Stroke Iskemik
-
Upload
rainrainychan -
Category
Documents
-
view
52 -
download
1
description
Transcript of Stroke Iskemik
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebun Jeruk – Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RUMAH SAKIT BAKHTI YUDHA-DEPOK
Nama Mahasiswa :
NIM :
Dokter Pembimbing : TandaTangan:
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 74 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Gurame, Depok Jaya
No RM : 325513
Tanggal masuk RS : 10 Agustus 2015 di UGD RS Bhakti Yudha
Tanggal keluar RS : 14 Agustus 2015
II. SUBJEKTIF
Anamnesis
Anamnesis di lakukan secara Auto dan alloanamnesis (anak pasien), pada tanggal 10
Agustus 2015 jam 09.00 WIB
Keluhan utama
Anggota gerak kiri sulit digerakkan sejak satu hari yang lalu
Keluhan tambahan
Mulut tampak mencong ke sisi kanan dan bicara agak pelo
1
Riwayat Penyakit Sekarang
Os seorang perempuan berusia 74 tahun datang ke IGD RS Bhakti Yudha diantar oleh
keluarga dalam keadaan sadar dengan keluhan anggota gerak kiri sulit digerakkan secara tiba-
tiba satu hari sebelum masuk rumah sakit. Mulut juga tampak mencong ke sisi kanan dan
agak pelo saat berbicara. Os mengatakan sebelumnya habis makan gorengan.
Os mengaku penglihatan tidak berubah menjadi buram ataupun berbayang. Os tidak
mengeluh adanya kejang, nyeri kepala, pusing, mual maupun muntah. BAB dan BAK normal
tidak ada keluhan. Os mengaku bahwa beliau tidak pernah mengalami kejadian seperti ini
sebelumnya. Os mengetahui memiliki riwayat darah tinggi dan kolestrol tinggi. Riwayat
trauma di sangkal. Riwayat gula darah tinggi disangkal. Riwayat keganasan dalam keluarga
disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi dan hiperkolestrolemi ± 10 tahun
Riwayat sosial
Kesan : keadaan sosial ekonomi pasien baik, tidak ada gangguan kepribadian
III.PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5 = 15
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Suhu : afebris
Respirasi : 20 x/menit
Gizi : Baik
Warna Kulit : Sawo matang
Kuku : Sianosis (-)
Turgor : Baik
Telinga : Normotia, simetris
Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba membesar
Toraks : Pergerakan simetris, kanan dan kiri
2
Jantung : Bunyi I dan II reguler, murmur (-), Gallop (-)
Paru-paru : SN vesikuler, ronki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : tidak teraba massa, nyeri tekan -, bising usus +
Hepar : Tidak teraba membesar
Lien : Tidak teraba membesar
Ekstremitas : Akral hangat, Edema (-/-, -/-)
1. Status Psikikus
a. Cara berpikir : Realistik
b. Perasaan hati : Eutim
c. Tingkah laku : Wajar
d. Ingatan : Baik
e. Kecerdasan : Tidak dinilai
2. Tanda-tanda perangsangan meningen
Kaku kuduk : tidak di lakukan
Kernig : tidak di lakukan
Brudzinski I : tidak di lakukan
3. Saraf kranialis
N. I (olfaktorius)
Kanan Kiri
Subjektif tidak dilakukan tidak dilakukan
Dengan bahan tidak dilakukan tidak dilakukan
N. II (optikus)
Kanan Kiri
Tajam penglihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lapangan penglihatan Normal normal
Melihat warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fundus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. III (okulomotorius)
Kanan Kiri
3
Pergerakan bulbus Baik baik
Strabismus (-) (-)
Nystagmus (-) (-)
Exophtalmus (-) (-)
Pupil Besar
Bentuk
3 mm
Bulat, isokor
3 mm
Bulat, isokor
Refleks terhadap sinar (+) (+)
Refleks konversi (+) (+)
Melihat ganda ( - ) ( - )
N. IV (trokhlearis)
Kanan Kiri
Pergerakan mata
(kebawah – keluar)
Normal Normal
Melihat kembar ( - ) ( - )
N. V (trigeminus)
Kanan Kiri
Membuka mulut Baik Baik
Mengunyah Baik Baik
Menggigit Baik Baik
Refleks kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. VI (abdusen)
Kanan Kiri
Pergerakan mata
(ke lateral)
Normal Normal
Sikap bulbus Normal Normal
Melihat kembar ( - ) ( - )
N. VII (fasialis)
4
Kanan Kiri
Mengerutkan dahi Tampak kerutan dahi Tampak kerutan dahi
Menutup mata Menutup sempurna Menutup sempurna
Memperlihatkan gigi ( + ) ( - )
Bersiul Tidak dilakukan
Menggembungkan pipi ( + ) ( - )
N. VIII (vestibule-kokhlearis)
Kanan Kiri
Detik arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Suara berisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. IX (glosofaringeus)
Kanan Kiri
Perasaan bagian lidah
belakang
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Faring Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. X (vagus)
Kanan Kiri
Arcus faring Tidak dilakukan
Bicara Sedikit pelo
Menelan Terasa mengganjal di tenggorokan, tersedak (-)
N.XI (aksesorius)
Kanan Kiri
Mengangkat bahu Normal Normal
Memalingkan muka Normal Normal
N. XII (hipoglosus)
5
Kanan Kiri
Pergerakan lidah Normal Normal
Julur lidah Lidah deviasi ke sebelah kanan
Tremor lidah (-) (-)
Artikulasi Baik Baik
A. Badan dan anggota gerak
a. Badan
Motorik
Respirasi Simetris
Duduk Mampu duduk dengan bantuan
Bentuk columna vetebralis Kifosis
Pergerakan columna vetebralis Normal
Sensibilitas
Taktil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nyeri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks
Refleks kulit perut atas Tidak dilakukan
Refleks kulit perut bawah Tidak dilakukan
Refleks kulit perut tengah Tidak dilakukan
Refleks kremaster Tidak dilakukan
b. Anggota gerak atas
Motorik
Kanan Kiri
Pergerakan Normal Terbatas
6
Kekuatan 5-5-5-5 2-2-2-2
Tonus Normotonus Hipotonus
Atrofi - -
Sensibilitas
Kanan Kiri
Taktil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nyeri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks
Kanan Kiri
Biceps + +
Triceps + +
Radius Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ulna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Trimmer- Hoffman - -
c. Anggota gerak bawah
Motorik
Kanan Kiri
Pergerakan Normal Terbatas
Kekuatan 5-5-5-5 3-3-3-3
Tonus Normotonus Normotonus
Atrofi - -
Sensibilitas
Kanan Kiri
Taktil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nyeri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Termi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
7
Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks
Kanan Kiri
Patella + +
Achilles + +
Babinski - +
Chaddock Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Schaffer Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Oppenheim Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Klonus kaki - -
Tes lasegue - -
Kernig - -
B. Koordinasi, gait, dan keseimbangan
Cara berjalan : tidak dilakukan
Test Romberg : tidak dilakukan
Test Romberg dipertajam : tidak dilakukan
Finger to finger : tidak dilakukan
Test tumit lutut : Tidak dialakukan
Dismetria (Past Pointing) : Tidak dilakukan
Nystagmus test : Tidak dilakukan
Disdiadokokinesia : Tidak dilakukan
C. Gerakan-gerakan abnormal
Tremor : (-)
Miokloni : (-)
Khorea : (-)
D. Alat vegetatif
Miksi : normal
Defekasi : normal
F. Siriraj Stroke Score : 2,5x(0) + 2x(0) + 2x(0) + 0,1x(90) - 3x(1) – 12 = -6
Kesan : Stroke non hemoragik
8
G. Skor Gadjahmada :
Penurunan kesadaran Nyeri kepala Babinski Jenis stroke
+ + + Perdarahan
+ - - Perdarahan
- + - Perdarahan
- _ + Iskemik
- - - Iskemik
RENCANA DIAGNOSTIK
1. Laboratorium darah rutin, profil lipid, asam urat, ureum dan kreatinin serum
2. CT scan kepala tanpa kontras
3. EKG
4. Observasi tekanan darah tiap 8 jam
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium 1 0-0 8 -2015 jam 15 . 18 :
HASIL
HEMATOLOGI
Darah rutin
Hemaglobin 12,6 g/dl
Lekosit 7.4 ribu/mm3
Hematokrit 41 %
Trombosit 280 ribu/mm3
Kimia Darah
Kreatinin 0,9 mg/dl
Kimia
Glukose puasa 86 mg/dl
Glukosa 2 jam PP 101 mg/dl
Cholestrol total 365 mg/dl Cholestrol LDL direk 269 mg/dl
Cholestrol HDL 57 mg/d;
Trigliserida 92 mg/dl
Asam urat 7,6 mg/dl
9
Hasil Ct-Scan 1 0 Agustus 2015
Tampak area hipodense batas tidak tegas di kapsula interna kanan, basal ganglia
kanan dan periventrikel lateralis kanan yang sedikit menyempitkan ventrikel lateralis
kanan.
