spektrofotometer
-
Upload
hendrik-yoga -
Category
Documents
-
view
436 -
download
0
description
Transcript of spektrofotometer
MODUL 3
SPEKTROMETER SEDERHANA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. TUJUAN
Tujuan dari praktikum fisika dasar II “Spektrometer Sederhana” ini adalah:
1. Mempelajari garis-garis spektra atom dengan cara spektroskopi.
2. Memahami prinsip kerja spektrometer sederhana.
3. Menentukan indeks bias dari spektrum - spektrum gas/Lampu Hg.
1.2. ALAT DAN BAHAN
1. Spektrometer lengkap, terdiri dari:
a. Kolimator.
b. Meja kecil.
c. Teropong.
d. Jarum penunjuk/skala.
2. Prisma sama sisi dan sama kaki.
3. Sumber cahaya (lampu Hg).
4. Sistem tegangan tinggi untuk lampu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. TEORI DASAR
Pada umunya cahaya terdiri dari beberapa komponen warna dengan panjang
gelombang masing-masing. Jika cahaya datang pada salah satu sisi prisma, maka
akan terjadi penguraian warna dalam bentuk spektrum-spektrum. Gejala ini disebut
dispersi cahaya. Jadi Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya polikromatik
(putih) menjadi cahaya-cahaya monokromatik (me, ji, ku, hi, bi, ni, u) pada prisma
lewat pembiasan atau pembelokan. Peristiwa dispersi ini terjadi karena perbedaan
indeks bias tiap warna cahaya. Salah satu fenomena alam dispersi adalah
munculnya pelangi. Pelangi adalah spektrum sinar matahari yang diuraikan oleh
butir-butir air hujan.
Cahaya berwarna merah mengalami deviasi terkecil sedangkan warna ungu
mengalami deviasi terbesar. Sesuai dengan hukum Snellius. karena indeks bias yang
lebih besar untuk panjang gelombang yang lebih pendek, maka cahaya ungu akan
dibelokkan paling jauh dan merah akan dibelokkan paling dekat.
Hal ini membuktikan bahwa cahaya putih terdiri dari harmonisasi berbagai
cahaya warna dengan berbeda-beda panjang gelombang. Hal ini dapat diamati
melalui Spektrometer.
Spektrometer adalah alat yang dipakai untuk mengukur panjang gelombang
cahaya dengan akurat yaitu dengan menggunakan kisi difraksi. atau prisma untuk
memisahkan panjang gelombang cahaya yang berbeda. Sebuah prisma atau kisi kisi
mempunyai kemampuan untuk menguraikan cahaya menjadi warna warna
spektralnya. Indeks cahaya suatu bahan menentukan panjang gelombang cahaya
mana yang dapat diuraikan menjadi komponen komponennya. Untuk cahaya
ultraviolet adalah prisma dari kristal, untuk cahaya putih adalah prisma dari kaca,
untuk cahaya infrared adalah prisma dari garam batu.
Gambar 3.1. Dispersi cahaya pada prisma
Prinsip kerja dari Spektrometer adalah, cahaya di datangkan lewat celah
sempit yang disebut kolimator. Kolimator ini merupakan fokus lensa, sehingga
cahaya yang diteruskan akan bersifat sejajar. Cahaya yang sejajar, kemudian
diteruskan ke kisi untuk kemudian ditangkap oleh teleskope yang posisinya dapat
digerakkan. Pada posisi teleskope tertentu yaitu pada sudut θ, merupakan posisi
yang sesuai dengan terjadinya pola terang (pola maksimum), maka hubungan
panjang gelombang cahaya memenuhi persamaan :
λ = Sin θ . d/m
Dimana m adalah bilangan bulat yang merepresentasikan orde, dan d jarak
antara garis-gartis pada kisi. Dengan mengukur nilai θ, maka nilai panjang
gelombang (λ) dari cahaya dapat diukur.
Gambar 3.2. Spektrometer Prisma
Alat ini juga dapat dipakai untuk menentukan ada tidaknya jenis-jenis molekul
tertentu pada spesimen laboratorium dimana analisa kimia tidak dapat dipakai.
Sinar cahaya yang digunakan berupa lampu gas yang diberikan tegangan
tinggi, sehingga lampu akan memancarkan sinar-sinar dengan panjang gelombang
yang spesifik (tergantung jenis gas yang digunakan.
Dengan meletakkan lampu gas (Hg) di depan Kolimator, maka sinar yang
menuju ke arah salah satu sisi prisma akan membentuk spektrum pada sisi lain.
Spektrum ini dapat diamati melalui teropong dan diketahui kedudukannya dengan
membaca skalanya.
Gambar 3.2. Skema Spektrometer
Jika spektrum diketahui panjang gelombangnya, maka spektrometer ini dapat
digunakan untuk menentukan panjang gelombang spektrum zat yang belum
diketahui. Untuk lampu Hg paling sedikit ada Sembilan garis spektrum, diantaranya
dengan panjang gelombang sebagai berikut:
No
.Warna λ (Å)
1 Merah 6234
2 Merah 6152
3 Kuning 5700
4 Kuning 5770
5 Hijau 5461
6 Hijau – biru 4916-4539
7 Biru 43348
8 Violet 4078
9 Violet 4047
Tabel 3.1. Garis spektrum lampu Hg
Jika ditinjau dari susunan spektrumnya, maka :
a) Indeks bias (n) : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
b) Deviasi (δ) : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
c) Frekuensi (f) : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
d) Energi photon (Eph) : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
e) Panjang gelombang (λ ) : Ungu terkecil sedang merah terbesar.
f) Kecepatan (v) : Ungu terkecil sedang merah terbesar.
Sudut yang dibentuk antara deviasi sinar merah (deviasi terkecil) dan sudut
deviasi sinar ungu (deviasi terbesar) dinamakan sudut dispersi (ω) atau disebut juga
dispersi fraunhofer
2.2. PEMBIASAN PADA PRISMA
Prisma adalah benda bening (transparan) terbuat dari gelas yang dibatasi oleh
dua bidang permukaan yang membentuk sudut tertentu yang berfungsi
menguraikan (sebagai pembias) sinar yang mengenainya. Permukaan ini disebut
bidang pembias, dan sudut yang dibentuk oleh kedua bidang pembias disebut sudut
pembias (β). Cahaya yang melalui prisma akan mengalami dua kali pembiasan, yaitu
saat memasuki prisma dan meninggalkan prisma. Jika sinar datang mulamula dan
sinar bias akhir diperpanjang, maka keduanya akan berpotongan di suatu titik dan
membentuk sudut yang disebut sudut deviasi. Jadi, sudut deviasi ( δ ) adalah sudut
yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang mula-mula dengan sinar yang
meniggalkan bidang pembias atau pemantul.
Gambar 3.2. Sudut deviasi pada pembiasan prisma
Pada segiempat ABCE berlaku hubungan:
β + ∠ABC = 180o
Pada segitiga ABC berlaku hubungan:
r1+i2 +∠ABC = 180o
Sehingga diperoleh hubungan:
β+ ∠ABC = r1 +i2 +∠ABC
β= r1 + i2 .......... (1)
dengan: β = sudut pembias prisma
i2 = sudut datang pada permukaan 2
r1 = sudut bias pada permukaan 1
Pada segitiga ACD, ADC + CAD + ACD = 180o dengan CAD = i1 – r1 dan ACD =
r2 – i2, sehingga berlaku hubungan:
ADC + (i1 – r1) + (r2 – i2) = 180o
ADC = 180o + (r1 + i2) – (i1 + r2)
Jadi, sudut deviasi (δ) adalah:
δ = 180o – ADC
= 180o – [180o + (r1 + i2) – (i1 + r2)]
= (i1 + r2) – (r1 + i2)
