SKRIPSI UNNES 12

99
Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Dibanding Model Pembelajaran CTL terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII Semester I SMP Negeri 3 Ungaran. Oleh : Septi Enggar Permadani Jurusan Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. 2006

description

feref

Transcript of SKRIPSI UNNES 12

Page 1: SKRIPSI UNNES 12

Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Dibanding Model Pembelajaran CTL terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas

VIII Semester I SMP Negeri 3 Ungaran.

Oleh : Septi Enggar Permadani

Jurusan Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.

2006

Page 2: SKRIPSI UNNES 12
Page 3: SKRIPSI UNNES 12

ABSTRAK

Septi Enggar Permadani. 2006. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Dibanding Model Pembelajaran CTL terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII Semester I SMP Negeri 3 Ungaran. Jurusan Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Perkembangan zaman memberi tuntutan di bidang pendidikan untuk dapat mengembangkan potensi dasar siswa yang berkualitas, kreatif, aktif, terampil, dan mempunyai rasa percaya diri yang tinggi agar mampu menghadapi berbagai problema dalam kehidupan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah ketepatan dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal dan menyeluruh. Salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL, yangmana pembelajaran CTL ini sesuai dengan kurikulum 2004 atau KBK yang sekarang sudah diterapkan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah lebih efektif manakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL dibandingkan model pembelajaran CTL pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel kelas VIII semester I SMP N 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2005/2006? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih efektif daripada model pembelajaran CTL dalam pembelajaran matematika pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII semester I SMP N 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2005/2006. Dengan menggunakan teknik random sampling diperoleh dua kelas sampel, yaitu kelas VIII F sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol. Sedang untuk kelas uji coba adalah kelas VIII E. Untuk mengetahui hasil belajar siswa digunakan evaluasi setelah pembelajaran selesai. Soal evaluasi yang diberikan terlebih dahulu telah di uji cobakan di kelas uji coba. Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL oleh guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Sedangkan angket diberikan pada siswa disetiap akhir pembelajaran untuk mengetahui apakah ada perubahan sikap setelah diberi tindakan. Angket ini juga untuk mengetahui pendapat siswa tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL. Berdasarkan uji normalitas diperoleh bahwa populasi berditribusi normal dan dari uji homogenitas diperoleh bahwa kedua kelas sampel mempunyai varians yang sama, sehingga untuk menguji hipotesis dapat digunakan uji t dengan kriteria penolakan H0 adalah thitung > ttabel. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 2.721 dan ttabel = 1.66, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang berarti bahwa rata-rata hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih baik daripada dengan model pembelajaran CTL. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih baik, aktivitas selama pembelajaran terus mengalami peningkatan, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran terus

ii

Page 4: SKRIPSI UNNES 12

meningkat dan perubahan sikap siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL terus membaik sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih efektif daripada model pembelajaran CTL. Disarankan guru dalam pembelajaran dapat lebih memotivasi siswa untuk lebih mengembangkan keterampilan kooperatif atau bekerjasama, yang dapat digunakan dalam kehidupan bermasyarakat siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD bebasis CTL perlu terus dikembangkan dan diterapkan pada materi pokok yang lain sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keterkaitan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan siswa sehari-hari. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini.

iii

Page 5: SKRIPSI UNNES 12

PENGESAHAN

Telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian skripsi Jurusan

Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Semarang (UNNES) pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 22 Februari 2006

Panitia Ujian Skripsi

Ketua Sekretaris

Drs. Kasmadi Imam S., M. S Drs.Supriyono, M.Si

NIP. 130781011 NIP. 130815345

Pembimbing I Anggota Penguji

Dra. Emi Pujiastuti, M.Pd 1. Dra. Endang Retno M.Pd

NIP. 131862201 NIP. 130935363

Pembimbing 2 2. Dra. Emi Pujiastuti, M.Pd

NIP. 131862201

Dra. Kristina W., M. Si 3. Dra. Kristina W., M. Si

NIP. 131508307 NIP. 131508307

iv

Page 6: SKRIPSI UNNES 12

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

1. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka

mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q. S. Ar –Ra’d: 11).

2. Jadilah bola dalam menjalani hidup, karena akan selalu memantul bila terjatuh.

Daripada menjadi kristal yang akan pecah sekali terjatuh.

3. Kekurangan bukan untuk disesali tetapi untuk diterima.

4. Time is my life and my life just like a time.

5. Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung

( Q. S. Al Imron: 173).

Persembahan

1. Teruntuk Ibunda dan Ayahanda tercinta atas

doa, pengertian, kasih sayang dan cintanya.

2. My sister for standing up for me.

3. Keponakanku Bulan dan Bintang yang

membuatku jadi berarti.

4. Sari, Ika, Iren dan Rizky for carring me and

support me with u’r own way. This great

friendship, i never forget.

5. Teman-teman Pend. Mat’01 yang masih

seperjuangan.

v

Page 7: SKRIPSI UNNES 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga skripsi dengan judul “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Dibanding Model

Pembelajaran CTL Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII Semester I SMP Negeri 3 Ungaran”,

dapat penulis selesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu

syarat untuk menyelesaikan Studi Strata I guna memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan pada Jurusan Matematika FMIPA, UNNES.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. A. T. Soegito, S. H., M. M., Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan kemudahan administrasi dalam penuyusunan skripsi.

2. Drs. Kasmadi Imam S., M. S., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Drs. Supriyono, M.Si., Ketua Jurusan Matematika yang telah memberikan

kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi.

4. Dra. Emi Pujiastuti, M.Pd., Pembimbing 1 atas bimbingan, arahan, serta

motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dra. Kristina W., Pembimbing 2 atas bimbingan, arahan, serta motivasi dalam

penyusunan skripsi ini.

6. Tim Penguji Jurusan Matematika FMIPA UNNES.

7. Drs. Talkhis, Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Ungaran atas ijin dan bantuan

dalam penelitian ini.

vi

Page 8: SKRIPSI UNNES 12

8. Ibu Kumoro, guru matematika kelas VIII SMP N 3 Ungaran atas bantuan dalam

penelitian ini.

9. Siswa-siswi kelas VIII SMP N 3 Ungaran atas partisipasinya dalam penelitian

ini.

10. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2001 yang masih

seperjuangan atas semangat dan dukungan selama ini.

11. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu baik secara

langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan dukungan baik moril

maupun materiil demi terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat

kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, Februari 2006

Penulis

vii

Page 9: SKRIPSI UNNES 12

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

ABSTRAK .................................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv

MOTTO ....................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x

BAB I. PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5

C. Penegasan Istilah ............................................................................. 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 8

E. Sistematika Penulisan Skripsi ........................................................ 8

BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori ........................................................................... .... 10

B. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ......................................... 30

C. Kerangka Berpikir .......................................................................... 43

D. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 44

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penentuan Obyek .............................................................. 45

B. Variabel Penelitian .......................................................................... 45

C. Desain Penelitian ............................................................................. 46

viii

Page 10: SKRIPSI UNNES 12

D. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................... 47

E. Analisis Data .................................................................................. 54

F. Hasil Uji Coba Instrumen Tes ........................................................ 64

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................... 66

B. Pembahasan .................................................................................... 77

BAB V. PENUTUP

A. Simpulan .......................................................................................... 83

B. Saran ................................................................................................ 83

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 85

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 87

ix

Page 11: SKRIPSI UNNES 12

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Daftar Nama Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol .......................... 87

2. Data Nilai Awal Kelompok Eksperimen dan Kontrol ............................... 88

3. Uji Normalitas Data Kondisi Awal ............................................................ 89

4. Uji Varians Kelompok Eksperimen dan Kontrol ....................................... 90

5. Uji Kesamaan Rata-Rata Kelompok Eksperimen dan Kontrol .................. 91

6. Kisi-Kisi Soal Tes Uji Coba ....................................................................... 92

7. Soal Tes Uji Coba ...................................................................................... 93

8. Kunci Jawaban Soal Tes Uji Coba ............................................................. 95

9. Daftar Nama Kelompok Uji Coba ............................................................. 105

10. Uji Validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran, dan

Reliabilitas Soal .......................................................................................... 106

11. Perhitungan Validitas Soal ........................................................................ 107

12. Perhitungan Daya Pembeda Soal ............................................................... 108

13. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ......................................................... 109

14. Perhitungan Reliabilitas Soal ..................................................................... 110

15. Lembar Observasi Pengelolaan Kelas Untuk Guru ................................... 111

16. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ............................................................ 114

17. Kisi-Kisi dan Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran ................... 116

18. Daftar Nama-Nama Kelompok Eksperimen .............................................. 118

19. Rencana Pembelajaran I ............................................................................. 119

20. Kartu Soal 1 ................................................................................................ 122

21. Lembar Kerja Siswa 1 ................................................................................ 123

22. Kuis 1 ......................................................................................................... 124

23. Tugas Kelompok 1 ..................................................................................... 125

24. Analisis Ketuntasan Pembelajaran I ........................................................... 128

25. Hasil Observasi Pengelolaan Kelas Untuk Guru pada Pembelajaran I ...... 127

26. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pembelajaran I .............................. 129

27. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran I ............................ 131

x

Page 12: SKRIPSI UNNES 12

28. Jawaban Lembar Kerja Siswa 1 ................................................................ 132

29. Pembahasan Kuis 1 .................................................................................... 133

30. Pembahasan Tugas Kelompok 1 ................................................................. 134

31. Rencana Pembelajaran II ............................................................................ 135

32. Kartu Soal 2 ................................................................................................ 138

33. Lembar Kerja Siswa 2 .............................................................................. 139

34. Kuis 2 ......................................................................................................... 142

35. Tugas Kelompok 2 ..................................................................................... 143

36. Analisis Ketuntasan Pembelajaran II .......................................................... 145

37. Hasil Observasi Pengelolaan Kelas Untuk Guru pada Pembelajaran II ..... 146

38. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pembelajaran II .............................. 148

39. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran II ........................... 150

40. Jawaban Lembar Kerja Siswa 2 .................................................................. 151

41. Pembahasan Kuis 2 .................................................................................... 154

42. Pembahasan Tugas Kelompok 2 ................................................................ 155

43. Rencana Pembelajaran III ......................................................................... 159

44. Lembar Kerja Siswa 3 ................................................................................. 162

45. Kuis 3 ......................................................................................................... 164

46. Tugas Kelompok 3 ...................................................................................... 165

47. Analisis Ketuntasan Pembelajaran III.......................................................... 167

48. Hasil Observasi Pengelolaan Kelas Untuk Guru pada Pembelajaran III .... 168

49. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pembelajaran III ............................. 170

50. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran III............................ 172

51. Jawaban Lembar Kerja Siswa 3 .................................................................. 173

52. Pembahasan Kuis 3 .................................................................................... 174

53. Pembahasan Tugas Kelompok 3 ................................................................ 175

54. Rencana Pembelajaran IV ........................................................................... 178

55. Lembar Kerja Siswa 4 ................................................................................ 181

56. Kuis 4 ........................................................................................................ 183

57. Tugas Kelompok 4 .................................................................................... 184

58. Analisis Ketuntasan Pembelajaran IV......................................................... 185

xi

Page 13: SKRIPSI UNNES 12

59. Hasil Observasi Pengelolaan Kelas Untuk Guru pada Pembelajaran IV .... 186

60. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pembelajaran IV ............................ 188

61. Hasil Angket Refleksi Siswa terhadap Pembelajaran IV ........................... 190

62. Jawaban Lembar Kerja Siswa 4 ................................................................. 191

63. Pembahasan Kuis 4 ..................................................................................... 193

64. Pembahasan Tugas Kelompok 4 ................................................................ 194

65. Rencana Pembelajaran I (kelas kontrol) .................................................... 196

66. Rencana Pembelajaran II (kelas kontrol) ................................................... 199

67. Rencana Pembelajaran III (kelas kontrol) .................................................. 202

68. Rencana Pembelajaran IV (kelas kontrol) .................................................. 205

69. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar ......................................................................... 208

70. Soal Tes Hasil Belajar ................................................................................. 209

71. Kunci Jawaban Soal Tes Hasil Belajar ...................................................... 210

72. Data Tes Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kontrol .................... 217

73. Uji Normalitas ......................................................................................... 218

74. Uji Kesamaan Varians Kelompok Eksperimen dan Kontrol ..................... 219

75. Uji Perbedaan Rata-Rata Kelompok Eksperimen dan Kontrol .................. 220

76. Estimasi Rata-Rata Nilai Kelompok Eksperimen ................................... 221

77. Estimasi Rata-Rata Nilai Kelompok Kontrol .......................................... 222

78. Uji Ketuntasan Kelompok Eksperimen ..................................................... 223

79. Uji Ketuntasan Kelompok Kontrol ........................................................... 224

80. Grafik Kemampuan Pengelolaan Guru dan Aktivitas Siswa ...................... 225

81. Grafik Hasil Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran ................................ 226

82. Dokumentasi (foto saat pembelajaran) ...................................................... 229

83. Daftar Kritik Product Moment, Daftar Kritik Z, Tabel Chi-Kuadrat,

Daftar Kritik Uji T, Daftar Kritik Uji F ..................................................... 231

84. Surat Usulan Pembimbing .......................................................................... 237

85. Surat Permohonan Ijin Penelitian ............................................................... 238

86. Surat Ijin Penelitian .................................................................................... 241

87. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................................ 243

xii

Page 14: SKRIPSI UNNES 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua

pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari

berbagai sumber dan tempat di dunia. Dengan demikian siswa perlu memiliki

kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan

pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Oleh sebab itu,

pendidikan harus dapat mengembangkan potensi dasar siswa agar berani

menghadapi berbagai problema tanpa rasa tertekan, mau, mampu dan senang

meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi.

