stroke iskemik
-
Upload
suzansfauziah -
Category
Documents
-
view
11 -
download
2
description
Transcript of stroke iskemik
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke (berasal dari kata strike) berarti pukulan pada sel otak.
Biasanya terjadi karena adanya gangguan distribusi oksigen ke sel
otak. Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global
akut, lebih dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan
bukan di-sebabkan oleh gangguan peredaran darah otak sepintas,
tumor otak, stroke sekunder karena trauma maupun infeksi (WHO,
1986).
Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat
disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik
disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh darah otak yang
menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak
yang mengalami oklusi (Hacke 2003). Munculnya tanda dan gejala
fokal atau global pada stroke disebabkan oleh penurunan aliran darah
otak. Oklusi dapat berupa trombus, embolus, atau tromboembolus,
menyebabkan hipoksia sampai anoksia pada salah satu daerah
percabangan pembuluh darah di otak tersebut. Stroke hemoragik
dapat berupa perdarahan intraserebral atau perdarahan subrakhnoid
(Bruno et al., 2000).
Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat
cepat dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit
(completed stroke). Kemudian stroke menjadi bertambah buruk
dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya
jaringan otak yang mati (stroke in evolution).
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan
Stroke Indonesia, masalah stroke semakin penting dan mendesak
karena kini jumlah penderita Stroke di Indonesia terbanyak dan
menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah yang disebabkan oleh
stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan
kelima pada usia 15-59 tahun. Stroke merupakan penyebab
kecacatan serius menetap no 1 di seluruh dunia dan stroke Di LAPKAS STROKE ISKEMIK 1
Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan
setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004,
stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh
penjuru Indonesia.
LAPKAS STROKE ISKEMIK 2
BAB II
STATUS PASIEN
1. IDENTITAS
Nama : Ny. AS
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Ds Amplas Tambak rejo
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status perkawinan : Menikah
Tanggal MRS : 18 Mei 2015
Tanggal KRS : 24 Mei 2015
2. ANAMNESIS
Keluhan utama
Lemah tangan dan kaki kiri
Keluhan tambahan
(-)
Riwayat penyakit sekarang
Os datang ke RSHM dibawa oleh keluarganya dengan keluhan tangan dan kaki
sebelah kiri lemah tiba-tiba pada pagi hari, dirasakan pasien ± 4 hari SMRS. Os
mengaku lemah terjadi ketika bangun tidur. Keluhan ini sudah pernah dirasakan sejak 1
tahun lalu tetapi hanya lemah di tangan saja.Os mengaku memiliki riwayat sakit stroke
3x yaitu pada tahun 2005,2011 dan 2014. Penderita juga mengeluh belum BAB selama
sakit. BAB (-) dan BAK (+) normal.
Riwayat penyakit terdahulu
- Riwayat penyakit terdahulu : Stroke dan hipertensi
Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal .
LAPKAS STROKE ISKEMIK 3
- Riwayat penyakit lain di keluarga : ibu (+) Hipertensi.
Riwayat penggunaan Obat
Riwayat mengkonsumsi obat disangkal.
ANAMNESA TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius : Hipertensi
Traktus Respiratorius : Dalam batas normal
Traktus Urogenitalis : Dalam batas normal
Penyakit Terdahulu dan Kecelakaan : tidak ada, disangkal
Intoksikasi dan Obat-obatan : tidak ada, disangkal
ANAMNESA KELUARGA
Faktor Herediter : ibu (+) hipertensi
Faktor Familier : tidak ada, disangkal
Lain-lain : tidak ada
ANAMNESA SOSIAL
Kelahiran dan Pertumbuhan: normal
Imunisasi : tidak lengkap
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Perkawinan dan Anak : menikah, memiliki 2 anak
3. PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN UMUM
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi : 98 x/i
Frekuensi Nafas : 20 x/i
Temperatur : 36,1 oC
Kulit dan Selaput Lendir : Dalam batas normal
Kelenjar Getah Bening : Dalam batas normal
LAPKAS STROKE ISKEMIK 4
Persendian : Dalam batas normal
KEPALA DAN LEHER
Bentuk dan Posisi : Medial
Pergerakan : Dalam batas normal
Kelainan Panca Indera : Tidak ada
Rongga mulut dan Gigi : Dalam batas normal
Kelenjar Parotis : Dalam batas normal
Desah : Tidak ada
Dan lain-lain : Tidak ada
RONGGA DADA DAN ABDOMEN
Paru-paru
Inspeksi : simetris kanan = kiri
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas atas jantung ICS II, batas kanan linea sternalis kanan ICS
IV, batas kiri linea midclavicularis ICS IV
Auskultasi : HR 82 x/menit, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : simetris, datar
Palpasi : soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik (+) normal
GENITALIA
Toucher : Tidak dilakukan pemeriksaan
LAPKAS STROKE ISKEMIK 5
4. STATUS NEUROLOGI
SENSORIUM : Compos mentis
KRANIUM
Bentuk : bulat lonjong
Fontanella : tertutup, keras
Palpasi : dalam batas normal
Perkusi : dalam batas normal, cracked pot sign (-)
Auskultasi : dalam batas normal
Transiluminasi : tidak dilakukan pemeriksaan
REFLEKS
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Biceps : ++ ++
Triceps : ++ ++
Radioperiost : ++ ++
APR : ++ ++
KPR : ++ ++
Strumple : ++ ++
Refleks Patologis
Babinski : + +
Oppenheim : - -
Chaddock : - -
Gordon : - -
Schaeffer : - -
Hoffman – Tromner: - -
Klonus Lutut : - -
Klonus Kaki : - -
Refleks Primitif : -/-
KOORDINASI
Lenggang : Baik
LAPKAS STROKE ISKEMIK 6
Bicara : Bicara spontan
Menulis : Tidak dilakukan pemeriksaan (TDP)
Percobaan Apraksia : dalam batas normal
Mimik : Baik
Test telunjuk-telunjuk : TDP
Tes Telunjuk-hidung : TDP
Diadokhinesia : DBN
Tes tumit-lutut : TDP
Tes Romberg : TDP
VEGETATIF
Vasomotorik : DBN
Sudomotorik : DBN
Pilo-erektor : DBN
Miksi : DBN
Defekasi : BAB (-) ± seminggu
Potensi dan Libido : DBN
VERTEBRA
Bentuk
Normal : DBN
Scoliosis : tidak ada kelainan
Hiperlordosis : tidak ada kelaianan
Pergerakan
Leher : DBN
Pinggang : DBN
PERANGSANGAN MENINGEAL
Kaku Kuduk : -
Tanda Kernig : -
Tanda Lasegue : -
Tanda Brudzinski I : -
Tanda Brudzinski II : -
LAPKAS STROKE ISKEMIK 7
PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL
Muntah : -
Sakit Kepala : -
Kejang : -
5. SARAF OTAK/NERVUS KRANIALIS
NERVUS I Meatus Nasi Dextra Meastus Nasi Sinistra
Normosmia : DBN DBN
Anosmia : - -
