02 Primary and Secondary Survey - Imaniar (Edited)

9
 Tonymizer PENANGANAN TRAUMA Pada kasus trauma dikenal adanya istilah “peak of death”, dimana terdiri dari 3 masa yaitu: 1. Detik-menit: jika yg terkena ialah karena CNS, jantung, pembuluh darah besar 2. Menit-jam: jika yg terkena adalah kepala, cedera perut atau pelvis, karena kehilangan darah 3.  Jam-minggu: karena sepsis atau MOF ( multi organ failure) Penanganan trauma terdiri dari: 1) Fase prehospi tal 2) Pr imar y sur vey 3) Seco nd ar y survey 4) Anamnesis FASE PREHOSPITAL Di sini dilakukan kontrol pernafasan dan perdarahan eksternal, imobilisasi dan transpor cepat pasien ke pusat kesehatan terdekat. PRIMARY SURVEY Primary survey adalah suatu penilaian sistematis dari suatu keadaan yg mengancam jiwa. Keadaan yg mengancam jiwa didefinisikan sebagai berikut : 1. Sumbat an jala n napa s (Obstructed Airwa y) 2. Tidak bernapas (No Breathing) 3. Tidak ada sirkulasi ( No Circulation) 4. Perdarahan yg besar (Profuse Bleeding) 5. Syok (Shock) 1

Transcript of 02 Primary and Secondary Survey - Imaniar (Edited)

Page 1: 02 Primary and Secondary Survey - Imaniar (Edited)

5/10/2018 02 Primary and Secondary Survey - Imaniar (Edited) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/02-primary-and-secondary-survey-imaniar-edited 1/9

Tonymizer 

PENANGANAN TRAUMA

Pada kasus trauma dikenal adanya istilah “peak of death”, dimana terdiri dari 3

masa yaitu:

1. Detik-menit: jika yg terkena ialah karena CNS, jantung, pembuluh darah besar

2. Menit-jam: jika yg terkena adalah kepala, cedera perut atau pelvis, karena

kehilangan darah

3.  Jam-minggu: karena sepsis atau MOF ( multi organ failure)

Penanganan trauma terdiri dari:

1) Fase prehospital

2) Primary survey

3) Secondary survey

4) Anamnesis

FASE PREHOSPITAL

Di sini dilakukan kontrol pernafasan dan perdarahan eksternal, imobilisasi dan

transpor cepat pasien ke pusat kesehatan terdekat.

PRIMARY SURVEY 

Primary survey adalah suatu penilaian sistematis dari suatu keadaan yg

mengancam jiwa.

Keadaan yg mengancam jiwa didefinisikan sebagai berikut :

1. Sumbatan jalan napas (Obstructed Airway)

2. Tidak bernapas (No Breathing)

3. Tidak ada sirkulasi ( No Circulation)

4. Perdarahan yg besar (Profuse Bleeding)

5. Syok (Shock)

1

Page 2: 02 Primary and Secondary Survey - Imaniar (Edited)

5/10/2018 02 Primary and Secondary Survey - Imaniar (Edited) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/02-primary-and-secondary-survey-imaniar-edited 2/9

Tonymizer 

1. AIRWAY DENGAN KONTROL SERVIKAL (AIRWAY WITH C-SPINE

CONTROL)

a. Nilai: suara stridor dan/atau disfonia jika ada maka dicurigai adanya

cedera trakea atau struktur di dekatnya

 b. Nilai: pasien agitasi, sianosis dan ”obtundation (apatis)”  secaratidak langsung menunjukkan adanya gangguan ventilasi atau oksigenasi

 yg tidak adekuat pada pasien yg menyebabkan hipoksia atau hiperkarbia

c. Nilai: fraktur wajah  dapat menyebabkan   perdarahan atau obstruksi

 jalan nafas

d.  Tentukan: apakah ada deviasi trakea

e. Buka mulut pasien cari adanya abnormalitas seperti: perdarahan dan

pembengkakan (bisa juga dengan menggunakan blade lidah).

f.  T anda adanya cedera servikal:

1) multi-system atau major trauma

2) gangguan kesadaran

3) blunt injury di atas klavikula

4) nyeri leher, ekimosis atau deformitas

5) defisit neurologis

Semua pasien trauma dgn atau tanpa cedera pada wajah harus dicurigai

mengalami cedera servikal sampai bukti adanya cedera servikal dapat 

ditemukan atau disingkirkan.

Treatment 

a. Masalah sering karena lidah sehingga timbul obstruksi pada pasien

dengan posisi supinasi dan tidak sadar dapat dilakukan manuver seperti

Chin-Lift atau   Jaw Thrust atau menggunakan peralatan

nasofaringeal atau orofaringeal.

 b. Resusitasi dengan BMV (bag-valve mask ) = ambu bag

c. Intubasi endotrakeal

d. Transtracheal jet ventilation

e. Krikotiroidostomi

2. BREATHING

Untuk menilai seberapa baik ventilasi dan oksigenasi pasien

□ Periksa kesimetrisan suara nafas  dgn auskultasi

Suara nafas yg rendah pada salah satu sisi  mengindikasikan

adanya pneumothoraks atau hemothoraks

□ Cari tanda Tension Pneumothoraks  seperti: deviasi trakea, distensi

vena, penurunan suara nafas pada sisi yg terkena, dan hipotensi

2

Page 3: 02 Primary and Secondary Survey - Imaniar (Edited)

5/10/2018 02 Primary and Secondary Survey - Imaniar (Edited) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/02-primary-and-secondary-survey-imaniar-edited 3/9

Tonymizer 

□ Perkusi  membedakan pneumothoraks dan hemothoraks.

□ Palpasi thoraks temuan krepitasi akan mengarah pada pneumothorax 

□  Jika ada Gerakan Nafas yg Paradoks  curiga ada Flail Chest 

□  Jika ada cedera toraks maka dapat terjadi Tension Pneumothoraks

Treatment 

Pada saat menangani pasien trauma maka perlu diingat kemungkinan

terjadinya keadaan seperti hipoksia, tension penumothoraks, open

pneumothoraks, flail chest, massive hemothoraks dan tracheo-bronchial tree

disruption.

□ Alasan pemberian oksigen pada pasien trauma jika terdapat kecurigaan

adanya trauma berat serta kecurigaan terhadap syok dan ini merupakan

suatu alasan empiris untuk terapi oksigen□ Terdapat beberapa alat yg bisa digunakan dalam pemberian suplai

oksigen diantaranya sebagai berikut:

a. Dual-prong nasal cannules,

Alat ini banyak digunakan karena sifatnya yg portable. Penggunaan alat ini jika

pasien akan diberikan terapi oksigen aliran rendah dengan perkiraan aliran 0,5-

1,0 L per menit dengan volume efektif yg dapat diterima pasien yaitu 0,24 L

per menit. Maksimal aliran yg harus diberikan dengan alat ini yaitu kuran dari

4 L per menit agar udara yg dialirkan dapat dilembabkan terlebih dahulu

b. Simple oxygen mask 

Dengan menggunakan alat ini, keefektifannya hanya 0,35-0,50% dari 5

liter aliran per menitnya. Pemberiannya harus dengan kekuatan aliran lebih

dari 5 liter per menit agar memaksimalkan saturasi oksigen yg diberikan.

c. Mask with reservoir bag/ ambubag

Diberikan pada pasien tanpa kemampuan bernapas atau bernapas parsial.

Konsentrasi oksigen yg dihasilkan sekitar lebih dari 0,5 liter tiap kali

hembusan.

d. Venturi-type mask 

Memberikan suplai aliran oksigen tinggi dan dapat mengirimkan konsentrasi

oksigen 0,5 liter melalui trakhea.

3. CIRCULATION

Menilai sirkulasi darah pasien:

a) Raba nadi pasien pada Arteri Carotis, hitung selama 1 menit

b)  Tekan ujung kuku pasien untuk mengetahui Capillary Refill Time (CRT)

c) Nilai tekanan darah pasien dan vital sign lainnya

d) Bandingkan pulsasi sentral dan perifer untuk mengetahui adanya

vasokonstriksi perifer

3

Page 4: 02 Primary and Secondary Survey - Imaniar (Edited)

5/10/2018 02 Primary and Secondary Survey - Imaniar (Edited) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/02-primary-and-secondary-survey-imaniar-edited 4/9

Tonymizer 

e) Nilai vena jugularis pasien. Jika datar maka menandakan

hipovolemia, sementara jika obstruksi akan tampak distensi. Jika ada

distensi dan tanda-tanda syok maka dapat dicurigai terjadinya tamponade

 jantung, pneumothoraks, atau syok kardiogenik pada pasien trauma.

f) Periksa apakah output urine dalam jumlah yg normal atau tidak

Treatment 

a) Stop Perdarahan

□ Pemberian cairan intra vena dapat dilakukan untuk penggantian

cairan, terutama karena perdarahan. Tipe cairan kristaloid seperti RL

dapat dijadikan pilihan terapi.

□ Bila pasien ditemukan dalam kondisi syok maka dapat diarahkan pada

syok karena perdarahan dan harus dibantu dengan pemberian

transfusi darah.

□ Bila ditemukan indikasi dilakukannya tindakan pembedahan maka

dapat segera dilakukan laparotomy.

b) Akses vena untuk cairan, dll

c) Resusitasi cairan

4. DISABILITY 

a) Nilai tingkat kesadaran pasienb) Lakukan pemeriksaan pupil mata, pergerakan ekstremitas

4

Page 5: 02 Primary and Secondary Survey - Imaniar (Edited)

5/10/2018 02 Primary and Secondary Survey - Imaniar (Edited) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/02-primary-and-secondary-survey-imaniar-edited 5/9

Tonymizer 

c) Lakukan pemeriksaan GCS

Treatment 

a) Hal yg perlu diperhatikan adalah timbulnya keadaan hipoksia dan

hipotensi akibat adanya trauma otak

b)  Jika GCS pasien <9 maka dilakukan intubasi

c) Pada cedera otak berat maka dapat diberi sedasi, antikonvulsan,

peningkatan posisi kepala 30 derajat   tapi kata dr.Bambang justru

akan mengacaukan penilaian kesadaran

5. EXPOSURE AND ENVIRONMENTAL CONTROL

a) Lihat di bawah kerah, aksila dan lipatan kulit, punggung dan pantat untuk

menemukan sumber perdarahan aktif lainnya

b) Menilai apakah pasien mengalami hipotermia

Treatment 

Lepaskan semua baju pasien yg lembab atau yg terkontaminasi

Pertahankan pasien dalam keadaan hangat

Selain poin-poin diatas, terdapat beberapa hal yg dapat dilakukan terutama

digunakan untuk melakukan evaluasi pada tiap penilaian primary survey yg

dilakukan diantaranya;

1. ECG

Digunakan untuk menilai kondisi jantung pasien serta pulsasinya

2. Pemasangan kateter

5

Page 6: 02 Primary and Secondary Survey - Imaniar (Edited)

5/10/2018 02 Primary and Secondary Survey - Imaniar (Edited) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/02-primary-and-secondary-survey-imaniar-edited 6/9

Tonymizer 

Bisa dilakukan dengan pemberian kateter uretra maupun kateter untuk

gaster.

Kateter uretra dilakukan untuk monitoring urin output untuk menilai perfusi

sedangakan kateter gaster dilakukan untuk tujuan pengosongan dan penilaian

ada tidaknya perdarahan saluran tersebut.

3. Monitoring kualitas pernapasan

Nilai saturasi oksigen dalam darah untuk menetukan adekuatnya resusitasi

dengan gas atau oksigen

4. Pencitraan

Identifikasi adanya kelainan anatomis dan nilai adanya kemungkinan-

kemungkinan kegawatan yg terjadi untuk segera dilakukan tindakan operatif 

selanjutnya.

SECONDARY SURVEY 

1. HEENT (Head, eyes, ears, nose and throat)

• Nilai bukti fraktur basila → adanya Battle’s sign (ekimosis pada

mastoid), raccoon eyes ( ekimosis pada mata) atau hemotimpani

( darah di belakang eardrum)

• Nilai adanya depresi fraktur tengkorak dengan palpasi hati-hati, benda

asing dan fragment tulang, jangan dimanipulasi!

• Nilai cedera wajah dengan palpasi tulang wajah

• Lihat adanya laserasi

•  Tentukan kemampuan visual dan nilai fungsi dan ukuran pupil, cedera

pada struktur mata

• Nilai septum nasal jika mungkin ada hematoma

2. Cervical Spine/Neck 

• Palpasi cervical spine

• Cari adanya penetrating injury

• Evaluasi emfisema subkutis

3. Chest

• Palpasi sternum, klavikula dan costae untuk adanya krepitasi atau

tenderness, emfisema subkutis

• Cari adanya memar atau deformitas

4. Abdomen

• Nilai adanya distensi, nyeri, rebound tenderness

6

Page 7: 02 Primary and Secondary Survey - Imaniar (Edited)

5/10/2018 02 Primary and Secondary Survey - Imaniar (Edited) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/02-primary-and-secondary-survey-imaniar-edited 7/9

