SKRIPSI HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN SECARA FISIK PADA ANAK...
Transcript of SKRIPSI HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN SECARA FISIK PADA ANAK...
SKRIPSI
HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN
SECARA FISIK PADA ANAK USIA (4-6 TAHUN) PRASEKOLAH DI TK
MARGOBHAKTI KELURAHAN SUKOSARI KECAMATAN KARTOHARJO
KOTA MADIUN
Diajukan Oleh :
DESTIANA PRATIWI
201502086
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN TINGKAT
KEMANDIRIAN SECARA FISIK PADA ANAK USIA (4-6 TAHUN)
PRASEKOLAH DI TK MARGOBHAKTI KELURAHAN SUKOSARI
KECAMATAN KARTOHARJO KOTA MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Diajukan Oleh :
DESTIANA PRATIWI
201502086
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
iii
iv
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Alhamdulillah atas rahmat Allah SWT skripsi ini dapat diselesaikan tepat
waktu dengan penuh perjuangan dan iringan doa. Skripsi ini dipersembahkan
penulis untuk para orang tua dan anak prasekolah (4-6Tahun) dengan tingkat
kemandirian secara fisik. Penulis juga mempersembahkan skripsi yang berjudul
“Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kemandirian Anak Secara
Fisik Usia (4 – 6 Tahun) Prasekolah Di Taman Kanak-Kanak Margobhakti
Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun” antara lain :
1. Teruntuk Kedua Orang tua yang luar biasa mengiringi proses skripsi ini yaitu
bapak Bambang Slamet Supranto serta seorang wanita terhebat yang telah
melahirkan saya ibu Suminah selalu memberi dorongan, do’a dan semangat
tanpa henti.
2. Untuk Guru-guru, karyawan, murid-murid serta wali murid di Taman Kanak-
Kanak Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun
yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penyelesaian penelitian ini.
3. Teruntuk Ikhsanul Angga Fidyono dan teman-teman saya Aprilia Nurul
Khotimah, Nur Elina, Intansih, dan teman-teman Angkatan 2015 terutama
teman-teman keperawatan kelas C (kalian yang terbaik) yang telah memberi
dorongan dan bantuan berupa apapun dalam penyusunan tugas skripsi ini.
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Destiana Pratiwi
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 22 Desember 1996
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Cempaka Raya Regency No. 23 Jln.
Cempaka Kelurahan Munggut Kecamatan Wungu
Kabupaten Madiun
No. HP : 082144997872
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. Lulus SDN Sukosari Kota Madiun Tahun 2009
2. Lulus Dari SMPN 13 Madiun Tahun 2012
3. Lulus Dari SMAN 4 Madiun Tahun 2015
4. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2015-
sekarang
Riwayat Pekerjaan : Belum Pernah Bekerja
viii
ABSTRAK
HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN TINGKAT
KEMANDIRIAN SECARA FISIK PADA ANAK USIA (4-6 TAHUN)
PRASEKOLAH DI TK MARGOBHAKTI KELURAHAN SUKOSARI
KECAMATAN KARTOHARJO KOTA MADIUN
Destiana Pratiwi
201502086
Kemandirian adalah suatu kemampuan individu untuk mengatur dirinya
sendiri dan tidak tergantung kepada orangtua. Tumbuh kembangnya kepribadian
anak terutama kemandirian dipengaruhi oleh pola asuh orangtua yang diterapkan
dalam keluarga. Pola asuh yang tepat akan meningkatkan kemandirian anak
begitupun sebaliknya. Tujuan dalam penelitian ini adalah menganalis adanya
hubungan antara pola asuh orangtua dan tingkat kemandirian anak secara fisik
pada usia (4-6 tahun) prasekolah di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun.
Jenis penelitian ini adalah Analitik Korelasional, dengan pendekatan Cross
Sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 25 responden siswa di TK
Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun. Tehnik
sampling yang digunakan adalah Total Sampling. Metode pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Chi Square dengan α 0,05.
Hasil penelitian ini diketahui bahwa tingkat kemandirian secara fisik
kategori kurang mandiri (64%) dengan pola asuh permisif (48%) dan pola asuh
otoriter (16%). Hasil analisa Chi Square diperoleh ρ value = 0,000 <α = 0,05
artinya ada hubungan pola asuh orangtua dan tingkat kemandirian anak secara
fisik pada usia (4-6 tahun) prasekolah di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun dengan keeratan hubungan 0,707 yang
artinya keeratan hubungan dikategorikan kuat.
Dari hasil penelitian orangtua mampu menerapkan pola asuh yang tepat
pada anaknya sehingga dapat meningkatkan kemandirian secara fisik pada anak.
Kata kunci : pola asuh orangtua, kemandirian fisik
ix
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN PATTERNS OF PARENTING WITH
PHYSICAL INDEPENDENCE LEVELS IN PRESCHOOL-AGE
CHILDREN (4-6 YEARS) AT MARGOBHAKTI KINDERGARTEN OF
SUKOSARI KARTOHARJO DISTRICT MADIUN
Destiana Pratiwi
201502086
Independence was an individual's ability to regulate himself and not
dependent on parents. The growth and development of children's personality,
especially independence, influenced by parenting practices that applied in their
family. Proper parenting will increase children's independence and vice versa. The
purpose of this study was to analyze the relationship between patterns of parenting
with physical independence levels in preschool-age children (4-6 years) at
Margobhakti Kindergarten, Sukosari, Kartoharjo District, Madiun.
The type of this research was Correlational Analytics study, with Cross
Sectional approach. The population in this study was 25 students at Margobhakti
Kindergarten of Sukosari, Kartoharjo District, Madiun. The sampling technique
that used in this study was total sampling. The data collected by using a
questionnaire. The statistical test that used in this study was Chi Square test with α
0.05.
The results of this study showed that the level of physical independence
with lack of independence (64%) with permissive patterns of parenting (48%) and
authoritatative patterns of parenting (16%). The result of Chi Square analysis
showed ρvalue 0,000 <α 0.05 which means that there is a relationship between
patterns of parenting with physical independence levels in preschool-age children
(4-6 years) at Margobhakti Kindergarten, Sukosari, Kartoharjo District, Madiun
with a correlational coeficient 0.707 means that the correlational relationship is
considered strong.
From the results of this research parents should be able to apply the right
patterns of parenting to their children so it can increase the physical independence
in children.
Keywords: pattern of parenting, physical independence
x
DAFTAR ISI
Sampul Depan ....................................................................................................... i
Dampul Dalam ...................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................... iii
Lembar Pengesahan ............................................................................................. iv
Lembar Persembahan ............................................................................................ v
Lembar Keaslian Penelitian .................................................................................. vi
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................... vii
Abstrak .................................................................................................................. viii
Abstract ................................................................................................................. ix
Daftar Isi................................................................................................................ x
Daftar Tabel .......................................................................................................... xiii
Daftar Gambar ....................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran .................................................................................................... xv
Daftar Singkatan dan Istilah .................................................................................. xiv
Kata Pengantar ...................................................................................................... xvii
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 9
1.3.1Tujuan Umum ................................................................................ 9
1.3.2Tujuan Khusus ................................................................................ 9
1.4Manfaat Penelitian .................................................................................. 9
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................................. 9
1.4.2 Manfaat Praktis .............................................................................. 10
1.5 Keaslian Penelitian ................................................................................ 11
BAB 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Anak Prasekolah ................................................................................... 15
2.1.1Fase Prasekolah (Usia Taman Kanak-Kanak) ................................ 15
2.1.2Perkembangan Sosial Fase Prasekolah ........................................... 16
2.1.3Perkembangan Emosional Fase Prasekolah ................................... 18
xi
2.2 Pola Asuh Orangtua .............................................................................. 23
2.2.1 Definisi Pola Asuh Orang Tua ...................................................... 23
2.2.2 Tipe – Tipe Pola Asuh Orang Tua ................................................ 24
2.2.3 Fungsi Dan Peran Serta Orang Tua .............................................. 31
2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua ........................ 32
2.2.5 Peran Orangtua Dalam Menumbuhkembangkan Kemandirian .... 34
2.2.6 Perilaku Orangtua Yang Bisa Menimbulkan Ketidakmandirian .. 38
2.3Tingkat Kemandirian ............................................................................. 39
2.3.1 Definisi Kemandirian Anak .......................................................... 39
2.3.2 Aspek-Aspek Kemandirian Anak ................................................. 40
2.3.3 Ciri-Ciri Kemandirian Anak ......................................................... 41
2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Anak ......................... 46
2.3.5 Upaya Mengembangkan Kemandirian Anak ................................ 48
2.3.6 Faktor Yang Mendorong Tumbuhnya Kemandirian Anak ........... 50
2.3.7 Faktor Yang Menghambat Kemandirian Anak ............................. 52
2.3.8 Macam – Macam Kemandirian Anak ........................................... 53
2.3.9 Indikator Kemandirian Anak ........................................................ 54
BAB 3 Kerangka Konseptual Dan Hipotesis
3.1Kerangka Konseptual ............................................................................. 56
3.2Hipotesis ................................................................................................ 57
BAB 4 Metodelogi Penelitian
4.1 Desain Penelitian .................................................................................. 58
4.2 Populasi Dan Sampel ............................................................................ 59
4.2.1 Populasi ......................................................................................... 59
4.2.2 Sampel ........................................................................................... 59
4.2.3 Kiteria Sampel .............................................................................. 59
4.3 Teknik Sampling ................................................................................... 60
4.4 Kerangka Kerja Penelitian .................................................................... 61
4.5 Variabel Dan Definisi Operasional Variabel ........................................ 62
4.5.1 Variabel ......................................................................................... 62
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ...................................................... 62
xii
4.6 Instrumen Penelitian ............................................................................. 66
4.6.1 Uji Validitas ................................................................................... 67
4.6.2 Uji Reliabelitas .............................................................................. 68
4.7 Lokasi Dan Waktu Penelitian ............................................................... 69
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................. 69
4.9 Pengolahan Data ................................................................................... 70
4.10 Teknik Analisa Data ........................................................................... 76
4.10.1 Analisa Univariat ........................................................................ 76
4.10.2 Analisa Bivariat .......................................................................... 77
4.11 Etika Penelitian ................................................................................... 78
BAB 5 Hasil Penelitian Dan Pembahasan
5.1 Gambaran Dan Lokasi Penelitian .......................................................... 80
5.2 Hasil Penelitian ...................................................................................... 81
5.2.1 Data Umum .................................................................................... 81
5.2.2 Data Khusus ................................................................................... 84
5.3 Pembahasan ........................................................................................... 87
5.3.1 Pola Asuh Orangtua Pada Anak Usia (4-6 Tahun) Prasekolah Tk
Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota
Madiun ............................................................................................ 87
5.3.2 Tingkat Kemandirian Secara Fisik Pada Anak Usia (4-6 Tahun)
Prasekolah Tk Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan
Kartoharjo Kota Madiun................................................................. 94
5.3.3 Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Tingkat Kemandirian
Anak Secara Fisk Pada Usia (4-6 Tahun) Prasekolah Tk
Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota
Madiun ............................................................................................ 99
Bab 6 Kesimpulan Dan Saran
6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 104
6.2 Saran ..................................................................................................... 105
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 106
Lampiran ..................................................................................................................... 109
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sikap atau Perlakuan Orang Tua dan Dampaknya Terhadap
Kepribadian Anak...................................................................... 25
Tabel 2.2 Pengaruh “Parenting Style” Terhadap Perilaku Anak............... 29
Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian................................................... 57
Tabel 4.2 Rumus Perhitungan Kategori...................................................... 75
Tabel 4.3 Interval Koefesien Korelasi Chi Square...................................... 78
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Kelas Anak................................................................................... 81
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Usia Orangtua.............................................................................. 81
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Usia Anak..................................................................................... 82
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin...............................................................................
82
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan Orangtua.................................................................... 83
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan Orangtua......................................................................
83
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orangtua.................................... 84
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Secara Fisik............. 84
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Indikator Tingkat Kemandirian Secara
Fisik.............................................................................................. 85
Tabel 5.10 Distribusi Silang Frekuensi Hubungan Pola Asuh Orangtua
Dengan Tingkat Kemandirian Secara Fisik................................. 86
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Hubungan Pola Asuh
Orang Tua Dengan Tingkat Kemandirian Secara Fisik
Pada Anak Usia (4-6 Tahun) Prasekolah Di Taman
Kanak-Kanak Margobhakti Kelurahan Sukosari
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun................................... 56
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Pola Asuh Orang
Tua Dengan Tingkat Kemandirian Anak Secara Fisik Usia
(4 – 6 Tahun) Prasekolah Di Taman Kanak-Kanak
Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo
Kota Madiun........................................................................ 61
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Ijin Pengambilan Data Awal............................ 109
Lampiran 2 : Surat Rekomendasi Penelitian Badan Kesatuan
Bangsa Dan Politik................................................... 110
Lampiran 3 : Surat Keterangan Pengambilan Data Awal............... 111
Lampiran 4 : Surat Ijin Validitas Dan Reliabelitas......................... 112
Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian.................................................. 113
Lampiran 6 : Surat Keterangan Izin Penelitian............................... 114
Lampiran 7 : Surat Keterangan Selesai Penelitian.......................... 115
Lampiran 8 : Lembar Permohonan Menjadi Responden................ 116
Lampiran 9 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden.................. 117
Lampiran 10 : Uji Validitas Dan Uji Reliabelitas Kuesioner Pola
Asuh Orangtua........................................................... 118
Lampiran 11 : Uji Validitas Dan Uji Reliabelitas Kuesioner
Tingkat Kemandirian Secara Fisik............................ 126
Lampiran 12 : Kisi-Kisi Kuesioner Pola Asuh Orang Tua............... 133
Lampiran 13 : Kisi-Kisi Kuesioner Tingkat Kemandirian Secara
Fisik........................................................................... 134
Lampiran 14 : Lembar Kuesioner Pola Asuh Orangtua.................... 135
Lampiran 15 : Lembar Kuesioner Tingkat Kemandirian Secara
Fisik............................................................................ 140
Lampiran 16 : Tabulasi Pola Asuh Orangtua.................................... 141
Lampiran 17 : Tabulasi Tingkat Kemandirian Secara Fisik............. 143
Lampiran 18 : Output SPSS.............................................................. 145
Lampiran 19 : Jadwal Kegiatan Penelitian........................................ 148
Lampiran 20 : Dokumentasi Penelitian............................................. 149
Lampiran 21 : Lembar Konsultasi..................................................... 150
xvi
DAFTAR ISTILAH
Acceptance : Penerimaan
Asertif : Ketegasan Diri
Authoritarian : Pola Asuh Otoriter
Authoritattive : Pola Asuh Demokratis
Autonomi : Autonomi
Benefit : Manfaat
Confidentiality : Kerahasiaan
Critical Periode : Periode Kritis
Curiosity : Keingintahuan
Domination : Dominasi
Favorable : Pernyataan Positif
Follower : Pengikut
Friendly : Bersahabat
Golden Periode : Periode Emas
Healthy Personality : Kepribadian Sehat
Homesic : Sakit
Inform Consent : Lembar Persetujuan
Kooperatif : Mau Bekerjasama
Limit : Batas
Neglectful : Lalai
Overdiscipine : Disiplin Yang Berlebihan
Overprotection : Perlindungan Berlebihan
Parenting Style : Gaya Pengasuhan Anak
Peer Group : Kelompok Sebaya
Permissiveness : Pola Asuh Permisif
Praise : Pujian
Protective Emotion : Emosi Pelindung
Punitteveness : Kekasaran
Rejection : Penolakan
Respect For Justice And Inclusiveness: Menghormati Keadilan Dan Inklusivitas
Scientific Attitude : Sikap Ilmiah
Self Control : Mengendalikan Diri
Selfish : Egois
Struktur : Struktur
Survival : Bertahan Hidup
Toilet Training : Pelatihan Toilet
Trouble Maker : Pembuat Masalah
Unfavorable : Pernyataan Negatif
Window Opportunity : Peluang Jendela
xvii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kemandirian Anak Secara
Fisik Usia (4 – 6 Tahun) Prasekolah Di Taman Kanak-Kanak Margobhakti
Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun” dengan baik.
Tersusunnya skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan dukungan
moral kepada penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Hariyati S.pd selaku Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak Margobhakti
Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun.
2. Zainal Abidin, SKM., M.Kes (Epid) selaku ketua STIKes Bhakti Husada
Mulia Madiun, yang telah memberikan kesempatan menyusun skripsi ini.
3. Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulai Madiun yang telah
memberikan kesempatan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Kartika, S.Kep., Ns., M.K.M selaku dosen pembimbing 1 yang selalu
membimbing dengan penuh ketelatenan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Asrina Pitayanti, S.Kep., Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing 2 yang
selalu membimbing dengan penuh kesabaran sehinggga skripsi ini dapat
terselesaikan.
xviii
6. Kedua Orang tua dan keluarga besar saya yang selalu memberi dorongan,
do’a dan semangat tanpa henti.
7. Keluarga dan teman-teman yang selalu mendukung dan mendo'akan
penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin
Madiun, 16 Agustus 2019
Penulis
Destiana Pratiwi
NIM. 201502086
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa prasekolah sering disebut juga sebagai golden periode, window
opportunity, atau critical periode. Pada periode ini merupakan otak manusia
dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, kebutuhan
tumbuh kembang adalah salah satu hak dasar anak sesuai Undang-Undang Nomor
23 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak dan Konvensi Hak-Hak Anak tahun
1989/1990. Ketika memasuki usia prasekolah, kemampuan anak untuk
beradaptasi sudah dapat dimanfaatkan dengan baik. Pada kenyataannya sering
ditemukan keterlambatan penyesuaian sosial dan mandiri terutama diusia awal
sekolah (Suana & Firdaus, 2014).
Masalah tersebut diantaranya kemampuan yang kurang dalam proses
sosial mandiri di lingkungan. Dalam hal ini anak belum mampu untuk mandiri
dalam bersosialisasi dengan baik dalam hal berinteraksi dengan teman sebaya.
Sehingga anak dalam prosesnya mengalami kendala kesiapan yang ditunjukkan
dengan perilaku menyimpang seperti takut ditinggal ibunya, bermain sendiri, anak
yang terlalu impulsif atau hiperaktif (Suana & Firdaus, 2014). Pada tahap
perkembangan anak usia prasekolah, anak akan memiliki rasa percaya diri untuk
mengeplorasikan kemandiriannya dengan menguasai berbagai keterampilan fisik,
bahasa (Rochwidowati & Widyana, 2016).
2
Kemandirian adalah suatu kemampuan individu untuk mengatur dirinya
sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain. Kemandirian anak pada usia
prasekolah sudah disukai sejak ia kecil yang diekspresikan dengan rasa ingin tahu
yang besar dan tidak takut dengan kesulitan. Kemandirian anak usia prasekolah
merupakan modal dari kemajuan dan kreativitasnya, serta modal daya
keberlangsungan hidup (survival). Ketidakmandirian itu akan menghambat
kemajuan dengan cara bergantung pada orang lain. Pada anak usia prasekolah
yang tidak dilatih untuk mandiri sejak kecil, maka anak akan tumbuh menjadi
individu follower (pengekor) yang memiliki rasa takut ketika berada jauh dengan
pengasuhnya atau orang tua dan sulit untuk mengambil keputusan sendiri (Dewi,
et.al , 2018).
Kemandirian pada anak usia prasekolah dibagi menjadi 2, yakni
kemandirian fisik dan kemandirian psikologis. Kemandirian fisik adalah
kemampuan individu seorang anak di usia prasekolah untuk mengurus dirinya
sendiri. Sedangkan kemandirian psikologis adalah kemampuan individu di usia
prasekolah untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah sendiri. Ciri–ciri
perilaku kemandirian secara fisik pada anak usia prasekolah dapat dilihat seperti
anak mampu melakukan kegiatan makan dan minum sendiri, anak tidur tanpa
didampingi, anak dapat merapikan tempat tidur sendiri anak mampu melakukan
kegiatan memakai pakaian dan sepatu sendiri, anak mampu merawat diri sendiri
dalam hal mencuci tangan dan/atau anak mampu menggunakan toilet, anak
mampu mengambil/meletakkan sendiri alat tulis yang dibutuhkan, anak tidak
menangis ketika ditinggal orangtua selama sekolah berlangsung, anak mampu
3
bermain bersama teman sebaya tanpa ditunggui, anak mampu melakukan tugas
seperti merapikan tas ketika akan pulang sekolah, dan anak dapat memilih
kegiatan yang disukai seperti menari, menulis, menggambar, bermain boneka,
serta anak tidak lagi ditunggui oleh orangtua atau pengasuhnya (Rochwidowati &
Widyana, 2016).
Efek ketidakmandirian pada anak dapat menimbulkan kerugian pada anak
yaitu anak tidak bisa secara optimal mengembangkan kepribadian, kemampuan
sosialisasi dan keadaan emosionalnya akan terhambat. ketidakmandirian fisik di
tandai dengan ketidakmampuan anak dalam mengurus dirinya sendiri.
Kemandirian anak berperan penting dalam membangun kepercayaan diri dan
harga diri pada anak karena kedua hal tersebut berdampak pada kemampuan
bersosialisasi, kemauan untuk berprestasi dan daya saing anak di masa depan
(Asnida & Madantia, 2014).
Kemandirian anak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendorong
kemandirian menjadi dua macam yaitu faktor internal (dari dalam individu) dan
faktor eksternal (dari luar individu). Faktor internal terdiri dari dua kondisi yaitu
kondisi fisiologis dan kondisi psikologis. Faktor yang kedua adalah faktor
eksternal. Faktor eksternal meliputi lingkungan, rasa cinta dan kasih saying
orangtua kepada anaknya, pola asuh orangtua dalam keluarga, dan faktor
pengalaman dalam kehidupan (Utami, 2016).
Pola asuh orang tua sebenarnya sangat berpengaruh terhadap kunci
kesuksesan pada anak usia prasekolah untuk menjadi individu yang mandiri
sedangkan menjadi individu mandiri tidak bisa dibentuk begitu saja. Pola asuh
4
orang tua sangat mempengaruhi terbentuknya karakter anak pada usia prasekolah.
Sehingga pola asuh yang berbeda – beda tersebut akan menghasilkan karakter dan
kemandirian anak usia prasekolah yang berbeda – beda pula. Pola asuh orang tua
terbagi menjadi tiga yakni otoriter, permisif dan demokratis (Mantali, et.al, 2018).
Pravelensi pada anak-anak usia prasekolah dengan tingkat kemandirian
anak usia prasekolah di negara berkembang maupun negara maju adalah 53%
mandiri tidak tergantung pada orang lain dan 9% masih tergantung pada orang tua,
anak prasekolah 38% yang tergantung sepenuhnya pada orang tua maupun pada
pengasuh mereka dan 17% cukup mandiri. Prevalensi stimulasi orang tua terhadap
kemampuan sosialisasi dan kemandirian anak prasekolah di Indonesia mencapai
58,09% untuk orang tua yang belum melakukan stimulasi anak secara optimal.
Pravelensi masalah kesehatan perkembangan anak di Jawa Timur pada tahun 2009
yaitu jumlah anak sebanyak 3.634.505 jiwa dan 54,03% anak dideteksi memiliki
kemampuan sosialisasi dan kemandirian yang baik, cakupan tersebut masih di
bawah cakupan 90%. Data analisa stimulasi orang tua dan anak di Dinas
Kesehatan Tingkat I Propinsi Jawa Timur 2008 untuk deteksi kemampuan
sosialisasi dan kemandirian anak di Jawa Timur ditetapkan 80% tetapi cakupan
diperiksa 40-69% dan mengalami perkembangan yang tidak optimal sebanyak
47,5% (Ismiriyam, et.al, 2017).
Dari teori di atas dapat diketahui bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi kemandirian adalah pola asuh orangtua. Pada dasarnya semua
orang tua harus memberikan hak anak untuk tumbuh mandiri. Semua anak harus
memperoleh yang terbaik agar dapat tumbuh mandiri sesuai dengan apa yang akan
5
dicapainya dan sesuai dengan kemampuan tubuhnya. Untuk itu perlu perhatian
dan dukungan orang tua. Seorang anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis
maka akan membentuk tumbuh kembang anak yang lebih baik dengan cara orang
tua selalu memberikan kebebasan beraktivitas tetapi tetap diarahkan orang tuanya,
akan cenderung bebas melakukan aktivitas pembelajaran dalam dirinya tetapi
bertanggung jawab akan akibat yang diterima kelak, pemberani, mempunyai rasa
percaya diri yang tinggi, tidak tergantung pada orang tuanya dan riang gembira.
Jika pola asuh orang tua yang diterapkan otoriter maka anak akan
cenderung takut untuk melakukan sesuatu perkembangannya yang lebih baik
karena apapun aktivitas anak selalu dikekang dan orang tuanya terlalu takut
membebaskan anaknya beraktivitas. Anak akan cenderung penakut, tidak percaya
diri, tergantung kepada orang tua, cenderung pendiam, pemurung, tidak mudah
tersenyum dan tidak gembira. Dan yang sering diterapkan selain pola asuh
demokratis dan otoriter yaitu pola asuh permisif. Dalam pola asuh permisif, orang
tua memberikan kebebasan sepenuhnya dan anak diijinkan membuat keputusan
sendiri tentang langkah apa yang akan dilakukan, orangtua tidak pernah
memberikan pengarahan dan penjelasan kepada anak tentang apa yang sebaiknya
dilakukan anak, dalam pola asuh permisif hampir tidak ada komunikasi antara
anak dengan orangtua serta tanpa ada disiplin sama sekali (Jojon, et.al, 2017).
Pola asuh dipengaruhi oleh beberapa faktor mempengaruhi pola asuh anak
dengan baik adalah usia orangtua, keterlibatan orangtua, pendidikan orangtua,
pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak, stres orangtua dan hubungan
6
suami istri. Masing-masing pola asuh ada kaitannya dengan tingkah laku anak
(Utami, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian Suana dan Firdaus (2014) yang bejudul “Pola
Asuh Orangtua Akan Meningkatkan Adaptasi Sosial Anak Prasekolah Di Ra
Muslimat Nu 202 Assa’adah Sukowati Bungah Gresik” menjelaskan orangtua
yang menerapkan pola asuh demokratis, menghasilkan perkembangan adaptasi
sosial anak baik. Orangtua disarankan menerapan pola asuh yang tepat dan sesuai
dengan usia anak. Anak dengan pola asuh demokratis ini akan diberikan
kebebasan oleh orangtuanya untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan
keinginannya. Jadi dalam pola asuh ini terdapat komunikasi yang baik antara
orang tua dan anak.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada senin, 14 Januari
2019 terhadap 10 anak beserta orangtuanya ditemukan pada kelompok TK A dan
kelompok TK B di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo
Kota Madiun. Studi pendahuluan yang dilakukan terhadap anak ditemukan
terdapat 3 anak (30%) yang belum mampu memakai pakaian dan sepatu sendiri
terdapat pada anak usia 4 tahun, terdapat 4 anak (40 %) yang minta diantar ke
toilet, terdapat 3 anak (30%) yang belum mampu merawat diri dalam hal mencuci
tangan. Studi pendahuluan yang dilakukan terhadap orangtuanya ditemukan
terdapat 5 orangtua (50%) yang masih muda diantaranya berumur < 21 tahun,
orangtua yang memiliki usia yang masih muda kurang mampu menjalankan
peran-peran orangtua secara optimal dan belum memiliki pengalaman dalam
mengasuh karena orangtua muda pada umumnya baru memiliki anak pertama.
7
Terdapat 3 anak (30%) yang diasuh oleh neneknya karena orangtua yang sibuk
bekerja sehingga nenek cenderung berlebihan dalam mengasuh anak. Terdapat 2
anak (20%) yang memiliki kedudukan sebagai anak bungsu karena anak dianggap
yang paling muda sehingga anak tidak pernah diberi tanggung jawab. Dengan
hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di TK Margobhakti
Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun terdapat anak-anak usia
prasekolah yang memiliki tingkat kemandirian yang kurang mandiri atau pasif di
lingkungan sekolahnya seperti anak yang tidak berani sekolah sendiri atau anak
yang sekolah di tunggu orang tua/pengasuhnya dikarenakan khawatir dan tidak
tega meninggalkan anaknya menangis, anak yang merasa minder, anak yang pasif
terhadap lingkungan disekitarnya (contohnya : anak yang hanya berdiam diri
dikelas saat pelajaran maupun saat bermain, anak yang tidak tertarik oleh
permainan disekitarnya ), anak yang sulit bergaul dengan teman sebayanya, dan
anak yang menarik diri dari lingkungan tersebut, anak yang minta diantar ketika
ke toilet.
Kemandirian anak di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan
Kartoharjo Kota Madiun tersebut juga dapat dipengaruhi oleh pola asuh orangtua.
Orangtua yang menunggu anaknya selama sekolah berlangsung dikarenakan
orangtua atau pengasuh yang tidak bekerja dan orangtua atau pengasuh yang tidak
memiliki kegiatan dirumah sehingga memilih untuk menunggu anaknya sambil
bersosialisasi dengan orangtua atau pengasuh yang lain. Namun, terdapat pula
orangtua yang sibuk bekerja dan memiliki sosial ekonomi yang tinggi. Sehingga,
pengasuhan pada anak dilibatkan pada kakek/neneknya maka berdampak pada
8
anak menjadi manja dan kurang displin karena anak diasuh berlebihan oleh
neneknya dan terpenuhinya kebutuhan.
Berbeda dengan TK yang lainnya seperti TK YWKA Kelurahan Oro-Oro
Ombo Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun, di TK tersebut orangtua tidak
diizinkan untuk menunggu anaknya di sekitar lingkungan sekolah. Orangtua
hanya diizinkan untuk mengantar atau menjemput saja di depan gerbang sekolah.
Hal tersebut bertujuan agar anak bisa mandiri ketika berada di sekolah. Meskipun
di TK tersebut banyak orangtua yang bekerja dan memiliki kebutuhan sosial
ekonomi yang tinggi.
Maka dari data – data tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “ Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kemandirian
Secara Fisik Pada Anak Usia (4-6 Tahun) Prasekolah di Taman Kanak-kanak
Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan masalah
penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan
tingkat kemandirian anak secara fisik pada usia (4 – 6 tahun) prasekolah di Taman
Kanak-kanak Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota
Madiun ?
9
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalis adanya hubungan antara pola asuh orang tua dan tingkat
kemandirian anak secara fisik pada usia (4-6 tahun) prasekolah di Taman
Kanak-kanak Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota
Madiun.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik pola asuh orang tua di Taman Kanak-
kanak Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota
Madiun.
2. Mengidentifikasi tingkat kemandirian secara fisik anak pada usia (4-6
Tahun) prasekolah di Taman Kanak-kanak Margobhakti Kelurahan
Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun.
3. Menganalisis adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan
tingkat kemandirian secara fisik anak pada usia (4-6 Tahun)
prasekolah di Taman Kanak-kanak Margobhakti Kelurahan Sukosari
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
pembaca dan pihak-pihak yang bersangkutan tentang pola asuh orang
tua dengan tingkat kemandirian anak secara fisik pada usia (4-6
10
Tahun) di Taman Kanak-kanak Margobhakti Kelurahan Sukosari
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Taman Kanak-Kanak Margobhakti Kelurahan
sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun.
Diharapkan dapat membuat program parenting untuk para orang
tua murid terkait pendidikan untuk orang tua supaya para orang tua
lebih mengerti dan memahami bagaimana menjadi orang tua yang
baik untuk anak-anak di rumah dan guru bisa membuat kegiatan-
kegiatan disetiap pembelajaran sehari-hari disekolah untuk
menanamkan sikap mandiri di sekolah membantu anak untuk
melakukan semuanya secara mandiri disesuaikan dengan umur anak
didik tersebut.
1.4.2.2 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Diharapkan institusi untuk dapat menjadi referensi – referensi
untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2.3 Bagi Peneliti
Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat melanjutkan
penelitian dengan tingkat kemandirian secara psikologis pada anak
usia prasekolah.
11
1.5 Keaslian Penelitian
No. Judul Penulis
dan
Tahun
Metode Penelitian Hasil
1. Hubungan
pola asuh
orangtua
dengan
tingkat
kemandiri
an anak
usia
prasekolah
di TK
Desa
Argosari
Priyani
Haryanti
(2016)
Desain penelitian ini
adalah deskriptif
korelasional dengan
pendekatan cross
sectional. Populasi
205 orang tua anak
usia prasekolah di
TK Desa Argosari.
Sampel 56 dengan
teknik Cluster
Sampling. Analisis
menggunakan uji
Chi Square Yate’s
Correction.
Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan
antara pola asuh orangtua
dengan tingkat kemandirian
anak usia prasekolah di TK
Desa Argosari. Dengan hasil
46 (82,1%) orangtua
menerapkan pola asuh
otoritatif,5 (8,9 %) orangtua
menerapkan pola asuh
permisif dan 5 (8,9%) orang
tua menerapkan pola asuh
otoriter. 36 (64,3 %) anak
dengan tingkat kemandirian
tinggi, 15 (26,8%) anak
dengan tingkat kemandirian
sedang dan 5 (8,9%) anak
tingkat kemandirian rendah.
2. Pengaruh
pola asuh
orang tua
terhadap
kemandiri
an anak
usia 3-4
tahun
kelas
Wayang di
Kelompok
Bermain
(KB)
Strawberr
y Sekip,
Kadipiro,
Banjarsar,
Tiwuk Sri
Sulasmi
dan Lydia
Ersta K
(2016)
Penelitian ini adalah
jenis penelitian
kuantitatif, populasi
dalam penelitian ini
adalah keseluruhan
siswa kelas Wayang
yang berjumlah 20
anak teknik
pengambilan sampel
dalam penelitian ini
adalah Total
Sampling yaitu
pengambilan sampel
secara keseluruhan
karena jumlah
populasi hanya 20
anak (sampel total).
Berdasarkan hasil analisis
data dengan statistik r
product moment diperoleh
nilai rxy sebesar ± 0,7138
selanjutnya dikonsultasikan
dengan r tabel dengan N=
20 dalam taraf signifikansi
5% dan 1% yaitu 0,444 dan
0,561. Dapat disimpulkan
bahwa r hitung lebih besar
dari r tabel atau 0,444 <±
0,7138 > 0,561. Dengan
demikian, hipotesis yang
menyatakan “Ada Pengaruh
Pola Asuh Orang Tua
terhadap Kemandirian Anak
Usia 3-4 tahun di kelas
12
Surakarta. Analisis data yang
digunakan adalah
korelasi Product
Moment.
Wayang KB Strawberry
Kadipiro, Surakarta tahun
ajaran 2015/2016” diterima
karena teruji kebenarannya
baik pada taraf signifikansi
5% dan 1%.
3. Pola asuh
orangtua
akan
meningkat
kan
adaptasi
sosial
anak
prasekolah
di Ra
Muslimat
Nu 202
Assa’adah
Sukowati
Bungah
Gresik.
Suana dan
Firdaus
(2014).
Desain penelitian
menggunakan
metode analitik
dengan desain
penelitian kohort
retrospektif.
Populasi ini seluruh
orangtua beserta
anak di RA
Muslimat NU 202
Assa’adah Sukowati
Bungah Gresik
sebesar 40
responden. Sampel
diambil
menggunakan
probability
sampling,
teknik simple
random sampling.
Besar sampel 36
responden. Data
diperoleh melalui
kuesioner dan
lembar observasi dan
dianalisis
menggunakan uji
korelasi Rank
Spearman dengan
tingkat signifikan α
= 0,05.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
sebagian besar (55,6%)
responden menerapkan pola
asuh demokratis, hampir
seluruh (80%) responden
memiliki perkembangan
adaptasi sosial baik. Hasil
uji korelasi Rank Spearman
didapatkan nilai ρ (0,000)
<α = 0,05 maka H0 ditolak
berarti ada hubungan Pola
Asuh Orangtua dengan
Perkembangan Adaptasi
Sosial Anak Prasekolah di
RA Muslimat NU 202
Assa’adah Sukowati Bungah
Gresi
4. Hubungan
pola asuh
Cahyani
Hayyu
Penelitian ini
menggunakan
Dari hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa
13
autoritatif
dengan
kemandiri
an anak
tk di
banjararu
m
kalibawan
g kulon
progo
Utami
(2016)
pendekatan
kuantitatif dengan
metode korelasional.
Sampel yang diteliti
adalah 158 anak dan
158 ibu dari anak
tersebut.
Pengambilan data
dilakukan dengan
menggunakan
kuesioner. Kuesioner
kemandirian anak
diisi oleh guru kelas
dan kuesioner pola
asuh autoritatif diisi
oleh orangtua.
Teknik analisis data
yang digunakan
adalah korelasi
product moment
untuk pengujian
hipotesis
terdapat hubungan yang
positif antara pola asuh
autoritatif dengan
kemandirian anak TK di
Banjararum, Kalibawang,
Kulon Progo.
5. Gambaran
perkemba
ngan
sosial dan
kemandiri
an pada
anak
prasekolah
usia 4-6
tahun di
Tk Al-
Islah
Ungaran
Barat.
Fiktina
Vifri
Ismiriyam,
Anggun
Trisnasari
dan Desti
Endang
Kartikasar
i (2017)
Desain penelitian ini
menggunakan
penelitian deskriptif.
Populasi yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah
anak prasekolah usia
4-6 tahun sebanyak
84 responden.
Tehnik pengambilan
sampel
menggunakan total
sampling jumlah 84
responden. Analisis
data yang digunakan
analisis univariate
menggunakan
Pada perkembangan sosial
dan kemandirian pada anak
prasekolah usia 4-6 tahun
menunjukkan umur 4 tahun
yaitu 43 anak (51,2%), umur
5 tahun yaitu 19 anak
(22,6%), dan umur 6 tahun
22 anak (26,2%). Anak yang
berjenis kelamin laki-laki 38
anak (45,2%), dan yang
perempuan 46 anak (54,8%).
Responden yang mandiri
sebanyak 39 anak (46,6%),
dan tidak mandiri sebanyak
45 responden (53,6%). Hasil
yang didapatkan Sebagian
anak prasekolah tidak
14
persentase dan
distribusi frekuensi.
mandiri dalam
perkembangan sosial dan
kemandirian
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anak Prasekolah
2.1.1 Fase PraSekolah (Usia Taman Kanak-Kanak)
Anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar
2-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dririnya sebagai
pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan
mengenal beberapa hal yang dianggap barbahaya (mencelakakan dirinya)
(Yusuf, 2017).
Menurut Yusuf (2017), pada masa prasekolah ini dapat diperinci lagi
menjadi dua masa, yaitu masa vital dan masa estetik.
1. Masa Vital
Pada masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk
menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar, Freud
menamakan tahun dalam kehidupan individu itu sebagai masa oral (mulut),
karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan dan ketidaknikmatan.
Anak mamasukkan apa saja yang dijumpai ke dalam mulutnya itu, tidaklah
karena mulut merupakan sumber kenikmatan utama, tetapi karena waktu itu
mulut merupakan alat untuk melakukan eksplorasi (penelitian dan belajar).
Pada tahun kedua anak telah belajar berjalan, dengan mulai berjalan
anak akan mulai belajar menguasai ruang. Mula-mula ruang tempatnya saja,
kemudian ruang dekat dan selanjutnya pembiasaan terhadap kebersihan
16
(kesehatan). Melalui latihan dorongan-dorongan yang datang dari dalam
dirinya (umpamanya, buang air kecil dan air besar).
2. Masa Estetik
Pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan.
Kata estetik disini dalam arti bahwa pada masa ini, perkembangan anak
yang terutama adalah fungsi panca inderanya. Kegiatan eksploitasi dan
belajar anak juga terutama menggunkan pancainderanya. Pada masa ini,
indera masih peka, karena itu Montessori menciptakan bermacam-macam
alat permainan untuk melatih panca inderanya.
2.1.2 Perkembangan Sosial Fase Prasekolah
Menurut Yusuf (2017), pada usia prasekolah (terutama mulai usia 4
tahun), perkembangan sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah
mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda-tanda
perkembangan sosial pada tahap ini adalah :
1. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga
maupun dalam lingkungan bermain.
2. Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
3. Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain.
4. Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain, atau teman
sebaya (peer group).
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio-
psikologis keluarganya. Apabila di lingkungn keluarga tercipta suasana
harmonis, saling memperhatikan, saling membantu (bekerja sama) dalam
17
menyelesaikan tugas-tugas keluarga atau anggota keluarga, terjalin
komunikasi antar anggota keluarga, dan konsisten dalam melaksanakan
aturan, maka anak akan memiliki kemampuan, atau penyesuaian sosial
dalam hubungan dengan orang lain.
Kematangan penyesuaian sosial anak akan sangat terbantu, apabila
anak diamasukkan ke Taman Kanak-Kanak. TK sebagai “jembatan bergaul”
merupakan tempat yang memberikan peluang kepada anak untuk belajar
memperluas pergaulan sosialnya, dan menaati peraturan (kedisiplinan). TK
dipandang mempunyai konstribusi yang baik bagi perkembangan sosial
anak, karena alasan-alasan berikut :
1. Suasana TK sebagian masih seperti suasana keluarga.
2. Tata tertibnya masih longgar, tidak terlalu mangikat kebebasan
anak.
3. Anak berkesempatan untuk aktif bergerak, bermain, dan riang
gembira yang kesemuanya mempunyai nilai pedagogis.
4. Anak dapat mengenal dan bergaul dengan teman sebaya yang
beragam (multi budaya), baik etnis, agama, dan budaya.
Untuk memfasilitasi perkembangan sosial anak, maka guru-guru TK
hendaknya melakukan hal-hal berikut :
1. Membantu anak agar memahami alasan tentang diterapkannya
aturan, seperti keharusan memelihara ketertiban di dalam kelas, dan
larangan masuk atau keluar kelas saling mendahului.
18
2. Membantu anak untuk memahami, dan membiasakan mereka untuk
memelihara persahabatan, kerja sama, saling membantu, dan saling
menghargai/menghormati.
3. Memberikan informasi kepada anak tentang adanya keragaman
budaya, suku, dan agama di masyarakat, atau di kalangan anak
sendiri, dan perlunya saling menghormati di antara mereka. Sangat
menarik apabila penyajiannya dibantu dengan gambar-gambar (alat
peraga).
2.1.3 Perkembangan Emosional Fase Prasekolah
Menurut Yusuf (2017), pada usia 4 tahun, anak sudah mulai
menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda dengan bukan aku
(orang lain atau benda). Keasadaran ini diperoleh dari pengalamannya,
bahwa tidak setiap keinginannya dipenuhi oleh orang lain atau benda lain.
Bersamaan dengan itu, menurut Karso sebagaimana dikutip oleh Yusuf
(2017), berkembang pula perasaan harga diri yang menuntut pengakuan dari
lingkunganya. Jika lingkungannya (terutama orangtuanya) tidak mengakui
harga diri anak, seperti memperlakukan anak secara keras, atau kurang
menyayanginya, maka pada diri anak akan berkembang sikap-sikap :
1. Keras kepala/menentang
2. Menyerah menjadi penurut yang diliputi rasa harga diri kurang
dngan sifat pemalu
Beberapa jenis emosi yangberkembang pada masa anak, yaitu sebagai
berikut :
19
1. Takut
Perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap membahayakan. Rasa
takut terhadap sesuatu berlangsung melalui tahapan :
a) Mula-mula tudak takut, karena anak belum sanggup melihat
kemungkinan bahaya yang terdapat dalam objek.
b) Timbul rasa takut setelah mengenal adanya bahaya, dan
c) Rasa takut bisa hilang kembali setelah mengetahui cara-cara
menghindar dari bahaya.
2. Cemas
Perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada objeknya.
Kecemasan ini muncul mungkin dari situasi-situasi yang dikhayalkan,
berdasarkan pengalaman yang diperoleh, baik perlakuan orangtua,
buku-buku bacaan/komik, radio, atau film. Contoh perasaan cemas :
anak takut berada di dalam kamar yang gelap, takut hantu, dan
sebagainya.
3. Marah
Perasaan tidak senang, atau benci baik terhadap orang lain, diri sendiri,
atau objek tertentu, yang diwujudkan dalam bentuk verbal (kata-kata
kasar/makian/sumpah serapah), atau nonverbal (seperti mencubit,
memukul, menampar, menendang, dan merusak). Perasaan marah ini
merupakan reaksi terhadap situasi frustasi yang dialaminya, yaitu
perasaan kecewa atau perasaan tidak senang karena adanya hambatan
20
terhadap pemenuhan keinginannya. Pada masa ini rasa marah sering
terjadi karena :
a) Banyak stimulus yang menimbulkan rasa marah
b) Banyak anak yang menemukan bahwa marah merupakan cara
yang baik untuk mendapatkan perhatian atau memuaskan
keinginannya. Berbagai stimulus yang menimbulkan perasaan
marah, diantaranya : rintangan atas kebutuhan jasmaniah,
gangguan terhadap gerakan-gerakan anak yang ingin
dilakukannya, rintangan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung, rintangan terhadap keinginan-keinginannya, atau
kejengkelan-kejengkelan yang menumpuk. Sumber perasaan
marah bisa berasal dari diri sendiri (seperti, ketidakmampuan
dan kelemahan/kecacatan diri), atau orang lain ( orangtua,
saudara, guru, dan teman sebaya).
4. Cemburu
Perasaan tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah merebut
kasih sayang dari seseorang yang telah mencurahkan kasih sayang
kepadanya. Sumber yang menimbulkan rasa cemburu selalu bersifat
situasi sosial, hubungan dengan orang lain. Seperti kakak cemburu
kepada adiknya, karena dia telah merebut kasih sayang orangtuanya.
Perasaan cemburu ini diikuti dengan ketegangan, yang biasanya dapat
diredakan dengan reaksi-reaksi :
a) Agresif atau permusuhan terhadap saingan
21
b) Regresif, yaitu perilaku kekanak-kanakan, seperti ngompol,
atau mengisap jempol
c) Sikap tidak peduli
d) Menjauhkan diri dari saingan
5. Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan
Perasaan yang positif, nayaman, karena terpenuhi keinginannya. Kondisi
yang melahirkan perasaan gembira pada anak, diantaranya
terpenuhinya kebutuhan jasmaniah (makan dan minum), keadaan
jasmaniah yang sehat, diperolehnya kasih sayang, ada kesempatan
untuk bergerak (bermain secara leluasa), dan memiliki mainan yang
disenanginya.
6. Kasih sayang
Perasaan senang untuk memberikan perhatian, atau perlindungan terhadap
orang lain, hewan atau benda. Perasaan ini berkembang berdasarkan
pengalamannya yang menyenangkan dalam berhubungan dengan
orang lain (orangtua, saudara, dan teman), hewan (seperti, kucing dan
burung), atau benda (seperti mainan). Kasih sayang anak kepada
orangtua atau saudaranya, amat dipengaruhi oleh iklim emosional
dalam keluarganya. Apabila orangtua dan saudaranya menaruh kasih
sayang kepada anak, maka dia pun akan menaruh kasih sayang kepada
mereka.
22
7. Phobia
Perasaan takut terhadap objek yang tidak patut ditakutinya (takut yang
abnormal) seperti takut ulat, takut kecoa, dan takut air. Perasaan ini
muncul akibat perlakuan orangtua yang suka menakut-nakuti anak,
sebagai cara orangtua untuk menghukum, atau menghentikan perilaku
anak yang tidak disenanginya.
8. Ingin tahu (curiosity)
Perasaan ingin mengenal, mengetahui segala sesuatu atau objek-objek,
baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Perasaan ini ditandai dengan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan anak. Seperti anak bertanya
tentang : dari mana dia berasal, siapa Tuhan, dan dimana Tuhan
berada. Masa bertanya (masa haus nama) ini dimulai pada usia 3 tahun
dan mencapai puncaknya pada usia sekitar 6 tahun.
Perkembangan emosi yang sehat sangat membantu bagi keberhasilan
anak belajar. Oleh karena itu, dalam rangka mengembangkan emosi anak
yang sehat, guru-guru (di taman kanak-kanak) seyogianya memberikan
bimbingan kepada mereka, agar mereka dapat mengembangkan hal-hal
berikut :
1. Kemampuan untuk mengenal, menerima, dan berbicara tenatng
perasaan-perasaannya.
2. Menyadari bahwa ada hubungan antara emosi dengan tingkah laku
sosial.
23
3. Kemampuan untuk menyalurkan keinginannya tanpa mengganggu
perasaan orang lain.
4. Kemampuan untuk peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang
lain.
2.2 Pola Asuh Orang Tua
2.2.1 Definisi Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, system, cara kerja,
bentuk (struktur) yang tetap. Ketika pola diberi arti sebuah bentuk (struktur)
yang tetap, maka hal ini semakna dengan istilah “kebiasaan”. Asuh yang
berarti mengasuh, satu bentuk kata kerja yang bermakna menjaga (merawat
dan mendidik) anak kecil dan membimbing (membantu, melatih dan
sebagainya) supaya dapat berdiri sendiri serta memimpin (mengepalai,
menyelenggarakan) suatu badan kelembagaan (Sulasmi & Ersta, 2016).
Pola asuh orang tua dapat diartikan sebagai perlakuan orangtua
terhadap anak dalam bentuk merawat, memelihara, mengajar, mendidik,
membimbing, melatih, yang terwujud dalam bentuk pendisiplinan,
pemberian tauladan, kasih sayang, hukuman, ganjaran, dan kepemimpinan
dalam keluarga melalui ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan orangtua
(Sunarty, 2016).
Menurut Shochib (2014) Pola asuh orangtua dalam membantu anak
untuk mengembangkan disiplin diri ini adalah upaya orangtua yang
diaktualisasikan terhadap penataan :
24
1. Lingkungan fisik
2. Lingkungan sosial internal dan eksternal
3. Pendidikan internal dan eksternal
4. Dialog dengan anak-anaknya
5. Suasana psikologis
6. Sosiobudaya
7. Perilaku yang ditampilkan pada saat terjadinya “pertemuan” dengan
anak-anak
8. Kontrol terhadap perilaku anak-anak
9. Menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku dan yang
yang diupayakan kepada anak-anak.
2.2.2 Tipe – Tipe Pola Asuh Orang Tua
Setiap keluarga biasanya memiliki pola asuh terhadap anak yang
berbeda-beda. Pendidikan dalam keluarga merupakan yang pertama dan
utama, karena disinilah seorang anak dimulai. Didalam keluarga inilah
tingkah laku seorang anak mulai terbentuk. Pendidikan keluarga tercermin
dalam intensitas hubungan dalam pola asuh orangtua dalam mendidik
anaknya yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku orangtua kepada
anak (Jojon, et.al, 2017).
Peran keluarga menjadi penting untuk mendidik anak baik dalam
sudut tinjauan agama, tinjauan sosial kemasyarakatan maupun tinjauan
individu. Jika pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik maka
mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia
25
dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat
dan mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang
secara optimal. Kemandirian pada anak umumnya dikaitkan dengan
kemampuan anak untuk melakukan segala sesuatunya sendiri. Anak yang
mempunyai sikap mandiri akan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungan dan dapat mengatasi kesulitan yang terjadi (Jojon, et.al, 2017).
Hurlock, Schaneiders, dan Lore, sebagaimana dikutip oleh Yusuf
(2017) mengemumakan terdapat beberapa pola sikap atau perlakuan
orangtua terhadap anak yang masing-masing mempunyai pengaruh
tersendiri terhadap kepribadian anak. Pola-pola tersebut dapat disimak pada
tabel berikut :
Tabel 2.1 Sikap atau Perlakuan Orang Tua dan Dampaknya Terhadap
Kepribadian Anak
No Pola Perlakuan
Orang Tua Perilaku Orang Tua
Profil Tingkah Laku
Anak
1. Overprotection
(terlalu
melindungi)
1. Kontak yang berlebihan
pada dengan anak.
2. Perawatan/pemberian
bantuan kepada anak yang
terus-menerus, meskipun
anak sudah mampu
merawat dirinya sendiri.
3. Mengawasi kegiatan anak
secara berlebihan.
4. Memecahkan masalah
1. Perasaan tidak aman.
2. Agresif dan dengki.
3. Mudah merasa gugup.
4. Melarikan diri dari
kenyataan.
5. Sangat tergantung.
6. Ingin menjadi pusat
perhatian.
7. Bersikap menyerah.
8. Lemah dalam “ego
26
anak. strength” Aspiratif dan
toleransi terhadap
frustasi.
9. Kurang mampu
mengendalikan emosi.
10. Menolak tanggung
jawab.
11. Kurang percaya diri.
12. Mudah terpengaruh.
13. Peka terhadap kritik.
14. Bersikap “Yes Men”.
15. Egois/selfish.
16. Trouble maker
17. Sulit dalam bergaul.
18. Mengalami“homesic”
2. Permissiveness
(pembolehan)
1. Memberikan kebebasan
untuk berpikir atau
berusaha.
2. Menerima
gagasan/pendapat.
3. Membuat anak merasa
diterima dan merasa kuat.
4. Toleran dan memahami
kelemahan anak.
5. Cenderung lebih suka
memberi yang diminta anak
daripada menerima.
1. Pandai mencari jalan
keluar.
2. Dapat bekerjasama.
3. Percaya diri.
4. Penuntut dan tidak
sabaran.
3. Rejection
(penolaka)
1. Bersikap masa bodoh.
2. Bersikap kaku.
3. Kurang memperdulian
1. Aagresif (mudah
marah, gelisah, tidak
patuh/keras kepala,
27
kesejahteraan anak.
4. Menampilkan sikap
permusuhan atau dominasi
terhadap anak.
suka bertengkar dan
nakal).
2. Submissive (kurang
dapat mengerjakan
tugas, pemalu, suka
mengasingkan diri,
mudah tersinggung,
dan penakut).
3. Sulit bergaul
4. Pendiam
5. Sadis
4. Acceptance
(penerimaan)
1. Memberikan perhatian dan
cinta kasih yang tulus
kepada anak.
2. Menempatkan anak dalam
posisi yang penting di
dalam rumah.
3. Mengembangkan hubungan
yang hangat dengan anak.
4. Bersikap respek terhadap
anak.
5. Mendorong anak untuk
menyatakan perasaan atau
pendapatnya.
6. Berkomunikasi dengan
anak secara terbuka dan
mau mendengarkan
masalahnya.
1. Mau bekerjasama
(kooperatif)
2. Bersahabat (Friendly)
3. Loyal
4. Emosinya stabil
5. Ceria dan bersikap
optimis
6. Mau menerima
tanggung jawab
7. Jujur
5. Domination
(dominasi)
Mendomin
asi
1. Bersikap sopan dan
sangat berhati-hati
28
anak 2. Pemalu, penurut,
inferior dan mudah
bingung
3. Tidak dapat bekerja
sama
6. Submtssion
(penyerahan)
1. Senantiasa memberikan
sesuatu yang diminta anak.
2. Membiarkan anak
berperilaku semaunya di
rumah.
1. Tidak patuh
2. Tidak bertanggung
jawab
3. Agresif dan teledor
4. Bersikap otoriter
5. Terlalu percaya diri
7. Punitteveness/Ov
erdiscipine
(terlalu disiplin)
1. Mudah memberikan
hukuman.
2. Menanamkan kedisipinan
secara keras.
1. Impulsif
2. Tidak dapat mengambil
keputusan
3. Nakal
4. Sikap bermusuhan atau
agresif
Dari ketujuh sikap atau perlakuan orangtua itu, tampak bahwa sikap
“acceptance” merupakan yang baik untuk dimiliki atau dikembangkan oleh
orangtua. Sikap seperti ini ternyata telah memberikan konstribusi kepada
pengembangan kepribadian anak yang sehat.
Menurut Diana Baumrind sebagaimana dikutip oleh Yusuf (2017)
mengemukakan hasil penelitiannya melalui observasi dan wawancara
terhadap siswa taman kanak-kanak. Penelitiannya ini dilakukannya, baik di
rumah maupun di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya
perlakuan orang tua (parenting style) dan kontribusinya terhadap
29
kompetensi sosial, emosional dan intelektual siswa. Dalam penelitian ini
ditemukan :
1. Empat gaya perlakuak orang tua, yaitu : Authoritarian, Permissive,
Authoritative, dan Neglectful.
2. Dampak gaya perlakuan orang tua terhadap perilaku anak (kompetensi
emosional, sosial, dan intelektual).
Dari keempat gaya perlakuan tersebut, hanya tiga yang dilaporkan
Braumrind. Untuk memperoleh kejelaan tentang gambaran hasil penelitian
tersebut, dapat disimak dalam tabel berikut :
Tabel 2.2 Pengaruh “Parenting Style” Terhadap Perilaku Anak
No
Pola
Perlakuan
Orang Tua
Perilaku Orang Tua Profil Tingkah Laku
Anak
1. Authoritarian
( Otoriter )
1. Sikap “acceptance” rendah,
namun kontrolnya tinggi.
2. Suka menghukum secara
fisik.
3. Bersikap mengomando
(mengharuskan/memerintah
anak untuk melakukan
sesuatu tanpa kompromi).
4. Bersikap kaku (keras).
5. Cenderung emosional dan
bersikap menolak.
1. Mudah tersinggung
2. Pemurung, tidak
bahagia
3. Mudah terpengaruh
4. Mudah stress
5. Tidak mempunyai arah
masa depan yang jelas
6. Tidak bersahabat
7. Penakut
2. Permissivenes
s
(Pembolehan)
1. Sikap “acceptance” tinggi,
namun kontrolnya rendah
2. Memberi kebebasan kepada
1. Bersikap impulsif dan
agresif
2. Suka memberontak
30
anak untuk menyatakan
dorongan/keinginannya
3. Kurang memiliki rasa
percaya diri dan
pengendalian diri
4. Suka mendominasi
5. Tidak jelas arah
hidupnya
6. Prestasinya rendah
3. Authoritattive
(Demokratis)
1. Sikap “acceptance” dan
kontrolnya tinggi
2. Bersikap responsif terhadap
kebutuhan anak
3. Mendorong anak untuk
menyatakan pendapat atau
pertanyaan
4. Memberikan penjelasan
tentang dampak perbuatan
yang baik dan yang buruk
1. Bersikap bersahabat
2. Memiliki rasa percaya
diri
3. Mampu mengendalikan
diri (self control)
4. Bersiap sopan
5. Mau bekerja sama
6. Memilki rasa ingin
tahunya tinggi
7. Mempunyai tujuan/arah
hidup yang jelas
8. Berorientasi terhadap
prestasi
Sedangkan menurut Jojon, et. al (2017) terdapat 3 macam pola asuh
orang tua adalah sebagai berikut :
1. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter merupakan pola asuh orangtua yang menerapkan
apapun aktivitas anak selalu dikekang oleh orangtuanya dan orang tuanya
terlalu takut membebaskan anaknya untuk melakukan aktivitas. Dampaknya
anaknya akan cenderung takut untuk melakukan sesuatu perkembangannya
31
yang lebih baik. Anak akan cenderung penakut, tidak percaya diri,
tergantung kepada orangtua, cenderung pendiam, pemurung, tidak mudah
tersenyum dan tidak gembira.
2. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis merupakan pola asuh orangtua yang selalu
memberikan kebebasan beraktivitas kepada anak yang masih dalam arahan
orangtuanya dan anak akan cenderung bebas melakukan aktivitas
pembelajaran dalam dirinya. Dampaknya anak akan lebih bertanggung
jawab akan akibat yang diterimanya kelak, pemberani, mempunyai rasa
percaya diri yang tinggi, tidak tergantung pada orangtuanya dan riang
gembira. Sehingga tumbuh kembang anak akan lebih baik.
3. Pola Asuh Permisif.
Pola asuh permisif merupakan pola asuh orangtua yang memberikan
kebebasan sepenuhnya kepada anak dan anak diijinkan membuat keputusan
sendiri tentang langkah apa yang akan dilakukan serta orangtua tidak pernah
memberikan pengarahan maupun penjelasan kepada anak tentang apa yang
sebaiknya dilakukan anak. Dampak yang terjadi dalam pola asuh permisif
yaitu anak menjadi lebih manja, hampir tidak ada komunikasi antara anak
dengan orangtua serta anak menjadi tidak disiplin sama sekali.
2.2.3 Fungsi Dan Peran Serta Orang Tua
Bimbingan pola asuh orangtua menentukan perkembangan sosial dan
emosionalnya, kedekatan orang tua sangat mempengaruhi bagaimana anak
bersosialisai dengan orang lain, berakhlak, mengendalikan emosi,
32
bagaimana anak bertindak dan bertingkah laku, menyelesaikan masalah,
bertanggung jawab, mandiri, serta menumbuhkan percaya diri yang sangat
berguna untuk kehidupannya di masyarakat. Peran keluarga juga sangat
penting dalam pembentukan kepribadian anak, oleh sebab itu bimbingan
dari orangtua sangat dibutuhkan untuk menuntun anak dalam berbuat dan
bersikap. Disini orangtua hendaknya menjadi teladan yang baik untuk
anaknya, tentu juga perlu didasari komitmen yang kuat (Jannah, 2017).
Menurut Crow dalam Shochib (2014: 21) keterlibatan orang tua dalam
bimbingan dan pendidikan anak sangat diperlukan. Peran orang tua yang
dapat diberikan pada anak usia prasekolah meliputi :
1) Melatih
2) Membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
berdasarkan acuan moral
3) Perlu adanya kontrol orang tua untuk mengembangkannya.
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua
Faktor yang mempengaruhi penerapan pola asuh orang tua. Menurut
Yoga (2016) ada beberapa faktor yang mempengaruhi orang tua dalam
menerapkan pola asuh kepada anak-anaknya, yaitu :
a. Usia orang tua
Pasangan orang tua yang masih dalam usia muda lebih cenderung
menerapkan pola asuh demokratis dan permisif kepada anak-anaknya.
Hal ini karena orang tua muda lebih bisa terbuka dan berialog dengan
baik pada anak-anaknya. Pasangan dengan usia yang lebih tua biasanya
33
cenderung lebih keras dan bersikap otoriter terhadap anak-anaknya,
dimana orang tua lebih dominan dalam mengambil keputusan karena
orang tua merasa sangat berpengalaman dalam memberikan pengasuhan
dan penilaian pada anak-anak mereka.
b. Status ekonomi keluarga
Kondisi ekonomi keluarga kelas menengah ke bawah cenderung lebih
keras terhadap anak dan lebih sering menggunakan hukuman fisik.
Keluarga ekonomi kelas menengah cenderung lebih memberi
pengawasan dan perhatian sebagai orang tua. Sementara keluarga
ekonomi kelas atas cenderung lebih sibuk untuk urusan pekerjaannya
sehingga anak sering terabaikan.
c. Tingkat pendidikan
Orang tua yang telah mendapatkan pendidikan yang tinggi, dan
mengikuti kursus dalam mengasuh anak lebih menggunakan teknik
pengasuhan demokratis dibandingkan dengan orang tua yang tidak
mendapatkan pendidikan dan pelatihan dalam mengasuh anak.
d. Usia anak
Orang tua cenderung otoriter terhadap anak yang sudah remaja
dibanding anak yang masih kecil karena pada umumnya anak kecil
masih begitu patuh terhadap orang tua, dibanding remaja yang
mendesak untuk mandiri sehingga menyebabkan kesulitan dalam
pengasuhan
34
e. Jenis kelamin anak
Orang tua cenderung bersikap protektif terhadap anak perempuan.
Remaja perempuan lebih mudah terpengaruh dari lingkungan yang
buruk dan banyak bahaya yang mengancam.
2.2.5 Peran Orang Tua Dalam Menumbuhkembangkan Kemandirian
Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam
menumbuhkembangkan kemandirian anak usia prasekolah karena orang tua
selain sebagai pemimpin juga sebagai guru pertama, pembimbing, pengajar,
fasililator, dan sebagai teladan bagi anak-anaknya. Dalam perannya sebagai
guru pertama, orang tua harus memerhatikan masa depan anak-anak agar
dapat menjadi penerus bangsa. Bagi orang tua yang mengirimkan anak-anak
ke sekolah merupakan sebuah kewajiban yang disertai harapan-harapan agar
anak memperoleh wawasan, dunia baru, hidup bersosial, dan ilmu-ilmu
yang diterima guna mempersiapkan masa depan dengan baik. Sekolah bagi
anak merupakan dunia baru, suatu aktivitas baru, dan lingkungan baru.
Orang tua sebagai pendidik memiliki kewajiban dalam memberikan
bekal dan landasan bagi pendidikan serta kehidupan anak di masa depan.
Dengan memberikan suasana yang baik dalam kehidupan keluarga dapat
membuat anak mudah untuk mengembangkan pola-pola dasar yang
diperlukan bagi pendidikan dan pengembangan diri yang merupakan fungsi
esensial keluarga sebagai lembaga pendidikan. Keluarga memberikan
pengaruh besar terhadap seluruh angggotanya karena keluarga merupakan
35
proses terjadinya primer interaksi yang paling bermakna, dengan nilai-nilai
yang sangat mendasar dan sangat intim (Sutanto, 2018)
Orang tua selain sebagai pendidik, juga berperan sebagai contoh yang
baik bagi anak-anaknya. Artinya, apa pun yang dilakukan orang tua dapat
memiliki arti penting dalam menumbuhkan kemandirian sehingga menjadi
pelajaran yang berharga bagi anak-anaknya untuk kehidupan selanjutnya.
Untuk itu, menurut Sochib (2014: 25) segala upaya yang dilakukan orang
tua dalam membantu anak mutlak didahului dengan menunjukkan sikap-
sikap yang menjadi tauladan, sebagai berikut:
1. Perilaku yang patut dicontoh, yaitu perilaku yang didasarkan pada
kesadaran bahwa perilakunya akan dijadilkan bahan peniruan dan
identifikasi bagi anak-anaknya, tidak hanya sekadar perilaku yang
bersifat mekanik, yang tidak bermakna dan sia-sia saja.
2. Kesadaran akan perilaku yang baik dengan mendorong mereka agar
perilaku kesehariannya taat kepada nilai-nilai moral.
3. Komunikasi dialogis yang terjadi antara orang tua dan anak-anaknya,
terutama yang berhubungan dengan upaya membantu mereka untuk
memecahkan permasalahan dan berkenaan dengan sikap kemandirian.
4. Upaya untuk menyuburkan ketaatan anak-anak terhadap nilai-nilai
moral dapat diaktualisasikan dalam menata lingkungan fisik yang
disebut momen fisik. Hal ini dapat mendukung terciptanya iklim yang
mengundang anak berdialog terhadap nilai-nilai moral yang dapat
36
mempengaruhi anak dalan memiliki dan mengembangkan dasar-dasar
disiplin diri.
5. Penataan lingkungan fisik yang melibatkan anak-anak berangkat dari
dunianya akan menjadikan anak semakin kokoh dalam kepemilikan
terhadap nilai-nilai moral.
6. Penataan lingkungan sosial dapat menghadirkan situasi kebersamaan
anak dengan orang tua.
7. Penataan lingkungan pendidikan.
8. Penataan suasana psikologis.
Upaya menumbuhkembangkan kemandirian anak yang perlu
dilakukan orang tua dapat dilakukan berupa pujian atau dukungan yang
diberikan kepada anak ketika anak melakukan sesuatu yang baik, atau pada
saat anak berhasil dalam suatu pekerjaan yang telah diupayakannya. Ini
penting dilakukan orang tua untuk mendukung tumbuhnya kebiasaan-
kebiasaan baik dalam diri anak. Bacharuddin Musthafa dalam Ahmad
Susanto (2018: 56-57), memberikan tips dalam menumbuhkembangkan
kemandirian anak melalui pujian atau dukungan yang dapat dilakukan
sebagai berikut :
1. Memberikan pujian yang tulus ketika anak melakukan sesuatu yang
baik. Misalnya, ketika anak-anak menunjukkan keuletannya dalam
melakukan sesuatu, berlaku konsisten sesuai aturan yang telah
disepakati bersama, ketika anak menunjukan perilaku terpuji seperti
bertindak mandiri (dalam melakuhan sesuatu yang baik seperti
37
mengerjakan pekerjaan rumah secara terus-menerus tanpa harus
disuruh), dan menunjukkan inisiatif dengan melakukan sesuatu yang
diinginkannya.
2. Mendukung anak-anak ketika mereka melakukan sesuatu yang baik.
Ketika menyaksikan anak melakukan atau mengatakan sesuatu yang
baik, sempatkan orang tua mengomentarinya dengan ucapan yang
menunjukkan dukungan. Hal ini penting dilakukan orang tua untuk
mendukung tumbuhnya kebiasaan-keblasaan bailk lebih lanjut.
3. Memperlihatkan dukungan ketika anak berhasil mencapai sesuatu
yang baik dan ketika gagal mencapai sesuatu yang dinginkannya
setelah berusaha keras meraihnya.
4. Menunjukkan kegembiraan ketika melihat anak-anak mendapatkan
sesuatu yang telah diupayakannya dengan keras. Misalnya, ketika
anak membeli alat mainan dari uang tabungannya sendiri.
5. Menatap dengan penuh perhatian ketika berbicara dengan anak dan
mendengarkan baik-baik apa yang dikatakannya. Dengan kata lain
berbicara dengan anak sebagaimana layaknya berbicara dengan orang
penting.
6. Melakukan komunikasi dengan baik. Komunikasi yang tulus
menunjukkan secara konkret kepada anak-anak, benar-benar peduli
terhadap apa yang terjadi dengan mereka. Pola komunikasi dialogis
yang ditumbuhkan sejak di rumah karena akan membuat anak merasa
kehadirannya berarti dan pendapat-pendapatnya dihargai. Hal ini akan
38
membuatnya percaya diri dalam menyampaikan perasaan dan
pikirannya dan pada gilirannya dapat membantu mengembangkan
keterampilan sosialnya.
7. Menyadarkan anak bahwa anda benar-benar ingin memahami
pendapat- pendapatnya.
Kemandirian sangat terkait dengan keberanian dan percaya diri. Anak
yang berani dan percaya diri akan mudah dalam memilih dan mengambil
keputusan dan bersedia menerima konsekuensi yang dipilihnya.
Kepercayaan diri pada anak-anak perlu ditumbuhkembangkan sehingga
timbul kemandirian pada anak (Susanto, 2018).
2.2.6 Perilaku Orang Tua yang Bisa Menimbulkan Ketidakmandirian
Hassan Syamsi dalam Susanto (2018), mengemukakan bahwa perilaku
orang tua sangat berpengaruh terhadap munculnya problematika kejiwaan
anak yang menimbulkan rasa takut dan tidak percaya diri sehingga akhirnya
dapat menimbulkan ketidakmandirian. Berikut ini perilaku orang tua yang
bisa menimbulkan ketidakmandirian pada anak :
1. Over protektif
Dalam hal ini, orang tua selalu ikut campur tangan dalam setiap masalah
anak baik masalah kecil maupun besar. Biasanya anak menjadi pribadi
yang lemah dan mungkin ia akan terkena problematika kejiwaan.
2. Lepas kontrol
Artinya orang tua selalu menuruti keinginan dan kemauan anaknya.
Dengan sikap ini, anak menjadi tidak percaya diri.
39
3. Tidak peduli
Anak disepelekan dan dibiarkan saja, tetapi tidak diberi apresiasi atau
motivasi saat mencapai suatu keberhasilan dan tidak ada teguran
ketika menemui kegagalan.
4. Memanjakan anak
Orang tua yang memanjakan anaknya dengan memenuhi segala
keinginannya sehingga anak tumbuh dengan lepas kontrol.
5. Keras
Orang tua melakukan kekerasan fisik atau psikis sehingga anak tumbuh
menjadi penakut dan ragu.
6. Gamang
Perbuatan anak semestinya mendapat hadiah malah sebaliknya kena
hukuman. Dalam kondisi ini anak tumbuh dalam keraguan,
kepribadian ganda, selalu cemas, dan tidak mampu membedakan
antara benar dan salah.
7. Pilih kasih
Sikap ini akan mengakibatkan kecemburuan, kebencian, dan dendam.
2.3 Tingkat Kemandirian Anak
2.3.1 Definisi Kemandirian Anak
Kemandirian (autonomi) harus mulai diperkenalkan kepada anak
sedini mungkin. Dengan menanamkan kemandirian akan menghindarkan
anak dari sifat ketergantungan pada orang lain, dan yang terpenting dalam
40
menumbuhkan keberanian anak untuk terus mengetahui pengetahuan-
pengetahuan baru melalui pengawasan orang tua (Susanto, 2018).
Kemandirian merupakan kemampuan untuk mengambil pilihan dan
menerima konsekuensi yang menyertainya. Kemandirian pada anak-anak
terlihat ketika anak menggunakan pikirannya sendiri dalam mengambil
berbagai keputusan dari memilih perlengkapan belajar yang ingin
digunakannya, memilih teman bermain, sampai dengan memutuskan hal-hal
yang relatif lebih rumit, dan menyertakan konsekuensi-konsekuensi tertentu
yang lebih serius. Tumbuhnya kemandirian pada anak-anak bersamaan
dengan munculnya rasa takut (kekhawatiran) dalam berbagai bentuk dan
intensitasnya yang berbeda-beda. Rasa takut dalam hal yang wajar dapat
berfungsi sebagai "emosi perlindungan" (protective emotion) bagi anak-
anak, yang memungkinkannya mengetahui kapan waktunya meminta
perlindungan kepada orang dewasa atau orang tuanya (Susanto, 2018).
Kemandirian merupakan karakteristik dari kepribadian yang sehat
(healthy personality). Kemandirian individu tercermin dari cara berpikir dan
bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan
mengembangkan diri, serta menyesuaikan diri secara konstruktif dengan
norma yang berlaku di lingkungannya (Susanto,2018).
2.3.2 Aspek-Aspek Kemandirian Anak
Menurut Lamman dalam jurnal Rochwidowati & Widyana (2016) terdapat
aspek-aspek dalam kemandirian anak yang dibagi menjadi lima bagian,
yaitu :
41
1. Kebebasan yaitu dapat menentukan keinginan sendiri tanpa
bergantung terhadap orang lain.
2. Pengambilan keputusan yaitu kemampuan mengambil alternatif
tindakan yang akan dilakukan.
3. Kontrol diri yaitu kemampuan menguasai emosi diri tanpa bantuan
orang lain.
4. Ketegasan diri (asertif) yaitu dapat menyampaikan suatu keinginan
terhadap orang lain.
5. Tanggungjawab yaitu kemampuan dalam menyelesaikan tugas
tanpa bantuan orang lain serta dapat menerima resiko atas
kesalahan yang dilakukan.
2.3.3 Ciri-Ciri Kemandirian Anak
Anak yang mandiri adalah anak yang memiliki kepercayaan diri dan
motivasi yang tinggi sehingga dalam setiap tingkah lakunya tidak banyak
menggantungkan diri pada orang lain, biasanya pada orang tuanya. Anak
yang kurang mandiri selalu ingin ditemani atau ditunggui oleh orang tuanya
baik pada saat sekolah maupun pada saat bermain, kemana-mana harus
ditemani orang tuanya atau saudaranya. Berbeda dengan anak yang
memiliki kemandirian, yang berani memutuskan pilihannya sendiri, tingkat
kepercayaan dirinya lebih tampak, serta mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan teman bermain maupun orang asing yang baru
dikenalnya (Susanto, 2018).
42
Anak mandiri itu adalah anak yang mampu menggabungkan motivasi
dan kognitifnya sekaligus. Artinya, dapat dikatakan bahwa menjadi anak
yang mandiri tergantung pada kepercayaan terhadap diri sendiri dan
motivasinya. Pada aspek motivasi anak yang mandiri, biasanya ditandai
dengan kemauannya yang keras, tidak cepat putus asa bahkan tidak cepat
bosan sebelum mampu mengetahui dan mencapai sesuatu yang dicarinya.
Sementara pada aspek kognitif, anak telah memiliki banyak pengetahuan
dan perbendaharaan kata atau kalimat yang diutarakannya. Anak melalui
pengetahuan dan perbendaharaan kata tersebut maka akan terbentuk sikap
mandiri dan keberanian yang tinggi baik sikap maupun perbuatannya,
maupun dalam menetapkan keputusan yang diambilnya (Susanto, 2018).
Beberapa ciri khas anak mandiri, yaitu mempunyai kecenderungan
memecahkan masalah daripada berkutat dalam kekhawatiran bila terlibat
masalah, tidak takut mengambil resiko karena sudah mempertimbangkan
baik-buruknya, percaya terhadap penilaian sendiri sehingga tidak sedikit-
sedikit bertanya atau meminta bantuan, dan mempunyai kontrol yang lebih
baik terhadap hidupnya (Susanto, 2018).
Menumbuhkan sikap percaya diri anak-anak, salah satunya adalah
senang melihat keberhasilan anak dan tidak kecewa melihat sikap buruk
mereka. Cara ini dianggap sebagai alat yang paling efektif dalam
menerapkan disiplin pada anak. Cara lain yaitu adakalanya orang tua perlu
meninggikan nada suara dan bersikap tegas dalam memberikan batasan
43
kepada anak agar rasa percaya diri bisa tumbuh dalam diri anak (Susanto,
2018).
Setiap anak itu cenderung untuk mandiri atau memiliki potensi
mandiri. Hal tersebut karena setiap anak dikarunia perasaan, pikiran,
kehendak sendiri, yang kesemuanyaitu merupakan totalitas psikis dan sifat-
sifat, serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangannya.
Selain itu, kemandirian anak juga dipengaruhi oleh perlakuan orang tua atau
saudara-saudaranya dalam keluarga. Anak yang selalu diawasi secara ketat,
banyak dicegah atau selalu dilarang dalam setiap aktivitasnya dapat
berakibat patahnya kemandirian seseorang. Sikap yang bijak dan perlakuan
yang wajar pada anak dapat memicu tumbuhnya kemandirian anak. Orang
tua yang terlalu protektif pada anaknya, terlalu mengawasi anak, anak
banyak dicegah, dengan alasan takut kotor, takut merusak, atau
kekhawatiran terjadi kecelakaan, pada akhirnya bisa berakibat fatal.
Bermaksud untuk melindungi atau menjaga anak dari kecelakaan,
kebersihan, dan kerusakan, akan tetapi, malah membuat anak menjadi
penakut, kurang percaya diri, serta serba ketergantungan pada orang lain
(Susanto, 2018).
Ciri-ciri kemandirian anak usia dini menurut Susanto (2018) adalah
sebagai berikut :
1. Kepercayaan pada diri sendiri
Rasa percaya diri, atau dalam kalangan anak muda biasa disebut
dengan istilah ‘PD’ ini sengaja ditempatkan sebagai ciri pertama dari
44
sifat kemandirian anak. Oleh karena itu, memang rasa percaya diri ini
memegang peran penting bagi seseorang, termasuk anak usia dini,
dalam bersikap dan bertingkah laku atau dalam beraktivitas sehari-hari.
Anak yang memiliki kepercayaan diri lebih berani untuk melakukan
sesuatu, menentukan pilihan sesuai keehendaknya sendiri, dan
bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang ditimbulkan karena
pilihannya. Kepercayaan diri sangat terkait dengan kemandirian anak.
Dalam kasus tertentu, anak yang memiliki percaya diri yang
tinggidapat menutupi kekurangan dan kebodohan yang melekat pada
dirinya. Untuk itu, dalam berbagai kesempatan sikap percaya diri
perlu ditanamkan dan dipupuk sejak awal pada anak usia dini.
2. Motivasi intrinsik yang tinggi.
Motivasi intrinsik adalah dorongan yang tumbuh dalam diri
untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik biasanya lebih kuat dan
abadi dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik, walaupun kedua
motivasi ini kadang berkurang, tetapi kadang juga bertambah.
Kekuatan yang datang dari dalam akan mampu menggerakkan untuk
melakukan sesuatu yang diinginkan. Keingintahuan seseorang yang
murni merupakan salah satu contoh motivasi intrinsik. Dengan adanya
keingintahuan yang mendalam ini dapat mendorong sesorang untuk
melakukan sesuatu yang memungkinkan ia memperoleh apa yang
dicita-citakannya.
45
3. Mampu dan berani menentukan pilihan sendiri.
Anak mandiri memiliki kemampuan dan keberanian dalam
menentukan pilihan sendiri. Misalnya, dalam memilh alat bermain
atau alat belajar yang akan digunakanya.
4. Kreatif dan inovatif.
Kreatif dan inovatif pada anak usia dini merupakan ciri anak
yang memiliki kemandirian, seperti dalam melakukan sesuatu atas
kehendak sendiri tanpa disuruh oleh orang lain, tidak ketergantungan
kepada orang lain dalam melakukan sesuatu, menyukai pada hal-hal
baru yang semula dia belum tahu dan selalu ingin mencoba hal-hal
yang baru.
5. Bertanggung jawab menerima konsekuensi yang menyertai pilihannya.
Di dalam mengambil keputusan atau pilihan tentu ada
konsekuensi yang melekat pada pilihannya. Anak yang mandiri akan
bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya apa pun yang
terjadi, tetapi tentu saja bagi anak Taman Kanak-Kanak
tanggungjawab pada taraf yang wajar. Misalnya, tidak menangis
ketiha ia salah mengambil alat mainan, dan senang mengganti dengan
alat mainan yang lain yang diinginkannya.
6. Menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Lingkungan sekolah (Taman Kanak-Kanak) merupakan
lingkungan baru bagi anak-anak. Hal ini, sering dijumpai anak
menangis ketika pertama masuk sekolah karena mereka merasa asing
46
dengan lingkungan di taman kanak-hanak bahkan tidak sedikit yang
ingin ditunggui oleh orang tua ketika anak sedang belajar. Namun,
bagi anak yang memiliki kemandirian dia akan cepat menyesuaikan
diri dengan lingkungan yang baru.
7. Tidak ketergantungan kepada orang lain.
Anak mandiri selalu ingin mencoba sendiri dalam melakukan
sesuatu, tidak bergantung pada orang lain dan anak tahu kapan
waktunya meminta bantuan orang lain. Setelah anak berusaha
melakukannya sendiri, tetapi tidak mampu untuk mendapatkannya,
baru anak meminta bantuan orang lain. Misalnya, mengambil alat
mainan yang berada di tempat yang terjangkau oleh anak.
2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Anak
Faktor-faktor yang mendorong kemandirian anak dalam Utami (2016)
menjadi dua macam yaitu faktor internal (dari dalam individu) dan faktor
eksternal (dari luar individu). Faktor internal terdiri dari dua kondisi yaitu
kondisi fisiologis dan kondisi psikologis. Berikut adalah penjelasan dari
kedua macam faktor tersebut yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
2.3.4.1 Faktor internal meliputi kondisi fisiologis dan kondisi
psikologis yaitu sebagai berikut :
1. Kondisi Fisiologis
Ada beberapa kondisi fisiologis yang mempengaruhi
kemandirian anak di antaranya:
a. Keadaan tubuh dan kesehatan jasmani.
47
Pada umumnya anak yang sakit lebih bersikap tergantung
daripada anak yang sehat.
b. Jenis kelamin.
Pada anak perempuan terdapat dorongan untuk melepaskan
diri dari ketergantungan kepada orangtuanya, akan tetapi karena
statusnya sebagai anak perempuan mereka dituntut untuk
bersikap pasif, berbeda dengan anak laki-laki yang agresif dan
ekspansif.
2. Kondisi Psikologis
Kecerdasan atau kemampuan kognitif berpengaruh
terhadap pencapaian kemandirian seorang anak. Hal ini terjadi
karena kemampuan bertindak dan mengambil keputusan hanya
bisa dilakukan oleh anak yang mampu berpikir dengan seksama.
2.3.4.2 Faktor yang kedua adalah faktor eksternal yaitu sebagai
berikut :
1. Pola Asuh Orangtua dalam Keluarga
Pembentukan karakter kemandirian tidak lepas dari peran
orangtua dan pengasuhan terhadap anaknya. Toleransi
yang berlebihan, pemeliharaan yang berlebihan, atau
orangtua yang terlalu keras terhadap anaknya dapat
menghambat pencapaian kemandirian anak tersebut.
48
2. Lingkungan
Lingkungan dapat mempengaruhi kemandirian anak.
Lingkungan yang baik dapat mendorong tercapainya
kemandirian. Lingkungan yang paling berperan dalam hal
ini adalah keluarga.
3. Rasa Cinta dan Kasih Sayang
Rasa cinta dan kasih sayang orangtua kepada
anaknya dapat mempengaruhi mutu kemandirian anak.
Apabila rasa cinta dan kasih sayang diberikan secara
berlebihan, anak akan menjadi kurang mandiri.
4. Pengalaman dalam Kehidupan
Pengalaman kehidupan anak yang dapat
mempengaruhi kemandirian meliputi pengalaman di
lingkungan sekolah dan pengalaman di lingkungan
masyarakat. Di lingkungan sekolah terdapat hubungan
antarteman sebaya dan juga hubungan dengan guru yang
berpengaruh terhadap kemandirian.
2.3.5 Upaya Mengembangkan Kemandirian Anak
Pada prinsipnya, upaya mengembangkan kemandirian pada anak
dengan memberikan kesempatan untuk terlibat dalam berbagai aktivitas.
Semakin banyak kesempatan yang diberikan pada anak maka anak akan
semakin terampil mengembangkan skill-nya sehingga lebih percaya diri.
Untuk itu, upaya yang dapat dilakukan dalam rangka mengembangkan
49
kemandirian anak ini, sebagaimana yang disarankan oleh Ratri Sunar Astuti
dalam Susanto (2018), yaitu sebagai berikut.
1. Anak-anak didorong agar mau melakukan sendiri kegiatan sehari-hari
yang ia jalani, seperti mandi sendiri, gosok gigi, makan sendiri,
bersisir, dan berpakaian segera setelah mereka mampu melakukan
sendiri.
2. Anak diberi kesempatan sesekali mengambil keputusan sendiri, seperti
memilih baju yang akan dipakai.
3. Anak diberi kesempatan untuk bermain sendiri tanpa ditemani
sehingga terlatih untuk mengembangkan ide dan berpikir untuk
dirinya. Anak agar tidak terjadi kecelakaan maka atur ruangan tempat
bermain sehingga tidak ada barang yang membahayakan.
4. Biarkan anak mengerjakan segala sesuatu sendiri walaupun sering
membuat kesalahan.
5. Ketika bermain bersama bermainlah sesuai keinginan anak. Akan
tetapi, apabila anak tergantung pada kita maka beri dorongan untuk
berinisiatif dan dukung keputusannya.
6. Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan dan idenya.
7. Melatih anak untuk mensosialisasi diri sehingga anak belajar
menghadapi problem sosial yang lebih kompleks. Apabila anak ragu-
ragu atau takut cobalah menemaninya terlebih dahulu sehingga anak
tidak terpaksa.
50
8. Anak yang lebih besar, mulai ajak anak untuk mengurus rumah tangga,
seperti menyiram tanaman, membersihkan meja, dan menyapu
ruangan.
9. Ketika anak mulai memahami konsep waktu dorong mereka untuk
mengatur jadwal pribadinya, seperti kapan akan belajar, dan bermain.
Orang tua bisa mendampingi dengan menanyakan alasan-alasan
pengaturan waktunya.
10. Anak-anak juga perlu diberi tanggung jawab dan konsekuensinya jika
tidak memenuhi tanggung jawabnya. Hal ini akan membantu anak
mengembangkan rasa keberartian sekaligus disiplin.
11. Kesehatan dan kekuatan biasanya berkaitan juga dengan kemandirian
sehingga perlu memberikan menu yang sehat pada anak dan ajak anak
untuk berolah raga atau melakukan aktivitas fisik.
2.3.6 Faktor Yang Mendorong Tumbuhnya Kemandirian Anak
Kemandirian sangat dipengaruhi oleh kepercayaan diri. Dalam riset
terbaru mengenai perkembangan kepercayaan diri dan kepercayaan antara
anak dengan orang tua ditemukan bahwa anak merasa aman maka anak akan
lebih mau melakukan penjelajahan sendiri, lebih mampu mengelola stress,
mempelajari keterampilan baru, dan berhubungan dengan orang lain, serta
memiliki kepercayaan lebih bahwa mereka cukup kompeten untuk
menghadapi lingkungan yang baru (Susanto,2018).
Susanto (2018) menjelaskan mendorong pertumbuhan dan
kemandirian anak adalah sebagai berikut :
51
1. Menahan diri orang tua dapat mengumpulkan banyak informasi
dengan memperhatikan, mendengarkan, dan menyerap seluruh gambar
untuk menentukan karakter anak sehingga orang tua dapat
mengantisipasi kebutuhan dan memahami proses respons anak
tersebut pada lingkungan sekitar. Dengan menahan diri, orang tua juga
dapat mengirimkan sinyal bahwa anak kompeten dan orang tua
mempercayai anak melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya.
2. Mendorong anak untuk bereksplorasi merupakan upaya menunjukan
pada anak untuk percaya pada kemampuannya dalam menghadapi
kehidupan di lingkungan sosialnya.
3. Mengarahkan anak untuk bereksperimen dengan benda-benda, orang,
dan pada akhirnya muncul ide-ide yang baru. Dengan demikian anak
akan lebih terdorong untuk melakukan semua tindakan tanpa merasa
takut dihantul oleh orang-orang di sekitarnya.
4. Kegiatan membatasi (limit) yaitu orang tua melakukan dengan benar
perannya sebagai orang dewasa, menjaga anak dalam batas aman,
membantunya membuat pilihan yang tepat, dan melindungi anak
tersebut dari situasi berbahaya baik secara fisik maupun secara
emosional. Kegiatan ini merupakan cara orang tua untuk memberikan
contoh kepada anak agar dapat menjalani kehidupan.
5. Pujian (praise) dapat memberikan pembelajaran yang telah diberikan
pertumbuhan, dan perilaku yang bermanfaat bagi anak ketika
memasuki dunia dan berinteraksi dengan anak-anak, serta orang
52
dewasa lainnya. Hasil riset menunjukkan bahwa anak-anak yang
diberikan pujian dengan benar, ia semakin terdorong untuk belajar
lebih, dan dapat menikmati kerja sama yang terjalin antara dirinya
dengan orang tuanya. Anak yang biasa diberikan pujian dengan benar
dapat lebih menerima masukan dari orang tuanya. Pujian hanya
diberikan jika anak telah melakukan perkerjaan dengan baik. Tujuan
pujian, bukanlah untuk membuat anak senang, melainkan untuk
menekankan bahwa pekerjaan yang telah dilakukan dengan baik.
Dengan pujian, anak akan tahu ia telah melakukan sesuatu dengan
benar dan baik. Kasih sayang dan cinta merupakan unsur penting
menjadi orang tua. Rasa dicintai dan disayangi membuat anak merasa
aman dan ingin menyenangkan orang tuanya.
2.3.7 Faktor Yang Menghambat Kemandirian Anak
Beberapa faktor yang dapat penghambat kemandirian anak dalam
Utami (2016), yaitu:
1. Kedudukan Anak dalam Keluarga
Kedudukan anak seperti anak tunggal, anak sulung, dan anak
bungsu memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kemandirian anak.
Anak tunggal sering diperhatikan secara berlebihan oleh orang tuanya.
Sedangkan pada anak sulung orang tua sering memberikan tanggung
jawab berlebihan sehinga anak akan memperlihatkan sikap penolakan.
Karena orangtua merasa bersalah, akhirnya sikap pemanjaan dari
orangtua muncul. Sementara anak bungsu biasanya selalu dianggap
53
tidak mampu oleh orangtuanya karena ada anak lain yang lebih besar,
sehingga anak bungsu tidak pernah diberi tanggung jawab.
2. Anak yang Sering Ditinggal oleh Orangtuanya
Orangtua yang sering meninggalkan anak biasanya cenderung
untuk mengganti perhatiannya yang kurang pada anak itu dengan jalan
memperbolehkan apapun yang dikehendaki anak. Sebaliknya, juga
mungkin terjadi dari anak itu sendiri. Karena merasa tidak
diperhatikan oleh orangtuanya, maka anak banyak menuntut dan
biasanya tuntutannya dipenuhi oleh orangtua.
3. Sikap Ibu, Ayah atau Keluarga
Sikap keluarga yang terlalu menyayangi dan melindungi serta
memberikan kasih sayang berlebihan akan menimbulkan sikap kurang
mandiri pada anak. Keluarga yang penyanyang biasanya menuruti
semua keinginan anaknya.
4. Penerapan Disiplin yang Tidak Tegas
Penerapan disiplin yang tidak tegas akan menyebabkan anak
menjadi bingung antara yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.
Dalam keadaan demikian si anak akan mudah tersinggung dan cepat
marah bila keinginannya tidak dituruti.
2.3.8 Macam – Macam Kemandirian Anak
Kemandirian pada anak usia prasekolah menurut Rochwidowati &
Widyana (2016) dibagi menjadi 2, yakni kemandirian fisik dan kemandirian
psikologis :
54
1. Kemandirian fisik adalah kemampuan individu seorang anak di usia
prasekolah untuk mengurus dirinya sendiri.
2. Kemandirian psikologis adalah kemampuan individu di usia
prasekolah untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah
sendiri.
2.3.9 Indikator Kemandirian Anak
Menurut Rochwidowati & Widyana (2016), indikator dalam
kemandirian anak pada usia prasekolah ada 2 yaitu kemandirian anak
secara fisik dan kemandirian anak secara psikologis.
2.3.9.1 Indikator kemandirian anak secara fisik pada usia prasekolah
anak mampu melakukan beberapa kegiatan sendiri, yaitu :
1. Makan dan minum,
2. Memakai pakaian dan sepatu,
3. Anak tidur tanpa didampingi,
4. Anak dapat merapikan tempat tidur sendiri,
5. Merawat diri sendiri dalam hal mencuci tangan dan/atau
menggunakan toilet,
6. Mengambil/meletakkan sendiri alat tulis yang dibutuhkan,
7. Anak tidak menangis ketika ditinggal orangtua selama
sekolah berlangsung,
8. Mampu bermain bersama teman sebaya tanpa ditunggui,
9. Mampu melakukan tugas seperti merapikan tas ketika akan
pulang sekolah, dan anak dapat memilih kegiatan yang
55
disukai seperti menari, menulis, menggambar, bermain
boneka, serta anak tidak lagi ditunggui oleh orang tua atau
pengasuhnya.
2.3.9.2 Indikator kemandirian anak secara psikologis pada usia
prasekolah anak yaitu sebagai berikut :
1. Anak mampu membuat keputusan sendiri,
2. Anak mampu memecahkan masalah yang dihadapinya
sendiri,
3. Tidak takut mengambil resiko karena sudah
mempertimbangkan baik-buruknya,
4. Percaya terhadap penilaian sendiri sehingga tidak sedikit-
sedikit bertanya atau meminta bantuan.
56
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Gambar 3.1: Kerangka Konseptual Penelitian Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Dengan Tingkat Kemandirian Secara Fisik Pada Anak Usia (4-6
Tahun) Prasekolah Di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun
Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pola asuh
orangtua :
1. Usia orangtua
2. Status ekonomi keluarga
3. Tingkat pendidikan
4. Usia anak
5. Jenis kelamin anak
Tingkat kemandirian anak :
Tingkat Kemandirian
Anak Secara Psikologis
Tingkat Kemandirian
Anak Secara Fisik
Keterangan :
Faktor internal yang
mempengaruhi tentang
kemandirian anak :
1. Faktor Fisiologis
Keadaan tubuh dan
kesehatan jasmani
Jenis kelamin
2. Faktor Psikologis
Faktor eksternal yang
mempengaruhi tentang
kemandirian anak :
1. Pola asuh
2. Lingkungan
3. Rasa Cinta Dan Kasih
Sayang
4. Pengalaman Dalam
Kehidupan
Pola Asuh Orangtua Dalam
Keluarga : Demokratis,
Permisif, Otoriter
57
Pada gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa tingkat kemandirian anak
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Pada faktor interrnal terdapat
jenis kelamin, keadaan tubuh dan kesehatan jasmani dan kondisi psikologis. Dan
faktor lain yang mempengaruhi dilihat dari faktor eksternal terdapat pola asuh
orangtua dalam keluarga, lingkungan, rasa cinta dan kasih sayang dan pengalaman
dalam kehidupan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orangtua yaitu
usia orangtua, status ekonomi orangtua, tingkat pendidikan orangtua, usia anak,
jenis kelamin anak. Dengan tingkat kemandirian anak secara fisik dan
kemandirian anak secara psikologis. Di dalam keluarga pola asuh orang tua
terdapat 3 tipe pola asuh asuh yaitu pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, pola
asuh permisif yang berhubungan dengan tingkat kemandirian anak secara fisik.
3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual penelitian maka hipotesa yang diajukan
dalam penelitian adalah :
H1 : Ada hubungan pola asuh orangtua dengan tingkat kemandirian
secara fisik pada anak usia (4-6 tahun) prasekolah.
58
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan pengambaran secara jelas tentang hubungan
antara variabel, pengumpulan data, dan analisa data, sehingga dengan desain yang
baik peneliti maupun orang lain yang berkepentingan mempunyai gambaran
tentang bagaimana antar variabel (Wiratna, 2014). Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian Analitik Korelasional.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional, dimana pada
penelitian ini peneliti hanya melakukan observasi dan pengukuran variabel pada
satu saat tertentu saja. Pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat pada satu
waktu bersamaan, namun mempunyai makna bahwa setiap subjek hanya dikenai
satu kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pergulangan pengukuran
(Saryono & Mekar, 2013).
Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud dan
tujuan serta inform consent. Responden yang terpilih diminta untuk mengisi
kuesioner tentang pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak secara
fisik pada usia (4-6 tahun) prasekolah. Setelah mendapatkan persetujuan dari
responden peneliti membagikan kuesioner pada responden dan menjelaskan cara
pengisian kuesioner serta tiap item pernyataan pada kuesioner. Kuesioner yang
telah diisi secara lengkap selanjutnya diserahkan kepada peneliti untuk
pengolahan data.
59
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Dalam penelitian ini, populasi yang akan digunakan adalah seluruh
anak di Taman Kanak-Kanak Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan
Kartoharjo Kota Madiun sebanyak 25 anak.
4.2.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 25 anak
dari populasi seluruh anak usia 4-6 tahun di TK Margobhakti Kelurahan
Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun sejumlah 25 anak .
4.2.3 Kriteria Sampel
Sampel didapat dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Adapun kiteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Anak usia 4-6 tahun dan wali murid di TK Margobhakti Kelurahan
Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun yang bersedia
menjadi responden.
b. Semua anak usia 4-6 tahun dan wali murid di TK Margobhakti
Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun yang
dipilih menjadi responden.
c. Semua anak usia 4-6 tahun dan wali murid di TK Margobhakti
Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun yang
tidak termasuk dalam studi pendahuluan.
60
2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Anak usia 4-6 tahun dan wali murid di TK Margobhakti Kelurahan
Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun yang tidak bersedia
menjadi responden.
b. Anak usia 4-6 tahun dan wali murid di TK Margobhakti Kelurahan
Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun yang sedang
mengalami sakit atau izin.
c. Anak yang bukan berusia 4-6 tahun dan wali murid yang bukan
dari TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo
Kota Madiun.
Dimana nanti yang menjadi subjek penelitian adalah anak usia 4-6
tahun dan wali murid yang bersedia menjadi responden serta tidak termasuk
dalam studi pendahuluan dan bukan sebagai subjek penelitian adalah anak
usia 4-6 tahun dan wali murid yang tidak bersedia menjadi responden dan
yang sedang mengalami sakit atau izin serta anak yang bukan berusia 4-6
tahun dan wali murid yang bukan dari TK Margobhakti Kelurahan Sukosari
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun.
4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling
yaitu teknik pengambilan sampel secara keseluruhann di TK Margobhakti
Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun. Peneliti menggunakkan
teknik Total Sampling karena jumlah populasi di TK Margobhakti Kelurahan
Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun sebanyak 25 anak.
61
Sampel
Anak usia 4-6 tahun di TK Margobhakti Sukosari Kartoharjo Kota
Madiun sejumlah 25 anak
Teknik Sampling
Total Sampling
Jenis Penelitian / Desain Penelitian
Correlation Analytic With Cross Sectional Design
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
editing, coding, scoring, tabulating, entry data lalu dientry dengan SPSS
versi 16.00
Hasil dan Pembahasan
Analisis Data
Chi Square
Pelaporan
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Dengan Tingkat Kemandirian Anak Secara Fisik Usia (4 – 6
Tahun) Prasekolah Di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun
Kota Madiun
Populasi
Seluruh anak usia 4-6 tahun di TK Margobhakti Sukosari Kartoharjo
Kota Madiun sejumlah 25 anak
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
62
4.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Variabel
Variabel dalam penelitian ini yaitu :
1. Variabel Independen (Variabel bebas)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua.
2. Variabel Dependen (Variabel terikat)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat kemandirian anak
secara fisik pada usia (4-6 tahun) prasekolah.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional pada penelitian ini ada pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 4.1 Definisi operasional penelitian hubungan pola asuh orang
tua dengan tingkat kemandirian anak secara fisik usia (4 – 6
tahun) prasekolah di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun.
Variabel Definisi Parameter Cara Ukur Alat Ukur Skala Skor
Pola Asuh
Orangtua
Perlakuan
orangtua
terhadap
anak dalam
bentuk
merawat,
memelihara,
mengajar,
mendidik,
membimbing
, melatih,
1. Pola Asuh
Otoriter
a. Sikap
“acceptanc
e” rendah,
namun
kontrolnya
tinggi.
b. Suka
menghuku
m secara
Kuesioner
terdiri atas 18
pertanyaan
tentang pola
asuh orang
tua yang
dinilai dalam
1 bulan
terakhir.
Kuesioner Nominal Penilaian Pola
Asuh Orang
Tua menurut
Sugiono dalam
Maruf (2014)
dikategorikan
menjadi :
a. Dominan
pilihan
jawaban
>A : Pola
63
yang
terwujud
dalam bentuk
pendisiplinan
, pemberian
tauladan,
kasih sayang,
hukuman,
ganjaran, dan
kepemimpina
n dalam
keluarga
melalui
ucapan-
ucapan dan
tindakan-
tindakan
orangtua.
fisik.
c. Bersikap
mengoman
do
(mengharu
skan/meme
rintah anak
untuk
melakukan
sesuatu
tanpa
kompromi)
.
d. Bersikap
kaku
(keras).
e. Cenderung
emosional
dan
bersikap
menolak.
2. Pola Asuh
Permisif
a. Sikap
“acceptance
” tinggi,
namun
kontrolnya
rendah
b. Memberi
kebebasan
kepada anak
untuk
Penilaian
pengaruh
terhadap pola
asuh orang tua
diukur dengan
ketentuan
Nominal
sebagai
berikut :
a. Pilihan
jawaban a :
Pola asuh
otoriter
b. Pilihan
jawaban b :
Pola asuh
permisif
c. Pilihan
jawaban c :
Pola asuh
demokratis
Asuh
Otoriter
Jika A >
33,3% :
Pola asuh
otoriter
Jika A<
33,3% :
Tidak
pola asuh
otoriter
b. Dominan
pilihan
jawaban
>B : Pola
Asuh
Permisif
Jika B >
33,3% :
Pola asuh
permisif
Jika B <
33,3% :
Tidak
pola asuh
permisif
c. Dominan
pilihan
jawaban >
C : Pola
Asuh
Demokratis
Jika C >
64
menyatakan
dorongan/kei
nginan-nya
3. Pola Asuh
Demokratis
a. Sikap
“acceptanc
e” dan
kontrolnya
tinggi
b. Bersikap
responsif
terhadap
kebutuhan
anak
c. Mendoron
g anak
untuk
menyataka
n pendapat
atau
pertanyaan
d. Memberika
n
penjelasan
tentang
dampak
perbuatan
yang baik
dan yang
buruk
33,3% :
Pola asuh
demokrat
is
Jika C <
33,3% :
Tidak
pola asuh
demokrat
is
d. Pola asuh
campuran :
bila jawaban
pengasuh
sama di dua
pola asuh
atau tiga
pola asuh.
Tingkat
kemandiri
Kemandirian
anak secara
1. Makan dan
minum
Kuesioner
terdiri atas 13
Kuesioner Ordinal Tingkat
kemandirian
65
an anak
secara
fisik
fisik adalah
kemampuan
individu
seorang anak
di usia
prasekolah
untuk
mengurus
dirinya
sendiri.
2. Memakai
pakaian dan
sepatu
3. Anak tidur
tanpa
didampingi
4. Anak dapat
merapikan
tempat tidur
sendiri
5. Merawat diri
sendiri
dalam hal
mencuci
tangan
dan/atau
menggunaka
n toilet
6. Mengambil/
meletakkan
sendiri alat
tulis yang
dibutuhkan
7. Anak tidak
menangis
ketika
ditinggal
orangtua
selama
sekolah
berlangsung
8. Mampu
bermain
pertanyaan
tentang
kemandirian
anak secara
fisik, dengan
bentuk
pilihan
jawaban :
a. STS: Sangat
Tidak
Setuju
b. TS : Tidak
Setuju
c. S : Setuju
d. SS : Sangat
Setuju
Penilaian
pengaruh
terhadap
tingkat
kiemandirian
secara fisik
diukur dengan
ketentuan
Ordinal
sebagai
berikut :
STS:Kode 1
anak secara
fisik
ditentukan
menggunakan
rumus menurut
Azwar (2013)
sebagai
berikut :
a. Rendah : X
< (- 1,0 )
b. Sedang : (-
1,0 )≤ X <
(+ 1,0 )
c. Tinggi : (+
1,0 )≤ X
Dengan hasil
pengkategoria
n sebagai
berikut :
a. Rendah : X
< 26
b. Sedang : 26
≤ X < 39
c. Tinggi : 39 ≤
X
Dengan
kategori
penilaian
adalah sebagai
berikut :
66
bersama
teman
sebaya tanpa
ditunggui
9. Mampu
melakukan
tugas seperti
merapikan
tas ketika
akan pulang
sekolah,
anak dapat
memilih
kegiatan
yang
disukai.
TS:Kode 2
S: Kode 3
SS: Kode 4
a. Rendah:
Tidak
Mandiri
b. Sedang:
Kurang
Mandiri
c. Tinggi :
Mandiri
4.6 Instrumen Penelitian
Di dalam penelitian diperlukan instrumen-instrumen penelitian yang telah
memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu
instrumen penelitian minimal ada dua macam, yaitu validitas dan reliabilitas. Pada
instrumen pola asuh orang tua dan tingkat kemandirian anak secara fisik ini
dilakukan uji validitas dan uji reliabelitas di TK Dharma Wanita II Kelurahan
Manisrejo Kecamatan Taman Kota Madiun.
Peneliti memilih melakukan uji instrumen di TK Dharma Wanita II
Kelurahan Manisrejo Kecamatan Taman Kota Madiun karena berdasarkan
permasalahan di TK Dharma Wanita II Kelurahan Manisrejo Kecamatan Taman
67
Kota Madiun dan di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo
Kota Madiun merupakan TK dalam kategori taman kanak-kanak umum dan
memiliki karakteristik gaya pengasuhan orangtua/pengasuh yang sama seperti
pola asuh demokratis, pola asuh permisif dan pola asuh otoriter. Pola asuh
tersebut sama dengan TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan
Kartoharjo Kota Madiun. Subjek yang digunakan dalam uji instrumen tersebut
adalah orangtua atau pengasuh dari peserta didik di TK Dharma Wanita II
Kelurahan Manisrejo Kecamatan Taman Kota Madiun sebanyak 10 orangtua atau
pengasuh dari peserta didik tersebut.
4.6.1 Uji Validitas
Data hasil uji coba instrumen pola asuh orang tua dan tingkat
kemandirian secara fisik pada anak usia prasekolah diolah menggunakan
SPSS 16.0 dengan menggunakan program korelasi Pearson Product
Moment. Item dikatakan valid apabila nilai hasil perhitungan atau sering
disebut dengan rhitung lebih besar dari rtabel yang bernilai 0,632 dengan n = 10
responden (Saryono, Anggraeni, 2013).
Dalam penyusunan instrumen peneliti menggunakan uji validitas,
instrumen penelitian berupa kuesioner pola asuh orang tua berjumlah 29
item pertanyaan yang berupa pertanyaan favorable dan pertanyaan
unfavorable. Sedangkan kuesioner tingkat kemandirian anak secara fisik
yang masing-masing berjumlah 22 item pertanyaan yang berupa pertanyaan
favorable dan pertanyaan unfavorable.
68
Berdasarkan hasil uji validitas instrumen pola asuh orang tua dan
tingkat kemandirian secara fisik di TK Dharma Wanita II Kelurahan
Manisrejo Kecamatan Taman Kota Madiun, diketahui yaitu terdapat 18
nomor pernyataan yang valid dan 11 nomor pernyataan yang tidak valid.
Pada instrumen pola asuh orangtua terdapat 18 nomor yang valid
diantaranya nomor 1,3,5,7,9,11,13,15,17,19,21,23,24,25,26,27,28,29.
Sedangkan 11 nomor yang tidak valid diantaranya nomor
2,4,6,8,10,12,14,16,18,20,22. Nomor pertanyaan tersebut dikatakan tidak
valid karena nilai rhitung < rtabel.
Berdasarkan hasil uji validitas pada instrumen tingkat kemandirian
anak secara fisik terdapat 13 nomor yang valid diantaranya nomor
1,3,5,6,7,8,9,10,12,14,15,20,22. Sedangkan 9 nomor yang tidak valid
diantaranya nomor 2,4,11,13,16,17,18,19,21. Nomor pertanyaan tersebut
dikatakan tidak valid karena nilai rhitung < rtabel.
4.6.2 Uji Reliabelitas
Selanjutnya setelah dilakukan uji validitas, kuesioner tersebut akan
dilkukan uji reliabilitas untuk mengukur suatu kestabilan dan konsistensi
responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk
pertanyaan yang merupan dimensi suatu variabel dan disusun dalam bentuk
kuesioner (Wiratna, 2014).
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data
yang sama. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus
69
Cronbach Alpha Coefficient dengan bantuan program SPSS versi 16.0.
Kedua instrumen dikatakan reliabel jika rhitung lebih besar dari rtabel yang
bernilai 0,632 (Saryono, Anggraeni, 2013).
Berdasarkan hasil uji reliabelitas di TK Dharma Wanita II Kelurahan
Manisrejo Kecamatan Taman Kota Madiun dengan bantuan program SPSS
versi 16.0 maka diperoleh hasil reliabelitas pada instrumen pola asuh
orangtua memiliki nilai sebesar 0.917 dan pada instrumen tingkat
kemandirian secara fisik memiliki nilai sebesar 0.903. Kedua nilai tersebut
lebih besar dari nilai rtabel yaitu 0.632, maka dapat dikatakan bahwa kedua
instrumen tersebut reliabel.
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Taman Kanak-Kanak
Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada tanggal Desember sampai
Agustus 2019.
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
Beberapa langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data
adalah sebagai berikut :
1. Mengurus ijin penelitian dengan membawa surat dari Stikes Bhakti Husada
Mulia Madiun untuk ditujukan Bakesbangpol Kota Madiun.
70
2. Setelah mengurus surat dari Bangkesbapol Kota Madiun kemudian
ditembuskan Kepada Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak Margobhakti
Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun..
3. Setelah mendapatkan ijin dari pihak Taman Kanak-Kanak Margobhakti
Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun. Sebelum
melakukan penelitian peneliti mencari tahu lebih dulu jumlah populasi di
Taman Kanak-Kanak Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan
Kartoharjo Kota Madiun.
4. Setelah mendapat ijin dari kepala sekolah kemudian peneliti memberikan
penjelasan kepada responden tentang maksud dan tujuan serta melakukan
inform consent.
5. Setelah mendapatkan persetujuan dari responden peneliti membagikan
kuesioner pada kelompok subjek penelitian kemudian menjelaskan cara
pengisian kuesioner kepada responden.
6. Kuesioner yang telah diisi secara lengkap selanjutnya diserahkan kepada
peneliti untuk pengolahan data.
4.9 Pengelolaan Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu diproses dan
dianalisis secara sistematis supaya bisa terdeteksi. Data tersebut di tabulasi dan
dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti.
Langkah-langkah pengolahan data (Notoatmodjo, 2012) meliputi :
71
1. Editing
Editing adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melihat
kembali apakah isian pada lembar pengumpulan data sudah cukup
baik sebagai upaya menjaga kualitas data agar dapat di proses lebih
lanjut. Pada saat melakukan penelitian, apabila ada soal yang belum
diisi oleh responden maka responden diminta untuk mengisi kembali.
2. Coding
Coding atau pengkodean yaitu mengubah data yang berbentuk
kalimat menjadi bentuk angka. Pada penelitian ini diberikan kode
antara lain yaitu :
a) Data Umum
1) Kelas
A1 : 1 B1 : 4
A2 : 2 B2 : 5
A3 : 3 B3 : 6
B4 : 7
2) Umur Orang Tua
17-25 tahun diberi kode 1
26-35 tahun diberi kode 2
36-45 tahun diberi kode 3
46-55 tahun diberi kode 4
56-65 tahun diberi kode 5
72
3) Umur Anak
4 tahun : 1
5 tahun : 2
6 tahun : 3
4) Jenis kelamin
Laki –laki : 1
Perempuan : 2
5) Pendidikan orang tua
Tidak sekolah : 1
SD : 2
SLTP : 3
SLTA : 4
Diploma/Sarjana : 5
6) Pekerjaan
Tidak bekerja : 1
Pedagang : 2
Petani : 3
Pegawai negeri : 4
Swasta : 5
a) Data Khusus
1) Dalam Kuesioner Pola Asuh Orang Tua
a. Pilihan jawaban A yaitu kode 1 : Pola Asuh Otoriter
b. Pilihan jawaban B yaitu kode 2 : Pola Asuh Permisif
73
c. Pilihan jawaban C yaitu kode 3 : Pola Asuh Demokratis
Yang nantinya dapat di simpulkan menjadi :
a. Dominan pilihan jawaban >A: Pola Asuh Otoriter
b. Dominan pilihan jawaban >B : Pola Asuh Permisif
c. Dominan pilihan jawaban >C : Pola Asuh Demokratis
2) Dalam kuesioner Tingkat Kemandirian Anak Secara Fisik
a. Kode 1 yaitu STS : Sangat Tidak Setuju
b. Kode 2 yaitu TS : Tidak Setuju
c. Kode 3 yaitu S : Setuju
d. Kode 4 yaitu SS : Sangat Setuju
Yang nantinya dapat di simpulkan menjadi :
a. Kode 1 yaitu Rendah = Tidak Mandiri
b. Kode 2 yaitu Sedang = Kurang Mandiri
c. Kode 3 yaitu Tinggi = Mandiri
3. Scoring
Untuk mengetahui skor kategorisasi pada variabel pola asuh orangtua,
maka perlu dilakukan kategorisasi sesuai dengan data yang telah diperoleh.
Menurut Sugiono dalam Maruf, (2014) menjelaskan langkah-langkah
pengkategorisasian tiap variabel adalah sebagai berikut :
Jumlah skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah item per pola asuh
= 3 x 6
= 18
74
Prosentase skor tertinggi = 18 x 100%
18
= 100%
Jumlah skor terendah = skor terendah x jumlah item per pola asuh
= 0 x 6
= 0
Prosentase skor tertinggi = 0 x 100%
18
= 0%
R = skor tertinggi – skor terendah
= 100 % - 0%
= 100%
I = R : K
= 100% : 3
= 33,3%
Keterangan :
I : Interval
R : Range
K : Kategori penilaian ( terdapat 3 pola asuh )
Maka dari hasil perhitungan tersebut dapat ditentukan kategorisasi
pada variabel pola asuh orang tua, sebagai berikut :
1. Dominan pilihan jawaban >A : Pola Asuh Otoriter
Jika jawaban A > 33,3% : Pola asuh otoriter
Jika jawaban A < 33,3% : Tidak pola asuh otoriter
2. Dominan pilihan jawaban >B : Pola Asuh Permisif
Jika jawaban B > 33,3% : Pola asuh permisif
75
Jika jawaban B < 33,3% : Tidak pola asuh permisif
3. Dominan pilihan jawaban >C : Pola Asuh Demokratis
Jika jawaban C > 33,3% : Pola asuh demokratis
Jika jawaban C < 33,3% : Tidak pola asuh demokrstis
Sedangkan, untuk mengetahui skor pada tingkat kemandirian secara
fisik pada anak usia prasekolah, maka perlu dilakukan kategorisasi sesuai
dengan data yang telah diperoleh. Menurut Azwar (2013), menjelaskan
langkah-langkah pengkategorisasian tiap variabel adalah sebagai berikut :
a. Menentukan skor tertinggi dan terendah
1. Skor tertinggi = 4 x jumlah item
2. Skor terendah = 1 x jumlah item
b. Menghitung Mean Ideal (M)
1. M = 1/2 (Skor tertinggi + Skor terendah)
c. Menghitung Standar Deviasi (SD)
1. SD = 1/6 (Skor tertinggi - Skor terendah)
Menurut Utami (2016), hasil perhitungan tersebut digunakan untuk
menentukan kategorisasi variabel dengan menggunakan ketentuan sebagai
berikut :
Tabel 4.2 : Rumus Perhitungan Kategori
No. Rumus Kategori
1 X < (- 1,0 ) Rendah
2 (- 1,0 ) ≤ X < (+ 1,0 ) Sedang
3 (+ 1,0 ) ≤ X Tinggi
Keterangan :
X = Jumlah skor nilai tes
µ = Mean Ideal
= Standar Deviasi
76
Maka dari hasil perhitungan tersebut dapat ditentukan kategorisasi
pada variabel tingkat kemandirian secara fisik yaitu, sebagai berikut :
1. X < 26 yaitu Rendah : Tidak Mandiri
2. 26 < X < 39 yaitu Sedang : Kurang Mandiri
3. 39 < X yaitu Tinggi : Mandiri
4. Entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
ke dalam master tabel atau data komputer, kemudian membuat distribusi
frekuensi.
5. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi.
6. Tabulating
Tabel yang akan ditabulasi adalah tabel yang berisikan data yang
sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.
4.10 Teknik Analisa Data
4.10.1 Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmojo, 2012). Analisis
univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi karakteristik
77
responden dari data demografi (kelas, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan anak), variabel dependen, dan variabel
independen. Dalam analisis univariat ini yaitu mendiskripsikan pola asuh
orang tua dengan tingkat kemandirian anak secara fisik pada usia (4-6
tahun) prasekolah.
4.10.2 Analisis Bivariat
Metode analisis statistik ini untuk mengetahui korelasi hubungan
antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak secara fisik pada
usia (4-6 tahun) prasekolah dengan uji Chi Square yang termasuk non
parametric test dengan bantuan program SPSS versi 16.0. Menurut Saryono &
Mekar (2013), Analisa data yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik
chi square harus memenuhi syarat, sebagai berikut :
a. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau di sebut juga actual
count sebesar 0.
b. Apabila bentuk tabel kontingensi 2 x 2 maka tidak boleh ada 1 cell saja
yang memiliki frekuensi harapan kurang dari 5.
Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misal 2 x 3 maka jumlah cell
dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20 %.
Hasil analisa disimpulkan sevagai berikut:
1) Menolak Ho (menerima H1) bila diperoleh nilai p < 0,05.
2) Menerima Ho (menolak H1) bila diperoleh nilai p > 0,05.
78
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefesien Korelasi
Tabel 4.3 Interval Koefesien Korelasi Chi Square
Interval Koefesien Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat (Sugiyono, 2012).
4.11 Etika Penelitian
Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan atau kelompok apapun, manusia
tidak terlepas dari etika atau moral. Demikian juga dalam kegiatan keilmuan yang
berupa penelitian manusia sebagai pelaku penelitian dengan manusia lain sebagai
objek penelitian juga tidak terlepas dari etika atau sopan santun. Dalam
hubungannya antara kedua belah pihak masing-masing terikat dalam hak dan
kewajibannya. Pelaku penelitian atau peneliti dalam menjalankan tugas meneliti
atau melakukan penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah (scientific
attitude) serta berpegang teguh pada etika penelitian meskipun mungkin
penelitian yang dilakukan tidak akan merugikan atau membahayakan bagi subjek
penelitian (Nugroho, 2012).
1. Prinsip Kerahasiaan (Confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan indivudu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk
tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu,
peneliti tidak menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan
79
identitas subjek. Peneliti cukup menggunakan coding sebagai pengganti
identitas responden.
2. Prinsip Keadilan dan Keterbukaan (Respect for Justice and inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga dengan kejujuran,
keterbukaan, dan kehati-hatian.Untuk itu, lingkungan perlu dikondisikan,
sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur
penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek peneliti
memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender,
agama, etnis, dan sebagainya. Peneliti memberikan intervensi kepada calon
responden meski tidak memenuhi kriteria inklusi penelitian.Jadi peneliti
memberi keadilan terhadap subjek.
3. Prinsip Manfaat (Benefit)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin
bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya.Oleh
sebab itu, pelaksanaan penelitian ini harus dapat mencegah atau paling tidak
mengurang rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian subjek penelitian.
80
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan dari penelitian mengenai
hubungan antara pola asuh orangtua dengan tingkat kemandirian secara fisik pada
anak usia (4-6 tahun) prasekolah di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun. Pengumpulan data dilakukan selama 1 hari
yaitu pada tanggal 1 Juli 2019 dengan jumlah responden sebanyak 25 responden.
Penyajian data dibagi menjadi dua yaitu data umum dan data khusus. Data umum
terdiri dari karakteristik responden di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun meliputi usia, pendidikan, dan pekerjaan
responden. Data khusus yang disajikan berdasarkan hasil pengukuran variabel,
yaitu pola asuh orangtua dengan tingkat kemandirian secara fisik pada anak usia
(4-6 tahun) prasekolah.
5.1 Gambaran Dan Lokasi Penelitian
Gambaran tempat penelitian ini berada di TK Margobhakti. Berdiri pada
tahun 1976 dengan alamat Jl. Sri Widodo No. 35 Kelurahan Sukosari Kecamatan
Kartoharjo Kota Madiun. Terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok A terdapat satu
kelas dan kelompok B satu kelas dengan jumlah siswa 35 anak, dengan 4 orang
pengajar. Beberapa prestasi yang pernah diraih TK Margobhakti Kelurahan
Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun adalah juara 1 lomba mewarnai di
SDN Sukosari tahun 2019, juara harapan 3 lomba dingklik tingkat Kota Madiun
tahun 2019.
81
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Data Umum
5.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas Anak
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas
Anak Di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan
Kartoharjo Kota Madiun
No. Kelas Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. A 14 56
2. B 11 44
Jumlah 25 100
(Sumber : Lembar kuesioner responden di TK Margobhakti Kelurahan
Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun pada bulan Juni 2019 )
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo
Kota Madiun kelas A sebanyak 14 responden (56%) dan sebagian kecil
responden kelas B sebanyak 11 responden (44%).
5.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Orangtua
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Orantua TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan
Kartoharjo Kota Madiun
No. Usia Orangtua Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. 17-25 Tahun 5 20
2. 26-35 Tahun 15 60
3. 36-45 Tahun 5 20
4. 46-55 Tahun 0 0
5. 56-65 Tahun 0 0
Jumlah 25 100
(Sumber : Lembar kuesioner responden di TK Margobhakti Kelurahan
Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun pada bulan Juni 2019 )
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo
Kota Madiun berusia 26-35 tahun sebanyak 15 responden (60%) dan
82
sebagian kecil responden berusia 17-25 tahun dan 36-45 tahun masing-
masing sebanyak 5 responden (20%).
5.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Anak
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Anak Di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan
Kartoharjo Kota Madiun
No. Usia Anak Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. 4 tahun 8 32
2. 5 tahun 12 48
3. 6 tahun 5 20
Jumlah 25 100
(Sumber : Lembar kuesioner responden di TK Margobhakti Kelurahan
Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun pada bulan Juni 2019 )
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo
Kota Madiun berusia 5 tahun sebanyak 12 responden (48%) dan sebagian
kecil responden berusia 6 tahun sebanyak 5 responden (20%).
5.2.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin Anak Di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun
No. Jenis Kelamin Frekuensi (f) Prosentase ( % )
1. Laki – Laki 10 40
2. Perempuan 15 60
Jumlah 25 100
(Sumber : Lembar kuesioner responden di TK Margobhakti Kelurahan
Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun pada bulan Juni 2019 )
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo
Kota Madiun berjenis kelamin laki-laki sebanyak 10 responden (40%) dan
sebagian kecil responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 15
responden (60%).
83
5.2.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Orangtua
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan Orangtua Di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun
No. Pendidikan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Tidak Sekolah 0 0
2. SD 2 8
3. SLTP 5 20
4. SLTA 11 44
5. Diploma/Sarjana 7 28
Jumlah 25 100
(Sumber : Lembar kuesioner responden di TK Margobhakti Kelurahan
Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun pada bulan Juni 2019 )
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar
pendidikan di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo
Kota Madiun berpendidikan SMA sebanyak 11 responden (44%) dan
sebagian kecil berpendidikan SD sebanyak 2 responden (8%).
5.2.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan Orangtua Di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun.
No. Pekerjaan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Tidak Bekerja 2 8
2. Pedagang 0 0
3. Petani 0 0
4. Pegawai Negeri 7 28
5. Swasta 16 64
Jumlah 25 100
(Sumber : Lembar kuesioner responden di TK Margobhakti Kelurahan
Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun pada bulan Juni 2019 )
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan
orangtua di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo
Kota Madiun bekerja swasta sebanyak 16 responden (64%) dan sebagian
kecil tidak bekerja sebanyak 2 responden (8%).
84
5.2.2 Data Khusus
5.2.2.1 Pola Asuh Orangtua Pada Anak Usia (4-6 Tahun) Prasekolah
TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo
Kota Madiun.
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orangtua Di TK Margobhakti
Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun.
No. Pola Asuh Orangtua Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Otoriter 4 16
2. Permisif 12 48
3. Demokratis 9 36
Jumlah 25 100
(Sumber : Lembar kuesioner responden di TK Margobhakti Kelurahan
Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun pada bulan Juni 2019 )
Tabel 5.7 menunjukkan pola asuh orangtua di TK Margobhakti
Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun sebagian besar
yaitu pola asuh permisif sebanyak 12 responden (48%) dan sebagian kecil
yaitu pola asuh otoriter sebanyak 4 responden (16%).
5.2.2.2 Tingkat Kemandirian Secara Fisik Pada Anak Usia (4-6
Tahun) Prasekolah TK Margobhakti Kelurahan Sukosari
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun.
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Secara Fisik Pada
Anak Usia (4-6 Tahun) Prasekolah Di TK Margobhakti
Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun.
No. Tingkat Kemandirian Secara Fisik Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Tidak Mandiri 0 0
2. Kurang Mandiri 16 64
3. Mandiri 9 36
Jumlah 25 100
(Sumber : Lembar kuesioner responden di TK Margobhakti Kelurahan
Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun pada bulan Juni 2019 )
Tabel 5.8 menunjukkan tingkat kemandirian secara fisik pada anak
usia (4-6 tahun) prasekolah di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun sebagian besar menunjukkan kurang
mandiri sebanyak 16 responden (64%) dan sebagian kecil menunjukkan
85
mandiri sebanyak 9 responden (36%). Sedangkan dalam kategori tidak
mandiri tidak terdapat responden.
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Indikator Tingkat Kemandirian Secara Fisik
Pada Anak Usia (4-6 Tahun) Prasekolah Di TK Margobhakti
Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun
No. Indikator
Tidak
Mandiri
Kurang
Mandiri Mandiri
F % F % F %
1. Makan dan minum - - 52 9,6 32 8,5
2. Memakai pakaian, kaos kaki dan sepatu - - 79 14,5 63 16,8
3. Anak tidur tanpa didampingi - - 34 6,3 26 6,9
4. Anak dapat merapikan tempat tidur
sendiri - - 33 6,1 30 8
5. Merawat diri sendiri dalam hal mencuci
tangan dan/atau menggunakan toilet - - 80 14,7 55 14,7
6. Mengambil/meletakkan sendiri alat tulis
yang dibutuhkan - - 50 9,2 33 8,8
7. Anak tidak menangis ketika ditinggal
orangtua selama sekolah berlangsung - - 74 13,6 60 16
8. Mampu bermain bersama teman sebaya
tanpa ditunggui - - 38 7 21 5,6
9.
Mampu melakukan tugas seperti
merapikan tas ketika akan pulang
sekolah, dan anak dapat memilih
kegiatan yang disukai seperti menari,
menulis, menggambar, bermain boneka,
serta anak tidak lagi ditunggui oleh orang
tua atau pengasuhnya
- - 103 19 55 14,7
Total - - 543 100 375 100
Tabel 5.9 menunjukkan indikator tingkat kemandirian secara fisik
pada anak usia (4-6 tahun) prasekolah di TK Margobhakti Kelurahan
Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun sebagian besar dalam
kategori mandiri pada indikator mampu melakukan tugas dengan jumlah
skor 103 (19%) dan sebagian kecil dalam kategori mandiri pada indikator
mampu bermain bersama teman sebaya tanpa ditunggui dengan jumlah skor
21 (5,6%).
86
5.2.2.3 Tabulasi Silang Pola Asuh Orangtua Dengan Tingkat
Kemandirian Anak Secara Fisk Pada Usia (4-6 Tahun)
Prasekolah TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan
Kartoharjo Kota Madiun
Tabel 5.10 Distribusi Silang Frekuensi Hubungan Pola Asuh Orangtua
Dengan Tingkat Kemandirian Secara Fisik Pada Anak Usia (4-6
Tahun) Prasekolah Di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun.
Pola Asuh
Orangtua
Tingkat Kemandirian Secara Fisik Total
Tidak mandiri Kurang Mandiri Mandiri
N % N % N % N %
Otoriter 0 0 4 16 0 0 4 16
Permisif 0 0 12 48 0 0 12 48
Demokratis 0 0 0 0 9 36 9 36
Total 0 0 16 64 9 36 25 100
α = 0, 05 CC = 0,707 ρ value = 0,000
(Sumber : Olah Data Program SPSS Versi 16.0)
Berdasarkan tabel 5.10 diatas menunjukkan bahwa hasil tabulasi
silang pola asuh orangtua dengan tingkat kemandirian secara fisik diketahui
dari 25 responden terdapat 9 siswa (36%) dengan tingkat kemandirian
secara fisik dalam kategori mandiri, 16 siswa (64%) dengan tingkat
kemandirian secara fisik dalam kategori kurang mandiri dan tidak terdapat
siswa yang memiliki tingkat kemandirian secara fisik dalam kategori tidak
mandiri.
Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistik Chi
Square dengan program SPSS versi 16.0 didapatkan ρ value = 0,000 < α =
0,05, artinya Ho ditolak dan H1 diterima menunjukkan bahwa ada hubungan
pola asuh orangtua dengan tingkat kemandirian secara fisik pada anak usia
(4-6 tahun) prasekolah di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan
Kartoharjo Kota Madiun. Hasil uji statistik Chi Square bahwa Contigency
87
Coeffisient sebesar 0,707 diinterpretasikan bahwa kekuatan hubungan antara
variabel pada tingkat kuat (0,60-0,799).
5.3 Pembahasan
5.3.1 Pola Asuh Orangtua Pada Anak Usia (4-6 Tahun) Prasekolah TK
Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota
Madiun
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa
sebagian besar pola asuh orang tua di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun mempunyai pola asuh permisif. Hal
tersebut dapat dilihat dari presentase hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa sebanyak 16 % atau 4 dari 25 responden memilih item jawaban yang
menunjukkan pola asuh otoriter. Sebanyak 48 % atau 12 dari 25 responden
memilih item jawaban yang menunjukkan pola asuh orangtua permisif. Dan
sebanyak 9 responden (36%) dari 25 responden memilih item jawaban yang
menunjukkan pola asuh demokratis.
Pada hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa sebanyak 16 %
memiliki pola asuh otoriter. Menurut teori Jojon et.al (2017) pola asuh
otoriter merupakan pola asuh orangtua yang menerapkan apapun aktivitas
anak selalu dikekang oleh orangtuanya dan orang tuanya terlalu takut
membebaskan anaknya untuk melakukan aktivitas. Dampaknya anaknya
akan cenderung takut untuk melakukan sesuatu perkembangannya yang
lebih baik. Anak akan cenderung penakut, tidak percaya diri, tergantung
kepada orangtua, cenderung pendiam, pemurung, tidak mudah tersenyum
88
dan tidak gembira. Menurut Hassan Syamsi dalam Susanto (2018) perilaku
otoriter orang tua yang bisa menimbulkan ketidakmandirian yaitu yang
melakukan kekerasan fisik atau psikis sehingga anak tumbuh menjadi
penakut dan ragu. Sedangkan orangtua selalu ikut campur tangan dalam
setiap masalah anak baik masalah kecil maupun besar. Biasanya anak
menjadi pribadi yang lemah dan mungkin ia akan terkena problematika
kejiwaan. Menurut Munnawaroh (2016) dampak pola asuh otoriter dari
segi positif dari bentuk pola asuh ini yaitu anak cenderung disiplin menaati
peraturan. Jadi anak dengan pola asuh seperti ini cenderung memiliki
kedisiplinan dan kepatuhan yang semu.
Peneliti berpendapat pola asuh otoriter dapat menyebabkan anak
menjadi kurang mandiri karena perilaku dan sikap orangtua yang ditandai
seperti mengekang karena terlalu takut untuk membebaskan anak dan sikap
orangtua yang keras dan overprotektif berdampak pada perkembangan
psikologis sehingga anak cenderung penakut, bergantung pada pengasuh
atau orang lain, pendiam dan cemas. Namun dampak positif dari pola asuh
ini yaitu anak menjadi lebih disiplin dan patuh terhadap orangtua.
Pada hasil penelitian didapatkan sebanyak 48 % yang menunjukkan
pola asuh orangtua permisif. Menurut teori Jojon et.al (2017) pola asuh
permisif merupakan pola asuh orangtua yang memberikan kebebasan
sepenuhnya kepada anak dan anak diijinkan membuat keputusan sendiri
tentang langkah apa yang akan dilakukan serta orangtua tidak pernah
memberikan pengarahan maupun penjelasan kepada anak tentang apa yang
89
sebaiknya dilakukan anak. Dampak yang terjadi dalam pola asuh permisif
yaitu anak menjadi lebih manja, hampir tidak ada komunikasi antara anak
dengan orangtua serta anak menjadi tidak disiplin sama sekali. Menurut
Hassan Syamsi dalam Susanto (2018) perilaku permisif orangtua yang bisa
menimbulkan ketidakmandirian yaitu anak disepelekan dan dibiarkan saja,
tetapi tidak diberi apresiasi atau motivasi saat mencapai suatu keberhasilan
dan tidak ada teguran ketika menemui kegagalan. Namun, orangtua yang
memanjakan anaknya dengan memenuhi segala keinginannya sehingga anak
tumbuh dengan lepas kontrol artinya orangtua selalu menuruti keinginan
dan kemauan anaknya. Dengan sikap ini, anak menjadi tidak percaya diri.
Menurut Munnawaroh (2016) dampak positif dari pola asuh permisif yaitu
apabila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung
jawab, maka anak akan menjadi seorang yang mandiri, kreatif, inisiatif dan
mampu mengaktualisasi diri.
Peneliti berpendapat orangtua yang memiliki pola asuh permisif
ditandai dengan sikap dan perilaku tidak peduli, memanjakan anak dan lepas
kontrol dapat menyebabkan anak menjadi kurang mandiri. Karena sikap
tidak peduli orangtua menyebabkan anak tidak dapat membedakan benar
dan salah. Selain itu sikap memanjakan anak yang berlebihan dengan
menuruti semua keinginan anak dapat menyebabkan anak selalu bergantung
pada orangtuanya. Sikap anak yang selalu bergantung pada orangtua atau
pengasuhnya dapat menyebabkan anak menjadi kurang mandiri. Tetapi
apabila anak mampu mengendalikan diri dalam menggunakan kebebasan
90
tersebut maka anak akan menjadi seorang yang mandiri dan
mengaktualisasikan diri.
Pada hasil penelitian didapatkan sebanyak 36% yang menunjukkan
pola asuh demokratis. Menurut teori Jojon et.al (2017) pola asuh demokratis
merupakan pola asuh orangtua yang selalu memberikan kebebasan
beraktivitas kepada anak yang masih dalam arahan orangtuanya dan anak
akan cenderung bebas melakukan aktivitas pembelajaran dalam dirinya.
Dampaknya anak akan lebih bertanggung jawab akan akibat yang
diterimanya kelak, pemberani, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi,
tidak tergantung pada orangtuanya dan riang gembira. Sehingga tumbuh
kembang anak akan lebih baik. Menurut Munnawaroh (2016) dampak
negatif dari pola asuh demokratis yaitu anak cenderung mengganggu
kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala sesuatu harus dipertimbangkan
anak dengan orang tua.
Peneliti berpendapat bahwa pola asuh demokratis berdampak pada
anak akan cenderung percaya diri lebih bertanggung jawab dan mandiri.
Tetapi pada pola asuh ini anak akan kurang sopan pada orangtua karena
kedekatan orangtua dan anak yang membuat anak merasa tidak ada batasan
atau seperti pada temannya sendiri.
Pola asuh orangtua dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut
Yoga (2016) beberapa faktor diantaranya yang dapat mempengaruhi pola
asuh orangtua yaitu usia orangtua, status ekonomi keluarga, tingkat
pendidikan, usia anak, jenis kelamin anak.
91
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa terdapat 11 responden
berusia 17 tahun sampai dengan 40 tahun dengan pola asuh permisif.
Menurut teori Sukaesih (2017) masa dewasa awal dimulai pada usia 18
tahun sampai kira-kira umur 40 tahun dimana perubahan fisik dan
psikologis telah mencapai kematangannya. Batasan usia 18 tahun diambil
karena di usia ini seseorang dianggap telah dewasa. Tugas dewasa awal
yaitu mulai bekerja, memilih pasangan, mulai membina keluarga, mengasuh
anak dan mengelola rumah tangga.
Peneliti berpendapat bahwa berdasarkan hasil penelitian orangtua
dengan usia 18-40 tahun dengan pola asuh permisif sebanyak 11 responden.
Maka usia orangtua di TK Margobhakti termasuk pada dewasa awal,
sehingga orangtua dengan usia dewasa awal cenderung menerapkan pola
asuh permisif.
Sesuai dengan teori Yoga (2016) bahwa pasangan orangtua yang
masih dalam usia muda lebih cenderung menerapkan pola asuh demokratis
dan permisif kepada anak-anaknya. Hal ini karena orangtua muda lebih bisa
terbuka dan berdialog dengan baik pada anak-anaknya. Pasangan dengan
usia yang lebih tua atau pada dewasa tengah biasanya cenderung lebih keras
dan bersikap otoriter terhadap anak-anaknya, dimana orang tua lebih
dominan dalam mengambil keputusan karena orang tua merasa sangat
berpengalaman dalam memberikan pengasuhan dan penilaian pada anak-
anak mereka.
92
karena sikap orangtua yang terbuka, bebas dan mampu memberikan
komunikasi yang hangat terhadap anaknya. Komunikasi yang hangat
biasanya bisa berupa tolenransi yang berlebihan dan memanjakan anak.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa
pekerjaan orangtua adalah swasta sebanyak 10 responden dengan pola asuh
permisif dan orangtua sebagai PNS sebanyak 5 responden dengan pola asuh
demokratis. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori Yoga (2016)
kondisi ekonomi keluarga kelas menengah ke bawah cenderung lebih keras
terhadap anak dan lebih sering menggunakan hukuman fisik. Keluarga
ekonomi kelas menengah cenderung lebih memberi pengawasan dan
perhatian sebagai orang tua. Sementara keluarga ekonomi kelas atas
cenderung lebih sibuk untuk urusan pekerjaannya sehingga anak sering
terabaikan. Menurut Nurjanah (2014) bahwa pekerjaan akan menentukan
status sosial ekonomi karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat
terpenuhi. Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kemampuan
ekonominya, untuk itu bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap
individu sebab dalam bekerja mengandung dua segi, kepuasan jasmani dan
terpenuhinya kebutuhan hidup.
Peneliti berpendapat bahwa tingkat sosial ekonomi dapat
mempengaruhi pola asuh karena pada budaya timur peran pengasuhan
dipegang oleh ibu, perubahan wanita atau ibu sebagai wanita karir dapat
mempengaruhi tugas ini. Sekarang ini banyak wanita yang bekerja untuk
membantu suaminya atau keluarga dan banyak juga wanita yang
93
berpendidikan tinggi. Sehingga orangtua yang sibuk bekerja dengan tingkat
sosial ekonomi menengah dan atas cenderung mampu memenuhi kebutuhan
dan keinginan anak karena tingkat sosial ekonomi yang mereka miliki dan
waktu kebersamaan dengan anak yang kurang sehingga orangtua yang
ketika meluangkan waktu untuk anak lebih memanjakan anak dengan
memenuhi keinginan dan lebih perhatian dengan anak.
Pola asuh orangtua juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
berdasarkan tabel 5.5 tingkat pendidikan SLTA sebanyak 7 responden
dengan pola asuh permisif, sedangkan tingkat pendidikan SD sebanyak 2
responden dengan pola asuh otoriter. Menurut teori Yoga (2016) orangtua
yang telah mendapatkan pendidikan yang tinggi, dan mengikuti kursus
dalam mengasuh anak lebih menggunakan teknik pengasuhan demokratis
dibandingkan dengan orang tua yang tidak mendapatkan pendidikan dan
pelatihan dalam mengasuh anak.
Peneliti berpendapat bahwa pendidikan dan pengalaman orangtua
dalam perawatan anak akan mempengaruhi kesiapan mereka menjalankan
peran pengasuhan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah
mereka menerima serta mengembangkan pengetahuan. Orangtua melakukan
semua hal agar menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan.
Pola asuh orangtua juga dipengaruhi oleh usia anak, berdasarkan tabel
5.3 usia anak dengan pola asuh permisif pada usia 4 tahun sebanyak 6
responden dan usia 5 tahun sebanyak 6 responden. Sedangkan, pada pola
asuh otoriter terdapat 3 responden dengan usia 5 tahun. Menurut teori Yoga
94
(2016) bahwa orangtua cenderung otoriter terhadap anak yang sudah remaja
dibanding anak yang masih kecil karena pada umumnya anak kecil masih
begitu patuh terhadap orang tua, dibanding remaja yang mendesak untuk
mandiri sehingga menyebabkan kesulitan dalam pengasuhan. Peneliti
berpendapat bahwa orangtua akan lebih perhatian dan memperhatikan anak
yang usianya masih kecil. Karena orangtua akan lebih sering membantu
anak yang dianggapnya usia masih kecil.
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebanyak 9 responden
berjenis kelamin perempuan dengan pola asuh permisif. Menurut teori Yoga
(2016) orang tua cenderung bersikap protektif terhadap anak perempuan.
Anak perempuan lebih mudah terpengaruh dari lingkungan yang buruk dan
banyak bahaya yang mengancam. Peneliti berpendapat jika seorang anak
berjenis kelamin perempuan maka anak perempuan akan dituntut untuk
bersikap pasif daripada anak laki-laki yang lebih agresif. Orangtua akan
lebih menjaga anak perempuannya.
5.3.2 Tingkat Kemandirian Secara Fisik Pada Anak Usia (4-6 Tahun)
Prasekolah TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan
Kartoharjo Kota Madiun
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa
sebagian besar tingkat kemandirian secara fisik di TK Margobhakti
Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun mempunyai
tingkat kemandirian secara fisik yang kurang mandiri. Hal tersebut dapat
95
dilihat dari presentase hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak
terdapat responden dengan tingkat kemandirian secara fisik yang tidak
mandiri, sebanyak 64 % atau 16 dari 25 responden memilih item jawaban
yang menunjukkan tingkat kemandirian secara fisik yang kurang mandiri.
Dan memiliki tingkat kemandirian secara fisik yang mandiri sebanyak 36 %
atau 9 dari 25 responden.
Menurut teori Utami (2016) bahwa tingkat kemandirian dipengaruhi
oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal diantaranya
ialah jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal salah satunya pola asuh
orangtua atau keluarga. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4 didapat
jumlah jenis kelamin anak laki-laki sebanyak 10 responden (40%) dan jenis
kelamin anak perempuan sebanyak 15 responden (60%). Menurut teori
Utami (2016) bahwa pada anak perempuan terdapat dorongan untuk
melepaskan diri dari ketergantungan kepada orangtuanya, akan tetapi karena
statusnya sebagai anak perempuan mereka dituntut untuk bersikap pasif,
berbeda dengan anak laki-laki yang agresif dan ekspansif.
Peneliti berpendapat bahwa laki-laki lebih mandiri daripada
perempuan. Perbedaan tersebut bukan karena faktor lingkungan semata akan
tetapi karena orang tua dalam memperlakukan anak dalam kehidupan
sehari-hari lebih cenderung memberikan perlindungan yang besar pada anak
perempuan. Akibatnya anak perempuanberada lebih lama dalam
ketergantungan daripada anak laki-laki.
96
Sedangkan pada faktor eksternal berdasarkan hasil penelitian tabel 5.9
didapatkan sebanyak 16 anak (64%) dalam kategori kurang mandiri dengan
pola asuh otoriter sebanyak 4 orangtua (16%) dan pola asuh permisif
sebanyak 12 orangtua (48%). Menurut teori Utami (2016) bahwa
pembentukan karakter kemandirian tidak lepas dari peran orangtua dan
pengasuhan terhadap anaknya. Toleransi yang berlebihan, pemeliharaan
yang berlebihan, atau orangtua yang terlalu keras terhadap anaknya dapat
menghambat pencapaian kemandirian anak tersebut.
Peneliti berpendapat bahwa kemandirian dapat dipengaruhi oleh sikap
dan perilaku orangtua terhadap anak. Selain itu kemandirian anak juga
disebabkan dari lingkungan sekitar anak. Perilaku dan sikap orangtua seperti
pemanjaan yang berlebihan dan pengabaian orang tua terhadap anak
mengakibatkan terhambatnya kemandirian dalam mengasuh anak. Sehingga
kejiwaan anak terganggu seperti anak menjadi kurang percaya diri, anak
mudah takut dan cemas serta anak yang tergantung pada pengasuhnya.
Lingkungan yang paling berperan penting terhadap anak adalah keluarga.
Hal ini sesuai dengan teori Hassan Syamsi dalam Susanto (2018),
mengemukakan bahwa perilaku orang tua sangat berpengaruh terhadap
munculnya problematika kejiwaan anak yang menimbulkan rasa takut dan
tidak percaya diri sehingga akhirnya dapat menimbulkan ketidakmandirian.
Berikut ini perilaku orang tua yang bisa menimbulkan ketidakmandirian
pada anak yaitu over protektif, lepas kontrol, tidak peduli, memanjakan
anak, keras, gamang, pilih kasih. Orang tua yang memanjakan anaknya
97
dengan memenuhi segala keinginannya sehingga anak tumbuh dengan lepas
kontrol.
Terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat kemandiriaan
secara fisik diantaranya kelas A dan B. Berdasarkan tabel 5.1 kelas A
sebanyak 8 responden dengan pola asuh permisif. Menurut teori Jannah
(2017) bahwa Sesuai dengan perkembangan anak dan seiring dengan
bertambahnya umur, anak yang berusia 6 tahun, dan pada usia itu anak
semakin menunjukkan sikap kemandiriannya bahkan banyak anak yang
bersekolah sudah tidak diantar dan ditunggui lagi bahkan mereka berangkat
ke sekolah dengan naik sepeda. Peneliti berpendapat bahwa kelas A
sebanyak 8 responden yang kurang mandiri dengan pola asuh permisif. Hal
tersebut dikarenakan orangtua yang memberikan perhatian lebih terhadap
anak yang usianya lebih muda.
Berdasarkan tabel 5.9 hasil kuesioner tingkat kemandirian secara fisik
anak usia prasekolah dari 9 indikator, dilihat dari jumlah total jawaban pada
setiap indikator bahwa jumlah total jawaban terendah sebanyak 21 (5,6%)
dengan kategori mandiri pada indikator kemampuan bermain bersama
teman sebaya tanpa ditunggu. Sedangkan jumlah total jawaban tertinggi
sebanyak 103 (19%) dengan kategori kurang mandiri yaitu terdapat pada
indikator kemampuan melakukan tugas seperti merapikan tas ketika akan
pulang sekolah, dan anak dapat memilih kegiatan yang disukai seperti
menari, menulis, menggambar, bermain boneka, serta anak tidak lagi
ditunggui oleh orang tua atau pengasuhnya.
98
Pada hasil kuesioner tingkat kemandirian secara fisik anak usia
prasekolah dengan kategori kurang mandiri skor tertinggi terdapat pada
indikator kesembilan mengenai mengenai kemampuan melakukan tugas
seperti merapikan tas ketika akan pulang sekolah, dan anak dapat memilih
kegiatan yang disukai seperti menari, menulis, menggambar, bermain
boneka, serta anak tidak lagi ditunggui oleh orang tua atau pengasuhnya
didapatkan skor sebanyak 103 (19%). Skor tertinggi kedua dengan kategori
kurang mandiri terdapat pada indikator kelima mengenai kemampuan
merawat diri sendiri dalam hal mencuci tangan dan/atau menggunakan toilet
didapatkan skor sebanyak 80 (14,7%). Selanjutnya skor tertinggi ketiga
terdapat pada indikator kedua mengenai memakai pakaian, kaos kaki dan
sepatu didapatkan skor sebanyak 79 (14,5%).
Pada hasil kuesioner tingkat kemandirian secara fisik anak usia
prasekolah dengan kategori mandiri skor tertinggi terdapat pada indikator
kedua mengenai kemampuan merawat diri sendiri dalam hal mencuci tangan
dan/atau menggunakan toilet didapatkan skor sebanyak 63 (16,8%). Skor
tertinggi kedua terdapat pada indikator ketujuh mengenai anak tidak
menangis ketika ditinggal orangtua selama sekolah berlangsung didapatkan
skor sebanyak 60 (16%). Selanjutnya skor tertinggi ketiga terdapat pada
indikator kelima dan kesembilan mengenai kemampuan merawat diri sendiri
dalam hal mencuci tangan dan/atau menggunakan toilet dan kemampuan
melakukan tugas seperti merapikan tas ketika akan pulang sekolah, dan anak
dapat memilih kegiatan yang disukai seperti menari, menulis, menggambar,
99
bermain boneka, serta anak tidak lagi ditunggui oleh orang tua atau
pengasuhnya didapatkan masing-masing indikator dengan jumlah skor yang
sama yaitu sebanyak 55 (14,7%).
Hal ini sesuai dengan teori Rochwidowati & Widyana (2016),
indikator dalam kemandirian secara fisik pada usia prasekolah anak mampu
melakukan beberapa kegiatan sendiri, yaitu makan dan minum, memakai
pakaian dan sepatu, anak tidur tanpa didampingi, anak dapat merapikan
tempat tidur sendiri, merawat diri sendiri dalam hal mencuci tangan
dan/atau menggunakan toilet, mengambil/meletakkan sendiri alat tulis yang
dibutuhkan, anak tidak menangis ketika ditinggal orangtua selama sekolah
berlangsung, mampu bermain bersama teman sebaya tanpa ditunggui,
mampu melakukan tugas seperti merapikan tas ketika akan pulang sekolah,
dan anak dapat memilih kegiatan yang disukai seperti menari, menulis,
menggambar, bermain boneka, serta anak tidak lagi ditunggui oleh orang
tua atau pengasuhnya.
5.3.3 Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Tingkat Kemandirian
Anak Secara Fisk Pada Usia (4-6 Tahun) Prasekolah TK
Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota
Madiun
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan pola
asuh orangtua dengan tingkat kemandirian anak secara fisk pada usia (4-6
tahun) prasekolah TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan
Kartoharjo Kota Madiun. Berdasarkan tabel 5.10 diatas menunjukan tingkat
100
kemandirian secara fisik dalam kategori kurang mandiri dengan pola asuh
orangtua permisif sebanyak 12 responden (48 %) dan tingkat kemandirian
secara fisik dalam kategori kurang mandiri dengan pola asuh orangtua
otoriter sebanyak 4 responden (16 %). Sedangkan pada pola asuh orangtua
demokratis dengan tingkat kemandirian secara fisik dalam kategori mandiri
sebanyak 9 responden (36 %).
Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistik Chi
Square dengan program SPSS versi 16.0 didapatkan ρ value = 0,000 < α =
0,05, artinya Ho ditolak dan H1 diterima menunjukkan bahwa ada hubungan
pola asuh orangtua dengan tingkat kemandirian secara fisik pada anak usia
(4-6 tahun) prasekolah di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan
Kartoharjo Kota Madiun. Hasil uji statistik Chi Square bahwa Contigency
Coeffisient sebesar 0,707 diinterpretasikan bahwa kekuatan hubungan antara
variabel pada tingkat kuat (0,60-0,799).
Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Priyani Haryanti (2016)
yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Tingkat
Kemandirian Anak Usia Prasekolah Di TK Desa Argosari” dengan hasil
penelitian ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan tingkat
kemandirian anak usia prasekolah di TK Desa Argosari. Selanjutnya dengan
penelitian Tiwuk Sri Sulasmi dan Lydia Ersta K (2016) yang berjudul
“Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian anak usia 3-4 tahun
kelas Wayang di Kelompok Bermain (KB) Strawberry Sekip, Kadipiro,
Banjarsar,Surakarta” dengan hasil penelitian Ada Pengaruh Pola Asuh
101
Orang Tua terhadap Kemandirian Anak Usia 3-4 tahun di kelas Wayang KB
Strawberry Kadipiro, Surakarta tahun ajaran 2015/2016.
Pola asuh orang tua dapat diartikan sebagai perlakuan orangtua
terhadap anak dalam bentuk merawat, memelihara, mengajar, mendidik,
membimbing, melatih, yang terwujud dalam bentuk pendisiplinan,
pemberian tauladan, kasih sayang, hukuman, ganjaran, dan kepemimpinan
dalam keluarga melalui ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan orangtua
(Sunarty, 2016). Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kemandirian anak dan yang saat ini haruslah ditingkatkan
adalah cara dalam mendidik anak terutama dalam meningkatkan perilaku
sosial anak, agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan
perkembangannya terutama perkembangan kemandirian anak. Sikap
memanjakan membuat anak bersikap egois dan menuntut perhatian dan
pelayanan dari orangtua yang menyebabkan penyesuaian yang buruk baik
dirumah maupun luar rumah (Dewi, et.al. 2015).
Peneliti berpendapat bahwa cara orangtua mengasuh atau mendidik
anak akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak, orangtua yang
menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan dapat
mendorong kelancaran perkembangan anak.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan bahwa pola asuh
permisif dan pola asuh otoriter sebagian besar menghasilkan tingkat
kemandirian secara fisik dalam kategori kurang mandiri sebanyak 16
responden (64%) pada indikator kesembilan mengenai mengenai
102
kemampuan melakukan tugas seperti merapikan tas ketika akan pulang
sekolah, dan anak dapat memilih kegiatan yang disukai seperti menari,
menulis, menggambar, bermain boneka, serta anak tidak lagi ditunggui oleh
orang tua atau pengasuhnya didapatkan skor sebanyak 103 (19%).
Sedangkan pola asuh demokratis menghasilkan menghasilkan tingkat
kemandirian secara fisik dalam kategori mandiri sebanyak 9 responden
(36%) pada indikator kedua mengenai kemampuan merawat diri sendiri
dalam hal mencuci tangan dan/atau menggunakan toilet didapatkan skor
sebanyak 63 (16,8%). Menurut teori Asnida & Madantia (2014) pola asuh
orang tua sangat mempengaruhi terbentuknya karakter anak pada usia
prasekolah. Sehingga pola asuh yang berbeda-beda tersebut akan
menghasilkan karakter dan kemandirian anak usia prasekolah yang berbeda
– beda pula. Efek ketidakmandirian pada anak dapat menimbulkan kerugian
pada anak yaitu anak tidak bisa secara optimal mengembangkan kepribadian,
kemampuan sosialisasi dan keadaan emosionalnya akan terhambat.
Ketidakmandirian fisik di tandai dengan ketidakmampuan anak dalam
mengurus dirinya sendiri.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa orangtua yang memiliki pola
asuh permisif dan otoriter dapat mempengaruhi tingkat kemandirian secara
fisik dalam kategori kurang mandiri. Dan sebaliknya orangtua yang
memiliki pola asuh demokratis dapat mempengaruhi tingkat kemandirian
secara fisik dalam kategori mandiri. Sehingga dapat disimpulkan adanya
103
hubungan pola asuh orangtua dengan tingkat kemandirian anak secara fisk
pada usia (4-6 tahun) prasekolah.
Hal tersebut sesuai dengan teori Mantali et.al (2018) bahwa ada
beberapa hal yang mempengaruhi kemandirian anak salah satunya sistem
pendidikan disekolah, jadi di sekolah anak diajarkan mandiri oleh gurunya,
misalnya saat anak mau makan anak diberi kesempatan atau diajarkan untuk
makan sendiri oleh gurunya.
104
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini peneliti akan menyampaikan tentang hubungan antara pola
asuh orangtua dengan tingkat kemandirian secara fisik pada anak usia (4-6 tahun)
prasekolah di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota
Madiun.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besar (48%) pola asuh orangtua pada anak usia (4-6 tahun)
prasekolah di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan
Kartoharjo Kota Madiun adalah pola asuh permisif.
2. Sebagian besar (64%) tingkat kemandirian secara fisik pada anak usia
(4-6 tahun) prasekolah di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun adalah kurang mandiri pada
indikator kemampuan melakukan tugas seperti merapikan tas ketika
akan pulang sekolah, dan anak dapat memilih kegiatan yang disukai
seperti menari, menulis, menggambar, bermain boneka, serta anak
tidak lagi ditunggui oleh orang tua atau pengasuhnya.
3. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua dan tingkat
kemandirian secara fisik pada anak usia (4-6 tahun) prasekolah di TK
Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun.
105
6.2 Saran
1. Bagi TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo
Kota Madiun
Diharapkan guru-guru dapat berperan dalam penyuluhan pola asuh
pada anak dengan memperhatikan kebiasaan anak dirumah dan
disekolah, serta menanamkan nilai-nilai kemandirian secara fisik pada
anak, sehingga diharapkan anak terbiasa dalam berperilaku mandiri.
2. Bagi Orangtua
Diharapkan orangtua mampu menanamkan nilai-nilai kemandirian
secara fisik pada anak dirumah. Hal ini diharapkan dapat
meningkatkan kemandirian secara fisik pada anak.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini hanya menganalisis adanya hubungan pola asuh
orangtua dan tingkat kemandirian secara fisik pada anak usia (4-6
tahun) prasekolah di TK Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan
Kartoharjo Kota Madiun. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat
melanjutkan penelitian pada indikator tingkat kemandirian secara
psikologis..
4. Bagi Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Menambah informasi didalam perpustakaan tentang pola asuh
orangtua dan tingkat kemandirian secara fisik bagi pembaca tentang
hubungan pola asuh orangtua dan tingkat kemandirian secara fisik.
106
DAFTAR PUSTAKA
Amini, M. 2015. Profil Keterlibatan Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Usia Tk:
Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI - Vol. 10, No.1: 9-20.
Asnida, ZO & Madantia, A. 2014. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Otoriter
Dengan Kemandirian Anak Usia Pra Sekolah. Jurnal Ners dan Kebidanan,
Volume 1, No. 1 : 75-81.
Azwar, S. 2010 . Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya Edisi 2. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Dahlan, MS. 2015. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehaatan Deskriptif,
Bivariat, Dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi Menggunakan SPSS. Edisi 6.
Jakarta : Epidemiologi Indonesia.
Dewi A, SK., Herawati, HI. & Halimah, L. 2018. Meningkatkan Kemandirian
Anak Udia Dini Melalui Metode Sosiodrama Berbasis Ctl (Contextual
Teaching Learning). Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Volume 7, Nomor
2.
Dewi, AR., Murtini & Pratiwi, K. 2015. Pola Asuh Orangtua Dengan
Kemandirian Anak. Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume III, Nomor 3 : 105-112.
Ismiriyam, FV.,Trinasari, A.. & Kartikasari, DE. 2017. Gambaran Perkembangan
Sosial Dan Kemandirian Pada Anak Prasekolah Usia 4-6 Tahun Di Tk Al-
Islah Ungaran Barat. Seminar Nasional & Internasioanal : 172-176.
Jannah,MM. 2017. Identifikasi Pola Asuh Orangtua Di Taman Kanak-Kanak Aba
Jogokaryan Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 6:547-552.
Jojon, Wahyuni, TD. & Sulasmini. 2017. Hubungan Pola Asuh Over Protective
Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Usia Sekolah Di Sdn Tlogomas 1
Kecamatan Lowokwaru Malang : Nursing News Volume 2, Nomor 2 : 524-
535.
Mantali, R., Umboh, A. & Bataha, YB. 2018. Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Degan Kemandirian Anak Usia Prasekolah Di Tk Negeri Pembina Manado.
E-Journal Keperawatan (E-Kp) Volume 6 Nomor 1: 1-8.
Maruf. A. 2014. BAB III Metode Penelitian. http://eprints.ung.ac.id/5078/7/2012-
1-13201-811408011-bab3-12082012043916.pdf. Diakses pada 05 Agustus
2019.
107
Munawwaroh, Bidayyatul. 2016. Dampak Pola Asuh Orangtua Terhadap
Perkembangan Sosial Terhadap Anak Tunagrahita Di Slb Negeri Pembina
Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurjanah, Siti L. 2014. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Dengan
Motivasi Orang Tua Menyekolahkan Anak Di PAUD Smart Kid Dan PAUD
Sahabat Ananda. Pendidikan Psikologi. Universitas islam negeri maulana
malik ibrahim. Malang.
Pratama, Yoga. 2016. Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Perilaku Bullying
Remaja Di Smpn 4 Gamping Sleman. Ilmu Keperawatan. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Jendral Achmad Yani. Yogyakarta.
Rahmawati, S., Novianti, R. & Risma, D. 2018. Hubungan Antara Konsep Diri
Dengan Kemandirian Anak Usia 4-5 Tahun Di Paud Bening Kids
Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru : JOM FKIP – UR VOLUME 5
EDISI 2 JULI : 1-13.
Rahmawati. E. 2015. “Perbedaan Kemandirian Anak Usia 5-6 Tahun Ditinjau
Dari Subyek Pengasuh (Orangtua Dan Grandparent) Di Tk Kartini 1 Dan
Tk Kartini 2 Wonoketingal Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak”.
Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Semarang
Rochwidowati, NS. & Widyana, R. 2016. Peningkatan Kemandirian Anak Usia
Prasekolah Dengan Pemberian Pengukuh Positif : InSight, Tahun
XIII/Nomor 1 : 49-65.
Saryono & Anggraeni, MD. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif Dan
Kuantitatif Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika
Sochib, M. 2014. Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Mengembangkan
Disiplin Diri Sebagai Pribadi Yang Berkarakter. Jakarta : Rineka Cipta.
Sopiah. 2014. Hubungan Tipe Pola Asuh Pengganti Ibu : Keluarga Terhadap
Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah Di Kecamatan
Sukalarang Kabupaten Sukabumi. Ilmu Keperawatan. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Suana, & Firdaus. 2014. Pola Asuh Orangtua Akan Meningkatkan Adaptasi Sosial
Anak Prasekolah Di Ra Muslimat Nu 202 Assa’adah Sukowati Bungah
Gresik : Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 7, No 2 : 180-185.
108
Sujarweni, VW. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta : Gava
Media.
Sukaesi, T. 2017. Pengertian Usia Dewasa Secara Etimologi.
http://Repository.Radenintan.Ac.Id/91/6/Bab_III.Pdf. Diakses Pada 18
Agustus 2019
Sulasmi, TS. &Ersta K., L. 2016. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Kemandirian Anak Usia 3-4 Tahun. Jurnal Audi, Volume 1, Nomor 2 : 54 –
59.
Sunarty, K. 2016. Hubungan Pola Asuh Orangtua Dan Kemandirian Anak.
Journal Of Est, Volume 2, Nomor 3 : 152-160.
Susanti, E. 2017. Korelasi Tingkat Pendidikan Orang Tua Dan Pola Asuh
Terhadap Kemandirian Anak Dalam Keluarga : Jurnal Pendidikan Luar
Sekolah Edisi Vol VI Nomor 01 : 13-23.
Susanto, Ahmad. 2018. Pendidikan Anak Usia Dini (Konsep dan Teori). Jakarta :
Bumi Aksara.
Utami, CH. 2016. Hubungan Pola Asuh Autoritatif Dengan Kemandirian Anak Tk
Di Banjararum Kalibawang Kulon Progo. Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini Edisi 9: 904-917.
Utami, CH. 2016. Hubungan Pola Asuh Autoritatif Dengan Kemandirian Anak Tk
Di Banjararum Kalibawang Kulon Progo. Ilmu Pendidikan. Universitas
Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Utami, W., Nurlaila & Qistiana, R. 2017. Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua
Dengan Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah Di Tk Pertiwi 1
Desapurbowangi Kecamatan buayan Kabupaten Kebumen : Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, Volume13, No. 1 : 23-34.
Yusuf, Syamsu. 2017. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
109
Lampiran 1
110
Lampiran 2
111
Lampiran 3
112
Lampiran 4
113
Lampiran 5
114
Lampiran 6
115
Lampiran 7
116
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat,
Saya sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun,
Nama : Destiana Pratiwi
NIM : 201502086
Bermaksud melakukan penelitian tentang “Hubungan Pola Asuh Orang
Tua Dengan Tingkat Kemandirian Anak Secara Fisik Usia (4-6 Tahun)
Prasekolah Di Taman Kanak-Kanak Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan
Kartoharjo Kota Madiun”. Sehubungan dengan ini, saya memohon kesediaan
bapak/ ibu/ saudara/ saudari untuk menjadi responden dalam penelitian yang akan
saya lakukan. Kerahasiaan data bapak/ ibu/ saudara/ saudari akan sangat kami
jaga dan informasi yang kami dapatkan akan saya gunakan untuk kepentingan
penelitian ini.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya
ucapkan terima kasih.
Madiun, 01 Juli 2019
Peneliti
Destiana Pratiwi
NIM. 201502086
Lampiran 8
117
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, jaminan
kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang akan dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
yang bernama Destiana Pratiwi mengenai “Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Dengan Tingkat Kemandirian Anak Secara Fisik Usia (4-6 Tahun) Prasekolah Di
Taman Kanak-Kanak Margobhakti Kelurahan Sukosari Kecamatan Kartoharjo
Kota Madiun” saya mengetahui bahwa informasi yang akan saya berikan ini
sangat bermanfaat bagi pengetahuan keperawatan di Indonesia. Untuk itu saya
akan memberikan data yang diperlukan dengan sebenar-benarnya. Demikian
pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sesuai keperluan.
Peneliti
(....................................)
Madiun, 01 Juli 2019
Responden
(.......................................)
Lampiran 9
118
Uji Validitas Dan Uji Reliabelitas Pada Variabel Pola Asuh Orangtua
Correlations
pola1
pola 2
pola 3
pola 4
pola 5
pola 6
pola 7
pola 8
pola 9
pola
10
pola
11
pola
12
pola
13
pola
14
pola
15
pola
16
pola
17
pola
18
pola
19
pola
20
pola
21
pola
22
pola
23
pola
24
pola
25
pola
26
pola
27
pola
28
pola
29 total
pola1
Pearson Correlation 1
-.04
7 .75
6*
-.04
7 .75
6*
-.04
7 .75
6*
-.04
7 .895**
-.22
0 .75
6*
-.42
4 .75
6*
-.42
4 .885**
-.04
7
1.000*
*
-.04
7 .885**
-.04
7
1.000*
*
-.22
0
1.000*
* .75
6* .65
9* .895**
1.000*
*
1.000*
* .75
6* .860**
Sig. (2-tailed)
.89
7 .01
1 .89
7 .01
1 .89
7 .01
1 .89
7 .00
0 .54
2 .01
1 .22
2 .01
1 .22
2 .00
1 .89
7 .00
0 .89
7 .00
1 .89
7 .00
0 .54
2 .00
0 .01
1 .03
8 .00
0 .00
0 .00
0 .01
1 .00
1
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 2
Pearson Correlation
-.04
7 1
-.28
3
1.000*
*
-.28
3
1.000*
*
-.28
3
1.000*
*
-.13
6 .65
9*
-.28
3
-.54
5
-.28
3
-.54
5
-.20
1
-.13
6
-.04
7
1.000*
*
-.20
1 .773**
-.04
7 .65
9*
-.04
7
-.28
3
-.36
4
-.13
6
-.04
7
-.04
7
-.28
3 .17
0
Sig. (2-tailed)
.897
.42
9 .00
0 .42
9 .00
0 .42
9 .00
0 .70
7 .03
8 .42
9 .10
3 .42
9 .10
3 .57
8 .70
7 .89
7 .00
0 .57
8 .00
9 .89
7 .03
8 .89
7 .42
9 .30
2 .70
7 .89
7 .89
7 .42
9 .63
9
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 3
Pearson Correlation
.756*
-.28
3 1
-.28
3 .75
6*
-.28
3 .75
6*
-.28
3 .65
9*
-.22
0 .75
6*
-.18
8 .75
6*
-.18
8 .885**
-.04
7 .75
6*
-.28
3 .885**
-.04
7 .75
6*
-.22
0 .75
6* .75
6* .65
9* .65
9* .75
6* .75
6* .75
6* .70
8*
Sig. (2-tailed)
.011
.429
.42
9 .01
1 .42
9 .01
1 .42
9 .03
8 .54
2 .01
1 .60
2 .01
1 .60
2 .00
1 .89
7 .01
1 .42
9 .00
1 .89
7 .01
1 .54
2 .01
1 .01
1 .03
8 .03
8 .01
1 .01
1 .01
1 .02
2
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 4
Pearson Correlation
-.04
7
1.000*
*
-.28
3 1
-.28
3
1.000*
*
-.28
3
1.000*
*
-.13
6 .65
9*
-.28
3
-.54
5
-.28
3
-.54
5
-.20
1
-.13
6
-.04
7
1.000*
*
-.20
1 .773**
-.04
7 .65
9*
-.04
7
-.28
3
-.36
4
-.13
6
-.04
7
-.04
7
-.28
3 .17
0
Sig. (2-tailed)
.897
.000
.429
.42
9 .00
0 .42
9 .00
0 .70
7 .03
8 .42
9 .10
3 .42
9 .10
3 .57
8 .70
7 .89
7 .00
0 .57
8 .00
9 .89
7 .03
8 .89
7 .42
9 .30
2 .70
7 .89
7 .89
7 .42
9 .63
9
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 5
Pearson Correlation
.756*
-.28
3 .75
6*
-.28
3 1
-.28
3 .75
6*
-.28
3 .895**
.024
1.000*
* .04
7
1.000*
* .04
7 .885**
.188
.756*
-.28
3 .885**
-.28
3 .75
6* .02
4 .75
6*
1.000*
* .895**
.659*
.756*
.756*
1.000*
* .860**
Lampiran 10
119
Sig. (2-tailed)
.011
.429
.011
.429
.42
9 .01
1 .42
9 .00
0 .94
7 .00
0 .89
7 .00
0 .89
7 .00
1 .60
2 .01
1 .42
9 .00
1 .42
9 .01
1 .94
7 .01
1 .00
0 .00
0 .03
8 .01
1 .01
1 .00
0 .00
1
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 6
Pearson Correlation
-.04
7
1.000*
*
-.28
3
1.000*
*
-.28
3 1
-.28
3
1.000*
*
-.13
6 .65
9*
-.28
3
-.54
5
-.28
3
-.54
5
-.20
1
-.13
6
-.04
7
1.000*
*
-.20
1 .773**
-.04
7 .65
9*
-.04
7
-.28
3
-.36
4
-.13
6
-.04
7
-.04
7
-.28
3 .17
0
Sig. (2-tailed)
.897
.000
.429
.000
.429
.42
9 .00
0 .70
7 .03
8 .42
9 .10
3 .42
9 .10
3 .57
8 .70
7 .89
7 .00
0 .57
8 .00
9 .89
7 .03
8 .89
7 .42
9 .30
2 .70
7 .89
7 .89
7 .42
9 .63
9
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 7
Pearson Correlation
.756*
-.28
3 .75
6*
-.28
3 .75
6*
-.28
3 1
-.28
3 .65
9*
-.22
0 .75
6*
-.18
8 .75
6*
-.18
8 .885**
-.28
3 .75
6*
-.28
3 .885**
-.28
3 .75
6*
-.22
0 .75
6* .75
6* .65
9* .895**
.756*
.756*
.756*
.693*
Sig. (2-tailed)
.011
.429
.011
.429
.011
.429
.42
9 .03
8 .54
2 .01
1 .60
2 .01
1 .60
2 .00
1 .42
9 .01
1 .42
9 .00
1 .42
9 .01
1 .54
2 .01
1 .01
1 .03
8 .00
0 .01
1 .01
1 .01
1 .02
6
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 8
Pearson Correlation
-.04
7
1.000*
*
-.28
3
1.000*
*
-.28
3
1.000*
*
-.28
3 1
-.13
6 .65
9*
-.28
3
-.54
5
-.28
3
-.54
5
-.20
1
-.13
6
-.04
7
1.000*
*
-.20
1 .773**
-.04
7 .65
9*
-.04
7
-.28
3
-.36
4
-.13
6
-.04
7
-.04
7
-.28
3 .17
0
Sig. (2-tailed)
.897
.000
.429
.000
.429
.000
.429
.70
7 .03
8 .42
9 .10
3 .42
9 .10
3 .57
8 .70
7 .89
7 .00
0 .57
8 .00
9 .89
7 .03
8 .89
7 .42
9 .30
2 .70
7 .89
7 .89
7 .42
9 .63
9
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 9
Pearson Correlation
.895**
-.13
6 .65
9*
-.13
6 .895**
-.13
6 .65
9*
-.13
6 1
-.04
7 .895**
-.09
1 .895**
-.09
1 .804**
.318
.895**
-.13
6 .804**
-.13
6 .895**
-.04
7 .895**
.895**
.773**
.773**
.895**
.895**
.895**
.902**
Sig. (2-tailed)
.000
.707
.038
.707
.000
.707
.038
.707
.89
7 .00
0 .80
3 .00
0 .80
3 .00
5 .37
0 .00
0 .70
7 .00
5 .70
7 .00
0 .89
7 .00
0 .00
0 .00
9 .00
9 .00
0 .00
0 .00
0 .00
0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 10
Pearson Correlation
-.22
0 .65
9*
-.22
0 .65
9* .02
4 .65
9*
-.22
0 .65
9*
-.04
7 1 .02
4 .04
7 .02
4 .04
7
-.15
6 .18
8
-.22
0 .65
9*
-.15
6 .65
9*
-.22
0
1.000*
*
-.22
0 .02
4
-.04
7
-.28
3
-.22
0
-.22
0 .02
4 .25
3
Sig. (2-tailed)
.542
.038
.542
.038
.947
.038
.542
.038
.897
.94
7 .89
7 .94
7 .89
7 .66
7 .60
2 .54
2 .03
8 .66
7 .03
8 .54
2 .00
0 .54
2 .94
7 .89
7 .42
9 .54
2 .54
2 .94
7 .48
0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
120
pola 11
Pearson Correlation
.756*
-.28
3 .75
6*
-.28
3
1.000*
*
-.28
3 .75
6*
-.28
3 .895**
.024 1
.047
1.000*
* .04
7 .885**
.188
.756*
-.28
3 .885**
-.28
3 .75
6* .02
4 .75
6*
1.000*
* .895**
.659*
.756*
.756*
1.000*
* .860**
Sig. (2-tailed)
.011
.429
.011
.429
.000
.429
.011
.429
.000
.947
.89
7 .00
0 .89
7 .00
1 .60
2 .01
1 .42
9 .00
1 .42
9 .01
1 .94
7 .01
1 .00
0 .00
0 .03
8 .01
1 .01
1 .00
0 .00
1
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 12
Pearson Correlation
-.42
4
-.54
5
-.18
8
-.54
5 .04
7
-.54
5
-.18
8
-.54
5
-.09
1 .04
7 .04
7 1 .04
7
1.000*
*
-.30
2 .59
1
-.42
4
-.54
5
-.30
2
-.31
8
-.42
4 .04
7
-.42
4 .04
7 .13
6
-.31
8
-.42
4
-.42
4 .04
7
-.24
3
Sig. (2-tailed)
.222
.103
.602
.103
.897
.103
.602
.103
.803
.897
.897
.89
7 .00
0 .39
7 .07
2 .22
2 .10
3 .39
7 .37
0 .22
2 .89
7 .22
2 .89
7 .70
7 .37
0 .22
2 .22
2 .89
7 .49
9
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 13
Pearson Correlation
.756*
-.28
3 .75
6*
-.28
3
1.000*
*
-.28
3 .75
6*
-.28
3 .895**
.024
1.000*
* .04
7 1 .04
7 .885**
.188
.756*
-.28
3 .885**
-.28
3 .75
6* .02
4 .75
6*
1.000*
* .895**
.659*
.756*
.756*
1.000*
* .860**
Sig. (2-tailed)
.011
.429
.011
.429
.000
.429
.011
.429
.000
.947
.000
.897
.89
7 .00
1 .60
2 .01
1 .42
9 .00
1 .42
9 .01
1 .94
7 .01
1 .00
0 .00
0 .03
8 .01
1 .01
1 .00
0 .00
1
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 14
Pearson Correlation
-.42
4
-.54
5
-.18
8
-.54
5 .04
7
-.54
5
-.18
8
-.54
5
-.09
1 .04
7 .04
7
1.000*
* .04
7 1
-.30
2 .59
1
-.42
4
-.54
5
-.30
2
-.31
8
-.42
4 .04
7
-.42
4 .04
7 .13
6
-.31
8
-.42
4
-.42
4 .04
7
-.24
3
Sig. (2-tailed)
.222
.103
.602
.103
.897
.103
.602
.103
.803
.897
.897
.000
.897
.39
7 .07
2 .22
2 .10
3 .39
7 .37
0 .22
2 .89
7 .22
2 .89
7 .70
7 .37
0 .22
2 .22
2 .89
7 .49
9
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 15
Pearson Correlation
.885**
-.20
1 .885**
-.20
1 .885**
-.20
1 .885**
-.20
1 .804**
-.15
6 .885**
-.30
2 .885**
-.30
2 1
-.20
1 .885**
-.20
1
1.000*
*
-.20
1 .885**
-.15
6 .885**
.885**
.804**
.804**
.885**
.885**
.885**
.838**
Sig. (2-tailed)
.001
.578
.001
.578
.001
.578
.001
.578
.005
.667
.001
.397
.001
.397
.57
8 .00
1 .57
8 .00
0 .57
8 .00
1 .66
7 .00
1 .00
1 .00
5 .00
5 .00
1 .00
1 .00
1 .00
2
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 16
Pearson Correlation
-.04
7
-.13
6
-.04
7
-.13
6 .18
8
-.13
6
-.28
3
-.13
6 .31
8 .18
8 .18
8 .59
1 .18
8 .59
1
-.20
1 1
-.04
7
-.13
6
-.20
1 .09
1
-.04
7 .18
8
-.04
7 .18
8 .09
1
-.13
6
-.04
7
-.04
7 .18
8 .14
1
121
Sig. (2-tailed)
.897
.707
.897
.707
.602
.707
.429
.707
.370
.602
.602
.072
.602
.072
.578
.89
7 .70
7 .57
8 .80
3 .89
7 .60
2 .89
7 .60
2 .80
3 .70
7 .89
7 .89
7 .60
2 .69
9
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 17
Pearson Correlation
1.000*
*
-.04
7 .75
6*
-.04
7 .75
6*
-.04
7 .75
6*
-.04
7 .895**
-.22
0 .75
6*
-.42
4 .75
6*
-.42
4 .885**
-.04
7 1
-.04
7 .885**
-.04
7
1.000*
*
-.22
0
1.000*
* .75
6* .65
9* .895**
1.000*
*
1.000*
* .75
6* .860**
Sig. (2-tailed)
.000
.897
.011
.897
.011
.897
.011
.897
.000
.542
.011
.222
.011
.222
.001
.897
.89
7 .00
1 .89
7 .00
0 .54
2 .00
0 .01
1 .03
8 .00
0 .00
0 .00
0 .01
1 .00
1
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 18
Pearson Correlation
-.04
7
1.000*
*
-.28
3
1.000*
*
-.28
3
1.000*
*
-.28
3
1.000*
*
-.13
6 .65
9*
-.28
3
-.54
5
-.28
3
-.54
5
-.20
1
-.13
6
-.04
7 1
-.20
1 .773**
-.04
7 .65
9*
-.04
7
-.28
3
-.36
4
-.13
6
-.04
7
-.04
7
-.28
3 .17
0
Sig. (2-tailed)
.897
.000
.429
.000
.429
.000
.429
.000
.707
.038
.429
.103
.429
.103
.578
.707
.897
.57
8 .00
9 .89
7 .03
8 .89
7 .42
9 .30
2 .70
7 .89
7 .89
7 .42
9 .63
9
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 19
Pearson Correlation
.885**
-.20
1 .885**
-.20
1 .885**
-.20
1 .885**
-.20
1 .804**
-.15
6 .885**
-.30
2 .885**
-.30
2
1.000*
*
-.20
1 .885**
-.20
1 1
-.20
1 .885**
-.15
6 .885**
.885**
.804**
.804**
.885**
.885**
.885**
.838**
Sig. (2-tailed)
.001
.578
.001
.578
.001
.578
.001
.578
.005
.667
.001
.397
.001
.397
.000
.578
.001
.578
.57
8 .00
1 .66
7 .00
1 .00
1 .00
5 .00
5 .00
1 .00
1 .00
1 .00
2
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 20
Pearson Correlation
-.04
7 .773**
-.04
7 .773**
-.28
3 .773**
-.28
3 .773**
-.13
6 .65
9*
-.28
3
-.31
8
-.28
3
-.31
8
-.20
1 .09
1
-.04
7 .773**
-.20
1 1
-.04
7 .65
9*
-.04
7
-.28
3
-.36
4
-.13
6
-.04
7
-.04
7
-.28
3 .17
0
Sig. (2-tailed)
.897
.009
.897
.009
.429
.009
.429
.009
.707
.038
.429
.370
.429
.370
.578
.803
.897
.009
.578
.89
7 .03
8 .89
7 .42
9 .30
2 .70
7 .89
7 .89
7 .42
9 .63
9
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 21
Pearson Correlation
1.000*
*
-.04
7 .75
6*
-.04
7 .75
6*
-.04
7 .75
6*
-.04
7 .895**
-.22
0 .75
6*
-.42
4 .75
6*
-.42
4 .885**
-.04
7
1.000*
*
-.04
7 .885**
-.04
7 1
-.22
0
1.000*
* .75
6* .65
9* .895**
1.000*
*
1.000*
* .75
6* .860**
Sig. (2-tailed)
.000
.897
.011
.897
.011
.897
.011
.897
.000
.542
.011
.222
.011
.222
.001
.897
.000
.897
.001
.897
.54
2 .00
0 .01
1 .03
8 .00
0 .00
0 .00
0 .01
1 .00
1
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
122
pola 22
Pearson Correlation
-.22
0 .65
9*
-.22
0 .65
9* .02
4 .65
9*
-.22
0 .65
9*
-.04
7
1.000*
* .02
4 .04
7 .02
4 .04
7
-.15
6 .18
8
-.22
0 .65
9*
-.15
6 .65
9*
-.22
0 1
-.22
0 .02
4
-.04
7
-.28
3
-.22
0
-.22
0 .02
4 .25
3
Sig. (2-tailed)
.542
.038
.542
.038
.947
.038
.542
.038
.897
.000
.947
.897
.947
.897
.667
.602
.542
.038
.667
.038
.542
.54
2 .94
7 .89
7 .42
9 .54
2 .54
2 .94
7 .48
0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 23
Pearson Correlation
1.000*
*
-.04
7 .75
6*
-.04
7 .75
6*
-.04
7 .75
6*
-.04
7 .895**
-.22
0 .75
6*
-.42
4 .75
6*
-.42
4 .885**
-.04
7
1.000*
*
-.04
7 .885**
-.04
7
1.000*
*
-.22
0 1 .75
6* .65
9* .895**
1.000*
*
1.000*
* .75
6* .860**
Sig. (2-tailed)
.000
.897
.011
.897
.011
.897
.011
.897
.000
.542
.011
.222
.011
.222
.001
.897
.000
.897
.001
.897
.000
.542
.01
1 .03
8 .00
0 .00
0 .00
0 .01
1 .00
1
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 24
Pearson Correlation
.756*
-.28
3 .75
6*
-.28
3
1.000*
*
-.28
3 .75
6*
-.28
3 .895**
.024
1.000*
* .04
7
1.000*
* .04
7 .885**
.188
.756*
-.28
3 .885**
-.28
3 .75
6* .02
4 .75
6* 1 .895**
.659*
.756*
.756*
1.000*
* .860**
Sig. (2-tailed)
.011
.429
.011
.429
.000
.429
.011
.429
.000
.947
.000
.897
.000
.897
.001
.602
.011
.429
.001
.429
.011
.947
.011
.00
0 .03
8 .01
1 .01
1 .00
0 .00
1
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 25
Pearson Correlation
.659*
-.36
4 .65
9*
-.36
4 .895**
-.36
4 .65
9*
-.36
4 .773**
-.04
7 .895**
.136
.895**
.136
.804**
.091
.659*
-.36
4 .804**
-.36
4 .65
9*
-.04
7 .65
9* .895** 1
.545
.659*
.659*
.895**
.726*
Sig. (2-tailed)
.038
.302
.038
.302
.000
.302
.038
.302
.009
.897
.000
.707
.000
.707
.005
.803
.038
.302
.005
.302
.038
.897
.038
.000
.10
3 .03
8 .03
8 .00
0 .01
7
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 26
Pearson Correlation
.895**
-.13
6 .65
9*
-.13
6 .65
9*
-.13
6 .895**
-.13
6 .773**
-.28
3 .65
9*
-.31
8 .65
9*
-.31
8 .804**
-.13
6 .895**
-.13
6 .804**
-.13
6 .895**
-.28
3 .895**
.659*
.545 1
.895**
.895**
.659*
.741*
Sig. (2-tailed)
.000
.707
.038
.707
.038
.707
.000
.707
.009
.429
.038
.370
.038
.370
.005
.707
.000
.707
.005
.707
.000
.429
.000
.038
.103
.00
0 .00
0 .03
8 .01
4
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 27
Pearson Correlation
1.000*
*
-.04
7 .75
6*
-.04
7 .75
6*
-.04
7 .75
6*
-.04
7 .895**
-.22
0 .75
6*
-.42
4 .75
6*
-.42
4 .885**
-.04
7
1.000*
*
-.04
7 .885**
-.04
7
1.000*
*
-.22
0
1.000*
* .75
6* .65
9* .895** 1
1.000*
* .75
6* .860**
123
Sig. (2-tailed)
.000
.897
.011
.897
.011
.897
.011
.897
.000
.542
.011
.222
.011
.222
.001
.897
.000
.897
.001
.897
.000
.542
.000
.011
.038
.000
.00
0 .01
1 .00
1
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 28
Pearson Correlation
1.000*
*
-.04
7 .75
6*
-.04
7 .75
6*
-.04
7 .75
6*
-.04
7 .895**
-.22
0 .75
6*
-.42
4 .75
6*
-.42
4 .885**
-.04
7
1.000*
*
-.04
7 .885**
-.04
7
1.000*
*
-.22
0
1.000*
* .75
6* .65
9* .895**
1.000*
* 1 .75
6* .860**
Sig. (2-tailed)
.000
.897
.011
.897
.011
.897
.011
.897
.000
.542
.011
.222
.011
.222
.001
.897
.000
.897
.001
.897
.000
.542
.000
.011
.038
.000
.000
.01
1 .00
1
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
pola 29
Pearson Correlation
.756*
-.28
3 .75
6*
-.28
3
1.000*
*
-.28
3 .75
6*
-.28
3 .895**
.024
1.000*
* .04
7
1.000*
* .04
7 .885**
.188
.756*
-.28
3 .885**
-.28
3 .75
6* .02
4 .75
6*
1.000*
* .895**
.659*
.756*
.756* 1
.860**
Sig. (2-tailed)
.011
.429
.011
.429
.000
.429
.011
.429
.000
.947
.000
.897
.000
.897
.001
.602
.011
.429
.001
.429
.011
.947
.011
.000
.000
.038
.011
.011
.00
1
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
total
Pearson Correlation
.860**
.170
.708*
.170
.860**
.170
.693*
.170
.902**
.253
.860**
-.24
3 .860**
-.24
3 .838**
.141
.860**
.170
.838**
.170
.860**
.253
.860**
.860**
.726*
.741*
.860**
.860**
.860** 1
Sig. (2-tailed)
.001
.639
.022
.639
.001
.639
.026
.639
.000
.480
.001
.499
.001
.499
.002
.699
.001
.639
.002
.639
.001
.480
.001
.001
.017
.014
.001
.001
.001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
124
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of
Items
.917 29
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
pola1 742.000 105.733 .842 .909
pola 2 743.000 115.789 .106 .921
pola 3 742.000 107.956 .675 .912
pola 4 743.000 115.789 .106 .921
pola 5 742.000 105.733 .842 .909
pola 6 743.000 115.789 .106 .921
125
pola 7 742.000 108.178 .658 .912
pola 8 743.000 115.789 .106 .921
pola 9 743.000 104.678 .888 .908
pola 10 742.000 114.622 .194 .919
pola 11 742.000 105.733 .842 .909
pola 12 745.000 122.056 -.302 .926
pola 13 742.000 105.733 .842 .909
pola 14 745.000 122.056 -.302 .926
pola 15 741.000 106.767 .820 .910
pola 16 743.000 116.233 .077 .921
pola 17 742.000 105.733 .842 .909
pola 18 743.000 115.789 .106 .921
pola 19 741.000 106.767 .820 .910
pola 20 743.000 115.789 .106 .921
pola 21 742.000 105.733 .842 .909
pola 22 742.000 114.622 .194 .919
pola 23 742.000 105.733 .842 .909
pola 24 742.000 105.733 .842 .909
pola 25 743.000 107.344 .693 .911
pola 26 743.000 107.122 .709 .911
pola 27 742.000 105.733 .842 .909
pola 28 742.000 105.733 .842 .909
pola 29 742.000 105.733 .842 .909
126
Uji Validitas Kuesioner Tingkat Kemandirian Anak Secara Fisik
Correlations
mandiri 1
mandiri 2
mandiri 3
mandiri 4
mandiri 5
mandiri 6
mandiri 7
mandiri 8
mandiri 9
mandiri 10
mandiri 11
mandiri 12
mandiri 13
mandiri 14
mandiri 15
mandiri 16
mandiri 17
mandiri 18
mandiri 19
mandiri 20
mandiri 21
mandiri 22 total
mandiri 1
Pearson Correlation
1 -.248 .813** -.196 .763* .681* 1.000
** .670* .813** 1.000
** -.111 .813** -.111 1.000
** .813** .444 -.111 -.318 .207 .323 .040 .813** .851**
Sig. (2-tailed)
.489 .004 .587 .010 .030 .000 .034 .004 .000 .760 .004 .760 .000 .004 .198 .760 .371 .567 .363 .912 .004 .002
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
mandiri 2
Pearson Correlation
-.248 1 -.364 -.292 -.519 -.554 -.248 .214 .218 -.248 -.248 -.364 -.248 -.248 -.364 -.373 .248 .395 -.092 -.328 -.090 -.364 -.289
Sig. (2-tailed)
.489
.302 .412 .124 .097 .489 .552 .545 .489 .489 .302 .489 .489 .302 .289 .489 .259 .799 .355 .805 .302 .418
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
mandiri 3
Pearson Correlation
.813** -.364 1 .287 .923** .815** .813** .795** .619 .813** -.163 1.000
** -.163 .813** .619 .488 -.163 -.052 .061 .644* .059 .619 .902**
Sig. (2-tailed)
.004 .302
.421 .000 .004 .004 .006 .056 .004 .653 .000 .653 .004 .056 .153 .653 .887 .868 .044 .872 .056 .000
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
mandiri 4
Pearson Correlation
-.196 -.292 .287 1 .176 .473 -.196 .150 -.287 -.196 -.196 .287 .458 -.196 .096 -.114 -.196 .582 .122 .656* .189 .096 .259
Sig. (2-tailed)
.587 .412 .421
.627 .167 .587 .679 .421 .587 .587 .421 .184 .587 .793 .753 .587 .077 .738 .039 .601 .793 .470
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
mandiri 5
Pearson Correlation
.763* -.519 .923** .176 1 .776** .763* .639* .534 .763* .100 .923** -.232 .763* .534 .763* -.232 -.243 -.062 .499 .084 .534 .824**
Sig. (2-tailed)
.010 .124 .000 .627
.008 .010 .047 .112 .010 .784 .000 .519 .010 .112 .010 .519 .499 .866 .142 .818 .112 .003
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Lampiran 11
127
mandiri 6
Pearson Correlation
.681* -.554 .815** .473 .776** 1 .681* .516 .453 .681* .062 .815** .371 .681* .815** .371 -.248 .079 .345 .719* .201 .815** .899**
Sig. (2-tailed)
.030 .097 .004 .167 .008
.030 .127 .189 .030 .865 .004 .291 .030 .004 .291 .490 .829 .328 .019 .577 .004 .000
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
mandiri 7
Pearson Correlation
1.000** -.248 .813** -.196 .763* .681* 1 .670* .813**
1.000** -.111 .813** -.111
1.000** .813** .444 -.111 -.318 .207 .323 .040 .813** .851**
Sig. (2-tailed)
.000 .489 .004 .587 .010 .030
.034 .004 .000 .760 .004 .760 .000 .004 .198 .760 .371 .567 .363 .912 .004 .002
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
mandiri 8
Pearson Correlation
.670* .214 .795** .150 .639* .516 .670* 1 .795** .670* -.287 .795** -.287 .670* .421 .351 -.287 .091 -.178 .329 -.127 .421 .717*
Sig. (2-tailed)
.034 .552 .006 .679 .047 .127 .034
.006 .034 .421 .006 .421 .034 .226 .320 .421 .802 .622 .353 .727 .226 .020
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
mandiri 9
Pearson Correlation
.813** .218 .619 -.287 .534 .453 .813** .795** 1 .813** -.163 .619 -.163 .813** .619 .325 -.163 -.052 .061 .129 .059 .619 .713*
Sig. (2-tailed)
.004 .545 .056 .421 .112 .189 .004 .006
.004 .653 .056 .653 .004 .056 .359 .653 .887 .868 .723 .872 .056 .021
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
mandiri 10
Pearson Correlation
1.000** -.248 .813** -.196 .763* .681*
1.000** .670* .813** 1 -.111 .813** -.111
1.000** .813** .444 -.111 -.318 .207 .323 .040 .813** .851**
Sig. (2-tailed)
.000 .489 .004 .587 .010 .030 .000 .034 .004
.760 .004 .760 .000 .004 .198 .760 .371 .567 .363 .912 .004 .002
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
mandiri 11
Pearson Correlation
-.111 -.248 -.163 -.196 .100 .062 -.111 -.287 -.163 -.111 1 -.163 -.111 -.111 -.163 .444 -.111 -.318 -.207 -.264 -.361 -.163 -.147
Sig. (2-tailed)
.760 .489 .653 .587 .784 .865 .760 .421 .653 .760
.653 .760 .760 .653 .198 .760 .371 .567 .461 .305 .653 .686
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
128
mandiri 12
Pearson Correlation
.813** -.364 1.000
** .287 .923** .815** .813** .795** .619 .813** -.163 1 -.163 .813** .619 .488 -.163 -.052 .061 .644* .059 .619 .902**
Sig. (2-tailed)
.004 .302 .000 .421 .000 .004 .004 .006 .056 .004 .653
.653 .004 .056 .153 .653 .887 .868 .044 .872 .056 .000
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
mandiri 13
Pearson Correlation
-.111 -.248 -.163 .458 -.232 .371 -.111 -.287 -.163 -.111 -.111 -.163 1 -.111 .488 -.389 -.111 .389 .620 .323 .441 .488 .147
Sig. (2-tailed)
.760 .489 .653 .184 .519 .291 .760 .421 .653 .760 .760 .653
.760 .153 .267 .760 .267 .056 .363 .202 .153 .686
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
mandiri 14
Pearson Correlation
1.000** -.248 .813** -.196 .763* .681*
1.000** .670* .813**
1.000** -.111 .813** -.111 1 .813** .444 -.111 -.318 .207 .323 .040 .813** .851**
Sig. (2-tailed)
.000 .489 .004 .587 .010 .030 .000 .034 .004 .000 .760 .004 .760
.004 .198 .760 .371 .567 .363 .912 .004 .002
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
mandiri 15
Pearson Correlation
.813** -.364 .619 .096 .534 .815** .813** .421 .619 .813** -.163 .619 .488 .813** 1 .163 -.163 -.052 .545 .473 .294 1.000
** .833**
Sig. (2-tailed)
.004 .302 .056 .793 .112 .004 .004 .226 .056 .004 .653 .056 .153 .004
.653 .653 .887 .104 .168 .410 .000 .003
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
mandiri 16
Pearson Correlation
.444 -.373 .488 -.114 .763* .371 .444 .351 .325 .444 .444 .488 -.389 .444 .163 1 -.389 -.495 -.413 -.044 -.060 .163 .396
Sig. (2-tailed)
.198 .289 .153 .753 .010 .291 .198 .320 .359 .198 .198 .153 .267 .198 .653
.267 .146 .235 .904 .869 .653 .257
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
mandiri 17
Pearson Correlation
-.111 .248 -.163 -.196 -.232 -.248 -.111 -.287 -.163 -.111 -.111 -.163 -.111 -.111 -.163 -.389 1 .389 .620 .323 .441 -.163 -.059
Sig. (2-tailed)
.760 .489 .653 .587 .519 .490 .760 .421 .653 .760 .760 .653 .760 .760 .653 .267
.267 .056 .363 .202 .653 .872
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
129
mandiri 18
Pearson Correlation
-.318 .395 -.052 .582 -.243 .079 -.318 .091 -.052 -.318 -.318 -.052 .389 -.318 -.052 -.495 .389 1 .460 .551 .498 -.052 .121
Sig. (2-tailed)
.371 .259 .887 .077 .499 .829 .371 .802 .887 .371 .371 .887 .267 .371 .887 .146 .267
.181 .099 .143 .887 .738
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
mandiri 19
Pearson Correlation
.207 -.092 .061 .122 -.062 .345 .207 -.178 .061 .207 -.207 .061 .620 .207 .545 -.413 .620 .460 1 .601 .672* .545 .382
Sig. (2-tailed)
.567 .799 .868 .738 .866 .328 .567 .622 .868 .567 .567 .868 .056 .567 .104 .235 .056 .181
.066 .033 .104 .276
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
mandiri 20
Pearson Correlation
.323 -.328 .644* .656* .499 .719* .323 .329 .129 .323 -.264 .644* .323 .323 .473 -.044 .323 .551 .601 1 .519 .473 .705*
Sig. (2-tailed)
.363 .355 .044 .039 .142 .019 .363 .353 .723 .363 .461 .044 .363 .363 .168 .904 .363 .099 .066
.124 .168 .023
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
mandiri 21
Pearson Correlation
.040 -.090 .059 .189 .084 .201 .040 -.127 .059 .040 -.361 .059 .441 .040 .294 -.060 .441 .498 .672* .519 1 .294 .318
Sig. (2-tailed)
.912 .805 .872 .601 .818 .577 .912 .727 .872 .912 .305 .872 .202 .912 .410 .869 .202 .143 .033 .124
.410 .371
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
mandiri 22
Pearson Correlation
.813** -.364 .619 .096 .534 .815** .813** .421 .619 .813** -.163 .619 .488 .813** 1.000
** .163 -.163 -.052 .545 .473 .294 1 .833**
Sig. (2-tailed)
.004 .302 .056 .793 .112 .004 .004 .226 .056 .004 .653 .056 .153 .004 .000 .653 .653 .887 .104 .168 .410
.003
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
total Pearson Correlation
.851** -.289 .902** .259 .824** .899** .851** .717* .713* .851** -.147 .902** .147 .851** .833** .396 -.059 .121 .382 .705* .318 .833** 1
Sig. (2-tailed)
.002 .418 .000 .470 .003 .000 .002 .020 .021 .002 .686 .000 .686 .002 .003 .257 .872 .738 .276 .023 .371 .003
N
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
130
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of
Items
.903 22
131
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
mandiri 1 72.20 130.844 .836 .894
mandiri 2 72.50 148.722 -.341 .914
mandiri 3 72.50 121.167 .883 .888
mandiri 4 72.60 137.822 .173 .908
mandiri 5 72.70 123.567 .792 .891
mandiri 6 72.80 120.178 .878 .888
mandiri 7
72.30 124.900 .827 .891 mandiri 8
72.90 125.656 .667 .894 mandiri 9
72.50 126.056 .664 .895 mandiri 10
72.20 130.844 .836 .894 mandiri 11
72.20 145.956 -.198 .910 mandiri 12
72.50 121.167 .883 .888 mandiri 13
72.10 142.322 .121 .904 mandiri 14
72.30 124.900 .827 .891 mandiri 15
72.50 122.944 .803 .891
132
mandiri 16
73.40 132.933 .302 .906 mandiri 17
72.10 143.878 -.085 .906 mandiri 18
72.90 141.433 .039 .910 mandiri 19
72.50 136.278 .319 .903 mandiri 20
72.90 124.544 .649 .895 mandiri 21
72.90 137.433 .250 .904 mandiri 22
72.50 122.944 .803 .891
133
Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Pola Asuh Orangtua
Tipe-Tipe
Pola Asuh
Orangtua
Indikator
Pilihan Jawaban
Jumlah Favorable Unfavorable
Pola Asuh
Authoritaria
n (Otoriter)
Sikap “acceptance” rendah,
namun kontrolnya tinggi. 4 1 2
Suka menghukum secara
fisik. 3 - 1
Bersikap mengomando
(mengharuskan/memerintah
anak untuk melakukan
sesuatu tanpa kompromi).
6 - 1
Bersikap kaku (keras) 2 - 1
Cenderung emosional dan
bersikap menolak. 5 - 1
Pola asuh
Permissiven
ess
( Permisif )
Sikap “acceptance” tinggi,
namun kontrolnya rendah. 9,10,11 - 3
Memberi kebebasan kepada
anak untuk menyatakan
dorongan/keinginannya.
7,8 12 3
Pola Asuh
Authoritatti
ve
(Demokrati
s)
Sikap “acceptance” dan
kontrolnhyaa tinggi. 13,17 - 2
Bersikap responsif terhadap
kebutuhan anak. 14 - 1
Mendorong anak untuk
menyatakan pendapat atau
pertanyaan.
15 - 1
Memberikan penjelasan
tentang dampak perbuatan
yang baik dan yang buruk.
16 18 2
Total 15 3 18
Lampiran 12
134
Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Tingkat Kemandirian Anak Secara Fisik
No. Indikator No. Pertanyaan
Jumlah Favorable Unfavorable
1. Makan dan minum 1 - 1
2. Memakai pakaian, kaos kaki dan
sepatu 2,3 - 2
3. Anak tidur tanpa didampingi 4 - 1
4. Anak dapat merapikan tempat
tidur sendiri 5 - 1
5. Merawat diri sendiri dalam hal
mencuci tangan dan/atau
menggunakan toilet
6 7 2
6. Mengambil/meletakkan sendiri
alat tulis yang dibutuhkan 8 - 1
7. Anak tidak menangis ketika
ditinggal orangtua selama sekolah
berlangsung
9,10 - 2
8. Mampu bermain bersama teman
sebaya tanpa ditunggui - 11 1
9. Mampu melakukan tugas seperti
merapikan tas ketika akan pulang
sekolah, dan anak dapat memilih
kegiatan yang disukai seperti
menari, menulis, menggambar,
bermain boneka, serta anak tidak
lagi ditunggui oleh orang tua atau
pengasuhnya
13 12 2
Total 10 3 13
Lampiran 13
135
KUESIONER POLA ASUH ORANGTUA
Berikut ini ada beberapa pernyataan mengenai sikap anda sebagai orang tua.
Untuk pilihan pendidikan, penghasilan, dan jumlah anak, anda cukup
memberi tanda (√) pada kotak yang telah disediakan.
Anda diminta memilih salah satu dari sikap orangtua yang paling sesuai
atau mendekati dengan kehidupan anda sehari-hari, dengan cara member
tanda silang huruf di depannya. Usahakan tidak ada satupun pernyataan
yang terlewatkan.
Kode Responden : ........... (diisi peneliti)
Biodata Responden :
Nama Responden : Ny. .... (inisial)
Umur :
Pendidikan : (…)Tidak Sekolah (…)SD (…)SMP (…)SMA (…)D3/S1
Pekerjaan : Tidak Bekerja(…) Pedagang (…) Petani(…) PNS (…)
Swasta (…)
Nama anak : An. .... (inisial)
Umur anak :
Jenis kelamin :
Pertanyaan
1. Ketika anak tidak menerapkan peraturan sehari-hari yang saya
tetapkan, maka :
a. Saya memarahi anak saya
Lampiran 14
136
b. Saya membiarkan saja
c. Saya menasehati anak tentang peraturan tersebut
2. Ketika anak melanggar keinginan saya yang harus dipatuhi, maka :
a. Saya memarahi anak saya
b. Saya membiarkan anak saya
c. Saya menasehati anak saya
3. Ketika saya menghukum fisik anak kemudian ia menangis maka, :
a. Saya membiarkan saja
b. Saya menenangkan anak
c. Saya menasehati alasan saya
4. Ketika anak membantah saat saya suruh mandi sendiri, maka saya :
a. Saya memarahi anak saya
b. Saya memandikan anak saya
c. Saya menasehati agar mandi sendiri
5. Ketika saya menolak anak bermain dengan teman-temannya, maka
saya akan :
a. Saya memarahi anak saya
b. Saya membiarkan saja
c. Saya menasehati untuk bermain tepat waktu
6. Ketika saya menyuruh anak memakai baju/sepatu sendiri kemudian
anak tidak bisa, maka saya :
a. Saya memarahi anak saya
137
b. Saya memakaikan baju/sepatu
c. Saya mengajari/membimbingnya
7. Saat saya sibuk bekerja kemudian anak membutuhkan saya, maka
saya :
a. Saya memarahi anak saya
b. Saya membiarkan anak saya
c. Saya menasehati anak saya
8. Ketika anak saya menginginkan sesuatu tanpa meminta, maka saya :
a. Saya membiarkan anak saya
b. Saya memenuhi tanpa anak minta
c. Saya menawarkan yang anak minta
9. Ketika anak minta ditemani saat BAK/BAB, maka saya :
a. Saya menyuruh anak untuk BAK/BAB sendiri
b. Saya menemani anak BAK/BAB
c. Saya menasehati dan mengajari anak untuk BAK/BAB sendiri
10. Ketika anak memilih kegiatan yang dia sukai, maka saya :
a. Saya memilihkan untuk anak saya
b. Saya menuruti kegiatan yang anak pilih
c. Saya menasehati kegiatan yang seharusnya dipilih
11. Ketika saya membela anak saat dalam masalah dengan temannya,
maka saya :
a. Saya memarahi teman anak saya
138
b. Saya terus membela anak saya
c. Saya menasehati anak saya dan temannya
12. Saya tidak akan membiarkan anak pulang sekolah sendiri, jika anak
pulang sekolah sendiri, maka saya :
a. Saya memarahi anak saya jika pulang sendiri
b. Saya selalu menjemput anak saya
c. Saya menasehati anak saya jika pulang sendiri
13. Saat saya beri kesempatan anak untuk merapikan tempat tidurnya
maka saya akan :
a. Saya membiarkan anak saya
b. Saya membantu anak saya
c. Saya mengajari/membimbing anak saya
14. Ketika mengajarkan anak saya yang sulit makan/minum sendiri maka
saya akan :
a. Saya memarahi anak saya
b. Saya menyuapi anak saya
c. Saya menasehati anak saya
15. Ketika anak cukup beralasan saat meminta ditemani tidur, maka saya
akan :
a. Saya menolak anak saya
b. Saya menemani anak saya
c. Saya menasehati anak saya
139
16. Ketika anak dapat memutuskan pakaian yang akan dia pakai, maka
saya :
a. Saya memarahi anak saya
b. Saya menuruti anak saya
c. Saya menasehati yang seharusnya dipakai anak saya
17. Ketika saya memberikan kebebasan anak saya berpendapat maka saya
akan :
a. Saya menolak pendapat anak
b. Saya menuruti pendapat anak
c. Saya menasehati baik dan buruk pendapat anak
18. Ketika anak tidak berani sekolah sendiri saat saya tinggal maka saya :
a. Saya memarahi anak saya
b. Saya menemani anak saya
c. Saya menasehati anak saya
140
Kuesioner Kemandirian Anak Secara Fisik
No. Responden :
Nama Orangtua : Nama Anak :
Usia Orangtua : Usia Anak :
Mohon dijawab sesuai dengan situasi yang sebenarnya, dengan cara memberi
tanda centang (V) pada jawaban yang saudara pilih.
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju.
No. Pertanyaan Jawaban
SS S TS STS
1. Anak mau melakukan kegiatan makan/minum tanpa
bantuan orang lain.
2. Anak sudah bisa memakai baju/seragam tanpa
bantuan orang lain
3. Anak sudah bisa memakai sepatu sendiri tanpa
bantuan orang lain
4. Anak sudah berani tidur tanpa ditemani pengasuhnya
5. Anak membereskan tempat tidurnya
6. Anak sudah bisa BAB sendiri tanpa didampingi
7. Anak masih didampingi ketika BAK
8. Anak mau mengambil/meletakkan alat tulis yang
dibutuhkan
9. Anak sudah berani ditinggalkan orangtua selama
sekolah berlangsung
10. Anak berangkat sekolah sendiri bersama teman-
temannya
11. Anak tidak berani bermain sendiri, hanya bergantung
kepada pengasuhnya
12. Anak melakukan kegiatan jika dipilihkan oleh guru
13. Anak memilih mainannya sendiri dengan
keinginannya
Lampiran 15
141
Tabulasi Pola Asuh Orangtua
No. Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
Pertanyaan
Hasil Total
Tipe
Pola Asuh
Kode
SPSS
A B C
F % F % F % F %
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1. Ny. M 1 2 1 a b a a b c a a a c a a b a b b a a 11 61,1 5 27,8 2 11,1 18 100 Otoriter 1
2. Ny. D 1 2 5 a a a c b a a b c a b c b a a a a a 11 61,1 4 22,2 3 16,7 18 100 Otoriter 1
3. Ny. L 2 4 5 b b a a b b c b c c b b b b c a b b 3 16,7 11 61,1 4 22,2 18 100 Permisif 2
4. Ny. H 2 3 5 a b a b b c a b a b b c b b c b b b 4 22,2 11 61,1 3 16,7 18 100 Permisif 2
5. Ny. C 2 4 5 b c a a c c a a a b c c c c c c c c 5 27,8 2 11,1 11 61,1 18 100 Demokratis 3
6. Ny. S 2 5 4 a b c c a c a a b c c c b c c a c c 5 27,8 3 16,7 10 55,5 18 100 Demokratis 3
7. Ny. D 2 5 4 a a b b b c c b c c c c c b c c c c 2 11,1 5 27,8 11 61,1 18 100 Demokratis 3
8. Ny. Y 2 4 5 a b c c a c a a b c c c c b c c b c 4 22,2 4 22,2 10 55,5 18 100 Demokratis 3
9. Ny. L 2 4 5 a b a b c c a c b c c c b a c b c c 4 22,2 5 27,8 9 50 18 100 Demokratis 3
10 Ny. D 3 3 5 b b b c b a c b a b a b c b c b b b 3 16,7 11 61,1 4 22,2 18 100 Permisif 2
11 Ny. H 2 3 5 b b a a b a a c a a a a c a a a a a 13 72,2 3 16,7 2 11,1 18 100 Otoriter 1
12 Ny. P 2 5 4 c a c c c c a b c c c c c c c c c c 2 11,1 1 5,6 15 83,3 18 100 Demokratis 3
13 Ny. W 1 3 5 b b b c b b c b b a c b b b c b a b 2 11,1 12 66,7 4 22,2 18 100 Permisif 2
14 Ny. P 1 3 1 b b b b b b b b b a a c c b c c b b 2 11,1 12 66,7 4 22,2 18 100 Permisif 2
15 Ny. E 2 5 4 b b b c b b c b b a b c b b a a b b 3 16,7 12 66,7 3 16,7 18 100 Permisif 2
16 Ny. A 2 4 5 b b b a b b a b b a c b b b c b b b 3 16,7 13 72,2 2 11,1 18 100 Permisif 2
17 Ny. J 2 4 5 b b b c b b c b b a a b c b b b b b 2 11,1 13 72,2 3 16,7 18 100 Permisif 2
18 Ny. R 1 4 5 a b a a a a c a a a a a c b c b a a 12 66,7 3 16,7 3 16,7 18 100 Otoriter 1
19 Ny. A 2 4 5 b b b a b b c b b a b b a b a c b b 4 22,2 12 66,7 2 11,1 18 100 Permisif 2
20 Ny. P 3 5 4 a b c c c c a c c c a c c c a a b b 5 27,8 3 16,7 10 55,5 18 100 Demokratis 3
Lampiran 16
142
21 Ny. S 3 5 4 b b c b c c a c c c c c b c c b a a 3 16,7 5 27,8 10 55,5 18 100 Demokratis 3
22 Ny. A 2 5 4 b b b b a c c c c c c c c c c c a a 3 16,7 4 22,2 11 61,1 18 100 Demokratis 3
23 Ny. S 2 4 5 a a c c c a b b b b b b b b b b a b 4 22,2 11 61,1 3 16,7 18 100 Permisif 2
24 Ny. H 3 4 5 c c a c a a b b b b b b b b b b b a 4 22,2 11 61,1 3 16,7 18 100 Permisif 2
25. Ny. M 3 4 5 a a a a c c b b b b b b b b b b c b 4 22,2 11 61,1 3 16,7 18 100 Permisif 2
Total 118 26,2 187 41,6 145 32,2 450 100
Keterangan :
Indikator Pilihan Jawaban :
Pilihan jawaban A : Otoriter
Pilihan jawaban B : Permisif
Pilihan jawaban C : Demokratis
Indikator pola asuh :
Indikator 1 : Otoriter
Indikator 2 : Permisif
Indikator 3 : Demokratis
Usia :
17-25 tahun : 1
26-35 tahun : 2
36-45 tahun : 3
46-55 tahun : 4
55-65 tahun : 5
Pendidikan :
Tidak Sekolah : 1
SD : 2
SMP : 3
SMA : 4
D3/S1 : 5
Pekerjaan :
Tidak bekerja : 1
Pedagang : 2
Petani : 3
PNS : 4
Swasta : 5
Tipe Pola Asuh Orangtua:
Otoriter : 1
Permisif : 2
Demokratis : 3
143
Tabulasi Tingkat Kemandirian Secara Fisik
No. Nama Usia Jenis
Kelamin Kelas
No. Indikator
Total Tingkat
Kemandirian
Kode
SPSS
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1. E 2 2 1 4 4 1 1 3 3 3 4 4 2 2 4 3 38 Kurang Mandiri 2
2. F 2 1 1 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 4 38 Kurang Mandiri 2
3. N.I 2 2 1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 37 Kurang Mandiri 2
4. I 2 2 1 3 3 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 38 Kurang Mandiri 2
5. R 2 2 1 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 2 3 4 44 Mandiri 3
6. A 3 1 2 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 1 3 4 44 Mandiri 3
7. I 2 2 1 4 3 4 1 3 3 3 4 4 4 4 1 4 42 Mandiri 3
8. R 3 1 2 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 1 3 4 44 Mandiri 3
9. A 2 1 2 4 4 4 1 4 2 4 4 4 2 2 4 3 42 Mandiri 3
10. M 1 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 37 Kurang Mandiri 2
11. S 1 2 1 3 2 3 2 1 3 1 2 2 2 2 3 3 29 Kurang Mandiri 2
12. C 1 1 1 2 4 2 4 1 4 4 3 4 2 4 3 4 41 Mandiri 3
13. A 1 1 1 4 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 4 33 Kurang Mandiri 2
14. N 1 1 1 3 2 2 2 2 2 4 3 2 2 4 3 4 35 Kurang Mandiri 2
15. M 1 2 1 3 3 2 2 2 2 2 4 3 3 2 2 3 33 Kurang Mandiri 2
16. A 1 2 1 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 31 Kurang Mandiri 2
17. A 1 2 1 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 4 31 Kurang Mandiri 2
18. R 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 3 1 2 4 4 3 29 Kurang Mandiri 2
19. W 2 2 2 4 2 2 2 1 2 3 3 2 2 2 3 3 31 Kurang Mandiri 2
20. M 3 1 2 4 4 4 3 4 4 2 3 3 3 2 2 2 40 Mandiri 3
Lampiran 17
144
Keterangan :
Usia :
4 tahun : 1
5 tahun : 2
6 tahun : 3
Jenis kelamin :
1 : Laki-laki
2 : Perempuan
Kelas :
TK A : 1
TK B : 2
Tingkat kemandirian secara fisik :
Tidak Mandiri : 1
Kurang Mandiri : 2
Mandiri : 3
21. N 3 2 2 3 3 3 4 4 2 3 3 4 4 2 2 2 39 Mandiri 3
22. C 3 2 2 4 3 3 2 2 2 3 4 3 3 3 4 3 39 Mandiri 3
23. A 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 3 2 3 2 3 4 34 Kurang Mandiri 2
24. N 2 1 2 4 3 3 2 2 2 4 3 2 2 2 3 3 35 Kurang Mandiri 2
25. A 2 2 2 4 2 2 2 2 2 3 4 2 2 2 3 4 34 Kurang Mandiri 2
Total 84 74 68 60 63 64 71 83 71 63 59 74 84 918
145
Frequencies Statistics
Kelas usia orangtua usia anak jenis kelamin pendidikan pekerjaan pola asuh mandiri
N Valid 25 25 25 25 25 25 25 25
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
kelas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid TK A 14 56.0 56.0 56.0
TK B 11 44.0 44.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
usia orangtua
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 17-25 tahun 5 20.0 20.0 20.0
26-35 tahun 15 60.0 60.0 80.0
36-45 tahun 5 20.0 20.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
usia anak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 4 tahun 8 32.0 32.0 32.0
5 tahun 12 48.0 48.0 80.0
6 tahun 5 20.0 20.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 10 40.0 40.0 40.0
perempuan 15 60.0 60.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
Lampiran 18
146
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SD 2 8.0 8.0 8.0
SMP 5 20.0 20.0 28.0
SMA 11 44.0 44.0 72.0
DIPLOMA/SARJANA 7 28.0 28.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tdak bekerja 2 8.0 8.0 8.0
swasta 16 64.0 64.0 72.0
pegawai negeri 7 28.0 28.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
pola asuh
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid otoriter 4 16.0 16.0 16.0
permisif 12 48.0 48.0 64.0
demokratis 9 36.0 36.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
mandiri
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak mandiri 0 .0 0.0 0.0
kurang mandiri 16 64.0 64.0 64.0
mandiri 9 36.0 36.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pola asuh * mandiri 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%
147
pola asuh * mandiri Crosstabulation
mandiri
Total tidak mandiri kurang mandiri mandiri
pola asuh otoriter Count 0 4 0 4
% within pola asuh .0% 100.0% .0% 100.0%
% within mandiri .0% 25.0% .0% 16.0%
% of Total .0% 16.0% .0% 16.0%
permisif Count 0 12 0 12
% within pola asuh .0% 100.0% .0% 100.0%
% within mandiri .0% 80.0% .0% 48.0%
% of Total .0% 48.0% .0% 48.0%
demokratis Count 0 0 9 9
% within pola asuh .0% .0% 100.0% 100.0%
% within mandiri .0% .0% 100.0% 36.0%
% of Total .0% .0% 36.0% 36.0%
Total Count 16 9 25
% within pola asuh .0% 64.0% 36.0% 100.0%
% within mandiri .0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total .0% 64.0% 36.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 25.000a 2 .000
Likelihood Ratio 32.671 2 .000
Linear-by-Linear Association 18.000 1 .000
N of Valid Cases 25
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.44.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .707 .000
N of Valid Cases 25
148
Jadwal Penelitian Kegiatan
No Kegiatan
Bulan
Januari
2019
Februari
2019
Maret
2019
April
2019
Mei
2019
Juni
2019
Juli
2019
Agu
stus
2019
1 Pembuatan
dan konsul
judul
2 Bimbingan
proposal
3 Penyusunan
proposal
4 Ujian
proposal
5 Revisi
proposal
6 Pengambilan
data
7 Bimbingan
penelitian
8 Penyusunan
skripsi
9 Ujian skripsi
10 Revisi skripsi
Lampiran 19
149
DOKUMENTASI PENELITIAN
Lampiran 20
150
LEMBAR KONSULTASI
Lampiran 21