SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

43
SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK BALITA 3-5 TAHUN DI PUSKESMAS KELURAHAN HARJOSARI 1 KECAMATAN MEDAN AMPLAS TAHUN 2018 Dina Mariana Napitupulu P07524517042 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2018

Transcript of SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

Page 1: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

SKRIPSI

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK BALITA 3-5 TAHUN DI

PUSKESMAS KELURAHAN HARJOSARI 1 KECAMATAN MEDAN AMPLAS

TAHUN 2018

Dina Mariana Napitupulu

P07524517042

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN

PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2018

Page 2: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

SKRIPSI

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK BALITA 3-5 TAHUN DI

PUSKESMAS KELURAHAN HARJOSARI 1 KECAMATAN MEDAN AMPLAS

TAHUN 2018

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma IV Kebidanan Alih Jenjang

Dina Mariana Napitupulu

P07524517042

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN

PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2018

Page 3: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …
Page 4: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …
Page 5: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN

JURUSAN DIV KEBIDANAN ALIH JENJANG SKRIPSI, 24 JULI 2018 DINA MARIANA NAPITUPULU Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Balita 3-5 tahun di Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018 vi + 37 halaman + 13 tabel + 2 gambar + 9 lampiran

ABSTRAK

Secara nasional status gizi anak di berbagai daerah di Indonesia masih menjadi masalah. Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yan terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak dan motorik kasar anak. Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak balita 3-5 tahun Jenis penelitian Survey Analitik dengan rancangan Cross Sectional dilakukan pada bulan Mei di Puskesmas Kelurahan Harjosari I terhadap 61 responden diambil dengan teknik non probability sampling yaitu accidental sampling, data dikumpul dengan kuisioner dan dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil uji chi square menunjukkan nilai p-value sebesar 0,000 (p<0,05) yang artinya ada hubungan status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak balita 3-5 tahun. Meningkatkan ketersediaan tenaga terlatih khususnya bidan dan ahli gizi sebagai tenaga yang bertugas untuk melayani penyuluhan gizi dan memantau perkembangan balita di Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas.

Kata kunci : status gizi, motorik kasar, balita Daftar Pustaka : 29 (2002-2016)

Page 6: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Hubungan

Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Balita 3-5 Tahun Di Puskesmas

Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018” yang menjadi salah satu

syarat untuk menyelesaikan program studi D-IV Kebidanan Alih Jenjang Politeknik

Kesehatan Kemenkes RI Medan

Dalam proses menyelesaian Skripsi ini, peneliti telah banyak mendapat

bimbingan materi dan dukungan dari beberapa pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan

ini dengan kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. Ida Nurhayati M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Medan.

2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politekhnik

Kesehatan Kemenkes Medan.

3. Melva Simatupang, SST, M.Kes, selaku Kaprodi D-IV Kebidanan Politekhnik

Kesehatan Kemenkes Medan dilanjutkan Yusniar Siregar, SST, M.Kes

4. Melva Simatupang SST, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. Evi Desfauza, SST, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti dalam menyelesaikan

skripsi ini.

6. Ardiana Batubara, SST,M.Keb, selaku dosen penguji yang telah bersedia

memberikan masukan berupa kritik dan saran kepada peneliti demi

kesempurnaan Skripsi ini.

7. Kepada Kepala Puskesmas Harjosari 1 Medan Amplas yang telah

memberikan izin kepada penulis dalam melaksanakan penelitian di

Puskesmas.

8. Hormat dan sembah sujud peneliti yang tidak terhingga kepada ibunda

tercinta Y. Simanjuntak dan terima kasih saya kepada suami tercinta saya

Abner Saragih yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tak

terhingga berupa doa yang tak pernah putus, materi dan dukungan selama

mengikuti kegiatan perkuliahan dan penyusunan Skripsi.

Page 7: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih dan berharap semoga Skripsi ini

dapat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan ilmu kebidanan bagi

pembaca maupun peneliti sendiri. Semoga Allah senantiasa melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin.

Medan, 24 Juli 2018

Peneliti

(Dina Mariana Napitupulu)

NIM: P07524517042

Page 8: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ................................................................................................. v DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 2

C.1 Tujuan Umum ............................................................................. 2 C.2 Tujuan Khusus ........................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3

D.1 Manfaat Teoritis ......................................................................... 3 D.2 Manfaat Praktis .......................................................................... 3

E. Keaslian Penelitian ......................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6

A. Status Gizi ...................................................................................... 6

B. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun .................... 13

C. Hubungan Asupan Gizi dengan Perkembangan Motorik Anak .... 19

D. Kerangka Teori ............................................................................... 20

E. Kerangka Konsep ........................................................................... 20

F. Defenisi Operasional ...................................................................... 21

G. Hipotesis ......................................................................................... 22

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 23

A. Jenis dan Desain Penelitian .......................................................... 23

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 23

C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 23

D. Jenis dan Cara Penggumpulan Data ............................................. 24

E. Pengelolahan dan Analisa Data .................................................... 25

F. Etika Penelitian .............................................................................. 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 27

A. Hasil Penelitian .............................................................................. 27

B. Pembahasan .................................................................................. 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 32

A. Kesimpulan ..................................................................................... 32

B. Saran .............................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 33 LAMPIRAN

Page 9: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 2.1 Defenisi Operasional………………………………………….. 21

Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin………………………….. 27

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia …………………………………….. 27

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Status Gizi ………............................... 46

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perkembangan Motorik Kasar……….

46

Tabel 4.4 Hubungan status gizi dengan perkembangan Motorik Kasar Anak

balita 3-5 tahun…………………………………………. 47

Page 10: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori ....................................................................... 20 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ................................................................... 20

Page 11: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara nasional status gizi anak di berbagai daerah di Indonesia masih

menjadi masalah. Jumlah penderita kurang gizi di dunia mencapai 104 juta anak,

dan keadaan kurang gizi menjadi penyebab sepertiga dari seluruh penyebab

kematian anak di seluruh dunia. Indonesia termasuk diantara rombongan 36

negara di dunia yang memberi 90 % kontribusi masalah gizi dunia (WHO, 2016).

Sementara berdasarkan hasil Riset Dasar Kesehatan Indonesia

(Riskesdas) 2016 prevalensi gizi buruk dan gizi kurang menurut indikator BB/U

pada balita tahun 2016 adalah 11,1%, terdiri dari 8,0% gizi kurang dan 3,1% gizi

buruk. Jika di bandingkan dengan angka prevalensi pada tahun 2015 adalah

11,9% terdiri dari 8,2% gizi kurang dan 3,7% gizi buruk (Riskesdas 2016).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sumatera Utara tahun 2017

didapatkan 176 balita mengalami gizi buruk yang tersebar di 17 Kecamatan di

Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan laporan bulanan di Kelurahan Harjosari I

Kecamatan Medan Amplas, pada bulan September 2017 diperoleh jumlah balita

usia 3sampai 5 tahun sebanyak 57 orang, dengan status gizi buruk 2 orang, gizi

kurang 24 orang, gizi lebih 1 orang dan gizi baik 20 orang.

Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap

orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita

didasarkan fakta bahwa kurang gizi yan terjadi pada masa emas ini, bersifat

irreversible (tidak dapat pulih). Kekurangan gizi dapat mempengaruhi

perkembangan otak anak dan motorik kasar anak. Status gizi pada balita dapat

diketahui dengan cara mencocokkan umur anak (dalam bulan) dengan berat

badan standar tabel WHO-NHCS, bila berat badannya kurang, maka status

gizinya kurang (Marimbi, H, 2017).

Berdasarkan penelitian Mariani dkk, mengenai hubungan status gizi

dengan perkembangan motorik anak di kabupaten Minahasa tahun 2015,

didapatkan bahwa tingkat perkembangan motorik anak dengan status gizi kurang

tidak sesuai dengan usia terjadi pada 66,7% responden, sedangkan tingkat

perkembangan motorik anak dengan statusgizinormal tidak sesuai hanya terjadi

pada 32,8% responden. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

Page 12: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

status gizi memang sangat mempengaruhi perkembangan motorik anak balita

(Mariani, dkk,2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Kartika, dkk tahun 2013 mengenai

hubungan asupan gizi terhadap perkembangan motorik kasar di Kecamatan

Pamulang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan laju pertumbuhan motorik

pada anak yang diberi suplementasi tinggi energi dan zat mikro, didapatkan

sebesar 66,7% anak mengalami kemampuan motorik kasar lambat akibat

asupan energi kurang, dan 80% anak mengalami kekurangan asupan protein

sehingga kemampuan motorik kasar anak terganggu. Oleh karena itu, asupan

gizi yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak, karena

zat gizi memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak khususnya

perkembangan motorik kasar anak.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di Puskesmas

Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas menunjukkan bahwa masih

terdapat balita 3-5 tahun dengan status gizi kurang dan masih terdapat

keterlambatan perkembangan motorik kasar pada balita 3-5 tahun. Padahal

penentuan status gizi pada balita sangatlah penting karena berpengaruh

terhadap perkembangan motorik kasar balita.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan status

gizi dengan perkembangan motorik kasar anak balita 3-5 tahun di Puskesmas

Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasakan latar belakang masalah diatas maka perumusan masalah

penelitian ini adalah “bagaimana hubungan status gizi dengan perkembangan

motorik kasar anak balita 3-5 tahun di Puskesmas Kelurahan Harjosari I

Kecamatan Medan Amplas?”

C. Tujuan Penelitian

C.1.Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status gizi

dengan perkembangan motorik kasar anak balita 3-5 tahun di Puskesmas

Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas.

Page 13: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

C.2.Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi status gizi pada anak balita 3-5 tahun di

Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas

2. Untuk mengetahui distribusi perkembangan motorik kasar anak balita 3-5

tahun di Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas

3. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan motorik

kasar anak balita 3-5 tahun di Puskesmas Kelurahan Harjosari I

Kecamatan Medan Amplas

D. Manfaat Penelitian

D.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan

masukan bagi kelurahan setempat untuk mengambil kebijakan dalam rangka

pentingnya pemberian informasi melalui penerangan kesehatan bagi semua Ibu

yang memiliki balita.

D.2. Manfaat Praktis

Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan motorik

kasar anak balita 3-5 tahun, sehingga ibu yang memiliki balita dapat

meningkatkan pengetahuannya tentangperkembangan motorik kasar.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang relevan dengan penelitian tentang hubungan status gizi

dengan perkembangan motorik kasar anak balita 3-5 tahun, sejauh penelusuran

yang dilakukan peneliti beberapa penelitian yang telah dilakukan adalah :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rezki, dkk, yang berjudul “Hubungan status

gizi dengan perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah di wilayah

kerja Posyandu Kalisongo Kecamatan Dau”, Metode penelitian yang

digunakan adalah analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional.

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 75 anak usia prasekolah dan sampel

43 anak yang diambil menggunakan teknik purposive sampling dengan

kriteria inklusi anak prasekolah di Posyandu Desa Kalisongo Kecamatan

Dau yang kondisinya tidak cacat fisik dan mental, mempunyai usia 2-4 tahun

dan tidak mempunyai penyakit tertentu yang menunjang status gizi. Teknik

pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner. Metode analisa data

Page 14: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

yang di gunakan yaitu kolerasi spearman rank.Hasil penelitian membuktikan

bahwa status gizi anak sebagian besar 25 (58,1%) anak usia prasekolah

memiliki status gizi baik dan perkembangan motorik kasar anaksebagian

besar 26 (60,5%) anak usia prasekolah memiliki perkembangan motorik

kasar sesuai dengan tahapan perkembangan. Berdasarkan hasil uji kolerasi

spearman rank didapatkan p-value = 0,000 atau 0,000 < 0,050 sehingga

dapat disimpulkan bahwaada hubungan status gizi dengan perkembangan

motorik kasar anak usia prasekolah di Posyandu Kalisonggo kecamatan

Dau. Disarankan dalam meningkatkan perkembangan motorik kasar anak

usia prasekolah perlu menjaga status gizi anak agar tetap baik dengan

memberikan asupan gizi yang seimbang pada anak.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Caesar Ensang Timuda yang berjudul

“Hubungan Antara Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak

Usia Bayi Dan Balita (0-59 Bulan) Di Puskesmas Pandanwangi Malang”.

Metode penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan

pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel secara clustersampling

dengan populasi 148 responden. Jumlah sampel 122 responden. Dianalisa

dengan uji chi square. Hasil Penelitian: 29,5% responden mengalami

keterlambatan perkembangan motorik kasar yang terdiri dari 3,3%

responden sangat kurus,7,4% responden kurus,15,6% responden normal

dan 3,3% anak gemuk, dengan nilai p sebesar 0,000 dan α =0,05. Dari hasil

penelitian mengatakan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara

status gizi dengan perkembangan motorik kasarAnak Usia Bayi Dan Balita

(0-59 Bulan) Di Puskesmas Pandanwangi Malang.

Page 15: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

F. Perbedaan penelitian dengan penelitian terdahulu

Pembedaan Rezki, dkk Caesar Ensang

Timuda

Dina Mariana

Napitupulu

Judul penelitian Hubungan status

gizi dengan

perkembangan

motorik kasar

anak usia

prasekolah di

wilayah kerja

Posyandu

Kalisongo

Kecamatan Dau

Hubungan

Antara Status

Gizi Dengan

Perkembangan

Motorik Kasar

Anak Usia Bayi

Dan Balita (0-59

Bulan) Di

Puskesmas

Pandanwangi

Malang

Hubungan status

gizi dengan

perkembangan

motorik kasar

anak balita 3-5

tahun di

Kelurahan

Harjosari I

Kecamatan

Medan Amplas

Page 16: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Gizi

A.1. Pengertian

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan

untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari

organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2016). Gizi adalah bahan

makanan yang berhubungan dengan kesehatan tubuh (Ngastyah, 2005).

Menurut Almatsier (2005) status gizi adalah keadaan tubuh akibat konsumsi

makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi (nutrien status) adalah

ekspresi dari keadaan-keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu

(Supariasa, 2016).

