Stroke Iskemik
-
Upload
fathnur-sani -
Category
Documents
-
view
172 -
download
4
Transcript of Stroke Iskemik
PREVALENSI STROKE ISKEMIK
PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUP FATMAWATI
JAKARTA SELATAN PADA TAHUN 2008
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
Eka Evia Rahmawati Agustina
NIM : 105103003406
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, November 2009
Eka Evia Rahmawati Agustina
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
PREVALENSI STROKE ISKEMIK
PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUP FATMAWATI
JAKARTA SELATAN PADA TAHUN 2008
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh
Eka Evia Rahmawati Agustina
NIM: 105103003406
Pembimbing
dr. Dyah Ayu Woro
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul PREVALENSI STROKE ISKEMIK PADA
PASIEN RAWAT INAP DI RSUP FATMAWATI JAKARTA SELATAN
PADA TAHUN 2008 yang diajukan oleh Eka Evia Rahmawati Agustina (NIM:
105103003406), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan pada 12 November 2009. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program
Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, 12 November 2009
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
Pembimbing Penguji
dr. Nurul Hiedayati, PhD
dr. Dyah Ayu Woro
Endah Wulandari,M.Biomed
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN
Prof. Dr (hc).dr.M.K.Tadjudin, SpAnd
Dr.dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM
KATA PENGANTAR
السال م عليكن ورحمة ا هلل و بر كا ته
Segala puji saya panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat kasih sayang, kenikmatan, dan kemudahan yang begitu
besar. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, dengan kasih sayangnya terhadap hamba Allah juga makhluk
lainnya yang tiada pernah pudar. Atas nikmat-Nya dan karunia-Nya Yang Maha
Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Prevalensi
Stroke Iskemik Pada Pasien Rawat Inap di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan
pada Tahun 2008.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu,
dalam kesempatan kali ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya pada pihak yang membantu dan memberikan bimbingan dalam
penyusunan penelitian ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan, saya sampaikan
kepada:
1. Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And sebagai Dekan, Drs. H.
Achmad Gholib, MA, sebagai Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dr.Syarief Hasan
Lutfie,Sp. RM sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Dokter FKIK
UIN Jakarta.
2. Dr. Dyah Ayu Woro, sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan penelitian ini.
3. Dr. Nurul, dr. Riva SpA, dan dr Yanti Susianti SpA yang selalu dan tidak
pernah berhenti memberikan dukungan dan semangat untuk segera
menyelesaikan penelitian ini tepat waktu.
4. Direktur berserta semua staf bagian pendidikan dan penelitian, dan rekam
medik Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan yang sudah
membantu saya dalam izin pengambilan data penelitian ini.
5. Untuk semua dosen – dosen saya, yang telah begitu banyak membimbing
dan memberikan kesempatan saya untuk menimba ilmu selama saya
menjalani masa pendidikan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
rasa hormat saya atas segala yang telah mereka berikan.
6. Kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Daroji dan Ibunda Siti Asfiyah,
yang selalu memberikan dukungan baik moriil maupun materiil, serta doa
yang tak pernah putus untuk penulis, terima kasih yang sedalam-dalamnya
atas perhatian dan kasih sayang yang selama ini telah diberikan. Semoga
ananda dapat membahagiakan dan membalas kebaikan kalian.
7. Adik-adikku tersayang, Itsna Affandi Firdaus, Aldo Leofiro Irfiansyah dan
Laela Raihan Marsha yang telah memberikan keceriaan dalam hidupku
dengan canda dan tawa kalian. Terima kasih, kalian adalah anugerah yang
terindah.
8. Teman-teman seangkatan saya, yang telah banyak memberi dukungan baik
moril maupun materil selama bersama-sama menjalani pendidikan dokter.
9. Terakhir, kepada semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan satu per
satu, yang telah banyak membantu secara langsung maupun tidak langsung
dalam proses penyusunan penelitian ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan
pendidikan selanjutnya.
و ا لسال م عليكن ورحمة ا هلل و بر كا ته
Jakarta, November 2009
Penulis
ABSTRAK
Eka Evia Rahmawati Agustina,. Prevalensi Stroke Iskemik Pada Pasien Rawat
Inap di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan pada Tahun 2008. 2009
Stroke merupakan penyebab tersering kecacatan pada dewasa dan
penyebab kematian ketiga di seluruh dunia. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui prevalensi stroke iskemik di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati Jakarta Selatan. Data penelitian ini didapatkan dari data sekunder
rekam medis pasien dengan stroke iskemik yang menjalani rawat inap di Rumah
Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Dari 119 kasus yang berhasil
dikumpulkan, 61,3% diantaranya laki-laki dan 31,2% perempuan. Kasus stroke
iskemik terbanyak terdapat pada kelompok usia 45-64 tahun, dengan usia rata-rata
58,73 tahun untuk semua kasus. Pada penelitian ini dari 48 kasus didapatkan 75%
kasus dengan hipertensi, 29,2% dengan diabetes mellitus dan 16,7% dengan
hiperlipidemia.
Kata Kunci : Stroke iskemik, prevalensi, hipertensi, diabetes mellitus,
hiperlipidemia.
Eka Evia Rahmawati Agustina. The Prevalence Of Ischemic Stroke of Patients
Who Has Hospitalized In the General Hospital Center Fatmawati South Jakarta, at
2008 . 2009
Stroke is a common cause of adult disability and third leading cause of
death worldwide. The aim of the present study was to identify the prevalence of
ischemic stroke in the General Hospital Center Fatmawati South Jakarta,
Indonesia. In this present study, we use medical record of hospitalization of
ischemic stroke patients the General Hospital Center Fatmawati South Jakarta,
Indonesia during 2008. This research is a descriptive study study with cross
sectional design. Total of 119 cases of ischemic stroke were included in this study
with 61,3 % were males and 38,7 % were females. It was determined that
ischemic stroke was mostly seen in the age group 45-64, with an average age was
58,73years for all cases. In this present study, from 48 cases found 75% cases
have hypertension, 29,2% have diabetes mellitus and 16,7% have hyperlipidemia.
Keyword : Ischemic stroke, prevalence, hypertension, diabetes mellitus and
hyperlipidemia.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL .................................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 5
2.1 Stroke .................................................................................................... 5
2.1.1 Definisi Stroke............................................................................ 5
2.1.2 Epidemiologi .............................................................................. 6
2.1.3 Faktor Risiko ............................................................................. 6
2.1.4 Klasifikasi Stroke .................................................................... 15
2.1.5 Stroke Iskemik......................................................................... 16
2.1.6 Etiologi Stroke Iskemik ........................................................... 16
2.1.7 Patofisiologi Stroke Iskemik .................................................... 19
2.1.8 Tanda dan Gejala Stroke Iskemik ........................................... 23
2.1.9 Diagnosis Stroke ..................................................................... 25
2.1.10 Penatalaksanaan Stroke Iskemik ............................................ 26
2.1.11 Prognosis ................................................................................ 30
2.2 Kerangka Konsep ................................................................................ 32
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 33
3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 33
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 33
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................. 33
3.4 Kriteria Penelitian .................................................................................. 34
3.5 Prosedur Penelitian................................................................................. 34
3.6 Cara Kerja Penelitian ............................................................................ 35
3.7 Batasan Operasional .............................................................................. 36
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 39
BAB 5 PENUTUP ............................................................................................ 50
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 50
5.2 Saran .................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 52
LAMPIRAN ......................................................................................................... 57
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Klasifikasi Tekanan Darah ................................................................ 36
Tabel 4.1 Distribusi Pasien Stroke Iskemik di Rawat Inap RSUP Fatmawati
pada bulan Januari 2008- desember 2008....................................38
Tabel 4.2 Gambaran Stroke Iskemik pada Pasien Rawat Inap di RSUP
Fatmawati tahun 2008 berdasarkan jenis kelamin……………...39
Tabel 4.3 Gambaran Stroke Iskemik pada Pasien Rawat Inap di RSUP
Fatmawati tahun 2008 berdasarkan jenis kelamin………...……41
Tabel 4.4 Gambaran Stroke Iskemik pada Pasien Rawat Inap di RSUP
Fatmawati tahun 2008 berdasarkan jenis kelamin dan umur…42
Tabel 4.5 Gambaran Tekanan Darah pada Pasien Rawat Inap di RSUP
Fatmawati tahun 2008 ……….……………….……………….…...44
Tabel 4.6 Gambaran Gula Darah Puasa pada Pasien Rawat Inap di RSUP
Fatmawati tahun 2008……………………………………………45
Tabel 4.7 Gambaran Kolesterol Darah Total pada Pasien Rawat Inap di
RSUP Fatmawati tahun 2008……………………………………46
Tabel IV.8 Gambaran Keadaan keluar perawatan pada Pasien Rawat Inap
di RSUP Fatmawati tahun 2008.…………………………..……47
DAFTAR SINGKATAN
CBF (Cerebral Blood Flow)
CT Scan (Computed Tomography Scan)
DM (Diabetes Mellitus)
HDL (High Density Lipoprotein)
JNC (Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment on High Blood Pressure)
LDL (Low Density Lipoprotein)
MABP (Mean Arterial Blood Pressure)
MONICA (Monitoring of Trends and Determinants of Cardiovascular Disease)
NOS (Nitrat Oksidase Sintase)
NO (Nitrit Oksida)
SIE (Stroke in Evolution)
RIND (Reversible Ischemic Neurologic Defisit)
rtPA (recombinant Tissue Plasminogen Activator)
TIA (Transient Ischemic Attack),
SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)
SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase)
WHO (World Health Organization)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Stroke merupakan masalah kesehatan global dan merupakan penyebab
utama kecacatan pada dewasa dan penyebab kematian ketiga di seluruh dunia
(WHO, 2003). Angka kematian stroke di negara berkembang mencapai tiga juta
orang pertahun dan meningkat di negara berkembang, dan merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas di negara-negara Asia (Murray dan Lopez, 1998).
Insidensi stroke di seluruh dunia bervariasi, insidensi tahunan rata rata
meningkat sejalan dengan pertambahan usia, dari 3 per 100.000 pada kelompok
umur dekade ketiga dan keempat menjadi hampir 300 per 100.000 penduduk pada
kelompok umur dekade kedelapan dan kesembilan (Fieschi et al, 1998). Di
Indonesia, sejalan dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup
penduduknya, terlihat pula kecenderungan meningkatnya insidensi stroke (Brown,
2000). Pada tahun 2000, dari seluruh penderita yang dirawat di bangsal rawat inap
Bagian Ilmu Penyakit Saraf FKUSU/ RSUP H. Adam Malik Medan, 65.49%
adalah penderita stroke, dimana 46.09% diantaranya adalah penderita stroke
iskemik (Misbach, 2001).
Stroke umumnya dikenal dua macam yaitu stroke non hemoragik (stroke
iskemi) dan stroke hemoragik. Sekitar 80-85% stroke adalah stroke iskemik dan
20% merupakan stroke hemoragik (Rumantir, 2007, Ropper dan Brown, 2005).
Stroke yang merupakan penyakit yang mengenai sistem saraf, memberikan cacat
tubuh yang berlangsung kronis dan tidak hanya terjadi pada orang-orang berusia
lanjut, tetapi juga pada usia pertengahan (40-50 tahun), yang mana pada usia
inilah orang berada dalam usia aktif dan produktif (Bustan, 2007).
Risiko
kematian dalam 30 hari pertama setelah mengalami stroke iskemik adalah 8%
sampai 20%. Stroke iskemik menimbulkan kecacatan pada 75% pasien stroke
iskemik yang hidup. Sekitar sepertiga dari semua pasien yang selamat dari stroke
akan mengalami stroke berikutnya dalam 5 tahun; 5% sampai 14% dari mereka
akan mengalami stroke ulangan dalam tahun pertama (Rumantir, 2007, Hartwig,
2006).
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan merupakan rumah
sakit pendidikan tempat peneliti belajar. Selama menjalani kepaniteraan di rawat
inap bagian neurologi RSUP Fatmawati Jakarta Selatan pada bulan April dan Mei
2009 peneliti menjumpai 70 kasus stroke, dengan 30 kasus stroke hemoragik, 32
kasus stroke iskemik dan 8 kasus stroke yang tidak spesifik (data didapatkan dari
rekam medik rawat inap RSUP Fatmawati). RSUP Fatmawati Jakarta Selatan
merupakan rumah sakit rujukan dari wilayah Jakarta Selatan dan sekitarnya.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka peneliti ingin
mengetahui prevalensi stroke iskemik di instalasi rawat inap RSUP Fatmawati
Jakarta Selatan pada tahun 2008.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berapa prevalensi stroke iskemik pada pasien di instalasi rawat inap Rumah
Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan pada tahun 2008?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui prevalensi stroke iskemik di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati Jakarta Selatan.
1.3.2 Tujuan Khusus:
Diketahuinya distribusi stroke iskemik berdasarkan umur, jenis kelamin
tekanan darah, gula darah puasa dan kolesterol darah total di Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Bagi peneliti:
- Sebagai salah satu prasyarat kelulusan dalam menyelesaikan program
sarjana kedokteran.
- Menambah pengetahuan dan pengalaman yang berharga mengenai
masalah kesehatan masyarakat terutama stroke iskemik mengenai faktor
risiko dan pencegahannya.
1.4.2 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Menambah pustaka ilmiah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan tentang prevalensi stroke iskemik
di RSUP Fatmawati Jakarta .
1.4.3. Bagi RSUP Fatmawati
Sebagai informasi dan bukti medis mengenai prevalensi stroke iskemik di
RSUP Fatmawati.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. STROKE
2.1.1 Definisi Stroke
Definisi Stroke menurut kamus kedokteran Dorland adalah serangan
mendadak dan berat ( Dorland, 2005), sedangkan definisi stroke menurut World
Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang berkembang secara
cepat akibat gangguan fungsi otak baik fokal atau global dengan gejala-gejala
yang berlangsung 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain selain vaskular (Rumantir, 2007, Perdossi, 1999).
Terdapat dua jenis stroke, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik
(Ropper dan Brown, 2005). Stroke iskemik merupakan stroke yang terjadi karena
adanya sumbatan aliran darah otak oleh berbagai faktor seperti aterotrombosis,
emboli, atau ketidakstabilan hemodinamik yang menimbulkan gejala serebral
fokal, terjadi mendadak, dan tidak menghilang dalam waktu 24 jam atau lebih.
Stroke hemoragik merupakan penyakit gangguan fungsional otak fokal maupun
global dengan gejala dan tanda sesuai dengan bagian otak yang terkena dan
disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak (Junaidi, 2004).
2.1.2 Epidemiologi
Insidensi stroke di seluruh dunia bervariasi, insidensi tahunan rata rata
meningkat sejalan dengan pertambahan usia, dari 3 per 100.000 pada kelompok
umur dekade ketiga dan keempat menjadi hampir 300 per 100.000 penduduk pada
kelompok umur dekade kedelapan dan kesembilan (Fieschi et al, 1998). Di
Inggris, insidensi stroke pada pria adalah 174 per 100.000 dan 233 per 100.000
pada wanita (Fieschi et al, 1998), serta menyebabkan 12% dari seluruh kematian
dan merupakan penyebab kecacatan terbesar orang dewasa (Brown, 2000). Di
Amerika Serikat, insidensinya 270 per 100.000 pada pria dan 201 per 100.000
pada wanita (Fieschi et al, 1998), dengan angka mortalitas tahunannya sebesar
31,7 per 100.000 penduduk (Brown, 2000, Chalmer, 2000). Data di Indonesia
menunjukan terjadinya kecenderungan peningkatan insidensi stroke. Penelitian
yang dilakukan di 28 rumah sakit di Indonesia antara Oktober 1996 sampai Maret
1997 melaporkan adanya 2065 penderita stroke akut yang dirawat, dengan usia
rata-rata adalah 58,8 tahun, 12,9% penderita berusia kurang dari 45 tahun dan
35,8% penderita berusia lebih dari 65 tahun (Misbach dan Ali, 2001).
2.1.3 Faktor Risiko
Faktor risiko timbulnya stroke dibagi dalam faktor risiko yang tidak dapat
diubah dan faktor risiko yang dapat diubah (Ropper dan Brown, 2005, Goetz,
2007, Wijaya, 1999)
1. Modifiable Risk Factor (Faktor risiko yang dapat diubah)
Faktor risiko yang dapat diubah, dibagi menjadi dua yaitu yang berhubungan
dengan kondisi kesehatan dan faktor yang berhubungan dengan pola hidup. Faktor
risiko yang berhubungan dengan kondisi kesehatan diantaranya hipertensi,
diabetes mellitus, penyakit jantung ( infark miokard dan fibrilasi atrium),
hiperlipidemia. Sedangkan yang berhubungan dengan pola hidup diantaranya
merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kurangnya aktivitas fisik dan obesitas
(Ropper dan Brown, 2005, Goetz, 2007, Wijaya, 1999).
Faktor risiko yang dapat diubah yang berhubungan dengan kesehatan meliputi :
a. Hipertensi
Hipertensi menurut JNC (Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure) VII
didefinisikan sebagai keadaan dimana tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg,
merupakan faktor risiko yang dapat diubah dan sangat penting untuk stroke.
Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk stroke baik iskemik maupun
hemoragik di Amerika Serikat (Wolf, 1999, Fields et al, 2004). Makin tinggi
tekanan darah, makin besar risiko untuk mengalami stroke (Lewington et al,
2002).
Hipertensi kronik akan menyebabkan perubahan struktur arteri dan
arterial sistemik, terutama pada kasus-kasus yang tidak diobati. Mula-mula
akan terjadi hipertrofi dari tunika media diikuti dengan hialinisasi setempat dan
penebalan fibrosis dari tunika intima dan akhirnya akan terjadi penyempitan
pembuluh darah. Hipertensi juga merupakan salah satu penyebab jejas endotel
selain karena hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, rokok dan infeksi kronis.
Jejas endotel kronik atau berulang merupakan hal pokok yang mendasari
terbentuknya aterosklerosis. Endotel yang rusak menyebabkan timbulnya
agregrasi trombosit. Trombosit akan melepaskan enzim, adenosin difosfat yang
mengawali mekanisme koagulasi. Sumbatan fibrinotrombosit ini dapat terlepas
dan membentuk emboli atau dapat tetap tinggal di tempat dan menjadi trombus
yang merupakan penyebab tersering pada stroke. Dari hasil penelitian
epidemiologi memperlihatkan bahwa hipertensi dijumpai pada 50%-70%
pasien stroke. Terapi hipertensi sangat diperlukan untuk mengurangi risiko
stroke. Dari beberapa studi menyebutkan bahwa terapi hipertensi jangka
panjang dapat mengurangi risiko stroke sebesar 38 % (MacMahon dan
Rodgers, 1996).
b. Penyakit Jantung (Infark Miokard dan Fibrilasi Atrium)
Kurang lebih 3-4 % orang yang memiliki infark miokard akan
mengalami stroke emboli. Seorang penderita dengan fibrilasi atrium memiliki
risiko enam kali lipat untuk mengalami stroke. Hal ini didasari oleh adanya
aterosklerosis yang merupakan suatu kelainan paling mendasar pada infark
miokard maupun stroke iskemik. Infark miokard akan menyebabkan kerusakan
dinding jantung atau fibrilasi atrium yang persisten, yang akan menyebabkan
pembentukan trombus. Lepasnya trombus akan menjadi emboli dan dapat
menyebabkan sumbatan pembuluh darah otak (Ropert dan Brown, 2005).
c. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus didefinisikan sebagai keadaan dimana kadar gula darah
puasa 126 mg/dL atau lebih besar yang diukur dalam dua kesempatan pada
hari yang berlainan. Dari hasil sebuah studi kasus kontrol menunjukkan bahwa
seseorang dengan diabetes mellitus memiliki risiko 1,6 sampai 8 kali lipat
mengalami stroke iskemik daripada penderita tanpa diabetes mellitus (AHA,
2006). Seseorang dengan diabetes mellitus memiliki risiko yang tinggi untuk
mengalami aterosklerosis dan faktor risiko aterogenik (misalnya: hipertensi
dan abnormalitas lipid darah). Hiperglikemi kronis akan menimbulkan
glikolisasi protein-protein dalam tubuh. Bila hal ini berlangsung lama, akan
terjadi AGES (advanced glycosylate end products) yang toksik untuk semua
protein. AGE protein yang terjadi diantaranya terdapat pada reseptor makrofag
dan reseptor endotel. AGE reseptor di makrofag akan meningkatkan produksi
TNF (tumor necrosis factors), ILI (interleukine-I), IGF-I (Insuline like growth
factors-I). Produk ini akan memudahkan proliferasi sel dan matriks pembuluh
darah. AGE Reseptor yang terjadi di endotel menaikkan produksi faktor
jaringan endotelin-I yang dapat menyebabkan kontriksi pembuluh darah dan
kerusakan pembuluh darah (AHA, 2006).
Sistem serebrovaskular terdiri dari arteri besar (makrovaskular) dan kecil
(mikrovaskular). Komponen arteri besar diantaranya segmen ekstrakranial dan
intrakranial dari arteri karotis dan vertebra, sedangkan komponen arteri kecil
diantaranya komponen dari sirkulus Willisi (arteri basiler, serebri media,
serebri anterior dan serebri posterior). Oklusi arteri kecil bisa disebabkan oleh
proses degeneratif pada pembuluh darah, misalnya mikroateroma dan
lipohialinosis. Diabetes mellitus menyebabkan komplikasi baik mikrovaskular
ataupun makrovaskular. Diabetes mellitus mempercepat perkembangan
aterosklerosis pada arteri karotis. Sebuah studi cohort yang telah dilakukan
terhadap 1192 laki-laki dan perempuan yang diteliti selama 5 tahun,
menunjukkan bahwa penebalan tunika intima dan tunika media arteri karotis
lebih cepat dua kali lipat pada subyek dengan diabetes mellitus daripada
subyek tanpa diabetes mellitus (Wagenknecht et al, 2003). Aterosklerosis pada
komponen arteri besar intrakranial dapat menyebabkan lesi stenosis pada arteri
yang menyusun sirkulus Willisi, hal ini kira-kira terjadi pada 10% kasus
stroke iskemik. Diabetes mellitus juga mempengaruhi prognosis stroke. Suatu
studi di Copenhagen menunjukkan bahwa pasien dengan diabetes mellitus
mengalami pemulihan neurologik yang lebih lambat daripada pasien tanpa
diabetes mellitus. Oleh karena itu diperlukan kontrol diabetes mellitus secara
intensif baik farmakologi ataupun modifikasi sikap penderita untuk mencegah
komplikasi baik mikrovaskular ataupun makrovaskular. Terapi intensif
diabetes mellitus dapat menurunkan risiko stroke, infark miokard dan angina
sampai 42% (AHA, 2006).
d. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia didefinisikan sebagai kondisi dimana kadar kolesterol
total lebih atau sama dengan 240 mg/dl. Kadar kolesterol darah dipengaruhi
oleh susunan makanan sehari-hari yang masuk dalam tubuh (diet). Faktor
lainnya yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah disamping diet
adalah faktor keturunan, umur, jenis kelamin, obesitas, stress, alkohol dan
aktifitas fisik. Kadar kolesterol yang tinggi merupakan faktor risiko terjadinya
penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular. Hubungan antara kadar kolesterol
darah dengan stroke merupakan suatu hal yang komplek. Kadar kolesterol
tinggi diduga berhubungan dengan peningkatan terjadinya stroke iskemik.
