Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. ·...

113
TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN RUHUL MA’ANI) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Tafsir Hadis (S. Ag) Disusun oleh: Nuraini Syarifuddin Disusun Oleh : Nur’aini Syarifuddin NIM.13210535 Dosen Pembimbing: Dr. H. Muhammad Ulinnuha, Lc. MA PRODI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA 2017 M / 1438 H

Transcript of Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. ·...

Page 1: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN

(STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN RUHUL MA’ANI)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Tafsir Hadis (S. Ag)

Disusun oleh:

Nuraini Syarifuddin

Disusun Oleh :

Nur’aini Syarifuddin

NIM.13210535

Dosen Pembimbing:

Dr. H. Muhammad Ulinnuha, Lc. MA

PRODI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA

2017 M / 1438 H

Page 2: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-

MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANI

Proposal ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Pada

Mata Kuliah Seminar Proposal

Dosen Pembimbing :

Dr. Muhammad Ulinnuha, LC. MA

Disusun Oleh :

Nur’aini Syarifuddin

NIM. 13210535

PRODI TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

2016 M / 1437 H

Page 3: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

No : Istimewa

Lampiran : 1 Berkas

Hal: Pengajuan Judul Skripsi

Kepada yang terhormat

Dekan Fakultas Ushuluddin IIQ Jakarta

Ibu Dr. Hj. Maria Ulfa, M.Ag

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Salam silaturrahmi kami haturkan, semoga ibu selalu dalam lindungan Allah Swt dan

Sukses dalam menjalankan aktifitas sehari-hari, Amin.

Nama : Nuraini Syarifuddin

Nim : 13210535

Memohon kepada ibu untuk memberikan persetujuan atas proposal judul skripsi saya,

serta dapat memberikan rujukan dosen pembimbing untuk memberikan kemudahan dalam

penulisan skripsi ini sebagai syarat kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana pada program

strata 1 di fakultas Ushuluddin IIQ Jakarta.

Adapun skripsi yang saya ajukan berjudul “Tawakal dalam Al-Qur’an (Studi

Komparatif Tafsir Al-Mizan dan Ruh Al-Ma’ani)” Dengan proposal sebagaimana terlampir.

Dengan demikian permohonan ini saya sampaikan, Atas perhatian dan dukungannya

saya ucapkan terima kasih.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 24 Januari 2017

Hormat saya

Nuraini Syarifuddin

13210535

Page 4: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Tawakal dalam Al-Qur`an (Studi Komparasi Tafsir Al-

Mizan dan Al-Alusi)” yang disusun oleh Nuraini Syarifuddin dengan Nomor

Induk Mahasiswa 13210535 telah melalui proses bimbingan dengan baik dan

disetujui untuk diujikan pada sidang munaqosyah.

Jakarta, 3 Augustus 2017

Pembimbing,

Dr.H Muhammad Ulinnuha,LC.MA

Page 5: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Tawakal dalam Al-Qur`an (Studi Komparasi Tafsir Al-

Mizan dan Al-Alusi)” oleh Nuraini Syarifuddin dengan NIM 13210535 telah

diujikan pada sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-

Qur`an (IIQ) Jakarta pada tanggal Juli 2017. Skripsi ini diterima sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag).

Jakarta, Augustus 2017

Dekan Fakultas Ushuluddin

Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta

Dra. Hj. Maria Ulfah, MA

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Penguji I, Penguji II,

Pembimbing,

Dr. H. Muhammad Ulinnuha,LC. MA

Page 6: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

iii

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nuraini Syarifuddin

NIM : 13210535

Tempat/ Tgl. Lahir : Pelalawan,RIAU, 01 Januari 1995

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Tawakal dalam Al-Qur`an (Studi

Komparasi Tafsir Al-Mizan dan Al-Alusi)” adalah benar-benar asli karya

saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan

kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta,2 Augustus 2017

Nuraini Syarifuddin

Page 7: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

iv

PERSEMBAHAN

Saya Persembahkan karya sederhana ini teruntuk kedua orang tua tercinta,

ummi dan abi, kepada semua kakak saya, abang saya, kaka maisarah

(Almarhumah) dan abang Ghazali (Almarhum). Terima kasih telah

mendidikku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, doa yang selalu tak

pernah lupa engkau kirimkan untukku dan yang selalu memberikan ku

semangat untuk setiap langkah. Terima kasih atas semua jasa-jasamu yang

tak terbalaskan dengan kata-kata. Semoga Allah memberikan kesehatan

selalu kepada kedua orang tua dan family.

Page 8: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

v

انسحيى بسى الله انسح

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah swt yang Maha Kuasa hanya dengan izin-Nya

terlaksana kebijakan dan kesuksesan. Shalawat serta salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad saw. Sahabat serta

para pengikutnya.

Dalam penulisan skripsi ini, Alhamdulillsah skripsi ini dapat

terselesaikan berkat adanya dorongan, nasehat serta bimbingan dari semua

pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. di

antaranya kepada:

1. Allah swt, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas setiap

kemudahan dan kelancaran-Nya selama penulis mengerjakan skripsi

ini.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Khuzaemah Tahido Yanggo, Lc, MA Ibunda kita

semua, Rektor Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.

3. Ibu Dr. Hj. Maria Ulfa, MA dekan fakultas Ushuluddin IIQ

Jakarta,atas segala kebaikan dan bimbingannya.

4. Bapak Dr. H. M. Ulinnuha Husnan, Lc, MA selaku dosen

pembimbing yang telah meluangkan waktunya guna memberikan

bimbingan dan pengarahan yang sangat berarti dalam penulisan

skripsi ini.

5. Segenap dosen pengajar IIQ terutama Fakultas Ushuluddin jurusan

Tafsir Hadist yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan,

sehingga penulis mampu memahami banyak hal terkait ilmu-ilmu Al-

Qur`an.

Page 9: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

vi

6. Segenap instruktur tahfidz atas ilmu dan semangat yang telah

diberikan kepada penulis. Kak A‟yuna, Ibu Mahmmudah, Ibu Atiqoh,

Ibu Amilah, Ibu Muthmainnah, dan Bu Istiq serta Bapak Fathoni.

7. Seluruh staf Fakultas yang telah membantu apapun yang dibutuhkan

penulis selama menjadi mahasiswa.

8. Pimpinan dan staf perpustakaan IIQ Jakarta, perpustakaan Fakulats

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah, perpustakaan umum UIN Syarif

Hidayatullah, perpustakaan UIN SUSKA (Sultan Syarif Kasim) Riau,

perpustakaan PSQ, dan perputakaan Iman Jama‟ terimakasih atas

kesempatannya untuk penulis dalam mecari bahan yang diperlukan

dalam penyusunan skripsi.

9. Mommy tercinta Hj. Syarma dan my daddy H. Syarifuddin, serta my

brother H. Muslim Lc.MA. yang selalu memberikan supportnya serta

membantu dalam menyelasaikan skripsi ini, terimakasih momy,

daddy dan abang.

10. Teman teman angkatan 2013 terkhusus untuk teman teman

Ushuluddin, atas kebersamaan dan supportnya selama masa

perkuliahan hingga sekarang.

Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan

masayarakat. Semoga Allah melimpahkan Rahmat dan pahala-Nya kepada

kita semua. Amin.

Jakarta, Augustus 2017

Nuraini Syarifuddin

Page 10: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

vii

DARTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

PERNYATAAN PENULIS .......................................................................... iii

PERSEMBAHAN..........................................................................................iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... xi

ABSTRAKSI ................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Identifikasi, Pembatasan Dan Perumusan Masalah .................. 10

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ................................................ 12

D. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 13

E. Metodologi Penelitian ............................................................... 15

F. Teknik Dan Sistematika Penulisan............................................ 16

BAB II HAKIKAT TAWAKAL

A. Pengertian Tawakal ................................................................... 19

1. Pengertian Secara Bahasa ..................................................... 19

2. Pengertian Secara Istilah ....................................................... 22

B. Urgensi Tawakal ....................................................................... 27

C. Identifikasi Ayat-ayat tentang Tawakal .................................... 39

D. Hubungan Tawakal dan Prilaku Keseharian ............................. 41

BAB III BIOGRAFI PENULIS DAN PROFIL KITAB TAFSIR

A. Biografi Muhammad Husain Thaba-thaba‟i ............................. 51

Page 11: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

viii

B. Biografi Syihabuddin Sayyid Mahmud Afandi al-Alusi .......... 55

C. Profil Tafsir al-Mizan ................................................................ 61

a. Latar Belakang Penulisan Tafsir ................................ 61

b. Karya-karya Thaba-thaba‟i ........................................ 63

c. Metode dan Sistematika Penafsiran ........................... 65

d. Corak Penafsiran ........................................................ 66

e. Karakteristik Tafsir .................................................... 67

D. Profil Tafsir Ruhul Ma‟ani ........................................................ 68

a. Latar Belakang Penulisan Tafsir ................................ 68

b. Karya al-Alusi ............................................................ 70

c. Metode Penafsiran ...................................................... 70

d. Sumber Penafsiran ..................................................... 70

e. Corak Penafsiran ....................................................... 71

f. Referensi Tafsir .......................................................... 71

g. karakteristik Tafsir ..................................................... 72

h. Sistematika Penafsiran ............................................... 72

BAB IV PENAFSIRAN AYAT-AYAT TAWAKAL

A. Penafsiran Muhammad Husain Thaba-thaba‟i dan Al-Alusi .... 75

1. Perintah Tawakal ................................................................. 75

a. QS. At-Taubah [9]: 51 ................................................... 75

b. QS. Al-Ahzab [33]: 3 .................................................... 78

2. Tawakal Sifat Orang yang Beriman .................................... 79

a. QS. Al-Anfal [8]: 2 ........................................................ 80

b. QS. At-Taghabun [64]: 11-13 ....................................... 84

c. QS. Yunus [10]: 84 ........................................................ 86

3. Balasan Bagi Orang yang Bertawakal ................................. 90

a. QS. Al-„Ankabut [29]: 58-59 ........................................ 90

b. QS. Ath-Thalaq [65]: 3 .................................................. 92

Page 12: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

ix

B. Analisis Persamaan dan Perbedaan Penafsiran ............................ 97

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 99

B. Saran ........................................................................................... 100

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 101

Page 13: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Konsonan

Huruf

Arab Nama

Huruf

Latin Keterangan

alif - Tidak dilambangkan أ

”bā` B Huruf “be ة

”tā` T Huruf “te ث

”tsā` Ts Huruf “te” dan “es ث

jim J Huruf je ج

hā` H Huruf “ha” dengan garis bawah ح

”khā` Kh Huruf “ka” dan “ha خ

”dal D Huruf “de د

”dzal Dz Huruf “de” dan “zet ذ

”rā` R Huruf “er ز

”zai Z Huruf “zet ش

”sin S Huruf “es س

”syin Sy Huruf “es” dan “ye ش

”shād Sh Huruf “es” dan “ha ص

”dhād Dh Huruf “de” dan “ha ض

”thā` Th Huruf “te” dan “ha ط

”zhā` Zh Huruf “zet” dan “ha ظ

„ ain„ عKoma terbalik di atas hadap

kanan

”ghain Gh Huruf “ge” dan “ha غ

”fā` F Huruf “ef ف

”qāf Q Huruf “qi ق

”kāf K Huruf “ka ك

”lām L Huruf “el ل

”mim M Huruf “em و

nun N Huruf “en”

”wāwu W Huruf “we و

”hā` H Huruf “ha ھ

hamzah ` Apostrof ء

”yā` Y Huruf “ye ي

Page 14: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

xi

B. Vokal

Vokal Tunggal

Tanda Vocal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

A Harakat Fathah

I Harakat Kasrah

U Harakat Dhammah

Vokal Panjang

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

ȃ Huruf “a” dengan topi di

atas

Î Huruf “i” dengan topi di atas

Û Huruf “u” dengan topi di

atas

Vokal Rangkap

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

Ai Huruf “a” dan “i”

Au Huruf “a” dan “u”

C. Kata Sandang

1) Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyyah

ditransliterasi sesuai dengan bunyinya. Contohnya:

al-Madînah :انديت al-Baqarah :انبقسة

2) Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsiyyah

ditransliterasi sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan

sesuai bunyinyaContoh:

Page 15: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

xii

as-Sayyidah : انسيدة ar-rajul : انسجم

ad-Dȃ : اندازيى asy-syams : انشس rimî

3) Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan dengan

lambang (__), sedangkan untuk alih aksara dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd.

Aturan ini berlaku umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di

akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyyah. Contoh:

Âmannȃ : أيب ببلله billȃ hi انسفهبء Âmana as-Sufahȃ : أي ’u

انري wa ar-rukka’i : وانسكع Inna al-ladzîna : إ

4) Ta Marbuthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata

sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”.

Contoh:

al-Af`idah : الأفئدة

al-Jȃ : انجبيعت الإسهبييت mi’ah al-Islȃ miyyah

Sedangkan ta marbuthah yang diikuti atau disambungkan (di-

washal) dengan kata benda (isim), maka dialih aksarakan menjadi

huruf “t”. Contoh:

Âmilatun Nashibah’: عبيهت بصبت

al-Âyat al-Kubrȃ : الٱيت انكبسى

Page 16: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

xiii

ABSTRAKSI

Nuraini Syarifuddin (13210535)

Tawakal dalam Al-Qur`an ( Studi Komparasi Tafsir Al-Mizan dan Al-

Alusi)

Skripsi ini menelaah tentang makna tawakal, penulis mengambil tema

ini karena banyak orang salah dalam memahami makna tawakal kepada Allah

swt. Mereka menganggap bahwa tawakal itu semata-mata menyerah kepada

Allah tanpa berusaha. Itulah yang membuat penulis terdorong untuk

mengkaji lebih mendalam, apakah tawakal itu bisa membawa perbedaan

dalam maksud ataupun tujuannya dengan mengambil penafsiran dari tafsir

Al-Mizan dan Al-Alusi, yang mana keduanya merupakan mufassir dari

madzhab theologi yang berbeda, yaitu Syi‟ah dan Sunni.

penelitian ini termasuk dalam penelitian kepustakaan (Library

Research), maka penulis merujuk kepada Tafsir Al-Mizan dan Tafsir Al-

Alusi sebagai data primer. Kemudian didukung oleh data dari literature yang

ada kaitannya dengan penelitian ini. Selanjutnya tehnik pengumpulan data

yang digunakan adalah dokumentasi. Data-data tersebut dikumpulkan

seterusnya mencari titik persamaan dan perbedaannya melalui pendekatan

metode tafsir muqarin.

Muhammad Husain Thaba-thaba‟i menafsirkan tawakal adalah

bergantung pada takdir yang telah ditetapkan Allah atau bersifat Jabariyyah.

Segala urusan hanya Allah saja yang mengatur tanpa campur tangan manusia

di dalamnya, jadi manusia tidak diperkenankan berikhtiar. Sedangkan al-

Alusi menjelaskan Tawakal itu adalah menyerahkan kepada Allah segala

perkara setelah berusaha dan berikhtiar, kita hanya perlu bersandar kepada-

Nya karena hanya Dia-lah yang mampu mengurus segala urusan hamba-

hamba-Nya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang

cukup signifikan antara mufassir sunni dan syi‟ah. Mufassir sunni

mengatakan Tawakal merupakan landasan atau tumpuan terakhir dalam

sesuatu usaha atau perjuangan. Baru berserah diri kepada Allah setelah

menjalankan ikhtiar. , sedangkan mufassir Syi‟ah lebih condong ajaran

Jabariyyah.

Page 17: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya

selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia kalamullah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad saw untuk mengeluarkan manusia

dari suasana yang gelap menuju yang terang serta membimbing mereka

ke jalan yang lurus.1

Hati merupakan dasar keimanan dan tempat berpencarnya iman,

satu-satunya landasan universal untuk mengenal hati beserta tingkah

lakunya adalah tawakal kepada Allah. Realisasi tawakal hanya kepada

Allah, Dialah yang Maha Penolong dan tak suatu pun bisa menandingi-

Nya dan tidak mungkin tawakal dilakukan sesama makhluk yang

lemah. Tawakal kepada Allah akan memberi pengaruh pada perbuatan-

perbuatan hati lainnya dan juga akan diikuti oleh perbuatan serta gerak-

gerik jasmani.

Sikap manusia terhadap perkara tawakal ini amat beraneka

ragam, diantara mereka ada sekelompok manusia yang telah takluk

dengan kehidupan materi yang melampaui batas hingga menimbulkan

kesengsaraan yang membawa mereka amat menggantungkan hidup

dengan harta. Sikap seperti ini amat jelas pengaruhnya pada hati yaitu

hati menjadi asing untuk melakukan tawakal kepada Allah, mereka

hanya mengandalkan otak dan berbangga diri dengan apa yang mereka

miliki yang berupa pengetahuan.

Sebaliknya di antara manusia ada yang merasa puas dengan

duduk berdiam diri, senang menunda-nunda pekerjaan, kemalasan dan

1 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, terj. Mudzakir AS

(Jakarta;Pustaka Litera AntarNusa,2012), cet. Ke-15, h. 1

Page 18: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

2

kebodohan menyelimuti diri mereka, walaupun demikian mereka tetap

mencari-cari alasan untuk membenarkan apa yang mereka lakukan

dengan dalih bahwa mereka bertawakal kepada Allah, mereka

menganggap bahwa tawakal adalah meninggalkan sarana dan usaha

yang mendatangkan keuntungan materi atau harta. Singkatnya mereka

sudah merasa puas dengan rizki yang didapat dari orang lain dan dari

sedekah-sedekah yang mereka terima, mereka hidup di sudut-sudut

kehidupan dan terpencil dari dinamika kehidupan.

Manusia dalam kehidupan pribadi dan sosialnya, bahkan

kehidupan ekonomi dan politik yang sehari-hari ia lewati, memerlukan

pihak lain. Kekurangan dan kelemahan memaksa manusia memerlukan

bantuan, sandaran, penolong, pelindung yang dalam bahasa sehari-hari

disebut wakil. Dalam ajaran Islam, manusia dituntut untuk memiliki

sifat tawakal.2

Ungkapan tawakal adalah ungkapan agama, ungkapan

ruhaniyyah yang berkaitan dengan keyakinan seseorang pada Allah dan

berkaitan dengan tauhid. Tawakkal hanya dimiliki oleh orang yang

beriman kuat dan memiliki tauhid yang tinggi, sehingga tidak ada

pikiran yang tertanam dalam dirinya, kecuali pikiran tentang Allah

dengan segala kemahakuasaan, dan segala sifat-sifat luhur lainnya,

pantas jika tawakal hanya dimiliki orang khas, bukan kaum awam atau

masyarakat kebanyakan yang tingkat tauhid, iman,dan takwanya

rendah.3 Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Mâidah ayat 11:

2 Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur‟an, Tafsir al-Qur’an Tematik,(Jakarta: Lajnah

Pentashih Mushaf al-Qur‟an Kementrian Agama RI, 2010), h. 206 3 Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur‟an, Tafsir al-Qur’an Tematik,(Jakarta: Lajnah

Pentashih Mushaf al-Qur‟an Kementrian Agama RI, 2010), h.211

Page 19: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

3

“ Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah

(yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud

hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat),

Maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. dan bertakwalah

kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin

itu harus bertawakkal”. (QS. Al-Mâidah[5]: 11)

Keterikatan antara iman dan tawakal, maka tak diragukan lagi

bahwa buah tawakal yang paling utama dihasilkan adalah terealisasinya

keimanan seorang hamba, yang mana tak ada iman kecuali dengan

sikap tawakal, buah tawakal juga merupakan sesuatu yang amat

melapangkan dada dan tak ada yang bisa melapangkan hati selain sikap

tawakal tentunya.

Jika seorang hamba bertawakal kepada Allah dengan sebanar-

benarnya tawakal maka Allah akan mengangkat darinya kesedihannya

dan membuat ia nyaman dari sesuatu yang membuatnya gelisah, lalu

Allah menurunkan pada diri orang itu ketenangan.4

Tawakal adalah suatu prilaku di dalam hati yang bersumber dari

pengenalan seseorang kepada Allah, serta adanya keyakinan bahwa

Allah satu-satunya yang melakukan penciptaan, pengaturan, bahaya,

manfaat, pemberian dan penolakan, dan bahwa apa yang Allah

kehendaki maka akan terlaksana, dan apa yang Allah tidak kehendaki

4 Abdullah bin Umar ad-Dumaiji, Rahasia Tawakal dan Sebab Akibat, terj.

Kamaluddin Sa‟diatulharamain dan Farizal Tarmizi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2000), h. 82

Page 20: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

4

maka tak akan terlaksana, maka wajib bagi seseorang untuk

menyandarkan perkaranya kepada Allah, menyerahkan kepada-Nya,

percaya kepada-Nya serta yakin kepada-Nya dengan suatu keyakinan

bahwa yang disandarkan itu akan mengurusnya dengan sebaik-baik

bagi dirinya.

Menurut Ibnu Qayyim (w. 751 H) dalam buku Rahasia Tawakal

dan Sebab Akibat mengatakan Tawakal adalah sebab yang paling

utama yang bisa mempertahankan seorang hamba ketika ia tak

memiliki kekuatan dari serangan makhluk Allah lainnya yang menindas

serta memusuhinya, tawakal adalah sarana yang paling ampuh untuk

menghadapi keadaan yang seperti itu, karena ia telah menjadikan Allah

pelindungnya atau yang memberinya kecukupan, maka barang siapa

yang menjadikan Allah pelindungnya serta yang memberinya

kecukupan maka musuhnya itu tak akan bisa mendatangkan bahaya.5

Menurut Imam al-Ghazali (w. 505 H) dalam Ihyā’ Ulûmuddin,

menyatakan, “Pembicaraan tentang tawakal merupakan pembicaraan

amat samar dan sulit, manusia tidak sanggup menyingkap ketertutupan

ini karena amat sulit. Namun beliau dalam uraian selanjutnya, masih

dalam al-ihya‟ memaknai tawakal, maka tawakal adalah suatu

ungkapan yang menggambarkan tertumpunya hati atas wakil saja.

Menurut Dzun Nun al-Misri (w. 246 H) dalam buku Tafsir al-

Qur’an Tematik menyatakan, “Tawakal adalah jiwa tidak mengatur

dan merencanakan sama sekali, dan melepaskan diri dari daya upaya

dan kekuatan. Tawakal seseorang menjadi kuat apabila ia telah

mengetahui bahwa Allah senantiasa mengetahui dan melihat apa yang

sedang dilakukannya.

5 Abdullah bin Umar ad-Dumaiji, Rahasia Tawakal dan Sebab Akibat, (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2000), h. 80

Page 21: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

5

Menurut Al-Qurtubi (w. 671 H) dalam buku Tafsir al-Qur’an

Tematik mengartikan kata wakil dan tawakal, sebagaimana terdapat

dalam tafsirnya sebagai berikut: “Tawakal menurut bahasa ialah,

menampilkan kelemahan dan bersandar atas yang lain. Ungkapan

wakala (mad wa) fulanun, kalau seseorang menyia-nyiakan urusannya

dengan menyerahkan kepada yang lain.6

Menurut Buya Hamka (w. 1981 M),dalam buku Tawakal Bukan

Pasrah mengatakan mengenai tawakal. Menurutnya, pengakuan iman

belum berarti kalau belum tiba di puncak tawakal. Oleh sebab itu

apabila orang mukmin telah bertawakal, berserah diri kepada Allah

Swt, terlimpah dalam dirinya sifat azȋ z (terhormat lagi mulia) yang

ada pada-Nya. Ia tidak lagi takut menghadapi maut. Selain itu

terlimpah kepadanya pengetahuan Allah. Dengan demikian, ia

memperoleh berbagai ilham dari Allah untuk mencapai kemenangan.7

Banyak sekali kita dapati ayat-ayat Al-Qur‟an yang

memerintahkan kita bertawakal, sebagaiamana tersebut dalam firman-

Nya:

“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka

bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-

orang yang bertawakkal kepada-Nya”.(QS.Ali-Imrân[3]: 159)

..........

“Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah

orang-orang mukmin itu harus bertawakkal.”(QS.Al-Mâidah[5]: 11)

6 Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur‟an, Tafsir al-Qur’an Tematik,(Jakarta: Lajnah

Pentashih Mushaf al-Qur‟an Kementrian Agama RI, 2010), h. 208-209 7 Supriyanto , Tawakal Bukan Pasrah, (Jakarta: Qulum Media, 2010), h. 9

Page 22: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

6

Seperti halnya zuhud dan qanā‟ah, tawakal juga salah satu sifat

yang harus dimiliki oleh setiap orang mukmin untuk membentengi diri

dari godaan materi. Sifat tawakal ini merupakan kelengkapan sifat

qana‟ah yang kedua-duanya saling melengkapi, tidak bisa dipisah-

pisahkan.

Namun perlu diingat bahwa sifat tawakal itu bukan berarti orang

tidak diwajibkan berikhtiar. Orang hidup diwajibkan ikhtiar yaitu

berusaha menurut kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Setelah itu dilakukan barulah tawakal. Oleh sebab itu benarlah bila

dikatakan bahwa “Tawakal itu sesudah ikhtiar”.

Tawakal juga merupakan berserah diri kepada Allah,

menyerahkan keputusan segala perkara, ikhtiar dan usaha kepada-Nya.

Sebagai mana kita ketahui bahwa di dalam asmaul husna, nama-nama

Allah yang bagus lagi indah, Allah mempunyai sifat al-Wakȋ l dan al-

Wāly. Dengan sifat itu, alangkah tepatnya bila orang-orang mukmin

bertawakal kepada-Nya. Sehingga dengan begitu mereka tidak perlu

bersedih hati atau berkecil hati di dalam menghadapi segala urusan

yang dirasa berat atau menyulitkan.8

Seorang muslim tidak memandang tawakal kepada Allah dalam

segala perbuatannya sebagai suatu akhlak semata, akan tetapi

memandangnya sebagai kewajiban agama dan menggolongkannya

sebagai akidah Islam. Tawakal secara mutlak kepada Allah merupakan

bagian dari akidah orang yang beriman kepada Allah.

Dengan demikian, seorang muslim berutang kepada Allah dengan

tawakal kepada-Nya dan sepenuhnya menghadapkan diri kepada-Nya.

Dia tidak memahami tawakal seperti pemahaman orang-orang yang

8 Abdullah bin Umar ad-Dumaiji, Rahasia Tawakal dan Sebab Akibat, (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2000), h. 85

Page 23: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

7

tidak tahu Islam dan para musuh kaum muslimin yang menyatakan

bahwa tawakal hanyalah sekadar kata-kata yang digumamkan lidah

tetapi tidak dipedulikan oleh hati, atau didengungkan oleh bibir tetapi

tidak dipahami oleh akal, atau yang hanya direnungkan oleh pikiran.

Seorang muslim memahami tawakal yang merupakan bagian dari

iman dan akidahnya sebagai ketaatan kepada Allah dengan cara

menyediakan saran yang memadai bagi segala perbuatan yang

dilakukannya. Jadi, tawakal bagi seorang muslim adalah perbuatan

sekaligus cita-cita, yang diiringi ketenangan hati dan jiwa serta

keyakinan yang kuat bahwa apapun yang dikehendaki Allah pasti

terjadi dan apa pun yang tidak dikehendaki pastilah tidak terjadi, dan

bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan balasan bagi orang yang telah

berbuat sebaik-baiknya.9

Sebagian Ulama Salaf berkata, “Tawakal kepada Allah itu adalah

setengah agama.” Penjelasannya adalah bahwa agama ituada dua

bagian;ibadah dan memohon pertolongan, sebagaimana Allah

memerintahkan orang-orang yang beribadah agar mereka

mengucapkan.10

“ Hanya Engkaulah yang Kami sembah,dan hanya kepada Engkaulah

Kami meminta pertolongan.”( QS. Al-Fâtihah[1]:5)

Bertawakal kepada Allah itu maknanya adalah menyerahkan

segala urusan kepada Allah. Allah mengendalikannya sesuai kehendak-

Nya, sehingga seorang hamba harus memohon pertolongan kepada

9 Syaikh Abu Bakar Jabir A-Jazairi, Munhajul Muslim, penerjemah:Fedrian

Hasmand (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2015) h.257-258 10

Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi, 40 Karakteristik mereka yang Dicintai

Allah berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah, (Jakarta: Darul Haq) h. 126

Page 24: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

8

Allah atas segala sesuatu, kemudian bersikap ridha terhadap ketentuan

dan pilihan yang telah dipilihkan oleh-Nya bagi hamba-hamba-Nya.

Allah tidaklah akan menentukan suatu ketentuan apapun bagi

seorang hamba-Nya yang beriman, kecuali ketentuan itu merupakan

sesuatu yang baik untuknya. Oleh karena itu, istikharah adalah

merupakan ciri alamat dan ciri penyerahan diri kepada Allah Rabb

semesta alam.

Orang yang bertawakal kepada Allah dalam sesuatu yang sudah

diketahui bahwa ia akan dapat memperolehnya, baik di dalam masalah

rizki, kesehatan, atau kemenangan atas musuh-musuh, masalah

keturunan, atau masalah anak. Seseorang yang benar tawakalnya

kepada Allah dalam menghasilkan sesuatu, niscaya dia akan

memperolehnya.

Perlu diketahui, bahwasanya tawakal kepada Allah itu tidak

meniadakan mencari sebab-sebabnya, karena keduanya itu hukumnya

wajib, mencari sebab-sebab itu wajib, dan bertawakal kepada Allah pun

juga wajib.

Maka mencari sebab-sebab itu tidaklah meniadakan tawakal,

namun maksud dari tawakal setelah mencari sebab-sebabnya itu adalah

agar tidak hanya menoleh kepadanya dan tidak hanya menyandarkan

kepadanya, karena siapa yang menyandarkan kepada sesuatu, niscaya

ia akan dibebankan kepadanya.11

Seperti halnya terjadi dikalangan mahasiswi IIQ yang mana pada

saat mendekati Ujian Akhir Semester mahasiswi IIQ diwajibkan untuk

menyelesaikan Hafalan sesuai dengan program yang dia ambil. Disini

kebanyakan mahasiswi IIQ mulai fokus untuk menyelesaikan

11

Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi, 40 Karakteristik mereka yang Dicintai

Allah berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah, (Jakarta: Darul Haq) h. 133-135

Page 25: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

9

hafalannya agar bisa mengikuti UAS( Ujian Akhis Semester). Namun

kebanyakan mahasiswi IIQ mulai menyerah sehingga kebanyakan dari

mahasiswi turun program hafalan menjadi lima juz, tawakal disini

sangat diperlukan karena bertujuan untuk mengokohkan keimanan

kepada Allah swt, dengan tawakal akan hilang keangkuhan, putus asa

pada diri manusia. Mereka tidak akan menyakiti diri dan stress.

Seseorang yang bertawakal akan tetap tabah dengan kondisi yang ada,

walau memiliki kekurangan dan keterbatasan karena disampingnya ada

yang Maha Kuat.

Adapun tentang anjuran bertawakal, dari Umar bin al-Khattab ra,

Rasulullah saw bersabda, “Seandainya engkau bertawakal kepada

Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan

rezeki kepadamu seperti Dia memberikan rezeki kepada seekor burung

yang pergi dalam keadaan perut kosong dan pulang dalam keadaan

perut kenyang.”

Dalam sebuah riwayat, dikatakan bahwa diantara do‟a ma‟tsur

(berdasarkan al-Qur‟an dan Hadis)adalah ucapan “ HasbunAllah wa

ni’mal-wakȋ l, ni’mal mawla wa ni’man-nashȋ r (cukuplah Allah dan

Dialah sebaik-baik tempatberserah, Dialah sebaik-baik Pelindung dan

Dialah sebaik-baik Penolong.)” Do‟a ini diucapkan oleh Nabi Ibrahim

as ketika ia dilemparkan ke dalam kobaran api. Do‟a in juga diucapkan

oleh Nabi Muhammad saw dan orang-orang beriman ketika diberitakan

kepada mereka, “Orang-orang (Quraisy) telah mengumpukan pasukan

untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,”

ternyata(ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka

menjawab, “ Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dan

Diasebaik-baik Pelindung.” (QS. Ali Imrân[3] : 173

Page 26: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

10

Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa Tawakal hanya dimiliki

oleh orang yang beriman kuat dan yang memiliki tauhid yang tinggi.

Namun para Ulama Tasawuf dan Syi‟ah memiliki kecenderungan yang

berbeda dalam mengartikannya, untuk itu penulis mengkaji ayat-ayat

seputar tawakal yang terdapat dalam al-Qur‟an, dengan mengangkat

salah seorang tokoh ulama yaitu Muhammad Husein Thaba-thaba‟i

dengan merujuk pada kitab tafsirnya yang diberi nama Tafsir Al-Mizan

dan Syihabuddin Sayyid Mahmud Afandi al-Alusi al-Baghdadi dengan

merujuk pada Kitab Tafsirnya yang diberi nama Tafsir Ruh al-ma‟ani .

Maka dari itu penulis ingin mengangkat sebuah judul yaitu “Tawakal

Dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif Tafsir Al-Mȋ zan dan Tafsir

Ruh al-Ma’āni ).

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Permasalahan pada penelitian ini dapat di identifikasikan sebagai

berikut:

a. Makna Tawakal dalam Al-Quran

b. Pandangan Mufassirin terhadap makna Tawakal dalam Al-Qur‟an,

c. Urgensi Tawakal

d. Persamaan dan Perbedaan penafsiran tentang Tawakal dari kedua

Mufassir.

2. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan tersusun

secara sistematis pada pembahasan yang diharapkan, penafsiran ini

hanya mengkhususkan pada ayat-ayat yang berkaitan dengan

Tawakal dan membandingkan penafsiran teologi antara Syi‟ah dan

Page 27: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

11

Tasawuf, yaitu Tafsir Al-Mizan karya Muhammad Husein Thaba-

thaba‟i(w.1402 H) dan Tafsir Ruh al-Ma‟ani karya Syihabuddin

Sayyid Mahmud Afandi al-Alusi al-Baghdadi (w.1207 H).

Ayat-ayat yang akan dibahas adalah ayat-ayat tentang tawakal.

Penulis menyimpulkan bahwa ada tiga kriteria yang bersangkutan

dengan tawakal , 1. Perintah bertawakal, terdapat dalam surah at-

Taubah ayat 51 dan surah al-Ahzab ayat 3, 2. Tawakal sifat orang

yang beriman terdapat dalam surah al-Anfal ayat 2, dalam surah

Yunus ayat 84, dalam surah at-Taghabun ayat 13, 3. Balasan bagi

orang yang bertawakal, terdapat dalam surah at-Thalaq ayat 3 dan

surah al-Ankabut ayat 58-59.

Alasan penulis memilih Tafsir Al-Mizan dan Ruh al-Ma‟ani

adalah penulis ingin mengenali siapa Syaikh Muhammad Husein

Thaba-thaba‟i sebagai mufassir ulama Syi‟ah yang sangat masyhur

dan Syihabuddin Sayyid Mahmud Afandi al-Alusi al-Baghdadi

sebagai mufassir ulama Tasawuf. Tafsir Al-Mȋ zan dan Ruh al-

Ma’āni adalah dua karya agung yang sangat menarik untuk diteliti

karena kedua tafsir ini Klasik dan Modern dan memberi kesan

kepada jiwa dan masyarakat.

Tawakal adalah salah satu kalimat dari sejumlah ayat yang

berkaitan dengan masalah iman dan keyakinan terhadap Allah SWT.

Maka penulis ingin mengkaji Tawakal dalam Al-Qur‟an menurut

Tafsir Al-Mizan dan Tafsir Ruh al-Ma‟ani serta prakteknya sesuai

dengan tuntunan Al-Qur‟an.

3. Perumusan Masalah

Adapun penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan Muhammad Husein Thaba-thaba‟ dan al-

Alusi tentang Tawakal?

Page 28: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

12

2. Apa Persamaan dan Perbedaan Penafsiran Muhammad Husein

Thaba-thaba‟i dan al-Alusi tentang Tawakal?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pandangan Muhammad Husein Thaba-thaba‟ dan

al-Alusi tentang Tawakal.

2. Untuk mengetahui Persamaan dan Perbedaan Penafsiran

Muhammad Husein Thaba-thaba‟i dan al-Alusi tentang Tawakal.

b. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara Teoritis

Diharapkan dapat menambah informasi dan mengembangkan

khazanah ilmu-ilmu Islam, khususnya dibidang Tafsir. Dan

dipertimbangkan dalam memperkaya karya ilmiah dalam disiplin

ilmu keislaman, khususnya tentang konsep tawakal dalam bidang

ketasawufan.

2. Manfaat secara Praktis

Diharapkan penulisan ini dapat memberikan arahan dan

wawasan baru bagi para pembacanya sehingga bisa merubah pola

pikir baru dan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat secara

umum serta dapat merealisasikan tawakal dalam kehidupan.

D. Tinjauan Pustaka

1. Diana Nopiana, NIM 1110051000063, Mahasiswa Fak. Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah, 2014.

Skripsinya yang berjudul “Analisi Semiotik Makna Tawakal Dalam

Film Ummi Aminah”, mengurai masalah Makna Tawakal secara

Page 29: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

13

bahasa dalam film Ummi Aminah, persamaannya adalah membahas

makna Tawakal secara bahasa dan perbedaanya skripsi tersebut

menjelaskan makna Tawakal dalam Film Ummi Aminah sedangkan

dalam penyusunan skripsi ini, penulis akan mengkaji ayat-ayat

tawakal dalam tafsir al-Mizan dan tafsir Ruh Al-Ma‟ani serta

pendapat para Mufassir terkait dengan Tawakal.12

2. Khuloud Shefaa‟, NIM. 08210332. Mahasiswa Fakultas Ushuluddin

Jurusan Tafsir Hadis Institut Ilmu al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, 2012.

Skripsinya yang berjudul “Tawakal dalam Tafsir Al-Jailani”, di

dalamnya mengurai ayat-ayat tawakal dalam al-Qur‟an, juga

mengurai bagaimana pendapat Syaikh Abdul Qadir al-Jailani

mengenai sikap tawakal di dalam kitaf tafsir al-Jailani. Sedangkan

dalam penyusunan skripsi ini, penulis akan mengkaji ayat-ayat

tawakal dalam tafsir al-Mizan dan tafsir Ruh Al-Ma‟ani serta

pendapat para Mufassir terkait dengan Tawakal.13

3. Ahmad Kosasih, NIM 296 PTS 71, Mahasiswa program pasca

sarjana Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

pada tahun 2000. Tesisnya yang berjudul “Konsep Tawakal di

dalam Al-Qur’an kajian tematis terhadap ayat-ayat Al-Qur’an”.

tesis ini mengurai masalah ayat-ayat Tawakal secara umum di dalam

Al-Qur‟an, didalamnya mengurai bagaimana perhatian Al-Qur‟an

terhadap sikap tawakal untuk memotivasi umat islam agar senantiasa

bertawakal kepada Allah. Juga di uraikan mengenai sikap

tawakalnya para Rasul bersama kaumnya di dalam kisah-kisah Al-

Qur‟an. Sedangkan dalam penyusunan skripsi ini, penulis akan

12

Diana Nopiana, Analisis Semiotik Makna Tawakal dalam film Ummi Aminah,(

UIN Syarif Hidayatullah, 2014) 13

Khuloud Shefaa‟, Tawakal dalam Tafsir Al-Jailani, IIQ(Institut Ilmu Al-Qur‟an),

2012

Page 30: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

14

mengkaji ayat-ayat tawakal dalam tafsir al-Mizan dan tafsir Ruh Al-

Ma‟ani serta pendapat para Mufassir terkait dengan Tawakal.14

4. Mahfuzah, NIM 19632001208, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin,

Jurusan Tafsir Hadis Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim,2001. Skripsinya yang berjudul “Penafsiran Kata Tawakal

menurut Hamka dalam Tafsir Al-Azhar” Perbedaan skripsi ini

mengurai masalah penafsiran kata Tawakal dalam Kitab Al-Azhar

Sedangkan dalam penyusunan skripsi ini, penulis akan mengkaji

ayat-ayat tawakal dalam tafsir al-Mizan dan tafsir Ruh Al-Ma‟ani

serta pendapat para Mufassir terkait dengan Tawakal.15

5. Mohd Fatih Yakan bin Zakaria, NIM 10932007885, Mahasiswa

Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadis Universitas Islam Negeri

Sultan Syarif Kasim,2013. Skripsinya yang berjudul “Konsep

Tawakal Dalam Al-Qur’an (Kajian Komparatif Antara Tafsir As-

Sya’rowi dan Tafsir Al-Azhar) didalamnya mengurai bagaimana

agar senantiasa Tawakal kepada Allah dan tawakal kepada selain

Allah. Persamaanya adalah membahas makna Tawakal dalam Al-

Qur‟an dan perbedaanya skripsi tersebut menjelaskan makna

Tawakal dalam Tafsir As-Sya‟rowi dan Al-Azhar sedangkan dalam

penyusunan skripsi ini, penulis akan mengkaji ayat-ayat tawakal

dalam tafsir al-Mizan dan tafsir Ruh Al-Ma‟ani serta pendapat para

Mufassir terkait dengan Tawakal.16

14

Ahmad Kosasih, Konsep Tawakal didalam Al-Qur’an kajian tematis terhadap

ayat-ayat Al-Qur’an, (UIN Syarif Hidayatullah,2000). 15

Mahfuzah, Penafsiran Kata Tawakal menurut Hamka dalam Tafsir Al-Azhar,

(UIN Sultan Syarif Kasim, Pekanbaru Riau, 2001). 16

Mohd Fatih Yakan bin Zakaria, Konsep Tawakal Dalam Al-Qur’an (Kajian

Komparatif Antara Tafsir As-Sya’rowi dan Tafsir Al-Azhar), (UIN Sultan Syarif Kasim,

Pekanbaru Riau, 2013).

Page 31: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

15

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena memaparkan

data kualitatif, peneliti juga menggunakan penelitian kepustakaan

(library research),yaitu pengumpulan data pustaka dari literatur yang

berkaitan dengan judul skripsi ini.

2. Sumber Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan sumber data primer

yaitu data-data yang diperoleh dari sumber aslinya yang relevan dengan

skripsi ini sebagai berikut:

1. Kitab-kitab Tafsir

a. Tafsir Al-Mizan karya Muhammad Husain Thabathaba‟i

b. Tafsir Ruh al-Ma‟ani karya al-Alusi

Adapun sumber data sekunder yang penulis gunakan dalam skripsi

ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan ini

a. Studi Ulumul Qur‟an

b. Kitab Tafsir Klasik-Modern

c. Buku-buku Akhlak

d. Tasawuf

e. Ihya‟ „Ulum al-Din

f. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi IIQ Jakarta

cetakan ke-2 tahun 2011

3. Teknik Pengumpulan Data

Keseluruhan data yang diambil dan dikumpulkan dengan cara

pengutipan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kemudian

ditetapkan dengan cara dokumentasi dan disusun secara sistematis

sehingga menjadi satu paparan yang jelas.

Page 32: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

16

4. Metode Analisis Data

Dalam menganalisa yang telah berhasil dikumpulkan dengan teknik

deskriftif, analitis (metode muqarin), yakni menggambarkan setepat

mungkin mengenai poko masalah yang berdasarkan konsep-konsep yang

dikemukakan secara jelas.

Adapun langkah-langkah yang harus ditetapkan untuk menggunakan

metode muqarin adalah dengan menganalisa ayat-ayat yang dikaji secara

menyeluruh. Kemudian melacak pendapat-pendapat mufasir tentang ayat

tersebut, serta membandingkan pendapat-pendapat yang mereka

kemukakan itu gunanya untuk mengethui kecenderungan-kecenderungan

mereka, aliran-aliran yang mempengaruhi mereka, keahlian mereka yang

mereka kuasai, dan lain sebagainya.17

F. Teknik dan Sistematika Penulisan

1. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dalam penelitian ini merujuk pada pedoman

pembuatan skripsi yang berjudul : Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis,

Disertasi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta (Edisi Revisi) yang

diterbitkan oleh IIQ Press cetakan ke-2 tahun 2011.18

2. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, penulis membagi

beberapa bab yang diuraikan dengan sistematika penulisan adalah

sebagai berikut:

17

Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar,2002), h. 68 18

Huzaemah T. Yanggo, dkk, Pedoman Penulisan SkripsiI, Tesis, Disertasi Institut

Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta,(Jakarta: IIQ Press,2011), cet. Ke-2, h. 22

Page 33: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

17

Bab Pertama merupakan Pendahuluan meliputi:Latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, tinjauan pustaka,metodologi penelitian dan sistematika

penulisan. Bab pertama ini merupakan pembuka bagi para pembaca

agar mengetahui alasan dan latar belakang penulis penelitian dengan

tema penelitian tersebut.

Bab Kedua merupakan Pengertian tawakal meliputi: Pengertian

Tawakal, Urgensi Tawakal, Identifikasi ayat-ayat tentang tawakal dan

hubungan tawakal dengan kehidupan sehari-hari. Bab dua ini

merupakan landasan teori agar penyusunan skripsi dapat terarah dan

sistematis, untuk memberikan informasi kepada para pembaca

mengenai tawakal.

Bab Ketiga merupakan Sekilas tentang Muhammad Husein Thaba-

Thaba‟i dan Syihabuddin Sayyid Mahmud Afandi al-Alusi al-Baghdadi

meliputi biografi, metode, corak dan karya-karya penafsirannya. Bab ke

tiga merupakan bab teori, mengingat pentingnya sumber primer untuk

para pembaca sebelum masuk ke pembahasan utama yaitu menjelaskan

tentang biografi para mufasir.

Bab keempat merupakan Analisa perbandingan penafsiran terhadap

ayat-ayat tawakal meliputi: Penafsiran Muhammad Husein Thaba-

thaba‟i dan al-Alusi terhadap ayat-ayat perintah untuk tawakal, ayat

tawakal adalah ciri dari orang mu‟min, ayat-ayat urgensi tawakal dan

analisis penafsiran. Bab ini merupakan pokok pembahasan utama

penelitian skripsi ini. tujannya untuk mengetahui bagaimana analisa

penafsiran tersebut.

Bab Kelima merupakan Penutup. Pada bab ini terdiri dari

kesimpulan, saran-saran, dan daftar pustaka. Bab ini merupakan akhir

dari semua pembahasan.

Page 34: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

18

Demikan gambaran tentang perencanaan penelitian maka

selanjutnya penulis akan mulai mengkaji pengertian tawakal yaitu

pengertian secara bahasa dan istilah, urgensi tawakal, identifikasi ayat-

ayat tawakal dan hubungan tawakal dan prilaku keseharian.

Page 35: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

1 |

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur`an adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu

diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia kalamullah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad saw untuk mengeluarkan manusia

dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka

ke jalan yang lurus1.

Hati merupakan dasar keimanan dan tempat berpencarnya iman,

satu-satunya landasan universal untuk mengenal hati beserta tingkah

lakunya adalah tawakal kepada Allah. Realisasi tawakal hanya kepada

Allah, Dialah yang Maha Penolong dan tak suatu pun bisa menandingi-

Nya dan tidak mungkin tawakal dilakukan sesama makhluk yang lemah.

Tawakal kepada Allah akan memberi pengaruh pada perbuatan-perbuatan

hati lainnya dan juga akan diikuti oleh perbuatan serta gerak-gerik

jasmani.

Sikap manusia terhadap perkara tawakal ini amat beraneka ragam,

diantara mereka ada sekempok manusia yang telah takluk dengan

kehidupan materi yang melampaui batas hingga menimbulkan

kesengsaraan yang membawa mereka amat menggantungkan hidup

dengan harta. Sikap seperti ini amat jelas pengaruhnya pada hati yaitu hati

menjadi asing untuk melakukan tawakal kepada Allah, mereka hanya

mengandalkan otak dan berbangga diri dengan apa yang mereka miliki

yang berupa pengetahuan.

Sebaliknya di antara manusia ada yang merasa puas dengan duduk

berdiam diri,senang menunda-nunda pekerjaan, kemalasan dan kebodohan

1 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur`an, terj. Mudzakir AS

(Jakarta;Pustaka Litera AntarNusa,2012), cet. Ke-15, h. 1

Page 36: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

2 |

menyelimuti diri mereka, walaupun demikian mereka tetap mencari-cari

alasan untuk membenarkan apa yang mereka lakukan dengan dalih bahwa

mereka bertawakal kepada Allah, mereka menganggap bahwa tawakal

adalah meninggalkan sarana dan usaha yang mendatangkan keuntungan

materi atau harta. Singkatnya mereka sudah merasa puas dengan rizki

yang didapat dari orang lain dan dari sedekah-sedekah yang mereka

terima, mereka hidup di sudut-sudut kehidupan dan terpencil dari

dinamika kehidupan.

Manusia dalam kehidupan pribadi dan sosialnya, bahkan kehidupan

ekonomi dan politik yang sehari-hari ia lewati, memerlukan pihak lain.

Kekurangan dan kelemahan memaksa manusia memerlukan bantuan,

sandaran, penolong, pelindung yang dalam bahasa shari-hari disebut

wakil. Dalam ajaran Islam, manusia dituntut untuk memiliki sifat

tawakal2.

Ungkapan tawakal adalah ungkapan agama, ungkapan ruhaniyyah

yang berkaitan dengan keyakinan seseorang pada Allah dan berkaitan

dengan tauhid. Tawakkal hanya dimiliki oleh orang yang beriman kuat

dan memiliki tauhid yang tinggi, sehingga tidak ada pikiran yang tertanam

dalam dirinya, kecuali pikiran tentang Allah dengan segala

kemahakuasaan, dan segala sifat-sifat luhur lainnya, pantas jika tawakal

hanya dimiliki orang khas, bukan kaum awam atau masyarakat

kebanyakan yang tingkat tauhid, iman,dan takwanya rendah.3

Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Mâidah ayat 11:

2 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an, Tafsir Al-Qur`an Tematik,(Jakarta: Lajnah

Pentashih Mushaf Al-Qur`an Kementrian Agama RI, 2010), h. 206 3 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an, Tafsir Al-Qur`an Tematik,(Jakarta: Lajnah

Pentashih Mushaf Al-Qur`an Kementrian Agama RI, 2010), h.211

Page 37: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

3 |

“ Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah

(yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak

menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), Maka Allah

menahan tangan mereka dari kamu. dan bertakwalah kepada Allah, dan

hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal”.

(QS. Al-Mâidah[5]: 11)

Keterikatan antara iman dan tawakal, maka tak diragukan lagi

bahwa buah tawakal yang paling utama dihasilkan adalah terealisasinya

keimanan seorang hamba, yang mana tak ada iman kecuali dengan sikap

tawakal, buah tawakal juga merupaka sesuatu yang amat melapangkan

dada dan tak ada yang bisa melapangkan hati selain sikap tawakal

tentunya.

Jika seorang hamba bertawakal kepada Allah dengan sebanar-

benarnya tawakal maka Allah akan mengangkat darinya kesedihannya dan

membuat ia nyaman dari sesuatu yang membuatnya gelisah, lalu Allah

menurunkan pada diri orang itu ketenangan4.

Tawakal adalah suatu prilaku di dalam hati yang bersumber dari

pengenalan seseorang kepada Allah, serta adanya keyakinan bahwa Allah

atu-satunya yang melakukan penciptaan, pengaturan, bahaya, manfaat,

pemberian dan penolakan, dan bahwa apa yang Allah kehendaki maka

akan terlaksana, dan apa yang Allah tidak kehendaki maka tak akan

4 Abdullah bin Umar ad-Dumaiji, Rahasia Tawakal dan Sebab Akibat, terj.

Kamaluddin Sa‟diatulharamain dan Farizal Tarmizi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2000), h. 82

Page 38: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

4 |

terlaksana, maka wajib bagi seseorang untuk menyandarkan perkaranya

kepada Allah, menyerahkan kepada-Nya, percaya kepada-Nya serta yakin

kepada-Nya dengan suatu keyakinan bahwa yang disandarkan itu akan

mengurusnya dengan sebaik-baik bagi dirinya.

Menurut Ibnu Qayyȋ m (w. 751 H) dalam buku Rahasia Tawakal

dan Sebab Akibat mengatakan Tawakal adalah sebab yang paling utama

yang bisa mempertahankan seorang hamba ketika ia tak memiliki

kekuatan dari serangan makhluk Allah lainnya yang menindas serta

memusuhinya, tawakal adalah sarana yang paling ampuh untuk

menghadapi keadaan yang seperti itu, karena ia telah menjadikan Allah

pelindungnya atau yang memberinya kecukupan, maka barang siapa yang

menjadikan Allah pelindungnya serta yang memberinya kecukupan maka

musuhnya itu tak akan bisa mendatangkan bahaya5.

Menurut Imam al-Ghâzali (w. 505 H) dalam Ihya‟ Ulûmuddin,

menyatakan, “Pembicaraan tentang tawakal merupakan pembicaraan amat

samar dan sulit, manusia tidak sanggup menyingkap ketertutupan ini

karena amat sulit. Namun beliau dalam uraian selanjutnya, masih dalam

al-ihya‟ memaknai tawakal, maka tawakal adalah suatu ungkapan yang

menggambarkan tertumpunya hati atas wakil saja.

Menurut Dzun Nun al-Misri (w. 246 H) dalam buku Tafsir Al-

Qur`an Tematik menyatakan, “Tawakal adalah jiwa tidak mengatur dan

merencanakan sama sekali, dan melepaskan diri dari daya upaya dan

kekuatan. Tawakal seseorang menjadi kuat apabila ia telah mengetahui

bahwa Allah senantiasa mengetahui dan melihat apa yang sedang

dilakukannya.

5 Abdullah bin Umar ad-Dumaiji, Rahasia Tawakal dan Sebab Akibat, (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2000), h. 80

Page 39: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

5 |

Menurut Al-Qurtubi (w. 671 H) dalam buku Tafsir Al-Qur`an

Tematik mengartikan kata wakil dan tawakal, sebagaimana terdapat dalam

tafsirnya sebagai berikut: “Tawakal menurut bahasa ialah, menampilkan

kelemahan dan bersandar atas yang lain. Ungkapan wakala (mad wa)

fulanun, kalau seseorang menyia-nyiakan urusannya dengan menyerahkan

kepada yang lain6.

Menurut Buya Hamka (w. 1981 M),dalam buku Tawakal Bukan

Pasrah mengatakan mengenai tawakal. Menurutnya, pengakuan iman

belum berarti kalau belum tiba di puncak tawakal. Oleh sebab itu apabila

orang mukmin telah bertawakal, berserah diri kepada Allah SWT,

terlimpah dalam dirinya sifat azȋ z (terhormat lagi mulia) yang ada pada-

Nya. Ia tidak lagi takut menghadapi maut. Selain itu terlimpah kepadanya

pengetahuan Allah. Dengan demikian, ia memperoleh berbagai Ilham dari

Allah untuk mencapai kemenangan7.

Banyak sekali kita dapati ayat-ayat Al-Qur`an yang memerintahkan

kita bertawakal, sebagaiamana tersebut dalam firman-Nya:

“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka

bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang

yang bertawakkal kepada-Nya”.(QS.Ali-Imrân[3]: 159)

..........

“Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah

orang-orang mukmin itu harus bertawakkal.”(QS.Al-Mâidah[5]: 11)

6 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an, Tafsir Al-Qur`an Tematik,(Jakarta: Lajnah

Pentashih Mushaf Al-Qur`an Kementrian Agama RI, 2010), h. 208-209 7 Supriyanto , Tawakal Bukan Pasrah, (Jakarta: Qulum Media, 2010), h. 9

Page 40: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

6 |

Seperti halnya zuhud dan qâna‟ah, tawakal juga salah satu sifat yang

harus dimiliki oleh setiap orang mukmin untuk membentengi diri dari

godaan materi. Sifat tawakal ini merupakan kelengkapan sifat qâna‟ah

yang kedua-duanya saling melengkapi, tidak bisa dipisah-pisahkan.

Namun perlu diingat bahwa sifat tawakal itu bukan berarti orang

tidak diwajibkan berikhtiar. Orang hidup diwajibkan ikhtiar yaitu

berusaha menurut kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Setelah

itu dilakukan barulah tawakal. Oleh sebab itu benarlah bila dikatakan

bahwa “Tawakal itu sesudah ikhtiar”.

Tawakal juga merupakan berserah diri kepada Allah, menyerahkan

keputusan segala perkara, ikhtiar dan usaha kepada-Nya. Sebagai mana

kita ketahui bahwa di dalam asmâul husna, nama-nama Allah yang bagus

lagi indah, Allah mempunyai sifat al-Wâkȋ l dan al-Wâly. Dengan sifat

itu, alangkah tepatnya bila orang-orang mukmin bertawakal kepada-Nya.

Sehingga dengan begitu mereka tidak perlu bersedih hati atau berkecil hati

di dalam menghadapi segala urusan yang dirasa berat atau menyulitkan8.

Seorang muslim tidak memandang tawakal kepada Allah dalam

segala perbuatannya sebagai suatu akhlak semata, akan tetapi

memandangnya sebagai kewajiban agama dan menggolongkannya sebagai

akidah islam. Tawakal secara mutlak kepada Allah meruupakan bagian

dari akidah orang yang beriman kepada Allah.

Dengan demikian, seorang muslim berutang kepada Allah dengan

tawakal kepada-Nya dan sepenuhnya menghadapkan diri kepada-Nya. Dia

tidak memahami tawakal seperti pemahaman orang-orang yang tidak tahu

Islam dan para musuh kaum Muslimin yang menyatakan bahwa tawakal

hanyalah sekadar kata-kata yang digumamkan lidah tetapi tidak

8 Abdullah bin Umar ad-Dumaiji, Rahasia Tawakal dan Sebab Akibat, (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2000), h. 85

Page 41: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

7 |

dipedulikan oleh hati, atau didengungkan oleh bibir tetapi tidak dipahami

oleh akal, atau yang hanya direnungkan oleh pikiran.

Seorang muslim memahami tawakal yang merupakan bagian dari

iman dan akidahnya sebagai ketaatan kepada Allah dengan cara

menyediakan saran yang memadai bagi segala perbuatan yang

dilakukannya. Jadi, tawakal bagi seorang muslim adalah perbuatan

sekaligus cita-cita, yang diiringi ketenangan hati dan jiwa serta keyakinan

yang kuat bahwa apapun yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan apa pun

yang tidak dikehendaki pastilah tidak terjadi, dan bahwa Allah tidak akan

menyia-nyiakan balasan bagi orang yang telah berbuat sebaik-baiknya9.

Sebagian Ulama Salaf berkata, “Tawakal kepada Allah itu adalah

setengah agama.” Penjelasannya adalah bahwa agama itu ada dua bagian

ibadah dan memohon pertolongan, sebagaimana Allah memerintahkan

orang-orang yang beribadah agar mereka mengucapkan10

:

“ Hanya Engkaulah yang Kami sembah,dan hanya kepada

Engkaulah Kami meminta pertolongan.”( QS. Al-Fâtihah[1]:5)

Bertawakal kepada Allah itu maknanya adalah menyerahkan segala

urusan kepada Allah. Allah mengendalikannya sesuai kehendak-Nya,

sehingga seorang hamba harus memohon pertolongan kepada Allah atas

segala sesuatu, kemudian bersikap ridha terhadap ktentuan dan pilihan

yang telah dipilihkan oleh-Nya bagi hamba-hamba-Nya.

9 Syaikh Abu Bakar Jabir A-Jazairi, Munhajul Muslim, penerjemah:Fedrian

Hasmand (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2015) h.257-258 10

Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi, 40 Karakteristik mereka yang Dicintai

Allah berdasarkan Al-Qur`an dan as-Sunnah, (Jakarta: Darul Haq) h. 126

Page 42: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

8 |

Allah tidaklah akan menentukan suatu ketentuan apapun bagi

seorang hamba-Nya yang beriman, kecuali ketentuan itu merupakan

sesuatu yang baik untuknya. Oleh karena itu, istikharah adalah merupakan

ciri alamat dan ciri penyerahan diri kepada Allah Rabb semesta alam.

Dan orang yang derajatnya dibawah mereka adalah orang yang

bertawakal kepada Allah dalam sesuatu yang sudah diketahui bahwa ia

akan dapat memperolehnya, baik di dalam masalah rizki, kesehatan, atau

kemenangan atas musuh-musuh, masalah keturunan, atau masalah anak.

Seseorang yang benar tawakalnya kepada Allah dalam menghasilkan

sesuatu, niscaya dia akan memperolehnya.

Perlu diketahui, bahwasanya tawakal kepada Allah itu tidak

meniadakan mencari sebab-sebabnya, karena keduanya itu hukumnya

wajib, mencari sebab-sebab itu wajib, dan bertawakal kepada Allah pun

juga wajib.

Maka mencari sebab-sebab itu tidaklah meniadakan tawakal, namun

maksud dari tawakal setelah mencari sebab-sebabnya itu adalah agar tidak

hanya menoleh kepadanya dan tidak hanya menyandarkan kepadanya,

karena siapa yang menyandarkan kepada sesuatu, niscaya ia akan

dibebankan kepadanya11

.

Tentang anjuran bertawakal, dari Umar bin al-Khattab ra, Rasulullah

saw bersabda, “Seandainya engkau bertawakal kepada Allah dengan

sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepadamu

seperti Dia memberikan rezeki kepada seekor burung yang pergi dalam

keadaan perut kosong dan pulang dalam keadaan perut kenyang.”

Dalam sebuah riwayat, dikatakan bahwa diantara do‟a ma‟tsur

(berdasarkan Al-Qur`an dan Hadis)adalah ucapan “ HasbûnAllah wa

11

Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi, 40 Karakteristik mereka yang Dicintai

Allah berdasarkan Al-Qur`an dan as-Sunnah, (Jakarta: Darul Haq) h. 133-135

Page 43: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

9 |

ni‟mal-wakȋ l, ni‟mal mawla wa ni‟man-nashȋ r (cukuplah Allah dan

Dialah sebaik-baik tempatberserah, Dialah sebaik-baik Pelindung dan

Dialah sebaik-baik Penolong.)” Do‟a ini diucapkan oleh Nabi Ibrahim as

ketika ia dilemparkan ke dalam kobaran api. Do‟a in juga diucapkan oleh

Nabi Muhammad saw dan orang-orang beriman ketika diberitakan kepada

mereka, “Orang-orang (Quraisy) telah mengumpukan pasukan untuk

menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” ternyata(ucapan)

itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “ Cukuplah

Allah menjadi penolong bagi kami dan Diasebaik-baik Pelindung.” (QS.

Ali Imrân[3] : 173

Sebagian Ulama Salaf berkata: “ Siapa yang ridha Allah sebagai

penolongnya, maka ia akan mendapatkan jalan menuju semua kebaikan12

.”

Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa tawakal hanya dimiliki oleh

orang yang beriman kuat dan yang memiliki tauhid yang tinggi. Namun

para Ulama Tasawuf dan Syi‟ah memiliki kecenderungan yang berbeda

dalam mengartikannya, untuk itu penulis mengkaji ayat-ayat seputar

tawakal yang terdapat dalam Al-Qur`an, dengan mengangkat salah

seorang tokoh ulama yaitu Muhammad Husein Thaba-thaba‟i dengan

merujuk pada kitab tafsirnya yang diberi nama Tafsir Al-Mizan dan

Syihabuddin Sayyid Mahmud Afandi al-Alusi al-Baghdadi dengan

merujuk pada Kitab Tafsirnya yang diberi nama Tafsir Ruh al-ma‟ani .

Maka dari itu penulis ingin mengangkat sebuah judul yaitu “Tawakal

Dalam Al-Qur`an (Studi Komparatif Tafsir Al-Mizan dan Tafsir Ruh al-

Ma’ani ).

12

Allamah Sayyid Abdullah bin Alwi al-Haddad, Agar Iman senantiasa meningkat

“Nasihat dan Wasiat seputar Ibadah dan Muamalah”, (Beirut-Libanon: al-Nasyir, 1996) cet.

1 h. 517-518

Page 44: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

10 |

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Permasalahan pada penelitian ini dapat di identifikasikan sebagai

berikut:

a. Makna Tawakal dalam Al-Quran

b. Pandangan Mufassirin terhadap makna Tawakal dalam Al-Qur`an,

c. Urgensi Tawakal

d. Persamaan dan Perbedaan penafsiran tentang Tawakal dari kedua

Mufassir.

2. Pembatasan Masalah

a. Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan tersusun

secara sistematis pada pembahasan yang diharapkan, penafsiran ini

hanya mengkhususkan pada ayat-ayat yang berkaitan dengan

Tawakal dan membandingkan penafsiran teologi antara Syi‟ah dan

Tasawuf, yaitu Tafsir Al-Mizan karya Muhammad Husein Thaba-

thaba‟i(w.1402 H) dan Tafsir Ruh al-Ma‟ani karya Syihabuddin

Sayyid Mahmud Afandi al-Alusi al-Baghdadi (w.1207 H).

Ayat-ayat yang akan dibahas adalah ayat-ayat tentang tawakal.

Penulis menyimpulkan bahwa ada tiga kriteria yang bersangkutan

dengan tawakal , 1. Perintah bertawakal, terdapat dalam surah at-

Taubah ayat 51 dan surah al-Ahzab ayat 3, 2. Tawakal sifat orang

yang beriman terdapat dalam surah al-Anfal ayat 2, dalam surah

Yunus ayat 84, dalam surah at-Taghabun ayat 13, 3. Balasan bagi

orang yang bertawakal, terdapat dalam surah at-Thalaq ayat 3 dan

surah al-Ankabut ayat 58-59.

Alasan penulis memilih Tafsir Al-Mizan dan Ruh al-Ma‟ani

adalah penulis ingin mengenali siapa Syaikh Muhammad Husein

Thaba-thaba‟i sebagai mufassir ulama Syi‟ah yang sangat masyhur

Page 45: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

11 |

dan Syihabuddin Sayyid Mahmud Afandi al-Alusi al-Baghdadi

sebagai mufassir ulama Tasawuf. Tafsir Al-Mizan dan Ruh al-

Ma‟ani adalah dua karya agung yang sangat menarik untuk diteliti

karena kedua tafsir ini Klasik dan Modern dan memberi kesan

kepada jiwa dan masyarakat.

Tawakal adalah salah satu kalimat dari sejumlah ayat yang

berkaitan dengan masalah iman dan keyakinan terhadap Allah SWT.

Maka penulis ingin mengkaji Tawakal dalam Al-Qur`an menurut

Tafsir Al-Mizan dan Tafsir Ruh al-Ma‟ani serta prakteknya sesuai

dengan tuntunan Al-Qur`an.

3. Perumusan Masalah

Adapun penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan Muhammad Husein Thaba-thaba‟ dan al-

Alusi tentang Tawakal?

2. Apa Persamaan dan Perbedaan Penafsiran Muhammad Husein

Thaba-thaba‟i dan al-Alusi tentang Tawakal?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pandangan Muhammad Husein Thaba-thaba‟ dan

al-Alusi tentang Tawakal.

2. Untuk mengetahui Persamaan dan Perbedaan Penafsiran

Muhammad Husein Thaba-thaba‟i dan al-Alusi tentang Tawakal.

b. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara Teoritis

Diharapkan dapat menambah informasi dan mengembangkan

khazanah ilmu-ilmu Islam, khususnya dibidang Tafsir. Dan

dipertimbangkan dalam memperkaya karya ilmiah dalam disiplin

Page 46: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

12 |

ilmu keislaman, khususnya tentang konsep tawakal dalam bidang

ketasawufan.

2. Manfaat secara Praktis

Diharapkan penulisan ini dapat memberikan arahan dan

wawasan baru bagi para pembacanya sehingga bisa merubah pola

pikir baru dan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat secara

umum serta dapat merealisasikan tawakal dalam kehidupan.

D. Tinjauan Pustaka

1. Diana Nopiana, NIM 1110051000063, Mahasiswa Fak. Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah, 2014. Skripsinya

yang berjudul “Analisi Semiotik Makna Tawakal Dalam Film Ummi

Aminah”, mengurai masalah Makna Tawakal secara bahasa dalam film

Ummi Aminah, persamaannya adalah membahas makna Tawakal

secara bahasa dan perbedaanya skripsi tersebut menjelaskan makna

Tawakal dalam Film Ummi Aminah sedangkan dalam penyusunan

skripsi ini, penulis akan mengkaji ayat-ayat tawakal dalam tafsir al-

Mizan dan tafsir Ruh Al-Ma‟ani serta pendapat para Mufassir terkait

dengan Tawakal13

.

2. Khuloud Shefaa‟, NIM. 08210332. Mahasiswa Fakultas Ushuluddin

Jurusan Tafsir Hadis Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, 2012.

Skripsinya yang berjudul “Tawakal dalam Tafsir Al-Jailani”, di

dalamnya mengurai ayat-ayat tawakal dalam Al-Qur`an, juga mengurai

bagaimana pendapat Syaikh Abdul Qadir al-Jailani mengenai sikap

tawakal di dalam kitaf tafsir al-Jailani. Sedangkan dalam penyusunan

13

Diana Nopiana, Analisis Semiotik Makna Tawakal dalam film Ummi Aminah,(

UIN Syarif Hidayatullah, 2014)

Page 47: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

13 |

skripsi ini, penulis akan mengkaji ayat-ayat tawakal dalam tafsir al-

Mizan dan tafsir Ruh Al-Ma‟ani serta pendapat para Mufassir terkait

dengan Tawakal14

.

3. Ahmad Kosasih, NIM 296 PTS 71, Mahasiswa program pasca sarjana

Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun

2000. Tesisnya yang berjudul “Konsep Tawakal di dalam Al-Qur`an

kajian tematis terhadap ayat-ayat Al-Qur`an”. tesis ini mengurai

masalah ayat-ayat Tawakal secara umum di dalam Al-Qur`an,

didalamnya mengurai bagaimana perhatian Al-Qur`an terhadap sikap

tawakal untuk memotivasi umat islam agar senantiasa bertawakal

kepada Allah. Juga di uraikan mengenai sikap tawakalnya para Rasul

bersama kaumnya di dalam kisah-kisah Al-Qur`an. Sedangkan dalam

penyusunan skripsi ini, penulis akan mengkaji ayat-ayat tawakal dalam

tafsir al-Mizan dan tafsir Ruh Al-Ma‟ani serta pendapat para Mufassir

terkait dengan Tawakal.15

4. Mahfuzah, NIM 19632001208, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin,

Jurusan Tafsir Hadis Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim,2001. Skripsinya yang berjudul “Penafsiran Kata Tawakal

menurut Hamka dalam Tafsir Al-Azhar” Perbedaan skripsi ini

mengurai masalah penafsiran kata Tawakal dalam Kitab Al-Azhar

Sedangkan dalam penyusunan skripsi ini, penulis akan mengkaji ayat-

ayat tawakal dalam tafsir al-Mizan dan tafsir Ruh Al-Ma‟ani serta

pendapat para Mufassir terkait dengan Tawakal.16

14

Khuloud Shefaa‟, Tawakal dalam Tafsir Al-Jailani, IIQ(Institut Ilmu Al-Qur`an),

2012 15

Ahmad Kosasih, Konsep Tawakal didalam Al-Qur`an kajian tematis terhadap

ayat-ayat Al-Qur`an, (UIN Syarif Hidayatullah,2000). 16

Mahfuzah, Penafsiran Kata Tawakal menurut Hamka dalam Tafsir Al-Azhar,

(UIN Sultan Syarif Kasim, Pekanbaru Riau, 2001).

Page 48: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

14 |

5. Mohd Fatih Yakan bin Zakaria, NIM 10932007885, Mahasiswa

Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadis Universitas Islam Negeri

Sultan Syarif Kasim,2013. Skripsinya yang berjudul “Konsep Tawakal

Dalam Al-Qur`an (Kajian Komparatif Antara Tafsir As-Sya’rowi dan

Tafsir Al-Azhar) didalamnya mengurai bagaimana agar senantiasa

Tawakal kepada Allah dan tawakal kepada selain Allah. Persamaanya

adalah membahas makna Tawakal dalam Al-Qur`an dan perbedaanya

skripsi tersebut menjelaskan makna Tawakal dalam Tafsir As-Sya‟rowi

dan Al-Azhar sedangkan dalam penyusunan skripsi ini, penulis akan

mengkaji ayat-ayat tawakal dalam tafsir al-Mizan dan tafsir Ruh Al-

Ma‟ani serta pendapat para Mufassir terkait dengan Tawakal17

.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena memaparkan data

kualitatif, peneliti juga menggunakan penelitian kepustakaan (library

research),yaitu pengumpulan data pustaka dari literatur yang berkaitan

dengan judul skripsi ini.

2. Sumber Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan sumber data primer

yaitu data-data yang diperoleh dari sumber aslinya yang relevan dengan

skripsi ini sebagai berikut:

1. Kitab-kitab Tafsir

a. Tafsir Al-Mizan karya Muhammad Husain Thabathaba‟i

b. Tafsir Ruh al-Ma‟ani karya al-Alusi

17

Mohd Fatih Yakan bin Zakaria, Konsep Tawakal Dalam Al-Qur`an (Kajian

Komparatif Antara Tafsir As-Sya‟rowi dan Tafsir Al-Azhar), (UIN Sultan Syarif Kasim,

Pekanbaru Riau, 2013).

Page 49: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

15 |

Adapun sumber data sekunder yang penulis gunakan dalam skripsi ini

adalah buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan ini

a. Studi Ulumul Qur‟an

b. Kitab Tafsir Klasik-Modern

c. Buku-buku Akhlak

d. Tasawuf

e. Ihya‟ „Ulum al-Din

f. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi IIQ Jakarta

cetakan ke-2 tahun 2011

3. Teknik Pengumpulan Data

Keseluruhan data yang diambil dan dikumpulkan dengan cara

pengutipan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kemudian

ditetapkan dengan cara dokumentasi dan disusun secara sistematis

sehingga menjadi satu paparan yang jelas.

4. Metode Analisis Data

Dalam menganalisa yang telah berhasil dikumpulkan dengan teknik

deskriftif, analitis (metode muqarin), yakni menggambarkan setepat

mungkin mengenai poko masalah yang berdasarkan konsep-konsep

yang dikemukakan secara jelas.

Adapun langkah-langkah yang harus ditetapkan untuk menggunakan

metode muqarin adalah dengan menganalisa ayat-ayat yang dikaji

secara menyeluruh. Kemudian melacak pendapat-pendapat mufasir

tentang ayat tersebut, serta membandingkan pendapat-pendapat yang

mereka kemukakan itu gunanya untuk mengethui kecenderungan-

Page 50: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

16 |

kecenderungan mereka, aliran-aliran yang mempengaruhi mereka,

keahlian mereka yang mereka kuasai, dan lain sebagainya.18

F. Teknik dan Sistematika Penulisan

1. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dalam penelitian ini merujuk pada pedoman

pembuatan skripsi yang berjudul : Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis,

Disertasi Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta (Edisi Revisi) yang

diterbitkan oleh IIQ Press cetakan ke-2 tahun 201119

.

2. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, penulis membagi

beberapa bab yang diuraikan dengan sistematika penulisan adalah

sebagai berikut:

Bab Pertama merupakan Pendahuluan meliputi:Latar belakang

masalah,pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, tinjauan pustaka,metodologi penelitian dan sistematika

penulisan. Bab pertama ini merupakan pembuka bagi para pembaca

agar mengetahui alasan dan latar belakang penulis penelitian dengan

tema penelitian tersebut.

Bab Kedua merupakan Pengertian tawakal meliputi: Pengertian

Tawakal, Urgensi Tawakal, Identifikasi ayat-ayat tentang tawakal dan

hubungan tawakal dengan kehidupan sehari-hari. Bab dua ini

merupakan landasan teori agar penyusunan skripsi dapat terarah dan

sistematis, untuk memberikan informasi kepada para pembaca

mengenai tawakal.

18

Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran Al-Qur`an, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar,2002), h. 68 19

Huzaemah T. Yanggo, dkk, Pedoman Penulisan SkripsiI, Tesis, Disertasi Institut

Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta,(Jakarta: IIQ Press,2011), cet. Ke-2, h. 22

Page 51: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

17 |

Bab Ketiga merupakan Sekilas tentang Muhammad Husein Thaba-

Thaba‟i dan Syihabuddin Sayyid Mahmud Afandi al-Alusi al-Baghdadi

meliputi biografi, metode, corak dan karya-karya penafsirannya. Bab ke

tiga merupakan bab teori, mengingat pentingnya sumber primer untuk

para pembaca sebelum masuk ke pembahasan utama yaitu menjelaskan

tentang biografi para mufasir.

Bab kelima merupakan Analisa perbandingan penafsiran terhadap

ayat-ayat tawakal meliputi: Penafsiran Muhammad Husein Thaba-

thaba‟i dan al-Alusi terhadap ayat-ayat perintah untuk tawakal, ayat

tawakal adalah ciri dari orang mu‟min, ayat-ayat urgensi tawakal dan

analisis penafsiran. Bab ini merupakan pokok pembahasan utama

penelitian skripsi ini. tujannya untuk mengetahui bagaimana analisa

penafsiran tersebut.

Bab Kelima merupakan Penutup. Pada bab ini terdiri dari

kesimpulan, saran-saran, dan daftar pustaka. Bab ini merupakan akhir

dari semua pembahasan.

Demikan gambaran tentang perencanaan penelitian maka

selanjutnya penulis akan mulai mengkaji pengertian tawakal yaitu

pengertian secara bahasa dan istilah, urgensi tawakal, identifikasi ayat-

ayat tawakal dan hubungan tawakal dan prilaku keseharian.

Page 52: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

18 |

BAB II

HAKIKAT TAWAKAL

A. Pengertian Tawakal

1. Pengertian Secara Bahasa

Kata “ التوكل ” berasal dari kata “ وكل “. Dikatakan, “ وكل بالله

.berarti berserah diri kepada-Nya “ عليه واتكل كل وتوكل 20

Juga, “ وكل إليه

.yang berarti menyerahkan dan meninggalkannya “ الأمر وكلا ووكولا21

Lafadz توكل dari fi‟il madhi وكل yang artinya, menyerahkan.

Dikatakan وكل إليه الأ مر yang artinya menyerahkan kepadanya suatu

perkara. Kemudian وكل digandakan huruf kaf sehingga menjadi وكل

artinya penyerahan suatu urusan kepada orang lain dan bergantung

kepadanya, karena percaya terhadap kemampuanya atau karena

ketidakmampuan orang yang menyerahkannya untuk melakukan

sendiri.

Dari وكل ditambah huruf ta di depan menjadi توكل yang

berarti memperlihatkan ketidakmampuan dan ketergantungan kepada

orang lain. Maka arti توكل على الله adalah menggantungkan segala

urusan kepada Alllah swt22

.

20

Ibnu Mandzur,Lisan al-Arab, ((Mesir:Dar Beirut, 1388), h. 734 21

Fairuz Abadi, al-Qamus al-Muhith, (Mesir: Maktabah Musthafa, 1371), cet. Ke-

2, h.67 22

Ibnu Mandzur,Lisan al-Arab, h. 392

Page 53: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

19 |

Kata “tawakal” berasal dari tawakkala-yatawakkalu-

tawakkulan, yakni tawakkul. Sebutan yang benar seharusnya

tawakkul, bukannya tawakkal. Kata tawakal merupakan kata transitif

yang memerlukan objek yang pasti, semacam fi‟il madhi muta‟addiy

(kata kerja yang memerlukan objek). Berbeda halnya dengan fi‟il

lazim (kata kerja yang tidak memerlukan objek). Dalam Al-Qur`an,

objek tawakal adalah “Al-Wakil”, yakni tuhan sebaik-baik tempat

bersandar, yaitu Allah swt. Tidak ada sesuatu pun selain Dia yang

layak dijadikan tempat menyandarkan segala urusan, menyangkut

segala aspek kehidupan manusia23

.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata

tawakal adalah berserah kepada kehendak Allah, percaya dengan

sepenuh hati kepada Allah (dalam hal penderitaan dan sebagainya)24

.

Sebagian ahli bahasa menafsirkan kata “ الوكيل “ sebagai “ الكافل

“ yaitu pihak yang memberi jaminan. Ar-Raghib mengatakan, “Kata

lebih umum. Karena setiap kafiil pasti wakiil, tetapi tidak „ الوكيل „

setiap wakiil itu sebagai kafiil25

.

Ibnul Atsir mengatakan, “Dikatakan „ توكل بالأمر „, jika

pelaksanaan sebuah urusan ditanggung. „ وكلت أمري إلى فلان„, berarti

saya berlindung sekaligus bersandar kepadanya dalam urusan itu.

Juga menyerahkan pelaksanaan urusan itu sendiri.” Tapi terkadang

keduanya bersatu.

Ar-Raghib al-Ashfahani mengatakan. Kata „ التوكل ‟ dikatakan

pada dua sisi. Dikatakan, „ توكلت لفلان „, yang berarti aku serahkan

23

Rif‟at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur‟ani, (Jakarta: Amzah, 2011), Cet.1, h.

77 24

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), cet. Ke-7, h. 1016 25

Abu Qasim al-husain bin Muhammad al-Raghib al-ashfahani, Al-Mufradat Fi

Gharib Al-Qur`an, (Kairo: Maktabah at-Taufiqiyah, t.t), h. 532

Page 54: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

20 |

kekuasaan kepadanya. Dikatakan pula, „ وكلته فتوكل ل ‟ yang berarti

saya serahkan urusan kepadanya sehingga dia mewakili diri saya.

Juga dikatakan „ توكلت عليه ‟ berarti saya bersandar kepadanya26

.

Sedang menurut al-Qurthubi mengartikan kata wakil dan

tawakal sebagaimana terdapat dalam tafsirnya sebagai berikut:

“Tawakal menurut bahasa adalah bersandar kepada Allah

SWT beserta dengan menampilkan kelemahan dan bersandar atas yag

lain. Ungkapan wakala (mad wa) fulanun, kalau seseorng menyia-

nyiakan urusannya dengan menyerahkan kepada yang lain27

.”

Syaikh Ibrahim Mustafa menerangkan, akar kata tawakal

adalah dari kata wakala, yakilu, waklan wa wukulun artinya

menerima sesuatu, menyerahkan, dan merasa cukup denganya.

Dikatakan tawakkalar-rajulu bil-amri berarti menyerahkannya secara

penuh dan merasa cukup dengannya.28

Imam Ghazali dalam Ihya‟ „Ulumuddin, memaknai tawakal

sebagai berikut:

26

Abu Qasim al-husain bin Muhammad al-Raghib al-ashfahani, Al-Mufradat Fi

Gharib Al-Qur`an,h. 532 27

Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an, Tafsir Al-Qur`an Tematik; Spritualitas dan

Akhlak,(Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an Kementrian Agama RI, 2010), h. 208-

209 28

Syeikh Ibrahim Mustafa, dkk. Al-Mu‟jam al-Wasit, (Turki: al-Maktabah al-

Islamiyah Istanbul.) h. 1054-1055

Page 55: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

21 |

“Tawakkul (masdar) diambil dari kata wakala; dikatakan

wakala amruhu ila fulanin, yaitu menyerahkan urusan kepadanya dan

bertumpu padanya. Dan diberi nama wakil orang yang

diwakilkan(sesuatu) atasnya. Dan dikatakan yang diserahinya itu

diwakilkan atasnya dan yang diserahi atasnya, sebagaimana dirinya

merasa tenteram dan percaya atas orang itu. Dan ia tidak menuduh

wakil itu lemah dan kurang. Maka tawakal adalah: suatu ungkapan

yang menggambarkan tertumpunya hati atas wakil saja.

2. Pengertian Secara Istilah

Adapun makna istilah kata “ توكل “ (tawakkul), maka dilihat

dari posisinya yang mengungkapkan salah satu keadaan hati yang

sulit diterka pada batasan tertentu, muncullah berbagai penafsiran

para ulama dalam bermacam bentuk. Ada yang menafsirkannya

secara lazimnya dan ada juga yang menafsirkannya dengan

menggunakan sebab-sebab dan faktor-faktornya, atau dengan nilai

atau sebagian dari maknanya, sebagaimana yang menjadi kebiasaan

para ulama Salaf dalam penafsiran mereka.

Di antara sebab perbedaan ini adalah karena keadaan dan amal

perbuatan hati sulit sekali diterka secara pasti dan susah di ungkapkan

(pembatasannya) dengan kata-kata. Oleh karena itu, al-Ghazali

29

Al-Ghazali, Ihya‟ „Ulumuddin, (Semarang:Toha Putra), Jilid IV, h. 253

Page 56: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

22 |

mengungkapkan “tidak jelas dari segi makna dan sulit dari segi

amal30

.”

Sebagaimana dikutip dari Yusuf Qardhawi (L. 1926 M) dalam

bukunya Tawakal Jalan Menuju Keberhasilan dan Kebahagiaan

Hakiki, menjelaskan bahwa menurut Imam Ahmad berkata, “

Tawakal itu adalah perbuatan hati. Maksudnya adalah aktivitas hati.

Bukan dengan ucapan lisan, juga bukan dengan perbuatan anggota

tubuh, ia juga bukan merupakan suatu ilmu ataupun pengetahuan.

Sebagian orang ada juga berpendapat bahwa tawakal adalah

bagian dari ilmu pengetahuan, sehingga ia mengatakan, “Tawakal

adalah pengetahuan hati akan kecukupan yang diberikan Allah kepada

hamba-Nya.

Menurut Sahal bin Abdullah (w. 282 H) berkata , “Tawakal itu

adalah menyerahkan diri kepada Allah terhadap apa yang ia

kehendaki.” Ada juga yang menafsirkan tawakal sebagai sikap ridha.

Menurut Basyar al-Hafi (w. 227 H) berkata, “Kalau ada salah

seorang dari mereka yang mengatakan, „Aku bertawakal kepada

Allah‟. Sesungguhnya ia berdusta kepada Allah. Karena jika ia

bertawakal kepada Allah maka ia akan bersikap ridha terhadap apa

yang diperbuat oleh Allah.”

Menurut Dzu An-nun (w. 246 H) berkata, “Tawakal adalah

melepaskan diri dari segala kekuatan selain Allah dan tidak

mengkaitkan suatu kejadian dengan kejadian lain.” Artinya adalah

melepaskan diri dari sikap menggantungkan hati kepada sebab

30

Abdullah bin Umar ad-Dumaiji, Tawakal Bergantung Sepenuhnya Kepada Allah,

(Jakarta: PustakaAl-Inabah, 2015), cet. Ke-2, h.13-14

Page 57: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

23 |

musabab suatu kejadian, bukan melepaskan keterkaitan seluruh

anggota tubuh dengannya.

Menurut Abu Said al-Kharaz (w. 279 H) berkata, “Tawakal itu

adalah keadaan berbuat tanpa henti, dan keadaan tenang dengan tidak

mengerjakan apa-apa (pasrah)” maksudnya adalah melakukan

perbuatan yang dapat menjadi sebab terjadinya sesuatu baik lahir

maupun batin, serta pasrah terhadap hasil pekerjaan yang

diperbuatnya, menerima apa adanya, hatinya tenang, dan senantiasa

berusaha untuk mendapatkan ridha-Nya.

Menurut Abu Turab an-Nakhsyabi (w. 710 H) berkata,

“Tawakal itu adalah memasrahkan diri untuk menghamba kepada

Allah, menggantungkan hati kepada Allah yang Maha Memelihara,

dan merasa tenang dengan apa yang telah diberikan Allah, jika diberi

nikmat bersyukur, jika tidak bersabar. Dari keterangan di atas dapat

kita ketahui bahwa menurut Abu Turab tawakal itu terdiri dari lima

perkara, yaitu:

1. Melaksanakan ibadah

2. Menggantungkan hati terhadap pemeliharaan Allah,

3. Merasa tentram terhadap segala ketetapan dan ketentuan-Nya

4. Merasa tenang dan cukup terhadap pemberian-Nya,

5. Bersyukur dengan apa yang diberikan kepadanya dan bersabar jika

apa yang dikehendakinya tidak dieberikan Alah31

.

Menurut Abu Ali ad-Darqaq (w. 412 H) menjelaskan

bahwasanya tawakal memiliki tiga derajat: 1. Tawakal, 2. Pasrah ,3.

31

Yusuf al-Qardhawi, Tawakal Jalan Menuju keberhasilan dan Kebahagiaan

Hakiki, (Jakarta: al-Mawardi Prima,2004), h. 20-21

Page 58: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

24 |

Menyerahkan diri. Orang yang bertawakal akan merasa tenang karena

yakin janji Alah pasti benar, dan orang yang pasrah akan merasa

cukup karena yakin Allah Maha Mengetahui, dan orang yang

menyerahkan diri akan bersikap ridha karena yakin Allah Maha

Bijaksana. Sikap tawakal itu adalah sebuah permulaan, sikap pasrah

adalah sikap pertengahan, dan sikap menyerahkan diri adalah sebuah

sikap akhir. Tawakal adalah sifat orang-orang yang mukmin, sikap

pasrah adalah sifat para wali, dan memasrahkan diri adalah sifat

orang-orang yang mengesakan-Nya. Tawakal merupakan sifat orang

awam, berserah diri merupakan sifat orang-orang khusus, dan pasrah

merupakan sifat orang-orang yang lebih khusus dari orang-orang yang

khusus. Tawakal adalah sifat para Nabi, berserah diri adalah sifat

Ibrahim, sedangkan pasrah merupakan sifat Nabi kita Muhammad

saw32

.

Imam Al-Ghazali (w. 505 H) pernah berkata dalam kitab Ihya

ketika menjelaskan tentang hakikat tauhid yang merupakan asal dari

sifat tawakal, ketahuilah bahwasanya tawakal merupakan bagian dari

keimanan, dan seluruh bagian dari keimanan tidak akan terbentuk

melainkan dengan ilmu, keadaan, dan perbuatan. Begitupula dengan

sikap tawakal, ia terdiri dari suatu ilmu yang merupakan dasar, dan

perbuatan yang merupakan buah, dan keadaan yang merupakan

maksud dari tawakal. Jadi dapat kita simpulkan bahwa tawakal adalah

32

Ibnu Qayyim al-jauziyah, Madarijus Salikin (Pendakian Menuju Allah), (Jakarta:

Putaka Al-kautsar,1998), terj. Madarijus Salikin Baina Manazil Iyyaka Na‟budu wa Iyyaka

Nasta‟in, cet. 1, h.242-243

Page 59: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

25 |

masalah keimanan dan tingkatan-tingkatan ruhani dalam ilmu

tasawuf33

.

Al-Ghazali secara tamsil membagi tawakal atas tiga tingkatan;

pertama, tawakal kepada Allah laksana seorang yang menyerahkan

kekuasaan kepada wakilnya dalam suatu urusan, setelah ia meyakini

kebenaran, kejujuran, dan ketulusan orang itu dalam membelanya.

Kedua, tawakal kepada Allah seperti anak kecil menyerahkan segala

persoalan kepada ibunya. Ketiga, tawakal kepada Allah laksana mayat

di tangan orang yang memandikannya.

Menurut Abu Al-Qasim Al-Qusyairi (w. 165 H) berkata:

“Pertama, dalam pengertian merasa tentram terhadap apa yang telah

dijanjikan Allah. Tawakal dalam tingkat ini merupakan tawakal

tingkat pertama (al-bidayah). Kedua, tawakal dalam pengertian

merasa puas dalam penyandaran segala urusan kepada Allah, karena

Allah telah mengetahui keadaan dirinya. Tawakal dalam bentuk ini

merupakan tawakal tingkat pertengahan (al-mutawassitah). Ketiga,

tawakal dalam pengertian merasa rela, puas, atau lapang dada dan

berserah diri kepada Allah dengan sepenuh hati. Tawakal ini

merupakan tingkat tertinggi (an-nihayah)34

.

Ibnu Qayyim (w. 751 H) dalam kitab Syarh al-Manazil

menyebutkan dengan berbagai macam tingkatan dalam betawakal:

1. Mengenal Allah dan sifat-sifat-Nya

2. Adanya ketetapan sebab musabab yang harus dijaga dan

dilaksanakan

33

Yusuf Qardhawi, Tawakal, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1996), cet. Ke-1, h.35-

36 34

Rif‟at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur‟ani, Cet.1, h. 83

Page 60: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

26 |

3. Kemantapan hati dalam sikap tauhid

4. Bergantungnya hati dan menyandarkan sesuatu hanya kepada

Allah dengan disertai perasaan tenang.

5. Berprasangka baik kepada Allah swt

6. Sikap menyerahkan hati kepada-Nya dengan menghimpun

penopang-penopangnya dan menghilangkan penghambatnya.

7. Pasrah yang merupakan ruh tawakal, inti dan hakikatnya

8. Ridha35

.

Menurut M. Quraish Shihab dalam al-Misbah menyatakan

“Kata wakil terambil dari kata wakala-yakilu yang berarti

mewakilkan. Dari kata itu terbentuk pihak lain, maka ia telah

menjadikannya sebagai dirinya sendiri dalam persoalan tersebut,

sehingga yang diwakilkan (wakil) melaksanakan apa yang

dikehendaki oleh yang menyerahkan kepadanya perwakilan36

.

B. Urgensi Tawakal

Hikmah tawakal dalam ensiklopedia adalah membuat

seseorang penuh percaya diri, memiliki keberanian dalam

menghadapi setiap persoalan, memiliki ketenangan jiwa, dekat

dengan Allah, dan menjadi kekasih-Nya, dipelihara, ditolong,

dilindungi Allah, diberikan rezeki yang cukup dan selalu berbakti dan

taat kepada Allah.

Menurut Syeikh Abdullah bin Alawi bin Muhammad (1044-

1132 H), beliau mengatakan “ Hikmah tawakal adalah tidak

melakukan perbuatan maksiat selalu menghindarkan diri dari segala

35

Abdullah bin Umar ad-Dumaiji, Rahasia Tawakal dan Sebab Akibat, (Jakarta:

Pustaka Azzam,200), h. 5-10 36

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), jilid XIV,

cet. VII, h. 522-523

Page 61: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

27 |

yang dilarang, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan Allah.

Tawakal menumbuhkan ketegaran, keberanian, ketenangan,

kesabaran, ketekunan, kesungguhan, dan keseriusan.

Jadi tawakal adalah sumber inspirasi dan relasi rohani secara

penuh dan amat dalam, sehingga memberikan semangat yang luar

biasa terhadap mutawakkilin. Orang beriman tidak akan berputus asa

dan berkecil hati dalam menghadapi situasi bagaimanapun. Inilah

keunggulan tawakal, suatu ajaran islam dan tanda keimanan yang

kuat. Keunggulan ini terlihat dalam berbagai macam peristiwa

kenabian dan peristiwa-peristiwa para shalihin, sebagaimana

tercantum dalam kisah-kisah Al-Qur`an37

.

Sikap tawakal yang tertanam baik dalam diri manusia akan

memberikan buah yang baik bagi diri sendiri maupun bagi kehidupan

sekitarnya:

1. Mewujudkan Keimanan

Tawakal merupakan syarat dan kelaziman iman, yang hanya

dengan merealisasikannya maka iman akan menjadi sempurna. Dan

bahwa penggabungan antara iman dan tawakal sangat mungkin

dilakukan, bahkan terkadang dapat langsung difahami di awal

penyajian.

Berdasarkan fakta bahwa iman dan tawakal bisa saling

beriringan, maka buah tawakal yang paling agung adalah realisasi

iman seorang hamba; sehingga tidak ada iman kecuali dengan

tawakal, sebagaimana juga tidak ada tawakal kecuali dengan iman.

Allah swt berfirman dalam surah Al-Maidah ayat 23

37

Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an, Tafsir Al-Qur`an Tematik; Spritualitas dan

Akhlak, h. 231

Page 62: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

28 |

“. dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu

benar-benar orang yang beriman".(QS.Al-Maidaah:23)

Artinya tidak mungkin iman bisa direalisasikan kecuali

dengan merealisasikan tawakal terlebih dahulu38

.

2. Timbulnya ketenangan dan ketentraman

Ketenangan jiwa dan ketentraman hati, yang keduanya itu

akan dirasakan oleh orang yang bertawakal keada Allah. Orang yang

bertawakal tidak akan merasakan kecuali rasa aman di saat orang lain

merasa takut, rasa tenang di saat orang lain merasa bimbang, rasa

yakin di saat orang lain merasa ragu, keteguhan hati di saat orang lain

merasa goyah, penuh harapan di saat orang lain berputus asa, dan ia

akan merasa ridha ketika orang lain marah.

Keadaan seperti inilah yang didapati oleh para nabi ketika

menghadapi kaum yang menentangnya, sebagaimana yang dirasakan

oleh Nabi Ibrahim ketika ia akan dilemparkan ke dalam api. Ia sama

sekali tidak disibukkan dengan meminta pertolongan kepada para

makhluk, baik manusia maupun jin. Hatinya tidak disibukkan kecuali

hanya berkata, “Cukuplah Allah bagiku sebagai pemberi nikmat dan

pelindung.”

Dalam kitab shahih bukhari, dari Ibnu Abbas, ia berkata,

“Cukuplah Allah bagiku sebagai pemberi nikmat dan pelindung.”

Ucapan ini di ucapkan oleh Ibrahim ketika ia dilemparkan ke dalam

api. Nabi Muhammad saw berkata seperti ini ketika orang-orang

berkata kepadanya39

, sebagaimana terdapat dalam surah Ali-Imran

ayat 173

38

Abdullah bin Umar ad-Dumaiji, Tawakal Bergantung Sepenuhnya Kepada Allah,

cet. Ke-2, h.147-148 39

Yusuf al-Qardhawi, Tawakal Jalan Menuju keberhasilan dan Kebahagiaan

Hakiki, h.. 145-146

Page 63: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

29 |

". (yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang

kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya

manusia[250] telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu,

karena itu takutlah kepada mereka", Maka Perkataan itu menambah

keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi

penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung". (QS. Ali-

„Imran: 173).

3. Melahirkan kekuatan hati, keberanian, keteguhan, dan perlawanan

terhadap musuh

Kekuatan yang dirasakan oleh orang yang bertawakal kepada

Allah. Kekuatan itu adalah kekuatan jiwa dan batin, kekuatan materi

apapun yang di hadapan kekuatan tersebut dianggap kecil, seperti

kekuatan persenjataa, kekuatan harta, kekuatan orang banyak.

Kekuatan ini juga dapat kita rasakan pada sikap Nabi Hud di

hadapan para kaumnya, yakni kaum „Ad, dimana Nabi Hud menolak

kemusyrikan, kerusakan, dan kesesatan mereka. Merekalah orang-

orang yang membuat-buat ayat yang sesat, mereka membangun istana

dan berbagai tempat usaha agar mereka kekal. Jika mereka berkuasa,

maka mereka berkuasa dengan zalim dan angkuh. Merekalah orang-

orang yang sombong di muka bumi ini tanpa didasari dengan

kebenaran40

.

Hud telah membimbing dan menyeru mereka kepada tauhid,

istiqomah, dan takwa kepada Allah. Sebagaimana terdapat dalam

Surah Hud ayat :54

40

Yusuf al-Qardhawi, Tawakal Jalan Menuju keberhasilan dan Kebahagiaan

Hakiki, h.147-148

Page 64: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

30 |

“Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian

sembahan Kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu." Huud

menjawab: "Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan

saksikanlah olehmu sekalian bahwa Sesungguhnya aku berlepas diri

dari apa yang kamu persekutukan,”. (QS. Huud: 54)

Akan tetapi Huud tidak menghiraukan sikap mereka itu, ia

tetap berkata dengan kekuatan keyakinan dan kepercayaan, surah Hud

(11)ayat : 57

“Jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya aku telah

menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk

menyampaikan)nya kepadamu. dan Tuhanku akan mengganti (kamu)

dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat

mudharat kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku adalah

Maha pemelihara segala sesuatu.”. (QS. Huud:57)

4. Al-Izzah (Harga Diri)

Harga diri yang dirasakan oleh orang yang bertawakal, harga

diri ini mengangkatnya lebih tinggi, dan memberikannya kekuasaan

yang lebih besar, meski tanpa tahta ataupun mahkota. Kekuatan ini

hasil dari harga diri orang yang bertawakal kepada-Nya. Sebagaimana

firman Allah dalam Surah Asy-Syu‟ara(26): 217

Page 65: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

31 |

“Dan bertawakkallah kepada (Allah) yang Maha Perkasa lagi

Maha Penyayang,”. (QS. Asy-Syu‟ara:26)

Dan juga firman-Nya dalam surah Al-Anfal(8) : 49

“ Iingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang

yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-

orang mukmin) ditipu oleh agamanya". (Allah berfirman):

"Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, Maka Sesungguhnya

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".(QS. Al-Anfaal: 49)

Orang yang bertawakal akan memiliki harga diri tanpa

bantuan orang, merasa kaya meski tanpa harta, dan menjadi raja

meski tanpa bala tentara dan pengikut41

.

5. Menimbulkan sikap Ridho

Sikap ridho yang membuat hati menjadi lapang, dan hati

menjadi luas. Sebagian orang menjadikan sikap ridho ini sebagai

bagian dari inti tawakal, atau menjadikannya sebagai salah satu

tingkat dari berbagai tingkatan tawakal.

Yahya bin Muadz pernah ditanya, “Kapan seseorang dapat

dikatakan telah bertawakal? ” ia menjawab, “ Yaitu jika ia ridha Allah

menjadi pelindungnya.”

Ibnu Qayyim mengatakan, “ Sesunguuhnya ridha adalah buah dari

sikap tawakal. Siapa saja yang menafsirkan tawakal sebagai sikap

41

Yusuf al-Qardhawi, Tawakal Jalan Menuju keberhasilan dan Kebahagiaan

Hakiki, h.153-155

Page 66: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

32 |

ridha maka ia telah menafsirkannya dengan buah yang paling baik

dan yang paling bermanfaat dari sifat tawakal tersebut. Jika seseorang

benar-benar bertawakal maka ia akan ridha terhadap apa yang

dilakukan oleh pelindungnya.”

Di antara indikasi keridhaan adalah perasaan gembira dan

tenangnya batin.

Hal ini seperti diriwayatkan dalam hadis Ibu Mas‟ud secara marfu‟,

“Sesungguhnya Allah dengan sifat kebijaksanaan-Nya dan keadilan-

Nya menjaikan rasa gembira dan ketenangan batin bagi orang yang

ridha dan yakin. Dan dia menjadikan kepiluan dan kesedihan bagi

orang yang tidak bersikap ridha dan ragu-ragu.”

Orang yang bertawakal akan merasa yakin bahwa pengaturan

yang berasal dari Allah lebih baik dari pengaturan dirinya sendiri, dan

ia juga yakin bahwa ia akan senantiasa berada dalam jaminan dan

perlindungan dari Allah42

.

6. Timbulnya Harapan

Dari sifat tawakal yang lain adalah adanya harapan akan

memperoleh yang diinginkan, keselamatan dari hal yang dibenci,

hilangnya kepiluan, terlepas dari kesusahan, kemenangan yang hak

dari yang batil, hidayah dari kesesatan, dan diperolehnya keadilan

atas kezaliman.

Orang yang bertawakal kepada Allah tidak akan pernah

terbesit dalam hatinya rasa hilang harapan dan putus asa. Al-Qur`an

telah mengajarkan kepadanya bahwa putus asa adalah bagian dari

kesesatan, dan berputus asa adalah pengikut kekufuran.

42

Yusuf Qardhawi, Tawakal, h.145-146

Page 67: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

33 |

Allah berfirman melalui lisan Ibrahim dalam surah Al-Hijr

ayat 56

“Dan Kami tiada membinasakan sesuatu negeripun,

melainkan ada baginya ketentuan masa yang telah ditetapkan.”.(QS.

Al-Hijr: 56)

Allah juga berfirman melalui lisan Nabi Ya‟kub dalam surah

Yusuf ayat 87

“ Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita

tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari

rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah,

melainkan kaum yang kafir".(QS. Yuusuf: 87)

Ibrahim mengatakan hal itu dalam posisi sebagai orang pikun

yang telah lanjut usia. Sedangkan Nabi Ya‟kub mengatakan ucapan

itu ketika ia mencari Yusuf dan saudaranya, setelah ia berpisah sangat

lama dari Yusuf, dan selama berpulu-puluh tahun lamanya berputus

berita tentang dirinya.

Orang yang bertawakal kepada Allah mengetahui betul bahwa

kekuasaan itu seluruhnya milik Allah, dan Dia-lah yang

mengurusinya. Dia bebas berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya dan

Page 68: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

34 |

Dia bebas memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang

dkehendaki-Nya43

.

7. Tawakal mendatangkan kesabaran dan ketahanan

Allah Ta‟ala menyandingkan antara kesabaran dan tawakal

dalam banyak ayat, lebih dari satu. Hal ini tidak lain karena kesabaran

dan tawakal adalah kunci dari segala urusan dan masalah yang baik-

baik; tidak terlaksananya suatu kebaikan adalah karena dua sebab,

yitu: pertama: tidak adanya sikap sabar dalam mengerahkan daya

upaya untuk mencapai tujuan yang baik, dan kedua : tidak adanya

sikap tawakal kepada Allah swt.

Allah berfirman dalam surah An-Nahl ayat 41-42

“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah

mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus

kepada mereka di dunia. dan Sesungguhnya pahala di akhirat adalah

lebih besar, kalau mereka mengetahui. (yaitu) orang-orang yang

sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal.”. (QS. An-

Nahl: 41-42)

jika tawakal mendatangkan sifat sabar, maka kesabaran adalah

sebab terbesar untuk tercapainya setiap kesempurnaan. Oleh karena

itu, makhluk yang paling sempurna adalah yang paling sabar. Inilah

kedudukan iman yang paling besar44

.

8. Tawakal menghilangkan penyakit ujub dan sombong

43

Yusuf Qardhawi, Tawakal, h.146-147 44

Abdullah bin Umar ad-Dumaiji, Rahasia Tawakal dan Sebab Akibat, h. 102-103

Page 69: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

35 |

Sesungguhnya penyakit yang paling besar serta mematikan

yang menimpa hati manusia, serta dapat menjadikan amalan-amalan

sia-sia, juga merusak seluruh perbuatan manusia serta melahirkan

kekerasan dan kekejian adalah; Riya dan Ujub.

Riya‟ termasuk tindakan yang melibatkan orang lain,

sedangkan ujub melibatkan diri sendiri. Dan ini merupakan sifat dan

keadaan orang yang sombong. Celaan terhadap dua sifat ini telah

disebutkan dalam banyak nash, diantaranya adalah sabda Rasulullah

saw dalam hadis Haritsah bin Wahab:

“Maukah kalian aku kabarkan tentang penghuni neraka?

Yaitu setiap orang yang kasar, angkuh, dan sombong.”45

Dari Ibnu mas‟ud dari Nabi saw, beliau bersabda:

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya

terdapat kesombongan seberat biji atom.”46

Sa‟id bin Jubair mengatakan, “Seorang Hamba akan

mengerjakan kebaikan lalu dengannya dia masuk neraka dan seorang

hamba akan mengerjakan keburukan lalu denganya dia masuk surga.

Yang demikian itu, karena dia mengerjakn kebaikan lalu merasa

takjub dengannya. Sementara yang lainnya mengerjakan keburukan

lalu melihat dengan kedua matanya kemudian memohon ampunan

dan bertaubat kepada Allah.

45

Diriwayatkan oleh al-Bukhari di dalam kitab Fiii Tafsiir Surah al-Walam. (no.

4918, VII/530)h.159. 46

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab al-iman, bab tahrim al-kibr wa

bayanuhu (no 91, I 93

Page 70: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

36 |

Pengobatan terhadap dua penyakit yang cukup parah ini

hanya bisa dilakukan dengan merealisasikan „ubudiyyah dan

tawakal47

.

9. Tawakal memperkuat tekad dan keteguhan suatu perkara

Allah swt memerintahkan Nabi saw untuk bertawakal kepada

Allah, jika sudah membulatkan tekad. Dia berfirman dalam surah Ali-

Imran ayat 159:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah

lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu

ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian

apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal

kepada-Nya.”. (QS.Ali-Imran:159)``

Kesempurnaan seorang hamba dinilai dengan tekad dan

keteguhannya. Maka, orang yang tidak memiliki tekad, masih ada

kekurangan pada dirinya. Begitu pula orang yang sudah memiliki

tekad tetapi tidak memiliki keteguhan, juga masih terdapat

47

Abdullah bin Umar ad-Dumaiji, Rahasia Tawakal dan Sebab Akibat,h. 116-117

Page 71: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

37 |

kekurangan pada dirinya. Jika kemantapan bersatu dengan tekad,

lahirlah kedudukan yang mulia dan keadaan yang sempurna.

Tidak diragukan lagi,di antara hal yang dapat membantu

seseorang agar tetap teguh pada suatu urusan yang baik dan pendapat

yang lurus serta tekad untuk merealisasikannya adalah tawakal kepada

Allah swt.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Muslim bin Yasar ,

katanya, “Pembicaraan dalam hal takdir merupakan dua lembah yang

terbentang; orang-orang binasa di dalamnya tanpa mengetahui

luasnya. Oleh karena itu, kerjakanlah amalan layaknya seseorang

yang mengetahui bahwa yang bisa menyelamatkan dirinya hanyalah

amalnya. Dan bertawakkalah seperti tawakalnya seseorang yang

mengetahui bahwa yang akan menimpanya hanyalah apa yang telah

ditetapkan Allah.

Allah Ta‟ala berfirman kepada Nabi saw

“Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa Kami

melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah

pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman

harus bertawakal."(QS. At-Taubah: 51)

Yang demikian itu, tidak lain adalah karena tawakal memiliki

pengaruh yang sangat besar dalam memperkuat tekad dan keteguhan.

Maka, ketika para sahabat merasa keberatan terhadap apa yang

disampaikan Rasulullah saw berkenaan hari kiamat yang sudah dekat,

mereka berkata, “ Bagaimana kami bisa bersenang-senang sedang

Page 72: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

38 |

peniup sangkakala telah meletakkan sangkakala di mulut dan tinggal

mendengar perintah. Kapan diperintah untuk meniup, maka dia akan

meniup.” Seakan-akan hal itu begitu berat bagi para sahabat. Maka

Nabi saw berkata kepada mereka, “Ucapkanlah:

„Cukuplah Allah sebagai pelindung kami dan Dia sebaik-baik

penolong. Kepada Allah-lah kami bertawakal48

.„

C. Identifikasi Ayat-ayat tentang Tawakal

Berdasarkan uraian makna Tawakal yang dikemukakan ulama

bahasa dan tafsir di atas, terdapat beberapa nuansa dalam memaknai

tawakal, walaupun hanya dilihat dari aspek terjemahan. Sebagai

contoh, perkataan wakila yang tercantum dalam Al-Qur`an sebanyak

24 kali, maknanya dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Pelindung (Ali-Imran/3: 173, al-Isra‟/17: 68, al-Ahzab/33:

48, al-Muzammil/73: 9).

b. Pengurus (al-An‟am/6: 66);

c. Pemelihara (al-An‟am/6: 107);

d. Saksi (Yusuf/12: 66);

e. Bertanggung Jawab (az-Zumar/39: 41);

f. Memelihara (az-Zumar/39: 62, al-Furqan/25: 43, al-

Ahzab/33: 3)

g. Mengawasi (asy-Syura/42: 6)

h. Penolong (al-Isra‟/17: 2)

48

Abdullah bin Umar ad-Dumaiji, Tawakal Bergantung Sepenuhnya Kepada Allah,

cet. Ke-2, h.192-195

Page 73: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

39 |

i. Penjaga (al-Isra‟/17: 54)

j. Pembela (al-Isra‟/17: 86)

Sementara itu, penggunaan kata kerja lebih banyak diartikan

menyerahkan, diserahi, dan juga makna “bertawakal”. Adapun isim

sifat dengan menggunakan mutawakkilun atau mutawakkilin diartikan

sebagai orang-orang yang bertawakal atau berserah diri. Dengan

demikian, sebagaimana disebutkan dalam Ensiklopedia Islam,

tawakal berarti menyerahkan segala perkara, ikhtiar, dan usaha yang

dilakukan kepada Allah swt serta berserah diri sepenuhnya kepada-

Nya untuk mendapatkan manfaat atau menolak mudarat.

Ada beberapa ungkapan daam Al-Qur`an yang diambil dari

kata dasar wakala, yaitu: wakil, tawakkal, tawakkaltu, tawakkalna,

wakkala, wukkila, yatawakkalu, natawakkal, dan mutawakkil, dan

mutawakkilin.

a. Wakil disebut 24 kali, yaitu dalam Surah Ali „Imran/3 : 173; al-

An‟am/6: 69, 102, 107; Yunus/10: 10; Hud/11: 12; Yusuf/12: 62;

al-Qassas/28: 28; az-zumar/39: 41 dan 62; asy-Syura/42: 6; an-

Nisa/4: 81, 109, 132, dan 171; al-Isra‟/17: 2, 54, 65, 68, 86; al-

Furqan/25: 13; al-Ahzab/33: 3 dan 48; al-Muzammil/73: 9.

b. Wakkala dengan segala bentuknya disebut 13 kali, yaitu dalam

Surah al-An‟am/6: 89; as-Sajdah/32: 11; at-Taubah/9: 129;

Yunus/10: 71; Huud/11: 56, 88; Yusuf/12: 67; ar-Ra‟d/13: 30;

asy-Syura/42: 10.

c. Tawakkaltu dengan mutakallim wahdah (pembicara seorang)

disebut sebanyak 7 kali, yaitu pada Surah at-Taubah/9: 129;

Yunus/10: 71; Hud/11: 56 dan 88; Yusuf/12: 67; ar-Ra‟d/13: 30

dan asy-Syura/42: 10.

Page 74: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

40 |

d. Tawakkalna disebut sebanyak 4 kali, yaitu pada surah al-A‟raf/7:

89; Yunus/10: 85; al-Mumtahanah/60: 4; al-Mulk/68: 29

e. Natawakkal disebut sebanyak satu kali, yaitu pada surah

Ibrahim/14: 12

f. Yatawakkal ada 12 ayat, yaitu pada Surah Ali-Imran/3: 122, 160;

al-Maidah/5: 11; al-Anfal/8: 49; at-Taubah/9: 51; Yusuf/12: 67;

Ibrahim/14: 11 dan 12; az-Zumar/39: 48; al-Mujadilah/58: 10; at-

Taghabun/64: 13; at-Talaq/65: 3.

g. Yatawakkalun (fi‟il mudari‟ gaib, jamak) sebanyak 5 ayat, yaitu

pada Surah al-Anfal/8: 2; an-Nahl/16: 42 dan 99; al-„Ankabut/29:

59, asy-Syura/42: 36.

h. Tawakkal dan tawakkalu (fi‟il „amr) disebut sebanyak 10 kali,

terdapat pada surah Ali-Imran/3: 159; an-Nisa‟/4: 81; al-Anfal/8:

61; Hud/11: 123; al-Furqan/25: 58; asy-Syu‟ara/26: 217; an-

Naml/27: 79 ; al-Ahzab/33: 3; al-Ma‟idah/5: 23; dan Yunus/10:

84.

i. Mutawakkilun dan mutawakkilin disebut 4 kali, yaitu pada Surah

Yusuf/12: 67; Ibrahim/14: 12; az-Zumar/39: 38; Ali-“Imran/3:

159

j. Wakkalna disebut sebanyak satu kali, yaitu pada surah Al-

An‟am/6 ayat 89

k. Wukkila disebut sebanyak satu kali, yaitu pada surah As-

Sajdah/32 ayat 11

l. Wakilaan ada 13 ayat, yaitu pada surah An-Nisa‟/4: 81, 109, 132,

171, surah Al-isra‟/17 : 2, 54, 65, 68, 86, surah Al-Furqan/25: 43,

surah 33: 3, 48, surah Al-Muzammil/73: 949

.

49

Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an, Tafsir Al-Qur`an Tematik; Spritualitas dan

Akhlak, h. 224-226

Page 75: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

41 |

Setelah mengidentifikasi ayat-ayat tentang tawakal penulis

menyimpulkan bahwa ada tiga kriteria yang bersangkutan dengan

tawakal, Pertama, Perintah bertawakal, terdapat dalam surah at-

Taubah ayat 51 dan surah al-Ahzab ayat 3, Kedua, Tawakal sifat

orang yang beriman terdapat dalam surah al-Anfal ayat 2, dalam

surah Yunus ayat 84, dalam surah at-Taghabun ayat 13, Ketiga.

Balasan bagi orang yang bertawakal, terdapat dalam surah at-Thalaq

ayat 3 dan surah al-Ankabut ayat 58-59.

D. Hubungan Tawakal dan Perilaku Keseharian

Korelasi tawakal dengan perilaku dan amal keseharian adalah

bahwa kesuksesan suatu tindakan memerlukan ikhtiar dan usaha.

Ikhtiar adalah sesuatu yang mestinya menyatu dalam suatu sistem

kehidupan keberagaman orang beriman. Maka dipandang tidak

sejalan dengan sunnah Allah dan Sunnah Rasul-Nya apabila

seseorang malas dan tidak bekerja dengan alasan bertawakal. Artinya

memaknai tawakal berkaitan dengan etos belajar dan etos kerja. Umat

islam harus menjadi umat yang sukses dan mandiri, baik material

maupun spiritual. Seseorang yang ingin sukses dalam bidang

keilmuan harus belajar dengan baik dan teratur, orang yang ingin

memperoleh harta harus berusaha, dan orang ingin kenyang harus

makan, dan seterusnya. Keberhasilan tidak datang sendiri, tetapi

harus diraih. Bahkan, untuk bisa makan dan minum pun harus

menggunakan tangan dan mulut.

Uraian dibawah ini menerangkan bagaimana Al-Qur`an

memberikan gambaran tentang bersatunya Tawakal dan amal, seperti

yang telah dilakukan Nabi Muhammad SAW.

Page 76: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

42 |

1. Kegiatan Individual dan Sosial

Dalam kegiatan individual dan interaksi sosialnya dengan

yang lain, seorang muslim harus selalu bertawakal pada Allah swt,

sehingga tidak ada rasa angkuh atau sombong dalam dirinya.

Kegiatan yang amat sederhana, seperti zikir-zikir yang diucapkan

seseorang; bacaan basmalah, hamdalah, tasbih ketika mendapat

rezeki atau kenikmatan, bacaan istirja‟ ketika mendapat musibah, dan

ucapan hauqalah , “La haula wala quwwata illa billah”semuanya

merupakan pernyataan tawakal. Amal usaha dan doa yang selalu

dilafalkan tersebut merupakan bagian dari ibadah dan tawakal

seseorang pada Allah. Ayat 7 merupakan hakikat tawakal secara

penuh terhadap Allah. Ketika akan tidur, seseorang disunnahkan

membaca doa. Bagi seseorang yang keluar rumah, banyak perkara

yang akan ditemui dalam berbagai urusan. Mungkin ada, yang

menyenangkan dan ada pula yang menyusahkan, sebagai bahagian

dari kehidupan. Sebagai makhluk yang di anugerahi pikiran, sebelum

keluar rumah seorang muslim sebaiknya mempunyai pertimbangan,

pemikiran dan rencana-rencana yang baik dan kemudian

memasrahkan segala sesuatunya kepada Allah.

Tawakal diperlukan oleh setiap orang yang beriman dan

berserah diri kepada Allah ketika akan melakukan suatu pekerjaan.

Setelah dengan penuh kesungguhan, program, dan rencana yang

matang, melaksanakan aktivitas secara maksimal, maka seseorang

harus berserah diri kepada Allah karena Dia pemlikinya.

Dalam riwayat lain diterangkan, „Umar bin al-Khattab pernah

memutuskan pulang ketika memasuki daerah yang penduduknya

terjangkit penyakit kusta. Hal ini menimbulkan pertanyaan yang

Page 77: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

43 |

menentang sari sahabat lain: “ Apakah anda akan melarikan diri dari

takdir Allah?” Umar menjawab: “Ya, lari dari takdir Allah kepada

takdir Allah yang lain.” „Umar kemudian memberikan perbandingan

jika mempunyai hewan ternak di mana tersedia dua lahan, yang satu

kering dan yang lainnya subur, tentu saja lebih baik memilih bagian

yang subur. Perkara ini menunukkan bahwa ikhtiar menghindari

penyakit (tindakan berhati-hati) perlu dilakukan, seraya bertawakallah

kepada Allah. Pendapat Umar ini diperkuat oleh sabda Nabi yang

disampaikan oleh „Abdurrahman bin‟Auf :

“Apabila kalian mendengar (penyakit berjangkit) di suatu

negeri, maka janganlah kamu datang ke tempat itu. Dan kalau kamu

sedang berada dalam negeri yang tengah berjangkit penyakit

menular itu, maka janganlah kamu keluar dari negeri itu, karena

hendak melarikan diri darinya50

. (Riwayat al-Bukhori dari

„Abdurrahman bin „Auf).

2. Aspek Dakwah

Islam adalah ajaran Allah dan sibgah Allah yang paling baik.

Tidak ada ajaran agama yang diakui kecuali islam. Dakwah adalah

bagian penting dalam penyebaran ini. pemaksaan atau pindah agama

merupakan perbuatan yang dilarang sebagaimana diterangkan dalam

Al-Qur`an dalam surah Al-Kafirun (109) ayat: 1-6 dan Al-Baqarah

(2) ayat: 256

50 Muhammad bin Ismail Abdullah Al-Bukhori al-ju‟fi, Shahih Bukhari, (Beirut:

Dar Tauqin Najah, 1422), Juz. 4, h.175

Page 78: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

44 |

Dalam surah Al-Kafirun disebutkan keharusan bagi orang

mukmin untuk bersikap tegas terhadap orang kafir menyangkut

persoalan aqidah. Tidak ada toleransi dalam masalah ibadah.

“Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan

menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah

Tuhan yang aku sembah, dan aku tidak pernah menjadi penyembah

apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi

penyembah Tuhan yang aku sembah, untukmu agamamu, dan

untukkulah, agamaku." (QS. Al-Kafiruun:1-6)

Namun demikian, sejak Zaman Rasul sampai saat ini, dakwah

bukan persoalan gampang. Ajaran Islam tidak begitu mudah dapat

diterima, malahan para pembawanya banyak dimusuhi, jangankan

orang kafir diharapkan bisa menerima, umat islam pun ketika diajak

berbuat baik dan menerapkan Syariat-Nya banyak yang menolak dan

tidak sudi diajak bersyariat. Oleh karena itu para da‟i, tidak boleh

kecewa dan putus asa, para mujahid tidak boleh berhenti. Di sinilah

Tawakal kepada Zat yang memiliki segalanya diperlukan. Atas dasar

itulah Rasul pun menyerahkannya segala urusan kepada Allah setelah

melakukan dakwah dan perjuangannya, sebagaimana tercantum

dalam surah Al-An‟am ayat :66

Page 79: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

45 |

“Dan kaummu mendustakannya (azab) Padahal azab itu

benar adanya. Katakanlah: "Aku ini bukanlah orang yang diserahi

mengurus urusanmu". (QS. Al-An‟am:66))

Sangat banyak ayat Al-Qur`an yang senada dengan ayat di

atas , dimana umat Islam harus meyakini bahwa Allah adalah

pelindung dan kepada-Nya diserahkan segala urusan. Perintah ini

terdapat dalam surah al-An‟am/6 :102 dan 107, Yunus/10 : 108,

Hud/11 : 12,123.

Ayat-ayat tersebut merupakan salah satu bagian penting bagi

para da‟i dan Mujahid Dakwah agar dengan kesungguhan tetap

melakukan aktivitas dakwah, dan jihadnya karena Allah akan selalu

membimbingnya. Ketawakalan para mujahid dituntut pada setiap

kondisi dan situasi51

.

3. Aspek Sosial Kemasyarakatan

Tawakal di manapun dan dalam situasi apapun harus menjadi

bingkai perilaku setiap mukmin karena ia adalah bagian dari ibadah.

Suatu peristiwa yang amat memilukan, ketika Nabi Ya‟qub

kehilangan putra kesayangannya, Yusuf dan menaruh curiga dan

kekurangpercayaan kepada anak-anaknya yang lain sesudah peristiwa

itu. Namun, beliau tetap menaruh optimisme pada Allah, sehingga

putranya yang lain (Bunyamin) diizinkan dibawa oleh saudara-

saudaranya, setelah meminta jaminan dari mereka.

51

Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an, Tafsir Al-Qur`an Tematik; Spritualitas dan

Akhlak, h. 226-227

Page 80: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

46 |

Demikian pula hubungan Nabi Musa dengan nabi Syu‟aib,

calon mertuanya tentang maskawin yang harus dibayarkan, padahal

Musa tidak memiliki harta, kecuali hanya tenanga dan semangat.

Sebagaimana tercantum dalam surah al-Qassas (28) ayat: 28

“ Dia (Musa) berkata: "Itulah (perjanjian) antara aku dan

kamu. mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku

sempurnakan, Maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi).

dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan". (QS. Al-Qassas:

28)

Dalam ayat ini jelas bahwa hubungan Musa dengan calon

mertuanya itu, diikat oleh suatu perjanjian yang disepakati secara

kuat, walaupun ada kekurangan agar tidak menjadi permusuhan.

Kuatnya perjanjian ini karena saksinya adalah Allah, sehingga

alangkah jeleknya, baik secara akhlak dan moral bila dilanggar52

.

4. Aspek Ekonomi

Manusia dalam aktivitas hidupnya tidak akan lepas dari jihad

dan mencari rezeki, berupa fadlullah, kecuali orang yang sakit karena

seperti itulah manusia di dunia.

52

Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an, Tafsir Al-Qur`an Tematik; Spritualitas dan

Akhlak, h. 227-228

Page 81: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

47 |

Suatu saat Rasulullah Saw melihat seseorang sedang duduk di

mesjid, seperti orang yang kebingungan, Rasul bertanya, “Maukah

engkau saya ajarkan suatu do‟a, yang dengan doa itu bila engkau

baca siang dan malam Allah akan menghilangkan kerisauanmu ini?”

maka Rasul mengajarkan doa berikut yang artinya: “Ya Allah, berilah

aku perlindungan dari kedukaan hati dan keluh kesah, berilah aku

perlindungan dari kelemahan dan kemalasan, peliharalah aku dari

sifat penakut dan bakhil, peliharalah aku dari lilitan utang dan

paksaan orang lain.” (Riwayat Abu Dawud)

Dalam Al-Qur`an surah at-Talaq (65) ayat: 2-3 Allah

mengingatkan kaum muslimin sebagai berikut:

“Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, Maka

rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik

dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu

dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah.

Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman

kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah

niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. dan

memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan

Page 82: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

48 |

Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan

mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan

urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah

Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”. (QS. At-Talaq:2-3)

Dalam kehidupan apapun bentuknya harus didasarkan karena

Allah, seperti hubungan seseorang dengan yang lain termasuk di

dalamnya yang berkaitan dengan suami dan istri. Tidak selamanya

hubungan ini berjalan mulus karena dapat saja muncul konflik,

bahkan perceraian. Ada beberapa poin penting yang harus menjadi

perhatian pada ayat ini. Pertama, perceraian atau ruju‟ harus karena

Allah. Kedua, iman dan takwa harus tetap menjadi bingkai kehidupan

rumah tangga karena akan memberikan solusi terbaik dan jalan rezeki

yang tak terduga. Ketiga, tawakal harus menjadi dasar atas

tercukupinya segala kebutuhan manusia. Inilah ajaran islam yang

amat indah yang selalu memberikan optimisme hidup dalam situasi

apapun53

.

5. Aspek Politik atau Peperangan

Tawakal dapat membangkitkan pada diri seseorang rasa

percaya diri dan syaja‟ah(pemberani). Rasulullah dan para sahabatnya

adalah orang-orang yang memiliki derajat tawakal yang amat tinggi,

lebih dari yang dimiliki siapapun dari generasi sesudahnya, apalagi

generasi saat ini yang lemah dan tak berdaya. Memang, para sahabat

ada kalanya khawatir, terutama dalam menghadapi kepungan musuh,

namun dengan segala daya dan usaha serta rasa tawakal kepada Allah,

mereka dapat memenangkan peperangan. Hal ini menjadi pelajaran

bagi setiap muslim bahwa tawakal dilakukan setelah segala rencana,

53

Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an, Tafsir Al-Qur`an Tematik; Spritualitas dan

Akhlak, h. 228-229

Page 83: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

49 |

strategi, dan „azm (tekad kuat) ditetapkan. Seseorang yang sudah

menduduki posisi mutawakkilin, maka ia akan bertawakal setelah

memiliki persiapan dalam menghadapi situasi konflik politik

Inilah hakikat tawakal dalam aktivitas kehidupan, tawakal

menjadi semangat yang tak akan pernah hilang untuk mencapai

kesuksesan hidup yang didasarkan atas spirit islam. Apabila suatu

perjuangan tidak mengalami kesuksesan, maka ada kemungkinan

terdapat kesalahan dalam memahami tawakal atau tawakal tidak

dibarengi dengan sebab dan musabbab yang memadai dan manajemen

tindakan, kata pejuang harus bertawakal kepada Allah, sekalipun

persiapan sudah matang, adalah salah, bila ada orang yang

mengatakan, “ dengan adanya teknologi dewasa ini, manusia tidak

perlu lagi berdoa.‟ Keangkuhan akan menghancurkan segalanya54

.

BAB III

MENGENAL MUHAMMAD HUSAIN

THABATHABA’I DAN AL-ALUSI SERTA TAFSIRNYA

A. Biografi Pengarang Tafsir

1. Riwayat Hidup Muhammad Husein Thaba-Thaba’i

54

Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an, Tafsir Al-Qur`an Tematik; Spritualitas dan

Akhlak, h. 229-231

Page 84: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

50 |

Thaba- thaba‟i adalah seorang filosof yang melahirkan beragam

karya, baik dalam kajian filsafat maupun dalam disiplin ilmu seperti

teolog, tafsir, fiqih dan hadis55

. Beliau mempunyai nama lengkap

Muhammad Husain bin Muhammad Mirza Ali Ashgar Thabathaba‟i at-

Tabrizi al-Qadhi, lahir di Tabriz pada tanggal 30-12-1321 H atau 17-3-

1904 M. Beliau adalah putra dari as-Sayid Muhammad bin as-Sayid

Muhammad Husain Thabathab‟i wafat pada tahun 1330/1912 M56

. Anak

yatim ini tumbuh besar di Tabriz, dan setelah menyelesaikan pendidikan

keagamaan di sana pada sekitar 1341/1923 M.

„Alamah Thabathaba‟i datang dari keluarga Tabriz kenamaan,

yakni keluarga Thabathaba‟i. Beliau ditinggal mati oleh ibunya, sejak

masih berumur lima tahun yang kemudian disusul oleh ayahnya ketika ia

masih berusia sembilan tahun. Keluarga ini telah mencetak generasi

demi generasi ulama terkenal di Azerbaijan (Irak) selama tiga abad.

Mereka adalah keturunan imam kedua, al-Hasan bin Ali as. Keluarga

besar ini ditunjuk dengan gelar al-Qadhi57

.

Sedari kecil beliau mendapatkan pendidikan awal dari

keluarganya, yakni dari ayahnya. Namun setelah ayahnya wafat beliau

diurus oleh wali ayahnya yang menyerahkan beliau ke seorang pelayan

laki-laki dan seorang perempuan untuk memelihara kehidupan sehari-

hari. Kemudian pendidikan beliau diserahkan kepada seorang guru privat

yang didatangkan ke rumahnya selama enam tahun 1912M/ 1917M. Dari

guru privatnya ia mempelajari bahasa Persi dan dasar-dasar ilmu agama.

55

Achmad Muchaddam Fahham, Tuhan dalam Filsafat „Alamah Thabathaba‟i,

(Jakara: Mizan Publika, 2004), cet. 1, h.6 56

Muhsin Labib, Para Filosof, (Jakarta: Al-Huda, 2005), cet 1,h. 257 57

Sayid Muhammad Husain Thabathaba‟i, Tafsir Al-Mizan, (Jakarta: Lentera,

2010), terj. Ilyas Hasan, cet. 1, h. 11

Page 85: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

51 |

Kemudian beliau belajar bahasa Arab serta mengkaji ajaran agama dan

teks-teks klasik islam selama tujuh tahun 1918-1925 M58

.

Setelah menyelesaikan pendidikan keagamaan di kota Tabriz pada

tahun ke-1926 H Thabathaba‟i melanjutkan studinya ke an-Najf al-

Asyraf (Irak), pusat paling penting untuk pendidikan keagamaan Islam.

di an-Najaf al-Asyraf, dia mengawali studi-studi lebih tingginya bersama

ulama-ulama termasyhur seperti asy-Syaikh al-Mirza Muhammad

Husain Na‟ini al-Gharawi dan asy-Syaikh Muhammad Husain

Ishfahani59

. Keduanya ini, bersama asy-Syaikh Dhiyauddin sangat di

hormati di dunia Syi‟ah. Mereka termasuk diantara ulama-ulama yang

paling menonjol bukan saja di bidang-bidang yurisprudensi Syi‟ah dan

prinsip-prinsip dasar yurisprudensi, namun juga dalam semua studi

Islam. Pendapat-pendapat yang mereka paparkan dan teori yang mereka

kemukakan diikuti oleh semua ulama mereka.60

. mereka mendirikan

madzhab berpikirnya sendiri-sendiri. Mereka mendidik ribuan ulama dan

ahli hukum Syiah dan semua marja‟ taqlid (otoritas tertinggi fiqh,

yurisprudensi, aturan-aturan syari‟at, yang putus-putusanya diikuti oleh

umat) dunia Syiah, hingga dewasa ini, merupakan murid-murid mereka.

Beliau juga banyak dipengaruhi oleh dua guru ini, khususnya oleh

Ishfahani dalam perkembangan pemikiran dan pengetahuannya. Dia

adalah seorang jenius yang prestasi-prestasinya membuat orang

memandang dirinya sebagai ideal. Na‟ini telah mengukir untuk dirinya

sebuah relung dalam sejarah dikarenakan pendapat-pendapat dan

putusan-putusannya yang berani dalam kehidupan politik dan sosial umat

58

Muhsin Labib, Para Filosof, cet 1,h. 257 59

Syaikh Muhammad Husain Ishfahani adalah seorang filosof yang tak tertandingi

pada zamannya, seorang penulis dan seorang penyair Arab dan Persia yang piawai. 60

Sayid Muhammad Husain Thabathaba‟i,Tafsir Al-Mizan, terj. Ilyas Hasan, h. 11

Page 86: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

52 |

Muslim. Pengaruh ketiga datang dari as-Sayid Abdul Qasim Ja‟far

Khwansari yang dikenal sebagai “Ahli Matematika”. Ia merasa bangga

dapat belajar matematika darinya. Kemudian ia belajar filosofi dan

metafisika melalui as-Sayid Husain al-Husaini al-Badkubi(sekarang

disebut Baku, ibukota Azarbaijan Soviet), seorang guru termasyhur di

bidang filosofi dan studi-studi yang terkait pada masa-masa itu. Di

bidang etika dan spiritual, dia menerima pendidikannya dari

keluarganya, as-Sayid al-Mirza Ali Agha Thabathab‟i, seorang ulama

yang mendirikan sebuah sekolah pendidikan spiritual dan etika yang

tumbuh sehat dan kuat hingga saat ini61

.

Segenap pengaruh itu berada dalam diri beliau untuk menciptakan

dalam dirinya sebuah personalitas akademis dan spiritual yang

berimbang sempurna. Seorang otoritas terpandang di bidang studi-studi

keagamaan seperti fiqih dan prinsip-prinsip dasarnya, seorang filosof

yang pandangan-pandangan independen dan memiliki beragam teori

baru sebuah model kesempurnaan etika dan spiritual yang bersemangat,

yang bukan saja mengajarkan moralitas namun juga mengamalkannya.

Namun akan akurat kalau dikatakan bahwa prestasi akademisnya

direduksi oleh kemasyhuran dan reputasinya sebagai seorang filosof dan

sekaligus insan spiritual, religius dan mistis lagi transenden62

.

Beliau telah mencapai tingkat ilmu Ma‟rifah dan Kasysyaf . ia

mempelajari ilmu ini dari seorang guru besar Mirza Ali Qadhi dan

menguasai Fushush al-Hikam karya Ibn Arabi. Kemudian ia kembali ke

Tabriz pada tahun 1353/1943. Disini ia disambut hangat sebagai seorang

ulama. Di Tabriz inilah beliau menghabiskan waktunya dengan mengajar

61

Sayid Muhammad Husain Thabathaba‟i,Tafsir Al-Mizan, terj. Ilyas Hasan, h. 12 62

Sayid Muhammad Husain Thabathaba‟i,Tafsir Al-Mizan, terj. Ilyas Hasan, h. 12-

13

Page 87: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

53 |

filosofi tinggi kepada murid-murid yang antusias, namun ini sebuah

tempat kecil bagi talenta-talentanya. Pada 1364/1945 M dia hijrah ke

Qum, pusat pendidikan keagamaan paling penting di Iran. Di Qum,

beliau tenggelam dalam berbagi pengetahuan etika, filosofi dan tafsir Al-

Qur`an kepada murid-murid yang sudah mencapai tingkat pengetahuan

yang tinggi. Disini dia tinggal sampai kewafatannya pada Minggu, 18-

01-1402 H atau 15-11-1981 M. Dan seiring berjalanya waktu ia juga

mencetak puluhan ulama juga pemikir yang memberikan kontribusi

besar dalam pengembangan studi filsafat, politik, tafsir dan lainnya63

.

Di Tabriz inilah ia menghabiskan waktunya dengan mengajar

filosofi tinggi kepada murid-murid yang antusias64

. Seperti:

a. Zawadi Amoli.

b. Murtadha Mutahhari

c. Hasan Hasan Zadeh Amoli

d. Yahya Anshori Syirazi

e. Muhammad Husain Bhesyti

f. Mehdi Haeri Yazdi

g. Muhammad Taqi Misbah Yazdi

h. Jalaluddin Asytiyani

i. Ja‟far Subhani65

.

Pada 1364 ia hijrah ke Qum, disana ia tenggelam dalam berbagai

pengetahuan etika, filosofi dan tafsir Al-Qur`an kepada murid-murid

yang sudah mencapai tingkatan pengetahuan yang tinggi. Di sini ia

63

Muhsin Labib, Para Filosof, cet 1,h. 257 64

Sayid Muhammad Husain Thabathaba‟i,Tafsir Al-Mizan, terj. Ilyas Hasan, h. 13 65

Muhsin Labib, Para Filosof, cet 1,h. 257

Page 88: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

54 |

tinggal sampai kewafatannya pada minggu, 18-11-1402 H atau 15-11-

1981 M.

Beliau adalah seorang ulama yang mempelajari filsafat

materialisme dan komunisme, lalu mengkritik dan memberikan jawaban

yang mendasar sebagai seorang mufasir besar filosof sekaligus sufi66

2. Riwayat Hidup Syihabuddin Sayyid Mahmud Afandi al-Alusi al-

Baghdadi

Al-Alusi adalah seorang pemikir muslim yang ahli dalam bidang

ilmu agama, baik yang bersifat ushuli maupun furu‟i. Ahmad

Syihabuddin bin Abdullah Shalahuddin al-Alusi dilahirkan pada hari

Jum‟at 14 Sya‟ban 1217 H/ 1802 M di daerah Alus, Kurkh, Bahgdad,

Irak. Garis Syihab al-Din terbilang sangat mulia, dari pihak ayah silsilah

beliau sampai pada Sayyidina al-Husain, sedangkan dari pihak ibu

sampai pada Sayyidina al-Hasan. Ia berjuluk Abu as-Sana‟, namun lebih

dikenal dengan nama al-Alusi. Sejak usia dini, ia sudah “digodok” di

lingkungan keluarga yang shaleh dan gemar ilmu-ilmu agama. Hasilnya,

kepribadian dan wawasan keagamaannya begitu matang67

.

