Stroke
-
Upload
iqbalariansyah -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
description
Transcript of Stroke
1. Definisi Stroke
Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi
otak fokal atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskuler (Kelompok Studi Serebrovaskuler dan Neurogeriatri Perdossi,
1999).
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis
yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah
atau membawa kematian), yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain
penyebab vaskuler (Mansjoer, 2000).
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24
jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena
trauma maupun infeksi (WHO MONICA, 1986).
2. Etiologi Stroke
Stroke pada awalnya timbul dari adanya pengerasan arteri atau yang disebut juga
sebagai arteriosklerosis.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,yaitu:
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor
yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas
susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na,
peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan
risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit
ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldo steronisme primer, dan sindrom
Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan, dan lain-lain (Smeltzer & Bare,2002).
1
3. Klasifikasi
Stroke dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu, stroke hemoragik dan strok
eiskemik.
Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan 15-20% dari semua stroke, dapat terjadi apabila
lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke
dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Stroke
hemoragik juga dapat disebabkan karena pemakaian kokain atau amfetamin,
karena zat-zat ini dapat menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan
intraserebrum atau subaraknoid
Stroke hemoragik dapat dibagi menjadi dua subtipe, yaitu perdarahan
intraserebral (PIS) yaitu perdarahan yang langsung ke jaringan otak atau disebut
juga sebagai perdarahan parenkim otak, dan perdarahan subaraknoid (PSA) yang
terjadi di ruangan subarachnoid (antara arachnoid dan piameter)
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan intraserebral paling sering terjadi akibat cedera vaskular yang
dipicu olehhipertensi dan ruptur salah satu dari banyak arteri kecil yang
menembus ke dalam jaringanotak. Stroke yang disebabkan oleh perdarahan
intraserebrum paling sering terjadi saat pasienterjaga dan aktif. Karena
lokasinya berdekatan dengan arteri-arteri dalam, ganglia basalis dankapsula
interna sering menerima beban terbesar tekanan dan iskemia pada stroke
tipe ini.Biasanya perdarahan di bagian dalam jaringan otak menyebabkan
defisit neurologik fokalyang cepat dan memburuk secara progresif dalam
beberapa menit sampai kurang dari 2 jam.Tanda khas pertama pada
keterlibatan kapsula interna adalah hemiparesis kontralateral dari letak
perdarahan.
b. Perdarahan Subaraknoid (PSA)
Perdarahan subaraknoid memiliki 2 penyebab utama: ruptur aneurisma
vaskular dantrauma kepala. Pecahnya aneurisma menyebabkan perdarahan
yang langsung berhubungandengan LCS, sehingga secara cepat dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intrakaranial(TIK). Penyebab PSA yang
2
lebih jarang adalah malformasi anterionvena (MAV), yaitu jaringan yang
mengalami malformasi kengenital. Pada MAV pembuluh melebar sehingga
darah mengalir di antara arteri bertekanan tinggi dan sistem vena
bertekanan rendah, akhirnya dinding venula melemah dan darah dapat
keluar dengan cepat ke jaringan otak.Pada sebagian besar pasien,
perdarahan terutama terjadi di intra parenkim denganperembasan ke
dalam ruang subaraknoid.
Stroke iskemik
Sekitar 80-85% stroke adalah strokeiskemik, yang terjadi akibat abstruksi
ataubekuan di satu sisi lebih arteri besar padasirkulasi serebrum. Obstruksi
dapatdisebabkan oleh bekuan (trombus) yangterbentuk di dalam suatu
pembuluh otak atau pembuluh organ distal. Pada trombusvaskular distal,
bekuan dapat terlepas, atau mungkin terbentuk di dalam suatuorgan seperti
jantung, dan kemudian dibawa melalui sistem arteri ke otak sebagai suatu
emboli. Sumbatan padaarteri carotis interna sering sebagai penyebab stroke
pada lansia, yang sering mengalamipembentukan plak aterosklerotik di
pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan ataustenosis. Aterosklerosis
sering terbentuk pada percabangan arteria kaortis komunis. Penyebablain stroke
iskemik adalah vasospasme, yang merupakan respons vaskular reaktif
terhadapperdarahan di dalam ruang subaraknoid. Terdapat 4 subtipe dasar pada
stroke iskemik berdasarkan penyebab:
a. Stroke Lakunar
Infark lakunar merupakan infark yang terjadi setelah oklusi aterotromborik
atau hialin-lipid salah satu dari cabang-cabang penetrans sirkulus Wilisi,
arteria serebri media, atauarteria vertebralis dan basilaris. Teradapat 4
sindrom lakunar: hemiparesis motorik murniakibat infark di kapsula interna
posterior, hemiparesis motorik murni akibat infark parsanterior kapsula
interna, stroke sensorik murni kibat infark talamus, dan hemiparesis
ataksik atau disartria serta gerakan tangan atau lengan yang canggung
akibat infark pons basal.
