Penggunaan Secondary Surveillance Radar Untuk … dalam tugas akhir ini adalah bagaimana menentukan...

6
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan pertumbuhan demografi yang sangat pesat, hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar ke-empat di dunia. Pesawat udara merupakan alat transportasi yang paling efektif dalam mendukung mobilitas penduduk. Navigasi atau pandu arah adalah penentuan kedudukan (position) dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya atau di peta. Navigasi ini dilakukan pada pesawat udara yang dipandu dari darat melalui sinyal yang dipancarkan oleh instrumen terpasang pada menara (ground base) maupun sinyal dari satelit (satellite base). Dalam navigasi ada beberapa macam radar yang umum digunakan yaitu Primary Surveillance Radar (PSR) dan Secondary Surveillance Radar (SSR).Kedua jenis radar baik PSR maupun SSR mempunyai cara kerja berbeda. Pada PSR sifatnya aktif dan pesawat yang ditargetkan sifatnya pasif. Karena PSR hanya menerima pantulan gelombang radio dari refleksi pesawat tersebut (echo). Sedangkan pesawat itu sendiri tidak ikut aktif dengan pancaran sinyal radar di bawah. Pada SSR, baik radar maupun pesawat kedua-duanya aktif. Hal ini dapat dilakukan karena pesawat terbang telah dilengkapi dengan transponder. Pesawat-pesawat yang tidak dilengkapi transponder tidak akan dapat dilihat pada radar scope seperti identifikasi pesawat, ketinggiannya, dan lain-lain. SSR merupakan peralatan untuk mendeteksi dan mengetahui posisi dan data target yang ada di sekelilingnya secara aktif, dimana pesawat ikut aktif jika menerima pancaran sinyal Radio Frequency (RF) radar sekunder. Pancaran radar ini berupa pulsa-pulsa mode, pesawat yang dipasangi transponder, akan menerima pulsa-pulsa tersebut dan akan menjawab berupa pulsa-pulsa code ke sistem penerima radar. Kata Kunci Navigasi, Pesawat Udara, Radar, Secondary Surveillance Radar. I. PENDAHULUAN D asar untuk mempelajari navigasi adalah pemahaman istilah tertentu yang disebut dengan dimensi navigasi. Navigator menggunakan dimensi-dimensi posisi, arah, jarak, ketinggian, dan waktu sebagai acuan dasar [9] Navigasi udara merupakan kegiatan untuk mengarahkan alat pesawat udara dari satu tempat ke tempat yang lain agar tidak keluar dari jalurnya. Navigasi juga diperlukan untuk mengurangi risiko kecelakaan pesawat yang diakibatkan oleh tabrakan dengan pesawat lainnya maupun benturan dengan bukit dan awan tebal khususnya ketika cuaca buruk atau jarak pandang pilot terbatas. Navigasi ini dilakukan pada pesawat udara yang dipandu dari darat melalui sinyal yang dipancarkan oleh instrumen terpasang pada menara (ground base) maupun sinyal dari satelit (satellite base). Kemudian dengan sinyal- sinyal yang dipancarkan balik oleh pesawat, orang di darat dapat mengetahui koordinat titik lokasi pesawat tersebut berada yang kemudian digunakan untuk mengarahkan pesawat. Radar SSR merupakan instrumen penting dalam pengamatan dan pengendalian lalu lintas udara, karena jangkauan radar yang cukup luas serta dapat memberikan informasi posisi pesawat secara real time. Radar digunakan di setiap bandara dengan cakupan wilayah tertentu sesuai dengan otoritas bandara tersebut. Hingga saat ini radar merupakan instrumen utama dan konvensional yang digunakan dalam penentuan posisi dan navigasi meskipun ICAO (International Civil Aviation Organization) membentuk kelompok kerja internasional sejak November 1983 yang bernama FANS (Future Air Navigation Systems). FANS bertujuan melakukan studi, identifikasi, dan konsolidasi dari konsep-konsep dan teknologi baru dalam bidang navigasi udara termasuk teknologi satelit serta memformulasikan rekomendasi bagi pengembangan bidang navigasi udara sipil di masa mendatang untuk periode 25 tahun (1990 - 2015). FANS telah mengembangkan konsep dari suatu sistem komunikasi, navigasi, dan pemantauan (CNS) terpadu yang berbasiskan pada teknologi satelit.Untuk komponen komunikasi dan pemantauan, FANS menggunakan GNSS (Global Navigation Satellite System) yang mencakup sistem-sistem satelit GPS. Pada saat ini organisasi-organisasi penerbangan banyak terlibat dengan pengembangan spesifikasi dan standar penerbangan untuk penggunaan GPS dan sistem-sistem yang terkait. [1] Analisis dalam tugas akhir ini adalah bagaimana menentukan posisi pesawat udara dengan menggunakan Secondary Surveillance Radar (SSR), informasi apa saja yang didapat dan bagaimana posisi tersebut dapat digambarkan pada peta dengan asumsi bidang datar dan bidang lengkung. II. OBSERVASI DATA RADAR DAN PERHITUNGAN POSISI PESAWAT A. Secondary Surveillance Radar (SSR) SSR merupakan peralatan untuk mendeteksi dan mengetahui posisi dan data target yang ada di sekelilingnya secara aktif, dimana pesawat ikut aktif jika menerima Penggunaan Secondary Surveillance Radar Untuk Penentuan Posisi Pesawat Udara Akhmad Hafidz Irfandi dan Muhammad Taufik Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: [email protected]