Belum terdapat suatu penelitan yang menunjukkan hubungan pasti antara
peningkatan kolesterol dengan insidensi stroke. Terapi dengan menggunakan
statin (obat penurun kolesterol) menunjukkan adanya penurunan risiko stroke
dengan cara menstabilisasi plak aterosklerosis.
Selain diperlukan terapi
farmakologi, perubahan gaya hidup juga sangat dianjurkan untuk mengontrol
kadar kolesterol darah (Iso et al, 1989, Knuiman dan Vu, 1996).
Faktor risiko yang dapat diubah yang berhubungan dengan pola hidup meliputi :
a. Merokok
Merokok adalah faktor risiko potensial pada stroke iskemik (Manolio et
al, 1996, Rodriguez et al, 2002). Merokok meningkatkan risiko stroke melalui
efek terbentuknya trombus dan pembentukan aterosklerosis pada pembuluh
darah (Burns, 2003).
b. Kurangnya aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang kurang merupakan faktor risiko untuk stroke,
diabetes mellitus, obesitas, hipertensi, osteoporosis dan depresi (Taylor et al,
2004, Shephard, 2001). Aktivitas moderat-berat seperti berjalan, berkebun,
berenang, aerobik dalam waktu rata-rata 30 menit setiap hari dapat mengurangi
risiko stroke (Pearson et al, 2002).
c. Konsumsi alkohol berlebih
Insidensi stroke iskemik pada orang yang mengonsumsi alkohol dalam
jumlah kecil (rata-rata 1-2 gelas per hari) lebih rendah daripada orang yang
tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini dikarenakan efek proteksi dari alkohol,
yang berdasarkan sebuah studi mampu menurunkan penyakit jantung koroner.
Bagaimanapun, mengonsumsi terlalu banyak alkohol (lebih dari 5 gelas per
hari) merupakan faktor risiko yang signifikan untuk stroke iskemik maupun
hemoragik (Sacco et al, 1998).
d. Obesitas
Menurut Regional Office for the Western Pacific of the World Health
Organization, the International Association for the Study of Obesity and the
International Obesity Task Force, obesitas adalah keadaan dimana indeks
massa tubuh > 25 kg/m2. Obesitas merupakan faktor risiko untuk diabetes,
hipertensi, serta hiperkolesterolemia (Mokdad et al, 2003, Fontaine et al, 2003).
Suatu studi menunjukkan bahwa peningkatan berat badan berhubungan dengan
peningkatan risiko stroke (Song et al, 2004).
2. Unmodifiable risk factor ( faktor risiko yang tidak dapat diubah)
Faktor risiko yang tidak dapat diubah diantaranya usia yang meningkat, jenis
kelamin pria, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA (Transient Ischemic Attack) atau
stroke, penyakit jantung koroner dan fibrilasi atrium (Ropper dan Brown, 2005,
Goetz, 2007, Wijaya, 1999).
Faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi :
a. Usia
Risiko stroke meningkat dua kali lipat ketika seseorang berusia lebih dari
55 tahun, begitupun angka kematian akibat stroke meningkat seiring
bertambahnya usia. Stroke paling sering terjadi pada usia lebih dari 65 tahun,
tetapi jarang terjadi pada usia dibawah 40 tahun (Japardi, 2002).
b. Jenis Kelamin
Stroke lebih sering terjadi pada pria. Diperkirakan bahwa insidensi
stroke pada wanita lebih rendah dibandingkan pria, akibat adanya estrogen
yang berfungsi sebagai proteksi pada proses aterosklerosis (Japardi, 2002).
c. Ras
Berdasarkan suatu studi yang telah dilakukan di USA, warga Afrika-
Amerika memiliki risiko 60 % untuk menderita stroke dan mengalami
disabilitas fisik yang lebih berat paska stroke (Japardi, 2002). Suatu studi yang
dilakukan oleh WHO's MONICA Project menunjukkan bahwa dibandingkan
ras kaukasia, penduduk Asia memiliki prevalensi stroke yang lebih tinggi
(Thorvaldsen et al, 1995).
d. Riwayat Keluarga
Seorang individu yang memiliki orang tua atau kakek-nenek yang
mengalami stroke memiliki risiko lebih besar untuk menderita stroke dibanding
individu yang tidak memiliki riwayat stroke dalam keluarganya (Rohkamm,
2004).
e. Riwayat Stroke dan TIA (Transient Ischemic Attack) sebelumnya
Definisi Transient Ischemic Attack (TIA) adalah episode singkat
disfungsi neurologi yang disebabkan oleh gangguan fokal dari otak atau iskemi
retina dengan gejala klinik kurang dari 1 jam dan tidak ditemukan adanya
infark (Albers et al, 2002). Lebih dari 70% pasien dengan TIA memiliki 40 %
risiko untuk mengalami stroke dalam 2 tahun pertama (Whisnant dan Wiebers,
1987).
2.1.4 Klasifikasi Stroke
Klasifikasi stroke berdasarkan atas gambaran klinik, patologi anatomi,
sistem pembuluh darah dan stadiumnya (Rumantir, 2007).
Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :
1. Stroke Iskemik
a. Stroke akibat trombosis serebri
b. Emboli serebri
c. Hipoperfusi sistemik
2. Stroke Hemoragik
a. Perdarahan intra serebral
b. Perdarahan ekstra serebral
Berdasarkan waktu terjadinya :
1. Transient Ischemic Attack (TIA)
2. Reversible Ischemic Neuroolgic Defisit (RIND)
3. Stroke in Evolution (SIE) / Progressing Stroke
4. Completed Stroke
Berdasarkan sistem pembuluh darah :
1. Sistem Karotis
2. Sistem Vertebrobasiler (Rumantir,2007)
2.1.5 Stroke Iskemik
Stroke iskemik ialah stroke yang disebabkan oleh sumbatan pada
pembuluh darah servikokranial atau hipoperfusi jaringan otak oleh berbagai faktor
seperti aterotrombosis, emboli, atau ketidakstabilan hemodinamik yang
menimbulkan gejala serebral fokal, terjadi mendadak, dan tidak menghilang
dalam waktu 24 jam atau lebih (Goetz, 2007). Diagnosis stroke iskemik
ditegakkan apabila ditemukan defisit fokal dan ditemukan gambaran infark pada
CT scan atau tidak ditemukan adanya perdarahan pada CT scan kepala selama
observasi, misalnya pasien dengan gambaran klinik stroke tetapi menunjukkan
gambaran CT scan yang normal (Davis et al, 1998).
2.1.6 Etiologi Stroke Iskemik
Tiga mekanisme utama yang menyebabkan stroke adalah trombosis,
emboli dan iskemia global (stroke hipotensi). Pada beberapa kasus, stroke bisa
disebabkan oleh vasospasme (paska perdarahan subarakhnoid, hipertensi
ensefalopati) dan beberapa bentuk arteritis (Shah, 2008).
2.1.6.1 Trombosis
Trombosis merupakan penyebab stroke yang paling sering, 50 % stroke
iskemik disebabkan oleh adanya trombosis. Obstruksi pembuluh darah bisa
disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh darah
otak atau pembuluh darah organ distal. Trombus dapat terjadi pada pembuluh
darah besar termasuk sistem arteri karotis atau pembuluh darah kecil termasuk
cabang dari sirklus Willisi dan sirkulasi posterior. Penyebab tersering dari stroke
trombus adanya plak aterosklerosis (Challa, 1999). Penyebab lain yang dapat
menyebabkan trombosis meliputi keadaan hiperkoagulasi, arteritis (Giant Cell dan
Takayasu), displasia fibromuskular dan diseksi dinding pembuluh darah (Shah,
2008).
Trombosis yang terdapat pada pembuluh darah kecil yang merupakan
salah satu dari cabang-cabang penetrans sirkulus Willisi, arteri serebri media,
arteri vertebralis atau arteri basilaris akan menghasilkan infark lakunar. Insidensi
infark lakunar adalah 10%-30% dari semua jenis stroke. Sumbatan pada arteriol
kecil ini paling sering disebabkan oleh hipertensi kronis (Pullicino, 1993, Yu R et
al, 1995).
2.1.6.2 Emboli
Stroke emboli dapat disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah oleh suatu
emboli, yaitu sebuah partikel atau debris yang berjalan terbawa aliran darah yang
berasal dari pembuluh darah mana saja. Emboli paling sering merupakan suatu
trombus yang terlepas, dapat juga berupa lemak , udara, tumor atau metastasis,
kumpulan bakteri seperti pada endokarditis infektif dan benda asing. Target paling
sering dari emboli adalah cabang superfisial dari arteri serebri ataupun serebelli.
Emboli paling sering tersangkut di arteri serebri media, karena 80% darah yang
dibawa arteri karotis mengalir melalui arteri serebri media (Garcia et al, 1998).
Sumber embolisasi tidak hanya dapat terletak di arteri karotis atau
vertebralis, akan tetapi dapat juga di jantung dan sistem vaskular sistemik
diantaranya meliputi (Mardjono dan Sidharta, 2008):
1) Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau arteria vertebralis, dapat
berasal dari plak aterosklerotik atau dari trombus yang melekat pada intima
arteri.
2) Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada :
a. Penyakit jantung dengan “shunt” yang menghubungkan bagian kanan
dengan bagian kiri atrium atau ventrikel.
b. Penyakit jantung reumatoid akut atau menahun yang meninggalkan
gangguan pada katup mitralis
c. Fibrilasi atrium
d. Infark kordis akut
3) Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi pada :
a. Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru
b. Embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti pada penyakit ”caisson”)
Efek neurologi dari stroke emboli tidak hanya bergantung pada daerah vaskular
yang tersumbat, tetapi juga kemampuan emboli untuk menyebabkan vasospasme
melalui efek iritasi vaskular. Vasospasme dapat terjadi pada segmen vaskular
dimana emboli tersangkut atau melibatkan cabangnya (Challa, 1999).
2.1.6.3 Iskemia global atau stroke hipotensi
Berkurangnya tekanan darah sistemik karena berbagai sebab
bertanggungjawab atas terjadinya stroke hipotensi atau iskemia global. Iskemia
global ini biasanya disebabkan oleh kegagalan pompa jantung pada cardiac arrest
atau aritmia, atau karena berkurangnya cardiac output seperti pada infark
miokard, emboli paru, efusi perikard. Iskemia global menyebabkan kerusakan
sebagian besar area otak termasuk area yang disebut “watershed area” yaitu area
diantara wilayah pendarahan dua arteri serebri dan serebelli. Infark pada area ini
akan menyebabkan gejala klinik berupa paralisis dan kehilangan sensasi terutama
pada lengan. Angka kejadian infark pada area ini kira-kira sebesar 10% dari
semua jenis stroke dan hampir 40% terjadi pada pasien dengan oklusi atau
stenosis karotis (Garcia dan Anderson, 1997).
2.1.7 Patofisiologi Stroke Iskemik
Dalam keadaan fisiologik jumlah darah yang mengalir ke otak (Cerebral
Blood Flow = CBF) ialah 50-60 ml/100 gram jaringan otak/menit. Dengan massa
otak 1200-1400 gram, maka jumlah darah untuk otak adalah 700-840 gr/menit.
Dari jumlah itu, sepertiganya disalurkan melalui arteri karotis interna. Otak
merupakan organ tertutup, sehingga konsekuensinya adalah bahwa volume otak,
volume cairan, dan volume darah harus konstan. Perubahan pada salah satu unsur
tersebut akan menyebabkan perubahan kompensatorik terhadap unsur-unsur
lainnya. Karena pada umumnya volume otak dan volume cairan selalu berubah
karena bermacam-macam pengaruh, maka volume darah selalu akan
menyesuaikan diri (Mardjono dan Sidharta, 2008).
Pada fase stroke akut, terjadi perubahan pada aliran darah otak. Pada
daerah yang terkena iskemia, aliran darah menurun secara signifikan. Sel-sel otak
bagaimanapun juga tidak dapat menoleransi turunnya atau bahkan hilangnya
aliran darah. Akibat penurunan aliran darah otak regional ke suatu daerah otak
terisolasi dari jangkauan aliran darah, yang mengangkut oksigen dan glukosa yang
sangat diperlukan untuk metabolisme oksidatif serebral. Jika aliran darah
tersumbat maka daerah yang bersangkutan akan mengalami kekurangan oksigen
yang disebut pusat iskemik (ishcemic core). Pada daerah ini, tampak degenerasi
neuron, pelebaran vaskuler tanpa adanya aliran darah, kadar asam laktat meninggi
dengan PO2 (tekanan oksigen) yang rendah, dan daerah ini akan mengalami
nekrosis. Secara mikroskopik daerah yang iskemik dan pucat ini akan dikelilingi
oleh daerah yang hiperemis di bagian luar (disebut luxury perfusion) karena
melebihi kebutuhan metabolik, sebagai akibat mekanisme sistem kolateral yang
mencoba mengatasi keadaan iskemia. Autoregulasi dan kelola vasomotor dalam
daerah tersebut bekerja sama untuk menanggulangi keadaan iskemik itu dengan
mengadakan vasodilatasi maksimal. Pada umumnya, hanya pada perbatasan
daerah iskemik saja bisa dihasilkan vasodilatasi kolateral, sehingga daerah
perbatasan tersebut dapat diselamatkan dari kematian (Mardjono dan Sidharta,
2008).
Daerah antara pusat iskemik (ischemic core) dan luxury perfusion disebut
area penumbra. Berkurangnya aliran darah pada daerah penumbra akan
menyebabkan gangguan fungsi neuron, tetapi dalam batas waktu tertentu neuron
di area ini masih mampu mempertahankan metabolism dan masih viable
(Pulsinelli, 1995). Waktu yang dibutuhkan neuron pada daerah ini untuk tetap
bertahan hidup yang disebut “therapeutic window” bervariasi dari 12 sampai 24
jam (Hartwig, 2006, Hakim, 1998). Usaha pemulihan daerah penumbra dilakukan
dengan reperfusi harus tepat waktunya supaya aliran darah kembali ke daerah
iskemia tidak terlambat, sehingga neuron penumbra tidak mengalami nekrosis
(Heros, 1994).
Secara cepat di dalam pusat infark, dan setelah beberapa saat di daerah
penumbra, cedera dan kematian sel otak berkembang dan terjadilah kaskade
iskemik. Kaskade iskemik adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada
tingkat seluler. Sintesis protein paling sensitif terhadap berkurangnya CBF, dan
hal ini langsung terhambat ketika CBF berkurang. Dengan berkurangnya CBF,
terjadi gangguan penggunaan glukosa dan pengurangan penyimpanan energi
intraseluler. Karena energi berkurang, sel saraf tidak mampu mempertahankan
gradien ion dan terjadilah depolarisasi membran. Depolarisasi membran akan
menyebabkan pompa Na+-K
+ sel berhenti berfungsi dan menyebabkan gangguan
homeostasis kalsium. Kalsium memasuki sel dan menyebabkan dilepaskannya
neurotransmiter dari neuron presinapsis (terutama glutamate). Neurotransmiter ini
menyebabkan peningkatan sodium intraseluler dengan pembengkakan sel dan
akhirnya akan terjadi peningkatan kalsium. Jika kaskade iskemik ini tidak
dihentikan, akan terjadi kematian sel lebih lanjut (Hartwig, 2006, Ginsberg, 1995,
Hossmann, 1994).
Keadaan makin berat apabila terjadi proses eksitoksisitas, yaitu sel-sel
otak melepaskan neuron eksitatorik glutamat dalam jumlah berlebihan. Glutamat
yang dibebaskan ini merangsang aktivitas kimiawi dan listrik di sel otak lain
dengan melekat ke suatu molekul di neuron lain, reseptor N-Metil-D-Aspartat
(Adams dan Shaw, 1994, Becker, 1998, Hademenous dan Massoud, 1997).
Pengikatan reseptor ini memicu pengaktifan enzim nitrat oksidase sintase (NOS),
yang menyebabkan terbentuknya molekul gas, nitrit oksida (NO). Nitrit Oksida
terdapat secara alami di tubuh dan meningkatkan banyak fungsi fisiologik yang
bergantung pada vasodilatasi. Namun, dalam jumlah berlebihan, NO dapat
menyebabkan kerusakan dan kematian neuron. Sel-sel otak akhirnya mati akibat
kerja protease yang diaktifkan oleh kalsium, lipase dan radikal bebas yang
terbentuk akibat jenjang iskemik (Becker, 1998, Hademenous dan Massoud,
1997).
Setelah episode iskemik permulaan, faktor mekanis dan kimiawi
menyebabkan kerusakan sekunder. Faktor yang paling banyak menimbulkan
kerusakan diantaranya :
1. Rusaknya sawar darah-otak dan sawar darah-cairan serebrospinal akibat
terpajan zat-zat toksik.
2. Edema interstisium otak akibat meningkatnya permeabilitas vaskular di arteri
yang terkena sehingga cairan serta protein bertambah mudah memasuki
ruangan ekstraseluler sehingga menyebabkan edema vasogenik (vasogenic
edema). Efek edema jelas menyebabkan peninggian tekanan intrakranial dan
akan memperburuk iskemia otak. Selanjutnya terjadi efek massa yang
berbahaya dengan akibat herniasi otak.
3. Hilangnya autoregulasi otak sehingga aliran darah otak (CBF) tidak responsif
terhadap perbedaan tekanan dan kebutuhan metabolik.
Hilangnya autoregulasi adalah penyulit stroke yang sangat berbahaya dan
dapat memicu lingakaran setan berupa meningkatnya edema otak, meningkatnya
tekanan intrakranial dan semakin luasnya kerusakan neuron. Dengan hilangnya
autoregulasi, arteriol-arteriol tidak lagi mampu merespons terhadap perubahan
tekanan darah dan oksigen atau karbondioksida (Hartwig, 2006).
Daerah otak yang mengalami infark tidak berfungsi lagi dan karena itu
muncullah manifestasi defisit neurologik yang biasanya berupa hemiparalisis,
hemiparestesia, serta defisit fungsi luhur seperti afasia (Mardjono dan Sidharta,
2008).
2.1.8 Tanda dan Gejala Stroke Iskemik
Tanda utama stroke adalah munculnya secara mendadak satu atau lebih
defisit neurologik fokal. Defisit tersebut bisa mengalami perbaikan dengan cepat,
mengalami perburukan progresif atau menetap. Pemburukan situasi secara
bertahap terjadi pada sepertiga jumlah penderita, duapertiga lainnya muncul
sebagai transient ischemic attacks (TIA) yang kemudian berkembang menjadi
defisit neurologik menetap (Wilkinson dan Lennox, 2005). Gejala umum berupa
baal atau lemas mendadak di wajah, lengan, atau tungkai, terutama di salah satu
sisi tubuh; gangguan penglihatan seperti penglihatan ganda atau kesulitan melihat
pada satu atau kedua mata; hilangnya keseimbangan atau koordinasi; dan nyeri
kepala mendadak tanpa sebab yang jelas (Hartwig, 2006). Defisit neurologik yang
terjadi tergantung dengan area jaringan otak yang mengalami iskemik (Wilkinson
dan Lennox, 2005).
Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala yang timbul sesuai dengan
pembuluh darah yang terlibat (Wilkinson dan Lennox, 2005) :
a. Arteri serebri media
- Hemiparesis atau monoparesis kontralateral.
- Afasia global
- Disleksia, disgrafia, diskalkulia
b. Arteri serebri anterior
- kelemahan kontra lateral, terutama pada daerah tungkai
- ganguan sensorik kontralateral
c. Arteri serebri posterior
- kelumpuhan saraf otak ke-3 hemianopsia
- hemiparesis kontralateral
d. Arteri vertebrobasiler
- Penglihatan ganda ( nervus III,IV dan VI)
- Rasa baal di wajah (nervus V)
- Kelemahan pada bagian wajah ( nervus VII)
- Vertigo ( nervus VIII)
- Disfagia ( nervus IX dan X)
- Disartria
- Ataxia
- Kelemahan pada ekstremitas
2.1.9 Diagnosis Stroke
Definisi stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal, global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama
24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain vaskuler (Rumantir, 2007, Perdossi, 1999).
Diagnosis stroke iskemik ditegakkan apabila ditemukan defisit fokal dan
ditemukan gambaran infark pada CT scan atau tidak ditemukan adanya
perdarahan pada CT scan kepala selama observasi, misalnya pasien dengan
gambaran klinik stroke tetapi menunjukkan gambaran CT scan yang normal
(Davis et al, 1998). Untuk menegakkan diagnosis stroke, terlebih dahulu
dilakukan anamnesis mengenai gejala awal, perkembangan gejala, riwayat
penyakit sebelumnya, faktor risiko yang ada, pengobatan yang sedang diajalani.