Parosmia : - -
Hiposmia : - -
NERVUS II Oculi Dextra (OD) Oculi Sinistra (OS)
Visus
Lapangan Pandang
Normal : DBN DBN
Menyempit : - -
Hemianopsia : - -
Scotoma : - -
Refleks Ancaman : DBN (mengedip) DBN
Fundus Oculi : TDP TDP
NERVUS III, IV, VI Oculi Dextra (OD) Oculi Sinistra (OS)
Gerakan Bola Mata : + +
Nistagmus : - -
Pupil
Lebar : 3 mm 3 mm
Bentuk : bulat reguler bulat reguler
Refleks cahaya langsung: + +
Refleks cahaya tak langsung: + +
Rima Palpebra : + +
LAPKAS STROKE ISKEMIK 8
Deviasi Konjugate : + +
Fenomena Doll’s Eye: + +
Strabismus : + +
NERVUS V Kanan Kiri
Motorik
Membuka dan Menutup Mulut: + +
Palpasi otot masseter & temporalis: + +
Kekuatan gigitan : + +
Sensorik
Kulit : + +
Selaput lendir : + +
Refleks kornea
Langsung : + +
Tidak langsung : + +
Refleks Masseter : TDP TDP
Refleks Bersin : + +
NERVUS VII Kanan Kiri
Motorik
Mimik : + +
Kerut kening : + +
Menutup mata : + +
Meniup sekuatnya : + +
Memperlihatkan gigi: + +
Tertawa : + +
NERVUS VIII Kanan Kiri
Auditorius
Pendengaran : DBN BDN
Test Rinne : TDP TDP
Test Weber : TDP TDP
Test Schwabach : TDP TDP
LAPKAS STROKE ISKEMIK 9
Vestibularis
Nistagmus : - -
Reaksi Kalori : TDP TDP
Vertigo : - -
Tinnitus : - -
NERVUS IX, X
Pallatum mole : simetris
Uvula : medial
Disfagia : -
Disartria : -
Disfonia : -
Refleks Muntah : +
Pengecapan 1/3 belakang : DBN (anamnesa)
NERVUS XI
Mengangkat bahu : +/+
Fungsi otot sternokleidomastoideus: +/+
NERVUS XII
Lidah
Tremor : -
Atrofi : -
Fasikulasi : -
Ujung lidah sewaktu istirahat : medial
Ujung lidah sewaktu dijulurkan : deviasi ke kanan
LAPKAS STROKE ISKEMIK 10
6. SISTEM MOTORIK
Trofi : normotrofi
Tonus : normotonus
Kekuatan Otot :
ESD: 4 4 4 4 4 ESS: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
EID: 4 4 4 4 4 EIS: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Sikap (Duduk-Berdiri-Berbaring) : DBN
Gerakan Spontan Abnormal
Tremor : -
Khorea : -
Ballismus : -
Mioklonus : -
Ateotsis : -
Distonia : -
Spasme : -
Tic : -
Dan lain-lain : -
TES SENSIBILITAS
Eksteroseptif : nyeri (+), raba (+), suhu (+)
Propioseptif : gerak (+), posisi (+)
Fungsi kortikal untuk sensibilatas
Sterognosis : DBN
Pengenalan 2 titik : DBN
Grafestesia : DBN
TANDA PERANGSANGAN RADIKULER
Laseque : tidak ada nyeri/kelainan
Cross Laseque : tidak ada nyeri/kelainan
LAPKAS STROKE ISKEMIK 11
Tes Lhermitte : tidak ada nyeri/kelainan
Test Naffziger : tidak ada nyeri/kelainan
GEJALA-GEJALA SEREBELLAR
Ataksia : -
Disartria : -
Tremor : -
Nistagmus ; -
Fenomena Rebound : -
Vertigo : -
Dan lain-lain : -
GEJALA-GEJALA EKSTRAPRAMIDAL
Tremor : -
Rigiditas : -
Bradikinesia : -
Dan lain-lain : -
FUNGSI LUHUR
Kesadaran Kualitatif : Compos mentis
Ingatan Baru : baik
Ingatan Lama : baik
Orientasi
Diri : baik
Tempat : baik
Waktu : baik
Situasi : baik
Intelegensia : baik
Daya Pertimbangan : baik
Reaksi Emosi : baik
Afasia
Represif : baik
Ekspresif : baik
LAPKAS STROKE ISKEMIK 12
Apraksia : DBN
Agnosia
Agnosia visual : -
Agnosia jari-jari : -
Akalkulia : -
Disorientasi Kanan-Kiri : -
KESIMPULAN
KU : tangan dan kaki kiri lemah
Telaah :
Os datang ke RSHM dibawa oleh keluarganya dengan keluhan tangan dan kaki kiri lemah dengan tiba-tiba, dirasakan pasien ± 4 hari SMRS.
Os mengaku lemah tersebut terjadi ketika bangun tidur. Lemah dirasakan dari tangan kiri hingga kaki kiri. Keluhan ini sebenarnya sudah
dirasakan sejak 1 tahun yg lalu, tetapi hanya lemah di tangan kori saja. BAB (+) dan BAK (+) normal.
Riwayat penyakit terdahulu
- Riwayat penyakit terdahulu : Hipertensi dan stroke
Riwayat penyakit pada keluarga
- Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal
- Riwayat penyakit lain di keluarga : ibu (+) Hipertensi.
Riwayat penggunaan Obat
- Riwayat mengkonsumsi obat disangkal.
STATUS PRESENS
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi : 93 x/i
Frekuensi Nafas : 24 x/i
Temperatur : 36,1 oC
LAPKAS STROKE ISKEMIK 13
STATUS NEUROLOGI
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
B/T : ++/++ ++/++
APR/KPR : ++/++ ++/++
Refleks Patologis Kanan Kiri
Babinski : + +
Oppenheim : - -
Chaddock : - -
Gordon : - -
Schaeffer : - -
Hoffman – Tromner : - -
Klonus Lutut : - -
Klonus Kaki : - -
Refleks Primitif : -/-
Peningkatan Tekanan Intrakranial
Muntah : -
Sakit Kepala : -
Kejang : -
Perangsangan Meningeal
Kaku Kuduk : -
Tanda Kernig : -
Tanda Lasegue : -
Tanda Brudzinski I : -
Tanda Brudzinski II : -
Kekuatan Otot :
ESD: 4 4 4 4 4 ESS: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
LAPKAS STROKE ISKEMIK 14
EID: 4 4 4 4 4 EIS: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium ( 18 Mei 2015)
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
A.Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin 11,7* g/dl 12 - 16
Hitung eritrosit 3,7* 106 /µL 3.9 – 5.6
Hitung Leukosit 12000* /µL 4000 – 11.000
Hematokrit 34,4* % 36 - 47
Hitung Trombosit 352.000 /µL 150.000 – 450.000
Index Eritrosit
MCV 93,0 fl 80 - 96
MCH 30,8 pg 27 - 31
MCHC 33,1 % 30 - 34
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 2 % 1 - 3
Basofil 0 % 0 - 1
N. Stab 0* % 2 - 6
N. Seg 78* % 53 - 75
Limfosit 15* % 20 - 45
Monosit 5 % 4 - 8
Laju endap darah % 0 - 20
B. Kimia Klinik
Lemak
Cholesterol total 203 mg/dl <220
Cholesterol HDL *39 mg/dl >55
Cholesterol LDL 138 mg/dl <190
Trigliserida 132 mg/dl 50-170
Glukosa Darah
Glukosa Darah Sewaktu *117 mg/dl < 140
LAPKAS STROKE ISKEMIK 15
Fungsi Ginjal
Ureum 22 mg/dl 20 - 40
Kreatinin 0.6 mg/dl 0.6 – 1.1
As.Urat 4.4 mg/dl < 7
Foto Polos Thorax 20 -05-2015
Kesan : Cardiomegali
Jantung : batas jantung tidak jelas, tapi kesan membesar
Sinus costophrenicus sinistra tumpul dan diaphragma tidak tajam
CT scan kepala tanpa kontras potongan axial 18-05-2015
LAPKAS STROKE ISKEMIK 16
Jaringan lunak ekstracalvaria dan os calvaria masih memberikan bentuk dan densitas yang normal.
Sulki kortikalis,fissure sylvii,dan fissura interhemisfer tampak normal. Ruang subarachnoid tampak normal. Sistema ventrikel tampak normal. Tampak lesi hipodens batas tidak tegas di parenkim cerebri daerah ganglia
basalis kanan. Tidak tampak lesi patologis di parenkim cerebellum,dan batang otak. Sinus paranasal yang ter skening tidak tampak kelainan. Orbita dan rongga retro orbita tidak tampak kelainan. Mastoid air cell kanan dan kiri cerah.
Kesan:
Infark cerebri didaerah ganglia basalis kanan. CT scan kepala saat ini tidak tampak perdarahan,SOL maupun kelainan
intracranial lainnya.