3
b. Stroke Trombotik Pembuluh Besar
Sebagian besar stroke ini terjadi pada saat tidur, saat pasien relatif
mengalami dehidrasidan dinamika sirkulasi menurun. Stroke trombotik
pembuluh besar dengan aliran lambatseing berkaitan dengan lesi
aterosklerotik yang menyebabkan stenosis di arteria karotisinterna atau di
pangkal arteria cerebri media atau di tautan arteria vertebralis dan
basilaris.Gejala dana tanda bergantung pada lokasi sumbatan dan tingkat
aliran kolateral dijairnganotak yang terkena.
c. Stroke Embolik
Asal stroke embolik dapat suatu arteri distal atau jantung (stroke
kardioembolik). Trombus mural jantung merupakan sumber tersering:
infark miokardium, fibrilasi atrium,penyakit katup jantung, katup jantung
buatan, dan kardiomiopati iskemik. Stroke yang terjadiakibat embolus
biasanya menimbulkan defisit neurologik mendadak dengan efek
maksimum sejak awitan penyakit, biasanya serangan terjadi saat pasien
beraktivitas.
d. Stroke Kriptogenik
Stroke kriptogenik adalah stroke iskemik akibat sumbatan mendadak
pembuluh intrakranial besar tetapi tanpa penyebab yang jelas. Namun,
sebagian besar stroke yangkausanya tidak jelas pada pasien yang profil
klinisnya tidak dapat dibedakan dari merekayang mengidap aterotrombosis
Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu:
1) Serangan iskemik sepintas atau TIA
Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan
peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.
2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama
dari 24 jam, tetapi tidak lebih dari seminggu.
3) Progressing stroke atau stroke in evolution
Gejala neurologik yang makin lama makin berat.
4
4) Completed stroke
Gejala klinis yang telah menetap.
4. Epidemiology
Menurut World Health Organization (WHO, 2004) seperti yang dikutip pada
laporan The Global Burden Disease, di dunia untuk semua kelompok umur stroke
iskemik dan penyakit jantung merupakan penyebab kematian utama. Dengan
penderita stroke iskemik yang meninggal di dunia adalah 7,2 juta jiwa (12,2 %),
dan penyakit jantung 5,7 juta jiwa (9,7%). Insidens rate penyakit stroke iskemik
untuk serangan pertama adalah 9 juta jiwa.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena
serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat
ringan maupun berat. Secara umum, dapat dikatakan angka kejadian stroke
adalah 200 per 100.000 penduduk. Dalam satu tahun, di antara 100.000
penduduk, maka 200 orang akan menderita stroke. Kejadian stroke iskemik
sekitar 80% dari seluruh total kasus stroke, sedangkan kejadian stroke
hemoragik hanya sekitar 20% dari seluruh total kasus stroke (Yayasan Stroke
Indonesia, 2012).
5. Patofisiologi
Infark regional kortikal, subkortikal ataupun infark regional dibatang otak terjadi
karena kawasan perdarahan suatu arteri tidak/kurang mendapat jatah darah
lagi.Jatah darah tidak disampaikan ke daerah tersebut. Lesia yang terjadi dinamakan
infark iskemik jika arteri tersumbat dan infark hemoragik jika arteri pecah. Makdari
itu“Stroke”dapat dibagi dalam:
a. Strokeiskemik/NonHemorogik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus
atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis
pada dinding pembuluh darah,sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah
ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi
kompleks iskemia, akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan
oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis.
5
Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba
berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologis fokal. Perdarahan otak
dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
b. Stroke hemoragik
Pembuluh darah yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau
ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial
yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak
dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan tingkatan TIK yang bila berlanjut
akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Disamping itu,
darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat
menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada
daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga
terjadi nekrosis jaringan otak. (WulandariVina,2007)
6
6. Faktor Resiko
Faktor resiko untuk terjadinya stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan
kemungkinannya untuk dimodifikasi atau tidak (nonmodifiable, modifiable, atau
potentially modifiable) dan bukti yang kuat (well documented atau less well
documented) (Goldstein,2006).
Non modifiable risk factors :
Usia
Jenis kelamin
Berat badan lahir rendah
Ras/etnis
Genetik
Modifiable risk factors
1) Well-documented and modifiable risk factors
Hipertensi
Paparan asap rokok
Diabetes
Atrial fibrilasi dan beberapa kondisi jantung tertentu
Dislipidemia
Stenosis arteri karotis
Sickle cell disease
Terapi hormonal pasca menopause
Diet yang buruk
Inaktivitas fisik
Obesitas
2) Less well-documented and modifiable risk factors
Sindroma metabolik
Penyalahgunaan alkohol
Penggunaan kontrasepsi oral
Sleep-disordered breathing
Nyeri kepala migren
Hiperhomosisteinemia
Peningkatan lipoprotein (a)
Peningkatan lipoprotein-associated phospholipase
7
Hypercoagulability
Inflamasi
Infeksi
Menurut sebuah jurnal yang ditulis oleh Sylvia Saraswati (2009) membagi faktor
risiko dari penyebab stroke yang dibedakan menjadi 2 bagian, yakni faktor risiko yang
dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
a. Usia
Dari berbagai penelitian, diketahui bahwa suai semakin tua semakin
besar pula risiko terkena stroke. Hal ini berkaitan dengan proses
degenerasi (penuaan) yang terjadi secara alamiah. pada orang-orang
lanjut usia, pembuluh darah lebih kaku karena adanya plak.
b. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena stroke dibanding
perempuan. Hal ini mungkin terkait bahwa laki-laki cenderung merokok.
Rokok, dapat merusak lapisan dari pembuluh darah tubuh.
c. Herediter
Terkait dengan riwayat stroke di keluarga, orang dengan riwayat stroke
pada keluarga memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena penyakit
stroke dibanding orang yang tanpa riwayat stroke pada keluarganya.
d. Ras atau Etnis
Dari berbagai penelitian, ditemukan bahwa ras kulit putih memiliki
peluang yang lebih besar untuk terkena stroke dibanding ras kulit hitam.
b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
a. Hipertensi
Orang yang tekanan darahnya tinggi mempunyai peluang besar untuk
mengalami stroke. Bahkan, ini merupakan penyebab terbesar dari
stroke. Alasannya, dalam hipertensi dapat terjadi gangguan aliran darah
tubuh yaitu diameter pembuluh darah kelak akan mengecil sehingga
darah yang mengalir ke otak pun akan berkurang, dengan pengurangan
aliran darah otak (ADO), maka otak akan kekurangan suplai oksigen dan
glukosa sehingga jaringan otak lama-lama akan mati.
8
b. Penyakit jantung
Penyakit jantung seperti jantung koroner dan infark miokard (kematian
otot jantung, bisa menjadi faktor terbesar pneyebab stroke). Seperti
yang kita ketahui bahwa pusat dari aliran darah di tubuh terletak di
jantung. Jika pusat pengaturan darah mengalami kerusakan, maka aliran
darah tubuh mengalami gangguan, termasuk aliran darah menuju otak.
Gangguan aliran darah itu bisa mematikan jaringan otak secara
mendadak ataupun bertahap.
c. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus atau kencing manis memiliki risiko mengalami stroke.
Hal ini terkait dengan pembuluh darah penderita diabetes yang
umumnya lebih kaku (tidak lentur). Adanya peningkatan ataupun
penurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba juga dapat
menyebabkan kematian otak.
d. Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia merupakan keadaan ketika kadar kolesterol di
dalam darah berlebih. LDL yang berlebih akan mengakibatkan
terbentuknya plak pada pembuluh darah yang lama kelamaan akan
semakin banyak dan menumpuk sehingga menganggu aliran darah.
e. Obesitas
Kegemukan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stroke. Hal
tersebut terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam
darah pada orang dengan obesitas, yaitu biasanya kadar LDL lebih tinggi
dibanding kadar HDL.
f. Merokok
Dari hasil berbagai penelitian diketahui bahwa orang-orang yang
merokok ternyata memiliki kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi
dibanding orang yang tidak merokok. Peningkatan kadar fibrinogen ini
dapat mempermudah terjadinya penebalan pembuluh darah sehingga
pembuluh darah menjadi sempit dan kaku. Dengan demikian, dapat
menyebabkan gangguan aliran darah.