Berikutnya adalah melakukan pemeriksaan neurologis lengkap untuk mengetahui
kemungkinan letak lesi. Sedangkan untuk membedakan diagnosis stroke itu
merupakan infark atau hemoragik dapat dilakukan konfirmasi dengan
menggunakan CT Scan. Pemeriksaan CT Scan kepala merupakan pemeriksaan
gold standar untuk menegakkan diagnosis stroke (Rumantir, 2007). Untuk
membedakan diagnosis stroke iskemik karena trombosis atau emboli memang
sulit dibedakan dari gejala klinis saja. Diagnosis stroke emboli biasanya
ditegakkan secara inferensi. Pada beberapa kasus ditemukan adanya obstruksi
arteri melalui pemeriksaan arteriografi. Penemuan yang mendukung ke arah
diagnosis stroke emboli adalah awitan yang akut dan ditemukannya sumber
emboli (Harsono, 2005).
Diagnosis pasti stroke iskemik dan penyebabnya harus segera ditegakkan
dalam beberapa jam paska awitan agar terapi yang tepat dapat segera diberikan
(Harsono, 2005). Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk membantu
menegakkan diagnosis stroke adalah (SPM RSUP Fatmawati, 2004) :
a. Laboratorium :
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap darah, hitung trombosit,
masa perdarahan, masa pembekuan.
2. Gula darah dan profil lipid
3. Ureum, kreatinin, asam urat, kolesterol total: HDL/LDL, trigliserida,
fungsi hati : SGOT/SGPT, urin lengkap
4. Bila perlu pemeriksaan gas darah dengan elektrolit (Natrium, Kalium)
b. Roentgen Toraks
c. Elektrokardiografi
d. CT Scan / MRI otak
e. Duplex sonografi Karotis/ Trans Cranial Doppler (atas indikasi)
f. MRA (atas indikasi)
g. EEG (atas indikasi)
2.1.10 Penatalaksanaan Stroke Iskemik
Stroke adalah suatu keadaan yang progresif, karena terjadinya jenjang
perubahan metabolik yang menimbulkan kerusakan saraf dengan lama bervariasi
setelah terhentinya aliran darah ke suatu bagian otak. Dengan demikian, untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas, perlu dilakukan intervensi secara cepat.
Pendekatan pada terapi darurat memiliki tiga tujuan yaitu : mencegah cedera otak
akut dengan memulihkan perfusi ke daerah iskemik noninfark, mengembalikan
cedera saraf sedapat mungkin, mencegah cedera neurologi lebih lanjut (Hartwig,
2006).
Terapi supportif yang diberikan pertama kali diantaranya (SPM RSUP Fatmawati,
2004) :
- Bebaskan jalan napas, usahakan ventilasi adekuat, bila perlu berikan Oksigen
1-2 liter/menit.
- Berikan cairan infus : Asering, Ringer Laktat, NaCl 0,9 %
- Menurunkan tekanan darah apabila Mean Arterial Blood Pressure lebih dari
130 mmHg, atau apabila tekanan darah sistolik lebih dari 220 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 120 mmHg.
Stroke iskemik disebabkan oleh trombus ataupun emboli yang
menyebabkan sumbatan pada aliran darah otak. Terapi farmakologi ditujukan
untuk menghilangkan sumbatan tersebut dan memulihkan aliran darah otak.
Berikutnya adalah terapi farmakologi pada stroke iskemik :
a. Trombolisis
American Heart Association dan American Academy of Neurology
merekomendasikan penggunaan rtPA sebagai trombolisis untuk terapi stroke
dalam 3 jam setelah onset gejala atau selama tidak terdapat kontraindikasi
(misal : nilai laboratorium yang tidak normal, tekanan darah tinggi, atau riwayat
operasi dalam jangka dekat). Terapi trombolisis digunakan untuk melarutkan
sumbatan arteri (trombus atau emboli) dan memulihkan kembali aliran darah ke
area otak yang iskemik sebelum area tersebut menjadi infark. Suatu studi
menunjukkan bahwa rtPA meningkatkan peluang memperbaiki gangguan
neurologik, 39 % pasien yang mendapatkan terapi rtPA memiliki hasil yang
bagus dalam 3 bulan dan hanya 26 % pasien yang mendapatkan plasebo yang
mendapatkan hasil yang bagus (The National Institute Of Neurological
Disorders And Stroke Rt-Pa Stroke Study Group, 1995).
Risiko pemberian rtPA adalah perdarahan dan komplikasi perdarahan
yang terberat adalah perdarahan serebri. Perdarahan serebri disebabkan oleh
terjadinya reperfusi ke area otak yang telah mengalami iskemia lanjut dan
terjadi kerusakan endotel vaskular, kerusakan sawar darah-otak dan nekrosis
neuron serta glia. Perluasan kerusakan ini tergantung durasi dan derajat
iskemia. Oleh karena itu, dibutuhkan terapi ultra cepat untuk menurunkan
derajat kerusakan dan risiko perdarahan serebri (The National Institute Of
Neurological Disorders And Stroke Rt-Pa Stroke Study Group, 2005).
b. Neuroproteksi
Pada stroke iskemik akut, dalam batas-batas waktu tertentu sebagian
besar cedera sel saraf dapat dipulihkan. Tujuan terapi neuroproteksi adalah
untuk menghambat jaringan yang iskemik menjadi infark. Terapi neuroproteksi
ditujukan pada peristiwa biokimia yang terjadi selama kaskade iskemi.
Beberapa obat untuk neuroproteksi diantaranya citicholin, pirasetam,
nimodipin (Hartwig, 2006, SPM RSUP Fatmawati, 2004).
c. Antikoagulasi
The European Stroke Initiative (2000) merekomendasikan bahwa
antikoagulan oral diindikasikan pada stroke yang disebabkan oleh fibrilasi
atrium. Pemberian antikoagulan tidak dilakukan sampai terdapat hasil
pemeriksaan imaging memastikan tidak ada perdarahan intrakranial primer.
Terhadap penderita yang mendapat pengobatan antikoagualan perlu dilakukan
monitor kadar antikoagulan (Mohr et al, 2004). Bagi pasien yang bukan
merupakan kandidat untuk terapi warfarin, maka dapat digunakan aspirin
tersendiri atau dalam kombinasi dengan dipiridamol sebagai terapi
antitrombotik awal untuk profilaksis stroke (Hartwig, 2006).
d. Anti agregrasi Trombosit
Pemberian anti agregrasi trombosit bertujuan untuk meminimalisasi
perluasan atau mencegah pembentukan gumpalan darah baru. Obat yang
termasuk anti agregrasi trombosit diantaranya aspirin,clopidogrel dan
dipiridamol. Pemberian Aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24-48 jam
setelah onset stroke dianjurkan untuk setiap stroke iskemik akut (Mohr et al,
2004, PERDOSSI, 2007). Jika direncanakan pemberian trombolitik, Aspirin
jangan diberikan (Mendelow et al, 2005).
e. Obat Anti Hipertensi
Penggunaan anti hipertensi pada stroke iskemik diberikan apabila
MABP (Mean Arterial Blood Pressure) lebih dari 130-140 mmHg. Batas
penurunan tekanan darah sebanyak-banyaknya 20%-25 % dari MABP pada
jam pertama (PERDOSSI, 2007).
2.1.11 Prognosis
Stroke yang merupakan penyakit yang mengenai sistem saraf,
memberikan cacat tubuh yang berlangsung kronis dan tidak hanya terjadi pada
orang-orang berusia lanjut, tetapi juga pada usia pertengahan (Bustan, 2007).
Penderita stroke yang selamat, 75% mengalami kecacatan. Stroke dapat
mempengaruhi tidak hanya pada fisik pasien, tetapi mental dan emosional atau
kombinasi ketiganya. Efek dari stroke tergantung ukuran dan lokasi lesi di otak.
Beberapa kecacatan yang diakibatkan oleh stroke diantaranya paralisis, mati rasa,
gangguan bicara dan gangguan penglihatan (Coffey et al, 2000).
Risiko kematian dalam 30 hari pertama setelah mengalami stroke iskemik
adalah sebesar 8%-20% . Angka ini meningkat pada stroke hemoragik yaitu
antara 30%-80% pada perdarahan intraserebral dan 20%-50% pada perdarahan
subarakhnoid. Hal-hal yang berpengaruh terhadap tingginya risiko kematian
diantaranya penurunan kesadaran, hiperglikemia dan usia yang lanjut (Sacco,
2005).
Penderita stroke yang bertahan hidup memiliki risiko 3 sampai 5 kali lipat
untuk mengalami kematian dibandingkan dengan populasi seusianya yang tidak
mengalami stroke. Seorang penderita stroke memiliki risiko 3%-10% dalam 30
hari pertama untuk mengalami stroke rekuren. Hal ini bervariasi tergantung jenis
infark yang dialami, pasien dengan lakunar infark memiliki risiko lebih kecil
untuk mengalami stroke rekuren. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis
stroke diantaranya jenis lesi, kesadaran saat onset dan hiperglikemia (Sacco,
2005).
2.2 Kerangka Konsep
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Prevalensi stroke
iskemik
Rekam medik pasien
rawat inap RSUP
Fatmawati
Faktor
resiko
Variabel :
- Umur
- Jenis kelamin
- Tekanan Darah
- Diabetes mellitus
- Hiperlipidemia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologis secara observasi
deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional
3.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Pengambilan data ini dilakukan di bagian rekam medik Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan.A
Penelitian ini dimulai dengan pembuatan proposal pada bulan September
2009. Pengambilan data dan pengolahan data dilakukan pada tanggal 29
September sampai 16 Oktober 2009. Evaluasi hasil penelitian dilakukan pada
tanggal 17 sampai 31 Oktober 2009.
3.3 POPULASI DAN SAMPEL
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah data yang diperoleh dari rekam medik
pasien stroke di rawat inap RSUP Fatmawati pada tahun 2008.
3.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan adalah semua data yang diperoleh dari rekam
medik pasien stroke iskemik yang dirawat di RSUP Fatmawati pada tahun 2008.
3.4 KRITERIA PENELITIAN
3.4.1. Kriteria inklusi :
1. Data pasien terdiagnosa pasti stroke iskemik yang diperoleh dari
rekam medik
2. Data pasien stroke iskemik yang menjalani rawat inap
3.4.2. Kriteria eksklusi :
1. Data pasien yang tidak menderita stroke iskemik
2. Data pasien yang tidak terdiagnosa pasti stroke iskemik.
3. Data pasien stroke iskemik yang menjalani rawat jalan.
3.5 PROSEDUR PENELITIAN
Izin Pengambilan Data Sekunder penelitian
Data sekunder penelitian berupa rekam medik pasien yang terdiagnosa
pasti stroke iskemik dan mendapat izin dari Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati
Jakarta Selatan setelah diajukan permohonan.
Alur Penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitian
3.6 CARA KERJA PENELITIAN
3.6.1 Pengumpulan Data
Data diperoleh dari instalasi rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati Jakarta Selatan. Data berupa rekam medik pasien stroke iskemik yang
dirawat pada periode 1 Januari 2008 sampai 31 Desember 2008.
3.6.2 Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for
Windows versi 15.0. Data disajikan dalam bentuk tekstular, grafikal, dan tabular.
3.6.3 Interpretasi Data
Interpretasi data dilakukan secara deskriptif.
3.6.4 Pelaporan Hasil Penelitian
Pelaporan hasil penelitian disusun dalam bentuk makalah ilmiah.
3. 7 BATASAN OPERASIONAL
3.7.1 Rekam Medik
Berkas yang berisi catatan mengenai identitas pasien, hasil pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima pasien pada sarana
kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.
3.7.2 Prevalensi
Proporsi subyek yang sakit pada suatu waktu tertentu, meliputi kasus lama
dan baru.
3.7.3 Stroke Iskemik
Pasien yang terdiagnosa stroke iskemik. Diagnosa stroke iskemik pada
rekam medic penulisannya menggunakan kode yang mengacu pada International
Classification of Disease (ICD) revisi 10 tahun 1992. Untuk stroke iskemik
digunakan kode I63. Penentuan diagnose stroke iskemik berdasarkan pada resume
keluar perawatan pasien yang ditulis oleh dokter yang merawat.
3.7.4 Umur
Umur biologis yang diingat oleh pasien berdasarkan tanggal kelahiran,
berdasarkan informasi keluarga, dan dinyatakan dalam tahun saat pasien
menjalani rawat inap di RSUP Fatmawati pada tahun 2008. Pembagian kelompok
umur berdasarkan atas penggolongan kelompok umur menurut WHO untuk
penelitian kesehatan.
3.7.5 Jenis Kelamin
Jenis kelamin pasien dikategorikan menjadi laki-laki dan perempuan.
3.7.6 Tekanan Darah
Tekanan darah rata-rata yang diukur saat pasien masuk RSUP Fatmawati
tahun 2008. Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII.
Tabel 3.1 Klasifikasi tekanan darah
Klasifikasi tekanan
darah
Tekanan darah sistolik
(mmHg)
Tekanan darah
diastolik (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi tahap I 140 – 159 atau 90 – 99
Hipertensi tahap II > 160 atau > 100
Sumber : Seventh Report of Joint National in Prevention, Detection, Evaluations and treatment in
High Blood Pressure, 2003
3.7.7 Gula Darah Puasa
Kadar gula dalam darah yang diukur saat pasien dalam keadaan berpuasa
saat dirawat di RSUP Fatmawati tahun 2008. Seorang pasien dikategorikan ke
dalam diabetes mellitus apabila hasil gula darah puasa ≥ 126 mg/dL yang diambil
dalam minimal dua kesempatan pada hari yang berlainan.
3.7.8 Kolesterol Darah Total
Kadar kolesterol total yang diukur saat pasien dirawat di RSUP Fatmawati
tahun 2008. Seorang pasien dikategorikan mengalami hiperlipidemia apabila
kadar kolesterol darah total > 240 mg/dl.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medik RSUP Fatmawati Jakarta
Selatan pada bulan Oktober 2009. Sampel penelitian adalah semua data yang
diperoleh dari rekam medik pasien dengan diagnosis stroke iskemik yang
menjalani rawat inap di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan pada tahun 2008.
Dari hasil pengumpulan data, didapatkan jumlah keseluruhan pasien stroke
yang dirawat di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan selama tahun 2008 adalah 381
pasien dan didapatkan 119 pasien dengan diagnosis stroke iskemik. Untuk
menghitung prevalensi stroke iskemik di instalasi rawat inap RSUP Fatmawati
tahun 2008 digunakan rumus prevalensi yaitu :
Prevalensi = Jumlah penderita lama + jumlah penderita baru (saat itu) X K
Jumlah penderita keseluruhan saat itu
Konstanta = 100 %
Maka didapatkan prevalensi stroke iskemik di rawat inap RSUP Fatmawati pada
tahun 2008 adalah 31,2 %. Dengan sebaran pasien tiap bulannya tertera pada tabel
berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Pasien Stroke Iskemik di Rawat Inap RSUP Fatmawati
Pada bulan Januari 2008 – Desember 2008
Bulan Frekuensi Persentase (%)
Januari 28 23,5
Februari 12 10,1
Maret 9 7,6
April 8 6,7
Mei 5 4,2
Juni 16 13,4
Juli 11 9,2
Agustus 10 8,4
September 8 6,7
Oktober 2 1,7
November 4 3,4
Desember 6 5
Total 119 100
Besar sampel yang dikumpulkan sebanyak 119 subyek, terdiri dari 73
subyek laki-laki dan 46 subyek perempuan. Pada penelitian ini, dari data rekam
medik RSUP Fatmawati Jakarta Selatan, subyek dibagi menjadi enam kelompok
usia yaitu kelompok kurang dari 1 tahun dan 1-14 tahun tidak ada, kelompok usia
15-24 tahun sebanyak 1 subyek, kelompok usia 25-44 tahun sebanyak 11 subyek,
kelompok usia 45-64 tahun sebanyak 66 subyek dan kelompok lebih dari 65 tahun
sebanyak 41 subyek.
Penelitian ini dilakukan karena ingin mengetahui berapa besar prevalensi
stroke iskemik pada pasien yang menjalani rawat inap di RSUP Fatmawati pada
tahun 2008 berdasarkan umur, jenis kelamin, tekanan darah, gula darah puasa dan
kolesterol total darah. Dari 119 subyek, 48 subyek berhasil diperoleh data tekanan
darahnya, gula darah puasa, kolesterol total darah. Hal ini karena keterbatasan
penelitian yaitu dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk pengambilan berkas
rekam medis, sehingga penelitian dihentikan ketika telah terkumpul 48 berkas.
4.1. Gambaran Penderita Stroke Iskemik pada pasien rawat inap di RSUP
Fatmawati pada tahun 2008 berdasarkan jenis kelamin
Dari hasil penelitian didapatkan jumlah pasien stroke iskemik yang
dirawat di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan pada tahun 2008 sebanyak 119 pasien
dengan 73 orang laki-laki (61,3%) dan 46 orang perempuan (38,7%). Penelitian
sebelumnya yang dilakukan di 28 rumah sakit di seluruh Indonesia diperoleh data
jumlah penderita stroke akut sebanyak 2065 kasus selama periode awal Oktober
1996 sampai dengan akhir Maret 1997 dengan jumlah pasien laki-laki 53,8% dan
pasien perempuan 46,2% (Misbach dan Ali, 2001).
Stroke memang lebih sering ditemukan pada pria dibanding wanita. Hal
ini disebabkan adanya hormon estrogen yang dimiliki wanita sebelum menopause
yang berfungsi sebagai proteksi pembuluh darah terhadap proses aterosklerosis
yang merupakan penyebab tersering stroke trombus (Japardi, 2002, Challa, 1999).
Tabel 4.2 Gambaran Stroke Iskemik pada Pasien Rawat Inap di RSUP
Fatmawati tahun 2008 berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-Laki
Perempuan
73
46
61,3
38,7
Total 119 100
4.2 Gambaran Penderita Stroke Iskemik pada pasien rawat inap di RSUP
Fatmawati pada tahun 2008 Berdasarkan Umur
Berdasarkan kelompok umur diperoleh data penderita stroke iskemik yang
berusia 15-24 tahun sebanyak 1 orang (0,8 %), usia 25-44 tahun sebanyak 11
orang (9,2%), usia 45-64 tahun sebanyak 66 orang (55,5%) dan usia lebih dari 65
tahun sebanyak 41 orang (34,5%). Umur pasien rata-rata berdasarkan nilai mean
adalah 58,73 tahun, sedangkan umur termuda 17 tahun dan umur tertua 84 tahun.
Pada penelitian ini didapatkan distribusi stroke tertinggi terdapat pada subyek
dengan kelompok umur 45-64 tahun yaitu sebanyak 66 orang (55,5%). Hal ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan di 28 rumah
sakit di Indonesia antara Oktober 1996 sampai Maret 1997 yang melaporkan
adanya 2065 penderita stroke akut yang dirawat, dengan usia rata-rata adalah 58,8
tahun, dengan usia dibawah 45 tahun sebanyak 12,9%, usia 45 – 65 tahun
sebanyak 50,5% dan diatas 65 tahun sebanyak 35,8% (Misbach dan Ali, 2001).
Berdasarkan tinjauan pustaka, stroke paling sering terjadi pada usia lebih
dari 65 tahun, pada penelitian ini distribusi stroke terbanyak terdapat pada usia
45-64 tahun. Hal ini bisa dipengaruhi karena telah terjadinya perubahan pola
hidup seperti rokok, makanan cepat saji, alkohol dan kurangnya aktifitas yang
merupakan faktor yang mempercepat perkembangan aterosklerosis. Pembentukan
plak aterosklerosis telah dimulai sejak awal kehidupan dimulai dan berjalan
progresif seiring bertambahnya usia dan diperberat dengan berbagai faktor risiko
lain (penyakit degeneratif dan pola hidup). Keberadaannya sering tidak disadari
dan baru diketahui kemudian dalam kondisi yang relatif terlambat, biasanya
setelah menimbulkan gejala iskemik yang mengenai otak, jantung atau
ekstremitas (Japardi, 2002).
Tabel 4.3 Gambaran Stroke Iskemik pada Pasien Rawat Inap di RSUP
Fatmawati tahun 2008 berdasarkan kelompok umur
Kelompok umur Jumlah Persentase (%)
15-24 tahun
25-44 tahun
45-64 tahun
>65 tahun
1
11
66
41
0,8
9,2
55,5
34,5
Total 119 100
4.3 Gambaran Penderita Stroke Iskemik pada pasien rawat inap di RSUP
Fatmawati pada tahun 2008 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur
Berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur diperoleh data laki-laki
penderita stroke iskemik dengan kelompok umur 25-44 tahun sebanyak 9 orang
(12,3%), kelompok umur 45-64 tahun sebanyak 38 orang (52,1%) dan kelompok
umur lebih dari 65 tahun sebanyak 26 orang (35,6%). Pada jenis kelamin
perempuan didapatkan penderita stroke iskemik pada kelompok umur 15-24 tahun
sebanyak 1 orang (2,4%), kelompok umur 25-44 tahun sebanyak 2 orang (4,3%),
kelompok umur 45-64 tahun sebanyak 28 orang (60,7%) dan kelompok umur
lebih dari 65 tahun sebanyak 15 orang (32,6%). Dari data tersebut didapatkan
laki-laki dan perempuan penderita stroke iskemik terbanyak pada kelompok usia
45-64 tahun. Usia rata-rata penderita stroke iskemik untuk laki-laki adalah 58,82
tahun dan untuk perempuan 58,59 tahun.
Tidak terdapat perbedaan distribusi kelompok umur pada laki-laki maupun
perempuan pada kelompok usia ini. Pada kelompok umur 45-64 tahun wanita
memiliki risiko sama besar dengan laki-laki untuk mengalami stroke, karena pada
usia ini biasanya wanita telah mengalami menopause sehingga terjadi penurunan
hormon estrogen pada wanita yang merupakan proteksi terhadap terjadinya
aterosklerosis ketika wanita tersebut belum mengalami menopause (Japardi, 2002,
Challa, 1999).