DIAGNOSA
DIAGNOSA FUNGSIONAL: hemiparese duplex + PN XII UMN
DIAGNOSA ETIOLOGIK : Stroke Iskemik
DIAGNOSA ANATOMIK : Infark cerebri ganglia basalis kanan
LAPKAS STROKE ISKEMIK 17
DIAGNOSA KERJA : hemiparese duplex+PN XII UMN ec stroke iskemik
PROGNOSIS
Ad Vitam : bonamAd Sanationam : dubia ad bonamAd Functionam : dubia ad bonam
FOLLOW UP (18 Mei -21Mei 2015)
Tanggal Pemeriksaan (VS, Neurologi) Diagnosis Penatalaksanaan
18/5/2015 S: lemah pada sisi tubuh sebelah
kiri
O: Compos mentis
TD: 160/80 mmHg
HR: 80 x/i
RR: 26 x/i
Temp: 36oC
TIK ↑: -
Rangsang meningeal: -
N. Kranialis :
NI : Normosmia
NII,III : RC +/+ pupil isokor, 3
mm
NIII,IV,VI : gerak bola mata N
NV : buka/tutup mulut (+)
NVII : sudut mulut simetris
NVIII : pendengaran baik
NIX,X : uvula medial
NXI : angkat bahu (+)
hemiparese duplex
+ PN XII UMN
ec.Stroke iskemik
1. Inj. Ranitidin 1
amp/12 jm
2. Inj citocholin 250
mg/8 jam
3. Amitriptilin 12,5
mg 2x1 tab
4. Candesartan 80
mg 1x1
5. Furosemid 1x1
tab
LAPKAS STROKE ISKEMIK 18
NXII : lidah deviasi ke kanan
Refleks Fisiologis
B/T: +/+
APR/KPR: +/+
Refleks Patologis
H/T: -/-
Babinski: +/+
Kekuatan motorik
ESD: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
EID: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
ESS: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
EIS: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
19/5/2014 S: lemah pada sisi tubuh sebelah
kiri
O: compos mentis
TD: 140/100 mmHg
HR: 90 x/i
RR: 24 x/i
Temp: 36,4 oC
TIK ↑: -
Rangsang meningeal: -
N. Kranialis :
NI : Normosmia
NII,III : RC +/+ pupil isokor, 3 mm
NIII,IV,VI : gerak bola mata N
NV : buka/tutup mulut (+)
NVII : sudut mulut simetris
NVIII : pendengaran baik
NIX,X : uvula medial
NXI : angkat bahu (+)
NXII : lidah deviasi ke kanan
hemiparese duplex
+ PN XII UMN
ec.Stroke iskemik
recurent
1. Inj. Ranitidin
1 amp/12 jm
2. Inj citocholin 250
mg/8 jam
3. Amitriptilin 12,5
mg 2x1 tab
4. Candesartan 80
mg 1x1
Furosemid 1x1
tab
LAPKAS STROKE ISKEMIK 19
Refleks Fisiologis
B/T: +/+
APR/KPR: +/+
Refleks Patologis
H/T: -/-
Babinski: +/+
Kekuatan motorik
ESD: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
EID: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
ESS: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
EIS: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
20/5/2015 S: lemah sisi tubuh kiri
O: compos mentis
TD:130/80 mmHg
HR: 100 x/i
RR: 24 x/i
Temp: 36,5 oC
TIK ↑: -
Rangsang meningeal: -
N. Kranialis :
NI : Normosmia
NII,III : RC +/+ pupil isokor, 3 mm
NIII,IV,VI : gerak bola mata N
NV : buka/tutup mulut (+)
NVII : sudut mulut simetris
NVIII : pendengaran baik
NIX,X : uvula medial
NXI : angkat bahu (+)
NXII : lidah deviasi ke kanan
Refleks Fisiologis
B/T: +/+
hemiparese duplex
+ PN XII UMN
ec.Stroke iskemik
recurent
1. Inj. Ranitidin
1 amp/12 jm
2. Inj citocholin 250
mg/8 jam
3. Amitriptilin 12,5
mg 2x1 tab
4. Candesartan 80
mg 1x1
5. Furosemid 1x1 tab
LAPKAS STROKE ISKEMIK 20
APR/KPR: +/+
Refleks Patologis
H/T: -/-
Babinski: +/+
Kekuatan motorik :
ESD: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
EID: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
ESS: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
EIS: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
20/5/2015 S: lemah sisi tubuh kiri
O: compos mentis
TD: 140/80 mmHg
HR: 70 x/i
RR: 24 x/i
Temp: 37,5 oC
TIK ↑: -
Rangsang meningeal : -
N. Kranialis :
NI : Normosmia
NII,III : RC +/+ pupil isokor, 3 mm
NIII,IV,VI : gerak bola mata N
NV : buka/tutup mulut (+)
NVII : sudut mulut simetris
NVIII : pendengaran baik
NIX,X : uvula medial
NXI : angkat bahu (+)
NXII : lidah deviasi ke kanan
Refleks Fisiologis :
B/T: +/+
APR/KPR: +/+
Refleks Patologis :
H/T: -/-
hemiparese duplex
+ PN XII UMN
ec.Stroke iskemik
recurrent
1. Inj. Ranitidin
1 amp/12 jm
2. Inj citocholin 250
mg/8 jam
3. Amitriptilin 12,5
mg 2x1 tab
4. Candesartan 80
mg 1x1
5. Furosemid 1x1 tab
LAPKAS STROKE ISKEMIK 21
Babinski: +/+
Kekuatan motorik :
ESD: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
EID: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
ESS: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
EIS: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
21/5/2015 S: lemah pada sisi tubuh kiri
O: compos mentis
TD: 140/100 mmHg
HR: 82 x/i
RR: 24 x/i
Temp: 36,1 oC
TIK ↑: -
Rangsang meningeal : -
N. Kranialis:
NI : Normosmia
NII,III : RC +/+ pupil isokor, 3 mm
NIII,IV,VI : gerak bola mata N
NV : buka/tutup mulut (+)
NVII : sudut mulut simetris
NVIII : pendengaran baik
NIX,X : uvula medial
NXI : angkat bahu (+)
NXII : lidah medial
Refleks Fisiologis :
B/T: +/+
APR/KPR: +/+
Refleks Patologis :
H/T: -/-
Babinski: +/+
Kekuatan motorik :
hemiparese duplex
+ PN XII UMN
ec.Stroke iskemik
recurrent
1. Inj. Ranitidin
1 amp/12 jm
2. Inj citocholin 250
mg/8 jam
3. Amitriptilin 12,5
mg 2x1 tab
4. Candesartan 80
mg 1x1
5. Furosemid 1x1 tab
LAPKAS STROKE ISKEMIK 22
ESD: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
EID: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
ESS: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
EIS: 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI
LAPKAS STROKE ISKEMIK 23
Susunan Saraf pusat
1. Medula Spinalis
a. Otak besar
b. Otak kecil
2. Otak
3. Batang otak
Susunan saraf perifer
1. Susunan saraf somatic
Susunan saraf yang mempunyai peranan spesifik untuk mengatur aktivitas
otot sadar atau serat lintang.
2. Susunan saraf otonom
Susunan saraf yang mempunyai peranan penting memengaruhi pekerjaan
otot involunter (otot polos) seperti jantung, hati, pancreas, jalan pencernaan,
kelenjar dan lain-lain.
a. Susunan saraf simpatis
b. Susunan saraf parasimpatis
Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari sebuah
tabung yang mulanya memperhatikan tiga gejala pembesaran otak awal.
a. Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus striatum, thalamus, serta
hipotalamus.
b. Otak tengah, tegmentum, krus serebrium, korpus kuadrigeminus.
c. Otak belakang, menjadi pons varoli, medulla oblongata, dan serebelum.
Serebrum
Pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu:
1. Lobus frontalis, adalah bagian dari serebrum yang terletak di depan sulkus
sentralis.
LAPKAS STROKE ISKEMIK 24
2. Lobus parietalis, terdapat di depan sulkus sentralis dan dibelakang oleh korako-
oksipitalis.
3. Lobus temporalis, terdapat
dibawah lateral dari fisura
serebralis dan di depan lobus
oksipitalis.
