STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN...

43
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN. D DENGAN HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DI SUSUN OLEH: CATUR WULANDARI NIM. P.09010 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

Transcript of STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN...

Page 1: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN. D

DENGAN HALUSINASI DI RUANG MAESPATI

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

SURAKARTA

DI SUSUN OLEH:

CATUR WULANDARI

NIM. P.09010

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2012

Page 2: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

i

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN. D

DENGAN HALUSINASI DI RUANG MAESPATI

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH:

CATUR WULANDARI

NIM. P.09010

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2012

Page 3: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Catur Wulandari

NIM : P. 09010

Program Studi : D III Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN KEAMANAN DAN

KESELAMATAN PADA TN. D DENGAN

HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RSJD

SURAKARTA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar – benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, Mei 2012

Yang Membuat Pernyataan

CATUR WULANDARI

NIM. P.09010

Page 4: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:

Nama : Catur Wulandari

NIM : P. 09010

Program Studi : D III Keperawatan

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN. D

DENGAN HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RSJD

SURAKARTA

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/ Tanggal : Senin, 7 Mei 2012

Pembimbing : Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns (…………………….…)

NIK. 201185071

Page 5: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:

Nama : Catur Wulandari

NIM : P. 09010

Program Studi : D III Keperawatan

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN. D

DENGAN HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RSJD

SURAKARTA

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/ Tanggal : Senin, 7 Mei 2012

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns (…………………….…)

NIK. 201185071

Penguji II : Diyah Ekarini, S.Kep., Ns (……………………….)

NIK. 200179001

Penguji III : Siti Mardiyah, S.Kep., Ns (……………………….)

NIK. 201183063

Mengetahui,

Ketua Program Studi D III Keperawatan

STIKes Kusuma Husada Surakarta

Setiyawan, S.Kep., Ns

NIK. 201084050

Page 6: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan bagi Tuhan Maha Kuasa karena berkat

rahmat dan karunia – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN. D DENGAN

HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RSJD SURAKARTA“.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya

kepada yang terhormat :

1. Setiyawan, S.Kep., Ns, Selaku Ketua Prodi Studi D III Keperawatan yang

telah memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

2. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns, Selaku Sekretaris Ketua Prodi D III

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns Selaku dosen pembimbing sekaligus

sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberi masukan -

masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi

demi sempurnanya studi kasus ini.

Page 7: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

vi

4. Diyah Ekarini, S.Kep., Ns Selaku dosen penguji yang telah membimbing

dengan cermat, memberi masukan - masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

5. Siti Mardiyah, S.Kep., Ns Selaku dosen penguji yang telah membimbing

dengan cermat, memberi masukan - masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

6. Semua dosen Program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasan serta

ilmu yang bermanfaat.

7. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberi semangat

untuk menyelesaikan pendidikan.

8. Teman – teman Mahasiswa Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu, yang

telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, Mei 2012

Penulis

Page 8: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................ v

DAFTAR ISI .............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ................................................................. 4

C. Manfaat Penulisan ............................................................... 4

BAB II LAPORAN KASUS

A. Pengkajian .......................................................................... 6

B. Perumusan Masalah Keperawatan ....................................... 11

C. Perencanaan ........................................................................ 12

D. Implementasi ....................................................................... 14

E. Evaluasi .............................................................................. 15

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan ........................................................................ 18

B. Simpulan ............................................................................. 28

C. Saran ................................................................................... 30

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 9: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Genogram ............................................................................ 7

Gambar 2.2 Pohon Masalah ..................................................................... 12

Page 10: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

ix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Log Book

2. Format Pendelegasian

3. Surat Selesai Pengambilan Data

4. Asuhan Keperawatan

5. Lembar Konsultasi

6. Daftar Riwayat Hidup

Page 11: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut UU No. 36, 2009 sehat adalah suatu keadaan sehat, baik sehat

mental, fisik, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan sikap orang untuk

hidup produktif secara sosial dan ekonomis. World health organization (WHO)

mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial,

bukan semata – mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Videbeck,

2008).

Gangguan jiwa merupakan suatu sindrom atau pola psikologis atau

perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan

dengan adanya distres (misal: gejala nyeri) atau disabilitas (kerusakan pada

satu atau lebih fungsi area penting) atau disertai peningkatan risiko kematian

yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan

(American psychiathtric association), (Videbeck, 2008).

Salah satu bentuk gangguan jiwa yang umum terjadi adalah

skizoprenia. Halusinasi merupakan gejala yang paling sering muncul pada

klien skizoprenia, dimana sekitar 70% dari penderita skizoprenia mengalami

halusinasi. Menurut stuart dan sundeen (1999), klien dengan halusinasi

mengalami kecemasan dari kecemasan sedang sampai panik tergantung dari

tahap halusinasi yang dialaminya.

Page 12: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

2

Gangguan - gangguan tersebut menunjukkan seperti klien berbicara

sendiri, mata melihat kekanan - kekiri, jalan mondar - mandir, sering

tersenyum sendiri dan sering mendengar suara - suara. Halusinasi adalah suatu

keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah atau pola dari

stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau eksternal)

disertai dengan suatu pengurangan, berlebih-lebihan, distorsi atau kelaianan

berespon terhadap setiap stimulus (Townsend, 2002). Menurut keliat (2006),

mendefinisikan bahwa halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada

individu yang ditandai dengan perubahan persepsi sensori, merasakan sensasi

palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghidu.

World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa 26 juta

penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa, panik dan cemas merupakan

gejala paling ringan. Dari total populasi 26 juta gangguan jiwa, terdapat 12 –

16 % yang mengalami gangguan jiwa serius. Profil kesehatan kota semarang

tahun 2006, menunjukan bahwa angka gangguan jiwa serius adalah 4.096 klien

atau sekitar 0,29 % dari total penduduk kota semarang. Data tersebut masih

bisa bertambah karena dihitung berdasarkan klien yang berkunjung ke

puskesmas (Mubin, 2009).

Abraham maslow mengatakan bahwa setiap manusia memiliki

kebutuhan yang mendasar yang harus dipenuhi untuk mencapai kebutuhan

tertinggi. Setiap pemenuhan kebutuhan tersebut akan diikuti pemenuhan

kebutuhan lainnya, kebutuhan itu diantaranya yaitu: pemenuhan kebutuhan

kasih sayang, rasa aman, dan aktualisasi diri, apabila salah satu dari kebutuhan

Page 13: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

3

tersebut tidak terpenuhi dapat berakibat tingginya tingkat stress di kalangan

masyarakat. Salah satu contoh apabila kebutuhan rasa aman tidak terpenuhi

maka seseorang akan merasa bahwa dirinya berada dalam situasi yang tidak

aman, dan akan timbul rasa cemas, bahkan merasa bahwa ada yang

mengancam dirinya. Tetapi ketika kebutuhan tersebut terpenuhi maka perasaan

- perasaan yang demikian itu tidak akan muncul, sehingga individu selalu

merasa bahwa ia selalu dalam kondisi yang aman (Mubarak, 2007).

Berdasarkan catatan medis ruang maespati rumah sakit jiwa daerah

surakarta didapatkan data bahwa pasien dengan diagnosa skizofrenia

menempati peringkat pertama dibandingkan dengan gangguan kesehatan jiwa

lainnya. Dari daftar 20 besar penyakit rawat inap rumah sakit jiwa daerah

surakarta pada bulan Juli, Agustus dan September 2007 pasien dengan

skizofrenia paranoid menempati urutan pertama dengan jumlah pasien

sebanyak 304 orang, pasien dengan perilaku kekerasan menempati urutan

kedua dengan jumlah pasien 219 orang, pasien dengan halusinasi menempati

urutan ketiga dengan jumlah pasien 207 orang pasien, pasien dengan menarik

diri menempati urutan keempat dengan jumlah 123 orang, sedangkan pasien

dengan waham menempati urutan kelima dengan jumlah pasien 73 orang, dan

skizofrenia residual menempati urutan keenam dengan jumlah pasien sebanyak

65 orang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

mengangkat kasus “Asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan keamanan dan

keselamatan pada Tn. D dengan halusinasi di ruang maespati RSJD Surakarta”.

Page 14: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

4

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan keamanan dan

keselamatan pada Tn. D dengan Halusinasi.

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan pemenuhan

kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi.

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien

dengan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien dengan

pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan pemenuhan

kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi.

f. Penulis mampu menganalisa kondisi pasien dengan pemenuhan

kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi.

C. Manfaat penulisan

1. Bagi penulis

a. Dapat mengerti dan menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada pasien

jiwa dengan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan:

halusinasi.

Page 15: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

5

b. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan asuhan

keperawatan jiwa.

c. Meningkatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa.

2. Bagi profesi

Sebagai bahan masukan dan informasi untuk menambah

pengetahuan, ketrampilan, dan sikap bagi instansi terkait, khususnya dalam

meningkatkan pelayanan keperawatan pada klien dengan halusinasi

pendengaran.

3. Bagi institusi

a. Rumah sakit

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di

rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

jiwa, khususnya pada kasus halusinasi pendengaran.

b. Pendidikan

Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan

kualitas pendidikan keperawatan, khususnya pada klien dengan

pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi, dan

menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Page 16: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

6

BAB II

LAPORAN KASUS

Bab II ini merupakan ringkasan asuhan keperawatan jiwa dengan

pengelolaan studi kasus pada pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan:

halusinasi di ruang maespati RSJD Surakarta pada tanggal 5 - 7 April 2012.

Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian, analisa data, perumusan

diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Sedangkan asuhan

keperawatan secara lengkap, dengan metode allo anamnesa dan auto anamnesa.

A. Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 5

April 2012 didapatkan data: klien bernama Tn.D, jenis kelamin laki - laki,

umur 36 tahun, beragama Islam, status belum menikah, klien berdomisili di

Karanganyar, pendidikan terakhir klien SMP. Pada tanggal 4 April 2012 klien

dibawa ke IGD RSJD Surakarta oleh ibu kandungnya yaitu Ny. T yang

sekaligus penanggung jawab dan tinggal serumah dengan klien di Karanganyar

dan bekerja sebagai ibu rumah tangga. Klien dibawa ke RSJD Surakarta

dengan alasan, karena sejak 6 hari klien bingung, mengamuk, ngeluyur, bicara

sendiri, bicara ngelantur, ketawa - ketawa sendiri, teriak - teriak, mondar -

mandir, sulit tidur. Klien juga mengatakan sering mendengar suara bisikan,

suara tersebut menyuruhnya untuk berhenti merokok, suara muncul setiap pagi,

siang, malam, jika pasien melamun sendirian, dan jika suara bisikan itu muncul

Page 17: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

7

klien langsung menonton televisi. Saat ini untuk ketiga kalinya klien dirawat di

RSJD Surakarta, sebelumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa sejak

tahun 1995. Pengobatan klien sebelumnya kurang berhasil, karena klien jarang

kontrol, sehingga klien jarang minum obat. Didalam keluarga klien tidak ada

yang mempunyai riwayat gangguan jiwa. Pengalaman klien yang tidak

menyenangkan yaitu klien mengatakan jengkel dan marah kepada ibunya

karena jika klien meminta sesuatu jarang dipenuhi, sehingga klien mengamuk

dan menjual barang - barang yang ada dirumahnya.

Pemeriksaan fisik yang penulis dapatkan dari klien yaitu keadaan

umum klien composmentis, tanda - tanda vital klien meliputi tekanan darah

120/80 mmhg, nadi 86 kali per menit, suhu 36°C, respirasi 20 kali per menit,

rambut klien berwarna hitam, lurus, pendek. Fungsi penglihatan klien baik,

simetris kanan dan kiri, konjungtiva tidak anemis, hidung klien mancung,

telinga klien simetris kanan dan kiri, dada simetris kanan dan kiri, ekstremitas

klien lengkap, fungsi alat gerak baik, klien juga tidak mempunyai riwayat

penyakit asma dan kejang.

Keterangan:

: Meninggal : Klien : Tinggal serumah

: Laki-laki : Menikah dengan

: Perempuan : Garis keturunan

Gambar 2.1. Genogram

Tn. D umur 36 th Halusinasi

Page 18: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

8

Hasil dari pengkajian yang penulis lakukan pada analisa genogram

didapatkan data bahwa klien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, klien

tinggal bersama ibu dan adiknya, ayah klien sudah meninggal, sementara kakak

klien sudah menikah dan tinggal sendiri.

Pengkajian konsep diri klien, didapatkan data bahwa, gambaran diri

klien menyukai semua tubuhnya, karena menurut klien semua itu merupakan

anugerah dari Allah, sedangkan identitas diri klien yaitu klien merupakan anak

kedua dari tiga bersaudara, peran klien sebagai seorang anak, klien tidak

bekerja, ideal diri klien mengatakan ingin cepat sembuh dan cepat pulang

kerumah, supaya bisa segera berkumpul dengan keluarga. harga diri klien,

klien mengatakan bisa menerima dan tidak malu dengan keadaannya sekarang.

Pengkajian hubungan sosial, penulis mendapatkan data bahwa menurut

klien tidak ada orang yang berarti bagi kehidupannya, peran serta klien dalam

kegiatan kelompok atau masyarakat kurang, karena klien kurang aktif dalam

kegiatan tersebut dan jarang keluar rumah, klien lebih senang menonton

televisi dirumah. Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan

dengan orang lain, klien bisa berinteraksi dengan orang lain. klien beragama

islam, sebelum dan selama sakit klien jarang melaksanakan ibadah.

Hasil dari pengkajian status mental klien, didapatkan data: klien

berpenampilan rapi, rambut disisir, kancing baju terpasang dengan benar, dan

memakai alas kaki. Cara bicara klien cepat, jelas, tidak ada gangguan dalam

berbicara. Aktivitas motorik klien, klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan

yang ada di rumah sakit. Alam perasaan klien sedih, karena klien merasa tidak

Page 19: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

9

sembuh - sembuh. Afek klien labil, keadaan emosi klien berubah - ubah.

Interaksi selama wawancara klien kooperatif, kontak mata kurang, klien juga

mudah tersinggung.

Proses pikir klien blocking, karena pada awal pembicaraan klien

berbicara lambat, namun lama - kelamaan cara bicara klien cepat, jelas, tapi

kadang - kadang klien berhenti bicara dan melamun. Isi pikir klien tidak ada

gangguan dan tidak ada waham. Tingkat kesadaran klien, klien tampak

bingung, gelisah dan bicara kacau atau ngelantur. Memori daya ingat klien

baik, tidak ada gangguan, klien dapat mengingat kejadian yang terjadi satu

bulan yang lalu. Tingkat konsentrasi dan berhitung klien baik, klien dapat

berhitung dengan baik dan benar. Kemampuan penilaian klien, klien mampu

mengambil keputusan yang sederhana setelah diberi sedikit penjelasan dari

penulis, misalnya memilih mandi dahulu sebelum makan biar segar. Daya tilik

diri klien, menurut klien, klien sakit karena orang lain (keluarga) yang tidak

bisa memenuhi keinginannya dan kurang perhatian. Klien menyadari bahwa

dirinya mengalami gangguan kejiwaan.

Pengkajian kebutuhan persiapan pulang, didapatkan data bahwa klien

mengatakan makan tiga kali sehari, klien mengatakan mampu menghabiskan

satu porsi makanan yang berisi nasi, sayur, lauk, buah, dan minum teh manis.

Untuk BAB dan BAK, klien mengatakan dalam sehari BAB satu kali waktu

tidak tentu, konsistensi padat, warna kuning, klien BAB di kamar mandi.

Sedangkan frekuensi BAK tidak tentu, warna urine kuning, bau khas urine,

tempat BAK tidak tentu, kadang di kamar mandi dan kadang di halaman.

Page 20: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

10

Dalam hal mandi, klien mengatakan dalam sehari mandi dua kali, pada pagi

dan sore hari, memakai sabun mandi, gosok gigi setiap kali mandi, dan

keramas setiap satu minggu sekali. Dalam hal berpakaian klien mengatakan

dalam sehari ganti baju dua kali, klien juga dapat memilih, mengambil, dan

memakai pakaian sendiri dengan baik dan benar.

Hasil yang penulis dapatkan pada pola istirahat tidur, klien mengatakan

tidur malam jam 22.00 dan bangun jam 04.00 pagi, dan pada siang hari klien

mengatakan tidak bisa tidur siang karena keadaan lingkungan rumah sakit yang

berisik. Pada penggunaan obat klien mengatakan jarang minum obat jika tidak

ada yang mengingatkannya, namun jika dirumah klien hanya minum obat jika

diingatkan ibunya. Dan dalam hal pemeliharaan kesehatan klien mengatakan

jika ada anggota keluarga yang sakit, segera dibawa ke tempat pelayanan

kesehatan terdekat dari rumahnya. Aktivitas klien didalam rumah seperti

menyapu, membereskan tempat tidur dan menonton televisi. Sedangkan

aktivitas diluar rumah, klien mengatakan jarang beraktivitas diluar rumah,

karena klien jarang keluar rumah.

Mekanisme koping klien, klien mengatakan setiap kali ada masalah

klien selalu bercerita kepada kakaknya, klien tidak mau bercerita kepada

ibunya, karena klien merasa ibunya tidak perduli kepada klien. Pada masalah

psikososial dan lingkungan klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan di

kampungnya, klien lebih senang dirumah, karena klien merasa terhibur dengan

menonton televisi dirumah. Pengetahuan klien, klien mengatakan ingin cepat

sembuh dan cepat keluar dari rumah sakit jiwa, karena klien ingin bekerja.

Page 21: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

11

Adapun data penunjang yang penulis dapatkan dari pengkajian kepada klien

yaitu klien mendapat terapi medis berupa haloperidol 3x5 mg yang berguna

untuk menenangkan pikiran, thrihexypenidril 2x2 mg yang berguna untuk

memberi rasa rileks dan agar tidak kaku, chlorpromazine 1x100 mg yang

berguna untuk menghilangkan suara - suara (halusinasi).

Pemeriksaan penunjang laborotorium pada Tn.D pada tanggal 5 April

2012 Gula Darah Sewaktu 108 mg/dl (<140 mg/dl), Cholesterol Total 125

mg/dl (<200 mg/dl), Triglycerid 79 mg/dl (<200 mg/dl), Ureum 22 mg/dl (10 –

50 mg/dl), Creatinine 1,1 mg/dl (0,7 – 1,1 mg/dl), SGOT 12 u/l (<37 u/l),

SGPT 19 u/l (<42 u/l).

B. Perumusan Masalah Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian diatas, diperoleh masalah yang menjadi

rumusan diagnosa keperawatan yaitu halusinasi yang ditandai dengan data

subyektif: klien mengatakan mendengar suara bisikan yang menyuruhnya

untuk berhenti merokok, suara muncul setiap pagi, siang, malam, saat klien

melamun sendirian, data obyektif: klien tampak bicara sendiri, bicara kacau,

ngelantur, klien tampak mondar – mandir, klien juga tampak ketawa sendiri.

Resiko perilaku kekerasan yang ditandai dengan data subyektif: klien

mengatakan marah dan jengkel kepada ibunya karena jika meminta sesuatu

jarang dipenuhi, data obyektif: klien tampak mengamuk, klien merusak barang

– barang yang ada dirumahnya.

Berdasarkan data tersebut di atas dapat dijadikan diagnosa keperawatan

yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi, dan resiko perilaku kekerasan.

Page 22: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

12

Dan berdasarkan diagnosa keperawatan yang ada, dapat dirumuskan

pohon masalah sebagai berikut:

Resiko perilaku kekerasan (akibat)

Gangguan persepsi sensori halusinasi (core problem)

Isolasi sosial (MD) (penyebab)

Gambar 2.2. Pohon Masalah

C. Perencanaaan

Dari data yang diperoleh dari hasil pengkajian yang penulis lakukan

pada tanggal 5 – 7 April 2012 ditemukan data permasalahan yang menjadi

rumusan diagnosa keperawatan, yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi.

Tujuan umum dilakukan tindakan keperawatan pada permasalahan yang

dihadapi klien yaitu agar klien dapat mengontrol halusinasi yang dialami.

TUK 1: klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria

evaluasi: setelah 1x interaksi klien menunjukkan tanda-tanda percaya pada

perawat: ekpresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata,

mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau

duduk berdampingan dengan perawat, bersedia mengungkapkan masalah yang

dihadapi. Intervensi: bina hubungan saling percaya dengan menggunakan

prinsip komunikasi terapeutik, sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun

non verbal, perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap klien dan

nama panggilan yang disukai klien, buat kontak yang jelas, tunjukkan sikap

jujur dan menepati janji, tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya,

Page 23: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

13

tanyakan perasaan klien tentang yang dialami, dengarkan dengan penuh ekpresi

klien.

TUK 2: klien dapat mengenal halusinasi. Kriteria evaluasi: setelah 1x

tindakan klien menyebutkan: isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi yang

menyebabkan halusinasi (marah, takut, senang, cemas atau jengkel). Intervensi:

adakan kontak sering dan singkat secara bertahap, observasi tingkah laku klien

terkait dengan halusinasi: tanyakan apakah klien mengalami sesuatu, jika klien

menjawab ‘ya’ tanyakan apa yang sedang dialami, katakan bahwa perawat

akan membantu klien, jika klien tidak sedang mengalami halusinasi klasifikasi

tentang adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien: isi, waktu,

frekuensi terjadinya halusinasi, situasi dan kondisi yang menimbulkan

halusinasi, diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi

dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan, diskusikan dengan

klien untuk mengatasi perasaan tersebut, diskusikan dengan klien tentang

dampak yang akan dialaminya bila halusinasi muncul.

TUK 3: klien dapat mengontrol halusinasinya. Kriteria evaluasi: setelah

1x interaksi klien dapat menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan untuk

mengendalikan halusinasi, setelah 1x interaksi klien menyebutkan cara baru

mengontrol halusinasinya, setelah 1x interaksi klien dapat memilih dan

memperagakan cara, setelah 1x interaksi klien melaksanakan cara yang telah

dipilih untuk mengendalikan halusinasi, setelah 1x interaksi klien mengikuti

terapi aktivitas kelompok. Intervensi: mengidentifikasi bersama klien cara yang

dilakukan jika ada halusinasi, diskusikan cara yang digunakan klien (adaptif,

mal adaptif), diskusikan cara mengontrol halusinasi (menghardik, menemui

Page 24: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

14

orang lain, aktivitas dan minum obat), bantu klien memilih cara yang sudah

diajarkan dan dilatih untuk mencobanya, beri klien kesempatan untuk

melakukan cara yang dipilih dan dilatih, pantau pelaksanaan yang telah dipilih

dan dilatih, jika berhasil beri pujian, anjurkan klien untuk mengikuti terapi

aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi.

TUK 4: klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol

halusinasi. Kriteria evaluasi: Setelah 1x pertemuan keluarga, keluarga

menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dan perawat, setelah 2x

interaksi keluarga menyebutkan pengertian, tanda gejala proses terjadinya dan

tindakan untuk mengendalikan halusinasi. Intervensi: buat kontrak dengan

keluarga untuk pertemuan, diskusikan diskusikan dengan kelurga (pengertian,

tanda gejala, proses terjadinya, cara yang dilakukan mengontrol halusinasi,

obat-obatan, cara merawat anggota keluarga dengan halusinasi, beri informasi

waktu kontrol).

TUK 5: klien dapat memanfaatkan obat dengan baik. Kriteria evaluasi:

Setelah 2x interaksi klien menyebutkan: manfaat obat, kerugian tidak minum

obat, nama obat, narna, dosis, efek samping obat. Intervensi: diskusikan

dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna,

dosis, cara.

D. Implementasi

Implementasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan gangguan

persepsi sensori: halusinasi dilaksanakan penulis selama 3 hari yaitu pada

tanggal 5 - 7 April 2012 pukul 10.00 WIB dengan :

Page 25: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

15

SP1: membina hubungan saling percaya dengan klien,

mengindentifikasi jenis halusinasi, mengindentifikasi isi halusinasi,

mengindentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi, mengindentifikasi

respon pasien terhadap halusinasi, mengajarkan cara memutus halusinasi cara

pertama yaitu dengan menghardik, menganjurkan klien untuk memasukan

dalam jadwal harian.

SP2: mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, mengevaluasi cara

mengontrol halusinasi dengan menghardik, mengajarkan mengendalikan

halusinasi cara bercakap-cakap dengan orang lain, menganjurkan klien

memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian.

SP3: mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, melatih pasien

mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang bisa

dilakukan pasien), menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan

harian.

SP4: melatih klien menggunakan obat secara teratur, yaitu terapi obat

haloperidol 3x5 mg yang berguna untuk menenangkan pikiran, thrihexypenidril

2x2 mg yang berguna untuk memberi rasa rileks dan agar tidak kaku,

chlorpromazine 1x100 mg yang berguna untuk menghilangkan suara - suara

(halusinasi).

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan penulis lakukan pada akhir pertemuan, adapun

hasil ealuasi yang penulis dapatkan pada hari pertama kamis, 5 April 2012

pada pukul 10.00 WIB diperoleh data subyektif: klien mengatakan mendengar

Page 26: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

16

suara bisikan yang menyuruhnya untuk berhenti merokok, suara muncul setiap

pagi, siang, malam saat klien melamun sendirian, klien mengatakan setelah

diajari cara menghardik klien menjadi tahu cara menghilangkan suara bisikan

yang mengganggunya. Data obyektif: klien kooperatif saat diwawancarai, klien

mau berjabat tangan, menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, kontak

mata ada tapi kurang, klien menjawab pertanyaan yang diberikan perawat,

klien menjelaskan jenis, isi, waktu, frekunsi dan respon klien saat halusinasi

muncul. Klien mau memperhatikan tehnik menghardik yang diajarkan, klien

mampu mempraktekkan menghardik walaupun sedikit lupa dan memasukan ke

dalam jadwal kegiatan. Assessement: klien mampu mengungkapkan halusinasi

yang dialami, klien bisa menyebutkan dan mendemonstrasikan cara

mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik. Planning, bagi

klien anjurkan klien untuk melakukan cara mengontrol halusinasi dengan cara

pertama yaitu menghardik jika halusinasi muncul, dan memasukan kedalam

jadwal kegiatan harian, bagi perawat evaluasi SP1, Lanjutkan ke SP2 yaitu

Bercakap – cakap dengan orang lain.

Hari kedua jumat, 6 April 2012 pada pukul 10.00 WIB diperoleh data

subyektif: klien mengatakan sudah mencoba mengontrol halusinasi dengan

cara pertama yaitu menghardik. Klien mengatakan mau berlatih cara

mengontrol halusinasi dengan cara yang kedua yaitu dengan bercakap-cakap

dengan orang lain. Klien mengatakan mau memasukan latihan mengontrol

halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain ke jadwal harian. Data

obyektif: klien tampak kooperatif dan tenang, klien tampak mempratekkan cara

Page 27: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

17

mengontrol halusinasi dengan cara kedua yaitu dengan bercakap-cakap dengan

orang lain. Assessment: masalah teratasi sebagian, klien kadang lupa

memasukan kegiatan kedalam jadwal kegiatan harian. Planning, bagi klien

anjurkan klien untuk memasukan cara mengontrol halusinasi dengan

menghardik dan bercakap-cakap dengan orang lain kedalam jadwal kegiatan

harian, bagi perawat evaluasi dan optimalkan SP1 dan SP2, lanjutkan ke SP3.

Hari ketiga Sabtu, 7 April 2012 pada pukul 10.00 WIB diperoleh data

subyektif: klien mengatakan sudah bisa cara mengendalikan halusinasi dengan

melakukan kegiatan dengan orang lain, klien mengatakan sudah memasukan

dalam jadwal kegiatan harian. Data obyektif: klien kooperatif dan tenang, klien

sudah mempraktikan cara mengontrol halusinasi dengan cara ketiga yaitu

dengan cara melakukan kegiatan, klien tampak memasukan cara tersebut

kedalam jadwal kegiatan harian. Assessment: masalah teratasi, klien bisa

mengendalikan halusinasi dengan cara ketiga yaitu dengan melakukan

kegiatan. Planning, bagi klien anjurkan klien memasukan jadwal kegiatan

harian, bagi perawat evaluasi dan optimalkan SP1, SP2, SP3, lanjutkan ke SP4

(cara minum obat).

Page 28: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

18

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis

dapatkan antara konsep dasar teori dan kasus nyata masalah keperawatan

gangguan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi pada

Tn. D di ruang maespati RSJD Surakarta, pada tanggal 5 – 7 April 2012 dari

tahap pengkajian sampai evaluasi, dan pada bagian akhir dari penulisan laporan

studi kasus ini, penulis akan memberikan kesimpulan dan saran, yang

diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan asuhan keperawatan pada

pasien, khusunya pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan

keamanan dan keselamatan: halusinasi.

Menurut Sunardi (2009), halusinasi adalah persepsi yang salah atau

palsu, tetapi tidak ada rangsangan yang menimbulkan atau tidak ada obyek.

Wilkinson (2001), mendefinisikan halusinasi sebagai keadaan seorang individu

yang mengalami suatu perubahan pada jumlah atau stimulus yang diterima,

diikuti dengan suatu respon terhadap stimulus tersebut yang dihilangkan,

dilebihkan, disimpangkan, atau dirusakkan. Sedangkan menurut Stuart dan

Laraia (2001), halusinasi adalah kesalahan persepsi yang berasal dari lima

indra yaitu pendengaran, penglihatan, peraba, pengecap, penghidu.

Tanda dan gejala halusinasi pendengaran menurut Direja (2011), adalah

data subyektif berupa mendengar suara atau kegaduhan, mendengar suara yang

mengajak bercakap – cakap, mendengar suara yang menyuruh melakukan

Page 29: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

19

sesuatu yang berbahaya. Sedangkan data obyektif berupa klien tampak bicara

atau ketawa sendiri, marah – marah tanpa sebab, mengarahkan telinga kearah

tertentu, dan menutup telinga.

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan

kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,

psikososial, sosial dan spiritual. Data pada pengkajian jiwa dapat

dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian

terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien

(Stuart dan Laraia, 2001).

Adapun isi pengkajian meliputi: identitas klien, keluhan utama atau

alasan masuk, faktor predisposisi, aspek fisik atau biologis, aspek psikologis,

status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah

psikososial dan lingkungan, pengetahuan, dan aspek medik. Data yang

diperoleh dapat dikelompokan menjadi data subyektif dan data obyektif

(Direja, 2011).

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara

auto anamnesa dan allo anamnesa, perawat yang merawat klien, observasi

secara langsung terhadap kemampuan dan perilaku klien, serta keluarga juga

berperan penting sebagai sumber data yang mendukung dalam memberikan

asuhan keperawatan pada klien.

Menurut Direja (2011), halusinasi berkembang melalui empat fase yaitu

sebagai berikut: fase pertama atau fase comporting yaitu fase yang

menyenangkan. Pada tahap ini masuk pada tahap nonpsikotik. Klien mulai

Page 30: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

20

melamun dan memikirkan hal – hal yang menyenangkan, perilaku klien

tampak tersenyum atau ketawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa

suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik

dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.

Fase kedua atau fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi

menjadi menjijikkan, termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik seperti

pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan meningkat,

melamun, dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang

tidak jelas, klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.

Perilaku klien seperti meningkatnya tanda – tanda sistem syaraf otonom seperti

peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan

halusinasinya, dan tidak bisa membedakan realitas.

Fase ketiga atau fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman

sensori menjadi berkuasa, termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik

seperti bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan

mengontrol klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.

Perilaku klien seperti kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian

hanya beberapa menit atau detik, tanda – tanda fisik klien seperti berkeringat

tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.

Fase keempat atau fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan

halusinasinya, termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik berupa

halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien.

Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat

berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan. Perilaku terror

Page 31: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

21

akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak

mampu merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu merespon

lebih dari satu orang.

Berdasarkan pengkajian pada Tn. D secara garis besar ditemukan data

subyektif dan data obyektif yang menunjukan karakteristik Tn. D dengan

diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi, yang ditandai

dengan data subyektif yaitu klien mengatakan sering mendengar suara bisikan

yang menyuruhnya untuk berhenti merokok, suara didengar setiap pagi, siang,

malam saat klien melamun sendirian, jika halusinasi muncul klien langsung

menonton televisi, dan data obyektif yang ditandai dengan klien tampak bicara

sendiri, bicara kacau, mondar – mandir, ketawa sendiri.

Berdasarkan teori dan dari hasil pengkajian diatas, Tn. D termasuk

kedalam fase pertama atau fase comporting, karena penulis tidak menemukan

kesenjangan antara teori dengan pembahasan, yang didukung dengan data

bahwa perilaku Tn. D tampak tersenyum atau ketawa sendiri yang tidak sesuai.

Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola

respon klien baik aktual maupun potensial (Stuart and Laraia, 2001). Keliat

(2005) mendefinisikan diagnosa keperawatan sebagai penilaian tehnik

mengenai respon individu, keluarga, komunitas terhadap masalah kesehatan

atau proses kehidupan yang aktual maupun potensial.

Menurut Keliat (2006), pohon masalah pada halusinasi dapat

mengakibatkan klien mengalami kehilangan kontrol pada dirinya, sehingga

bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal ini terjadi

jika halusinasi sudah sampai pada empat fase, dimana klien mengalami panik

Page 32: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

22

dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Masalah yang

menyebabkan halusinasi itu adalah harga diri rendah dan isolasi sosial, maka

klien menjadi menarik diri dari lingkungan.

Berdasarkan masalah – masalah tersebut, maka disusun pohon masalah

yaitu isolasi sosial (menarik diri) sebagai penyebab, gangguan persepsi sensori:

halusinasi sebagai core problem, dan resiko perilaku kekerasan sebagai akibat

(Keliat, 2006).

Penulis mengangkat diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori:

halusinasi sebagai prioritas masalah utama yang didukung dengan data

subyektif yaitu klien mengatakan sering mendengar suara bisikan yang

menyuruhnya untuk berhenti merokok, suara didengar setiap pagi, siang,

malam saat klien melamun sendirian, dan jika halusinasi itu muncul klien

langsung menonton televisi, sedangkan data obyektif yaitu klien tampak bicara

sendiri, biacara kacau atau ngelantur, mondar – mandir, dan ketawa sendiri.

Diagnosa kedua yaitu resiko perilaku kekerasan sebagai akibat yang ditandai

dengan data subyektif yaitu klien mengatakan marah dan jengkel pada ibunya,

karena jika meminta sesuatu jarang dipenuhi, dan data obyektif yaitu klien

tampak marah, dan mengamuk, karena kekurang telitian penulis dan keterbatan

waktu, penulis belum dapat menemukan penyebab dari masalah keperawatan

halusinasi yang dialami Tn. D. Berdasarkan pohon masalah yang ditemukan

pada Tn. D dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan yang berarti antara pohon

masalah dalam teori dengan yang dialami Tn. D.

Intervensi atau rencana tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek

yaitu tujuan umum, tujuan khusus, rencana tindakan keperawatan. Pertama

Page 33: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

23

adalah tujuan umum yang berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari

diagnosis tertentu, tujuan umum dapat tercapai jika serangkaian tujuan khusus

telah tercapai. Kedua, tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E)

dari diagnosis tertentu. Tujuan khusus merupakan rumusan kemempuan yang

perlu dicapai atau dimiliki klien. Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai

dengan masalah dan kebutuhan klien (Direja, 2011).

Menurut Stuart dan Laraia (2001), umumnya kemampuan klien pada

tujuan khusus dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu kemampuan kognitif yang

diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosis keperawatan,

kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat teratasi, dan

kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar klien percaya pada kemampuan

menyelesaikan masalah.

Tujuan umum dilakukan tindakan keperawatan pada permasalahan

yang dihadapi klien yaitu agar klien dapat mengontrol halusinasi yang dialami.

TUK 1: klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria evaluasi:

setelah 1x interaksi klien menunjukkan tanda-tanda percaya pada perawat:

ekpresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau

berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk

berdampingan dengan perawat, bersedia mengungkapkan masalah yang

dihadapi. Intervensi: bina hubungan saling percaya dengan menggunakan

prinsip komunikasi terapeutik, sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun

non verbal, perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap klien dan

nama panggilan yang disukai klien, buat kontak yang jelas, tunjukkan sikap

jujur dan menepati janji, tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya,

Page 34: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

24

tanyakan perasaan klien tentang yang dialami, dengarkan dengan penuh ekpresi

klien.

TUK 2: klien dapat mengenal halusinasi. Kriteria evaluasi: setelah 1x

tindakan klien menyebutkan: isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi yang

menyebabkan halusinasi (marah, takut, senang, cemas atau jengkel). Intervensi:

adakan kontak sering dan singkat secara bertahap, observasi tingkah laku klien

terkait dengan halusinasi: tanyakan apakah klien mengalami sesuatu, jika klien

menjawab ‘ya’ tanyakan apa yang sedang dialami, katakan bahwa perawat

akan membantu klien, jika klien tidak sedang mengalami halusinasi klasifikasi

tentang adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien: isi, waktu,

frekuensi terjadinya halusinasi, situasi dan kondisi yang menimbulkan

halusinasi, diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi

dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan, diskusikan dengan

klien untuk mengatasi perasaan tersebut, diskusikan dengan klien tentang

dampak yang akan dialaminya bila halusinasi muncul.

TUK 3: klien dapat mengontrol halusinasinya. Kriteria evaluasi: setelah

1x interaksi klien dapat menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan untuk

mengendalikan halusinasi, setelah 1x interaksi klien menyebutkan cara baru

mengontrol halusinasinya, setelah 1x interaksi klien dapat memilih dan

memperagakan cara, setelah 1x interaksi klien melaksanakan cara yang telah

dipilih untuk mengendalikan halusinasi, setelah 1x interaksi klien mengikuti

terapi aktivitas kelompok. Intervensi: mengidentifikasi bersama klien cara yang

dilakukan jika ada halusinasi, diskusikan cara yang digunakan klien (adaptif,

mal adaptif), diskusikan cara mengontrol halusinasi (menghardik, menemui

Page 35: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

25

orang lain, aktivitas dan minum obat), bantu klien memilih cara yang sudah

diajarkan dan dilatih untuk mencobanya, beri klien kesempatan untuk

melakukan cara yang dipilih dan dilatih, pantau pelaksanaan yang telah dipilih

dan dilatih, jika berhasil beri pujian, anjurkan klien untuk mengikuti terapi

aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi.

TUK 4: klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol

halusinasi. Kriteria evaluasi: setelah 1x pertemuan keluarga, keluarga

menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dan perawat, setelah 2x

interaksi keluarga menyebutkan pengertian,tanda gejala proses terjadinya dan

tindakan untuk mengendalikan halusinasi. Intervensi: buat kontrak dengan

keluarga untuk pertemuan, diskusikan diskusikan dengan kelurga (pengertian,

tanda gejala, proses terjadinya, cara yang dilakukan mengontrol halusinasi,

obat-obatan, cara merawat anggota keluarga dengan halusinasi, beri informasi

waktu kontrol).

TUK 5: klien dapat memanfaatkan obat dengan baik. Kriteria evaluasi:

Setelah 2x interaksi klien menyebutkan: manfaat obat, kerugian tidak minum

obat, nama obat, narna, dosis, efek samping obat. Intervensi: diskusikan

dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna,

dosis, cara.

Berdasarkan intervensi yang penulis lakukan, terdapat kesamaan antara

konsep dasar teori dengan pembahasan pada kasus Tn. D, karena penulis

mengacu pada teori yang ada, dimana tahapan – tahapan perencanaan yang ada

pada kasus Tn. D sesuai dengan keadaan dan kondisi klien, dan sesuai dengan

strategi pelaksanaan yang penulis buat. Tetapi karena keterbatasan waktu,

Page 36: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

26

penulis belum melakukan pendokumentasian terhadap pemanfaatan obat klien

dan untuk hasil pelaksanaan selanjutnya terlampir.

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Riyadi dan Purwanto,

2009). Sedangkan menurut Nurjannah (2005), implementasi adalah

pengelolaan dan perwujudan dari rencana penerapan yang telah disusun pada

tahapan perencanaan. Pada diagnosa persepsi sensori: halusinasi disesuaikan

dengan rencana tindakan keperawatan, yang terdiri dari strategi pelaksanaan

klien dan strategi pelaksanaan untuk keluarga.

Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana

tindakan keperawatan. Pada situasi nyata, implementasi seringkali jauh berbeda

dengan rencana. Hal itu terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan

rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Yang biasa

dilakukan perawat adalah menggunakan rencana tidak tertulis yaitu apa yang

dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal itu sangat membahayakan

klien dan perawat jika tindakan berakibat fatal, dan juga tidak memenuhi aspek

legal (Direja, 2011).

Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat

perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan

dibutuhkan klien saat ini. Perawat juga menilai sendiri, apakah mempunyai

kemampuan interpersonal, intelektual, dan tehnikal yang diperlukan untuk

melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali apakah tindakan aman

bagi klien. Setelah tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh

dilaksanakan.pada saat akan melaksanakan tindakan keperawatan, perawat

Page 37: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

27

membuat kontrak (inform consent) dengan klien yang isinya menjelaskan apa

yang akan dilaksanakan peran serta yang diharapkandari klien,

dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien

(Direja, 2011).

Tindakan yang penulis lakukan dan sudah terlaksana adalah membina

hubungan saling percaya, menanyakan apakah klien masih mendengar suara

bisikan yang menyuruhnya untuk berhenti merokok, mengatakan bahwa

perawat percaya namun perawat tidak mendengarkannya, mengatakan bahwa

perawat akan membantu klien mengontrol halusinasinya, mengobservasi

tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya, membantu mengenal

halusinasinya, mendiskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan atau

tidak menimbulkan halusinasi, mendiskusikan waktu dan frekuensi terjadi

halusinasi, menanyakan tindakan yang klien lakukan ketika suara tersebut

muncul, mendiskusikan cara baru untuk mengontrol halusinasinya, membantu

klien memilih dan melatih cara mengontrol halusinasi yang pertama yaitu

menghardik, memberikan kesempatan klien untuk mempraktekkan cara yang

telah diajarkan, memberikan pujian jika berhasil, menganjurkan klien untuk

memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian. Melatih klien menggunakan

obat secara teratur, yaitu terapi obat haloperidol 3x5 mg yang berguna untuk

menenangkan pikiran, thrihexypenidril 2x2 mg yang berguna untuk memberi

rasa rileks dan agar tidak kaku, chlorpromazine 1x100 mg yang berguna untuk

menghilangkan suara - suara (halusinasi).

Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai

efek dari tindakan keperawatan pada klien, evaluasi dilakukan secara terus

Page 38: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

28

menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan (Nurjannah, 2005). Adapun evaluasi pada hari terakhir yang telah

penulis lakukan yaitu pada hari sabtu, 7 April 2012 pada pukul 10.00 WIB

adalah data subyektif: Klien mengatakan sudah bisa cara mengendalikan

halusinasi dengan melakukan kegiatan dengan orang lain, klien mengatakan

sudah memasukan dalam jadwal kegiatan harian, data obyektif: klien

kooperatif dan tenang, klien sudah mempraktikan cara mengontrol halusinasi

dengan cara ketiga yaitu dengan cara melakukan kegiatan, klien tampak

memasukan cara tersebut kedalam jadwal kegiatan harian. Assessment:

masalah teratasi, klien bisa mengendalikan halusinasi dengan cara ketiga yaitu

dengan melakukan kegiatan. Planning: bagi klien: anjurkan klien memasukan

kedalam jadwal kegiatan harian, bagi perawat: evaluasi dan optimalkan SP1,

SP2, SP3, lanjutkan ke SP4 (cara minum obat).

B. Simpulan

Dari keseluruhan uraian, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan,

tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data, perumusan masalah klien

dan analisa data subyektif yaitu klien mengatakan sering mendengar suara

bisikan yang menyuruhnya untuk berhenti merokok, suara didengar setiap

pagi, siang, malam saat klien melamun sendirian, jika halusinasi muncul

klien langsung menonton televisi, dan data obyektif yang ditandai dengan

klien tampak bicara sendiri, bicara kacau, mondar – mandir, ketawa sendiri.

Page 39: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

29

2. Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari

pengkajian. Sedangkan diagnosa yang penulis angkat pada kasus Tn. D

adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi. Tujuan Umum dilakukan

tindakan keperawatan pada permasalahan yang dihadapi klien yaitu agar

klien dapat mengontrol halusinasi yang dialami.

3. Implementasi yang telah penulis lakukan dan sudah terlaksana adalah

membina hubungan saling percaya, menanyakan apakah klien masih

mendengar suara bisikan yang menyuruhnya untuk berhenti merokok,

mengatakan bahwa perawat percaya, namun perawat tidak

mendengarkannya, mengatakan bahwa perawat akan membantu klien

mengontrol halusinasinya, mengobservasi tingkah laku klien terkait dengan

halusinasinya, membantu mengenal halusinasinya, mendiskusikan dengan

klien situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi,

mendiskusikan waktu dan frekuensi terjadi halusinasi, menanyakan tindakan

yang klien lakukan ketika suara tersebut muncul, mendiskusikan cara baru

untuk mengontrol halusinasinya, membantu klien memilih dan melatih cara

mengontrol halusinasi yang pertama yaitu menghardik, memberikan

kesempatan klien untuk mempraktikan cara yang telah diajarkan,

memberikan pujian jika berhasil, menganjurkan klien untuk memasukkan ke

dalam jadwal kegiatan harian.

4. Evaluasi yang telah penulis lakukan pada hari terakhir yaitu pada hari sabtu,

7 April 2012 pada pukul 10.00 WIB adalah Subyektif: klien mengatakan

sudah bisa cara mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan

Page 40: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

30

dengan orang lain, klien mengatakan sudah memasukan dalam jadwal

kegiatan harian. Obyektif: klien kooperatif dan tenang, klien sudah

mempraktikan cara mengontrol halusinasi dengan cara ketiga yaitu dengan

cara melakukan kegiatan, klien tampak memasukan cara tersebut kedalam

jadwal kegiatan harian. Assessment: masalah teratasi, klien bisa

mengendalikan halusinasi dengan cara ketiga yaitu dengan melakukan

kegiatan. Planning: bagi klien: anjurkan klien memasukan jadwal kegiatan

harian. Bagi perawat: evaluasi dan optimalkan SP1, SP2, SP3, lanjutkan ke

SP4 (cara minum obat).

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran yang

diharapkan bermanfaat, sebagai berikut:

1. Bagi rumah sakit, hendaknya menyediakan dan memfasilitasi apa yang

dibutuhkan klien untuk penyembuhan, rumah sakit menyediakan perawat –

perawat yang professional guna membantu penyembuhan pasien.

2. Bagi institusi, untuk selalu memberikan motivasi dan sarana yang memadai

bagi mahasiswa guna penyelesaian tugas karya tulis ilmiah.

3. Bagi keluarga, perlunya keterlibatan seluruh anggota keluarga dalam

memperbaiki kesehatan keluarga yang menderita gangguan jiwa, terutama

dalam hal penggunaan dan pemanfaatan obat terhadap klien, sehingga

pemecahan masalah yang dihadapi klien dapat ditingkatkan.

Page 41: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Nuha Medika:

Yogyakarta.

Keliat, Budi Anna. 2005. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. EGC:

Jakarta.

Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta.

Mubin, Muhammad fatkhul, dkk. 2009. Pengalaman Stigma Pada Keluarga

Dengan Klien Gangguan Jiwa. Vol 3. Media Ners. Di akses pada

November 2009.

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. EGC:

Jakarta.

Nanda. 2006. Diagnosa Keperawatan dan Klasifikasi. EGC: Jakarta.

Nurjannah, Intansari. 2004. Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa. Moco

Media: Yogyakarta.

Stuart & Laraia. 2001. Principle and Practice of Psychiatric Nurshing. Edisi 6.

Mosby Year Book: St. Louis.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Alih

Bahasa: Achir Yani, Editor Yasmin Asih. EGC: Jakarta.

Towsend, Mary C. 2002. Diagnosa Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. EGC: Jakarta.

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta.

Page 42: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

LAMPIRAN

Page 43: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-caturwulan... · Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Catur Wulandari

Tempat, tanggal lahir : Sragen, 19 Oktober 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Jeruk Rt. 16 Rw. – Kel. Jeruk, Kec. Miri

Kab. Sragen

Riwayat Pendidikan : - SD Negeri Jeruk III lulus tahun 2003

� SMP Negeri 1 Andong lulus tahun 2006

� SMA Sukawati Gemolong lulus tahun 2009

� DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Riwayat Pekerjaan : -

Riwayat Organisasi : -

Publikasi : -