Stroke Rspad

40
UNIVERSITAS INDONESIA PENATALAKSANAAN PROGRAM OKUPASI TERAPI PADA LAPORAN KASUS PRAKTIK KLINIK III Oleh: Restu Suwandari 1206281335 PRAKTIK KLINIK III PERIODE 3 PROGRAM STUDI OKUPASI TERAPI RUMPUN KESEHATAN UNIVERSITAS INDONESIA

description

stroke

Transcript of Stroke Rspad

Page 1: Stroke Rspad

UNIVERSITAS INDONESIA

PENATALAKSANAAN PROGRAM OKUPASI TERAPI PADA

LAPORAN KASUS PRAKTIK KLINIK III

Oleh:

Restu Suwandari

1206281335

PRAKTIK KLINIK III PERIODE 3

PROGRAM STUDI OKUPASI TERAPI RUMPUN KESEHATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

JAKARTA, 6 APRIL – 1 MEI 2015

Page 2: Stroke Rspad

LEMBAR PENGESAHAN

Telah diperiksa dengan seksama makalah “ ” kegiatan Praktik Klinik III Periode 3

Program Vokasi Rumpun Kesehatan Universitas Indonesia yang diselenggarakan 6

April –1 Mei 2015 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto.

Disusun oleh:

Restu Suwandari 1206281335

Demikianlah Makalah Praktik Klinik III Periode 3 disetujui oleh pembimbing dan

instruktur mahasiswa, yaitu :

Jakarta , April 2015

Instruktur dan Pembimbing Mahasiswa Praktik Klinik III Periode 3

Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto.

Triono Hadi, AMd. OT, S.

NIP.

Page 3: Stroke Rspad

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya

penulis dapat menyelesaikan makalah kasus yang berjudul “di Unit Rehabilitasi

Medik Rumah Sakit”.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Praktek Klinik III Periode 3

Program Vokasi Rumpun Kesehatan Program Studi Okupasi Terapi Universitas

Indonesia

Melalui kesempatan yang berharga ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya pada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal atas segala

bantuan yang telah diberikan.

Jakarta, April 2015

Penulis

Page 4: Stroke Rspad

DAFTAR ISILEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................ii

KATA PENGANTAR.................................................................................................iii

BAB I............................................................................................................................5

PENDAHULUAN........................................................................................................5

I.1. Definisi...........................................................................................................5

I.2. Anatomi..........................................................................................................6

I.3. Klasifikasi.......................................................................................................8

I.4. Prevalensi......................................................................................................13

I.5. Patofisiologi..................................................................................................14

I.6. Etiologi.........................................................................................................14

I.7. Gejala klinis..................................................................................................15

I.8. Prognosis......................................................................................................16

I.9. Peran OT.......................................................................................................17

I.10. Kerangka Acuan...........................................................................................19

BAB II........................................................................................................................22

PEMBAHASAN.........................................................................................................22

II.1. Data Identitas Pasien....................................................................................22

II.3. Informasi Obyektif (O).................................................................................22

II.4. Assessment (A).............................................................................................23

II.5. Ringkasan Kasus...........................................................................................24

II.6. Prioritas Masalah..........................................................................................24

II.7. Program OT (P)............................................................................................24

BAB III.......................................................................................................................25

KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................25

III.1. Kesimpulan...................................................................................................25

III.2. Saran.............................................................................................................26

Page 5: Stroke Rspad

BAB I

PENDAHULUAN

Stroke atau Cerebral Vascular Accident (CVA) adalah penyakit neurologi

yang paling sering terjadi pada orang dewasa. Stroke merupakan kematian

jaringan pada otak yang mengakibatkan gangguan fungsi otak. Kerusakan

jaringan otak diakibatkan karena penyumbatan di otak (Iskemik) atau pecahnya

pembuluh darah di otak (Hemoragik), sehingga menyebabkan kematian jaringan

disekitarnya.

Stroke dapat menyebabkan gangguan yang akan timbul pada penderita

ketika terjadi kerusakan jaringan otak berbeda-beda, tergantung letak kerusakan

jaringan, seberapa luas jaringan yang rusak, dan lamanya waktu saat penderita

terserang sampai penderita mendapatkan pengobatan. Ketiga hal itu jugalah yang

nantinya akan mempengaruhi proses pemulihan bagi penderita.

I.1. Definisi

II.1.i Okupasi Terapi

Definisi Okupasi Terapi (OT) menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 adalah bentuk pelayanan kesehatan

kepada pasien/klien dengan kelainan/kecacatan fisik dan/atau mental yang

mempunyai gangguan pada kinerja okupasional, dengan menggunakan

aktivitas bermakna (okupasi) untuk mengoptimalkan kemandirian individu

pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas, dan pemanfaatan

waktu luang. 1

Definisi Okupasi Terapi (OT) merupakan ilmu kesehatan berbasis client

centered yang berfokus pada promosi kesehatan dan kesejahteraan melalui

okupasi yang mempunyai tujuan utama untuk memungkinkan seseorang

berpartisipasi dalam aktivitas keseharian yang dicapai melalui kerjasama

dengan orang lain dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan

keikutsertaan okupasi yang diinginkan, dibutuhkan, atau diharapkan untuk

dilakukan, atau melalui modifikasi okupasi maupun lingkungan yang lebih

baik untuk mendukung mereka dalam keikutsertaan okupasional. 2

Page 6: Stroke Rspad

II.1.ii Stroke

Stroke atau Cerebral Vascular Accident (CVA) adalah penyakit

neurologi yang paling sering terjadi pada orang dewasa. Stroke adalah

disfungsi kompleks yang disebabkan oleh lesi pada otak. Hal ini

mengakibatkan terjadinya disfungsi upper motor neuron yang menghasilkan

hemiplegia atau paralisis pada salah satu sisi tubuh yang terdiri dari anggota

gerak, badan, dan kadang-kadang wajah dan struktur oral yang kontralateral

dari hemisfer otak yang terdapat lesi.3

WHO mendefinisikan stroke sebagai disfungsi neurologi akut yang

berasal dari peredaran darah...dengan gejala dan tanda yang berhubungan

dengan area lesi pada otak.4

Stroke ischemic adalah stroke terjadi karena adanya penurunan suplai

oksigen di dalam pembuluh darah di otak. Hal ini juga dapat mengakibatkan

kematian jaringan (infark).

Program .....menggunakan sendok garpu yang diberikan terapis adalah

program makan yang bertujuan untuk melatih pergerakan dan meningkatkan

kekuatan otot dari lengan dan tangan kiri pasien serta koordinasi tangan kanan

dan kiri pasien. Selain itu program ini juga bertujuan untuk melatih

kemandirian pasien dengan memberikan aktifitas simulasi makan kepada

pasien.

Program ... yang diberikan terapis kepada pasien berarti terapis

mengajarkan pasien cara memotong kuku kanan menggunakan tangan kirinya.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pergerakan tangan kiri juga untuk

melatih koordinasi motorik halus serta hand skill dari pasien itu sendiri.

I.2. Anatomi

Otak adalah bagian terpenting dalam tubuh manusia, otak menjadi pusat

kontrol dan pengendali tubuh. Otak manusia terdiri dari otak besar atau

(Cerebrum) dan otak kecil (Cerebellum).

Page 7: Stroke Rspad

Gambar 1.

Cerebrum merupakan bagian terbesar dari otak manusia dibagi menjadi 2

belahan yaitu Hemisfer kanan dan Hemisfer kiri, yang keduanya memiliki fungsi

yang berbeda-beda.

Gambar 2.

Otak besar memiliki 4 buah bagian yang disebut lobus, yang terdiri dari Lobus

Frontal, Lobus Parietal, LobusTemporal, dan Lobus Oksipitalis.

1. Lobus Oksipitalis, yang teletak disebelah posterior (di kepala belakang),

bertanggung jawab untuk pengolahan awal masukan pengelihatan. Sensasi

suara mula-mula diterima oleh

2. Lobus Temporalis, yang terletak disebelah lateral disisi kepala).

3. Lobus Parietalis bertanggung jawab untuk menerima dan megolah

masukan sensorik seperti sentuhan, tekanan, panas, dingin, dan nyeri dari

permukaan tubuh.

Page 8: Stroke Rspad

4. Lobus Frontalis terletak di korteks bagian depan, bertanggung jawab pada

3 daerah utama yaitu : Motorik voluntary, elaborasi pikiran, kemampuan

bicara.

Cerebellum merupakan bagian yang melekat pada bagian belakang atas

batang otak. Batang Otak merupakan daerah paling tua dan paling kecil di otak,

bersambungan dengan korda spinalis. Bagian ini mengontrol banyak proses untuk

mempertahankan hidup, misalnya bernafas, sirkulasi, dan pencernaan. Melekat ke

bagian atas-belakang dari batang otak adalah serebelum, yang berkenaan dengan

pemeliharaan posisi tubuh dalam ruang yang sesuai dan terkoordinasi bawah-

sadar aktivitas motorik (gerakan). Diatas batang otak, terselip di dalam interior

serebrum adalah diensefalon, yang mengandung dua komponen otak,

hipothalamus yang mengontrol banyak fungsi homeostasis yang penting untuk

mempertahankan stabilitas lingkungan internal, dan thalamus, yang melakukan

sebagian pengolahan sensorik primitive. Kemudian terdapat serebrum yang

merupakan bagian yang paling berkembang pada manusia, yang meliputi 80%

berat total otak. Lapisan luar serebrum yang memiliki banyak lekukan adalah

korteks serebrum. Korteks menutupi bagian tengah yang mengandung nukleus

basal. Korteks serebrum berperan penting dalam sebagian besar fungsi tercanggih

saraf, misalnya inisiasi voluntary gerakan, persepsi sensorik akhir, berpikir sadar,

bahasa, sifat kepribadian, dan faktor-faktor lain yang kita hubungkan dengan

pikiran atau intelektual.5

I.3. Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya stroke dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

Tabel 1.