Transcript of Penggunaan Secondary Surveillance Radar Untuk … dalam tugas akhir ini adalah bagaimana menentukan...

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1

Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesardi dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau denganpertumbuhan demografi yang sangat pesat, hal ini menjadikanIndonesia sebagai negara berpenduduk terbesar ke-empat didunia. Pesawat udara merupakan alat transportasi yang palingefektif dalam mendukung mobilitas penduduk.

Navigasi atau pandu arah adalah penentuan kedudukan(position) dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya atau dipeta. Navigasi ini dilakukan pada pesawat udara yang dipandudari darat melalui sinyal yang dipancarkan oleh instrumenterpasang pada menara (ground base) maupun sinyal dari satelit(satellite base).

Dalam navigasi ada beberapa macam radar yang umumdigunakan yaitu Primary Surveillance Radar (PSR) danSecondary Surveillance Radar (SSR).Kedua jenis radar baikPSR maupun SSR mempunyai cara kerja berbeda. Pada PSRsifatnya aktif dan pesawat yang ditargetkan sifatnya pasif.Karena PSR hanya menerima pantulan gelombang radio darirefleksi pesawat tersebut (echo). Sedangkan pesawat itu sendiritidak ikut aktif dengan pancaran sinyal radar di bawah. PadaSSR, baik radar maupun pesawat kedua-duanya aktif. Hal inidapat dilakukan karena pesawat terbang telah dilengkapidengan transponder. Pesawat-pesawat yang tidak dilengkapitransponder tidak akan dapat dilihat pada radar scope sepertiidentifikasi pesawat, ketinggiannya, dan lain-lain.

SSR merupakan peralatan untuk mendeteksi danmengetahui posisi dan data target yang ada di sekelilingnyasecara aktif, dimana pesawat ikut aktif jika menerima pancaransinyal Radio Frequency (RF) radar sekunder. Pancaran radar iniberupa pulsa-pulsa mode, pesawat yang dipasangi transponder,akan menerima pulsa-pulsa tersebut dan akan menjawab berupapulsa-pulsa code ke sistem penerima radar.

Kata Kunci — Navigasi, Pesawat Udara, Radar, SecondarySurveillance Radar.

I. PENDAHULUAN

Dasar untuk mempelajari navigasi adalah pemahaman

istilah tertentu yang disebut dengan dimensi navigasi.Navigator menggunakan dimensi-dimensi posisi, arah, jarak,ketinggian, dan waktu sebagai acuan dasar [9]

Navigasi udara merupakan kegiatan untuk mengarahkanalat pesawat udara dari satu tempat ke tempat yang lain agartidak keluar dari jalurnya. Navigasi juga diperlukan untukmengurangi risiko kecelakaan pesawat yang diakibatkan olehtabrakan dengan pesawat lainnya maupun benturan denganbukit dan awan tebal khususnya ketika cuaca buruk atau jarak

pandang pilot terbatas. Navigasi ini dilakukan pada pesawatudara yang dipandu dari darat melalui sinyal yang dipancarkanoleh instrumen terpasang pada menara (ground base) maupunsinyal dari satelit (satellite base). Kemudian dengan sinyal-sinyal yang dipancarkan balik oleh pesawat, orang di daratdapat mengetahui koordinat titik lokasi pesawat tersebutberada yang kemudian digunakan untuk mengarahkanpesawat.

Radar SSR merupakan instrumen penting dalampengamatan dan pengendalian lalu lintas udara, karenajangkauan radar yang cukup luas serta dapat memberikaninformasi posisi pesawat secara real time. Radar digunakan disetiap bandara dengan cakupan wilayah tertentu sesuai denganotoritas bandara tersebut. Hingga saat ini radar merupakaninstrumen utama dan konvensional yang digunakan dalampenentuan posisi dan navigasi meskipun ICAO (InternationalCivil Aviation Organization) membentuk kelompok kerjainternasional sejak November 1983 yang bernama FANS(Future Air Navigation Systems). FANS bertujuan melakukanstudi, identifikasi, dan konsolidasi dari konsep-konsep danteknologi baru dalam bidang navigasi udara termasukteknologi satelit serta memformulasikan rekomendasi bagipengembangan bidang navigasi udara sipil di masa mendatanguntuk periode 25 tahun (1990 - 2015). FANS telahmengembangkan konsep dari suatu sistem komunikasi,navigasi, dan pemantauan (CNS) terpadu yang berbasiskanpada teknologi satelit.Untuk komponen komunikasi danpemantauan, FANS menggunakan GNSS (Global NavigationSatellite System) yang mencakup sistem-sistem satelit GPS.Pada saat ini organisasi-organisasi penerbangan banyakterlibat dengan pengembangan spesifikasi dan standarpenerbangan untuk penggunaan GPS dan sistem-sistem yangterkait. [1]

Analisis dalam tugas akhir ini adalah bagaimanamenentukan posisi pesawat udara dengan menggunakanSecondary Surveillance Radar (SSR), informasi apa saja yangdidapat dan bagaimana posisi tersebut dapat digambarkanpada peta dengan asumsi bidang datar dan bidang lengkung.

II. OBSERVASI DATA RADARDAN PERHITUNGANPOSISI PESAWAT

A. Secondary Surveillance Radar (SSR)SSR merupakan peralatan untuk mendeteksi dan

mengetahui posisi dan data target yang ada di sekelilingnyasecara aktif, dimana pesawat ikut aktif jika menerima

Penggunaan Secondary Surveillance Radar UntukPenentuan Posisi Pesawat Udara

Akhmad Hafidz Irfandi dan Muhammad TaufikJurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesiae-mail: [email protected]

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2

pancaran sinyal RF radar sekunder. Pancaran radar ini berupapulsa-pulsa mode, pesawat yang dipasangi transponder, akanmenerima pulsa-pulsa tersebut dan akan menjawab berupapulsa-pulsa code ke sistem penerima radar. [7]

Dalam sistem pemantauan lalu lintas udara, radar primerdirasakan kurang sempurna.Oleh karena itu, dikembangkansistem radar yang tidak hanya memanfaatkan sinyal pantul,tetapi terjadi timbal balik antara peralatan didarat denganperalatan radar yang ada di pesawat udara.Sistem yangdikembangkan tersebut adalah radar sekunder atau secondarysurveillance radar (SSR).

Pada sistem SSR ground pemancar/penerima disebutinterogator, dan pada pesawat udara penerima/pemancardisebut transponder. Interrogator transmisi dibuat padafrekuensi 1030MHz (sekitar 29cm) dan disebut mode.Padainterrogator menerima sinyal pada mode yang sudah diatur,transponder menanggapi dengan transmisi pada frekuensi1090MHz. Tanggapan ini adalah dalam bentuk kode. Semuasistem SSR sipil saat ini menggunakan frekuensi yang samayaitu 1030MHz untuk ground untuk transmisi ke udara, dan1090MHz untuk udara untuk transmisi ke ground.

Gambar 1. Diagram Kinerja Radar SSR [11]

Informasi yang didapat dari radar SSR adalah jarak pesawat,posisi pesawat , kode pesawat, ketinggian pesawat dankecepatan pesawat.