A.2. Manfaat Gizi

Menurut Kartasapoetra (2003) manfaat gizi yaitu:

a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan

terutama bagi mereka yang masih dalam pertumbuhan.

b. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari.

A.3. Penilaian Gizi

Menurut Supariasa (2016), penilaian status gizi dibagi 2 yaitu :

a. Secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian

yaitu :

1) Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh. Ditinjau dari sudut

pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai

macam pengukuran dimensi tubh dan komposisi tubuh dan berbagai

tingkat umur dan tingkat gizi. Beberapa indeks antrometri yang sering

digunakan yaitu :

a) Berat badan menurut umur

Page 17: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

b) Tinggi badan menurut umur

c) Berat badan menurut tinggi badan

d) Lingkar lengan atas menurut umur

2) Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai

status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan

yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini

dapat dilihat pada jaringan kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada

organ-organ yang dekat permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei

dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari

kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk

mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan

fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

3) Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen

yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai jaringan tubuh.

Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja, hati dan

otot.Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan

akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis

yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal lebih banyak menolong

untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

4) Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status

gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat

perubahan struktur dan jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi

tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes).

Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

b. Secara tidak langsung

1) Survei Konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara

tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran

Page 18: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

tentang kondisi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu.

Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

2) Status vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan

menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian

berdasarkan umur, angka kematian dan kesakitan akibat penyebab tertentu

dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

3) Faktor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa

faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang

tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi

dan lain-lain.

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui

penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan

program intervensi gizi.

A.4.Klasifikasi Status Gizi

Menurut Supariasa (2016), dalam buku petunjuk teknik Pemantauan

Status Gizi (PSG) anak balita tahun 1999, klasifikasi status gizi menggunakan

buku rujukan World Health Organization Nasional Centre For Health Statistik

(WHO-NHCS) dengan indeks berat badan menurut umur.

A.5. Penyakit-penyakit Gizi

Menurut Notoatmodjo (1996) penyakit-penyakit kesehatan akibat dari

kelebihan dan kekurangan zat gizi antara lain sebagai berikut :

a. Penyakit kurang kalori dan protein (KKP)

Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori

atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi, atau terjadinya

efisiensi energi dan protein. KKP dibedakan menjadi KKP ringan atau gizi

kurang dan KKP berat yang disebut Marasmus (Kwashiorhor).

b. Penyakit Kegemukan (obesitas)

Penyakit ini terjadi karena konsumsi kalori terlalu berlebihan

dibandingkan dengan kebutuhan dan pemakaian energi, kelebihan dalam

Page 19: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

tubuh ini disimpan dalam bentuk lemak yaitu di tempat-tempat tertentu

seperti jaringan subcutan dan di dalam jaringan tirai usus.

c. Anemia (penyakit kurang darah)

Penyakit ini terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak

seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan mikro

elemen yang esensial bagi tubuh, yang sangat diperlukan dalam

pembentukan darah yakni dalam hemoglobin (Hb)

d. Zerophtalmia (defisiensi vitamin A)

Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A di

dalam tubuh. Gejalanya adalah kekurangan epithel biji mata dan kornea,

terlihat selaput bola mata keriput dan kusam bila mata bergerak, tidak

sanggup melihat pada cahaya remang-remang, buta senja atau buta ayam

dan dapat menimbulkan kebutaan

e. Penyakit gondok edemik

Zat iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena merupakan

komponen dari hormon thyrokxin. Kekurangan zat iodium berakibat

hypothyroldisme (kekurangan iodium) akibatnya terjadi pembesaran

kelenjar thyroid yang disebut penyakit gondok. Apabila kelebihan zat

iodium maka mengakibatkan gejala-gejala pada kulit yang disebut iodium

dermatitis.

A.6. Akibat gizi kurang pada proses tubuh

Akibat gizi kurang pada proses tubuh mengakibatkan:(Almatsier, 2005)

a. Pertumbuhan

Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya, protein digunakan sebagai

zat pembakar sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah

rontok. Anak–anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah

keatas rata-rata lebih tinggi daripada yang berasal dari keadaan sosial

ekonomi rendah.

b. Produksi Tenaga

Kekurangan energi menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk

bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas,

merasa lemah dan produktivitas kerja menurun.

Page 20: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

c. Pertahanan Tubuh

Daya tahan tekanan terhadap tekanan atau stress menurun. Sistem

imunitas dan antibody berkurang, sehingga orang mudah terserang

infeksi seperti pilek, batuk dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat

membawa kematian.

d. Struktur dan fungsi otak

Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap

perkembangan mental dengan demikian kemampuan berfikir otak

mencapai bentuk maksimal pada usia 2 tahun. Kekurangan gizi dapat

berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.

e. Perilaku

Bagi anak-anak ataupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan

perilaku tidak tenang, mereka mudah tersinggung, cengeng dan apatis.

A.7.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gizi Balita

Status gizi balita dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait.

Secara garis besar penyebab anak kekurangan gizi disebabkan oleh : (Nency,

2006)

a. Asupan yang kurang disebabkan banyak faktor antara lain :

1) Tidak tersedianya makanan secara adekuat

Tidak tersedianya makanan yang adekuat terkait dengan kondisi sosial

ekonomi. Kadang-kadang bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan

politik dan ekonomi yang memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini.

Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya makanan yang

adekuat. Kemiskinan merupakan penyebab pokok gizi buruk. Proporsi anak

mal nutrisi berbanding terbalik dengan pendepatan. Makan kecil

pendapatan penduduk makin tinggi persentase anak yang kekurangan gizi.

2) Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang

Makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu air susu ibu, dan sesudah usia

6 bulan anak tidak mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang

tepat, baik jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap status

gizi bayi, MP-ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan

protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B

serta vitamin mineral lainnya. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan

Page 21: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

dan pengetahuan yang rendah sering kali anaknya harus puas

dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita

karena ketidaktahuan.

3) Pola makan yang salah

Pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk, anak

yang diasuhnya oleh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya

berpendidikan mengerti pentingnya ASI, manfaat posyandu dan

kebersihan, meskipun sama-sama miskin anak lebih sehat. Unsur

pendidikan perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak.

Kebiasaan, mitos ataupun kepercayaan/adat istiadat masyarakat

tertentu yang tidak benar dalam pemberian makanan akan sangat

merugikan anak. Misalnya kebiasaan memberi minum bayi hanya

dengan air putih, memberikan makanan padat terlalu dini, berpantang

pada makanan tertentu (misalnya tidak memberikan anak daging, telur,

santan), hal ini menghilangkan kesempatan anak untuk mendapat asupan

lemak, protein maupun kalori yang timbul.

4) Sering sakit (frequent infection)

Menurut Akhsan (2006), pendapatan rendah bukan satu-satunya faktor

penyebab rendahnya keadaan gizi, akan tetapi faktor lain seperti

pengetahuan gizi ibu juga cukup berperan di dalamnya, sehingga

penyuluhan gizi yang ditujukan pada ibu dan pengasuh anak balita akan

paling efisien untuk mengatasi masalah ini melalui posyandu. Ujung

tombak perbaikan gizi masyarakat adalah posyandu, UPGK maupun PKK.