Nama al-Alusi juga merupakan nama sebuah keluarga yang telah

banyak memunculkan intelektual terkemuka di Baghdad antara abad ke-

19 dan ke-20. Ayah Syihab al-Din sendiri adalah seorang ulama

terkemuka dan murid dari Imam Abu Hanifah. Hal inilah yang membuat

66

Sayid Muhammad Husain Thabathaba‟i,Tafsir Al-Mizan, terj. Ilyas Hasan, h. 13 67

Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufassir Al-Qur`an, (Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani, 2008), h. 121

Page 89: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

55 |

berpengaruh pada sikap bermadzhab yang dijalankan oleh Syihab al-

Din68

.

Atas bimbingan para guru al-Alusi, seperti as-Suwaidi dalam

bidang tafsir, hadis, dan bahasa arab; Khalid an-Naqsyabandi, seorang

praktisi tasawuf sekaligus guru besar tarekat Naqsyabandiyah; Abdul

Aziz asy-Syawaf dalam bidang adab, dan terutama ayahnya, Syekh

Abdullah Shalahuddin yang menjadi guru besar di perguruan tinggi al-

Hadrah al-Aamiyyah, ia tumbuh menjadi ulama yang mumpuni dan

disegani69

.

Ia adalah salah satu di antara orang-orang pilihan di dunia ini

dengan segala kelebihannya, kebijakan, sopan-santun, ilmu, kecerdasan

dan daya pemahamannya. Ia terkenal sebagai orang yang bersih hati dan

pemikirannya, amat cerdik, cepat tanggap, bagus perangai dan mulia

akhlaknya. Ia sangat murah hati dengan mengeluarkan sedekah kepada

orang-orang fakir, rajin shalat malam, berdzikir dan beristighfar.

Ilmunya sangat luas, baik ilmu naqly (bersumber dari Al-Qur`an dan

Hadis) maupun „aqly (hasil Ijtihad). Selain itu semua, ia sangat

mencintai kitab Al-Qur`an, sangat kuat keinginannya untuk melakukan

muthala‟ah terhadap hadis-hadis Rasulullah saw dan tekun mengkaji

kedua sumber ajaran Islam itu karena keduanya mencakup segala ilmu70

.

Al-Alusi dikenal sangat cerdas, berwawasan luas, dan berpikiran

jernih. Menginjak usia 13 tahun, ia mulai mendapat bimbingan ilmu

agama dari para pemuka agama di daerahnya. Di usia itu pula ia

68

Faizah Ali Syibromalisi, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), cet 1, h. 71 69

Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufassir Al-Qur`an, h. 121 70

Ali Hasan al-Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 1994), h. 32

Page 90: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

56 |

memulai aktivitas tulis-menulisnya sembari bersekolah di lembaga

pendidikan dekat rumahnya, sebuah universitas yang didirikan oleh

Abdullah al-Aquli di daerah Rasafah71

.

Di samping itu, karena tingkat pengetahuannya, banyak sanjungan

yang dinisbatkan pada beliau, baik dari golongan pemikir, sastrawan,

maupun penguasa. Di antara sanjungan tersebut adalah Syaikh „Ulama

al-Iraq, al-Mufarrid Fi Jami‟ al-„Ulum bi al-Ittifaq, Ayat al-Allah al-

Kubra, Nadirah al-Zaman, Bahr al-Zaman al-Zhahir, Sibawaih al-

„Arabiyyah, Sa‟du Zamanih, Khatimah al-Mufassirin, al-Syihab al-

Tsaqib.

Syihabuddin al-Din al-Alusi memulai proses intelektualnya dengan

mempelajari Bahasa Arab, Fiqih, Manthiq, Jurumiyyah, Alfiyyah ibn

Malik, Ghayah al-Ikhtar, Manzhumah al Rahbiyyah, Ilmu Faroidh dan

hadis dari ayahnya sendiri. Selain itu, al-Alusi mempelajari kitab Syarh

al-Qusyji‟ li- al-Risalah, al-„Adudiyah Risalah al-„Adudiyyah: Ilmu al-

Adab wa al-Munadharah kepada „Abd al-Aziz Affandi. Karena kekuatan

hafalannya pada umur lima tahun beliau sudah hafal matan beberapa

kitan dan bahkan Al-Qur`an. Penguasaan keilmuan beliau yang

cemerlang memepermudah beliau dalam mendapatkan ijazah dari para

ulama semasanya. Di antara beberapa ijazah yang didapatkan beliau

adalah:

1. Dari „Ala‟ al-Din al-Mawshuli, dalam bidang ilmu naqliyyah, yaitu

Bahasa, Tafsir, Hadis, Fikih, dan Ushul. Juga dalam bidang ilmu

„Aqliyyah seperti Manthiq, Filsafat, Kalam dan ilmu alam.

2. Dari „Ali al-Suwaidi, dari beliau hampir mendapatkan semua riwayat

yang dipunyainya.

71

Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufassir Al-Qur`an, h. 121

Page 91: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

57 |

3. Dari Syaikh Yahya al-Muzuri, dalam bidang ilmu Tafsir, Hadis,

Fikih, Bacaan Al-Qur`an, Shalawat, Zikir dan Wirid.

4. Dari Syaikh al-Muhaddits „Abd al-Rahman al-Kuzbiri, dalam semua

bidang Naqliyyah dan „Aqliyyah.

5. Dari Syaikh al-Islam Ahmad Arif Hikmat, memberikan sanad yang

dimilikinya dan memberikan ijazah kepadanya72

.

„Umar Ridha Kahhalah, menyebutkan tiga guru al-Alusi yaitu

„Abd al-„Aziz al-Syawwaf(w. 1246), Amin al-Halli (w. 1246 H) dan

„Ala‟ al-Din Mausuli. Al-Alusi juga memperoleh ilmu dari „Abd al-

Rahman al-Kuzbiri, „Abd al-Lathif ibn Hamzah fathullah al-Biruni, al-

Syams Muhammad Amin ibn „Abidin, al-Syams al-Tamimi al-Hanafi,

„Ala‟al-Din al-Maushuli, „Ali bin Muhammad Sa‟id al-Suwaidi, „Abd al-

Aziz ibn Muhammad al-Syawwaf, Ma‟mar Yahya al-Muzuri al-„Imadi

dan Syaikh Islam Bilal ibn Hikmat. Guru al-Alusi yang paling lama

adalah Syaikh „Ala‟ al-Din al-Maushuli sekitar 13 tahun yaitu samapi

akhir tahun 1241 H73

.

Lambat laun, nama al-Alusi semakin melambung. Ia ditahbiskan

sebagai ulama senior. Banyak orang bertandang kepadanya untuk

menyerap ilmu. Murid-muridnya, dengan jumlah yang tidak terhitung,

bukan saja berasal dari daerah sekitar universitas, tetapi banyak juga

berasal dari luar daerah. Dari sentuhan “ tangan dinginnya” lahirlah para

ilmuwan agama yang berasal dari berbagai negara74

.

Kepeduliannya pada dunia pendidikan sangat besar. Kemuliaan

sifatnya pun tak diragukan lagi. Para muridnya merasakan segenap

72

Faizah Ali Syibromalisi, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, cet 1, h. 72-73 73

Faizah Ali Syibromalisi, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, cet 1, h. 73 74

Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufassir Al-Qur`an, h. 121

Page 92: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

58 |

kebaikan dan keluhuran budi pekertinya. Kalau biasanya seorang murid

melayani guru, ini malah terbalik. Sang guru melayani murid. Untuk

para murid, ia menyediakan berbagai fasilitas pendukung, seperti

makanan dan pakaian secukupnya. Bahkan, ia tidak segan-segan

mempersilahkan mereka untuk singgah dan bertempat dirumahnya.

Dengan kondisi semacam inilah, seperti dituturkan adz-Zahabi

dalam at-Tafsir wa al-Mufassirin, akhirnya al- Alusi dikenal di Irak

sebagai ulama yang sangat perhatian pada bergulirnya dinamika ilmu

pengetahuan. Jejaknya patut diteladani, terutama kedermawanannya

terhadap siapa saja yang haus akan ilmu pengetahuan.

Dalam bidang teologi, al-Alusi menganut keyakinan salaf (slafi

i‟tiqadi), sedang untuk fikih ia berpijak pada madzhab Hanafi. Hanya

saja, ia setia mengikuti madzhab Syafi‟i dalam ruang lingkup ibadah. Di

Baghdad, ia membentuk majlis ta‟lim terbesar untuk mewadahi minat

besar para penuntut ilmu.

Sungguh tepat bila dikatakan bahwa al-Alusi adalah sosok yang

langka pada masanya. Ia ulama, penyair, sekaligus penafsir. Ilmunya

sangat luas, baik ilmu-ilmu naqli yang bersumber dari Al-Qur`an dan

hadis, maupun aqli sebagai hasil ijtihad. Ia sangat mencintai Al-Qur`an.

sungguh besar tekadnya untuk mengkaji hadis-hadis Rasulullah saw. dan

Al-Qur`an.

Pengetahuan Al-Alusi yang luas terpantu pada kemampuannya

memadukan dua model penafsiran, yakni tafsir manqul (berdasar

riwayat) dan tafsir ma‟qul (berdasara rasio), ukiran prestasi yang sulit

ditandingi mufasir lain.

Page 93: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

59 |

Walaupun al-Alusi mempelajari semua mazhab dan bidang ilmu,

tetapi beliau dikenal dengan tokoh yang menganut akidah salaf dan

bermadzhab Syafi‟i namun dalam banyak hal beliau adalah pengikut

Abu Hanifah. Beliau juga mempunyai kecenderungan untuk berijtihad.

Ketika berumur 31 tahun, tepatnya bulan Syawal 1248 H, al- Alusi

menyatakan resmi sebagai pengikut fatwa madzhab Hanafi. Bersamaan

dengan itu, atas rekomendasi Perdana Menteri Ali Rida Basya, ia

dinobatkan sebagai rektor lembaga pendidikan al-Mirjaniyyah. Perlu

diketahui, persyaratan menduduki jabatan tersebut sangat berat. Jabatan

prestisius itu harus dipangku oleh seorang ulama yang andal ilmunya.

Al-Alusi dinilai banyak kalangan telah mumpuni. Karenanya, ia patut

mendapat kehormatan tersebut. Kecuali itu, ia juga pernah menjabat

sebagai mufti (pemberi fatwa) di baghdad75

.

Pada bulan Syawal tahun 1263 H, ia mengundurkan diri dari

jabatan mufti untuk fokus menulis tafsir sampai tuntas. Tahun 1267 al-

Alusi pergi ke Konstantinopel untuk mengabarkan hasil karya tafsirnya

kepada Sultan Abd al-Majid Khan yang kemudian senang dan tertarik.

Kemudian al-Alusi kembali ke daerah asalnya pada tahun 1269 H76

.

Beliau wafat pada pagi Jum‟at, tanggal 25 Dzulqaidah 1270 H/ 19

Agustu1854 M. Ada yang mengatakan beliau meninggal karena sakit

demam ketika perjalanan pulang dari Istanbul dan dimakamkan di dekat

kuburan Syaikh Ma‟ruf al-Karakhi, salah seorang tokoh sufi yang sangat

terkenal di kota Kurkh77

.

75

Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufassir Al-Qur`an, h. 122-123 76

Muhammad Husain al-Dzahabi, Ensiklopedia Tafsir, terj Nabhani Idris, (Jakarta:

Kalam Mulia, 2010), jil. 1, cet. 1, h. 330 77

Faizah Ali Syibromalisi, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, cet 1, h. 74

Page 94: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

60 |

B. Profil Tafsir

A. Profil Tafsir Al-Mizan

1. Profil Tafsir

Tafsir al-Mizan diterbitkan pertama kali oleh Dar al-Kutub al-

Islamiyyah, Teheran, pada tahun 1375 H. Kemudian dicetak lagi tahun

1389 H dan cetakan ketiga tahun 1392 H. Lalu diterbitkan oleh

Mu‟assasah al-A‟lami, Beirut tahun 1393 H. Tafsir al-Mizan bisa

dikatakan sebagai kitan tafsir Syiah ternama dan komprehensif, yang

terlahir setelah kitab Majma‟ al-Bayan (Imam al-Thabarsi). Al-Mizan

juga merupakan kitab tafsir yang konsen dalam membahas persoalan-

persoalan kekinian, dengan berpedoman kepada kaidah Tafsir Al-Qur`an

bi Al-Qur`an78

.

Tafsir al-Mizan terdiri dari puluhan ribu halaman. Kitab berbahasa

Arab ini diterjemahkan ke dalam bahasa Persi.79

. Lahirnya Tafsir al-

Mizan diawali oleh perjalanan beliau pertama kali ketika tiba di Qum

dan memberikan kuliah-kuliah mengenai berbagai cabang keilmuan

Islam. Kemudian mahasiswa-mahasiswanya mengusulkan agar tafsir

yang masih berbentuk makalah-makalah tersebut untuk dibukukan

menjadi sebuah kitab tafsir. Kemudian Thabathaba‟i mengabulkan

permintaan mahasiswa-mahasiswanya dengan menerbitkan jilid pertama

dari kitab tafsir yang tebal ini pada tahun 1956 M. Salah satu topik kajian

beliau di lingkungan Hauzah Ilmiyah di Qum adalah tentang penafsiran

Al-Qur`an yang melibatkan banyak sarjana dan pelajar. Dia juga

melakukan dialog interaktif dengan seorang sarjana prancis, Professor

78

A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedia Kitab-kitab Tafsir, (Depok: Lingkar Studi

Al-Qur`an), cet. 1, h. 187 79

Ahmad baidowi, Mengenal Thabathaba‟i, h. 40

Page 95: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

61 |

Henry Cobyn, yang juga dihadiri oleh para ilmuwan lainnya, mengenai

ajaran-ajaran mistik dalam agama-agama besar dunia dari Filsafat80

.

Thabathab‟i mengambil nama al-Mizan (dengan judul aslinya al-

Mizan fi Tafsir Al-Qur`an), yang mempunyai makna timbangan yaitu

suatu yang digunakan untuk mengukur penafsir pada masa itu. Oleh

karena itu, beliau menggabungkan corak penafsiran pada masa periode

awal dan periode kedua untuk menjelaskan tafsir Al-Qur`an melalui

penafsir ayat per ayat kemudian dijelaskan lagi oleh periwayat-periwayat

pada masa sebelumnya81

.

Kitab tafsir ini juga sengaja disebut dengan al-Mizan karena di

dalamnya Thabathaba‟i menampilkan banyak pendapat, baik dari

mufasir maupun pakar keilmuan lainnya seperti ahli hadis, sejarah dan

lain-lain, yang kemudian dikritisi dan analisa dengan cukup mendalam.

Beliau juga mendasarkan penafsirannya kepada kisah-kisah lain yang

dipandang cukup relevan dan bisa mendukung penafsirannya, baik dalam

bidang tafsir, hadis, sirah, sejarah, bahasa dan lain-lain. Namun beliau

tetap memberikan kritikan dan komentar. Disinilah letak keunggulan

beliau di antara mufassir-mufassir lainnya82

.

Adapun kitab-kitab Tafsir yang menjadi rujukan Tafsir al-Mizan

adalah:

a. Jami‟ al-Bayan (Thabari)

b. Al-Kasysyaf (al-Zamakhsyari)

c. Majma‟ al-Bayan (at-Thabrasi )

d. Mafatihul al-Ghaib (Fakhruddin al-Razi)

e. Ruh al-Ma‟ani (al-Alusi)

80

A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedia Kitab-kitab Tafsir, cet. 1, h. 189-190 81

Muhammad Husain Thabathaba‟i, al-Mizan fi Tafsir Al-Qur`an, (Teheran: Dar al-

Kutub al-Islamiyah, 1392), Jilid 1, h. 10 82

A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedia Kitab-kitab Tafsir, cet. 1, h. 188

Page 96: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

62 |

f. Anwar al-Tanzil ( Baidhawi)

Sementara dalam persoalan kebahasaan, beliau mendasar pada

beberapa kitab, antara lain:

a. Al-Mufradat (al-Raghib al-Isfahani)

b. Al-Shihah (al-Jauhari)

c. Lisan al-Arab (Ibn al-Manzhur)

d. Qamus al-Muhith (al-Fairuzzabadi)

2. Karya-karya Thabathaba’i

Tahabthaba‟i mengukir reputasi berkat beragam akademisnya yang

penting adalah Tafsir Al-Qur`an al-Mizan fi Tafsir Al-Qur`an. kalau

dikatakan bahwa karya ini merupakan fondasi atau basi prestise

akademisnya di dunia Muslim.

Dalam bidang Filsafat Dasar beliau juga menghasilkan karya

diantaranya adalah:

1. Risale dar Borhan (Risalah tentang Penalaran)

2. Risale dar Moghalata (Risalah tentang Sofistri)

3. Risale dar Tahlil (Risalah tentang Analisis)

4. Risale dar Tarkib ( Risalah tentang Susunan)83

Sedangkan ketika bermukim di Tabriz, Thabathaba‟i berhasil

menulis buku-buku sebagai berikut:

1. Risale dar Asma Safat (Risalah tentang nama-nama dan sifat-sifat)

2. Risale dar Af‟al (Risalah tentang perbuatan-perbuatan Ilahiyah)

3. Risale sar Vaseet Miyane Khoda va Ensan (Risalah tentang

perantaran antara Allah dan manusia.)

83

Ahmad Baidowi, Mengenal Thabathaba‟i, (Bandung: Nuansa, 2005), h. 45

Page 97: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

63 |

4. Risale dar Ensan Qabla ad-Danya (Risalah tentang manusia sebelum

kehidupan Dunia).

5. Risale dar Ensan Fid-Danya (Risalah kehidupan di dunia)

6. Risale dar Ensan Ba‟da ad-Danya (Risalah kehidupan manusia

setelah di dunia)

Sedangkan kitab Thabathaba‟i yang ditulis di Qum adalah antara

lain:

1. Tafsir al-Mizan

2. Ushul-e al-Falsafe wa Ravesh Realism ( Dasar-dasar Filsafat)

berbahasa Persi.

3. Ta‟liqat „Ala Kifayah al-Ushul (Anotasi atas kitab Kifayat al-Ushul)

berbahasa Arab.

4. Ta‟liqat „Ala al-Asfar al-Arba‟ah (Anotasi atas kitab al-Asfar al-

Arba‟ah) berbahasa Arab.

5. Vahy ya Sho-ur-e Marinuz (Wahyu atas kesadaran mistik).

6. Do Risale dar Velayat va Hokumat-e Islami (Dua Risalah tentang

Pemerintahan Islam dan Wilayah).

7. Mosabeha-ya Sal-e 1338 ba Frofesor Korban Moshtashreq-e

Faransani (Wawancara tahun 1959 dengan Profesor Henry Corbin

Orentalis dari Perancis.)

Keseluruhan karya-karya Thabathaba‟i, sebagaimana diungkapkan

dalam majalah Shawt al-Ummah, mencapai sekitar 50 buah84

.

3. Metode dan Sistematika Penafsiran Tafsir Al-Mizan

84

Sayyid Muhammad Husain Thabathaba‟i, Inilah Islam:Upaya memahami Seluruh

Konsep Islam secara Mudah, Penerjemah Efendi Ahmad, (Bandung: Pustaka

Hidayah,1996), Jilid. 2, h. 17

Page 98: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

64 |

Metode penafsirannya adalah Tahlili. Dengan menggunakan dua

pendekatan sekaligus yaitu bi al-Ma‟tsur dan bi al-Ra‟yi. Adapun

menurut „Ali al-Alusi dan al-Iyazi jenis bi al-Ma‟tsur nya al-Mizan

adalah dengan cara Maudhu‟i. Namun jenis bi al-Ma‟tsur nya tafsir al-

Mizan berbeda, misalnya dengan tafsir at-Thabari. Hal ini karena al-

Mizan sebagai kitab tafsir yang bercorak Syiah, juga didasarkan kepada

pendapat para Imam yang diyakini sebagai orang-orang yang maksum.

Bahkan beliau juga menggunakan rasio untuk memahami ayat, terutama

ayat yang menuntutnya untuk dijelaskan secara filosofis dan logis,

seperti masalah Tauhud, “Ishmah, keadilan tuhan, perbuatan manusia

antara Jabr dan Qadr85

.

Sebelum memulai menafsirkan terlebih dahulu dijelaskan beberapa

corak tafsir dan Madzhab para mufassir dan perbedaan pendapat di

kalangan mufassir, menyangkut riwayat, kalam, filsafat, tasawuf, teori-

teori ilmiah, baru kemudian beliau menjelaskan dengan manhaj yang

diyakininya sebagai yang paling tepat86

.

Kemudian Thabathaba‟i menegaskan kembali bahwa metode yang

paling tepat untuk memahami Al-Qur`an adalah dengan membiarkan Al-

Qur`an menjelaskannya sendiri. Tugas kita hanya menganalisa untuk

memperoleh pemahaman yang bersifat Qur‟ani, sambil diperkuat oleh

hadis dan riwayat dari ahlu bait yang secara konsisten senantiasa

menapaki jejak beliau87

.

Tafsir al-Mizan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa,

diantaranya bahasa Prancis, Urdu, dan Inggris. Dan telah di cetak

beulang-ulang di berbagai Negara antara lain Iran, Beirut, dan Pakistan.

4. Corak Tafsirnya

85

A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedia Kitab-kitab Tafsir, cet. 1, h. 190 86

A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedia Kitab-kitab Tafsir, cet. 1, h. 189 87

A. Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedia Kitab-kitab Tafsir, cet. 1, h. 189

Page 99: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

65 |

Tafsir al-Mizan menggunakan Tafsir Al-Qur`an bi Al-Qur`an,

konsisten termasuk menyangkut masalah aqidah dan kisah-kisah. Dalam

pandangan Thabathaba‟i, menafsirkan Al-Qur`an dengan Al-Qur`an

adalah metode penafsiran yang paling valid. Bagaimana mungkin akan

menjadi penjelas bagi segala sesuatu dan menjadi petunjuk serta penjelas

bagi setiap permasalahan, jika kemudian ayat Al-Qur`an masih

menyimpan makna yang misteri, tidak bisa ditangkap atau diungkap

maksudnya. Dengan kata lain dikatakan bahwa pada hakikatnya tidak

ada ayat yang samar (Mutasyabih) dalam Al-Qur`an, sebab kesamaran

makna Al-Qur`an telah dijelaskan oleh ayat Al-Qur`an lainnya. Memang

benar dalam Al-Qur`an menegaskan terdapat 2 ayat, yaitu ayat Muhkam

dan ayat Mutasyabih. Namun Muhkam dalam pandangan Thabathaba‟i

adalah induk dan menjadi rujukan dari ayat-ayat yang dianggap samar.

5. Karakteristik Tafsir al-Mizan

Dalam menjelaskan ayat Thabathaba‟i berpedoman kepada

pendapat para pakar dari berbagai disiplin ilmu. Seperti tafsir, hadis,

tarikh, dan lain-lain. Baik yang bersumber dari para ulama Syiah

Imamiyah, maupun dari kalangan ulama Sunni. Ini dimaksudkan untuk

menyingkap sisi-sisi pembahasan yang dikehendaki oleh tema tersebut

dan menjaga kejujuran pandangannya terhadap masalah yang dibahas.

Misalnya tentang kedudukan Basmallah, baik dalam surah al-Fatihah

dan surat-surat lain. Thabathaba‟i mengambil beberapa riwayat dari para

Imam, diantaranya:”Dari Amir al-Mu‟min (Ali bin Abi Thalib) as.

Bahwasanya Basmallah termasuk dari surat al-Fatihah dan Rasulullah

saw selalu membacanya serta menganggapnya sebagai bagian darinya.

Beliau juga bersabda :”Surah al-Fatihah adalah al-Sab‟a al-Matsani.”

Hadis tersebut menyatakan bahwa Basmalah adalah salah satu

ayat dari surat al-Fatihah. Sementara beberapa riwayat yang lain

Page 100: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

66 |

menyatakan bahwa Basmalah juga termasuk salah satu ayat dari semua

surat dalam Al-Qur`an kecuali surat al-Bara‟ah dan ini tidak ada

perselisihan pendapat diantara mereka.

Thabathaba‟i menafsirkan kata “ulil amri” adalah ahlul bait yang

ma‟shum serta seluruh sikap dan perbuatannya mencerminkan kebenaran

dan meyakini sebagai pihak yang berhak memegang kepemimpinan

seperti Nabi Muhammad saw wafat. Mereka juga memiliki keistimewaan

dalam kewenangan dan pengetahuannya tidak akan keliru dalam

memberikan penjelasan mengenai ajran-ajaran dan kewajiban dalam

islam88

.

B. Profil Tafsir Al-Alusi

1. Profil Tafsir

Dalam muqadimah tafsir ini, al-Alusi mengatakan bahwa semenjak

kecil ia punya keinginan untuk mengungkap rahasia Al-Qur`an dan

menghirup baunya yang harum. Al-Alusi sering meninggalkan tidur

untuk menghimpun makna-makna Al-Qur`an yang berserakan dan

meninggalkan kaumnya demi meraih mutiaranya, meninggalkan aneka

permainan dan hal-hal tak berguna.

Latar belakang penulisan kitab tafsir ruh al-Ma‟ani terkesan agak

mistik. Beliau menulis terdorong oleh suatu mimpi, meskipun

sebelumnya telah ada ide untuk menulis tafsir tersebut. Al-Alusi

memang ingin sekali menyusun sebuah kitab tafsir yang dapat mencakup

persoalan-persoalan yang dianggap urgen bagi masyarakat waktu itu.

Namun rupanya beliau senantiasa dihinggapi keraguan untuk

merealisasikan ide tersebut.

Akhirnya, pada suatu malam, tepatnya pada malam jum‟at bulan

rajab tahun 1252 H, beliau bermimpi disuruh Allah swt untuk melipat

88

Baidowi Ahmad, Mengenal Thabathaba‟i, h. 49

Page 101: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

67 |

langit dan bumi, kemudian di suruh untuk memperbaiki kerusakan-

kerusakan yang ada padanya. Dalam mimpinya, beliau seolah

mengangkat tangan satunya ke langit dan yang satunya ke tempat air.

Namun, kemudian beliau terbangun dari tidurnya. Mimpi tersebut lalu

ditakwilkan dan ternyata beliau menemukan jawaban dalam sebuah

kitab bahwa mimpi itu merupakan isyarat untuk menyusun sebuah kitab

tafsir89

.

Pada tahun 1263 H, al-Alusi mengambil keputusan untuk menarik

diri dari jabatan birokrasi dan berkonsentrasi menyusun kitab tafsir Al-

Qur`an, tafsir Ruh al-Ma‟ani. Setelah merampungkan karya agung ini,

pada tahun 1266 H ia bersilaturahmi ke Sultan Abdul Majid khan di

Konstantinopel untuk menyerahkan draft karyanya agar memperoleh

kritik konsruktif.

Cara yang ditempuhnya dalam menafsirkan Al-Qur`an merupakan

hal yang mengagumkan dan rahasia yang jarang dapat ditemukan. Ia

menghabiskan waktu siang harinya untuk memberikan fatwa, mengajar

dan melakukan kajian dan pada akhir malam harinya ia berkonsentrasi

untukmenulis tafsir, ia menlis apa yang ia kehendaki.

Ia amat haus untuk menambah dan mendalami bidang ilmu yang

ditekuninya, ia tidak pernah beristirahat dari melakukan muthala‟ah dan

kajian. Berikut ini ungkapan yang seringkali ia katakan:”Aku tidak

pernah tidur di malam hari untuk memurnikan ilmu-ilmu yang telah

tercemar oleh kepentingan-kepentingan (untuk mendapatkan) kekayaan

dan wanita-wanita cantik90

.”

Al-Alusi menyebutkan bahwa ia menyelesaikan kitab tafsirnya itu

tahun 1267 H, lalu ia berfikir tentang judul namun belum menemukan

89

Dosen Tafsir hadis Fak. Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Studi Kitab

Tafsir, (Jakarta: Teras, 2004), h. 155 90

Ali Hasan al-Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, h. 32-33

Page 102: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

68 |

judul yang cocok. Maka, ia menghadap sang wazir Ali Ridha Basya,

kemudian Kitab Tafsir beliau diberi nama Ruh al-Ma‟any Fi Tafsir Al-

Qur`an al-„Adhim wa al-Sab‟u al-Matsany.

Kitab ini terdiri dari 30 jilid besar, Kitab Tafsir Ruh al-Ma‟ani

berisi 30 Juz dicetak menjadi 5 jilid, yang dicetak pertama kali di kairo

kota Bulak tahun 1301 H, kemudian cetakan kedua dicetak di Baghdad

lalu dicetak lagi di Mesir menjadi 10 jilid tahun 1353 H91

.

2. Karya-karyanya al-Alusi

Al-Alusi meninggalkan banyak karya yang berfaedah terutama

tafsirnya yang amat populer, di antara karya-karyanya adalah:

1. Ruh al-Ma‟ani fi tafsir Al-Qur`an al-„Azim wa as-Sab‟i al-masani.

2. Hasyiah ala Qatar dibidang nahwu.

3. Al-Ajwibah al-Iraqiyah „anil asilatil Iraniyah.

4. Al-Ajwibah al-Iraqiyah „ala asl-„As‟ilah al-Lahuriyyah.

5. Durrotul Khuwas fi Auhami al-Khawas Nafahatul Qudsiyyah fil

Mabahis al-Imamiyah.

6. Ukallimah ila Maudiil Hal, Syarh al-Muslim fil Mantiq Al-Fawaid

Assaniyah fi II , Adabi al-Bahtsi92

.

3. Metode Tafsir

Metode al-Alusi yang dipergunakan dalam penafsirannya terhadap

Al-Qur`an adalah metode tahlili. Tahlili diartikan metode yang

menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qur`an dari seluruh aspeknya

berdasarkan urutan ayat dalam Al-Qur`an, mulai dari mengemukakan

91

Anshori , Tafsir bi al-Ra‟yi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), cet. 1, h. 138 92

Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufassir Al-Qur`an, h. 126

Page 103: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

69 |

arti kosa kata, munasabah antar ayat, antar surah, asbab al-Nuzul. Salah

satu yang menonjol dari metode tahlili ini adalah bahwa seorang

mufassir akan berusaha menganalisis berbagai dimensi yang terdapat

dalam ayat yang ditafsirkan. Maka biasanya mufassir akan menganalisis

dari segi bahasa, asbab al-Nuzul, nasikh mansukh, dan lain-lainya93

.

4. Sumber Penafsiran

Sumber penafsiran yang digunakan oleh al-Alusi adalah perpaduan

dari sumber Ma‟tsur (riwayat) dan Ra‟yi ( ijtihad). Artinya adalah bahwa

al-Alusi menggunakan riwayat baik yang berasal dari Nabi, Sahabat,

maupun Tabi‟in dan hasil ijtihad sebagai sumber penafsiran.

Di samping hal-hal yang bersifat ke bahasaan (seperti nahwu,

sharaf, balaghah), al-Alusi juga melakukan pendekatan penafsiran yang

bersifat sufistik. Walaupun al-Dzahabi menilai bahwa pendekatan

sufistik dalam penafsiran al-Alusi mempunyai porsi yang relatif

sedikit94

.

5. Corak Penafsiran

Corak yang dituangkan dalam tafsir ini dinilai oleh sebagian ulama

sebagai tafsir yang bercorak isyari, ada pula yang mengatakan bahwa

tafsir ini bercorak sufistik. Oleh karenanya corak yang digunakan al-

Alusi tersebut bisa dikatakan sebagai suatu keunikan tersendiri. Karena

kitab tafsir tersebut sering dianggap oleh sebagian ulama sebagai kitab

tafsir bernuansa sufistik, namun ternyata tidak semua penafsirannya

demikian. Bahkan jika tafsir yang bernuansa sufistik dianggap tidak

93

Faizah Ali Syibromalisi, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 75 94

Faizah Ali Syibromalisi, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, cet 1, h. 774-75

Page 104: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

70 |

ma‟qul atau bertentangan. Dengan kaidah kebahasaan maka al-Alusi

akan menolaknya95

.

6. Referensi Mufasir

Dalam kitab tafsir Ruh al-Ma‟ani beliau merujuk kebeberapa kitab-

kitab tafsir klasik dalam menuangkan tulisannya. Dalam penulisan kitab

tafsirnya banyak mengulas pendapat ulama-ulama salaf baik dari segi

riwayat maupun dirayat. Sehingga dengan persepsi ulama tersebut

dipadukan dengan pemahaman beliau dalam memahami kandungan ayat-

ayat Al-Qur`an. dan diantara kitab tafsir yang menjadi rujukan beliau

adalah sebagai berikut:

1. Kitab Tafsir Ibn Athiyyah karya Ibn „Athiyyah

2. Kitab Tafsir Abi Hayyan karya Abu Hayyan

3. Kitab Tafsir Al-Kasysyaf karya al-Zamakhsyari

4. Kitab Tafsir Abi Su‟ud karya Abu Su‟ud dan dalam pengutipan ditulis

dengan Syaikh al-Islam

5. Kitab Tafsir al-Baidhawy sehingga dalam pengutipan ditulis dengan

al-Qadhi

6. Kitab Tafsir Fakhruddin al-Razi

7. Kitab Tafsir Abi Hayyan dan beberapa kitab-kitab tafsir yang

populer96

.

7. Karakteristik Tafsir

Terhadap riwayat-riwayat israiliyat yang sering disusupkan dalam

beberapa literatur hadis dan tafsir, al-Alusi dinilai sangat selektif dalam

95

Faizah Ali Syibromalisi, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, cet 1, h. 75-76 96

Faizah Ali Syibromalisi, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, cet 1, h. 76

Page 105: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

71 |

mengambil riwayat-riwayat israiliyat. Hal ini disebabkan karena beliau

banyak menekuni disiplin ilmu hadis dan banyak bergaul dengan para

ulama ahli hadis muta‟akhkhirin. Kalaupun al-Alusi menyebutkan

riwayat-riwayat israiliyat atau hadis maudhu‟, hal itu bukan

dimaksudkan sebagai dasar penafsiran, melainkan menunjukkan

kebatilan riwayat tersebut. Selain itu juga sebagai peringatan kepada

kaum muslimin.

8. Sistematika Penafsiran

Adapun sistematika penafsiran yang biasanya al-Alusi

menyebutkan ayat-ayat Al-Qur`an dan langsung menjelaskan makna

kandungan ayat demi ayat. Terkadang beliau juga menyebutkan asbab al-

nuzul terlebih dahulu, namun kadang beliau langsung mengupas dari segi

gramatikanya, kemudian mengutip riwayat hadis atau pendapat tabi‟in97

.

Secara terperinci langkah-langkah yang digunakan al-Alusi dapat

diketahui sebagai berikut:

1. Menafsirkan dengan memulai pada penamaan surah, baik

Makkiyah maupun Madaniyyah, dan mufradat yang terdapat di

dalamnya, serta mengunggulkan salah satu pendapat atas yang

lainya.

2. Menyebutkan keutamaan surah dan spesifiknya, menafsirkan ayat

demi ayat, kalimat demi kalimat.

3. Memaparkan tafsir dengan pendekatan analisa Bahasa Arab, Sastra

dan Qira‟at

4. Mencantumkan analisanya dari segi munasabah di antara surah,

antara ayat. Juga menyebutkan asbab al-Nuzul ayat yang

diturunkan karena sebab tertentu98

.

97

Faizah Ali Syibromalisi, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, cet 1, h. 77 98

Anshori , Tafsir bi al-Ra‟yi, cet. 1, h. 141

Page 106: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

72 |

5. Memperkuat penafsirannya dengan mengutip hadis jika ada

perkataan sahabat, tabi‟in, dan pendapat para mufassir lain, baik

salaf maupun khalaf.

6. Menyebutkan pendapat para ulama dalam penamaan suatu surah

Al-Qur`an serta perbedaan yang ada.

7. Menyertakan Syair Arab99

.

8. Mengutip riwayat hadis dan qaul sahabat dan tabi‟in.

9. Tafsir al-Alusi dikolaborasikan melalui pendekatan zahir ayat yang

rajih dengan pendekatan pada uslub dan takrib yang nampak secara

tersurat.

10. Setelah penjelasan selesai dapat yang tersurat, l-Alusi menempuh

metodologi pendekatan batin ayat.

11. Dalam pembahasan ayat yang berkenaan demgan masalah fikih,

al-Alusi mengumpulkan pendapat berbagai mazhab tentang ayat

tersebut kemudian mentarjihnya mana yang lebih kuat tanpa

didasari fanatisme terhadap mazhab tertentu.

12. Dalam menjelaskan makna kandungan ayat yang ditafsirkan, al-

Alusi sering mengutip pendapat para mufassir sebelumnya, baik

salaf maupun khalaf. Kemudian beliau memilih pendapat yang

dianggap paling tepat. Beliau menguraikan rumus-rumus dan

ungkapan-ungkapan yang samar dan sulit dipahami maksudnya

oleh para ulama, selain itu, beliau juga memberikan komentar-

komentar yang berharga dan kritik-kritik yang dalam terhadap para

ulama pendahulunya. Beliau banyak mengutarakan pendapatnya di

antara pendapat-pendapat yang sudah ada. Dengan demikian,

beliau bukanlah sekedar penukil, tetapi juga memiliki kepribadian

ilmiah yang menonjol dan pemikiran-pemikiran yang cemerlang.

99

Faizah Ali Syibromalisi, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, h. 85-86

Page 107: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

73 |

13. Terhadap riwayat-riwayat israiliyat yang sering disusupkan dalam

beberapa literature hadis dan tafsir, al-Alusi dinilai sanagt selektif

dalam mengambil riwayat-riwayat israiliyat100

.

100

Dosen Tafsir hadis Fak. Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Studi

Kitab Tafsir, h. 158

Page 108: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

101

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan seluruh pembahasan yang dipaparkan sebelumnya

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Pertama , tawakal menurut Muhammad Husain Thaba-thaba’i

adalah bergantung pada takdir yang telah ditetapkan Allah atau bersifat

Jabariyyah. Segala urusan hanya Allah saja yang mengatur tanpa

campur tangan manusia di dalamnya, jadi manusia tidak diperkenankan

berikhtiar. Sementara menurut Al-Alusi adalah menyerahkan segala

urusan kepada-Nya setelah berusaha dan berikhtiar, kita hanya perlu

bersandar kepada-Nya karena hanya Dialah yang mampu mengurus

segala urusan hamba-hamba-Nya.

Kedua, perbedaan antara Muhammad Husain Thaba-thaba’i dan

al-Alusi dalam konsep tawakal, mereka berbeda pandangan dalam dua

aspek, Pertama: perintah tawakal, menurut Thaba-thaba’i

menjelaskan bahwa tawakal hanya diperintahkan bagi manusia yang

sebenar-benar beriman kepada-Nya dan mengetahui kedudukan

Rabbnya maka wajib bertawakal kepada Allah dan Tawakal juga

merupakan bagian dari ta’at. Sedangkan menurut al-Alusi adalah

perintah tawakal kepada setiap hamba-Nya yang beriman tanpa melihat

apakah imannya sempurna ataupun hanya mempunyai iman sebesar biji

zarrah. karena sesungguhnya penghambaan itu hanya milik Allah

semata dan tidak bergantung kepada selain-Nya dan makhluk-Nya.

Sementara dari segi aspek yang Kedua: ganjaran bagi orang yang

bertawakal, menurut Thaba-thaba’i Allah hanya menjadi penolong bagi

orang yang beriman(orang beriman yang tingkatan tertinggi) sedangkan

yang dibawa mereka tidak bisa mendapatkannya karena tingkatan iman

Page 109: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

102

dan takwa mereka masih rendah sebab dipengaruhi oleh pengetahuan

dan amal mereka. Sedangkan menurut al-Alusi adalah Allah akan

menjadi penolong bagi setiap hamba-Nya yang beriman.

B. Saran-Saran

1. Terasa sekali bagi penulis bahwa untuk menulis karya ini

membutuhkan ilmu pengetahuan yang luas, penulis merasa jauh dari

kesempurnaan akan ilmu pengetahuan, ilmu tafsir dan ilmu-ilmu

lainnya. Oleh karena itu, janganlah merasa puas dengan apa yang

kita dapatkan akan tetapi tetaplah haus akan ilmu dan marilah kita

mencari dan mengkaji ilmu.

2. Diharapkan bagi yang membaca tulisan ini, semoga dapat

memahami dan mengambil pelajaran yang terkait dalam kehidupan

sehari-hari tentang makna tawakal. Tawakal bukan berarti pasrah

tanpa melakukan usaha akan tetapi tetap berusah dan menyerahkan

hasil dari usaha yang kita lakukakan kepada Allah. Karena tawakal

yang benar kepada Allah dapat meningkatkan taqwa dan iman

kepada Allah.

Page 110: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

103

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Fairuz, al-Qamus al-Muhith, Mesir: Maktabah Musthafa, 1371.

Abdullah al-Bukhari al-Jukfi, Muhammad Ibn Ismail Ibn, Shahih Bukhari

Kitab Fiii Tafsiir Surah al-Walam, al-Qohiroh: dar Thouqin

Najath,1425H

Alwi al-Haddad, Abdullah bin, Agar Iman senantiasa meningkat “Nasihat

dan Wasiat seputar Ibadah dan Muamalah”, Beirut-Libanon: al-Nasyir,

1996.

Anshori , Tafsir bi al-Ra‟yi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010

Al-‘Arabi,Muhammad Husain, Ruhul Ma‟ani fi Tafsir Al-Qur‟an Al-„Azhim

wa As-Sab‟i Al-Masani, Beirut: Dar Al-Fikr, 1994.

al-Aridl, Ali Hasan, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 1994.

Baidowi, Ahmad, Mengenal Thabathaba‟i, Bandung: Nuansa, 2005.

Badawi al-Khalafi, Abdul Azhim bin, 40 Karakteristik mereka yang Dicintai

Allah berdasarkan al-Qur‟an dan as-Sunnah, Jakarta: Darul Haq.

al-Dzahabi, Muhammad Husain, Ensiklopedia Tafsir, terj Nabhani Idris,

Jakarta: Kalam Mulia, 2010.

Fahham, Achmad Muchaddam, Tuhan dalam Filsafat „Alamah Thabathaba‟i,

Jakara: Mizan Publika, 2004.

al-Ghazali, Ihya‟ „Ulumuddin, Semarang:Toha Putra.

Ghofur, Saiful Amin, Profil Para Mufassir Al-Qur‟an, Yogyakarta: Pustaka

Insan Madani, 2008.

al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Abul Husain Muslim bin, Shahih Muslim

kitab al-iman, bab tahrim al-kibr wa bayanuhu, Beirut: Dar al-Ihya’at-

Tarasi al-‘Arabi.

Page 111: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

104

Hakim IMZI, A. Husnul, Ensiklopedia Kitab-kitab Tafsir, Depok: Lingkar

Studi Al-Qur’an.

Husain Thabathaba’i, Sayyid Muhammad, Inilah Islam:Upaya memahami

Seluruh Konsep Islam secara Mudah, Penerjemah Efendi Ahmad,

Bandung: Pustaka Hidayah,1996.

Dosen Tafsir hadis Fak. Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

Studi Kitab Tafsir, Jakarta: Teras, 2004.

Husain Thabathaba’i, Sayid Muhammad, Tafsir Al-Mizan, Jakarta: Lentera,

2010.

Ismail Abdullah Al-Bukhori al-ju’fi, Muhammad bin, Shahih Bukhari,

Beirut: Dar Tauqin Najah, 1422.

Jabir A-Jazairi, Abu Bakar, Munhajul Muslim, penerjemah:Fedrian Hasmand

Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2015.

Labib, Muhsin, Para Filosof, Jakarta: Al-Huda, 2005.

Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an, Tafsir al-Qur‟an Tematik,Jakarta:

Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an Kementrian Agama RI, 2010.

al-jauziyah, Ibnu Qayyim, Madarijus Salikin (Pendakian Menuju Allah),

Jakarta: Putaka Al-kautsar,1998, terj. Madarijus Salikin Baina Manazil

Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in.

Kosasih, Ahmad, Konsep Tawakal didalam Al-Qur‟an kajian tematis

terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an,UIN Syarif Hidayatullah,2000.

Mahfuzah, Penafsiran Kata Tawakal menurut Hamka dalam Tafsir Al-Azhar,

UIN Sultan Syarif Kasim, Pekanbaru Riau, 2001

Mandzur, Ibnu,Lisan al-Arab, Mesir:Dar Beirut, 1388

Muhammad al-Raghib al-ashfahani, Abu Qasim al-husain bin, Al-Mufradat

Fi Gharib Al-Qur‟an, Kairo: Maktabah at-Taufiqiyah, t.t.

Mustafa, Syeikh Ibrahim, dkk. Al-Mu‟jam al-Wasit, Turki: al-Maktabah al-

Islamiyah Istanbul.

Page 112: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

105

Nawawi, Rif’at Syauqi,Kepribadian Qur‟ani, Jakarta: Amzah, 2011.

Nopiana, Diana, Analisis Semiotik Makna Tawakal dalam film Ummi

Aminah, UIN Syarif Hidayatullah, 2014

al-Qardhawi, Yusuf, Tawakal, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1996.

al-Qardhawi, Yusuf, Tawakal Jalan Menuju keberhasilan dan Kebahagiaan

Hakiki, Jakarta: al-Mawardi Prima,2004.

al-Qattan, Manna Khalil, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur‟an, terj. Mudzakir AS

Jakarta;Pustaka Litera AntarNusa,2012.

Shefaa’, Khuloud, Tawakal dalam Tafsir Al-Jailani, IIQ Institut Ilmu Al-

Qur’an, 2012

Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2007.

Supriyanto , Tawakal Bukan Pasrah, Jakarta: Qulum Media, 2010.

Syibromalisi, Faizah Ali, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011

Thabathaba’i, Muhammad Husain, al-Mizan fi Tafsir al-Qur‟an, Teheran:

Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1392.

Thaba-thaba’i,Muhammad Husain, Al-Mizan fi Tafsir Al-Qur‟an, Beirut:

Muassasah Al-Aa’lami Li A-Mathbu’at,1991.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996.

Umar ad-Dumaiji, Abdullah bin, Rahasia Tawakal dan Sebab Akibat, terj.

Kamaluddin Sa’diatulharamain dan Farizal Tarmizi, Jakarta: Pustaka

Azzam, 2000.

Umar ad-Dumaiji, Abdullah bin, Tawakal Bergantung Sepenuhnya Kepada

Allah, Jakarta: PustakaAl-Inabah, 2015

Yanggo,Huzaemah T. dkk, Pedoman Penulisan SkripsiI, Tesis, Disertasi

Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta,Jakarta: IIQ Press,2011

Page 113: Disusun Oleh - IIQrepository.iiq.ac.id/.../123456789/692/2/13210535_Publik.pdf · 2020. 6. 30. · TAWAKAL DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR RUH AL-MA’ANIProposal

106

Zakaria,Mohd Fatih Yakan bin, Konsep Tawakal Dalam Al-Qur‟an (Kajian

Komparatif Antara Tafsir As-Sya‟rowi dan Tafsir Al-Azhar), UIN Sultan

Syarif Kasim, Pekanbaru Riau, 2013.

.