Tonymizer 

• Ekimosis pada pinggul→ mungkin perdarahan retroperitoneal

• Adanya seat belt sing→ resiko injury intraperitoneal

5. Back 

• Palpasi vertebra untuk kemungkinan adanya nyeri pada prosesus

• Nilai adanya cedera tersembunyi di aksila, di bawah cervical collar dan di

regio gluteal

6. Pelvis

• Palpasi simfisis pubis krepitasi atau pelebaran

• Ada fraktur atau tidak

7. Perineum

• Ada tidaknya ekimosis, fraktur atau urethral disruption

8. Urethra

• Ada tidak darah di urethral meatus

9. Rectum

• pemeriksaan rectal diperlukan untuk menilai tonus sfingter selama

pemeriksaan neurologist

• fraktur pelvis mungkin menyebabkan laserasi dinding rectal dan

perdarahan rectal

•   jika pada pemeriksaan dengan jari didapat darah maka curiga ada

perdarahan usus

10.Vagina

• Untuk mencarai adanya fraktur, laserasi dan darah

11.Ekstremitas

• Re-check status vaskuler dari masing-masing ekstremitas, termasuk

pulsasi, warna, pengisian kapiler, dan temperatur

• Inspeksi setiap inci dan palpasi setiap tulang dan cek gerakan sendi.

• Cek adanya deformitas, krepitasi, nyeri

7

Page 8: 02 Primary and Secondary Survey - Imaniar (Edited)

5/10/2018 02 Primary and Secondary Survey - Imaniar (Edited) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/02-primary-and-secondary-survey-imaniar-edited 8/9

Tonymizer 

12.Neurologic

• Ulangi penialain GCS, reevaluasi pupil, pemeriksaan nervus sensoris dan

motorik, refleks tendon dan respon plantar

ANAMNESIS

Pada pasien cedera setelah kita pastikan patensi jalan nafas maka dapat kita

lakukan penggalian riwayat trauma.Bagaimana kejadian, proses, waktu, psosisi

penderita asaat trauma, dll.

PEMERIKSAAN LANJUTAN

1. Hitung darah lengkap

2. Koagulasi

3. Elektrolit dan fungsi renal

4. Analisa gas darah

5. Urinalisis

6. Radiologi

7. CT scan

8. Angiografi, dll

Kegawatdaruratan Neurologis

Salah satu bentuk kegawatdaruratan medis adalah kegawatdaruratan neurologis

(neurologic emergencies). Menurut Carroll LS dan Lorenzo N (2007) ada sembilan

 jenis yg termasuk kegawatdaruratan neurologis, yaitu:

1. Perubahan status mental dan koma (altered mental status and coma) =

Penurunan kesadaran

2. Sakit kepala (headache)

3. Kecelakaan serebrovaskuler (cerebrovascular accident ), yg berupa: stroke dan

 TIA (Transient Ischemic Attacks)

4. Vertigo

5. Serangan/bangkitan kejang (seizures), yg berupa: epilepsi dan status

epileptikus.

6. Neuropati perifer ( peripheral neuropathies)

8

Page 9: 02 Primary and Secondary Survey - Imaniar (Edited)

5/10/2018 02 Primary and Secondary Survey - Imaniar (Edited) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/02-primary-and-secondary-survey-imaniar-edited 9/9

Tonymizer 

7. Sklerosis multipel (multiple sclerosis)

8. Gangguan otot (muscle disorders)

9. Neuroleptics malignant syndrome (NMS)

Satu dari sembilan kegawatdaruratan neurologis adalah perubahan

status mental dan koma. Penyebab dari perubahan status mental dan koma,

yaitu AEIOU TIPS:

1. Alcohol (termasuk obat-obatan/drugs dan zat beracun/toxin)

2. Endocrine dan environmental (lingkungan)

a) Penyebab endokrin misalnya: hyperammonemia, ketidaknormalan

elektrolit (misalnya: hiponatremia), hipotiroidisme, dan hipertiroidisme.

b) Penyebab lingkungan misalnya: hipotermia dan hipertermia.

3. Insulin poisoning (keracunan insulin) dan Impaired glucose utilization

(penggunaan glukosa melemah).

4. Oxygen deprivation (kehilangan/kekurangan oksigen = hipoksemia) dan

opiate poisoning (keracunan opiat).

5. Uremia

6. Trauma (kecelakaan), misalnya hipoperfusi dan trauma serebral

menyebabkan perubahan status mental.

7. Infection (infeksi), misalnya: meningitis dan ensefalitis.

8. Psychiatric causes (penyebab psikiatris) dan Porphyria (porfiria).

Menghubungkan perubahan status mental dengan penyebab

psikiatris/kejiwaan merupakan diagnosis of exclusion.

9. Space-occupying lesions (SOL), yg menimbulkan (induce) perubahan

kesadaran atau koma dengan melibatkan hemisfer kortikal bilateral atau

menekan reticular activating system.

9