Socio Economic Accouting

21
A. Timbulnya Social Economic Accounting ( SEA ) Kemajuan industry setelah Perang Dunia II dan munculnya Negara sebagai actor dalam peningkatan kualitas hidup menimbulkan berbagai macam isu yang justru dapat juga merusak kualitas hisup. Hal ini menjadi obyek sorotan para ahli dan para pengambil keputusan. Salah satu kesulitan yang dihadapi dalam menilai penyakit sosial ini adalah ketiadaan media pengukur arithmetic Of Quality. hal ini tergambar dari pernyataan A.W. Clausen, mantan direktur World Bank sbb : saya sampaikan bahwa salah satu alas an yang paling kuat atas ketiadaan respons kita terhadap isu penyakit social itu dan penyebab kebingungan kita terhadap penyelesaiannya adalah ketiadaan ukuran kualitas.” Ukuran ini penting sehingga setiap unit pemerintah aupun perusahaan mengetahui berapa jauh efek kegiatan lembaganya mempengaruhi kualitas hidup manusia apakah berdampak positif atau negative. B. Definisi Social economic Accounting ( SEA ) SEA masih merupakan fenomena baru dalam ilmu akuntansi, dan sering ditafsirkan sama dengan Social Accounting ( SA ) yang dihubungkan dengan National Income Accounting. Para ahli juga telah banyak memberikan definisi dan dalam tulisan ini saya akan kutip definisi dari Ahmed Belkaoui, satu-satunya penulis buku tentang Socio Economic Accounting. Beliau menyatakan bahwa : “SEA timbul dari penerapan akuntansi dalam ilmu social, ini menyangkut pengaturan, pengukuran analisa dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan social dari kegiatan pemerintah dan perusahaan. Hal ini termasuk kegiatan yang bersifat

Transcript of Socio Economic Accouting

Page 1: Socio Economic Accouting

A. Timbulnya Social Economic Accounting ( SEA )

Kemajuan industry setelah Perang Dunia  II dan munculnya Negara sebagai actor dalam

peningkatan kualitas hidup menimbulkan berbagai macam isu yang justru dapat juga merusak

kualitas hisup. Hal ini menjadi obyek sorotan para ahli dan para pengambil keputusan. Salah satu

kesulitan yang dihadapi dalam menilai penyakit sosial ini adalah ketiadaan media pengukur

arithmetic Of Quality.  hal ini tergambar dari pernyataan A.W. Clausen, mantan direktur World

Bank sbb :

“ saya sampaikan bahwa salah satu alas an yang paling kuat atas ketiadaan respons kita

terhadap isu penyakit social itu dan penyebab kebingungan kita terhadap penyelesaiannya

adalah ketiadaan ukuran kualitas.”

Ukuran ini penting sehingga setiap unit pemerintah aupun perusahaan mengetahui berapa

jauh efek kegiatan lembaganya mempengaruhi kualitas hidup manusia  apakah berdampak 

positif atau negative.

B.     Definisi Social economic Accounting ( SEA )

SEA masih merupakan  fenomena baru dalam ilmu akuntansi, dan sering ditafsirkan sama

dengan Social Accounting ( SA ) yang dihubungkan dengan National Income Accounting. Para

ahli  juga  telah banyak memberikan definisi dan dalam tulisan ini saya akan kutip definisi dari

Ahmed Belkaoui, satu-satunya penulis buku tentang Socio Economic Accounting. Beliau

menyatakan bahwa :

“SEA timbul dari penerapan akuntansi dalam ilmu social, ini menyangkut pengaturan,

pengukuran analisa dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan social dari kegiatan pemerintah

dan perusahaan. Hal ini termasuk kegiatan yang bersifat mikro dan makro. Pada tingkat makro

bertujuan untuk mengukur  dan mengungkapkan kegiatan ekonomi dan social Negara mencakup

social accounting dan reporting, peranan akuntansi dalam pembangunan  ekonomi. Pada

tingkat mikro bertujuan untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan

terhadap lingkunganya, mencakup : financial dan managerial social accounting, social

auditing”.

C.    Pendorong Munculnya SEA

Literature dalam ilmu social, ilmu sosiologi, dan khusunya kegiatan-kegiatan social

merupakan saksi dan penyebab yang mendorong timbulnya SEA. Seperti perubahan sikap para

Page 2: Socio Economic Accouting

ahli dan pengambil keputusan terhadap peranan business dan unit pemerintahan dalam kaitanya

dengan efek social yang ditimbulkanya. Adanya kecenderungan beralihnya perhatian pada

kesejahteraan individu kearah kesejahteraan social. Kecenderungan yang bergerak dari kegiatan

mencari keuntungan sebesar-bsarnya tanpa melihat efek sampingan kearah mencari laba yang

berwawasan lingkungan. Timbulnua departemen ( unit ) pemerintahan yang mengurus

lingkungan hidup, juga sejalan dengan kemunculan SEA. Kecenderungan itu semua dapat kita

lihat dari beberapa paradigm berikut ini :

1.      Kecenderungan Terhadap Kesejahteraan Sosial

Sejarah menunjukkan bahwa kelangsungan hidup manusia,kesejahteraan masyarakat yang

sebenarnya hanya dapat lahir dari sikap kerja sama antar unit-unit masyarakat itu sendiri. Negara

tidak bias hidup sendiri tanpa partisipasi rakyatnya, perusahaan juga tidak akan maju tanpa

dukungan langganannya maupun lingkungan sosialnya. Kenyataan ini semakin disadari dan

semakin dibutuhkan pertanggungjawabanya. Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang

keterkaitan saling pengaruh mempengaruhi antara Negara dan rakyatnya, antara perusahaan dan

masyarakatnya, maka SEA ini sangat berperan.

2.      Kecenderungan Terhadap Kesadran Lingkungan

Dalam literature paradigma  ini dikenal dengan  the human exceptionalism paradigm  menuju

the new environment paradigm. Paradigm yang pertama menganggap bahwa manusia adalah

makhluk  unik dibumi iniyang memiliki kebudayaan sendiri yang tidak dapat dibatasi oleh

kepentingan makhluk lain.  Sebaliknya, paradigm yang terakhir menganggap bahwa manusia

adalah makhluk diantara bermacam-macam makhluk yang mendiami bumi yang saling

mempunyai keterkaitan dan sebab akibat dan dibatasi oleh sifat keterbatasan dunia itu sendiri,

baik social, ekonomi dan politik. 

3.      Perspektif Ekosistem

Orientasi yang terlalu di arahkan kepada pembangunan ekonomi,efisiensi, profit maximization

menimbulkan krisis ekosistem. Gejala ini menaruh perhatian para ahli sehingga muncul

kelompok-kelompok yang menamakan dirinya penyelamat lingkungan seperti Greenpeace,

lembaga konsumen, dll.

Salah satu kelompok tingkat dunia yang menaruh perhatian terhadap ekosistem ini adalah  club

of rome  yang terkenal dengan pendapatnya : “ Limits To Growth, salah satu putra terbaik kita

Page 3: Socio Economic Accouting

Alm.Dr.Soedjatmoko, mantan Rektor University PBB di jepang, termasuk salah seorang

anggotanya.

4.      Ekonomisasi vs Sosialisasi

Ekonomisasi mengarahakan perhatian hanya kepada kepuasan individual sebagai suatu unit yang

selalu mempertimbangkan  cost dan benefit tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat.

Sebaliknya, sosialisasi memfokuskan perhatiannya terhadap kepentingan social dan selalu

mempertimbangkan efek social yang ditimbulkan oleh kegiatanya. Walaupun sosialisasi ini

belum tampak nyata, namun pengaruh pemerintah dan tekanan social cenderung menguntungkan

kepentingan social. Akhirnya perlu alat ukur sampai berapa jauh pengaruh perusahaan terhadap

masyarakat.

Ø  Sikap Mengatasi Penyakit Social

Penyakit social yang ditimbulkan oleh pengaruh kegiatan Negara dan business perlu

ditanggulangi secara tepat dan terah salah satu upaya kearah itu adalah perlunya standar atau

ukuran tentang kualitas pengaruh kegiatan itu. Disamping itu tentunya sikap baru yang muncul

belakangan ini yang cenderung kearah memperhatikan kesejahteraan social perlu didukung dan

dimantapkan bahkan perlu diratifikasi dan diistitusionalisasi. Hubungan perusahaan masyarakat

harus diserasikan dengan jalan keterlibatkan perusahaan untuk memperbaiki ketimpangan social

masyarakat. Hal ini sudah banyak dimulai oleh banyak perusahaan di Indonesia, antara lain

keterlibatan perusahaan dalam pembersihan air limbah akibat industrinya , keterlibatannya dalam

kegiatan  Olah Raga, Dakwah, Pendidikan, bantuan terhadap bencana aloam, memberikan

beasiswa, dan sebagainya. Dan hal lain telah diatur oleh UU Lingkungan hidup yang sudah

diberlakukan itu.

D.    Konsep Social Economic Accounting ( SEA )

Konsep pengukuran , penilaian, dalam SEA ini masih dalam proses pembahasan para ahli. Dan

FASB sendiripun belum mengambil sikap yang tegas dalam persoalan ini. Namun SEC

khususnya tentang polusi telah mewajibkan perusahaan untuk mendisclosurenya. Dipihak lain

AAA,AICPA telah membentuk komite dan telah mengeluarkan laporan yang lumayan lengkap

tentang SEA. Di USA kantor akuntan Ernst & Ernst telah melakukan penelitin sejak tahun 1971

tentang keterlibatan social perusahaan yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan.

Beberapa hal yang diungkapkan adalah :

1.      Lingkungan :

Page 4: Socio Economic Accouting

Ø  Polusi,

Ø  Pencegahan kerusakan lingkungan konservasi sumber-sumber alam dll.

2.      Energy :

Ø  Konservasi energy,

Ø  Penghematan dll.

3.      Praktek usaha yang fair :

Ø  Merekrut pegawai dari minoritas peningkatan kemampuannya,

Ø  Penggunaan tenaga wanita.

Ø  Pembukaan unit usaha diluar negeri dll.

4.      Sumber tenaga manusia :

Ø  Kesehatan dan keamanan pegawai,

Ø  Training dll.

5.      Keterlibatan terhadap masyarakat :

Ø  Kegiatan masyarakat sekitar,

Ø  Bantuan kesehatan,

Ø  Pendidikan, dan

Ø  Seni , dll.

6.      Produksi :

Ø  Keamanan produk,

Ø  Mengurangi polusi,

Ø  Keracunan, dll.

Disamping variable diatas penulis lain banyak lagi yang menyinggung antara lain :

“Keterlibatan dengan kegiatan pemerintah, kejujuran terhadap konsumen, meningkatkan

informasi mengenai perusahaan dan produk, peningkatan pendidikan masyarakat, menghargai

hak asasi, pembangunan sarana prasarana desa / kota, pembangunan tempat rekreasi,

peningkatan perhatian terhadap kebudayaan dan seni dan lain-lain”.

Hal ini semua dapat kita manfaatkan untuk mengukur keterlibatan perusahaan dalam

kegiatan masyarakat dan tentu dapat ditambahlagi sesuai keadaan kita di Indonesia seperti

peningkatan prestasi Olahraga,kegiatan keagamaan dan Da’wah, pendirian Lembaga Pendidikan,

dan sebagainya.

Page 5: Socio Economic Accouting

Ø  Etika dan Tanggung Jawab Social Perusahaan

Pertanyaan yang selalu muncul dalam debat ilmiah tentang peran bisnis adalah : Apakah

perusahaan sebagai suatu lembaga unik yang tujuannya mencari laba dan kadang disebut sebagai

“ Binatang Ekonomi”. Wajib memiliki etika dan tanggung jawab social sebagaimana manusia

yang beragama? Bagaimana menurut paham capital? Dan bagaimana pula paham kita sebagai

Negara pancasila? Jawaban atas pertanyaan ini merupakan suatu hal yang akan menentukan

kemungkinan eksistensi SEA dalam lingkungan social masyarakatnya. Dengan kata lain, dalam

masyarakat yang berpaham bahwa perusahaan tidak perlu memiliki etika dan tanggung jawab

social, maka SEA relatifi  tidak perlu. Sebaliknya, paham yang menganggap perusahaan

memiliki etika dan tanggung jawab social berpendapat bahwa SEA mempunyai peranan yang

cukup penting. SEA sebagaimana dijelaskan dimuka, merupakan penerapan akuntansi dalam

ilmu social yang menyangkut pengaturan, pengukuran, analisis, dan pengungkapan pengaruh

ekonomi  dan social dari kegiatan pemerintah dan perusahaan.

E.     Perusahaan dan Keterlibatan Perusahaan

Ada beberapa model dan kecenderungan tentang keterlibatan perusahaandalam kegiatan social.

Sepanjang penelitian kepustakaan, ada tiga pandangan atau model yang menggambarkan tentang

keterlibatan perusahaan dalam kegiatan social. Ketiga model tersebut antara lain :

1.      Model Klasik

Pendapat ini,yang berkembang pada abad ke-19, bertitik tolak pada konsep persaingan sempurna

dimana perilaku ekonomi terpisah dan berbeda dengan bentuk dan jenis perilaku yang lain.

Tujuan perusahaan hanya untuk mencari untung yang sebesar-besarnya. Criteria keberhasilan

perusahaan diukur oleh daya guna dan pertumbuhan. Menurut pendapat ini, usaha yang

dilakukan perusahaan semata-mata hanya untuk memenuhi permintaan pasar dan mencari untung

yang akan dipersembahkan kepada pemilik modal.

2.      Model Manajemen

Menurut pendapat ini, perusahaan dianggap sebagai lembaga permanen yang hidup dan punya

tujuan tersendiri. Manajer sebagai orang yang dipercayai  oleh pemilik modal menjalankan

perusahaan untuk kepentingan bukan saja pemilik modal tetapi juga mereka yang terlibat

langsung dengan hidup matinya perusahaan seperti : karyawan, langganan, supplier, dan pihak

lain yang ada kaitannya dengan perusahaan yang tidak semata-mata didasarkaan atas adanya

Page 6: Socio Economic Accouting

hubungan kontrak perjanjian.( Frank X.Suttin et.al,1956). Dengan demikian manajer sebagai

team yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup perusahaan terpaksa memilih kebijakan

yang harus mempertimbangkan tanggung jawab social perusahaan mengingat ketergantungannya

dengan pihak lain yang juga punya andil dalam pencapaian tujuan perusahaan yang tidak hanya

memikirkan setoran buat pemilik modal.

3.      Model Lingkungan Sosial

Model ini menekankan bahwa perusahaan meyakini bahwa kekuasaan ekonomi dan politik yang

dimilikinya mempunyai hubungan dengan kepentingan (bersumber) dari lingkungan social dan

bukan hanya semata dari pasar sesuai dengan teori atau model klasik. Konsekuensinya

perusahaan harus berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan penyakit social yang berada

dilingkungan seperti : system pendidikan yang tidak bermutu, pengangguran, polusi, perumahan

kumuh, transportasi yang tidak teratur,  keamanan dll. Kalau model klasik punya tujuan utama

untuk mensejahterakan pemilik modal  dan model manajemen mensejahterakan manajemen,

dalam model ini perusahaan harus memperluas tujuan yang harus dicapainya yaitu yang

mencakup kesejahteraan social secara umum ( Ahmed Belkaoui,1980 ).

Ø  Kearah Eksistensi Etika dan Tanggung Jawab Social Perusahaan

Dalam literature telah banyak dibahas tentang sikap perusahaan terhadap etika dan tanggung

jawab social. Mulai dari tanpa keterlibatan, keterlibatan terbatas, sampai kepada keterlibatan

total terhadap lingkungan sosialnya. Ahmed Belkaoui dengan cara sistematis mengelompokkan

batasan ini dalam lima kategoriyang seirama dengan ketiga model yang disajikan diatas ( Ahmed

Belkaoui, SEA,1984 ). Berikut ini kita sajikan berturut sebagai berikut :

1.      Tanggung jawab perusahaan hanya terbatas  pada usaha mencari laba yang maksimal. Jika

perusahaan dapat mengumpulkan laba yang yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan efek

sosialnya, berarti perusahaan sudah memenuhi panggilan tugasnya sebagai badan usaha.

2.      Disamping tujuan mencari untung, perusahaan juga harus memperhatikan pihak-pihak tertentu

dengan siapa ia mempunyai kepentingan. Hal ini dicontohkan dengan perbaikan kesejahteraan

karyawan, manajemen, menjalin hubungan baik dengan kelompok masyarakat tertentu, dan lain-

lain.

3.      Perusahaan melepaskan diri dari tujuan hanya mencari laba dengan memperluas tanggung

jawab manajemen. McGuire menggambarkan potret perusahaan sebagai berikut :

Page 7: Socio Economic Accouting

“ide tanggungjawab social disini dimaksudkan bahwa perusahaan tidak hanya punya tanggung

jawab ekonomi dan hokum, tetapi juga tanggungjawab tertentu terhadap social diluar kewajiban

utamanya. Perusahaan harus punyaperhatian terhadap politik, dalam mensejahterakan

masyarakatnya, dalam memperbaiki pendidikan, dalam mensejahterakan karyawan, dan lain-

lain yang bersangkut paut dengan itu. Rasanya, hal ini berarti bahwa perusahaan harus

berperilaku sebagaimana seorang penduduk yang baik. (Joseph W.McGuire,Business anf

Society, 1963).

4.      Dalam kelompok ini, tanggungjawab social perusahaan mencakupi hal yang bersifat ekonomi

dan nonekonomi. Dalam kategori ini dikenal tiga pusat lingkaran. Yaitu sbb :

Ø  Lingkaran dalam

Ø  Lingkaran tengah

Ø  Lingkaran luar

5.      Tanggung jawab social diperluas melewati batas tanggungjawab dan mencakupi keterlibatan

total terhadap tugas-tugas social. Prakash Sethi merumuskan bentuk ini dalam tiga dimensi

yaitu :

Ø  Social obligation merupakan tanggungjawab perusahaan terhadap permintaan pasar sesuai

dengan ketentuan hukum.

Ø  Social responsibility menggerakan perusahaan sehingga segala tindakkanya sesuai dengan

norma,nilai dan harapan masyarakat yang berlaku.

Ø  Social responsiveness, merupakan respon perusahaan untuk menjawab issu yang akan timbul

dimasa datang. ( S.Prakash sethi,Academiy of Management Review,1979 ).

6.      Kategori keenam ini merupakan variasi  semua pengertian yang diliput oleh literature tentang

bentuk dan batasan tanggung jawab social perusahaan diatas. Kita di Indonesia tentu belum

punya batasan yang jelas tentangtanggungjawab social ini yang mestinya perlu dipikirkan.

Namun yang jelas, nampaknya terlepas apa motifnya, di Indonesia  sudah banyak perusahaan 

yang punya perhatian dan keterlibatan dengan lingkungan sosialnya.

F.     Pro Kontra Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Persoalan apakah perusahahaan perlu mempunyai tanggung jawab social atau tidak masih terus

perdebatan ilmiah. Masing-masing mengemukakan pendapat dan dukungannya dan mengklaim

bahwa idenyalah yang benar. Berikut ini adalah alas an para pendukung agar perusahaan

memiliki etika dan tanggung jawab social :

Page 8: Socio Economic Accouting

1.      Keterlibatan social merupakan respons terhadap keinginan dan harapan masyarakat terhadap

peranan perusahaan. Dalam jangka panjang, hal ini sangat menguntungkan perusahaan.

2.      Keterlibatan social mungkin  akan mempengaruhi perbaikan lingkungan, masyarakat, yang

mungkin akan menurunkan biaya produksi.

3.      Meningkatkan nama baik perusahaan, akan menimbulkan simpati langganan, simpati

karyawan, investor dan lain-lain.

4.      Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat. Campur tangan

pemerintah cenderung membatasi peran perusahaan, sehingga jika perusahaan memiliki

tanggung jawab social mungkin dapat menghindari pembatasan kegiatan perusahaan.

5.      Dapat meninjukkan respons positif perusahaan terhadap  norma dan nilai yang berlaku dalam

masyarakat. Sehingga mendapat simpati masyarakat.

6.      Sesuai dengan keinginan para pemegang saham dalam hal ini public.

7.      Mengurangi tensi kebencian masyarakat kepada perusahaan yang kadang-kadang suatu

kegiatan yang dibenci masyarakat tidak mungkin dihindari.

8.      Membantu kepentingan nasional, seperti konservasi alam, pemeliharaan barang seni budaya,

peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja dll.

Dipihak lain alasan para penantang yang tidak menyetujui konsep tanggung jawab social

perusahaan ini adalah sbb :

1.      Mengalihkan perhatian perusahaan dari tujuan utamanya dalam mencari laba. Ini akan

menimbulkan pemborosan.

2.      Memungkinkan keterlibatan perusahaan terhadap permainan kekuasaan atau politik secara

berlebihan yang sebenarnya bukan lapangannya.

3.      Dapat menimbulkan lapangan bisnis yang monolitik bukan yang bersifat pluralistic.

4.      Keterlibatan social memerlukan dan dan tenaga yang cukup besar yang tidak dapat dipenuhi

oleh dana perusahaan yang terbatas, yang dapat menimbulkan kebangkrutan atau menurunkan

tingkat pertumbuhan perusahaan.

5.      Keterlibatan pada kegiatan social yang demikian kompleks memerlukan tenaga dan para ahli

yang belum tentu dimiliki oleh perusahaan ( Ahmed Belkaoui, SEA,, 1984 ).

Ø  Bentuk Keterlibatan Sosial

Bentuk kegiatan itu adalah sbb :

Page 9: Socio Economic Accouting

1.      Lingkungan Hidup

a.       Pengawasan terhadap efek polusi

b.      Perbaikan pengrusakan alam, konservasi alam,

c.       Keindahan lingkungan

d.      Pengurangan suara bising

e.       Penggunaan tanah

f.       Pengelolaan sampah dan air limbah

g.      Riset dan pengembangan lingkungan

h.      Kerjasama dengan pemerintah dan universitas

i.        Pembangunan lokasi rekreasi, dll

2.      Energy

a.       Konservasi energy yang dilakukan perusahaan

b.      Penghematan energy dalam proses produksi, dll

3.      SDM  dan Pendidikan

a.       Keamanan dan kesehatan karyawan.

b.      Pendidikan karyawan

c.       Beasiswa

d.      Bantuan pada sekolah

e.       Pendirian sekolah, dll

4.      Praktek Bisnis yang jujur

a.       Memperhatikan hak-hak karyawan

b.      Wanita

c.       Jujur dalam iklan

d.      Kredit

e.       Servis

f.       Produk

g.      Dan jaminan

h.      Selalu mengontrol kualitas produk dll.

5.      Membantu Masyarakat Lingkungan

a.       Memanfaatkan tenaga ahli perusahaan dalam mengatasi masalah social di lingkungan.

b.      Tidak campur tangan dalam struktur masyarakat.

Page 10: Socio Economic Accouting

c.       Membangun klinik kesehatan.

d.      Sekolah

e.       Rumah ibadah

f.       Perbaikan rumah/kota

g.      Sumbangan untuk kegiatan social masyarakat, dll

6.      Kegiatan Seni dan Kebudayaan

a.       Membantu lembaga seni dan budaya

b.      Sponsor kegiatan seni dan budaya

c.       Penggunaan seni dan budaya dalam iklan

d.      Merekrut  tenaga yang berbakat seni olahraga, dll

7.      Hubungan dengan Pemegang Saham

a.       Sifat keterbukaan direksi pada semua persero

b.      Peningkatan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan

c.       Pengungkapan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan social, dll

8.      Hubungan dengan Pemerintah

a.       Mentaati peraturan pemerintah

b.      Membatasi kegiatan lobbyng

c.       Mengontrol kegiatan politik perusahaan

d.      Membantu proyek dan kebijaksanaan pemerintah, dll

G.    Tanggung Jawab Social Perusahaan Di Indonesia

             Tanggung jawab social dan etika perusahaan di Indonesia sebenarnya tak perlu

diragukan. Hal ini terbukti dari keterlibatan perusahaan, baik langsung maupun melalui jalur

pemerintah atau badan-badan social dalam mengatasi penyakit social dan

memperbaiki/membantu sarana dan kegiatan social, seperti : mensponsori kegiatan olah raga,

pembersihan polusi dan air limbah, membantu korban bencana alam, mendirikan sarana

pendidikan, kesehatan, mendirikan sarana pengangkutan, membantu/melaksanakan kegiatan

keagamaan seperti pengajian, MTQ, beasiswa, pengembangan karier, dll.

             Namun kita juga tidak dapat menutup mata terhadap ulah sebagian perusahaan yang

merugikan kepentingan social, seperti : pengrusakan hutan, lingkungan, iklan palsu, jaminan

palsu, kualitas produk yang tidak benar, kekurangan informasi tentang produk, penipuan-

penipuan  lain, kebisingan, keracunan, dll.

Page 11: Socio Economic Accouting

             Kutipan dari Drucker sbb :

”tidak ada suatu lembaga yang hidup sendiri dan mati sendiri. Setiap orang/lembaga adalah

unsure yang tidak terpisah dari masyarakat dan hidup demi kepentingan masyarakat.

Perusahaan tidak terkecuali. Perusahaan yang bebas tidak dapat disebut sebagai baik untuk

perusahaan, ia hanya dapat dikatakan baik jika baik untuk masyarakat”. ( Peter F. Drucker,

Management : Task, Responsibilities, 1973), sementra

             Kutipan dari Belkaoui :

“perusahaan adalah penduduk dan harus menjadi penduduk yang baik”. ( Ahmed Belkaoui,

SEA, 1984).

Ø  Pengukuran dalam Socio Economic Accounting

Masalah pengukuran ini merupakan hal yang sangat rumit dalam SEA ini. Dalam akuntansi

konvensional jelas bahwa setiap transaksi  baru dapat dicatat jika sudah mempengaruhi posisi

keuangan perusahaan. Dalam SEA kita harus mengukur dampak positif ( social cost ) dan

dampak negative ( social negative ) yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan. Biasanya

dampak positif dan negative ini belum dapat dihitung karena memang transaksinya bersifat

“uncomplete cycles” non reciprocal dan belum mempengaruhi posisi keuangan perusahaan.

Salah satu akibat dari polusi udara adalah rusaknya kesehatan manusia yang antara

Lain menyebabkan kematian premature. Kematian premature ini disebabkan oleh berbagai hal

dan memerlukan biaya pengobatan, pencegahan dan sebagainya. Biaya inilah yang dihitung

sebagai komponen social cost. Dari sisi lain Midwest Research Institute ( MRI ) ( Belkaoui,1985

h.197 ). Melaksanakan studi tentang kaitan polusi udara dengan bahan, lingkungan, dan makhluk

hidup yang terkena polusi.

Kerugian ekonomis dari bahan yang menjadi polusi ditaksir dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

Q = P x N x F x R

Keterangan :

P           : Produk dalam dolar

N          : Umur ekonomis dari bahan yang dinilai berdasarkan penggunaannya

F           : Faktor rata-rata tertimbang sebagai presentase bahan yang menimbulkan polusi udara

Page 12: Socio Economic Accouting

R      : Faktor tenaga kerja yang menggambarkan nilai bahan yang dipakai dan nilai yang masih     ada.

         Kerugian yang terjadi  kepada tanah akibat polusi tadi dihitung dengan rumus :

L = Q x V

Keterangan :

Q      : Nilai bahan yang menyebabkan polusi sebagai mana rumus di atas.

V      : Nilai Interaksi tanah pertahun

Disinilah rumitnya menghitung dampak ekonomisnya itu. Karena semua dampak itu harus dinilai

dan sampai saat ini para ahli masih terus melakukan studi bagaimana menaksir kerugian itu. Para

aktivis lingkungan ternyata telah banyak membantu dalam melakukan penaksiran ini.

Namun demikian  sebagai informasi yang akan dilaporkan dalam Socio Economic reporting

dibuat berbagai metode pengukuran misalnya :

1.      Menggunakan penilaian dengan menghitung “ Opportunity Cost Approach”. Misalnya dalam

menghitung social cost dari pembuangan limbah, maka dihitung berapa kerugian manusia dalam

hidupnya, berapa berkurang kekayaanya, berapa kerusakan wilayah rekreasi, dll.

2.      Menggunakan daftar kuessioner, survey, lelang, dimana mereka yang merasa dirugikan

ditanyai berapa besar jumlah kerugian yang ditimbulkanya.

3.      Menggunakan hubungan antara kerugian missal dengan permintaan untuk barang perorangan

dalam menghitung jumlah kerugian masyarakat.

4.      Menggunakan rekreasi pasar dalam menentukan harga.

Sebagai pedoman berikut ini kita lihat bagaimana mengukur keuntungan suatu kawasan

rekreasi. Calawsen dan Knetsch ( Belkaoui 1985, p. 199 ) misalnya memberikan metode

pengukuran untuk menaksir keuntungan dari suatu kawasan rekreasi sbb :

1.      Metode Harga Maksimum ( Maximum price method )

2.      Metode Pengeluaran Kotor ( Gross Expenditure Method )

3.      Harga Pasar Ikan ( Market Value Of Fish Method )

4.      Metode Harga Pokok ( Cost Method )

5.      Metode Harga Pasar ( Market Value Method )

6.      Metode Interviu Langsung ( Direct Interview Method )

H.    Pelaporan

Pelaporan dalam SEA berarti memuat informasi yang menyangkut dampak positif atau negative

yang ditimbulkan oleh perusahaan. Berikut ini sekedar contoh Pelaporan SEA sbb :

Page 13: Socio Economic Accouting

PT Ezly Bazliyah

Socio Economic Operating Report

Per 31 desember 1993

( Dalam Ribuan )

                                                             I.         Kaitan dengan masyarakat :

A.    Perbaikan :

1.      Pelatihan orang cacat                                                   Rp. 20.000

2.      Sumbangan pada Lembaga Pendidikan                      Rp.   8.000

3.      Biaya Ekstra karena merekrut minoritas                      Rp. 10.000

4.      Biaya penitipan bayi                                                    Rp. 22.000

                                                                                    Total perbaikan           Rp. 60.000

B.     Kerusakan :

Penundaan pemasangan alat pengaman                       Rp. 28.000  _

Perbaikan ( bersih ) untuk masyarakat ( 1 )                 Rp. 38.000

                                                             II.      Kaitan Dengan Lingkungan

A.    Perbaikan :

1.      Reklamasi lahan dan pembuatan taman                       Rp. 140.000

2.      Biaya pemasangan control polusi                                Rp.     8.000

3.      Biaya pematian racun limbah                                       Rp.     18.000

Total perbaikan                                                           Rp. 166.000

B.     Kerusakan :

1.      Biaya  yang akan dikeluarkan untuk reklamasi pertambangan            Rp. 160.000

2.      Taksiran biaya pemasangan penetralan racun air         Rp. 200.000

Total kerusakan                                                           Rp.360.000 _

C.     Deficit ( II )                                                                 ( Rp.194.000 )

                                                          III.      Kaitan Dengan Produk

A.    Perbaikan :

Page 14: Socio Economic Accouting

1.      Gaji eksekutif sewaktu melayani Komisi Pengamatan Produk           Rp. 50.000

2.      Biaya pengganti cat beracun                                        Rp. 18.000

Total perbaikan                                                           Rp. 68.000

B.     Kerusakan :

1.      Pemasangan alat pengaman produksi                          Rp. 44.000  _

C.     Net perbaikan ( III )                                                                Rp. 24.000

Total socio economic deficit 1993 ( I + II + III )      ( Rp.138.000 )

Saldo kumulatif net perbaikan 1.01.93                        Rp.498.000

Saldo kumulatif net perbaikan 31.12.1993                  Rp.360.000