Sejalan dengan uraian di atas, sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yakni manusia

yang bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,

berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin,

beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif, serta sehat jasmani

dan rohani. Iklim belajar mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri

dan budaya belajar di kalangan masyarakat, terus dikembangkan agar tumbuh

sikap dan perilaku yang kreatif, inofatif dan keinginan untuk maju.

Guru mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan

tercapainya tujuan pembelajaran matematika. Seorang guru bukan hanya

memberikan pengetahuan kepada siswa, namun guru harus mampu

1

Page 15: SKRIPSI UNNES 12

2

menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan pembelajaran

berlangsung secara aktif. Salah satunya dengan memperhatikan model

pembelajaran yang digunakan.

Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat

menimbulkan kebosanan, kurang dipahami, dan monoton sehingga siswa

kurang termotivasi untuk belajar. Pembelajaran matematika yang biasanya

menggunakan metode ekspositori memang sudah membuat siswa aktif, namun

kurang dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa yang kelak dapat

berguna dalam kehidupan bermasyarakat.

Salah satu model pembelajaran yang menuntut keaktifan seluruh sense

siswa adalah model pembelajaran kooperatif yaitu pambelajaran yang secara

sengaja didesain untuk melatih siswa mendengarkan pendapat-pendapat orang

lain dan merangkum pendapat tersebut dalam bentuk tulisan (Erman

Suherman, 2003:259). Bahkan Muslimin Ibrahim (2000:12) mengatakan

bahwa “model pembelajaran kooperatif selain membantu siswa memahami

konsep-konsep yang sulit, juga berguna untuk membantu siswa menumbuhkan

keterampilan kerjasama, berfikir kritis, dan kemampuan membantu teman”.

Diskusi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan

untuk memperkenalkan keterkaitan antara ide-ide yang dimiliki siswa dan

mengorganisasikan pengetahuannya kembali. Melalui diskusi, keterkaitan

skema siswa akan menjadi lebih kuat sehingga pengertian siswa tentang

konsep yang mereka konstruksi sendiri menjadi kuat. Dalam pembelajaran

kooperatif terjadi interaksi antar siswa, dari sini siswa yang lemah atau kurang

Page 16: SKRIPSI UNNES 12

3

pandai akan dibantu siswa yang lebih pandai, sehingga akan memperkaya

pengetahuan siswa yang diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat.

Pembelajaran kooperatif juga memberi kesempatan pada siswa dengan

kondisi latar belakang yang berbeda untuk bekerja saling bergantung satu

sama lain atas tugas-tugas bersama dan belajar untuk menghargai satu sama

lain. Hal-hal tersebut diperlukan siswa ketika siswa berada dalam masyarakat,

dimana terdapat banyak perbedaan tetapi berusaha untuk hidup bersosialisasi

dalam suatu lingkungan. Pembelajaran kooperatif juga mengajarkan kepada

siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk meningkatkan

keterampilan sosial siswa (Muslimin Ibrahim, 2000:9).

Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah STAD (Student

Teams Achievement Division) yang merupakan sebuah pendekatan yang baik

bagi guru baru untuk memulai menerapkan model pembelajaran kooperatif

dalam kelas (Pradyo Wijayanti, 2002:2). Pada pembelajaran kooperatif tipe

STAD siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana masing-

masing kelompok beranggotakan 4-5 siswa untuk bekerjasama dalam

menyelesaikan tugas.

Hal lain yang juga menjadi pertimbangan utama dalam pembelajaran

adalah kurikulum pendidikan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk

meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Pergantian kurikulumpun telah

dilakukan berulangkali. Kurikulum yang sekarang diterapkan adalah

Kurikulum Berbasis Kompetensi atau dikenal dengan kurikulum 2004.

Page 17: SKRIPSI UNNES 12

4

Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2004

adalah pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Leaning(CTL)).

Model pembelajaran kontekstual dapat membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat

(Depdiknas,2003:1).

Pembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang fleksibel, yang dapat diterapkan dari suatu permasalahan ke permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lain. Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir yang dimilikinya (M. Asikin, 2002:15). Dilihat dari komponen-komponen dalam CTL, tahap-tahap dalam

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengarah dan mendukung

terlaksananya ketujuh komponen CTL tersebut. STAD mengarahkan siswa

belajar dengan cara mengkonstruksi berbagai pengetahuan yang diperoleh dari

belajar sendiri dan sharing dengan teman sekelompoknya. Siswa dapat

memperoleh pengetahuan dari bertanya, pemodelan dan berbagai sumber

informasi yang lain. STAD ini juga sebagai salah satu cara membentuk

masyarakat belajar.

Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dipilih, karena dalam

kehidupan siswa sehari-hari sering dijumpai kejadian yang berhubungan

dengan sistem persamaan linear. Misalnya untuk mengetahui harga sebuah

barang, umur seseorang atau untuk mengetahui ukuran halaman rumah. Siswa

Page 18: SKRIPSI UNNES 12

5

dapat dengan mudah menemukan hal-hal yang terkait dengan sistem

persamaan linear untuk mencari penyelesaian dari masalah-masalah tersebut.

Pelaksanaan pembelajaran matematika di SMP N 3 Ungaran untuk materi

pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel selama ini kurang

memunculkan masalah kontekstual yang berkaitan dengan kehidupan siswa

sehari-hari, oleh sebab itu peneliti memandang perlu melakukan penelitian

tentang keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL

terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua

Variabel siswa kelas VIII semester I SMP N 3 Ungaran.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: lebih efektif manakah

model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL dibandingkan model

pembelajaran CTL pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

kelas VIII semester I SMP N 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2005/2006?

C. Penegasan Istilah

Salah pengertian dan beda pendapat dapat terjadi. Agar terdapat

kesamaan pengertian tentang istilah-istilah berkaitan dengan penulisan skripsi

ini, maka perlu adanya penegasan istilah sebagai berikut.

1. Keefektifan

Efektif berarti baik hasilnya, dapat membawa hasil, berhasil guna

(Tim penyusun KBBI, 1997: 219). Jadi yang dimaksud dengan keefektifan

Page 19: SKRIPSI UNNES 12

6

dalam penelitian ini adalah dapat membawa hasil atau keberhasilan dalam

mencapai tujuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

berbasis CTL pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

siswa kelas VIII semester I SMP N 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2005/2006.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif dalam suatu kelompok kecil siswa yang

bekerja sebagai sentral tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan

suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama

lainnya (Erman Suherman, 2003:260).

STAD (Student Teams Achievement Division) adalah salah satu

tipe model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari kelompok belajar

heterogen beranggotakan 4-5 orang siswa dan setiap siswa saling bekerja

sama, berdiskusi dalam menyelesaikan tugas dan memahami bahan

pelajaran yang diberikan.

3. Contextual Teaching And Learning (CTL)

Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan suatu sistem

pengajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa setiap siswa akan belajar

jika mereka mengetahui makna dan kegunaan dari materi akademiknya,

dan mengetahui makna kegiatan mereka di sekolah (M.Asikin, 2002:16).

4. Hasil Belajar

Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh

usaha (pikiran, dsb) (Tim penyusun KBBI, 1997:343).

Page 20: SKRIPSI UNNES 12

7

Hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil belajar

yang dicapai setelah melakukan kegiatan pembelajaran mata pelajaran

matematika khususnya materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua

Variabel. Hasil belajar ini diukur dengan tes dan hasilnya berupa nilai

yang diwujudkan dalam bentuk angka-angka.

5. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel merupakan salah

satu materi pokok pada kurikulum 2004 pada mata pelajaran matematika

SMP kelas VIII semester I.

Jadi penelitian dengan judul “Keefektifan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL)

dibanding Model Pembelajaran CTL terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi

Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII Semester I SMP

Negeri 3 Ungaran”, bermaksud mengetahui apakah model pembelajaran

kooperatif tipe STAD berbasis CTL pada Materi Pokok Sistem Persamaan

Linear Dua Variabel kelas VIII semester I SMP Negeri 3 Ungaran tahun

pelajaran 2005/2006 dapat lebih efektif dibanding model pembelajaran CTL

terhadap hasil belajar siswa.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model

pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih efektif daripada

Page 21: SKRIPSI UNNES 12

8

model pembelajaran CTL dalam pembelajaran matematika materi pokok

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Guru

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam

memilih model pembelajaran matematika yang paling tepat agar hasil

belajar siswa lebih baik.

b. Bagi Siswa

Untuk melatih keterampilan kooperatif siswa yang dapat digunakan

dalam kehidupan bermasyarakat kelak.

E. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari bagian awal, bagian isi,

dan bagian akhir.

Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, halaman pengesahan,

abstrak, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan daftar

lampiran.

Bagian isi skripsi terdiri dari lima bab. Bab I Pendahuluan,

mengemukakan tentang alasan pemilihan judul, permasalahan, penegasan

istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi. Bab II

Landasan Teori dan Hipotesis, membahas teori yang melandasi permasalahan

skripsi serta penjelasan yang merupakan landasan teoritis yang diterapkan

Page 22: SKRIPSI UNNES 12

9

dalam skripsi, pokok bahasan yang terkait dengan pelaksanaan penelitian dan

hipotesis tindakan.

Bab III Metode Penelitian, menjelaskan mengenai metode penentuan

populasi dan sampel penelitian, variabel yang diteliti, prosedur pengumpulan

data, teknik pengumpulan data, analisis uji instrumen, dan analisis tahap akhir.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi semua hasil

penelitian yang dilakukan dan pembahasannya. Bab V Penutup,

mengemukakan simpulan hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan

peneliti berdasarkan simpulan.

Bagian akhir skripsi berisi lampiran-lampiran yang berkaitan dengan

penelitian dan daftar pustaka yang mendukung penyusunan skripsi ini.

Page 23: SKRIPSI UNNES 12

10

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa

dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola

pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Dalam hal

ini guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikasikan dan

materi yang dikomunikasikan berisi peran berupa ilmu pengetahuan.

Guru harus menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk

mencipatakan suatu kondisi belajar yang dapat mengantarkan siswa ke tujuan

pembelajaran. Selain itu, guru harus menciptakan suasana yang

menyenangkan bagi semua siswa. Suasana yang tidak menyenangkan biasanya

mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis. Siswa merasa

gelisah, tidak nyaman, dan tidak memperhatikan pelajaran. Kondisi ini tentu

menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pembelajaran.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah

bagaimana pembelajaran tersebut dapat membekali anak untuk memecahkan

persoalan dalam kehidupan nyata sehingga belajar akan menjadi bermakna.

Belajar akan lebih bermakna jika anak memahami apa yang dipelajarinya

bukan mengetahuinya. Dengan konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa

dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

10

Page 24: SKRIPSI UNNES 12

11

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

masyarakat yang disebut dengan pendekatan kontekstual, diharapkan hasil

pembelajaran lebih bermakna bagi siswa (Tim Depdiknas, 2003:1).

1. Pengertian Belajar

Definisi belajar ada beraneka ragam. Perbedaan ini dikarenakan

latar belakang pandangan maupun teori yang dipegang. Secara psikologis,

belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku

sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek

tingkah laku.

Menurut W.S. Winkel (dalam Max Darsono, 2000:4): ” belajar

adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi

aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap”.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2001:22).

Dalam pembelajaran, hasil belajar ini sangat dibutuhkan sebagai petunjuk

untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar

yang sudah dilaksanakan.

Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan

menilai apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan.

Page 25: SKRIPSI UNNES 12

12

Howard Kingsley (dalam Nana Sudjana, 2001:22) membagi tiga

macam hasil belajar yaitu:

a. keterampilan dan kebiasaan,

b. pengetahuan dan pengertian, dan

c. sikap dan cita-cita.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, yang

dikelompokkan menjadi dua yaitu sebagai berikut.

a. Faktor Internal

Faktor internal berasal dari dalam individu yang belajar yang meliputi

faktor fisik atau jasmani dan faktor mental psikologis. Faktor fisik

misalnya keadaan badan lemah, sakit atau kurang fit dan sebagainya,

sedang faktor mental psikologis meliputi kecerdasan atau intelegensi,

minat, konsentrasi, ingatan, dorongan, rasa ingin tahu, dan sebagainya.

b. Faktor Eksternal

Faktor ini berasal dari luar individu yang belajar, meliputi faktor alam

fisik, lingkungan, sarana fisik dan non fisik, pengajar serta strategi

pembelajaran yang dipilih pengajar dalam menunjang proses belajar

mengajar.

3. Pembelajaran

Pembelajaran secara khusus dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Behavioristik

Pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang

diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus).

Page 26: SKRIPSI UNNES 12

13

b. Kognitif

Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan pada siswa

untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang

dipelajari.

c. Gestalt

Pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi pelajaran

sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya

(mengaturnya) menjadi suatu gestalt (pola bermakna).

d. Humanistik

Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk

memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat

dan kemampuannya.

(Max Darsono. dkk, 2000:24)

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa yang ditujukan

untuk melakukan perubahan sikap dan pola pikir siswa ke arah yang lebih

baik untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar yang

menempatkan siswa belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4-5

siswa dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang

yang berbeda (Pradnyo Wijayanti, 2002:1). Pembelajaran ini menekankan

kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama. Hal ini

Page 27: SKRIPSI UNNES 12

14

didukung pula oleh pendapat Kauchak dan Eggen (dalam Nurhayati Abba,

2000:11) yang mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai bagian

dari strategi mengajar yang digunakan siswa untuk saling membantu satu

sama lain dalam mempelajari sesuatu. Belajar kooperatif juga dinamakan

“pembelajaran teman sebaya”.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang

bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah atau

menyelesaikan suatu tugas untuk mencapai tujuan bersama lainnya.