Sella dan parasella baik
Tidak tampak deviasi midline
Ventrikel lateralis kanan kiri, III dan IV dilatasi
Sulci dan gyri serebri prominent dan mendatar, cisterna dan fissure Sylvii melebar
Infratentorial, pons, cerebellum, dan CPA baik
Pneumatisasi mastoid kanan dan kiri baik
Kedua bulbus okuli dan nn.optici baik
Sinus paranasal cerah
Kesan: infark akut di kapsula interna kanan, basal ganglia kanan, dan periventrikel
lateralis kanan yang sedikit menyempitkan ventrikel lateralis kanan. Brain atrofi
senilis
RESUME
Os seorang perempuan berusia 74 tahun datang ke IGD RS Bhakti Yudha dengan
keadaan sadar diantar oleh keluarganya dengan keluhan hemiparesis sinistra secara tiba-tiba 1
jam sebelum masuk rumah sakit. Wajah di bagian mulut tampak asimetris ke arah kanan dan
didapatkan keluhan disartria. Os mengaku sebelumnya habis makan gorengan. Hasil
pemeriksaan fisik ditemukan pasien tampak sakit sedang, compos mentis, tekanan darah
10
140/90 mmHg, penurunan kekuatan anggota gerak atas dan bawah bagian sinistra,
pemeriksaan nervus cranialis didapatkan hasil kesan parese N VII sinistra, serta ditemukan
reflek babinski pada bagian sinistra. Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya
hiperkolestrolemia dan hiperurisemia. Pada CT scan didapatkan tanda-tanda infark di bagian
kapsula interna, basal ganglia, dan paraventrikel lateralis kanan yang menyempitkan ventrikel
lateralis kanan, serta adanya brain atrofi senilis.
DIAGNOSIS
Klinis : Hemiparesis sinistra, hipertensi grade 1
Tropis : kapsula interna dekstra, basal ganglia dekstra, periventrikel lateralis
dekstra
Etiologi : Vaskular Patologik : Emboli
Terapi medikamentosa
IVFD RL / 12 jam
Citicholine 3x250 mg IV. Fungsi: merupakan neuroprotektan yang terbukti efektif
pada fase akut stroke iskemik. Citicoline dapat memperbaiki aliran serebral termasuk
stroke iskemik
Simvastatin 1x20 mg. Fungsi: senyawa antilipermic derivat asam mevinat yang
mempunyai mekanisme kerja menghambat 3-hidroksi-3-metil-glutaril-koenzim A
(HMG-CoA) reduktase yang mempunyai fungsi sebagai katalis dalam pembentukan
kolesterol. Selain itu juga berfungsi mengurangi jumlah trigliserida dan meningkatkan
High Density Lipoprotein (HDL) kolesterol.
Allopurinol 1x100 mg. Fungsi: menurunkan produksi asam urat dengan menghambat
xanthin-oksidase yaitu enzim yang dapat mengubah hipoxanthin menjadi xanthin dan
mengubah xanthin menjadi asam urat.
Terapi non medikamentosa
Bed rest
Diet lunak
Fisioterapi
Prognosis
11
Ad vitam : Bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Follow Up
11 Agustus 2015 12 Agustus 2015 13 Agustus 2015 14 Agustus 2015S : kaki kiri dan kanan kesemutan. Tangan kiri dan kaki kiri sulit digerakkan. Sulit menelan sehingga makan harus perlahan-lahan, belum BAB, tidur tidak pulas.
S : nyeri di pinggan dan panggul kanan, tangan kiri masi lemas dan tidak dapat digerakkan. Kaki kiri bisa digerakkan sedikit, belum BAB, masih sulit menelan
S : tangan kiri masih sulit digerakkan namun kaki kiri sudah dapat digerakkan, masih sulit menelan
S : tangan kiri masih terasa lemas, masih sulit menelan, tidur tidak pulas.
O :CM, KU: baik GCS:E4M6V5(15)TD = 140/80S = 36,6 CRR = 18 X/menitN = 86 X/menit
Pupil : Isokor RCL+/+, RCTL +/+Saraf kranialis didapatkan parase N.VII sinistra,Motorik :
RF : + +
+ +
RP : - - - +
O :KU: baik, CMGCS:E4M6V5(15)TD = 130/80S = 36,4RR = 22 XN = 66 X
Pupil : Isokor RCL+/+, RCTL +/+Saraf kranialis di kranialis didapatkan lidah deviasi ke kiriMotorik :
RF : + + + +
RP : - -
O :KU: baik, CM GCS:E4M6V5(15)TD = 120/80S = 37RR = 22 XN = 84 X
Pupil : Isokor RCL+/+, RCTL +/+Lidah tidak deviasiMotorik :
RF : +
+ + +RP : - - - +
O :CM GCS:E4M6V5(15)TD = 135/75mmHgS = 36,7RR = 20 XN = 76 X
Pupil : Isokor RCL+/+, RCTL +/+Lidah tidak deviasiMotorik :
RF : +
+ + +RP : - - - +
12
5555
2322
5555
4433
5555
2222
5555
4433
5555
3333
5555
4433
5555
4444
5555
4444
- +
A : Stroke Iskemik,Hipertensi grade 1
A : Stroke Iskemik,Hipertensi grade 1
A : Stroke Iskemik,Hipertensi grade 1
A : Stroke Iskemik,Hipertensi grade 1
P : Infus off DC off,
gunakan peespot
Fisioterapi aktif Terapi lanjut
P : Fisioterapi Terapi lanjutkan
P ; Fisioterapi Amlodipine 5 mg Konsul psikiatri
P : Diijinkan untuk
rawat jalan Terapi hipertensi
lanjutkan
TINJAUAN PUSTAKA
STROKE
Definisi dan Klasifikasi Stroke
World Health Organization (WHO) menyetujui definisi stroke sebagai manifestasi
klinis dari gangguan fungsi serebral baik lokal maupun menyeluruh (global), berlangsung
cepat, lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian, tanpa ditemukan penyebabnya selain
gangguan vaskuler.1 Stroke juga dapat didefinisikan sebagai disfungsi neurologis akut yang
disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak dan timbul secara mendadak atau cepat
dengan gejala-gejala dan tanda-tanda sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu. Secara
praktis , stroke dapat dikenal dari gejala klinisnya yang bersifat : onset mendadak, gejala
berkembang cepat dan mencapai maksimal dalam waktu beberapa menit sampai jam. Setelah
mencapai gejala maksimal , bila penderita tetap hidup gejala klinis dapat membaik sebagian
atau seluruhnya.2
Stroke diklasifikasikan berdasarkan kelainan patologis, waktu terjadinya, dan lokasi
lesi vaskuler.3
1. Berdasarkan kelainan patologis
a. Stroke hemoragik: stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.
Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan
otak.
13
Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
yang menutupi otak).
b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan):
tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak
sebagian atau keseluruhan terhenti
Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat
penggumpalan.
Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian
tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
Tabel 1: perbandingan stroke hemoragik dan stroke iskemik.3
4. Berdasarkan waktu terjadinya4,5
Transient Ischemic Attack (TIA) merupakan gangguan neurologis fokal yang
timbul mendadak dan menghilang dalam beberapa menit sampai beberapa
jam.
Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke perjalanan stroke berlangsung
perlahan meskipun akut. Stoke dimana deficit neurologisnya terus bertambah
berat.
14
Completed stroke/ serangan stroke iskemik irreversible gangguan neurologis
maksimal sejak awal serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke dimana deficit
neurologisnya pada saat onset lebih berat, bisa kemudian membaik/menetap.
5. Berdasarkan lokasi lesi vaskuler4,5
a) Sistem karotis
Motorik : hemiparese kontralateral, hiperrefleks fisiologis, disartria
Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia
Gangguan visual : hemianopsia homonim kontralateral, amaurosis fugaks
Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia
b) Sistem vertebrobasiler
Motorik : hemiparese alternans, disartria, hiporefleks fisiologis
Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia
Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia, disfagia
Adapun penyakit atau kelainan pembuluh darah otak yang mendasari terjadinya
stroke, misalnya arteriosklerosis otak, aneurisma, angioma pembuluh darah otak dan
sebagainya, disebut penyakit-penyakit peredaran darah otak ( cerebrovascular
disease/CVD ).6
Anatomi dan Fisiologi Susunan Saraf Pusat
Otak besar (cerebrum) dibagi menjadi 2 hemisfer yang masing-masing terbagi
menjadi beberapa lobus antara lain lobus frontalis, lobus parietalis, lobus oksipitalis dan
lobus temporalis. Lobus frontalis sangat banyak berhubungan dengan fungsi luhur dan
kognitif serta pusat bicara motorik. Pada keadaan stroke, daerah yang sering terkena adalah
pusat bicara motorik maka gejala yang didapat berupa gangguan bicara motorik (afasia
motorik/broca). Lobus temporalis berhubungan dengan pusat bicara sensoris, gejala yang
didapat adalah afasia sensorik. Lobus parietalis merupakan pusat sensorik tubuh, pada stroke
gejala yang didapat terkena lobus ini adalah gangguan sensoris dan bisa juga timbul rasa
nyeri. Lobus oksipitalis adalah pusat penglihatan. Selain otak besar ada otak kecil
(cerebellum) yang berfungsi mengatur keseimbangan dan pusat koordinasi gerak.3
Cerebrum
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan
nama cerebral cortex, forebrain atau otak depan. Cerebrum membuat manusia
memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan,
memori dan kemampuan visual. Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian
15
yang disebut lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan
yang menyerupai parit disebut sulcus.
o Lobus Frontalis: sangat banyak berhubungan dengan fungsi luhur dan kognitif
serta pusat bicara motorik. Pada keadaan stroke, daerah yang sering terkena
adalah pusat bicara motorik (girus frontalis inferior) maka gejala yang didapat
berupa gangguan bicara motorik (afasi motorik / afasi broca). Selain itu dapat
terjadi gangguan kesadaran dan kelemahan atau paralisis konvulsi. Lesi
destruktif pada daerah tersebut akan menghasilkan paresis kontralateral pada
otot yang sesuai.
o Lobus Parietalis: merupakan pusat sensorik tubuh, pada stroke gejala yang
terkena adalah gangguan sensoris dan dapat timbul rasa nyeri (central pain).
o Lobus Occipitalis: pusat penglihatan, bila daerah ini terkena pasien mengalami
buta sentral (central blindness).
o Lobus Temporalis: berhubungan dengan pusat bicara sensorik (girus
temporalis superior / wernicke), gejala yang didapat adalah afasia sensorik.
Diensefalon
Bagian ini mencakup thalamus dengan korpus genikulatum, epitalamus,
subthalamus dan hipotalamus. Thalamus merupakan struktur penentu bagi persepsi
bebrapa tipe sensasi. Hipotalamus yang terletak di sebelah ventral thalamus dan
membentuk lantai serta dinding inferior lateral dari ventrikel III. Kerusakan pada
regio hipotalamus dapat menyebabkan diabetes insipidus, obesitas, somnolen, dan
kehilangan pengendalian temperatur.
Mesensefalon
Merupakan bagian otak yang pendek dan terletak diantara pons dan
hemisferium serebri. di sisi terletak nukleus saraf kranialis okulomotorius (N.III) dan
troklearis (N.IV) yang berperan dalam gerakan bola mata.
Pons
Terletak di sebelah ventral serebelum dan anterior medula. Pada pons ini
terletak inti dari saraf kranialis trigeminus (N.V), abdusens (N.VI), fasialis (N.VII),
dan vestibularis-koklearis (N.VIII). Lesi di daerah batang otak dapat menyebabkan
gejala yang dapat dihubungkan dengan terlibatnya lintasan motorik dan sensorik yang
melewati lesi tersebut, terutama dengan terlibatnya nuklei saraf kranialis yang berada
dalam daerah lesi.
16
Medula Oblongata
Merupakan bagian batang otak yang berbentuk pyramid diantara medula
spinalis dan pons. Pada medula oblongata terletak nukleus saraf kranialis
glossofaringeus (n.IX), vagus (n.X), assesorius (n.XI), dan hipoglossus (n.XII).
Cerebelum
Terletak pada fossa posterior tengkorak di belakang pons dan medulla,
dipisahkan dengan serebrum yang berada dibagian superior oleh perluasan duramater
yaitu tentorium serebeli. Fungsi serebelum ini antara lain mempertahankan posisi
tubuh mengendalikan otot-otot antigravitasi dari tubuh, dan mengerem pada gerakan
di bawah kemauan, terutama gerakan yang memerlukan pengawasan dan penghentian
serta gerakan halus dari tangan.7
Distribusi Hemisfer Cerebri
Hemisfer otak diperdarahan oleh 3 pasang arteri utama yaitu a. cerebri
anterior, a. cerebri media, dan a. cerebri posterior.Otak memperoleh darah melalui dua
sistem yakni sistem karotis (arteri karotis interna kanan dan kiri) dan sistem vertebral.
Arteri karotis interna masuk ke rongga tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan
dalam sinus kavernosum, mensuplai arteri oftalmika untuk nervus optikus dan retina,
dan bercabang dua menjadi arteri serebri anterior dan arteri serebri media.
Anterior Cerebral Artery (ACA) memperdarahi bagian medial lobus frontal
dan parietal dan bagian anterior dari ganglia basal dan kapsula interna anterior.
Middle Cerebral artery (MCA) memperdarahi bagian lateral lobus frontal dan
parietal, serta bagian anterior dan lateral lobus temporal, dan menimbulkan
perforantes cabang ke globus pallidus, putamen dan kapsula interna.
Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang
berpangkal di arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis tranversalis di
kolumna vertebralis servikal, masuk rongga kranium melalui foramen magnum, lalu
mempercabangkan masing-masing sepasang arteri serebeli inferior. Pada batas
medula oblongata dan pons, keduanya bersatu arteri basilaris, dan setelah
mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada tingkat mesensefalon, arteri basilaris
berakhir sebagai sepasang cabang:
Posterior Cerebral Artery (PCA) memperdarahi talamus dan batang otak dan
cabang-cabang kortikal ke lobus temporal medial dan posterior dan lobus oksipital.
Cerebellum diperdarahi Posterior Inferior Cerebellar Artery (PICA) cabang dari arteri
17
vertebralis, dan bagian superior oleh arteri cerebellaris superior, dan anterolateral oleh
Anterior Inferior Cerebllar Artery (AICA) dari basilar Artery.
Sistem karotis terutama melayani kedua hemisfer otak, dan sistem
vertebrabasilaris terutama memberi darah bagi batang otak, serebelum dan bagian
posterior hemisfer.
Gambar 1. Sirkulus Willisi
Stroke Iskemik
Stroke iskemik merupakan stroke yang disebabkan karena adanya hambatan atau
sumbatan pada pembuluh otak tertentu sehingga daerah otak yang diperdarahi oleh pembuluh
darah tersebut tidak mendapatkan pasokan energi dan oksigen, sehingga pada akhirnya
jaringan sel-sel otak di daerah tersebut mati dan tidak berfungsi lagi. Stroke iskemik dibagi
menjadi beberapa tipe menurut penyebabnya:
1. Trombosis (terjadi di pembuluh darah yang besar)
Stroke trombosis adalah stroke yang terjadi karena adanya sumbatan di pembuluh
darah besar di otak karena adanya gumpalan/plak yang terbentur akibat aterosklerotik
(pengerasan arteri). Stroke karena trombosis ini merupakan yang paling sering terjadi.
Plak aterosklerotik itu akan menyumbat suatu daerah di otak yang pada akhirnya daerah
otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan nutrisi tersebut dapat terjzadi
kekurangan oksigen (iskemia) dan akhirnya menjadi mati (infark). Plak aterosklerotik
biasa menyumbat pembuluh darah besar di sekitar leher ataupun di dasar otak.
Hambatan/sumbatan yang terjadi di pembuluh darah yang cukup besar tersebut biasanya
akan menghasilkan stroke iskemik yang luas di otak (daerah infark yang luas). Proses
aterosklerosis itu sendiri dipercepat oleh berbagai faktor seperti hipertensi, diabetes,
18
hiperkolesterol, dan faktor lainnya. Secara umum trombus lebih banyak ditemukan pada
arteri atau vena. Trombus arteri disebut trombus putih karena komposisinya terdiri
trombosit, sel darah putih, faktor pembekuan darah, dan fibrin. Sedangkan trombus vena
disebut juga trombus merah karena terjadi pada aliran darah yang lambat yang
menyebabkan sel darah terperangkap dalam jaringan fibrin sehingga berwarna merah. 8
2. Emboli
Stroke emboli adalah stroke yang terjadi oleh adanya gumpalan darah/bekuan darah
yang berasal dari jantung, dam kemudian terbawa arus darah sampai otak, kemudian
menyumbat pembuluh darah di otak. Sebanyak 2-3% stroke emboli diakibatkan oleh
infark miokard dan 85% diantaranya terjadi pada bulan pertama setelah terjadinya infark
miokard. Benda asing yang tersangkut pada suatu tempat dalam sirkulasi darah. Biasanya
benda asing ini berasal dari trombus yang terlepas dari perlekatannya dalam pembuluh
darah jantung, arteri atau vena.
3. Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma (endapan lemak) yang
kadarnya berlebihan dalam pembuluh darah. Aterosklerosis dapat menimbulkan
bermacam-macam manifestasi klinis dengan cara :
Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran darah
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya trombus
Dapat terbentuk trombus yang kemudian terlepas sebagai emboli
Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi lebih
tipis sehingga dapat dengan mudah robek.8
Faktor Risiko
Seseorang menderita stroke karena memiliki faktor risiko stroke. Faktor resiko stroke
dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang dapat di ubah dan faktor resiko yang tidak dapat
di ubah.8
Tabel 2. Faktor resiko yang dapat di ubah dan tidak dapat diubah
Faktor yang tidak dapat di ubah Faktor yang dapat di ubah
Usia tua Hipertensi
Jenis kelamin laki-laki Diabetes melitus
Ras Dislipidemia
Riwayat keluarga Merokok
19
Riwayat stroke sebelumnya Obesitas
Faktor resiko stroke yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin, ras, riwayat
keluarga, dan riwayat stroke sebelumnya. Semakin tua usia seseorang dapat terjadi semakin
mudah terkena stroke. Insiden stroke akan meningkat menjadi dua hingga tiga kali lipat setiap
dekade diatas usia 50 tahun dan ada data yang menyebutkan 1 dari 3 orang yang berusia
diatas 60 tahun akan menderita salah satu jenis stroke.
Pria lebih berisiko terkena stroke dari pada wanita. Tetapi penelitian menyimpulkan
bahwa lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke. Risiko stroke pria 1,25 lebih
tinggi dan pada wanita. Tetapi serangan stroke pada pria terjadi di usia lebih muda sehingga
tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi. Sementara, wanita lebih berpotensi terserang stroke
pada usia lanjut hingga kemungkinan meninggal karena penyakit itu lebih besar.
Risiko stroke meningkat pada seseorang dengan riwayat keluarga stroke. Seseorang
dengan riwayat keluarga stroke lebih cenderung menderita diabetes dan hipertensi. Hal ini di
dukung hipotesis bahwa peningkatan kejadian stroke pada keluarga penyandang stroke adalah
akibat diturunkan faktor risiko stroke pada ras kulit berwarna lebih tinggi dari kaukasoid.9
Faktor risiko stroke yang dapat di ubah ini penting di kenali. Penanganan berbagai
faktor risko ini merupakan upaya untuk mencegah stroke. Faktor risiko stroke yang utama
adalah hipertensi, diabetes, merokok dan dislipidemia.
20
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum 10
A. Ringan
Kesadaran penuh
Tanda-tanda vital (TTV) stabil
Pemenuhan kebutuhan mandiri
B. Sedang
Memiliki minimal 3 (tiga) poin di bawah
Kesadaran penuh s/d apatis
Tanda-tanda vital (TTV) stabil
Memerlukan tindakan medis & perlukaan (diluar obs) minimal 3
(tiga) tindakan perhari
21
Memerlukan observasi
Pemenuhan kebutuhan di bantu sebagian s/d seluruhnya
C. Berat
Memiliki minimal 2 (dua) poin di bawah
Kesadaran penuh s/d samnolent
Tanda-tanda vital (TTV) tidak stabil
Memakai alat bantu organ vital
Memerlukan tindakan pengobatan & perawatan yang intensif
Memerlukan observasi yang ketat
Pemenuhan kebutuhan di bantu seluruhnya
Kesadaran
Kualitatif:
Compos mentis: Baik/sempurna
Apatis: Perhatian berkurang
Somnolens: Mudah tertidur walaupun sedang diajak berbicara
Sopor/Delirium: Dengan rangsangan kuat masih memberi respon gerakan
Coma: Tidak memberi respon sama sekali
Kuantitatif: GCS
Score yang ≤ 7= coma
Score yang ≥ 9= tidak coma
TTV:
Tekanan darah --- Hitung M.A.P: penilaian perfusi ginjal
Minimal M.A.P: >70mm
M.A.P= Sistol+2.diastol
3
Nadi
Suhu
Pernafasan
Motorik
Ukuran : atropi / hipertropi.
Tonus : kekejangan, kekakuan, kelemahan.
Kekuatan : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan sendi.
Derajat kekuatan motorik :
22
5:Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas
4:Ada gerakan tapi tidak penuh
3:Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi
2:Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi bumi.
1:Hanya ada kontraksi
0:Tidak ada kontraksi sama sekali.
Refleks fisiologis
a. Refleks superficial
Refleks dinding perut :
Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal,
intra umbilikal dari lateral ke medial
Respon : kontraksi dinding perut
Refleks cremaster
Cara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah
Respon : elevasi testes ipsilateral
Refleks gluteal
Cara : goresan atau tusukan pada daerah gluteal
Respon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral
b. Refleks tendon
Refleks Biceps (BPR):
Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon
m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.
Respon : fleksi lengan pada sendi siku
Refleks Triceps (TPR)
Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi
siku dan sedikit pronasi
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
Refleks Periosto radialis
Cara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi lengan
setengah fleksi dan sedikit pronasi
Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi krena kontraksi
m.brachiradialis
Refleks Periostoulnaris
23
Cara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah
fleksi dan antara pronasi supinasi.
Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadrates
Refleks Patela (KPR)
Cara : ketukan pada tendon patella
Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris
Refleks Achilles (APR)
Cara : ketukan pada tendon Achilles
Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius
Refleks patologis 10
Babinsky
Cara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior
Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya
Chadock
Cara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari
posterior ke anterior
Respon : seperti babinsky
Oppenheim
Cara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distal
Respon : seperti babinsky
Gordon
Cara : penekanan betis secara keras
Respon : seperti babinsky
Schaefer
Cara : memencet tendon achilles secara keras
Respon : seperti babinsky
Gonda
Cara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4
Respon : seperti babinsky.10
Saraf cranial 10
Cara pemeriksaan nervus cranialis :
1. N.I : Olfaktorius (daya penciuman) :Pasiem memejamkan mata, disuruh
membedakaan bau yang dirasakaan (kopi,tembakau, alkohol,dll).
24
2. N.II : Optikus (Tajam penglihatan):Dengan snelen card, funduscope, dan periksa
lapang pandang.
3. N.III : Okulomorius (gerakam kelopak mata ke atas, kontriksi pupil, gerakan otot
mata) :Tes putaran bola mata, menggerkan konjungtiva, palpebra, refleks pupil dan
inspeksi kelopak mata.
4. N.IV : Trochlearis (gerakan mata ke bawah dan ke dalam):sama seperti N.III.
5. N.V : Trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi, refleks kornea
dan refleks kedip): menggerakan rahang ke semua sisi, psien memejamkan mata,
sentuh dengan kapas pada dahi dan pipi. Reaksi nyeri dilakukan dengan benda
tumpul. Reaksi suhu dilakukan dengan air panas dan dingin, menyentuh permukaan
kornea dengan kapas.
6. N.VI : Abducend (deviasi mata ke lateral) : sama sperti N.III.
7. N.VII : Facialis (gerakan otot wajah, sensasi rasa 2/3 anterior lidah)
senyum, bersiul, mengerutkan dahi, mengangkat alis mata, menutup kelopak mata
dengan tahanan. Menjulurkan lidah untuk membedakan gula dengan garam.
8. N.VIII : Vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan ): test Webber dan
Rinne, test Romberg dll
9. N.IX : Glosofaringeus (sensasi rsa 1/3 posterior lidah ):membedakan rasaa manis dan
asam (gula dan garam)
10. N.X : Vagus (refleks muntah dan menelan) :menyentuh pharing posterior, pasien
menelan ludah/air, disuruh mengucap “ah…!”
11. N.XI : Accesorius (gerakan otot trapezius dan sternocleidomastoideus): palpasi dan
catat kekuatan otot trapezius, suruh pasien mengangkat bahu dan lakukan tahanan
sambil pasien melawan tahanan tersebut. Palpasi dan catat kekuatan otot
sternocleidomastoideus, suruh pasien meutar kepala dan lakukan tahanan dan suruh
pasien melawan tahan.
12. N.XII: Hipoglosus (gerakan lidah) : pasien suruh menjulurkan lidah dan menggrakan
dari sisi ke sisi. Suruh pasien menekan pipi bagian dalam lalu tekan dari luar, dan
perintahkan pasien melawan tekanan tadi.
Rangsang meningeal
Kaku kuduk: Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan sbb: Tangan
pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring, kemudian
kepala ditekukan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada. Selama
penekukan diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan
25
tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada. Kaku kuduk dapat bersifat ringan
atau berat
Kernig sign: Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring difleksikan
pahanya pada persendian panggul sampai membuat sudut 90°. Setelah itu tungkai
bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk sudut lebih dari
135° terhadap paha. Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang
dari sudut 135°, maka dikatakan Kernig sign positif.
Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign)
Pasien berbaring dalam sikap terlentang, dengan tangan yang ditempatkan
dibawah kepala pasien yang sedang berbaring , tangan pemeriksa yang satu lagi
sebaiknya ditempatkan didada pasien untuk mencegah diangkatnya badan
kemudian kepala pasien difleksikan sehingga dagu menyentuh dada. Test ini
adalah positif bila gerakan fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi
lutut dan panggul kedua tungkai secara reflektorik.
Brudzinski II (Brudzinski’s contralateral leg sign)
Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan pada sendi
lutut, kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi panggul. Bila timbul
gerakan secara reflektorik berupa fleksi tungkai kontralateral pada sendi lutut dan
panggul ini menandakan test ini postif.
Lasegue sign : Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang berbaring lalu
kedua tungkai diluruskan (diekstensikan), kemudian satu tungkai diangkat lurus,
dibengkokkan (fleksi) persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selalu
berada dalam keadaan ekstensi (lurus). Pada keadaan normal dapat dicapai sudut
70° sebelum timbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah timbul rasa sakit dan
tahanan sebelum mencapai 70° maka disebut tanda Lasegue positif. Namun pada
pasien yang sudah lanjut usianya diambil patokan 60
Ada suatu penilaian sederhana yang dikenal dengan singkatan FAST (Face, Arms drive,
Speech, dan Three of signs) yang merupakan gejala awal stroke yang harus diwaspadai.
F = Face (wajah)
Wajah tampak mencong sebelah atau tidak simetris. Sebelah sudut mulut tertarik ke
bawah dan lekukan antara hidung ke sudut mulut atas tampak mendatar.
A = Arms Drive (gerakan lengan)
Angkat tangan lurus sejajar kedepan (90 derajat) dengan telapak tangan terbuka ke atas
selama 30 detik. Apabila terdapat kelumpuhan lengan yang ringan dan tidak disadari
26
penderita, maka lengan yang lumpuh tersebut akan turun (menjadi tidak sejajar lagi).
Pada kelumpuhan yang berat, lengan yang lumpuh tersebut sudah tidak bisa diangkat
lagi bahkan sampai tidak bisa digerakkan sama sekali.
S = Speech (bicara)
Bicara menjadi pelo (artikulasi terganggu) atau tidak dapat berkata-kata (gagu) atau
dapat bicara akan tetapi tidak mengerti pertanyaan orang lain sehingga komunikasi
verbal tidak nyambung.
T = Three of signs (ketiga tanda diatas)
Ada ketiga-tiga gejala yaitu perubahan wajah, kelumpuhan, dan bicara.
Diagnosis Stroke Non Hemoragika9-11
Pencitraan CT-Scan yang merupakan pemeriksaan baku emas (gold standard) untuk
mendiagnosis stroke. Mengingat bahwa alat tersebut saat ini hanya dijumpai di kota tertentu,
maka dalam menghadapi kasus dengan kecurigaan stroke, langkah pertama yang ditempuh
adalah menentukan lebih dahulu apakah benar kasus tersebut kasus stroke, karena abses otak,
tumor otak, infeksi otak, trauma kepala, juga dapar memberikan kelainan neurologis yang
sama, kemudian menentukan jenis stroke yang dialaminya. Dengan perjalanan waktu, gejala
klinis stroke dapat mengalami perubahan.
Untuk membedakan stroke tersebut termasuk jenis hemoragis atau non hemoragik,
antara keduanya dapat ditentukan berdasar:
1. Anamnesis
Langkah ini tidak sulit karena memang stroke sebagai penyebabnya, maka sesuai
dengan definisinya, kelainan saraf yang sada timbulnya secara mendadak. Bila sudah
ditetapkan sebagai penyebab adalah stroke, maka langkah berikutnya adalah menetapkan
stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke hemoragis atau stroke non hemoragis.
Untuk keperluan tersebut, pengambilan anamnese harus dilakukan seteliti mungkin.
Berdasarkan hasil anamnesis, dapat ditentukan perbedaan antara keduanya, seperti tertulis
pada tabel dibawah ini.
Tabel 3. perbedaan stroke hemoragik dan stroke infark berdasarkan anamnesis
Gejala Stroke hemoragik Stroke non hemoragik
Onset atau awitan Mendadak Mendadak
Saat onset Sedang aktif Istirahat
Peringatan - +
Nyeri kepala +++ +/-
Kejang + -
27
Muntah + -
Penurunan kesadaran +++ +/-
2. Pemeriksaan klinis neurologis
Pada Pemeriksaan ini dicari tanda-tanda yang muncul, bila dibandingkan antara
keduanya akan didaptkan hasil sebagai berikut
Tabel 4. Perbedaan stroke hemoragik dan stroke infark berdasarkan tanda-tandanya
Tanda Stroke hemoragik Stroke Infark
Bradikardi ++ (dari awal) +/- (hari ke 4)
Udem papil Sering -
Kaku kuduk + -
Tanda kernig, brudzinky ++ -
A. Karotis Interna
Hemiparesis/plegi
kontralateral lesi
A. Serebri Anterior
Hemiparesis kontralateral :
Tungkai > lengan
A. Serebri Media
Pangkalnya: hemiparesis
Lengan= tungkai
Distal lengan >tungkai
A. Serebri Posterior
Hemiparesis kontralateral, hemipastesia kontralateral protopastis, dan propioseptif
3. Algoritma dan penilaian dengan skor stroke
a. Tabel 6. Penetapan jenis stroke berdasarkan Algoritma Stroke Gajah Mada
28
Tabel. 5. Gambaran klins sesuai daerah yang terkena pendarahannya
b. Tabel 7. Penetapan jenis stroke berdasarkan Siriraj Stroke Score.
No
.
Gejala / Tanda Penilaian Indeks Skor
1. Kesadaran (0) Kompos mentis
(1) Mengantuk
(2) Semi koma / koma
X 2,5 +
2. Muntah (0) Tidak
(1) Ya
X 2 +
3. Nyeri kepala (0) Tidak
(1) Ya
X 2 +
4. Tekanan darah Diastolik X 10% +
5. Ateroma
a. DM
b. Angina pectoris
c. Klaudikasio
intermiten
(0) Tidak
(1) Ya
X (-3) -
6. Konstanta -12 -12
- SSS > 1 = Stroke hemoragik
- SSS < -1 = Stroke non hemoragik
29
4. Pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu
CT scan
- Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan stroke infark
dengan stroke perdarahan.
- Pada stroke karena infark, gambaran CT scannya secara umum adalah didapatkan
gambaran hipodense sedangkan pada stroke perdarahan menunjukkan gambaran
hiperdens.
Perdarahan Infark
Pemeriksaan MRI
MRI lebih sensitif dibandingkan CT scan dalam identifikasi iskemia (karena
tulang tidak menurunkan gambar). Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan
adanya lesi di batang otak (sangat sensitif). MRI dan magnetic resonance angiography
(MRA) sangat membantu dalam menemukan lesi okusif. MRAmemiliki sensitivitas
hingga 97% dan spesifisitas hingga 98% bila digunakan untuk mengidentifikasi oklusi
vertebrobasilar.11
Penatalaksanaan Stroke Non HemoragikKeberhasilan penanganan stroke akut dimulai dari pengetahuan masyarakat dan petugas
kesehatan bahwa stroke merupakan keadaan gawat darurat, seperti infark miokard akut dan
trauma. Filosofi‘Time is brain, golden hour’ harus selalu dipegang karena keberhasilan
penanganan stroke akut terdapat pada waktu, dengan penanganan yang tepat pada jam-jam
pertama, angka kecatatan stroke dapat berkurang 30%. Stroke dan TIA merupakan medical
emergency, menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan jangka panjang.
1. Deteksi terhadap tanda-tanda stroke dan TIA terutama pasien dengan faktor resiko
tinggi seperti hipertensi, fibrilasi atrial, diabetes, dan penyakit vaskuler lain. Tanda-
tanda awal antaranya hemiparesis, gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopia atau
buta mendadak, diplopia, vertigo, afasia, disfagia, disatria, ataksia, kejang, dan
penurunan kesadaran secara mendadak. Dapat juga digunakan kriteria ‘FAST’:
30
- Facial movement
- Arm movement
- Speech
- Test all three
2. Pengiriman pasien ke fasilitas yang tepat menangani stroke: amulans
3. Transportasi/ambulans (fasilitas SDM, alat-alat gawat darurat, EKG, resusitasi, obat
neuroprotektan, telemedisin)
4. Pelayanan stroke komprehensif: ICU, stroke unit9
Penatalaksanaan di ruang gawat darurat
1. Evaluasi cepat dan diagnosis
Oleh karena jendela terapi stroke akut sangat pendek, evaluasi dan diagnosis klinik
harus cepat. Evaluasi gejala dan tanda klinik meliputi:
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan neurologik dan skala stroke
Studi diagnostik stroke akut meliputi CT scan tanpa kontras, KGD, elektrolit darah,
tes fungsi ginjal, EKG, penanda iskemik jantung, darah rutin, PT/INR, aPTT, dan
saturasi oksigen.
2. Terapi umum
a) Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
Observasi status neurologis, nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi
oksigen
Perbaikan jalan nafas dengan pemasangan pipa orofaring/ETT, bila > dua
minggu dianjurkan trakeostomi
Pada pasien hipoksia saturasi O2 < 95%, diberi suplai oksigen
Pasien stroke iskemik akut yang non hipoksia tidak perlu terapi O2
b) Stabilisasi hemodinamik
Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari cairan hipotonik)
Optimalisasi tekanan darah
Bila tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan cairan sudah mencukupi, dapat
diberikan obat-obat vasopressor titrasi dengan target TD sistolik 140 mmHg
Pemantauan jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama9
31
Bila terdapat CHF, konsul ke kardiologi
c) Pemeriksaan awal fisik umum
Tekanan darah
Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan neurologi umum awal:
1. Derajat kesadaran
2. Pemeriksaaan pupil dan okulomotor
3. Keparahan hemiparesis
d) Pengendalian peninggian TIK
Pemantauan ketat terhadap risiko edema serebri harus dilakukan dengan
memperhatikan perburukan gejala dan tanda neurologik pada hari pertama
stroke
Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS < 9 dan pasien yang
mengalami penurunan kesadaran
Sasaran terapi TIK < 20 mmHg
Elevasi kepala 20-30º
Hindari penekanan vena jugulare
Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik
Hindari hipertermia
Jaga normovolemia
Osmoterapi atas indikasi: manitol 0,25-0,50 gr/kgBB, selama > 20 menit,
diulangi setiap 4-6 jam, kalau perlu diberikan furosemide dengan dosis inisial 1
mg/kgBB IV
Intubasi untuk menjaga normoventilasi.
Drainase ventrikuler dianjurkan pada hidrosefalus akut akibat stroke iskemik
serebelar
e) Pengendalian Kejang
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat IV 5-20 mg dan diikuti fenitoin loading
dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit. Pada stroke
perdarahan intraserebral dapat diberikan obat antiepilepsi profilaksis, selama 1
bulan dan kemudian diturunkan dan dihentikan bila kejang tidak ada.
f) Pengendalian suhu tubuh12
Setiap penderita stroke yang disertai demam harus diobati dengan antipiretika dan
diatasi penyebabnya. Beri Asetaminophen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5ºC.
32
g) Pemeriksaan penunjang
EKG
Laboratorium: kimia darah, fungsi ginjal, hematologi dan faal hemostasis, KGD,
analisa urin, AGDA dan elektrolit
Bila curiga PSA lakukan punksi lumbal
Pemeriksaan radiologi seperti CT scan dan rontgen dada
Penatalaksanaan umum di ruang rawat inap
1. Cairan12
Berikan cairan isotonis seperti 0,9 % salin, CVP pertahankan antara 5-12 mmHg
Kebutuhan cairan 30 ml/kgBB
Balans cairan diperhitungkan dengan mengukur produksi urin sehari ditambah
pengeluaran cairan yanng tidak dirasakan.
Elektrolit (Na, K, Ca, Mg) harus selalu diperiksaa dan diganti bila terjadi
kekurangan
Asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dengan hasil AGD.
Hindari cairan hipotonik dan glukosa kecuali hipoglikemia.
2. Nutrisi
Nutrisi enteral paling lambat dalam 48 jam
Beri makanan lewat pipa orogastrik bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran
menurun
Pada keadaan akut kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari.
3. Pencegahan dan mengatasi komplikasi
Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah komplikasi subakut (aspirasi,
malnutrisi, pneumonia, DVT, emboli paru, dekubitus, komplikasi ortopedik dan
fraktur)
Berikan antibiotik sesuai indikasi dan usahakan tes kultur dan sensitivitas kuman
Pencegahan dekubitus dengan mobilisasi terbatas.12
4. Penatalaksanaan medik yang lain
Hiperglikemia GD > 180 mg/dL pada stroke akut harus diobati, titrasi insulin, dan
terjaga normoglikemia. Hipoglikemia berat GD < 50 mg/dL, berikan dekstrosa 40
% iv atau infus glukosa 10-20 %
Jika gelisah dapat diberikan benzodiazepin atau obat anti cemas lainnya
33
Analgesik dan anti muntah sesuai indikasi
Berikan H2 antagonist, apabila ada indikasi
Mobilisasi bertahap bila hemodinamik dan pernafasan stabil
Rehabilitasi
Edukasi keluarga
Discharge planning
Tatalaksana Stroke Akut secara Khusus
Penatalaksanaan khusus stroke iskemik
1. Pengobatan hipertensi pada stroke akut
2. Pengobatan hiper/hipoglikemia
3. Trombolisis pada stroke akut
4. Antikoagulan:
Antikoagulan penting untuk mencegah serangan stroke ulang, menghentikan
perburukan defisit neurologi, memperbaiki keluaran setelah stroke iskemik akut
(tidak direkomendasikan untuk stroke hemoragik akut)
Tidak direkomendasikan penderita stroke akut sedang sampai berat, karena resiko
komplikasi perdarahan intrakranial mengingkat
Heparin, LMWH, heparinoid untuk terapi stroke iskemik akut dan cegah
reembolisasi, diseksi arteri, stenosis berat arteri karotis pre bedah.
KI heparin: infark besar > 50%, hipertensi tak terkontrol, dan perubahan
mikrovaskuler otak yang luas
5. Antiplatelet Clopidrogel
Aspirin dosis awal 325 mg dalam 24-48 jam setelah awitan stroke iskemik akut
Aspirin jangan diberikan bila akan diberikan trombolitik
Tidak boleh diganti sebagai pengganti tindakan intervensi akut, yaitu rtPA intravena.9
Clopidogrel sahaja atau kombinasi dengan aspirin tidak dianjurkan kecuali pada
pasien dengan indikasi spesifik seperti non-Q-wave MI, recent stenting, pengobatan
harus diberikan sampai 9 bulan pengobatan.
Pemberian antiplatlet intravena yang menghambar reseptor glikoprotein IIb/IIa tidak
dianjurkan.
6. Citicoline 2x1000 mg 3 hari iv lanjut dengan 2x1000 mg 3 minggu oral. Pemakaian obat
obatan neuroprotektan belum menunjukkan hasil yang efektif sehingga sampai saat ini
belum dianjurkan. Namun sampai saat ini masih memberikan manfaat pada stroke akut.
34
7. Pengobatan terhadap hipertensi pada stroke akut
Pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan 15 % (sistolik maupun
diastolik) dalam 24 jam pertama setelah awitan apabila tekanan darah sistolik (TDS)
> 220 mmHg atau tekanan diastolik > 120 mmHg. Pada pasien stroke iskemik akut,
akan diberi terapi trombolitik (rtPA), supaya tekanan darah diturunkan sehingga
TDS < 185 mmHg dan TDD < 110 mmHg. Selanjutnya tekanan darah harus
dipantau sehingga TDS < 180 mmHg dan TDD < 105 mmHg selama 24 jam setelah
pemberian rtPA. Obat anti hipertensi yang digunakan adalah labtalol, nitropaste,
nitropusid, nikardipun, atau ditialzem intravena.
Apabilan TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg, disertai dengan gejala dan
tanda peningkatan tekanan intrakranial, dilakukan pemantauan tekanan intrakranial.
Tekanan darah diturunkan dengan menggunakan obat antihipertensi intravena secara
kontinu atau intermiten dengan pemantauan tekanan perfusi serebral ≥ 60mmHg.
Apabila TDS >180 mmHg atau MAP > 130 mmHg tanpa disertai gejala dan tanda
peningkatan tekanan intrakranial, tekanan darah diturunkan secara hati-hati dengan
menggunakan obat antihipertensi intravena kontinu atau intermiten dengan
pemantauan tekanan darah setiap 15 menit hingga MAP < 110 mmHg atau tekanan
darah 160/90 mmHg. Pada studi INTERACT 2010, penurunan tekanan darah
hingga 140 mmHg masih diperbolehkan.
Penanganan nyeri penting dalam mengontrol tekanan darah pasien.
Pemakaian obat antihipertensi perenteral golongan beta blocker (labetolol dan
esmolol), penyekat kanal kalsium (nikardipin dan ditialzem) intravena dipakai dalam
upaya di atas.
Hidralasin dan nitropusid sebaiknya tidak dipakai karena menyebabkan peningkatan
tekanan intrakranial meskipun bukan kontraindikasi mutlak.
Pemberian obat yang dapat menyebabkan hipertensi tidak direkomendasikan
diberikan pada kebanyakan stroke iskemik.12
MANAJEMEN KEDARURATAN MEDIK STROKE PADA KONDISI KHUSUS
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
Penatalaksanaan pada Tekanan Darah yang Tinggi 13
35
Pada penderita dengan tekanan darah diastolik > 140 mmHg (atau >110 mmHg bila
akan dilakukan terapi trombolisis) diperlakukan sebagai penderita hipertensi emergensi
berupa drip kontinyu nikardipin, diltiazem, nimodipin dan lain-lain.
Jika tekanan darah sistolik > 220 mmHg dan /atau tekanan darah diastolik >120 mmHg,
berikan labetalol i.v. selama 1 – 2 menit. Dosis labetalol dapat diulang atau digandakan
setiap 10 – 20 menit sampai penurunan tekanan darah yang memuaskan dapat dicapai
atau sampai dosis kumulatif 300 mg yang diberikan melalui teknik bolus mini. Setelah
dosis awal, labetalol dapat diberikan setiap 6 – 8 jam bila diperlukan. Masih ada pilihan
obat lain sesuai dengan guidelines.
Jika tekanan darah sistolik < 220 mmHg dan/ atau tekanan darah diastolik < 120 mmHg,
terapi darurat harus ditunda kecuali adanya bukti perdarahan intraserebral, gagal
ventrikel jantung kiri, infark miokard akut, gagal ginjal akut, edema paru, diseksi aorta,
ensefalopati hipertensi dan sebagainya. Jika peninggian tekanan darah tersebut menetap
pada dua kali pengukuran selang waktu 60 menit, maka diberikan 200-300 mg labetalol
2-3 kali sehari sesuai kebutuhan. Pengobatan alternatif yang memuaskan selain labetalol
adalah nifedipin oral 10 mg setiap 6 jam atau 6,25 – 25 mg kaptopril setiap 8 jam. Jika
monoterapi oral tidak berhasil atau jika obat tidak dapat diberikan per oral, maka
diberikan labetalol i.v. seperti cara diatas atau obat pilihan lainnya (urgensi).
Batas penurunan tekanan darah sebanyak banyaknya sampai 20% - 25% dari tekanan
darah arterial rerata pada jam pertama, dan tindakan selanjutnya ditentukan kasus per
kasus.
Tekanan darah harus diturunkan dalam hitungan menit sampai jam dengan langkah sebagai
berikut : 5 menit s/d 120 menit tekanan darah rat-rata (mean arterial blood pressure0
diturunkan 20-25%. 2 s/d 6 jam kemudian tekanan darah diturunkan sampai 160-100 mmHg.
6-24 jam berikutnya diturunkan sampai <140/90 mmHg bila tidak ada gejala iskemia organ.13
Obat yang di gunakan
1. Cloinidin (catapress) IV (150 mcg/amp)
Cara pemberian clonidin 900mcg di masukkan dalam cairan infus glukosa 5% 500cc
dan di berikan dengan mikrodrip 12 teteas/mnt setiap 15 menit dapat dinaikkan 4 tetes
sampai td yang di harapkan tercapai.
Bila target tercapai pasien di observasi selama 4 jam kemudian diganti dengan
clonidin oral sesuai kebutuhan
36
2. Nicardipine (perdipin) IV (12mg dan 10mg/ampl)
Nicardipun diberikan 10-30mcg/kgbb bolus. Bila tekanan darah stabil diteruskan
dengan 0,5-0,6 mcg/kgbb/menit sampai target tercapai14
Prognosis
Prognosis tergantung dari tingkat keparahan stroke, lokasi, dan ukuran
perdarahan.nilai GCS yang rendah menandakan prognosis yang buruk dengan tingkat
kematian yang tinggi. Bertambah besarnya volume hematoma menyebabkan penurunan
tingkat fungsional dan peningkatan tingkat mortalitas.Adanya darah pada ventrikel
meningkatkan tingkat mortalitas. Pada suatu penelitian, adanya perdarahan
intraventrikular meningkatkan kemungkinan kematian 2x lipat. Pasien perdarahan
intraserebral karena penggunaan terapi antikoagulan memiliki tingkat mortalitas yang
lebih tinggi dan penurunan kemampuan fungsionalnya.
Selama perawatan di rumah sakit, selain pemeriksaan fisik neurologi, juga
dipergunakan skoring analisis untuk lokasi lesi dengan klasifikasi Bamford dan beratnya
stroke dengan NIHSS (National Institute Health of Stroke Scales). 11
NIHSS (NATIONAL INSTITUTE OF HEALTH STROKE SCALE) 11
NIHSS adalah suatu skala penilaian yang dilakukan pada pasien stroke untuk melihat
kemajuan hasil perawatan fase akut (akibat impairment) . Penilaian ini dilakukan dua
kali, yaitu saat masuk (hari pertama perawatan) dan saat keluar dari perawatan.
Perbedaan nilai saat masuk dan keluar, dapat dijadikan salah satu patokan keberhasilan
perawatan
1a. Derajat kesadaran
0 = sadar penuh
1 = somnolen
2 = stupor
3 = koma
1b. Menjawab pertanyaan
0 = dapat menjawab dua pertanyaan dengan benar (misal: bulan apa sekarang
dan usia pasien)
1 = hanya dapat menjawab satu pertanyaan dengan benar / tidak dapat
berbicara karena terpasang pipa endotrakea atau disartria
37
2 = tidak dapat menjawab kedua pertanyaan dengan benar / afasia / stupor
1c. Mengikuti perintah
0 = dapat melakukan dua perintah dengan benar (misal: buka dan tutup mata, kepal
dan buka tangan pada sisi yang sehat)
1 = hanya dapat melakukan satu perintah dengan benar
2 = tidak dapat melakukan kedua perintah dengan benar
2. Gerakan mata konyugat horizontal
0 = normal
1 = gerakan abnormal hanya pada satu mata
2 = deviasi konyugat yang kuat atau paresis konyugat total pada kedua mata
3. Lapang pandang pada tes konfrontasi
0 = tidak ada gangguan
1 = kuandranopia
2 = hemianopia total
3 = hemianopia bilateral / buta kortikal
4. Paresis wajah
0 = normal
1 = paresis ringan
2 = paresis parsial
3 = paresis total
5. Motorik lengan kanan
0 = tidak ada simpangan bila pasien disuruh mengangkat kedua lengannya selama
10 detik
1 = lengan menyimpang ke bawah sebelum 10 detik
2 = lengan terjatuh ke kasur atau badan atau tidak dapat diluruskan secara penuh
3 = tidak dapat melawan gravitasi
4 = tidak ada gerakan
X = tidak dapat diperiksa
6. Motorik lengan kiri (idem 5)
7. Motorik tungkai kanan (idem 5, lengan diganti tungkai, dan diangkat bergantian)
8. Motorik tungkai kiri (idem 7)
38
9. Ataksia anggota badan
0 = tidak ada
1 = pada satu ekstremitas
2 = pada dua atau lebih ekstremitas
X = tidak dapat diperiksa
10. Sensorik
0 = normal
1 = defisit parsial yaitu merasa tetapi berkurang
2 = defisit berat yaitu jika pasien tidak merasa atau terdapat gangguan bilateral
11. Bahasa terbaik
0 = tidak ada afasia
1 = afasia ringan – sedang
2 = afasia berat
3 = tidak dapat bicara (bisu) / global
afasia / koma
12. Disartria
0 = artikulasi normal
1 = disartria ringan – sedang
2 = disartria berat
X = tidak dapat diperiksa
13. Neglect / Tidak Ada Atensi
0 = tidak ada 1 = parsial 2 = total
Nilai NIHSS berkisar antara 0 – 42
Penilaiannya adalah sebagai berikut :
Nilai < 4 : Stroke Ringan
Nilai antara 4 – 15 : Sedang
Nilai > 15 : Berat
Kelemahannya kurang baik untuk stroke karena gangguan sirkulasi posterior, oleh karena
didalam skoring terdapat penilaian kemampuan berbahasa dan untuk gangguan di batang
otak, nilai yang diperoleh tidak sesuai antara luasnya kerusakan patologis dengan beratnya
gejala dan tanda defisit neurologis yang ditimbulkannya..
Penilaian Barthel meliputi hal hal aktivitas dasar perorangan dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu. 7
1. Buang Air Besar (bowel control)
39
10 tidak bermasalah (no accidents). Bila perlu memakai obat pencahar
5 kadang kala bermasalah (occasional accidents) atau selalu membutuhkan obat pencahar
0 penampilan buruk, tergantung bantuan orang lain (inferior performance)
2. Buang Air Kecil (bladder control)
10 tidak bermasalah (no accidents). Dapat membersihkan alat bantu bila diperlukan secara
mandiri.