Tabel 4.4 Gambaran Stroke Iskemik pada Pasien Rawat Inap di RSUP
Fatmawati tahun 2008 berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur
Jenis Kelamin Kelompok Umur (Tahun) Total
15-24 25-44 45-64 >65
N % N % N % N %
Laki-laki 0 0,0 9 12,3 38 52,1 26 35,6 73
Perempuan 1 2,4 2 4,3 28 60,7 15 32,6 46
Total 1 0,8 11 9,2 66 55,5 41 34,5 119
4.4 Gambaran Tekanan Darah pada Penderita Stroke Iskemik pasien rawat
inap di RSUP Fatmawati pada tahun 2008
Dari 119 subyek yang berhasil dikumpulkan, 48 subyek didapatkan data
tekanan darah. Dari 48 subyek penderita stroke iskemik didapatkan data 3 orang
(6,3%) dengan tekanan darah normal, 9 orang (18,8%) dengan prehipertensi, 10
orang (20,8%) dengan hipertensi derajat satu dan 26 orang (54,2%) dengan
hipertensi derajat dua. Selanjutnya tekanan darah dikelompokkan menjadi 2
kelompok yaitu tidak hipertensi jika tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg
yang berjumlah 12 orang (25%), dan hipertensi jika tekanan darah lebih dari
sama dengan 140/90 mmHg berjumlah 36 orang (75%). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar pasien stroke iskemik pada penelitian ini
menderita hipertensi.
Seperti telah disebutkan pada tinjauan pustaka bahwa hipertensi
merupakan faktor risiko utama untuk stroke baik iskemik maupun hemoragik di
Amerika Serikat (Wolf, 1999, Fields et al,2004). Makin tinggi tekanan darah,
makin besar risiko untuk mengalami stroke, baik itu hipertensi sistolik maupun
hipertensi diastolik (Lewington et al, 2002). Dari hasil penelitian epidemiologi
memperlihatkan bahwa hipertensi dijumpai pada 50%-70% pasien stroke.
Seseorang dengan hipertensi memiliki risiko 3 sampai 4 kali lipat untuk
mengalami stroke dibandingkan orang tanpa hipertensi. Hipertensi berhubungan
dengan stroke melalui efeknya terhadap perubahan struktur arteri dan
menyebabkan jejas pada endotel. Perubahan struktur arteri yang terjadi berupa
penyempitan pembuluh darah, yang mekanismenya telah dijelaskan pada tinjauan
pustaka. Apabila terjadi penyempitan pembuluh darah di otak, akan terjadi
pengurangan aliran darah ke otak, dan terjadilah proses iskemi otak. Jejas endotel
yang disebabkan oleh hipertensi merupakan proses awal terbentuknya plak
aterosklerosis. Plak ateroskelosis ini akan menjadi trombus, trombus pada
pembuluh darah otak bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak atau
bahkan menghambat aliran darah ke otak, sesuai diameter pembuluh darah dan
besar trombus yang terbentuk. Trombus yang tidak stabil akan lepas dan menjadi
emboli yang kemudian akan menyumbat pembuluh darah dimana emboli tersebut
akan tersangkut (Wolf, 1999, Fields et al, 2004).
Tabel 4.5 Gambaran Tekanan Darah pada Pasien Rawat Inap di RSUP
Fatmawati tahun 2008
Tekanan Darah Total
Tidak Hipertensi Hipertensi
Normal prehipertensi Hipertensi I Hipertensi II
Frekuensi 3 9 10 18 48
Persentase(%) 6,3 18,8 20,8 54,2 100.0
4. 5 Gambaran Gula Darah Puasa pada Penderita Stroke Iskemik pasien
rawat inap di RSUP Fatmawati pada tahun 2008
Dari 119 subyek yang berhasil dikumpulkan, 48 subyek didapatkan data
gula darah puasa. Dari 48 subyek penderita stroke iskemik didapatkan data 28
orang (58,3%) dengan gula darah puasa normal, 6 orang (12,5%) dengan
gangguan toleransi glukosa, dan 14 orang (29,2%) dengan diabetes mellitus.
Selanjutnya dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu bukan diabetes mellitus
jika gula darah puasa < 126 mg/dl yang berjumlah 34 orang (70,8%), dan diabetes
mellitus jika gula darah puasa ≥ 126 mg/dl berjumlah 14 orang (29,2%). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pasien stroke iskemik pada
penelitian ini tidak menderita diabetes mellitus.
Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor risiko stroke yang bisa
diubah. Seseorang dengan diabetes mellitus lebih rentan mengalami penyakit
vaskular. Diabetes mellitus menyebabkan komplikasi baik mikrovaskular ataupun
makrovaskular. Pembuluh darah otak terdiri dari komponen mikrovaskular dan
makrovaskular. Diabetes mellitus mempercepat perkembangan aterosklerosis.
Sebuah studi cohort yang telah dilakukan terhadap 1192 laki-laki dan perempuan
yang diteliti selama 5 tahun, menunjukkan bahwa penebalan tunika intima dan
tunika media arteri karotis lebih cepat dua kali lipat pada subyek dengan diabetes
mellitus daripada subyek tanpa diabetes mellitus (Wagenknecht et al, 2003).
Diabetes mellitus juga menyebabkan konstriksi pembuluh darah dan kerusakan
pembuluh darah melalui proses glikosilasi seperti yang telah dijelaskan pada
tinjauan pustaka. Kedua perubahan pada pembuluh darah tersebut dapat
menyebabkan berkurangnya atau bahkan tersumbatnya aliran darah ke otak, yang
merupakan mekanisme dasar stroke iskemik (AHA, 2006).
Tabel 4.6 Gambaran Gula Darah Puasa pada Pasien Rawat Inap di RSUP
Fatmawati tahun 2008
Kadar Gula Darah (mg/dl) Total
Tidak Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus
Normal GTG*
Frekuensi 28 6 14 48
Persentas (%) 58,3 12,5 29,2 100,0
*GTG = Gangguan Toleransi Glukosa
4.6 Gambaran Kolesterol Darah Total pada Penderita Stroke Iskemik pasien
rawat inap di RSUP Fatmawati pada tahun 2008
Dari 119 subyek yang berhasil dikumpulkan, 48 subyek didapatkan data
kolesterol darah total. Dari 48 subyek penderita stroke iskemik didapatkan data 31
orang (64,8%) dengan kolesterol darah total normal, 9 orang (18,8%) dengan
risiko sedang dan 8 orang (16,7%) dengan hiperlipidemia. Selanjutnya
dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu bukan hiperlipidemia jika kolesterol
darah total < 239 mg/dl berjumlah 40 orang (83,3%) dan hiperlipidemia jika gula
darah puasa ≥ 240 mg/dl berjumlah 8 orang (16,7%). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar pasien stroke iskemik pada penelitian ini tidak
menderita hiperlipidemia.
Kadar kolesterol yang tinggi merupakan faktor risiko terjadinya
penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular. Suatu studi observasional dan
epidemiologi menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang pasti antara insidensi
stroke dengan kadar kolesterol darah (Di Napoli, 2004, Cheung et al, 2004).
Menurut Asia Pasific Cohort Studies Collaboration, hubungan antara kolesterol
dan risiko stroke merupakan hal yang komplek, hiperlipidemia memiliki
hubungan positif kuat dengan stroke iskemik (Iso et al, 1989, Knuiman dan Vu,
1996). Kadar Kolesterol darah yang tinggi merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya jejas endotel selain karena hipertensi. Jejas endotel merupakan proses
awal terjadinya aterosklerosis yang kemudian akan menjadi trombus. Trombus
merupakan penyebab tersering dari stroke iskemik. Meskipun hubungan antara
kolesterol tinggi dengan stroke belum pasti, suatu studi menunjukkan bahwa
terapi dengan menggunakan statin (obat penurun kolesterol) menunjukkan adanya
penurunan risiko stroke dengan cara menstabilisasi plak aterosklerosis (Iso et al,
Knuiman dan Vu, 1996).
Tabel 4.7 Gambaran Kolesterol Darah Total Pasien Rawat Inap di RSUP
Fatmawati tahun 2008
Kadar Kolesterol darah Total (mg/dl) Total
Tidak Hiperlipidemia Hiperlipidemia
Normal Risiko sedang
Frekuensi 31 9 8 48
Persentase(%) 64,6 18,8 16,7 100,0
4.7 Gambaran Keadaan Keluar Perawatan pada Penderita Stroke Iskemik
pasien rawat inap di RSUP Fatmawati pada tahun 2008
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari 119 pasien diperoleh
data bahwa 92 subyek (77,3%) keluar perawatan dalam keadaan hidup dan 27
subyek (22,7%) dalam keadaan meninggal. Risiko kematian dalam 30 hari
pertama setelah mengalami stroke iskemik adalah sebesar 8%-20%. Angka ini
meningkat pada stroke hemoragik yaitu antara 30%-80% pada perdarahan
intraserebral dan 20%-50% pada perdarahan subarakhnoid. Kemungkinan untuk
hidup memang lebih baik pada kasus stroke iskemik daripada pada kasus stroke
hemoragik, akan tetapi kecacatan akan lebih berat pada stroke iskemik. Hal ini
dikarenakan pada stroke hemoragik, akan terjadi resolusi dan jaringan otak bisa
kembali normal, sementara pada stroke iskemik yang tidak mengalami reperfusi
jaringan otak akan mati dan tidak berfungsi lagi. Faktor yang turut mempengaruhi
prognosis stroke diantaranya usia, besar kecilnya lesi, penyakit penyerta lainnya
(misalnya : diabetes mellitus) dan komplikasi yang telah terjadi (Harsono, 2005).
Tabel 4.8 Gambaran Keadaan Keluar Perawatan pada Penderita Stroke
Iskemik Pasien Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2008
Keadaan keluar
perawatan
Jumlah Persentase (%)
Hidup
Meninggal
92
27
77,3
22,7
Total 119 100
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Prevalensi stroke iskemik pada periode 1 januari 2008 sampai 31 Desember
2008 adalah sebesar 31,2 % dibandingkan kasus stroke secara keseluruhan di
rawat inap RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.
2. Distribusi stroke iskemik di di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan pada tahun
2008 berdasarkan jenis kelamin adalah 61,3 % pada laki-laki dan 38,7 % pada
perempuan
3. Distribusi stroke iskemik tertinggi di di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan pada
tahun 2008 berdasarkan kelompok umur adalah pada kelompok umur 45-64
sebanyak 55,5%, dengan usia rata-rata 58,73 tahun dan tidak terdapat
perbedaan yang mencolok antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada
kelompok usia ini.
4. Prevalensi pasien stroke iskemik di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan pada
tahun 2008 dengan hipertensi adalah 75%, dengan diabetes mellitus sebanyak
29,2% dan dengan hiperlipidemia sebanyak 16,7%.
5. Angka kematian pasien stroke iskemik pada penelitian ini adalah 22,7 %.
5.2 Saran
Pada penelitian ini, belum dapat dianalisa hubungan faktor risiko dengan
stroke iskemik, maka diharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk dapat
menyajikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Adams DH, Shaw S. Leukocyte-endothelial interactions and regulation of
leukocyte migration. Lancet 1994; 343: 831-836.
AHA (American Heart Association/American Council on Stroke).
Guidelines for Prevention of Stroke in Patients with Ischemic Stroke or
Transient Ischemic Attack. Stroke 2006;37:577-617.
Albers GW, Caplan LR, Easton JD, et al.; for the TIA Working Group.
Transient ischemic attack: proposal for a new definition. N Engl J Med
.2002;347:1713-1716.
Becker KJ. Inflammation and acute stroke. Curr Opin Neurol. 1998;11:45-
49
Brown, M.M. Stroke : Epidemiology and Clinical Features. Medicine Int
.2000. 4: 45-52.
Burns DM. Epidemiology of smoking-induced cardiovascular disease.
Prog. Cardiovasc. Dis., 2003.46: 11- 29.
Bustan, MN. Epidemiologi: Penyakit tidak menular. Jakarta:Rineka Cipta
.2007.hal 79-99
Challa V. Atherosclerosis of the Cervicocranial arteries. In Toole JF (ed)
Cerebrovascular disorders. 5th edition. Lippincott Williams and Wilkins,
Philadelphia, 1999.
Cheung BM, Lauder IJ, Lau CP, Kumana CR. Meta-analysis of large
randomized controlled trials to evaluate the impact of statins on
cardiovascular outcomes. Br J Clin Pharmacol 2004;57:640-651.
Chalmer, J.. Global Impact of stroke. Heart Disease ; 2000.2 : S13-S17.
Coffey C. Edward, Cummings Jeffrey L, Starkstein Sergio, Robinson
Robert .Stroke - the American Psychiatric Press Textbook of Geriatric
Neuropsychiatry (Second ed.). Washington DC: American Psychiatric
Press. pp. 2000.601–617.
Davis BR, Vogt T and Frost PH. Risk factors for stroke and type of stroke
in persons with isolated systolic hypertension. Stroke, 1998.29: 1333-
1340.
Di Napoli M. Benefits of statins in cerebrovascular disease. Curr Opin
Investig Drugs 2004;5:295- 305.
Dorland,W.A.Newman. Kamus Kedokteran Dorland.edisi 29.. Jakarta :
EGC. 2005
Fields LE, Burt VL, Cutler JA, Hughes J, Roccella EJ and Sorlie P. The
burden of adult hypertension in the United States 1999 to 2000: a rising
tide. Hypertension,2004. 44: 398-404.
Fieschi, C,. Falcou, A., Sacchetti, M.L, Toni, D. Pathogenesis, Diagnosis
and Epidemiology of Stroke. CNS Drugs ; 9 .1998. Suppl.1 : 1-9.
Fontaine KR, Redden DT, Wang C, Westfall AO and Allison DB . Years
of life lost due to obesity. JAMA,2003. 289: 187-193.
Garcia JH, Anderson ML: Circulatory disorders and their effects on the
brain.pp 715-822. In Davis RL, Robertson DM (eds): Textbook of
Neuropathology, 3rd edition. Williams & Wilkins, Baltimore 1997
Garcia JH, Ho Khang-Loon, Pantoni L. Pathology in Barnett, Henry JM,
Mohr JP,Stein BM, Yatsu FM (eds), Stroke Pathophysiology, Diagnosis
and Management. Third edition, Philadelphia, PA: Churchill Livingston;
1998.
Ginsberg MD: Neuroprotection in brain ischemia: An update. The
Neuroscientist 1995; 1(2):95-103.
Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of
Clinical Neurology, 3rd ed. Philadelphia : Saunders. 2007.
Hademenos GJ, Massoud TF. Biophysical mechanisms of stroke. Stroke.
1997;28: 2067-77.
Hakim AM. Ischemic penumbra, the therapeutic window. Neurology.
1998;51(Suppl 3):S44-S46.
Harsono, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Infark Otak :
Buku Ajar Neurologi Klinis.Yogyakarta : UGM press. 2005.hal 71-82.
Hartwig,Mary S. Penyakit Serebrovaskular dalam Patofisiologi : Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Wilson,LM, Price,SA. Edisi 6. Jakarta :
EGC.2006.hal 1105-17.
Heros R. Stroke: early pathophysiology and treatment. Stroke.
1994;25:1877-1881.
Hossmann KA: Viability thresholds and the penumbra of focal ischemia.
Ann Neurol 1994; 36:557-565.
Iso H, Jacobs BR, Wentworth D, Neaton JD and Cohen JD. Serum
cholesterol levels and six-year mortality from stroke in 350,977 men
screened for the multiple risk factor intervention trial. N. Engl. J.
Med.1989.320: 4 -10.
Japardi,Iskandar. Patofisiologi Stroke Infark Akibat Tromboemboli.2002
digitized by USU digital library
Junaidi,I. Panduan Pencegahan dan Pengobatan Stroke. Jakarta : PT
Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia. 2004
Kelompok Studi Serebrovasculat & Neurogeriatri Perdossi. Konsensus
Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia. Jakarta. 1999
PERDOSSI. Kelompok Studi Stroke.Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia.Guideline Stroke.2007.hal 26-46
Knuiman MW and Vu HTV. Risk factors for stroke mortality in men and
women: the Busselton Study. J. Cardiovasc. Risk,1996. 3: 447- 452.
Lewington S, Clarke R, Qizilbash N, Peto R and Collins R. Age specific
relevance of usual blood pressure to vascular mortality: a meta-analysis of
individual data for one million adults in 61 prospective studies.
Lancet,2002.360: 1903-1913.
MacMahon S and Rodgers A. Primary and secondary prevention of stroke.
Clin. Exp. Hypertens.,1996. 18: 537-546.
Manolio TA, Kronmal RA, Burke GL, O’Leary DH and Price TR . Short-
term predictors of incident stroke in older adults: the Cardiovascular
Health Study. Stroke,1996. 27: 1479-1486.
Mardjono,Mahar, Sidharta,Priguna. Mekanisme Gangguan Vaskular
Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat.
2008.hal 269-92.
Mendelow AD,Gregson BA,Fernandes HM. Et al. Early surgery versus
initial conservative treatment in patients with spontaneous intracerebral
haematomas in the International Surgical Trial in Intracerebral
Haemorrhage (STICH): a randomized trial. Lancet 2005: 365: 387-97.
Misbach,Jusuf dan Ali,Wendra . Stroke in Indonesia: A first large
prospective hospital-based study of acute stroke in 28 hospitals in
Indonesia. Journal of Clinical Neuroscience. Volume 8, Issue 3, May
2001, Pages 245-49.
Mohr J.P et al. Stroke, Pathophysiology,Diagnosis and Management,4th
ed,2004.
Mokdad AH, Ford ES, Bowman BA, Dietz WH, Vinicor F, Bales VS and
Marks JS. Prevalence of obesity, diabetes, and obesity-related health risk
factors,. JAMA, 2003.289: 76-79
Murray CJ and Lopez AD . Mortality by cause for eight regions of the
world: global burden of disease study. Lancet, 1997. 349:1269–1276.
Ni, Khan et all. Ischemic Stroke: Prevalence of Modifiable Risk Factors in
male and Female Patients in Pakistan. Pak. J. Pharm. Sci., Vol.22, No.1,
January 2009, pp.62-67
Pearson TA, Blair SN, Daniels SR, et al. AHA guidelines for primary
prevention of cardiovascular disease and stroke: 2002 Update. Circulation
.2002;106:388-391.
Pullicino PM Pathogenesis of lacunar infarcts and small deep infarcts. Adv
Neurol 1993.62: 125-140. 45.
Pulsinelli WA. The ischemic penumbra in stroke. Sci Med. 1995;1:16-25
Regional Office for the Western Pacific of the World Health Organization,
the International Association for the Study of Obesity and the International
Obesity Task Force. The Asia- Pacific perspective: Redefining obesity and
its treatment. Health Communications Australia Pty. Limited, February
2000.
Rodriguez BL, D’Agostino R, Abbott RD, Kagan A, Burchfiel CM, Yano
K, Ross GW, Silbershatz H, Higgins MW, Popper J, Wolf PA and Curb
JD . Risk of hospitalized stroke in men enrolled in the Honolulu Heart
Program and the Framingham Study: a comparison of incidence and risk
factor effects. Stroke, 2002.33: 230-236.
Rohkamm,Reinhard. Stroke in Color Atlas of Neurology.Newyork :
Thieme. 2004. page 166-75.
Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and
Victor’s Principles of Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-
Hill. 2005.
RSUP FATMAWATI. STANDAR PELAYANAN MEDIS SMF
SARAF.2004
Rumantir CU. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf
RSUD Arifin Achmad/FK UNRI . 2007.
Sacco,RL. Pathogenesis,Classificatiom,and Epidemiology of
Cerebrovascular Disease in Merritt`s Neurology. Rowland,Lewis P.11th
ed. Chapter 36.2005.
Sacco RL, Elkind M, Boden B, et al. The protective effect of moderate
alcohol consumption on ischemic stroke. The Northern Manhattan Study.
JAMA .1999;281:52-60.
Shah,Sid MD.Stroke Pathophysiologi.2008 Diambil dari
http://www.uic.edu/com/ferne/pdf/pathophys0501.pdf
Shephard RJ. Absolute versus relative intensity of physical activity in a
dose-response context. (discussion S419-20). Med Sci Sports Exerc.
2001.;33:S400-S418.
Song YM, Sung J, Davey Smith G and Ebrahim S . Body mass index and
ischemic and hemorrhagic stroke: a prospective study in Korean men.
Stroke, 2004.35: 831- 836.
Taylor RS, Brown A, Ebrahim S, et al. Exercise-based rehabilitation for
patients with coronary heart disease: systematic review and meta-analysis
of randomized controlled trials. Am J Med .2004;116:682- 692.
The European Cooperative Acute Stroke Study (ECASS). "Thrombolysis
with Alteplase 3 to 4.5 Hours after Acute Ischemic Stroke". New England
Journal of Medicine 2008.359 (13): 1317–132).
The National Institute Of Neurological Disorders And Stroke Rt-Pa Stroke
Study Group. "Tissue plasminogen activator for acute ischemic stroke.
The National Institute of Neurological Disorders and stroke rt-PA Stroke
Study Group". New England Journal of Medicine .1995.333 (24): 1581–7.
Thorvaldsen P, Asplund K, Kuulasmaa K, Rajakangas AM and Schroll M
(1995). Stroke incidence, case fatality, and mortality in the WHO
MONICA project World Health Organization Monitoring Trends and
Determinants in Cardiovascular Disease. Stroke,1995. 3: 361-7.
Wagenknecht LE, Zaccaro D, Espeland MA, et al. Diabetes and
progression of carotid atherosclerosis: the insulin resistance atherosclerosis
study. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 2003; 23(6):917-918.
Whisnant JP, Wiebers DO. Clinical epidemiology of transient cerebral
ischemic attacks (TIA) in theanterior and posterior circulation. In: Sundt
TM Jr, ed. Occlusive Cerebrovascular Disease: Diagnosis and Surgical
Management. Philadelphia, Pa: WB Saunders Co;1987:60-65.
Wijaya, A. Gangguan Metabolisme Lemak & Penyakit Jantung Koroner.
Diagnosis, Pencegahan, Penanggulangan. Program Pustaka Prodia Seri Lip
id 01.1999.
Wilkinson,Lain, Lennox,Graham. Stroke in Essential Neurology. 4th
ed.
Blackwell Publishing. 2005.page 25-31.
Wolf PA. Cerebrovascular risk. In: Izzo JLJ, Black HR, eds. Hypertension
Primer: The Essentials of High Blood Pressure. Baltimore, Md: Lippincott,
Williams & Wilkins,1999. p.239.
World Health Organization: The World Health Report. Shaping the future.
Geneva.: World Health Organization.2003.
Yu R, McNeil JJ, O Malley HM, Davis SM Donnan GA Risk factors for
lacunar infarction syndromes. Neurology. 1995;45: 1483-87