7. Manifestasi Klinis
9
Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS), terdapat
lima tanda utama stroke
Stroke Hemoragik
1. Gejala Klinis Perdarahan Intraserebral (PIS)
Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan
aktivitas dandapat didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan
tekanan darah yaitunyeri kepala, mual, muntah, gangguan memori,
bingung, perdarhan retina, danepistaksis.
Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai
hemiplegia/hemiparese dandapat disertai kejang fokal/umum.
Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks
pergerakanbola mata menghilang dan deserebrasi.
Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK),
misalnyapapiledema dan perdarahan subhialoid.
2. Gejala Klinis Perdarahan Subaraknoid (PSA)
Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak,
dramatis,
berlangsung dalam 1-2 detik sampai 1 menit
Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang,
gelisah dankejang.
Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar
dalam beberapa menitsampai beberapa jam.
Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen
Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala
karakteristik perdarahan subarakhnoid.
Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi, hipotensi
atauhipertensi, banyak keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan
pernafasan
Stroke Iskemik
10
Terdapat 4 perjalanan klinis stroke iskemik, yaitu:
Transient Ischemic Attack
(TIA) adalah suatu gangguan akut dari fungsi fokal danserebral yang gejalanya
berlangsung kurang dari 24 jam dan disebabkan olehtrombus atau emboli.
Reversible Ischemic Neurological Deficit
(RIND), merupakan gangguan serebralyang gejalanya berlangsung lebih dari
24 jam bahkan sampai 21 hari. BiasanyaRIND membaik dalam waktu 24-48
jam.
Stroke in EvolusionSIE),
ditandai dengan gejala dan tanda neurologis fokal terusmemburuk setelah 48
jam. Kelainan atau defisit neurologik yang timbul berlangsungsecara
bertahap dari bersifat ringan menjadi lebih berat.
Complete Stroke
kelainan neurologis yang ada sifatnya sudah menetap, tidak berkembang lagi.
Kelainan neurologis yang timbul bermacam-macam, tergantungpada daerah
otak mana yang mengalami infark.
Manifestasi Klinik menurut Smeltzer (2001) manifestasi klinis stroke terdiri atas:
a. Defisit Lapang Penglihatan
1) Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang penglihatan)
Tidak menyadari orang atau objek ditempat kehilanga n, penglihatan,
mengabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak.
2) Kehilangan penglihatan perifer
Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari objek atau batas
objek.
3) Diplopia
Penglihatan ganda.
b. Defisit Motorik
1) Hemiparesis
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama. Paralisis wajah
(karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
2) Ataksia
11
Berjalan tidak mantap, tegak Tidak mampu menyatukan kaki, perlu
dasar berdiri yang luas.
3) Disartria
Kesulitan dalam membentuk kata.
4) Disfagia
Kesulitan dalam menelan.
c. Defisit Verbal
1) Afasia Ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin mampu
bicara dalam respon kata tunggal.
2) Afasia Reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi
tidak masuk akal.
3) Afasia Global
Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif.
4) Defisit Kognitif
Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan
panjang, penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk
berkonsentrasi , alasan abstrak buruk, perubahan penilaian.
5) Defisit Emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas emosional,
penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress, depresi,
menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, perasaan isolasi.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Anamnesis
Karakteristik gejala dan tanda
Konsekuensi fungsional (misalnya tidak bisa berdiri, tidak bisa
mengangkattangan)
Kecepatan onset dan perjalanan gejala neurolgis
Apakah ada kemungkinan presipitasi (apa yang pasien sedang lakukan pada
saatonset dan tidak lama sebelum onset)
12
Apakah ada gejala-gejala lain yang menyertai (misalnya: nyeri kepala,
kejangepileptic, panik dan anxietas, muntah, nyeri dada)
Apakah ada riwayat penyakit dahulu atau riwayat penyakit keluarga yang
relevan.(riwayat TIA/stroke terdahulu, hipertensi, hypercholesterolemia, DM,
infark miokard, arteritis, riwayat penyakit vaskular atau trombolitik pada
keluarga)
Apakah ada perilaku atau gaya hidup yang relevan (merokok, konsumsi
alkohol,diet, aktivitas fisik, obat-obatan seperti: kontrasepsi oral, obat
trombolitik,antikoagulan, amfetamin).
Pemeriksaan Fisik
Sistem pembuluh perifer. Lakukan asukultasi pada arteria karotis untuk
mencariadanya bising dan periksa tekanan darah di kedua lengan untuk
diperbandingkan.
Jantung, lakukan pemeriksaan aukultasi jantung untuk mencari murmur
dandisritmia, serta EKG.
Retina, lakukan pemeriksaan ada tidaknya cupping diskus optikus,
perdarahanretina, kelainan diabetes.
Ekstremitas, lakukan evaluasi ada tidaknya sianosis dan infark sebagai tanda-
tandaembolus perifer.
Pemeriksaan neurologik untuk mengetahui letak dan luasnya suatu stroke.
1. Fungsi visual, dengan pemeriksaan lapang pandang dan tes konfrontasi
2. Pemeriksaan pupil dan refleks cahaya
3. Pemeriksaan doll’s eye phenomenon (jika tidak ada kecurigaan cedera
leher)
4. Sensasi, dengan memeriksa sensai kornea dan wajah terhadap benda
tajam
5. Gerakan wajah mengikuti perintah atau sebagai respon terhadap
stimulinoxious (menggelitik hidung)
6. Fungsi faring lingual, dengan mendengarkan dan mengevaluasi cara
bicaradan memeriksa mulut.
7. Fungsi motorik dengan memeriksa gerakan pronator, kekuatan,
tonus,kekuatan gerakan jari tangan atau jari kaki.
13
8. Fungsi sensoris, dengan cara memeriksa kemampuan pasien untuk
mendeteksisensoris dengan jarum, rabaan, vibrasi, dan posisi (tingkat
level gangguansensibilitas pada bagian tubuh sesuai dengan lesi
patologis di medulla spinalis,sesuai dermatomnya)
9. Fungsi serebelum, dengan melihat cara berjalan penderita dan
pemeriksaandisdiadokokinesis
10. Ataksia pada tungkai, dengan meminta pasien menyentuh jari kaki
pasien ketangan pemeriksa
11. Refleks asimetri (contoh: refleks fisiologis anggota gerak kanan
meningkat,yang kiri normal)
12. Refleks babinski.
Pemeriksaan penunjang
Analisis laboratorium: urianalisi, HDL, LED, panel metabolik dasar (Na, K,
Cl,bikarbonat, glukosa, nitrogen urea darah, dan kreatinin), profil lemak serum,
danserologi untuk sifilis.
Pemeriksaan sinar-X toraks untuk mendeteksi pembesaran jantung dan
infiltratparu yang berkaitan dengan gagal jantung kongestif
Pungsi lumbal untuk mendeteksi kemungkinan terdapt darah di LCS pada
strokehemoragik, terutama pada perdarahan subaraknoid.
USG karotis untuk mendeteksi gangguan aliran darah karotis dan
kemungkinanmemperbaiki kausa stroke.
CT-scan merupakan gold standard untuk diagnosis stroke. CT-scan kepala
untuk membedakan stroke perdarahan intraserebral atau stroke infark.
Angiografi serebrum untuk mendeteksi lesi ulseratif, stenosis,
displasiafibromuskular, fistula arteriovena, vaskulitis, dan pembentukan
trombus dipembuluh besar.
Transcranial Doppler (TCD) untuk menilai aliran darah kolateral dan CBF total
diaspek anterior dan posterior sirkulus Wilisi
14
9. Penatalaksanaan Stroke
Tindakan/Penanganan Awal
1. Jalan nafas ( Airway)
Usahakan agar jalan nafas bebas dari hambatan, baik akibat hambatan yang
terjadiakibat benda asing maupun sebagai akibat stroke. Tanda obstruksi jalan
nafas: stridor(mendengkur, noring), napas cuping hidung, retraksi trakea,
retraksi thoraks, tidak terasaudara ekspirasi. Penanganan: pasien dapat
diberikan gastric suction dan intubasi untuk melindungi jalan napas dari aspirasi
isi lambung.
2. Pernapasan (Breathing)
Pada kasus stroke mungkin terjadi akibat gangguan di pusat napas (akibat
stroke) atauoleh karena komplikasi infeksi di saluran napas. Pedoman konsensus
mengharuskan monitoring saturasi Oksigen dan mempertahankannya di atas
95% (94-98%). Pada pasien denganpenyakit paru kronis saturasi oksigen berkisar
antara 88-92%. Pada pasien stroke yangmengalami gangguan pengendalian
respiratorik atau peningkatan TIK, kadang diperlukanuntuk melakukan ventilasi.
3. Fungsi Kardiovaskular
Pasien dengan resiko tinggi untuk stroke biasanya memiliki penyakit
kardiovaskularyang telah ada, sehingga pemeriksaan EKG penting dilakukan
untuk mengevaluasi buktiadanya iskemia jantung akut dan fibrilasi atrial. Status
koagulasi menyeluruh termasuk kadarfibrinogen perlu diperiksa dan
kalau mungkin dikoreksi. Keadaan hiperviskositas (hematokrityang terlalu tinggi
pada PPOM) perlu diturunkan secara moderat, sedangkan keadaanobstruksi
parunya perlu siperbaiki.
4. Cairan dan elektrolit
Pada kondisi pasca stroke, hipoosmolaritas akan memacu pembengkakan otak
sehinggapasien stroke iskemik yang berisiko untuk mengalami pembengkakan
otak harus ditanganidengan cairan isotonik. Dehidrasi harus dihindari karena
memacu koagulasi dan mengganggualiran darah serebral. Cairan yang berisi
glukosa harus dihindari karena osmotik dari cairaninfus air dengan jumlah yang
sama dan karena hubungan antara hiperglikemia dan outcome yang buruk.
Asupan enteral harus dilakukan secepat mungkin dengan monitoring
glukosadarah. Cairan yang digunakan adalah normal salin dengan kecepatan
15
infuse 75-100 ml/jam. Pada pasien hipovolemia dapat diberikan bolus normal
salin IV secara hati-hati.
5. Hiperglikemia
Insulin IV dapat digunakan untuk mempertahankan kadar gula darah yang
normal.Pemberian insulin dimulai dengan 40 ml/jam dan periksa kembali kadar
glukosa dalam 1 jam. Pada malam hari, turunkan kecepatan insulin menjadi
20 ml/jam (kecuali jika memangsudah lebih rendah).
6. Manajemen hipertensi
Terapi hipertensi berat tidak boleh dilakukan penurunan mendadak tekanan
darah arterikarena dapat menyebabkan penurunan perfusi lokal yang
berbahaya. Dimulai terapiantihipertensi diindikasikan pada pasien dengan
stroke yang memiliki diseksi aorta, infark miokard akut, gagal jantung, gagal
ginjal akut, atau ensefalopati hipertensif dan pasien yang mendapat terapi
trombolitik dengan tekanan darah 180/105 mmHg atau lebih. Manajementerapi
dilakukan tanpa obat, kecuali bila mean arterial blood pressure lebih dari 140
mmHgatau tekanan sistolik lebih dari 220 mmHg
10.Komplikasi Stroke
a. Cerebral Oedem
Cerebral oedem disebabkan karena penurunan ATP pada pompa NA/K.
Penurunan ini disebabkan karena suplai aliran darah ke otak menurun. Na
intrasel menjadi semakin banyak dan akhirnya menarik air ke parenkim otak. Hal
ini dapat menyebabkan kematian sel.
b. Hipertensi Reaktif
TIK pada strok menyebabkan terjadinya penekanan pada batang otak sehingga
batang otak mengalami iskemi, keudian neuron penghambat simpatis di batang
otak menjadi tidak aktif, kerja saraf simpatis meningkat akibatnya tekanan
sistemik meningkat.
c. Hiperglikemi Reaktif
Terjadi gangguan regulasi darah sebagai reaksi non-spesifik terhadap stres
jaringan. Dalam keadaan stres pada strok terjadi aktivasi sistem saraf otonom
simpatis yang menyebabkan pelepasan katekolamin yang mempunyai efek
glikogenolisis dan glukoneogenesis di hati sehingga meningkatkan pelepasan
16
glukosa ke dalam sirkulasi. Selain itu kelenjar adrenal juga terangsang untuk
mengeluarkan kortisol yang memicu glukoneogenesis. Gula darah dalam serum
dapat mencapai 250 mg yang berangsur-angsur turun.
d. Sindroma Pseudobulbar
Adalah suatu sidroma yang memiliki gejala disfagia, disartria, dsfonia,
ketidakmampuan melakukan gerakan volunter pada otot wajah dan lidah serta
emosional labil. Kondisi ini disebabkan kerusakan pada jaras yang berjalan dari
cortex cereberi ke batang otak, hal ini dapat disebabkan strok berulang pada 2
sisi otak.
e. Frozen Shoulder
Kelainan ini diakibatkan oleh iobilisasi sendi dalam janka waktu yang lama.Pada
psien strok hal ini sering tejadi lkarena tidak adanya perbaikan fungsi motoris
dan jarang melakukan fisioterapi. Akibatnya terjadi pertumbuhan jaringan ikat
pada kapsul sendi yang menyebabkan sendi sulit digerakkan.
17