Iskemik

Hemoragi

StrokeEmbolik

TrombotikLacunar

Subarachnoid

Intraserebral

Page 9: Stroke Rspad

1. Iskemik

Stroke iskemik adalah tipe stroke yang paling sering terjadi, terhitung

sekitar 80% dari kasus stroke (Fulgham, 2004). Cerebral infark atau

kematian jaringan otak, dihasilkan ketika sirkulasi ke salah satu area otak

tersumbat. Stroke iskemik diklasifikasikan menjadi 3 tipe; stroke

trombotik, lacunar dan embolik.

a. Trombotik

Cerebral thrombosis terjadi ketika sebuah bentuk bekuan darah pada

salah satu arteri yang menyuplai darah ke otak menyebabkan

penyumbatan pada pembuluh darah. Ukuran dan lokasi infark

tergantung pada pembuluh yang tersumbat dan jumlah dari sirkulasi

kolateral. Thrombosis terjadi lebih sering pada pembuluh darah yang

telah rusak oleh atherosclerosis. Atherosclerosis adalah penyakit

degeneratif progresif pada dinding pembuluh darah, sebuah proses

patologi dari proses penuaan normal.

Gambar 3.

b. Lacunar/Penetrating Artery Disease

Lacunar stroke adalah infark kecil, biasanya terdapat pada struktur

otak dalam seperti ganglia basalis, thalamus, pons, kapsul internal,

dan deep white matter. Dalam beberapa bulan, onset dari lacunar

stroke adalah meninggalkan rongga (dalam bahasa Perancis: Lacune)

kecil.

Page 10: Stroke Rspad

Gambar 4.

c. Embolik

Embolik terjadi ketika bekuan darah yang telah terbentuk di suatu

tempat (thrombus) terpecah dan beredar pada aliran darah hingga

mencapai arteri yang terlalu kecil untuk dilaluinya dan menyumbat

arteri tersebut (Montaner et al,.2008)

Gambar 5.

2. Hemoragik

Gambar 6.

Sekitar 20% dari kasus stroke adalah stroke hemoragik (Amarenco, 2009)

yang disebabkan oleh ruptur didalam pembuluh darah atau aneurysme

yang mengakibatkan pendarahan didalam atau disekitar jaringan otak.

Page 11: Stroke Rspad

Aneurysme adalah pembengkakan atau tonjolan pada dinding arteri yang

mengakibatkan kelemahan dinding pembuluh; hal ini mengakibatkan

rentan akan ruptur (Mayo Clinic Staff, 2009). Ada dua tipe dari stroke

hemoragik, yaitu:

a. Intraserebral hemoragik

Intraserebral hemoragik menyebabkan pendarahan langsung didalam

otak dan memiliki presentase yang tinggi terhadap kematian akibat

stroke. (Feigin et al., 2009). Seringkali berhubungan dengan

hipertensi. Penyebab lainnya adalah abnormalitas pembuluh darah,

seperti AVM (Arteriovenous Malformations) atau aneurysme, atau

trauma. Darah dapat mengiritasi otak, menyebabkan pembengkakan

atau berubah bentuk menjadi massa yang disebut hematom. Di lain

kasus, terjadi peningkatan tekanan di dalam jaringan otak yang dapat

menghancurkan jaringan otak tersebut.

b. Subarachnoid hemoragik

Sekitar 95% kasus subarachnoid hemoragik disebabkan oleh

kebocoran darah dari aneurysm. Kombinasi dari faktor kongenital dan

degeneratif, biasanya terjadi pada cabang arteri yang dapat memicu

pembentukan aneurysm. Darah bisa menerobos titik lemah dari

aneurysm kapanpun karena kekuatan tekanan arteri dan menyebar

cepat di dalam otak.6

Kedua jenis stroke tersebut sama-sama mampu membuat seseorang memiliki

kecacatan permanen. Berdasarkan letak lesi maka didapatkan suatu gejala

untuk mengetahui hemisfer otak yang terkena, bila kerusakan terjadi di area

hemisfer kanan maka akan mengakibatkan kelumpuhan di sisi tubuh kiri,

begitu juga sebaliknya bila kerusakan terjadi di hemisfer kiri maka akan

mengakibatkan kelumpuhan di sisi kanan. Gangguan yang mungkin terjadi

antara lain:7

Page 12: Stroke Rspad

Hemiplegi Kanan Hemiplegi Kiri

1. Kesulitan komunikasi verbal

seperti global afasia

2. Berkurangnya penglihatan di sisi

kanan

3. Menurunnya kemampuan

matematika

4. Berkurangnya daya ingat

5. Kesulitan dalam identifikasi sisi

kanan atau kiri

6. Depresi

7. Gangguan dalam perencanaan

gerak

1. Kehilangan lapang pandang

sisi kiri

2. Distractable

3. Impulsive

4. Dressing apraxia

5. Kesulitan dalam aktivitas

crossing the midline

Berdasarkan gejala penyakitnya, stroke diklasifikasikan dalam 3 tipe:

1. Transient Ischemic Attack (TIA)

TIA disebabkan oleh penyumbatan sementara pada suplai darah ke otak.

Gejala yang muncul sangat cepat dan bertahan kurang dari 24 jam. 75%

dari TIA bertahan kurang dari 5 menit saja. Tanda dan gejala spesifik

tergantung area otak yang terkena, namun dapat meliputi: kebutaan

sekilas pada salah satu mata, hemiparese, hemiplegia, afasia, pusing, dan

penglihatan ganda. Penyakit arteri karotid, atau penyakit arteri bertebral

basilar dapat memicu TIA.

2. Stroke Kecil (RIND)

Pada beberapa kasus ada TIA yang bertahan lebih dari 24 jam. Jika TIA

bertahan 1 hari atau lebih namun kemudian pulih sempurna dengan defisit

neurologi minor, disebut stroke kecil. Stroke kecil yang dapat pulih

sempurna disebur reversible ischemic neurologic deficit (RIND). Satu

episode stroke kecil yang bertahan lebih dari 72 jam dengan

meninggalkan beberapa gangguan neurologi minor disebut partially

reversible ischemic neurologic deficit (PRIND).

Page 13: Stroke Rspad

3. Subclavian Steal Syndrome

Merupakan kejadian langka yang disebabkan oleh penyempitan arteri

subklavia dibawah klavikula. Gejala terjadi ketika lengan di sisi

pembuluh darah yang menyempit digerakkan. Biasanya pergerakan pada

lengan tersebut akan mengakibatkan pusing, mati rasa, dan kelemahan.

Pada sindrom ini darah “dicuri” dari otak dan sebaliknya dikirimkan ke

lengan yang digerakkan.

I.4. Prevalensi

Stroke adalah penyebab kematian utama urutan ketiga di Amerika Serikat

setelah penyakit jantung dan kanker (Chiuve et al., 2008). Diperkirakan 600.000-

700.000 orang di Amerika Serikat menderita satu episode stroke setiap tahunnya,

dan 4,5 juta penderita stroke masih hidup sampai saat ini. Sekitar 50-70% dari

penderita stroke mendapatkan kembali kemandirian fungsional setelah stroke; 15-

30% penderita stroke iskemik dan hemoragik yang bertahan menderita beberapa

disabilitas permanen.

Dari dua tipe stroke tersebut, stroke hemoragik lebih jarang terjadi (sekitar

20% dari penderita) dibandingkan dengan stroke iskemik yang terjadi pada sekitar

80% dari kasus. Stroke pada anak-anak terjadi sekitar 2,5 kasus per 100.000 anak

per tahun dibandingkan dengan 100 kasus per 100.000 dewasa per tahun (Lawlor

dan Leon,2005). Stroke pada anak lebih sering terjadi pada anak diatas usia 2

tahun. Efek stroke pada anak sama seperti efek yang dideskripsikan terjadi pada

orang dewasa, walaupun etiologi dari stroke pediatri sering tidak diketahui,

penyebab paling umum yang diketahui adalah kecacatan kongenital yang

mempengaruhi struktur jantung.

Di Indonesia stroke juga menduduki posisi ketiga setelah jantung dan

kanker. Sebanyak 28,5% penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita

kelumpuhan sebagian maupun total. Hanya 15 % saja yang sembuh total dari

serangan stroke dan kecacatan

Page 14: Stroke Rspad

I.5. Patofisiologi

Otak memerlukan 15% dari curah jantung dan mengonsumsi 20% suplai

oksigen yang tersedia pada seluruh tubuh. Metabolism otak tidak terjadi tanpa

oksigen dan sangat bergantung pada glukosa untuk menyuplai kebutuhan operasi.

Ketika sebuah gangguan atau perdarahan terjadi selama 4-8 menit, kerusakan otak

secara permanen pun terjadi. Kerusakan otak secara permanen ini terjadi dengan

cepat karena neuron dari system saraf pusat tidak mampu beregenerasi.

Bagaimanapun, suplai darah juga terganggu secara bertahap, sirkulasi

kolateraldapat berkembang untuk mencukupi kebutuhan jaringan otak. Defisit

neurologi yang terjadi setelah serangan stroke berkaitan langsung pada luasnya

kematian neuron system saraf pusat. Kembali fungsionalnya individu dengan

stroke berkaitan dengan kembalinya sirkulasi yang memungkinkan neuron untuk

melanjutkan fungsi.8

Cerebral infark atau kematian jaringan otak, dihasilkan ketika sirkulasi ke

salah satu area otak tersumbat. Menyebabkan suplai darah dan oksigen ke otak

berhenti sehingga jaringan otak dengan cepat mengalami kematian.