4. Oksipitalis yang mengisi
bagian belakang dari serebrum.
Korteks serebri selain dibagi dalam
lobus dapat juga dibagi menurut
fungsi dan banyaknya area. Campbel membagi bentuk korteks serebri menjadi 20
area. Secara umum korteks serebri dibagi menjadi empat bagian:
1. Korteks sensoris. Pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang
mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat atau
bagian tubuh bergantung pada fungsi alat yang bersangkutan. Di samping itu
juga korteks sensoris bagian fisura lateralis menangani bagian tubuh bilateral
lebih dominan.
2. Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri merupakan
kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan, berpikir,
rangsangan yang diterima diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan daya
yang lain. Bagian anterior lobus temporalis mempunyai hubungan dengan
fungsi luhur dan disebut psikokorteks.
3. Korteks motoris menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya
adalah kontribusi pada traktur piramidalis yang mengatur bagian tubuh
kontralateral.
Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan
sikap mental dan kepribadian.
Fungsi serebrum
1. Mengingat pengalaman yang lalu.
2. Pusat persarafan yang menangani, aktivitas mental, akal, intelegensi,
keinginan, dan memori.
LAPKAS STROKE ISKEMIK 25
3. Pusat menangis, buang air besar, dan buang air kecil.
Batang otak
Batang otak terdiri dari:
1. Diensefalon , ialah bagian otak
yang paling rostral, dan tertanam
di antara ke-dua belahan otak
besar (haemispherium cerebri).
Diantara diensefalon dan
mesencephalon, batang otak
membengkok hampir sembilah
puluh derajat kearah ventral.
Kumpulan dari sel saraf yang terdapat di bagian depan lobus temporalis terdapat
kapsula interna dengan sudut menghadap kesamping. Fungsi dari diensefalon:
a. Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah
b. Respiratori, membantu proses persarafan.
c. Mengontrol kegiatan refleks.
d. Membantu kerja jantung.
2. Mesensefalon , atap dari mesensefalon terdiri dari empat bagian yang menonjol ke
atas. Dua di sebelah atas disebut korpus kuadrigeminus superior dan dua di sebelah
bawah disebut korpus kuadrigeminus inferior. Serat saraf okulomotorius berjalan
ke ventral di bagian medial. Serat nervus troklearis berjalan ke arah dorsal
menyilang garis tengah ke sisi lain. Fungsinya:
a. Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.
b. Memutar mata dan pusat pergerakan mata.
3. Pons varoli , brakium pontis yang menghubungkan mesensefalon dengan pons
varoli dengan serebelum, terletak di depan serebelum di antara otak tengah dan
medula oblongata. Disini terdapat premotoksid yang mengatur gerakan pernapasan
dan refleks. Fungsinya:
a. Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara medula oblongata
dengan serebelum atau otak besar.
b. Pusat saraf nervus trigeminus.
LAPKAS STROKE ISKEMIK 26
4. Medula oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah yang
menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis. Bagian bawah medula
oblongata merupakan persambungan medula spinalis ke atas, bagian atas medula
oblongata yang melebar disebut kanalis sentralis di daerah tengah bagian ventral
medula oblongata. Fungsi medula oblongata:
a. Mengontrol kerja jantung.
b. Mengecilkan pembuluh darah (vasokonstriktor).
c. Pusat pernapasan.
d. Mengontrol kegiatan refleks
Serebelum
Serebelum (otak kecil) terletak
pada bagian bawah dan belakang
tengkorak dipisahkan dengan
serebrum oleh fisura transversalis
dibelakangi oleh pons varoli dan
di atas medula oblongata. Organ
ini banyak menerima serabut
aferen sensoris, merupakan pusat
koordinasi dan integrasi.
Bentuknya oval, bagian
yang mengecil pada sentral disebut vermis dan bagian yang melebar pada lateral
disebut hemisfer. Serebelum berhubungan dengan batang otak melalui pendunkulus
serebri inferior (korpus retiformi) permukaan luar serebelum berlipat-lipat
menyerupai serebelum tetapi lipatannya lebih kecil dan lebih teratur. Permukaan
serebelum ini mengandung zat kelabu.
Korteks serebelum dibentuk oleh subtansia grisea, terdiri dari tiga lapisan yaitu
granular luar, lapisan purkinye, lapisan granular dalam. Serabut saraf yang masuk
dan yang keluar dari serebrum harus melewati serebelum.
Fungsi serebelum
1. Arkhioserebelum (vestibuloserebelum), serabut aferen berasal dari telinga
LAPKAS STROKE ISKEMIK 27
dalam yang diteruskan oleh nervus VIII (auditorius) untuk keseimbangan
dan rangsangan pendengaran ke otak.
2. Paleaserebelum (spinoserebelum. Sebagai pusat penerima impuls dari
reseptor sensasi umum medula spinalis dan nervus vagus (N. trigeminus)
kelopak mata, rahang atas, dan bawah serta otot pengunyah.
3. Neoserebelum (pontoserebelum). Korteks serebelum menerima informasi
tentang gerakan yang sedang dan yang akan dikerjakan dan
mengaturgerakan sisi badan.
Saraf otak
Urutan
saraf
Nama Saraf Sifat Saraf Memberikan
saraf untuk
dan fungsi
I Nervus
olfaktorius
Sensorik Hidung,
sebagai alat
penciuman
II Nervus optikus Sensorik Bola mata,
untuk
penglihatan
III Nervus
okulomotoris
Motorik Penggerak
bola mata dan
mengangkat
kelopak mata
IV Nervus troklearis Motorik Mata, memutar
mata dan
penggerak bola
mata
V Nervus trigeminus Motorik dan sensorik -
LAPKAS STROKE ISKEMIK 28
N. Oftalmikus
N. Maksilaris
N. Mandibularis
Motorik dan sensorik
Sensorik
Motorik dan sensorik
Kulit kepala
dan kelopak
mata atas
Rahang atas,
palatum dan
hidung
Rahang bawah
dan lidah
VI Nervus abdusen Motorik Mata,
penggoyang
sisi mata
VII Nervus fasialis Motorik dan
Sensorik
Otot lidah,
menggerakkan
lidah dan
selaput lendir
rongga mulut
VIII Nervus
auditorius
Sensorik Telinga,
rangsangan
pendengaran
IX Nervus vagus Sensorik dan
motorik
Faring, tonsil,
dan lidah,
rangsangan
citarasa
X Nervus vagus Sensorik dan
motorik
Faring, laring,
paru-paru dan
esophagus
XI Nervus asesorius Motorik Leher, otot LAPKAS STROKE ISKEMIK 29
leher
XII Nervus
hipoglosus
Motorik Lidah, citarasa,
dan otot lidah
Saraf otonom
Saraf Simpatis
Saraf ini terletak di depan kolumna vertebra dan berhubungan dengan
sumsum tulang belakang melalui serabut – serabut saraf. Sistem simpatis terdiri dari
3 bagian, yaitu :
1. Kornu anterior segmen torakalis ke – 1 sampai ke-12 dan segmen lumbalis 1-3
terdapat nucleus vegetative yang berisi kumpulan – kumpulan sel saraf simpatis.
Sel saraf simpatis ini mempunyai serabut – serabut preganglion yang keluar dari
kornu anterior bersama- sama dengan radiks anterior dan nucleus spinalis. Setelah
keluar dari foramen intervertebralis, serabut – serabut preganglion ini segera
memusnahkan diri dari nucleus spinalis dan masuk ke trunkus simpatikus serabut.
Serabut preganglion ini membentuk sinap terhadap sel – sel simpatis yang ada
dalam trunkus simpatikus. Tetapi ada pula serabut – serabut preganglion setelah
berada di dalam trunkus simpatikus terus keluar lagi dengan terlebih dahulu
membentuk sinaps menuju ganglion – ganglion / pleksus simpatikus.
2. Trunkus simpatikus beserta cabang – cabangnya. Di sebelah kiri dan kanan
vertebra terdapat barisan ganglion saraf simpatikus yang membujur di sepanjang
vertebra. Barisan ganglion – ganglion saraf simpatikus ini disebut trunkus
simpatikus. Ganglion – ganglion ini berisi sel saraf simpatis. Antara ganglion satu
dengan ganglion lainnya, atas, bawah, kiri, kanan, dihubungkan oleh saraf
simpatis yang keluar masuk ke dalam ganglion – ganglion itu. Hali ini
menyebabkan sepasang trunkus simpatikus juga menerima serabut – serabut saraf
yang datang dari kornu anterior. Trunkus simpatikus di bagi menjadi 4 bagian
yaitu :
a. Trunkus simpatikus servikalis.
LAPKAS STROKE ISKEMIK 30
Terdiri dari 3 pasang ganglion. Dari ganglion – ganglion ini keluar cabang –
cabang saraf simpatis yang menuju ke jantung dari arteri karotis. Disekitar
arteri karotis membentuk pleksus. Dari pleksus ini keluar cabang – cabang
yang menuju ke atas cabang lain mempersarafi pembuluh darah serta organ –
organ yang terletak di kepala. Misalnya faring, kelenjar ludah, kelenjar
lakrimalis, otot – otot dilatators, pupil mata, dan sebagainya.
b. Trunkus simpatikus torakalis.
Terdiri dari 10-11 ganglion, dari ganglion ini keluar cabang – cabang
simpatis seperti cabang yang mensarafi organ – organ di dalam toraks ( mis,
orta, paru – paru, bronkus, esophagus, dsb ) dan cabang – cabang yang
menembus diafragma dan masuk ke dalam abdomen, Cabang ini dalam
rongga abdomen mensarafi organ – organ di dalamnya.
c. Trunkus simpatikus lumbalis.
Bercabang – cabang menuju ke dalam abdomen, juga ikut membentuk
pleksus solare yang bercabang – cabang ke dalam pelvis untuk turut
membentuk pleksus pelvini.
d. Trunkus simpatikus pelvis. Bercabang cabang ke dalam pelvis untuk
membentuk pleksus pelvini.
3. Pleksus simpatikus beserta cabang cabangnya. Di dalam abdomen, pelvis, toraks,
serta di dekat organ – organ yang dipersarafi oleh saraf simpatis ( otonom ).
Umumnya terdapat pleksus – pleksus yang dibentuk oleh saraf simpatis / ganglion
yaitu pleksus/ganglion simpatikus.
Ganglion lainnya ( simpatis ) berhubungan dengan rangkaian dua ganglion
besar, ini bersama serabutnya membentuk pleksus – pleksus simpatis :
1. Pleksus kardio, terletak dekat dasar jantung serta mengarahkan cabangnya ke
daerah tersebut dan paru – paru
2. Pleksus seliaka, terletak di sebelah belakang lambung dan mempersarafi organ –
organ dalam rongga abdomen
3. Pleksus mesentrikus ( pleksus higratrikus ), terletak depan sacrum dan mencapai
organ – organ pelvis
LAPKAS STROKE ISKEMIK 31
Tabel Organ tubuh dan system pengendalian ganda
Organ Rangsangan
simpatis
Rangsangan
parasimpatis
Jantung
Arteri koronari
Pembuluh darah perifer
Tekanan darah
Bronkus
Kelenjar ludah
Kelenjar lakrimalis
Pupil mata
Sistem pencernaan
makanan (SPM)
Kelenjar – kelenjar
SPM
Kelenjar keringat
Denyut dipercepat
Dilatasi
Vasokonstriksi
Naik
Dilatasi
Sekresi berkurang
Sekresi berkurang
Dilatasi
Peristaltik
berkurang
Sekresi berkurang
Ekskresi bertambah
Denyut dipercepat
Konstriksi
Vasodilatasi
Turun
Konstriksi
Sekresi
bertambah
Sekresi
bertambah
Konstriksi
Peristaltik
bertambah
Sekresi
bertambah
Ekskresi
berkurang
Fungsi serabut saraf simpatis
1. Mensarafi otot jantung
2. Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar
3. Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus
4. Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat
5. Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit
6. Mempertahankan tonus semua otot sadar.
Sistem Parasimpatis
LAPKAS STROKE ISKEMIK 32
Saraf cranial otonom adalah saraf cranial 3, 7, 9, dan 10. Saraf ini
merupakan penghubung, melalui serabut – serabut parasimpatis dalam perjalanan
keluar dari otak menuju organ – organ sebagian dikendalikan oleh serabut –
serabut menuju iris. Dan dengan demikian merangsang gerakan – gerakan saraf
ke -3 yaitu saraf okulomotorik.
Saraf simpatis sacral keluar dari sumsum tulang belakang melalui daerah
sacral. Saraf – saraf ini membentuk urat saraf pada alat – alat dalam pelvis dan
bersama saraf – saraf simpatis membentuk pleksus yang mempersarafi kolon
rectum dan kandung kemih.
Refleks miksi juga menghilang bila saraf sensorik kandung kemih
mengalami gangguan. System pengendalian ganda ( simpatis dan parasimpatis ).
Sebagian kecil organ dan kelenjar memiliki satu sumber persarafan yaitu simpatis
atau parasimpatis. Sebagian besar organ memiliki persarafan ganda yaitu :
menerima beberapa serabut dari saraf otonom sacral atau cranial. Kelenjar organ
dirangsang oleh sekelompok urat saraf ( masing – masing bekerja berlawanan ).
Dengan demikian penyesuaian antara aktivitas dan tempat istirahat tetap
dipertahankan. Demikian pula jantung menerima serabut – serabut ekselevator
dari saraf simpatis dan serabut inhibitor dari nervus vagus. Saluran pencernaan
memiliki urat saraf ekselevator dan inhibitor yang mempercepaT dan
memperlambat peristaltic berturut – turut.
Fungsi serabut parasimpatis :
1. Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis,
submandibularis, dan kelenjar – kelenjar dalam mukosa rongga hidung.
2. Mmepersarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung, berpusat di
nuclei lakrimalis, saraf – sarafnya keluar bersama nervus fasialis.
3. Mempersarafi kelenjar ludah ( sublingualis dan submandibularis ), berpusat
di nucleus salivatorius superior, saraf – saraf ini mengikuti nervus VII
4. Mempersarafi parotis yang berpusat di nucleus salivatoris inferior di dalam
medulla oblongata, saraf ini mengikuti nervus IX
LAPKAS STROKE ISKEMIK 33
5. Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru – paru,
gastrointestinum, ginjal, pancreas, limfa, hepar, dan kelenjar suprarenalis
yang berpusat pada nucleus dorsalis nervus X
6. Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat
kelamin, berpusat di sacral II, III, IV.
7. Miksi dan defekasi pada dasarnya adalah suatu reflex yang berpusat di
kornu lateralis medulla spinalis bagian sacral. Bila kandung kemih dan
rectum tegang miksi dan defekasi secara reflex. Pada orang dewasa reflex
ini dapat dikendalikan oleh kehendak. Saraf yang berpengaruh menghambat
ini berasal dari korteks di daerah lotus parasentralis yang berjalan dalam
traktus piramidalis.
B. HEMIPARESE
1. Definisi
Hemiparesis adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah
otak (sumber : Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin).
Paresis (kelemahan otot pada lengan dan tungkai) adalah kerusakan yang
menyeluruh, tetapi belum menruntuhkan semua neuron korteks piramidalis.
Hemiparase yang terjadi memberikan gambaran bahwa adanya kelainan atau
lesi sepanjang traktus piramidalis. Lesi ini dapat disebabkan oleh berkurangnya suplai
darah, kerusakan jaringan oleh trauma atau infeksi, ataupun penekanan langsung dan
tidak langsung oleh massa hematoma, abses, dan tumor. Hal tersebut selanjutnya akan
mengakibatkan adanya gangguan pada tractus kortikospinalis yang bertanggung jawab
pada otot-otot anggota gerak atas dan bawah.
Paresis (kelemahan) adalah hilangnya tenaga otot sehingga gerak voluntar sukar
tapi masih bisa dilakukan walaupun dengan gerakan yang terbatas. Paresis disebabkan
oleh kerusakan yang menyeluruh, tetapi belum menruntuhkan semua neuron korteks
piramidalis sesisi, menimbulkan kelumpuhan pada belahan tubuh kontralateral yang
ringan sampai berat.
2. Jenis-jenis paresis, yaitu:
Monoparesis
Monoparesis adalah kelemahan pada salah satu ekstremitas atas atau salah
satu ekstermitas bawah.
LAPKAS STROKE ISKEMIK 34
Hemiparesis
Hemiparesis adalah kelemahan otot pada lengan dan tungkai pada satu sisi.
Paraparesis
Paraparesis adalah kelemahan pada kedua ekstremitas bawah.
Tetraparesis/Quadraparesis
Tetraparesis adalah kelemahan pada kedua ekstremitas atas dan kedua
ekstemitas bawah.
3. Manifestasi klinis
Pada hemiparesis,gejala utamanya adalah timbulnya defisit neurologis secara
mendadak/subakut, di dahului gejala prodromal, terjadinya pada waktu istirahat atau
bangun pagi dan biasanya kesadaran tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar,
biasanya terjadi pada usia > 50 tahun.
Menurut WHO dalan International Statistical Dessification Of Disease And
Realeted Health Problem 10th revitoan, stroke hemoragik dibagi atas :
Pendarahan Intraserebral (PIS)
Pendarahan Subaraknoid (PSA)
Hemiparesis akibat PIS mempunyai gejala yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala
karena hipertensi, serangan sering kali siang hari, saat aktifitas atau emosi/marah, sifat
nyeri kepalanya hebat sekali, mual dan muntah sering terdapat pada permulaan
serangan. Hemiparesis/hemiplagi biasa terjadi pada permulaan serangan, kesadaran
biasanya menurun dan cepat masuk koma (60% terjadi kurang dari setengah jam, 23%
antara stengah jam s.d 2 jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari).
Pada pasien PSA gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan akut, kesadaran sering
terganggu & sangat bervariasi, ada gejala/tanda rangsangan maningeal, oedema pupil
dapat terjadi bila ada subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans
anterior atau artei karotis interna.
Gejala neurologist tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah
& lokasinya. Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa :
Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis yang timbul
mendadak)
LAPKAS STROKE ISKEMIK 35
Gangguan sensabilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan
hemiparesik)
Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau
koma)
Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami
ucapan)
Disartria (bicara pelo atau cadel)
Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler, atau diplopia)
Ataksia (trunkal atau anggota badan)
Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala
C. STROKE
1. Definisi
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda
klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian,
tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler.
Stroke hemoragik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak
yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak.
2. Epidemiologi
Insiden perdarahan intraserebral adalah 10 sampai 20 kasus per 100.000
populasi di seluruh dunia dan meningkat sesuai umur. Populasi tertentu secara khusus,
seperti penduduk Jepang dan Afro-Caribbean memiliki insiden 50-55 per 100.000 yang
menunjukkan tingginya prevalensi hipertensi dan rendahnya akses ke pelayanan
kesehatan. Insiden perdarahan meningkat sesuai umur dan lebih tinggi pada laki-laki
dibandingkan wanita.
3. Etiologi dan Klasifikasi
LAPKAS STROKE ISKEMIK 36
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu Stroke iskemik maupun Stroke
hemorragik. Pada Stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis
(penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah
menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar
83% mengalami Stroke jenis ini. Pada Stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di
sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh
dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang
dari lengkung aorta jantung. Stroke Iskemik terbagi lagi menjadi 3 yaitu:
Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.
Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh
karena adanya gangguan denyut jantung.
Etiologi dari stroke hemoragik secara garis besar diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu :
Hipertensi
Nonhipertensi, seperti :
AVM (Arteriovenous Malformation)
Intracranial Aneurysma
Cerebral Amyloid Angiopathy (CAA)
Carvenous Angioma
Penggunaan obat antikoagulan seperti Warfarin dalam waktu yang lama
Neoplasma
Stroke hemoragik diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
Perdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan Subarachnoid (PSA)
4. Faktor Risiko
Secara garis besar faktor risiko stroke dibagi atas faktor risiko yang dapat
dimodifikasi (modifiable) dan yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable). Faktor LAPKAS STROKE ISKEMIK 37
risiko stroke yang dapat dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung
(fibrilasi atrium), diabetes melitus, merokok, konsumsi alkohol, hiperlipidemia, kurang
aktifitas, dan stenosis arteri karotis. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin, ras/suku, dan faktor genetik.
5. Patofisiologi
Mekanisme kusal terjadinya penyakit yaitu dari suatu ateroma (endapan lemak)
bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis sehingga menyebabkan
berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap pembuluh darah
arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak.
Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah,
kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga
tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari
jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral (emboli =
sumbatan, serebral = pembuluh darah otak) yang paling sering terjadi pada penderita
yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau
gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium).
Emboli lemak jarang menyebabkan Stroke. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari
sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di
dalam sebuah arteri.
Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan penyempitan
pembuluh darah yang menuju ke otak. Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetamin)
juga bisa mempersempit pembuluh darah di otak dan menyebabkan Stroke.
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah
ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika
tekanan darah rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang
mengalami kehilangan darah yang banyak karena cedera atau pembedahan, serangan
jantung atau irama jantung yang abnormal.
LAPKAS STROKE ISKEMIK 38
Perdarahan intraserebral terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di otak. Ada
beberapa kondisi yang dapat menyebabkan pembuluh darah di otak ‘mudah’ pecah dan
mengakibatkan perdarahan. Hipertensi kronik dan keadaan yang dikenal dengan
cerebral amyloid angiopathy dapat melemahkan dinding pembuluh darah. Kondisi
pembekuan darah yang buruk karena kelainan darah atau penggunaan obat-obatan
seperti warfarin dapat meningkatkan risiko perdarahan otak. Terakhir, kelainan struktur
pembuluh darah otak selama proses pertumbuhan dan perkembangan otak seperti
Ateriovenous Malformation (AVM). AVM adalah kelainan pembuluh darah kongenital.
Gambar 1. Aneurisma dan AVM sebagai penyebab stroke hemoragik
6. Diagnosis
Diagnosis stroke hemoragik dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan pencitraan.
1. Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke, terdiri
dari 80% di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum.
Gejala klinis :
Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas dan
dapat didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah yaitu
nyeri kepala, mual, muntah, gangguan memori, bingung, perdarhan retina, dan
epistaksis.LAPKAS STROKE ISKEMIK 39
Aneurisma
AVM
Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai hemiplegia/hemiparese
dan dapat disertai kejang fokal / umum.
Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks pergerakan
bola mata menghilang dan deserebrasi.
Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TIK), misalnya
papiledema dan perdarahan subhialoid.
2. Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan di
ruang subarakhnoid yang timbul secara primer.
Gejala klinis :
Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis,
berlangsung dalam 1 – 2 detik sampai 1 menit.
Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang, gelisah
dan kejang.
Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa
menit sampai beberapa jam.
Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen
Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala karakteristik
perdarahan subarakhnoid.
Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi, hipotensi atau
hipertensi, banyak keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan pernafasan.
Skala Stroke Hunt & Hess
Grade I. Asimptomatik atau sakit kepala dan kaku kuduk ringan
Grade II. Sakit kepala, kaku kuduk sedang sampai berat tanpa gejala neurologik
fokal
Grade III. Drowsiness, confuse dan defisit neurologik fokal ringan
LAPKAS STROKE ISKEMIK 40
Grade IV. Stupor atau semikoma, gejala permulaan deserebrasi dan ggn. Vegetatif
Grade V. Koma dalam dan deserebrasi
Oklusi yang disebabkan oleh trombus atau emboli mempunyai perbedaan.
Pada trombus gejala lebih bertahap. Biasanya terdapat gejala prodormal yang
minor. Stroke akibat trombus biasanya terjadi pada saat tidur, baik pada malam hari
maupun pagi hari. Gejala baru dirasakan saat bangun dari tidur dan penderita yang
langsung terjatuh karena belum menyadari kelainan yang terjadi. Sementara stroke
akibat emboli dapat terjadi kapan saja, bangun dari tidur untuk ke kamar mandi
adalah saat-saat yang berbahaya.
Trombosis pada arteri jarang sekali menyebabkan sakit kepala. Namun bila
sakit kepala timbul biasanya sesuai dengan lokasi trombus, pada oklusi arteri
karotis, sakit kepala terjadi sesuai pada sisi yang tersumbat. Penurunan kesadaran
yang terjadi akibat trombus disebabkan oleh paralisis fungsi secara keseluruhan.
Penurunan kesadaran juga dapat disebabkan oleh kejang yang terjadi akibat edema
sekunder danancaman herniasi batang otak.
Bila arteri karotis komunis tersumbat, maka pada palpasi di leher tidak
teraba denyut nadi. Pada oklusi arteri karotis interna, denyut arteri karotis komunis
biasanya teraba di daerah arteri karotis interna di leher. Adanya bruit dapat
menunjukkan adanya sumbatan di arteri karotis interna. Namun bila sumbatan
sangat besar sehingga tidak ada aliran darah, maka bruit tidak akan terdengar. Bila
bruit juga terdengar pada mata ipsilateral maka dapat dipastikan sumbatan berada
di arteri tersebut.
Oklusi trungkus yang melibatkan hemisfer dominan menyebabkan afasia
global. Sementara bila melibatkan hemisfer yang tidak dominan akan menyebabkan
gangguan persepsi (anosognia) dan fungsi bahasa yang berkurang secara kualitatif.
Oklusi yang mengenai cabang superior akan menyebabkan defisit kontralateral
yang melibatkan ekstremitas atas dan wajah dan sebagian kontralateral tungkai dan
kaki. Dan oklusi yang mengenai cabang inferior hemisfer dominan akan
mengakibatkan afasia Wernicke. Infark pada hemisfer yang tidak dominan akan
menyebabkan quadrantanopsia superior atau hemiaopsia homonim. Oklusi pada
cabang inferior kanan juga dapat menyebabkan neglect visual kiri. Dan kerusakan
lobus temporal pada akhirnya akan menyebabkan agitasi dan confusional stateLAPKAS STROKE ISKEMIK 41
Hemisfer kiri merupakan hemisfer yang dominan untuk bicara dan bahasa
pada hampir 95% individu yang kinan. Infark yang terjadi pada hemisfer ini akan
menyebabkan terjadinya gangguan bahasa dan praksi, tergantung dimana lesi
iskemi terjadi. Sementara oklusi pada hemisfer kanan akan menyebabkan defisit
motorik dan perilaku abnormal. Dan pada akhirnya mempengaruhi afek atensi yang
menyebabkan terjadinya impersistence dan neglect.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan umum stroke akut adalah :
1. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
Pemantauan secara terus-menerus terhadap status neurologis, nadi, tekanan
darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigen dianjurkan dalam 72 jam, pada pasien
dengan defisit neurologis yang nyata. Pemberian oksigen dianjurkan pada
keadaan saturasi oksigen < 95%. Perbaiki jalan napas termasuk pemasangan
pipa orofaring pada pasien tidak sadar.
2. Stabilisasi hemodinamik
Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari pemberian cairan
hipotonik seperti glukosa. Dianjurkan pemasangan CVC (Central Venous
Catheter) dengan tujuan untuk memantau kecukupan cairan dan sebagai sarana
untuk memasukkan cairan dan nutrisi.
3. Pemeriksaan awal fisik umum meliputi tekanan darah, pemeriksaan jantung,
pemeriksaan neurologi umum awal (derajat kesadaran, pemeriksaan pupil dan
okulomotor, keparahan hemiparesis).
Pada PSA aneurisma, tekanan darah harus dipantau dan dikendalikan bersama
pemantauan tekanan perfusi serebri untuk mencegah risiko terjadinya stroke
iskemik sesudah PSA serta perdarahan berulang. Untuk mencegah terjadinya
PSA berulang, pada pasien stroke PSA akut, tekanan darah diturunkan hingga
TDS 140-160 mmHg, sedangkan TDS 160-180 mmHg sering digunakan sebagai
target TDS dalam mencegah terjadinya vasospasme.
4. Pengendalian peninggian tekanan intrakranial
LAPKAS STROKE ISKEMIK 42
Pemantauan ketat terhadap penderita dengan risiko edema serebral harus
dilakukan dengan memperhatikan perburukan gejala dan tanda neurologis pada
hari-hari pertama setelah serangan stroke. Sasaran terapi adalah TIK < 20
mmHg dan CPP > 70 mmHg. Penatalaksanaan pasien dengan peningkatan TIK
adalah :
Tinggikan posisi kepala 20o – 30o
Posisi pasien hendaklah menghindari penekanan vena jugular
Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik
Hindari hipertemia
Jaga normovolemia
Osmoterapi atas indikasi :
- Manitol 0,25-0,5 mg/kgBB selama > 20 menit, diulangi setiap 4-
6 jam dengan target ≤ 310 mOsm/L. Osmolalitas sebaiknya
diperiksa 2 kali dalam sehari selama pemberian osmoterapi.
- Kalau perlu berikan furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB
IV
5. Pengendalian kejang
Bila kejang berikan diazepam bolus lambat intravena 5-20 mg dan diikuti oleh
fenitoin loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50
mg/menit. Bila kejang belum teratasi maka perlu dirawat di ICU.
6. Pengendalian suhu tubuh
Setiap penderita stroke yang disertai demam harus diobati dengan antipiretika
dan diatasi penyebabnya. Berikan acetaminophen 650 mg bila suhu lebih dari
38,5oC (AHA Guideline) atau 37,5oC (ESO Guideline).
7. Pemeriksaan penunjang
EKG, laboratorium, LP, pemeriksaan radiologi (foto rontgen dada, CT Scan).
LAPKAS STROKE ISKEMIK 43
AHA/ASA merekomendasikan pengontrolan tekanan darah pada pasien stroke
non hemoragik adalah sebagai berikut:
Jika pasien tidak direncanakan untuk mendapatkan terapi trombolitik
Tekanan darah sistolik kurang dari 220 mmHg, dan tekanan darah
diastolik kurang dari 120 mmHg tanpa adanya gangguan organ end-
diastolic maka tekanan darah harus diawasi (tanpa adanya intervensi)
dan gejala stroke (terapi simptomatik) serta komplikasinya harus
ditangani.
Untuk pasien dengan TD sistolik di atas 220 mmHg atau diastolik antara
120-140 mmHg maka pasien dapat diberikan labetolol (10-20 mmHg IV
selama 1-2 menit jika tidak ada kontraindikasi. Dosis dapat ditingkatkan
atau diulang setiap 10 menit hingga mencapai dosis maksiamal 300 mg.
Sebagai alternatif dapat diberikan nicardipine (5 mg/jam IV infus awal)
yang dititrasi hingga mencapai efek yang diinginkan dengan
menambahkan 2,5 mg/jam setiap 5 menit hingga mencapai dosis
maksimal 15 mg/jam. Pilihan terakhir (TD diastolik > 140)dapat
diberikan nitroprusside 0,5 mcg/kgBB/menit/IV via syringe pump.
Target pencapaian terapi ini adalah nilai tekanan darah berkurang 10-15
persen.
Pada pasien yang akan mendapatkan terapi trombolitik
TD sistolik lebih 185 mmHg, dan diastolik lebih dari 110 mmHg maka
dibutuhkan antihipertensi. Pengawasan dan pengontrolan tekanan darah
selama dan setelah pemberian trombolitik agar tidak terjadi komplikasi
perdarahan. Preparat antihipertensi yang dapat diberikan adalah labetolol
(10-20 mmHg/IV selama 1-2 menit dapat diulang satu kali). Alternatif
obat yang dapat digunakan adalah nicardipine infuse 5 mg/jam yang
dititrasi hingga dosis maksimal 15 mg/jam.
Pengawasan terhadap tekanan darah adalah penting. Tekanan darah harus
diperiksa setiap 15 menit selama 2 jam pertama, setiap 30 menit selama 6 jam
LAPKAS STROKE ISKEMIK 44
berikutnya, dan setiap jam selama 16 jam terakhir. Target terapi adalah tekanan darah
berkurang 10-15 persen dari nilai awal.
Untuk mengontrol tekanan darah selama opname maka agen berikut dapat
diberikan:
TD sistolik 180-230 mmHg dan diastolik 105-120 mmHg maka dapat diberikan
labetolol 10 mg IV selama 1-2 menit yang dapat diulang selama 10-20 menit
hingga maksimal 300 mg atau jika diberikan lewat infuse hingga 2-8 mg/menit.
TD sistolik lebih dari 230 mmHg atau diastolik 121-140 mmHg dapat diberikan
labetolol dengan dosis diatas atau nicardipine infuse 5 mg/jam hingga dosis
maksimal 15mg/jam.
Penggunaan nifedipin sublingual untuk mengurangi TD dihindari karena dapat
menyebabkan hipotensi ekstrim.
8. Prognosis
Walaupun stroke iskemik dikaitkan dengan angka mortalitas yang tinggi, sekitar
50% akan menunjukkan penyembuhan neurologis secara baik, 26-45% lainnya akan
menunjukkan gangguan defisit neurologis dan membutuhkan bantuan orang lain dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Skor Koma Glasgow yang rendah, peningkatan jumlah
leukosit, dan peningkatan tekanan darah sistolik merupakan prediktor tingginya
mortalitas pada pasien dengan stroke hemoragik akut.
Pasien yang telah sembuh dari PIS primer memiliki angka rata-rata untuk terjadinya
perdarahan ulang, kematian vaskular sebesar 2,1% sampai 5,9%. Usia 65 tahun atau
lebih memiliki risiko dua kali lipat untuk perdarahan berulang. Risiko untuk terjadi
gangguan vaskular pada laki-laki meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan
perempuan.7 Seperti pada PIS, hasil akhir dari PSA juga buruk dengan mortalitas 30
hari bervariasi dari 33% - 45%.
9. Komplikasi
LAPKAS STROKE ISKEMIK 45
Komplikasi dari stroke hemoragik antara lain :
Perdarahan ulang (rebleeding)
Vasospasme
Hidrosefalus akut
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
LAPKAS STROKE ISKEMIK 46
Berdasarkan teori, kebas-kebas yang dialami pasien adalah infark yang terjadi
pada ganglia basalis kanan dengan lama kurang dari 2 minggu. Pasien ini adalah
penderita dengan diagnosis hemihipestesis sinistra + hemiparese sinistra ec. Stroke
iskemik. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan anamnesis adanya keluhan kebas-kebas
di sisi tubuh bagian kiri dan adanya riwayat hipertensi.kebas-kebas sudah dirasakan
pasien kurang lebih 1 bulan ini pada ujung-ujung jari,namun keluhan dirasakan
hilang.timbul.dari hasil CT scan Tampak lesi hipodens batas tidak tegas di parenkim
cerebri daerah ganglia basalis kanan,sehingga memberikan gambaran adanya infark
pada ganglia basalis kanan.
Pasien berjenis kelamin perempuan, berusia 52 tahun bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Os mengaku keluhan kebas dirasakan tiba-tiba pada saat OS sedang beraktifitas
(mandi).
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa penyakit stroke dapat
terjadi secara tiba-tiba pada saat orang sedang beraktifitas maupun sedang istirahat.
Pada pemeriksaan fisik, kesadaran pasien compos mentis dan vital sign dalam batas
normal, status internus dan neurologis pasien tidak ditemukan kelainan. Pada
pemeriksaan sensibilitas tungkai kiri rasa raba berkurang.
Pada pemeriksaan refleks patella, juga tidak didapatkan penurunan refleks. Hal ini
mendukung dari manifestasi stroke bahwa terjadi menurunan sensibilitas dan
kelemahan kontra lateral dari lesi di otak.
Pada penatalaksanaan awal non-medikamentosa, pasien diberikan advice untuk rawat
inap di rumah sakit agar tirah baring total, anjuran untuk CT scan kepala dan
pemeriksaan laboratorium.
Penatalaksanaan medikamentosa diberikan injeksi piracetam 1 gr/8
jam,amitriptilin 12,5 mg 2x1 , meloxicam 15 mg 1x1 ,metilcobalamin 1x1 dan aspilet
1x 80 mg.
Piracetam merupakan golongan nootropic agents yang berbentuk bubuk kristal
putih dan tidak berbau. Piracetam bekerja dengan cara meningkatkan efektifitas dari
fungsi telensefalon otak melalui peningkatan fungsi neurotransmiter kolinergik.
Telensefalon inilah yang mengatur fungsi kognitif pada manusia (memori, kesadaran,
belajar dan lain). Fungsi lain dari piracetam adalah menstimulasi glikolisis oksidatif,
LAPKAS STROKE ISKEMIK 47
meningkatkan konsumsi oksigen pada otak, serta mempengaruhi pengaturan
cerebrovaskular dan juga mempunyai efek antitrombotik. Oleh karena itu piracetam
biasanya digunakan untuk pengobatan stroke , terutama stroke iskemik.
Metilkobalamin adalah metabolit dari vitamin B12 yang berperan sebagai
koenzim dalam proses pembentukan methionin dari homosystein. Reaksi ini berguna
dalam pembentukan DNA, serta pemeliharaan fungsi saraf.
Mekanisme kerja amitriptilin adalah Menghambat reuptake serotonin dan
norepinefrin di presinaps membran sel sehingga terjadi peningkatan konsentrasi
serotonin dan atau norepinefrin di susunan saraf pusat.
Aspilet merupakan salah satu nama obat paten dari Aspirin. Aspirin termasuk
dalam kategori obat non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID). NSAID memiliki
efek anti-inflamasi, analgesik, dan antipiretik, serta dapat menghambat agregasi
trombosit.
Mekanisme kerja dari obat ini adalah terkait dengan penghambatan aktivitas COX-1,
yang berperan untuk metabolisme enzim utama dari asam arakidonat yang merupakan
prekursor prostaglandin yang memainkan peran utama dalam patogenesis peradangan,
nyeri dan demam.
Meloxicam adalah salah satu obat anti inflamasi non-steroid. Obat ini umumnya
digunakan untuk meredakan gejala-gejala artritis, misalnya inflamasi, pembengkakan,
serta kaku dan nyeri otot. Obat ini dapat digunakan untuk meredakan kekakuan pada
pasien ini.
BAB VLAPKAS STROKE ISKEMIK 48
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Secara umum, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan terhadap kasus ini
sesuai dengan teori, namun perlu dilakukan pengkajian terhadap penyakit lain yang
menyertai
5.2 Saran
Mahasiswa yang sedang menjalani kepaniteraaan klinik perlu terus melatih
kemampuan melakukan pemeriksaan fisik khusunya neurologis, sehingga tanda khas
dari suatu kelainan dapat dikenali.
DAFTAR PUSTAKA
LAPKAS STROKE ISKEMIK 49
Feigin, Valery.2006. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan
Stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer
Harsono. 1996. Buku Ajar : Neorologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada University
Press
Israr, YA.2008. Stroke. Pekan baru: Universitas Riau
J, Iskandar 2007, Stroke A-Z. Jakarta: PT BIP-Gramedia
National StrokeAssociation, 2006. MuscleWeaknessAfterStroke:Hemiparesis. NSA
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.2011. Guideline Stroke 2011. Jakarta
Prince,sylfia A. 2006. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit Vol. 2, Edisi
6. Jakarta: EGC
Roper, A.H. dan R.H. Brown. 2005. Adams dan Victor’s Priciples of Neurology. Edisi
8. The McGraw Hill Companies. Inc. USA. Halaman 168-170
Sjahrial Rasad.2008. Radiologi Diagnostik. Edisi dua.jakarta : FKUI
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC
LAPKAS STROKE ISKEMIK 50