

DALAM AL-QUR’AN

A. Definisi Sumber Gizi ................................................................ 21

B. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kekurangan Gizi ............... 23

C. Tumbuhan Dalam Al-Qur’an ................................................... 26

1. Ayat Tentang Tumbuhan Dalam Al-Qur’an ..................... 27

2. Fungsi Tumbuhan Dalam Al-Qur’an ................................ 31

Page 14: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

xiv

3. Anjuran Pemanfaatan Tumbuhan dan Larangan

Pengrusakan Alam Dalam Al-Qur’an ................................ 35

BAB IV TUMBUHAN YANG BERFUNGSI SEBAGAI

SUMBER GIZI

A. Tumbuhan Sebagai Sumber Makanan Bagi Makhluk Hidup ... 41

B. Konsep Gizi Yang Melekat Pada Makanan Yang Baik ........... 45

C. Tumbuhan Sebagai Sumber Gizi dalam Al-Qur’an .................. 50

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 63

B. Saran .......................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 65

Page 15: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kosa Kata Al-Qur’an Terkait Tumbuhan dan

Pepohonan............................................................................ 28

Tabel 4.1 Tumbuhan Sebagai Sumber Makanan Bagi Makhluk

Hidup ................................................................................... 43

Tabel 4.2 Diksi H}ala>lan T}ayyiban.......................................................... 48

Page 16: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
Page 17: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai makhluk hidup manusia tidak bisa terlepas dari

hubungannya dengan alam, salah satunya tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-

tumbuhan menjadi salah satu sumber pokok untuk memenuhi

kebutuhan hidup manusia, yakni kebutuhan sandang, pangan maupun

papan. kesemuanya itu merupakan hasil dari pemanfaatan alam yaitu

tumbuh-tumbuhan.

Sebagai makhluk hidup manusia membutuhkan bahan pangan

untuk kelangsungan hidup, untuk mendapatkan tubuh yang sehat

manusia memerlukan sumber makanan yang mengandung beberapa

zat gizi, seperti: karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air.

bahan pangan atau sumber makanan tersebut berasal dari tumbuhan

dan hewan.1

Pangan adalah bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk

memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan

penggantian jaringan tubuh yang rusak.2 Adapun menurut Zulaika

Matondang:

“Pangan adalah hak asasi manusia. orientasi dalam

mengkonsumsi pangan telah bergeser dari perhatian pada

komoditas menjadi perhatian pada nutrisi atau gizi. Dengan

mengonsumsi beraneka ragam pangan dengan prinsip gizi

seimbang guna membentuk sumber daya manusia yang sehat,

aktif dan produktif.”3

1 Eko budi Minarno dan Liliek Hariani, Gizi dan Kesehatan Perspektif Al-Qur’an

dan Sains (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), 4. 2Laura J dkk, Food, Nutrion and Agriculture, Terj. Suhardjo (Jakarta: UI-Press),

2006), 12. 3Zulaikha Matondang, Ketahanan Pangan dalam Peningkatan Pembangunan

Ekonomi Serta Kaitannya dalam Pandangan Islam (Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Padangsidimpuan), 30.

Page 18: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

2

2

Selain berfungsi sebagai sumber makanan, tumbuhan juga

berfungsi sebagai obat, penghasil oksigen, sebagai bahan bangunan,

dan sebagai bahan energi utama.4

Allah swt menciptakan tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini

tidak lain untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, salah satunya

untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Di dalam ajaran Islam

tujuan dari makan itu sendiri adalah untuk memperkuat tubuh agar

dengan kekuatan tubuh itu seseorang mampu melaksanakan ibadah

kepada Allah swt.5 Selain itu, di dalam Al-Qur’an juga diperintahkan

untuk mengonsumsi makanan-makanan yang baik, sehat dan bergizi,

sebagaimana tercantum di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat

168:

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa

yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-

langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah

musuh yang nyata bagimu”. (Al-Baqarah/2:168)

Ayat di atas menunjukkan bahwa manusia harus memilih

makanan yang halal dan ṭayyib (baik). Dalam Al-Qur’an, makanan

disebut sebanyak 48 kali, dilafalkan dengan ṭa’am. Dalam perspektif

Tafsir Kementerian Agama RI kriteria makanan yang halal adalah

makanan yang diizinkan untuk dikonsumsi menurut aturan hukum

Islam, sebab pada hakikatnya semua makanan adalah halal kecuali

4 Mulyati Rahayu dan Kazuhiro Horada “Peran Tumbuhan dalam Kehidupan

Tradisional Masyarakat, Lokal di Taman Nsional Gunung Halimun Jawa Barat,” Jurnal Berita Biologi, Vol. 7, No. 1, April 2004 dan No. 2 (Agustus 2004): 18.

5 R.H. Su’dan, Al-Qur’an & Panduan Kesehatan Masyarakat (Jakarta: PT Dana

Bhakti Prima Yasa, 1997), 171.

Page 19: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

3

3

yang dilarang, baik oleh Al-Qur’an maupun hadis. Adapun kriteria

baik (ṭayyib) terkait dengan kebutuhan fisik manusia, seperti

kebutuhan energi dan kesehatan.6

Dengan mengonsumsi makanan yang h}ala>lan t}ayyiban maka

manusia akan mencapai kesalehan pribadi dan kesalehan sosial.

Karena selain berfungsi untuk memenuhi kebutuhan jasmani yang

baik, makanan yang h}ala>lan t}ayyiban juga dapat menumbuhan

kecerdasan otak, sebaliknya makanan haram yang dikonsumsi

seseorang selain dapat menimbulkan penyakit bagi tubuhnya ia juga

dapat menghalangi terkabulnya do’a-do’a orang tersebut dari Allah

swt.7

Pada umumnya, setiap bahan pangan mengandung beberapa zat

gizi. Imbangan zat gizi ini sangat berbeda antara pangan yang satu

dengan pangan lainnya. Perbedaan ini antara lain disebabkan oleh

susunan zat gizi pokok dari pangan itu sendiri serta berkurangnya atau

hilangnya zat gizi tertentu oleh pengaruh penanganan selanjutnya.

Untuk mencukupi keperluan gizi seseorang kiranya perlu mengetahui

sumber-sumber zat gizi yang terdapat pada berbagai kelompok

pangan, sehingga ada usaha untuk merencanakan produksi pangan

yang sesuai dengan kebutuhan. Adapun sumber-sumber zat gizi dari

berbagai kelompok pangan adalah sebagai berikut: padi-padian, akar-

akaran, umbi-umbian, buah-buahan berpati, kacang-kacangan, biji-

bijian berminyak, sayur-sayuran, pangan hewani, lemak dan minyak,

madu, gula dan sirup.8

6 Kementerian Agama, Tafsir IlmiMakanan dan Minuman Dalam Perspektif Al-

Qur’an dan Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011), 2. 7Waharjani, Makanan Yang Halal Lagi Baik dan Implikasinya Terhadap Kesalehan

Seseorang (Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015): 202.

8 Eko budi Minarno dan Liliek Hariani, Gizi dan Kesehatan Perspektif Al-Qur’an

dan Sains (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), h. 49-50.

Page 20: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

4

4

Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh keadaan gizi

yang menjadi syarat utama kesehatan. Ketidaktahuan seseorang akan

hubungan makanan dan kesehatan menjadi salah satu faktor

munculnya gizi buruk seperti kurangnya jumlah dan kualitas makanan

yang dikonsumsi, makan berlebihan yang tidak sehat yang kemudian

menimbulkan masalah gizi ganda yang berbahaya bagi kesehatan

tubuh.9 Allah swt telah menyediakan berbagai macam tumbuhan di

muka bumi ini untuk dikonsumsi manusia sebagai makanan bergizi

yang berguna bagi kesehatan. Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan

akan tumbuh-tumbuhan yang mengandung sumber gizi yang telah

Allah sebutkan di dalam al-Qur’an.

Di era modern ini banyak sekali orang-orang yang menafsirkan

ayat-ayat al-Qur’an yang kemudian dikaitkan dengan ilmu

pengetahuan, hal ini tidak lain bertujuan untuk menunjukkan mukjizat

al-Qur’an sebagai sumber segala ilmu, salah satunya ialah ilmu

pengetahuan atau sains.10

Alasan penulis mengambil tafsir Kementerian Agama dalam

penelitian ini karena Kementrian Agama telah melahirkan beberapa

karya dalam ranah penafsiran yaitu Al-Qur’an dan Tafsirnya, Tafsir al-

Qur’an Tematik dan Tafsir Ilmi dengan menggunakan pendekatan

ilmiah. Salah satu tema dari tafsir ilmi tersebut adalah “Tumbuhan

Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains” di dalamnya dijelaskan hal-

hal yang berkaitan dengan tumbuhan salah satunya ialah fungsi-fungsi

tumbuhan secara umum, sejauh pencarian yang penulis lakukan belum

ada pembahasan secara mendalam mengenai fungsi tumbuhan sebagai

9 Silvera Oktavia, dkk, “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Buruk

Pada Balita Di Kota Semarang Tahun 2017.” Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 No. 3 (Juli 2017): 186.

10 Eva Iryani, “Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan”. Jurnal Ilmiah, Universitas

Batnghari Jambi Vol. 17 No. 3 (Tahun 2007): 73-74.

Page 21: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

5

5

sumber gizi dalam kitab tafsir tersebut. Oleh karena itu, penulis merasa

perlu melakukan penelitian ini guna memperoleh sebuah pemahaman

baru yang lebih komprehensif terhadap tema ini. Dari segala

pemaparan latar belakang di atas maka penelitian skripsi ini penulis

beri judul “Tumbuhan Sebagai Sumber Gizi dalam Tafsir

Kementerian Agama”.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah ialah suatu tahap permulaan dari

penguasaan masalah di mana suatu objek tertentu dalam situasi

tertentu dapat dikenali sebagai suatu masalah11

, sebagaimana yang

kita ketahui di dalam Al-Qur’an tumbuh-tumbuhan mendapatkan

perhatian yang sangat besar, apabila dikaji lebih dalam kita akan

mengetahui banyakan pembahasan mengenai tumbuh-tumbuhan

dalam Al-Qur’an dengan pembahasannya yang tentunya sangat

komprehensif seperti: anjuran pemanfaatan tumbuhan dalam al-

Qur’an, fungsi tumbuhan bagi makhluk hidup, fungsi tumbuhan

sebagai sumber gizi, tumbuhan sebagai mukjizat ilmiah dan

tumbuh-tumbuhan sebagai obat dalam al-Qur’an.

2. Batasan Masalah

Dari penjelasan latar belakang di atas, banyak persoalan yang

terkait dengan penelitian ini. Dan cara agar pembahasan ini terarah

dengan baik maka penulis akan membatasi permasalahan ini

dengan memfokuskan penafsiran ayat yang berkaitan dengan

11

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), 18.

Page 22: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

6

6

pembahasan bahwa tumbuhan merupakan Sumber Gizi dalam

Tafsir Kementerian Agama

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut maka rumusan

masalahnya adalah:

Bagaimana penjelasan Tafsir Kementerian Agama terkait

manfaat tumbuhan sebagai sumber gizi?

C. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari terjadinya kesamaan dalam pembahasan

dengan penelitian yang lain, penulis menelusuri kajian-kajian yang

pernah dilakukan atau yang memiliki kesamaan. Hal ini dilakukan

untuk menunjukkan dan membuktikan orisinalitas sebuah karya yang

tujuannya untuk menghindari pengulangan penelitian atau plagiasi

karya orang lain.

Lebih lanjut, pembahasan tentang hal ini bukanlah hal yang

baru, sudah banyak yang melakukan penelitian tentang ini diantaranya:

1. Tatik Maisaroh dalam skripsinya yang berjudul “Akhlak Terhadap

Lingkungan Hidup Dalam Al-Qur’an,12

ia membahas tentang

akhlak terhadap lingkungan (alam), berkenaan dengan prilaku

manusia menurut M. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah.

Dengan mendeskripsikan bagaimana prilaku manusia terhadap

lingkungan salah satunya alam yg sesuai dengan tuntunan Allah

dalam al-Qur’an.

2. Skripsi oleh Muhammad Ali Fuadi jurusan Tafsir Hadis

Universitas Walisongo Semarang yang berjudul “Ayat-ayat

12

Tatik Maisaroh, “Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup Dalam Al-Qur’an (Studi Tafsir Al-Misbah)” (Skripsi SI., Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017)

Page 23: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

7

7

Pertanian Dalam Al-Qur’an,13

dengan mengungkapkan penafsiran

Thanthawi Jauhari terkait ayat-ayat tentang pertanian serta

menjelaskan kontekstualisasi penafsiran Thanthawi Jauhari tentang

ayat-ayat pertanian yang digambarkan dalam al-Qur’an dalam

sistem pertanian di Indonesia.

3. Skripsi karya Afriadi Fauzan yang berjudul “Tumbuh-tumbuhan

dan Buah-buahan Dalam Al-Qur’an”,14

ia menegaskan bahwa

tumbuh-tumbuhan dan buah-buah merupakan ayat Kauniyah

Allah. Dan memaparkan bahwasanya dalam al-Qur’an terdapat

ayat-ayat yang menyebutkan nama tumbuh-tumbuhan dan buah-

buahan secara eksplisit.

4. Khairuddin dalam skripsinya yang berjudul “Morfologi Dan

Anatomi Buah Dalam Al-Qur’an”,15

ia mengungkapkan aspek

struktur luar maupun dalam yang terdapat pada buah dalam al-

Qur’an. Dan ia menjelaskan bahwa dalam al-Qur’an disebutkan

bahwa buah-buahan meliliki ragam bentuk baik struktur luar

maupun dalam tergantung pada jenis buahnya.

5. Jurnal karya Muhammad Julkarnain dengan judul “Tumbuhan

Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Sains”,16

ia menjelaskan solusi

pertentangan seputar relasi al-Qur’an dan perkembangan ilmu

pengetahuan yang dinamis dalam Epistemologi Tafsir Ilmi

Kemenag: Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains.

6. Jurnal karya Abdul Mustaqim yang berjudul “Etika

Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati Dalam Perspektif Al-

13

Muhammad Ali Fuadi, “Ayat-ayat Pertanian Dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Terhadap Penafsiran Thanthawi Jauhari)” (Skripsi SI., Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2016)

14 Afriadi Fauzan, “Tumbuh-tumbuhan dan Buah-buahan Dalam Al-Qur’an”

(Skripsi SI., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015) 15

Khairuddin, “Morfologi dan Anatomi Buah Dalam Al-Qur’an” (Skripsi SI., Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2015)

16 Muhammad Julkarnain, “Efistemologi Tafsir Ilmi Kemenag: Tumbuhan Dalam

Perspektif Al-Qur’an dan Sains”. Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 10, No. 1 (Januari 2014)

Page 24: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

8

8

Qur’an”,17

dia mengungkapkan bagaimana perspektif al-Qur’an

dalam melihat pemanfaatan keanekaragaman hayati.

7. Jurnal karya Ahmad Fikri yang berjudul “Penggunaan Unsur

Tumbuh-Tumbuhan Dalam Gaya Bahasa Al-Tasybih di Dlam

Al-Qur’an Al-Karim”,18

dia menjelaskan tentang unsur

tumbuhan dalam Al-Qur’an dalam gaya bahasa tasybih dengan

Al- ‘I’jaz al-Lughawiy yang terdapat dalam bahasa al-Qur’an.

8. Skripsi karya Hajar Nur Setyowati yang berjudul “Hadis

Tentang Keutamaan Bercocok Tanam”,19

dia membahas kajian

Ma’ani Al-Hadis pada hadis keutaam bercocok tanam.

9. Skripsi karya Aam Syamsiah yang berjudul “Sains Sebagai

Jalan Mengenal Allah (Makrifat)”,20

ia menjelaskan tentang

bagaimana sains menjembatani untuk bisa mengenal Allah

(makrifat).

10. Jurnal karya Moh. Anwar Syarifuddin yang berjudul

“Penafsiran Tematik Saintifik Al-Qur’an Di Indonesia (kajian

atas karya-karya penafsiran bertema penjelasan saintifik ayat-

ayat Al-Qur’an)”,21

di dalam penlitian ini ditelaah tentang

kemunculan karya-karya penafsiran tematik saintifik di

Indonesia, dengan penelitian ini diharapkan akan menemukan

17

Abdul Mustaqim, “Etika Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati Dalam Perspektif Al-Qur’an”. Jurnal Hermeneutik, Vol. 9, No. 2 (Desember 2015)

18 Ahmad Fikri, “Penggunaan Unsur Tumbuh-tumbuhan Dalam Gaya Bahasa Al-

Tasybih di Dalam Al-Qur’an Al-Karim”. Jurnal ‘Ulum Islamiyyah, Vol. 16 (Desember 2015)

19 Hajar Nur Setyowat, “Hadis Tentang Keutamaan Bercocok Tanam (Studi Ma’ani

Al-Hadis)” (Skripsi SI., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009) 20

Aam Syamsiah, “Sains Sebagai Jalan Mengenal Allah (Makrifat)” (Skripsi SI Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, 2017)

21Moh. Anwar Syarifuddin, Penafsiran Tematik Al-Qur’an Di Indonesia (Kajian

atas Karya-karya Penafsiran Bertema Penjelasan Saintifik Ayat-ayat Al-Qur’an), (Jurnal: Pusat Penelitian Dan Penerbitan (PUSLITPEN) LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015)

Page 25: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

9

9

bukti adanya pengaruh dari latar belakang budaya dan

pendidikan dari munculnya minat yang cukup tinggi terhadap

aktivitas pengkajian ayat-ayat kauniyah di dalam Al-Qur’an.

D. Tujuan dan Manfaat

Begitu banyak ayat-ayat yang membahas tentang tumbuh-

tumbuhan, namun masih banyak yang belum terkuak, maka dari itu

tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui penafsiran pada ayat-ayat tumbuhan yang berfungsi

sebagai sumber gizi dalam Tafsir Kementerian Agama

2. Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana (S1) pada

jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya, dengan penelitian ini penulis berharap akan

mendatangkan manfaat ilmiah diantaranya:

1. Memberikan pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan yang

berfungsi sebagai sumber gizi dalam Tafsir Kementerian Agama

2. Memperkaya Khazanah dalam ilmiah di bidang tafsir Al-Qur’an

3. Memberikan sumbangan pemikiran khususnya pada jurusan Ilmu

Al-Qur’an dan Tafsir

E. Metodelogi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif-

analitis agar lebih sistematis dalam teknik pengumpulan data yang

bersumber dari kitab tafsir Kementrian Agama dan kitab lain yang

berkaitan dengan kajian penulis.

1. Jenis Penelitian

Page 26: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

10

10

Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library reseach) atau

penelitian yang bersifat kualitatif karena teknik pengkajiannya

berdasar dari sumber yang tertulis. Adapun objek utama dalam

penelitian ini adalah penafsiran Kementrian Agama terhadap ayat-

ayat tumbuhan yang berfungsi sebagai sumber gizi .

Sementara itu, dalam pembahasannya penelitian ini

menggunakan metode tafsir maud}u>’i (tematik), adapun yang

dimaksud dalam metode tafsir mauḍū’i adalah menghimpun

seluruh atau sebagian ayat-ayat yang berkenan dengan topik

pembahasan tertentu untuk mencari benang merah dalam suatu

permasalahan.22

Penulis mencoba melihat ayat al-Qur’an tentang

tumbuhan dengan pendekatan tematik dengan tujuan akan

mendapatkan jawaban secara komprehensif terhadap fungsi

tumbuhan sebagai sumber gizi dalam al-Qur’an.

2. Sumber Data

Data pustaka terbagi dua yaitu data primer dan data sekunder,

penelitian ini menjadikan kiitab-kitab Tafsir Kementerian Agama

sebagai sumber primer. Yang kemudian didukung kitab-kitab tafsir

lain sebagai data sekunder. Beberapa kitab tafsir yang dianggap

representative antara lain: Tafsir al-Misbah karya M. Quraish

Shihab dan Tafsir al-Azhar karya Prof. Hamka. Selain itu untuk

mengolah dan mempertajam analisis, penulis juga menggunakan

data-data yang berupa buku, artikel, jurnal ilmiah dan lain

sebagainya yang mendukung penelitian ini.

22

Hujair A. H. Sanaky, “Metode Tafsir.” Jurnal Al-Mawarid UII Edisi XVIII (2008): 279.

Page 27: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

11

11

F. Sistematika Penulisan

Teknin penulisan skripsi ini mengacu pada pedoman penulisan

karya ilmiah dalam “Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan

Disertasi No. 507 Tahun 2017” yang disusun oleh Tim Penyusun dan

diterbitkan pada tahun 2017.

G. Sistematika Pembahasan

Penyusunan skripsi ini terdiri dari lima bab, yang terdiri atas

sub bab. Adapun sistematika penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

Bab pertama, berupa pendahuluan yang berisi latar belakang

masalah, dari tema yang dibahas, rumusan dan batasan masalah yang

iangkat, serta metodelogi penelitian yang akan penulis terapkan. Selain

itu, di bab ini juga dipaparkan tinjauan pustaka dan sistematika

pembahasan.

Bab kedua, berupa tinjauan umum tentang gambaran kitab

tafsir Kementerian Agama, di dalamnya tercantum latar belakang

penulisan kitab Tafsir Kementrian Agama, metode penafsiran dan

corak penafsiran.

Bab ketiga, berupa deskripsi tentang tumbuhan dan gizi secara

umum, di dalamnya juga dipaparkan tentang definisi gizi, faktor-faktor

yang menyebabkan kekurangan gizi, anjuran pemanfaatan tumbuhan

serta larangan perusakan alam.

Bab keempat, menjelaskan tentang tumbuh-tumbuhan yang

berfungsi sebagai makanan bagi semua makhluk hidup, konsep gizi

yang melekat pada makanan yang baik, kemudian tumbuh-tumbuhan

yang berfunsi sebagai sumber gizi yang disebutkan di dalam al-Qur’an

juga dilengkapi dengan penafsiran Kementrian Agama.

Page 28: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

12

12

Bab kelima, berupa penutup, yang meliputi; kesimpulan, yang

berisi jawaban atas pertanyaan yang telah disebutkan dalam

perumusan masalah, dan saran, berupa saran-saran seputar isi serta

esensi terhadap hasil penelitian yang ditulis. Disampaikan juga hal-hal

apa saja yang harus ditindak lanjuti sebagai hasil penelitian yang telah

dilakukan.

Page 29: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

13

BAB II

GAMBARAN UMUM KITAB TAFSIR KEMENTERIAN AGAMA

A. Penulisan Kitab Tafsir Kementerian Agama

Kitab Al-Quran dan Tafsirnya disusun sejak tahun 1972 sebagai

proyek lanjutan dari penyusunan Al-Qur’an dan Terjemahnya yang

mana memiliki gagasan sebagai komitmen Depag RI untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat muslim di Indonesia akan kitab suci.23

Selanjutnya, Departemen Agama (dalam prosesnya berganti

nama menjadi Kementerian Agama) menyusun tafsir kolektif yang

berdasar pada tafsir tematik, kemudian pada tahun 2009 Lajnah

Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat

Kementerian Agama RI juga menyusun tafsir ilmi atau kajian terhadap

ayat-ayat kauniyah.

Menurut Howard M Federspiel, dalam kajian al-Qur’an di

Indonesia:

“Al-Qur’an dan Tafsirnya ini secara riil disusun sebagai

bagian dari program rezim Orde Baru dengan tujuan jangka

panjang bagi bangsa Indonesia dalam pembangunan spiritual

untuk mengimbangi pembangunan fisik.”24

Mukti Ali yang menjadi Menteri Agama RI pada saat itu

mengemukakan pandangan para aktivis muslim yang menyetujui

kerjasama antara pemerintah orde baru dengan umat Islam dalam

pembangunan nasional. Ulama sangat penting berada di barisan depan

23

Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah Al-Qur’an dalam Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Amzah, 2015), 35.

24Howard M. Federspiel, Kajian Al-Qur’an di Indonesia: Dari Mahmud Yunus

Hingga Quraish Shihab (Bandung: Mizan, 1996), 47.

Page 30: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

14

dalam gerakan moral untuk mempromosikan nilai-nilai yang positif

tentang pembangunan nasional.25

Ide penulisan Tafsir Depatemen Agama ini dilandasi oleh

komitmen Depag untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonseia di

bidang kitab suci dengan harapan dapat membantu umat Islam untuk

lebih memahami kandungan kitab suci al-Qur’an secara mendalam.

Al-Qur’an yang dalam bahasa aslinya ialah berbahasa Arab,

tidak mudah untuk dimengerti oleh semua umat Islam di Indonesia.

Oleh karena itu hadirnya tafsir al-Qur’an dan terjemah al-Qur’an

dirasa sangat penting bagi masyarakat Indonesia untuk dapat mencapai

pemahaman terhadap isi kandungan al-Qur’an itu sendiri. Atas dasar

itulah, sejak semula Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang

besar terhadap terjemah al-Quran dan tafsir al-Qur’an.26

Dengan rampungnya Al-Qur’an dan Terjemahnya dan Al-Qur’an

dan Tafsirnya, menurut Howard M. Fiderspiel:

“Sejumlah target telah terpenuhi. Pertama, pembutan

tafsir-tafsir tersebut menjadi bagian dari rencana pembangunan

pemerintah, Kedua, dengan dilibatkannya para cendekiawan dari

berbagai IAIN dalam penerjemahan dan penafsirannya,

memperlihatkan kedewasaan dan kemampuannya sebagai para

ahli tafsir. Ketiga, satu kelompok bangsa Indonesia dari luar

pemerintah yang disebut “Muslim Nasional”,telah menginginkan

agar pandangan idelogi mereka akan bisa dijelaskan melalui

pembuatan tafsir-tafsir tersebut.”27

Kitab Al-Qur’an al-karÎm wa Tafsiruhu pada awal

percetakannya tidak langsung secara lengkap 30 juz, melainkan

bertahap. Pertama kali dicetak pada tahun 1975 yakni jilid 1 yang

25

Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia (Ciputat: Mazhab Ciputat, 2013), 212. 26

Ahmad Parwoto, “Disorientasi Seksual dalam Tafsir Indonesia (Studi Tafsir Departemen Agama)” (Skripsi SI., Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017), 64.

27Howard M. Federspiel, Kajian Al-Qur’an di Indonesia: dari Mahmud Yunus

Hingga Quraish Shihab, 49-50.

Page 31: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

15

15

memuat juz 1 sampai dengan juz 3, dan bertahap setiap tahun

percetakan setiap jilidnya, sehingga percetakan secara lengkap 30 juz

baru selesai pada tahun 1980. Hanya saja, pada saat itu proses

percetakan masih dalam format dan kualitas sederhana.28

Untuk menghadirkan al-Qur’an dan Tafsirnya, Menteri Agama

pada tahun 1972 membentuk tim penyusunan yang disebut Dewan

Penyelenggara Penafsir al-Qur’an yang diketuai oleh Prof. R.H.A

Soenarjo, S.H. dengan KMA No. 90 Tahun 1972, kemudian

disempurnakan dengan KMA No.8 Tahun 1973 dengan ketua tim Prof.

H. Bustami A. Gani dan selanjutnya disempurnakan lagi dengan KMA

No. 30 Tahun 1980 dengan ketua tim Prof. K.H Ibrahim Hosen, LML.

Adapun susunan tim tafsir tersebut sebagai berikut: Prof. K.H. Ibrahim

Hosen, LML. (Ketua merangkap anggota), K.H. Syukri Ghazali

(Wakil Ketua merangkap anggota), R.H. Hoesein Thoib (Sekretaris

merangkap anggota), Prof. H. Bustami A. Gani (Anggota), Prof. Dr.

K.H. Muchtar Yahya (Anggota) ,

Drs. Kamal Muchtar (Anggota), Prof.

K.H. Anwar Musaddad (Anggota),

K.H. Sapari (Anggota), Prof.

K.H.M. Salim Fachri (Anggota), K.H. Muchtar Lutfi El Anshari

(Anggota), Dr. J.S. Badudu (Anggota), H.M. Amin Nashir (Anggota),

H.A. Aziz Darmawijaya (Anggota), K.H.M. Nur Asjik, M.A.

(Anggota) dan K.H.A Razak (Anggota)29

B. Latar Belakang Penyempurnaan Kitab (Edisi yang

disempurnakan)

Penyempurnaan kitab ini dilakukan melalui Tim kerja yang

dibentuk melalui Surat Keputusan Menteri Agama RI (KMA) No. 280

28

Sudirman SN, “Al-Qur’an Al-Karim Wa Tafsiruhu (Edisi Yang Disempurnakan) Karya Departemen Agama (Suatu Kajian Metodologi)” (Tesis S2 Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar, 2016), 60.

29Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang disempurnakan), jilid II, h. xxi.

Page 32: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

16

16

tahun 2003, Tim kerja melalui KMA ini, diberikan kewenangan untuk

memperbaiki serta menyempurnakan secara menyeluruh terhadap

Kitab Al-Qur’anAl-Kari>m wa Tafsi>ruhu karya Departemen Agama RI

yang telah ditulis oleh tim sebelumnya.30

Perkembangan bahasa, dinamika masyarakat, serta ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mengalami kemajuan lebih

pesat daripada 30 tahun yang lalu dimana tafsir al-Qur’an pertama kali

diterbitkan, maka penyempurnaan terhadap tafsir al-Qur’an secara

menyeluruh ini dirasa perlu dilakukan. Kemudian untuk memperoleh

masukan dari para ulama dan para pakar tentang tafsir al-Qur’an

Departemen Agama, maka dilakukanlah musyawarah Kerja Ulama al-

Quran yang berlangsung tanggal 28 s.d. 30 april 2003 di Wisma

Departemen Agama Tugu Bogor.31

Sebagai tindak lanjut Muker Ulama al-Qur’an tersebut Menteri

Agama telah membuat tim dengan Keputusan Menteri Agama RI

Nomor 280 tahun 2003, dan kemudian ada penyertaaan dari LIPI yang

susunannya sebagai berikut: Prof. Dr. H.M. Atho Mudzhar (

Pengarah), Drs. H. Fadhal AR. Bafadal, M.Sc. (Pengarah), Dr. H.

Ahsin Sakho Muhammad, M.A. (Ketua merangkap anggota), Prof.

K.H. Ali Mustafa Yakub, M.A. (Wakil Ketua merangkap anggota),

Drs. H. Muhammad Shohib, M.A. (Sekretaris merangkap anggota),

Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M.A. (Anggota), Prof. Dr. H.

Salman Harun (Anggota), Dr. Hj. Faizah Ali Sibromalisi (Anggota),

Dr. H. Muslih Abdul Karim (Anggota), Dr. H. Ali Audah (Anggota),

Dr. H. Muhammad Hisyam (Anggota), Prof. Dr. Hj. Huzaimah T.

Yanggo, M.A. (Anggota), Prof. Dr. H.M. Salim Umar, M.A.

(Anggota) , Prof. Dr. H. Hamdani Anwar, M.A. (Anggota), Drs. H.

30

Sudirman SN, Al-Qur’an Al-Karim Wa Tafsiruhu (Edisi Yang Disempurnakan) Karya Departemen Agama (Suatu Kajian Metodologi), 60.

31Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang disempurnakan), (Jakarta: Depag

RI, 2004), jilid II, h. xviii.

Page 33: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

17

17

Sibli Sardjaja, LML. (Anggota), Drs. H. Mazmur Sya’roni (Anggota),

dan Drs. H. M. Syatbi AH (Anggota). Adapun bagian dari staf

sekretarisnya yaitu: Drs. H. Rosehan Anwar, APU, Abdul Aziz Sidqi,

M.Ag, Joni Syatri, S.Ag dan Muhammad Musadad, S.Th.I32

Tim tersebut didukung oleh Menteri Agama selaku Pembina,

K.H. Sahal Mahfudz, Prof. K.H. Ali Yafie, Prof. Drs. H. Asmuni Abd.

Rahman, Prof. Drs. H. Kamal Muchtar, dan K.H. Syafi’i Hadzmi

(Alm) selaku penasehat, serta Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab dan Prof.

Dr. H. Said Agil Husin Al-Munawwar, M.A. selaku konsultan

Ahli/Narasumber. Ditargetkan setiap tahun tim ini dapat

menyelesaikan 6 juz, sehingga diharapkan akan selesai seluruhnya

pada tahun 2007.

Adapun aspek-aspek yang disempurnakan pada Tafsir

Departemen Agama ialah:33

1. Aspek bahasa, karena dirasa sudah tidak sesuai dengan

perkembangan bahasa Indonesia pada zaman sekarang.

2. Aspek substansi, berkenaan dengan makna dan kandungan ayat,

3. Aspek muna>sabah34 dan asba>b Al-nuzu>l.35

4. Aspek penyempurnaan hadis, melengkapi hadis dengan sanad dan

rawi.

5. Aspek transliterasi, mengacu pada Pedoman Transliterasi-Arab-

Latin berdasarkan SKB dua Menteri tahun 1987.

6. Dilengkapi dengan kajian ayat-ayat kauniyah.

32

Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang disempurnakan), xiii. 33

Khoirun Ni’mah, “Analisis Semantik Kata Majnun Dalam Tafsir Departemen Agama RI” (Skripsi SI., Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2016), 31-32.

34 Munasabah adalah kemiripan-kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu

dalam al-Qur’an baik surat maupun ayat-ayatnya yang menghubungkan uraian satu dengan yang lainnya. Lihat Rachmat Syafi’I, Pengentar Ilmu Tafsir (Bandung, Pustaka Setia, 2012), 37.

35Asbabun nuzul adalah suatu keterangan mengenai suatu ayat atau rangkaian ayat

yang berisi sebab-sebab turunnya ayat al-Qur’an atau menjelaskan hukum suatu kasus pada kejadian saat ayat tersebut diturunkan, lihat Muhammad Chirzin, Mengerti Asbabun Nuzul (Jakarta: Zaman, 2015), 17.

Page 34: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

18

18

7. Teks ayat al-Qur’an menggunakan rasm ‘us|ma>ni,36diambil dari

Mushaf al-Qur’an Standar yang ditulis ulang.

8. Terjemah al-Qur’an menggunakan al-Qur’an dan Terjemahnya

Departemen Agama yang disempurnakan.

9. Dilengkapi dengan kosa kata, untuk menjelaskan makna lafal

tertentu pada ayat yang ditafsirkan.

10. Pada setiap bagian akhir setiap jilid diberi indeks.

11. Diupayakan membedakan karakteristik penulisan teks Arab, antara

kelompok ayat yang ditafsirkan, ayat-ayat pendukung, dan

penulisan teks hadis.

Sebagai wujud pelaksanaan rekomendasi Musyawarah Kerja

Ulama Al-Qur’an tangga 8 s/d 16 Desember 2006 di Ciloto, maka

direkomendasikanlah penulisan tafsir tematik.37

Tafsir Tematik salah

satu model penafsiran dengan upaya untuk memahami dan

menjelaskan kandungan ayat al-Qur’an dengan cara menghimpun

ayat-ayat dari berbagai surah yang berkaitan dengan satu topik,

kemudian dianalisa kandungan ayat-ayat tersebut dengan diperkaya

keterangan hadis-hadis yang relevan dengan tema tertentu hingga

menjadi satu kesatuan konsep yang utuh.38

Pada tahun 2011 diterbitkan lima buku dengan tema-tema yang

ditetapkan dalam penyusunan tafsir tematik yang mengacu pada

berbagai dinamika dan perkembangan yang terjadi di masyarakat,

tema-tema tersebut ialah: 1) Al-Qur’an dan Kebhinekaan, 2) Tanggung

36

Rasm Usmani adalah cara penulisan kalimat-kalimat al-Qur’an yang disetujui sahabat Usman bin Affan (35 H/655 M), Lihat Zainal Arifin, Kajian Ilmu Rasm Usmani dalam Mushaf Al-Qur’an Standar Usmani Indonesia ( vol. 6, No 1, 2013), 36.

37Kementerian Agama RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik: Pembangunan Generasi

Muda (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an, 2012), xiv. 38

Didi Junaidi, “Mengenal Lebih Dekat Metode Tafsir Maudlu’i”. Diya al-Afkar, Vol. 4 No. 01 (Juni 2016): 23.

Page 35: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

19

19

Jawab Sosial, 3) Komunikasi dan Informasi, 4) Pembanguan Generasi

Muda, dan 5) Al-Qur’an dan Kenegaraan.39

Selanjutnya, Kementerian Agama RI melalui Bidang Litbang

dan Diklat yang dilaksanakan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf al-

Qur’an bekerja sama dengan LIPI menggagas Tafsir Ilmi yang

bercorak saintifik dengan metode tematik tepatnya pada tahun 2009.

Karya tafsir ini merupakan karya pertama pemerintah Indonesia di

bidang tafsir yang bercorak saintifik (al-Launi al-‘ilmi).40

Tim penyusun tafsir ini ialah para pakar yang dibagi menjadi dua

kategori dengan latar belakang keilmuan yang berbeda. Pertama,

mereka yang menguasai persoalan kebahsaan al-Qur’an dan hal-hal

terkait penafsiran seperti, asba>b al-Nuzu>l, muna>sabat al-aya>t, riwayat-

riwayat dalam penafsiran dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Kedua,

mereka yang menguasai persoalan-persoalan saintifik seperti fisika,

kimia, biologi, astronomi, dll. Keduanya bersinegri dalam bentuk

ijtihad kolektif untuk menjelaskan ayat-ayat kauniyyah dalam al-

Qur’an.41

Tafsir ilmi hasil dari kerjasama antara Kementerian Agama dan

Lembaga Ilmu Pengetahuan ini telah berhasil diterbitkan pada tahun

2011 dengan terdiri dari tiga tema, yaitu: 1) Air dalam Perspektif Al-

Qur’an dan Sains, 2) Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur’an dan

Sains, 3) Kiamat dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains.42

39

Kementerian Agama RI, Pembangunan Generasi Muda (Tafsir Al-Qur’an Tematik), xiv.

40Faizin, “Integrasi Agama Dan Sains Dalam Tafsir Ilmi Kementrian Agama”.

Jurnal Ushuluddin, Vol. 25 No. 1 (Januari-Juni 2017): 24. 41

Annas Rolli Muchlisin dan Khairun Nisa, Geliat Tafsir ‘Ilmi di Indonesia dari Tafsir Al-Nur hingga Tafsir Salman,” Journal of Islamic Studies and Humanities, Vol. 2, No. 2 (Desember 2017), 257.

42Kementerian Agama, Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur’an (Tafsir Ilmi),xiv.

Page 36: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

20

20

C. Metode dan Corak Penafsiran

Metode yang digunakan pada tafsir Depag yaitu metode tah}li>li

yang terhitung sedang. Artinya tidak terlalu ensiklopedis. Adapun

pendekatannya menggunakan gabungan antara al-ma’tsu>r43 dan al-

ra’yi44 meskipun al-ma’tsu>rnya lebih dominan.45

Kitab Al-Qur’an Al-

Kari>m wa Tafsi>ruhu dalam penyempurnaannya, kementerian Agama

membentuk tim pakar LIPI yang khusus untuk mengkaji ayat-ayat

kauniyah atas kajian ayat dari perspektif Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi. Maka dengan detailnya penjelasan pada ayat-ayat tersebut

dan teori-teori Ilmu Pengetahuan/Sains yang mendominasi penafsiran

di dalamnya, maka dapat disimpulkan bahwa tafsir karya Departemen

Agama bercorak ‘ilmi. Selain bercorak ‘ilmi, tafsir Depag juga bisa

dikatakan ssebagai kitab tafsir dengan corak h}ida’i, karena meskipun

menggunakan berbagai pendekatan dalam penafsirannya baik ayat

yang berbicara tentang akidah, hukum, kisah-kisah, dan lainnya,

namun pada akhirnya tetap diarahkan pada sisi h}ida’i-nya yakni agar

manusia dapat mengambil pelajaran.46

43Tafsir bi al-ma’tsu>r adalah penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dengan menggunakan

riwayat-riwayat yang ada dalam al-Qur’an, Sunnah, perkataan sahabat, bahkan para tabi’in, lihat Junair Suratman, “Pendekatan Penafsiran Al-Qur’an Yang Didasarkan Instrumen Riwayat, Nalar, dan IsyaratBatin.” Jurnal Intizar, Vol. 20, No. 1 (2014): 46.

44Tafsir bi al-Ra’yi adalah tafsir di mana mufassir berpedoman pada pemahaman

pribadi dan kesimpulan yang murni berdasarkan rasio untuk menjelaskan makna, di mana pemahaman tersebut tidak sesuai dengan ruh syariat dan bersandar pada nash-nash syariat, lihat Syaikh Manna’ Al-Qatthan, Dasar-dasar Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Ummul Qura’, 2016), 536.

45 Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah Al-Qur’an dalam Tafsir Al-Misbah,

36. 46

Sudirman SN, Al-Qur’an Al-Karim Wa Tafsiruhu (Edisi Yang Disempurnakan) Karya Departemen Agama (Suatu Kajian Metodologi), h. 168.

Page 37: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

21

BAB III

DESKRIPSI TENTANG GIZI DAN TUMBUHAN DALAM AL-

QUR’AN

A. Definisi Sumber Gizi

Secara etimologi kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang

berarti zat makanan, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah

nutrion yang berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering diartikan

sebagai ilmu gizi. Secara terminologi Gizi adalah suatu proses

organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal

melalui proses digesti, absorpasi, transpotasi, penyimpanan,

metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari

organ-organ, serta menghasilkan energi. Kata gizi merupakan kata

yang relatif baru dikenal sekitar tahun 1857.47

Dalam perkembangannya ilmu gizi sebenarnya sudah dimulai

sejak masa manusia purba pada abad pertengahan sampai munculnya

ilmu pengetahuan pada abad 19 dan abad 20. Pada masa purba ilmu

gizi dikaitkan dengan penggambaran manusia sebagai pemburu

makanan. Fungsi utama makanan pada masa tersebut hanya sebagai

upaya mempertahankan hidup.48

Antonie Lavoiser seorang ahli kimia dari Prancis atau yang biasa

disebut Bapak Ilmu Gizi telah berhasil meletakkan dasar Ilmu Gizi

berupa fungsi kimia dan biokimia dalam tubuh manusia. Ilmu gizi

lahir diawali dengan penemuan tentang hal yang berkaitan dengan

penggunaan energi makanan yang meliputi proses pernapasan,

oksidasi dan kalorimetri.49

47

Susilowati dan Kuspriyanto, Gizi Dalam Daur Kehidupan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2016), 1.

48Ayu Bulan Febry, dkk, Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan (Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2013),1. 49

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Gizi Dan Kesehatan Masyarakat, (Jakarta: Rajawali Pres, 2010), 3-4.

Page 38: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

22

Selanjutnya, para ahli juga telah menemukan susunan kimia

yang berguna bagi kesehatan tubuh atau yang biasa disebut sebagai zat

gizi. Berbagai penelitian tentang berbagai kebutuhan zat gizi telah

dilakukan, juga penelitian tentang akibat kekurangan maupun

kelebihan zat gizi terhadap kesehatan. Agar tubuh dapat

mempertahankan kelangsungan hidupnya, tubuh melakukan

pemeliharaan dengan mengganti jaringan yang rusak, melakukan

kegiatan, dan pertumbuhan sampai mencapai usia dewasa. Untuk

menjalankan ketiga fungsi tersebut tubuh memerlukan sejumlah zat

gizi setiap hari melalui makanan. Jika jumlah zat gizi tersebut tidak

terpenuhi atau kelebihan, maka kesehatan yang optimal tidak akan bisa

dicapai.50

Dalam ilmu gizi dikenal lima macam zat gizi, yaitu

karbohidrat,51

lemak,52

protein,53

mineral,54

dan vitamin.55

Dalam

pengelompokannya zat gizi dibagi berdasarkan fungsi dan jumlah

yang dibutuhkan.

50

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Gizi Dan Kesehatan Masyarakat,4. 51

Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi, selain lemak dan protein. Karbohidrat menyumbangkan energi sebesar 4 kalori/gram dan merupakan senyawa organic yang terdiri dari carbon, hydrogen dan oksigen yang disimpan dalam otot hati, lihat Ayu Bulan Febry, dkk, Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan, 5.

52Lemak adalah senyawa organik yang terdiri dari atom karbon, hydrogen, dan

oksigen.Lemak bersifat larut dalam pelarut lemak.Lemak berfungsi sebagai pembangun jaringan dan juga sumber energy, lihat Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Gizi Dan Kesehatan Masyarakat, 42.

53Protein adalah komponen dasar sel dan dibutuhkan untuk pertumbuhan,

penggantian dan perbaikan sel Protein juga merupakan komponen utama dalam semua sel hidup, protein yang berarti pertama atau utama merupakan makro molekul yang paling melimpah dalam sel hidup. Lihat Eva Ellya Sibagariang, Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi, 31.

54Mineral adalah salah satu zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Mineral memegang

peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan, lihat Ella Salamah, dkk, “Kandungan Mineral Remis (Corbicula Javanica) Akibat Proses Pengolahan,” Jurnal Aktuatika, Vol III No. 1 (Maret 2012): 75.

55Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh

yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh, kekurangan vitamin dapat menyebabkan besarnya peluang terkena penyakit, lihat Ruri Hartika Zain, “Representasi Pengetahuan (Knowledge) Berbasis Rule (Rule-Based) Dalam Menganalisa Kekurangan Vitamin Pada Tubuh Manusia,” Jurnal Media Processor Vol. 8, No. 2 (Juni 2013), 53.

Page 39: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

23

23

Berdasarkan fungsinya, zat gizi digolongkan ke dalam

“Triguna Makanan”, yaitu sebagai berikut:56

a. Sumber zat tenaga, zat gizi yang termasuk ke dalam sumber zat

tenaga adalah padi-padian, umbi-umbian, serta tepung-

tepungan, seperti beras, jagung, gandum, ubi-ubian, kentang,

dll.

b. Sumber zat pengatur, yaitu sayuran dan buah-buahan. Zat

pengatur mengandung berbagai vitamin dan mineral yang

berperan untuk melancarkan berkerjanya fungsi organ tubuh.

c. Sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan

hewani, dan hasil olahannya. Makanan sumber zat pembangun

yang berasal dari nabati adalah kacang-kacangan, tempe, dan

tahu. Zat pembangun berperan sangat penting untuk

pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.

B. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kekurangan Gizi

Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh keadaan gizi

yang menjadi syarat utama kesehatan. Adapun faktor yang

menyebabkan gizi buruk dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,

yaitu penyebab langsung dan penyebab tak langsung. Penyebab

langsung gizi buruk adalah kurangnya jumlah dan kualitas makanan

yang dikonsumsi serta menderita penyakit infeksi, sedangkan

penyabab tidak langsung gizi buruk adalah kurangnya ketersediaan

pangan rumah tangga, kemiskinan, pola asuh yang kurang memadai

dan pendidikan yang rendah.57

56

Susilowati dan Kuspriyanto, Gizi Dalam Daur Kehidupan, 6. 57

Silvera Oktavia, dkk, “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi

Buruk Pada Balita Di Kota Semarang Tahun 2017,” Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.

5 No 3 (Juli 2017): 186.

Page 40: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

24

24

Berikut beberapa faktor tidak langsung yang mendorong

terjadinya gangguan gizi terutama pada balita:

1. Ketidaktahuan Akan Hubungan Makanan dan Kesehatan

Pola makan yang sehat memerlukan keberanekaragaman.

Sehingga ada makanan yang berguna untuk energi dan semangat

serta ada makanan yang berguna untuk pertumbuhan. Makanan

yang berguna untuk energi dan semangat seperti makanan-

makanan yang kaya akan zat tepung, gula dan lemak. Adapun

makanan yang berguna untuk pertumbuhan seperti makanan-

makanan yang kaya akan protein dan mineral. Selain itu, ada juga

makanan yang berguna sebagai daya tahan tubuh seperti makanan-

makanan yang kaya akan berbagai macam vitamin yang berasal

dari buah-buahan dan sayur-sayuran.58

Kebiasaan pola makan yang kurang sehat bukan hanya

terjadi pada keluarga yang kurang mampu, tetapi juga pada

keluarga yang berpenghasilan baik. Orang yang daya belinya

cukup dan tinggi dapat membeli semua jenis makanan, sehingga

kebiasaan makannya sering berlebihan dan tidak sehat. Akibatnya,

kelompok ini mudah terserang penyakit degenerative seperti darah

tinggi,59

kanker,60

kencing manis,61

kegemukan, dan sebagainya.62

58

Muhammad Kamil’ Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur’an(Jakarta:

Akbar Media Eka Sarana, 2003), 235-236. 59

Darah tinggi atau hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran

dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat, lihat Pusat Data dan

Informasi Kementrian Kesehatan RI, Hipertensi, (Jakarta, 2014), 1. 60

Kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan

tubuh yang berubah menjadi sel kanker, lihat Pusat Data dan Informasi Kementrian

Kesehatan RI, Situasi Penyakit Kanker, (Jakarta, 2015), 1. 61

Kencing manis atau diabetes adalah penyakit gangguan metabolic menahun akibat

pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin

yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur kesesimbangan

kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah,

lihat Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, Situasi dan Analisis Diabetes,

(Jakarta, 2014), 1.

Page 41: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

25

25

2. Masalah Gizi ganda

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang

sedang mengalami masalah gizi ganda. Masalah gizi ganda yang

sedang dihadapi Indonesia adalah terjadinya masalah gizi kurang

yang belum terselesaikan dan bersamaan pula muncul masalah gizi

lebih. Berat badan lebih (overweight) dan obesitas merupakan

kondisi seseorang dimana ketidakseimbangan antara jumlah energi

yang dikonsumsi dengan yang dibutuhkan oleh tubuh. Kegemukan

dan obesitas adalah masalah yang banyak terjadi pada usia dewasa,

namun tidak menutup kemungkinan masalah tersebut juga terjadi

pada anak-anak usia sekolah.63

Faktor penyebab obesitas pada remaja bersifat multifaktorial.

Peningkatan konsumsi makanan cepat saji (fast food), rendahnya

aktivitas fisik, faktor genetik, faktor psikologis, status sosial

ekonomi, program diet, usia, dan jenis kelamin merupakan faktor-

faktor yang berkontribusi pada perubahan keseimbangan energi

dan berujung pada kejadian obesitas.64

Kebiasaan mengkonsumsi

makanan yang melebihi kecukupan gizinya menimbulkan masalah

gizi lebih yang lebih utamanya terjadi di kalangan masyarakat

perkotaan.

3. Makan Berlebihan, Tidak Sehat

Selain tergantung pada uang, meningkatkan dan memelihara

keadaan gizi yang baik juga memerlukan pengetahuan. Oleh

karena itu, masalah gizi tidak hanya rawan terjadi pada masyarakat

62

Eko Budi Minarno dan Liliek Hariani, Gizi Dan Kesehatan Perspektif A-Qur’an dan Sains (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), 211.

63Nadya Dayinta N Ermano dan Bambang Wirjatmadi, Hubungan Aktivitas Fisik

Dan Asupan Gizi Dengan Status Gizi Lebih Pada Anak Usia Sekolah Dasar di Sdn Ketabang 1 Kota Surabaya Tahun 2017 (Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, 2018) h. 98.

64Weni Kurdanti, dkk, “aktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Obesitas Pada

Remaja,’ Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 11, No. 4 (April 2015), 180.

Page 42: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

26

26

yang daya belinya rendah tetapi juga rawan bagi yang daya belinya

tinggi.

Masalah gizi yang timbul, baik itu gizi kurang atau gizi lebih

sebenarnya disebabkan oleh perilaku mausia itu sendiri yang tidak

bisa mengatur keseimbangan pola makan antara konsumi gizi dan

kecukupan gizinya. Sebagai solusinya hal ini membutuhkan

pengetahuan yang benar mengenai gizi, dengan pengetahuan itu

kita akan tahu bagaimana cara mengatur pola makan sehingga

seimbang, tidak berkekurangan dan tidak berebihan.

Tidak ada satu jenis pun makanan yang mengandung lengkap

semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang hidup sehat,

tumbuh kembang dan produktif. Oleh sebab itu, setiap orang perlu

mengkonsumsi aneka ragam makanan. Makanan yang

beranekaragam dapat memberikan manfaat besar terhadap

kesehatan. Sebab zat gizi yang tidak terkandung dalam satu jenis

bahan makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari bahan

makanan yang lain.65

C. Tumbuhan Dalam Al-Qur’an

Di dalam al-Qur’an tumbuhan dan hewan disebutkan berulang kali.

Penyebutan tersebut mengandung berbagai maksud, mulai dari

perumpamaan, simbolisasi, kegunaannya sebagai obat dan makanan

sampai pada uraian atas suatu proses ilmu pengetahuan yang sedang

berlangsung.66

Melihat sejarah perkembangan kehidupan manusia sejak dulu

hingga sekarang, tumbuhan merupakan salah satu peran penting yang

harus selalu ada sebagai bahan pangan penunjang untuk kelangsungan

65

Eko Budi Minarno dan LiIiek Hariani, Gizi Dan Kesehatan Perspektif Al-Qur’an dan Sains, 217.

66 Kementerian Agama, Tafsir Ilmi: Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur’an dan

Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an), 4-5.

Page 43: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

27

27

hidup manusia. Selain itu tumbuhan juga sangat penting bagi

perkembangan hewan. Maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan

kehidupan manusia dan hewan sangat bergantung pada tumbuh-

tumbuhan.67

Jauh sebelum kehidupan manusia dan hewan ada di permukaan

bumi, tumbuhan telah giat melakukan pembentukan berbagai zat

makanan, terutama zat tepung melalui cara fotosintesis yang

tersimpan dalam sel. Sel dan jaringan tumbuhan ini adalah sumber

energi yang telah disediakan sang pencipta bagi manusia dan hewan.

Betapa pentingnya tumbuh-tumbuhan bagi kehidupan manusia dan

hewan, sehingga banyak ahli yang menandaskan bahwa “tanpa

tumbuh-tumbuhan tidak mungkin manusia dan hewan berada di muka

bumi ini”.68

1. Ayat-ayat Tentang Tumbuhan Dalam Al-Qur’an

Di dalam al-Qur’an dapat ditemukan banyak kata atau istilah

yang terkait dengan tumbuhan atau pepohonan, seperti bagian-

bagiannya; yaitu akar, dahan, batang, ranting, jenis biji-bijian,

sayuran, buah-buahan dan lainnya. Penyebutannya berjumlah 112

ayat yang tersebar pada 47 surah. Sejarah Islam mencatat sejumlah

nama yang ahli dalam bidang tumbuh-tumbuhan di masa lalu,

antara lain Ibnu Sina yang menulis buku Al-Qanun fit-Tibb dan

memasukkan jenis tumbuhan obat-obatan dalam pembahasannya,

Daud al-Antakiy, Ibnu al-Biytar, dan al-Idrisiy. Jauh sebelum itu,

Abu Hanifah al-Daynawari (w. 281 H) telah menulis buku “Kitab

an-Nabat” yang menganalisis dan menjelaskan jenis tumbuh-

tumbuhan, termasuk manfaatnya dalam pengobatannya.69

67

Yayan Sutrian, Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan: Tentang Sel dan Jaringan (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), 7-8.

68 Yayan Sutrian, Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan: Tentang Sel dan

Jaringan, 8. 69

Kementerian Agama, Tafsir Al-Qur’an Tematik Pelestarian Lingkungan Hidup (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an, 2012), 121.

Page 44: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

28

28

Berikut beberapa kosakata al-Qur’an yang terkait dengan

tumbuh-tumbuhan dan pepohonan: 70

Tabel 3.1 Term Tumbuhan dalam Al-Qur’an

No Kosakata Arti/Maksudnya Tempat (surah)

penyebutannya

1 `Abb / أب Jenis rumput yang dimakan

hewan. Atau sega,a sesuatu

yang tumbuh di muka bumi

‘Abasa/ 80: 31

2 `Asl أصل/ Bagian dasar yang membuat

tumbuhan tegak, seperti akar.

Ibrahim/ 14: 24

3 `Afnân أفنان/ Ranting yang lembut Ar-Rahman/ 55:

48

4 `Akmâm /أكمام Kelopak mayang Ar-Rahman/

55:11

5 `Akl /أكل Makanan Ar-Ra’d/ 13: 4

6 `A’jâz أ عجاز/ Batang-batang pohon al-Qamar/ 54:

20

7 Baql بقل / Setiap yang membuat

bumi/tanah menjadi hijau

al-Baqarah/2: 61

8 Basâl بصل / Bawang al-Baqarah/ 2:

61

9 Tîn تين / Buah Tin At-Tin/ 95: 1

10 Tsamar ثمر / Buah al-An’am/ 6: 99,

141

11 Juruz/ جرز Tanah yang tidak terdapat

tumbuhan di atasnya. Atau

tanah tandus yang tidak dapat

menumbuhkan tanaman

al-Kahf/ 18: 8,

dan as-Sajdah/

32: 27

12 Jannah/ جنة Kebun yang memiliki banyak

pepohonan sehingga

menaungi dan menutupinya

dengan daun dan batangnya.

Surga disebut juga dengan

jannah.

al-Kahf/ 18: 55

d

13 Jidz’-

judzû’ –جذع

جذوع /

Batang pohon Maryam/ 19: 23

dan Taha /20:

71

14 Habba- Jenis gandum atau lainnya al-An’am/ 6: 99

70

Kementerian Agama, Tafsir Al-Qur’an Tematik Pelestarian Lingkungan Hidup, 121-124.

Page 45: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

29

29

Habbah –حب

حبة /

yang memiliki tangkai dan Qaf/ 50: 9

15 Harts حرث / Tanaman al-Baqarah/ 2:

71

16 Hasâd-hasîd

حصيد / –حصاد

Panen/ saat menuai Qaf/ 50: 9

17 Khardal

خردل /

Tumbuhan yang memiliki biji

yang sangat kecil

al-Anbiya’/ 21:

47

18 Khuḏr خضر / Warna hijau (daun) Yusuf/ 12: 43

19 Khamṯ خمط / Setiap tumbuhan yang

berbuah pahit. Atau buah dari

pohon yang berduri.

Saba’/ 34: 16

20 Duhn دهن / Hasil perasan dari tanaman

yang berlemak, seperti

minyak

al-Mu’minun /

23: 20

21 Ruṯab/ رطب Kurma yang sudah mulai

lembut dan matang

Maryam/ 19:25

22 Rummân رمان

/

Buah atau pohon delima Ar-Rahman /

55:68

23 Rayhan / ريحان Setiap yang berbau wangi al-Waqi’ah /

56:89

24 Zar’-Zuru’

زروع –زرع

Tanaman Ar-Ra’d / 13:4

25 Zaqqûm / زقوم Pohon dengan buah yang

pahit dan bau yang tidak

enak. Bila tersentuh kulit

akan melukainya. Disebut

dalam al-Qur’an dalam

konteks siksa di neraka.

Apakah itu yang dimaksud,

wallahu’alam

As-Saffat / 37:

62

26 Zanjabil

زنجبيل /

Jahe al-Insan / 75: 17

27 Zayt زيت / Minyak hasil perasan dari

zaitun

An-Nur / 24: 35

28 Sidr سدر / Sejenis pohon bidara Saba’ / 34: 16

29 Sunbulah

سنبلة/

Tangai pohon al-Baqarah /2:

261

30 Sâq-Sûq / ساق

سوق –

Batang pohon a-Fath / 48: 29

31 Syajarah / Pohon Ibrahim / 14: 24

Page 46: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

30

30

شجرة

32 Syaṯâhu / شطاه Sesuatu yang keluar dari

tanaman dan bercabang

al-Fath / 48: 29

33 Sibg / صبغ Bahan pembangkit selera al-Mu’minun /

23: 20

34 Dari’ / ضريع Jenis makanan penghuni

neraka

al-Gasyiyah /

88: 6

35 Ṯalh/ طلح Pohon pisang al-Waqi’ah / 56:

29

36 Ṯhal’ / طلع Pohon yang menjulang Qaf / 50: 10

37 ‘Asf / عصف Kulit biji-bijian Ar-Rahman /

55: 12

38 ‘Adas / عد س Kacang adas al-Baqarah / 2:

61

39 ‘Asal / عسل Madu Muhammad /

47: 15

40 ‘Urjûn /

عرجون

Buah anggur Yasin / 36: 209

41 Fakihah -

fawâkih / -فاكهة

فواكه

Buah-buahan Yasin / 36: 75

42 Far’ / فرع Pucuk pohon Ibrahim / 14: 24

43 Fatil / فتيل Tumbuhan yang belum

merekah

An-Nisa’ / 4: 49

44 Fûm / فوم Bawang putih atau gandum al-Baqarah / 2:

61

45 Qitsâ’ / قثاء Tumbuhan yang buahnya

mirip mentimun

al-Baqarah / 2:

61

46 Qaḏb / قضب Sayuran yang dimakan seger,

atau pohon yang rantingnya

memanjang dan melebar

‘Abasa / 80: 28

47 Qutûf / قطوف Buah yang sudah matang dan

siap dipetik

al-Insan / 76: 14

48 Qiṯmîr /قطمير Kulit lunak yang menyelimuti

biji

Fatir / 35: 13

49 Qinwân / قنوان Tangkai-tangkai yang

menjulang

al-An’am / 6: 99

50 Kâfûr / كافور Jenis wangian al-Insan / 76: 5

51 Lînah / لينه Kurma atau batang/ ranting

pohon

al-Hasyr / 59: 5

52 Ma’rusyât / Tanaman yang merambat al-An’am / 6:

Page 47: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

31

31

141 معروشات

53 Mann / من Sejenis madu yang beku dan

turun dari langit

al-Baqarah / 2:

57

54 Mar’a / مرعى Tempat menggembala

ternak(padang rumput)

An-Nazi’at/ 79:

31

55 Nabât / نبات Tanaman/ tumbuhan Yunus / 10: 24

56 Nakhl-nakhîl

/ نخيل -نخل

Kurma al-An’am / 6: 99

57 Naḏîd-

manḏûd /

منضود -نضيد

Pohon dengan buah yang

bersusun-susun

Qaf / 50: 10

58 Nawa’ /نوى Biji (kurma) al-An’am / 6: 95

59 Waraq / ورق Daun al-A’raf / 7: 22

60 Hasyim / هشيم Tanaman yang kering al-Qamar / 54:

31

61 Yaqṯîn / يقطين Tanaman yang tidak memiliki

batang dan melebar di atas

tanah seperti mentimun,

semangka dll.

As-Saffat / 37:

146

2. Fungsi Tumbuhan dalam Al-Qur’an

Tumbuh-tumbuhan dan pepohonan memiliki banyak manfaat

bagi makhluk lain di muka bumi. Berikut beberapa kesimpulan

dari al-Qur’an tentang manfaat tumbuh-tumbuhan:

a. Tumbuhan sebagai sumber makanan

Tumbuhan yang kaya akan berbagai macam kandungan

seperti vitamin, karbohidrat, lemak, serat, juga protein nabati

sangat baik dimanfaatkan sebagai sumber makanan pokok yang

sangat penting untuk membantu kesehatan pada tubuh. Selain

dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan pokok, tumbuhan

juga dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masakan dan pewarna

makanan untuk dapat menghasilkan makanan yang lebih

sehat.71

71

Yeni Nurhidayah dkk, “Tumbuhan Berptensi Bahan Pangan di Desa Sebangun Kecamatan Sebawi Kabupaten Sambas,” Protobiont, Vol. 4, No. 1(2015): 151.

Page 48: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

32

32

b. Tumbuhan sebagai obat-obatan

Beberapa jenis tumbuhan selain berfungsi sebagai bahan

makanan juga berfungsi sebagai obat-obatan. Tumbuhan

menjadi salah satu sumber utama dalam proses pencegahan dan

pengobatan terhadap berbagai penyakit. QS. An-Nahl/16: 69

menyatakan dengan tegas bahwa dari sari tumbuhan dan buah-

buahan yang diisap oleh lebah dihasilkan madu yang

didalamnya terkandung obat.72

“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-

buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah

dimudahkan (bagimu).dari perut lebah itu ke luar

minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di

dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi

manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-

benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang

yang memikirkan (QS. An-Nahl/16: 69)”.

Di dalam al-Qur’an hanya ada satu makanan atau

minuman yang disebutkan oleh Allah yang didalamnya

mengandung obat, makanan atau minuman itu ialah madu.

Dalam Tafsir Ibn Kas|i>r pada ayat di atas diterangkan bahwa

madu lebah itu tidak selalu sama warnanya dan tidak pula

rasanya. Madu memiliki berbagai macam warna, ada yang

putih, kuning, merah, dan warna-warna lainnya yang indah

72

Kementerian Agama, Tafsir Al-Qur’an Tematik Pelestarian Lingkungan Hidup, 134.

Page 49: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

33

33

sesuai dengan tempat peternakan dan makanannya.Yakni,

sesumgguhnya ilham dari Allah kepada serangga lebah ini

yang memerintahkan kepadanya agar menempuh jalan yang

Telah ditetapkam untuknya seraya memikul tugas menisap sari

buah-buahan, lalu mengumpulkan dan memprosesnya secara

alami menjadi lilin dan madu.73

Seorang professor dari Universitas Walikato di Selandia

Baru yaitu Prof. Peter Molan telah melakukan penelitian pada

madu dan telah berhasil menemukan salah satu keistimewaan

yang terdapat pada madu. Madu memiliki kadar anti oksidan

yang cukup tinggi, madu juga dapat mengobati penyakit

sembelit akut dan tidak memiliki efek samping. Selain itu

dalam penelitian mendalamnya Prof. Molan juga menemukan

bahwa madu dapat meminimalisasi keberadaan penyakit

kanker. Menurutnya, tidak akan ada benda apapun di alam

semesta ini yang menyerupai madu dalam hal

kemampuannya.74

Selain madu, para ahli telah menemukan tumbuhan lain

yang kaya akan manfaat dalam pengobatan yaitu zaitun.

Minyak yang dihasilkan dari buah zaitun memiliki beberapa

keuntungan, di antaranya dapat menjaga kesehatan jantung dan

pembuluh darah, mencegah kanker, membantu pertumbuhan

tulang, membantu pertumbuhan anak, mengurangi tekanan

darah, menurunkan asam lambung dan lain sebagainya.75

73

M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol 8 ( Jakarta: Lentera Hati, 2002), 204.

74Hisham Thalbah, Kemukjizatan Tumbuhan dan Buah-buahan (Ensiklopedia

Mukjizat Al-Qur’an Dan Hadis), Jilid 6(Bekasi: Sapta Sentosa, 2008), 68. 75

Nurhidayah, “Urgensi Tumbuhan Bagi Kehidupan Dalam Perspektif Al-Qur’an” (Skripsi S1, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), 57-58.

Page 50: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

34

34

c. Tumbuhan Sebagai Penghasil Oksigen

Menurut para ahli fosil, tumbuhan tertua baru ditemukan

sekitar 450 juta tahun yang lalu, kemudian diikuti oleh

makhluk-makhluk lain, seperti hewan dan manusia.Yang

diperkirakan kehidupannya dimulai sekitar 200 ribu tahun yang

lalu. Proses penahapan ini bukanlah tanpa maksud. Kehadiran

tumbuhan jauh sebelum manusia dan hewan karena ia memiliki

peran yang sangat besar dalam melapisi atmosfir bumi dengan

oksigen sehingga layak untuk dihuni. Oksigen adalah bahan

bernapas bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia dan

hewan. Apabila tidak ada tumbuhan sebagai penghasil oksigen,

maka persediaan oksigen di udara suatu saat akan habis dan hal

tersebut akan menjadi akhir dari semua makhluk hidup di

bumi. Tumbuhan dapat memproduksi oksigen karena sel

tumbuhan, tidak sebagaimana sel manusia dan binatang, dapat

menggunakan secara langsung energi matahari. Tumbuhan

akan mengubah energi matahari menjadi energi kimia, dan

menyimpannya dalam bentuk nutrien dengan cara yang khusus.

Proses ini dinamakan fotosintesis.76

Al-Qur’an surah Yasin/36: 80

“Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu

yang hijau, Maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu

itu(Qs. Yaasiin/36: 80)”.

Para penyusun Tafsir al-Muntakhab memberikan

komentar pada ayat ini yaitu bahwa ayat ini telah

76

Kementerian Agama, Tafsir Al-Qur’an Tematik Pelestarian Lingkungan Hidup, h. 137

Page 51: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

35

35

mengisyaratkan fakta ilmu pengetahuan alam mengenai siklus

air pada bumi. Proses penguapan air laut dan samudra yang

membentuk awan kemudian menurunkan air hujan ke

permukaan bumi. Air hujan yang turun di atas permukaan bumi

itu kemudian membentuk sungai yang mengalirkan sumber

kehidupan ke daerah-daerah kering dan jauh untuk pada

akhirnya bermuara di laut. Secara alami air berputar dari laut

ke udara, dari udara ke daratan dan dari daratan ke laut lagi,

dan begitu sampai seterusnya.77

3. Anjuran Pemanfaatan Tumbuhan dan Larangan Pengrusakan

Alam

Sumber daya alam adalah segala bentuk kandungan alam,

sebagai nikmat dan karunia Allah swt yang bisa dieksploitasi dan

diolah manusia untuk mendukung kelangsungan hidupnya dan

keperluan makhluk-makhluk lain. Sumber daya alam tersebut

adalah sumber daya alam mineral, sumber daya laut, sumber daya

hutan, dan lain-lain. Al-Qur’an tidak pernah menginformasikan

segala sesuatu di alam ini hanya sebagai unsur lingkungan

semata,melainkan seluruhnya merupakan sumber daya yang

memberi manfaat bagi manusia dan makhluk lain.

Selain diperintahkan untuk memanfaatkan alam, manusia

juga diberi amanat sebagai makhluk yang paling

bertanggungjawab terhadap alam dengan cara melestarikan alam

dan tidak merusaknya.

77

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, 345-346.

Page 52: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

36

36

a. Anjuran Pemanfaatan Tumbuhan

Islam telah menuntut manusia untuk menyelidiki dan

memahami pola Tuhan dalam alam, termasuk di dalamnya

adalah pola perawatan dengan penuh kasih sayang, perawatan

sekaligus membuatnya menjadi indah. Lebih dari itu Islam juga

menuntut manusia untuk menghidupkan tanah-tanah yang tidak

produktif dengan menanaminya pohon-pohon atau tanam-

tanaman, bukan hanya untuk kepentingan sesaat tetapi juga

untuk generasi manusia di masa depan.78

Al-Qur’an surat al-An’am/6: 141

“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang

berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma,

tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun

dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak

sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-

macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di

hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir

miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-

lebihan (Qs. Al-An’am/6: 141)”.

Ayat ini berbicara tentang sayuran dan buah segar beserta

rasanya, dalam konteks zakat pertanian dan ketidaksukaan

78

Fachruddin M. Mangunjaya dkk, Menanam Sebelum Kiamat: Islam, Ekologi, dan Gerakan Lingkungan Hidup (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), 7.

Page 53: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

37

37

Allah terhadap apa saja yang sifatnya berlebihan. Manusia

diberitahu bahwa semua itu Allah ciptakan sebagai makanan

bagi manusia. Allah menginginkan agar manusia memperoleh

semua itu dengan bercocok tanam. Setelah memanen hasilnya

mereka didorong untuk memberi sebagiannya kepada orang

lain dalam bentuk zakat, dan berterima kasih kepada Allah atas

berkah yang diberikan oleh-Nya.79

Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan kita untuk

bercocok tanam, sebagaimana hadis berikut: Hadis tentang

keutamaan bercocok tanam.

عن قتادة عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال قال رسول الله

صلى الله عليه وسلم : ما من مسلم يغرس غرسا، أو يزرع زرعا

مة، إلا كان له به صدقة. وقال لنا فيأكل منه طير أو إنسان أو بهي

مسلم حدثنا أبان حدثنا قتادة حدثنا أنس عن النبي صلى الله عليه

.وسلم“Dari Qatadah dari Anas RA, dia berkata, “Rasulullah

SAW bersabda, ‘Tidaklah seorang muslim menanam

tanaman atau menumbuhkan tumbuhan lalu dimakan oleh

burung, manusia atau hewan ternak, melainkan hal itu

menjadi sedekah baginya.”Muslim berkata kepada kami;

Aban telah menceritakan kepada kami, Anas telah

menceritakan kepada kami dari Nabi SAW”.80

b. Larangan Pengrusakan Alam

Allah telah menciptkan bumi dan seisinya untuk

dijadikan sebagai lingkupan hidup bagi manusia. namun, selain

berfungsi sebagai lingkungan hidup bagi manusia, bumi juga

merupakan satu kesatuan dari jalinan alam raya yang jauh lebih

besar, yang dinyatakan oleh al-Qur’an cukup penting dan

79

Kementerian Agama, Tafsir Ilmi: Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an), 19.

80 Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih

Bukhari(Kitab Muzara’ah) (Riyadh: Maktabah Darussalam, 1418), 211.

Page 54: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

38

38

strategis dalam rangka memelihara lingkungan hidupnya untuk

menjaga dan memelihara keseimbangan alam raya.81

Di dalam ajaran Islam terdapat dua konsep yang

berkaitan dengan penciptaan manusia dan alam semesta, yakni

konsep Khali>fah dan Amanah. Konsep khali>fah telah menyatak

bahwa Allah telah memilih manusia sebagai khali>fah di muka

bumi ini (Khali>fatullah fi al-’Ard}). Sebagai makhluk yang telah

dipilih sebagai wakil Allah manusia wajib untuk dapat

mempersentasikan dirinya seseuai dengan sifat-sifat Allah. Dan

salah satu sifat Allah tentang alam adalah sebagai pemelihara

atau penjaga alam. Dengan demikian, sebagai waki Allah di

muka bumi ini, manusia harus aktif dan bertanggung jawab

untuk menjaga bumi. Artiya, menjaga keberlangsungan fungsi

bumi dan keberlanjutan kehidupannya.82

Al-Qur’an surat al-Baqarah/2: 30

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:

"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di

muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak

menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan

membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,

Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau

dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:

81

Kementerian Agama, Tafsir Al-Qur’an Tematik Pelestarian Lingkungan Hidup, 209.

82 Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan (Jakarta: Kencana Prenada Medaia Grup,

2010), 268.

Page 55: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

39

39

"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu

ketahui” (Qs. Al-Baqarah/1: 30)”.

Sebagian mufassir berpendapat bahwa yang dimaksud

dengan khali>fah ( ليفةخ ) di sini adalah pengganti Allah dalam

melaksanakan perintah-perintah-Nya kepada manusia.

Karenanya, istilah yang menyatakan, “Manusia adalah Khalifah

Allah di bumi” ialah manusia mendapatkan tanggung jawab

sebagai seorang khali>fah atau pemimpin yang ditugaskan untuk

menjaga bumi ini dengan baik.83

Dalam tafsir Departemen Agama dijelaskan bahwa yang

dimaksud dengan kekhalifahan Adam a.s. di bumi ini adalah

kedudukannya sebagai khali>fah di bumi ini, untuk

melaksanakan perintah-perintahNya dan memakmurkan bumi

serta memanfaatkan segala apa yang ada padanya. Kemudian,

para ulama telah menyebutkan syarat-syarat yang harus dimiliki

eh tokoh pemimpin yang dimaksudkan itu, antara lain ialah: adil

serta berpengetahuan yang memungkinkannya untuk bertindak

sebagai hakim yang mujtahid, tidak mempunyai cacat

jasmaniah, serta berpengalaman cukup dan tidak pilih kasih

dalam menjalankan hukum-hukum Allah.84

Lingkungan merupakan bagian mutlak dari kehidupan

manusia.Lingkungan sudah ada sebelum manusia berada di

bumi. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan manusia di bumi

sangat dipengaruhi dan bergantung pada lingkungan hidup.

Manusia tidak akan dapat hidup tanpa adanya tumbuh-

83

Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maragi (Semarang: PT. Karya Toko Putra, 1992), 135.

84 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid I (Jakarta: Depag RI,

2004), 87.

Page 56: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

40

40

tumbuhan, hewan dan komponen benda-benda lain di

lingkungannya. Karena itu, untuk menjaga kelestarian

lingkungan hidup diperlukan pengetahuan tentang lingkungan

hidup dan semua permasalahannya, maka manusia dapat

mengelola lingkungan hidup secara baik dan benar, sehingga

pembangunan tetap terselenggara tanpa merusak lingkungan.85

85

Azhar, “Manusia Dan Sains Dalam Perspektif Al-Qur’an”. Lantanida Journal, Vol.4 No. 1 (2016), 81-82.

Page 57: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

41

BAB IV

TUMBUHAN YANG BERFUNGSI SEBAGAI SUMBER GIZI

A. Tumbuhan Sebagai Sumber Makanan Bagi Makhluk Hidup

Sebagai makhluk hidup manusia mebutuhkan bahan pangan

untuk kelangsungan hidup, bahan pangan yang dibutuhkan manusia

adalah yang mengandung beberapa zat gizi, seperti: karbohidrat,

lemak, protein vitamin, air dan mineral. Sumber makanan tersebut

dapat diperoleh dari tumbuhan.86

Proses tumbuhnya tumbuhan-tumbuhan tersebut telah dijelaskan

dalam al-Qur’an surat Al-An’am ayat 99 sebagai berikut:

“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami

tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka

Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang

menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir

yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai

yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula)

zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.perhatikanlah

buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah)

86

Laura J dkk, Food, Nutrion and Agriculture, Terj. Suhardjo (Jakarta: UI-Press, 2006), 12.

Page 58: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

42

42

kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-

tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.

Allah swt menjelaskan bahwa Dia telah menurunkan hujan dari

langit yang menyebabkan tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan yang

terdiri dari berbagai ragam bentuk, macam dan rasa, Sebagai firman

Allah swt dalam Qs. Ar-Ra’d/13: 4“disirami dengan air yang sama,

tetapi Kami lebihkan tanaman yang satu dari yang lainnya dalah hal

rasa.” Disebutkan hujan turun dari langit adalah menurut kebiasaan

mereka (سماء) “Sama>” atau langit digunakan untuk apa saja yang

berada di atas; sedang yang dimaksud Sama dalam ayat ini ialah

Sah}a>b” yang berarti awan seperti ditunjukkan dalam firman“ (سحاب)

Allah: “pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum?

Kamukah yang menurunkan dari awan ataukah Kami yang

menurunkan? Qs. Al-Waqi’ah/56: 68-69. Allah menjelaskan bahwa

air itu sebagai sebab bagi tumbuhnya segala macam tumbuh-

tumbuhan yang beraneka ragam bentuk jenis dan rasanya, agar

manusia dapat mengetahui betapa kekuasaan Allah mengatur

kehidupan tumbuh-tumbuhan itu.87

Kemudian Allah menyebutkan perincian dari tumbuhan yang

beraneka ragam itu; di antaranya ialah rerumputan yang tumbuh

berumpun-rumpun sehingga kelihatan menghijau, tumbuhan jenis ini

mengeluarkan buah yang berbentuk butiran-butiran kecil yang

terhimpun dalam tangkai seperti gandum, syair dan padi. Kemudian

jenis tumbuhan yang mengeluarkan buah dari dalam sebuah tandan

yang menjulai rendah sehingga mudah dipetik, yang termasuk jenis

tumbuhan ini ialah kurma. Terakhir disebutkan juga tumbuhan dari

87

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang disempurnakan), jilid III (Jakarta: Depag RI, 2004), 227-228.

Page 59: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

43

43

jenis lain yang beraneka ragam seperti anggur, zaitun, dan delima yang

mempunyai persamaan dan perbedaan sifat bentuk dan rasanya.88

Tabel 4.1 Tumbuhan Sebagai Sumber Makanan Bagi Makhluk Hidup

No Diksi Al-

Qur’an

Tafsir

Kemenag 1

Tafsir Kemenag

II

Tafsir Kemenag

III

الله، سماء، ماء، 1

نبات، حبا،

نخل، أعناب،

زيتون، الرمان،

Allah swt

menjelaskan

bahwa Dia

telah

menurunkan

air hujan dari

langit yang

menyebabkan

tumbuhanya

berbagai jenis

tumbuhan

seperti

butiran-

butiran (padi,

gandum,

syair), kurma,

anggur, zaitun

dan delima.

Dengan

tumbuh-

tumbuhan

tersebutlah

manusia

mendapatkan

makanannya.

fase manusia

dan hewan

memperoleh

makananya

ialah pertama,

Allah

menurunkan

air hujan dari

langit untuk

menyirami

bumi, kedua,

tanah terbelah

dan tumbuhan

mulai keluar,

ketiga, dari

tumbuhan itu

keluarlah biji-

bijian, dan

buah-buahan

yang

dihasilkan oleh

tumbuhan.

Allah swt telah

menyedikan

sumber makanan

bagi manusia

dari bumi yang

tiada habis-

habisnya.

Sumber makanan

tersebut berasal

dari tanah berupa

tanaman yang

didukung oleh

keberadaan air

dan sinar

matahari melalui

proses

fotosintesis. Dari

tumbuhan itu

Allah

menciptakan

biji-bijian, sayur-

sayuran dan

buah-buahan

sebagai makanan

bagi manusia.

88

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 228.

Page 60: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

44

44

Jadi, fase manusia dan hewan dapat memperoleh makanannya

ialah pertama turunnya air hujan dari langit yang menyirami bumi,

kedua terbelahnya tanah kemudian dari dalam tanah tersebut keluarlah

tumbuhan yang didukung oleh keberadaan air yang turun dari langit

dan sinar matahari melalui proses fotosintesis, ketiga dari tumbuhan

yang keluar dari tanah itulah Allah menciptakan, biji-bijian, sayur-

sayuran dan buah-buahan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber

makanan bagi makhluk hidup. 89

Hamka menjelaskan bahwa dalam ayat ini juga diterangkan

kepentingan air hujan bagi kehidupan. Air hujan itulah yang

menyebabkan tumbuhnya berbagai warna tumbuh-tumbuhan, besar dan

kecil, sejak dari rumput sampai beringin, bumi menjadi subur.Selain

itu, kita juga diperintahkan untuk memperhatikan belahnya buah dan

bijisampai kepada munculnya berbagai ragam buah-buahan, maka

semuanya itu adalah mengajak kita berfikir, untuk menambah ilmu

tentang alam dan akhirnya membuat kita meneguhkan iman kita

kepada Allah.90

Ayat ini menegaskan bahwa Allah lah yang telah menurunkan air

dari langit dalam bentuk hujan yang deras dan banyak, lalu Allah

keluarkan tumbuh-tumbuhan yang disebabkan oleh turunnya air hujan

tersebut. Mengutip dari kitab al-Muntakhab fi al-Tafsi>r, Quraish

Shihab mengemukakan bahwa:

“Ayat ini menerangkan tentang proses penciptaan buah

yang tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase hingga

samapi pada fase kematangan. Pada saat fase kematangan itu,

suatu jenis buah mengandung komposisi zat gula, minyak,

protein, berbagai zat karbohidrat, dan zat tepung.Semuanya itu

terbentuk atas bantuan cahaya matahari yang masuk melalui

89

Kementerian Agama, Tafsir Al-Qur’an Tematik: Pelestarian Lingkungan Hidup, cet. Ke 2 (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an, 2012), 131.

90Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz VII (Jakarta: Pustaka Penjas, 1983), 291.

Page 61: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

45

45

klorofil yang pada umumnya terdapat pada bagian pohon

berwarna hijau, terutama pada daun.”91

Pada surat an-Nah}l ayat 11 juga dijelaskan bahwa dengan air

hujan Allah telah menumbuhkan tanaman dan buah-buahan. Bumi yang

tandus akan menjadi subur dengan turunya air hujan sehingga

tumbuhlah berbagai jenis tumbuhan. Selain berfungsi untuk

menumbuhkan tumbuhan, air juga menjadi sumber utama yang

dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Di darat, air

dijumpai dalam bentuk sungai, danau dan air yang tersimpan di dalam

tanah.Selain digunakan sebagai air minum, air juga diperlukan untuk

pertanian, peternakan, transportasi, sumber energi bahkan pariwisata.92

Dari beberapa pemaparan di atas maka dapat penulis

simpulkan bahwa Allah telah menjamin kehidupan makhlukNya

dengan menyediakan tumbuhan sebagai sumber makanan untuk

kelangsungan hidup. Dalam proses tumbuhnya tumbuh-tumbuhan

air menjadi salah satu faktor penting, karena dengan air bumi

menjadi subur kemudian terbelah, dari dalam tanah itu muncul

tumbuhan, dan dari tumbuhan itu keluarlah biji-bijian dan buah-

buhan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan yang

mengandung gizi yang baik.

B. Konsep Gizi yang Melekat Pada Makanan yang Baik

Makanan dan minuman sangat penting bagi manusia, bukan

hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik melainkan juga untuk

memenuhi kebutuhan spiritual.Manusia perlu bersyukur karena Allah

swt telah menyediakan beragam makanan di bumi ini, selain itu, Allah

91

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, vol 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 573-574.

92Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementrian

Agama RI denga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Penciptaan Bumi Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010), 14.

Page 62: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

46

46

juga telah menciptakan sistem pencernaan makanan dan metabolism

makanan dalam tubuh dengan amat canggih.93

Dalam al-Qur’an Allah memerintahkan manusia untuk

megkonsumi makanan yang baik, yakni makanan yang menyehatkan

dan tidak menimbulkan penyakit. Allah swt berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang

baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah

kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah”

(Qs. Al-Baqarah/2: 172)

Di dalam ayat ini ditegaskan agar seorang mukmin memakan

makanan yang baik yang diberikan Allah, selain itu, rezeki yang

diberikan oleh Allah juga haruslah disyukuri. Dalam ayat ini perintah

ditunjukkan kepada orang mukmin saja agar mereka memakan rezeki

Allah yang baik-baik. Oleh sebab itu, perintah ini diiringi dengan

perintah mensyukurinya. Sedangkan dalam ayat 168 perintah Allah

untuk memakan makanan yang baik-baik ditunjukkan kepada manusia

pada umumnya, karenanya pada ayat tersebut juga diiringi dengan

larangan untuk mengikuti ajaran setan.94

Dalam al-Qur’an kriteria makanan yang baik (t}ayyib) yang

disebutkan pada ayat di atas dilengkapi dengan kriteria halal seperti

dijelaskan pada surah al-Baqarah/2: 168

93

Kementerian Agama RI, Tafsir Ilmi: Makanan dan Minuman Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011), 1.

94Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang disempurnakan),

jilid I, 254.

Page 63: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

47

47

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa

yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-

langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh

yang nyata bagimu” (Qs. Al-Baqarah/2: 168)

Ibn ‘Abbas mengatakan bahwa ayat ini turun mengenai suatu

kaum yang terdiri dari Bani Saqif, Bani Amir bin Sa’sa’ah, Khuza’ah

dan Bani Mudli. Mereka mengharamkan menurut kemauan mereka

sendiri memakan beberapa jenis binatang seperti bahirah yaitu unta

betina yang telah beranak lima kali dan anak kelima itu jantan, lalu

dibelah telinganya; dan wasilah yaitu domba yang beranak dua ekor,

satu jantan dan satu betina, lalu anak yang jantan tidak boleh dimakan

dan harus diserahkan kepada berhala. Kabilah-kabilah itu hanya

mengharamkan beberapa jenis tanaman dan binatang berdasarkan

hokum yang mereka tetapkan dengan mengikuti tradisi yang mereka

warisi dari nenek moyang mereka, padahal Allah tidak

mengharamkan memakan jenis binatang itu, bahkan telah

menjelaskan apa-apa yang diharamkan memakan-Nya dalam

firmannya Qs. Al-Maidah/5: 3 yaitu: “diharamkan bagimu

(memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang

disembelih atas nama selain Allah, dan (hewan yang mati) tercekik,

yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang

buas, kecuali yang sempet kamu sembelih, dan (diharamkan juga

Page 64: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

48

48

bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga)

mengundi nasib dengan anak panah, itu adalah suatu kefasikan.”95

Segala jenis makanan selain dari yang disebutkan dalam ayat

ketiga surat al-Maidah di atas boleh dimakan. Namun, beberapa

ulama berpendapat bahwa di samping yang disebutkan dalam ayat

utu, ada lagi yang diharamkan memakannya berdasarkan hadis

Rasulullah saw seperti makan binatang yang bertaring tajam atau

bercakar kuat. Selain dari yang diharamkan Allah dan selain yang

tersebut dalam hadis sesuai dengan pendapat sebagian ulama adalah

halal, boleh dimakan.

Tabel 4.2

Tabel Diksi H}ala>lan T}ayyiban

No Nama Tafsir Penjelasan

1 Al-Qur’andan

Tafsirnya

Kemenag

Makanan yang halal yaitu makanan yang

tidak haram, baik zatnya maupun cara

memperolehnya. Sedangkan makanan

yang baik (t}ayyib) yaitu makanan yang

sehat, aman dan tidak berlebihan.

2 Tafsir Tematik

Kemenag

Tidak dijelaskan

3 Tafsir Ilmi

Kemenag

Makanan yang halal adalah makanan

yang diizinkan dikonsumsi menurut

aturan hukum Islam baik al-Qur’an

maupun hadis. sedangkan makanan yang

T}ayyibadalah makanan yang memberikan

cukup energi (kalori) dan mampu

menjaga kesehatan dan pertumbuhan.

4 Tafsir al-Misbah Makanan yang halal adalah makanan

yang tidak haram, agama tidak melarang

untuk memakannya.

5 Jurnal Tahkim Makanan yang halal adalah makanan

95

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang disempurnakan), jilid II, 287.

Page 65: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

49

49

yang diperoleh sesuai dengan ketentuan

syari’at Islam. Sedangkan makanan yang

t}ayyib (baik) adalah makanan yang

mengandung zat yang dibutuhkan oleh

tubuh yang jumlah dan mutunya

seimbang gizinya.

Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa manusia harus memilih

makanan yang halal dan baik (t}ayyib). Makanan yang halal adalah

makanan yang dizinkan dikonsumsi menurut aturan hukum Islam baik

oleh al-Qur’an maupun hadis, adapun kriteria baik (t}ayyib) terkait

dengan kebutuhan fisik manusia, seperti kebutuhan energi dan

kesehatan adalah makanan yang memberi cukup energi (kalori) dan

mampu menjaga kesehatan dan pertumbuhan.96

Makanan yang halal adalah makanan yang tidak haram, agama

tidak melarang untuk memakannya.Makanan haram ada dua macam

yaitu haram karena zatnya seperti babi, bangkai, dan darah; dan ada

yang haram karena sesuatu bukan dari zatnya, seperti makanan yang

tidak diizinkan oleh pemiliknya untuk dimakan atau digunakan.97

Dengan mengonsumsi makanan yang h}ala>lan t}ayyiban maka manusia

akan mencapai kesalehan pribadi dan kesalehan sosial. Karena selain

berfungsi untuk memenuhi kebutuhan jasmani yang baik, makanan

yang h}ala>lan t}ayyiban juga dapat menumbuhan kecerdasan otak,

sebaliknya makanan haram yang dikonsumsi seseorang selain dapat

menimbulkan penyakit bagi tubuhnya ia juga dapat menghalangi

terkabulnya do’a-do’a orang tersebut dari Allah swt.98

96

Kementrian Agama RI, Makanan dan Minuman Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, 2.

97M. Quraish Shihab, Al-Mishbah, 380.

98Waharjani, Makanan Yang Halal Lagi Baik dan Implikasinya Terhadap Kesalehan

Seseorang (Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015): 202.

Page 66: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

50

50

Menurut hukum Islam makanan yang h}ala>lan t}ayyiban

sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah/2: 168

di atas sebagai berikut: halal disini ialah dilihat dari bagaimana

makanan ini didapatkan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan

syairat Islam, yaitu dalam memperolehnya tidak dengan cara mencuri,

menipu, korupsi dll. Adapun maksud t}ayyib (baik) pada ayat ini ialah

makanan yang mengandung zat yang dibutuhkan oleh tubuh, baik

jumlahnya maupun mutunya hendaklah seimbang gizinya.99

C. Tumbuhan Yang Berfungsi Sebagai Sumber Gizi dalam Al-

Qur’an

Allah swt telah memerintahkan manusia untuk memerhatikan

makanannya, selain itu Allah juga telah menyediakan sumber

makanan di bumi ini tiada habis-habisnya. Dari tumbuhan Allah

menciptkan biji-bijian, sayur-sayuran, dan buah-buahan sebagai

makanan bergizi bagi manusia. Allah swt berfirman:

“lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan

sayur-sayuran, zaitun dan kurma, kebun-kebun (yang) lebat,

dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu

dan untuk binatang-binatang ternakmu”. (Qs. ‘Abasa/80: 27-

32)

Pada al-Qur’an surat ‘Abasa ayat 24 Allah memerintahkan

manusia untuk memperhatikan makanannya. Sebagaimana Allah telah

99

Huzaemah Tahido Yanggo, Makanan dan Minuman Dalam Perspektif Hukum Islam (Jurnal Tahkim, Vol. IX No. 2, Desember 2013): 9.

Page 67: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

51

51

menyiapkan makanan yang bergizi yang mengandung protein,

karbohidrat, dan lain-lain sehingga memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dengan makanan yang bergizi itu manusia dapat merasakan

kelezatannya juga menjadi pendorong bagi pemeliharaan tubuhnya

sehingga tetap dalam keadaan sehat, dengan tubuh yang sehat maka ia

akan mampu menunaikan kewajiban-kewajibannya salah satunya

dalam beribadah kepada Allah swt. Pada ayat 25-26 dijelaskan bahwa

Allah swt telah mencurahkan air hujan dari langit sehingga memenuhi

semua kebutuhan makhluk hidup, kemudian Allah membukakan

permukaan bumi dengan sebaik-baiknya agar udara dan sinar marahari

dapat masuk ke dalam bagian bumi, sehingga tanahnya menjadi subur

untuk menumbuhkan berbagai tanaman.100

Kemudian pada ayat ayat 27-32 Allah menyebutkan beberapa

macam tumbuh-tumbuhan, pertama, Allah menumbuhkan di bumi

biji-bijian seperti gandum, padi, dan lain-lainnya yang menjadi

makanan pokok. Kedua, dan ketiga, Allah menumbuhkan pula buah

anggur dan bermacam sayuran yang dapat dimakan secara langsung.

Keempat dan kelima, buah zaitun dan pohon kurma. Keenam, kebun-

kebun yang besar, tinggi dan lebat buahnya. Tidak hanya buahnya

saja yang dapat dimanfaatkan tetapi pohonnya juga dapat dijadikan

bahan bangunan dan alat-alat perumahan.Ketujuh, bermacam-macam

buah-buahan yang lain, seperti buah pir, apel, mangga dan

sebagainya. Kedelapan, berbagai macam rumput-rumputan.101

Dengan menyebutkan buah-buahan, sayur-sayuran dan kebun-

kebun yang subur, maka terbitlah Baldatun T}ayyibatun Wa Rabbun

Ghofu>r (negeri yang makmur dan Allah yan memberi ampun,

sebagaimana diceritakan dalam surah Saba’ ayat 15. Dan dari

100

Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 603. 101

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 603.

Page 68: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

52

52

berbagai macam rumput-rumputan yang Allah ciptakan itu ialah untuk

dijadikan sebagai bahan makanan untuk binatang ternak yang

dipelihara oleh manusia.102

Dalam ayat di atas Allah menyebutkan biji-bijian (sejenis padi,

gandum), sayur-sayuran, dan buah-buahan (kurma, anggur, zaitun).

Tumbuhan-tumbuhan tersebut merupakan bahan pangan nabati yang

mengandung zat gizi, penjelasnnya sebagai berikut:

1. Biji-bijian

Al-Habb (biji-bijian) merupakan makanan pokok manusia

yang mengandung karbohidrat dan protein, makanan yang

termasuk jenis ini ialah padi, gandum, dan jagung.103

Dalam Tafsir

Ilmi Kementerian Agama dijelaskan bahwa salah satu sumber

karbohidrat adalah berasal dari padi-padian, bahkan padi-padian

merupakan sumber karbohidrat yang kompleks karena pati yang

terkandung dalam beras, gandum, dan jagung akan tercerna dalam

usus secara perlahan dan memberikan energi bagi tubuh.

Karbohidrat diubah dalam tubuh manusia menjadi air,

karbondioksida, dan energi. Energi atau kalori yang terbentuk

dalam reaksi tersebut digunakan untk kerja otot, dengan demikian

pada hakikatnya karbohidrat merupakan sumber bahan bakar bagi

manusia sebagaimana bensin dalam mobil dan motor.104

Jenis biji-bijian yang umum ditanam dan digunakan adalah

padi, jagung, gandum, juwawut dan sorgum.Beras, jagung dan

gandum merupakan bagian terbesar (60-80 %) dari susunan

pangan yang dikonsumsi penduduk di negara-negara Asia

Tenggara. Dalam keadaan kering, bahan pangan ini mengandung

102

Hamka, Juz ‘Amma Tafsir al-Azhar, cet. 1(Jakarta: Gema Insani, 2015), 132. 103

Kementerian Agama, Pelestarian Lingkungan Hidup, 132. 104

Kementerian Agama, Makanan dan Minuman Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, 14-16.

Page 69: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

53

53

protein yang berkisar antara 7-14%, karbohidrat 63-79%, dan

lemak 1-4%. Dalam bahan pangan ini vitamin yang sangat dikenal

adalah vitamin B kompleks dan khusus untuk jagung kuning

banyak mengandung vitamin A. kemudian, dalam butir padi yang

utuh merupakan sumber thiamin, riboflavin, niasin dan zat besi.105

sebagian kalangan berpendapat bahwa padi lebih istimewa

dibandingkan dengan bahan pangan lainnya, padi dianggap

sebagai makanan pokok yang sempurna dengan gizi yang

mencukupi yang manusia butuhkan.106

Satu piring nasi atau 70

gram beras memberi protein sebesar 5,3 gram sehingga dalam

sehari mendapat 15,9 g atau 35 persen kebutuhan protein orang

dewasa.107

Al-Qur’an surat al-An’am/6: 99 menyebutkan beberapa

jenis tumbuhan yang terdiri dari berbagai bentuk, macam, dan

rasanya, untuk manusia. Pada ayat tersebut yang terlebih dahulu

disebut adalah tumbuhan atau tanaman yang hijau (Padi, jagung,

dll) kemudian baru menyebut empat jenis buah, yaitu kurma,

anggur, zaitun dan delima. Dalam Tafsir Al-Misbah Qurasih

Shihab menjelaskan bahwa menurut Fakhruddin ar-Razi

penyebutan dengan susunan seperti itu sungguh sangat serasi dan

tepat. Bahwa tumbuhan atau tanaman hijau yang terlebih dahulu

disebut karena ia adalah makanan. Adapun hasil dari tanaman

adalah buah-buahan, maka wajar jika disebut sesudahnya karena

makanan lebih utama dari buah-buahan. Kemudian, dari beberapa

jenis buah, yang pertama kali disebut adalah buah kurma karena

kurma dalam masyarat Arab merupakan makanan yang dapat

105

Eko Budi Minarno dan Liliek Hariani, Gizi dan Kesehatan Perspektif Al-Qur’an dan Sains (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), 51.

106Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains Dalam Al-Qur’an (Jakarta: Zaman, 2013),

44-745. 107

Tejasari, Nilai-nilai Gizi Pangan (Jakarta: Graha Ilmu, 2005), 13.

Page 70: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

54

54

menggantikan makanan pokok. Setelah kurma, anggur karena ia

merupakan buah istimewa dan dapat dimanfaatkan begitu muncul

dan manfaatnya terus-menerus. Selanjutnya adalah zaitun, zaitun

adalah buah yang sangat banyak manfaatnya, darinya diperoleh

minyak yang sangat jernih, di samping buahnya yang lezat.

Terakhir adalah delima, delima adalah buah yang

mengagumkan.108

2. Sayuran

Sayur-sayuran adalah bahan pangan dari berbagai tanaman

yang meliputi daun akar, batang, bunga ataupun buahnya. Sayur

dan buah merupakan bahan pangan yang sangat penting, Pedoman

Umum Gizi Seimbang (PUGS) memberikan aturan bahwa sayur

dan buah harus dikonsumsi dengan porsi sayur 1,5- 2 mangkuk,

buah 2-3 potong dalam sehari. Kebutuhan ini dipenuhi dengan

menyediakan sayur dan buah secara beragam. Selain itu, kita juga

perlu memerhatikan mutu dan keadaan bahan pangan baik saat

dimakan mentah atau dimasak.

Penggunaan sayuran hijau atau kuning membantu dalam

memenuhi kebutuhan tubuh akan mineral, serta protein dalam

jumlah yang kecil, sayuran ini adalah sumber utama yang baik

akan besi dan nilai vitamin A. Pada umumnya, semakin gelap

warna sayuran maka semakin banyak mengandung besi dan

vitamin A. Di Asia Tenggara khususnya di Indonesia sayuran

hijau atau kuning ini dengan mudah dan cepat tumbuh secara

alami maupun ditanam, seperti bayam, kol, rebung, labu, lada,

tunas, jantung pisang dan daun hijau dari semua jenis (termasuk

daun dari banyak tanaman akar-akaran dan umbi-umbian).

108

M. Quraish Shihab, Al-Mishbah, 576-577.

Page 71: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

55

55

Namun, di banyak rumah tangga sayuran ini tidak dikonsumsi

sesering dan sebanyak seharusnya, padahal jika sayuran ini

dikonsumsi setiap hari secara teratur dalam jumlah yang cukup

banyak maka akan memperbaiki mutu susunan pangan.

Di antara jenis sayuran yang disebut dalam al-Qur’an yaitu:

Bas}al (bawang merah), fu>m (bawang putih), mentimun yang

sama-sama disebutkan di dalam Qs. Al-Baqarah/2: 61. Khardal

(sawi) disebutkan dua kali di dalam al-Qur’an yaitu pada surat al-

Anbiya/21: 47 dan surat Luqman/31: 16, dua-duanya berbicara

tentang biji khardal yang dikaitkan dengan perhatian dan balasan

Allah atas sekecil apapun perbuatan manusia. Kemudian yaqt}i>n

(labu) yaitu sejenis tumbuhan rumpun dan juga termasuk jenis

sayuran yang paling bagus, mudah dicerna dan tidak melelahkan

lambung. Yaqt}i>n disebutkan dalam QS: as-Saffat/37: 146.109

a. Bawang merah dan bawang putih

Bawang banyak digunakan dalam berbagai resep

makanan di berbagai dunia.Tumbuhannya bisa dijadikan

bumbu penyedap makanan dan bagian umbinya telah

dimanfaatkan sebagai bahan makanan dalam berbagai budaya

kuno.Selain itu, pada masa Yunani para atlet mengonsumsi

banyak bawang karena dipercaya dapat menyeimbangkan

kandungan dalam darah.110

b. Mentimun

109

Kementerian Agama, Pelestarian Lingkungan Hidup, 132. 110

Kementerian Agama, Tafsir Ilmi: Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an), 105.

Page 72: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

56

56

Buah mentimun mengandung cukup banyak vitamin B1,

B2, B3, B5, B6, asam folik, vitamin C, dan beberapa mineral

seperti kalsium, besi, magnesium, fosfor, potassium dan zinc.

Dalam Kitab At-Tibb An-Nabawi (Pengobatan Rasulullah)

karya az-Zahabi dan Ibnu Qayyim al-Jauziyah bahwa

mentimun dapat dijadikan sebagai obat sariawan jika rutin

dikonsumsi setiap hari.111

c. Sawi (Khardal)

Seluruh bagian dari kelompok tanaman ini dimanfaatkan

sebagai bahan makanan: akar, daun (kubis), bunga (bunga kol,

brokoli), dan biji (minyak sawi). Kandungan nutrisi dalam

sawi cukup baik, misalnya vitamin C, serat dengan kadar

tinggi dan nutrisi lain yang dapat berperan sebagai antikanker.

Tetapi, komponen anti kanker ini akan menurun signifikan

bila sayur dimasak matang, berbeda jika sekedar direbus atau

digoreng sebentar.112

d. Labu (Yaqt}i>n)

Dalam bahasa Arab, kata yaqtin mencakup semua

tumbuhan yang tidak memiliki cabang (tumbuhan merambat),

termasuk di dalamnya semangka dan mentiumn.Labu yang

disebutkan di dalam al-Qur’an mengacu pada labu Inggris:

pumpkin yang juga disebut dubba’ atau Qar’. Labu dapat

dimanfaatkan buahnya baik yang muda atau yng sudah masak,

buahnya yang masih muda biasa dimanfaatkan sebagai

sayuran, sedangkan kulit buah yang sudah masak yang sudah

dikeringkan dapat digunakan sebagai botol.113

111

Kementerian Agama, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an, 113. 112

Kementerian Agama, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, 121. 113

Kementrian Agama, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, 117.

Page 73: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

57

57

3. Buah-buahan

Nilai gizi yang terkandung di dalam buah-buahan hampir sama

dengan yang terkandung di dalam sayur-sayuran, hanya saja

perbedaannya, di dalam buah-buahan terdapat gula-gula yang

mudah dicerna serta memiliki rasa manis. Sebagian besar buah-

buahan merupakan sumber vitamin C dan khusus buah yang

dengan kulit yang berwarna orange sebagian besar merupakan

sumber vitamin A. beberapa buah-buahan hanya menghasilkan

energi dalam jumlah kecil diantarannya yaitu: buah pisang, durian,

alpukat dan mangga. Selain mengandung energi buah alpukat juga

merupakan sumber lemak yang tinggi. Selain itu, dilihat dari

aspek ilmiah, buah-buahan adalah bahan pangan sebagai sumber

mineral dan vitamin. Seperti halnya dengan sayur-sayuran, buah-

buahan juga mengandung makronutrien yang lengkap yaitu:

protein, lemak dan karbohidrat. Kandungan mineral dan vitamin

yang terkandung dalam buah-buhahan lebih banyak dibandingkan

kandungan mikronatrium.

Dalam al-Qur’an surat al-Mu’minum/23: 19 dijelaskan bahwa

Allah swt telah menumbuhkan buah-buahan untuk makanan bagi

manusia.

“Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-

kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu

peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari

buah-buahan itu kamu makan,” (Qs. Al-Mu’minun/23: 19)

Allah swt menjadikan air yang tersimpan di dalam bumi

mampu menumbuhkan kebun-kebun kurma, anggur dan buah-

Page 74: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

58

58

buahan yang sangat banyak, dari sebagaian buah-buahan itu dapat

dijadikan sebagai bahan makanan yang baik dan menyehatkan.

Selain dimanfaatkan sebagai makanan, tumbuhan tersebut juga

dapat dijadikan sebagai sumber penghidupan, seperti hasil pohon

lada, pala, cengkeh dll. Dikeluarkan juga dari gunung Sinai pohon

zaitun yang menghasilkan minyak yang dapat digunakan untuk

melezatkan makanan, selain itu minyak zaitun juga banyak

digunakan sebagai bahan kosmetik dan obat-obatan karena zaitun

yang tidak mengandung kolesterol yang berbahaya bagi tubuh.114

Di antara jenis buah-buahan yang disebutkan di dalam al-

Qur’an yaitu buah Tin atau buah ara yang tercantum dalam Qs. At-

Tin/95: 1. Mengutip dari buku an-Nabatat Fil-Qur’anil-Karim

karya Prof. Dr. Jamaluddin Husain menjelaskan bahwa tin yang

kering mengandung 75% karbohidrat, 3.1% protein dan 0,2%

lemak. Selain itu buah tin juga kaya vitamin A, B1. B2, asam

formiat,asam sitrat, sodium, potassium, kalsium, besi dan fosfor.

selanjutnya buah Zaitun tercantum dalam Qs. An-Nur/24: 35 dan

at-Tin/95: 1, buah zaitun mengandung protein yang cukup tinggi,

zat garam, besi, fosfor, serta vitamin A dan B. selanjutnya kurma

atau nakhl, rutab tercantum dalam Qs Maryam/19: 25 dan al-

Mu’minun/23: 19. Kurma mengandung sekitar 20% air dan 65%

kalori. Yang terakhir Delima atau rumman tercantum dalam Qs al-

An’am/6: 99, 141 dan dalam Qs ar-Rahman/55: 68. Kandungan

protein dan lemak pada buah delima sangat sedikit. Naum, ia kaya

akan sodium, ribivlavin, thiamin, niacin, vitamin c, kalsium dan

fosfor.115

a. Tin

114

Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 503-504. 115

Kementerian Agama, Pelestarian Lingkungan Hidup, (Jakarta: Lajnah Pentashihan, 133-134.

Page 75: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

59

59

Buah tin mengandung mineral yang lebih lengkap

dibanding buah lainnya. 40 gram buah tin mengandung 244 mg

kalium116

(7% dari kebutuhan perhari), 53 mg kalsium117

(6%

dari kebutuhan per hari), dan 1,2 mg besi (6% dari kebutuhan

per hari). Buah tin juga juga berfungsi mempercepat

penyembuhan pada pasien, karena mengandung bahan-bahan

yang diperlukan tubuh untuk kembali segar dan berenergi.118

b. Zaitun

Buah zaitun mengandung protein yang cukup tinggi, zat

garam, besi, fosfor,119

serta vitamin A120

dan vitamin B,121

zaitun juga dipercaya dapat menghaluskan kulit sehingga

dimanfaatkan dalam industri sabun.122

c. Kurma

Buah kurma kaya akan kandungan gula, lemak, protein,

serta dan beberapa vitamin penting. Selain itu, buah kurma

116

Kalium adalah mineral yang berfungsi untuk mengendalikan tekanan darah, terapi darah tinggi, serta membersihkan karbondioksida di dalam darah, lihat Ni Luh Clcik dkk, “Penentuan Kadar Kalium (K) Dan Kalsium (Ca) Dalam labu Siam (Sechium Edule) Serta Pengaruh Tempat Tumbuhnya”, Jurnal Akademika Kimia, Vol 1, No. 4 (2012): 175.

117 Kalsium merupakan mineral yang penting bagi manusia yang berperan dalam

proses pertumbuhan tulang dan gigi, proses pembekuan darah, fungsi kerja otot-otot termasuk otot jantung, metabolisme tingkat sel, sistem pernapasan. Lihat Amanda Dewi Permana Shita dan Sulistyani, “Pengaruh Kalsium Terhadap Tumbuh Kembang Gigi Bagi Anak,” Stomatognatic (J.K.G. Unej) Vol. 7 No. 3 (2010): 40.

118Kementerian Agama, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, 69.

119 Fosfor merupakan zat penting dari semua jaringan tubuh yang berfungsi untuk

memberi energi dan kekuatan untuk metabolisme lemak dan pati sebagai penunjang kesehatan gigi dan gusi, lihat Sandey Tantra Paramitha, “Optimalisasi Pemanfaatan Mineral Fosfor Dalam Membentuk Kesehatan Fisik Anak Usia Dini Melalui Reeduksi Keluarga,” Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 09 (1), (Maret 2018): 25.

120Vitamin A berfungsi untuk pertumbuhan, penglihatan, reproduksi dan

pemeliharaan sel epitel. Sumber vitamin A berasal dari bahan pangan hewani, namun tubuh manusia dapat juga menggunakan pro-vitamin dari bahan pangan nabati, lihat Deddy Muchtadi, Materi Pokok Metabolisme Zat Gizi Pangan (Tangsel: Universitas Terbuka, 2015), 41.

121Vitamin B merupakan nutrisi yang esensial, termasuk di dalamnya adalah

thiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, asam folat, vitamin B12, biotin, dan asam pantotenat. Lihat Riska Habriel Ruslie, “Peranan Vitamin Sebagai Nutrisi Pada Bayi Prematur,” vol 4, No. 1 ( Januari -Juni 2012): 98.

122Kementerian Agama, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, 60.

Page 76: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

60

60

juga kaya akan mineral seperti minyak, kalsium, sulfur,123

besi,

kalium, fosfor dan mangan, menjadikannya sebagai sumber

nutrisi utama pada masyarakat Arab.124

d. Delima

Buah delima banyak digunakan sebagai makanan sehat

karena mengandung protein serta lemaknya yang rendah.

Delima kaya akan sodium, riboflavin,125

thiamin,126

niasin,127

vitamin C,128

yang mengandung cukup banyak

antioksidan. Selain itu, delima juga kaya akan mineral, seperti

fosfor dan kalsium.129

e. Anggur

Buah anggur adalah sumber glukosa, fruktosa, dan

beberapa mineral seperti sodium, potassium, kalsium dan

besi.Kandungan vitamin di dalam buah anggur dapat mencegah

pendarahan pada penderita diabetes, gangguan urat nadi pada

penderita atherosclerosis.130

Penafsiran dalam penggalan ayat “Dan untuk kamu pula

buah-buahan bermcam-macam banyaknya.” Di bukit-bukit

123

Sulfur adalah mineral yang diperlukan untuk pembekuan kolagen, metabolism enzim, energy. Dan pembekuan darah, lihat Ayu Buan Febry, dkk, Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), 11.

124Kementerian Agama, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, 70.

125 Riboflavin adalah vitamin B-2 yang berfungsi untuk metabolisme karbohidrat,

penglihatan dan kulit, lihat Sabar Subakti, “Asupan Bahan Makanan Dan Gizi Bagi Atlet Renang,” Jurnal Ilmu Keolahragaan, Vol. 8, No. 2 (Juli - Desember 2010): 114.

126Thiamin atau vitamin B-1 berperan dalam metabolisme karbohidrat untuk

pembentukan energy.Kekuranag thiamin dapat menimbulkan kurang nafsu makan, cepat merasa lelah, kerusakan pembuluh darah, sel syaraf, dan menimbulka penyakit beri-beri, lihat Deddy Muchtadi, Materi Pokok Metabolisme Zat Gizi Pangan, 40.

127 Niasin atau vitamin B-3 merupakan nama generic untuk asam nikotinat dan

nikotinamida yang berfungsi sebagai sumber vitamin dalam makanan, lihat Vivi Triana, “Macam-macam Vitamin Dan Fungsinya Dalam Tubuh Manusia,” Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 1, No. 1 (September 2006): 44.

128Vitamin C diperlukan untuk produksi kolagen, pembentukan tulang dan gigi,

penyimpanan yodium, pertumbuhan jaringan, penyembuhan, pembentukan sel darah merah, kekebalan terhadap infeksi, lihat Ayu Bulan Febyy, dkk, Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan, 9.

129Kementerian Agama, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, 54.

130Kementerian Agama, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, 84.

Page 77: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

61

61

sekeliling Jazirah Arab tumbuhlah anggur, kurma, zaitun, tin dan

buah-buahan yang lain. Indonesia adalah negeri khatulistiwa yang

di dalamnya terdapat berbagai macam buah-buahan yang tidak

terdapat di Jazirah Arab, seperti durian, rambutan, papaya, pisang

dengan segala ragamnya, kedongdong, sawo, manggis, duku, dll.

Perlainan ragam buah-buahan tersebut disebabkan oleh faktor

iklim bumi, iklim daerah, dan dapat pula karena kadar atau ukuran

air yang diturunkan Allah. “Dan dari padanyalah kamu makan.”

Yakni semua ini dicipta Allah untuk menjadi makanan kamu.131

Kata (فواكه) fawa>kih adalah bentuk jamak dari kata (فاكهة)

fa>kihah yang biasa diterjemahkan buah. Kata ini terambil dari kata

( فكه ) fakiha yang berarti lezat/nyaman. Apa yang masuk ke mulut

jika tujuannya untuk mengenyangkan misalnya nasi ia dinamai

t}a’a>m. Tetapi, jika tujuannya untuk kelezatan dan kenyamanan, ia

dinamai fa>kihah. Ada makanan yang berfungsi sebagai makanan

mengenyangkan sekaligus untuk kelezatan, seperti dalam

masyarakat Arab misalnya kurma atau pisang di beberapa negara

di Afrika. Ada juga yang hanya berfungsi sebagai makanan

kelezatan atau katakanlah sebagai makanan penutup dan “pencuci

mulut”. Buah zaitun adalah makanan yang dimakan bersama

makanan pokok, tetapi ia bukan makanan pokok, sekaligus bukan

juga makanan penutup tetapi dimakan bersama makanan pokok.132

Dari aneka tumbuhan sebagai sumber gizi di atas

menunjukkan betapa nilai gizi dalam kehidupan manusia.

Sebagaimana Allah telah memerintahkan manusia untuk

mengonsumsi makanan yang halal dan baik, dalam Tafsir

Kementerian Agama sendiri kriteria makanan yang baik adalah

makanan yang mengandung nilai gizi yang sangat penting untuk

131

Hamka, Tafsir Al-Azhar, 30. 132

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, 347.

Page 78: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

62

62

kesehatan tubuh manusia. Di dalam ajaran Islam tujuan dari makan

itu sendiri adalah untuk memperkuat tubuh agar dengan kekuatan

tubuh itu seseorang mampu melaksanakan ibadah kepada Allah

swt dengan lebih maksimal.

Dalam penafsiran ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan

dengan gizi dan tumbuhan oleh Kementerian Agama dapat

diambil kesimpulan bahwa Allah tidak semata-mata

memerintahkan manusia untuk mengonsumsi makanan yang baik

yang memiliki nilai gizi, tetapi Allah juga telah menyediakan

berbagai macam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai

sumber gizi bagi manusia. Allah swt menciptakan tumbuhan

dengan jenis biji-bijian sebagai sumber karbohidrat, kacang-

kacangan sebagai sumber protein dan lemak, kemudian sayuran

dan buah-buahan sebagai sumber vitamin. Selain berfungsi sebagai

sumber makanan yang bergizi tumbuhan juga berfungsi sebagai

obat-obatan dan bahan penghasil oksigen yang penting bagi

kehidupan makhluk hidup.

Dari pemaparan di atas jelaslah bahwa Allah tidak pernah

menciptakan sesuatu tanpa menyertakan manfaat di dalamnya.

Seandainya Allah tidak menciptakan tumbuhan di muka bumi ini

maka mustahil kehidupan makhluk hidup dapat berlangsung

dengan baik sampai saat ini.

Page 79: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitan terhadap beberapa ayat yang

berkaitan dengan tumbuhan yang berfungsi sumber gizi dalam tafsir

kementerian Agama beserta relevansi sainsnya, maka dapat

disimpulkan bahwa:

Di dalam al-Qur’an telah disebutkan beberapa jenis tumbuhan

seperti: padi-padian, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan buah-

buahan menurut perspektif tafsir Kementerian Agama khususnya

Tafsir Ilmi maupun sains telah sepakat bahwa jenis tumbuh-tumbuhan

yang disebutkan di atas mengandung sumber gizi yang baik untuk

kelangsungan hidup manusia. padi-padian yang kaya akan karbohidrat

dianjurkan untuk dikonsumsi agar dapat memberikan energi bagi

tubuh, kacang-kacangan yang kaya akan protein sangat baik

dikonsumsi untuk membantu masa pertumbuhan, buah-buahan dan

sayuran sama-sama kaya akan berbagai jenis vitamin yang berfungsi

untuk menjaga daya tahan tubuh agar tetap sehat, namun yang

membedakan antara buah-buahan dan sayuran yaitu di dalam buah-

buahan terdapat gula-gula sehingga mudah untuk dicerna serta

memliliki rasa manis.

Untuk mendapatkan tubuh yang sehat, maka harus diawali dengan

pola makan yang sehat, dan pola makan yang sehat bergantung pada

kesimbangan dan keberagaman makanan yang masuk ke dalam tubuh,

yang dimaksud keberagaman di sini ialah mengandung berbagai zat

gizi baik itu, karbohidrat, lemak, protein, mineral, maupun vitamin

kesemuanya itu harus seimbang kita konsumi, karena apabila kita

kekurangan salah satu dari zat gizi yang disebutkan di atas maka kita

Page 80: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

64

64

tidak akan mendapatkan tubuh yang sehat. Allah menciptakan tumbuh-

tumbuahan di muka bumi ini tidak lain untuk memenuhi kebutuhan

hidup manusia terutama tumbuh-tumbuhan yang mengandung zat gizi

yang dimanfaatkan sebagai sumber makanan, karena di dalam ajaran

Islam tujuan dari makan itu sendiri adalah untuk memperkuat tubuh

agar dengan kekuatan tubuh itu seseorang dapat melaksanakan Ibadah

kepada Allah swt.

B. Saran

Penulis sadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat

banyak kekurangan, disebabkan keterbatasan dalam upaya meneliti.

Kajian ini dirasa masih sangat jauh dari kesempurnaan, selain

berfungsi sebagai sumber zat gizi di dalam al-Qur’an juga telah

disebutkan berbagai fungsi tumbuhan yang dianjurkan untuk

dimanfaatkan oleh manusia, seperti: Fungsi tumbuhan sebagai obat,

tumbuhan sebagai penghasil oksigen, dll yang dapat dikaji lebih lanjut

dengan perspektif sains dan al-Qur’an.

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan hingga akhir

tentulah masih sangat banyak kekurangan, baik yang berkaitan dengan

ide, sistematika penulisan dan pemilihan kata-kata. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang

budiman demi kesempurnaan penelitian ini dan penelitian-penelitian

selanjutnya.

Page 81: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

65

DAFTAR PUSTAKA

Abdushshamad, Muhammad Kamil’, Mukjizat Ilmiah Dalam Al-

Qur’an(Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003).

Amir,Mafri , Literatur Tafsir Indonesia (Ciputat: Mazhab Ciputat, 2013).

Arifin,Zainal, Kajian Ilmu Rasm Usmani dalam Mushaf Al-Qur’anStandar

Usmani Indonesia( vol. 6, No 1, 2013).

Asqalani, Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar, Fathul Baari Syarah

ShahihBukhari(Kitab Muzara’ah) (Riyadh: Maktabah Darussalam,

1418).

Azhar, Manusia Dan Sains Dalam Perspektif Al-Qur’an (Lantanida

Journal, Vol.4 No. 1, 2016).

Chirzin, Muhammad, Mengerti Asbabun Nuzul (Jakarta: Zaman, 2015).

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang

disempurnakan), (Jakarta: Depag RI, 2004).

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Gizi Dan Kesehatan

Masyarakat, (Jakarta: Rajawali Pres, 2010).

Ermano, Nadya Dayinta N dan Wirjatmadi Bambang, Hubungan Aktivitas

Fisik Dan Asupan Gizi Dengan Status Gizi Lebih Pada Anak Usia

Sekolah Dasar di Sdn Ketabang 1 Kota Surabaya Tahun 2017

(Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Airlangga, 2018).

Faizin, Integrasi Agama Dan Sains Dalam Tafsir Ilmi Kementrian Agama

(Jurnal Ushuluddin, Vol. 25 No. 1, Januari-Juni 2017).

Fauzan, Afriadi, Tumbuh-tumbuhan dan Buah-buahan Dalam Al-Qur’an

(Skripsi: Program Studi Ilmu Al-Qur'an da’ Tafsir, Fakultas

Ushuluddindan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

2015).

Febry, Ayu Bulan, dkk, Ilmu Gizi Untuk Praktisi

Kesehatan,(Yogyakarta:Graha Ilmu, 2013).

Federspiel, Howard M, Kajian Al-Qur’an Di Indonesia: Dari Mahmud

Yunus Hingga Quraish Shihab, (Bandung: Mizan, 1996).

Page 82: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

66

66

Fikri, Ahmad, Penggunaan Unsur Tumbuh-tumbuhan Dalam Gaya

Bahasa Al-Tasybih di Dalam Al-Qur’an Al-Karim (Jurnal ‘Ulum

Islamiyyah, Vol.16 (Desember) 2015).

Fuadi, Muhammad Ali, Ayat-ayat Pertanian Dalam Al-Qur’an (Studi

Analisis Terhadap Penafsiran Thanthawi Jauhari), (Skripsi:

Program Studi Tafsir dan Hadis, Fakultas Ushuluddin dan

Humaniora UINWalisongo Semarang, 2016).

Hamidah, Siti, “Sayuran dan Buah Serta Manfaatnya Bagi Kesehatan.”

Mafaza (18 Januari, 2015): 10.

Hamka, Juz ‘Amma Tafsir al-Azhar (Jakarta: Gema Insani, 2015).

Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Penjas, 1983).

Iryani, Eva, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan (Jurnal Ilmiah, Universitas

Batnghari Jambi Vol. 17 No. 3 Tahun 2007).

J,Laura dkk, Food, Nutrion and Agriculture, Terj. Suhardjo (Jakarta:

Universitas Indonesia (UI-Press), 2006).

Junaidi, Didi, Mengenal Lebih Dekat Metode Tafsir Maudlu’i (Diya

alAfkar, Vol. 4 No. 01 Juni 2016).

Junair, Suratman, “Pendekatan Penafsiran Al-Qur’an Yang Didasarkan

Instrumen Riwayat, Nalar, dan IsyaratBatin.” Jurnal Intizar, Vol.

20, No. 1 (2014): 46.

Kementrian Agama RI, Pembangunan Generasi Muda (Tafsir Al-Qur’an

Tematik), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an, 2011).

Kementrian Agama, Tafsir Al-Qur’an Tematik Pelestarian

LingkunganHidup (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-

Qur’an, 2012).

Kementrian Agama, Tafsir IlmiMakanan dan Minuman Dalam Perspektif

Al-Qur’an dan Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-

Qur’an,2011).

Khairuddin, Morfologi dan Anatomi Buah Dalam Al-Qur’an (Skripsi:

Program Studi Tafsir dan Hadis, Fakultas Ushuluddin dan

Humaniora UIN Walisongo Semarang, 2015).

Page 83: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

67

67

Kurdanti, Weni, dkk, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian

Obesitas Pada Remaja(Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 11, No.

4, April 2015).

Maisaroh, Tatik, Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup Dalam Al-Qur’an

(Studi Tafsir Al-Misbah), (Skripsi: Program Studi Ilmu Al-Qur’an

dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin UIN Raden Intan Lampung,

2017).

Mangunjaya, Fachruddin M dkk, Menanam Sebelum Kiamat: Islam,

Ekologi, dan Gerakan Lingkungan Hidup (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2007).

Matondang, Zulaikha, Ketahanan Pangan Dalam Peningkatan

Pembangunan Ekonomi Serta Kaitannya Dalam Pandangan

Islam(Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN

Padangsidimpuan).

Minarno, Eko Budi dan Liliek Hariani, Gizi dan Kesehatan Perspektif

AlQur’an dan Sains (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008).

Muchlisin, Annas Rollidan Khairun Nisa, Geliat Tafsir ‘Ilmi di Indonesia

dari Tafsir Al-Nur hingga Tafsir Salman (Journal of Islamic

Studies andHumanities, Vol. 2, No. 2, Desember 2017).

Muchtadi, Deddy, Materi Pokok Metabolisme Zat Gizi Pangan

(Tangsel:Universitas Terbuka, 2015).

Mustaqim, Abdul, Etika Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati Dalam

Perspektif Al-Qur’an (Jurnal Hermeneutik, Vol. 9, No. 2.

Desember2015).

Nadiah, Thayyarah, Buku Pintar Sains Dalam Al-Qur’an. Jakarta: Zaman,

2013.

Nurhidayah, Urgensi Tumbuhan Bagi Kehidupan Dalam Perspektif Al-

Qur’an (Skripsi: Program Studi Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin

UINSyarif Hidayatullah Jakarta, 2010).

Oktavia, Silvera, dkk, Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Status

Gizi Buruk Pada Balita Di Kota Semarang Tahun 2017 (Jurnal

Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 No 3, Juli 2017).

Paramitha, Sandey Tantra, Optimalisasi Pemanfaatan Mineral Fosfor

Dalam Membentuk Kesehatan Fisik Anak Usia Dini Melalui

Page 84: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

68

68

Reeduksi Keluarga (Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 09 (1),

Maret 2018).

Parwoto, Ahmad, Disorientasi Seksual Dalam Tafsir Indonesia (Studi

Tafsir Departemen Agama), (Skripsi: Program Studi Tafsir Hadits,

Fakultas Ushuluddin UIN Raden Intan Lampung, 2017).

Program Studi Tasawuf Psikoterapi, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan

Gunung Djati Bandung, 2017).

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, Hipertensi, (Jakarta,

2014).

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, Situasi dan Analisis

Diabetes, (Jakarta, 2014).

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, Situasi Penyakit

Kanker, (Jakarta, 2015).

Qatthan, Manna’, Dasar-dasar Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Ummul Qura’,

2016).

Qurthubi, Imam, Tafsir Al-Qurthubi, Terj. Sudi Rosdi, dkk (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2008).

Rahayu, Mulyatidan Kazuhiro Horada, Peran Tumbuhan Dalam

Kehidupan Tradisional Masyarakat, Lokal Di Taman Nsional

Gunung Halimun Jawa Barat (Jurnal Berita Biologi, Vol. 7, No. 1,

April 2004 dan No. 2 Agustus 2004).

Rahman, Andi, Kualitas Hadis Dalam Tafsir Al-Qur’an Depag RI, (Tesis,

Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008).

Ruslie, Riska Habriel, Peranan Vitamin Sebagai Nutrisi Pada Bayi

Prematur (vol 4, No. 1, Januari – Juni 2012).

Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur’an Dalam Tafsir al-

Misbah, (Jakarta: AMZAH, 2015).

Salamah, Ella, dkk, Kandungan Mineral Remis (Corbicula Javanica)

Akibat Proses Pengolahan (Jurnal Aktuatika, Vol III No. 1 Maret

2012).

Sanaky, Hujair A. H, Metode Tafsir (Jurnal Al-Mawarid UII Edisi XVIII

2008).

Page 85: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

69

69

Setyowati, Hajar Nur, Hadis Tentang Keutamaan Bercocok Tanam (Studi

Ma’ani Al-Hadis), (Skripsi: Program Studi Tafsir Hadis, Fakultas

Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009).

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-

Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002).

Shita, Amanda Dewi Permana dan Sulistyani. “Pengaruh Kalsium

Terhadap Tumbuh Kembang Gigi Bagi Anak.” Stomatognatic

J.K.G. Unej, Vol. 7 No. 3 (2010): 40.

Sibagariang, Eva Ellya, Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi, (Jakarta: CV

Trans Info Media, 2010).

SN, Sudirman, Al-Qur’an Al-Karim Wa Tafsiruhu (Edisi Yang

Disempurnakan) Karya Departemen Agama (Suatu Kajian

Metodologi), (Tesis: Program Studi Ilmu Tafsir Pascasarjana UIN

Alauddin Makasar, 2016).

Su’dan, Al-Qur’an & Panduan Kesehatan Masyarakat, (Jakarta: PT Dana

Bhakti Prima Yasa, 1997).

Subakti, Sabar, Asupan Bahan Makanan Dan Gizi Bagi Atlet Renang

(Jurnal Ilmu Keolahragaan, Vol. 8 (2) Juli - Desember 2010).

Sumantri, Arif, Kesehatan Lingkungan (Jakarta: Kencana Prenada Medaia

Grup, 2010).

Susilowati dan Kuspriyanto, Gizi Dalam Daur Kehidupan, (Bandung: PT

Refika Aditama, 2016).

Syafi’I, Rachmat, Pengentar Ilmu Tafsir (Bandung, Pustaka Setia, 2012).

Syamsiah, Aam, Sains Sebagai Jalan Mengenal Allah (Makrifat), (Skripsi:

Syarifuddin, Moh Anwar, Penafsiran Tematik Al-Qur’an Di Indonesia

(Kajian atas Karya-karya Penafsiran Bertema Penjelasan Saintifik

Ayat-ayat Al-Qur’an), (Jurnal: Pusat Penelitian Dan Penerbitan

(PUSLITPEN) LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015).

Tejasari, Nilai-nilai Gizi Pangan. Jakarta: Graha Ilmu, 2005.

Thalbah, Hisham, Kemukjizatan Tumbuhan dan Buah-buahan

(Ensiklopedia Mukjizat Al-Qur’an Dan Hadis), (Bekasi: Sapta

Sentosa, 2008).

Page 86: ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

70

70

Triana, Vivi, Macam-macam Vitamin Dan Fungsinya Dalam Tubuh

Manusia, (Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006, 1(1)).

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian

Sosial(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003).

Utami, Ulfah, Konservasi Sumber Daya Alam (Malang: UIN-Malang

Press, 2008).

Waharjani.“Makanan Yang Halal Lagi Baik dan Implikasinya Terhadap

Kesalehan Seseorang.”Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam,

Vol. 4, No. 2 (Desember 2015): 202.

Yanggo, Huzaemah Tahido, “Makanan dan Minuman Dalam Perspektif

Hukum Islam.” Jurnal Tahkim, Vol. IX No. 2 (Desember 2013):

9.

Zain, Ruri Hartika, Representasi Pengetahuan (Knowledge) Berbasis Rule

(Rule-Based) Dalam Menganalisa Kekurangan Vitamin Pada

Tubuh Manusia, (Jurnal Media Processor Vol. 8, No. 2, Juni

2013).