I.6. Etiologi

Menurut Baughman, C Diane.dkk (2000) stroke biasanya di akibatkan dari

salah satu tempat kejadian, yaitu:

1. Trombosis (Bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)

2. Embolisme serebral (Bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak

dari bagian otak atau dari bagian tubuh lain)

3. Isiansia (Penurunan aliran darah ke arah otak)

4. Hemoragik serebral (Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perlahan ke

dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya adalah gangguan

suplai darah ke otak, menyebabkan kehilangan gerak, pikir, memori, bicara,

atau sensasi baik sementara atau permanen.

5. Hamil dan Melahirkan. kondisi yang disebut Baby Blues yang membuat

hormon adrenalin meningkat sehingga memicu tekanan darah, sehingga

memicu serangan stroke. Diketahui pula perubahan hormonal pada masa

akhir kehamilan juga memicu serangan stroke hemoragik.

Page 15: Stroke Rspad

Faktor yang menentukan timbulnya gejala stroke dikenal sebagai faktor resiko

stroke. Faktor resiko stroke ada yang dapat dikontrol dan ada yang tidak dapat

dikontrol.

Faktor resiko yang dapat dikontrol yaitu :

1. Hipertensi

2. Diabetes mellitus

3. Merokok

4. Penyakit jantung

5. Obesitas

6. Penyalahgunaan obat

7. Gaya hidup

Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol yaitu:

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Herediter

4. Riwayat stroke sebelumnya

5. Faktor hormonal

I.7. Gejala klinis

The National Stroke Strategy for England (Department of Health, 2007)

memiliki cara untuk membuat individu semakin mengenal gejala-gejala stroke.

Mereka mempromosikan tentang “FAST”. Hal ini sangat penting, dengan adanya

tim asosiasi stroke diharapkan setiap orang dapat mengenali gejala stroke karena

stroke dapat terjadi dalam waktu yang cepat.

Facial Weakness : Bisakah orang tersebut tersenyum.

Arm Weakness : Dapatkah orang tersebut mengangkat tangannya.

Speech Problem : Dapatkah orang tersebut mengucap kata–kata dengan jelas

dan mengerti kata–kata yang kita sebutkan.

Time to Call 118 (*for Indonesian)

Sedangkan American Heart Association and National Stroke Association

mendistribusikan pamflet untuk membantu publik mengenali gejala awal pada

stroke.

Page 16: Stroke Rspad

1. Mati rasa dan kelemahan pada wajah, lengan, atau kaki terutama pada

salah satu sisi tubuh secara tiba-tiba.

2. Kebingungan, terdapat masalah pada berbicara dan memahami secara

tiba-tiba.

3. Terdapat masalah dalam melihat dengan salah satu atau kedua mata

secara tiba-tiba.

4. Masalah dalam berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan dan

koordinasi secara tiba-tiba.

5. Sakit kepala berat dengan penyebab yang tidak diketahui secara tiba-tiba.

I.8. Prognosis

Stroke mengakibatkan kerusakan pada jaringan saraf yang menyebabkan

berbagai macam defisit neurologi berdasarkan lesi yang kehilangan suplai darah.

Jika terjadi kematian sel neuron, dianggap permanen dan tidak dapat diperbaiki

selama belum ditemukan cara meregenerasi sel saraf. Namun sistem saraf

memiliki level plastisitas yang tinggi, terutama selama masa awal perkembangan

dan perbedaan individual dalam koneksi neural dan perilaku yang dipelajari

memegang peran penting dalam masa perbaikan fungsional.

Secara umum prognosis masa perbaikan fungsi lebih baik pada pasien

muda karena otak yang muda lebih plastis atau karena pasien muda juga lebih

baik kondisi fisiknya.

Komplikasi sekunder penting utuk dipertimbangkan dalam masa perbaikan

dan rehabilitasi, kemungkinan komplikasi tersebut lebih melumpuhkan

dibandingkan stroke itu sendiri. Komplikasi komplikasi tersebut seperti depresi,

kejang, tromboembolik, subluksasi bahu, nyeri bahu, shoulder-hand syndrome,

tonus otot yang abnormal, dan reaksi asosiasi. Penderita stroke dengan sensasi

yang baik, spastisitas minimal, beberapa selektif motor kontrol, dan tidak ada

kontraktur akan membuat perubahan kemampuan fungsional yang paling baik.

Cerebral injuries pada hemisfer otak kiri (Boyd dan Winstein, 2003)

Stroke pada hemisfer otak kiri menghasilkan gejala berikut:

1. Kehilangan gerak sadar dan koordinasi pada muka, tubuh, dan ekstremitas

pada sisi kanan.

Page 17: Stroke Rspad

2. Terganggu pada sensasi, termasuk diskriminasi suhu, nyeri, dan

proprioceptive pada sisi kanan.

3. Defisit pada bahasa, disebut afasia dimana pasien tidak mampu bicara atau

memahami pembicaraan, penulisan, atau gesture.

4. Bermasalah pada artikulasi dalam berbicara yang disebabkan oleh

gangguan pada kontrol otot bibir, mulut, lidah dan pita suara (disartria).

5. Kelemahan pada lapang pandang biasanya pada sisi kanan.

6. Memiliki kepribadian yang lambat dan sangat berhati-hati.

7. Defisit memori pada kejadian lampau dan yang baru saja terjadi.

Cerebral injuries pada hemisfer otak kanan (Boyd dan Winstein, 2003)

Stroke pada hemisfer otak kanan menghasilkan gejala berikut:

1. Kelemahan (hemiparese) dan paralisis (hemiplegi) pada sisi kiri tubuh

(wajah, tubuh, dan ekstremitas).

2. Gangguan sensasi (sentuhan, nyeri, suhu, proprioceptif) pada sisi tubuh

bagian kiri.

3. Defisit spasial dan persepsi.

4. Unilateral neglect, dimana penderita stroke neglect pada sisi tubuh sebelah

kiri, atau lingkungan di sisi kirinya.

5. Dressing apraxia dimana penderita stroke tidak mampu menghubungkan

artikel tentang pakaian ke tubuhnya.

6. Kecacatan penglihatan pada sisi kiri lapang pandang, atau hemianopsia

homonim pada sisi kiri, dimana penderita stroke memiliki kecacatan pada

setiap mata (temporal pada setengah mata kiri, dan nasal pada setengah

mata kanan)

7. Perilaku impulsif, pergerakan cepat dan tidak tepat, serta error judging.

I.9. Peran OT

Peran okupasi terapi pada kasus stroke berdasarkan Occupational

Performance Component:

1. Motorik

a. Memperbaiki postur.

b. Mengembalikan kekuatan otot.

Page 18: Stroke Rspad

c. Mengembalikan lingkup gerak sendi.

d. Aktivitas fungsional.

e. Terapis mengajarkan pasien untuk menjaga sisi hemiparese dan

menghindari gerakan abnormal yang dapat menimbulkan deformitas

dan postur abnormal karena spastisitas.

2. Sensori

a. Manajemen nyeri: mengurangi rasa nyeri, menurunkan kecemasan

pasien, mengurangi risiko imobilisasi, dan membuat pasien memiliki

motivasi untuk memulai aktivitas.

b. Melatih keseimbangan pasien agar pasien memperbaiki kontol

postural yang dapat meningkatkan kemandirian pasien dalam

melakukan aktivitas sehari-hari.

3. Kognitif

Terapis mengajarkan pasien dalam transfer, ambulasi, mobilitas dengan

instruksi yang berulang dan menggunakan kata-kata yang sederhana.

4. Interpersonal dan Intrapersonal

a. Meningkatkan kemampuan pasien dalam berkomunikasi dan

sosialisasi dengan orang lain.

b. Edukasi kepada pasien untuk ikut dalam setiap aktivitas atau kegiatan

yang bersosialisasi ke orang lain, misalnya club stroke.

c. Memberikan motivasi kepada pasien untuk tetap bersemangat dan

mandiri selama beraktivitas.

d. Terapis memberikan aktivitas yang disukai pasien untuk mengatasi

stress dan depresi.

5. Self care

a. Edukasi dan latihan pada pasien tentang aktivitas perawatan diri.

b. Modifikasi alat, cara, lingkungan atau menggunakan alat bantu dan

penyederhanaan kerja jika pasien bermasalah dengan ketahanan.

c. ADL training (mobilitas, transfer, ambulasi, dll).

6. Produktivitas

a. Evaluasi kebutuhan kerja pasien dengan fungsi yang masih dimiliki

pasien.

Page 19: Stroke Rspad

b. Sarankan alternatif pekerjaan lain.

c. Lihat apakah masih ada kemungkinan untuk mengadaptasi atau

memodifikasi pekerjaan sesuai dengan fungsi yang masih dimiliki

pasien.

7. Leisure

a. Menentukan sebuah aktivitas waktu luang yang disenangi oleh pasien.

b. Membuat terapi kelompok.

I.10. Kerangka Acuan

II.10.i Neuro Developmental Treatment (NDT)

Menurut Bobath, hemiplegi dapat menyebabkan timbulnya gangguan

koordinasi, tonus abnormal dan hilangnya control postural disamping gerak

involunter yang lain yang tidak diharapkan. Gangguan-gangguan ini harus

dihilangkan dengan inhibisi dan fasilitasi (dengan handling, key point of control

dan reflex inhibiting pattern).

Beberapa istilah yang terdapat pada pendekatan Bobath :

1. Koordinasi abnormal

Pola aktifasi gerak yang urutanya menyimpang dari normal sehingga

menyebabkan tentang pola gerak streotipik yang tidak efisien.

2. Tonus abnormal

Tonus otot lebih tinggi (hipertonus) atau lebih rendah dari normal

(hipotonus).

3. Reaksi asosiasi

Perubahan yang tidak diharapkan (involunter) pada tonus otot dan dan

posisi anggota gerak hemiplegi menjadi tidak fungsional saat anggota

gerak yang sehat mengerjakan aktifitas perlu usaha yang keras.

4. Fasilitasi

Semua usaha baik manual maupun verbal yang digunakan untuk

meningkatkan kualitas gerak dari tonus otot yang lemah (hipotonus)

menjadi lebih normal. Fasilitasi dapat berupa weight bearing pada sisi

Page 20: Stroke Rspad

hemiplegik dan memberikan klien kesempatan untuk mengerjakan

aktivitasnya.

5. Inhibisi

Teknik manual dan positioning yang digunakan untuk mengurangi dan

menghilangkan pengaruh spastisitas dan atau reflek abnormal.

6. Handling

Cara memegang yang didisain untuk merubah tonus otot dan

menormalkan kualitas gerak dengan cara menyeimbangkan koordinasi

otot agonis, antagonis dan sinergi, inhibisi pola abnormal dan fasilitasi

respon otomatis.

7. Key point of control

Letak bagian tubuh yang digunakan untuk mengontrol gerak.

8. Reflex inhibiting pattern

Posisi yang berlawanan dari tarikan otot yang spastik, digunakan untuk

inhibisi tonus abnormal dan fasilitasi pola aktifasi otot lebih normal, serta

mencegah input abnormal.

Prinsip-prinsip Neuro Developmental Treatment adalah :

1. Treatment bertujuan untuk melatih kembali respon abnormal pada sisi

hemiplegi

2. Hindari aktifitas yang memperkuat respon gerak abnormal dan tonus

abnormal

3. Aktifitas yang digunakan harus memperkuat atau medorong timbulnya

pola gerak normal pada trunk dan ekstremitas.

4. Terapis membantu klien menggunakan kontrol motorik yang ada pada

sisi hemiplegi untuk occupational performance

5. Bila sisi hemipegi tidak kuat, terapis harus mengembangkan kompensasi

dan adaptasi yang dapat mendoorng menggunakan sisi hemiplegi dan

mengurangi timbulya gerak abnormal pada postur asimetrik.

6. Teknik normalisasi otot Proper positioning

Tidur : Miring pada sisi hemiplegi, miring pada sisi yang sehat,

terlentang

Duduk

Page 21: Stroke Rspad

Ajarkan weight bearing pada posisi duduk dengan lengan pronasi

disanggah meja. Pada posisi duduk dapat terjadi subluksasi shoulder

makin besar maka perlu diperhatikan. Subluksasi harus dikembalikan

dulu sebelum fasilitasi dan pertahankan posisi ini.

Weight bearing over the hemiplegic side

Weight bearing adalah aspek penting NDT untuk mempertahankan

kekuatan otot, normalitas tonus dan meingkatkan aktifitas otot..

Trunk rotation

Klien hemiplegi sering menunjukan pola blocklike dimana antara

shoulder girdle dan pelvic girdle seperti tidak terpisah. Untuk memutus

blocklike tersebut terapis mendesain aktifitas yang melibatkan gerakan

rotasi trunk.

Page 22: Stroke Rspad

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Data Identitas Pasien

Nama : Ny. P

Umur : Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat :

No. Registrasi :

Kiriman Dokter : dr.

Alasan Rujukan : ADL Training

Tanggal Pemeriksaan : 9 April 2015

Nama OT : Mahasiswi OT Restu Suwandari

II.2. Informasi Subjektif (S)

II.2.i Riwayat Penyakit Sekarang

II.2.ii Riwayat Penyakit Dahulu

II.2.iii Riwayat Penyakit Keluarga

II.2.iv Riwayat Sosial Ekonomi

II.2.v Harapan

.

II.3. Informasi Obyektif (O)

Gambaran Umum:

Page 23: Stroke Rspad

No. Tanggal Komponen Aset Limitasi

1.

April 2015

Tekanan darah 110/70 mmHg2. Nadi 92x / menit3. Hb 9,9 gr/dl4. RR 20x/Menit5. Riwayat

penyakitAsthma (+)Gastritis (+)Anemia (+)

6. GCS Skor : 15 (nilai tertinggi)

II.4. Assessment (A)

No. Tanggal Komponen Aset Limitasi

1.2.3.4.

5678910111213

AKS :

Productivity :

Pasien belum mampu bekerja.

Leisure :

Page 24: Stroke Rspad

II.5. Ringkasan Kasus

II.6. Prioritas Masalah

II.7. Program OT (P)

Page 25: Stroke Rspad

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

III.1. Kesimpulan

Stroke atau Cerebral Vascular Accident (CVA) adalah penyakit neurologi

yang paling sering terjadi pada orang dewasa. Stroke adalah disfungsi kompleks

yang disebabkan oleh lesi pada otak. Hal ini mengakibatkan terjadinya disfungsi

upper motor neuron yang menghasilkan hemiplegia atau paralisis pada salah satu

sisi tubuh, termasuk anggota gerak, badan, dan kadang-kadang wajah dan struktur

oral yang kontralateral dari hemisfer otak yang terdapat lesi.

Ny. N usia 86 tahun dengan diagnosa OCVD Stroke Hemiparese Sinistra,

datang ke unit OT RS Dr. Suyoto mengeluh ada kelemahan pada sisi tubuh

sebelah kirinya. LGS terbatas terutama pada shoulder dengan kekuatan otot UE

dan LE sinistra kesan rata-rata 3. Pasien sudah mulai mampu berjalan dengan

menggunakan tongkat, namun masih menyeret kaki dengan pola jalan hemiplegic

gait. Pasien mudah lelah namun mampu menyelesaikan aktifitas terapi dengan

istirahat yang cukup. Koordinasi motorik halus belum adekuat, masih kesulitan

makan dengan menggunakan dua tangan. ADL sebagian besar mandiri, namun

masih kesulitan terutama pada aktifitas makan dan mobilisasi. Aktifitas mandi

masih dibantu. Pasien sudah tidak bekerja.

Program yang diberikan kepada pasien adalah sebagai berikut:

1. Pasien mampu makan menggunakan sendok garpu secara mandiri.

2. Pasien mampu memotong kuku kanan dengan tangan kiri secara mandiri.

Menurut pengamatan yang telah dilakukan, perkembangan yang ditunjukkan oleh

pasien sudah baik. LGS masih terbatas namun koordinasi motorik sudah terlihat

walau masih belum adekuat, hand skill baik grasp dan pinch sudah ada namun

belum adekuat.

Page 26: Stroke Rspad

III.2. Saran

Untuk mendukung tercapainya tujuan proses terapi perlu adanya

kerjasama antara terapis, pasien, dan keluarga pasien.

Saran untuk terapis adalah:

1. Memberikan edukasi kepada pasien untuk mengulangi gerakan dan aktifitas

yang dilakukan oleh terapis dirumahnya.

2. Memberikan motivasi kepada pasien untuk rajin mengikuti kegiatan terapi.

3. Memberikan edukasi kepada pasien tentang konservasi energi dan

penyederhanaan kerja serta menjaga postur tubuh yang benar.

Saran untuk pasien adalah:

1. Mengulangi kembali gerakan dan aktifitas yang dilakukan saat sesi terapi di

rumah dengan petunjuk yang sudah diberitahukan oleh terapis.

2. Meminimalisasikan meminta bantuan orang lain saat masih bisa melakukan

sendiri aktifitas kehidupan sehari-hari.

3. Melakukan saran terapis dalam hal konservasi energi, penyederhanaan

kerja dan menjaga postur tubuh yang benar.

Saran untuk keluarga adalah:

1. Memberikan motivasi kepada pasien untuk selalu semangat dan rajin ikut

terapi.

2. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk melakukan aktifitas

kehidupan sehari-hari dengan mandiri tanpa bantuan penuh.

3. Menciptakan kondisi lingkungan rumah yang aman, nyaman, dan kondusif

bagi pasien.

Page 27: Stroke Rspad

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Okupasi Terapis.

2. World Federation of Occupational Therapist Website.http://www.wfot.org/aboutus/aboutoccupationaltherapy/definitionofoccupationaltherapy.aspx . Diakses pada tanggal 25 Juni 2014 pukul 22.53 WIB.

3. Pedretti, Lorraine Williams, dkk. 1996. Occupational Therapy Practice Skills for Physical Dysfunction Fourth Edition. Mosby:United States.

4. Pedretti, Lorraine Williams, dkk. 2006. Occupational Therapy Practice Skills for Physical Dysfunction Sixth Edition. Mosby:United States

5. Wahyu, Genis Ginanjar. 2010.Stroke Hanya Menyerang Orang Tua?. B first:Yogyakarta

6. Atchison, Ben.J, dkk. 2012. Conditions in Occupational Therapy Fourth Edition. Wolters Kluwers:Philadelphia

7. Reed, Kathlyn L. 1991. Quick Refference to Occupational Therapy. Aspen Publisher:United States.

8. Conway-Rutkowski, Barbara Lang. 1982. Neurological and Neurosurgical Nursing 8th Edition. Mosby:United States