Peran kader posyandu sangat signifikan dalam menurunkan masalah gizi.

Kurang energi protein (KEP) dapat dengan mudah ditemukan di posyandu

hanya dengan cara pengukuran antopometri (ukuran badan, berat atau

tinggi) dan cukup mudah dilakukan hanya oleh kader saja.

A.8. Pengukuran status gizi pada anak balita

Penilaian status gizi merupakan landasan untuk memberikan asuhan

gizi yang optimal kepada anak. Dengan pemberian zat gizi yang sesuai

dengan kebutuhan anak secara optimal atau dengan upaya pemenuhan

kebutuhan anak secara optimal atau dengan upaya pemenuhan yang sebaik-

baiknya. Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok

Page 22: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang

dikenal dengan Antropometri. Antropometri berasal dari kata anthropos dan

metros. Anthoropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi

antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian ini bersifat sangat umum sekali.

Penggunaan antropometri, khususnya pengukuran berat badan pernah

menjadi prinsip dasar pengkajian gizi dalam asuhan medik. Untuk mengkaji

status gizi secara akurat, beberapa pengukuran secara spesifik diperlukan

dan pengukuran ini mencakup pengukuran berat badan, indeks massa tubuh

(IMT) (Supariasa, dkk, 2016).

Parameter yang digunakan untuk penilaian status gizi yang digunakan

dalam aplikasi pemantauan status gizi dan tumbuh kembang anak ada tiga:

umur, berat badan dan tinggi badan. Berat badan paling banyak digunakan

karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada

ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan

perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Supariasa, dkk, 2016).

Ukuran antropometri dalam rangka penilaian status gizi digunakan

dalam bentuk indikator yang dapat merupakan kombinasi antara masing-

masing ukuran indikator antropometri yang umum digunakan untuk menilai

status gizi adalah BB/U, TB/U, dan BB/TB:

a. Indeks BB/U

Ιndeks BB/U adalah pengukuran total berat badan, termasuk air, lemak,

tulang, dan otot, dan diantara beberapa macam indeks antropometri, indeks

BB/U merupakan indikator yang paling umum digunakan. Indikator BB/U

menunjukkan secara sensitif status gizisaat ini (saat diukur) karena mudah

berubah. Untuk anak pada umumnya, indeks ini merupakan cara baku yang

digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Pengukuran berat badan menurut

umur secara teratur dan dapat dipergunakan sebagai indikator kurang gizi.

Hasil pengukuran ini dapat menunjukkan keadaan kurang gizi akut atau

gangguan-gangguan yang mengakibatkan laju pertumbuhan terhambat.

b. Indek TB/U

Tinggi badan kurang peka dipengaruhi oleh pangan dibandingkan dengan

berat badan. Oleh karena itu tinggi badan menurut umur yang rendah

biasanya akibat dari keadaan kurang gizi yang kronis, tetapi belum pasti

memberikan petunjuk bahwa konsumsi zat gizi pada waktu ini tidak cukup

Page 23: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

Indeks TB/U disamping dapat memberikan gambaran tentang status gizi masa

lampau juga lebih erat kaitannya dengan masalah sosial ekonomi (Beaton dan

Bengoa, 1973). Oleh karena itu indeks TB/U selain digunakan sebagai

indikator status gizi dapat pula digunakan sebagai indikator perkembangan

keadaan sosial ekonomi masyarakat.

c. Indeks BB/TB

Ukuran antropometri yang terbaik adalah menggunakan BB/TB atau BB/PB

karena dapat menggambarkan status gizi saat inidengan lebih sensitif dan

spesifik. Berat badan memiliki hubungan linier dengan berat badan. dalam

keadaan normal akan searah denganpertambahan tinggi badan dengan

kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk

menanyakan status gizi saat ini, terlebih bila data umur akurat sulit diperoleh,

oleh karena itu indeks BB/TB disebut pula indikator status gizi yang

independen terhadap umur. Karena indeks BB/TBdapat memberikan

gambaran tentang proporsi berat badan relatif terhadap indikator kekurangan,

seperti halnya dengan indeks BB/U.

B. Perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih

komplek dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta

sosialisasi dan kemandirian. Perkembangan motorik merupakan perkembangan

pengendalian gerakantubuh melalui kegiatan yang terintegrasi antara susunan

saraf, otot, otak dan spinal cord (Hurlock, 1995). Perkembangan motorik adalah

istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku gerakan yang dilakukan

dan semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh tubuhmanusia.

Menurut Frankerburg (1981) yang dikutip oleh Soetjiningsih (1995), motorik

kasar (gross motor), yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan

sikap tubuh yang melibatkan sebagian besar tubuh karena dilakukan oleh otot-

otot yang lebih besar sehingga memerlukan cukup tenaga, misalnya berjalan dan

berlari.

Sejalan dengan pemaparan Sujiono (2007) dalam Sutrisno (2014)

mengemukakan bahwa gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang

membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak, melibatkan

aktivitas otot-otot besar seperti otot tangan, otot kaki dan seluruh tubuh. Gerakan

Page 24: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

ini memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar,

membutuhkan kematangan dalam koordinasi.

Selanjutnya menurut Satoto (1990) dalam Sulpi (2013) menyatakan bahwa

perkembangan motorik kasar merupakan perkembangan mengontrol gerakan-

gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara SSP (Sistem Saraf

Pusat), saraf perifer, dan otot yang dimulai dengan gerakan-gerakan kasar yang

kemudian dilanjutkan dengan gerakan halus. Artinya, perkembangan motorik

kasar lebih dahulu berkembang dibanding dengan perkembangan motorikhalus.

Kemampuan perkembangan motorik kasar yang harus dicapai anak usia 3-

5 tahun berdasarkan Depkes, 2012 adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan motorik kasar anak 3 tahun

- Berdiri diatas satu kaki kanan selama 10 detik

- Berdiri diatas kaki kiri selama 10 detik

- Berdiri diatas kaki kanan selama 10 detik dengan tangan terlentang

- Berdiri diatas kaki kiri selama 10 detik dengan tangan terlentang

- Menaiki tangga dengan berganti-ganti kaki dan berpegangan dengan

pegangan tangga

- Menuruni tangga dengan berganti-ganti kaki dan berpegangan dengan

pegangan tangga

- Berlari berputar-putar tanpa kendala

- Berhenti mendadak setelah berlari zigzag secara seimbang

- Melompat ke depan dengan dua kaki sebanyak 4 kali

- Melompat kebelakang dengan dua kaki 4 kali.

