STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN...
Transcript of STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN...
�
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn. E DENGAN
PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SENA
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA
DISUSUN OLEH :
BOBBY SADWIKA
NIM. P.09009
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
�
i �
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn. E DENGAN
PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SENA
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA
Diajukan
Untuk Menempuh Ujian Karya Tulis Ilmiah
DISUSUN OLEH :
BOBBY SADWIKA
NIM. P.09009
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
�
ii �
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Bobby Sadwika
NIM : P.09009
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI
PADATn.E DENGAN PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH SURAKARTA”.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan , maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, April 2012
Bobby Sadwika
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis ini diajukan oleh:
Nama : Bobby Sadwika
NIM : P.09009
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI
PADA Tn.E DENGAN PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG SENA RUMAH
SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA”.
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Di tetapkan di : ..............................
Hari/Tanggal : ..............................
Pembimbing I : Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns ( )
NIK. 201185071
�
iv �
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini di ajukan oleh :
Nama : Bobby Sadwika
NIM : P.09009
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI
PADA Tn.E DENGAN PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG SENA RUMAH
SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA”.
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Di tetapkan di : ..............................
Hari/Tanggal : ..............................
DEWAN PENGUJI
Penguji I : Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns ( )
NIK. 201185071
Penguiji II :Anissa Cindy Nurul Afni, S.Kep., Ns ( )
NIK. 201187086
Penguji III : Siti Mardiyah, S.Kep., Ns ( )
NIK. 201183063
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep, Ns
NIK.201084050
�
v �
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat, rahmat dan karunian-Nya, sehingga penulis dapat menyeleseikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Mencintai Dan Dicintai Pada Tn. E Dengan Perilaku Kekerasan Di Ruang Sena
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Setiyawan, S.Kep, Ns , selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep, Ns , selaku Sekretaris Ketua Program studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba
ilmu di STIKesKusuma Husada Surakarta.
3. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep, Ns , selaku dosen pembimbing sekaligus
sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan
masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
4. Anissa Cindy NurulAfni, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
5. Siti Mardiyah, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
�
vi �
7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Sindy Paramita Spd, selaku kakak pertama saya yang selalu memberi
dukungan dan semangat untuk segera menyeleseikan tugas Karya Tulis
Ilmiah.
9. Bryan Sadwika selaku kakak sekaligus saudara kembar saya yang memberi
dukungan dan semangat untuk segera menyeleseikan tugas Karya Tulis
Ilmiah.
10. Sahabat-sahabatku penghuni kontrakan “James Boy” yang setia dalam
berjuang bersama menempuh 3 tahun belajar di bangku akademik STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
11. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta dan bebagai pihak yang tidak dapat disebutkan
satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan
ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, April 2012
Bobby Sadwika
�
vii �
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................. 3
C. ManfaatPenulisan ................................................................. 4
BAB II LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ........................................................................... 6
B. Daftar Perumusan Masalah ................................................... 11
C. Perumusan Masalah Keperawatan ........................................ 12
D. RencanaKeperawatan ........................................................... 12
E. Implementasi Keperawatan .................................................. 16
F. Evaluasi Keperawatan .......................................................... 16
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan ......................................................................... 18
B. Simpulan .............................................................................. 23
C. Saran .................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
�
viii �
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 GenogramTn. E ....................................................................... 8
Gambar 2.2 Pohon Masalah ........................................................................ 11
�
�
ix �
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Log Book Kegiatan Harian
Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 3 Lembar Pendelegasian Pasien
Lampiran 4 Asuhan Keperawatan
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
�
1 �
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Definisi sehat jiwa menurut Soeharto Heerdjan adalah orang yang
jiwanya sehat secara populer dapat dilukiskan sebagai orang yang mampu
berkembang secara wajar, sanggup melaksanakan tugasnya sehari-hari
sebagaimana mestinya (Erlinafsiah, 2010).
Gangguan jiwa menjadi masalah serius diseluruh dunia.Organisasi
kesehatan Dunia (World Head Organitation) tahun 2007 menyatakan, paling
tidak 1 dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya di
Indonesia berdasarkan survey kesehatan mental rumah tangga setiap 1000
anggota rumah tangga terdapat 185 orang mengalami gangguan terkait
masalah kejiwaan (Siti, 2010).
Kepala Dinas Kesehatan di Jakarta Dien Emawati menyatakan bahwa
jumlah penderita gangguan jiwa ringan hingga triwulan kedua tahun 2011
mencapai 306.621 orang, naik dari 159.029 orang pada tahun 2010. Secara
keseluruhan, jumlah penderita gangguan jiwa di Jakarta mencapai angka
14,1% dari jumlah penduduk. Jumlah itu di atas angka nasional sebesar
11,6% (Kompas.com, 10 Oktober 2011).
Dampak perkembangan jaman dan pembangunan juga menjadi faktor
peningkatan permasalahan kesehatan yang ada, menjadikan banyaknya
masalah kesehatan fisik juga masalah kesehatan mental spiritual, dan pada
2 �
�
akhir-akhir ini penderita gangguan jiwa makin meningkat, kebanyakan
penderita gangguan jiwa terjadi karena perilaku kekerasan baik dalam rumah
tangga ataupun yang lainnya (Casmita, 2008).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuard dan
Sudden, 2005).Marah merupakan perasaan jengkel yang ditimbulkan sebagai
respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak dipenuhi yang
dirasakan sebagai ancaman(Iyus, 2009).
Teori maslow menentukan prioritas diagnosa yang akan direncanakan
berdasarkan kebutuhan di antaranya kebutuhan fisiologi, keselamatan dan
keamanan, mencintai dan dicintai, harga diri dan aktualisasi diri. Kebutuhan
keamanan dan keselamatan meliputi masalah lingkungan, kondisi tempat
tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut.Kebutuhan
mencintai dan dicintai adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki
tanggung jawab terhadap sesuatu yang menimbulkan rasa cinta kasih serta
keinginan untuk menjaga dan mempertahankannya(Hidayat, 2008).
Rumah Sakit Jiwa Surakarta adalah rumah sakit milik pemerintah
yang diklasifikasikan sebagai kelas A dan sebagai pelayanan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat yang berhubungan
dengan perencanaan dari suatu rumah sakit bagi rumah sakit jiwa, dengan
berbagai tingkat keparahannya. Hasil survei di Rumah Sakit Jiwa Daerah
3 �
�
Surakarta, gangguan halusinasi yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta kurang lebih 42% jika dibandingkan gangguan jiwa lainnya,
diantaranya perilaku kekerasan 34%, harga diri rendah 14,5%, defisit
perawatan diri 5,6% dan menarik diri 3,9% (Catatan Medical Record RSJD
Surakarta, 2002). Berdasarkan laporan periode bulan April 2012, pasien yang
dirawat di ruang Sena RSJD Surakarta di dapatkan dari 42 pasien yang
mengalami gangguan jiwa terdapat 15 pasien yang mengalami gangguan
resiko perilaku kekerasan, rata – rata berumur antara 20 tahun sampai 50
tahun.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
mengangkat masalah ini dalam membuat karya tulis ilmiah dengan judul
“Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Mencintai Dan
Dicintai Pada Tn. E Dengan Perilaku Kekerasan Di Ruang Sena Rumah Sakit
Jiwa Daerah Surakarta”.
B. Tujuan Penulisan
Terdiri atas 2 (dua) hal yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum
Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan dicintai dan mencintai
pada Tn.E dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta.
4 �
�
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. E dengan
pemenuhan kebutuhan dicintai dan mencintai: perilaku kekerasan.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. E
dengan pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai: perilaku
kekerasan.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn. E
dengan pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai: perilaku
kekerasan.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. E dengan
pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai: perilaku kekerasan.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. E dengan pemenuhan
kebutuhan mencintai dan dicintai: perilaku kekerasan.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi pemenuhan kebutuhan
mencintai dan dicintai yang terjadi pada Tn. E dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai: perilaku kekerasan.
C. Manfaat Penulisan
1. Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman
nyata penulis dalam memberikan asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan mencintai dan dicintai dengan perilaku kekerasan.
5 �
�
2. Bagi profesi
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan lainnya dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku
kekerasan, sehingga klien mendapatkan penanganan yang cepat, tepat
dan optimal.
3. Bagi institusi
a. RSJD Surakarta
Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit untuk
membuat kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan
asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan.
b. Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan
kualitas pendidikan keperawatan khususnya pada klien dengan
perilaku kekerasan dan dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca.
�
6 �
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Bab II ini merupakan ringkasan Asuhan Keperawatan Jiwa dengan
pengelolaan studi kasus pada pasien Tn.E dengan Perilaku Kekerasan di
ruang Sena RSJD Surakarta pada tanggal 05 April – 07 April 2012. Asuhan
keperawatan ini dimulai dari pengkajian, analisa data, perumusan diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Hasil pengkajian tanggal 05 April 2012 pukul: 10.00 WIB pada kasus
ini diperoleh dengan cara auto anamnesa dan allow anamnesa, mengadakan
pengkajian langsung, pemeriksaan fisik dan menelaah catatan perawat, dari
data pengkajian tersebut didapatkan hasil identitas pasien bernama Tn.E,
umur 50 tahun, masuk tanggal 22 Maret 2012 agama Islam, pekerjaaan
swasta, alamat Madiun yang dirawat di ruang Sena RSJD Surakarta sudah 2
minggu sejak Tn. E diagnosa Perilaku Kekerasan. Penanggung jawab pasien
adalah Ny.R, pekerjaan tukang jahit, hubungan dengan pasien adalah istrinya.
Ketika dilakukan pengkajian keluhan yang dirasakan pasien saat dikaji
adalah pasien mengatakan jengkel kepada istrinya. Riwayat alasan masuk ± 1
minggu sebelum masuk rumah sakit pasien sering ngeluyur, susah tidur,
mengamuk, membanting-banting barang di rumah, pasien mengatakan kesal
kepada istrinya karena selalu meminta uang kepada pasien untuk belanja.
7 �
�
Faktor predisposisi didapatkan pasien mengatakan sudah pernah
dirawat di rumah sakit jiwa selama 3x dan pengobatan sebelumnya kurang
berhasil karena tidak bersedia minum obat dan jarang kontrol. Faktor
presipitasi pasien mengatakan stress dan mengamuk di rumah lalu
membanting barang - barang yang ada di sekitarnya karena merasa kesal
dengan istrinya yang selalu meminta uang, pasien mengatakan kurang dicintai
oleh istrinya. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penganiayaan fisik
semasa hidupnya, dari pengkajian genogram bahwa tidak ada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Tn.E merupakan anak keempat dari
empat bersaudara, di rumah dia tinggal bersama anak dan istrinya. Pasien
mengatakan mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu diejek
oleh tetangganya karena pernah dirawat di rumah sakit jiwa.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tanda- tanda vital, tekanan darah:
130/80 mmHg, nadi: 86 x/menit, suhu: 36 C, respirasi: 20 x/menit, tinggi
badan: 165 cm, berat badan: 60 kg.Pengkajian psikososial didapatkan bahwa
pasien adalah anak keempat dari empat bersaudara, pasien tinggal serumah
dengan istri dan satu orang anaknya, dalam anggota keluarga tidak ada yang
mengalami gangguan jiwa.
8 �
�
Gambar 2.1 Genogram
Keterangan :
Pengkajian konsep diri, pada gambaran dirinya pasien mengatakan
suka pada hidungya karena mancung dan kurang suka dengan perutnya yang
sedikit buncit. Identitas pasien mengatakan sudah menikah dan mempuyai
anak satu. Peran pasien dirumah adalah sebagai kepala keluarga. Ideal diri
pasien mengatakan pasien mengatakan ingin cepat pulang bertemu anak
istrinya dan segera bekerja kembali. Harga diri pasien mengatakan sedikit
malu bila bertemu dengan tetangganya karena dirinya suka mengamuk-amuk
dirumah.
: Laki - Laki
: Perempuan
: Pasien
: Laki - Laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Tinggal serumah
: Garis Keturunan
9 �
�
Pasien mengatakan orang yang paling berharga adalah istri dan
anaknya meskipun dia sering diamuk tapi pasien mengatakan dia sangat
menyayangi keduanya. Hubungan dalam bermasyarakat pasien mengatakan
jarang bergaul dengan tetanggganya tetapi jika ada selametan pasien selalu
mengikuti, pasien tampak diam saja ketika tidak ada yang mengajaknya
berbicara. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain pasien
mengatakan tidak menemukan kesulitan dalam berhubungan dengan orang
lain. Kepercayaan pasien mengatakan beragama islam dan rajin beribadah.
Kegiatan ibadah pasien mengatakan sholat 5 waktu dan tidak lupa berdo’a
setelah sholat. Penampilan pasien terlihat rapi dengan rambut tertata rapi, cara
berpakaian juga baik tidak acak-acakan.
Pembicaraan saat dikaji pasien berbicara dengan jelas dan nada suara
agak tinggi. Aktifitas motorik pasien terlihat agak tegang. Alam perasaan
pasien mengatakan senang saat dikaji. Afek pasien saat dikaji afeknya datar.
Interaksi pasien saat di wawancarai cukup kooperatif dan mau menjawab
semua pertanyaan yang diajukan. Isi pikir pasien saat dikaji pasien tidak
mengalami gangguan, tidak ada waham, pasien mengatakan ingin segera
pulang dan bertemu keluarga di rumah. Proses pikir pasien dapat menjawab
pertanyaan dengan baik. Memori pasien dapat mengingat kejadian jangka
panjang dan jangka pendek, pasien mampu mengingat kapan saat dia dibawa
di rumah sakit dengan diantar kakak dan istrinya. Pasien dapat berkonsentrasi
saat diajak berbicara, pasien mampu mengambil keputusan sendiri, saat di
tanya “kalau ada kotoran sampah di ruangan harusnya bagaimana?” dan
10 �
�
pasien menjawab “ya, disapu”. Tingkat kesadaran pasien sadar penuh, tidak
ada disorientasi waktu dan tempat. Persepsi pasien tidak mengalami
gangguan halusinasi.Daya tilik diri pasien mengatakan ingin cepat sembuh
dan segera pulang.
Pada pengkajian kebutuhan pasien pulang didapatkan data bahwa
pasien mengatakan makan 3x sehari dengan menu yang disediakan dari
rumah sakit yaitu nasi, sayur, lauk-pauk serta buah. Pasien juga mengatakan
selalu habis makannya lalu tidak lupa mencuci piringmya sendiri. BAB
pasien mengatakan, BAB sehari 1x yaitu saat pagi hari dan untuk BAK pasien
mengatakan bisa 6-7x sehari. Kebutuhan mandi pasien juga tercukupi, pasien
mengatakan mandi 2x sehari yaitu pagi dan sore. Pasien juga mengatakan
selalu keramas dan menggosok giginya saat mandi, kemudian pasien
mengatakan setelah mandi tidak lupa ganti baju yang bersih dan menyisir
rambutnya agar kelihatan rapi.
Penggunaan obat, pasien mengatakan ketika di rumah sakit mau untuk
minum obat secara teratur agar cepat sembuh dan pulang. Pemeliharaan
kesehatan pasien mengatakan jarang kontrol ke rumah sakit. Kegiatan di
dalam rumah pasien mengatakan lebih senang melihat tv. Kegiatan di luar
rumah pasien mengatakan bekerja bila ada yang mengajaknya bekerja.
Mekanisme koping, pasien mengalami mekanisme koping maladaptif yaitu
pasien mengatakan jengkel kepada istrinya ketika istrinya minta uang
sedangkan dia tidak punya uang, pasien mengatakan selalu menghindar dari
istrinya ketika dimintai uang atau bila pasien marah pasien mengatakan
11 �
�
membanting barang-barang di rumah agar istrinya tidak mengomel lagi.
Pasien mengatakan mengerti alasan kenapa dia dibawa ke rumah sakit jiwa
karena dia sering mengamuk di rumah dan pasien mengatakan ingin sembuh
dari penyakitnya. Terapi obat Risperidol 2x2 mg, Clorpromazin 2x100mg,
Triheksaperidol 2x2 mg. Pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium tgl 24
Maret 2012 dengan hasil yaitu GDS 129 mg/dL (normal < 130 mg/dL),
SGOT 44 u/L (normal < 37 u/L), SGPT 37 u/L (normal < 42 u/L).
B. DaftarPerumusanMasalah
Berdasarkan data diatas dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu
resiko perilaku kekerasan, diagnosa keperawatan tersebut didukung dengan
data subyektif pasien mengatakan kesal dengan istrinya karena sering
meminta uang, pasien mengatakan jika dirinya marah maka dia membanting-
banting barang di rumah. Data obyektif: pasien tampak kesal, wajah merah,
mata melotot, suara dengan nada tinggi.
Setelah diagnosa keperawatan ditegakkan maka dapat disimpulkan
bahwa pohon masalahnya adalah sebagai berikut:
Pohon Masalah
Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan (Akibat)
Resiko Perilaku Kekerasan ( Core Problem)
Harga diri rendah (Etiologi)
Gambar 2.2 Pohon masalah
12 �
�
C. Rencana Keperawatan
Didapatkan dari hasil pengkajian rencana keperawatan pada Tujuan
umum: Klien tidak melakukan tindakan kekerasan.
Tujuan khusus yaitu merupakan respon yang diharapakan dari hasil
tindakan keperawatan. Tujuan khusus 1: Klien dapat membina hubungan
saling percaya. Kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien tampak:
Menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat, wajah cerah (tersenyum),
mau berkenalan, bersedia menceritakan perasaannya. Intervensi yang akan
dilakukan bina hubungan saling percaya dengan, memberi salam setiap
berinteraksi, perkenalkan nama perawat dan tujuan perawat berinteraksi,
tanyakan dan panggil nama kesukaan klien, tunjukan sikap empati jujur dan
menepati janji setiap kali berinteraksi, tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien, buat kontrak interaksi yang jelas, dengarkan dengan
penuh perhatian ungkapan perasaan klien.
Tujuan khusus 2: Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan yang dilakukannya. Kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien
menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya, menceritakan
penyebab perasaan kesal (jengkel), baik dari diri sendiri maupun
lingkungannya. Intervensi yang akan dilakukan, bantu klien mengungkapkan
perasaan marahnya, motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal
(jengkel), dengarkan tanpa mencela atau memberi penilaian setiap ungkapan
perasaan klien.
13 �
�
Tujuan Khusus 3: Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perlikau
kekerasaan. Kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien menceritakan tanda-
tanda saat terjadi perilaku kekerasan, tanda fisik mata merah, tangan
mengepal, ekspresi wajah tegang, tanda emosional, perasaan marah jengkel
marah bicara kasar, tanda sosial bermusuhan yang dialami saat terjadi
perilklien kekerasan. Intervensi yang akan dilakukan, bantu klien
mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya, motivasi
klien menceritakan kondisi fisik saat perilaku kekerasan terjadi, motivasi
klien menceritkan kondisi emosinya saat terjadi perilaku kekerasan, motivasi
klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain saat terjadi perilaku
kekerasan.
Tujuan khusus 4: Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku
kekerasan yang pernah dilakukanya. Kriteria evaluasi setelah 1x pertemun
klien menjelaskan, jenis-jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah
dilakukanya, perasaannya saat melakukan kekerasan, efektifitas cara yang
dipakai dalam menyelesaikan masalah. Intervensi yang akan dilakukan,
diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukan selama ini,
motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindakan kekerasan yang selama ini
pernah dilakukannya, motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah
tindakan kekerasan tersebut terjadi, diskusikan apakah dengan tindakan
kekerasan yang dilakukanya masalah yang dialami teratasi.
Tujuan khusus 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku
kekerasan. Kriteria evaluasi setelah 1x pertemun klien menjelaskan akibat
14 �
�
tindakan kekerasan yang dilakukannya, diri sendiri (luka, dijauhi teman),
orang lain (keluarga luka, tersinggung, ketakutan), lingkungan (barang atau
benda rusak). Intervensi yang akan dilakukan, diskusikan dengan klien akibat
negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada, diri sendiri, orang lain, keluarga,
lingkungan
Tujuan khusus 6: Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
mengungkapkan kemarahan. Kriteria evaluasi 2x pertemuan klien,
menjelaskan cara sehat mengungkapkan marah, Intervensi diskusikan dengan
klien apakah klien mau mempelajari cara mengungkapkan marah yang sehat,
jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah, jelaskan
cara sehat untuk mengungkapkan marah, cara fisik : nafas dalam pukul bantal
dan olahraga, verbal mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal pada orang
lain, sosial : latihan asertif dengan orang lain.
Tujuan khusus 7: Klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol
perilaku kekerasan. Kriteria evaluasi setelah 2 kali pertemuan klien
memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan, fisik : tarik nafas dalam,
memukul bantal, verbal : mengungkapkan perasaan kesal pada orang lain
tanpa menyakiti, spiritual zikir doa. Intervensi diskusikan cara mungkin di
pilih untuk mengungkapkan kemarahannya, latih klien memperagakan cara
yang dipilih, jelaskan manfaat cara tersebut, anjurkan klien menirukan
peragaan yang sudah dilakukan, anjurkan klien menggunakan cara yang
sudah dilatih saat jengkel muncul.
15 �
�
Tujuan khusus 8: Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk
mengontrol perilaku kekerasan. Kriteria evaluasi setelah 3x pertemuan
keluarga : menjelaskan cara merawat klien dengan perilaku kekerasan,
mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien. Intervensi diskusikan
pentingnya paran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatakan
perilaku kekerasaan, jelaskan pengertian penyebeb, akibat, dan cara merawat
klien perilaku kekerasan, peragakan klien menangani parilaku kekerasan, beri
kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang, beri pujian kepada
keluarga setelah peragakan, tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara
yang dilatih.
Tujuan khusus 9: Klien menggunakan obat sesuai program yang telah
di tetapkan . Kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien menjelaskan :
manfaat minum obat, keinginan tidak minum obat, nama obat, bentuk dan
warna obat, dosis yang diberikan kepadanya, waktu penakaran, cara
penakaran, efek yang dirasakan, setelah 1x pertemuan klien mengungkapkan
obat sesusi program. Intervensi jelaskan manfaat menggunaan obat secara
teratur dan kerugian jika tidak menggunakan obat, jelaskan kepada klien :
jenis obat (nama, warna dan bentuk obat), dosis yang tepat untuk klien, waktu
pemakain, efek yang dirasakan klien, anjurkan klien :minta dan menggunakan
obat tepat waktu, lapor ke perawat atau dokter jika mengalami efek yang
tidak biasa, beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat.
16 �
�
D. Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah: bina hubungan saling
percaya, mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang muncul pada
pasien, mengidentifikasi tanda dan gejala yang muncul pada saat marah,
mengidentifikasi akibat yang ditimbulkan pada saat marah, membantu pasien
dalam memilih dan mempraktikkan cara mengontrol perilaku kekerasan
yaitu: tarik nafas dalam, pukul bantal, berbicara baik, beribadah, minum obat,
menganjurkan pasien untuk memasukkan cara yang dipilih ke jadwal harian
pasien untuk dilatih setiap hari.
Respon pasien yaitu pasien mau membina hubungan saling percaya
dengan perawat, pasien mengatakan jengkel kepada istrinya, pasien
mengatakan merasa kurang dicintai oleh istrinya, pasien mengatakan bila dia
marah maka membanting-banting barang di rumah, pasien tampak bersedia
diajarkan teknik mengontrol marah, pasien mengatakan bersedia
memasukkan teknik pukul bantal ke dalam jadwal harian untuk dilatih setiap
hari.
E. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan implementasi selama 3 x 15 menit
didapatkan evaluasi, data subyektif: pasien mau berjabat tangan dan mau
untuk memperkenalkan dirinya, pasien mengatakan kesal kepada istrinya,
pasien mengatakan mengamuk saat kesal karena selalu dimintai uang untuk
belanja dengan istrinya dan membanting barang-barang. Data obyektif: pasien
17 �
�
tampak mau berjabat tangan dan membina hubungan saling percaya pada
perawat, pasien tampak mau menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya
muncul, pasien menjawab semua pertanyaan, ada kontak mata, pasien mau
menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan, pasien mampu
mempraktikkan cara mengontrol perilaku kekerasan yang dia pilih: pukul
bantal. pasien tampak mau mempraktekkan cara yang dipilih ke dalam jadwal
harian untuk dilatih setiap hari. Evaluasi pukul bantal: motivasi pasien secara
mandiri. Validasi pukul bantal: anjurkan pasien pukul bantal saat kesal atau
marah.
�
18 �
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Perilaku kekerasan adalah perilaku yang membahayakan orang, diri
sendiri secara fisik, emosional dan seksualitas (Nanda, 2005). Menurut Stuart
dan Sudden (2005), resiko perilaku kekerasan adalah keadaan dimana
individu mengalami perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.
Marah merupakan perasaan jengkel yang ditimbulkan sebagai respon
terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak dipenuhi yang dirasakan
sebagai ancaman (Iyus, 2009). Manifestasi klinis dari perilaku kekerasan
antara lain adalah kata-kata kotor, peningkatan agitan, harga diri rendah,
peningkatan volume suara, rasa bersalah terhadap diri sendiri, muka merah,
otot tegang (Stuart danSudden, 2005).
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan, tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien (Townsend, 2006).
Pengkajian pada pasien, penulis menggunakan teori proses perawatan
jiwa yaitu pengkajian identitas klien, identitas penanggung jawab, alasan
masuk, faktor predisposisi, pemeriksaaan fisik, psikososial, status mental,
kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan
lingkungan, data penunjang dan terapi (Kelliat, 2006).
19 �
�
Teknik pengkajian yang dilakukan penulis adalah dengan cara
wawancara dengan klien (autoanamnesis) dan orang terdekat klien
(alloanamnesis), meneliti catatan kesehatan (Smeltzer, 2002).
Setelah dilakukan pengkajian pada Tn.E secara garis besar ditentukan
dari data subyektif dan obyektif yaitu pasien mengatakan kesal dengan
istrinya karena sering meminta uang, pasien mengatakan merasa kurang
dicintai oleh istrinya, pasien mengatakan jika dirinya marah maka dia
membanting-banting barang di rumah, pasien tampak kesal. Terdapat
manifestasi klinis yang muncul pada klien yaitu wajah tegang, mata melotot,
wajah memerah, suara dengan nada tinggi. Tanda gejala yang muncul pada
Tn.E sesuai dengan teori yang di cantumkan oleh penulis yaitu terjadi
peningkatan volume suara, muka merah dan otot tegang. Kebutuhan
mencintai dan dicintai adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki
tanggung jawab terhadap sesuatu yang menimbulkan rasa cinta kasih serta
keinginan untuk menjaga dan mempertahankannya(Hidayat, 2008).
Berdasarkan pengkajian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
manusia tidak bisa lepas dari kebutuhan untuk dicintai dan mencintai, bila
rasa ini mengalami gangguan maka akan timbul resiko perilaku kekerasan
karena jika seseorang tidak bisa mencintai dan dicintai maka tidak akan
timbul rasa kasih sayang dan memiliki sehingga membuat seseorang tersebut
dapat bertindak sesuka hatinya tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.
Diagnosa keperawatan adalah merupakan suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia terhadap status kesehatan atau resiko perubahan
20 �
�
dari kelompok dimana perawat secara accountabilitas dapat
mengidentifikasikan dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan klien (Kelliat, 2005).
Menurut Stuart dan Sudden (2005),
pohonmasalahpadaresikoperilakukekerasan(core
problem)dapatmengakibatkanseseorangberesikomelakukantindakanmenceder
aidirisendiri, orang lain ataulingkungan. Hal
inidapatterjadikarenabeberapapenyebabyaitugangguankonsepdiri:
hargadirirendah, gangguanpemeliharaankesehatan,
ketidakmampuankeluargamerawatklien di rumah.
Data yangdiperolehdari Tn.E yaitu resiko perilaku kekerasan
yangdisebabkan oleh harga diri rendah yang didukungoleh data subyektif
pasien mengatakan pasien kurang suka dengan perutnya yang buncit, pasien
mengatakan sedikit malu bila bertemu dengan tetangganya karena dia sering
mengamuk-amuk di rumah, pasien mengatakan jarang bergaul dengan
tetangganya di rumah, data obyektif: pasien menunduk, kontak mata kurang
saat menceritakan masalahnya yang berkaitan dengan kondisi fisik.
Kemudiandapat beresiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
yang didukung data subyektif pasien mengatakan kesal jika istrinya minta
uang kemudian pasien mengamuk dan membanting-banting barang,data
obyektif pasien tampak kesal saat bercerita,wajah merah. Berdasarkan data
yang diperolehtersebutpenulismenyimpulkanbahwapohonmasalah yang
terjadipadaTn.Esamadenganteori yang
21 �
�
dituliskanyaitupenyebabdariresikoperilakukekerasan(core
problem)adalahhargadirirendahsehinggadapatberesikoperilakumencederaidiri
sendiri, orang lain danlingkungan, halinijugaberkaitandengan gangguan
pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai yaitu keadaan pasien yang
kurang mengerti akan menjaga hubungan keluarga terutama dengan istrinya
dan menyebabkan resiko perilaku kekerasan pada Tn.E dapat muncul ketika
dirinya sedang marah.
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan
yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan
intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter dan
Perry, 2005).
Rencana tindakan yang dilakukan penulis adalah bina hubungan saling
percaya, mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi
tanda - tanda perilaku kekerasan, mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan,
mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan, mengidentifikasi cara yang
dilakukan klien ketika perilaku kekerasan muncul, ajarkan cara mengontrol
perilaku kekerasan, ajarkan kepada keluarga cara merawat klien dengan
perilaku kekerasan, anjurkan pada klien menggunakan obat yang benar.
Kriteria hasil yang diharapkan adalah klien dapat membina hubungan saling
percaya, klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukannya, klien dapat mengidentifikasi tanda - tanda perilaku kekerasan,
klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukanya, klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, klien
22 �
�
dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan,
klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan, klien
mendapatkan dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan, klien
menggunakan obat sesuai program yang telah di tetapkan.
Implementasi dan evaluasi keperawatan pada Tn. E dilakukan selama
tiga hari pada tanggal 05 – 07 April 2012 di bangsal sena, Rumah Sakit Jiwa
Surakarta. Implementasi adalah tahap dimana perawat memulai kegiatan dan
melakukan tindakan – tindakan perawatan dalam mengatasi masalah klien,
tugas perawat pada saat ini adalah melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan pada tahap pra interaksi dan melanjutkan tahap orientasi
(Erlinafsiah, 2010). Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi
resiko perilaku kekerasan pada Tn.E yaitu membina hubungan saling percaya
dan melakukan pengkajian mulai dari identitas pasien, alasan masuk, faktor
predisposisi, pemeriksaan fisik, status mental, masalah psikososial dan
lingkungan, mekanisme koping dan tingkat pengetahuan pasien. Melakukan
proses keperawatan dari TUK 1 sampai 7 yaitu mengidentifikasi terhadap
pasien tentang penyebab terjadinya marah, mengidentifikasi tanda-tanda saat
marah, mengidentifikasi akibat dari marah yang dilakukan, mengajarkan cara
mengontrol marah yang benar yaitu teknik pukul bantal sebagai cara yang
dipilih pasien.
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
23 �
�
Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan
setiap selesai melakukan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif dilakukan
dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang
telah ditentukan (Kelliat, 2006).
Hasil evaluasi yang didapat dari Tn.E adalah data subyektif dan
obyektif antara lain: pasien mengatakan mengamuk saat kesal karena selalu
dimintai uang untuk belanja dengan istrinya dan membanting barang-barang,
pasien tampak mau berjabat tangan dan membina hubungan saling percaya
pada perawat, pasien tampak mau menyebutkan penyebab perilaku
kekerasannya muncul, pasien menjawab semua pertanyaan, ada kontak mata,
pasien mau menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan, pasien
mengatakan mau untuk diajari cara mengontrol marah dengan cara pukul
bantal dan pasien tampak mau mempraktekannya. Kemudian dilakukan
perencanaan untuk pasien antara lain pasien diminta untuk memberitahukan
kepada perawat atau keluarga ketika sedang marah, sedangkan perencanaan
untuk penulis adalah mempertahankan tujuan khusus 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 lalu
melanjutkan strategi pelaksanaan yang selanjutnya yaitu mengontrol marah
dengan cara verbal, spiritual (do’a) dan minum obat secara teratur.
Memotivasi pasien untuk mempraktekan cara mengontrol marah dengan
pukul bantal. Penulis mendelagasikan kepada perawat ruangan untuk
memvalidasi cara yang telah diajarkan kepada pasien.
B. Simpulan
24 �
�
Pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara (allow
anamnesa) dan (autoanamnesa) mengobservasi klien yaitu dari segi
penampilan, pembicaran, perilaku klien, kemudian ditambah dengan
menelaah catatan medik dan catatan keperawatan. Dalam pengkajian ini
penulis mengkaji data dari tanggal klien masuk RSJD, identitas klien,
penanggung jawab alasan masuk, faktor predisposisi, faktor prestisipitasi,
pemeriksaan fisik keluhan fisik, psikososial, (genogram dan analisa
genogram) konsep diri, hubungan sosial, spiritual status mental, kebutuhan
persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan,
pengetahuan klien, aspek penunjang.
Dalam diagnosa keperawatan pada pohon masalah yang menjadi care
problem dari perilaku kekerasan adalah resiko perilaku kekerasan, yang
menjadi akibat adalah resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan, dan penyebab dari perilaku kekerasan adalah gangguan harga diri
rendah. Data yang diperoleh dari Tn. E sesuai dengan teori yang ada diatas
yaitu yang menjadi care problem adalah resiko perilaku kekerasan yang
didukung dengan data subyektif: pasien mengatakan kesal dengan istrinya
karena sering meminta uang, pasien mengatakan jika dirinya marah maka dia
membanting-banting barang di rumah dan data obyektif: pasien tampak kesal,
wajah merah, mata melotot, suara dengan nada tinggi.
Intervensi yang dilakukan yaitu, tujuan umum: pasien dapat
mengontrol marah agar tidak ada perilaku kekerasan yang muncul. Tujuan
khususnya yaitu pasien dapat membina hubungan saling percaya, pasien
25 �
�
dapat menyebutkan penyebab perilaku kekerasan, pasien dapat
mengidentifikasi tanda – tanda perilaku kekerasan, pasien dapat menyebutkan
jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan, pasien dapat menyebutkan
akibat dari perilaku kekerasan, pasien dapat mempraktikkan cara mengontrol
perilaku kekerasan, pasien bersedia minum obat sesuai program yang
dianjurkan, pasien memasukkan cara mengontrol perilaku kekerasan ke dalam
jadwal harian.
Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi resiko perilaku
kekerasan pada Tn.E yaitu membina hubungan saling percaya dan melakukan
pengkajian mulai dari identitas pasien, alasan masuk, faktor predisposisi,
pemeriksaan fisik, status mental, masalah psikososial dan lingkungan,
mekanisme koping dan tingkat pengetahuan pasien. Melakukan proses
keperawatan dari TUK 1 sampai 7 yaitu mengidentifikasi terhadap pasien
tentang penyebab terjadinya marah, mengidentifikasi tanda-tanda saat marah,
mengidentifikasi akibat dari marah yang dilakukan, mengajarkan cara
mengontrol marah yang benar yaitu teknik pukul bantal sebagai cara yang
dipilih pasien.
Evaluasi yang didapat dari Tn.E adalah data subyektif dan obyektif
antara lain: pasien mengatakan mengamuk saat kesal karena selalu dimintai
uang untuk belanja dengan istrinya dan membanting barang-barang, pasien
tampak mau berjabat tangan dan membina hubungan saling percaya pada
perawat, pasien tampak mau menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya
muncul, pasien menjawab semua pertanyaan, ada kontak mata, pasien mau
26 �
�
menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan, pasien mengatakan mau
untuk diajari cara mengontrol marah dengan cara pukul bantal dan pasien
tampak mau mempraktekannya. Kemudian dilakukan perencanaan untuk
pasien yaitu mempertahankan TUK 1 sampai 7 dan melanjutkan strategi
pelaksanaan dari perilaku kekerasan
C. Saran
Berdasarkankesimpulandiatas, makapenulismemberikan saran yang
diharapkanbermanfaat, sebagaiberikut:
1. Rumah sakit hendaknya menyediakan dan memfasilitasi apa yang
dibutuhkan oleh klien untuk penyembuhan, rumah sakit menyediakan
tenaga kesehatan yang profesional guna membantu penyembuhan pasien.
2. Institusi pandidikan untuk selalu memberikan motivasi kepada
mahasiswa untuk penyelesaian tugas karya tulis ilmiah.
3. Keluarga berikan motivasi kepada klien dan kontrolkan secara rutin,
belajar cara merawat klien pada anggota keluarga yang menderita
gangguan jiwa.
4. Perawat untuk lebih profesional dalam merawat pasien dan lebih sabar
dalam memberikan pelayanan guna peningkatan keadaan pasien.
�
�
DAFTAR PUSTAKA
Catatan Medical Record, 2002. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
Casmita.T. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Perilaku Kekerasan.
www. jurnal. perilaku – kekerasan. com diakses tanggal 10 April 2012.
Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat Dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Penerbit:
Trans Info Media. Jakarta.
Hidayat Aziz H. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Penerbit Buku: EGC. Jakarta.
Kelliat Budi A. 2005. Marah Akibat Penyakit Yang Diderita. Penerbit Buku
Kedokteran: EGC. Jakarta.
Kelliat Budi A. 2006. Proses Perawatan Jiwa. Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Jakarta.
Kompas. com. 2010. Departemen Kesehatan RI, Rencana Pembangunan
Kesehatan Menuju Indonesia Sehat. www. kompas. com. diakses tanggal
15 April 2012.
Nanda. 2005. Definisi Dan Klasifikasi. Penerbit Buku: Prima Medika. Jakarta.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, volume 1, edisi 4.
EGC: Jakarta.
Siti A. 2010. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Perilaku Kekerasan. www.
jurnal. perilaku – kekerasan. com. diakses tanggal 10 April 2012.
Smeltzer, C. Suzanne. 2002. Brunner & Suddarth: Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Alih Bahasa: Waluyo Agung, Yasmin Asih, Juli, Kuncara,
I Made Karyasa. EGC: Jakarta.
Stuard & Sudden. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku
Kedokteran: EGC. Jakarta.
Townsend M C. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri. Penerbit Buku
Kedokteran: EGC. Jakarta.
Yosep. Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku: Pt Refika Aditama.
Bandung.
�
�
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Bobby Sadwika
Tempat,tanggal lahir : Madiun, 07 Februari 1991
Jenis kelamin : Laki - Laki
Alamat Rumah : Jln. Tanjung Manis gg XI/03. Kel. Manisrejo.
Kec.Taman. Kota Madiun. Provinsi Jawa Timur.
Riwayat Pendidikan : SD Negeri Nambangan Lor Madiun
SMP Negeri 04 Madiun
Madrasah Aliyah Negeri 2 Madiun
DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
�
�
