STRATEGI KEBERLANJUTAN BUDIDAYA RUMPUT...
Transcript of STRATEGI KEBERLANJUTAN BUDIDAYA RUMPUT...
STRATEGI KEBERLANJUTAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT MASYARAKAT PESISIR KABUPATEN LUWU
STRATEGY SUSTAINABILITY OF SEAWEED CULTIVATION OF COASTAL COMMUNITY IN LUWU DISTRICT
Leonardy Sambo,I Made Benyamin, Roland A.Barkey Bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah, Universitas Hasanuddin.
Alamat Korespondensi :
Leonardy Sambo Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP :082342586071 Email :[email protected]
ABASTRACT
Produksi rumput laut di wilayah kabupaten Luwu mencapai 15.040 ton pada tahun 2010 dan nilai produksi sejumlah Rp.18.048.000.000. Berkaitan dengan hal tersebut, kajian ini bertujuan untuk untuk mengetahui kelayakan budidaya rumput laut di kawasan pesisir dan merumuskan strategi peningkatan kapasitas pembudidaya rumput laut di wilayah kabupaten Luwu. Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan carakajian kepustakaandan kajian lapangan. Pengumpulan data primer diperoleh melalui survei lapangan dengan penyebaran kuesioner dan wawancara. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen instansi seperti Bappeda Kabupaten Luwu, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Luwu, serta laporan hasil studi dari berbagai lembaga/instansi yang relevan. Hasil kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha budi daya rumput laut di wilayah Kabupaten Luwu secara ekonomis prospektif untuk dilaksanakan.Pendapatan rata-ratanyapetani rumput laut sebesar Rp 63,000,000,- (enam puluh tiga juta rupiah) per tahun dengan hasil produksi pertahun sebesar 80,000 kilogram. Konstanta sebesar 5,513 kg/ha/siklusmerupakan produksi rumput laut dapat diprediksi.Dari empat variabel yang disajikan, faktor bibit merupakan variabel pertama yang paling berpengaruh dalam meningkatkan produksi rumput laut. Koefisien regresi menujukkan bahwa variabel bibit sebesar 8,78 dapat meningkatkan produksi rumput laut sebesar 8,78 kg kering/ha/siklus. Variabel kedua yaitu Penambahanpanjang bentangan 1 kg/ha/siklus, dapat meningkatkan produksi sejumlah 1.01 kg/kering/ha/siklus.Faktor pendukung yang berpengaruh lainnya adalah variabel tenaga kerja yang bernilai +6.67 selama 1 (satu) tahun pembudidaya rumput laut, dapat meningkatkan produksi rumput laut hingga 6.67 kg/ha/siklus. Sedangkan hasil analisis investasi kegiatan budidaya rumput laut memberikan nilai manfaat biaya sejumlah 6,08. Jadi kegiatan budidaya rumput laut memberikan keuntungan yang berlipat dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.Usaha yang prospektif tersebut diketahui mengalami ancaman diantaranya anomali cuaca, keterbatasan kapasitas petani rumput laut mengelola teknis budidaya dan juga kondisi fisik lingkungan yang berimplikasi pada penurunan produksi. Kata Kunci : Strategi Ketahanan Masyarakat Pesisir, Budidaya rumput laut, Prospek ekonomi. ABASTRACT The seaweed production in those areas reached by 15,040 tons in 2010 and the value of production which is a number Rp.18.048.000.000. Refer of the seaweed production, the aim of study is to measure of feasibility of seaweed in terms of economic and to prepared strategy to develop of seaweed farmers to reduce failure of cultivation in the Luwu district. Collecting primary data obtained through field surveys with questionnaires and interviews. Collection of secondary data obtained from documents such authorized institutions Planning and Development of Luwu district government, Fisheries and Marine Department, and other relevant institutions both at district and provincial level. As well as from various report from various institutions/agencies and results from feasibility study from other instituion in Luwu district areas.The results of studied that economic feasibility from one hundred of ten seaweed farmers, the seaweed farmers get earned an average income of Rp 63,000,000 per year with an average annual production of 80,000 kilograms. Constant of 5.513 kg/ha/cycle is predictable seaweed production. From the four variables are presented, the first is seeds planting is the most influential variable to be increasing the production of seaweed. Coefisient of regression of 8.78 for seeds of variables that would be increased a seaweed production which is 8.78 kg/dry/ha/cycle . The second variable is a long stretch . Addition of stretchwill be added 1 kg / ha / cycle, therefore to be increase the production of a number of 1:01 kg /dry /ha/cycle. Other supporting factors that influence labor is variable. Working time and the number of labor has mention that is worth +6.67 for 1 ( one ) year seaweed farmers could be increased seaweed production to 6.67 kg / ha /cycle . While the results of the investment analysis seaweed farming activities provide value of benefit cost ( BCR ) number of 6.08.Therefore seaweed farming activities is provided more profit than the costs incurred economically. The prospective business which is to known the experiencesget thethreats that ultimately have implications for the decline in production. The threats and hazards that occur in coastal areas such as weather anomalies , the limited capacity of farmers to manage technical seaweed cultivation and also the physical condition of the coastal environment. Keywords : Coastal resilient strategy, seaweed cultivation, economic prospective.
PENDAHULUAN
Kabupaten Luwu, merupakan salah satu sentra produksi rumput laut di provinsi
Sulawesi Selatan. Hasil produksi rumput laut mencapai 15.040 ton pada tahun 2010 dengan
nilai produksi sejumlah Rp.18.048.000.000. Secara geografis wilayah Kabupaten Luwu
memiliki panjang garis pantai 116 km, dengan luas wilayah 3,000 km2, berpenduduk
328,180 jiwa, menjadi sangat potensial untuk budidaya rumput laut (BPS, Luwu Dalam
Angka 2010). wilayah Kabupaten Luwu yang tersebar pada 21 kecamatan, 212 desa dan 15
kelurahan mempunyai peluang yang sangat besar untuk pertumbuhan budidaya rumput laut.
Hal ini didukung oleh kontur wilayahnya yang dilalui oleh berbagai sungai baik sungai besar
maupun kecil yang bermuara di pesisir Teluk Bone. Daerah Aliran Sungai tersebut sangat
mempengaruhi tumbuh kembangnya rumput laut, yang membutuhkan air tawar dan air laut
secara seimbang (Makalah,2012). Gambaran tersebut menunjukkan bahwa produksi rumput
laut secara ekonomis menguntungkan masyarakat pesisir yang selama ini telah memanfaatkan
lahan tambak seluas 3.300 Ha dan lahan perairan 5,320 Ha. Penelitian sebelumnya yang
berkaitan dengan prospektif rumput laut di Kabupaten Luwu diuraikan pula dalam studi
penetapan komoditas unggulan di Kabupaten Luwu (Yasmin dkk.,2011) yang menyebutkan
kesesuaian lahan perikanan di kabupaten Luwu adalah rumput laut. Adapun jumlah
masyarakat yang terlibat sebagai petani dan buruh tani pada kegiatan budidaya di tambak dan
di laut saat ini mencapai 5.043 KK atau sekitar 38% dari jumlah masyarakat pesisir (Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Luwu, 2012).
Nelayan dan petani menyadari bahwa usaha mata pencaharian utama mereka
cenderung tidak menentu, sehingga sejak 7 (tujuh) tahun terakhir atau sejak tahun 2007, mata
pencaharian di wilayah pesisir kabupaten Luwu mulai beralih pada alternatif pengembangan
usaha budidaya rumput laut. Kondisi ini serupa yang terjadi di wilayah pantai barat Sulawesi
yang diuraikan dalam penelitian lainnya bahwa prospek mata pencaharian alternatif adalah
budidaya rumput laut (Wahyuddin, 2002).
Usaha yang prospektif dan layak secara ekonomis tersebut juga mengalami masalah
berupa ancaman usaha karena anomali cuaca yang berdampak pada banjir dan kekeringan
panjang, kemudian keterbatasan kapasitas teknis dan fisik yang pada akhirnya berimplikasi
pada penurunan mata pencaharian masyarakat pesisir (Yayasan IDEP 2009).Ancaman dan
bahaya yang terjadi di wilayah pesisir diantaranya anomali cuaca yang menyebabkan
nelayan dan petani tambak kesulitan dalam mengelola usahanya. Kemudian keterbatasan
kapasitas petani rumput laut mengelola budidaya secara maksimal dan kondisi fisik
lingkungan pesisir.
Menjawab prospektif rumput laut dan solusi alternatif mengatasi ancaman usaha
budidaya rumput lautmaka dilakukan studi yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan
budidaya rumput laut di kawasan pesisir. Kemudian untuk mengetahui ancaman yang dapat
terjadi bagi pembudidaya rumput laut. Dan ketiga adalah guna mengetahui strategi
peningkatan ketahanan kapasitas pembudidaya rumput laut di wilayah kabupaten Luwu.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Rancangan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober hingga November 2012 pada sejumlah
desa yang merupakan keterwakilan desa pesisir sebagai obyek lokasi penelitian. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif untuk mengkaji dan menganalisis secara umum ketahanan
masyarakat pesisir melalui pengembangan budidaya rumput laut di lokasi Kabupaten Luwu.
Populasi dan sampel
Dalam penelitian ini obyek populasi adalah sejumlah 110 orang petani rumput laut.
Penelitian ini mengungkapkan realitas sosial dengan mendeskripsikan secara tepat keadaan,
gejala, kelompok tertentu berkenaan dengan masalah yang diteliti dalam komunitas. Metode
tersebut meliputi penggunan analisis regresi linear berganda dkk dan analisis manfaat
investasi (Wahyuddin dkk,2012),guna menjawab rumusan masalah pertama mengenai
kelayakan usaha budidaya rumput laut.Setelah diketahui kelayakan usaha budidaya rumput
laut (Setyaningsih,2011) maka selanjutnya dilakukan analisis kerentanan dan kapasitas usaha
budidaya rumput laut.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan didasarkan jenis data yang dibutuhkan,
yakni data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang secara langsung diperoleh
dilapangan dengan teknik observasi, diskusi kelompok terbatas dan wawancara.Data sekunder
yaitu dengan menggunakan studi kepustakaan yang relevan dengan rumusan masalah dan
merumuskan data yang dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik melalui cara instansional
ataupun melalui cara pengumpulan dokumen yang dapat mendukung penelitian in. Bagian
dari data primer berupa teknik observasi digunakan untuk mengamati langsung di pesisir
Kabupaten Luwu gunamempertimbangkan keakuratan data yang diambil. Teknik
wawancara/interview dan focus grup diskusi digunakan untuk memperoleh informasi lebih
rinci tentang komunitas pesisir dan basis mata pencaharian alternative berbasis ancaman
bahaya dan kapasitas.
Analisis Data
Analisis data yang dipergunakan adalah mengetahui hubungan petani rumput laut
dengan analisis ekonomi melalui analisis regresi linear berganda. Koefisien unit meliputi
hasil produksi rumput laut, panjang bentangan bibit, tenaga kerja dan biaya produksi.Analisis
kesesuaian ekonomi juga dilakukan melalui Benefit Cost Ratio (R/C), Analisis ini digunakan
untuk mengetahui sejauh mana usaha budidaya rumput laut tersebut secara investasi
menguntungkan.
Setelah diketahui kelayakan dari evaluasi usaha budidaya rumput laut maka
selanjutnya dilakukan analisis kerentanan dan kapasitas dari usaha budidaya rumput laut
kawasan pesisir kabupaten Luwu untuk mengetahui kapasitas dan ketahanana pembudidaya
rumput laut. Menjawab rumusan perencanaan strategi pembudidaya rumput laut
dalammengurangi resiko kegagalan usaha maka analisis dokumen pendukung (document
review) menjadi dokumen penjelasan deskriptif meliputi analisis kondisi fisiologis and faktor
lingkungan.
HASIL PENELITIAN
Aspek Ekonomi
Berikut penilaian kelayakan ekonomi usaha budidaya rumput laut di kawasan pesisir
kabupaten Luwu.Analisis keuangan dilakukan untuk melihat apakah usaha yang dijalankan
tersebut layak atau tidak dengan menganalisis faktor ketergantungan (dependent) sebagi
pendukung hasil usaha rumput laut dan faktor rasio kelayakan investasi.Informasi kegiatan
budidaya rumput laut di wilayah pesisir kabupaten Luwu diperoleh melalui survey terhadap
rumah tangga nelayan tani rumput laut. Penilaian kelayakan usaha tersebut menggunakan
pendekatan analisis regresi linear berganda dan analisis nilai manfaat biaya.Analisis ini
dipergunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variable prediktor (variabel
bebas) terhadap variabel terkait.
Kelayakan usaha ini dilakukan dengan menilai besaran produktivitas usaha rumput
laut yang dihasilkan petani utama. Adapun teknik perhitungan melalui wawancara terhadap
110 (seratus sepuluh) orang pembudidaya rumput laut yang rata rata berumur 39 (tiga puluh
Sembilan) tahun. Kemudian ukuran tingkat pendidikan sampai dengan kelas 2 SLTP (kelas
8) dengan besaran keluarga rata rata 4 (empat) orang, yang telah berpengalaman usaha
rumput laut selama 7 (tujuh) tahun, maka diperoleh rata rata pendapatannya sebesar Rp
63,000,000,- (enam puluh tiga juta rupiah) per tahun serta hasil produksi rata rata pertahun
sebesar 80,000 kilogram.
Penilaian kawasan ekonomi wilayah rumput laut di kabupaten Luwu didekati dengan
analisis kesesuaian ekonomi dilakukan melalui pemanfaatan existing sumberdaya di wilayah
pesisir. Penekanan tujuan analisis ini pada kelayakan usaha yang dilakukan, meliputi
penentuan biaya investasi, biaya operasional, dan penerimaan.
Analisis ini menggunakan analisis linear berganda:
Y = A + b1x1 + b2 x2 + b3 x3 + b4 x4 + E
Y= 5,513 + 1.01 + 8.78 + 6.67+6.82 + E
Dimana :
Y = Produksi rumput laut
X1 = Luas Bentang
X2 = Bibit
X3 = TenagaKerja
X4 = BiayaProduksi
Hasil regresi linear berganda menunjukkan beberapa parameter
Y = A + b1X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + E.
Y= 5,513 + 1.01 + 8.78 + 6.67 + 6.82
Konstanta sebesar 5,513 yang berarti produksi rumput laut dapat diprediksi mencapai
5,513kg kering/ha/siklus. Walaupun tidak ada kontribusi dari faktor pengelolaan dari 4
variabel yang disajikan dalam kajian studi ini, ternyata faktor bibit merupakan variabel yang
paling berpengaruh dalam meningkatkan produksi rumput laut di kabupaten Luwu.Koefisien
regresi dari dari variabel bibit sebesar 8,78 berarti setiap penambahan bibit rumput laut 1
kg/ha/siklus dapat meningkatkan (tanda +) produksi rumput laut sebesar 8,78 kh kering / ha
/siklus.
Bibit adalah sumber N dan telah diketahui bahwa N merupakan unsur makro bagi produksi
rumput laut yang berarti N dibutuhkan dalam jumlah besar bagi Produksi rumput laut.
Faktorpendukung budidaya yangberpengaruh terhadap produksirumput laut di kabupaten
Luwu adalahvariable tenagakerja.Analisis penilaian tenagakerja berdasarkan faktor lamanya
bekerja dan jumlah tenaga kerja. Hal ini jelas terlihat pada koefisien regresi dan variabel
tenaga kerja yang bernilai +6.67 yang berarti setiap faktor tenaga kerja yaitu lama kerja dan
jumlah tenaga kerja selama 1 (satu) tahun dari petambak dapat meningkatkan produksi
rumput laut 6.67 kg/ha/siklus. Semakin banyak pengalaman tenaga kerja yang melakukan
budidaya maka produksi rumput laut dapat ditingkatkan.Variabel kedua yang berpengaruh
terhadap produksi rumput laut adalah panjang bentangan. Sama halnya dengan bibit,
apabiladitambahkan maka dapatmeningkatkanproduksirumputlaut. Hal ini dapat digambarkan
bahwa semakin panjang bentangan yang dikelola maka semakin meningkat tingkat
pengelolaan yang dilakukan karena petambak dibatasi oleh tenaga kerja dan waktu serta
kemungkinan dana.
Denganukuran lahan rumput laut yang lebih kecil maka cenderung petani rumput laut
memaksimalkan penggunaan sumber daya tersebut untuk memperoleh hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan tambak yang lebih luas. Penambahan luas bentangan akan menambah 1
kg/ha/siklus, dapat meningkatkan produksi rumput laut sejumlah 1.01 kg/kering/ha/siklus.
Selain itu dalam produksi rumput laut yang paling berpengaruh signifikan adalah biaya
produksi dimana penambahan bibit, penggunaan tenaga kerja dan penambahan luas
bentangan berpengaruh positif terhadap penambahan satu rupiah biaya produksi dan
bertambahnya satu rupiah biaya produksi memberikan pengaruh terhadap jumlah produksi
rumput laut.
Dalam hukum ekonomi semakin tinggi biaya investasi yang dilakukan pada usaha
budidaya rumput laut yang didukung tenaga kerja memberikan pengaruh Rp.6.82 terhadap
keuntungan produksi rumput laut.
Selanjutnya untuk menganalisis kelayakan investasi dari usaha budidaya rumput laut
maka digunakan analisis Cost Benefit Ratio (R/C) bertujuan melihat layak atau tidaknya
suatu usaha rumput laut yang dilakukan dengan membandingkan penerimaan dengan biaya
produksi selama periode waktu tertentu (satu musim tanam). Analisis ini digunakan, dengan
menggunakan rumus : R/C = TR/TC
Keterangan:
TR = Total penerimaan usaha (Rp/ha/tahun)
TC = Total biaya usaha (Rp/ha/tahun)
Kriteria pengambilan keputusan secara matematis adalah :
R/C > 1, usaha budidaya menguntungkan
R/C = 1, usaha budidaya impas (break even point)
R/C < 1, usaha budidaya rugi.
Secara matematis R/C dapat dituliskan:
Perhitungan analisisnya :
Dimana :
Bt = Penerimaan sampai tahun ke-n
Kt = Modal yang digunakan diawal periode
Ct = Pengeluaran sampai tahun ke-n
I = Nilai pada tahun sekarang
t = Jumlah Tahun Analisis
Jadi perhitungan adalah
B/C = NVP(Pembilang)
NVP(Pembagi)
B/C = Rp1,331,620.91
Rp218,946.16
B/C 6.08
Rasio B/C > 1
Cost BenefitRatio, menunjukkan ukuran berapa kali lipat keuntungan(benefit) yang
akan diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Hasil perhitungan BCR, kegiatan budidaya
rumput laut di Kab Luwu memberikan nilai BCR 6,08.(Tabel 1 ).
Jadi kegiatan budidaya rumput laut memberikan keuntungan yang berlipat
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.hasil analisis regresi linear berganda dan
analisis nilai manfaat investasi membuktikan bahwa faktor bibit, luas bentangan, dan tenaga
kerja, merupakan variable yang mempengaruhi keuntungan produksi dan lebih besar dari
biaya sehingga kelayakan usaha rumput laut dapat memberikan manfaat untuk kepentingan
investasi nelayan tangkap dan petani tambak, untuk pengembangan alternative usaha rumput
laut.
Aspek Kerentanan dan Kapasitas Pembudidaya Rumput Laut.
Hasil identifikasi bahaya, kerentanan kapasitas dan resiko menggunakan teknik
pengkajian desa secara cepat (Ruswandi 2009) yaitu teknik wawancara dan observasi.Teknik
wawancara yang dilakukan untuk mendalami informasi yang sudah ada baik pada level
individu, keluarga atau masyarakat.Sedangkan teknik observasi adalah penilaian lapangan
mengenai kapasitas pembudidaya di wilayah pesisir.
Ancaman banjir disebabkan olehkurangnya kapasitas penampang saluran pembuang
dan adanya banjir di bagian hulu dan hilir.Risiko yang terjadi adalah budidaya perikanan
termasuk rumput laut rusak. Kejadian ini dapat mengakibatkan terjadinya kerentanan berupa
sumber penghidupan terpusat pada lokasi pesisir yang mengalami kegagalan panen.Pada
kondisi demikian kawasan pesisir masih mempunyai ketahanan yang mencerminkan
kapasitas melalui keberadaan sarana pengendali banjir, kesiapsiagaan institusi, tingkat
kesejahteraan, jumlah sarana perlindungan, Kawasan pesisir yang memperhatikan zonasi
wilayah dan kapasitas pengolahan usaha tambahan ketika faktor banjir dan kekeringan
menjadi sesuatu yang rentan. Dalam mengatasi dampak tersebut masyarakat pesisir
memerlukan kapasitas ketahanan diantaranya pengetahuan peringatan dini iklim dan cuaca,
kearifan local membaca musim serta didukung informasi iklim, Kemudian ketahanan mata
pencaharian melalui alternatifusaha.Sejumlah usaha budidaya rumput laut dengan
memperhatikan zonasi wilayah atau alih profesi ketika musim panas.
Ancaman gelombang pasang dan kapasitas penyediaan informasi Gelombang pasang
dapat diartikan sebagai gelombang air lautberkecapatan 10-100 km/jam yang melebihi batas
normal dan dapat menimbulkan bahaya baik di lautan maupun didarat terutama daerah
pinggiran pantai. Kenaikan muka air laut menyebabkan curah hujan yang tinggi yang
mengalir di wilayah pesisir pantai sehingga menyebabkan tanaman rumput laut rawan gagal
panen.Gelombang pasang sangat berbahaya bagi kapal kapal dan dapat menyebabkan abrasi
atau tersapunya daerah pinggiran pantai.Ketahanan kapasitas untuk alternative solusi dari
gelombang pasang adalah dengan memperbaiki kinerja penyedia informasi, dan
meningkatkan efektifitas kesiapsiagaan bencana. Dalam hal ini pihak Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika serta Badan Penanggulangan Bencana (BPBD).
Ancaman kemarau panjang dan kapasitas teknis Budidaya.Perubahan musim dan
pengaruh pemanasan global juga mempengaruhi pola tanam rumput laut karena kualitas
perairan menurun dan gelombang tinggi selama masa berproduksi. Akibat dari kecenderungan
perubahan musim maka pola tanam seperti ikatan pelampung, tali dan bibit rumput laut, serta
jangkar menjadi lebih longgar apabila pada pengikatan awal kurang kuat . Ikatan yang
longgar tersebut semakin lama mengakibatkan pelampung kemudian bibit, tali bentangan dan
jangka terlepas sehingga apabila tidak dilakukan pengontrolan akan merugikan usaha. Dengan
demikian ketahanan kapasitas untuk solusi atas kondisi ancaman kemarau panjang adalah
peningkatan kapasitas pengetahuan peringatan dini iklim dan cuaca, dan kapasitas teknis
budidaya rumput laut termasuk pola penanaman yang bersifat zonasi wilayah. Seperti contoh
apabila kecenderungan musim panas maka sebaiknya rumput laut diintensifkan penanganan
dan pemeliharaannya.Berdasarkan hasil pengolahan data lapangan, bibit rumput laut yang
digunakan responden di perairan Luwu dikembangbiakkan secara berulang-ulang (pola stek),
bahkan sampai digunakan selama 2 tahun.Hal ini berpengaruh terhadap mutu hasil panen
berikutnya karena penggunaan bibit yang sudah beberapa kali dipanen menjadi kurang
produktif dalam pertumbuhan. Oleh karena itu pembudi daya perlu dibina mengenai cara
berbudi daya rumput laut yang tepat, seperti pembiakan bibit melalui anakan agar mutu hasil
panen berikutnya tetap stabil.
Penyakit yang paling banyak ditemukan menyerang tanaman rumput laut adalah ice-
ice.Strategi yang direkomendasikan oleh pembudidaya di perairan Luwu adalah menggeser
atau memindahkan lokasi penanaman ke perairan yang lebih sehat kualitas airnya. Hama
tumbuhan yang sering mengganggu pertumbuhan rumput laut di perairan Luwu adalah lumut
yang disebut gotho yang disebabkan kualitas air yang kurang baik. Penanganan yang biasa
dilakukan pembudidaya antara lain menyiangi lumut yang menempel, menggoyang-
goyangkan rumput laut agar lumut yang menempel terlepas, memotongthallus rumput laut
yang sudah busuk.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan adalah berdasarkan hasil analisis regresi linear
berganda dan analisis nilai manfaat investasi membuktikan bahwa faktor bibit, panjang
bentangan, dan tenaga kerja, merupakan variabel yang mempengaruhi keuntungan produksi
dan lebih besar dari biaya sehingga kelayakan usaha rumput laut dapat memberikan manfaat
untuk kepentingan investasi pembudidaya rumput laut. Kondisi ini diperkuat oleh lingkungan
fisik pesisir pantai Kabupaten Luwu yang secara fisiologis layak untuk usaha budidaya
rumput laut melalui sejumlah parameter pendukung yang memungkinkan tumbuhnya rumput
laut.Hasil analisis kajian ancaman wilayah dari berbagai sumber informasi ditemukan bahwa
strategi ketahanan pembudidaya rumput laut yang terdiri dari strategi informasi tentang
lokasi areal dan zonasi penanaman, kondisi iklim dan cuaca, kualitas air, serta aksesibilitas
merupakan strategi ketahanan petani rumput laut yang layak untuk diterapkan guna
mengurangi resiko kegagalan usaha.
Seperti pada penelitian sebelumnya, melalui jurnal tentang kajian kelayakan lokasi
pengembangan budidaya rumput laut di perairan Teluk Dodinga Kabupaten Halmahera Barat
Provinsi Maluku Utara menyebutkan bahwa hasil yang diperoleh dari parameter fisiologis
dari perairan Halmahera secara umum masuk kualitas kelayakan sedang untuk usaha rumput
laut (Tamrin dkk, 2012) Alternatif solusi berupa strategi penyesuaian alternatif mata
pencaharian yang berbasis komunitas seperti budidaya rumput laut menetapkan bahwa
dukungan pilihan kegiatan usaha lainnya ketika terjadi kerentanan, memerlukan penguatan
kapasitas teknologi budidaya rumput laut yang terpadu dan memerlukan dukungan
pengetahuan inovatif dan kapasitas modal serta kebijakan regulasi tentang konservasi dan
rencana detail kawasan pesisir dari Pemerintah daerah kabupaten Luwu.
Kondisi fisiologis berupa arus lautArus di perairan kabupaten Luwu termasuk arus
yang cukup kompleks. Posisi geografisnya terletak pada laut Teluk Bone dari Laut Flores,
menyebabkan pola arus bolak balik. Kecepatan arus permukaan maksimum di perairan pesisir
Kabupaten Luwu (Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, 2012), terjadi pada saat pergerakan
pasang surut terbesar, yaitu saat neap tide dan spring tide dengan kecepatan arus rata-rata
mencapai 0,26-0,29 cm/detik .Secara khusus budidaya rumput laut yang dikembangkan di
dengan ukuran standar kecepatan arus rata rata 0,26 – 0,29 cm/detik di kawasan laut
Kabupaten Luwu, sesuai dengan kondisi kecepatan arus standar teknologi budidaya yaitu 0,2
– 0,4 m/detik.
Kondisi lingkungan Pasang surutdi wilayah kabupaten Luwu hampir sebagian besar
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, tingkat muka air sungai bervariasi atau terjadi banjir
lokal oleh air laut .Pola pasang surut cenderung semi diurnal terjadi satu kali pasang surut
dalam sehari. Kondisi ini disebabkan oleh factor jumlah aliran sungai yang merata hamper di
seluruh wilayah kabupaten Luwu, sehingga lingkungan pasang surut cenderung membentuk
sudut miring (arus susur pantai).
Kedalaman perairan kabupaten Luwu, antara 0-1,500 meter yaitu kedalaman yang ada
disekitar pantai. Kedalaman ini tersebar di seluruh wilayah kecamatan yang terletak di pesisir
pantai. Untuk kedalaman 10 - 20 meter adalah perairan yang menghubungkan kecamatan
yang termasuk wilayah kabupaten Luwu diantaranya perairan Ponrang, Bua, Larompong,
Larompong Selatan, Kecamatan walenrang Timur dan kecamatan Lamasi Timur. Sedangkan
kedalaman laut lebih dari 20 meter merupakan perairan laut teluk sampai pada kedalaman
1,500 m. Kedalaman yang baik untuk usaha rumput laut adalah kedalamanan dimana
intensitas matahari masih cukup untuk berlangsungnya fotosintesis optimal (6000-10000 lux).