- Melompat ke depan dengan kaki kanan

- Melompat ke depan dengan kaki kiri

- Gerakan menendang bola ke depan dan ke belakang

- Menangkap bola yang melambung, mendekapnya ke dada.

b. Perkembangan motorik kasar anak 4 tahun

- Berdiri di atas satu kaki selama 10 detik

- Berjalan maju dalam satu garis lurus dengan tumit ke ibu jari sejauh 6

langkah

- Berjalan mundur dengan ibu jari ke tumit

- Berlari sejauh 2 meter

Page 25: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

- Lari menghindari rintangan

- Melompat ke depan 10 kali

- Melompat ke belakang 1 kali

- Melompat ke depan dengan 1 kaki kanan

- Melompat ke depan dengan 1 kaki kiri

- Melompat di atas benda setinggi 15 cm

- Berguling ke samping

- Menendang secara terkoordinasi ke belakang dan ke depan dengan kaki

terayun dan tangan mengayun kearah berlawanan secara bersamaan

- Dengan dua tangan menangkap bola yang di lemparkan dari jarak 1 meter

- Melempar bola kecil dengan kedua tangan kepada seseorang yang

berjarak 1,5 meter darinya

c. Perkembangan motorik kasar anak 5 tahun

- Berdiri dengan kaki kanan selama 10 detik

- Berdiri dengan kaki kiri selama 10 detik

- Melompat ke belakang 2 kali berturut-turut

- Melompat 1 meter dengan salah satu kaki

- Mundur dengan berjingkat

- Naik turun tangga dengan kaki yang bergantian

- Mengambil satu atau dua langkah yang teratur sebelum menendang

- Menangkap bola dengan mantap

B.1. Prinsip Perkembangan Motorik Kasar

Menurut Hurlock (1978) menyatakan bahwa:

1. Perkembangan motorik kasar bergantung pada kematangan otot dan

syaraf. Otak sebagai pusat koordinasi setiap gerakan yang dilakukan

anak, akan mempengaruhi perkembangan motorik.

2. Dibutuhkan kematangan perkembangan sistem syaraf otak yang dapat

mengatur otot, dimana semakin baik perkembangan sistem otak maka

akan baik pula perkembangan motorik anak, karena didukung oleh

kekuatan otot yang baik.

3. Perkembangan yang berlangsung secaraterus-menerus.

Berdasarkan hukum rangkaian perkembangan, hukum cephalocaudal

Page 26: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

menerangkan bahwa perkembangan menyebar ke seluruh tubuh dari kaki

hingga ke kepala, kemajuan struktur dan funsi pertama-tama terjadi

dikepala, kemudian badan dan terakhir di tungkai. Hukum proximodisal

menerangkan tentang perkembangan bergerak dari yang dekat ke yang

jauh. Adanya tahapan dari tonjolan lengan memanjang dan kemudian

berkembang menjadi tangan dan jari.

Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan Hal ini

menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,

organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa

sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Setiap

perkembangan motorik dapat diramalkan, misalnya anak yang dapat duduk

lebih dahulu maka akan lebih awal pula dalam berjalan dibandingkan anak

yang duduknyaterlambat.

4. Perbedaan individu dalam laju perkembanganmotorik.

Urutan perkembangan setiap anak sama, akan tetapi faktor genetik dan

lingkungan yang mempengaruhi kecepatan perkembangannya.

5. Reflek primitif akan hilang dan digantikan dengan gerakan yang disadari.

Gerakan yang tidak disadari atau reflek primitive secara otomatis pada usia

tertentu harus sudah hilang karena dapat menghambat gerakan yang

disadari.

B.2.Aspek-Aspek Yang Berhubungan Dengan Perkembangan Motorik

Aspek-Aspek Yang Berhubungan Dengan Perkembangan Motorik yaitu:

Hurlock (1978)

a. Kematangan Syaraf

Syaraf berfungsi mengontrol gerakan motorik yang dilakukan anak secara

luas. Otak besar yang mengontrol gerakan motoric kasar berkembang lebih

cepat dibandingkan otak kecil yang mengontrol gerakan motorik halus.

b. Sistem Syaraf

Sistem syaraf merupakan salah satu sistem organ yang ada di tubuh

manusia yang merupakan sebuah sistem jaringan komunikasi, sel-sel

syaraf di setiap bagian dari tubuh memainkan peran dalam proses

menanggapi rangsangan dan pengendalian otot-otot.

c. Mekanisme Gerak

Page 27: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

d. Mekanisme Kontraksi Otot

Kontraksi otot dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

1. Treppe atau staircase effect, yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi

berulang kali pada suatu serabut otot karena stimulasi berurutan

berseling beberapa detik. Pengaruh ini disebabkan karena konsentrasi

ion Ca2+ di dalam serabut otot yang meningkatkan aktivitas miofibril.

2. Summasi, berbeda dengan treppe, pada summasi tiap otot berkontraksi

dengan kekuatan berbeda yang merupakan hasil penjumlahan kontraksi

dua jalan (summasi unit motor berganda dan summasibergelombang).

3. Fatique adalah menurunnya kapasitas bekerja karena pekerjaan itu

sendiri.

4. Tetani adalah peningkatan frekuensi stimulasi dengan cepat sehingga

tidak ada peningkatan tegangan kontraksi. Rigor terjadi bila sebagian

terbesar ATP dalam otot telah dihabiskan, sehingga kalsium tidak lagi

dapat dikembalikan ke RS melalui mekanisme pemompaan.

e. Gizi

Anak yang mengalami kurang energi dan protein akan menjadi

tidakaktif, apatis, pasif dan tidak mampu berkonsentrasi, hal ini disebut

functional isolationis yang terjadi pula pada tikus kurang gizi. Ketersediaan

energi yang cukup banyak dibutuhkan dalam melakukan aktifitas motorik

seperti tengkurap, merangkak, berdiri, berjalan dan berlari, jika mengalami

KEP, akan ada keterlambatan dalam perkembangan motormilestone.

Usia kurang dari 18 bulan membawa keuntungan yang nyata terhadap

kecerdasan anak sampai 8 tahun kemudian, dan perkembangan neurologi

sebelum 18 bulan berhubungan erat dengan defisiensi gizi yang dapat

bersifat permanen karena umur 18 merupakan batas atau cut offpoint

dimana masa kritisnya terjadi pada usia 6-18 bulan. Kurangnya asupan gizi

dapat berakibat defisitnya myelinisasi pada otak, artinya terjadi kesulitan

dalam menghantarkan informasi dari satu neuron ke neuron yang lain.

B.3. Penilaian Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Balita

Penilaian perkembangan motorik kasaranak balita menggunakan

kuseioner perkembangan DDST untuk mengetahui perkembangan motorik

anak sesuai atau ada keterlambatan. Lembar skor dari denver ini didesain

Page 28: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

unik, karena setiap item uji diwakili dengan sebuah bar (batang) yang

ditempatkan di antara skala usia, yaitu satu pada bagian atas dan satu pada

bagian bawah lembaran skor. Masing-masing batang diskalakan untuk

menunjukan 25%, 50%, 75%, dan 90% dari anak-anak normal dapat

menyelesaikan item tertentu. Penentuan item uji dimulai dengan

menentukan usia anak dalam skala usia kemudian menarik sebuah garis

lurus dari atas kebawah skala. Jumlah item uji yang akan dipergunakan

adalah bervariasi terhadap usia. Item yang dilalui garis usia, akan dinilai dan

tiga item yang berada di sebelah kanan garis usia juga harus diperiksa.

Masing-masing item akan diberikan nilai :

a. P (Passed) lulus: apabila anak dapat melakukan semua kemampuan tes

yang diberikan dengan baik atau dari laporan ibu/pengasuh yang tepat

dan dipercaya bahwa anak dapatmelakukannya

b. F (Fail) gagal: apabila anak gagal atau tidak dapat melakukan tes

kemampuan yang diberikan atau dari laporan ibu/pengasuh yang tepat

dan dapatdipercaya.

c. No (No Opportunity) tidak ada kesempatan: anak tidak mampu

melakukan kemampuan tes yang diberikan karena adahambatan

d. R (Resufal) menolak: anak menolak untuk melakukantes.

e. B (By Report) dengan bantuan orang tua: anak melakukan tes dengan

bantuan orang tua. Apabila anak dapat melakukannya maka lulus,

sedangkan apabila anak tidak dapat melakukannya berartigagal.

Setelah itu dihitung berapa jumlah P, F dan sebagainya. Berdasarkan

pedoman hasil tes diklasifikasikan dalam normal, suspect dan tidak dapat

diuji.

1) Normal, jika; lulus semua tes kemampuan yang diberikan atau tidak

terdapat keterlambatan; ada 1 peringatan.

2) Suspect, jika; ada dua atau lebih peringatan atau 1 keterlambatan

atau lebih pada satusektor.

3) Tidak normal, jika; apabila ada sektor menolak 1 atau lebih dari

itemyang berada di sebelah garis umur; menolak lebih dari 1 item

pada area 75%- 90%.

Page 29: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

C. Hubungan Asupan Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak

Asupan gizi merupakan kebutuhan anak yang berperan dalam proses

tumbuh kembang terutama dalam perkembangan otak. Kemampuan anak untuk

dapat mengembangkan kemampuan saraf motoriknya adalah melalui pemberian

asupan gizi yang seimbang. Pemberian asupan gizi seimbang ini sangat

berperan dalam tumbuh kembang anak mulai dari janin dalam kandungan, balita,

anak usia sekolah, remaja bahkan sampai dewasa (Zaviera, 2008).

Budiarti (2011) menerangkan bahwa asupan gizi sangat mempengaruhi tumbuh

kembang anak, baik perkembangan motorik kasar atau motorik halus.

Selanjutnya menurut Susanthy (2012) juga mengklasifikasikan asupan gizi yang

penting untuk fungsi motorik, yaitu energi, protein, seng danbesi.

Page 30: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

D. Kerangka Teori

Adapun kerangka teori dari hubungan status gizi dengan perkembangan

motorik kasar anak balita 3-5 tahun di Puskesmas Kelurahan Harjosari I

Kecamatan Medan Amplas.

Gambar 2.1: Kerangka teori faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik

kasar anak

E. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dari hubungan status gizi dengan perkembangan

motorik kasar anak balita 3-5 tahun di Puskesmas Kelurahan Harjosari I

Kecamatan Medan Amplas.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Perkembangan

motorik kasar

Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar:

- Gizi ibu pada waktuhamil

- Status gizi

- Stimulasi

- Pengetahuan ibu

Faktor Herediter : - Genetik - Ras - Umur - Jenis kelamin

Faktor Lingkungan : - Budaya - Sosial ekonomi keluarga - Cuaca - Status Kesehatan

Perkembangan motorik kasar Status Gizi

Page 31: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

F. Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional

Alat ukur Hasil ukur Skala

Motorik

kasar

anak

Kemampuan anak

melakukan

pergerakan dan

sikap tubuh yang

melibatkan otot-

otot besar yang

harus dicapai anak

sesuai sesuai umur

anak, seperti

duduk, berdiri, dan

sebagainya

Lembar DDST

perkembangan

motorik kasar

yang berisi

kemampuan

perkembangan

yang telah

dicapai anak.

Normal : jika lulus

semua tes kemampuan

yang diberikan atau

tidak terdapat

keterlambatan, ada 1

peringatan

Tidak normal : jika Ada

dua atau lebih

peringatan atau 1

keterlambatan atau lebih

Jawaban Ya, bila

ibu/pengasuh anak

menjawab: anak bisa

atau pernah atau sering

atau kadang-kadang

melakukannya.

Jawaban Tidak, bila

ibu/pengasuh anak

menjawab: anak belum

pernah melakukan atau

tidak pernah atau

ibu/pengasuh anak tidak

tahu.

Ordinal

Status

gizi

Balita

keadaan gizi balita

yang ditentukan

berdasarkan umur

dan berat badan

menurut standar

baku WHO-NCHS

tabel rujukan

WHO-NCHS

Normal : >60%, artinya

bila berat badan balita

sesuai dengan tabel

WHO-NCHS (berat

badan balita berada

pada gizi baik dan gizi

lebih = 1)

Tidak normal : <60%,

artinya bila berat badan

balita tak sesuai

dengan tabel WHO-

NCHS (berat badan

balita berada pada gizi

kurang dan gizi buruk =

2)

Ordinal

G. Hipotesis Penelitian

Page 32: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

Hipotesis didalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,

patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam

penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2014).

- adakah hubungan status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak

balita 3-5 tahun

Page 33: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik, penelitian yang

diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi dengan pendekatan cross

sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan status gizi dengan

perkembangan motorik kasar anak balita 3-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas

Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret – Juni 2018 di Puskesmas Kelurahan

Harjosari I Kecamatan Medan Amplas. Alasan memilih lokasi ini karena perkembangan

motorik kasar pada balita 3-5 tahun di Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan

Medan Amplas mengalami keterlambatan diakibatkan asupan gizi yang kurang.

C. Populasi dan sampel

C.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak balita usia 3-5

tahun sebanyak 157 orang sebagai objek penelitian yang akan diteliti.

C.2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebagian populasi dijadikan menjadi

sampel. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus pengukuran besar

sampel menurut Slovin yaitu:

N 157 157

n = -------------- = -------------------- = --------- = 61,08 (dibulatkan 61)

1 + N (d) 2

1 + 157(0,1)2

2,75

Pengambilan sampel menggunakan metode non probability sampling yaitu

accidental sampling dimana subjek dijadikan sampel karena kebetulan dijumpai di

tempat dan waktu secara bersamaan pada pengumpulan data.

Kriteria responden inklusi dan eksklusi yaitu :

a. Kriteria Inklusi,

1. Anak yang tidak mengalami cacat mental

2. Anak yang tidak mempunyai penyakit tertentu yang menunjang status

gizi

Page 34: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

b. Kriteria Eksklusi

1. Anak yang mengalami keterbelakangan mental

2. Anak balita yang sedang sakit.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

D.1. Jenis Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer yaitu data diperoleh dari responden dengan menggunakan DDST

berupa daftar pertanyaan sebagai alat bantu, dimana terlebih dahulu

memberi penjelasan singkat tentang kuesionernya, dibandingkan diisi oleh

responden, kemudian dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa

kelengkapannya.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh berdasarkan formulir rekapitulasi

laporan kesehatan Balita atau laporan pihak Puskesmas Kelurahan Harjosari I.

D.2. Cara Pengumpulan Data

Pada tahap ini peneliti menyerahkan surat permohonan izin untuk melakukan

penelitian kepada Kepala Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan

Amplas. Pengambilan data dilakukan pada saat kegiatan posyandu yang

didampingi oleh kader. Peneliti memperkenalkan diri dan melakukan pendekatan

pada ibu dan anak untuk menanyakan karakteristik responden apakah sesuai

dengan kriteria inklusi. Responden yang sesuai dengan kriteria inklusi, peneliti

memberikan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, prosedur penelitian, kontrak

waktu serta menanyakan kesediaan ibu menjadi responden penelitian. Setelah

mendapat persetujuan, ibu mengisi dan menandatangani lembar pernyataan

persetujuan (informed consent). Peneliti menjelaskan terlebih dahulu cara

pengisian kuisioner, dan menanyakan apabila terdapat pertanyaan yang belum

paham. Selama proses penelitian, anak diikutsertakan untuk diobservasi

perkembangannya sesuai dengan DDST menggunakan bantuan alat-alat yang

dibutuhkan sesuai dengan tahapan usia anak.

E. Pengolahan Data dan Analisis Data

E.1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan langkah–langkah

sebagai berikut :

a. Pengeditan (Editing)

Page 35: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

Pada tahap pengeditan data dilakukan dengan memeriksa kelengkapan dari

data rekam medik yang bertujuan agar data yang diperoleh dapat diolah

benar sehingga pengolahan data memberikan hasil yang

menggambarkan masalah yang diteliti.

b. Pengkodean (Coding)

Setelah data diperoleh, penulis melakukan pengkodean untuk mempermudah

analisis data.

c. Pemasukan data (Entering)

Pemasukan data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah selesai

di coding dari dummy tabel ke dalam program komputer.

d. Pembersihan (Cleaning)

Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang

sudah dimasukan ke dalam komputer apakah ada kesalahan atau tidak.

Apabila ada data yang salah maka dilakukan editing data.

E.2. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran

distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh

gambaran pada masing-masing variabel independen yang meliputi status gizi

dengan perkembangan motorik kasar anak balita 3-5 tahun di Puskesmas

Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan status gizi

dengan perkembangan motorik kasar anak balita 3-5 tahun di

Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun

2018 dengan menggunakan statistik uji chi-square kemudian hasilnya

dinarasikan.

F. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan menjamin kerahasiaan, identitas responden,

melindungi dan menghormati hak responden dengan mengajukan sudut

pertanyaan (informed consent), sebelum menandatangani surat persertujuan,

penelitian menjelaskan judul penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

menjelaskan kepada responden bahwa penelitian tidak akan membahayakan

Page 36: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

bagi responden. Peneliti akan menjamin identitas respondem, dimana data yang

diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan apabila

peneliti telah selesai maka data tersebut akan dimusnahkan (Notoatmojo, 2012).

Page 37: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

A.1. Karakteristik Responden

Setelah dilakukan penelitian terhadap 61 orang balita 3-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas, maka di dapatkan hasil sebagai berikut

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan

Harjosari I Kecamatan Medan Amplas

No Jenis Kelamin N %

1 Laki-laki 30 49,2

2 Perempuan 31 50,8

Jumlah 61 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden pada penelitian ini

berjumlah 61 orang yang terdiri dari 30 orang (49,2%) balita laki-laki dan 31

orang (50,8%) balita perempuan.

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Harjosari I

Kecamatan Medan Amplas

No Kategori Usia N %

1 3 tahun 18 29,5

2 4 tahun 36 59

3 5 tahun 7 11,5

Jumlah 61 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa usia responden pada

penelitian ini adalah mulai 3-5 tahun. Jumlah responden usia 3 tahun adalah 18

orang (29,5%), responden berusia 4 tahun berjumlah 36 orang (59%) dan yang

berusia 5 tahun berjumlah 7 orang (11,5%).

Page 38: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

A.2. Analisis Univariat

A.2.1. Status Gizi

Status gizi responden dengan indikator BB menurut Umur dibagi menjadi 2

kategori, yaitu normal dan tidak normal. Responden dengan status gizi kurang

dan gizi buruk masuk dalam kategori tidak normal, sedangkan balita dengan

status gizi baik dan gizi lebih masuk kategori normal.

Untuk melihat status gizi responden di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Harjosari I

Kecamatan Medan Amplas dapat dilihat pada tabel 4.3:

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Status Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Harjosari I

Kecamatan Medan Amplas

No Status Gizi N %

1 Normal 48 78,7

2 Tidak Normal 13 21,3

Jumlah 61 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 61 orang responden, 48

orang (78,7%) termasuk dalam kategori dengan status gizi normal dan 13 orang

(21,3%) lainnya termasuk dalam kategori tidak normal.

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Perkembangan Motorik Kasar di Wilayah Kerja Puskesmas

Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas

No Perkembangan Motorik Kasar N %

1 Normal 49 80,3

2 Tidak Normal 12 19,7

Jumlah 61 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 61 orang responden, 49

orang (80,3%) memiliki perkembangan motorik kasar yang termasuk dalam

kategori normal dan 12 orang (19,7%) lainnya termasuk dalam kategori tidak

normal.

Page 39: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

A.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan status gizi

dengan perkembangan motorik kasar anak balita 3-5 tahun wilayah kerja

Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas.

Tabel 4.5

Hubungan status gizi dengan perkembangan Motorik Kasar Anak balita 3-5 tahun

wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas

No Status Gizi

Perkembangan Motorik Jumlah P value

Normal Tidak Normal

n % N % n % 0,000

1 Normal 48 78,7 1 1,6 49 80,3

2 Tidak Normal

0 0 12 19,7 12 19,7

Jumlah 48 78,7 13 21,3 61 100

Hasil uji analisis bivariat menggunakan chi-square antara variabel status gizi

dengan perkembangan motorik kasar anak didapatkan bahwa status gizi normal dan

perkembangan motorik kasar yang normal ada sebanyak 48 dari 49 orang (78,7%), dan

dengan status gizi tidak normal dan perkembangan motorik kasar yang tidak normal ada

sebanyak 12 dari 12 orang (19,17%).

B. Pembahasan

B.1. Status Gizi

Status gizi merupakan gambaran keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi

makanan dan penggunaan zat-zat dengan membedakan status gizi kurang, baik, dan

lebih. Status gizi dipengaruhi oleh infeksi dan asupan makanan (Almatsier, 2001).

Menurut WHO, terjadinya kekurangan gizi (gizi kurang dan gizi buruk) lebih dipengaruhi

oleh penyakit infeksi dan asupan makanan yang secara langsung berpengaruh terhadap

kejadian kekurangan gizi. Pola asuh serta pengetahuan ibu juga berpengaruh terhadap

kekurangan gizi.

Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan

Medan Amplas didapatkan nilai p = 0,000 yang artinya p < 0,05 dimana terdapat

hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kemampuan motorik kasar

responden. Atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara status

gizi dengan kemampuan motorik kasar responden.

Page 40: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Pramusinta (2013) yang

menyatakan bahwa perubahan status gizi dan status kesehatan anak akan berpengaruh

terhadap perkembangan motorik kasar anak, khususnya yang masih dibawah 5 tahun.

Hasil ini juga didukung oleh Satoto (1990) dan Suwandi (1999), yang menyatakan ada

hubungan status gizi masa lalu denga perkembangan motorik anak pada masa yang

akan datang.

Asupan gizi merupakan kebutuhan anak yang berperan dalam proses tumbuh

kembang terutama dalam perkembangan otak. Kemampuan anak untuk dapat

mengembangkan kemampuan saraf motoriknya adalah melalui pemberian asupan gizi

yang seimbang. Pemberian asupan gizi seimbang ini sangat berperan dalam tumbuh

kembang anak mulai dari janin dalam kandungan, balita, anak usia sekolah, remaja

bahkan sampai dewasa (Zaviera, 2008).

Budiarti (2011) menerangkan bahwa asupan gizi sangat mempengaruhi tumbuh

kembang anak, baik perkembangan motorik kasar atau motorik halus. Selanjutnya

menurut Susanthy (2012) juga mengklasifikasikan asupan gizi yang penting untuk fungsi

motorik, yaitu energi, protein, seng danbesi.

Parameter yang digunakan untuk penilaian status gizi yang digunakan dalam

aplikasi pemantauan status gizi dan tumbuh kembang anak ada tiga: umur, berat badan

dan tinggi badan. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu

pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat

menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Supariasa,

dkk, 2016).

Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Almatsier

(2014) bahwa status gizi yang baik atau optimal akan berpengaruh terhadap

perkembangan fisik, otak, kemampuan kerja dan kesehatan, sedangkan status gizi

kurang dapat menyebabkan kekurangan tenaga untuk bergerak dan melakukan aktivitas,

sehingga anak menjadi malas dan lemah karena kekurangan gizi. Marmi dan Raharjo

(2012) juga berpendapat status gizi

dapat mempengaruhi tumbuh dan kembang anak akan tetapi banyak faktor yang

dapat mempengaruhi perkembangan, jadi status gizi yang baik belum tentu

perkembangannya baik atau normal.

Menurut asumsi peneliti, status gizi sangat berpengaruh terhadap perkembangan

motorik kasar anak balita 3-5 tahun. Status gizi berhubungan dengan perkembangan

motorik kasar anak, artinya semakin rendah status gizi anak, maka perkembangan

motorik kasar anak juga akan rendah. Demikian juga sebaliknya jika rendah status gizi

anak tidak normal maka perkembangan motorik kasar anak juga akan meningkat.

Page 41: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Mayoritas status gizi di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Harjosari I

Kecamatan Medan Amplas dengan kategori normal mayoritas yaitu

sebesar 78,7%.

2. Perkembangan motorik kasar di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan

Harjosari I Kecamatan Medan Amplas dengan kategori tidak normal

minoritas yaitu sebesar 19,7%.

3. Terdapat hubungan status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak

balita 3-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Harjosari I

Kecamatan Medan Amplas

B. Saran

1. Kepada tenaga yang bertugas melayani KIA dan Posyandu

Memberikan dan meningkatkan informasi tentang penyuluhan gizi

maupun sosialisasi kepada masyarakat tentang gizi sehingga masyarakat

termotivasi untuk memperhatikan pentingnya gizi pada perkembangan

anak.

2. Kepada Puskesmas Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas

Meningkatkan ketersediaan tenaga terlatih khususnya bidan dan ahli gizi

sebagai tenaga yang bertugas untuk melayani penyuluhan gizi dan

memantau perkembangan balita di Puskesmas Kelurahan Harjosari I

Kecamatan Medan Amplas

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Mengembangkan penelitian ini dengan melakukan penelitian yang lebih

mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

motorik kasar anak balita dengan cakupan wilayah yang lebih luas, jumlah

sampel yang mayoritas.

Page 42: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

DAFTAR PUSTAKA Almatser, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Budiarti, 2011. Hubungan antara asupan gizi dengan tumbuh kembang anak usia 5-6

tahun. http://isjd.pdii.lipi.go.id diunduh 30 desember 2012 Jurnal penelitian kesehatan suara forikes vo II nomer 1

Depkes, RI. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat: Jakarta _________. 2012. Perkembangan anak usia 0-36 bulan proses tumbuh kembang deteksi

intevensi kota Tasikmalaya: proyek dana dekonsentrasi provinsi Jawa Barat kesehatan ibu dan anak

Hurlock, Elizabeth. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Kartasapoetra, G. & Marsetyo, H (2003). Ilmu Gizi (Kolerasi Gizi dan Kesehatan dan

Produktifitas Kerja). Rineka Cipta. Jakarta. Cet. Ke empat. Kartika, Latinulu S. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motoric kasar

anak usia 12-18 bulan di keluarga miskin dan tidak miskin. Jurnal penelitian gizi dan makanan, 25, 38-48.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Profil Kesehatan Indonesia. 2016.

Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Mariani, dkk. 2015. Hubungan status gizi dengan perkembangan motoric anak di

kabupaten Minahasa. Skripsi Marimbi, H. 2017. Tumbuh kembang, status gizi dan Imunisasi dasar pada balita.

Yogyakarta: Nuha Medika. Marmi. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. Moersintowati, 2000. Deteksi dini tumbuh kembang. Symposium penatalaksanaan

mutakhir bidang ilmu kesehatan anak untuk mencapai tumbuh kembang optimal. Bandung: IDAI Jawa Barat.

Nency, Yetty, dkk. Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang Hilang. PPI Jepang Volume 7/

XVII November 2006, Jakarta. Notoatmodjo, S. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan.2014 Jakarta: Rineka Cipta. Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta. Pramusinta, BPH. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Ibu Usia Remaja

tentang Stimulasi Perkembangan dengan Perkembangan Motorik Anaknya yang Berusia di bawah Dua Tahun. Sains Kesehatan.

Satoto, 1990. Pertumbuhan dan perkembangan anak, Pengamatan anak umur 10-18

bulan di kecamatan Mlonggo Kab. Jepara. Disertasi. Universitas Diponegoro. Sebelum dan Selama Krisis. Jakarta : LIPI

Sulpi, Maulina. 2013. Hubungan ASI Eksklusif terhadap perkembangan motorik kasar

bayi usia 0-12 bulan di rumah sakit syarif hidayatullah. Tahun 2013

Page 43: SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN …

Supariasa, et. al. 2016 Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC Susanthy, Novita, Ani Margawati. 2012. Hubungan derajat stunting, asupan zat gizi dan

social ekonomi rumah tangga dengan perkembangan motoric anak usia 24-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bugangan Semarang.

Sutrisno, yogie. 2014. Hubungan status gizi dengan status perkembangan motoric kasar

pada anak usia 6-24 bulan di posyandu desa pari kecamatan mandalawangi kabupaten pandenglang banten tahun 2014. Skripsi Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta

WHO. 2012. Tantangan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana di Indonesia. Zaviera, Ferdinand. 2008. Mengenali dan memahami tumbuh kembang anak.

Yogyakarta: KATAHATI