Gambar 2. Display Monitor Radar SSR

C. Perhitungan Jelajah Ketinggian TerbangDalam penerbangan ketinggian diukur dengan

menggunakan tekanan altimeter yang beracuan padabarometer. Altimeter mengukur tekanan udara yang menurundengan meningkatnya ketinggian mengikuti rumus barometerdan dari tekanan sekitarnya dapat dihitung ketinggian yangsesuai.

Flight Level (FL) adalah tekanan udara tertentu yangdinyatakan sebagai nominal ketinggian ratusan meter.

Tekanan dihitung dengan asumsi standar internasional tekananpermukaan laut 1.013,25 hPa (29,92 inHg ). Karena tekanandihitung berdasarkan tekanan udara maka ketinggian yangdidapat belum tentu sama dengan ketinggian sejati pesawatbaik di atas berarti permukaan laut atau di atas permukaantanah. [8]

1FL = 100ft1ft = 0.3048m

D. Perhitungan Kecepatan PesawatAirspeed Indicator (ASI), diukur dari pitot tube dan

barometric static port, dari alat tersebut didapat indicatedairspeed (IAS). Dengan static port IAS dikoreksi untuktekanan udara di sekitarnya, tetapi tidak untuk kerapatanudara. Rasio antara tekanan dan kepadatan bergantung padatemperatur udara - sesuai hukum ideal gas. [9]

Pada permukaan laut dalam International StandartAtmosphere (ISA) dan pada kecepatan rendah di manakompresibilitas udara diabaikan, IAS sesuai dengan TAS.Ketika kepadatan udara atau suhu di sekitar pesawat berbedadari kondisi permukaan laut standar, IAS tidak akan lagisesuai dengan TAS, sehingga tidak lagi menyatakanpergerakan pesawat secara akurat. ASI akan menunjukkankurang dari TAS ketika kepadatan udara menurun karenapeningkatan ketinggian atau temperatur.

Tabel 1. Konversi satuan kecepatan

E. Perhitungan Posisi PesawatUntuk mencari posisi pesawat digunakan rumus sebagai

berikut, posisi ini diasumsikan sebagai planimetris atau bidangdatar yaitu [13] :

Mencari X

..................... (1)

...........................(2)

Mencari Y

...........................(3)

.......................(4)

Dimana:

= Selisih antara titik yang diketahui dengan titik yang dicari

= jarak antara titik yang diketahui dengan titik yang dicari

= sudut azimuth

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 3

= titik yang diketahui

Semua posisi pesawat yang dicari dihitung dari titik yangdiketahui yaitu titik Runway 28 Bandara Juanda Surabaya.Sistem koordinat yang digunakan adalah Universal TransverseMercator (UTM).

F. Segitiga BolaSegitiga bola adalah suatu bidang lengkung pada

permukaan bola yang dibatasi oleh perpotongan tiga lingkarankonsentris yang pusatnya berimpit pada pusat bola. Segitigabola memiliki 3 sudut dan 3 sisi, di mana semuanyadinyatakan dalam satuan sudut. Sisi segitiga bola merupakanbagian dari busur lingkaran terbesar yang dapat dibuat padabidang bola:

Gambar 3. Segitiga Bola

Pada gambar 5 huruf besar menyatakan titik-titik sudutsegitiga bola, sedangkan huruf kecil menyatakan sisi segitigabola. Pada segitiga bola berlaku beberapa aturan yangmenjelaskan hubungan matematis antara sisi-sisi dan sudut-sudut segitiga bola. Dari sekian banyak aturan tersebut, ada 2aturan yang paling mendasar yaitu:

Aturan Cosinus

cos = cos b cos c + sin b sin c cos A

cos b = cos cos c + sin sin c cos B

cos c = cos cos b + sin sib b cos C ..................(5)

Aturan Sinus

..................(6)

Menentukan posisi dengan menggunakan rumus segitigabola:

.............................(7)

Dimana:

= Posisi

d = Jarak (m)

= Sumbu panjang bumi (6378137m)

G. Datum Global ( World Geodetic System 1984 )WGS 1984 merupakan realisasi dari sistem koordinat CTS

yang pertaman kali direalisasikan dengan memodifikasi

kerangka referensi yang digunakan oleh satelit doppler (NSWC9Z-2). WGS 84 didefinisikan dan dijaga oleh DefenceMapping Agency ( DMA ) amerika serikat sebagai datumglobal geodetik. Ellipsoid yang digunakan dalam WGS 84memiliki parameter sebagai berikut [2] :

Sumbu panjang ( a ) =6378137.0 mPenggepengan ( i/f ) =298.257228563Kecepatan sudut bumi ( ω ) =7292115 x 1011 rad s-1

Konstanta gravitasi bumi (GM) =8986004.418 x 108 m3s2

Gambar 4. Datum Global WGS 84

H. Perhitungan Root Mean Square Error (RMSE)Root Mean Square Error (RMSE) adalah ukuran

perbedaan antara nilai besaran yang diprediksi dengan nilaiyang diamati sebenarnya. RMSE adalah ukuran akurasi darisuatu prediksi besaran dan didefinisikan dengan persamaan:

..............(8)

Dimana:x1,i = nilai prediksi ke i,x2,i =adalah nilai pengamatan ke i dann = adalah jumlah pengamatan.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi penelitian adalah PT. Angkasa Pura I (Persero)Bandara Juanda Surabaya yang berlokasi pada koordinat07°22’28.92” LS dan 112°47’41.39” BT dengan Elevasi2.74m/9.00ft (MSL).Wilayah jangkauan radar Bandara Juandasejauh 200 Nautical Miles atau 370 km dari titik pusat radar.Observasi dan akuisisi data radar dilakukan pada tanggal 7April 2013 di Radar Center PT. Angkasa Puta I BandaraJuanda Surabaya.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 4

Data RadarSSR

Data FlightPlan

Perhitungan danKonversi Satuan

Identifikasi FlightPlan

Data Azimuth,Ketinggian, dan

Kecepatan

Perhitungan PosisiPesawat dengan

MetodePlanimetris

Perhitungan PosisiPesawat denganMetode Segitiga

Bola

Points Points

AnalisisKecepatan VS

Ketinggian

Analisis Jarak VSKetinggian

Analisis Jarak VSKecepatan

PerhitunganRMSE Plotting Point

VerifikasiPloting Point

PenarikanKesimpulan

Aeronautical En-Route Map

Ya

Tidak Analisis AircraftMovement

Gambar 5. Lokasi penelitian: PT. Angkasa Pura I(Persero) Bandara Juanda Surabaya

Diagram alir tahap pengolahan data:

Gambar 6. Diagram tahap pengolahan data

IV. HASIL DAN ANALISA

Dari data flight plan diperoleh informasi penerbanganpesawat. Dalam penelitian ini terdapat tujuh objek pesawatyang diobservasi. Semua penerbangan adalah penerbangankomersial dan berjadwal yang terdiri dari arrival flight,departure flight dan over flight, yaitu:

1. GIA713 : Garuda Indonesia (Over Flight)2. WON1846 : Wings Air (Arrival Flight)3. LNI581 : Lion Air (Departure Flight)4. SJY567 : Sriwijaya Air (Arrival Flight)5. WON1818 : Wings Air (Departure Flight)6. KLM835 : Royal Dutch Airlines KLM (Arrival Flight)7. AWQ8294 : Air Asia (Arrival Flight)

A. Analisis Jarak dan Ketinggian Pesawat

Grafik 1. Jarak VS Ketinggian

Dari fungsi grafik diatas menunjukkan bahwa padapenerbangan departure flight semakin jauh jarak pesawatmaka ketinggian terbang pesawat akan semakin meningkathingga pada ketinggian tertentu. Pada penerbangan arrivalflight semakin dekat jarak pesawat dengan bandara Juandamaka ketinggian pesawat juga semakin menurun. Hal inidikarenakan pesawat sedang dalam proses landing approach.Dalam tahap ini secara berturut-turut pesawat menurunkanketinggiannya hingga menyentuh landasan pacu.

Pada grafik penerbangan over flight pesawat GIA713menunjukkan bahwa jarak tidak mempengaruhi ketinggianterbang. Pesawat ini tetap terbang pada ketinggian yang stabil400FL. Pada Pesawat KLM835 menunjukkan bahwa semakinjauh jarak pesawat maka ketinggian akan semakin menurun,hal ini dikarenakan pesawat tersebut mendarat di bandaraNgurah Rai Denpasar.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 5

B. Analisis Jarak dan Kecepatan Pesawat

Grafik 2. Jarak VS Kecepatan

Grafik diatas menunjukkan bahwa pada penerbangandeparture flight semakin jauh jarak pesawat maka kecepatanpesawat akan meningkat. Pada penerbangan arrival flightsemakin dekat jarak pesawat dengan bandara maka kecepatanpesawat akan menurun hingga pada kecepatan tertentu untuklanding. Pada penerbangan overflight pesawat GA713 terbangpada kecepatan tinggi antara 427-463Mph, hal inimenunjukkan bahwa jarak tidak berhubungan dengankecepatan. Pada pesawat KLM835 menunjukkan bahwasemakin jauh jarak pesawat maka kecepatan akan semakinmenurun, hal ini dikarenakan pesawat tersebut menjauhibandara Juanda dan mendarat di bandara Ngurah RaiDenpasar.

C. Analisis Kecepatan dan Ketinggian PesawatFungsi grafik kecepatan dan ketinggian mirip dengan

grafik jarak dan ketinggian. Pada penerbangan departure flightgrafik menunjukkan bahwa semakin tinggi kecepatan pesawatmaka ketinggian jelajah terbang akan semakin meningkathingga pada ketinggian tertentu. Pada penerbangan arrivalflight semakin turun kecepatan pesawat maka ketinggianjelajah terbang juga semakin menurun.Grafik penerbangan over flight pesawat GIA713 menunjukkanbahwa kecepatan tidak mempengaruhi ketinggian jelajahterbang.

Grafik 3. Kecepatan VS Ketinggian

D. Hasil Perhitungan Root Mean Square ErrorNilai dari RMSE didapat dari perbaandingan hasil

perhitungan posisi pesawat dengan metode planimetris danmetode segitiga bola. Hasil tersebut menunjukkan selisihperhitungan posisi pesawat yang diasumsikan terbang padagaris lurus dengan garis lengkung. Perhitungan RMSEdilakukan pada tiap pesawat. Kemudian dihitung RMSE darisemua pesawat.

Tabel 2. Hasil Perhitungan RMSE

Pola nilai RMSE adalah acak. Pesawat dengan ketinggianterbang diatas 350FL memiliki nilai RMSE yang sangat besarseperti KLM835 dan SJY567. GIA713 terbang stabil padaketinggian jelajah $400FL memiliki nilai RMSE yang tidakterlalu besar jika dibanding dengan KLM835 dan SJY567.

Pesawat jenis turbo propiler atau jenis pesawatmenggunakan turbin gas untuk menggerakkan baling-balingseperti Wings Air WON1846 dan WON1818 yangmenggunakan pesawat type ATR72 memiliki RMSE yangrelatif kecil yaitu masing-masing 1700.55m dan 5564.96mkarena pesawat ini terbang tidak terlalu tinggi yaitu padaketinggian jelajah 150FL.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 6

Secara umum tidak ada korelasi antara besar kecilnyanilai RMSE dengan pola pergerakan pesawat karenapersebaran nilai RMSE adalah acak.

E. Aeronautical en-route mapSetelah dilakukan analisa grafik pergerakan pesawat

dan verifikasi posisi pesawat yang diplot pada peta denganposisi pesawat pada radar maka didapat kesimpulan bahwaposisi yang dihitung secara planimetris sangat presisi denganposisi pesawat pada radar, sedangkan posisi pesawat yangdihitung dengan menggunakan metode segiiga bolamengalami pergeseran dari posisi pesawat yang di radar.

Berikut adalah pengambaran posisi pesawat pada petajalur terbang atau aeronautical en-route maps:

Gambar 6. Aeronautical En-Route Map

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Radar SSR menghitung jarak secara mendatar bukansecara lengkung. Sudut azimuth beracuan pada true northatau utara kutub hal ini dikarenakan navigasi penerbanganberrefrensi secara global.Ketinggian pesawat bukanlahabsolute altitude (ketinggian sejati) ketinggian diperolehdengan menggunakan tekanan altimeter yang beracuanpada barometer dan dinyatakan dalam FL (flight level).Kecepatan pesawat diukur dengan alat yang bernama pitottube yang kemudian ditampilkan pada Air SpeedIndicator (AIS), informasi ini juga dipancarkan olehpesawat ke ground base dan ditangkap melalui antenaRadar.

Dari hasil perhitungan pesawat denganmenggunakan metode planimetris dan metode segitigabola maka didapat angka RMSE sebesar 16206.76. RMSEterbesar terbesar adalah pesawat Royal Dutch AirlinesKLM KLM835 dengan nilai 35837.49m dan RMSEterkecil adalah pesawat Wings Air WON1846 dengannilai 1700.55m. Tidak ada korelasi nilai RMSE denganpola pergerakan pesawat, jarak tempuh, kecepatan danketinggian jelajah terbang karena persebaran nilai RMSEadalah acak.

Perhitungan posisi pesawat dengan metodeplanimetris lebih presisi dibandingkan denganperhitungan metode segitiga bola. Hasil ploting pointsmetode planimetris sesuai dengan posisi pesawat padaradar, sedangkan hasil perhitungan dengan metode

segitiga bola tidak sesuai dengan posisi pesawat padaradar.

Dalam proses observasi dan akuisisi data hendaknyadata diambil dalam interval waktu yang lebih teratur, ruteterbang yang lebih bervariasi, jarak yang lebih panjangdan variasi penerbangan yang lebih banyak. Untukpenelitian selanjutnya dapat diteliti kemungkinanpenggunaan jenis radar lain dengan spesifikasi yang lebihtinggi.

Penelitian berikutnya dapat membandingkan metodepenentuan posisi pesawat udara dengan menggunakanGPS dan Radar. Apa saja yang menjadi kekurangan dankeunggulan masing-masing

UCAPAN TERIMA KASIHPenulis A.H.I. Mengucapkan terima kasih kepada Bpk.

Muhammad Taufik sebagai pembimbing dan KetuaJurusan Teknik Geomatika ITS, Bpk. Isturom Arif di PT.Angkasa Pura I (Persero) Bandara Juanda Surabaya, danBpk. Wahyudi Abdul Djumali di PT. DirgantaraIndonesia yang telah memberikan dukungan danbimbingan, serta semua pihak yang ikut membantu hinggaterselesaikannya Tugas Akhir ini.

DAFTAR PUSTAKA[1] Abidin, H.Z. 2007. GPS dan Perhubungan Udara. Bandung[2] Abidin, H.Z., Sutisna, S., Padmasari, T., Kahar. J., Villanueva. K.j.,

2005. Geodetic Datum Of Indonesia Maritime Boundaries : Status AndProblems. Cairo, Egypt, April 16-21.

[3] Arfianda, N. 2011. Basic Pilot Training. Jakarta. IVAO IndonesiaDivision Document

[4] Aviation Theory Centre. 2005. Navigation for The CASA PPL/CPL DayVFR Syllabus. Melbourne. Aviation Theory Centre Press

[5] Directorate General of Air Communications. 1995. SecondarySurveillance Radar Basic Theory. Medan. PT. Angkasa Pura II (Persero)Medan

[6] Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2009. Aeronautical InformationPublication (AIP). Jakarta

[7] Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2008. Secondary SurveillanceRadar (SSR). Jakarta. Direktorat Fasilitas Elektronika dan ListrikPenerbangan. Jakarta

[8] Farrell, J.L. 1976. Integrated Aircraft Navigation . Academic Press.[9] Federal Aviation Administration. Flight Navigation Handbook. US

Department of Transportation, 2011[10] Jacob, dkk. 1993. Air Navigation for Civil Aviation. Global Science

Press[11] Mawaddah. 2010. Studi Tentang Secondary Surveillance Radar (SSR)

Untuk Menentukan Berbagai Informasi Pesawat Terbang Di PT.Angkasa Pura II Polonia Medan. Medan

[12] Nurdjati, C. 1999. Buku Ajar Ilmu Ukur Tanah. Surabaya. ITS Press.[13] Wolf, P.R., dan Ghilani, C.G. 2002. Elementary Surveying : Tenth

Edition. New Jersey, USA. Pearson Education International.[14] Yusuf, E.S. 2008. Teknik Radar. Medan. Akademi Teknik dan

Keselamatan Penerbangan (ATKP)