Stroke Iskemik dan Hipertensi(1).docx
-
Upload
alfrida-ade-bunapa -
Category
Documents
-
view
7 -
download
1
Transcript of Stroke Iskemik dan Hipertensi(1).docx
Stroke Iskemik dan HipertensiFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510. Telephone: (021) 5694206
Pendahuluan
Stroke atau Cedera vasculsr cerebral (CVS)merupakan suatu sindrom yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (GPDO) dengan awitan akut, disertai
manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan bukan sebagai akibat tumor, trauma ataupun
infeksi susunan saraf pusat.Individu yang terutama berisiko mengalami CVS adalah lansia
dengan hipertensi, diabetes, hiperkolesterolemia, atau penyakit jantung. Pada CVS, hipoksia
cerebral yang menyebabkan cedera dan kematian sel neuron terjadi.1
Ada dua klasifikasi umum CVS: iskemik dan hemoragik. CVS iskemik terjadi akibat
penyumbatan aliran darah arteri yang lama ke bagian otak. CVS hemoragik terjadi akibat
perdarahan dalam otak.2
Tujuan pembuatan makalah ini untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perbedaan
antara klasifikasi stroke dengan penyakit lain yang gejala hampir mirip, namun untuk lebih
spesifik dalam pembahasan akan dijelaskan mengenai anamnesis, cara pemeriksaan pada
penyakit stroke, working diagnosis, different diagnosis, etiologi, epidemiologi, gejala klinis,
penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis, dan pencegahan dari penyakit tersebut.
Skenario
Seorang laki-laki berusia 62 tahun, sejak 3 hari yang lalu merasa lengan dan tungkai
kanannya lemah, bicara mulai pelo secara tiba-tiba tapi pasien belum berobat. Namun sejak
kemarin pagi, lengan dan tungkai kanannya sama sekali tak bisa digerakkan dan pasien tak
bisa bicara. Mulai tadi malam pasien tampak tidur terus, tak bisa dibangunkan, tak bisa
makan atau minum, sampai akhirnya pasien dibawa ke rumah sakit.
Pembahasan
Anatomi otak dan sistem perdarahan otak
Susunan Saraf Pusat
Susunan saraf pusat merupakan sistem pengontrol tubuh yang menerima,
menginterpretasi, dan mengintergrasi semua stimulus, menyampaikan impuls saraf ke otot
dan kelenjar, serta menciptakan aksi selanjutnya. Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan
sumsum tulang belakang (medula spinalis).3
Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gram, tersusun oleh sekitar 100 triliun neuron.
Masing-masing neuron mempunyai 1000-10000 koneksi sinaps dengan sel saraf lainnya.
Otak merupakan jaringan yang konsistensinya kenyal dan terletak didalam ruangan yang
tertutup oleh tulang yaitu kranium (tengkorak).Jaringan otak dilindungi oleh beberapa
pelindung yaitu rambut, kulit kepala, tengkorak, selaput otak (meningens), dan cairan otak
(liquor cerebro spinalis) atau yang sering kita singkat LCS.Selaput otak terdiri dari tiga
lapisan yakni duramater, arachnoidmater dan piamater.Duramater juga disebut pakhimening,
sedangkan piamater dan arachnoidmater bersama-sama disebut leptomening.Ada 6 macam
lobus di otak kita yaitu: lobus frontal, lobus parietal, lobus temporal, lobus oksipital, lobus
insula, dan lobus limbik.4
Cairan Serebrospinal (CSS)
Cairan serebrospinalis merupakan cairan bening dan tidak berwarna yang dihasilkan
oleh plexus choroideus di dalam ventrikulus lateraliis, tertius, dan quartus otak.Akhirnya
cairan ini masuk ke aliran darah dengan melalui villi arachnoidales dan masuk ke dalam sinus
venosus duramateris, terutama ke sinus venosus sagitallis superior.Fungsi CSS antara lain:
sebagai pelindung otak, sebagai alas atau bantalan dari struktur neuron. Sebagai penyangga
dari otak.Transportasi nutrisi, pesan kimia, dan produk sisa.4
Medula Spinalis
Medula spinalis merupakan struktur yang berbentuk silinder, berwarna putih keabu-
abuan, yang mulai di atas setinggi foramen magnum sebagai lanjutan dari medulla oblongata.