5 kadang bermasalah (occasional accidents) atau membutuhkan bantuan orang lain untuk
membersihkan alat bantu
0 penampilan buruk, tergantung bantuan orang lain (inferior performance)
3. Kebersihan Diri (personal toilet/grooming)
5 membasuh muka, menyisir, menyikat gigi, mencukur secara mandiri
0 penampilan buruk, tergantung bantuan orang lain (inferior performance)
4. Penggunaan Kamar Kecil (toilet use)
10 mandiri untuk melakukan semua aktivitas di kamar kecil
5 membutuhkan bantuan untuk menyeimbangkan badan, membuka/memakai pakaian dan saat
membersihkan diri
0 penampilan buruk, tergantung bantuan orang lain (inferior performance)
5. Makan (feeding)
10 dapat melayani segala kebutuhan makan (mengambil peralatan, ambil lauk pauk, dan
sebagainya) secara mandiri
5 membutuhkan bantuan orang lain, misalnya memotong daging, mengoles mentega
0 penampilan buruk, tergantung bantuan orang lain (inferior performance)
6 Pindah dari tempat duduk ke tempat tidur dan sebaliknya (chair/bed transfer)
15 mandiri termasuk mengunci kursi roda dan mengangkat pijakan kaki
10 bantuan minimal, umumnya untuk pendamping
5 mampu duduk sendiri tapi butuh bantuan saat akan pindah tempat (misal: dari
tempat duduk ke tempat tidur)
0 penampilan buruk, tergantung bantuan orang lain (inferior performance)
7. Berjalan (ambulation)
40
15 berjalan sendiri dengan jarak sekitar 50 yards. Kadang butuh bantuan kecuali
untuk berjalan dengan bertumpu pada roda untuk berjalan (rolling walker)
10 butuh bantuan untuk berjalan sejauh 50 yards
5 mempergunakan kursi roda untuk jarak 50 yards, kecuali tidak bisa berjalan
0 penampilan buruk, tergantung bantuan orang lain (inferior performance)
8. Berpakaian (dressing)
10 mandiri. Seperti mengikat tali sepatu, mengancingkan baju
5 butuh bantuan, tetapi tidak semuanya, dan dikerjakan dengan pelan pelan
0 penampilan buruk, tergantung bantuan orang lain (inferior performance)
9. Naik tangga (stair climbing)
10 mandiri. Kadang perlu bantuan alat (misalnya tongkat)
5 perlu bantuan atau pengawasan (ada yang menemani)
0 penampilan buruk, tergantung bantuan orang lain (inferior performance)
10. Mandi (bathing)
5 mandiri tanpa bantuan
0 penampilan buruk, tergantung bantuan orang lain (inferior performance)
Total nilai 0 - 100
PEMBAHASAN KASUS
Os seorang perempuan berusia 74 tahun datang ke IGD RS Bhakti Yudha dengan
keadaan sadar diantar oleh keluarganya dengan keluhan hemiparesis sinistra secara tiba-tiba 1
jam sebelum masuk rumah sakit. Wajah di bagian mulut tampak asimetris ke arah kanan dan
didapatkan keluhan disartria. Os mengaku sebelumnya habis makan gorengan.
Os dirawat selama lima hari dengan kondisi ada perbaikan kekuatan motorik pada
anggota gerak sinistra. Namun, os mengeluh adanya disfagia dan tidur terasa belum pulas.
Tekanan darah sudah berada dalam batas normal. Pasien diperbolehkan pulang dengan
anjuran fisioterapi.
41
Objektif :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5 = 15
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Suhu : afebris
Respirasi : 20 x/menit
Pemeriksaan N.cranialis : Kesan = Parese N. VII central sinistra
Sistem motorik:
Inspeksi : Disuse Atrofi (-), gerak abnormal (-)
Kekuatan : 5-5-5-5 2-2-2-2
5-5-5-5 3-3-3-3
Reflek fisiologis: + + + Refleks patologis: - -
+ ++ - +
Sistem sensorik : Tidak ada gangguan
Pada kasus ini didapatkan adanya gejala tubuh sebelah kiri sulit digerakkan dan bicara
agak pelo sehingga dapat disimpulkan bahwa letak lesi berada pada korteks cerebri gyrus
precentralis yang menyebabkan pasien mengalami gangguan pada N VII central dekstra yaitu
menggembungkan pipi dan memperlihatkan gigi. Pada pemeriksaan sensorik, dalam batas
normal. Pengaturan motorik anggota gerak dipersarafi oleh jaras kortikospinalis lateralis
(traktus piramidalis). Pada pemeriksaan motorik, terdapat hemiparesis sinistra. Pada
pemeriksaan refleks fisiologis, terdapat refleks yang hiperrefleksi pada ekstremitas sinistra,
sedangkan untuk refleks patologis ditemukan refleks babinski sinistra.
Defisit neurologis pada pasien ini disebabkan infark serebri karena berdasarkan klinis
pasien kesadaran tidak menurun, tidak ada nyeri kepala, dan tidak ada muntah, serta hasil
Siriraj Stroke (-6) menunjukkan kesan stroke non hemoragik.
42
Dari hasil CT scan, didapatkan infark akut di kapsula interna kanan, basal ganglia
kanan, dan periventrikel lateralis kanan yang sedikit menyempitkan ventrikel lateralis kanan,
serta brain atrofi senilis. Hal ini menunjukkan kesan stroke non hemoragik di bagian
subkorteks sehingga menghasilkan hemiparesis yang sama antara anggota gerak atas dan
bawah.
Untuk faktor resiko pasien, didapatkan pasien wanita, berusia 74 tahun, dan memiliki
riwayat hipertensi. Kejadian stroke pada wanita yang sudah menopause lebih dibandingkan
pria, hal ini dikaitkan dengan kadar estrogen yang menurun. Usia pasien juga terbilang
merupakan faktor resiko yang ada pada pasien stroke. Pasien tidak memiliki riwayat DM,
pemeriksaan penunjang yang dilakukan juga mendukung karena semuanya dalam batas
normal.
Penatalaksanaan dapat dilakukan berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya. Pada pasien
dengan stroke iskemik akut, dilakukan penurunan tekanan darah dengan menghitung MAP (<
130) setelah itu pasien harus bed rest, sedangkan bagi pasien yang nilai MAP-nya > 130,
maka melakukan penurunan tekanan darah secara perlahan.
Daftar Pustaka
1. Barnett HJM, Bogousslavsky J, Meldrum H. Advance in Neurology ischemic stroke.
Vol 92. Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins;2003.p.1.
2. Arofah N. Penatalaksanaan stroke trombotik peluang peningkatan prognosis pasien;
14 Jan 2011. Vol 7:65
3. Rasyid Al, Soertidewi L. Unit Stroke Manajemen Stroke secara Komprehensif. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 2011.
4. Deanto G, Wita J, Riyanto B. Turana Y. Tatalaksana penyakit saraf. Ediasi 1. EGC:
Jakarta; 2009.hlm 24-36.
5. Arif M. Buku ajar asuhan keperawatan dengan gangguan sistem saraf. Penerbit
salemba medika 2008. Hlm 239-43
43
6. Misbach J, Hamid AB, Mayza A, Saleh K (editor). Stroke: Buku Pedoman SPM &
SPO Neurologi. PERDOSSI: Jakarta; 2006. Hlm 19–24.
7. Greenberg David A, Aminoff Michael J. Simon Roger P. Stroke. Clinical Neurology
Lange. Ed 2nd. Appleton & Lange: Connecticut; 2004.p.250-280.
8. Stroke. Diunduh tanggal 19 Mei 2015. http:/somelus.wordpress.com/200.
9. Tammasse J. Stroke dan pencegahannya. Identitas: Universitas Hassanudin,
Makassar; 2013.h.8-10.
10. Misbach J,Lamsudin R, Aliah A, Basyiruddin A, Suroto, Rasyid Al, et al. Guideline
Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke PERDOSSI, Jakarta. 2011
11. Bagian neurologi FKUH. Standar pelayanan medik neurologi. Makasar:bagian
Neurologi FKUH;2007
12. Misbach J, Lumbantobing SM, Lamsudin R, Ranakusuma TAS, Alfa AY, Baoezier F, et al. Guideline Stroke. Jakarta: Pokdi Stroke PERDOSSI; 2007.h.3-8,10-31,93.
13. Benowitz NL. Antihypertensive agents. In : Katzung, Bertram G, editor. Basic &
clinical pharmacology. 9th edition. Singapore : The McGraw-Hill Companies, Inc.;
2004.p.160-83.
44