SKRIPSI UNNES 12
-
Upload
ary-rizqi-rachman -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Embed Size (px)
description
Transcript of SKRIPSI UNNES 12

Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Dibanding Model Pembelajaran CTL terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas
VIII Semester I SMP Negeri 3 Ungaran.
Oleh : Septi Enggar Permadani
Jurusan Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.
2006


ABSTRAK
Septi Enggar Permadani. 2006. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Dibanding Model Pembelajaran CTL terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII Semester I SMP Negeri 3 Ungaran. Jurusan Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Perkembangan zaman memberi tuntutan di bidang pendidikan untuk dapat mengembangkan potensi dasar siswa yang berkualitas, kreatif, aktif, terampil, dan mempunyai rasa percaya diri yang tinggi agar mampu menghadapi berbagai problema dalam kehidupan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah ketepatan dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal dan menyeluruh. Salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL, yangmana pembelajaran CTL ini sesuai dengan kurikulum 2004 atau KBK yang sekarang sudah diterapkan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah lebih efektif manakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL dibandingkan model pembelajaran CTL pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel kelas VIII semester I SMP N 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2005/2006? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih efektif daripada model pembelajaran CTL dalam pembelajaran matematika pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII semester I SMP N 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2005/2006. Dengan menggunakan teknik random sampling diperoleh dua kelas sampel, yaitu kelas VIII F sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol. Sedang untuk kelas uji coba adalah kelas VIII E. Untuk mengetahui hasil belajar siswa digunakan evaluasi setelah pembelajaran selesai. Soal evaluasi yang diberikan terlebih dahulu telah di uji cobakan di kelas uji coba. Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL oleh guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Sedangkan angket diberikan pada siswa disetiap akhir pembelajaran untuk mengetahui apakah ada perubahan sikap setelah diberi tindakan. Angket ini juga untuk mengetahui pendapat siswa tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL. Berdasarkan uji normalitas diperoleh bahwa populasi berditribusi normal dan dari uji homogenitas diperoleh bahwa kedua kelas sampel mempunyai varians yang sama, sehingga untuk menguji hipotesis dapat digunakan uji t dengan kriteria penolakan H0 adalah thitung > ttabel. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 2.721 dan ttabel = 1.66, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang berarti bahwa rata-rata hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih baik daripada dengan model pembelajaran CTL. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih baik, aktivitas selama pembelajaran terus mengalami peningkatan, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran terus
ii

meningkat dan perubahan sikap siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL terus membaik sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih efektif daripada model pembelajaran CTL. Disarankan guru dalam pembelajaran dapat lebih memotivasi siswa untuk lebih mengembangkan keterampilan kooperatif atau bekerjasama, yang dapat digunakan dalam kehidupan bermasyarakat siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD bebasis CTL perlu terus dikembangkan dan diterapkan pada materi pokok yang lain sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keterkaitan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan siswa sehari-hari. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini.
iii

PENGESAHAN
Telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian skripsi Jurusan
Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Semarang (UNNES) pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 22 Februari 2006
Panitia Ujian Skripsi
Ketua Sekretaris
Drs. Kasmadi Imam S., M. S Drs.Supriyono, M.Si
NIP. 130781011 NIP. 130815345
Pembimbing I Anggota Penguji
Dra. Emi Pujiastuti, M.Pd 1. Dra. Endang Retno M.Pd
NIP. 131862201 NIP. 130935363
Pembimbing 2 2. Dra. Emi Pujiastuti, M.Pd
NIP. 131862201
Dra. Kristina W., M. Si 3. Dra. Kristina W., M. Si
NIP. 131508307 NIP. 131508307
iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
1. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q. S. Ar –Ra’d: 11).
2. Jadilah bola dalam menjalani hidup, karena akan selalu memantul bila terjatuh.
Daripada menjadi kristal yang akan pecah sekali terjatuh.
3. Kekurangan bukan untuk disesali tetapi untuk diterima.
4. Time is my life and my life just like a time.
5. Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung
( Q. S. Al Imron: 173).
Persembahan
1. Teruntuk Ibunda dan Ayahanda tercinta atas
doa, pengertian, kasih sayang dan cintanya.
2. My sister for standing up for me.
3. Keponakanku Bulan dan Bintang yang
membuatku jadi berarti.
4. Sari, Ika, Iren dan Rizky for carring me and
support me with u’r own way. This great
friendship, i never forget.
5. Teman-teman Pend. Mat’01 yang masih
seperjuangan.
v

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga skripsi dengan judul “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Dibanding Model
Pembelajaran CTL Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII Semester I SMP Negeri 3 Ungaran”,
dapat penulis selesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan Studi Strata I guna memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Matematika FMIPA, UNNES.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. A. T. Soegito, S. H., M. M., Rektor Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan kemudahan administrasi dalam penuyusunan skripsi.
2. Drs. Kasmadi Imam S., M. S., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Drs. Supriyono, M.Si., Ketua Jurusan Matematika yang telah memberikan
kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi.
4. Dra. Emi Pujiastuti, M.Pd., Pembimbing 1 atas bimbingan, arahan, serta
motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Kristina W., Pembimbing 2 atas bimbingan, arahan, serta motivasi dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Tim Penguji Jurusan Matematika FMIPA UNNES.
7. Drs. Talkhis, Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Ungaran atas ijin dan bantuan
dalam penelitian ini.
vi

8. Ibu Kumoro, guru matematika kelas VIII SMP N 3 Ungaran atas bantuan dalam
penelitian ini.
9. Siswa-siswi kelas VIII SMP N 3 Ungaran atas partisipasinya dalam penelitian
ini.
10. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2001 yang masih
seperjuangan atas semangat dan dukungan selama ini.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu baik secara
langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan dukungan baik moril
maupun materiil demi terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Semarang, Februari 2006
Penulis
vii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
MOTTO ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Penegasan Istilah ............................................................................. 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 8
E. Sistematika Penulisan Skripsi ........................................................ 8
BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori ........................................................................... .... 10
B. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ......................................... 30
C. Kerangka Berpikir .......................................................................... 43
D. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 44
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penentuan Obyek .............................................................. 45
B. Variabel Penelitian .......................................................................... 45
C. Desain Penelitian ............................................................................. 46
viii

D. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................... 47
E. Analisis Data .................................................................................. 54
F. Hasil Uji Coba Instrumen Tes ........................................................ 64
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................... 66
B. Pembahasan .................................................................................... 77
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan .......................................................................................... 83
B. Saran ................................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 85
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 87
ix

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Daftar Nama Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol .......................... 87
2. Data Nilai Awal Kelompok Eksperimen dan Kontrol ............................... 88
3. Uji Normalitas Data Kondisi Awal ............................................................ 89
4. Uji Varians Kelompok Eksperimen dan Kontrol ....................................... 90
5. Uji Kesamaan Rata-Rata Kelompok Eksperimen dan Kontrol .................. 91
6. Kisi-Kisi Soal Tes Uji Coba ....................................................................... 92
7. Soal Tes Uji Coba ...................................................................................... 93
8. Kunci Jawaban Soal Tes Uji Coba ............................................................. 95
9. Daftar Nama Kelompok Uji Coba ............................................................. 105
10. Uji Validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran, dan
Reliabilitas Soal .......................................................................................... 106
11. Perhitungan Validitas Soal ........................................................................ 107
12. Perhitungan Daya Pembeda Soal ............................................................... 108
13. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ......................................................... 109
14. Perhitungan Reliabilitas Soal ..................................................................... 110
15. Lembar Observasi Pengelolaan Kelas Untuk Guru ................................... 111
16. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ............................................................ 114
17. Kisi-Kisi dan Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran ................... 116
18. Daftar Nama-Nama Kelompok Eksperimen .............................................. 118
19. Rencana Pembelajaran I ............................................................................. 119
20. Kartu Soal 1 ................................................................................................ 122
21. Lembar Kerja Siswa 1 ................................................................................ 123
22. Kuis 1 ......................................................................................................... 124
23. Tugas Kelompok 1 ..................................................................................... 125
24. Analisis Ketuntasan Pembelajaran I ........................................................... 128
25. Hasil Observasi Pengelolaan Kelas Untuk Guru pada Pembelajaran I ...... 127
26. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pembelajaran I .............................. 129
27. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran I ............................ 131
x

28. Jawaban Lembar Kerja Siswa 1 ................................................................ 132
29. Pembahasan Kuis 1 .................................................................................... 133
30. Pembahasan Tugas Kelompok 1 ................................................................. 134
31. Rencana Pembelajaran II ............................................................................ 135
32. Kartu Soal 2 ................................................................................................ 138
33. Lembar Kerja Siswa 2 .............................................................................. 139
34. Kuis 2 ......................................................................................................... 142
35. Tugas Kelompok 2 ..................................................................................... 143
36. Analisis Ketuntasan Pembelajaran II .......................................................... 145
37. Hasil Observasi Pengelolaan Kelas Untuk Guru pada Pembelajaran II ..... 146
38. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pembelajaran II .............................. 148
39. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran II ........................... 150
40. Jawaban Lembar Kerja Siswa 2 .................................................................. 151
41. Pembahasan Kuis 2 .................................................................................... 154
42. Pembahasan Tugas Kelompok 2 ................................................................ 155
43. Rencana Pembelajaran III ......................................................................... 159
44. Lembar Kerja Siswa 3 ................................................................................. 162
45. Kuis 3 ......................................................................................................... 164
46. Tugas Kelompok 3 ...................................................................................... 165
47. Analisis Ketuntasan Pembelajaran III.......................................................... 167
48. Hasil Observasi Pengelolaan Kelas Untuk Guru pada Pembelajaran III .... 168
49. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pembelajaran III ............................. 170
50. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran III............................ 172
51. Jawaban Lembar Kerja Siswa 3 .................................................................. 173
52. Pembahasan Kuis 3 .................................................................................... 174
53. Pembahasan Tugas Kelompok 3 ................................................................ 175
54. Rencana Pembelajaran IV ........................................................................... 178
55. Lembar Kerja Siswa 4 ................................................................................ 181
56. Kuis 4 ........................................................................................................ 183
57. Tugas Kelompok 4 .................................................................................... 184
58. Analisis Ketuntasan Pembelajaran IV......................................................... 185
xi

59. Hasil Observasi Pengelolaan Kelas Untuk Guru pada Pembelajaran IV .... 186
60. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pembelajaran IV ............................ 188
61. Hasil Angket Refleksi Siswa terhadap Pembelajaran IV ........................... 190
62. Jawaban Lembar Kerja Siswa 4 ................................................................. 191
63. Pembahasan Kuis 4 ..................................................................................... 193
64. Pembahasan Tugas Kelompok 4 ................................................................ 194
65. Rencana Pembelajaran I (kelas kontrol) .................................................... 196
66. Rencana Pembelajaran II (kelas kontrol) ................................................... 199
67. Rencana Pembelajaran III (kelas kontrol) .................................................. 202
68. Rencana Pembelajaran IV (kelas kontrol) .................................................. 205
69. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar ......................................................................... 208
70. Soal Tes Hasil Belajar ................................................................................. 209
71. Kunci Jawaban Soal Tes Hasil Belajar ...................................................... 210
72. Data Tes Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kontrol .................... 217
73. Uji Normalitas ......................................................................................... 218
74. Uji Kesamaan Varians Kelompok Eksperimen dan Kontrol ..................... 219
75. Uji Perbedaan Rata-Rata Kelompok Eksperimen dan Kontrol .................. 220
76. Estimasi Rata-Rata Nilai Kelompok Eksperimen ................................... 221
77. Estimasi Rata-Rata Nilai Kelompok Kontrol .......................................... 222
78. Uji Ketuntasan Kelompok Eksperimen ..................................................... 223
79. Uji Ketuntasan Kelompok Kontrol ........................................................... 224
80. Grafik Kemampuan Pengelolaan Guru dan Aktivitas Siswa ...................... 225
81. Grafik Hasil Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran ................................ 226
82. Dokumentasi (foto saat pembelajaran) ...................................................... 229
83. Daftar Kritik Product Moment, Daftar Kritik Z, Tabel Chi-Kuadrat,
Daftar Kritik Uji T, Daftar Kritik Uji F ..................................................... 231
84. Surat Usulan Pembimbing .......................................................................... 237
85. Surat Permohonan Ijin Penelitian ............................................................... 238
86. Surat Ijin Penelitian .................................................................................... 241
87. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................................ 243
xii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua
pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari
berbagai sumber dan tempat di dunia. Dengan demikian siswa perlu memiliki
kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan
pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Oleh sebab itu,
pendidikan harus dapat mengembangkan potensi dasar siswa agar berani
menghadapi berbagai problema tanpa rasa tertekan, mau, mampu dan senang
meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi.
Sejalan dengan uraian di atas, sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yakni manusia
yang bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin,
beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif, serta sehat jasmani
dan rohani. Iklim belajar mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri
dan budaya belajar di kalangan masyarakat, terus dikembangkan agar tumbuh
sikap dan perilaku yang kreatif, inofatif dan keinginan untuk maju.
Guru mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan
tercapainya tujuan pembelajaran matematika. Seorang guru bukan hanya
memberikan pengetahuan kepada siswa, namun guru harus mampu
1

2
menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan pembelajaran
berlangsung secara aktif. Salah satunya dengan memperhatikan model
pembelajaran yang digunakan.
Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat
menimbulkan kebosanan, kurang dipahami, dan monoton sehingga siswa
kurang termotivasi untuk belajar. Pembelajaran matematika yang biasanya
menggunakan metode ekspositori memang sudah membuat siswa aktif, namun
kurang dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa yang kelak dapat
berguna dalam kehidupan bermasyarakat.
Salah satu model pembelajaran yang menuntut keaktifan seluruh sense
siswa adalah model pembelajaran kooperatif yaitu pambelajaran yang secara
sengaja didesain untuk melatih siswa mendengarkan pendapat-pendapat orang
lain dan merangkum pendapat tersebut dalam bentuk tulisan (Erman
Suherman, 2003:259). Bahkan Muslimin Ibrahim (2000:12) mengatakan
bahwa “model pembelajaran kooperatif selain membantu siswa memahami
konsep-konsep yang sulit, juga berguna untuk membantu siswa menumbuhkan
keterampilan kerjasama, berfikir kritis, dan kemampuan membantu teman”.
Diskusi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan
untuk memperkenalkan keterkaitan antara ide-ide yang dimiliki siswa dan
mengorganisasikan pengetahuannya kembali. Melalui diskusi, keterkaitan
skema siswa akan menjadi lebih kuat sehingga pengertian siswa tentang
konsep yang mereka konstruksi sendiri menjadi kuat. Dalam pembelajaran
kooperatif terjadi interaksi antar siswa, dari sini siswa yang lemah atau kurang

3
pandai akan dibantu siswa yang lebih pandai, sehingga akan memperkaya
pengetahuan siswa yang diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat.
Pembelajaran kooperatif juga memberi kesempatan pada siswa dengan
kondisi latar belakang yang berbeda untuk bekerja saling bergantung satu
sama lain atas tugas-tugas bersama dan belajar untuk menghargai satu sama
lain. Hal-hal tersebut diperlukan siswa ketika siswa berada dalam masyarakat,
dimana terdapat banyak perbedaan tetapi berusaha untuk hidup bersosialisasi
dalam suatu lingkungan. Pembelajaran kooperatif juga mengajarkan kepada
siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk meningkatkan
keterampilan sosial siswa (Muslimin Ibrahim, 2000:9).
Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah STAD (Student
Teams Achievement Division) yang merupakan sebuah pendekatan yang baik
bagi guru baru untuk memulai menerapkan model pembelajaran kooperatif
dalam kelas (Pradyo Wijayanti, 2002:2). Pada pembelajaran kooperatif tipe
STAD siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana masing-
masing kelompok beranggotakan 4-5 siswa untuk bekerjasama dalam
menyelesaikan tugas.
Hal lain yang juga menjadi pertimbangan utama dalam pembelajaran
adalah kurikulum pendidikan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Pergantian kurikulumpun telah
dilakukan berulangkali. Kurikulum yang sekarang diterapkan adalah
Kurikulum Berbasis Kompetensi atau dikenal dengan kurikulum 2004.

4
Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2004
adalah pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Leaning(CTL)).
Model pembelajaran kontekstual dapat membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat
(Depdiknas,2003:1).
Pembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang fleksibel, yang dapat diterapkan dari suatu permasalahan ke permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lain. Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir yang dimilikinya (M. Asikin, 2002:15). Dilihat dari komponen-komponen dalam CTL, tahap-tahap dalam
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengarah dan mendukung
terlaksananya ketujuh komponen CTL tersebut. STAD mengarahkan siswa
belajar dengan cara mengkonstruksi berbagai pengetahuan yang diperoleh dari
belajar sendiri dan sharing dengan teman sekelompoknya. Siswa dapat
memperoleh pengetahuan dari bertanya, pemodelan dan berbagai sumber
informasi yang lain. STAD ini juga sebagai salah satu cara membentuk
masyarakat belajar.
Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dipilih, karena dalam
kehidupan siswa sehari-hari sering dijumpai kejadian yang berhubungan
dengan sistem persamaan linear. Misalnya untuk mengetahui harga sebuah
barang, umur seseorang atau untuk mengetahui ukuran halaman rumah. Siswa

5
dapat dengan mudah menemukan hal-hal yang terkait dengan sistem
persamaan linear untuk mencari penyelesaian dari masalah-masalah tersebut.
Pelaksanaan pembelajaran matematika di SMP N 3 Ungaran untuk materi
pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel selama ini kurang
memunculkan masalah kontekstual yang berkaitan dengan kehidupan siswa
sehari-hari, oleh sebab itu peneliti memandang perlu melakukan penelitian
tentang keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL
terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel siswa kelas VIII semester I SMP N 3 Ungaran.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: lebih efektif manakah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL dibandingkan model
pembelajaran CTL pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
kelas VIII semester I SMP N 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2005/2006?
C. Penegasan Istilah
Salah pengertian dan beda pendapat dapat terjadi. Agar terdapat
kesamaan pengertian tentang istilah-istilah berkaitan dengan penulisan skripsi
ini, maka perlu adanya penegasan istilah sebagai berikut.
1. Keefektifan
Efektif berarti baik hasilnya, dapat membawa hasil, berhasil guna
(Tim penyusun KBBI, 1997: 219). Jadi yang dimaksud dengan keefektifan

6
dalam penelitian ini adalah dapat membawa hasil atau keberhasilan dalam
mencapai tujuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
berbasis CTL pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
siswa kelas VIII semester I SMP N 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2005/2006.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif dalam suatu kelompok kecil siswa yang
bekerja sebagai sentral tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan
suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama
lainnya (Erman Suherman, 2003:260).
STAD (Student Teams Achievement Division) adalah salah satu
tipe model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari kelompok belajar
heterogen beranggotakan 4-5 orang siswa dan setiap siswa saling bekerja
sama, berdiskusi dalam menyelesaikan tugas dan memahami bahan
pelajaran yang diberikan.
3. Contextual Teaching And Learning (CTL)
Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan suatu sistem
pengajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa setiap siswa akan belajar
jika mereka mengetahui makna dan kegunaan dari materi akademiknya,
dan mengetahui makna kegiatan mereka di sekolah (M.Asikin, 2002:16).
4. Hasil Belajar
Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh
usaha (pikiran, dsb) (Tim penyusun KBBI, 1997:343).

7
Hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil belajar
yang dicapai setelah melakukan kegiatan pembelajaran mata pelajaran
matematika khususnya materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel. Hasil belajar ini diukur dengan tes dan hasilnya berupa nilai
yang diwujudkan dalam bentuk angka-angka.
5. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel merupakan salah
satu materi pokok pada kurikulum 2004 pada mata pelajaran matematika
SMP kelas VIII semester I.
Jadi penelitian dengan judul “Keefektifan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL)
dibanding Model Pembelajaran CTL terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi
Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII Semester I SMP
Negeri 3 Ungaran”, bermaksud mengetahui apakah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berbasis CTL pada Materi Pokok Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel kelas VIII semester I SMP Negeri 3 Ungaran tahun
pelajaran 2005/2006 dapat lebih efektif dibanding model pembelajaran CTL
terhadap hasil belajar siswa.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih efektif daripada

8
model pembelajaran CTL dalam pembelajaran matematika materi pokok
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Guru
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam
memilih model pembelajaran matematika yang paling tepat agar hasil
belajar siswa lebih baik.
b. Bagi Siswa
Untuk melatih keterampilan kooperatif siswa yang dapat digunakan
dalam kehidupan bermasyarakat kelak.
E. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari bagian awal, bagian isi,
dan bagian akhir.
Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, halaman pengesahan,
abstrak, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan daftar
lampiran.
Bagian isi skripsi terdiri dari lima bab. Bab I Pendahuluan,
mengemukakan tentang alasan pemilihan judul, permasalahan, penegasan
istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi. Bab II
Landasan Teori dan Hipotesis, membahas teori yang melandasi permasalahan
skripsi serta penjelasan yang merupakan landasan teoritis yang diterapkan

9
dalam skripsi, pokok bahasan yang terkait dengan pelaksanaan penelitian dan
hipotesis tindakan.
Bab III Metode Penelitian, menjelaskan mengenai metode penentuan
populasi dan sampel penelitian, variabel yang diteliti, prosedur pengumpulan
data, teknik pengumpulan data, analisis uji instrumen, dan analisis tahap akhir.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi semua hasil
penelitian yang dilakukan dan pembahasannya. Bab V Penutup,
mengemukakan simpulan hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan
peneliti berdasarkan simpulan.
Bagian akhir skripsi berisi lampiran-lampiran yang berkaitan dengan
penelitian dan daftar pustaka yang mendukung penyusunan skripsi ini.

10
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
Pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa
dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola
pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Dalam hal
ini guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikasikan dan
materi yang dikomunikasikan berisi peran berupa ilmu pengetahuan.
Guru harus menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk
mencipatakan suatu kondisi belajar yang dapat mengantarkan siswa ke tujuan
pembelajaran. Selain itu, guru harus menciptakan suasana yang
menyenangkan bagi semua siswa. Suasana yang tidak menyenangkan biasanya
mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis. Siswa merasa
gelisah, tidak nyaman, dan tidak memperhatikan pelajaran. Kondisi ini tentu
menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pembelajaran.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah
bagaimana pembelajaran tersebut dapat membekali anak untuk memecahkan
persoalan dalam kehidupan nyata sehingga belajar akan menjadi bermakna.
Belajar akan lebih bermakna jika anak memahami apa yang dipelajarinya
bukan mengetahuinya. Dengan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
10

11
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
masyarakat yang disebut dengan pendekatan kontekstual, diharapkan hasil
pembelajaran lebih bermakna bagi siswa (Tim Depdiknas, 2003:1).
1. Pengertian Belajar
Definisi belajar ada beraneka ragam. Perbedaan ini dikarenakan
latar belakang pandangan maupun teori yang dipegang. Secara psikologis,
belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek
tingkah laku.
Menurut W.S. Winkel (dalam Max Darsono, 2000:4): ” belajar
adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap”.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2001:22).
Dalam pembelajaran, hasil belajar ini sangat dibutuhkan sebagai petunjuk
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar
yang sudah dilaksanakan.
Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan
menilai apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.

12
Howard Kingsley (dalam Nana Sudjana, 2001:22) membagi tiga
macam hasil belajar yaitu:
a. keterampilan dan kebiasaan,
b. pengetahuan dan pengertian, dan
c. sikap dan cita-cita.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, yang
dikelompokkan menjadi dua yaitu sebagai berikut.
a. Faktor Internal
Faktor internal berasal dari dalam individu yang belajar yang meliputi
faktor fisik atau jasmani dan faktor mental psikologis. Faktor fisik
misalnya keadaan badan lemah, sakit atau kurang fit dan sebagainya,
sedang faktor mental psikologis meliputi kecerdasan atau intelegensi,
minat, konsentrasi, ingatan, dorongan, rasa ingin tahu, dan sebagainya.
b. Faktor Eksternal
Faktor ini berasal dari luar individu yang belajar, meliputi faktor alam
fisik, lingkungan, sarana fisik dan non fisik, pengajar serta strategi
pembelajaran yang dipilih pengajar dalam menunjang proses belajar
mengajar.
3. Pembelajaran
Pembelajaran secara khusus dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Behavioristik
Pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang
diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus).

13
b. Kognitif
Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang
dipelajari.
c. Gestalt
Pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi pelajaran
sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya
(mengaturnya) menjadi suatu gestalt (pola bermakna).
d. Humanistik
Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk
memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat
dan kemampuannya.
(Max Darsono. dkk, 2000:24)
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa yang ditujukan
untuk melakukan perubahan sikap dan pola pikir siswa ke arah yang lebih
baik untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
4. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar yang
menempatkan siswa belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4-5
siswa dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang
yang berbeda (Pradnyo Wijayanti, 2002:1). Pembelajaran ini menekankan
kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama. Hal ini

14
didukung pula oleh pendapat Kauchak dan Eggen (dalam Nurhayati Abba,
2000:11) yang mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai bagian
dari strategi mengajar yang digunakan siswa untuk saling membantu satu
sama lain dalam mempelajari sesuatu. Belajar kooperatif juga dinamakan
“pembelajaran teman sebaya”.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang
bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah atau
menyelesaikan suatu tugas untuk mencapai tujuan bersama lainnya.
Sedangkan jika siswa duduk bersama dalam kelompok dan
mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk mengerjakan seluruh
pekerjaan kelompok maka hal ini bukan merupakan pembelajaran
kelompok.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif (M. Asikin, 2004:7),
adalah sebagai berikut.
a. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok
secara kooperatif.
b. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah.
c. Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras,
suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda maka diupayakan agar
dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin
yang berbeda pula.

15
d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada
perorangan.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan penting
(Muslimin Ibrahim. dkk, 2000:7), yaitu sebagai berikut.
a. Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model
ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Efek penting yang kedua ialah penerimaan yang luas terhadap orang
yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun
ketidakmampuan.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Model kooperatif bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa
keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Unsur-unsur yang diperlukan agar model pembelajaran kooperatif
atau kerja kelompok dapat mencapai hasil yang baik adalah sebagai
berikut.
a. Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan mereka “sehidup
sepenanggungan bersama”.
b. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya
seperti milik mereka sendiri.

16
c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota kelompoknya mempunyai
tujuan yang sama.
d. Siswa harus membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara
anggota kelompoknya.
e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau akan diberikan hadiah/
penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota
kelompok.
f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama.
g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabankan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
(Muslimin Ibrahim, dkk, 2000:6)
Tanggung jawab guru selama pembelajaran kooperatif
berlangsung, diantaranya sebagai berikut.
a. Memonitor perilaku siswa.
b. Memberi bantuan jika diperlukan.
c. Menjawab pertanyaan-pertanyaan hanya jika pertanyaan itu
merupakan pertanyaan tim.
d. Menginterupsi proses untuk menguatkan keterampilan-keterampilan
kooperatif atau untuk memberikan pengajaran langsung kepada semua
siswa.
e. Memberikan ringkasan pelajaran.

17
f. Mengevaluasi proses kelompok dengan mendiskusikan tindakan-
tindakan anggota tim sehari-hari.
g. Membantu para siswa belajar bertanggung jawab dalam pembelajaran
secara individu.
(Siti Maesuri, 2002:3)
Manfaat model pembelajaran kooperatif bagi siswa menurut Linda
Lundgren (dalam Muslimin Ibrahim, 2000:18), antara lain:
a. lebih banyak meluangkan waktu pada tugas,
b. rasa percaya diri menjadi lebih tinggi,
c. memperbaiki sikap terhadap Matematika,
d. penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar,
e. konflik antar pribadi berkurang,
f. sikap apatis berkurang,
g. pemahaman lebih mendalam,
h. motivasi lebih besar,
i. hasil belajar lebih baik, dll.
Sebelum model pembelajaran kooperatif dilaksanakan, sebaiknya
siswa terlebih dahulu diperkenalkan keterampilan kooperatif yang akan
digunakan dalam belajar kelompok. Dorongan teman untuk mencapai
prestasi akademik yang baik adalah salah satu faktor penting dari model
pembelajaran kooperatif. Para siswa termotivasi belajar secara baik, siap
dengan pekerjaannya dan menjadi penuh perhatian selama berlangsungnya
proses belajar.

18
Menurut Linda L (dalam P.Wijayanti, 2002:5), keterampilan
kooperatif dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu.
a. Keterampilan kooperatif tingkat awal
Keterampilan kooperatif tingkat awal antara lain, menggunakan
kesepakatan, maksudnya adalah menyamakan pendapat yang berguna
untuk meningkatkan kerja dalam kelompok. Menghagai kontibusi yang
berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau
dikerjakan orang lain karena bisa jadi kritik yang diberikan ditunjukan
terhadap ide, bukan individu. Mengambil giliran, yaitu setiap anggota
kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas dan
tanggung jawab tertentu dalam kelompok. Setiap anggota berada
dalam kelompok selama kegiatan berlangsung. Berada dalam tugas,
mendorong partisipasi semua naggota kelompok untuk memberikan
kontribusi terhadap tugas kelompok. Mengundang orang lain,
menyelesaikan tugas pada waktunya, dan menghormai perbedaan
individu.
b. Keterampilan tingkat menengah
Keterampilan tingkat menengah antara lain, menunjukan penghargaan
dan simpati, mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara dapat
diterima,mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat rangkuman,
manafsirkan, mengatur dan mengorganisir, serta mengurangi
ketegangan.

19
c. Keterampilan tingkat mahir
Keterampilan tingkat mahir antara lain, memeriksa dengan cermat,
menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.
5. STAD (Student Teams Achievement Division)
Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif, salah satunya
adalah STAD. STAD merupakan salah satu tipe model pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pendekatan yang baik
untuk guru yang baru memulai menerapkan model pembelajaran
kooperatif dalam kelas (Pradnyo Wijayanti, 2002:2).
Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dalam
suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing
beranggotakan 4-5 siswa, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari
laki-laki dan perempuan, memiliki kemampuan yang beragam, kalau
dimungkinkan berasal dari berbagai suku. Anggota tim menggunakan
lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk
menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu
sama lain untuk memahami bahan pelajaran atau melakukan diskusi.
Menurut Slavin (1995:71): “STAD terdiri dari lima komponen
utama, yaitu penyajian materi, tim/kelompok, kuis, skor perkembangan
individu, dan penghargaan kelompok”. Selanjutnya Slavin menjelaskan
bahwa STAD dibagi menjadi beberapa kegiatan pengajaran, yaitu sebagai
berikut.
a. Pengajaran

20
Tujuan pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai
dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam model pembelajaran
kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas.
Penyajian ini mencakup pembukaan, pengembangan, dan latihan
terbimbing dari keseluruhan pelajaran.
b. Belajar kelompok
Tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan
guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi
tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk
melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri
mereka dan teman satu kelompok. Guru mengamati kegiatan
pembelajaran secara seksama, memperjelas perintah, mereview
konsep, atau menjawab pertanyaan.
c. Kuis
Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Tujuannya untuk menunjukkan
apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok.
Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan
disumbangkan dalam nilai kelompok.
d. Penghargaan kelompok
Langkah awal adalah menghitung nilai kelompok dan nilai
perkembangan individu. Pemberian penghargaan kelompok
berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu.

21
Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah
sebagai berikut.
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Memberikan informasi/menyajikan materi yang akan diberikan
c. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok
beranggotakan 4-5 siswa.
d. Memberikan nama kelompok untuk masing-masing kelompok.
e. Menyajikan kartu soal dan memberikan lembar kerja siswa yang
dikerjakan dengan berdiskusi dalam kelompok masing-masing.
f. Mengingatkan siswa tetap bersama kelompoknya masing-masing
sampai selesai tugasnya dan bekerja dengan menggunakan
keterampilan-keterampilan kooperatif yang dikembangkan
g. Memberikan bimbingan pada kelompok.
h. Pemberian kuis yang dikerjakan secara individu.
i. Jawaban dari kuis dikoreksi secara bersama-sama.
j. Pemberian tugas kelompok.
6. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)
Model pembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa
dengan pengetahuan yang fleksibel, yang dapat diterapkan dari suatu
permasalahan ke permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lainnya.
Model pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah
pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa belajar hanya terjadi jika
siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa

22
sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang
dimilikinya. Pemaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa
di dalam model pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar
pengetahuan yang kuat dan mendalam sehingga siswa kaya akan
pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya.
a. Kunci Dasar Model Pembelajaran Kontekstual
The Nortwest regional Education Laboratory USA
mengidentifikasi adanya enam kunci dasar dari model pembelajaran
kontekstual, yaitu.
1) Pembelajaran Bermakna
Dalam pembelajaran bermakna, pemahaman, relevansi, dan
penilaian pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa dalam
mempelajari isi materi pelajaran. Pembelajaran dirasakan sangat
terkait dengan kehidupan nyata atau siswa mengerti manfaat isi
pembelajaran, jika mereka merasakan berkepentingan untuk belajar
demi kehidupan di masa mendatang.
2) Penerapan Pengetahuan
Jika siswa telah memahami apa yang dipelajari, maka siswa dapat
menerapkannya dalam tatanan kehidupan.
3) Berpikir Tingkat Tinggi
Siswa diminta untuk berpikir kritis dalam pengumpulan data,
pemahaman suatu isi dan pemecahan suatu masalah.
4) Kurikulum yang Dikembangkan Berdasarkan kepada Standar

23
Isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar lokal, nasional,
dan perkembangan IPTEK dan dunia kerja.
5) Responsif terhadap Budaya
Guru harus memahami dan menghormati nilai, kepercayaan, dan
kebiasaan siswa, sesama rekan guru dan masyarakat tempat ia
mendidik. Setidaknya ada empat perspektif yang harus
diperhatikan: individu siswa, kelompok siswa, tatanan sekolah, dan
tatanan masyarakat.
6) Penilaian Autentik
Beberapa strategi penilaian untuk mengetahui hasil belajar siswa
diantaranya: penilaian atas proyek dan kegiatan siswa, pengetahuan
porofolio, rubrics, ceklis, dan panduan pengamatan disamping
memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut aktif berperan
serta dalam menilai pembelajaran mereka sendiri.
(M. Asikin, 2002:16)
b. Strategi Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual
Center for Occupational Research and Development
(CORD) mengemukakan bahwa terdapat 5 strategi bagi guru dalam
rangka penerapan model pembelajaran kontekstual, yang disingkat
REACT, yaitu sebagai berikut.
1) Relating, belajar dikaitakan dengan konteks pengalaman kehidupan
nyata.

24
2) Experiencing, belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi),
penemuan (discovery), dan penciptaan (invention).
3) Applying, belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan didalam
konteks pemanfaatannya.
4) Cooperating, belajar melalui konteks komunikasi interpersonal,
pemakaian bersama, dan sebagainya.
5) Tranferring, belajar melalui pemanfaatan pengetahuan didalam
situasi atau konteks baru.
(M. Asikin, 2002:19)
c. Komponen CTL
Tujuh komponen pelaksanaan model pembelajaran CTL adalah
sebagai berikut.
1) Konstruktivisme (constructivism)
Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berpikir
(filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun
oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong.
Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi
makna melalui pengalaman nyata.
2) Menemukan (Inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan
bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil
dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan

25
yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang
diajarkannya.
3) Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari
‘bertanya’. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama
pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran
dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing,
dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan
bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran inquiri, yaitu menggali informasi,
mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan
perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing
antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum
tahu.
5) Pemodelan (Modelling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan
tertentu, ada model yang bisa ditiru. Dalam pendekatan CTL guru
bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan
melibatkan siswa.

26
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan
dimasa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya
sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan
pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan
yang baru diterima.
7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)
Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Pembelajaran
yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu
siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan
ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di
akhir periode pembelajaran. Karena assement menekankan proses
pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus pada saat
melakukan proses pembelajaran.
(Tim Depdiknas, 2003:10-19)
d. Asesmen Autentik
Asesmen yang dilakukan menggunakan beragam sumber pada
saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Asesmen autentik biasanya
mengecek pengetahuan dan keterampilan siswa pada saat itu (aktual),
keterampilan, dan disposisi yang diharapkan dari kegiatan

27
pembelajaran. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk melengkapi
informasi mengenai kemampuan, disposisi, kesenangan, dan
ketertarikan siswa dalam belajar matematika.
Beberapa teknik asesmen autentik yang dapat dilakukan antara
lain sebagai berikut.
1) Observasi
Pengamatan langsung mengenai tingkah laku siswa dalam kegiatan
pembelajaran sangat penting dalam melengkapi data asesmen.
Observasi melalui perencanaan yang matang dapat membantu
meningkatkan keterampilan mengobservasi. Dari kegiatan
observasi semacam ini dapat diperoleh gambaran mengenai sikap
dan disposisi terhadap matematika. Catatan hasil observasi berguna
bukan saja sebagai anecdotal records untuk keperluan asesmen dan
perencanaan pembelajaran, namun diperlukan dalam menentukan
tindakan yang harus dilakukan segera ketika guru menyajikan
konsep baru.
2) Asesmen diri
Assesmen ini bisa dimulai dengan memeriksa apakah pekerjaan
benar atau salah, menganalisis strategi yang dilakukan siswa lain,
dan melihat cara mana yang paling sesuai dengan pemikirannya.
3) Tes
Melalui tes dapat diperoleh informasi dan petunjuk mengenai
pembelajaran yang telah dan yang harus dilakukan selanjutnya

28
daripada sekedar menentukan skor. Sayangnya tes kurang memberi
kesempatan pada siswa untuk berpikir mengapa suatu prosedur
diterapkan dan bagaimana memecahkan masalah, jika hasil tes
lebih dipentingkan dari pada bagaimana mengerjakannya.
e. Pelaksanaan Model Pembelajaran CTL adalah sebagai berikut.
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran/indikator.
2) Menyajikan kartu soal dan lembar kerja siswa.
3) Siswa diminta berdiskusi dengan teman sebangku untuk
menyelesaiakan lembar kerja siswa tersebut.
4) Memberikan bimbingan pada siswa.
5) Meminta salah satu siswa untuk mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas.
6) Siswa lain diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan dan
mengajukan pertanyaan, kemudian dibahas bersama-sama.
7) Siswa dengan bantuan guru menarik kesimpulan.
8) Memberikan umpan balik.
7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berbasis CTL
Pada model pembelajaran kooperatif Tipe STAD berbasis CTL,
siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa
sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang
dimilikinya, yang bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan
yang secara yang fleksibel, yang dapat diterapkan dari suatu permasalahan
ke permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lainnya.

