sop-spm bhp 8

25
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) STANDAR PELAYANAN MEDIS (SPM) DAN HUKUM OLEH H.M. HADI SAPOETRA

description

SOP medik

Transcript of sop-spm bhp 8

Page 1: sop-spm bhp 8

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) STANDAR PELAYANAN MEDIS

(SPM) DAN HUKUM

OLEH H.M. HADI SAPOETRA

Page 2: sop-spm bhp 8

PENDAHULUANDengan berlakunya UU No. 29 / 2004: Praktik

Kedokteran, tuduhan malpraktIk medik makin marak / setiap saat muncul berita di berbagai

media masa.

MALPRAKTIK MEDIKMenurut WL.Prosser (The Law of Torts), adanya malpraktik medik apabila dalam kontrak terapetik

Dokter – Pasien terjadi:• upaya dokter ≠ standar prosedur / Med. SOP• pengingkaran perjanjian• musibah akibat pengingkaran• musibah itu dapat dibuktikan

Page 3: sop-spm bhp 8

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

• Deklarasi Lisbon 1981:– pasien berhak menerima / menolak tindakan

pengobatan stlh menerima cukup informasi – tiap individu adalah majikan bagi dirinya

sendiri– walaupun dokter yakin manfaat / perlunya

tindakan pengobatan, tetapi hukum tidak membernarkan tindakan itu dilakukan bila pasien tidak menghendakinya (dianggap penganiayaan),

utk mencegah tuduhan penganiayaan, perlu SOP

Page 4: sop-spm bhp 8

DEFINISI SOP• Ketentuan (hkm / peraturan) protap standar yg

harus dipatuhi oleh para profesional (bukan hanya dr.) dlm melaks. tugas

• An established procedure to be followed for a given operation or situation (American Heritage Illustrated Encyclopedic Dict.)

• Black’s Law Dict. Standard of Care: “In law of negligence, that degree of care which a reasonably prudent person should exercise in same or similar circumstances. If a person’s conduct falls below such standard, he may be liable in damages for injuries or damages resulting from his conduct”

Page 5: sop-spm bhp 8

BERBAGAI JENIS SOP RUMAH SAKIT

• RS terdapat berbagai pelayanan (medis + non medis) tiap jenis pelayanan harus mempunyai SOP masing-masing

• Di RS Yan Med paling sering terjadi masalah gugatan / tuntutan, biasanya o.k. ‘human error’ SPM + Med. SOP RS amat diperlukan

Page 6: sop-spm bhp 8

NON MED. SOP RS

• Administrasi: perbankan / akuntansi• Teknik listrik padam• Bahaya kebakaran• Bag. Gizi / Catering• Bag. Laundry• Keagamaan / Pemulasaraan Jenazah• Dll.

Page 7: sop-spm bhp 8

MED. SOP RS

• Penerimaan Penderita• Sistem PPGD; - Triase; - Pulang paksa • Kematian di UGD; - Penderita tak dikenal• Tiba mati / Death on Arrival (DOA)• Sistem Rujukan …!; - Asuransi• Kasus kriminal; Perkosaan; Pelayanan

Visum et Repertum; Rahasia Medis; - Rekam Medis; - Cuti Sakit; - R/ Narkotika; dsb.

Page 8: sop-spm bhp 8

TUJUAN / MANFAAT SPM - MED. SOP RS

• Keamanan / kenyamanan Pasien• Payung hukum bagi pelaksana / Dokter

• Kontrak terapetik ≠ resultaat verbintenis (aman sepanjang dilakukan

sesuai SPM + Med. SOP)• terkadang SOP (terpaksa) tdk dipatuhi

o.k. kelainan anatomis tbh manusia / pasien (azas) pembuktian terbalik !

(med. record hrs lengkap !)

Page 9: sop-spm bhp 8

PEMBUATAN - TUJUAN SPM / MED. SOP

ORG. PROF/IDI MENKES RI

DRAF STANDAR YAN MEDIS

SK MENKES

SK MENKES 436/’93 STANDAR YANMED RS

KOMED RS DIR RS

SPM / MED SOP RS

PASIEN AMAN/NYAMAN

PAYUNG HKM PELAKSANA/DR

Page 10: sop-spm bhp 8

DASAR PEMBUATAN MED. SOP• Declaration of Helsinki 1964: “The Right to Information”;

Declaration of Human Rights 1948: “the Rights to Health Care & the Right to self Determination”,

• UU 23 / ’92: Kesehatan Ps. 59: Mutu Yankes RS sbg pertimbangan perijinan RS; UU No. 29 / 2004: Pradok,

• KUHPid (Ps. 344, 345, 48, dst.); KUHPer (Ps.1320, 1365, 1366, dst.),

• KEPMENKES 436 / ’93: Standar Yan RS dan Standar Yanmed di RS.,

• PERMENKES 585 / ’89: PTM / Informed Consent 21 th. (Cat: buku Pedoman Pelaks. Kodeki dari MKEK Pusat, Pasal 10 salah),

• KEP DIRJENYANMED No. HK 00 06 3 5 1866: Pedoman PTM / Informed Consent,

• KEP DIRJENYANMED HK 00 06 3 5 3018: Yang mempunyai kewenangan membuat Med. SOP RS adalah KOMED (dibantu Panitia Hkm),

• Yurisprudensi

Page 11: sop-spm bhp 8

PANCASILA UU 23/1992 : Kes

UU 13/2003 : NakerUU Per; UU Pid

UU 29/2004: Pradok, dst UUD 45

TAP MPR

PP, KEPRES, PERMENINST. MEN, KEP. DIRJEN, PERDA, KEP KA RAH, DLL

Hukum Positif

Indonesia

Sgl. Btk SOP termasuk Med. SOP

Page 12: sop-spm bhp 8

HUKUM KESEHATAN – AKREDITASI RS

Masuk awal abad XX HK. KESHosp. Law Med. Law Nurse Law

+ bbg. Atur Indonesia sejak kasus Dr. S /1981

+ HAM Hub. Kontrak

Hub. Karitatip / Paternalistik (pre abad XX) Stlh abad XX (-) langgar yan / tuntutan

+

Hak kewajiban para Pihak

(RS / Dr. / Pm X Pasien

Uu 23/92 : KES Ps. 59 : mutu Yan ijin

UU Prakt Kedokteran

• Kepmenkes 558/ ‘84 (Struk. Org) tugas Sie Akreditasi RS• Permenkes 159 b / ‘88 cara akreditasi RS• Kepmenkes 436 / ’93 std. yan RS / Med / Wat ; pasal-pasal UU Prakt Kedokteran

Akreditasi RS SOP – SOP (Ps. 53 UU 23/ ‘92

Page 13: sop-spm bhp 8

APLIKASI SOP RS.

A. SOP TIDAK SAH / DILANGGAR1. SOP TIDAK SAH:

• Prosedur Yan Forensik dlm buku SPM 1992-1996 Kepmenkes 436/’93 ≠ SPM / Med. SOP SOP Yan Forensik seharusnya dibuat berdasar pasal-pasal KUHAP,

• Perhitungan Hari Rawat berdasar tanggal (RS.A) bertentangan dengan pasal KUHPid / UU No. 13/2003,

• Dll.

Page 14: sop-spm bhp 8

2. Inadekuasi Informasi Informed Consent

– Kasus Muhidin v. Dr. Husaini / RSUD Syamsuddin – Sukabumi sblm operasi mata dilakukan, tidak dilakukan informed consent secara adekwat

– Kasus Agus S. v. Dr. Dwi / RSUD Bekasi dr. Dwi tidak pernah menjelaskan bhw dlm tbh pasien sengaja ditinggal selang katheter pasien menggugat / menuntut

Page 15: sop-spm bhp 8

3. Mendiagnosis kurang teliti

• Dr. Polisi yg divonis bersalah o.k. tidak melakukan pemeriksaan secara teliti salah diagnosis pasien meninggal. Pasien yang o.k. kecelakaan lalin & tidak sadar, oleh dr. Polisi diperintahkan pindah dari rawatan RS ke Rutan o.k. menurutnya tidak sadar o.k. miras. Di Rutan pasien tetap tidak sadar dikembalikan ke RS CT Scan # tl. cranium massive pasien † Dr. Polisi divonis bersalah

• Kasus Rudyanto v. Dr. Tety / RSUD Kardinah – Tegal: Pasien R. (20 th.) yang minta dirawat o.k. trauma kepala, ditolak oleh dr. Tety (dr. Jaga RS.), dg. alasan tidak apa-apa. Namun sampai di rumah keadaan R semakin memburuk kembali lagi ke RS † sblm mendapat pertolongan di UGD. Dituduh kurang hati-hati / teliti Dr. Tety + RS dituntut ganti rugi Rp.1 Milyar

Page 16: sop-spm bhp 8

4. Kasus Akiko v Zr. Ida / RSIA Evasari– Oleh karena kecerobohan Zr. Ida membuka

verban dg menggunakan gunting bedah jari kelinking Akiko putus terpotong. Dir. RS., Zr. Ida dituntut ganti rugi Rp. 6 Milyar, vonis hakim Rp. 30 juta tanggung renteng RS., Zr. Ida (respondeat superior)

5. Kasus kematian bayi MH– Bayi MH dijanjikan dirawat di RS. yg tidak memiliki

alat yg sesuai (bedrog) unsur medik, pidana / perdata maupun pelanggaran Etika (PR 8 Mei 2003, Mingguan Bom No. 214 Th. V. 5-11 Mei 2003 tidak disidangkan) Komed harus peduli

Page 17: sop-spm bhp 8

B. SESUAI SOP

1. Kasus Dr. Setianingrum– Dr. Setianingrum yg telah divonis bersalah oleh

Pengadilan Negri Pati + Pengadilan Tinggi Semarang, oleh MA dinyatakan bebas dari segala gugatan / tuntutan. Ny. Rukmini yg meninggal o.k. suntikan, telah sebelumnya diberikan obat secara l.a. / sesuai SOP MA membebaskan dari segala tuduhan (vrijspraak),

2. Kasus Martinez– Martinez, seorang wanita manula yg sedang

menderita peny berat / dlm stad terminal tlh menolak pengobatan lbh lanjut utk memperpanjang hidupnya yg penuh kesakitan berat. Pengadilan memutuskan Dr. / RS tidak dp dituntut oleh ahli waris pasien o.k. tlh menyetujui permintaan pasien yg menolak tindakan / pengobatan.

Page 18: sop-spm bhp 8

3. Kasus Euthanasia– Karen Ann Quinlan yg tlh 10 thn koma, atas

ijin pengadilan diperbolehkan untuk dilepas respiratornya

– Anak Benyamin (4 th) dlm keadaan koma, kepala bagian belakang hancur o.k. kecelakaan lalu-lintas oleh pengadilan dr. / RS diijinkan melepas respiratornya.

4. Kasus lain – Kasus Sukma Ayu– Dll.

Page 19: sop-spm bhp 8

KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA (KKI)• Pada 7 Sept. 2004 RUU Praktik Kedokt. Tahun 2000 disahkan UU No. 29/2004: Pradok• Dengan disahkannya UU Prakt. Ked. KKI

(dibentuk di Jkt. 13 Juni 2000) otomatis berfungsi

• Dlm KKI tdp. 6 Komite:1. Komite Registrasi2. Komite Peradilan3. Komite Eksekutif4. Komite Standar5. Komite IPTEK 6. Komite Pendidikan

Page 20: sop-spm bhp 8

STANDAR PELAYANAN MEDIS (SPM)

SPM merupakan produk yang lebih berdasarkan pada ‘policy’ dari Health Manager ( = Princeps …)Kompetensi Pembuatan SPM:• Org. Profesi (IDI) / PB IDI KKI (terakhir telah dibuat

buku SPM untuk 300 jenis penyakit)• Komite Medik RS SPM di tiap RS tidak selalu sama,

bahkan di SARKES TNI memiliki SPM tersendiriAzas Hukum Pembuatan SPM:• itikad baik, - manfaat, - kepantasan• Princeps legibus solutus est (IDI / Komed RS =

Princeps)

Page 21: sop-spm bhp 8

DASAR HUKUM - LEGALITAS SPM

Dasar Hukum Berlakunya SPM:• Kepmenkes No. 436 / 1993: Berlakunya Standar

Pelayanan RS dan SPM di RS• Kepmenkes No. 595 / 1993: SPMLegalitas Pelaksanaan SPM (meski SPM ≠ norma

jabaran UU / concrete normgeving):• Pelaksanaan SPM = Kontrak (Terapetik) / Pasal

1320-1321 KUHPer: - sepakat, - niat baik, - halal, dsb. (SPM = sesuatu yang halal)

• Informed Consent: (+) / sepakat Pasien – Dr.

Page 22: sop-spm bhp 8

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN– Di setiap RS diperlukan adanya SPM dan Med. SOP,– Medical SOP adalah merupakan concrete

normgeving dari peraturan / perundangan khususnya di bidang Kedokteran,

– Pembuatan materi SPM adalah kompetensi IDI / Komite Medik RS dan lebih merupakan health policy yang berdasarkan berbagai azas hukum,

– Makin maraknya gugatan / tuntutan malpraktik medik saat sekarang, perlu dicegah dengan kepatuhan terhadap materi SPM dan Med. SOP guna melaksanakan SPM tsb. (SPM = hukum materil; Med. SOP = hukum formil).

Page 23: sop-spm bhp 8

S A R A N• Dibantu Panitia Hukum / Etika, Komite Medik Rumah

Sakit membuat SOP berdasar hukum positip yang berlaku, termasuk UU Praktik Kedokteran,

• Ketua Komite Medis yang dipilih oleh rapat pleno anggota SMF, di samping senior, hendaknya memahami peraturan / hukum kesehatan,

• Semua SOP disosialisasikan ke seluruh karyawan terkait,

• SOP yang baik, perlu dibuat melalui supervisi Tim Surveyor KARS,

• Komite Medik Rumah Sakit yang merupakan kepanjangan tangan dari MKEK IDI mempunyai fungsi / tugas / kewenangan independent. Salah satu dari tugas Komite Medik Rumah Sakit adalah bertanggungjawab terhadap pelaksanaan etika dan profesi,

• Berhubung hal tersebut,di atas, Komite Medis Rumah Sakit harus senantiasa mengadakan komunikasi dengan IDI setempat,

• Komite Medik sebaiknya memiliki Statuta tersendiri.

Page 24: sop-spm bhp 8

DAFTAR PUSTAKA• Agus S. Lubis, dkk., Buku Terapi Standar ABRI

Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Puskes ABRI, Jakarta, 1996;

• Damopoli, EF, dkk., Buku Terapi Standar ABRI Penyakit Anak, Puskes ABRI, Jakarta, 1996;

• Depkes RI, Pedoman Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia, Depkes RI, Jakarta, 1994;

• Hadi S., HM., Pembuatan Med. SOP RS Harus Berdasarkan Hukum Positip Yang Tengah Berlaku, Pro Justitia, Tahun XXII No. 1, Januari, 2004;

• Ikatan Dokter Indonesia, Standar Pelayanan Medis, Dirjen Yanmed Depkes RI, Jakarta, 1993;

• Henry Campbell Black, Black’s Law Dict., Sixth Edition, West Group, St. Paul, USA, 1990;

• Komisi Akreditasi RS dan Sarana Kesehatan Lainnya (KARS), Pedoman Survei Akreditasi Instrumen 5 (lima), 7 (tujuh), 4 (ampat) Pelayanan, KARS, Jakarta, 2003;

Page 25: sop-spm bhp 8

TERIMA KASIH