Diketahui β = r1 + i2 (persamaan (1)), maka besar sudut deviasi yang terjadi
pada prisma adalah:
δ = (i1 + r2) – β ............ (2)
dengan: δ = sudut deviasi
i1 = sudut datang mula-mula
r2 = sudut bias kedua
β = sudut pembias
Sudut deviasi berharga minimum ( δ= 0) jika sudut datang pertama (i1) sama
dengan sudut bias kedua (r2). Secara matematis dapat dituliskan syarat terjadinya
deviasi minimum ( δm ) adalah i1 = r2 dan r1 = i2, sehingga persamaan (2) dapat
dituliskan kembali dalam bentuk:
δm = (i1 + i1) –β
= 2i1 – β
i1 = δm + β /2 ............. (3)
Selain itu, deviasi minimum juga bisa terjadi jika r1 = i2,maka dari persaman (3)
diperoleh:
β = r1 + r1 = 2r1
r1 = β/2 .......................... (4)
Bila dihubungkan dengan Hukum Snellius diperoleh:
n1.sin i1 = n2.sin r1
sin i1/sin r1 = n2/n1
Masukkan i1 dari persamaan (3) dan r1 dari persamaan (4) sehingga:
Sin i1/sinr1 = n2/n1 n2/n1 = sin ½ (β + δm) / sin ½ β
sin ½ (β + δm) = sin ½ β . n2 / n1 …………….(5)
Untuk sudut pembias yang kecil (β< 15o):
δm = [(n2/n1) – 1] β ……………….(6)
Jika n1 = udara, maka n1 = 1, sehingga persamaan di atas menjadi:
δm = (n2-1) β .................. (7)
dengan: n1 = indeks bias medium
n2 = indeks bias prisma
β = sudut pembias (puncak) prisma
δm = sudut deviasi minimum
2.3. SUDUT DISPERSI
Sudut dispersi merupakan sudut yang dibentuk antara deviasi sinar satu
dengan sinar lain pada peristiwa dispersi (penguraian cahaya). Sudut ini merupakan
selisih deviasi antara sinar-sinar yang bersangkutan. Jika sinar-sinar polikromatik
diarahkan
pada prisma, maka akan terjadi penguraian warna (sinar monokromatik) yang
masingmasing sinar mempunyai deviasi tertentu. Selisih sudut deviasi antara dua
sinar adalah sudut dispersi, .
Gambar 3.3. Dispersi sinar merah terhadap sinar ungu
Sebagai contoh, pada Gambar 3.3 dapat dinyatakan:
a) deviasi sinar merah δm =(nm -1) β
b) deviasi sinar ungu δu =(nu -1) β
Dengan demikian, dispersi sinar merah terhadap ungu sebesar:
= δu - δm .............. (8)
= (nu – 1)β – (nm – 1)β
= (nu – nm) β............................. (9)
dengan: = sudut dispersi
nu = indeks bias warna ungu
nm = indeks bias warna merah
β = sudut pembias prisma
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Memasang lampu Hg pada sistem tegangan tinggi.
2. Mengatur letak lampu dibelakan celah kolimator sehingga sinar sampai ke
prisma. Lalu menghubungkannya dengan sumber tegangan.
3. Mengatur fokus teropong sehingga dapat melihat benda di tak terhingga.
4. Mengatur letak dan celah kolimator sehingga spektrum yang terjadi cukup
tajam dan spektrum tampak bersama-sama dengan pembagian skala.
5. Mencatat kedudukan teropong untuk semua garis spektrum lampu Hg.
6. Mencatat kuat dan lemahnya garis-garis spektrum (intensitasnya).
7. Meletakkan prisma sama sisi di atas meja spektrometer dengan mengubah
kadudukan teropong. Mencari kedudukan spektrumnya pada kedua sisi
(kanan dan kiri). Mencatat kedudukan skala pada teropong.
8. Mencatat kedudukan teropong hingga terlihat pantulan cahaya oleh kedua
sisi prisma.
9. Mengganti prisma dengan prisma yang sama kaki, kemudian mengulangi
percobaan no. 5 dan 6 dengan cara yang sama
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA DATA
4.1. DATA DAN PENGAMATAN
No. Warna
Deviasi minimum Dmin ( 0) Panjang
gelombang λ
(Angstrom Å)
β = 600 β = 900
Sisi 1 Sisi 2 Sisi 1 Sisi 2
1 Merah 138,50 146,00 155,20156,2
06234
2 Jingga 138,00 145,70 155,00156,1
06152
3 Kuning 138,00 145,50 154,80156,0
05790
4 Hijau muda 137,00 145,30 154,50155,8
05770
5 Hijau 136,50 145,00 154,40155,7
05461
6 Biru 136,00 144,80 154,10155,5
04358
7 Ungu 135,50 144,60 153,90155,2
04047
Tabel 3.2. Data Hasil Percobaan
4.2. PERHITUNGAN
4.2.1. Indeks Bias Prisma
Rumus : n = sin ½ (β + δm) / sin ½ β
Dimana: n = indeks bias
β = sudut puncak prisma
δm = deviasi minimum
No
.Warna
Deviasi minimum δm ( 0)
Indeks bias (n)β = 600
Sisi 1 Sisi 1 Rata-rata
1 Merah 138,50 146,00 142,25 1,962
2 Jingga 138,00 145,70 141,85 1,964
3 Kuning 138,00 145,50 141,75 1,964
4 Hijau muda 137,00 145,30 141,15 1,966
5 Hijau 136,50 145,00 140,75 1,967
6 Biru 136,00 144,80 140,40 1,968
7 Ungu 135,50 144,60 140,05 1,969
Tabel 3.3. Perhitungan indeks bias prisma 600
No
.Warna
Deviasi minimum δm ( 0)
Indeks bias (n)β = 900 (A)
Sisi 1 Sisi 1 Rata-rata
1 Merah 155,20 156,20 155,70 1,188
2 Jingga 155,00 156,10 155,55 1.189
3 Kuning 154,80 156,00 155,40 1,190
4 Hijau muda 154,50 155,80 155,15 1,192
5 Hijau 154,40 155,70 155,05 1,192
6 Biru 154,10 155,50 154,80 1,194
7 Ungu 153,90 155,20 154,55 1.196
Tabel 3.4. Perhitungan indeks bias prisma 900
4.2.2. Kurva Dispersi
Prisma dengan β = 600
No. Panjang gelombang (λ)
Indeks bias (n)
1 4047 Å 1,9692 4358 Å 1,9683 5461 Å 1,9674 5770 Å 1,9665 5790 Å 1,9646 6152 Å 1,9647 6234 Å 1,962
Tabel 3.5. Hubungan panjang gelombang dan indeks bias prisma 600
4047 Å 4358 Å 5461 Å 5770 Å 5790 Å 6152 Å 6234 Å1,958
1,960
1,962
1,964
1,966
1,968
1,970
Kurva Dispersi
Panjang gelombang
Inde
ks b
ias
Grafik 3.1. Kurva Dispersi prisma 600
Prisma dengan β = 900
No. Panjang gelombang (λ)
Indeks bias (n)
1 4047 Å 1,1962 4358 Å 1,1943 5461 Å 1,1924 5770 Å 1,1925 5790 Å 1,1906 6152 Å 1,1897 6234 Å 1,188
Tabel 3.6. Hubungan panjang gelombang dan indeks bias prisma 900
4047 Å 4358 Å 5461 Å 5770 Å 5790 Å 6152 Å 6234 Å1,1841,1861,1881,1901,1921,1941,1961,198
Kurva Dispersi
Panjang gelombang
Inde
ks b
ias
Grafik 3.1. Kurva Dispersi prisma 900
4.2.3. Daya Dispersi masing-masing warna
1. Prisma β = 600
No
.Warna
Panjang gelombang (λ)
(Angstrom Å)
Indeks
bias (n)Daya Dispersi (D)
D = n/λ
1 Merah 6234 1,962 3,147 . 10-4
2 Jingga 6152 1,964 3,193 . 10-4
3 Kuning 5790 1,964 3,392 . 10-4
4 Hijau muda 5770 1,966 3,407 . 10-4
5 Hijau 5461 1,967 3,602 . 10-4
6 Biru 4358 1,968 4,516 . 10-4
7 Ungu 4047 1,969 4,865 . 10-4
Tabel 3.7. Perhitungan Daya Dispersi prisma 600
2. Prisma β = 900
No
.Warna
Panjang gelombang (λ)
(Angstrom Å)
Indeks
bias (n)Daya Dispersi (D)
D = n/λ
1 Merah 6234 1,188 1,906 . 10-4
2 Jingga 6152 1.189 1,933 . 10-4
3 Kuning 5790 1,190 2,055 . 10-4
4 Hijau muda 5770 1,192 2,066 . 10-4
5 Hijau 5461 1,192 2,183 . 10-4
6 Biru 4358 1,194 2,740 . 10-4
7 Ungu 4047 1.196 2,955 . 10-4
Tabel 3.8. Perhitungan Daya Dispersi prisma 900
4.2.4. Dispersi Fraunhofer
3. Prisma β = 600
Diketahui : nb = indeks bias warna biru = 1,194
nm = indeks bias warna merah = 1,188
nk = indeks bias warna kuning = 1,190
Ditanyakan : Daya dispersi Fraunhofer = ω
Jawab: Rumus: ω = nb- nm / nk – 1
= 1,194 – 1,188 / 1,190 – 1
= 6,224 . 10-3
4. Prisma β = 900
Diketahui : nn = indeks bias warna biru = 1,968
nm = indeks bias warna merah = 1,962
nk = indeks bias warna kuning = 1,964
Ditanyakan : Daya dispersi Fraunhofer = ω
Jawab : Rumus: ω = nb – nm / nk – 1
= 1,968 – 1,962 / 1,964 – 1
= 3,157 . 10-2
4.3. PEMBAHASAN1. Hasil yang
BAB VKESIMPULAN
1. Hasil yang didapat dari percobaan adalah sebagai berikut:1.1. Prisma β = 600
No
.Warna
Panjang gelombang (λ)
(Angstrom Å)
Indeks
bias (n)Daya Dispersi (D)
1 Merah 6234 1,962 3,147 . 10-4
2 Jingga 6152 1,964 3,193 . 10-4
3 Kuning 5790 1,964 3,392 . 10-4
4 Hijau muda 5770 1,966 3,407 . 10-4
5 Hijau 5461 1,967 3,602 . 10-4
6 Biru 4358 1,968 4,516 . 10-4
7 Ungu 4047 1,969 4,865 . 10-4
Tabel 3.9. Hasil percobaan untuk prisma 600
1.2. Prisma β = 900
No
.Warna
Panjang gelombang (λ)
(Angstrom Å)
Indeks
bias (n)Daya Dispersi (D)
1 Merah 6234 1,188 1,906 . 10-4
2 Jingga 6152 1.189 1,933 . 10-4
3 Kuning 5790 1,190 2,055 . 10-4
4 Hijau muda 5770 1,192 2,066 . 10-4
5 Hijau 5461 1,192 2,183 . 10-4
6 Biru 4358 1,194 2,740 . 10-4
7 Ungu 4047 1.196 2,955 . 10-4
Tabel 3.10. Hasil percobaan untuk prisma 900
2. Dari percobaan diketahui bahwa garis-garis warna spektrum atom merkuri (Hg) berada pada jangkauan sinar tampak, yaitu antara 4000Å - 7000Å
3. Dari percobaan diketahui bahwa:a) Indeks bias (n) : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
b) Deviasi minimum (δm) : Ungu terkecil sedang merah terbesar.
c) Panjang gelombang (λ ) : Ungu terkecil sedang merah terbesar.
d) Daya dispersi (D) : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
4. Prinsip kerja dari Spektrometer adalah, cahaya di datangkan lewat celah sempit
yang disebut kolimator. Kolimator ini merupakan fokus lensa, sehingga cahaya
yang diteruskan akan bersifat sejajar. Cahaya yang sejajar, kemudian diteruskan
ke kisi untuk kemudian ditangkap oleh teleskope yang posisinya dapat
digerakkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Halliday, Resnick. 1985. Fisika, Edisi III jilid II, Terjemahan Silaban dan
Sucipto. Jakarta: Erlangga
2. http://wahyuriyadi.blogspot.com/2008/10/perbedaan-spektrometri-dan.html
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Dispersi
4. http://alifis.wordpress.com
TUGAS AKHIR
1. Turunkan rumus-rumus yang digunakan !2. Terangkan secara singkat kerjanya spektrometer yang dipergunakan!
Jawaban:
1.
Pada segiempat ABCE berlaku hubungan:
β + ∠ABC = 180o
Pada segitiga ABC berlaku hubungan:
r1+i2 +∠ABC = 180o
Sehingga diperoleh hubungan:
β+ ∠ABC = r1 +i2 +∠ABC
β= r1 + i2 .......... (1)
dengan: β = sudut pembias prisma
i2 = sudut datang pada permukaan 2
r1 = sudut bias pada permukaan 1
Pada segitiga ACD, ADC + CAD + ACD = 180o dengan CAD = i1 – r1 dan ACD =
r2 – i2, sehingga berlaku hubungan:
ADC + (i1 – r1) + (r2 – i2) = 180o
ADC = 180o + (r1 + i2) – (i1 + r2)
Jadi, sudut deviasi (δ) adalah:
δ = 180o – ADC
= 180o – [180o + (r1 + i2) – (i1 + r2)]
= (i1 + r2) – (r1 + i2)
Diketahui β = r1 + i2 (persamaan (1)), maka besar sudut deviasi yang terjadi
pada prisma adalah:
δ = (i1 + r2) – β ............ (2)
dengan: δ = sudut deviasi
i1 = sudut datang mula-mula
r2 = sudut bias kedua
β = sudut pembias
Sudut deviasi berharga minimum ( δ= 0) jika sudut datang pertama (i1) sama
dengan sudut bias kedua (r2). Secara matematis dapat dituliskan syarat terjadinya
deviasi minimum ( δm ) adalah i1 = r2 dan r1 = i2, sehingga persamaan (2) dapat
dituliskan kembali dalam bentuk:
δm = (i1 + i1) –β
= 2i1 – β
i1 = δm + β /2 ............. (3)
Selain itu, deviasi minimum juga bisa terjadi jika r1 = i2,maka dari persaman (3)
diperoleh:
β = r1 + r1 = 2r1
r1 = β/2 .......................... (4)
Bila dihubungkan dengan Hukum Snellius diperoleh:
n1.sin i1 = n2.sin r1
sin i1/sin r1 = n2/n1
Masukkan i1 dari persamaan (3) dan r1 dari persamaan (4) sehingga:
Sin i1/sinr1 = n2/n1 n2/n1 = sin ½ (β + δm) / sin ½ β
sin ½ (β + δm) = sin ½ β . n2 / n1 …………….(5)
2. Prinsip kerja dari Spektrometer adalah, cahaya di datangkan lewat celah
sempit yang disebut kolimator. Kolimator ini merupakan fokus lensa, sehingga
cahaya yang diteruskan akan bersifat sejajar. Cahaya yang sejajar, kemudian
diteruskan ke kisi untuk kemudian ditangkap oleh teleskope yang posisinya
dapat digerakkan.
TUGAS PENDAHULUAN
1. Apakah yang dimaksud dengan dispersi cahaya itu ?
2. Terangkan terjadinya spektrum cahaya pada prisma ?
3. Apakah fungsi dari kolimator dan jelaskan !
Jawaban:
1. Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya polikromatik (putih) menjadi
cahaya-cahaya monokromatik (me, ji, ku, hi, bi, ni, u) lewat pembiasan atau
pembelokan. Peristiwa dispersi ini terjadi karena perbedaan indeks bias tiap
warna cahaya.
2. Spektrometer adalah alat yang dipakai untuk mengukur panjang gelombang
cahaya dengan akurat yaitu dengan menggunakan kisi difraksi. Atau prisma
untuk memisahkan panjang gelombang cahaya yang berbeda. Sebuah prisma
atau kisi kisi mempunyai kemampuan untuk menguraikan cahaya menjadi
warna warna spektralnya. Indeks cahaya suatu bahan menentukan panjang
gelombang cahaya mana yang dapat diuraikan menjadi komponen
komponennya. Cahaya berwarna merah mengalami deviasi terkecil
sedangkan warna ungu mengalami deviasi terbesar. Sesuai dengan hukum
Snellius. karena indeks bias yang lebih besar untuk panjang gelombang yang
lebih pendek, maka cahaya ungu akan dibelokkan paling jauh dan merah
akan dibelokkan paling dekat.
3. Kolimatur merupakan suatu celah sempit. Kolimator ini merupakan fokus
lensa, sehingga cahaya yang diteruskan akan bersifat sejajar. Dengan
meletakkan lampu gas (Hg) di depan Kolimator, maka sinar yang menuju ke
arah salah satu sisi prisma akan membentuk spektrum pada sisi lain.