Curah hujan dipengaruhi oleh keadaan iklim dan perputaran pertemuan arus
udara.Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun
pengamat. Rata rata selama tahun 2009, berkisar 304,32 mm per bulan. Secara umum
pergantian musim di Kabupaten Luwu berlangsung dua kali, yaitu musim barat bulan Mei –
October dan musim timur pada bulan November – April. Iklim di daerah ini tergolong iklim
tropis basah.Air hujan dan curah hujan yang sangat tinggi (mencapai 2,500 – 3,000 mm)
dengan jumlah basah 5-9 bulan per tahun merupakan potensi, selain dapat juga menjadi
ancaman (tabel 2).
Suhu perairan di kabupaten Luwu yang terpantau pada periode Desember 2012
adalah berkisar pada 28 + 32 derajat Celsius. Data ini diperoleh kisaran di lokasi studi pada
siang hari + 28 derajat Celsius. Suhu yang terukur masih dalam kisaran suhu laut normal.
Berdasarkan data Dinas Pengelolaan Sumber daya air Kabupaten Luwu, salinitas di
wilayah pesisir kabupaten Luwu berkisar 26,7 – 30,6 ppt. Salinitas terendah berada pada
daerah di muara sungai dan salinitas tertinggi berada pada paling jauh daripantai. Adapun
indikator pengukuran salinitas yang sesuai dengan budidaya rumput laut berkisar 28 – 33 ppt.
Salinitas pada wilayah perairan Kabupaten Luwu penting untuk diperhatikan perubahannya
pada musim hujan karena banyaknya aliran sungai yang bermuara pada perairan tersebut.
Sepanjang 21 km garis pantai terdapat sejumlah kecil muara sungai dan khusus untuk
wilayah kajian, pada dua kecamatan tersebut mengalir 10 sungai sehingga pada musim hujan
salinitas dapat turun sangat rendah khususnya pada muara sungai dan bagian permukaan
perairan.
Data pengukuran derajat keasaman (pH) di perairan pesisir Kabupaten Luwu,
berkisar antara 7 - 8. Pada daerah sekitar muara sungai pHnya relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan lokasi lainnya. Temuan ini menarik karena umumnya daerah muara
sungai mempunyai pH lebih rendah akibat penguraian bahan organik yang biasanya
menumpuk pada dasar muara sungai.Hal ini berarti bahwa pada daerah muara sungai tidak
terjadi penumpukan dan penguraian bahan organik yang bersifat masam.Kemungkinan hal ini
terjadi karena wilayah kajian adalah perairan terbuka yang mempunyai waktu pembilasan
(flushing time) relatif cepat sehingga bahan organik tidak sempat menumpuk pada muara
sungai yang telah mengalami pembilasan.Untuk pertumbuhan yang optimal, rumput laut
membutuhkan pH (Derajat keasaman) antara 7 -9 dengan kisaran optimum 7,3 – 8,2.
Pada umumnya nelayan dan petani kawasan pesisir kab Luwu telah berpengalaman
kurang lebih 7 (tujuh) tahun dalam pembudidayaan rumput laut. Sebelum memperkuat dan
menata budidaya rumput laut diperlukan upaya penyuluhan secara teknis budidaya rumput
laut disuluhkan agar petani lebih paham dan meningkat kapasitasnya terutama dalam
mengatur pola kalender tanam, mengelola bibit yang tepat di wilayahnya, panjang jarak
bentangan dan teknis pasca panen dimulai sebaiknya ada uji coba budidaya rumput laut untuk
mendapatkan gambaran nyata tentang hasil produksi bermutu sesuai dengan tuntutan pasar
baik dari aspek kualitas, kuantitas maupun kontinuitasnya.
Nilai ekonomis budidaya rumput laut berdasarkan hasil perhitungan analisi regresi
linear dan nilai manfaat investasi diketahui dapat memberikan pendapatan yang memadai bagi
masyarakat pelaku budidaya.Gambaran tentang harga rumput laut yang ada di pasar baik
pasar lokal, pasar domestik maupun pasar internasional harus diberikan juga pada
masyarakat.Gambaran mutu produk ruput laut yang diinginkan oleh pasar juga harus
diberikan. Sehingga pada akhirnya masyarakat yakin bahwa dengan budidaya rumput laut
dapat meningkatkan kesejahteraan
Membangun budidaya rumput laut juga dilaksanakan sesuai dengan kaidah agribisnis
yaitu dimulai dari sub sistem input seperti penyediaan bibit, media rakit, dan input lainnya.
Pada sub sistem produksi sedapat mungkin dilaksanakan dengan teknologi yang memberikan
produksi yang tinggi, perlakuan panen dan pasca panen yang dapat menghasilkan mutu
produk rumput laut sesuai dengan tuntutan pasar. Pada sub sistem pemasaran sedapat
mungkin dapat melakukan pemasaran rumput laut yang berhasil guna (efisien). Sedangkan
pada sub sistem penunjang dapat memberikan kemudahan permodalan, penyuluhan dan
penunjang lainnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pada hasil data yang diperoleh dilapangan maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa kesalahan menentukan lokasi berarti telah merencanakan kegagalan dalam usaha
budidaya. Secara teknis factor teknis budidaya rumput laut belum diterapkan secara maksimal
oleh pembudidaya rumput laut sehingga penggunaan biaya produksi dan modal masih sangat
tinggi sehingga mempengaruhi jumlah dan keuntungan hasil usaha bagi pembudidaya rumput
laut. Penanganan area budidaya rumput laut ketika terjadi ancaman merupakan kondisi yang
cukup rentan untuk memerlukan perhatian dan strategi penanganan guna mengurangi risiko
bahaya gagal panen.Strategi Pengembangan kapasitas ekonomi usaha rumput laut melalui
hasil analisis regresi linear berganda dan analisis nilai manfaat investasi membuktikan bahwa
faktor bibit, panjang bentangan, dan tenaga kerja, merupakan variable yang mempengaruhi
keuntungan produksi dan kelayakan usaha rumput laut dapat memberikan manfaat untuk
kepentingan investasi nelayan tangkap dan petani tambak, untuk pengembangan alternative
usaha rumput laut.Kapasitas pemerintah dan kelompok masyarakat di wilayah pesisir
cenderung mulai meningkat perhatian dan kesadaran terhadap sector perikanan, dimana
sector budidaya rumput laut adalah sector komoditas unggulan saat ini di kabupaten Luwu.
Strategi penyesuaian alternatif mata pencaharian yang berbasis komunitas memerlukan
dukungan pilihan kegiatan usaha lainnya ketika suatu ancaman terjadi sehingga diperlukan
adanya penguatan kapasitas teknologi budidaya rumput laut yang terpadu dan memerlukan
dukungan pengetahuan inovatif dan kapasitas modal serta kebijakan regulasi tentang
konservasi dan rencana detail kawasan pesisir dari Pemerintah daerah kabupaten Luwu.
DAFTAR PUSTAKA
Biro Pusat Statistik .(2010).Luwu Dalam Angka tahun 2010. Yayasan IDEP.(2009).Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (PBBM), IDEP Foundation Ubud Bali.) Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Luwu.(2012). Data dan Informasi Perikanan Kabupaten Luwu. Dinas Pengelolaan dan Sumber Daya Air Kabupaten Luwu.(2012). Data dan Informasi fisik perairan. Makalah, Rustam. (2012). Bahan Presentasi Teknologi Budidaya rumput laut di Kabupaten Luwu. Ruswandi.(2009). Model Kebijakan Pengembangan Wilayah Pesisir Yang Bekelanjutan dan Berperspektif Mitigasi Bencana Alam di Pesisir Indramayu dan Ciamis : IPB, Bogor. Setyaningsih,Heryati.(2011).Kelayakan Budidaya Rumput Laut Kappapycus Alvarezii dengan Metode Longline dan Strategi Pengembangannya di Perairan Karimunjawa. Tamrin. (2012). Kajian Kelayakan Lokasi Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Perairan Teluk Dodinga Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara Wahyuddin, Yudi (2002). Budidaya rumput laut : Prosepek mata pencaharian alternative di kabupaten Pangkep. Wahyuddin,Yudi .(2012).Analisis Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Selat Lombok Yasmin .(2011). Studi Penetapan Komoditas unggulan dalam Perencanaan Pembangunan Pertanian di kabupaten Luwu.
LAMPIRAN
Tabel 1 : Bahaya Kerentanan Kapasitas dan Resiko.
Ancaman Risiko Kerentanan Kapasitas
Banjir Budidaya perikanan darat rusak (petani tambak, buruh tani, nelayan tangkap dan perkebunan terganggu, karena rusaknya pematang dan tidak terkontrolnya kadar garam di tambak
Sumber penghidupan terpusat pada lokasi pesisir. Gelombang pasang tinggi, menyebabkan curah hujan yang tinggi di daerah hulu yang mengalir di wilayah pesisir menyebabkan tanaman r.laut rawan gagal panen.
Kapasitas dalam mengatasi dampak tersebut diantaranya adalah pengetahuan peringatan dini iklim dan cuaca, alternative usaha. Merupakan kapasitas usaha budidaya rumput laut yang memperhatikan zonasi wilayah dan kapasitas pengolahan usaha tambahan.
Tabel 2 Curah hujan dan Jumlah hari hujan 2012
Gambar 1: Grafik dan Tabel Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan Tahun 2012
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NIP DES
Curah Hujan 33 36 58 105 43 17 38 26 33 47 46 58
Jumlah hari 26 24 30 28 28 21 22 21 25 26 23 29
BULAN (2012)