Di inferior, medulla spinalis meruncing menjadi conus medullaris.4
Sistem perdarahan
Otak memperoleh darah melalui dua sistem yakni sistem karotis (arteri karotis interna
kanan dan kiri) dan sistem vertebral. Arteri koritis interna, setelah memisahkan diri dari arteri
karotis komunis, naik dan masuk ke rongga tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan
dalam sinus kavernosum, mempercabangkan arteri oftalmika untuk nervus optikus dan retina,
akhirnya bercabang dua: arteri serebri anterior dan arteri serebri media. Untuk otak, sistem ini
memberi darah bagi lobus frontalis, parietalis dan beberapa bagian lobus temporalis.5
Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang berpangkal di
arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis tranversalis di kolumna vertebralis
servikal, masuk rongga kranium melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-
masing sepasang arteri serebeli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya
bersatu arteri basilaris, dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada tingkat
mesensefalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang: arteri serebri posterior, yang
melayani darah bagi lobus oksipitalis, dan bagian medial lobus temporalis.Ketiga pasang
arteri serebri ini bercabang-cabang menelusuri permukaan otak, dan beranastomosis satu
bagian lainnya. Cabang-cabang yang lebih kecil menembus ke dalam jaringan otak dan juga
saling berhubungan dengan cabang-cabang arteri serebri lainya.5
Untuk menjamin pemberian darah ke otak, ada sekurang-kurangnya 3 sistem kolateral
antara sistem karotis dan sistem vertebral, yaitu: Sirkulus Willisi, yakni lingkungan pembuluh
darah yang tersusun oleh arteri serebri media kanan dan kiri, arteri komunikans anterior (yang
menghubungkan kedua arteri serebri anterior), sepasang arteri serebri media posterior dan
arteri komunikans posterior (yang menghubungkan arteri serebri media dan posterior) kanan
dan kiri. Anyaman arteri ini terletak di dasar otak.Anastomosis antara arteri serebri interna
dan arteri karotis eksterna di daerah orbita, masing-masing melalui arteri oftalmika dan arteri
fasialis ke arteri maksilaris eksterna.Hubungan antara sitem vertebral dengan arteri karotis
ekterna (pembuluh darah ekstrakranial). Selain itu masih terdapat lagi hubungan antara
cabang-cabang arteri tersebut, sehingga menurut Buskrik tak ada arteri ujung (true end
arteries) dalam jaringan otak.5
Darah vena dialirkan dari otak melalui 2 sistem: kelompok vena interna, yang
mengumpulkan darah ke vena Galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang
terletak dipermukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior dan
sinus-sinus basalis laterales, dan seterusnya melalui vena-vena jugularis dicurahkan menuju
ke jantung.5
Anamnesis
Langkah pertama yang kita lakukan yaitu menanyakan identitas pasien terlebih dulu
meliputi nama, usia, pekerjaan, tempat tinggal. Setelah itu kita tanyakan keluhan utamanya
dan juga keluhan tambahannya. Kemudian tanyakan riwayat penyakit sekarangnya, apakah
ditemukan adanya tanda kardinalnya yaitu onset mendadak (biasanya dalam detik) dari
deficit neurologis ( misalnya lemas, baal, disfagia, dan sebagainya)? Kapan pertama kali
memperhatikan adanya deficit neurologis?Apakah timbul mendadak atau bertahap? Gejala
apa yang teramati: lemas, baal, diplopia, disfasia atau jatuh? Adakah pengabaian sensoris?
Adakah gejala penyerta berikut: nyeri kepala, mual, muntah, atau kejang? Adakah defek
neurologis lain baru-baru ini (missal TIA)? Adakah saksi mata atas peristiwa tersebut?
Adakah masalah selanjutnya (misalnya aspirasi, kerusakan akibat jatuh)?Pernahkah pasien
jatuh dan mengalami trauma kepala sebelumnya (pertimbangkan hematoma
subdural/ekstradural)?Sejauh mana disabilitas dan adakah gangguan fungsional?
Riwayat penyakit dahulu, kita tanyakan pada pasien adakah riwayat stroke
sebelumnya, TIA, kolaps, kejang, atau perdarahan subaraknoid?Adakah riwayat penyakit
vaaskular yang diketahui (misalnya stenosis karotis, aterosklerosis coroner, penyakit vascular
perifer)?Adakah riwayat perdarahan atau kecenderungan pembekuan?Adakah kemungkinan
sumber embolik (misalnya fibrilasi atrium, katup buatan, stenosis karotis, diseksi karotis atau
vertebra)?Adakah riwayat hipertensi, hiperkolesterolemia, atau merokok?
Riwayat obat-obatan, kita tanyakan apakah pasien mengkonsumsi antikoagulan
(misalnya walfarin) atau obat antiplatelet (misalnya aspirin)? Apakah pasien baru-baru ini
mengkonsumsi trombolitik?.Riwayat keluarga dan sosial kita tanyakan pada pasien adakah
riwayat stroke dalam keluarga?
Pemeriksaan fisik
Hal pertama yang kita lakukan adalah melihat keadaan umum pasien, apakah pasien
sakit ringan, sedang atau berat?Selanjutnya kita lakukan pengukuran tanda-tanda vital yang
meliputi tekanan darah, frekuensi denyut jantung dan frekuensi napas serta suhu tubuh.
Pastikan jalan napas stabil dan terjaga.Mungkin posisi perlu diubah menjasi posisi
pemulihan atau bahkan intubasi.Beri oksigen dan pastikan pernapasan serta sirkulasi
dipertahankan.Periksa tingkat kesadaran menggunakan Skor Koma Glasgow. Nilailah bicara:
periksa pemahaman pasien akan perintah dan dengarkan saat pasien berbicara. Jika tampak
ada kesulitan, minta pasien menyebutkan nama objek tertentu. Minta pasien mengulangi
suatu frase yang anda ucapkan.Adakah disartria atau disfagia (resertif atau ekspresif)?
Nilailah postur pasien. Apakah pasien normal/hemiplegik/deserebrasi/dekortikasi?.6
Lakukan pemeriksaan neurologis lengkap. Khususnya adakah deficit neurologis fokal
(misalnya kelemahan disatu sisi)?. Periksa tonus: tonus bisa normal atau sedikit menurun
pada awal stroke atau baru sembuh dari stroke akibat lesi neuron motoric atas ( upper motor
neurone, UMN), tetapi biasanya tonus akhirnya meningkat sampai tingkat abnormal. Apakah
kekuatan berkurang?Jika ya, adakah “distribusi piramidalis” (yaitu pada lengan fleksor lebih
kuat, sedangkan pada tungkai ekstensor yang lebih kuat)?Adakah gangguan koordinasi?
Adakah tanda-tanda lesi serebelar?.6
Apakah refleks menurun atau meningkat?Seperti tonus, refleks mngkin normal atau
berkurang pada awal atau setelah lesi neuron motorik atas, tetapi biasanya refleks akhirnya
meningkat sampai tingkat abnormal.Adakah deficit saraf kranial? Apakah tanda neurologis
menunjukkan lesi pada bagian SSP tertentu atau gangguan suplai arteri tertentu?.6
Tujuan pemeriksaan neurologi adalah untuk mengidentifikasi gejalah stroke,
memisahkan stroke dengan kelainan lain yang memiliki gejalah seperti stroke, dan
menyediakan informasi neurologi untuk mengetahui keberhasilan terapi. Komponen penting
dalam pemeriksaan neurologi mencakup pemeriksaan status mental dan tingkat kesadaran,
pemeriksaan nervus kranial, fungsi motorik dan sensorik, fungsi serebral, gait, dan refleks
tendon profunda. Tengkorak dan tulang belakang pun harus diperiksa dan tanda-tanda
meningimus pun harus dicari. Adanya kelemahan otot wajah pada stroke harus dibedakan
dengan Bell’s palsy di mana pada Bell’s palsy biasanya ditemukan pasien yang tidak mampu
mengangkat alis atau mengerutkan dahinya.7
Tabel 2. Status kesadaran kuantitatif (GCS).8
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang ditujukan untuk mencari penyebab, mencegah rekurensi dan,
pada pasien yang berat, mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan perburukan
fungsi SSP. Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan pada pasien stroke antara lain: darah
lengkap dan LED, ureum, elektrolit, glukosa, dan lipid, rontgen dada dan EKG, CT-scan
atau MRI kepala.
CT scan kepala non kontras
Modalitas ini baik digunakan untuk membedakan stroke hemoragik dan stroke non
hemoragik secara tepat kerena pasien stroke non hemoragik memerlukan pemberian
trombolitik sesegera mungkin. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk menentukan
distribusi anatomi dari stroke dan mengeliminasi kemungkinan adanya kelainan lain yang
gejalahnya mirip dengan stroke (hematoma, neoplasma, abses).9
Adanya perubahan hasil CT scan pada infark serebri akut harus dipahami. Setelah 6-
12 jam setelah stroke terbentuk daerah hipodense regional yang menandakan terjadinya
edema di otak. Jika setelah 3 jam terdapat daerah hipodense yang luas di otak maka
diperlukan pertimbangan ulang mengenai waktu terjadinya stroke. Tanda lain terjadinya
stroke non hemoragik adalah adanya insular ribbon sign, hiperdense MCA (oklusi MCA),
asimetris sulkus, dan hilangnya perberdaan gray-white matter.9
Untuk evaluasi lebih lanjut dapat digunakan USG.Jika dicurigai stenosis atau oklusi
arteri karotis maka dapat dilakukan pemeriksaan dupleks karotis.USG transkranial dopler
berguna untuk mengevaluasi anatomi vaskuler proksimal lebih lanjut termasuk di antaranya
MCA, arteri karotis intrakranial, dan arteri vertebrobasiler.Pemeriksaan ECG
(ekhokardiografi) dilakukan pada semua pasien dengan stroke non hemoragik yang dicurigai
mengalami emboli kardiogenik.Transesofageal ECG diperlukan untuk mendeteksi diseksi
aorta thorasik.Selain itu, modalitas ini juga lebih akurat untuk mengidentifikasi trombi pada
atrium kiri. Modalitas lain yang juga berguna untuk mendeteksi kelainan jantung adalah EKG
dan foto thoraks.9
Diferential Diagnosis
Stroke iskemik ec emboli
Emboli dapat merupakan komplikasi dari penyakit degenerasi arteri SSP, atau dapat
juga berasal dari jantung, seperti: penyakit katup jantung, fibrilasi atrium, infark miokard
yang baru terjadi. Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari right-
sided circulation (emboli paradoksikal).Penyebab terjadinya emboli kardiogenik adalah
trombi valvular seperti pada mitral stenosis, endokarditis, katup buatan), trombi mural
(seperti infark miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung kongestif) dan atrial
miksoma.Sebanyak 2-3 persen stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard dan 85 persen
di antaranya terjadi pada bulan pertama setelah terjadinya infark miokard.
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial maupun emboli paradoxical
melalui patent foramen ovale.Sumber emboli cardiogenik termasuk thrombus valvular
(seperti mutral stenosis, endoraditis, katup prostetik), thrombus mural (seperti infark
myocardm fibrilasi atrial, cardiomyopathy dilatasi, CHF dan atrial myxoma). MI
berhubungan dengan 2-3% insidensi stroke emboli, dimana 85% kasus terjadi pada bulan
pertama setelah MI.9
Stroke intracerebral
Perdarahan didalam jaringan otak dapat disebabkan oleh: hipertensi, dengan
pembentukan mikroaneurisma (aneurisma Charcot-Bouchard), perdarahan tumor, trauma,
kelainan darah, gangguan pembuluh darah (malformasi arterivenosa, vaskulitis, amiloidosis).
Sepuluh persen dari kasus stroke merupakan perdarahan intraserebral. Pasien datang tengan
tanda-tanda neurologis fokal yang tergantung dari lokasi perdarahan, kejang, dan gambaran
peningkatan tekanan intracranial. Diagnosis biasanya jelas dari CT-scan.9
Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah: nyeri kepala berat,
mual, muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid pada pemeriksaan pungsi lumbal
merupakan gejala penyerta yang khas. Serangan sering kali di siang hari, waktu beraktivitas
dan saat emosi/marah. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi
kurang dari setengah jam, 23% antara 1/2-2 jam, dan 12% terjadi setelah 3 jam).10
Komplikasi yang terjadi meliputi hydrocephalus dan coning (herniasi).Oleh karena
itu, adanya hematoma besar menunjukkan prognosis yang buruk (mortalitas lebih dari 50%),
begitu pula perdarahan batang otak biasanya lebih buruk.
Tatalaksana awal medikamentosa meliputi obat antihipertensi, antikonvulsan bila
kejang, koreksi koagulasi, dan manitol untuk peningkatan tekanan intracranial. Intervensi
bedah meliputi: evakuasi hematoma (untuk perdaahan serebelar atau serebral dengan
perburukan yang progresif. Drainase ventrikel (untuk hidrosefalus akut).9
Patogenesis perdarahan intraserebral adalah akibat rusaknya struktur vaskular yang
sudah lemah akibat aneurisma yang disebabkan oleh kenaikan darah atau pecahnya pembuluh
darah otak akibat tekanan darah, atau pecahnya pembuluh darah otak akibat tekanan darah
yang melebihi toleransi. Penyebab perdarahan intraserebral adalah pecahnya mikroaneurisma
Charcot-Bouchard akibat kenaikan tekanan darah..
Stroke subarachnoid
Adalah suatu keadaan yang ditandai dengan adanya darah pada rongga subarakhnoid
yang disebabkan oleh proses patologis. Perdarahan subarakhnoid ditandai dengan adanya
ekstravasasi darah ke rongga subarakhnoid yaitu rongga antara lapisan dalam (piamater) dan
lapisan tengah (arakhnoid matter) yang merupakan bagian selaput yang membungkus otak
(meninges).
Patogenesis perdarahan subaraknoid yaitu darah keluar dari dinding pembuluh darah
menuju ke permukaan otak dan tersebar dengan cepat melalui aliran cairan otak ke dalam
ruangan di sekitar otak.Perdarahan sering kali berasal dari rupturnya aneurisma di basal otak
atau pada sirkulasi willisii.Perdarahan subaraknoid timbul spontan pada umumnya dan sekitar
10 % disebabkan karena tekanan darah yang naik dan terjadi saat aktivitas.
Perdarahan subarakhnoid secara spontan sering berkaitan dengan pecahnya aneurisma
(85%) akibat kerusakan dinding arteri pada otak.Dalam banyak kasus, PSA sering berkaitan
dengan pendarahan aneurisma.Penelitian membuktikan aneurisma yang lebih besar
kemungkinannya bisa pecah.Selanjunya 10% kasus dikaitkan dengan non aneurisma
perimesencephalic hemoragik, dimana darah dibatasi pada daerah otak tengah.Aneurisma
tidak ditemukan secara umum. 5% berikutnya berkaitan dengan kerusakan rongga arteri,
gangguan lain yang mempengaruhi vessels, gangguan pembuluh darah pada sum-sum tulang
belakang dan perdarahan berbagai jenis tumor.9
Pada penderita PSA dijumpai gejala: nyeri kepala yang hebat, nyeri di leher dan
punggung, mual, muntah, fotofobia. Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan
pemeriksaan kaku kuduk, Lasegue dan Kernig untuk mengetahui kondisi rangsangan selaput
otak, jika terasa nyeri maka telah terjadi gangguan pada fungsi saraf. Pada gangguan fungsi
saraf otonom terjadi demam setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi ulkus pepticum karena
pemberian obat antimuntah disertai peningkatan kadar gula darah, glukosuria, albuminuria,
dan perubahan pada EKG.4
Working Diagnosis
Stroke iskemik ec thrombosis & Hipertensi grade II
Stroke merupakan suatu sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak (GPDO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan
bukan sebagai akibat tumor, trauma ataupun infeksi susunan saraf pusat.Stroke ini merupakan
penyebab kecacatan nomor satu di dunia dan penyabab kematian nomor tiga di dunia.
Duapertiga stroke terjadi di negara berkembang. Pada masyarakat barat, 80% penderita
mengalami stroke iskemik dan 20% mengalami stroke hemoragik. Insiden terjadinya stroke
akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan waktu terjadinya terdiri atas: Transient
Ischaemic Attack (TIA) yang merupakan defisit neurologis yang membaik dalam waktu
kurang dari 30 menit; Reversible Ischaemic Neurological Deficit (RIND) yaitu defisit
neurologis yang membaik kurang dari satu 1 minggu.1
Etiologi
Secara umum penyebab terjadinya stroke iskemik adalah: Vaskuler yang meliputi
aterosklerosis, displasi fibromuskuler, inflamasi (giant cell arteritis, SLE, poliarteritits
nodosa, angiitis granuloma, arteritis sifilitika, AIDS), diseksi arteri, penyalahgunaan obat,
sindrom Moyamoya, thrombosis sinus, atau vena. Kelainan jantung yang meliputi thrombus
mural, aritmia jantung, endocarditis infeksiosa dan noninfeksiosa, penyakit jantung rematik,
penggunaan katup jantung prostetik, miksoma atrial, dan fibrilasi atrium.Kelainan darah
yang meliputi trombositosis, polisitemia, anemia sel sabit, leukositosis, hiperkoagulasi, dan
hiperviskositas darah.
Sedangkan dalam kasus ini stroke disebabkan oleh thrombosis.Stroke trombotik dapat
dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar (termasuk sistem arteri karotis) dan
pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior).Tempat terjadinya
trombosis yang paling sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah
distribusi dari arteri karotis interna.Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya
turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko pembentukan trombus aterosklerosis
(ulserasi plak), dan perlengketan platelet.
Thrombosis arteri ( atau vena) pada SSP dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari
trias Virchow, yaitu: abnormalitas dinding pembuluh darah, umumnya penyakit degenerative,
dapat juga inflamasi (vaskulitis) atau trauma (diseksi). Abnormalitas darah, misalnya
polisitemia. Gangguan aliran darah.1
Faktor resiko
Faktor resiko dapat digolongkan menjadi 2 secara garis besar, yaitu yang masih bisa
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak bisa dimodifikasi terdiri
dari usia: kejadian stroke meningkat 2x lipat setiap decade setelah umur 35-44 tahun. Jenis
kelamin: pada perempuan premenopause lebih rendah disbanding pria, namun setelah
menopause factor perlindungan pada wanita ini akan menghilang sehingga insidensnya
menjadi hampir sama dengan pria.Ras: Afro-Amerika memiliki kejadian stroke lebih besar
disbanding kulit putih.Genetik: faktor keturunan juga memegang peran penting dalam
epidemiologi stroke.
Sedangkan faktor yang masih dapat dimodifikasi antara lain. Riwayat stroke
sebelumnya, hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, merokok, aterosklerosis,
dislipidemi, alcohol dan narkoba, kontrasepsi oral dan obesity, peninggian kadar fibrinogen,
antibody anti fosfolipid, hiperkolesterol, TIA, hiperurisemia, hiperhomosisteinemia,
peninggian Ht.1
Patofisiologi & patogenesis
Cedera vasculsr cerebral (CVS), yang sering disebut stroke atau serangan otak, adalah
cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak.Individu yang terutama
berisiko mengalami CVS adalah lansia dengan hipertensi, diabetes, hiperkolesterolemia, atau
penyakit jantung. Pada CVS, hipoksia cerebral yang menyebabkan cedera dan kematian sel
neuron terjadi. Inflamasi, yang ditandai dengan pelepasan sitokin proinflamasi, produksi
radikal bebas oksigen, dan pembengkakan serta edema ruang interstisial, terjadi pada
kerusakan sel dan menyebabkan situasi yang memburuk.Demikian pula, asidosis terjadi
akibat hipoksia dan mencederai otak lebih lanjut melalui aktivasi saluran ion neuron yang
mendeteksi asam. Pada akhirnya, kerusakan otak terjadi setelah CVS, biasanya memuncak 24
sampai 72 jam setelah kematian sel neuron.2
Ada dua klasifikasi umum CVS: iskemik dan hemoragik. CVS iskemik terjadi akibat
penyumbatan aliran darah arteri yang lama ke bagian otak.CVS hemoragik terjadi akibat
perdarahan dalam otak.
Stroke iskemik
Penyumbatan arteri yang menyebabkan stroke iskemik dapat terjadi akibat thrombus
(bekuan darah di arteri serebril) atau embolus (bekuan darah yang berjalan ke otak dari
tempat lain di tubuh). Stroke trombotikterjadi akibat oklusi aliran darah, biasanya karena
aterosklerosis berat.Sering kali, individu mengalami satu atau lebih serangan iskemik
sementara (Transient Ischemic Attack, TIA) sebelum stroke trombotik yang sebenarnya
terjadi.TIA adalah gangguan fungsi otak singkat yang reversible akibat hipoksia serebral.TIA
mungkin terjadi ketika pembuluh darah aterosklerotik mengalami spasme, atau saat
kebutuhan oksigen otak meningkat dan kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi karena
aterosklerosis yang berat. Berdasarkan definisi, TIA berlangsung kurang dari 24 jam. TIA
yang sering terjadi menunjukkan kemungkinan terjadinya stroke trombotik yang
sebenarnya.Stroke trombotik biasanya berkembang dalam periode 24 jam.Selama periode
perkembangan stroke, individu dikatakan mengalami stroke in evolution. Pada akhir periode
tersebut, individu dikatakan mengalami stroke lengkap (completed stroke).2
Stroke embolik berkembang setelah oklusi arteri oleh embolus yang terbentuk di luar
otak. Sumber umum embolus yang menyebabkan stroke adalah jantung setelah infark
miokardiu atau fibrilasi atrium, dan embolus yang merusak arteri karotis komunis atau aorta.2
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis bergantung pada neuroanatomi dan vaskularisasinya.Gejala klinis
dan defisit neurologic yang ditemukan berguna untuk menilai lokasi iskemi.Gangguan
peredaran darah arteri serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan hemihipestesi
kontralateral yang terutama melibatkan tungkai.Gangguan peredaran darah arteri serebri
media menyebabkan hemiparesis dan hemihipestesi kontralateral yang terutama mengenai
lengan di sertai gangguan fungsi luhur berupa afasia (bila mengenai area otak dominan) atau
hemispatial neglect (bila mengenai area otak nondominan). Gangguan peredaran darah
arteri serebri posterior menimbulkan heminopsu homonym atau kuadrantanopsi kontralateral
tanpa disertai gangguan motoric maupun sensorik.Gangguan daya ingat terjadi bila terjadi
infrak pada temporalis medial.Aleksia tanpa agrafia timbul bila infrak terjadi pada kalosum.
Agnosia dan prosopagnosia (ketidakmampuan mengenali wajah) timbul akibat infark pada
korteks temporooksipitalis inferior.1
Gangguan peredaran darah batang otak menyebabkan gangguan saraf ranial seperti
disartri, diplopi dan vertigo;gangguan serebelar, seperti ataksia atau hilang keseimbangan;
atau penurunan kesadaran. Infark lacunar merupakan infark kecil dengan klinis gangguan
murni motorik atau sensorik tanpa disertai gangguan fungsi luhur.1
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis, ada beberapa hal yang perlu diketahui antara lain:
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan neurologis, skor stroke (skor stroke Siriraj, skor
Gajah Mada), laboratorium darah (hemoglobin, hematocrit, eritrosit, leukosit, hitung jenis,
trombosit, dan laju endap darah; PT dan aPTT, agregasi trombosit, fibrinogen; gula darah,
profil lipid dan kolesterol, asam urat). EKG dan ekokardiografi untuk mencari faktor
pencetus stroke akibat penyakit jantung. Pungsi lumbal (sesuai indikasi).Foto thoraks. CT-
scan/ MRI kepala.1
Tabel. Skor Stroke Siriraj
No Gejala/ tanda Penilaian Indeks
1 Kesadaran
(0) Kompos mentis
(1) Mengantuk
(2) Semi koma/ koma
x 2,5
2 Muntah(0) Tidak
(1) Yax 2
3 Nyeri kepala(0) Tidak
(1) Yax 2
4 Tekanan darah Diastolik x 10%
5Atheroma (DM, angina
pectoris, klaudicatio intremt)
(0) Tidak
(1) Yax (-3)
6 Konstanta -12
Total SSSSSS>1 stroke perdarahan
SSS<1 stroke iskemik
Tabel. Skor stroke Gadjah Mada
Penurunan
kesadaran
Nyeri
kepalaBabinski Jenis stroke
+ + + Perdarahan
+ _ _ Perdarahan
_ + _ Perdarahan
_ _ + Iskemik
_ _ _ Iskemik
Epidemiologi
Stroke adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di
dunia.Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting,
dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang.
Menurut taksiran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 20,5 juta jiwa di
dunia sudah terjangkit stroke pada tahun 2001. Dari jumlah itu 5,5 juta telah meninggal
dunia. Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke
di dunia.
Di Amerika Serikat, stroke menempati posisi ketiga sebagai penyakit utama yang
menyebabkan kematian. Posisi di atasnya dipegang penyakit jantung dan kanker.Di negeri
Paman Sam ini, setiap tahun terdapat laporan 700.000 kasus stroke.Sebanyak 500.000
diantaranya kasus serangan pertama, sedangkan 200.000 kasus lainnya berupa stroke
berulang.Sebanyak 75 persen penderita stroke menderita lumpuh dan kehilangan pekerjaan.
Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker.
Sebanyak 28,5 persen penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita kelumpuhan
sebagian maupun total. Hanya 15 persen saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke
dan kecacatan.11
Penatalaksanaan
Secara umum adalah: Nutrisi. Hidrasi intravena: koreksi dengan NaCl 0,9% jika
hipovolemik. Hipergliemi: koreksi dengan insulin skala luncur, bila stabil, beri inulin regular
subkutan. Neurorehabilitasi dini: stimulasi dini secepatnya dan fisioterapi gerak anggota
badan aktif maupun pasif. Perawatan kandung kemih: kateter menetap hanya pada keadaan
khusus (kesadaran menurun, demensia, dan afasia global).1
Penatalaksanaan secara khusus meliputi: terapi spesifik stroke iskemik akut,
hipertensi, thrombosis vena dalam.
Terapi spesifik stroke iskemik akut yaitu: trombolisis rt-PA intravena/intraarterial
pada ≤ 3 jam setelah awitan stroke dengan dosis 0,9 mg/kg (maksimal 90 mg). sebanyak 10%
dosis awal diberi sebagai bentuk bolus, sisanya dilanjutkan melalui infus dalam waktu 1
jam.Antiplatelet: asam salisilat 160-325 mg/hari 48 jam setelah awitan stroke atau clopidogrel
75 mg/hr. obat neuroprotektif. 1
Hipertensi: pada stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan apabila tekanan
sistolik >220 mmHg dan/ atau tekanan diastolik >120 mmHg dengan penurunan maksimal
20% dari tekanan arterial rata-rata (MAP) awal per hari. Panduan penurunan tekanan darah
tinggi: bila tekanan darah sistolik >230 mmHg atau tekanan diastolik >140 mmHg berikan
nikardipin (5-15 mg/jam infus kontinu), diltiazem (5-40 mg/kg/menit infus kontinu) atau
nimodipin (60 mg/ 4 jam PO). Bila tekanan sistolik 180-230 mmHg atau tekanan diastolic
105-140 mmhg, atau tekanan darah arterial rata-rata 130 mmHg pada dua kali pengukuran
tekanan darah dengan selang 20 menit atau pada keadaan hipertensi gawat darurat (infark
miokard, edema paru kardiogenik, retinopati, nefropati, atau ensefalopati hipertensif) dapan
diberikan:labetalol 10-20 mg IV selama 1-2 menit. Ulangi atau gandakan setiap 10 menit
sampai maksimum 300 mg atau berikan dosis awal berupabolus yang diikuti oleh labetalol
drip 2-8 mg/ menit. Nikardipin; Diltiazem; Nimodipin. Bila tekanan sistolik <180 mmHg dan
tekanan diastolic < 105 mmHg, tangguhkan pemberian obat hipertensi.1
Thrombosis vena dalam: Heparin 5000 unit/ 12 jam selama 5-10 hari. Low Molecular
Weight Heparin (enoksaparin/nadroparin) 2 x 0,3-0,4 IU SC abdomen. Pneumatic boots,
stoking elastic, fisioterapi, dan mobilisasi.1
Komplikasi
Individu yang mengalami CVS mayor pada bagian otak yang mengontrol respons
pernapasan atau kardiovaskular dapat meninggal.Destruksi area ekspresif atau reseptif ada
otak akibat hipoksia dapat menyebabkan kesulitan komunikasi.Hipoksia pada area motoric
otak dapat menyebabkan paresis.Perubahan emosional dapat terjadi pada kerusakan korteks,
yang mencakup sistim limbik.Hematoma intraserebral dapat disebabkan oleh pecahnya
aneurisma atau stroke hemoragik, yang menyebabkan cedera otak sekunder ketika tekanan
intracranial meningkat.2
Pasien yang mengalami gejala berat, misalnya imobilisasi dengan hemiplegia berat,
rentan terhadap komplikasi yang dapat menyebabkan kematian lebih awal, yaitu: pneumonia,
septikemia (akibat ulcus decubitus atau infeksi saluran kemih). Thrombosis vena dalam (deep
vein thrombosis, DVT) dan emboli paru.Infark miokard, aritmia jantung, dan gagal
jantung.Ketidakseimbangan cairan.
Sekitar 10% pasien dengan infark serebri meninggal pada 30 hari pertama. Hingga
50% pasien yang bertahan akan membutuhkan bantuan dalam menjalankan aktivitas sehari-
hari. Factor-faktor yang mempunyai konstribusi pada disabilitas jangka pangjang meliputi:
ulkus decubitus, epilepsi, jatuh berulang dan fraktur, spaastisitas, dengan nyeri, kontraktur
dan kekauan sendi bahu (frozen shoulder), depresi.9
Prognosis
Stroke berikutnya dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yang paling penting adalah sifat
dan tingkat keparahan defisit neurologis yang dihasilkan.Usia pasien, penyebab stroke,
gangguan medis yang terjadi bersamaan juga mempengaruhi prognosis. Secara keseluruhan,
agak kurang dari 80% pasien dengan stroke bertahan selama paling sedikit 1 bulan, dan
didapatkan tingkat kelangsungan hidup dalam 10 tahun sekitar 35%. Angka yang terakhir ini
tidak mengejutkan, mengingat usia lanjut di mana biasanya terjadi stroke. Dari pasien yang
selamat dari periode akut, sekitar satu setengah samapai dua pertiga kembali fungsi
independen, sementara sekitar 15% memerlukan perawatan institusional.1
Pencegahan
Rekurensi dapat dicegah dengan memodifikasi faktor resiko, terutama berhenti
meroko dan manipulasi diet (rendah lemak hewani, rendah garam, menghindari konsumsi
alkohol berlebihan) dan penggunaan obat-obat penurun koesterol, misalnya pravastatin.Untuk
jangka panjang, penting dilakukan kontrol tekanan darah.Untuk 2 minggu pertama setelah
stroke iskemik, sebaiknya pasien tidak diberi terapi antihipertensi yang melebihi terapi
sebelum stroke, kecuali terdapat bukti adanya hipertensi maligna.
Penurunan tekanan darah yang terlalu cepat dapat memperburuk iskemia pada region
di mana sirkulasi serebri sudah berkurang.Terapi antiplatelet diindikasikan untuk seumur
hidup, diberikan sedini mungkin setelah terjadi infark serebri.Dosis awal aspirin (300 mg per
hari) dapat diturunkan menjadi 75 mg per hari setelah 4 minggu. Pada fibrlasi atrium dan
penyakit jantung lain yang dapat menjadi sumber emboli, dapat diberi profilaksis
antikoagulan dengan walfarin.9
Hipertensi II
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg.Hipertensi terbagi menjadi hipertensi primer dan
hipertensi sekunder. Sekitar 90-95% kasus tergolong hipertensi primer.12
Klasifikasi
Klasifikasi (JNC7) Tekanan sistolik Tekanan diastolik
Normal 90-119 mmHg 60-79 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi derajat 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Manifestasi klinis hipertensi
Bila timbul gejala, penyakit ini sudah lanjut. Gejala lasik yaitu sakit kepala,
epistaksis, pusing, dan tinnitus uang diduga berhubungan dengan naiknya tekanan darah,
terrnyata sama seringnya dengan yang terdapat pada yang tidak dengan tekanan darah tinggi.
Namun gejala sakit kepala sewaktu bangun tidur, mata kabur, depresi, dan nokturia, ternyata
meningkat pada hipertensi yang tidak diobati.Epat sekuele utama akibat hipertensi adalah
stroke, infark miokard, gagal ginjal, dan ensefalopati.
Efek hipertensi jangka panjang adalah kerusakan organ target: penyakit
serebrovaskular (stroke trombotik dan hemoragik), penyakit vascular (penyakit jantung
koroner), dan hipertrofi ventrikel kiri (mekanisme kompensasi terhadap peningkatan TD
kronik).12
Penatalaksanaan
Medika mentosa: diuretic, penghambat adrenergic (alfa bloker, beta bloker, alfa-beta bloker
labetalol), ACE inhibitor, antagonis kalsium, vasodilator.
Non medikamentosa, antara lain: modifikasi gaya hidup, memperbaiki pola makan, diet
rendah sodium, aktivitas fisik (aerobik), tidak minum alcohol dan berhenti merokok.12
Kesimpulan
Stroke adalah suatu sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
(GPDO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis. Klasifikasi
terdiri dari 2 jenis yaitu stroke iskemik yang bisa disebabkan oleh trhombosis atau emboli dan
stroke hemoragik yang bisa disebabkan karna ruptur pembuluh darah. Sedangkan hipertensi
adalah bila tekanan darah pasien > 140/90. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang dapat di diagnosis bahwa pasien ini menderita stroke iskemik ec
throbosis dan jga hipertensi grade II.
Daftar pustaka
1. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. panduan praktis diagnosis dan
tatalaksana penyakit saraf. Jakarta: EGC; 2009.h.24-35
2. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi revisi 3. Jakarta: EGC; 2009.h.250-52
3. Satyanegara, Hasan RY, Abubakar S, Maulana AJ, Sutarnap E, Benhadi I,dkk. Ilmu
bedah saraf satyanegara. Edisi 4. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2010.h.13-65
4. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC;
2006.h.897-9
5. Aliah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. Gambaran umum tentang gangguan
peredaran darah otak dalam Kapita selekta neurology cetakan keenam editor Harsono.
Gadjah Mada university press, Yogyakarta. 2007.h.81-115.
6. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksa fisik. Jakarta: Erlangga; 2007.h.176-
7
7. D. Adams. Victor’s. Cerebrovasculer diseases in Principles of Neurology 8th Edition.
McGraw-Hill Proffesional. 2005. Hal: 660-67
8. Muttaqin A. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan.
Jakarta: Salemba Medika; 2008.h. 244-8.
9. Ginsberg L. lecture notes neurologi. Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga; 2007.hal.89-
98
10. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi 5 jilid I. Jakarta : Interna Publishing 2009.h. 892-898.
11. Di unduh dari http://www.artikelkedokteran.com/527/stroke-non-hemoragik.html.
Pada tanggal 17 desember 2013.
12. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2006.h.138-9