Makalah Tafsir Al-manar

download Makalah Tafsir Al-manar

of 25

Transcript of Makalah Tafsir Al-manar

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    1/25

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Risalah kenabiaan nabi Muhammad SAW sudah pernah di sebutkan pada ayat

    sebelumnya pada kisah nabi Musa AS, yang di sebutkan karena untuk memperbagus tatanan

    dalam sebuah kisah, akan tetapi itulah maksud sebenarnya dari pada seluruh kisah-kisah rasul

    SAW, adapun penyebutan kisah tersebut untuk menyeru ahlu kitab yaitu yahudi dan nasrani

    supaya masuk Islam, dan membagun bukti-baukti yang valid kepada mereka yaitu dengan

    penyebutan kisah nabi Muhammad pada kitab-kitab mereka dan pemberitahuan akan

    kerisalahanNya yang di sampaikan oleh nabi-nabi mereka, serta menjelaskan apa yang

    menjadikan mereka sebagai pemenang dengan beriman kepada rasul SAW, dan

    mengikutinya, serta menjelaskan bahwa nabi Muahammad SAW, di utus kepada seluruh

    umat manusia secara menyeluruh tanpa terkecuali. Allah SWT berfirman :

    { } ayat ini bersifat umum ialah kepada seluruh

    manusia baik itu orang-orang arab maupun orang-orang di luar arab. Yang mana Muhammad

    bin 'abdullah adalah Rasulullah SAW, bukan hanya khusus kepada kaum arab saja seperti

    yang di utarakan oleh kaum 'Isawiyyah dari Yahudi. Seperti firman Allah

    { : } dan firman Nya { : }

    yaitu peringatkanlah wahai Muhammad sesuatu yang sampai kepadamu dari Jin dan

    Manusia, maka barang siapa yang mengatakan bahwasanya dia beriman bahwa nabi

    Muhammad di utus hanya untuk kaum Arab, maka tidak di anggap imannya tersebut karena

    dia telah mendustakan dalil-dalil qath'i yang datang daripada Allah SWT, seperti firman

    Allah, { : } dan firman Allah {

    : } dan ini meluputi seluruh yang berakal dan jin. Dan di dalamnya banyak

    terdapat hadist-hadits shahih yang membicarakan tentang kekarakteristik nabi Muhammad

    SAW akan risalahNya yang umum, seperti hadist Jabir di dalam bukhari dan Muslim dan

    selain dari keduanya, yang artinya: ((Bersabda Rasulullah SAW : Telah di berikan kepadaku

    lima perkara yang tidak di berikan kepada satu orangpun dari nabi-nabi sebelumku: di

    menangkanku dalam peperangan tanpa harus berperang, di jadikan kepadaku bumi sebagai

    tempat bersujud dan suci bagi siapa saja yang hendak mengerjakan shalat maka shalatlah, di

    halalkan bagiku ghanimah (harta rampasan perang) yang belum tidak dibolehkan kepada

    1

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    2/25

    orang-orang sebelumku, di berikanku syafa'at, dan sungguh nabi sebelumnya dibangkitkan

    kepada umat tertentu akan tetapi aku di utus kepada manusia secara keseluruhan)). dan ada

    riwayat ((kepada sekalian alam)), serta masih banyak lagi terdapat riwayat dengan lafazh

    yang berbeda. Dan pada hakikatnya syafa'at tidak khusus di berikan kepada nabi Muhammad

    SAW, Jumhur 'Ulama mengatakan ahwa syafa'at yang khusus diberikan kepada

    nabi Muhammad SAW adalah Syafa'at "Udhma yaitu kepada setiap makhluk untuk

    memutuskan suata perkara apakah masuk naraka ataupun surga, di dalm hadist-hadist

    Bukhari dan Muslim serat selain dari keduanya di katakan bahwa orang-orang yang dalam

    posisi kritis antara surga dan neraka di kirim kepada nabi Adam, nabi Ibrahim, nabi Musa,

    nabi Isa untuk meminta syafa'at dari mereka supaya bisa memutuskan perkara mereka, maka

    mereka mengatakan bahwasanya ini adalah bukan kapasitas meraka, dengan perkataan (

    ) dan mereka meminta kemenangan terhadap mereka sendiri dan mereka menyuruh

    untuk meminta syafa'at kepada nabi-nabi setelahnya sampai kepada nabi Isa menyuruh untuk

    meminta syafa'at kepada nabi Muhammad SAW, maka nabi Muhammad mengabulkan

    perrmintaan mereka dengan berkata (

    ) yang dimaksud ini adalah tugasku, dan ada riwayat yang mengatakn bahwa

    ( ) maka nabi Muhammad memberikan syafa'at kepada merka untuk memutuskan

    perkara mereka dan syafa'at tersebut di terima oleh Allah SWT. Di katakan: yang dimaksud

    disini bukanlah syafa'at dan ada yang dikatakan: betapa umumnya syafa'at tersebut dan

    terdapat riwayat-riwayat tentang syafa'at yang saling bertentangan, dan kita buakanlah orang

    yang bisa membatasi dan mentahkik makna dari syafa'at itu sendiri.

    Kemudian Allah SWT, menyifatkan diriNya pada ayat ini dengan tauhid rububiyyah,

    tauhid uluhiyyah, yang bisa menghidupkan, dan yang bisa mematikan Allah berfirman :

    ( ) dan yang di maksud dengan penguasa langit dan

    bumi adalah yang memberi kewenangan kepada manusia untuk mempergunakan dan

    mengatur alam semesta seluruhnya, dan memeng sudah ma'ruf di dalam manusia bahwasanya

    langit adalah temat yang tertinggi dari bumi yang merupakan tempat yang di diami oleh

    manusia di dalamnya, dan penguasa dan yang mengatur di dalam keduanya adalah Allah

    SWT yang merupakan tuhan sekalian alam dan Dialah yang satu. dan sekiaranya terdapat

    selainnya yang juga ikut untuk mengatur alam ini maka rusaklah segala bentuk aturan secara

    keseluruhan, akan tetapi apabila aturan itu satu yang terdapat untuk mengatur makhluk di

    alam ini dan tidak saling bertentangan maka ini merupakan sebuah bukti akan ke Esaan

    sumbernya dan yang mengaturnya. dan apabila Tuhan bagi segala makhluk itu satu maka

    2

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    3/25

    wajiblah untuk Dia kita jadikan sebagai yang berhak di sembah semata dan tiada tuhan

    selainNya.

    Rumusan Makalah

    Dakwah Islam dan risalah nabi Muhammad SAW

    Makna dari pada mengikuti rasul

    Terjemahan Al-Qur'an

    Pokok Pembahasan Masalah

    Tafsir Al-Mannar Surat Al-Araf Ayat 158

    Pemahaman tentang Tafsir Al-Mannar

    Pemahaman tentang Surat Al-Araf Ayat 158

    Komentar dan perbandingan tentang Tafsir Al-Mannar Surat Al-Araf Ayat 158

    3

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    4/25

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    Pembahasan

    Sebagai mana bunyi ayat 158 dari surat Al-a'raf :

    {

    }

    Artinya :

    Katakanlah (Muhammad), "Wahai manusia ! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi

    kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada tuhan (yang berhak di

    sembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada

    Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada

    kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, agar kamu mendapat petunjuk."

    Di dalam ayat ini terdapat beberapa permasalahan di antaranya :

    1. Makna dari pada mengikuti rasul, pokok pembahasannya dan komitmen

    terhadapnya.

    Firman Allah SWT di sini { } lebih umum dari pada firman Allah SWT

    sebelumnya { } yang hanya menjelaskan untuk mengikuti al-Qur'ansemata, adapun ayat ini meliputi kita dalam mengikuti tindak tanduk yang di lakukan oleh

    nabi Muhammad SAW, baik di dalam apa yang di syari'atkan olehNya di dalam hukum-

    hukum yang di sampaikan melalui perkataan karena Allah SWT telah memberikan kapasitas

    kepadanya untuk melakukan hal tersebut, dan mengikutinya di dalam ijtihadnya dalam

    memahami al-qur'an apabila hal tersebut adalah syari'at, seperti pengharaman berjima' antara

    anak perempuan dengan pamannya baik dari pihak ayah atau pihak ibu, seperti pengharaman

    untuk mengumpulkan dua orang anak perempuan sekandung yang di nikahi oleh seorangsuami kecuali istri yang yang pertamanya sudah meninggal maka dia boleh untuk menikahi

    saudara kandung dari istrinya tersebut.

    Dan tidak masuk di dalamnya untuk mengikuti perkara-perkara yang berbentuk adat

    istiadat, seperti ada sebuah hadist yang berbunyi ; ) yang

    artinya: makanlah minyak (zaitun) dan minyakilah dengannya karena sesungguhnya itu

    merupakan obat yang mulia, yang diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu majah, dari Abi Hurairah

    dan Hakim dan di menshahihkannya dan di riwayatkan oleh selain keduanya dengan lafazh

    4

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    5/25

    yang berbeda-beda dan dengan sanad yang lemah. Begitu pula hadist: ( artinya

    buah kurma yang kering dengan kurma yang basah,yang diriwayatkan oleh nasa'i, ibnu

    Majah, hakim dari 'aisyah dan menshahihkannya.

    Maka sungguh hal yang tercantum di dalam hadist di atas merupakan adat istiadat

    yang tidak ada hubungan dengan syari'at, berbeda dengan hadist: (

    ))yang artinya makanlah daging kurban pada hari raya idul adha dan simpanlah, di

    riwayatkan oleh Ahmad, Hakim, dari Abi Sa'id dan qatadah bin nu'man dengan sanadnya

    yang shahih. Maka pada hari idul adha ada yang namanya penyembelihan atau kurban,

    memakan dari pada hal tersebut adalah sunnah, perintah kepada orang yang melakukan

    penyembelihan adalah sunnah dan menyimpannya adalah boleh-boleh saja, kalu bukan

    karena perintah maka akan terlintas di pikirin akan pengharamannya atau kemakruhannyakarena hubungannya hari idul adha dengan hari kemenangan bagi umat islam maka itu ibarat

    jamuan yang di berikan oleh Allah SWT kepada umat muslim pada hari kemenangannya.

    Adapun syari'at baik itu berupa iibadah yang di perintahkan untuk mendekatkan diri

    kepada Allah SWT, atau berupa kerusakan di dalam agama yang dilarang kita untuk

    membuatnya seperti meminta pertolongan kepada selain Allah SWTyang tidak satu sebabpun

    hal tersebut di bolehkan kepada manusia, dan sepeti memakan sembelihan yang di sembelih

    dengan nama selain Allah SWT, padahal Allah SWT telah mensyari'atkan untuk

    menyembelih dengan namaNya, atau yang terdapat hak-hak seseorang yang harus kita

    tunaikan seperti mawaris., nafakah, ataupun menepati janji yang telah kita sepakati.Dan

    dengan masuknya hukum yang sangat dianjurkan ( ( dan hukum di makruhkan (

    ) di dalam syari'at yang meluas hukum-hukum tersebut kedalam perkara-perkara adat

    istiadat seperti yang di jelaskan sebagai berikut.

    Bukan dari pada syari'at apa yang di wajibkan untuk mengerjakannya dan laramgan

    untuk meninggalkannya apa yang tidak berhubungan dengan hak-hak Allah SWT dan

    berhububgab dengan makhlukNya. Tidak akan mendatangkan kemaslahatan maupun

    kemudharatan seperti adat istiadat pertanian, keilmuan,kesenian, yang di bangun atas dasar

    percobaan dan pencarian. Karena rasulullah SAW bersabda di dalam hadist yang ma'ruf di

    dalam shahih Muslim (( )) artinya kalian lebih mengetahui perkara dunia

    kalian. Untuk itu hal seperti pertanian dan lain sebagainya itu tidak berhubungan dengan

    syari'at khususnya karena itu merupakan suatu tuntutan di dalam penegtahuan manusia dan

    percobaan mereka.

    5

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    6/25

    Sebagian dari pada sahabat banyak yang mengkaji ulang terhadap apa yang datang

    dari nabi Muhammad SAW, apakah hal itu dari pendapatNya semata dan IjtihadNya ataupun

    perintah dari Allah SWT, dan apabila sesuatu yang bukan syari'at sepeti soal tentang tempat

    yang dipilih oleh rasulullah SAW untuk melakukan perang badar, Habbab bin Munzir ra.

    menanyakan kepada nabi pakah ini perintah dari Allah SWT yang mewajibkan kami untuk

    tidak mengawalinya ataupun mengakhirkannya ? ataupun ini hanyalah sebuah pendapat di

    dalam strategi perang dan tipu muslihat didalam perang? maka nabi Muhammad SAW

    menjawab bahwa ini hanyalah sebuah pendapatku di dalam strategi perang dan tipu muslihat

    dalam perang maka para sahabat mengusulkan tempat yang lain yaitu badar maka nabi

    menyetujui.

    dan apabila terdapat kesamaan kepada setiap sahabt dalam beberpa permasalahn makamereka mengubahnya untuk menghindari persamaan yang lebih banyak dari itu, dan nabi

    sendiri menjelaskan kepada mereka yang Haqq yang terdapat terdapat kesamaan pada

    mereka, mak siapa yang akn menjelaskan hal tersebut sesudahNya ? kalau tidak manusia

    mengambil ijtihad para ulama dari pada sesudahNya dalam hal agama maka mereka akan di

    perintahkan kepada hal-hal yang hina. akan tetapi pengambilan apa yang terkandung dalam

    agama yang merupakan banyak dari pada pembebanan yang mengakibatkan umat islam jatuh

    dalam dosa yang besar karena lemahnya dalam mengikuti Rasulullah dan meninggalkannash-nash syar'i . Adapun sebagian yang taqlid kepada fikih dan sangat komitmen di dalam

    menerapkan ijtihad yang di utarakan oleh para fukaha mereka tidak menyadari akibat buruk

    dari hal tersebut karena mereka merasa merekalah yang paing benar.

    Contoh yang paling syadid di antara mereka adalah mengecat uban dengan warna

    hitam, ini adalah hal yang biasa terjadi dan berhubungan dengan kehiasan yang di bolehkan

    krn di dalamnya tidak terdapat hak-hak Allah SWT dan tidak pula terdapat hak-hak manusia,

    kecuali pada beberapa hal seperti berpakaian baik mengerjakannya atau meninggalkannyamenjadikannya seperti orang-orang kafir ,dan apabila di kerjakan oleh sebagian kaum

    muslimin maka itu akan membuat muslimin tasyabbuh terhadap orang-orang kafir dan ini

    akan mengakibatkan kemudharatan dalam agama dan hal ini tidak akan terjadi kecuali

    dengan lemahnya persatuan umat islam. Untuk itu di dalam mengecat uban dengan warna

    hitam terdapat banyak perbedaan pendapat baik diantara para sahabat maupun para ulama

    mutaqaddimin dan mutaakhirin yang di sebabkan oleh banyaknya atsr-atsar yang saling

    bertentangan di dalam memahaminya di antaranya apa yang terdapat di dalam hadist shahih

    6

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    7/25

    ((

    : ))

    artinya:

    Bahwa Abu qahafah anak abu bakar as-shiddiq ra. datang kepada rasulullah pada hari

    penaklukkan mekkah rambutnya dan jenggotnya berwarna putih maka nabi Muhammad

    SAW bersabda Robahlah warna tersebut dengan sesuatu dan jauhilah warna hitam.

    Imam syafi'i mengatakan bahwa hadist ini mengaharamkan untuk mengecatnya

    dengan warna hitam, besama dengan itu bahwa pada hakikatnya sekarang ini merupakan hal

    yang biasa maka ini tidak tergolong kedalam perkara antara haram dan halal, dengan terdapat

    juga hadist yang menyatakan muthlak untuk mengecat uban sebagaimana rasulullah SAW

    besabda: (( )) bahwa yahudi dan nasrani tidak mengecatnyamaka bedakanlah dengan mereka, riwayat Bukhari, Muslim, dan keempat sunan. dan sabda

    rasulullah SAW ( )

    bahwa sebaik-baik warna kamu merobah ubanmu adalah dengan inai dan kuning. Untuk itu

    diriwayatkan dari abu bakar ra bahwasanya abu bakar menecat ubannya dengan mencampur

    antara inai dengan warna kuning. Sebagian ulama menyebutkan hal itu di karenakan nabi

    menyuruh untuk menjauhi warna hitam di karenakan memposisikan sesuatu bukan pada

    tempatnya. Al-qadhi mengatakan bahwa berbeda pendapat antara para salaf dari padasahabat dan tabi'in di dalam hal tersebut ada yang mengatakan tidak mengecat lebih utama

    karena juga terdapat hadits dari rasulullah atas larangan untuk merubah warna uban karena

    rasul sendiri tidak merubahnya, yang diriwayatkan oleh Umar, Ali, Ubai dan selain dari

    mereka.

    Akan tetapi yang lainnya mengatakn mengecat lebih utama sebagaimana hadist yang

    yang terdapat dalam shahih Muslim. Kemudian At-tabari mengatakan bahwa bahwa

    keduanya benar karena terdapat riwayat dari nabi SAW ,akan tetapi perintah untukmerubahnya bagi siapa yang menyerupai seperti uban Quhafah dan larangan bagi siapa saja

    yang hanya ingin mencampur kedua warna tersebut yaitu antara inai dengan warna kuning.

    Rasyid ridha mengatakan adapun apa yang dikatakan oleh Al-Qadhi bahwa rasulullah

    tidak merubah warna ubannya adalah salah, karena telah terdapat di dalam kitab-kitab shahih

    bahwa hal tersebut nabi pernah melakukannya. Pada asalnya segala perbuatan nabi

    Muhammad SAW tidak semata menunjukkan wajib dan tidak pulah sunah menurut syar'i,

    akan tetapi hanya menunjukkan kepada pembolehan untuk melakukannya karena nai tidak

    7

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    8/25

    pernah melakukan sesuatu yang haram dilakukan,dan tidak melakukannya karena adat dari

    pada manusia itu sendiri lebih utama dengan tidak menunjukkan kepada pengaharaman dan

    tidak pula makruh dalam agama.dan sungguh sebagian dari pada ibadah nabi tidak

    dimasukkan kedalam syari'at seperti tempat nabi ketika berwukuf di arafah dan tempat nabi

    bermabit di muzdalifah, hal itu supaya manusia tidak mengira bahwa hal tersebut adalah

    bagian dari agama, seolah-olah sudah di syari'atkan ke pada umat padahal hal demikian

    tersebut tidak di izinkan oleh Allah SWT.

    Pada waktu mengikuti rasulullah SAW, di dalam adat kebiasaanNya itulah hanyalah

    bentuk kecintaan kepadaNya dan kenang-kenangan terhadap kehidupannya yang mulia, tanpa

    beri'tiqad bahwa hal tersebut merupakan bagian dari agama ataupun berprasangka demikian

    karena akan membawa kepada kemudharatan tidak boleh mengekpos hal tersebut sebagaisyari'at. Adapun mengikuti hal yang demikian ini merupakan kesempurnaan dari iman

    seseorang yaitu dengan melakukan hal tersebut sebagai bentuk kecintaan terhadap rasulullah

    SAW. Dan ada di antara sahabat yaitu Ibnu Umar ra, yang selalu mengikuti tindak-tanduk

    apa yang dilakukan oleh nabi Muahmmad SAW, karena keseringan beliau dalam menemani

    rasulullah dalam melakukan perjalanan tidak terkecuali pada saat haji wada'. Akan tetapi

    banyak di antara para sahabat yang tidak melakukan hal tersebut. Karena melebih-lebihkan

    sesuatu seperti menganggab sesuatu tersebut tidak sempurna padahal Allah SWT berfirman {: }

    2. Wajib menyampaikan dakwah Islam dan risalah nabi Muhammad SAW kepada

    seluruh manusia.

    Adapun apa-apa yang masuk di dalam hukum risalah rasul Muahmmad SAW

    terhadap manusia secara menyeluruh ialah bahwasanya Allah ta'ala tidak menerima iman

    seseorang yang sampai kepadanya dakwah yang haqq kecuali dengan beriman kepada

    rasulNya dan mengikutiNya, dan sungguh hal tersebut merupakan kewajiban bagi umat

    muahammad SAW.karena mereka telah di beri petunjuk dengan datangnya iman dan islam.

    Mak sepantasnyalahuntuk menyampaikan dakwah tersebut kepada seluruh umat manusia.

    Dan wajib bagi setiap insan untuk secara berjamaah untuk menyampaikan riasalah tersebut

    baik menyeru kepada asal daripada iman secara universal atau garis besar hal ini merupakan

    permulaan dari pada dakwah.ataupun kedalam syari'at-syari'at secara terperinci yaitu di

    dalam melaksanakan setiap perintah Allah dan meninggalkan setiap laranganNya.dan hal ini

    tercakup di dalam firman Allah SWT:

    8

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    9/25

    { : }

    artinya: Dan hendaklah ada diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru

    kepada kebaikan, menyuruh berbuat yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan

    mereka itulah orang-orang yang beruntung. telah kita pahami bersama bahwa ayat ini

    mengandung perintah kepada manusia yang sudah sampai hidayah RabbNya kepadanya

    untuk menyampaikan kepada selainnya dari manusia sekalian alam.

    Akan tetapi penyampaian dakwah nabi tersebut berubah-ubah sesuai dengan

    berubahnya waktu, tempat, penduduk, dan kaum. Adapun musyrik arab pada awal mulanya

    pengutusan nabi sebagai rasul mereka beriman kepada Allah SWT, akan tetapi mereka juga

    ikut menyembah kepada selainNya baik itu dari Jin, Malaikat, dan patung-patung, yang

    mereka anggap bahwa hal tersebut akan membawa syafa'at kepada mereka, dan akan

    mendatangkan kebaikan dan menghilangkan keburukan kepada mereka.

    Dan mereka mengingkari yang namanya kebangkitan dan kehidupan setelah

    kehidupan ini di dunia dan mengingkari kenabiaan dan wahyu yang di berikan kepada

    sebagian daripada manusia. Untuk itu nabi Muhammad SAW menyeru pertama mereka

    pertama sekali ialah kepada tauhid yang merupakan pintu kedalamnya karena dia merupkan

    rukun yang paling agung kemudian memberitahukan kepada mereka tentang TauhidUluhiyah yaitu mengesakan Allah dengan sendiriNya di dalam beribadah, dan atas hakikat

    kenabiaan, kebangkitan, balasan atas setiap perbuatan yang mereka kerjakan, dan

    menghilangkan syubhat-syubhat seperti yang di utarakan di dalam surat Al-an'am di dalam

    al-qur'an. Kemudian menyeru mereka kepada asas-asas syari'at dan kaidah-kaidahnya secara

    keseluruhan baik didalam adab, keutamaan-keutamaan, halal, haram. Kemudian kepada

    pensucian, shalat, zakat, puasa, haji, dan jihad.

    Adapun ahli kitab yaitu yahudi dan nasrani mereka berimankepada Allah, wahyu,rasul, kebangkitan, dan balasan. akan tetapi kebanyakan dari mereka menyembah berhala-

    berhala yang dulu tidak terkecuali orang-orang nasrani yang berakidah dengan trinitas yang

    ma'ruf dikalangan orang-orang mesir terdahulu. Orang-orang yahudi beranggapan bahwa

    kenabiaan hanya terkhusus pada bani israil saja tidak mungkin Allah mengutus rasul dari

    selainnya. Adapun taurat telah telah hilang ketika perang oarang-orang babilonia terhadap

    mereka, kemudian mereka menulis kembali yang banyak diambil dari kisah para nabi

    diantaranya nabi musa dan harun untuk itu banyak terdapat penyimpanagn di dalamnya.Kemudian Injil yang datang dari pada nabi Isa as,telah di perbanyak dengan cara merobahnya

    9

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    10/25

    di beberapa sehingga muncul injil sekitar 70 injil yang di pilih oleh raja di konstatinopel

    menjadi empat yang kemudian juga banyak terdapat pertantangan antara satu dengan yang

    lainnya juga di dalam injil-injil tersebut.

    Adapun pada masa sekarang sudah banyak terdapat orang-oarang atheis yang tidak

    beragama maka orang -orang kafir telah di perbaharui dengan adanya pemahaman ini

    sehingga melahirkan syubhat-syubhat baru yang belum ada pada masa oarang-orang

    terdahulu. Hingga kita harus pandai menyikapi hal-hal ersebut karena sangat besar besar

    pengarunya baik di dalam moral akhlak manusia yang sudah di putar balikkan antara yang

    haq menjadi batil dan yang batil menjadi yang haq. Untuk itu kita harus memiliki pondasi

    dasar dalam berdakwah diantara perangkat harus dimiliki adalah sebelas ilmu yang harus di

    kuasai diantaranya :

    a) Politik

    Bagi setiap orang harus memiliki banyak jalan atau startegi untuk bisa mencapai

    sesuatu yang di tujukan kepadanya untuk itulah di perlukan suatu sikap di mana seorang

    muslim tidak hilang akal apabila dia di dalam berbagai hal, karena itu politik ini harus ada

    pada setiap muslim, di mana politik disini tidak diartikan dari segi kejahatan melainkan suatu

    cara untuk bisa melumpuhkan ataupun menaklukkan lawan.

    b) Bahasa arab yang merupakan bahasa pemersatu bagi umat islam.

    Adapun yang masuk didalam mengikuti nabi Muhammad SAW adalah mempelajari

    bahasaNya, yang juga merupakan bahsa kitab Ilahi rabbi yang diwahyukan Allah kepada nabi

    Muhammad SAW, dan ini perintah kepada semua yang mengikuti rasul untuk beribadah

    kepadNya dengan mempelajari bahasa arab, begitulah yang dilakukan oleh pemimpin-

    pemimpin Al-Fatih terdahulu pada masa-masa keemasan islam, sampai orang-orang asing

    membantai orang-orang islam dengan menyalibkan mereka semua sehingga pengetahuantentang bahasa arab melemah pada saat itu hingga bangsa turki mengaharamkannya pada

    masa sekarang ini, bukan lain tujuan mereka hanyalah untuk memutuskan hubungan bngsa

    turki dengan agama Al-Qur'an yaiutu agama islam.

    Sebagaimana yang diutarakan oleh Imam syafi'i yang mengatakan bahwa wajib bagi

    setiap muslim untuk belajar bahasa arab tercantum di dalam risalah ushul fikihnya, hal itu di

    sebabkan karena al-Qur'an diturunkan dengan bahasa arab, tidak terdapat di dalamnya kecuali

    bahsa tersebut. Kemudianapbila ada pertanyaan apa hujjah yang bahwa Al-Qur'an diturunkan

    10

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    11/25

    semata-mata dengan menggunakan bahasa arab? Maka hujjahnya terdapat di dalam Firman

    Allah SWT :

    { { ...:

    yang artinya Tidaklah kami mengutus setiap rasul kecuali dengan mbahasa kaumnya

    untuk menjelaskan kepada mereka .

    Apabila ada orang yang menanyakan bukankah nabi sebelum Muhammad diturunkan

    kepada kaum-kaum tertentu, dan Muhammad SAW diturunkan kepada manusia secara

    keseluruhan? ada yang mengatakan : maka sungguh ini sangat aneh karena nabi di utus

    dengan bahasa kaumnya yang khusus yaitu bahasa arab, maka seluruh manusia harus

    mempelajari bahasa arab, ataupun bagi siapa saja yang mampu terhadap itu ? ada yangmengatakan : adakah dalil yang menyatakan bahwa nabi di utus dengan bahsa kaumnya tanpa

    dengan bahasa asing lainnya?

    Imam Syafi'i menjawab hal tersebut yaitu adapun bukti dari itu adalah penjelasan dari

    pada kitab Allah SWT, pada selain tempatnya, apabila terdapat bahasa yang berbagai macam

    ragamnya maka sungguh sebagian mereka tidak akan memahaminya dari yang lainnya maka

    maka yang sebagian harus mengikuti sebagian yang lain, akan terdapat kelebihan bagi orang

    yang di ikuti dari pada yang mengikuti, dan mengutamakan bahsa yang lain daripada bahasa

    nabi Muhammad SAW tidak di bolehkan.

    Untuk itu kesimpulannya dari ini semua bahwa pembangunan agama islam ini

    berhubungan erat dengan bahsa kitabNya yang telah di turunkan dan sunnah rasul SAW

    sebagai utusan baik itu di dalam memberikan petunjuk kerohanian, ikatan sosial, dan

    pemerintahan sipil yang adil. Adapun umat muslim dari masa kemasa tidak begitu

    memerlukan kepada persatuan yang di wajibkan atas mereka yaitu hubungan mereka dengan

    bahsa arab tersebut yang merupakan bahasa al-qur'an pada masa sekarang, yang telah terjadi

    perpecahan di dalamnya dengan adanya penjajah yang serakah terhadap kaum muslimin.

    Maka betul sabda rasulullah SAW yang berbunyi :

    { }

    yang artinya sangat dikhawatirkan suatu saat kalian akan di hancurkan oleh umat-umat

    seperti sebuah hidangan yang di kerumuni oleh mereka

    3. Pembahasan tentang terjemahan al-qur'an

    11

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    12/25

    Sebagian orang-orang bodoh terhadap hakikat dari pada Islam baik dari segi agama,

    sosial-politik mengatakan bahwa tidak mungkin pembangunan islam bisa di capai kecuali

    salah satu faktor diantaranya adalah dengan bahasa arab, untuk itu kenapa tidak

    diperbolehkan kepada umat islam sesuatu yang di perbolehkan kepada umat nasrani, seperti

    penerjemahan kitab mereka kedalam bahasa yang beraneka ragam ?

    Jawaban dari pertnayaan tersebut adalah terdapat beberapa hujjah yaitu :

    1) Permasalahn ini adalah permasalahn ittiba' bukanlah sekedar permasalahan pendapat

    saja, dan kita telah mengetahui bahwa ulama-ulama terdahulu telah bersepakat

    terhadap apa yang telah kita sebutkan di atas.

    2) Kita sebagai umat Muslim tidak mengakui bahwa kaum nasrani adalah dari golonganAl-Masih AS, dan tidak benar kita menyamakan fikrah kita dengan keumuman agama

    yang lain.

    3) Adapun penerjemahan al-qur'an kepada manusia yaitu terjemahan yang sesuai dengan

    makna yang terkandung didalamnya maka itu di bolehkan.

    4) Apabila penerjemahan tersebut tidak terlepas dari pemahaman asas-asas agama,

    bagian-bagiannya, dan penyari'atannya. Maka apabila tidak terlepas dari pembahasandari pada pembicaraan baik itu dari segi haram dan batasan-batasannya, dan berdiam

    diri diatas tuntutan bahasa yang satu dalam keadaan darurat yang mengetahui hal

    tersebut hanyalah sebagian kecil orang dari golongan para da'i saja, untuk itu kita

    bersepakat dengan mereka.

    a) Pertumbuhan pemikiran dalam penerjemahan al-qur'an dan sebab-sebabnya

    Semua itu akaibat melemaahnya kekhalifahan Qirsyiah karena kebodohan para

    pemimpin yang menjabat pada saat itu dan di sebabkan krena kefasikan mereka sehinggaumat islam saling berpecah belah, sehingga mereka berinisiatif untuk menerjemahkan buku-

    buku agama, dan pembelajaran bahas arab. Sehingga mereka merasakan bahwa akan

    perlunya penerjemahan al-qur'an kedalam bahsa mereka untuk bisa memahaminya secra

    menyeluruh , kemudian mereka berkeinginan untuk menerjemahkan kedalam berbagai bahsa

    lainnya dengan alasan untuk mendakwahkan islam dengan penerjemahan tersebut. Kemudian

    bangsa yang pertama sekali yang melakukan hal ini adalah bangsa Turki di mana setelah

    runtuhnya kerajaan Turki Usmani mereka merencanakan supaya Islam bisa terkikis habis ditempat tersebut maka mereka membuat penerjemahan mula-mulanya bertujuan untuk

    12

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    13/25

    melebihkan bahasa mereka dari pada bahsa arab, hingga pada akhirnya mereka merubah

    segala bentuk yang berbau arab kedalam bahasa mereka hingga al-qur'an sekalipun yang

    sudah di patenkan oleh Allah dengan bahsa arab mereka mengingikan supaya mereka bisa

    merubahnya kedalam bahsa mereka, sehingga mereka bisa menyainggi bangsa arab.

    b) Fatwa al-manar di dalam menanggapi permasalahan terjemahan al-qur'an

    (Fatwa Rasyid ridha) : di dalam penerjemahan al-Qur'an, beliau mengatakan bahwa

    hal ini merupakan hal yang sangat penting di kalangan para muslimin. Banyak diantara

    penerjemahan tersebut yang tidak bisa menyampaikan maksud yang terkandung di dalamnya

    secara sempurna, karena di sebabkan oleh beberapa fakto diantaranya ;

    1. Penerjemahan tidak bisa menyampaikan sesuatu yang di sampaikan Al-Qur'an didalam bentuk balaghah.

    2. Banyak terdapat kata-kata di dalam bahasa arab yang tidak ada persamaan makna

    didalam bahasa terjemahan.

    3. Bahwa di dalam kitab al-qur'an terdapat di dalamnya isyarat-isyarat dan hukum-

    hukum yang di bangun dengan jalan perhitungan , apabila di lakukan penerjemahan

    maka hal tersebut tidak bisa di capai seratus persen.

    Adapun bangsa Turki mereka mewajibkan yang namanya penerjemahan al-qur'an

    kedalam bahasa-bahasa yang lain. Karena hal tersebut bisa menghindarkan mereka dari

    ketidak pahaman akan al-qur'an secara menyeluruh. Apa pendapat Rasyid ridha dalam hal

    tersebut?

    (Jawaban Al-manar) bahwa sebagian kecil dari muslimin di dalam menyampaikan

    dakwah kepada islam agar tidak menerjemakan ayat-ayat al-qur'an tersebut, walaupun

    sebagian dari padanya karena hal itu akan membuat umat muslim berpecah belah, karena Al-

    qur'an adalah mukjizat rasulullah SAW yang terkenal dengan uslubnya, balaghahnya. maka

    cukuplah bagi setiap kaum dalam menerjamahkannya adalah sesuai dengan pemahaman

    penerjemah saja. Secara garis besar perkataan Rasyid ridha terbagi kedalam beberapa poin

    diantaranya :

    1. Bahwa terjemahan Al-Qur'an yang sesuai dengan penerjemahannya secara harfiah

    maka itu di bolehkan sebagaimana yang kita ketahui daripada penerjemahan maknawiyaitu pemahaman penerjemah terhadap Al-Qur'an.

    13

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    14/25

    2. Bahwa Al-qur'an adalah asas dari agama sedangakan hadist adalah penjelasan dari

    pada Al-qur'an, maka bagi orang-orang yang menerjemahkan Al-Qur'an kemudian

    memposisikannya sebagai asas agama terjemahan tersebut maka tidak di perbolehkan.

    3. Bahwa Al-qur'an sangat melarang yang namanya taqlid buta dan juga sangat

    membenci para pentaqlid, untuk itu apabila di dalam penerjemahan Al-qur'an terdapat

    pentaqlidan terhadap penerjemah tertentu dan keluar dari petunjuk Al-Qur'an itu

    sendiri maka itu tidak dibolehkan untuk mengikutinya.

    4. Dalam menerjemahkan ayat pada surah pada juz ke 12 ayat ke 108 penerjemah harus

    bisa menerjemahkan ayat tersebut dengan pemehaman dan nalar semata tanpa atsar

    pendudkung dari Rasulullah SAW.

    5. Seperti pelarangan terhadap sifat-sifat seperti berijtihad, beristinbat bagi penerjemah,

    karena hal tersebut terdapat perkataa yang tidak di ucapkan oleh orang-orang muslim.

    6. Bahwa pemahaman terhadap makna dar Al-qur'an maka di anggap berpahala dengan

    perbuatannya tersebut walaupun salah dalam menentukan makna tersebut terlepas

    dari ketidak sengajaan maka itu pula mendapatkan pahala dari sisi Allah SWT.

    7. Bahwa Al-Qur'an merupakan Hidayah bagi manusia untuk itu dengan adanyaterjemahan Al-qaur'an bukan berarti kita bisa memposisikan terjemahan tersebut

    sama dengan yang aslinya maka sungguh hal itu sesekali tidak bisa dilakukan

    8. Imam ghazali mengatakan bahwa tidak di bolehkan menerjemahkan ayat-ayat yang

    bersifat ilahiyyah, karena apabila salah di dalam hal tersebut akan terjerumus kedalam

    kekafiran seperti penerjemahan ayat-ayat yang mutasyabihat yang hanya Allah sendiri

    yang tau kan makna sebenarnya.

    9. Imam ghazali menyebutkan bahwa penerjemah tidak boleh mengikuti sistem

    penerjemahan yang dilakukan oleh orang-orang Turki, baik dari segi memaknai

    sebuah lafazh tidak boleh menyamai dengan penerjemahan Turki karena

    penerjemahan mereka di bangun bukan atas dasar Al-Qur'an.

    10. Adapun lafazh-lafazh yang berhubungan dengan Persia-Turki maka ikutilah akan

    tetapi apabila berhubungan dengan adat mereka maka tinggalkanlah.

    14

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    15/25

    11. Adapun di dalam al-qur'an terdapat makna musytarak yaitu satu kata banyak

    mengandung makna, dan hal ini tidak terdapat pada bahasa yang lain, maka para

    penerjemah harus memilih selain yang berhubungan dengan Allah dari makna

    musytarak tersebut, dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu apapun.

    12. Didalam Al-Qur'an terdapat dalil-dalil Qath'i yang harus di ta'wilkan sampai sepakat

    akan maksud yang terkandung di dalam makna, tidak bisa di pungkira bahwa antara

    ta'wil lafazh al-qur'an dengan ta'wil lafazh taerjemahan tidaklah sama.

    13. Bahwa Uslub Al-Qur'an mempunyai pengaruh tertententu bagi pendengarnya dan itu

    tidak bisa di capai dengan cara penerjemahan

    14. Bahwa penerjemahan kita haruslah berbeda dari ada penerjemahan yang dilakukanoleh orang-orang Turki, Persia, India, dan Cina agar kita bisa membedakan

    terjemahan yang memang benar dan terhindar dari kesalahan.

    15. Bahwa Al-Qur'an merupakan Ayat-ayat Allah yang akan di lindungi oleh perubahan

    maupun pergantian terhadap apa yang di utarakan oleh oleh penerjemah yang tidak

    sesuai dngan Al-Qur'an itu snediri maka al-Qur'an itu tetap terjaga sampai akhir

    zaman.

    c) Pendapat para ahli fikih di dalam masalah penerjemahan al-qur'an ke dalam bahasa

    selain bahasa arab

    Kebanyakan dari para ulama tidak membolehkan baik itu penulisan Al-Qur'an,

    Pembacaanya, dan Penerjemahannya selain dengan bahasa Arab secara Muthlaq, kecuali apa

    yang di utarakan oleh Abu hanifah, Beliau mengtakan boleh membaca Al-Qur'an dengan

    bahasa Persia, di dalam Shalat. Di antara hujjah beliau adalah : apa yang diriwayatkan oleh

    Abu Hanifah di dalam Al-Hidayah : Pembolehan pembacaan Al-Qur'an dengan bahasa Persiadi dalam shalat secara Muthlaq, dan dari dua orang sahabat beliau mengatakan : apabila tidak

    bagus dalam berbahasa arab, adapun apabila bagus maka tidak di perbolehkan, dan apabila

    membacanya selian dari bahasa arab maka rusaklah Shalatnya.

    Di riwayatkan dari Abu Bakar Ar-razi : kembali sebagaimana yang di katakan oleh

    imam az-zahidi di dalam Al-Jami' As-Shaghir : bahwa apa yang di terangkan oleh imam abu

    hanifah dan kedua sahabatnya bahwa membaca Al-Qur'an dengan bahsa persia akan merusak

    shalat bagi siapa yang mempunyai kemampuan di dalam bahasa arab, adapun bagi orang-

    15

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    16/25

    orang yang lemah tidak batal, apabila dia membacanya dengan bahasa persia setiap lafazh

    terdapat maknanya tanpa menambah sedikitpun, adapun apabila dia membaca atas dasar

    penafsiran maka ijma' para ulama rusaklah shalatnya.

    Adapun Imam Syafi'i tidak membolehkan pembacaan Al-Qur'an dengan bahasa Persia

    di dalam Shalat secara Muthlaq, baik bahasa arabnya bagus maupun tidak, sebagaimana yang

    diutarakan oleh Ibnu hajar Al-haitami yang merupakan ulama dari mazhab syafi'i yaitu

    mengaharamkan pembacaan Al-qaur'an dengan bahasa persia sebagaimana para sahabat

    mengaharamkannya.

    Mazhab hambali berpendapat bahwa Shalat akan apabila di lakasanakan dengan

    bahasa Persia baik itu bagi orang yang lemah ataupun yang lainnya, dan melarang pembacaan

    Al-Qur'an dan menulisnya dengan selain bahasa arab secara Muthlaq.

    Sedangkan mazhab Maliki mengatakan bahwa tidak boleh membaca Al-Qur'an dan

    menulisnya dengan selain bahasa Arab, untuk itu wajib mempelajari al-fatihah bagi yang

    tidak bagus bacaannya di dalam shalatnya sebisa mungkin kalau tidak mengikuti orang yang

    membaguskannya.

    d) Syubhat-syubhat yang timbul dari pembolehan terjamahan al-qur'an pada masa

    sekarang ini.

    Para pengamat ilmu dan agama merka itu mengkhawatirkan sebahagian orang yang

    membolehkan terjemah al-quran ,mereka itu mendatangkan syubhat-shubhat yang logis

    menurut mereka. Di antara syubhat mereka adalah:

    (Syubhat pertama): pendapat sebahagian mazhab hanafiyah mereka membolehkan

    membaca al-quran dalam shalat dengan bahasa persia bagi orang yang tidak mampu

    berbahasa arab(sama sekali).mereka berdalil dalam surat as-syuara:196 ( )-dan sungguh (al-quran) itu (disebut) dalam kitab-kitab orang yang terdahulu.begitu juga

    pendapat zamakhsyari dalam tafsirnya Al-khasyaf.

    Komentar kami: pada penolakan shubhat ini antara lain :

    1. Azzamakhsyari tidak memahami ayat ini sepenuhnya,dan ayat ini kami nukilkan

    dengan shigaht dan .

    2. sebab lemah pendapat ini bahwa menafsirkan makna-makna al-quran itu batil secaradhahir,tidak munkin imam abu hanifah menginginkan demikian,karena taurat di

    16

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    17/25

    turunkan dalam bahasa ibrani ,jikalau benar demikian maka orang yahudi akaan

    mengatakan nabi muhammad tidak mendapatkan kitab baru melain kan terjemahan

    sebagian dari taurat.

    3. bahwa ada kesamaan sebagian al-Quran dengan taurat pada kisah Nabi Musa dalam

    surat as-syuara ,jikalau demikian mereka yang membaaca kisah nabi musa dalam

    surat As-syuara akan mengatakan :saya membaca taurat yang diterjemahkan dalam

    bahasa arab,maka ini sungguh tidak benar ,oleh karena itu tidak boleh

    menterjemahkan al-Quran semuanya .

    4. telah sepakat ulama salaf dan khalaf(ulama tafsir) bahwa al-Quran adalah pelengkap

    dari kitab-kitab sebelumnyam,karena nabi SAW sebagaimana firman Allah (

    .) yang(namanya) itu di tulis dalam taurat dan injil.

    5. bahwa memang ada makna-makna al-Quran dalam kitab-kitab sebelum nya ,itu

    bermakna, pertama: ada secara umum yakni pada ushuluddin,ibadah kepada-Nya,dan

    iman dengan hari kiamat,kedua: bermakna khusus seperti kisah musa yang telah di

    sebutkan sebelum nya.

    Dengan demikian penjelasan-penjelasan apakah benar ayat ini menunjukkan

    kebolehan terjemah al-Quran dengan bahasa persia ataupun lainnya,karena terjemahan ini

    juga dinamakan al-Quran dan kalamullah,ini berbeda dengan al-Quran yang qati dan ijma

    umat semenjak islam ada hingga sekarang?!.

    (Syubhat kedua): pendapat beberapa ulama Azhar yang mengatakan bahwa imam

    syafie berpendapat dalam kitab nya Al-um bahwa bole bagi orang ajami(selain orang arab)

    membaca al-Quran terjemahan dalan shalat dan membolehkan mendirikan jamaah yang

    dimami dengan bacaan ajami baik fatihah maupun surat lain selma tidak mampu berbahasa

    arab.

    Komentar ksami:bahwa mereka menukilkan sebahagian ibarah nya .sesungguhnya

    ibarat yang ada dalam dalm kitab al-um adalah:bagi ajami untuk membetulkan fatihah nya

    dengan dialek yang benar atau dialek nya tidak mengubah makna sesuatu jika dialeknya

    mengubah makna nya maka tidak di bolehkan shalat di belakang nya,dan ini disebutkan

    dalam kitab nya Um ,pasal( ) maka tidak masuk padabab ini perihal terjemahan

    al-quran maupun istisnai bagi ajami dalam menterjemahkan al-Quran.imam syafii jugamenyebutkan dalam kitab nya Ar-risalah dengan mewajibkan bacaan al-quran dalam shalat

    17

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    18/25

    dengan bahasa arab sebagaimana diturunkan oleh Allah,demikian juga zikir lainnya dalam

    bahsa arab,oleh karena demikian maka wajiblah belajar bahasa arab,sampai mereka mampu

    mengucapkan , membaca alquran ,dan berzikir ,seperti

    takbir,tasbih,tasyahud,dll.

    Kesimpulannya bahwa imam syafii dalam ibarahnnya mengatakan bagi yang tidak

    bisa membaca al-quran tidak bisa menjadi alasan pada masa ini karena ada orang-orang yang

    mempelajari bahasa asing(termasuk bahasa arab) ,sekali lagi bahwa terjmahan al-quran dan

    membacanya tidak termasuk dalam bahasan imam syafii.

    (Syubhat ketiga): bahwa dalil-dalil yang mewajibkan memahami al-quran dan

    mentadabburinya dalam shalat disebutkan secara sarih ,maka tidak sempurna kecuali dengan

    menterjemahkan kedalam nya karena ushuli: ( )

    Komentar terhadap shubhat ini:

    1. bahwa pemahaman dan pentadabburan ayat-ayat alquran itu berarti khusyuk dan

    hasillah demikian dengan belajar bahasa kitab itu sendiri ,dan tidak boleh

    memindahkan kitab ilahi kedalam bahasa lain,sekali lagi bahwa terjemahan al-quran

    dengan terjemahan yang benar membutuhkan kepada makna-makna yang di inginkan

    oleh Allah,itu tidak bisa selain kalamullah.oleh karena demikian seyogyanya bagi

    orang muslim mengikuti apa-apa yang di turunkan Allah bukan mengikutkan dalam

    bahasanya.

    2. bahwa tidak boleh membaca tafsir surat al-fatihah dan surat pendak lainnya ganti dari

    bacaan al-fatihah dengan makna-makna dan pemahaman,jikalau demikian maka tidak

    boleh menterjemahkan dan menamainya dengan kalamullah,itu adalah kebohongan

    ,mukhalif nas-nas al-Quran dan ijma muslimin,terlebih lagi menterjemahkan seluruh

    Al-quraan.

    (Syubhat keempat):bulugu ad dakwah adalah sampai dakwah islam kepadanya,ini

    telah terjawab dengan pendapat-pendapat kami sebelum nya ,maka sebagai tambahan :

    beberapa orang ajami berangapan bahwa terjemah al-quran sember islam nya mereka ,illah

    nya bahwa dengan itu dia mengetahui ushul islam dan maqashid-maqashid nya ,maka bahwa

    sampainya itu semua dengan uslib-uslub yang lain yang di sebutkan secara khusus yang

    terdapat dalam al-quran dan sunnah nya dengan tafsir.

    18

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    19/25

    Islamisasi di arab pada awal-awal itu idayah dari al-quran dan petunjuk nabi

    SAW,sebagaimana firma Allah taala: ,mka tersebar nya islam

    kenegri ajam dengan kecakapan(orator) sahabat yang mengarahkan mereka ,karena

    khrismatik sahabat dan akhlak mulia mereka nampakkan dengan menukilkan alquran yang di

    terjemahkan ,ini bukan berarti tersebar nya islam dengan terjemahan al-quran.

    e) Pembolehan terjemahan Al-Qur'an

    Sudah kita sebutka sebelumnya bahwasanya setiap Muslim yang benar-benar Muslim

    tidak memerlukan dalil atas perkara ini karena Al-qur'an Mukjizat bagi nabi Muhammad

    SAW, sebagai petunjuk bagi umat manusia. Karena Al-Qur'an itu sendiri tidak dapat di robah

    ssedikitpun sebagaimana firman Allah SWT yang artinya : Katakanlah, "Sesungguhnya jika

    manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al-qur'an ini, mereka tidakakan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka salaing membantu satu sama

    lain." Surat Al-Isra' : 88. Adapun terjemahan tidak benar apabila tidak seperti asalnya , dan

    ayat ini menjelaskan akan lemahnya manusia dan jin untuk mendatangkan semisalnya

    walaupun mereka saling membantu satu sama lain.

    Adapun terjemahan yang di buat oleh bangsa Turki hanyalah untuk memalingkan

    kaumnya dari Al-Qur'an, berbeda dengan orang-orang mu'min yaitu yang mana bertujuan

    dari pada penerjemahan tersebut ialah untuk megajari kepada orang-orang awam dalam

    agama yaitu yang kurang pengetahuannya asas-asas keislaman, dan adapun penerjemahan

    tersebut dimulai dengan mencari makna dari kata-kata dalam al-qur'an kemudian beranjak

    kepada hingga kepada ushlub-ushlub ataupun kaidah penulisan arab yang diterjemahkan

    berdasarkan Qarinah ataupun keterangan yang menunjukkan apa maksud dari kaidah

    tersebut. Dengan berkeyakinan bahwa Al-Qur'an yang sebenarnya adalah seperti yang

    diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW, adapun terjemahan tersebut

    adalah buah tangan yang tidak akan persis sama seperti aslinya , akan tetapi ini hanyalahbentuk pengajaran bagi orang yang kurang memahami akan agama Allah SWT, yaitu agama

    Islam.

    f) Metode dalam penerjemahan bangsa Turki.

    Adapun penerjemahan yang dilakukan oleh bangsa turki adalah buah tangan dari

    jamil bin Sa'id, yang mana dia tidak mengetahui dasar apapun tentang Islam apalagi dalamhal bahasa arab, untuk itu mereka menerjemahkan Al-qur'an dengan banyak terdapat

    19

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    20/25

    kesalahan di dalamnya karena pada hakikatnya orang-orang barat yang tidak senang terhadap

    Islam yang berkembang di Turki, mereka ingin sekali untuk mengacaukannya yaitu dengan

    cara membuat siasat baik kejangglan dengan penerjemahan dalam di dalam kitab suci umat

    Islam sehingga umat Islam berpecah belah.

    g) Penerjemahan al-qur'an oleh bangsa Turki serta Sifat-sifat yang terkandung di

    dalamnya.

    Pada saat itu yang pertama sekali menerjmahkan Al-qur'an ke dalam bahasa Turki

    adalah Zaki Afandi magamiz seorang kristen berkebangsaan Suriah, akan tetapi banyak di

    dapatkan di dalam penerjemahannya yang melenceng dari pada hakikat Al-Qur'an itu sendiri,

    hingga terjemahannya di larang untuk di terbitkan karena di takutkan akan terjadi kesalah

    pahaman di dalam masyarakat. Di susul setelah itu penerjemahan yang di buat oleh Jamil

    Sa'id Bak cucu dari Kamal Basha, bahwa pada mulanya kami berharap supaya terjemahan ini

    lebih baik dari yang sebelumnya akan tetapi malah jauh melenceng dari yang sebelumnya

    bahka beliau banyak memasukkan paham-paham zionisme dan fanatismenya di dalam

    penerjemahannya tersebut hingga pada akhirnya penerjemahan tersebut harus di musnahkan.

    4. Komentar dan Perbandingan

    Di dalam tafsir Al-Manar kita banyak bisa mengakaji sesuatu hal yang pada tafsir-

    tafsir lain luput dalam peninjauannya karena Syeikh Rashid Ridha bersama dengan gurunya

    Syeikh Muhammad Abduh dalam membuat tafsir Al-Manar ini bukan hanya di tinjau dari

    segi penafsiran Ma'sur saja akan tetapi juga penafsiran menggunakan metode Ra'yi. Seperti

    hal dalam ayat yang kita bahas yaitu ayat 158 pada surah Al-'araf kita banyak mendapatkan

    pengetahuan baru, walupun dalam segi penyampaiannya kurang sistematis yang menuntut

    kita untuk benar-benar fokus dalam mengkaji ulang hal-hal tersebut tanpa harus Taqlid

    dengan pa yang sudah ada, karena di dalam tujuan utama pembuatan tafsir Al-manar iniadalah untuk membersihklan manusia dari segala bentuk bid'ah-bid'ah yang beredar di

    kalangan masyarakat muslim, dan mengkonter pemahaman Barat untuk masuk dalam Islam.

    Adapun juga terdapat beberapa perbandingan seperti yang tercantum dalam tafsir

    Fakhr Ar-Razi beliau mengatakan bahwa makna ittiba' rasul bukan berarti kita harus

    memilih-milih mana yang merupakan perilaku dari nabi sendiri dan mana yang merupakan

    perintah dari Allah, karena hal tersebut sungguh sangat sulit untuk kita perbuat, dan beliau

    membagi ittiba' kepada ke dalam segala bentuk perbuatan dan perkataan nabi itu wajib diikuti berdasarkan dalil Al-Qur'an yang berbunyi :

    20

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    21/25

    { o o }

    yang artinya bahwasanya rasulullah tidak pernah mengatakan segala bentuk perkara

    sesuai hawa nafsu beliau saja akan tetapi hal itu semua adalah wahyu dari Allah SWT.

    Kemudian di dalam tafsit At-tabari yang merupakan tafsir maudhu'i tertua yang

    pernah ada di katakan bahwasanya makna dari pada terdapat beberapa perbedaan

    makna diantaranya ada yang mengatakan maksundnya adalah Isa bin Maryam dan adapula

    yang mengatakan Ayat-ayat Allah, setelah itu di tarjuhkan oleh Abu Ja'far bahwasanya

    maknanya adalah bahwa Allah ta'ala menyuruh hambaNya untuk membenarkan akan

    kenabian yang Ummi dan membenarkan ayat-ayatNya.

    21

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    22/25

    BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Di dalam tafsir Al-Manar kita banyak bisa mengakaji sesuatu hal yang pada tafsir-

    tafsir lain luput dalam peninjauannya karena Syeikh Rashid Ridha bersama dengan gurunya

    Syeikh Muhammad Abduh dalam membuat tafsir Al-Manar ini bukan hanya di tinjau dari

    segi penafsiran Ma'sur saja akan tetapi juga penafsiran menggunakan metode Ra'yi.

    Seperti hal dalam ayat yang kita bahas yaitu ayat 158 pada surah Al-'araf kita banyak

    mendapatkan pengetahuan baru, walupun dalam segi penyampaiannya kurang sistematis yang

    menuntut kita untuk benar-benar fokus dalam mengkaji ulang hal-hal tersebut tanpa harusTaqlid dengan pa yang sudah ada, karena di dalam tujuan utama pembuatan tafsir Al-manar

    ini adalah untuk membersihklan manusia dari segala bentuk bid'ah-bid'ah yang beredar di

    kalangan masyarakat muslim, dan mengkonter pemahaman Barat untuk masuk dalam Islam.

    Komentar dan Perbandingan

    Adapun juga terdapat beberapa perbandingan seperti yang tercantum dalam

    tafsir Fakhr Ar-Razi beliau mengatakan bahwa makna ittiba' rasul bukan berarti kita harus

    memilih-milih mana yang merupakan perilaku dari nabi sendiri dan mana yang merupakan

    perintah dari Allah, karena hal tersebut sungguh sangat sulit untuk kita perbuat, dan beliau

    membagi ittiba' kepada ke dalam segala bentuk perbuatan dan perkataan nabi itu wajib di

    ikuti berdasarkan dalil Al-Qur'an yang berbunyi :

    { o o } yang artinya bahwasanya

    rasulullah tidak pernah mengatakan segala bentuk perkara sesuai hawa nafsu beliau saja akan

    tetapi hal itu semua adalah wahyu dari Allah SWT.

    Kemudian di dalam tafsit At-tabari yang merupakan tafsir maudhu'i tertua yang

    pernah ada di katakan bahwasanya makna dari pada terdapat beberapa perbedaan makna

    diantaranya ada yang mengatakan maksundnya adalah Isa bin Maryam dan adapula yang

    mengatakan Ayat-ayat Allah, setelah itu di tarjuhkan oleh Abu Ja'far bahwasanya maknanya

    adalah bahwa Allah ta'ala menyuruh hambaNya untuk membenarkan akan kenabian yang

    Ummi dan membenarkan ayat-ayatNya.

    22

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    23/25

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

    DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

    BAB I PENDAHULUAN

    Latar Belakang ................................................................................................. 1

    Rumusan Makalah ........................................................................................... 2

    Pokok Pembahasan Masalah ............................................................................ 2

    BAB II TINJAUAN TEORI

    Pembahasan ........................................................................................................ 4

    1. Makna dari pada mengikuti rasul, pokok pembahasannya

    dan komitmen terhadapnya.......................................................................... 4

    2. Wajib menyampaikan dakwah Islam dan risalah Nabi Muhammad

    SAW kepada seluruh manusia..................................................................... 2

    3. Pembahasan tentang terjemahan al-qur'an .................................................. 12

    BAB III PENUTUP

    Kesimpulan......................................................................................................... 22

    Komentar dan Perbandingan .............................................................................. 22

    23ii

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    24/25

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan Makalah

    yang berjudul Komentar tentang mengikuti Rasul dalam Surat Al-Araf Ayat 158 dalamTafsir Al-Manar

    Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga

    kepada keluarga serta sahabat sekalian . berkat kehadiran dan perjuangan beliaulah, saat ini

    umat islam masih dapat mempelajari dan mengamalkan ajaran islam.

    Selanjutnya terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah

    "Ulumul Hadist", Bapak Dr. Tarmizi M.Jakfar, MA yang telah mengarahkan penulis dalamhal penulisan makalah ini.

    Karena terbatasnya pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki, penulis menyadari

    bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat

    kekurangan dan kesalahan baik dalam penyusunan kata, penulisan, maupun isi serta

    pembahasannya. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis

    harapkan demi perbaikan penyusunan karya tulis lain di masa yang akan datang.

    Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis

    khususnya, dan umumnya bagi para pembaca.

    Banda Aceh, 2013

    Penulis

    24i

  • 7/28/2019 Makalah Tafsir Al-manar

    25/25

    Makalah Ulumul Hadis

    KOMENTAR TENTANG MENGIKUTI RASUL DALAM

    SURAT AL-ARAF AYAT 158 DALAM TAFSIR AL-MANAR

    Diajukan

    O

    L

    E

    H

    Aniati

    Nim : 24121402-2

    PembimbingDr. Tarmizi M. Jakfar, MA

    PROGRAM PASCASARJANA

    INSTITUT AGAMA ISLAM AR-RANIRY

    DARUSSALAM BANDA ACEH1434 H / 2013 M