29
STAD dilaksanakan dengan menyertakan tujuh komponen CTL
yang meliputi: konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry),
bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik
(authentic assesment) seperti yang telah diungkapkan di depan.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL akan
dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut.
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran/indikator.
b. Memberikan informasi/menyampaikan materi yang akan diberikan.
c. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang anggotanya terdiri
dari 4–5 siswa.
d. Memberikan nama kelompok untuk masing-masing kelompok.
e. Menyajikan kartu soal dan membagikan lembar kerja siswa kepada
masing-masing anggota kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan
secara berkelompok.
f. Mengingatkan siswa tetap bersama kelompoknya masing-masing
sampai selesai tugasnya dan bekerja dengan menggunakan
keterampilan-keterampilan kooperatif yang dikembangkan.
g. Memberikan bimbingan kepada kelompok.
h. Meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya.
i. Memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk berpendapat dan
mengajukan pertanyaan, kemudian membahasnya bersama-sama.

30
j. Pemberian kuis yang dikerjakan secara individu.
k. Jawaban dari kuis dikoreksi bersama-sama.
l. Siswa dengan bantuan guru menarik kesimpulan.
m. Guru memberikan umpan balik.
n. Memberikan tugas kelompok sebagai tugas rumah yang dikerjakan
secara berkelompok.
o. Memberikan PR.
STAD berbasis CTL dalam penelitian ini merupakan pembelajaran
kooperatif dengan mengangkat masalah-masalah keseharian siswa
sehingga siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk
menyelesaikannya.
B. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
a. Persamaan Linear dengan Satu Variabel (PLSV)
Persamaan linear dengan satu variabel adalah persamaan yang
hanya memuat satu variabel dengan pangkat satu (Sukino W, 2004:166),
yang mempunyai bentuk umum:
ax + b = 0; dengan a adalah koefisien, b adalah konstanta dan a 0. ≠
Contoh persamaan linear dengan satu variabel.
1. a + 5 = 7 3. 95=
m
2. 3p – 2 = 13 4. x = 3x + 6

31
b. Persamaan Linear dengan Dua Variabel (PLDV)
Persamaan linear dengan dua variabel adalah suatu persamaan
yang tepat mempunyai dua variabel (dimana masing-masing variabelnya
berpangkat satu dan tidak ada hasil kali antara kedua variabel tersebut)
dengan bentuk umumnya:
ax + by = c; dengan a, b adalah koefisien, c adalah konstanta dan a atau
b 0. ≠
Contoh persamaan linear dengan dua variabel.
1. x + y = 4 3. q = 2p – 4
2. 3a – b = 0 4. 632=+
nm
c. Sistem Persamaan Linear dengan Dua Variabel (SPLDV)
Sistem persamaan linear adalah dua persamaan linear atau lebih
yang menggunakan variabel-variabel yang sama (Tim Depdiknas,
2004:91). Jadi sistem persamaan linear dengan dua variabel adalah dua
persamaan linear atau lebih dimana masing-masing persamaannya
mempunyai dua variabel yang sama dengan bentuk umumnya:
ax + by = p x, y adalah variabel
cx + dy = q a,b,c,d adalah koefisien
p, q adalah konstanta
Penyelesaian sistem persamaan linear ini merupakan pasangan
berurutan bilangan yang memenuhi semua persamaan dalam sistem
tersebut.

32
Andaikan persamaan berurutan (x1,y1) merupakan penyelesaian
sistem persamaan linear tersebut, maka harus berlaku ax1 + by1 = p dan cx1
+ dy1 = q.
Penyelesaian dari sistem persamaan linear dapat dicari dengan
beberapa metode yaitu metode substitusi, metode eliminasi, dan metode
grafik.
1) Metode Substitusi
Substitusi berarti mengganti. Menentukan penyelesaian sistem
persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi dilakukan
dengan cara mengganti salah satu variabel dengan variabel lainnya,
yaitu mengganti x dengan y, atau y dengan x jika persamaan memuat
variabel x dan y (M. Cholik, 2004:75).
Contoh:
Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan 2x + 4y = 56000
x + 3y = 34500
dengan menggunakan metode substitusi.
Penyelesaian:
x + 3y = 34500
⇔ x = 34500 – 3y
Substitusikan x = 34500 – 3y ke persamaan 2x + 4y = 56000,
sehingga diperoleh:
2x + 4y = 56000
⇔ 2 (34500 – 3y) + 4y = 56000
⇔ 69000 – 6y + 4y = 56000
⇔ 69000 – 2y = 56000
⇔ 69000 – 56000 = 2y

33
⇔ 13000 = 2y
⇔ y = 6500
Substitusikan y = 6500 ke persamaan x + 3y = 34500, sehingga
diperoleh:
x + 3y = 34500
⇔ x + 3 (6500) = 34500
⇔ x + 19500 = 34500
⇔ x = 34500 – 19500
⇔ x = 15000
Jadi penyelesaiannya adalah x = 15000 dan y = 6500.
2) Metode Eliminasi
Metode eliminasi dilakukan dengan menghilangkan salah satu
variabel. Pada metode eliminasi, angka dari koefisien variabel yang
akan dihilangkan harus sama atau dibuat menjadi sama, sedangkan
tandanya tidak harus sama (M. Cholik, 2004:77).
Contoh:
Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan 2x + y = 6200
x + 3y = 3600
dengan menggunakan metode eliminasi.
Penyelesaian:
2x + y = 6200 X 1 2x + y = 6200
x + 3y = 3600 X2 2x + 6y = 7200 ⇒
-5y = -1000
5y = 1000
y = 200
2x + y = 6200 X3 6x + 3y = 18600 ⇒
x + 3y = 3600 X1 x + 3y = 3600
5x = 15000
x = 3000

34
Jadi penyelesaiannya adalah x = 3000 dan y = 200.
3) Metode grafik
Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan
metode grafik, buat grafik (berupa garis lurus) dari persamaan-
persamaan linear yang diketahui dalam satu diagram. Koordinat titik
potong garis-garis tersebut merupakan penyelesaian dari sistem
persamaan (M. Cholik, 2004:81). Untuk membuat grafik dari
persamaan linear, tentukan terlebih dahulu koordinat titik yang terletak
pada grafik. Kedua titik itu dapat berupa titik potong grafik dengan
sumbu X maupun sumbu Y.
Contoh:
Dengan metode grafik, tentukan penyelesaian dari sistem persamaan
2x + 2y = 10000
2x + 4y = 12000
Penyelesaian:
Pada persamaan 2x + 2y = 10000 diperoleh tabel:
x 0 6000
y 3000 0
(x,y) (0,3000) (6000,0)
x 0 5000
y 5000 0
y (x, ) (0,5000) (5000,0) Pada persamaan 2x + 4y = 12000 diperoleh tabel:
Grafik dari sistem persamaan tersebut adalah sebagai berikut.

35
Y 5
4
3
2
1
0 1 2 3 4 5 6 X
Koordinat titik potong kedua grafik adalah (4000, 1000).
Jadi penyelesaiannya adalah x = 4000 dan y = 1000.
d. Implementasi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan Pendekatan
CTL
Sistem persamaan linear dua variabel dalam pembelajaran CTL
disampaikan dengan mengangkat permasalahan yang sering dijumpai
siswa dalam kehidupan sehari-harinya. Dari permasalahan-permasalahan
tersebut siswa diarahkan untuk menyelesaikannya dengan menggunakan
sistem persamaan linear dua variabel. Permasalahan tersebut disajikan
dalam bentuk soal cerita. Soal cerita adalah soal matematika yang
disajikan dengan kalimat yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
serta memuat masalah yang menuntut pemecahannya. Untuk
menyelesaikan soal-soal cerita yang berkaitan dengan SPLDV, siswa perlu
menterjemahkan terlebih dahulu soal cerita tersebut ke dalam kalimat
matematika dalam bentuk persamaan. Kalimat matematika adalah kalimat
yang ditulis dengan lambang matematika yang dapat membuat kalimat itu
menjadi benar atau salah (Sukino W, 2004:167). Kemudian diselesaikan

36
persamaannya bisa dengan menggunakan metode substitusi, metode
eliminasi, maupun metode grafik.
Contoh:
1) Dalam rangka PON diadakan
pertandingan bulu tangkis antar kelas.
Lapangan tersebut mempunyai keliling
39 m. Selisih panjang dan lebarnya
adalah 7,3 m. Berapa panjang
lapangan? Berapa lebar lapangan?
Penyelesaian:
Diketahui:
keliling lapangan berbentuk persegi panjang adalah 39 m
selisih panjang dan lebarnya adalah 7,3 m
Ditanya:
panjang lapangan?
lebar lapangan?
Penyelesaian:
Misalkan p: adalah panjang lapangan (dalam meter)
l : adalah lebar lapangan (dalam meter)
Keliling persegi panjang: 2p + 2l = 39
Selisih panjang dan lebar: p – l = 7,3
Sistem persamaannya adalah 2p + 2l = 39
p – l = 7,3

37
Penyelesaian sistem persamaan ini dapat memilih salah satu metode.
Jika dipilih metode substitusi, maka langkah penyelesaiannya adalah
sebagai berikut.
p – l = 7,3 p = 7,3 + l ⇔
Kemudian substitusikan p dengan 7,3 + l pada persamaan 2p + 2l = 39,
sehingga diperoleh:
2p + 2l = 39
⇔ 2 (7,3 + l) + 2l = 39
⇔ 14,6 + 2l + 2l = 39
⇔ 4l + 14,6 = 39
⇔ 4l = 39 – 14,6
⇔ 4l = 24,4
1,6=⇔ l
Kemudian substitusikan l = 6,1 pada persamaan p = 7,3 + l, sehingga
diperoleh:
p = 7,3 + l
4,13
1,63,7=⇔
+=⇔pp
Jadi diperoleh l = 6,1 m dan p = 13,4 m, berarti panjang lapangan
adalah 13,4 m dan lebar lapangan adalah 6,1 m.

38
2)
Lisa dan Zi pergi ke sebuah toko pakaian, mereka membeli topi dan
kaos dengan merek dan harga yang sama. Lisa membeli 1 topi dan 2
kaos seharga Rp 60.000,00. Zi membeli 2 topi dan 3 kaos seharga Rp
95.000,00. Berapa harga 1 topi? Berapa harga 1 kaos?
Rp 60.000,00 Rp 95.000,00
Penyelesaian:
Diketahui:
harga 1 topi dan 2 kaos adalah Rp 60.000,00
harga 2 topi dan 3 kaos adalah Rp 95.000,00
Ditanya:
harga 1 topi?
harga 1 kaos?
Penyelesaian:
Misalkan:
harga sebuah topi = x
harga sebuah kaos = y
maka harga 1 topi dan 2 kaos: x + 2y = 60000 dan

39
harga 2 topi dan 3 kaos: 2x + 3y = 95000
Sistem persamaannya: x + 2.y = 60000 (1)
2x + 3y = 95000 (2)
Dengan metode eliminasi dapat diselesaikan sebagai berikut.
x + 2y = 60000 X 2 ⇔ 2x + 4y = 120000
2x + 3y = 95000 X 1 2x + 3y = 95000
y = 25000
x + 2y = 60000 X 3 ⇔ 3x + 6y = 180000
2x + 3y = 95000 X 2 ⇔ 4x + 6y = 190000
-x = - 10000
⇔ x = 10000
Jadi diperoleh nilai x = 10000 dan nilai y = 25000.
Sehingga, harga 1 topi adalah Rp 10.000,00 dan harga 1 kaos
Rp 25.000,00.
3) Tika memesan 1 mangkuk mie ayam dan 2 gelas
es jeruk. Ema memesan 1 mangkuk mie ayam dan
1 gelas es jeruk. Mereka membayar dengan uang
pas. Tika membayar Rp 5.000,00 dan
Ema membayar Rp 4.000,00. Dengan menggunakan metode
substitusi, berapa harga 1 mangkuk mie ayam? Berapa harga 1 gelas es
jeruk?
Diketahui:
harga semangkuk mie ayam dan dua gelas es jeruk adalah

40
Rp 5.000,00
harga semangkuk mie ayam dan segelas es jeruk adalah
Rp 4.000,00
Ditanya:
harga semangkuk mie ayam?
harga segelas jeruk?
Penyelesaian:
Misalkan:
harga semangkuk mie ayam = x
harga segelas es jeruk = y
harga semangkuk mie ayam dan dua gelas es jeruk: x + 2y = 5000
harga semangkuk mie ayam dan segelas es jeruk: x + y = 4000
Sistem persamannya: x + 2y = 5000
x + y = 4000
x + y = 4000 x = 4000 – y ⇒
pada persamaan x + 2y = 5000, ganti x dengan 4000 – y, sehingga
diperoleh:
x + 2y = 5000
⇔ ( 4000 – y ) + 2y = 5000
⇔ 4000 + y = 5000
⇔ y = 5000 – 4000
⇔ y = 1000
substitusi y = 1000 ke persamaan x + y = 4000, sehingga diperoleh:

41
x + y = 4000
⇔ x + (1000) = 4000
⇔ x = 4000 – 1000
⇔ x = 3000
Jadi diperoleh niali x = 3000 dan y = 1000.
Jadi harga semangkuk mie ayam adalah Rp 3000,00 dan harga segelas
es jeruk adalah Rp 1000,00.
4) Andi membeli 2 bola dari bahan plastik
dan 2 gelang dari bahan karet seharga
Rp 10.000,00. Anto membeli 2 bola dan
4 gelang yang sama seharga
Rp 12.000,00. Dengan metode grafik,
Rp 10.000,00 Rp 12.000,00
Berapa harga 1 bola?
Berapa harga 1 gelang?
Penyelesaian:
Diketahui:
harga 2 bola dan 2 gelang Rp 10.000,00
harga 2 bola dan 4 gelang Rp 12.000,00
Ditanya:
harga sebuah bola?
harga sebuah gelang?
Penyelesaian:
Misalkan:

42
harga sebuah bola = x rupiah
harga sebuah gelang = y rupiah
harga 2 bola dan 2 gelang: 2x + 2y = 10000
harga 2 bola dan 4 gelang: 2x + 4y = 12000
Sistem persamaannya: 2x + 2y = 10000
2x + 4y = 12000
Pada persamaan 2x + 2y = 10000, Pada persamaan 2x + 4y = 12000
diperoleh tabel: diperoleh tabel:
x 0 6000
y 3000 0
(x,y) (0,3000) (6000,0)
x 0 5000
y 5000 0
(x,y) (0,5000) (5000,0)
Y 5
r 4
i 3
b 2
u 1
a 0 1 2 3 4 5 6 X
n r i b u a n
Jadi penyelesaian dari sistem persamaan tersebut adalah (4000, 1000).
Jadi harga sebuah bola Rp 4.000,00 harga sebuah gelang adalah
Rp 1.000,00.

43
C. Kerangka Berpikir
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pencapaian hasil
belajar agar maksimal yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar siswa
tersebut. Adapun faktor dari luar diantaranya: kurikulum, program, sarana,
fasilitas dan guru atau tenaga pengajar. Ketepatan memilih model
pembelajaran sangatlah penting dalam proses belajar mengajar untuk
mendapatkan hasil belajar yang maksimal dan menyeluruh.
Model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar
mengajar hendaknya ditujukan untuk meningkatkan mutu sumber daya
manusia yang bermanfaat bagi kehidupan dimasa mendatang dan dapat
mencetak siswa yang berkualitas dengan memiliki keterampilan dan daya
kreativitas yang tinggi sehingga akan dapat memenuhi tuntutan zaman yang
akan datang serta mampu memecahkan dan mengatasi problema kehidupan di
dalam dunia nyata.
Melalui model pembelajaran kooperatif Tipe STAD Berbasis
Contextual Teaching And Learning (CTL) siswa akan mengetahui makna
belajar dan dapat menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang
diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.
Pembelajaran matematika yang biasanya menggunakan metode
ekspositori memang sudah membuat siswa aktif, namun hasilnya kurang
optimal. Sehingga siswa kurang termotivasi untuk memunculkan ide-ide
kreatifnya. Hal itu belum cukup untuk membekali siswa dalam menghadapi
dunia nyata setelah dia lulus dari sekolah. Penerapan model pembelajaran

44
kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL)
diharapkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
D. Hipotesis Penelitian
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis Contextual
Teaching And Learning (CTL) lebih baik dibandingkan model pembelajaran
CTL terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel kelas VIII semester I SMP Negeri 3 Ungaran Tahun Pelajaran
2005/2006.

45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penentuan Obyek
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII
semester I SMP N 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2005/2006 yang terdiri dari
enam kelas.
2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik
random sampling. Hal ini dilakukan setelah memperhatikan ciri-ciri antara
lain: usia siswa pada saat diterima di SMP relatif sama, siswa mendapat
materi berdasarkan kurikulum yang sama, siswa diampu oleh guru yang
sama, siswa yang menjadi obyek penelitian duduk pada tingkat kelas yang
sama dan pembagian kelas tidak berdasarkan ranking. Dengan
menggunakan teknik random sampling diperoleh dua kelas sebagai kelas
sampel yaitu kelas VIII F sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D
sebagai kelas kontrol. Sedang untuk kelas uji coba adalah kelas VIII E.
B. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.
1. Variabel Bebas
45

46
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif
tipe STAD berbasis CTL.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika
materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada siswa kelas
VIII semester I SMP N 3 Ungaran Tahun Pelajaran 2005/2006.
C. Desain Penelitian
Sebelum menerapkan pembelajaran pada kedua kelas yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol perlu diadakan uji normalitas, uji kesamaan dua
varians (homogenitas), dan uji kesamaan rata-rata dari data nilai rata-rata
siswa sebelumnya. Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berbasis CTL. Sedangkan pada kelas kontrol,
pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan kurikulum 2004 yaitu dengan model
pembelajaran CTL.
Setelah proses belajar mengajar selesai, dilakukan evaluasi untuk
mengetahui hasil belajar siswa. Evaluasi dilakukan pada kedua kelas sampel
yaitu kelas VIII F dan VIII D dengan soal evaluasi yang sama. Soal evaluasi
tersebut terlebih dahulu telah diuji cobakan pada kelas uji coba yaitu kelas
VIII E. Analisis instrumen tersebut meliputi analisis validitas, analisis daya
pembeda soal, analisis taraf kesukaran, dan analisis reliabilitas.
Data yang diperoleh dari hasil evaluasi dari kedua kelas sampel
dianalisis dengan statistik yang sesuai, yang meliputi uji normalitas, uji

47
kesamaan dua varians (homogenitas), uji perbedaan rata-rata atau uji pihak
kanan, estimasi hasil belajar, dan uji ketuntasan hasil belajar.
Data tentang perubahan tanggapan siswa mengenai model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL diperoleh dari angket
refleksi yang diberikan pada siswa disetiap akhir pembelajaran. Sedang untuk
aktivitas siswa dan bagaimana pengelolaan pembelajaran oleh guru datanya
diperoleh dengan melakukan observasi disetiap pembelajaran.
D. Prosedur Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpul Data
a. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh daftar nama siswa yang
akan menjadi sampel penelitian dan daftar nama siswa yang akan
menjadi responden dalam uji coba instrumen. Selain itu, dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data nilai awal siswa yaitu dari nilai
rata-rata matematika pada bab sebelumnya. Dari data tersebut dapat
diketahui tingkat kemampuan siswa, sehingga dapat dibuat kelompok-
kelompok yang heterogen. Data nilai awal tersebut juga digunakan
untuk mengetahui normalitas dan homogenitas awal sampel.
b. Tes
Tes digunakan untuk mengambil data tentang hasil belajar matematika
pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada siswa

48
yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Tes yang digunakan adalah
tes bentuk uraian.
c. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data pengelolaan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL oleh guru dan
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
d. Angket
Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui apakah ada
perubahan sikap setelah diberi tindakan pada setiap akhir
pembelajaran. Angket ini juga untuk mengetahui pendapat siswa
tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Dokumentasi
Data tentang nama-nama siswa yang menjadi sampel dalam penelitian
ini yaitu siswa kelas VIII F dan VIII D dan data nilai awal matematika
siswa yang diperoleh dari nilai rata-rata pada bab sebelumnya,
diperoleh dari dokumentasi yang dimiliki sekolah yang menjadi
populasi yaitu SMP Negeri 3 Ungaran. Daftar nama siswa untuk kedua
kelas sampel dapat dilihat pada lamipran 1 halaman 87 dan data nilai
awal siswa selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 88.
b. Lembar Observasi
Lembar observasi berisi tentang data aktivitas siswa dan pengelolaan
pembelajaran oleh guru selama pembelajaran berlangsung. Lembar

49
observasi yang disediakan peneliti diisi oleh observer pada setiap
pembelajaran koopeatif tipe STAD berbasis CTL berlangsung.
1) Indikator yang diukur dengan menggunakan lembar observasi
aktivitas pengelolaan pembelajaran oleh guru adalah sebagai
berikut.
a) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
a) Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
b) Pemberian tugas secara kelompok
c) Membantu kerja kelompok
d) Presentasi
e) Memberikan pemahaman dan umpan balik
f) Evaluasi kelompok dan individu
g) Refleksi
Lembar observasi aktivitas pengelolaan pembelajaran oleh guru
dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 111.
2) Indikator yang diukur dengan menggunakan lembar observasi
aktivitas siswa adalah sebagai berikut.
a) Perhatian dalam belajar matematika
b) Cepat dalam membentuk kelompok
c) Mau berbagi dengan orang lain
d) Siswa bersifat fleksibel dan terbuka
e) Melakukan kerja sama secara aktif dan terarah

50
f) Mencari tahu pada teman/guru tentang hal-hal yang kurang
dimengerti
g) Respon positif terhadap siswa yang melakukan presentasi:
bertanya, memberi tanggapan, menyanggah
h) Mampu menerima pendapat, sanggahan dari siswa lain
i) Menyelesaikan tugas dalam kelompok
j) Siswa mendapatkan kesempatan untuk melakukan refleksi
Lembar observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran 16
halaman 114.
c. Angket
Angket tentang perubahan sikap dan pendapat siswa ini, diberikan
pada siswa disetiap akhir pembelajaran koopeatif tipe STAD berbasis
CTL. Adapun Indikator yang digunakan untuk mengetahui perubahan
sikap dan pendapat siswa mengenai model pembelajaran kooperatif
tipe STAD berbasis CTL adalah sebagai berikut.
1) Tanggapan pembelajaran
2) Tanggapan siswa terhadap kerja kelompok
3) Pengaruh pembelajaran terhadap keberanian siswa
4) Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran
5) Pengaruh pembelajaran terhadap semangat siswa
6) Tanggapan siswa terhadap evaluasi pembelajaran
7) Pengaruh diskusi kelompok terhadap keberanian siswa

51
Angket mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran
selengkapnya terdapat pada lampiran 17 halaman 117.
d. Tes
Tes dilakukan pada akhir pembelajaran materi pokok Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel pada kelas eksperimen maupun kelas
kontrol. Soal tes yang akan diberikan tersebut, sudah diuji cobakan
terlebih dahulu pada kelas uji coba. Soal tes yang sudah dianalisis dan
dinyatakan valid itulah yang diberikan sebagai soal evaluasi pada
kedua kelas sampel.
1) Materi dan Bentuk Tes
Materi yang digunakan dalam penyusunan tes adalah Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel. Sedangkan bentuk tes yang
digunakan adalah bentuk uraian. Ada beberapa kelebihan dalam
pemakaian bentuk soal uraian antara lain sebagai berikut.
a) Mudah disiapkan dan disusun
b) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau
untung-untungan.
c) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta
menyusunnya dalam bentuk kalimat yang bagus.
d) Memberi kesempatan pada siswa untuk mengutarakan
maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
e) Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah
yang diteskan.

52
Selain kelebihan, pemakaian soal bentuk uraian juga mempunyai
kebukurukan sebagai berikut.
a) Kadar validitas dan reliabilitas rendah karena sukar diketahui
segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang telah dikuasai.
b) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan
pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja
(terbatas).
c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur
subyektif.
d) Pemeiksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan
individual lebih banyak dari penilai.
e) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan pada
orang lain.
(Suharsimi Arikunto, 2002:163)
2) Metode Penyusunan Perangkat Tes
Langkah-langkah dalam menyusun perangkat tes adalah sebagai
berikut.
a) Pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan
Bahan yang diteskan adalah pokok bahasan Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel yang penyelesaiannya dapat menggunakan
metode substitusi, metode eliminasi, dan metode grafik.
b) Menentukan tipe soal

53
Hasil belajar siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe
STAD berbasis CTL pada materi pokok Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel tidak hanya dilihat dari benar atau
salahnya hasil perhitungan akhir siswa dalam menyelesaikan
soal. Akan tetapi perlu diketahui juga bagaimana cara siswa
menuangkan ide-ide dan pengetahuan yang dimilikinya untuk
memecahkan suatu permasalahan yang kontekstual serta
bagaimana siswa mengungkapkan ide-idenya tersebut dalam
bentuk kalimat matematika. Dari hasil pekerjaan siswa tersebut
dapat diketahui sejauh mana siswa memahami suatu
permasalahan dan apakah siswa dapat menterjemahkan
permasalahan kontekstual tersebut kedalam kalimat matematika
serta bagaimana siswa dalam menyelesaikan permasalahan
tersebut. Sehingga tipe soal yang tepat untuk mengukur hasil
belajar siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD
berbasis CTL adalah soal uraian.
c) Kaidah penulisan butir soal tes uraian sebagai berikut.
(1) Hendaknya soal-soal tes meliputi ide-ide pokok dari bahan
yang diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang
sifatnya komprehensif.
(2) Hendaknya soal tidak mengambil kalimat yang disalin
langsung dari buku.

54
(3) Pada waktu penyusunan, hendaknya soal sudah dilengkapi
dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.
(4) Diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara
“Jelaskan”, “Bagaimana”, “Mengapa”, agar dapat diketahui
lebih jauh penguasaan siswa terhadap materi.
(5) Hendaknya soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah
dipahami oleh tercoba.
(6) Hendaknya ditegaskan model jawaban yang dikehendaki
oleh penyusun. Untuk itu pertanyaan seharusnya spesifik.
(Suharsimi Arikunto, 2002:163).
E. Analisis Data
1. Analisis Uji Coba Tes
Adapun analisis yang digunakan dalam pengujian instrumen tes
meliputi: validitas, daya pembeda, taraf kesukaran dan reliabilitas.
a. Analisis Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kesahihan atau kevalidan suatu instrumen. Rumus yang digunakan
adalah:
( ){ } ( ){ }2222 yynxxn
yxxynrxyΣ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
Keterangan:
= koefisien korelasi antara x dan y xyr

55
n = jumlah siswa
xΣ = skor tiap butir soal
yΣ = skor total
Kriteria pengujian validitas dikonsultasikan dengan harga
product momen pada tabel dengan taraf signifikan 5%, jika rxy > r
(tabel) maka item soal tersebut dikatakan valid.
(Suharsimi Arikunto, 2002:72)
b. Analisis Daya Pembeda
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kesanggupan soal
tersebut dalam membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang
lemah atau kurang pandai.
Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda untuk
test yang berbentuk uraian adalah dengan menggunakan rumus uji t
sebagai berikut:
)1(
)(2
22
1
−∑+∑
−=
ii nnxx
MLMHt
Keterangan:
MH = rata-rata dari kelompok atas
ML = rata-rata dari kelompok bawah
= jumlah deviasi kelompok atas 21xΣ
= jumlah deviasi kelompok bawah 22xΣ
ni = 27% x N, dengan N adalah jumlah peserta tes

56
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan t tabel,
)1()1( −+−= iik nnd dan α =5% jika maka daya beda tabelhitung tt >
soal tersebut signifikan.
(Zainal Arifin, 1991:141)
c. Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal
Jawaban terhadap butir item soal bentuk uraian secara teoritis
tidak ada yang salah mutlak, sehingga derajat kebenaran jawaban
tersebut akan berperingkat sesuai dengan mutu jawaban masing-
masing siswa. Untuk menginterprestasikan tingkat kesukaran
digunakan tolok ukur sebagai berikut:
1) jumlah responden gagal %27≤ dikategorikan soal mudah,
2) jumlah responden gagal 28% - 72% dikategorikan soal sedang,
3) jumlah responden gagal dikategorikan soal sukar, dan %73≥
4) batas lulus ideal 60 untuk skala 0 – 100.
Oleh karena skor butir item bersifat tidak mutlak, maka
ketentuan yang benar dan yang salah juga bersifat tidak mutlak.
Ketidak mutlakan tersebut dapat ditentukan oleh penyusun tes atau
penguji sendiri (Zainal Arifin, 1991:135).
d. Analisis Reliabilitas
Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap, artinya apabila tes dikenakan pada
sejumlah subyek yang sama pada lain waktu, maka hasilnya akan tetap

57
sama atau relatif sama. Untuk mencari reliabilitas soal bentuk uraian
digunakan rumus alpha, yaitu:
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ Σ−⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛
−= 2
2
11 11 t
b
kkr
σσ
Keterangan:
= reliabilitas soal 11r
= jumlah varians skor tiap butir 2bσΣ
= varians total 2tσ
k = banyak item soal
Kriteria pengujian reliabilitas tes dikonsultasikan dengan harga
r product moment pada tabel, jika maka item tes yang
diujicobakan reliabel.
tabelrr >11
(Suharsimi Arikunto, 2002:171)
2. Analisis Tahap Akhir
a. Penskoran dan Penilaian
Karena soal tes yang digunakan merupakan soal yang
berbentuk soal uraian maka skala skor yang diberikan 0 – 100. Dalam
memberikan nilai kepada siswa, guru diwajibkan untuk mengubah skor
mentah yang diperolehkan langsung dari mengerjakan tes menjadi skor
bestandar 100.
(Suharsimi Arikunto, 2002:236)

58
b. Analisis Uji Pra Hipotesis
Analisis hipotesis dilakukan untuk membuktikan bahwa
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berangkat dari titik tolak
yang sama. Data yang dipakai dalam analisis ini adalah nilai rata-rata
matematika bab sebelumnya.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan
digunakan dalam mengolah data, yang paling penting adalah untuk
menentukan apakah menggunakan statistik parametrik atau non
parametrik. Rumus yang digunakan adalah uji Chi-Kuadrat sebagai
berikut:
∑=
−=
k
i i
ii
EEOX
1
22 )(
Keterangan:
2χ = Chi -Kuadrat
iΟ = frekuensi yang diperoleh dari data penelitian
iΕ = frekuensi yang diharapkan
k = banyaknya kelas interval
Jika jika X2 hit < X2 tabel, maka data berdistribusi normal dengan
taraf signifikansi α = 5% dan dk = k – 3.
(Sudjana, 1996:273)

59
2) Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa
sampel penelitian berangkat dari kondisi yang sama atau homogen,
yang selanjutnya untuk menentukan statistik t yang akan digunakan
dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas digunakan untuk
mengetahui apakah varians dari data yang digunakan sama atau
tidak.
Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai
berikut.
22
210 : σσ =H sampel homogen
22
21: σσ ≠aH sampel tidak homogen
Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan rumus sebagai
berikut.
terkecil
terbesarFvarvar
=
Jika , dengan dk
pembilang dk penyebut, maka kedua kelompok
mempunyai varians yang sama atau kedua kelompok tersebut
homogen.
)1,1(2/1 21 −−⟨ nnhit FF α 1%,5 1 −= nα
12 −n
(Sudjana, 1996:250)
3) Uji Kesamaan Rata-Rata
Analisis data dengan uji t digunakan untuk menguji hipotesis.

60
Ho: 21 μμ = rata-rata data dari kedua kelompok sama
Ha: 21 μμ ≠ rata–rata data dari kedua kelompok berbeda
1μ = rata-rata data kelompok eksperimen
2μ = rata-rata data kelompok kontrol
Maka untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
21
21
11nn
s
XXt+
−=
dengan 2
)1()1(
21
222
2112
−+−+−
=nn
snsns
Keterangan:
1X = Nilai rata-rata kelompok eksperimen
2X = Nilai rata-rata kelompok kontrol
n1 = Banyaknya subyek kelompok eksperimen
n2 = Banyaknya subyek kelompok kontrol
dengan kreteria pengujian terima Ho jika tabelhitungtabel ttt <<−
dengan derajat kebebasan 221 −+= nndk , taraf signifikan 5% dan
tolak Ho untuk harga t lainnya.
(Sudjana, 1996:239)

61
c. Analisis Uji Hipotesis
1) Uji Normalitas
Langkah-langkah pengujian normalitas sama dengan langkah-
langkah uji normalitas pada uji pra hipotesis.
2) Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)
Langkah-langkah pengujian homogenitas sama dengan langkah-
langkah uji homogenitas pada uji pra hipotesis.
3) Uji Perbedaan Rata-rata (Uji Pihak Kanan)
Hipotesis yang diajukan dalam uji perbedaan rata-rata adalah
sebagai berikut.
210 : μμ =H tidak ada perbedaan rata-rata dari kedua kelompok
21: μμ >iH rata-rata data kelompok eksperimen lebih baik dari
kelompok kontrol
μ1 = rata-rata data kelompok eksperimen
μ2 = rata-rata data kelompok kontrol
Uji perbedaan rata-rata dilakukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
a) Jika 21 σσ ≠
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
−=
2
22
1
21
21
ns
ns
XXt

62
b) jika 21 σσ =
21
21
11nn
s
XXt+
−=
dengan,
( ) ( )2
11
21
222
2112
−+−+−
=nn
snsns
Keterangan:
1X = rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen
2X = rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol
1n = banyaknya siswa kelas eksperimen
2n = banyaknya siswa kelas kontrol
21s = varians kelompok eksperimen
22s = varians kelompok kontrol
2s = varians gabungan
dengan dk = ( kriteria pengujian tersebut ditolak jika
dengan menentukan taraf signifikan
)221 −+ nn
)()( tabeltdatat ≥ α = 5%.
Kriteria penolakan adalah . oH )2(),1( 21 −+−≥ nnhitung tt α
(Sudjana, 1996:243)
4) Estimasi Rata-Rata Hasil Belajar
Analisis ini digunakan untuk memprediksi nilai rata-rata hasil
belajar siswa.

63
Rumus yang digunakan adalah:
( ) ( ) nstx
nstx .. 975,0975,0 υυ μ +<<−
Keterangan:
x = rata-rata hasil belajar
s = standar deviasi
n = banyaknya siswa
v = n – 1
( )υ975,0t = bilangan t didapat dari tabel normal baku untuk peluang
(Sudjana, 1996:202).
5) Uji Rata-Rata (Uji Pihak Kanan)
Analisis ini digunakan untuk menguji ketuntasan belajar siswa.
Siswa dipandang tuntas dalam belajar jika mampu menyelesaikan,
menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran
minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran.
(E. Mulyasa, 2003:99)
Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : 0μ < 6,5 belum mencapai ketuntasan belajar
Ha : 0μ > 6,5 telah mencapai ketuntasan belajar
Rumus yang digunakan adalah:
t =
nS
x 0μ−

64
Keterangan:
x = rata-rata hasil belajar
S = simpangan baku
n = banyaknya siswa
Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika thitung > t(1- )1)( −nα dan
terima Ho dalam hal lainnya. Dengan taraf nyata α = 5%, dk = (n
- 1).
(Sudjana, 1996:227)
F. Hasil Uji Coba Instrumen Tes
1. Validitas Soal
Berdasarkan perhitungan validitas soal dengan menggunakan rumus
korelasi product moment, diperoleh tujuh butir soal yang valid yaitu butir
soal nomor: 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9 adapun yang tidak valid adalah butir soal
nomor 1, 7, dan 10. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
10 halaman 106.
2. Daya Pembeda Soal
Berdasarkan uji coba dengan taraf signifikan 5 % dan dk = 12 + 12 – 2 =
22, diperoleh ttabel = 1.72. Dari hasil perhitungan daya pembeda soal,
dengan kriteria t > ttabel butir soal dikatakan signifikan, diperoleh butir soal
2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, dan 10 memiliki daya pembeda yang signifikan. Butir
soal yang insignifikan adalah butir nomor 1 dan 7. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 106.

65
3. Taraf Kesukaran Butir Soal
Hasil dari perhitungan tingkat kesukaran butir soal, diperoleh butir soal
nomor 1, 3, 4, 5, dan 8 termasuk kriteria mudah. Untuk butir soal nomor
2, 6, 7, 9, dan 10 termasuk kriteria sedang. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 106.
4. Reliabilitas Soal
Berdasarkan uji coba dengan taraf signifikan 5 % dan n = 44 diperoleh
rtabel = 0.297. Perhitungan dengan menggunakan rumus alpha diperoleh
nilai r = 0.677. Dapat dilihat bahwa nilai r > rtabel , sehingga dapat
disimpulkan bahwa instrumen tes tersebut reliabel. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 110.
5. Penentuan Instrumen
Berdasarkan hasil perhitungan analisis validitas, daya pembeda soal,
tingkat kesukaran, dan reliabilitas soal, diperoleh butir soal uji coba yang
layak untuk digunakan sebagai instrumen untuk mengambil data pada
penelitian ini sebanyak 7 (tujuh) butir soal, yaitu soal nomor 2, 3, 4, 5, 6,
8, dan 9. Sedang soal yang tidak dipakai adalah soal nomor 1, 7, dan 10.
Keterangan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 106.

66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Pra Uji Hipotesis
a. Uji Normalitas
Pengujian kenormalan distribusi populasi digunakan uji Chi-Kuadrat.
Nilai awal yang digunakan untuk menguji normalitas distribusi
populasi adalah nilai rata-rata matematika siswa pada bab sebelumnya.
Berdasarkan perhitungan uji normalitas diperoleh χ2hitung = 5.57, dan
χ2tabel = 9.49. Karena χ2
hitung < χ2tabel maka dapat dikatakan bahwa
populasi berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya terdapat pada
lampiran 3 halaman 89. Untuk data nilai awal kedua kelas sampel
dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 88.
b. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)
Uji homogenitas ini, bertujuan untuk mengetahui apakah data nilai
awal sampel mempunyai varians yang sama (homogen).
22
210 : σσ =H kedua kelompok mempunyai varians yang homogen
22
21: σσ ≠aH kedua kelompok mempunyai varians yang heterogen
66

67
Dari perhitungan diperoleh:
Sumber variasi Eksperimen Kontrol
Jumlah 2850 2825 n 46 44 x 61.96 64,20
Varians (s2) 160.31 154,59 Standart deviasi (s) 12.66 12,43
F 037.159.15431.160
==
Ftabel = 1.82
H0 diterima apabila F < Ftabel, berdasarkan perhitungan terlihat bahwa
F < Ftabel berarti Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kedua kelompok sampel mempunyai varians yang sama. Untuk
perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4 halaman 90.
c. Uji kesamaan rata-rata (uji dua pihak)
Ho : 21 μμ = tidak ada perbedaan rata-rata dari kedua kelompok
Ha : 21 μμ ≠ ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara kedua
kelompok
Dari perhitungan diperoleh:
Sumber variasi Eksperimen Kontrol
Jumlah 2850 2825 n 46 44 x 61.96 64,20
Varians (s2) 160.31 154,59 Standart deviasi (s) 12.66 12,43
Dari kedua kelompok diperoleh Sgabungan = 12.55.

68
Dengan uji t diperoleh thitung = -0.85 dan ttabel = 1.99.
Kriteria penerimaan H0 apabila –ttabel < thitung < ttabel. Karena thitung
berada pada daerah penerimaan H0 maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk perhitungan selengkapnya
terdapat pada lampiran 5 halaman 91.
Berdasarkan analisis pra uji hipotesis diperoleh bahwa populasi
berdistribusi normal, homogen dan memiliki rata-rata nilai awal yang
sama. Hal ini mempunyai arti bahwa kelas sampel berangkat dari kondisi
awal yang sama.
2. Analisis Uji Hipotesis
a. Uji Normalitas
Sebelum menguji hipotesis yang diajukan terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas. Hal ini dilakukan untuk menentukan statistik yang
digunakan dalam pengujian hipotesis. Untuk menguji kenormalan data
digunakan uji Chi-Kuadrat. Data yang digunakan adalah data hasil
belajar siswa materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
Berdasarkan perhitungan uji normalitas diperoleh χ2hitung = 6.67, dan
χ2tabel = 9.49. Karena χ2
hitung < χ2tabel maka dapat dikatakan bahwa data
hasil belajar siswa berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya
terdapat pada lampiran 73 halaman 218. Sedangkan untuk data hasil
belajar kedua kelompok sampel dapat dilihat pada lampiran 72
halaman 217.

69
b. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)
Uji homogenitas ini untuk mengetahui apakah nilai hasil evaluasi
sampel mempunyai varians yang homogen.
22
210 : σσ =H kedua kelompok mempunyai varians yang homogen
22
21: σσ ≠aH kedua kelompok mempunyai varians yang heterogen
Dari perhitungan diperoleh:
Sumber variasi Eksperimen Kontrol
Jumlah 3625 3058 n 46 44 x 78,80 69,50
Varians (s2) 245,01 281,60 Standart deviasi (s) 15,65 16,78
149.101.24560.281
==F
Ftabel = 1.69
Karena Fhitung < Ftabel berarti Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kedua kelompok sampel mempunyai varians yang sama. Untuk
perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 74 halaman 219.
c. Uji Perbedaan Rata-Rata (Uji Pihak Kanan)
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t.
Ho : 21 μμ = tidak ada perbedaan rata-rata antara kedua kelompok
Ha : 21 μμ > nilai rata kelompok eksperimen lebih baik daripada
kelompok kontrol

70
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut.
Kelompok n Mean s2 thitung ttabel
Eksperimen 46 78,8 245.01
Kontrol 44 69,5 281.60 2,721 1,66
Karena thitung > ttabel maka Ho ditolak dan hipotesis diterima. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil evaluasi pembelajaran pada
kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol. Untuk
perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 75 halaman 220.
d. Estimasi Rata-Rata Hasil Belajar
Estimasi rata-rata hasil belajar dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui prediksi rata-rata hasil belajar siswa yang mungkin dicapai
apabila dilakukan pembelajaran seperti pada kelompok eksperimen
atau menggunakan kelompok kontrol pada populasi. Berdasarkan tabel
estimasi dengan t = 2.014 dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil
belajar siswa pada kelompok eksperimen apabila diberikan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL adalah 74.2 – 83.5,
sedangkan pada kelompok kontrol dengan t = 2.017 estimasi rata-
ratanya berkisar antara 64.4 – 74.6. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 76 dan 77 halaman 221 dan 222.
e. Uji Rata-Rata (Uji Pihak Kanan)
Hasil uji rata-rata baik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
menggunakan nilai μ0 = 65 sebagai batas nilai ketuntasan belajar.

71
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut.
Kelompok n Mean μo thitung ttabel Kriteria
Eksperimen 43 78.8 65 5,98 1,68 Ha diterima
Kontrol 43 69.5 65 1.78 1,68 Ha diterima
Keterangan:
Ho : μ < 65 (belum mencapai ketuntasan belajar)
Ha : μ > 65 (telah mencapai ketuntasan belajar)
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh nilai thitung untuk hasil
belajar kelompok eksperimen sebesar 5,98 > 1,68 yang berarti secara
nyata rata-rata hasil belajar ini > 65 atau telah mencapai ketuntasan
belajar. Nilai thitung untuk kelompok kontrol sebesar 1.78 > 1,68 yang
berarti secara nyata rata-rata hasil belajar > 65 atau telah mencapai
ketuntasan belajar. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 78 dan 79 halaman 223 dan 224.
f. Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran oleh Guru
Berdasarkan hasil observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru pada
kelas eksperimen selama pembelajaran diperoleh data sebagai berikut.
1) Pada pembelajaran I (Selasa, 29 November 2005) persentase
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah sebesar
71.43 %.

72
2) Pada pembelajaran II (Kamis, 1 Desember 2005) persentase
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah sebesar
80.36 %.
3) Pada pembelajaran III (Selasa, 6 Desember 2005) persentase
kemampuan gurunya adalah 85.71 %.
4) Untuk pembelajaran IV (Kamis, 8 Desember 2005) persentase
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah sebesar
91.07 %.
Perkembangan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran untuk
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 25, 37, 48, dan 59, halaman
127, 146, 168 dan 186, sedangkan grafik kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 80 halaman 225.
g. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada kelas eksperimen
selama pembelajaran berlangsung diperoleh data sebagai berikut.
1) Pada pembelajaran I (Selasa, 29 November 2005) persentase
aktivitas siswa sebesar 65 %.
2) Pada pembelajaran II (Kamis, 1 Desember 2005) persentase
aktivitas siswa adalah sebesar 70 %.
3) Pada pembelajaran III (Selasa, 6 Desember 2005) persentase
aktivitas siswa adalah 77.5 %.
4) Untuk pembelajaran IV (Kamis, 8 Desember 2005) persentase
aktivitas siswa adalah sebesar 87.5 %.

73
Perkembangan aktivitas siswa selama pembelajaran untuk
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26, 38, 49, dan 60, halaman
129, 146, 170, dan 188, sedangkan grafik perkembangan aktivitas
siswa dapat dilihat pada lampiran 80 halaman 225.
h. Hasil Angket Refleksi Siswa terhadap Pembelajaran
Berdasarkan hasil angket refleksi siswa terhadap model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berbasis CTL diperoleh data perubahan sikap
dan tanggapan siswa pada setiap pembelajaran sebagai berikut.
1) Pada pembelajaran I hasil angket refleksi menunjukkan bahwa
banyak siswa yang menyatakan tidak senang terhadap model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL adalah sebanyak
3 siswa atau 6.52 %, pada pembelajaran II sebanyak 2 siswa atau
4.35 %, untuk pembelajaran III sebanyak 2 siswa atau 4.35 % dan
di akhir pembelajaran yaitu pembelajaran IV tidak ada siswa yang
menyatakan ketidaksenangan terhadap pembelajaran. Sedang siswa
yang menyatakan sangat senang terhadap pembelajaran pada
pembelajaran I adalah 10 siswa atau 21.74 %, pada pembelajaran II
sebanyak siswa atau 28.26 %, untuk pembelajaran III sebanyak 14
siswa atau 30.43 % dan pada pembelajaran IV sebanyak 24 siswa
atau 52.17 %.
2) Pada awal pembelajaran yaitu pembelajaran I hasil angket refleksi
menunjukkan bahwa banyak siswa yang menyatakan pembelajaran
yang dilaksanakan dengan kerja kelompok membuat siswa menjadi

74
bingung sebanyak 6 siswa atau 13.04 %, pada pembelajaran II
sebanyak 5 siswa atau 10.87 %, untuk pembelajaran III sebanyak 2
siswa atau 4.35 % dan di akhir pembelajaran yaitu pembelajaran
IV menjadi 1 siswa atau 2.17 %. Sedang siswa yang menyatakan
sangat jelas dengan pembelajaran yang dilaksanakan dengan kerja
kelompok pada pembelajaran I sebanyak 20 siswa atau 43.48 %,
pada pembelajaran II sebanyak siswa atau 43.48 %, untuk
pembelajaran III sebanyak 21 siswa atau 45.65 % dan pada
pembelajaran IV menjadi sebanyak 22 siswa atau 47.83 %.
3) Pada pembelajaran I hasil angket refleksi yang menunjukkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL
membuat siswa biasa saja sebanyak 23 siswa atau 50 %, pada
pembelajaran II sebanyak 18 siswa atau 39.13 %, untuk
pembelajaran III 12 sebanyak siswa atau 26.09 % dan di akhir
pembelajaran yaitu pembelajaran IV mengalami penurunan
menjadi 6 siswa atau 13.04 %. Sedang yang membuat siswa berani
berpendapat sebanyak 16 siswa atau 34.78 % pada pembelajaran I,
pada pembelajaran II sebanyak siswa atau 39.13 %, untuk
pembelajaran III sebanyak 21 siswa atau 45.65 % dan menjadi 25
siswa atau 54.35 % di akhir pembelajaran.
4) Pada awal pembelajaran, hasil angket refleksi menunjukkan bahwa
banyak siswa yang tidak paham terhadap materi yang disampaikan
melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL

75
sebanyak 5 siswa atau 10.87 %, pada pembelajaran II sebanyak 5
siswa atau 10.87 %, untuk pembelajaran III sebanyak 3 siswa atau
6.52 % dan di akhir pembelajaran menjadi 1 siswa atau 2.17 %.
Sedang siswa yang menyatakan sangat paham sebanyak 14 siswa
atau 30.43 % pada pembelajaran I, pada pembelajaran II sebanyak
siswa atau 32.61 %, untuk pembelajaran III sebanyak 18 siswa atau
39.13 % dan 20 siswa atau 43.48 % pada pembelajaran IV.
5) Pada pembelajaran I hasil angket refleksi menunjukkan perasaan
siswa biasa saja adalah 18 siswa atau 39.13 %, pada pembelajaran
II sebanyak 13 siswa atau 28.26 %, untuk pembelajaran III
sebanyak 5 siswa atau 10.87 % dan di akhir pembelajaran IV
menjadi 3 siswa atau 6.52 %. Sedang siswa yang sangat
bersemangat pada pembelajaran I sebanyak 8 siswa atau 17.39 %,
pada pembelajaran II sebanyak siswa atau 21.74 %, untuk
pembelajaran III sebanyak 17 siswa atau 36.96 % dan pada
pembelajaran IV menjadi 18 siswa atau 39.13 %.
6) Pada pembelajaran I hasil angket refleksi menunjukkan bahwa
banyak siswa yang menyatakan masalah yang harus diselesaikan
sebagai evaluasi pembelajaran sulit adalah 21 siswa atau 45.65 %,
pada pembelajaran II sebanyak 16 siswa atau 34.78 %, untuk
pembelajaran III sebanyak 8 siswa atau 17.39 % dan di akhir
pembelajaran IV menjadi sebanyak 5 siswa atau 10.87 %. Sedang
siswa yang menyatakan masalah yang harus diselesaikan sebagai

76
evaluasi pembelajaran membuat siswa termotivasi pada
pembelajaran I adalah 10 siswa atau 21.74 %, pada pembelajaran II
sebanyak siswa atau 28.26 %, untuk pembelajaran III sebanyak 18
siswa atau 39.13 % dan pada pembelajaran IV menjadi sebanyak
20 siswa atau 43.48 %.
7) Pada pembelajaran I hasil angket refleksi menunjukkan bahwa
banyak siswa yang menyatakan bahwa diskusi dalam kelompok
membuat siswa biasa saja adalah 22 siswa atau 47.83 %, pada
pembelajaran II sebanyak 18 siswa atau 39.13 %, untuk
pembelajaran III sebanyak 14 siswa atau 30.43 % dan di akhir
pembelajaran yaitu pembelajaran IV menjadi sebanyak 14 siswa
atau 17.39 %. Sedang siswa yang menyatakan diskusi dalam
kelompok membuat siswa sangat berani pada pembelajaran I
adalah 3 siswa atau 6.52 %, pada pembelajaran II sebanyak siswa
atau 7 %, untuk pembelajaran III sebanyak 10 siswa atau 21.74 %
dan pada pembelajaran IV menjadi sebanyak 11 siswa atau 23.91
%.
Untuk perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 27, 39, 50,
dan 61, halaman 131, 150, 172, dan 190, sedangkan grafiknya dapat
dilihat pada lampiran 81 halaman 226.

77
B. Pembahasan
Setelah dilakukan pembelajaran pada kelompok ekperimen dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL dan
kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran sesuai dengan
kurikulum 2004 yaitu model pembelajaran CTL, terlihat bahwa hasil belajar
kedua kelompok tersebut berbeda secara nyata. Hal ini ditunjukkan dari hasil
uji t sebesar 2,721 > 1,66 yang merupakan nilai ttabel, yang berarti Ho ditolak.
Dengan kata lain rata-rata hasil belajar pada kelompok eksperimen lebih baik
daripada rata-rata hasil belajar pada kelompok kontrol. Hasil belajar siswa
pada kedua kelompok baik eksperimen maupun kontrol telah mencapai
ketuntasan belajar (lebih dari 65). Hal ini ditunjukkan dari uji t sebesar 5,98 >
ttabel (1,68) pada kelompok eksperimen dan pada kelompok kontrol diperoleh
thitung sebesar 1.78 > ttabel (1,68) yang berarti keduanya telah mencapai
ketuntasan belajar. Estimasi rata-rata hasil belajar pada kelompok eksperimen
lebih tinggi dari estimasi rata-rata hasil belajar pada kelompok kontrol.
Terlihat bahwa prediksi rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen antara
74.2 sampai 83.5, sedangkan pada kelompok kontrol diprediksikan rata-rata
hasil belajarnya antara 64.4 sampai 74.6. Terjadinya perbedaan hasil belajar
ini salah satunya disebabkan adanya penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berbasis CTL pada kelompok eksperimen.
Pembelajaran pada kelas eksperimen mendorong siswa untuk lebih
aktif untuk bertanya maupun mengeluarkan pendapatnya dan kreatif dalam
mengembangkan ide-ide yang dimilikinya. Pembelajaran yang dilakukan juga

78
mengembangkan sistem diskusi antar siswa, sehingga secara langsung mampu
mengembangkan kerja sama antar siswa. Hal ini dapat berdampak positif
terhadap hasil belajar siswa, sebab dalam model pembelajaran kooperatif tipe
STAD berbasis CTL, siswa mendapat bantuan dari teman atau siswa lain
dalam kelompoknya untuk memecahkan suatu permasalahan yang
kontekstual. Melalui teman sendiri, siswa akan merasa nyaman, tidak ada rasa
malu, canggung, rendah diri, atau enggan, sehingga diharapkan siswa yang
kurang paham tidak segan-segan untuk menanyakan kesulitan-kesulitan yang
dihadapinya. Selain itu bahasa yang digunakan mudah dipahami sehingga
akan lebih mempermudah siswa dalam proses pamahamannya. Keberhasilan
yang dicapai juga tercipta karena adanya hubungan antarpersonil yang saling
mendukung, saling membantu, saling menghargai dan peduli antara siswa satu
dengan siswa lain dalam kelompoknya. Dengan belajar secara berkelompok
siswa yang lemah atau kurang pandai akan mendapat masukan dari siswa
yang lebih pandai, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajarnya.
Motivasi inilah yang akan menimbulkan dampak yang positif terhadap hasil
belajar siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL selain
mampu mengembangkan kemampuan kognitif siswa, juga mampu
mengembangkan kemampuan vokasionalnya. Kemampuan kognitif siswa
dapat berkembang dari tuntutan dalam menyelesaikan masalah kontekstual,
dan saat terjadi diskusi, siswa akan mengembangkan kemampuan untuk
berbicara (vokasional) didepan siswa lain. Selain itu, pembelajaran ini dapat

79
mengembangkan keterampilan kooperatif siswa yang nantinya akan berguna
bagi siswa di kehidupan mendatang.
Pada awal pembelajaran, pelaksanaan treatmen pada kelompok
eksperimen mengalami sedikit hambatan. Pembelajaran yang baru bagi guru
maupun siswa membutuhkan waktu untuk penyesuaian. Selain itu pada waktu
pengelompokan, terkadang menimbulkan kegaduhan dalam kelas yang cukup
menyita waktu pembelajaran. Siswa masih belum terbiasa dengan dibentuknya
kelompok belajar, karena sebelumnya guru tidak biasa membentuk kelompok
belajar. Pada awalnya ada beberapa siswa yang merasa tidak cocok dengan
siswa lain dalam kelompoknya, sehingga terkadang terjadi perselisihan. Hal
ini berakibat penyerapan materi pembelajaran oleh siswa kurang maksimal.
Hambatan yang terjadi secara perlahan-lahan dapat berkurang
dikarenakan siswa mulai tertarik dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD berbasis CTL. Siswa mulai merasa terbiasa dengan teman lain dalam
kelompoknya dan mulai menerima perbedaan yang ada, yang membuat siswa
justru merasa saling membutuhkan, saling menghargai, saling membantu, dan
menghormati satu sama lain karena adanya tuntutan masalah yang harus
dikerjakan bersama. Siswa merasa senang bekerja dalam kelompok dan
menyelesaikan tugas-tugas secara kelompok. Permasalahan kontekstual yang
harus mereka selesaikan juga memotivasi siswa untuk terus belajar, karena
permasalahan-permasalahan tersebut sering dijumpai siswa dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini dapat mempermudah siswa dalam pemahaman
permasalahan yang diberikan. Konsep dan materi yang diperoleh siswa

80
dengan mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan kejadian
dalam kehidupan sehari-hari dan dengan penemuan, dari bertanya dan bekerja
sama dengan teman lain membuat siswa mampu memaknai pengetahuan yang
diperoleh.
Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol kurang dapat
memotivasi siswa untuk meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran.
Meskipun pada kelas kontrol juga diadakan diskusi/kerjasama dengan siswa
lain, namun keterampilan kooperatif siswa kurang terlihat. Sering kali siswa
yang pandai merasa dirinya mampu untuk menyelesaikan tugas sendiri,
sedangkan siswa yang kurang pandai hanya bertugas menyalin saja. Hal ini
dapat berakibat kemampuan siswa kurang dapat meningkat. Selain itu siswa
juga masih merasa takut untuk mengeluarkan pendapat atau bertanya jika ada
sesuatu hal yang belum dimengerti. Ini membuat guru kurang memahami
siswa yang mana yang kurang dapat menyerap materi pelajaran.
Berdasarkan hasil observasi pada kelas eksperimen mengenai
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dari pembelajaran I sampai
dengan pembelajaran IV menunjukkan adanya peningkatan persentase pada
setiap pembelajaran. Pada pembelajaran I dan II dari perhitungan persentase
menunjukkan pembelajaran sudah baik, sedangkan pada pembelajaran III dan
IV dari perhitungan persentase menunjukkan bahwa pembelajaran menjadi
sangat baik. Adanya kekurangan, hambatan, dan kendala pada setiap
pembelajaran ditindak lanjuti oleh guru untuk memperbaiki kemampuan

81
dalam pengelolaan kelas dan memperbaiki kesalahan serta kekurangan pada
pembelajaran sebelumnya.
Peningkatan kemampuan guru diikuti pula dengan peningkatan
aktivitas siswa pada setiap pembelajaran. Terlihat dari hasil perhitungan
persentase dari pembelajaran I sampai dengan pembelajaran III menunjukkan
aktivitas siswa baik, sedangkan pada pembelajaran IV dari perhitungan
persentase menunjukkan bahwa aktivitas siswa menjadi sangat baik. Ini
menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
berbasis CTL aktivitas siswa menjadi lebih baik. Pada setiap pembelajaran,
siswa dituntut untuk dapat berinteraksi satu sama lain dan mengembangkan
keterampilan kooperatifnya. Pada awal pembelajaran yaitu pembelajaran I,
siswa masih merasa bingung tentang apa yang harus siswa lakukan. Siswa
masih belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan. Ketidak
terbiasaan siswa dalam bekerja secara berkelompok, membuat siswa harus
menyesuaikan diri dengan siswa lain dan terkadang siswa masih bekerja
secara individu karena ketidakcocokan satu sama lain. Peningkatan persentase
aktivitas siswa ini disebabkan karena siswa sudah mulai terbiasa dengan
model pembelajaran yang diterapkan. Peningkatan aktivitas siswa diiringi
dengan perubahan sikap dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang
semakin positif. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil angket refleksi siswa
yang diberikan pada setiap akhir pembelajaran.
Hasil analisis penelitian dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa
kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Begitu pula dengan perubahan

82
sikap dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran pada kelas eksperimen terus
meningkat secara positif. Hal itu didukung dengan aktivitas siswa pada
pembelajaran di kelas eksperimen yang terus mengalami peningkatan.
Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran pun semakin meningkat
pada setiap pembelajaran. Secara umum terjadinya perbedaan hasil belajar
dimungkinkan karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD
berbasis CTL dikembangkan keterampilan siswa dalam bekerja sama,
berkomunikasi dari latar belakang yang berbeda, menerima pribadi yang
berbeda untuk dapat menyelesaikan permasalahan kontekstual yang
dikerjakan secara bersama sehingga dapat membangun motivasi belajar pada
siswa dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya.

83
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil
simpulan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih
baik dari pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran CTL,
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran terus mengalami
peningkatan, aktivitas siswa selama pembelajaran juga terus mengalami
peningkatan pada setiap pembelajarannya, dan perubahan sikap serta
tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis
CTL semakin membaik. Sehingga dapat dikatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis CTL lebih efektif daripada model
pembelajaran CTL dalam pembelajaran matematika materi pokok Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel kelas VIII semester I SMP Negeri 3 Ungaran
Tahun Pelajaran 2005/2006.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan.
1. Guru diharapkan dapat lebih memotivasi siswa untuk lebih
mengembangkan keterampilan kooperatif atau bekerjasama, yang dapat
digunakan dalam kehidupan bermasyarakat siswa.
83

84
2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD bebasis CTL perlu terus
dikembangkan dan diterapkan pada materi pokok yang lain sehingga dapat
diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keterkaitan antara materi
yang dipelajari dengan kehidupan siswa sehari-hari.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian
ini.

85
DAFTAR PUSTAKA
E. Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya. Erman Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung : JICA –Universitas Pendidikan Indonesia. M. Cholik. 2004. Matematika Untuk SMP Kelas VIII Semester 2 2B. Jakarta:
Erlangga. Max Darsono. 2000. Belajar Dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang
Press. Mohammad Asikin. 2002. Pembelajaran Matematika berdasarkan Pendekatan
Konstruktivisme dan Contextual Teahing and Learning (CTL). Makalah disampaikan dalam diklat TOT guru-guru Matematika SLTP dari 24 propinsi di Indonesia. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Mohammad Asikin. 2004. Model-Model Pembelajaran Kooperatif (Text Book).
Semarang: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNNES. Muslimin Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA-
University Press. Nana Sudjana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Nurhayati Abba. 2000. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction). Tidak dipublikasikan. Makalah Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.
Pradnyo Wijayanti . 2002 . Pembelajaran Kooperatif Pada Sub Pokok Bahasan
‘Keliling dan Luas Persegi’. Makalah disajikan pada pelatihan TOT Pembelajaran Kontekstual (CTL) untuk instruktur guru dan dosen dari 24 propinsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Robert E. Slavin. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and Practice.
Johns Hopkins University. Siti Maesuri. 2002. Cooperarif Learning in the Mathematics Classroom
(Pembelajaran Kooperatif dalam Kelas Matematika). Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

86
Sudjana. 1996. Metoda Statistika . Bandung: TARSITO. Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta. Sukino Wilson Simangunsong. 2004. Matematika Untuk SMP Kelas VII Semester
1 dan 2. Jakarta: Erlangga. Tim Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pendekatan Kontekstual
(Contextual Teaching And Learning CTL ). Jakarta: Depdiknas. Tim Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pelajaran Matematika Kelas VIII
Edisi 2. Jakarta: Depdiknas. Tim Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Zainal Arifin. 1991. Evaluasi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya.