STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN...

40
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA Tn. P DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA DISUSUN OLEH : SUGIYARTI NIM P.08036 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

Transcript of STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN...

Page 1: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

��

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA Tn. P DENGAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG

ABIMANYU RSJD SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

SUGIYARTI

NIM P.08036

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2012

Page 2: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

��

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA Tn. P DENGAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG

ABIMANYU RSJD SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

SUGIYARTI

NIM P. 08036

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2012

Page 3: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

���

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sugiyarti

NIM : P.08036

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI

PADA Tn. P DENGAN RESIKO PERILAKU

KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD

SURAKARTA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, April 2012

Sugiyarti

NIM. 08036

Page 4: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

����

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya tulis ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Sugiyarti

NIM : P.08036

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA Tn. P DENGAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU

RSJD SURAKARTA

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Tanggal : 4 Mei 2012

Pembimbing : Amalia Senja, S.Kep., Ns (.....................................)

NIK. 201189090

Page 5: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

���

HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Sugiyarti

NIM : P.08036

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA Tn. P DENGAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU

RSJD SURAKARTA

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Tanggal : 9 Mei 2012

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Amalia Senja, S.Kep., Ns (.....................................)

NIK. 201189090

Penguji II : Setiyawan, S.Kep., Ns (.....................................)

NIK. 201084050

Penguji III : Noor Fitriyani,S.Kep., Ns (.....................................)

NIK. 201187085

Mengetahui

Ketua Program Studi DIII Keperawatan

STIKes Kusuma Husada Surakarta

Setiyawan, S.Kep., Ns

NIK. 201084050

Page 6: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

��

KATA PENGANTAR

Puji syukur penguji panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA Tn. P DENGAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD

SURAKARTA”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang

telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma

Husada Surakarta.

2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di Stikes Kusuma Husada Surakarta.

3. Amalia Senja, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing dan penguji I yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

studi kasus ini.

Page 7: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

���

4. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan

cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam

bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

5. Noor Fitriyani,S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat.

7. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat

untuk menyelesaikan pendidikan.

8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Penulis menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis

membuka saran demi penelitian selanjutnya. Semoga Laporan Studi Kasus ini

bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, April 2012

Penulis

Page 8: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

����

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................ v

DAFTAR ISI .............................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ................................................................. 2

C. Manfaat Penulisan ............................................................... 3

BAB II LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien ..................................................................... 5

B. Pengkajian ........................................................................... 6

C. Perumusan Masalah Keperawatan ........................................ 8

D. Perencanaan Keperawatan ................................................... 8

E. Implementasi Keperawatan .................................................. 12

F. Evaluasi Keperawatan .......................................................... 13

Page 9: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

�����

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan ......................................................................... 15

B. Kesimpulan ......................................................................... 28

C. Saran ................................................................................... 29

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 10: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

���

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Log Book

Lampiran 3 Format Pendelegasian Pasien

Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data

Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 6 Asuhan keperawatan

Page 11: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

��

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Gangguan jiwa menurut WHO adalah suatu ketidakberesan kesehatan

dengan manifestasi-manifestasi psikologis atau perilaku terkait dengan

penderitaan yang nyata dan kinerja yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan

biologis, sosial, psikologis, genetik, fisik, atau kimiawi. (Notosoedirjo,2002).

Salah satu bentuk gangguan jiwa adalah perilaku amuk. Amuk

merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai dengan

perasaan marah dan permusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol,

dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

(Keliat, 2005).

Marah adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran

perasaan frustasi dan benci atau marah yang bisa membahayakan diri dan

orang lain. Gangguan jiwa perilaku kekerasan dapat terjadi pada setiap orang

yang memiliki tekanan batin yang berupa kebencian terhadap seseorang

(Rasmun, 2004 ).

Marah yang segera karena sesuatu penyebab adalah wajar dan hal ini

kadang menyulitkan karena secara kultural marah tidak diperbolehkan.

Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri

dan mengganggu hubungan interpersonal. Menurut Azwar (2003), setiap

orang ingin menjadi bagian dari keluarga atau anggota kelompok sosial.

Page 12: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

��

Menurut Maslow (2003), individu didominasi oleh kebutuhan yang

dipuaskan yang paling rendah, paling dasar dalam tata tingkat begitu tingkat

kebutuhan ini terpenuhi ia tidak lagi memotivasi perilaku, kebutuhan ini masih

sangat dekat dengan kebutuhan fisiologis untuk dilindungi dari bahaya

ancaman fisik, kebutuhan mencakup memberi dan menerima, mencintai, cinta

kasih, rasa memiliki. Terganggunya hubungan interpersonal dapat

mengakibatkan gangguan dalam pemenuhan mencintai dan memiliki karena

Menurut Stuard dan Sudden (2009), afiliasi dalam kelompok, hubungan

teman, teman sebaya dan masyarakat merupakan komponen dalam mencintai

dan memiliki.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk

mengangkat masalah ini dalam membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul

”Studi Kasus pemenuhan Kebutuhan Mencintai dan Memiliki pada Tn.P

dengan Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta”.

B. Tujuan Penulisan

1. Umum

Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan mencintai dan memiliki

pada Tn. P dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Surakarta

2. Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan

mencintai dan memiliki pada Tn. P dengan perilaku kekerasan.

Page 13: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

��

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa pemenuhan kebutuhan

mencintai dan memiliki pada Tn. P dengan perilaku kekerasan.

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pemenuhan

kebutuan mencintai dan memiliki pada Tn. P dengan perilaku

kekerasan.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pemenuhan kebutuhan

mencintai dan memiliki pada Tn. P dengan perilaku kekerasan.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pemenuhan kebutuhan mencintai

dan memiliki pada Tn. P dengan perilaku kekerasan.

f. Penulis mampu menganalisa pemenuhan kebutuhan mencintai dan

memiliki pada Tn. P dengan perilaku kekerasan.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Sebagai sarana dan alat untuk menambah pengetahuan dan

memperoleh pengalaman khususnya dibidang keperawatan jiwa.

2. Bagi Institusi

Sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar dan bahan

pustaka tentang asuhan keperawatan jiwa khususnya perilaku kekerasan .

3. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan

praktek pelayanan keperawatan khususnya pada keperawatan jiwa pada

perilaku kekerasan.

Page 14: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

��

4. Keluarga pasien

Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang

keperawatan gangguan jiwa pada anggota keluarga khususnya dengan

klien yang mengalami gangguan jiwa perilaku kekerasan.

Page 15: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

BAB II

LAPORAN KASUS

Bab II ini merupakan ringkasan Asuhan keperawatan jiwa dengan

pengelolaan studi kasus pada klien Tn.P dengan perilaku kekerasan diruang

abimanyu RSJD Surakarta pada tanggal 2- 4 April 2012. Asuhan keperawatan ini

dimulai dari pengkajian, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Identitas Klien

Klien bernama Tn.P, tinggal di Wonogiri, umur 41 tahun, jenis

kelamin laki-laki, pendidikan SD, beragama Islam, status belum meikah,

pekerjaan petani, rujukan pasien rujukan dari IGD terus dibawa kebangsal

Abimanyu, diagnosa medis: f.208 (skizofrenia) ,tangal masuk 25 januari

2012. Identitas penanggung jawab klien bernama Tn. S, tinggal di Wonogiri,

umur 49 tahun pekerjaan petani hubungan dengan klien adalah sebagai kakak.

Klien datang ke IGD, dengan keluhan 10 hari yang lalu klien tampak

bingung, sering mengamuk dan marah-marah. Kakak klien mengatakan

bahwa klien tidak bisa tidur, akhir-akhir ini klien sering berbicara kacau

dengan nada yang keras dan mondar-mandir. Akhirnya Tn. P dibawa ke RSJD

Surakarta untuk dirawat lagi. Sebelumnya klien pernah mengalami gangguan

jiwa dan pernah dirawat di RSJD Surakarta 2x. Keluarga sudah berusaha

untuk memberikan obat yang diberikan dari rumah sakit sebelumnya, tetapi

Page 16: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

klien tidak mau minum obat. Klien dibawa lagi ke RSJD Surakarta karena

bingung, mengamuk, membanting barang, berbicara kacau dengan nada keras

dan mondar-mandir.

Klien tidak pernah mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik

dan tindakan kekerasan, tetapi klien pernah mengalami kegagalan yang tidak

menyenangkan yaitu tidak dapat melanjutkan sekolah kejenjang lebih tinggi.

Analisa genogram: kilen merupakan anak ke-7 dari 7 bersaudara. Klien

tinggal serumah dengan orang tua dan kakak pertamanya sedangkan keenam

kakaknya sudah menikah.

B. Pengkajian

Dalam pengkajian penulis akan menjelaskan hasil pengkajian pola

koping toleransi stress dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tn. P mengatakan jika klien memiliki masalah selalu membicarakan

dengan kakaknya. Mekanisme koping klien adaptif :Klien suka membantu

orang tuanya berkerja disawah tiap hari sedangkan mekanisme koping

maladaftif klien mengatakan mudah marah ketika berbeda pendapat dengan

lawan bicaranya (kakaknya) kemudian klien mengamuk dan membanting

barang. Tetapi yang sering digunakan klien adalah koping maladaftif karena

klien mengamuk dan membanting barang. Stressor yang terjadi tahun terakhir

masalah yang membuat klien stress adalah klien diputus pacarnya karena tidak

memiliki sepeda motor, sekarang klien mengalami gangguan jiwa Tn.P

tampak mondar – mandir, bicara terdengar keras (membentak), mata melotot,

Page 17: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

��

respon klien yang sekarang adalah klien tidak menyadari kalau dirinya sakit

jiwa, klien selalu menganggap orang lain yang salah. Tn.P mengatakan setiap

ada masalah selalu kakak klien yang membantu menyelesaikan, klien dapat

mengambil keputusan dengan sendiri saat diberikan keputusan, misalnya klien

memilih mandi dahulu sebelum makan biar segar.

Hasil pemeriksaan klien keadaan umum composmentis, tanda –tanda

vital Tekanan darah 112/66 mmHg, Nadi 103menit/menit, Suhu 36o C, RR 20

menit/ menit.Tinggi badan 161cm, Berat badannya 60 kg selama sakit klien

mengalami kenaikan berat badan 2 kg. Dari hasil pemeriksaan Head to toe

adalah sebagai berikut : rambut hitam lurus, pendek, tidak ada uban. Mata

konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan baik, simetris kanan dan kiri.

Hidung mancung simetris dan bersih. Mulut simetris, atas bawah tidak ada

sariawan. Telinga simetris kanan kiri dan bersih. Dada tidak ada lesi, simetris

kanan dan kiri. Ektremitas lengkap, tidak ada fungsi alat gerak yang

terganggu.

Penilaian yang dilakukan penulis pada klien yaitu: klien tampak mondar

- mandir, klien tampak melotot, mata klien tampak merah, klien tampak

kesal, klien tampak jengkel, saat penulis melakukan pengkajian klien stabil

dan kooperatif. Klien tidak tampak tersenyum sendiri. Klien sudah tidak

tampak marah-marah seperti saat dibawa ke RSJD 2 minggu yang lalu.Selain

itu, klien menunjukkan sikap mudah tersinggung saat penulis menanyakan

sesuatu mengenai gangguan jiwa yang dialami klien.

Page 18: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

��

Hasil pemeriksaan penunjang laboratorium adalah sebagai berikut :

Tn.P Pada tanggal 28 maret 2012 Segmen 78%,Bancl 2%,Lymp 17%. Adapun

data penunjang yang penulis dapatkan antara lain, klien mendapatkan terapi

medis berupa Risp 3X1 mg, Trihexipenidril 3X2 mg dan Clorpromazine

3X100 mg.

C. Daftar Perumusan Masalah

Dari data yang diperoleh ditemukan masalah yang menjadi rumusan diagnosa

keperawatan prioritas yaitu resiko perilaku kekerasan ditandai dengan data

subyektif klien mengatakan mengamuk dan membanting barang dirumahnya

sedangkan data obyektif : meliputi klien tampak melotot, mata klien tampak

merah klien tampak kesal, tampak jengkel.

Pohon masalah yang muncul dari kasus dapat dijelaskan sebagai

berikut : Isolasi sosial/menarik diri sebagai (penyebab), resiko perilaku

kekerasan sebagai core problem, sedangkan halusinasi sebagai efek (akibat ).

Resiko perilaku kekerasan sebagai core problem adalah keadaan dimana

individu mengalami perilaku yang membahayakan orang lain diri sendiri dan

lingkungan dan penyebab resiko perilaku kekerasan adalah halusinasi/efek.

Namun pada saat penulis melakukan interaksi terdapat data menarik diri.

D. Perencanaan

Dari data yang diperoleh pada tanggal 2-4 April 2012 ditemukan data

permasalahan yang menjadi rumusan diagnosa keperawatan. Adapun yang

menjadi diagnosa keperawatan prioritas yaitu resiko perilaku kekerasan,

Page 19: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

tujuan umum dilakukan tindakan keperawatan pada permasalahan yang

dihadapi klien yaitu agar dapat mengontrol perilaku kekerasan yang dialami,

tujuan khususnya klien dapat membina hubungan saling percaya. Tujuan

khusus 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria evaluasi :

setelah 1X interaksi klien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat :

wajah cerah, tersenyum, mau berkenalan, ada kontak mata, bersedia

menceritakan perasaan. Intervensi : Bina hubungan saling percaya dengan:

beri salam setiap berinteraksi, perkenalan nama, nama panggilan perawat dan

tujuan perawat berinteraksi, tanyakan dan panggil nama kesukaan klien,

tunjukkan sikap empati, jujur dan menempati janji setiap kali berinteraksi,

tanyakan masalah klien yang dihadapi klien, buat kontrak interaksi yang jelas,

dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien.

TUK 2: klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

yang dilakukannya. Kriteria evaluasi : setelah 1x pertemuan klien

menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya : menceritakan

penyebab perasaan jengkel/kesal baik dari sendiri maupun lingkungannya.

Intervensi : Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya : motivasi klien

untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkelnya, dengarkan tanya

mengela atau memberi penilaian setiap ungkapan klien.

TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

Kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien menceritakan tanda-tanda saat

terjadi perilaku kekerasan : Klien mampu mengungkapkan perasaan saat

marah/jengkel, klien mampu menyimpulkan tanda-tanda jengkel/marah.

Page 20: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

���

Intervensi : Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang

dialaminya : ajarkan klien untuk mengungkapkan apa yang dirasakan,

observasi tanda-tanda perilaku kekerasan, simpulkan bersama klien tanda-

tanda jengkel yang dialami pasien.

TUK 4 : Klien mengidentifikasi perilaku kekerasan. Kriteria evaluasi :

setelah 1x pertemuan klien menjelaskan : Klien dapat mengungkapkan

perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, klien mengetahui cara yang benar

dalam menyelesaikan masalah. Intervensi : Diskusikan dengan klien perilaku

kekerasan yang dilakukannya selama ini : motivasi klien menceritakan jenis-

jenis tindakan kekerasan tersebut yang terjadi, diskusikan apakah dengan

tindak kekerasan yang dilakukan masalah yang dialami teratasi. TUK 5 : Klien

dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Kriteria Evaluasi : setelah

1x pertemuan klien menjelaskan akibat tindakan kekerasan yang dilakukannya

: Diri sendiri, luka-luka, dijauhi teman-teman, orang lain keluarga : luka

tersinggung, ketakutan, lingkungan : barang atau beda rusak. Intervensi :

Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) yang dilakukan pada : Diri

sendiri, orang lain/keluarganya, lingkungannya.

TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam

mengungkapkan kemarahan. Kriteria Evaluasi : setelah 1x pertemuan klien :

Menjelaskan cara-cara sehat mengungkapkan marah. Imtervensi : Diskusikan

dengan klien : apakah klien mampu mempelajari cara baru mengungkapkan

marah yang sehat, jelaskan barbagai aternatif pilihan untuk mengungkapkan

marah selain perilaku kekerasan yang diketahui klien, jelaskan cara-cara sehat

Page 21: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

���

untuk mengungkapkan marah : cara fisik, nafas dalam, pukul bantal/kasur,

verbal : mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal, spiritual : sembahyang

atau doa, dzikir, meditasi sesuai dengan agamanya.

TUK 7 : Klien dapat mendemostrasikan cara mengontrol perilaku

kekerasan. Kriteria Evaluasi : setelah 1x pertemuan klien memperagakan cara

mengotrol perilaku kekerasan: fisik : tarik nafas dalam, memukul kasur, verbal

: mengungkapkan perasaan kesal/jengkel pada orang lain tanpa menyakiti,

spiritual : dzikir/doa, meditasi sesuai agamanya. Intervensi : Diskusikan cara

yang mungkin dipilih dianjurkan klien memilih cara yang mungkin untuk

mengungkapkan kemarahan latih klien memperagakan cara yang dipilih :

Peragakan cara melaksanakan cara yang dipilih, jelaskan manfaat cara

tersebut, beri penguatan pada klien perbaiki cara yang masih belum sempurna.

TUK 8 : Klien dapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan.

Kriteria Evaluasi : setelah 1x pertemuan : menjelaskan cara merawat klien

dengan perilaku kekerasan, mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien.

Intervensi : Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukumg

klien untuk mengatasi perilaku kekerasan : Jelaskan pengertian penyebab

akibat dan cara merawat klien perilaku kekerasan yang dilaksanakan oleh

keluarganya, peragakan cara merawat klien (menangani perilaku kekerasan),

beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang, beri pujian kepada

keluarga setelah mencoba peragaan, tanyakan perasaan keluarga setelah

mencoba cara yang dilatihkan.

Page 22: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

���

TUK 9 : Klien menggunakan obat sesuai program yang telah

ditetapkan. Kriteria Evaluasi : setelah 1x pertemuan klien menjelaskan :

Manfaat minum obat. kerugian tidak minum obat, nama obat, bentuk dan

warna oba,dosis yang diberikan kepadanya, waktu pemakaian, cara

pemakaian, efek yang dirasakan, setelah 1x pertemuan klien menggunakan

obat sesuai program. Intervensi : jelaskan manfaat menggunakan obat cara

teratur dan kerugian jika tidak menggunakan obat. Menjelaskan kepada klien :

jenis obat (nama, warna, dan bentuk obat) dosis yang tepat untuk klien, waktu

pemakaian, cara pemakaian, efek yang akan dirasakan klien, anjurkan klien :

minta dan menggunakan obat tepat waktu, lapor ke perawat/dokter jika

mengalami efek yang tidak biasa.

E. Implementasi

Implementasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan resiko

perilaku kekerasan dilaksanakan 3 hari pada tanggal 2-4 April 2012. Pada

tanggal 2 april 2012 dengan SP 1 : Klien dapat membina hubugan saling

percaya ( BHSP), mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan yang

dilakukan, mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan yang dilakukan,

mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan yang dilakukan, mengajarkan cara

mengontrol perilaku kekerasan: nafas dalam, pukul bantal, secara verbal,

berdoa (spritual), minum obat, mengajarkan untuk mempraktekan nafas

dalam, menganjurkan klien untuk pukul bantal. Pada tanggal 3 April 2012

dengan SP2 : mengevaluasi pukul bantal,mengevaluasi cara mengontol

perilaku kekerasan dengan nafas dalam, mengajarkan untuk mempraktekan

Page 23: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

���

secara verbal, menganjurkan pasien untuk mempraktekkan pukul bantal. Pada

tanggal 4 April 2012 dengan SP 3:mengevaluasi pukul bantal, melatih

mempraktekkan nafas dalam, menganjurkan pasien untuk mengontrol perilaku

kekerasan dengan pukul bantal.

F. Evaluasi

Evaluasi keperawatan penulis lakukan setiap hari pada akhir

pertemuan, adapun hasil evaluasi yang penulis dapatkan hari pertama senin 2

April 2012 pada pukul 12.00 WIB adalah secara subyektif : Klien

mengatakan mengamuk dan membanting barang dirumahnya. Klien

mengatakan setelah diajari cara nafas dalam klien menjadi tahu cara

mengontrol marahnya.Secara obyektif : Klien kooperatif saat diwawancarai,

klien mampu mempraktekkan nafas dalam. Analisis: Masalah teratasi

sebagaian. Rencana selanjutnya untuk perawat : Evaluasi Sp 1 lanjutkan Sp 2

(pukul bantal). Sedangkan untuk Klien : anjurkan klien untuk melakukan nafas

dalam Sp 2 (pukul bantal).

Hari kedua selasa 3 April 2012 pada pukul 12.00 WIB adalah secara

subyektif : Klien mengatakan sudah mencoba mempraktekkan nafas dalam.

Klien mengatakan mau berlatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan

pukul bantal. Klien mngatakan mau memasukkan latihan mengontrol perilaku

kekerasan dengan pukul bantal.Secara obyektif : Klien tampak tenang, Klien

tampak mempraktekkan latihan dengan mengontrol perilaku kekerasan dengan

pukul bantal, Klien mampu mempraktekkan cara perilaku kekerasan dengan

pukul bantal. Analisis : Masalah teratasi sebagaian. Rencana selanjutnya untuk

perawat sedangkan untuk klien : Evaluasi Sp 2 lanjutkan Sp 3 (secara verbal).

Page 24: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

���

Klien : anjurkan klien untuk cara mengontrol perilaku kekerasan dengan nafas

dalam dan pukul bantal.

Hari ketiga 4 April 2012 pada pukul 12.00 WIB adalah secara

subyektif : Klien mengatakan sudah bisa cara mengontrol perilaku kekerasan

dengan pukul bantal. Klien mengatakan mau berlatih cara mengontrol perilaku

kekerasan secara verbal. Klien mengatakan mau memasukan latihan

mengontrol perilaku kekerasan secara verbal. Secara obyektif : Klien tampak

tenang, klien tampak mempraktekkan latihan dengan mengontrol perilaku

kekerasan secara verbal, klien mampu mempraktekan cara perilaku kekerasan

cara verbal. Analisis : Masalah teratasi. Rencana selanjutnya untuk perawat

sedangkan untuk klien : Evaluasi Sp3 lanjutkan Sp4 berdoa (spiritual). Klien:

anjurkan klien untuk cara mengontrol perilaku kekerasan dengan nafas dalam,

pukul bantal dan secara verbal.

Page 25: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

��

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

Pada bab pembahasan penulis akan membahas mengenai kesenjangan

yang terdapat pada konsep dasar (teori) dan studi kasus pada klien dengan resiko

perilaku kekerasan yang dimulai dengan membahas pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi keperawatan dan evaluasi.

A. Pembahasan

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan

kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data

biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Data pada pengkajian jiwa dapat

dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian

terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien.

Cara pengkajian lain berfokus pada 5 (lima) dimensi, yaitu fisik, emosional,

intelektual, sosial dan spiritual (Keliat, 2005). Dalam pengkajian pasien,

penulis melakukan pengkajian meliputi : identitas klien, identitas

penanggung jawab, pola fungsional gordon, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

penunjang dan terapi medis. Data yang penulis kumpulkan tersebut sudah

mencakup data pengkajian jiwa dalam teori tersebut karena penilaian

terhadap stressor, faktor predisposisi, faktor presipitasi, sumber koping dan

Page 26: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

��

kemampuan koping yang dimiliki klien sudah terkaji dalam pola koping

toleransi stress didalam pola fungsional gordon.

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode auto

anamnese terhadap klien perawat yang merawatnya, observasi langsung

terhadap penampilan dan perilaku klien. Teori genetika menurut Direja

(2011), adalah individu yang memiliki anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa memiliki kecenderungan lebih tinggi dibanding dengan orang

yang tidak memiliki faktor herediter. Pada kasus Tn.P ada riwayat anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Menurut Nursalam (2002 : 19), data dapat dikelompokkan menjadi dua

macam yaitu data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai

suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data obyektif adalah data

yang dapat di observasi dan diukur. Adapun data yang diperoleh setelah

melakukan pengkajian pada klien Tn. P yang berupa data subyektif antara lain

klien mengatakan mengamuk dan membanting barang dirumahnya, klien

mengatakan saat merasa marah rasanya ingin memukul orang dan barang

disekitarnya dan data obyektif antara lain : tampak tegang, bingung, nada

bicara agak tinggi, mata sedikit melotot, bicara kotor, terlihat gelisah. Dari

hasil observasi penulis, emosi klien akan tampak bila ada stimulus yang kuat.

Disini yang dimaksud stimulus yang kuat adalah pada saat mengingatkan klien

pada masa lalu (Keliat, 2005: 21). Pada kasus ini stimulus yang dimaksud

adalah masalah yang terjadi tahun terakhir masalah yang membuat klien stress

adalah klien diputus pacarnya karena tidak memiliki sepeda motor.

Page 27: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

���

Faktor presipitasi menurut Direja (2011), adalah seseorang akan marah

jika dirinya merasa terancam, baik berupa injuri secara fisik, psikis, atau

ancaman konsep diri. Sedangkan faktor presipitasi pada kasus klien adalah

klien diputus pacarnya karena tidak memiliki sepeda motor, klien mengatakan

memiliki pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu tidak klien

menyenangkan yaitu tidak dapat melanjutkan sekolah yang lebih tinggi.

Faktor predisposisi menurut Stuart (2005), adalah konflik emosional

yang terjadi di antara faktor psikologis, faktor sosial budaya, faktor biologis.

Sedangkan faktor predisposisi klien tidak pernah mengalami atau

menyaksikan penganiayaan fisik dan tindakan kekerasan, tetapi klien pernah

mengalami gangguan jiwa sebelumnya dan ini kedua kalinya klien dirawat di

RSJ.

Kepatuhan dalam pengobatan dapat diartikan sebagai perilaku pasien

yang mentaati semua nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan

tenaga medis, seperti dokter dan apoteker. Mengenai segala sesuatu yang

harus dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, salah satu diantaranya

adalah kepatuhan dalam minum obat. Hal ini merupakan syarat utama

tercapainya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Pada kasus ini klien

mengalami putus obat sehingga klien mengalami kekambuhan. Peran

keluarga disini tidak terlaksana dengan baik.

Pola koping toleransi stress menurut Stuart dan Sudden (2002),

disebutkan upaya perilaku dan kognitif seseorang dalam menghadapi

ancaman fisik dan psikososial. Menurut Heather (2009), koping toleransi

Page 28: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

���

stress adalah ketidakmampuan untuk membentuk penilaian valid tentang

stresor, ketidakadekuatan pilihan respon yang dilakukan , atau ketidak-

mampuan untuk menggunakan sumber daya yang tersedia. Pada pola koping

toleransi stress dapat dijelaskan sebagai berikut : Mekanisme koping klien

adaptif Tn. P mengatakan jika memiliki masalah dia selalu membicarakan

dengan kakaknya. Mekanisme koping maladaftif klien mengatakan mudah

marah ketika berbeda pendapat dengan lawan bicaranya (kakaknya)

kemudian klien mengamuk dan membanting barang. Tetapi yang sering

digunakan klien adalah koping maladaptif karena klien mengamuk dan

membanting barang. Stressor yang terjadi 1 tahun terakhir stress adalah klien

diputus pacarnya karena tidak memiliki sepeda motor. Sekarang klien

mengalami gangguan jiwa Tn.P tampak bingung, bicara terdengar keras

(membentak), mata melotot, bicara kotor, tampak mondar - mandir,daya tilik

diri. Klien tidak menyadari kalau dirinya sakit jiwa, klien selalu menganggap

orang lain yang salah.

Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stresor yang dihadapi

oleh seseorang, yang ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan

kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara

verbal maupun nonverbal yang bertujuan melukai orang lain secara fisik

maupun psikologis (Iyus, 2009). Teori di atas sama dengan kasus yang di

angkat dilihat dari stressor yang mengakibatkan stress sehingga

mengakibatkan perilaku kekerasan, sebab perilaku kekerasan itu adalah salah

satu akibat dari koping toleransi stress yang tidak efektif.

Page 29: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

� �

Dari penilaian masalah menurut Videbeck (2008), adalah kemampuan

penilaian dalam menggunakan pemikiran abstrak atau membuat asosiasi

tentang suatu situasi. Tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan yang

muncul biasanya adalah muka merah, mata melotot, mengepalkan tangan,

jalan mondar-mandir bicara keras, suara tinggi membentak dan berteriak,

menyerang atau memukul benda, menyerang orang lain, melukai diri sendiri,

merusak lingkungan amuk (Iyus, 2009). Ada beberapa tanda gejala resiko

perilaku kekerasan pada Tn.P meliputi : Klien membentak, muka merah,

klien jalan mondar-mandir, mata melotot. Bila dibandingkan dengan teori

diatas ada beberapa tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan pada Tn.P

yang sesuai dengan teori.

Hasil pemeriksaan penunjang laboratorium adalah sebagai berikut :

Tn.P pada tanggal 28 Maret 2012 Segmen 78%, Bancl 2%, Lymp 17%.

Adapun data penunjang yang penulis dapatkan antara lain, klien mendapatkan

terapi medis berupa Rispenidol (Risp) 3X1 mg, Trihexipenidril 3X2 mg

(untuk mengendalikan anti depresi, dan Clorpromazine 3X1mg (untuk

penenang).

Dari pohon masalah menurut Keliat (2005 : 27) disebutkan bahwa

perilaku kekerasan disebabkan oleh faktor psikologis, sosial budaya,

bioneurologis, faktor klien dan lingkungan. Pada kasus nyata yang terjadi pada

klien yaitu disebabkan faktor dari klien, lingkungan dan sosial budaya. Faktor

dari klien yaitu klien merasa tidak berguna karena tidak memilki sepeda

motor. Faktor sosial budaya yaitu klien tidak merasa diejek di remehkan dan

Page 30: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

���

dikucilkan masyarakat. Faktor lingkungan yaitu lingkungan keluarga yang

tidak mendukung kesembuhan klien dan lingkungan masyarakat menganggap

rendah klien.

Pada pohon masalah dapat dijelaskan bahwa yang menjadi core

problem yaitu resiko perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu

mengalami perilaku yang dapat membahayakan orang lain, diri sendiri dan

lingkungan serta penyebab dari resiko perilaku kekerasan adalah halusinasi

(Stuard dan Sudden, 2005). Dibandingkan dengan kasus yang diangkat penulis

ada sedikit perbedaan antara teori dan kasus yang diangkat penulis dapat

dilihat dari pohon masalah pada teori hanya ada resiko perilaku kekerasan

sebagai core problem dan halusinasi sebagai etiologinya itu sedikit berbeda

dengan pohon masalah pada kasus, sebab penulis mencantumkan halusinasi

sebagai etiologi, resiko perilaku kekerasan sebagai core problem dan isolasi

sosial/menarik diri sebagai efek. Data yang diperoleh dari Tn. P sesuai dengan

teori yang ada diatas yaitu resiko perilaku kekerasan yang dilakukan Tn. P

disebabkan oleh halusinasi yang menimbulkan isolasi sosial. Keadaan pasien

sering mengamuk dan membanting barang dan menyebabkan resiko perilaku

kekerasan pada Tn. P dapat muncul ketika dirinya sedang marah. Setelah klien

mengamuk,membanting barang klien menarik diri dari lingkungan dan

mengisolasi diri sehingga pada pohon masalah pada kasus klien ,penulis

menjadikan isolasi sosial sebagai akibat.

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu

Page 31: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

���

atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi

dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan

menurunkan, membatasi dan merubah. (Nursalam, 2002). Diagnosa

keperawatan dirumuskan setelah data-data yang dapat dikumpulkan dari tahap

pengkajian. Menurut Gordon, diagnosa keperawatan adalah diagnosis yang

dibuat oleh perawat profesional yang menggambarkan tanda dan gejala yang

menunjukkan masalah kesehatan yang dirasakan klien dimana perawat yang

berdasarkan pendidikan dan pengalaman mampu menolongnya (Ali Z, 2001).

Schutz dan Videbeck (dalam Intansari Nurjanah, 2004). Menyatakan bahwa

diagnosa keperawatan berbeda dari diagnosa psikiatrik medis dimana diagnosa

keperawatan adalah respon klien terhadap masalah medis atau bagaimana

masalah mempengaruhi fungsi klien sehari-hari yang merupakan perhatian

utama diagnosa keperawatan.

Pernyataan diagnosa terdiri dari masalah atau respon klien dan satu

atau lebih faktor yang berhubungan yang mempengaruhi atau berkontribusi

pada masalah atau respon klien. Tanda dan gejala atau batasan karakteristik

adalah pengkajian subyektif dan obyektif yang mendukung diagnosa

keperawatan, ini biasanya ditulis sebagai bagian dari pernyataan diagnosis.

Bagian kedua dari pernyataan diagnosa ditulis untuk mengkomunikasikan

persepsi perawat dari faktor yang berhubungan atau berkontribusi untuk

etiologinya (Nurjannah, 2004). Tetapi pada kasus penulis sudah menggunakan

diagnosa tunggal yang telah disepakati sejak Konas III di Semarang

menyatakan rumusan diagnosa keperawatan jiwa hanya menyebutkan problem

Page 32: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

���

tanpa dituliskan etiologi. Rumusan diagnosa tanpa menyebutkan etiologi atau

dikenalkan sebagai diagnosa tunggal keperawatan jiwa ini mengacu pada

North American Diagnosis Association (NANDA) 2005-2006. Data yang

memperkuat penulis penulis mengangkat diagnosa resiko perilaku kekerasan

yaitu data subyektif: Klien mengatakan mengamuk dan membanting barang di

rumah. Klien mengatakan saat merasa marah rasanya ingin memukul orang

dan barang sekitarnya. Sedangkan data obyektif: tampak tegang, bingung,

nada bicara keras (membentak), tampak mondar- mandir, mata sedikit

melotot, bicara kotor.

Kebutuhan mencintai dan memiliki merupakan salah satu kebutuhan

dasar manusia yang harus terpenuhi berdasarkan hirarki maslow. Kebutuhan

mencintai dan memiliki meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi

dalam kelompok, hubungan dengan teman, keluarga, teman sebaya, dan

masyarakat. (Hidayat, 2008). Sehingga dalam kasus ini penulis akan

menyusun perencanaan, implementasi dan evaluasi untuk mengatasi core

problem yaitu resiko perilaku kekerasan agar masalah resiko perilaku

kekerasan dapat teratasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan mencintai dan

memiliki.

Rencana keperawatan ditulis atau dibuat setelah diagnosa

keperawatan. Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian

tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian

asuhan keperawatan pada klien dapat diatasi (Ali Z, 2002). Dalam kasus ini

penulis merencanakan 9 TUK tetapi yang terlaksana hanya TUK 1, TUK 2,

Page 33: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

���

TUK 3, TUK 5, TUK 6, dan TUK 7, karena ada beberapa hambatan yang

pertama penulis mengalami keterbatasan waktu sehingga tidak dapat

menyelesaikan ke 9 TUK yang di rencanakan dan yang ke dua penulis tidak

dapat bertemu dengan keluarga sehingga penulis tidak dapat berdiskusi

dengan keluarga klien sebagai pendukung untuk mengatasi perilaku

kekerasan pada klien.

Rencana tindakan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan jiwa

Indonesia atau standar keperawatan Amerika yang membagi karakteristik

tindakan berupa: tindakan konseling/ psikoterapeutik, pendidikan kesehatan,

perawatan mandiri dari aktivitas hidup sehari-hari, tetapi modalitas

keperawatan, perawatan berkelanjutan (continuity-care), tindakan kolaborasi

(terapisomatik dan psikofarmaka). Pada dasarnya tindakan keperawatan

terdiri dari tindakan observasi dan pengawasan (monitoring), terapi

keperawatan, pendidikan kesehatan tindakan kolaborasi (Kurniawati, 2004).

Namun pada rencana yang dibuat oleh penulis tidak mencantumkan

pendidikan kesehatan, yang penulis cantumkan meliputi observasi dan

pengawasan (monitoring), tetapi keperawatan dan tindakan kolaborasi.

Rencana keperawatan yang penulis lakukan sama dengan landasan teori yang

sudah penulis jabarkan dalam Bab II, hal ini karena rencana tindakan

keperawatan tersebut telah sesuai dengan SOP (Standart Operasional

Prosedur) yang telah ditetapkan. Kekuatan dari intervensi pada SOP menurut

Keliat (2006) tersebut telah disusun untuk memudahkan penulis dalam

Page 34: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

���

melaksanakan intervensi tersebut dimana perencanaan yang ada pada konsep

sesuai dengan kondisi klien.

Implementasi adalah tahap dimana perawat memulai kegiatan dan

melakukan tindakan-tindakan perawatan dalam mengatasi klien. Tugas

perawat pada saat ini adalah melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan

pada tahap pra interaksi dan melanjutkan tahap orientasi (Rasmun, 2001).

Implementasi yang dilaksanakan adalah : Implementasi tanggal 02

April 2012 pukul 12.00 WIB melakukan interaksi untuk TUK 1 yang

mempunyai tujuan klien dapat membina hubungan saling percaya. Hubungan

saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama melakukan

asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa. Hal ini penting

karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien

untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

(Stuart & Sudden, 2002). Penulis melakukan kontak dengan klien, duduk

berhadapan dengan klien, mempertahankan kontak mata, mengucapkan salam

dan berjabat tangan, memperkenalkan diri, menanyakan nama klien dan nama

panggilannya yang disukai.

Melakukan interaksi untuk TUK 2 yang mempunyai tujuan klien

dapat mengidentifikasikan penyebab perilaku kekerasan. Klien cukup

kooperatif dalam mendiskusikan tentang penyebab marah yang dialami klien.

Hal ini dikarenakan penulis menggunakan teknik pertanyaan terbuka menurut

Stuart (2006 : 16) yaitu mendorong pasien untuk memilih topik diskusi.

Melakukan interaksi untuk TUK 3 yang mempunyai tujuan klien dapat

Page 35: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

��

mengidentifikasikan tanda-tanda perilaku kekerasan. Dalam interaksi ini klien

mampu mengungkapkan tanda-tanda saat klien marah atau jengkel karena

penulis menggunakan teknik komunikasi pengulangan pernyataan yaitu

mengulangi pikiran utama yang telah diungkapkan klien. (Stuart, 2006: 16).

Selanjutnya penulis melakukan TUK 4 yang mempunyai tujuan klien

dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, TUK 5 yang

mempunyai tujuan klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

TUK 6 yang mempunyai tujuan klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif

dalam berespon terhadap kamarahan. Implementasi tanggal 03 April 2012

pukul 11.00 WIB. Pada TUK 7 (Sp 1) Klien kooperatif karena bersedia

mendemonstrasikan cara mengontrol marah yaitu dengan tarik nafas dalam

sebanyak lima kali. Dengan memberi contoh terlebih dahulu dan memberi

kesempatan klien untuk mencoba. Implementasi tanggal 04 April 2012 pukul

11.00 WIB. (Sp II) klien kooperatif karena bersedia mendemonstrasikan cara

mengontrol marah yaitu dengan cara memukul bantal. Dengan memberi

contoh terlebih dahulu dan memberi kesempatan klien untuk mencoba.

Intervensi dan implementasi yang belum dapat dilaksanakan adalah

TUK 8 dan 9 yang mempunyai tujuan yaitu klien mendapat dukungan

keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan dan dapat menggunakan obat

dengan benar sesuai program pengobatan. Hal ini dikarenakan adanya

keterbatasan waktu penulis dalam melakukan proses keperawatan. Alasan lain

yang menyebabkan tindakan keperawatan TUK 8 keluarga tidak menjenguk

klien sehingga tindakan keperawatan ini belum dapat dilakukan karena sasaran

Page 36: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

��

utamanya adalah keluarga. Tindakan keperawatan pada keluarga sangat

penting untuk dilakukan karena keterlibatan keluarga sangat mendukung

terhadap proses perubahan perilaku klien. Keluarga berperan penting dalam

peristiwa terjadinya gangguan jiwa dan proses penyesuaianya kembali setiap

klien. Oleh karena itu peran serta keluarga dalam proses pemulihan dan

pencegahan kambuh kembali klien gangguan jiwa sangat diperlukan. (Keliat,

2005: 15).

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawtan pada klien, evaluasi dilakukan secara terus menerus pada

respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

(Nurjannah, 2005: 64). Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai

efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus

pada respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap

selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan

dengan membandingkan antara respons klien dan tujuan khusus serta umum

yang telah ditentukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan subyektif,

obyektif, analisa, perencanaan diantaranya sebagai berikut subyektif : Respons

subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang tela dilaksanakan. Dapat

diukur dengan menanyakan: “Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan nafas

dalam?” Obyektif : Respons objektif klien terhadap tindakan keperawatan

yang telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien

Page 37: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

���

pada saat tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang telah

diajarkan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil observasi. Analisa :

Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakan

masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi

dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.

Perencanaan : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada

respons klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut oleh

perawat (Direja, 2011). Dalam proses evaluasi penulis sudah melakukan

evaluasi sesuai dengan teori yang di atas. Pada evaluasi Tn. P tanggal 4 April

2012, S: klien mengatakan sering mengamuk dan membanting barang. O:

Klien tampak mau berjabat tangan dan membina hubungan saling percaya

pada perawat, pasien tampak mau menyebutkan penyebab perilaku

kekerasannya muncul, pasien menjawab semua pertanyaan, ada kontak mata,

pasien mau menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan, pasien

mengatakan mau untuk diajari cara mengontrol marah dengan cara nafas

dalam dan pukul bantal dan pasien tampak mau mempraktekannya. A:

sehingga disimpulkan masalah pada Tn.P sudah teratasi. P: untuk planning

penulis menyerahkan tindak lanjut kepada perawat jaga yang berada di rumah

sakit agar melanjutkan SP yang selanjutnya. Karena keterbatasan waktu

penulis dalam melakukan asuhan keperawatan maka untuk TUK 8 dan 9

diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan didelegasikan pada perawat

ruangan untuk melanjutkan proses keperawatan pada klien Tn.P. Hal tersebut

penulis lakukan agar asuhan keperawatan yang penulis terapkan pada klien

Page 38: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

���

terdapat kesinambungan, sehingga asuhan keperawatan tersebut dapat

terselesaikan. Menurut Nursalam (2002) delegasi dapat diartikan penyelesaian

suatu pekerjaan melalui orang lain dan sebagai kolaborasi untuk mencapai

suatu tujuan. Yang dimaksud disini yaitu melakukan pendelegasian kepada

perawat untuk melanjutkan tindakan keperawatan.

B. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan penulis didapatkan setelah melakukan asuhan

keperawatan kebutuhan mencintai dan memiliki pada Tn. P dengan resiko

perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian didapatkan data meliputi data subyektif dan data obyektif. Data

yang berfokus pengkajian pada kasus adalah pola koping toleransi stress

bahwa klien mengatakan mengamuk dan membanting barang dirumahnya,

klien tampak tegang, bingung, nada bicara keras (membentak), mata

sedikit melotot, klien tampak mondar-mandir.

2. Dari data subyektif dan obyektif dapat diambil diagnosa keperawatan

prioritas yaitu resiko perilaku kekerasan.

3. Perencanaan sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur) yang telah di

tetapkan ada 9 TUK tetapi yang dapat terselesaikan penulis hanya TUK 1

sampai TUK 7, tidak dapat diselesaikan semua karena keterbatasan waktu.

4. Dari implementasi di atas penulis dapat menyelesaikan 3 SP saja yaitu SP

I (nafas dalam) dan SP II (pukul bantal) dan SP III (secara verbal).

5. Setelah dilakukan implementasi didapatkan hasil evaluasi, pada hari

terakahir masalah yang teratasi. Klien mampu mengungkapkan resiko

Page 39: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

� �

perilaku kekerasan yang dialami dan klien mampu mengontrol resiko

perilaku kekerasan dengan cara tarik nafas dalam dan pukul bantal, secara

verbal masalah teratasi sebagian.

6. Dalam analisa kebutuhan mencintai dan memiliki didapatkan bahwa

masalah pemenuhan kebutuhan mencintai dan memiliki pasien dengan

perilaku kekerasan ditandai dengan kecemasan, sudah dapat dipenuhi.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberi saran yang

diharapkan bermafaat antara lain:

1. Bagi rumah sakit

Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien seoptimal

mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana

yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan dan ketrampilannya dalam melalui praktek klinik dan

pembuatan laporan.

3. Bagi Penulis

Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu

seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada

klien secara optimal.

Page 40: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-sugiartip0... · intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Identitas Klien Klien

DAFTAR PUSTAKA

Ali Z. 2002. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Penerbit Airlangga University

Press.

Casmita.T. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Perilaku Kekerasan.

www. jurnal. perilaku – kekerasan.com diakses tanggal 10 April 2012.

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Herdman, Heather. 2009. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.

Jakarta: EGC.

Hufad Ahmad, 2003, Perilaku Kekerasan Analisis Menurut Sistem Budaya dan

Implikasi Edukatif, http://e.journal/22003.pdf diakses pada tanggal 30

April 2012.

Julianto Saleh. 2003. Hirarki Kebutuhan Manusia. Menurut Abraham Maslow :

Aplikasi terhadap Klasifikasi Mad'u dalam Proses Dakwah. Al – Bayan,

Vol 7 No 7. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/77035774.pdf jurnal.

Diakses tanggal 14 April 2012.

Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Keliat. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa (terjemahan). Jakarta EGC.

Nurjannah, Intasari, 2004. Pedoman penanganan pada Gangguan Jiwa.

Yogyakarta: Mocamedia.

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan

Keluarga. Jakarta : PT.Fajar Interpratamia.

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 – 2006

Definisi Dan Klasifikasi. Bandung: Penerbit Prima Medika.

Stuart dan Sudden. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Alih Bahasa:

Achir Yani, Editor Yasmi Asih. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Stuart dan Sudden. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Alih Bahasa:

Achir Yani, Editor Yasmi Asih. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.