Status Ujian Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas

download Status Ujian Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas

of 25

description

Dibuat dalam rangka menyelesaikan kepaniteraan di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Transcript of Status Ujian Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITASFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIAJl. Mayjen Sutoyo No. 2 Cawang Jakarta 13650Telp. (021) 95380533

STATUS UJIANTUBERCULOSIS PARUKELURAHAN CIPAYUNG

Disusun oleh :

INDRIYANTI NATASYA AYU UTAMI KOTTEN0961050038

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITASPERIODE 12 MEI 2014 5 JULI 2014FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN INDONESIAJAKARTASTATUS UJIANILMU KEDOKTERAN KOMUNITASPERIODE 12 MEI 2014 5 JULI 2014

Hari /Tanggal pengambilan data: Selasa, 10 Juni 2014Hari/Tanggal Intervensi: Sabtu, 14 Juni 2014Masalah kesehatan: Tuberkulosis ParuWilayah Masalah : RT 07/RW 02 Kelurahan Cipayung, Kecamatan Cipayung, Jakarta TimurHari / tanggal ujian : Juni 2014Tempat ujian : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Nama: Indriyanti Natasya Ayu Utami KNIM: 0961050038Tanda tangan:

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar BelakangTuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit menular yang selalu menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Dalam laporannya, World Helath Organization (2008) memperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium Tuberculosis, sementara pada tahun 1995 diperkirakan ada 9 juta pasien tuberculosis paru baru dan 3 juta kematian per tahun akibat tuberculosis paru di dunia.Oleh karena itu, pada tahun 2003 World Helath Organization (WHO) mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberculosis paru dikarenakan banyaknya jumlah kasus tuberculosis pada Negara yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah tuberculosis paru besar (high burden countries).Saat ini, dalam rangka peningkatan kualitas manusia dan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam bidang kesehatan, maka angka kesembuhan penyakit menular seperti tuberculosis paru menjadi salah satu tujuan yang ditetapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) di tahun 2015. Dalam laporan MDGs tahun 2008 disebutkan bahwa saat ini prevalensi tuberculosis paru di Indonesia masih tinggi, yaitu sebesar 262 per 100.000 penduduk atau setara dengan 582.000 kasus setiap tahunnya.Berdasarkan laporan WHO (2008) dinyatakan bahwa masalah tuberculosis paru di Negara berkembang sudah sampai pada tahap yang mengkhawatirkan, karena sebanyak 95% kasus tuberculosis paru berada di Negara tersebut, dan sebanyak 98% kematian yang ada di Negara itu disebabkan oleh tuberculosis paru. Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penderita tuberculosis paru terbesar setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien tuberculosis paru di dunia. Departemen Kesehatan pada tahun 2004 memperkirakan besarnya jumlah kematian setiap tahunnya sebanyak 101.000 orang dengan kasus baru sebanyak 539.000 kasus dan insiden tuberculosis paru BTA Positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. Sementara WHO memperkirakan jumlah kematian akibat penyakit ini setiap tahunnya di Indonesia sebanyak 175.000 dengan jumlah kasus pertahun sebanyak 550.000 kasus.Penyakit tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya sangat mudah sekali, yaitu melalui batuk, bersin dan berbicara. Untuk mengurangi bertambahnya TB Paru dan masalah yang ditimbulkan oleh penyakit TB Paru, perlu dilakukan penanganan awal yang dapat dilakukan adalah dilingkungan keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 2001). Penyebaran penyakit tuberculosis paru yang sangat mudah ini, sangat rentan pada keluarga yang anggota keluarganya sedang menderita penyakit tersebut. Penyakit dapat menular pada anggota keluarga yang lain. Oleh karena itu, penyakit tuberculosis harus mendapat penanganan yang tepat karena penyakit ini menyerang tidak memandang kelompok usia produktif, kelompok ekonomi lemah dan berpendidikan rendah. Penyakit TB Paru lebih banyak ditemukan di daerah miskin. Karena factor lingkungan yang kurang mendukung menjadi penyebab TB Paru.Beberapa factor yang erat hubungannya dengan terjadinya infeksi basil tuberculosis yaitu adanya sumber penularan, jumlah basil yang cukup banyak dan terus menerus memapar calon penderita, virulensi (keganasan basil) serta daya tahan tubuh ini mempunyai hubungan erat dengan factor lingkungan, misalnya perumahan dan pekerjaan, factor imunologis. Keadaan penyakit yang memudahkan infeksi seperti diabetes mellitus dan campak serta factor genetic.Menurut Hendrik L Blum derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Disamping berpengaruh langsung pada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula.Permasalahan yang dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia umumnya adalah kondisi sanitasi lingkungan yang jauh dari memenuhi syarat kesehatan, perilaku masyarakat yang kurang mendukung upaya kesehatan dan juga akses terhadap pelayanan kesehatan yang kurang. Salah satu aspek dari sanitasilingkungan yaitu keadaan perumahan masyarakat yang tidak layak huni sehingga merupakan factor resiko terhadap timbulnya berbagai masalah kesehatan khususnya penyakit menular, walaupun sampai sekarang masih belum dapat dibuktikan adanya penyakit-penyakit yang secara langsung disebabkan oleh kondisi perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Faktor perilaku penderita terhadap lingkungan juga mempunyai pengaruh besar terhadap penularan penyakit Tuberkulosis Paru selain faktor lingkungan. Sumber penularan penyakit Tuberkulosis Paru adalah penderita dengan BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.(Depkes RI, 2006).Program pemberantasan TB paru di Indonesia dilakukan oleh direktorat Tuberculosis, yang berada dibawah naungan direktorat Pemberantasan Penyakit Menular (P2M). Tujuan pelaksanaan program penanggulangan penyakit TBC meliputi tujuan jangka panjang yaitu menurunkan angka kesakitan dan angka kematian dengan cara memutuskan rantai penularan, sehingga penyakit TBC tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Selain itu program inipun bertujuan untuk membangun kesehatan, yaitu meningkatkan kesadaran, Kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Penanganan awal yang dapat dilakukan adalah melalui lingkungan keluarga. Dimana keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 2001). Penyebaran penyakit tuberculosis paru ini sangat mudah dan sangat rentan pada keluarga yang anggota keluarganya sedang menderita penyakit tersebut. Sehingga melalui keluarga inilah dapat diberikan pengetahuan kepada salah seorang keluarganya sehingga dia bisa memantau sendiri keadaan keluarganya dan bila ditemukan gejala atau memang sudah didapatkan keluarganya menjadi salah satu penderita TB Paru, dia bisa menjadi pengawas di keluarganya tersebut.Menurut Teori H L Blum bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya adalah faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik. lingkungan fisik terdiri dari keadaan geografis (dataran tinggi atau rendah), kelembaban udara, temperatur atau suhu dan lingkungan tempat tinggal (rumah dan sekitarnya). Lingkungan non fisik yaitu lingkungan social (pendidikan, pekerjaan) dan ekonomi.Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri yang dapat hidup baik di tempat yang lembab. tidak tahan terhadap sinar matahari, sabun, karbol dan panas api, oleh karena itu, maka keadaan lingkungan yang lembab (kelembaban udara meningkat) dan suhu menurun merupakan lingkungan yang baik untuk mycobacterium tuberkulosa tumbuh. Keadaan lembab (kelembaban udara meningkat) dan suhu yang rendah di Indonesia di dapatkan pada saat Indonesia mengalami musim hujan. Sehingga biasanya saat musim hujan terjadi angka kesakitan tuberculosis paru meningkat. Hal ini dipengaruhi juga dengan penyebarannya yang melalui udara. Disaat musim hujan, dengan keadaan lingkungan yang lembab, mendukung pertumbuhan bakteri menjadi lebih banyak. Bakteri yang banyak ini akan terbawa oleh angin ataupun berada di udara bebas. Sehingga penyebaran penyakit ini lebih cepat terjadi. Selain itu keadaan tubuh kita dalam mengkompensasi keadaan lembab salah satu yang dilakukan adalah membuat mukosa hidung kita menjadi kering sehingga proteksi pertama yang ada pada hidung menjadi berkurang. Hal ini dapat menyebabkan bakteri ini lebih mudah masuk dikarenakan port dentre bakteri ini yang melalui saluran pernapasan. Kurangnya sinar matahari yang dapat membunuh bakteri ini juga menyebabkan angka kesakitan tuberculosis meningkat saat musim hujan. Hal lain yang perlu diperhatikan dari factor lingkungan fisik adalah keadaan rumah. Rumah yang sehat harus memiliki ventilasi, pencahayaan,luas rumah yang cukup sesuai dengan penghuninya, sumber air bersih dan pembuangan limbah. Ventilasi menjadi sangat penting bagi penularan penyakit Tuberkulosis dikarenakan dengan adanya ventilasi yag baik, sinar matahari (sinar ultraviolet) yang masuk kedalam rumah dapat membunuh bakteri tuberculosis dan juga sinar ultraviolet dapat mengurangi kelembaban yang berlebihan sehingga dapat mencegah bakteri tuberculosis ini tumbuh.Lingkungan non fisik yang mencangkup social (pendidikan, pekerjaan) dan ekonomi berhubugan dengan prilaku. Seseorang dengan pendidikan yang rendah atau kurang akan tidak terlalu memperhatikan kesehatannya, baik itu dikarenakan seseorang itu tidak tahu ataupun tidak peduli. Contohnya orang yang tidak tahu tentang tuberculosis tidak mengetahui mengenai cara penularan tuberculosis. Pekerjaan berhubungan dengan penghasilan. Seseorang dengan pekerjaan yang kurang menghasilkan atau berpenghasilan sedikit akan kurang memperhatikan kesehatannya dikarena seseorang tersebut akan memilih untuk memenuhi kebutuhan utamanya terlebih dahulu yaitu makan. Adapun orang yang ingin berobat tetapi tidak mempunyai biaya untuk itu. Oleh karena itu penyakit tuberculosis paru ini banyak terjadi pada orang yang meiliki pendidikan yang rendah dan ekonomi yang kurang.Pelayanan kesehatan ini diartinya sebagai ketersediaannya fasilitas tersebut dan cara menjangkaunya. Pelayanan kesehatan yang dimaksud ini adalah puskesmas, yang menjadi pelayanan kesehatan primer di masyarakat. Puskesmas mengadakan program program yang bertujuan untuk menanggulangi, dan mengurangi angka kejadian Tuberkulosis Paru. Program yang dilakukan oleh puskesmas antara lain program P2M serta DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). Tuberculosis Paru bukan penyakit herediter sehingga tidak ada hubungannya dengan keturunan.

A. Data Geografi

Kecamatan Cipayung terletak antara 1060 49 35 Bujur Timur dan 060 10 37 lintang selatan, dengan luas wilayah 2,844.78 Hektar. Berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1227 Tahun 1989, tertanggal 18 September 1989, dinyatakan luas wilayah Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur adalah 2,844.78 Hektar. Adapun Kecamatan Cipayug terdiri dari 8 (delapan) kelurahan, 56 RW dan 503 RT dan 35.400 kepala keluarga. Secara persentase, lahan di Kecamatan Cipayung didominasi oleh kegiatan perumahan besar 73,32% dan total seluruh kecamatan dengan peruntukan terkecil berupa industri sebesar 1,07% dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 1 Luas Kelurahan Wilayah Kecamatan CipayungNOKELURAHANRWRTLUAS (Ha)

1Lubang Buaya12113372.20

2Setu644325.12

3Bambu Apus565316.50

4Ceger539362.60

5Cipayung859308.50

6Cilangkap645603.54

7Munjul875190.30

8Pondok Ranggon663366.02

JUMLAH

565032,844.78

Sumber: Kantor Camat Kecamatan Cipayung Jakarta Timur Tahun 2013

Batas WilayahBatas Wilayah Kecamatan Cipayung berdasarkan surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1227 Tahun 1989 adalah sebagai berikut:Tabel 2Batas Wilayah Kecamatan CipayungNo.BagianBatas Wilayah

1.UtaraJalan Pintu I bagian barat tembok TMII, Jalan Pintu II bagian timur TMII, dan Jalan Raya Pondok Gede Bekasi

2.SelatanPatok batas daerah Khusus DKI Jakarta dan Jawa Barat (Patok nomor 148 s/d nomor 165)

3.TimurKali Sunter (Pilar batas nomor 125 s/d nomor 148)

4.BaratBarat: Jalan Raya Tol Jagorawi Kecamatan Ciracas

Sumber: Profil Puskesmas Kecamatan Cipayung Jakarta Timur Tahun 2013

Data Demografi

A. JUMLAH PENDUDUK

No.KelurahanJml PendudukLelakiWanitaKK

1Lubang Buaya65,56933,54932,02020,083

2Setu18,9069,8799,0274,581

3Bambu Apus26,91813,92712,9915,617

4Ceger19,49310,0489,4096,136

5Cipayung25,51815,06310,4558,041

6Cilangkap25,44613,17112,2757,805

7Munjul23,70012,02011,6806,853

8Pondok Ranggon24,52712,61711,9107,269

JUMLAH

230,077120,310109,76766,385

Sumber: Kantor Camat Kec. Cipayung

B. STRUKTUR PENDUDUK

NoUmur/TahunLelakiWanitaJumlah

10 49,3289,99219,320

25 910,4998,25918,758

310 1414,1429,40423,546

415 198,5978,52417,121

520 249,4699,34818,817

625 2910,18610,70820,894

730 349,3209,41118,731

835 398,5779,84918,426

940 448,3497,74816,097

1045 497,3086,51913,827

1150 545,6617,08012,741

1255 595,6134,51210,125

1360 643,4973,2396,736

1465 692,9652,9705,935

1570 743,1211,9265,047

1675 ke atas2,2771,6793,956

JUMLAH

118,909111,168230,077

C. MOBILITAS PENDUDUK

NoKelurahanLAHIRMATIPINDAHDATANG

LPLPLPLP

1Lubang Buaya502910658382014

2Setu1391073832372360130127

3Bambu Apus1571636541175197181218

4Ceger1072213133225

5Cipayung1991391691621781829894

6Cilangkap17216917256172290540298

7Munjul1901496950150161279337

8Pondok Ranggon2311795245148160579367

JUMLAH

1098

933

5673881208136918451464

D. MATA PENCAHARIAN PENDUDUK

No.JENIS PEKERJAANJML ORANG(%)

1Pegawai Negeri13,53316,97

2TNI/Polri7,8649,86

3Dagang9,07711,38

4Pertanian5,2856,63

5Pegawai swasta12,43815,60

6Home industry8,49610,66

7Wiraswasta4,9936,26

8Buruh/Swasta8,95811,24

9Lain-lain9,08411,39

JUMLAH

79,728100

Luas Wilayah Kelurahan Cipayung sebesar 308,50 km2 dengan jumlah penduduk 25.518 jiwa dan jumlah rumah tangga 8.041.

Pola Penyakit

Data 10 Kasus Terbanyak di Puskesmas Kelurahan CipayungNONAMA PENYAKITJUMLAH

1.Infeksi akut pada saluran pernapasan bagian akut (ISPA)1389

2.Diare1275

3.Hipertensi421

4.Penyakit Kulit Alergi489

5.TB Paru369

6.Penyakit infeksi kulit235

7.Tonsilitis215

8.Penyakit mata221

9.Rematik119

10.Asma120

JUMLAH17458

Sumber:Laporan Puskesmas Kelurahan Cipayung Tahun 2014 (Januari April)

II. DIAGNOSA MASALAH1. Masalah Kesehatan: Tuberculosis Paru2. Wilayah Masalah: RT 07/RW 02 Kelurahan Cipayung, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur3. Sasaran: RT 07/RW 02 Kelurahan Cipayung, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur 4. Jumlah sasaran: 60 KK5. Target peserta: 35 orang

Tabel 1. Jumlah Orang yang Menjawab BenarNoPertanyaanSebelum Intervensi

N%

1.Yang mengetahui tentang TB Paru1157,89

2.Yang mengetahui penyebab TB Paru1578,95

3.Yang mengetahui cara penyebaran TB Paru736,84

4.Yang mengetahui gejala pada TB Paru1157,89

5.Yang mengetahui faktor yang dapat memperburuk TB Paru1473,68

6.Yang mengetahui cara pengobatan TB Paru947,37

7.Yang mengetahui lama pengobatan TB Paru1368,42

8.Yang mengetahui pencegahan TB Paru1263,16

9.Yang mengetahui pencegahan TB Paru dengan imunisasi1052,63

10.Yang mengetahui komplikasi TB Paru1052,63

Berdasarkan hasil pretest didapatkan :1. 11 dari 19 responden (57,89%) mengetahui tentang TB Paru.2. 15 dari 19 responden (78,95 %) mengetahui penyebab TB Paru.3. 7 dari 19 responden (36,84 %) mengetahui cara penyebaran TB Paru.4. 11 dari 19 responden (57,89 %) mengetahui gejala pada TB Paru.5. 14 dari 19 responden (73,68 %) mengetahui faktor yang dapat memperburuk TB Paru.6. 9 dari 19 responden (47,37 %) mengetahui cara pengobatan TB Paru.7. 13 dari 19 responden (68,42 %) mengetahui lama pengobatan TB Paru.8. 12 dari 19 responden (63,16 %) mengetahui pencegahan TB Paru.9. 10 dari 19 responden (52,63 %) mengetahui pencegahan TB Paru dengan imunisasi.10. 10 dari 19 responden (52,63 %) mengetahui komplikasi TB Paru.

Tabel 2. Nilai Pengetahuan Sebelum IntervensiNoPretest

1.70

2.60

3.70

4.30

5.70

6.80

7.100

8.30

9.60

10.60

11.40

12.80

13.30

14.40

15.80

16.40

17.50

18.50

19.80

Rata Rata58,95

Keterangan :Tingkat pengetahuan dilihat dari nilai rata rata responden

Nilai rata rata = Jumlah nilai responden Jumlah responden= 1(100)+0(90)+4(80)+ 3(70)+3(60)+2(50)+3(40)+3(30)+0(20)+0(10)19 = 100 + 0 + 320 + 210 + 180 + 100 + 120 + 90 + 0 + 019 = 1120 19 = 58, 95

Tabel 3. Kriteria PenilaianNo.NilaiKategori

1.80Baik

III. PERUMUSAN MASALAHPengetahuan masyarakat RT 07/RW 02 Kelurahan Cipayung, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur tentang penyebab, pencegahan dengan imunisasi dan komplikasi Tuberculosis Paru masih kurang.

IV. PERENCANAAN PEMECAHAN MASALAH1. Masalah Kesehatan: Tuberculosis Paru2. Tujuana. Umum: Meningkatkan pengetahuan masyarakat RT 07/RW 02 Kelurahan Cipayung tentang Tuberculosis Parub. Khusus: Meningkatkan pengetahuan masyarakat RT 07/RW 02 Kelurahan Cipayung tentang pencegahan Tuberculosis Paru menggunakan imunisasi Meningkatkan pengetahuan masyarakat RT 07/RW 02 Kelurahan Cipayung tentang penyebab Tuberculosis Paru. Meningkatkan pengetahuan masyarakat RT 07/RW 02 Kelurahan Cipayung tentang komplikasi Tuberculosis Paru.3. Sasaran: RT 07/RW 02 Kelurahan Cipayung, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur4. Jumlah sasaran : 35 orang5. Pelaksanaan Hari dan tanggal: Sabtu, 14 Juni 2014 Tempat: Rumah Ketua RT 07/RW02 Waktu: 13.00 13.30 WIB6. Sumber Daya Dokter: 2 orang Petugas puskesmas/Kader: 1 orang Alat peraga: Leaflet Perlengkapan: Leaflet, mic, soundsystem7. Biaya OperasionalKeteranganJumlah

Fotokopi pretest dan post-test 2 x 2 halaman x 35 peserta @ Rp.150,-Rp. 5.250

Fotocopy leaflet 35 @ Rp 400,-Rp 14.000

Alat tulis ( pulpen ) 35 buah @ Rp. 1.000,-Rp. 35.000,-

Tanda terimakasih 35 buah @ Rp. 1500,-Rp. 52.500,-

Snack 35 kotak @ Rp. 5.000,-Rp. 175.000,-

TotalRp. 281.750,-

8. Evaluasi: Membandingkan hasil pretest dan posttestV. PELAKSANAAN PEMECAHAN MASALAH1. Pelaksanaan Intervensi Hari dan tanggal: Sabtu, 14 Juni 2014 Tempat: Rumah Ketua RT 07/RW02 Waktu: 13.00 13.30 WIB2. Jumlah Peserta : 19 orang3. Sumber Daya Dokter: 2 orang Petugas puskesmas/Kader: 2 orang Alat peraga: Leaflet Perlengkapan: Leaflet, Mic, Soundspeaker4. Materi yang diberikan:a. Pengertian tentang penyakit TB Parub. Penyebab TB Paruc. Faktor resiko TB Parud. Cara penularan TB Parue. Gejala TB Paruf. Cara pencegahan penularan TB Parug. Pengobatan TB Paru

5. Masalah Intervensi: Pengetahuan masyarakat RT 07/RW 02 Kelurahan Cipayung, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur tentang penyebab, pencegahan dengan imunisasi dan komplikasi Tuberculosis Paru masih kurang.6. Biaya OperasionalKeteranganJumlah

Fotokopi pretest dan post-test 2 x 2 halaman x 35 peserta @ Rp.150,-Rp. 5.250,-

Fotocopy leaflet 35 @ Rp 400,-Rp 14.000,-

Alat tulis ( pulpen ) 35 buah @ Rp. 1.000,-Rp. 35.000,-

Tanda terimakasih buah @ Rp. 1500,-Rp. 52.500,-

Snack 35 kotak @ Rp. 5.000,-Rp. 175.000,-

FlipchartRp. 50.000,-

TotalRp. 331.750,-

VI. EVALUASIA. Evaluasi Input Pada pelaksanaan intervensi dibawakan oleh 1 orang dokter, dan 1 orang dokter lainnya membantu jalannya intervensi sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Petugas puskesmas/kader yang hadir saat pelaksanaan berjumlah 2 orang. Yang hadir saat intervensi adalah 1 orang petugas puskesmas dan 1 orang ibu kader. Pelaksanaan intervensi menggunakan leaflet tidak sesuai dengan perencanaan yang menggunakan LCD (laptop) dikarenakan tidak tersedianya proyektor. Perlengkapan yang digunakan berupa leaflet, mic dan sounsystem sesuai dengan perencanaan. Terdapat penambahan biaya dari perencanaan sebesar Rp. 281.750,- menjadi Rp. 331.750,- dikarenakan penambahan biaya untuk pembuatan flipchart.

B. Evaluasi Proses Tempat pelaksanaa intervensi sesuai dengan perencanaan yaitu di rumah ketua RT 07/RW 02 Kelurahan Cipayung Jumlah peserta yang hadir 19 orang tidak sesuai dengan perencanaan yaitu 35 orang Waktu pelaksanaan intevensi tidak sesuai dengan perencanaan yaitu mulai pukul 09.30 11.00 WIB, mundur 30 menit dari perencanaan yaitu pukul 09.00- 10.30 WIB dikarenakan menungggu peserta lain untuk hadir. Suasana pelaksanaan cukup kondusif.C. Evaluasi OutputTabel 1. Hasil Perbandingan Nilai Pre Test dan Post TestNoPretestPostest

17080

26090

37090

43070

57080

68090

7100100

83050

960100

106080

114070

128090

133060

144060

1580100

164080

175060

185080

198080

Rata-rata1120/19 = 58,951510/19 = 79,47

Sebelum dilakukan penyuluhan mengenai Tuberculosis Paru hasil pretest rata - rata dari 19 responden adalah 58,95. Sedangkan setelah diberikan penyuluhan, hasil post test rata - rata dari 19 responden adalah 79,47. Hal ini berarti, telah terjadi peningkatan pengetahuan responden sebesar 20,52 (34,81%) pada masyarakat RT07/RW 02 Kelurahan Cipayung, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

{(Post test Pre test ) / Pre test } x 100% = {(79,47 58,95) / 58,95} x 100% = 34,81 %

Tabel 2. Peningkatan Pengetahuan Dilihat Dari Jumlah Orang yang Menjawab BenarNo.PertanyaanPretestPosttestKenaikan

N%N%N%

1.Yang mengetahui tentang TB Paru1157,891789,47654,55

2.Yang mengetahui penyebab TB Paru1578,951789,47213,32

3.Yang mengetahui cara penyebaran TB Paru736,841473,687100

4.Yang mengetahui gejala pada TB Paru1157,891578,95436,38

5.Yang mengetahui faktor yang dapat memperburuk TB Paru1473,681894,74428,58

6.Yang mengetahui cara pengobatan TB Paru947,371578,95666,67

7.Yang mengetahui lama pengobatan TB Paru1368,421684,21323,08

8.Yang mengetahui pencegahan TB Paru1263,161894,74650,00

9.Yang mengetahui pencegahan TB Paru dengan imunisasi1052,631473,68439,99

10.Yang mengetahui komplikasi TB Paru1052,631789,47769,99

VII. KESIMPULAN DAN SARAN1. KesimpulanSebelum dilakukan intervensi, pengetahuan masyarakat RT07/RW 02 Kelurahan Cipayung, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur mengenai tuberculosis paru masuk dalam kategori Kurang (58,95%). Sedangkan setelah dilakukan intervensi, pengetahuan masyarakat meningkat menjadi kategori Sedang (79,47%). Hal ini menandakan penyuluhan mengenai tuberculosis yang diberikan telah berhasil menambah pengetahuan responden.

2. Saran Kepada masyarakat RT07/RW 02 Kelurahan Cipayung, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur : Dapat mengerti dan memahami menyenai Tuberculosis Paru sehingga mampu mengenali gejalanya dan dapat segera melakukan pengobatan, baik tehadap diri sendiri, keluarga atau masyarakat disekitanya yang memiliki gejala tersebut. Supaya dapat menyebarkan informasi yang telah didapat kepada warga lain ataupun kepada anggota keluarga yang beresiko terkena Tuberculosis Paru. Agar masyarakat mengikuti pola hidup yang sehat dan terhindar dari penularan Tuberculosis Paru sesuai dengan penyuluhan yang sudah disampaikan. Kepada Petugas Kesehatan : Melakukan penyuluhan dan sosialisasi secara teratur mengenai Tuberculosis Paru. Meninjau secara langsung keadaan masyarakat sekitar tentang berperilaku hidup bersih dan sehat sehingga dapat terhindar dari penyakit Tuberculosis Paru. Kepada ketua RT 07 : Supaya lebih memahami tentang Tuberculosis Paru dan cara pencegahannya sehingga bisa selalu mengingatkan masyarakat mengenai hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk mencegah dan menangani penyakit Tuberculosis Paru. Selalu mengingatkan tentang pentingnya menjaga kesehatan.

VIII. LAMPIRANLampiran 1. Pertanyaan pretest dan posttestNo. kuisioner :

PENGETAHUAN MASYARAKAT MENGENAI TUBERCULOSIS PARURT 07/RW 02 KELURAHAN CIPAYUNG KECAMATAN CIPAYUNGTAHUN 2014

Nama:Jenis kelamin: L/PUmur: Agama:Pendidikan : 1. Tidak sekolah4. Tamat SMA2. Tamat SD5. Tamat D3/S13. Tamat SMPPekerjaan:1. PNS / Pensiunan PNS5. Buruh2. POLRI/TNI/pensiunan6. Pedagang3. Pegawai swasta/wiraswasta7. Lain-lain4. PetaniJumlah penghasilan:1. Rp. 875.000 Rp. 1.250.0002. Rp. 1.250.000 Rp. 1.875.0003. Rp. 1875.000 - Rp. 2.200.000Status pernikahan:Jumlah Anak:

PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING BENARPENGETAHUAN

1. Menurut pendapat anda, apa itu TB Paru ?a. Penyakit infeksi saluran pernafasanb. Penyakit infeksi saluran pencernaanc. Penyakit infeksi saluran kemihd. Penyakit guna-guna2. Menurut anda, apa penyebab penyakit TB Paru ?a. Bakteri c. Guna-gunab. Debu, asap, udara kotor d. Rokok

3. Bagaimana cara penyebaran TB Paru ?a. Kontaminasi makananb. Kontaminasi udara (bersin dan batuk)c. Kontaminasi aird. Kontaminasi tanah

4. Menurut anda, apa saja gejala TB Paru ?a. Batuk > 2 minggu, batuk berdahak dan bercampur darah, demam, keringat malam, nafsu makan menurun, berat badan turunb. Batuk disertai pilek, diare, nafsu makan meningkatc. Batuk dan tenggorokan gatal disertai nafsu makan meningkatd. Batuk < 2 minggu, sesak nafas disertai nafsu makan menurun

5. Menurut anda, kebiasaan apa yang dapat memperparah penyakit TB Paru ?a. Merokokb. Olahraga c. Makan sayur dan buahd. Kurang makan

6. Menurut anda, penyakit TB Paru dapat disembuhkan melalui?a. Pengobatan teratur disertai perbaikan lingkungan dan perubahan prilakub. Pengobatan tidak teratur disertai perbaikan lingkungan dan perubahan prilakuc. Dibiarkan sajad. Berobat ke dukun

7. Menurut anda, berapa lamakah waktu yang dibutuhkan dalam pengobatan tuberkulosis?a. 6 harib. 6 mingguc. 6 buland. 6 tahun

8. Menurut anda, cara terbaik untuk mencegah penularan TB Paru ke orang lain adalah?a. Menutup mulut/hidung saat batuk dan bersin & tidak membuang dahak di sembarang tempatb. Menutup mulut/hidung saat batuk dan bersin & membuang dahak di sembarang tempatc. Mencuci tangan setiap saat d. Membuka jendela setiap saat

9. Menurut anda, apakah penyakit TB Paru bisa dicegah dengan imunisasi ?a. Ya, dengan imunisasi HPVb. Ya, dengan imunisasi BCGc. Ya, dengan imunisasi Hep Bd. Tidak bisa dicegah dengan imunisasi

10. Menurut anda, apa akibat yang paling ditakutkan yang bisa terjadi pada penderita TB Paru?a. Batuk terus menerusb. Sesak nafas c. Gangguan kesuburand. Kerusakan paru dan penyebaran organ lain

Lampiran 2. Foto Kegiatan

STATUS UJIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIAPERIODE 12 MEI 2014 5 JULI 201424