Sedangkan jika siswa duduk bersama dalam kelompok dan

mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk mengerjakan seluruh

pekerjaan kelompok maka hal ini bukan merupakan pembelajaran

kelompok.

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif (M. Asikin, 2004:7),

adalah sebagai berikut.

a. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok

secara kooperatif.

b. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan

tinggi, sedang dan rendah.

c. Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras,

suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda maka diupayakan agar

dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin

yang berbeda pula.

Page 28: SKRIPSI UNNES 12

15

d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada

perorangan.

Model pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan penting

(Muslimin Ibrahim. dkk, 2000:7), yaitu sebagai berikut.

a. Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa

dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model

ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Efek penting yang kedua ialah penerimaan yang luas terhadap orang

yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun

ketidakmampuan.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Model kooperatif bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa

keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Unsur-unsur yang diperlukan agar model pembelajaran kooperatif

atau kerja kelompok dapat mencapai hasil yang baik adalah sebagai

berikut.

a. Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan mereka “sehidup

sepenanggungan bersama”.

b. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya

seperti milik mereka sendiri.

Page 29: SKRIPSI UNNES 12

16

c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota kelompoknya mempunyai

tujuan yang sama.

d. Siswa harus membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara

anggota kelompoknya.

e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau akan diberikan hadiah/

penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota

kelompok.

f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan

untuk belajar bersama.

g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabankan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

(Muslimin Ibrahim, dkk, 2000:6)

Tanggung jawab guru selama pembelajaran kooperatif

berlangsung, diantaranya sebagai berikut.

a. Memonitor perilaku siswa.

b. Memberi bantuan jika diperlukan.

c. Menjawab pertanyaan-pertanyaan hanya jika pertanyaan itu

merupakan pertanyaan tim.

d. Menginterupsi proses untuk menguatkan keterampilan-keterampilan

kooperatif atau untuk memberikan pengajaran langsung kepada semua

siswa.

e. Memberikan ringkasan pelajaran.

Page 30: SKRIPSI UNNES 12

17

f. Mengevaluasi proses kelompok dengan mendiskusikan tindakan-

tindakan anggota tim sehari-hari.

g. Membantu para siswa belajar bertanggung jawab dalam pembelajaran

secara individu.

(Siti Maesuri, 2002:3)

Manfaat model pembelajaran kooperatif bagi siswa menurut Linda

Lundgren (dalam Muslimin Ibrahim, 2000:18), antara lain:

a. lebih banyak meluangkan waktu pada tugas,

b. rasa percaya diri menjadi lebih tinggi,

c. memperbaiki sikap terhadap Matematika,

d. penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar,

e. konflik antar pribadi berkurang,

f. sikap apatis berkurang,

g. pemahaman lebih mendalam,

h. motivasi lebih besar,

i. hasil belajar lebih baik, dll.

Sebelum model pembelajaran kooperatif dilaksanakan, sebaiknya

siswa terlebih dahulu diperkenalkan keterampilan kooperatif yang akan

digunakan dalam belajar kelompok. Dorongan teman untuk mencapai

prestasi akademik yang baik adalah salah satu faktor penting dari model

pembelajaran kooperatif. Para siswa termotivasi belajar secara baik, siap

dengan pekerjaannya dan menjadi penuh perhatian selama berlangsungnya

proses belajar.

Page 31: SKRIPSI UNNES 12

18

Menurut Linda L (dalam P.Wijayanti, 2002:5), keterampilan

kooperatif dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu.

a. Keterampilan kooperatif tingkat awal

Keterampilan kooperatif tingkat awal antara lain, menggunakan

kesepakatan, maksudnya adalah menyamakan pendapat yang berguna

untuk meningkatkan kerja dalam kelompok. Menghagai kontibusi yang

berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau

dikerjakan orang lain karena bisa jadi kritik yang diberikan ditunjukan

terhadap ide, bukan individu. Mengambil giliran, yaitu setiap anggota

kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas dan

tanggung jawab tertentu dalam kelompok. Setiap anggota berada

dalam kelompok selama kegiatan berlangsung. Berada dalam tugas,

mendorong partisipasi semua naggota kelompok untuk memberikan

kontribusi terhadap tugas kelompok. Mengundang orang lain,

menyelesaikan tugas pada waktunya, dan menghormai perbedaan

individu.

b. Keterampilan tingkat menengah

Keterampilan tingkat menengah antara lain, menunjukan penghargaan

dan simpati, mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara dapat

diterima,mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat rangkuman,

manafsirkan, mengatur dan mengorganisir, serta mengurangi

ketegangan.

Page 32: SKRIPSI UNNES 12

19

c. Keterampilan tingkat mahir

Keterampilan tingkat mahir antara lain, memeriksa dengan cermat,

menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.

5. STAD (Student Teams Achievement Division)

Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif, salah satunya

adalah STAD. STAD merupakan salah satu tipe model pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pendekatan yang baik

untuk guru yang baru memulai menerapkan model pembelajaran

kooperatif dalam kelas (Pradnyo Wijayanti, 2002:2).

Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dalam

suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing

beranggotakan 4-5 siswa, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari

laki-laki dan perempuan, memiliki kemampuan yang beragam, kalau

dimungkinkan berasal dari berbagai suku. Anggota tim menggunakan

lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk

menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu

sama lain untuk memahami bahan pelajaran atau melakukan diskusi.

Menurut Slavin (1995:71): “STAD terdiri dari lima komponen

utama, yaitu penyajian materi, tim/kelompok, kuis, skor perkembangan

individu, dan penghargaan kelompok”. Selanjutnya Slavin menjelaskan

bahwa STAD dibagi menjadi beberapa kegiatan pengajaran, yaitu sebagai

berikut.

a. Pengajaran

Page 33: SKRIPSI UNNES 12

20

Tujuan pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai

dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam model pembelajaran

kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas.

Penyajian ini mencakup pembukaan, pengembangan, dan latihan

terbimbing dari keseluruhan pelajaran.

b. Belajar kelompok

Tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan

guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi

tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk

melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri

mereka dan teman satu kelompok. Guru mengamati kegiatan

pembelajaran secara seksama, memperjelas perintah, mereview

konsep, atau menjawab pertanyaan.

c. Kuis

Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Tujuannya untuk menunjukkan

apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok.

Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan

disumbangkan dalam nilai kelompok.

d. Penghargaan kelompok

Langkah awal adalah menghitung nilai kelompok dan nilai

perkembangan individu. Pemberian penghargaan kelompok

berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu.

Page 34: SKRIPSI UNNES 12

21

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah

sebagai berikut.

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Memberikan informasi/menyajikan materi yang akan diberikan

c. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok

beranggotakan 4-5 siswa.

d. Memberikan nama kelompok untuk masing-masing kelompok.

e. Menyajikan kartu soal dan memberikan lembar kerja siswa yang

dikerjakan dengan berdiskusi dalam kelompok masing-masing.

f. Mengingatkan siswa tetap bersama kelompoknya masing-masing

sampai selesai tugasnya dan bekerja dengan menggunakan

keterampilan-keterampilan kooperatif yang dikembangkan

g. Memberikan bimbingan pada kelompok.

h. Pemberian kuis yang dikerjakan secara individu.

i. Jawaban dari kuis dikoreksi secara bersama-sama.

j. Pemberian tugas kelompok.

6. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

Model pembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa

dengan pengetahuan yang fleksibel, yang dapat diterapkan dari suatu

permasalahan ke permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lainnya.

Model pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah

pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa belajar hanya terjadi jika

siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa

Page 35: SKRIPSI UNNES 12

22

sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang

dimilikinya. Pemaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa

di dalam model pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar

pengetahuan yang kuat dan mendalam sehingga siswa kaya akan

pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya.

a. Kunci Dasar Model Pembelajaran Kontekstual

The Nortwest regional Education Laboratory USA

mengidentifikasi adanya enam kunci dasar dari model pembelajaran

kontekstual, yaitu.

1) Pembelajaran Bermakna

Dalam pembelajaran bermakna, pemahaman, relevansi, dan

penilaian pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa dalam

mempelajari isi materi pelajaran. Pembelajaran dirasakan sangat

terkait dengan kehidupan nyata atau siswa mengerti manfaat isi

pembelajaran, jika mereka merasakan berkepentingan untuk belajar

demi kehidupan di masa mendatang.

2) Penerapan Pengetahuan

Jika siswa telah memahami apa yang dipelajari, maka siswa dapat

menerapkannya dalam tatanan kehidupan.

3) Berpikir Tingkat Tinggi

Siswa diminta untuk berpikir kritis dalam pengumpulan data,

pemahaman suatu isi dan pemecahan suatu masalah.

4) Kurikulum yang Dikembangkan Berdasarkan kepada Standar

Page 36: SKRIPSI UNNES 12

23

Isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar lokal, nasional,

dan perkembangan IPTEK dan dunia kerja.

5) Responsif terhadap Budaya

Guru harus memahami dan menghormati nilai, kepercayaan, dan

kebiasaan siswa, sesama rekan guru dan masyarakat tempat ia

mendidik. Setidaknya ada empat perspektif yang harus

diperhatikan: individu siswa, kelompok siswa, tatanan sekolah, dan

tatanan masyarakat.

6) Penilaian Autentik

Beberapa strategi penilaian untuk mengetahui hasil belajar siswa

diantaranya: penilaian atas proyek dan kegiatan siswa, pengetahuan

porofolio, rubrics, ceklis, dan panduan pengamatan disamping

memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut aktif berperan

serta dalam menilai pembelajaran mereka sendiri.

(M. Asikin, 2002:16)

b. Strategi Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual

Center for Occupational Research and Development

(CORD) mengemukakan bahwa terdapat 5 strategi bagi guru dalam

rangka penerapan model pembelajaran kontekstual, yang disingkat

REACT, yaitu sebagai berikut.

1) Relating, belajar dikaitakan dengan konteks pengalaman kehidupan

nyata.

Page 37: SKRIPSI UNNES 12

24

2) Experiencing, belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi),

penemuan (discovery), dan penciptaan (invention).

3) Applying, belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan didalam

konteks pemanfaatannya.

4) Cooperating, belajar melalui konteks komunikasi interpersonal,

pemakaian bersama, dan sebagainya.

5) Tranferring, belajar melalui pemanfaatan pengetahuan didalam

situasi atau konteks baru.

(M. Asikin, 2002:19)

c. Komponen CTL

Tujuh komponen pelaksanaan model pembelajaran CTL adalah

sebagai berikut.

1) Konstruktivisme (constructivism)

Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berpikir

(filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun

oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui

konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong.

Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi

makna melalui pengalaman nyata.

2) Menemukan (Inquiry)

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan

bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil

dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan

Page 38: SKRIPSI UNNES 12

25

yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang

diajarkannya.

3) Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari

‘bertanya’. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama

pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran

dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing,

dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan

bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan

pembelajaran inquiri, yaitu menggali informasi,

mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan

perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari

kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing

antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum

tahu.

5) Pemodelan (Modelling)

Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan

tertentu, ada model yang bisa ditiru. Dalam pendekatan CTL guru

bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan

melibatkan siswa.

Page 39: SKRIPSI UNNES 12

26

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau

berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan

dimasa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya

sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan

pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi

merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan

yang baru diterima.

7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Pembelajaran

yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu

siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan

ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di

akhir periode pembelajaran. Karena assement menekankan proses

pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus pada saat

melakukan proses pembelajaran.

(Tim Depdiknas, 2003:10-19)

d. Asesmen Autentik

Asesmen yang dilakukan menggunakan beragam sumber pada

saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Asesmen autentik biasanya

mengecek pengetahuan dan keterampilan siswa pada saat itu (aktual),

keterampilan, dan disposisi yang diharapkan dari kegiatan

Page 40: SKRIPSI UNNES 12

27

pembelajaran. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk melengkapi

informasi mengenai kemampuan, disposisi, kesenangan, dan

ketertarikan siswa dalam belajar matematika.

Beberapa teknik asesmen autentik yang dapat dilakukan antara

lain sebagai berikut.

1) Observasi

Pengamatan langsung mengenai tingkah laku siswa dalam kegiatan

pembelajaran sangat penting dalam melengkapi data asesmen.

Observasi melalui perencanaan yang matang dapat membantu

meningkatkan keterampilan mengobservasi. Dari kegiatan

observasi semacam ini dapat diperoleh gambaran mengenai sikap

dan disposisi terhadap matematika. Catatan hasil observasi berguna

bukan saja sebagai anecdotal records untuk keperluan asesmen dan

perencanaan pembelajaran, namun diperlukan dalam menentukan

tindakan yang harus dilakukan segera ketika guru menyajikan

konsep baru.

2) Asesmen diri

Assesmen ini bisa dimulai dengan memeriksa apakah pekerjaan

benar atau salah, menganalisis strategi yang dilakukan siswa lain,

dan melihat cara mana yang paling sesuai dengan pemikirannya.

3) Tes

Melalui tes dapat diperoleh informasi dan petunjuk mengenai

pembelajaran yang telah dan yang harus dilakukan selanjutnya

Page 41: SKRIPSI UNNES 12

28

daripada sekedar menentukan skor. Sayangnya tes kurang memberi

kesempatan pada siswa untuk berpikir mengapa suatu prosedur

diterapkan dan bagaimana memecahkan masalah, jika hasil tes

lebih dipentingkan dari pada bagaimana mengerjakannya.

e. Pelaksanaan Model Pembelajaran CTL adalah sebagai berikut.

1) Menyampaikan tujuan pembelajaran/indikator.

2) Menyajikan kartu soal dan lembar kerja siswa.

3) Siswa diminta berdiskusi dengan teman sebangku untuk

menyelesaiakan lembar kerja siswa tersebut.

4) Memberikan bimbingan pada siswa.

5) Meminta salah satu siswa untuk mempresentasikan hasil

diskusinya di depan kelas.

6) Siswa lain diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan dan

mengajukan pertanyaan, kemudian dibahas bersama-sama.

7) Siswa dengan bantuan guru menarik kesimpulan.

8) Memberikan umpan balik.

7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berbasis CTL

Pada model pembelajaran kooperatif Tipe STAD berbasis CTL,

siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa

sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang

dimilikinya, yang bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan

yang secara yang fleksibel, yang dapat diterapkan dari suatu permasalahan

ke permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lainnya.

Page 42: SKRIPSI UNNES 12

29

STAD dilaksanakan dengan menyertakan tujuh komponen CTL

yang meliputi: konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry),

bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community),

pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik

(authentic assesment) seperti yang telah diungkapkan di depan.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL akan

dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut.

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran/indikator.

b. Memberikan informasi/menyampaikan materi yang akan diberikan.

c. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang anggotanya terdiri

dari 4–5 siswa.

d. Memberikan nama kelompok untuk masing-masing kelompok.

e. Menyajikan kartu soal dan membagikan lembar kerja siswa kepada

masing-masing anggota kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan

secara berkelompok.

f. Mengingatkan siswa tetap bersama kelompoknya masing-masing

sampai selesai tugasnya dan bekerja dengan menggunakan

keterampilan-keterampilan kooperatif yang dikembangkan.

g. Memberikan bimbingan kepada kelompok.

h. Meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusinya.

i. Memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk berpendapat dan

mengajukan pertanyaan, kemudian membahasnya bersama-sama.

Page 43: SKRIPSI UNNES 12

30

j. Pemberian kuis yang dikerjakan secara individu.

k. Jawaban dari kuis dikoreksi bersama-sama.

l. Siswa dengan bantuan guru menarik kesimpulan.

m. Guru memberikan umpan balik.

n. Memberikan tugas kelompok sebagai tugas rumah yang dikerjakan

secara berkelompok.

o. Memberikan PR.

STAD berbasis CTL dalam penelitian ini merupakan pembelajaran

kooperatif dengan mengangkat masalah-masalah keseharian siswa

sehingga siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk

menyelesaikannya.

B. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

a. Persamaan Linear dengan Satu Variabel (PLSV)

Persamaan linear dengan satu variabel adalah persamaan yang

hanya memuat satu variabel dengan pangkat satu (Sukino W, 2004:166),

yang mempunyai bentuk umum:

ax + b = 0; dengan a adalah koefisien, b adalah konstanta dan a 0. ≠

Contoh persamaan linear dengan satu variabel.

1. a + 5 = 7 3. 95=

m

2. 3p – 2 = 13 4. x = 3x + 6

Page 44: SKRIPSI UNNES 12

31

b. Persamaan Linear dengan Dua Variabel (PLDV)

Persamaan linear dengan dua variabel adalah suatu persamaan

yang tepat mempunyai dua variabel (dimana masing-masing variabelnya

berpangkat satu dan tidak ada hasil kali antara kedua variabel tersebut)

dengan bentuk umumnya:

ax + by = c; dengan a, b adalah koefisien, c adalah konstanta dan a atau

b 0. ≠

Contoh persamaan linear dengan dua variabel.

1. x + y = 4 3. q = 2p – 4

2. 3a – b = 0 4. 632=+

nm

c. Sistem Persamaan Linear dengan Dua Variabel (SPLDV)

Sistem persamaan linear adalah dua persamaan linear atau lebih

yang menggunakan variabel-variabel yang sama (Tim Depdiknas,

2004:91). Jadi sistem persamaan linear dengan dua variabel adalah dua

persamaan linear atau lebih dimana masing-masing persamaannya

mempunyai dua variabel yang sama dengan bentuk umumnya:

ax + by = p x, y adalah variabel

cx + dy = q a,b,c,d adalah koefisien

p, q adalah konstanta

Penyelesaian sistem persamaan linear ini merupakan pasangan

berurutan bilangan yang memenuhi semua persamaan dalam sistem

tersebut.

Page 45: SKRIPSI UNNES 12

32

Andaikan persamaan berurutan (x1,y1) merupakan penyelesaian

sistem persamaan linear tersebut, maka harus berlaku ax1 + by1 = p dan cx1

+ dy1 = q.

Penyelesaian dari sistem persamaan linear dapat dicari dengan

beberapa metode yaitu metode substitusi, metode eliminasi, dan metode

grafik.

1) Metode Substitusi

Substitusi berarti mengganti. Menentukan penyelesaian sistem

persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi dilakukan

dengan cara mengganti salah satu variabel dengan variabel lainnya,

yaitu mengganti x dengan y, atau y dengan x jika persamaan memuat

variabel x dan y (M. Cholik, 2004:75).

Contoh:

Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan 2x + 4y = 56000

x + 3y = 34500

dengan menggunakan metode substitusi.

Penyelesaian:

x + 3y = 34500

⇔ x = 34500 – 3y

Substitusikan x = 34500 – 3y ke persamaan 2x + 4y = 56000,

sehingga diperoleh:

2x + 4y = 56000

⇔ 2 (34500 – 3y) + 4y = 56000

⇔ 69000 – 6y + 4y = 56000

⇔ 69000 – 2y = 56000

⇔ 69000 – 56000 = 2y

Page 46: SKRIPSI UNNES 12

33

⇔ 13000 = 2y

⇔ y = 6500

Substitusikan y = 6500 ke persamaan x + 3y = 34500, sehingga

diperoleh:

x + 3y = 34500

⇔ x + 3 (6500) = 34500

⇔ x + 19500 = 34500

⇔ x = 34500 – 19500

⇔ x = 15000

Jadi penyelesaiannya adalah x = 15000 dan y = 6500.

2) Metode Eliminasi

Metode eliminasi dilakukan dengan menghilangkan salah satu

variabel. Pada metode eliminasi, angka dari koefisien variabel yang

akan dihilangkan harus sama atau dibuat menjadi sama, sedangkan

tandanya tidak harus sama (M. Cholik, 2004:77).

Contoh:

Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan 2x + y = 6200

x + 3y = 3600

dengan menggunakan metode eliminasi.

Penyelesaian:

2x + y = 6200 X 1 2x + y = 6200

x + 3y = 3600 X2 2x + 6y = 7200 ⇒

-5y = -1000

5y = 1000

y = 200

2x + y = 6200 X3 6x + 3y = 18600 ⇒

x + 3y = 3600 X1 x + 3y = 3600

5x = 15000

x = 3000

Page 47: SKRIPSI UNNES 12

34

Jadi penyelesaiannya adalah x = 3000 dan y = 200.

3) Metode grafik

Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan

metode grafik, buat grafik (berupa garis lurus) dari persamaan-

persamaan linear yang diketahui dalam satu diagram. Koordinat titik

potong garis-garis tersebut merupakan penyelesaian dari sistem

persamaan (M. Cholik, 2004:81). Untuk membuat grafik dari

persamaan linear, tentukan terlebih dahulu koordinat titik yang terletak

pada grafik. Kedua titik itu dapat berupa titik potong grafik dengan

sumbu X maupun sumbu Y.

Contoh:

Dengan metode grafik, tentukan penyelesaian dari sistem persamaan

2x + 2y = 10000

2x + 4y = 12000

Penyelesaian:

Pada persamaan 2x + 2y = 10000 diperoleh tabel:

x 0 6000

y 3000 0

(x,y) (0,3000) (6000,0)

x 0 5000

y 5000 0

y (x, ) (0,5000) (5000,0) Pada persamaan 2x + 4y = 12000 diperoleh tabel:

Grafik dari sistem persamaan tersebut adalah sebagai berikut.

Page 48: SKRIPSI UNNES 12

35

Y 5

4

3

2

1

0 1 2 3 4 5 6 X

Koordinat titik potong kedua grafik adalah (4000, 1000).

Jadi penyelesaiannya adalah x = 4000 dan y = 1000.

d. Implementasi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan Pendekatan

CTL

Sistem persamaan linear dua variabel dalam pembelajaran CTL

disampaikan dengan mengangkat permasalahan yang sering dijumpai

siswa dalam kehidupan sehari-harinya. Dari permasalahan-permasalahan

tersebut siswa diarahkan untuk menyelesaikannya dengan menggunakan

sistem persamaan linear dua variabel. Permasalahan tersebut disajikan

dalam bentuk soal cerita. Soal cerita adalah soal matematika yang

disajikan dengan kalimat yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

serta memuat masalah yang menuntut pemecahannya. Untuk

menyelesaikan soal-soal cerita yang berkaitan dengan SPLDV, siswa perlu

menterjemahkan terlebih dahulu soal cerita tersebut ke dalam kalimat

matematika dalam bentuk persamaan. Kalimat matematika adalah kalimat

yang ditulis dengan lambang matematika yang dapat membuat kalimat itu

menjadi benar atau salah (Sukino W, 2004:167). Kemudian diselesaikan

Page 49: SKRIPSI UNNES 12

36

persamaannya bisa dengan menggunakan metode substitusi, metode

eliminasi, maupun metode grafik.

Contoh:

1) Dalam rangka PON diadakan

pertandingan bulu tangkis antar kelas.

Lapangan tersebut mempunyai keliling

39 m. Selisih panjang dan lebarnya

adalah 7,3 m. Berapa panjang

lapangan? Berapa lebar lapangan?

Penyelesaian:

Diketahui:

keliling lapangan berbentuk persegi panjang adalah 39 m

selisih panjang dan lebarnya adalah 7,3 m

Ditanya:

panjang lapangan?

lebar lapangan?

Penyelesaian:

Misalkan p: adalah panjang lapangan (dalam meter)

l : adalah lebar lapangan (dalam meter)

Keliling persegi panjang: 2p + 2l = 39

Selisih panjang dan lebar: p – l = 7,3

Sistem persamaannya adalah 2p + 2l = 39

p – l = 7,3

Page 50: SKRIPSI UNNES 12

37

Penyelesaian sistem persamaan ini dapat memilih salah satu metode.

Jika dipilih metode substitusi, maka langkah penyelesaiannya adalah

sebagai berikut.

p – l = 7,3 p = 7,3 + l ⇔

Kemudian substitusikan p dengan 7,3 + l pada persamaan 2p + 2l = 39,

sehingga diperoleh:

2p + 2l = 39

⇔ 2 (7,3 + l) + 2l = 39

⇔ 14,6 + 2l + 2l = 39

⇔ 4l + 14,6 = 39

⇔ 4l = 39 – 14,6

⇔ 4l = 24,4

1,6=⇔ l

Kemudian substitusikan l = 6,1 pada persamaan p = 7,3 + l, sehingga

diperoleh:

p = 7,3 + l

4,13

1,63,7=⇔

+=⇔pp

Jadi diperoleh l = 6,1 m dan p = 13,4 m, berarti panjang lapangan

adalah 13,4 m dan lebar lapangan adalah 6,1 m.

Page 51: SKRIPSI UNNES 12

38

2)

Lisa dan Zi pergi ke sebuah toko pakaian, mereka membeli topi dan

kaos dengan merek dan harga yang sama. Lisa membeli 1 topi dan 2

kaos seharga Rp 60.000,00. Zi membeli 2 topi dan 3 kaos seharga Rp

95.000,00. Berapa harga 1 topi? Berapa harga 1 kaos?

Rp 60.000,00 Rp 95.000,00

Penyelesaian:

Diketahui:

harga 1 topi dan 2 kaos adalah Rp 60.000,00

harga 2 topi dan 3 kaos adalah Rp 95.000,00

Ditanya:

harga 1 topi?

harga 1 kaos?

Penyelesaian:

Misalkan:

harga sebuah topi = x

harga sebuah kaos = y

maka harga 1 topi dan 2 kaos: x + 2y = 60000 dan

Page 52: SKRIPSI UNNES 12

39

harga 2 topi dan 3 kaos: 2x + 3y = 95000

Sistem persamaannya: x + 2.y = 60000 (1)

2x + 3y = 95000 (2)

Dengan metode eliminasi dapat diselesaikan sebagai berikut.

x + 2y = 60000 X 2 ⇔ 2x + 4y = 120000

2x + 3y = 95000 X 1 2x + 3y = 95000

y = 25000

x + 2y = 60000 X 3 ⇔ 3x + 6y = 180000

2x + 3y = 95000 X 2 ⇔ 4x + 6y = 190000

-x = - 10000

⇔ x = 10000

Jadi diperoleh nilai x = 10000 dan nilai y = 25000.

Sehingga, harga 1 topi adalah Rp 10.000,00 dan harga 1 kaos

Rp 25.000,00.

3) Tika memesan 1 mangkuk mie ayam dan 2 gelas

es jeruk. Ema memesan 1 mangkuk mie ayam dan

1 gelas es jeruk. Mereka membayar dengan uang

pas. Tika membayar Rp 5.000,00 dan

Ema membayar Rp 4.000,00. Dengan menggunakan metode

substitusi, berapa harga 1 mangkuk mie ayam? Berapa harga 1 gelas es

jeruk?

Diketahui:

harga semangkuk mie ayam dan dua gelas es jeruk adalah

Page 53: SKRIPSI UNNES 12

40

Rp 5.000,00

harga semangkuk mie ayam dan segelas es jeruk adalah

Rp 4.000,00

Ditanya:

harga semangkuk mie ayam?

harga segelas jeruk?

Penyelesaian:

Misalkan:

harga semangkuk mie ayam = x

harga segelas es jeruk = y

harga semangkuk mie ayam dan dua gelas es jeruk: x + 2y = 5000

harga semangkuk mie ayam dan segelas es jeruk: x + y = 4000

Sistem persamannya: x + 2y = 5000

x + y = 4000

x + y = 4000 x = 4000 – y ⇒

pada persamaan x + 2y = 5000, ganti x dengan 4000 – y, sehingga

diperoleh:

x + 2y = 5000

⇔ ( 4000 – y ) + 2y = 5000

⇔ 4000 + y = 5000

⇔ y = 5000 – 4000

⇔ y = 1000

substitusi y = 1000 ke persamaan x + y = 4000, sehingga diperoleh:

Page 54: SKRIPSI UNNES 12

41

x + y = 4000

⇔ x + (1000) = 4000

⇔ x = 4000 – 1000

⇔ x = 3000

Jadi diperoleh niali x = 3000 dan y = 1000.

Jadi harga semangkuk mie ayam adalah Rp 3000,00 dan harga segelas

es jeruk adalah Rp 1000,00.

4) Andi membeli 2 bola dari bahan plastik

dan 2 gelang dari bahan karet seharga

Rp 10.000,00. Anto membeli 2 bola dan

4 gelang yang sama seharga

Rp 12.000,00. Dengan metode grafik,

Rp 10.000,00 Rp 12.000,00

Berapa harga 1 bola?

Berapa harga 1 gelang?

Penyelesaian:

Diketahui:

harga 2 bola dan 2 gelang Rp 10.000,00

harga 2 bola dan 4 gelang Rp 12.000,00

Ditanya:

harga sebuah bola?

harga sebuah gelang?

Penyelesaian:

Misalkan:

Page 55: SKRIPSI UNNES 12

42

harga sebuah bola = x rupiah

harga sebuah gelang = y rupiah

harga 2 bola dan 2 gelang: 2x + 2y = 10000

harga 2 bola dan 4 gelang: 2x + 4y = 12000

Sistem persamaannya: 2x + 2y = 10000

2x + 4y = 12000

Pada persamaan 2x + 2y = 10000, Pada persamaan 2x + 4y = 12000

diperoleh tabel: diperoleh tabel:

x 0 6000

y 3000 0

(x,y) (0,3000) (6000,0)

x 0 5000

y 5000 0

(x,y) (0,5000) (5000,0)

Y 5

r 4

i 3

b 2

u 1

a 0 1 2 3 4 5 6 X

n r i b u a n

Jadi penyelesaian dari sistem persamaan tersebut adalah (4000, 1000).

Jadi harga sebuah bola Rp 4.000,00 harga sebuah gelang adalah

Rp 1.000,00.

Page 56: SKRIPSI UNNES 12

43

C. Kerangka Berpikir

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pencapaian hasil

belajar agar maksimal yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar siswa

tersebut. Adapun faktor dari luar diantaranya: kurikulum, program, sarana,

fasilitas dan guru atau tenaga pengajar. Ketepatan memilih model

pembelajaran sangatlah penting dalam proses belajar mengajar untuk

mendapatkan hasil belajar yang maksimal dan menyeluruh.

Model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar

mengajar hendaknya ditujukan untuk meningkatkan mutu sumber daya

manusia yang bermanfaat bagi kehidupan dimasa mendatang dan dapat

mencetak siswa yang berkualitas dengan memiliki keterampilan dan daya

kreativitas yang tinggi sehingga akan dapat memenuhi tuntutan zaman yang

akan datang serta mampu memecahkan dan mengatasi problema kehidupan di

dalam dunia nyata.

Melalui model pembelajaran kooperatif Tipe STAD Berbasis

Contextual Teaching And Learning (CTL) siswa akan mengetahui makna

belajar dan dapat menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang

diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.

Pembelajaran matematika yang biasanya menggunakan metode

ekspositori memang sudah membuat siswa aktif, namun hasilnya kurang

optimal. Sehingga siswa kurang termotivasi untuk memunculkan ide-ide

kreatifnya. Hal itu belum cukup untuk membekali siswa dalam menghadapi

dunia nyata setelah dia lulus dari sekolah. Penerapan model pembelajaran

Page 57: SKRIPSI UNNES 12

44

kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL)

diharapkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

D. Hipotesis Penelitian

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis Contextual

Teaching And Learning (CTL) lebih baik dibandingkan model pembelajaran

CTL terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Sistem Persamaan Linear

Dua Variabel kelas VIII semester I SMP Negeri 3 Ungaran Tahun Pelajaran

2005/2006.

Page 58: SKRIPSI UNNES 12

45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penentuan Obyek

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII

semester I SMP N 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2005/2006 yang terdiri dari

enam kelas.

2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik

random sampling. Hal ini dilakukan setelah memperhatikan ciri-ciri antara

lain: usia siswa pada saat diterima di SMP relatif sama, siswa mendapat

materi berdasarkan kurikulum yang sama, siswa diampu oleh guru yang

sama, siswa yang menjadi obyek penelitian duduk pada tingkat kelas yang

sama dan pembagian kelas tidak berdasarkan ranking. Dengan

menggunakan teknik random sampling diperoleh dua kelas sebagai kelas

sampel yaitu kelas VIII F sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D

sebagai kelas kontrol. Sedang untuk kelas uji coba adalah kelas VIII E.

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.

1. Variabel Bebas

45

Page 59: SKRIPSI UNNES 12

46

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif

tipe STAD berbasis CTL.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika

materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada siswa kelas

VIII semester I SMP N 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2005/2006.

C. Desain Penelitian

Sebelum menerapkan pembelajaran pada kedua kelas yaitu kelas

eksperimen dan kelas kontrol perlu diadakan uji normalitas, uji kesamaan dua

varians (homogenitas), dan uji kesamaan rata-rata dari data nilai rata-rata

siswa sebelumnya. Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD berbasis CTL. Sedangkan pada kelas kontrol,

pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan kurikulum 2004 yaitu dengan model

pembelajaran CTL.

Setelah proses belajar mengajar selesai, dilakukan evaluasi untuk

mengetahui hasil belajar siswa. Evaluasi dilakukan pada kedua kelas sampel

yaitu kelas VIII F dan VIII D dengan soal evaluasi yang sama. Soal evaluasi

tersebut terlebih dahulu telah diuji cobakan pada kelas uji coba yaitu kelas

VIII E. Analisis instrumen tersebut meliputi analisis validitas, analisis daya

pembeda soal, analisis taraf kesukaran, dan analisis reliabilitas.

Data yang diperoleh dari hasil evaluasi dari kedua kelas sampel

dianalisis dengan statistik yang sesuai, yang meliputi uji normalitas, uji

Page 60: SKRIPSI UNNES 12

47

kesamaan dua varians (homogenitas), uji perbedaan rata-rata atau uji pihak

kanan, estimasi hasil belajar, dan uji ketuntasan hasil belajar.

Data tentang perubahan tanggapan siswa mengenai model

pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL diperoleh dari angket

refleksi yang diberikan pada siswa disetiap akhir pembelajaran. Sedang untuk

aktivitas siswa dan bagaimana pengelolaan pembelajaran oleh guru datanya

diperoleh dengan melakukan observasi disetiap pembelajaran.

D. Prosedur Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpul Data

a. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh daftar nama siswa yang

akan menjadi sampel penelitian dan daftar nama siswa yang akan

menjadi responden dalam uji coba instrumen. Selain itu, dokumentasi

digunakan untuk memperoleh data nilai awal siswa yaitu dari nilai

rata-rata matematika pada bab sebelumnya. Dari data tersebut dapat

diketahui tingkat kemampuan siswa, sehingga dapat dibuat kelompok-

kelompok yang heterogen. Data nilai awal tersebut juga digunakan

untuk mengetahui normalitas dan homogenitas awal sampel.

b. Tes

Tes digunakan untuk mengambil data tentang hasil belajar matematika

pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada siswa

Page 61: SKRIPSI UNNES 12

48

yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Tes yang digunakan adalah

tes bentuk uraian.

c. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data pengelolaan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL oleh guru dan

aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

d. Angket

Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui apakah ada

perubahan sikap setelah diberi tindakan pada setiap akhir

pembelajaran. Angket ini juga untuk mengetahui pendapat siswa

tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Dokumentasi

Data tentang nama-nama siswa yang menjadi sampel dalam penelitian

ini yaitu siswa kelas VIII F dan VIII D dan data nilai awal matematika

siswa yang diperoleh dari nilai rata-rata pada bab sebelumnya,

diperoleh dari dokumentasi yang dimiliki sekolah yang menjadi

populasi yaitu SMP Negeri 3 Ungaran. Daftar nama siswa untuk kedua

kelas sampel dapat dilihat pada lamipran 1 halaman 87 dan data nilai

awal siswa selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 88.

b. Lembar Observasi

Lembar observasi berisi tentang data aktivitas siswa dan pengelolaan

pembelajaran oleh guru selama pembelajaran berlangsung. Lembar

Page 62: SKRIPSI UNNES 12

49

observasi yang disediakan peneliti diisi oleh observer pada setiap

pembelajaran koopeatif tipe STAD berbasis CTL berlangsung.

1) Indikator yang diukur dengan menggunakan lembar observasi

aktivitas pengelolaan pembelajaran oleh guru adalah sebagai

berikut.

a) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

a) Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

b) Pemberian tugas secara kelompok

c) Membantu kerja kelompok

d) Presentasi

e) Memberikan pemahaman dan umpan balik

f) Evaluasi kelompok dan individu

g) Refleksi

Lembar observasi aktivitas pengelolaan pembelajaran oleh guru

dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 111.

2) Indikator yang diukur dengan menggunakan lembar observasi

aktivitas siswa adalah sebagai berikut.

a) Perhatian dalam belajar matematika

b) Cepat dalam membentuk kelompok

c) Mau berbagi dengan orang lain

d) Siswa bersifat fleksibel dan terbuka

e) Melakukan kerja sama secara aktif dan terarah

Page 63: SKRIPSI UNNES 12

50

f) Mencari tahu pada teman/guru tentang hal-hal yang kurang

dimengerti

g) Respon positif terhadap siswa yang melakukan presentasi:

bertanya, memberi tanggapan, menyanggah

h) Mampu menerima pendapat, sanggahan dari siswa lain

i) Menyelesaikan tugas dalam kelompok

j) Siswa mendapatkan kesempatan untuk melakukan refleksi

Lembar observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran 16

halaman 114.

c. Angket

Angket tentang perubahan sikap dan pendapat siswa ini, diberikan

pada siswa disetiap akhir pembelajaran koopeatif tipe STAD berbasis

CTL. Adapun Indikator yang digunakan untuk mengetahui perubahan

sikap dan pendapat siswa mengenai model pembelajaran kooperatif

tipe STAD berbasis CTL adalah sebagai berikut.

1) Tanggapan pembelajaran

2) Tanggapan siswa terhadap kerja kelompok

3) Pengaruh pembelajaran terhadap keberanian siswa

4) Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran

5) Pengaruh pembelajaran terhadap semangat siswa

6) Tanggapan siswa terhadap evaluasi pembelajaran

7) Pengaruh diskusi kelompok terhadap keberanian siswa

Page 64: SKRIPSI UNNES 12

51

Angket mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran

selengkapnya terdapat pada lampiran 17 halaman 117.

d. Tes

Tes dilakukan pada akhir pembelajaran materi pokok Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel pada kelas eksperimen maupun kelas

kontrol. Soal tes yang akan diberikan tersebut, sudah diuji cobakan

terlebih dahulu pada kelas uji coba. Soal tes yang sudah dianalisis dan

dinyatakan valid itulah yang diberikan sebagai soal evaluasi pada

kedua kelas sampel.

1) Materi dan Bentuk Tes

Materi yang digunakan dalam penyusunan tes adalah Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel. Sedangkan bentuk tes yang

digunakan adalah bentuk uraian. Ada beberapa kelebihan dalam

pemakaian bentuk soal uraian antara lain sebagai berikut.

a) Mudah disiapkan dan disusun

b) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau

untung-untungan.

c) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta

menyusunnya dalam bentuk kalimat yang bagus.

d) Memberi kesempatan pada siswa untuk mengutarakan

maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.

e) Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah

yang diteskan.

Page 65: SKRIPSI UNNES 12

52

Selain kelebihan, pemakaian soal bentuk uraian juga mempunyai

kebukurukan sebagai berikut.

a) Kadar validitas dan reliabilitas rendah karena sukar diketahui

segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang telah dikuasai.

b) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan

pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja

(terbatas).

c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur

subyektif.

d) Pemeiksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan

individual lebih banyak dari penilai.

e) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan pada

orang lain.

(Suharsimi Arikunto, 2002:163)

2) Metode Penyusunan Perangkat Tes

Langkah-langkah dalam menyusun perangkat tes adalah sebagai

berikut.

a) Pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan

Bahan yang diteskan adalah pokok bahasan Sistem Persamaan

Linear Dua Variabel yang penyelesaiannya dapat menggunakan

metode substitusi, metode eliminasi, dan metode grafik.

b) Menentukan tipe soal

Page 66: SKRIPSI UNNES 12

53

Hasil belajar siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe

STAD berbasis CTL pada materi pokok Sistem Persamaan

Linear Dua Variabel tidak hanya dilihat dari benar atau

salahnya hasil perhitungan akhir siswa dalam menyelesaikan

soal. Akan tetapi perlu diketahui juga bagaimana cara siswa

menuangkan ide-ide dan pengetahuan yang dimilikinya untuk

memecahkan suatu permasalahan yang kontekstual serta

bagaimana siswa mengungkapkan ide-idenya tersebut dalam

bentuk kalimat matematika. Dari hasil pekerjaan siswa tersebut

dapat diketahui sejauh mana siswa memahami suatu

permasalahan dan apakah siswa dapat menterjemahkan

permasalahan kontekstual tersebut kedalam kalimat matematika

serta bagaimana siswa dalam menyelesaikan permasalahan

tersebut. Sehingga tipe soal yang tepat untuk mengukur hasil

belajar siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD

berbasis CTL adalah soal uraian.

c) Kaidah penulisan butir soal tes uraian sebagai berikut.

(1) Hendaknya soal-soal tes meliputi ide-ide pokok dari bahan

yang diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang

sifatnya komprehensif.

(2) Hendaknya soal tidak mengambil kalimat yang disalin

langsung dari buku.

Page 67: SKRIPSI UNNES 12

54

(3) Pada waktu penyusunan, hendaknya soal sudah dilengkapi

dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.

(4) Diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara

“Jelaskan”, “Bagaimana”, “Mengapa”, agar dapat diketahui

lebih jauh penguasaan siswa terhadap materi.

(5) Hendaknya soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah

dipahami oleh tercoba.

(6) Hendaknya ditegaskan model jawaban yang dikehendaki

oleh penyusun. Untuk itu pertanyaan seharusnya spesifik.

(Suharsimi Arikunto, 2002:163).

E. Analisis Data

1. Analisis Uji Coba Tes

Adapun analisis yang digunakan dalam pengujian instrumen tes

meliputi: validitas, daya pembeda, taraf kesukaran dan reliabilitas.

a. Analisis Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kesahihan atau kevalidan suatu instrumen. Rumus yang digunakan

adalah:

( ){ } ( ){ }2222 yynxxn

yxxynrxyΣ−ΣΣ−Σ

ΣΣ−Σ=

Keterangan:

= koefisien korelasi antara x dan y xyr

Page 68: SKRIPSI UNNES 12

55

n = jumlah siswa

xΣ = skor tiap butir soal

yΣ = skor total

Kriteria pengujian validitas dikonsultasikan dengan harga

product momen pada tabel dengan taraf signifikan 5%, jika rxy > r

(tabel) maka item soal tersebut dikatakan valid.

(Suharsimi Arikunto, 2002:72)

b. Analisis Daya Pembeda

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kesanggupan soal

tersebut dalam membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang

lemah atau kurang pandai.

Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda untuk

test yang berbentuk uraian adalah dengan menggunakan rumus uji t

sebagai berikut:

)1(

)(2

22

1

−∑+∑

−=

ii nnxx

MLMHt

Keterangan:

MH = rata-rata dari kelompok atas

ML = rata-rata dari kelompok bawah

= jumlah deviasi kelompok atas 21xΣ

= jumlah deviasi kelompok bawah 22xΣ

ni = 27% x N, dengan N adalah jumlah peserta tes

Page 69: SKRIPSI UNNES 12

56

Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan t tabel,

)1()1( −+−= iik nnd dan α =5% jika maka daya beda tabelhitung tt >

soal tersebut signifikan.

(Zainal Arifin, 1991:141)

c. Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal

Jawaban terhadap butir item soal bentuk uraian secara teoritis

tidak ada yang salah mutlak, sehingga derajat kebenaran jawaban

tersebut akan berperingkat sesuai dengan mutu jawaban masing-

masing siswa. Untuk menginterprestasikan tingkat kesukaran

digunakan tolok ukur sebagai berikut:

1) jumlah responden gagal %27≤ dikategorikan soal mudah,

2) jumlah responden gagal 28% - 72% dikategorikan soal sedang,

3) jumlah responden gagal dikategorikan soal sukar, dan %73≥

4) batas lulus ideal 60 untuk skala 0 – 100.

Oleh karena skor butir item bersifat tidak mutlak, maka

ketentuan yang benar dan yang salah juga bersifat tidak mutlak.

Ketidak mutlakan tersebut dapat ditentukan oleh penyusun tes atau

penguji sendiri (Zainal Arifin, 1991:135).

d. Analisis Reliabilitas

Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat

memberikan hasil yang tetap, artinya apabila tes dikenakan pada

sejumlah subyek yang sama pada lain waktu, maka hasilnya akan tetap

Page 70: SKRIPSI UNNES 12

57

sama atau relatif sama. Untuk mencari reliabilitas soal bentuk uraian

digunakan rumus alpha, yaitu:

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ Σ−⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛

−= 2

2

11 11 t

b

kkr

σσ

Keterangan:

= reliabilitas soal 11r

= jumlah varians skor tiap butir 2bσΣ

= varians total 2tσ

k = banyak item soal

Kriteria pengujian reliabilitas tes dikonsultasikan dengan harga

r product moment pada tabel, jika maka item tes yang

diujicobakan reliabel.

tabelrr >11

(Suharsimi Arikunto, 2002:171)

2. Analisis Tahap Akhir

a. Penskoran dan Penilaian

Karena soal tes yang digunakan merupakan soal yang

berbentuk soal uraian maka skala skor yang diberikan 0 – 100. Dalam

memberikan nilai kepada siswa, guru diwajibkan untuk mengubah skor

mentah yang diperolehkan langsung dari mengerjakan tes menjadi skor

bestandar 100.

(Suharsimi Arikunto, 2002:236)

Page 71: SKRIPSI UNNES 12

58

b. Analisis Uji Pra Hipotesis

Analisis hipotesis dilakukan untuk membuktikan bahwa

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berangkat dari titik tolak

yang sama. Data yang dipakai dalam analisis ini adalah nilai rata-rata

matematika bab sebelumnya.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan

digunakan dalam mengolah data, yang paling penting adalah untuk

menentukan apakah menggunakan statistik parametrik atau non

parametrik. Rumus yang digunakan adalah uji Chi-Kuadrat sebagai

berikut:

∑=

−=

k

i i

ii

EEOX

1

22 )(

Keterangan:

2χ = Chi -Kuadrat

iΟ = frekuensi yang diperoleh dari data penelitian

iΕ = frekuensi yang diharapkan

k = banyaknya kelas interval

Jika jika X2 hit < X2 tabel, maka data berdistribusi normal dengan

taraf signifikansi α = 5% dan dk = k – 3.

(Sudjana, 1996:273)

Page 72: SKRIPSI UNNES 12

59

2) Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa

sampel penelitian berangkat dari kondisi yang sama atau homogen,

yang selanjutnya untuk menentukan statistik t yang akan digunakan

dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas digunakan untuk

mengetahui apakah varians dari data yang digunakan sama atau

tidak.

Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai

berikut.

22

210 : σσ =H sampel homogen

22

21: σσ ≠aH sampel tidak homogen

Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan rumus sebagai

berikut.

terkecil

terbesarFvarvar

=

Jika , dengan dk

pembilang dk penyebut, maka kedua kelompok

mempunyai varians yang sama atau kedua kelompok tersebut

homogen.

)1,1(2/1 21 −−⟨ nnhit FF α 1%,5 1 −= nα

12 −n

(Sudjana, 1996:250)

3) Uji Kesamaan Rata-Rata

Analisis data dengan uji t digunakan untuk menguji hipotesis.

Page 73: SKRIPSI UNNES 12

60

Ho: 21 μμ = rata-rata data dari kedua kelompok sama

Ha: 21 μμ ≠ rata–rata data dari kedua kelompok berbeda

1μ = rata-rata data kelompok eksperimen

2μ = rata-rata data kelompok kontrol

Maka untuk menguji hipotesis digunakan rumus:

21

21

11nn

s

XXt+

−=

dengan 2

)1()1(

21

222

2112

−+−+−

=nn

snsns

Keterangan:

1X = Nilai rata-rata kelompok eksperimen

2X = Nilai rata-rata kelompok kontrol

n1 = Banyaknya subyek kelompok eksperimen

n2 = Banyaknya subyek kelompok kontrol

dengan kreteria pengujian terima Ho jika tabelhitungtabel ttt <<−

dengan derajat kebebasan 221 −+= nndk , taraf signifikan 5% dan

tolak Ho untuk harga t lainnya.

(Sudjana, 1996:239)

Page 74: SKRIPSI UNNES 12

61

c. Analisis Uji Hipotesis

1) Uji Normalitas

Langkah-langkah pengujian normalitas sama dengan langkah-

langkah uji normalitas pada uji pra hipotesis.

2) Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)

Langkah-langkah pengujian homogenitas sama dengan langkah-

langkah uji homogenitas pada uji pra hipotesis.

3) Uji Perbedaan Rata-rata (Uji Pihak Kanan)

Hipotesis yang diajukan dalam uji perbedaan rata-rata adalah

sebagai berikut.

210 : μμ =H tidak ada perbedaan rata-rata dari kedua kelompok

21: μμ >iH rata-rata data kelompok eksperimen lebih baik dari

kelompok kontrol

μ1 = rata-rata data kelompok eksperimen

μ2 = rata-rata data kelompok kontrol

Uji perbedaan rata-rata dilakukan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut.

a) Jika 21 σσ ≠

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

−=

2

22

1

21

21

ns

ns

XXt

Page 75: SKRIPSI UNNES 12

62

b) jika 21 σσ =

21

21

11nn

s

XXt+

−=

dengan,

( ) ( )2

11

21

222

2112

−+−+−

=nn

snsns

Keterangan:

1X = rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen

2X = rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol

1n = banyaknya siswa kelas eksperimen

2n = banyaknya siswa kelas kontrol

21s = varians kelompok eksperimen

22s = varians kelompok kontrol

2s = varians gabungan

dengan dk = ( kriteria pengujian tersebut ditolak jika

dengan menentukan taraf signifikan

)221 −+ nn

)()( tabeltdatat ≥ α = 5%.

Kriteria penolakan adalah . oH )2(),1( 21 −+−≥ nnhitung tt α

(Sudjana, 1996:243)

4) Estimasi Rata-Rata Hasil Belajar

Analisis ini digunakan untuk memprediksi nilai rata-rata hasil

belajar siswa.

Page 76: SKRIPSI UNNES 12

63

Rumus yang digunakan adalah:

( ) ( ) nstx

nstx .. 975,0975,0 υυ μ +<<−

Keterangan:

x = rata-rata hasil belajar

s = standar deviasi

n = banyaknya siswa

v = n – 1

( )υ975,0t = bilangan t didapat dari tabel normal baku untuk peluang

(Sudjana, 1996:202).

5) Uji Rata-Rata (Uji Pihak Kanan)

Analisis ini digunakan untuk menguji ketuntasan belajar siswa.

Siswa dipandang tuntas dalam belajar jika mampu menyelesaikan,

menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran

minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran.

(E. Mulyasa, 2003:99)

Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : 0μ < 6,5 belum mencapai ketuntasan belajar

Ha : 0μ > 6,5 telah mencapai ketuntasan belajar

Rumus yang digunakan adalah:

t =

nS

x 0μ−

Page 77: SKRIPSI UNNES 12

64

Keterangan:

x = rata-rata hasil belajar

S = simpangan baku

n = banyaknya siswa

Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika thitung > t(1- )1)( −nα dan

terima Ho dalam hal lainnya. Dengan taraf nyata α = 5%, dk = (n

- 1).

(Sudjana, 1996:227)

F. Hasil Uji Coba Instrumen Tes

1. Validitas Soal

Berdasarkan perhitungan validitas soal dengan menggunakan rumus

korelasi product moment, diperoleh tujuh butir soal yang valid yaitu butir

soal nomor: 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9 adapun yang tidak valid adalah butir soal

nomor 1, 7, dan 10. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

10 halaman 106.

2. Daya Pembeda Soal

Berdasarkan uji coba dengan taraf signifikan 5 % dan dk = 12 + 12 – 2 =

22, diperoleh ttabel = 1.72. Dari hasil perhitungan daya pembeda soal,

dengan kriteria t > ttabel butir soal dikatakan signifikan, diperoleh butir soal

2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, dan 10 memiliki daya pembeda yang signifikan. Butir

soal yang insignifikan adalah butir nomor 1 dan 7. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 106.

Page 78: SKRIPSI UNNES 12

65

3. Taraf Kesukaran Butir Soal

Hasil dari perhitungan tingkat kesukaran butir soal, diperoleh butir soal

nomor 1, 3, 4, 5, dan 8 termasuk kriteria mudah. Untuk butir soal nomor

2, 6, 7, 9, dan 10 termasuk kriteria sedang. Perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 106.

4. Reliabilitas Soal

Berdasarkan uji coba dengan taraf signifikan 5 % dan n = 44 diperoleh

rtabel = 0.297. Perhitungan dengan menggunakan rumus alpha diperoleh

nilai r = 0.677. Dapat dilihat bahwa nilai r > rtabel , sehingga dapat

disimpulkan bahwa instrumen tes tersebut reliabel. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 110.

5. Penentuan Instrumen

Berdasarkan hasil perhitungan analisis validitas, daya pembeda soal,

tingkat kesukaran, dan reliabilitas soal, diperoleh butir soal uji coba yang

layak untuk digunakan sebagai instrumen untuk mengambil data pada

penelitian ini sebanyak 7 (tujuh) butir soal, yaitu soal nomor 2, 3, 4, 5, 6,

8, dan 9. Sedang soal yang tidak dipakai adalah soal nomor 1, 7, dan 10.

Keterangan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 106.

Page 79: SKRIPSI UNNES 12

66

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Pra Uji Hipotesis

a. Uji Normalitas

Pengujian kenormalan distribusi populasi digunakan uji Chi-Kuadrat.

Nilai awal yang digunakan untuk menguji normalitas distribusi

populasi adalah nilai rata-rata matematika siswa pada bab sebelumnya.

Berdasarkan perhitungan uji normalitas diperoleh χ2hitung = 5.57, dan

χ2tabel = 9.49. Karena χ2

hitung < χ2tabel maka dapat dikatakan bahwa

populasi berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya terdapat pada

lampiran 3 halaman 89. Untuk data nilai awal kedua kelas sampel

dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 88.

b. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)

Uji homogenitas ini, bertujuan untuk mengetahui apakah data nilai

awal sampel mempunyai varians yang sama (homogen).

22

210 : σσ =H kedua kelompok mempunyai varians yang homogen

22

21: σσ ≠aH kedua kelompok mempunyai varians yang heterogen

66

Page 80: SKRIPSI UNNES 12

67

Dari perhitungan diperoleh:

Sumber variasi Eksperimen Kontrol

Jumlah 2850 2825 n 46 44 x 61.96 64,20

Varians (s2) 160.31 154,59 Standart deviasi (s) 12.66 12,43

F 037.159.15431.160

==

Ftabel = 1.82

H0 diterima apabila F < Ftabel, berdasarkan perhitungan terlihat bahwa

F < Ftabel berarti Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

kedua kelompok sampel mempunyai varians yang sama. Untuk

perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4 halaman 90.

c. Uji kesamaan rata-rata (uji dua pihak)

Ho : 21 μμ = tidak ada perbedaan rata-rata dari kedua kelompok

Ha : 21 μμ ≠ ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara kedua

kelompok

Dari perhitungan diperoleh:

Sumber variasi Eksperimen Kontrol

Jumlah 2850 2825 n 46 44 x 61.96 64,20

Varians (s2) 160.31 154,59 Standart deviasi (s) 12.66 12,43

Dari kedua kelompok diperoleh Sgabungan = 12.55.

Page 81: SKRIPSI UNNES 12

68

Dengan uji t diperoleh thitung = -0.85 dan ttabel = 1.99.

Kriteria penerimaan H0 apabila –ttabel < thitung < ttabel. Karena thitung

berada pada daerah penerimaan H0 maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk perhitungan selengkapnya

terdapat pada lampiran 5 halaman 91.

Berdasarkan analisis pra uji hipotesis diperoleh bahwa populasi

berdistribusi normal, homogen dan memiliki rata-rata nilai awal yang

sama. Hal ini mempunyai arti bahwa kelas sampel berangkat dari kondisi

awal yang sama.

2. Analisis Uji Hipotesis

a. Uji Normalitas

Sebelum menguji hipotesis yang diajukan terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas. Hal ini dilakukan untuk menentukan statistik yang

digunakan dalam pengujian hipotesis. Untuk menguji kenormalan data

digunakan uji Chi-Kuadrat. Data yang digunakan adalah data hasil

belajar siswa materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

Berdasarkan perhitungan uji normalitas diperoleh χ2hitung = 6.67, dan

χ2tabel = 9.49. Karena χ2

hitung < χ2tabel maka dapat dikatakan bahwa data

hasil belajar siswa berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya

terdapat pada lampiran 73 halaman 218. Sedangkan untuk data hasil

belajar kedua kelompok sampel dapat dilihat pada lampiran 72

halaman 217.

Page 82: SKRIPSI UNNES 12

69

b. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)

Uji homogenitas ini untuk mengetahui apakah nilai hasil evaluasi

sampel mempunyai varians yang homogen.

22

210 : σσ =H kedua kelompok mempunyai varians yang homogen

22

21: σσ ≠aH kedua kelompok mempunyai varians yang heterogen

Dari perhitungan diperoleh:

Sumber variasi Eksperimen Kontrol

Jumlah 3625 3058 n 46 44 x 78,80 69,50

Varians (s2) 245,01 281,60 Standart deviasi (s) 15,65 16,78

149.101.24560.281

==F

Ftabel = 1.69

Karena Fhitung < Ftabel berarti Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa kedua kelompok sampel mempunyai varians yang sama. Untuk

perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 74 halaman 219.

c. Uji Perbedaan Rata-Rata (Uji Pihak Kanan)

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t.

Ho : 21 μμ = tidak ada perbedaan rata-rata antara kedua kelompok

Ha : 21 μμ > nilai rata kelompok eksperimen lebih baik daripada

kelompok kontrol

Page 83: SKRIPSI UNNES 12

70

Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut.

Kelompok n Mean s2 thitung ttabel

Eksperimen 46 78,8 245.01

Kontrol 44 69,5 281.60 2,721 1,66

Karena thitung > ttabel maka Ho ditolak dan hipotesis diterima. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil evaluasi pembelajaran pada

kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol. Untuk

perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 75 halaman 220.

d. Estimasi Rata-Rata Hasil Belajar

Estimasi rata-rata hasil belajar dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui prediksi rata-rata hasil belajar siswa yang mungkin dicapai

apabila dilakukan pembelajaran seperti pada kelompok eksperimen

atau menggunakan kelompok kontrol pada populasi. Berdasarkan tabel

estimasi dengan t = 2.014 dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil

belajar siswa pada kelompok eksperimen apabila diberikan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL adalah 74.2 – 83.5,

sedangkan pada kelompok kontrol dengan t = 2.017 estimasi rata-

ratanya berkisar antara 64.4 – 74.6. Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 76 dan 77 halaman 221 dan 222.

e. Uji Rata-Rata (Uji Pihak Kanan)

Hasil uji rata-rata baik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

menggunakan nilai μ0 = 65 sebagai batas nilai ketuntasan belajar.

Page 84: SKRIPSI UNNES 12

71

Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut.

Kelompok n Mean μo thitung ttabel Kriteria

Eksperimen 43 78.8 65 5,98 1,68 Ha diterima

Kontrol 43 69.5 65 1.78 1,68 Ha diterima

Keterangan:

Ho : μ < 65 (belum mencapai ketuntasan belajar)

Ha : μ > 65 (telah mencapai ketuntasan belajar)

Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh nilai thitung untuk hasil

belajar kelompok eksperimen sebesar 5,98 > 1,68 yang berarti secara

nyata rata-rata hasil belajar ini > 65 atau telah mencapai ketuntasan

belajar. Nilai thitung untuk kelompok kontrol sebesar 1.78 > 1,68 yang

berarti secara nyata rata-rata hasil belajar > 65 atau telah mencapai

ketuntasan belajar. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 78 dan 79 halaman 223 dan 224.

f. Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran oleh Guru

Berdasarkan hasil observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru pada

kelas eksperimen selama pembelajaran diperoleh data sebagai berikut.

1) Pada pembelajaran I (Selasa, 29 November 2005) persentase

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah sebesar

71.43 %.

Page 85: SKRIPSI UNNES 12

72

2) Pada pembelajaran II (Kamis, 1 Desember 2005) persentase

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah sebesar

80.36 %.

3) Pada pembelajaran III (Selasa, 6 Desember 2005) persentase

kemampuan gurunya adalah 85.71 %.

4) Untuk pembelajaran IV (Kamis, 8 Desember 2005) persentase

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah sebesar

91.07 %.

Perkembangan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran untuk

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 25, 37, 48, dan 59, halaman

127, 146, 168 dan 186, sedangkan grafik kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 80 halaman 225.

g. Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada kelas eksperimen

selama pembelajaran berlangsung diperoleh data sebagai berikut.

1) Pada pembelajaran I (Selasa, 29 November 2005) persentase

aktivitas siswa sebesar 65 %.

2) Pada pembelajaran II (Kamis, 1 Desember 2005) persentase

aktivitas siswa adalah sebesar 70 %.

3) Pada pembelajaran III (Selasa, 6 Desember 2005) persentase

aktivitas siswa adalah 77.5 %.

4) Untuk pembelajaran IV (Kamis, 8 Desember 2005) persentase

aktivitas siswa adalah sebesar 87.5 %.

Page 86: SKRIPSI UNNES 12

73

Perkembangan aktivitas siswa selama pembelajaran untuk

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26, 38, 49, dan 60, halaman

129, 146, 170, dan 188, sedangkan grafik perkembangan aktivitas

siswa dapat dilihat pada lampiran 80 halaman 225.

h. Hasil Angket Refleksi Siswa terhadap Pembelajaran

Berdasarkan hasil angket refleksi siswa terhadap model pembelajaran

kooperatif tipe STAD berbasis CTL diperoleh data perubahan sikap

dan tanggapan siswa pada setiap pembelajaran sebagai berikut.

1) Pada pembelajaran I hasil angket refleksi menunjukkan bahwa

banyak siswa yang menyatakan tidak senang terhadap model

pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL adalah sebanyak

3 siswa atau 6.52 %, pada pembelajaran II sebanyak 2 siswa atau

4.35 %, untuk pembelajaran III sebanyak 2 siswa atau 4.35 % dan

di akhir pembelajaran yaitu pembelajaran IV tidak ada siswa yang

menyatakan ketidaksenangan terhadap pembelajaran. Sedang siswa

yang menyatakan sangat senang terhadap pembelajaran pada

pembelajaran I adalah 10 siswa atau 21.74 %, pada pembelajaran II

sebanyak siswa atau 28.26 %, untuk pembelajaran III sebanyak 14

siswa atau 30.43 % dan pada pembelajaran IV sebanyak 24 siswa

atau 52.17 %.

2) Pada awal pembelajaran yaitu pembelajaran I hasil angket refleksi

menunjukkan bahwa banyak siswa yang menyatakan pembelajaran

yang dilaksanakan dengan kerja kelompok membuat siswa menjadi

Page 87: SKRIPSI UNNES 12

74

bingung sebanyak 6 siswa atau 13.04 %, pada pembelajaran II

sebanyak 5 siswa atau 10.87 %, untuk pembelajaran III sebanyak 2

siswa atau 4.35 % dan di akhir pembelajaran yaitu pembelajaran

IV menjadi 1 siswa atau 2.17 %. Sedang siswa yang menyatakan

sangat jelas dengan pembelajaran yang dilaksanakan dengan kerja

kelompok pada pembelajaran I sebanyak 20 siswa atau 43.48 %,

pada pembelajaran II sebanyak siswa atau 43.48 %, untuk

pembelajaran III sebanyak 21 siswa atau 45.65 % dan pada

pembelajaran IV menjadi sebanyak 22 siswa atau 47.83 %.

3) Pada pembelajaran I hasil angket refleksi yang menunjukkan

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL

membuat siswa biasa saja sebanyak 23 siswa atau 50 %, pada

pembelajaran II sebanyak 18 siswa atau 39.13 %, untuk

pembelajaran III 12 sebanyak siswa atau 26.09 % dan di akhir

pembelajaran yaitu pembelajaran IV mengalami penurunan

menjadi 6 siswa atau 13.04 %. Sedang yang membuat siswa berani

berpendapat sebanyak 16 siswa atau 34.78 % pada pembelajaran I,

pada pembelajaran II sebanyak siswa atau 39.13 %, untuk

pembelajaran III sebanyak 21 siswa atau 45.65 % dan menjadi 25

siswa atau 54.35 % di akhir pembelajaran.

4) Pada awal pembelajaran, hasil angket refleksi menunjukkan bahwa

banyak siswa yang tidak paham terhadap materi yang disampaikan

melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL

Page 88: SKRIPSI UNNES 12

75

sebanyak 5 siswa atau 10.87 %, pada pembelajaran II sebanyak 5

siswa atau 10.87 %, untuk pembelajaran III sebanyak 3 siswa atau

6.52 % dan di akhir pembelajaran menjadi 1 siswa atau 2.17 %.

Sedang siswa yang menyatakan sangat paham sebanyak 14 siswa

atau 30.43 % pada pembelajaran I, pada pembelajaran II sebanyak

siswa atau 32.61 %, untuk pembelajaran III sebanyak 18 siswa atau

39.13 % dan 20 siswa atau 43.48 % pada pembelajaran IV.

5) Pada pembelajaran I hasil angket refleksi menunjukkan perasaan

siswa biasa saja adalah 18 siswa atau 39.13 %, pada pembelajaran

II sebanyak 13 siswa atau 28.26 %, untuk pembelajaran III

sebanyak 5 siswa atau 10.87 % dan di akhir pembelajaran IV

menjadi 3 siswa atau 6.52 %. Sedang siswa yang sangat

bersemangat pada pembelajaran I sebanyak 8 siswa atau 17.39 %,

pada pembelajaran II sebanyak siswa atau 21.74 %, untuk

pembelajaran III sebanyak 17 siswa atau 36.96 % dan pada

pembelajaran IV menjadi 18 siswa atau 39.13 %.

6) Pada pembelajaran I hasil angket refleksi menunjukkan bahwa

banyak siswa yang menyatakan masalah yang harus diselesaikan

sebagai evaluasi pembelajaran sulit adalah 21 siswa atau 45.65 %,

pada pembelajaran II sebanyak 16 siswa atau 34.78 %, untuk

pembelajaran III sebanyak 8 siswa atau 17.39 % dan di akhir

pembelajaran IV menjadi sebanyak 5 siswa atau 10.87 %. Sedang

siswa yang menyatakan masalah yang harus diselesaikan sebagai

Page 89: SKRIPSI UNNES 12

76

evaluasi pembelajaran membuat siswa termotivasi pada

pembelajaran I adalah 10 siswa atau 21.74 %, pada pembelajaran II

sebanyak siswa atau 28.26 %, untuk pembelajaran III sebanyak 18

siswa atau 39.13 % dan pada pembelajaran IV menjadi sebanyak

20 siswa atau 43.48 %.

7) Pada pembelajaran I hasil angket refleksi menunjukkan bahwa

banyak siswa yang menyatakan bahwa diskusi dalam kelompok

membuat siswa biasa saja adalah 22 siswa atau 47.83 %, pada

pembelajaran II sebanyak 18 siswa atau 39.13 %, untuk

pembelajaran III sebanyak 14 siswa atau 30.43 % dan di akhir

pembelajaran yaitu pembelajaran IV menjadi sebanyak 14 siswa

atau 17.39 %. Sedang siswa yang menyatakan diskusi dalam

kelompok membuat siswa sangat berani pada pembelajaran I

adalah 3 siswa atau 6.52 %, pada pembelajaran II sebanyak siswa

atau 7 %, untuk pembelajaran III sebanyak 10 siswa atau 21.74 %

dan pada pembelajaran IV menjadi sebanyak 11 siswa atau 23.91

%.

Untuk perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 27, 39, 50,

dan 61, halaman 131, 150, 172, dan 190, sedangkan grafiknya dapat

dilihat pada lampiran 81 halaman 226.

Page 90: SKRIPSI UNNES 12

77

B. Pembahasan

Setelah dilakukan pembelajaran pada kelompok ekperimen dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL dan

kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran sesuai dengan

kurikulum 2004 yaitu model pembelajaran CTL, terlihat bahwa hasil belajar

kedua kelompok tersebut berbeda secara nyata. Hal ini ditunjukkan dari hasil

uji t sebesar 2,721 > 1,66 yang merupakan nilai ttabel, yang berarti Ho ditolak.

Dengan kata lain rata-rata hasil belajar pada kelompok eksperimen lebih baik

daripada rata-rata hasil belajar pada kelompok kontrol. Hasil belajar siswa

pada kedua kelompok baik eksperimen maupun kontrol telah mencapai

ketuntasan belajar (lebih dari 65). Hal ini ditunjukkan dari uji t sebesar 5,98 >

ttabel (1,68) pada kelompok eksperimen dan pada kelompok kontrol diperoleh

thitung sebesar 1.78 > ttabel (1,68) yang berarti keduanya telah mencapai

ketuntasan belajar. Estimasi rata-rata hasil belajar pada kelompok eksperimen

lebih tinggi dari estimasi rata-rata hasil belajar pada kelompok kontrol.

Terlihat bahwa prediksi rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen antara

74.2 sampai 83.5, sedangkan pada kelompok kontrol diprediksikan rata-rata

hasil belajarnya antara 64.4 sampai 74.6. Terjadinya perbedaan hasil belajar

ini salah satunya disebabkan adanya penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD berbasis CTL pada kelompok eksperimen.

Pembelajaran pada kelas eksperimen mendorong siswa untuk lebih

aktif untuk bertanya maupun mengeluarkan pendapatnya dan kreatif dalam

mengembangkan ide-ide yang dimilikinya. Pembelajaran yang dilakukan juga

Page 91: SKRIPSI UNNES 12

78

mengembangkan sistem diskusi antar siswa, sehingga secara langsung mampu

mengembangkan kerja sama antar siswa. Hal ini dapat berdampak positif

terhadap hasil belajar siswa, sebab dalam model pembelajaran kooperatif tipe

STAD berbasis CTL, siswa mendapat bantuan dari teman atau siswa lain

dalam kelompoknya untuk memecahkan suatu permasalahan yang

kontekstual. Melalui teman sendiri, siswa akan merasa nyaman, tidak ada rasa

malu, canggung, rendah diri, atau enggan, sehingga diharapkan siswa yang

kurang paham tidak segan-segan untuk menanyakan kesulitan-kesulitan yang

dihadapinya. Selain itu bahasa yang digunakan mudah dipahami sehingga

akan lebih mempermudah siswa dalam proses pamahamannya. Keberhasilan

yang dicapai juga tercipta karena adanya hubungan antarpersonil yang saling

mendukung, saling membantu, saling menghargai dan peduli antara siswa satu

dengan siswa lain dalam kelompoknya. Dengan belajar secara berkelompok

siswa yang lemah atau kurang pandai akan mendapat masukan dari siswa

yang lebih pandai, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajarnya.

Motivasi inilah yang akan menimbulkan dampak yang positif terhadap hasil

belajar siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL selain

mampu mengembangkan kemampuan kognitif siswa, juga mampu

mengembangkan kemampuan vokasionalnya. Kemampuan kognitif siswa

dapat berkembang dari tuntutan dalam menyelesaikan masalah kontekstual,

dan saat terjadi diskusi, siswa akan mengembangkan kemampuan untuk

berbicara (vokasional) didepan siswa lain. Selain itu, pembelajaran ini dapat

Page 92: SKRIPSI UNNES 12

79

mengembangkan keterampilan kooperatif siswa yang nantinya akan berguna

bagi siswa di kehidupan mendatang.

Pada awal pembelajaran, pelaksanaan treatmen pada kelompok

eksperimen mengalami sedikit hambatan. Pembelajaran yang baru bagi guru

maupun siswa membutuhkan waktu untuk penyesuaian. Selain itu pada waktu

pengelompokan, terkadang menimbulkan kegaduhan dalam kelas yang cukup

menyita waktu pembelajaran. Siswa masih belum terbiasa dengan dibentuknya

kelompok belajar, karena sebelumnya guru tidak biasa membentuk kelompok

belajar. Pada awalnya ada beberapa siswa yang merasa tidak cocok dengan

siswa lain dalam kelompoknya, sehingga terkadang terjadi perselisihan. Hal

ini berakibat penyerapan materi pembelajaran oleh siswa kurang maksimal.

Hambatan yang terjadi secara perlahan-lahan dapat berkurang

dikarenakan siswa mulai tertarik dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD berbasis CTL. Siswa mulai merasa terbiasa dengan teman lain dalam

kelompoknya dan mulai menerima perbedaan yang ada, yang membuat siswa

justru merasa saling membutuhkan, saling menghargai, saling membantu, dan

menghormati satu sama lain karena adanya tuntutan masalah yang harus

dikerjakan bersama. Siswa merasa senang bekerja dalam kelompok dan

menyelesaikan tugas-tugas secara kelompok. Permasalahan kontekstual yang

harus mereka selesaikan juga memotivasi siswa untuk terus belajar, karena

permasalahan-permasalahan tersebut sering dijumpai siswa dalam kehidupan

sehari-hari. Hal ini dapat mempermudah siswa dalam pemahaman

permasalahan yang diberikan. Konsep dan materi yang diperoleh siswa

Page 93: SKRIPSI UNNES 12

80

dengan mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan kejadian

dalam kehidupan sehari-hari dan dengan penemuan, dari bertanya dan bekerja

sama dengan teman lain membuat siswa mampu memaknai pengetahuan yang

diperoleh.

Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol kurang dapat

memotivasi siswa untuk meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran.

Meskipun pada kelas kontrol juga diadakan diskusi/kerjasama dengan siswa

lain, namun keterampilan kooperatif siswa kurang terlihat. Sering kali siswa

yang pandai merasa dirinya mampu untuk menyelesaikan tugas sendiri,

sedangkan siswa yang kurang pandai hanya bertugas menyalin saja. Hal ini

dapat berakibat kemampuan siswa kurang dapat meningkat. Selain itu siswa

juga masih merasa takut untuk mengeluarkan pendapat atau bertanya jika ada

sesuatu hal yang belum dimengerti. Ini membuat guru kurang memahami

siswa yang mana yang kurang dapat menyerap materi pelajaran.

Berdasarkan hasil observasi pada kelas eksperimen mengenai

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dari pembelajaran I sampai

dengan pembelajaran IV menunjukkan adanya peningkatan persentase pada

setiap pembelajaran. Pada pembelajaran I dan II dari perhitungan persentase

menunjukkan pembelajaran sudah baik, sedangkan pada pembelajaran III dan

IV dari perhitungan persentase menunjukkan bahwa pembelajaran menjadi

sangat baik. Adanya kekurangan, hambatan, dan kendala pada setiap

pembelajaran ditindak lanjuti oleh guru untuk memperbaiki kemampuan

Page 94: SKRIPSI UNNES 12

81

dalam pengelolaan kelas dan memperbaiki kesalahan serta kekurangan pada

pembelajaran sebelumnya.

Peningkatan kemampuan guru diikuti pula dengan peningkatan

aktivitas siswa pada setiap pembelajaran. Terlihat dari hasil perhitungan

persentase dari pembelajaran I sampai dengan pembelajaran III menunjukkan

aktivitas siswa baik, sedangkan pada pembelajaran IV dari perhitungan

persentase menunjukkan bahwa aktivitas siswa menjadi sangat baik. Ini

menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

berbasis CTL aktivitas siswa menjadi lebih baik. Pada setiap pembelajaran,

siswa dituntut untuk dapat berinteraksi satu sama lain dan mengembangkan

keterampilan kooperatifnya. Pada awal pembelajaran yaitu pembelajaran I,

siswa masih merasa bingung tentang apa yang harus siswa lakukan. Siswa

masih belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan. Ketidak

terbiasaan siswa dalam bekerja secara berkelompok, membuat siswa harus

menyesuaikan diri dengan siswa lain dan terkadang siswa masih bekerja

secara individu karena ketidakcocokan satu sama lain. Peningkatan persentase

aktivitas siswa ini disebabkan karena siswa sudah mulai terbiasa dengan

model pembelajaran yang diterapkan. Peningkatan aktivitas siswa diiringi

dengan perubahan sikap dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang

semakin positif. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil angket refleksi siswa

yang diberikan pada setiap akhir pembelajaran.

Hasil analisis penelitian dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa

kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Begitu pula dengan perubahan

Page 95: SKRIPSI UNNES 12

82

sikap dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran pada kelas eksperimen terus

meningkat secara positif. Hal itu didukung dengan aktivitas siswa pada

pembelajaran di kelas eksperimen yang terus mengalami peningkatan.

Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran pun semakin meningkat

pada setiap pembelajaran. Secara umum terjadinya perbedaan hasil belajar

dimungkinkan karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD

berbasis CTL dikembangkan keterampilan siswa dalam bekerja sama,

berkomunikasi dari latar belakang yang berbeda, menerima pribadi yang

berbeda untuk dapat menyelesaikan permasalahan kontekstual yang

dikerjakan secara bersama sehingga dapat membangun motivasi belajar pada

siswa dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya.

Page 96: SKRIPSI UNNES 12

83

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil

simpulan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih

baik dari pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran CTL,

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran terus mengalami

peningkatan, aktivitas siswa selama pembelajaran juga terus mengalami

peningkatan pada setiap pembelajarannya, dan perubahan sikap serta

tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis

CTL semakin membaik. Sehingga dapat dikatakan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih efektif daripada model

pembelajaran CTL dalam pembelajaran matematika materi pokok Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel kelas VIII semester I SMP Negeri 3 Ungaran

Tahun Pelajaran 2005/2006.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan.

1. Guru diharapkan dapat lebih memotivasi siswa untuk lebih

mengembangkan keterampilan kooperatif atau bekerjasama, yang dapat

digunakan dalam kehidupan bermasyarakat siswa.

83

Page 97: SKRIPSI UNNES 12

84

2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD bebasis CTL perlu terus

dikembangkan dan diterapkan pada materi pokok yang lain sehingga dapat

diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keterkaitan antara materi

yang dipelajari dengan kehidupan siswa sehari-hari.

3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian

ini.

Page 98: SKRIPSI UNNES 12

85

DAFTAR PUSTAKA

E. Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya. Erman Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung : JICA –Universitas Pendidikan Indonesia. M. Cholik. 2004. Matematika Untuk SMP Kelas VIII Semester 2 2B. Jakarta:

Erlangga. Max Darsono. 2000. Belajar Dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang

Press. Mohammad Asikin. 2002. Pembelajaran Matematika berdasarkan Pendekatan

Konstruktivisme dan Contextual Teahing and Learning (CTL). Makalah disampaikan dalam diklat TOT guru-guru Matematika SLTP dari 24 propinsi di Indonesia. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Mohammad Asikin. 2004. Model-Model Pembelajaran Kooperatif (Text Book).

Semarang: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNNES. Muslimin Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA-

University Press. Nana Sudjana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya. Nurhayati Abba. 2000. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi

model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction). Tidak dipublikasikan. Makalah Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.

Pradnyo Wijayanti . 2002 . Pembelajaran Kooperatif Pada Sub Pokok Bahasan

‘Keliling dan Luas Persegi’. Makalah disajikan pada pelatihan TOT Pembelajaran Kontekstual (CTL) untuk instruktur guru dan dosen dari 24 propinsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Robert E. Slavin. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and Practice.

Johns Hopkins University. Siti Maesuri. 2002. Cooperarif Learning in the Mathematics Classroom

(Pembelajaran Kooperatif dalam Kelas Matematika). Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Page 99: SKRIPSI UNNES 12

86

Sudjana. 1996. Metoda Statistika . Bandung: TARSITO. Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta. Sukino Wilson Simangunsong. 2004. Matematika Untuk SMP Kelas VII Semester

1 dan 2. Jakarta: Erlangga. Tim Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pendekatan Kontekstual

(Contextual Teaching And Learning CTL ). Jakarta: Depdiknas. Tim Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pelajaran Matematika Kelas VIII

Edisi 2. Jakarta: Depdiknas. Tim Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Zainal Arifin. 1991. Evaluasi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya.