Economic Bubble Indonesia Waspada!!

30
Waspada!! “Economic BubbleSebagai Indikator Awal Krisis Moneter : Bisa Jadi, Indonesia Justru Sedang Diambang Krisis Keuangan! Gelembung Ekonomi atau “Economic Bubble” dapat muncul setiap saat, tanpa didahului terjadinya ketidakpastian harga dan aksi spekulasi. Fenomena globalisasi membuat krisis ekonomi di suatu negara langsung menciptakan ancaman krisis serupa di seluruh negara di dunia. Janganlah kita mudah terlena dengan indikasi ekonomi makro yang gemilang. Namun sesungguhnya keropos di dalam.

description

waspada

Transcript of Economic Bubble Indonesia Waspada!!

Page 1: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

Waspada!! “Economic Bubble” Sebagai Indikator Awal Krisis

Moneter : Bisa Jadi, Indonesia Justru Sedang Diambang Krisis Keuangan!

Gelembung Ekonomi atau “Economic Bubble” dapat muncul setiap saat,

tanpa didahului terjadinya ketidakpastian harga dan aksi spekulasi.

Fenomena globalisasi membuat krisis ekonomi di suatu negara langsung

menciptakan ancaman krisis serupa di seluruh negara di dunia.

Janganlah kita mudah terlena dengan indikasi ekonomi makro yang

gemilang. Namun sesungguhnya keropos di dalam.

Page 2: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

Ditengah krisis dunia sejak tahun 2008 yang akhirnya berkembang

secara global termasuk di AS dan Eropa, namun justru pendapatan

perekonomian dan daya beli rakyat dibeberapa negara seperti Cina, India

dan Indonesia semakin tinggi.

Banyak statistik membuktikan bahwa rakyat Indonesia semakin makmur,

dibidang otomotive dan property misalnya, kedua jenis produk itu dibeli

layaknya “kacang goreng”.

Di dunia otomotif, dari motor hingga mobil-mobil mewah berseliweran di

jalan, hingga blanko STNK pun habis tanpa stok saat mengurus

perpanjangan STNK dan harus menunggu beberapa bulan ke depan, gila!

ini terjadi hanya karena membludaknya pembelian otomotif di Indonesia.

Page 3: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

Masalah macet? bukan lagi terjadi

di kota besar, saat Lebaran misalnya, macet sudah seantero pulau-pulau

besar di Nusantara, melalui jalan-jalan antar provinsi di tiap pulaunya.

Harga properti dan tanah juga naik gila-gilaan, kawasan elite di Menteng

Jakarta misalnya, pada periode Mei 2013 tiap satu meter persegi sudah

mencapai hingga Rp. 100 juta lebih.

Tapi harga setinggi itupun tetap dibeli, harga-harga perumahan,

apartemen dan properti lainnya di Indonesia juga semakin naik tanpa

patokan yang jelas, tapi tetap dibeli dan terbeli oleh masyarakat. Luar

biasa daya beli masyarakat pada saat ini.

Masih ingat bagaimana orang-orang golongan ekonomi menengah ke

atas dengan perhiasan mencolok serta gadget terbaru yang

digenggamnya, masih mau dan rela mengantri di mall-mall sepanjang

lebih dari 100 meter hanya untuk dapat membeli sebuah sandal merk

Crocs?

Page 4: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

M asih ingat orang berebut mengantri panjang

bagaikan ular di setiap ada peluncuran handphone keluaran terbaru

dengan harga discount?

Harga sebuah sandal atau handphone yang kelewat mahal “tak masuk

akal” jauh dari biaya produksi hanya ada di Indonesia, karena

masyarakatnya sangat konsumtif terhadap merk-merk “kelas dunia”

tertentu diatas negara-negara lainnya.

Sehingga, banyak produsen handphone dan gadget meluncurkan produk

terbarunya justru di Indonesia. Selain konsumtif, Indonesia memang tak

berdampak signifikan oleh krisis monetar dunia yang belum pulih hingga

kini.

Indonesia merupakan salah satu market atau pasar potensial di dunia

dengan jumlah penduduk 250 juta, yang nyaris semuanya memakai

barang import. Berbeda dengan banyak negara lain yang penduduknya

jauh lebih banyak dibanding Indonesia, namun warganya tidak begitu

konsumtif apalagi terhadap suatu brand atau merk seperti warga

Indonesia.

Namun janganlah justru senang, BISA JADI inilah salah satu indikator

awal krisis moneter Indonesia sebentar lagi untuk ke depannya, ketika

harga-harga naik tanpa patokan, ketika rakyat tetap

membelinya, Economic bubble! Mirip Amerika Serikat saat terpuruk

ekonominya. Kredit macet perumahan tak terkira. PREPARE! Economic

bubble ahead!

Page 5: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

Gelembung ekonomi (economic bubble), atau gelembung spekulatif, atau

gelembung keuangan adalah “perdagangan dalam volume besar dengan

harga yang sangat berbeda dengan nilai intrinsiknya”.

Dalam kata lain, memperdagangkan produk atau aset dengan harga yang

jauh lebih tinggi atau lebih mahal daripada nilai fundamentalnya!

Walaupun beberapa ahli ekonomi menyangkal adanya gelembung

ekonomi, tapi penyebab gelembung ekonomi tetap menjadi tantangan

untuk diteliti bagi mereka yang yakin bahwa harga aset sangat sering

menyimpang dari nilai intrinsiknya.

Page 6: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

Meskipun ada banyak penjelasan tentang penyebab gelembung ekonomi,

namun belakangan ini diketahui bahwa gelembung ekonomi dapat

muncul bahkan tanpa didahului ketidakpastian, spekulasi, atau

rasionalitas terbatas!

Penjelasan lain mengatakan gelembung ekonomi mungkin akhirnya

disebabkan oleh proses koordinasi harga atau norma-norma sosial yang

baru muncul.

Pengamatan nilai intrinsik sering sulit dilakukan dalam keadaan nyata di

pasar, sehingga gelembung yang terjadi sering hanya dapat dikenali

dengan pasti secara retrospektif, ketika terjadi penurunan harga secara

tiba-tiba.

Keadaan anjloknya harga seperti

itu sering disebut juga sebagai Keruntuhan (crash) atau “pecahnya

gelembung” (boom economic).

Fase “boom economic” maupun resesi dalam suatu ekonomi gelembung

adalah contoh-contoh dari mekanisme “umpan balik positif” yang

membedakannya dari mekanisme “umpan balik negatif” yang

menentukan harga keseimbangan dalam keadaan pasar normal.

Harga-harga dalam gelembung ekonomi dapat berfluktuasi dengan tidak

menentu, dan menjadi tidak mungkin untuk memprediksinya hanya

berdasarkan penawaran dan permintaan saja.

Page 7: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

Ahli ekonomi menggunakan istilah “gelembung” untuk peningkatan

harga aset secara ekstrem berdasarkan harapan kenaikan harga pada

masa depan dan tanpa dukungan fundamental ekonomi dan lazimnya

diikuti kenyataan yang bertolak belakang dari harapan, dan anjloknya

harga-harga.

Contoh-Contoh Gelembung Ekonomi di Indonesia dan di Dunia

Sebagai contoh-contoh kecil, masih ingatkah Anda saat mewabahnya

berbagai produk “dengan harga gila dan aneh” di Indonesia yang tak

masuk akal beberapa tahun lalu?

Ikan Louhan, hanya karena motif berwarna gelap yang ada disisi samping badannya dan mirip tulisan

sesuatu, harganya bisa mencapai milyaran rupiah. Kini tak ada lagi kabar tentang bisnis ini.

Masih ingat saat Indonesia evoria dan demam ikan Louhan? Seekor ikan

Louhan bisa berharga ratusan juta hingga milyaran, hanya karena

terdapat “mirip tulisan” tertentu pada corak berwarna gelap yang ada

disamping badannya dan hanya dapat terlihat berupa titik-titik abstrak

disamping badannya, dengan begitu harganya mencapai milyaran rupiah.

Begitu pula dengan ikan Louhan yang bentuk fisiknya cacat sejak lahir,

ketidaksempurnaan bentuk tubuhnya juga dapat dihargai jutaan rupiah.

Lalu, bagaimana gilanya harga seekor tokek? Tokek yang diyakini dapat

menyembuhkan AIDS, maka tokek dijual mahal, tokek merupakan

binatang yang saat itu banyak dicari keberadaannya oleh sejumlah

masyarakat.

Pasalnya, jenis reptil yang masuk golongan cecak besar suku Gekkonidae

itu memiliki harga jual tinggi di pasaran. Harga tokek yang memiliki

Page 8: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

berat 4 ons bisa dijual lebih dari Rp 500 juta rupiah hingga milyaran

rupiah.

Dengan iming-iming akan mendapatkan keuntungan besar, sejumlah

masyarakat berlomba-lomba untuk berbisnis tokek. Dari tokek kecil

dibeli dengan harga mahal, lalu dijual lagi dengan harga lebih mahal,

begitu seterusnya, selalu dibeli oleh orang yang bukan membutuhkannya,

tapi hanya karena bisnisnya.

Tokek, yang masuk golongan cecak besar suku Gekkonidae, pada masa lalu memiliki harga jual sangat

tinggi di pasaran karena diyakini bisa menyembuhkan AIDS. Harga tokek yang besar isyunya bisa dijual

lebih dari 1 milyar rupiah. Kini tak ada lagi kabar tentang bisnis ini.

Hingga pada pembeli tokek terakhir inilah, tokek hasil pembeliannya itu

akhirnya tak laku lagi dijual, tak ada pembeli lain yang berani

membelinya dengan harga sangat tinggi. Yang laku untuk diekspor justru

yang hanya berukuran biasa.

Bagaimana pula dengan harga sebuah tanaman Anthurium beberapa

tahun lalu? Gelembung harga hingga ratusan juta rupiah tanaman talas-

talasan (Aracaceae) berlabel Anthurium, yang booming pada sekitar

Page 9: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

tahun 2004-2007, membuat beberapa kalangan masyarakat kaya

mendadak, dan sebaliknya, miskin mendadak!

Itu terjadi karena migrasi tingkat pendapatan, dari kalangan pejabat

pemerintah yang kaya dan berpunya dari perkotaan dengan tabungannya

jutaan rupiah, berpindah ke kalangan petani bunga di desa pedalaman

dan kaki pegunungan, yang bahkan sebelumnya tak paham caranya bikin

rekening tabungan di bank (waktu itu tak banyak orang desa punya

rekening, bank biasanya cuma ada di kota).

Penawaran suplai terbesar tamanam yang datang dari desa-desa, dan

permintaan terbesar datang dari perkotaan, atau ibu kota Jakarta, yang

kebanyakan tidak mengerti hukum ekonomi pasar, permintaan dan

penawaran, serta rekayasa sosial kelangkaan komoditas (oleh para

pemain lama di pasar), untuk mengendalikan tingkat harga.

Anthurium andraeanum, pohon dari zaman dahulu kala yang biasanya ada disemak-semak hutan ini,

anehnya, harganya sempat sangat mahal. Kini tak ada lagi kabar tentang bisnis ini.

Bagaimana bisa tanaman sejenis talas ini,Anthurium, yang biasanya

tumbuh liar, atau ditanam sebagai penghias ruangan di rumah-rumah itu

harganya bisa membumbung sampai puluhan kali lipat dari tingkat

pendapatan perkapita masyarakat Indonesia pada umumnya?

Page 10: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

Semua itu karena setiap barang bisa dihargai atau divaluasi oleh pasar,

dan pasar dibangun dari dua komponen utama, yaitu penawaran (supply)

dan permintaan (demand).

Kurva akan berusaha mencari tingkat keseimbangan (equilibrium),

antara permintaan dan penawaran, dan secara ekonomi pergeseran itu

bisa sangat liar, tak terkendali.

Gelembung ekonomi tanaman talas Anthuriumini sebenarnya model

kasus yang meniru persis kasus gelembung ekonomi Bunga Tulip di

Belanda, pada periode 1636- 1637, tahun yang sama awal-awal kapal

dagang VOC mendarat di tanah Jawa.

Kasusnya seakan menggelikan, konyol tapi nyata, oleh karena itu pakar

ekonomi sering melabelnya dengan : Teori Kegilaan Massal,

atau Kebodohan Besar, saat manusia bisa berlomba membeli bunga

atau tanaman, dengan harga yang setara dengan rumah mewah, di

zamannya.

Tulip sebenarnya bukanlah

tanaman asli Belanda (di dataran rendah/ Nederland), walaupun mungkin

sampai sekarang menjadi ikon utama negeri itu, selain kincir angin.

Tulip aslinya dari kawasan Asia Tengah, yang pertama kali dikultivasikan

pada sekitar tahun 1000, oleh para botanis dan ahli pertamanan

Kesultanan Turki Usmaniyah.

Popularitas Tulip sebagai komoditas dengan nilai ekonomi meningkat,

dengan bertambah eratnya relasi perdagangan antara Turki Usmaniyah

dengan kerajaan-kerajaan di tanah Eropa, utamanya Tahta Suci Romawi.

Kultivasi Tulip di Belanda dimulai oleh satu orang botanis, mantan ahli

taman Kaisar Maximilian II, yang membangun taman botani kerajaan di

Wina, Austria, bernama Claudius Clusius. Pada 1594, Tulip tumbuh

Page 11: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

pertama kali di tanah Eropa, setahun setelah kedatangan Claudius di

Belanda.

Interest rate & value stock of assests curve

Selama periode 1594 sampai 1637 Tulip menjadi komoditas ekonomi

berharga tinggi di Eropa, simbol status sosial, dan tentunya langka,

karena ini syarat pertama sebuah barang bisa dimainkan

kurva equilibrium-nya.

Bunga Tulip yang indah menjadi simbol sosial kalangan atas, para

bangsawan dan borjuis Eropa, membuat permintaan terus meningkat

pesat, dan sesuai hukum pasar, maka penawaran harus mengimbangi

untuk terbentuknya harga yang disepakati.

Tumbuhnya permintaan Tulip jauh lebih cepat daripada tingkat

produktivitasnya. Siklus hidup Tulip butuh 7 sampai 12 tahun untuk

pembibitan hingga panen bunga.

Untuk mengendalikan harga Tulip, pedagang Tulip menggunakan cara

baru, yaitu dengan model surat berharga, yang dikeluarkan setiap musim

dingin, hingga pembeli bisa mendapatkan produknya di musim panas.

Page 12: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

Bunga Tulip, yang sempat menghancurkan perekonomian Belanda dimasa lalu akibat dari ‘economic bubble’.

Surat berharga itu dibuat berdasarkan prediksi kualitas bibit, dan

tentunya prediksi harga yang pantas di masa depan, atau subprime

lending. Peredaran instrumen transaksi, berupa surat hutang, membuat

peningkatan nilai agregat nominal hutang, yang tidak diimbangi dengan

transaksi riil, pertukaran barang (Tulip) dengan uang (alat tukar resmi).

Lambatnya siklus produksi Tulip yang sangat tidak sebanding dengan

jumlah pertumbuhan permintaannya, sangat berkontribusi untuk

terjadinya gelembung ekonomi yang berpuncak pada tahun 1636- 1637.

Tulip price index

Page 13: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

Pada awalnya yang berjudi dengan pertumbuhan harga Tulip hanya

kalangan pedagang, lalu demam Tulip ini merambah ke kalangan

bangsawan dan orang kaya, bahkan masyarakat umum, karena adanya

harapan bahwa pembelian hari ini, akan bisa dijual dengan harga

berlipat pada bulan- bulan berikutnya.

Pada Januari 1637, harga sepucuk Tulip menyentuh harga 6000 Florins

atau setara 1,8 juta USD pada masa kini (kurs April 2013) sedangkan

pendapatan perkapita di Belanda saat itu di angka 150 Florins atau

setara 45,000 USD (kurs April 2013 ).

Pada Februari 1637, terjadi penjualan Tulip dalam jumlah besar yang

diikuti dengan panik massal penjualan stok Tulip secara beruntun oleh

para pelaku pasar, harga Tulip pun anjlok, sama dengan harga seonggok

bawang putih, di kala itu.

Talas Anthurium jelas punya kesamaan model kasus, banyak petani di

kaki gunung yang kaya mendadak, karena ulah spekulan di perkotaan.

Namun selebihnya, banyak ibu- ibu istri pejabat, yang telanjur

menanamkan uangnya dengan harapan akan menangguk keuntungan

berlipat, jatuh merugi.

Nilai Anthurium tertinggi yang ditawarkan pernah sampai di titik harga

Rp. 300 juta rupiah, dengan perbandingan rata-rata upah minimum

regional Jawa Tengah (tempat terbanyak petani Anthurium untuk

perkotaan) perkapita hanya Rp. 12 juta rupiah, 25 kali lipat.

Secara agregat nominal, persentase rasio, atau skala ekonomi memang

tidak sebesar “Tulipmania” 1636- 1637 di Belanda, tapi

kasus Anthurium 2006- 2007 di Jawa Tengah ini cukup mampu

membolak-balik status sosial ekonomi beberapa kalangan.

Page 14: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

Siapa yang diuntungkan dari kasus

gelembung semacam bunga Tulip danAnthurium ini?

Yang diuntungkan tentunya adalah para spekulan yang tahu benar kapan

saatnya membeli dan menjual stok barangnya, mereka yang mendengar

pertama kali saat harga masih murah, dan menjualnya kembali pada titik

harga tertinggi.

Siapa yang dirugikan? Tentunya adalah “para pengekor” yang membeli

saat harga mendekati puncak, dan menjual stoknya, saat harga barang

sudah jatuh, menjauhi titik tertinggi harga pasar, mirip fenomena jual-

beli tokek.

Menariknya kurva parabol pertumbuhan persentase marjin, dalam kasus-

kasus gelembung ekonomi, selalu dibumbui dengan variabel psikologi

pelaku pasar, misalnya: dorongan memiliki simbol status sosial

pergaulan, hasrat meraih keuntungan berlipat atau bumbu meta-fisikal

segala, tentang doa-doa yang dikabulkan, bahwa tujuh turunan generasi

akan kaya raya, tanpa perlu lagi bekerja.

Ya, manusia ternyata tetap rasional, selama kondisi psikisnya juga stabil

dan itu bukan perkara yang mudah untuk dikendalikan, apalagi jika yang

dimaksud adalah kondisi psikologi banyak manusia, komunal.

Page 15: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

Bubble Lifecycle Graphic

Kasus gelembung ekonomi bisa terjadi karena para pelaku pasar, para

manusia yang sebenarnya adalah makhluk- makhluk yang lebih dominan

sisi psikis daripada kognitifnya (rasio). Sisi- sisi dasar psikis manusia

yang sering digunakan sebagai “tombol ajaib”, untuk membuat pasar

dinamis adalah: rasa takut dan harapan masa depan lebih baik.

Komodifikasi rasa takut (fear) dan harapan (hope) akan selalu dimainkan

oleh segelintir kecil manusia, untuk mengendalikan sebagian besar

manusia lain, dalam kasus ini adalah untuk mengendalikan kondisi

psikologis komunal pelaku pasar.

Investasi terbaik adalah kembali ke diri sendiri, yaitu untuk memiliki

pengetahuan dan keahlian sebanyak yang kita bisa serta perlukan dan

membaca perilaku sosial masyarakat tempat kita hidup sehingga mampu

menentukan posisi, apakah akan mengikuti arus kebodohan massal,

memperingatkan mereka, atau tidak ikut sama sekali dan tidak terlibat

dalam penanggukan keuntungan, ataupun kerugian besar, dalam waktu

sekejap.

Di kasus semacam inilah kapitalisasi informasi menemukan nilai

transaksional yang bisa dikalkulasi dan divaluasi, bukan sekedar jargon-

Page 16: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

jargon kosong tentang abad informasi, yang kadang justru susah

dipahami publik awam.

Tulip mania di Belanda (1646), ikan mujair jenis Lohan, cicak besar si

Tokek, tanaman semak Anthurium, dan gelembung saham lainnya adalah

contoh tipikal dari gelembung spekulasi. Di Jepang, penggelembungan

harga aset terjadi pada akhir 1980-an.

Bahkan krisis ekonomi di Amerika Serikat yang dimulai tahun 2008 lalu

juga diawali oleheconomic bubble, dimana rakyatnya mempunyai daya

beli yang tinggi serta suku bunga yang tinggi, hingga akhirnya tak lagi

mampu membayar kredit apapun, termasuk kredit rumah yang tak

terkira jumlahnya.

Tautan jurnal tentang Tulip mania 1636-1637 dapat anda unduh sebagai

bahan perbandingan dan study (format PDF): University of Chicago

JSTOR, UCLA   , Maurits van Der Veen, University of Georgia, Scott

Nicholson

Beberapa kasus krisis ekonomi yang berawal dari Economic Bubble atau

Gelembung Ekonomi lainnya:

Tulip mania  (berpuncak pada Februari 1637)

Page 17: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

The South Sea Company (1720)

Mississippi Company (1720)

Spekulasi saham kereta api Inggris (1840-an)

Spekulasi tanah di Florida 1920-an (1925)

Gelembung ekonomi Amerika 1920-an (Roaring Twenties), (sekitar

1922-1929)

Nifty Fifty, akhir 1960-an dan awal 1970-an

Spekulasi saham Poseidon, awal 1970-an

Penggelembungan harga aset di Jepang  (1986-1990)

Krisis finansial Asia 1997

Gelembung dot-com  (1995–2000)

Gelembung perumahan Amerika Serikat (2005-2008)

Potensi Gelembung Ekonomi

Kalangan pengusaha dan pelaku ekonomi di tanah air mendapat warning

penting pertengahan Mei 2013 lalu dari Wakil Presiden Boediono. Saat

membuka World Ceramic Tiles Forum di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu

(30/6/13), wapres mengingatkan pelaku ekonomi tentang kemungkinan

terjadinya ’’gelembung ekonomi’’.

Selama ini, ahli ekonomi menggunakan istilah ’’gelembung’’ untuk

menyebut fenomena peningkatan harga aset secara ekstrem berdasar

harapan kenaikannya pada masa depan tanpa dukungan fundamental

ekonomi kuat.

Secara akademis, gelembung ekonomi, spekulatif, atau keuangan juga

sering diartikan sebagai ’’perdagangan dalam volume besar dengan

harga yang sangat berbeda dengan nilai intrinsiknya’’.

Dalam konteks negara, kebijakan yang terlalu mengejar pertumbuhan

jangka pendek dan melupakan jangka menengah hingga panjang bisa

menimbulkan gelembung ekonomi.

Page 18: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

Dengan begitu, dalam mengambil kebijakan ekonomi makro, pemerintah

akan mengarahkan kepada upaya menghindari terjadinya kenaikan harga

barang secara tidak rasional.

Perekonomian Indonesia pada 2010 lalu memang sama sekali tidak

mengindikasikan gejala ke arah adanya penggelembungan.

Pertumbuhan ekspor dan investasi di sektor riil meningkat dan mampu

mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal pertama

tahun 2013. Belum lagi pertumbuhan kredit dan penempatan dana

masyarakat di perbankan juga meningkat pesat.

Namun, mencermati peringatan wapres yang juga memiliki kapasitas tak

diragukan di bidang ekonomi moneter sangatlah penting. Apalagi,

belakangan diketahui gelembung ekonomi dapat muncul setiap saat,

tanpa didahului terjadinya ketidakpastian harga dan aksi spekulasi.

Fenomena globalisasi membuat krisis ekonomi di suatu negara langsung

menciptakan ancaman krisis serupa di seluruh negara di dunia. Setelah

krisis finansial global 2008 yang berawal dari Amerika Serikat, dunia kini

dibayangi dampak krisis baru akibat terguncangnya perekonomian

Yunani.

Jika penyebaran dampak krisis Yunani juga tak bisa dicegah, virusnya

bisa mengglobal. Akibatnya, semua negara kini mengelola perekonomian

masing-masing dengan penuh hati-hati.

Apa yang disampaikan Boediono merupakan bagian dari kehati-hatian

tersebut. Peringatan itu juga sebagai isyarat agar kita tidak mudah

terlena dengan indikasi ekonomi makro yang gemilang. Namun

sesungguhnya keropos di dalam.

Page 19: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

Kenyataan bahwa penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia

adalah konsumsi masyarakat, sebuah aset berharga yang harus terus

dijaga. Caranya, segala upaya kebijakan ekonomi harus fokus pada

pertumbuhan sektor riil. Tak hanya pertumbuhan di sektor keuangan,

perbankan, saham, dan sektor finansial yang terbukti beberapa kali semu

serta gampang menipu.

ADB Ingatkan Indonesia Waspadai Gelembung Ekonomi

Bank Pembangunan Asia (ADB) mengatakan peningkatan arus modal

pada pasar obligasi lokal di beberapa negara berkembang Asia Timur

dapat mendorong risiko terjadinya gelembung (bubble), walaupun hal

tersebut menunjukkan adanya minat investor terhadap kawasan ini.

“Kawasan ini lebih tangguh dibandingkan dulu, namun pemerintah harus

berhati-hati terhadap pembalikan arus modal yang dapat

menyebabkan bubble, apabila perekonomian di AS dan Eropa mulai

membaik,” ujar Ekonom Senior ADB untuk Integrasi Ekonomi Regional,

Thiam Hee Ng, dalam keterangan pers tertulis yang diterima di Jakarta,

Senin (18/3/13).

Sejak 1990, investor swasta telah menanamkan modal di kawasan Asia

Timur karena suku bunga rendah dan pertumbuhan ekonomi yang

melambat di negara maju. Kondisi tersebut makin meningkat hingga

akhir tahun 2012 lalu.

Page 20: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

Kawasan negara berkembang di Asia Timur dalam laporan ini mencakup

Indonesia, China, Hong Kong, Korea Selatan, Malaysia, Filipina,

Singapura, Thailand, dan Vietnam.

ADB mencatat pada akhir 2012, pasar obligasi di negara Asia Timur

mencakup dana senilai 6,5 triliun dolar AS atau lebih tinggi bila

dibandingkan dengan periode yang sama pada 2011 yang hanya tercatat

5,7 triliun dolar AS.

Situasi tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 12,1%. Hal

yang sama terlihat dari pasar obligasi korporasi yang mengalami

peningkatan hingga 18,6% atau sebesar 2,3 triliun dolar AS.

Contoh kondisi di pasar obligasi

Indonesia, di mana kepemilikan obligasi pemerintah sebesar 33%

dikuasai investor luar negeri hingga akhir 2012.

Bandingkan dengan kepemilikan asing atas obligasi pemerintah Malaysia

yang mencapai 28,5% pada akhir September 2012.

Pasar obligasi lokal Indonesia meningkat pada triwulan IV 2012 sebesar

9,7% bila dibandingkan dengan kondisi tahun lalu atau meningkat 3,3%

dibandingkan akhir September 2012. Sedangkan obligasi korporasi

Indonesia meningkat hingga 19 miliar dolar AS dan obligasi pemerintah

mencapai 92 miliar dolar AS.

Pasar obligasi pemerintah tumbuh 6,6% year on year karena penerbitan

Surat Perbendaharaan Negara (SPN), treasury bill dan Surat Utang

Negara (SUN). Penerbitan obligasi korporasi bahkan meningkat lebih

tinggi 27,6%.

Waspadai Bubble Ekonomi Indonesia!

Pengamat ekonomi, yang juga pendiri CReco Research Institute, M

Chatib Basri, mengingatkan Pemerintah Indonesia akan terjadinya imbas

Page 21: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

gelembung pertumbuhan ekonomi yang semu (bubble economy) dengan

mengalirnya dana masuk ke Indonesia sebagai dampak kenaikan pagu

utang Pemerintah AS sebesar 1,2 triliun dollar AS.

Sebab, dana yang mengalir deras ke pasar uang, pasar modal, dan

perbankan Indonesia harus bisa diserap untuk menggerakkan sektor riil

dan investasi jangka panjang. Jangan hanya bertengger di pasar uang,

pasar modal, atau bank belaka.

Jebakan Gelembung Finansial, oleh Muhammad Chatib Basri.

“Kalau hanya numpang di situ saja, itulah yang menyebabkan

peningkatan bubbleeconomy,” tandas Muhammad Chatib Basri Selasa

(2/8/2011) yang akhirnya dilantik oleh Presiden SBY sebagai menteri

keuangan pada 20 Mei 2013 lalu menggantikan Agus Martowardojo yang

dicopot dari jabatannya karena terpilih menjadi Gubernur Bank

Indonesia.

SBY melihat sosok Chatib sebagai seorang ekonom yang memiliki

pengalaman dan penugasan yang luas. SBY juga memuji prestasi Chatib

Page 22: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

selama memimpin BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) dalam

setahun terakhir.

Muhammad Chatib Basri (Menteri Keuangan)

“Investasi di Indonesia tumbuh secara signifikan, ini sangat penting

kontributor di kala ekspor kita dan ekspor negara-negara lain mengalami

kemerosotan,” puji SBY.

Chatib Basri pernah bertugas sebagai stafsus menteri keuangan, sebagai

deputi menkeu untuk tugas-tugas di G20. Sebelum dipercaya menjabat

sebagai Kepala BKPM, Chatib menjabat sebagai wakil ketua Komite

Ekonomi Nasional (KEN).

Menurut Chatib, Indonesia memang bisa mendapatkan dana murah

untuk pendanaan jangka panjangnya. Namun, apakah bisa diserap secara

optimal?

“Syaratnya, pemerintah juga harus segera membangun infrastruktur

jalan, jembatan, dan pelabuhan agar investor mau mengeluarkan

dananya untuk investasi jangka panjang ataupun foreign direct

invesment (FDI). Tanpa mewujudkan itu, yang terjadi

cuma bubble. Itulah risiko yang harus diwaspadai,” kata M. Chatib Basri.

Gelembung atau “‘pertumbuhan ekonomi yang semu’” akibat masuknya

dana asing justru akan meningkat jika dana tersebut tak bisa untuk

menggerakkan sektor riil. “Karena itu, pemerintah harus segera

merealisasi regulasi yang belum ada, seperti RUU Pertanahan,

Page 23: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

pembebasan lahan, dan koordinasi yang semakin baik serta perbaikan

iklim investasi,” kata Chatib mengingatkan.

Hutang AS Yang Tak Mampu Dibayar Masih Merupakan Ancaman

Ekonomi Global!

Amerika Serikat hampir pasti lolos gagal bayar (default) setelah DPR

mereka menyetujui kesepakatan peningkatan batas utang pemerintah

federal, sejak tahun 2011. Meski begitu, para kreditor AS menilai, utang

AS yang menggunung dan dollar yang terlalu dominan masih tetap

mengancam ekonomi global.

“Humans are the only species that pay to live on the Earth… Our money is fake. Our debt is fake. Our two

party system is fake. Our healthcare system is fake. Most of the stuff we’ve been told is fake. Once you

realize this, what you’ve thought of as reality begins to look like a cheap set on some ridiculous B movie.”

NSalah satu kreditor terbesar yang khawatir dengan kemampuan AS

dalam membayar utang adalah China. Surat kabar utama di

China, People’s Daily, mengatakan, kredibilitas obligasi Pemerintah AS

sudah hancur sejak krisissub-prime mortgage.

Namun, kebanyakan negara lain di dunia belum bisa menemukan cara

untuk melepaskan ketergantungan pada dollar.

“Meski kepercayaan pada utang AS turun dan lembaga rating akan

menurunkanrating AS, kredibilitas dasar tidak berubah. Dollar tetap

menjadi mata uang yang kuat,” kata surat kabar itu.

Tapi memang realita yang telah terjadi sesungguhnya terbukti, bahwa

semua produk dunia didominasi dan dijual belikan dengan patokan mata

uang dollar Amerika.

Page 24: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

Memang itu yang diinginkan oleh para elit dunia, agar perekonomian

selalu berada dan tergantung dengan dollar Amerika. Jangan macam-

macam jika ada negara atau pemimpin negara di dunia ini yang tidak

menggunakan dollar Amerika, mereka akan dikucilkan di dunia

perekonomian secara global, dulu mirip Libya dan Irak, sekarang ini

mirip Iran dan Korea Utara.

Dengan adanya ketergantungan dunia terhadap dollar Amerika, maka

para elite dunia akan dapat lebih mudah mengontrol perekonomian dan

keuangan dunia. Maka dengan mudah pula dapat mengontrol

manusianya, bahkan rakyat didalam suatu atau beberapa negara lainnya

untuk dapat menentang pemerintahannya akibat krisis berkepanjangan

dan menyusahkan kehidupan rakyatnya. Padahal apa yang terjadi di

negara tersebut adalah akibat “kebijaksanaan” AS dan negara-negara

sekutunya sendiri.

Page 25: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

Negara mana yang akan makmur, negara mana yang akan bangkrut,

negara mana yang akan krisis, negara mana yang akan tergantung

dengan ekonomi negara lainnya, dan pengontrollan-pengontrollan

perekonomian sejenisnya secara praktis dapat dirancanakan dan

direalisasi.

Jangan pula kita pikir bahwa Amerika dan Eropa terkena krisis

berkepanjangan artinya para elite mereka juga terkena dampaknya,

tidak! Para elit jauh-jauh sangat kaya, apapun krisisnya, bagaimanapun

level krisis tersebut, mereka tetap kaya dengan cadangan emas jutaan

ton dari hasil pertambangannya seantero dunia, hanya ditukar dengan

kertas, emas dibeli (baca: ditukar) dengan kertas.

Yang terkena krisis di Eropa dan Amerika Serikat, sejatinya adalah

rakyatnya, bukan para elitenya. Namun pemerintahan rezim monarki dan

kapitalis AS justru menaikkan pajak rakyatnya dengan alasan untuk

Page 26: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

membayar hutang negara, yang padahal hutang tersebut dapat dibayar

sendiri oleh mereka, para elite pengatur negara dan rakyatnya.

Zhu Baoliang, kepala ekonom di lembaga pemerintah State Information

Centre, mengatakan, pengurangan belanja AS sebesar 1 triliun dollar AS

selama 10 tahun ke depan tidak cukup untuk mencegah krisis utang pada

masa yang akan datang. “Gagal bayar AS tidak akan berdampak

langsung terhadap China. Tapi, dampaknya akan terlihat pada jangka

panjang,” katanya seperti dikutip China Daily.

Vladimir Putin

Sedangkan Li Xiangyang, seorang peneliti di Akademi Ilmu Sosial China,

mengatakan, politisi AS pada masa depan bisa mengabaikan kepentingan

kreditor dan lebih mengutamakan kebijakan dalam negeri.

Menurut Li, untuk menghindari perangkap dollar AS, China harus

menghentikan investasi dalam aset dollar pada masa depan. Perdana

Menteri Rusia Vladimir Putin juga melihat ancaman serupa.

“AS sudah tak terkendali dan menumpahkan sebagian beban masalah ke

ekonomi dunia. AS hidup sebagai parasit dari ekonomi global dan

monopoli dollar,” ujar Vladimir Putin.

Putin, yang sering mengkritik kebijakan nilai tukar AS, mencatat, Rusia

memegang obligasi dan treasury notes AS dalam jumlah besar. “Jika di

Amerika ada masalah sistemik, akan mempengaruhi semua orang.

Negara seperti China dan Rusia menyimpan cadangan devisa dalam

jumlah besar di surat berharga Amerika. Seharusnya ada mata uang lain

sebagai cadangan devisa,” ujarnya. (sumber: wikipedia/ radarlampung/

Page 27: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

antara/ maxheartwood.wordpress/ kompas/ kontan.coid/ berbagai

sumber)

“Merupakan hal yang cukup bagus bahwa masyarakat tidak mengetahui sistim perbankan dan moneter, karena

jika mereka mengetahuinya, saya yakin akan ada revolusi sebelum terbitnya fajar.”

- Henry Ford.

***

Alkisah…Alkisah…. dahulu kala, dimana emas masih menjadi alat pembayaran di

dunia seperti mata uang emas dirham, dinar dan lainnya, dikala itupun

negara miskin akan emas, terpuruk. Lalu nan terpuruk menciptakan

mata uang lainnya tanpa kandungan emas didalamnya, currency.

Dibuat currency hanya dari logam biasa, bahkan hanya dari secarik

kertas. Hanya menaruhkan angka, hanya angka yang tertera. Lalu, emas

ditukarkan dengan currency. Emas ditukar kertas, gila. Yang kaya emas

pun menjualnya. Menukar emasnya menjadi secarik kertas.

Yang terpuruk, kertas ciptaannya ditukar emas, lebih gila. Maka emas

ditimbun jua oleh yang terpuruk, kayalah ia. Maka, yang tadinya kaya

emas bertukar menjadi yang terpuruk.

Disaat ekonomi mengguncang, yang sebenarnya kaya emas, tiada emas.

Yang terpuruk justru kaya akan emas, tertimbun, menggunung. Maka,

duniapun dibalik, walau tetap berputar.

Page 28: Economic Bubble Indonesia Waspada!!

Sang terpuruk pun bermain, bermain dengan licik, karena emasnya

menggunung, mempermainkan yang tadinya kaya, menggurasnya jua,

mempermainkan dunia, uang, power, kontrol, sejak ia menciptakan

logam biasa, bahkan hanya dari secarik kertas, lalu, ditukar EMAS.

Selamat lahir di dunia yg fana, jangan khawatir, karena bisa jadi ini

hanya untuk sementara saja. (penulis, IndoCropCircles.wordpress.com)