PROPOSAL SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.stikes-bhm.ac.id/296/1/BISMILLAH...
Transcript of PROPOSAL SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.stikes-bhm.ac.id/296/1/BISMILLAH...
PROPOSAL SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULAN
SAMPAH DI TEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA (TPS)
KOTA MADIUN
Oleh :
DEA NISA’ ISTIQOMAH
NIM : 201403008
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2018
i
SKRIPSI
“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULAN
SAMPAH DI TEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA (TPS)
KOTA MADIUN”
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Oleh :
DEA NISA’ ISTIQOMAH
NIM : 201403008
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2018
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dea Nisa’ Istiqomah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Madiun, 5 September 1995
Agama : Islam
Alamat : JL. Ahmad Yani, Ds. Nglandung RT. 11 RW. 02
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. TK.A. BUSTANUL ATHFAL UTERAN (2000-2002)
2. MI PLUS AL-ISLAM DAGANGAN (2002 – 2008)
3. MTSN Kota Madiun (2008 – 2011)
4. SMAN 1 DAGANGAN Kab. Madiun (2011 – 2014)
5. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun (2014 –
sekarang).
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan penyususnan skripsi yang berjudul
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulan Sampah Di Tempat Penampungan
Sementara (TPS) Kota Madiun” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bimbingan, saran dan
dukungan moral kepada saya, untuk itu saya sampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Heri Martoono, S.Sos selaku kepala bagian penanganan limbah,
dan sampah DLH yang telah memberi ijin untuk penelitian ini.
2. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
3. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun dan selaku
pembimbing I yang telah membina, menyediakan waktu, tenaga dan
pikiran untuk membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.
4. Ibu Riska Ratnawati, S.KM.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah
membina, menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing
penulis dalam menyusun skripsi sehingga dapat selesai tepat waktu.
5. Bapak A. Agus Widodo, S.KM., M.M.Kes selaku penguji yang senantiasa
mendampingi dan membantu kelancaran sidang proposal ini.
6. Teman-teman dan semua pihak yang telah banyak membantu penelitian
Skripsi ini telah penulis susun semaksimal mungkin, namun penulis
menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan ini. Demi perbaikan
skripsi ini, maka diharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun.
Madiun, 14 Agustus 2018
Penyusun
vii
Halaman Persembahan
Alhamdulillah, sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Berkat cinta dan
kasih sayangNya telah memberikan kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkanku dengan cinta. Tiada yang mampu menopang ku selainNya dan
segala kesulitan yang ku temui diberikanNya jalan keluar dengan teramat baik.
Coretan sederhana ini kurampungkan dengan tetesan air mata dan segala keluh
dan syukur yang akhirnya dapat kuselesaikan dengan tepat. Dengan segala
kerendahan hati dan mengharapkan ridhoMu Ya Allah. Kupersembahkan karya
sederhana ini kepada yang tercinta, terima kasih untuk :
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan Rahmat, Taufik serta HidayahNya
kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan karya ini dengan baik.
2. Bakti dan cinta untuk Ayahanda tercinta Iskandar yang paling sabar dan
memberikan ku dukungan tanpa henti dan Ibunda Triyani yang selalu
mengajariku menjadi wanita kuat dalam segala hal dalam hidup, tanda hormat
kuspersembahkan, serta rasa terimakasih yang tiada terhingga apa yang Adinda
peroleh hari ini belum mampu membayar setetes keringat dan air mata
Ayahanda & Ibunda. Serta keluarga besarku yang telah memberi dukungan
mental maupun material.
3. Untuk Ibu Kaprodi S1 Kesehatan Masyarakat serta jajaran dosen dan karyawan
Stikes BHM terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala dukungan yang
telah diberikan.
3. Untuk dosen pembimbing Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes dan Ibu
Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes dan penguji ku Bapak A. Agus Widodo
S.KM., M. M.Kes terimakasih atas kesabarannya dalam membimbing dan
ilmunya yang melahirkan karya terindah sehingga saya mampu menyelesaikan
coretan sederhana ini dengan baik.
4. Untuk seluruh jajaran DLH penanganan sampah dan limbah serta pengelola
TPS yang dengan antusias memberikan jawabannya sehingga dapat saya
pertanggung jawabkan pada karya ini.
5. Untuk suamiku yang tidak lelah mengingatkanku untuk menyelesaikan coretan
ini agar berguna bagiku dan ilm untuk anak kami kelak.
6. Untuk teman-teman Kesmas Stikes BHM angkatan 2014 terimakasih banyak
atas segala dukungan, motivasi, kritik dan saran sehingga tersusunlah skripsi
yang telah kita lalui bersama ini dengan lancar.
7. Untuk sahabat-sahabatku yang sama-sama berjuang dan selalu memberi
semangat satu sama lain: Jellys, Veena, Dita, Ninies, Noerinta, Galuh, Luluk,
Lutfiana, Yudhistira, Arief, dan Tri.
8. Untuk pelatih paduan suara mahasiswa Gandara Adhi Chandra Stikes BHM
Madiun dan rekan-rekan paduan suara terimasih atas memori bernyanyi yang
tercipta dan pengorbanan yang membara.
viii
9. Semua pihak yang sudah membantu terselesaikannya coretan sederhana ini
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terima kasih atas bantuannya.
Oleh : Dea Nisa’ Istiqomah
ix
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggu Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun 2018
ABSTRAK
Dea Nisa’ Istiqomah
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULAN SAMPAH DI
TEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA (TPS) KOTA MADIUN
68 HALAMAN + 15 Tabel + 7 Gambar + 9 Lampiran
Pertumbuhan penduduk dan arus urbanisai penduduk Indonesia
sangatlah pesat. Pertumbuhan penduduk akan selalu berhubungan dengan
bertambahnya jumlah sampah. Timbulan sampah akan meningkat seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk, sedangkan komposisi sampah mengalami
perubahan setiap tahun akibat adanya perubahan pada pola hidup dan tingkat
ekonomi masyarakat. Bila tidak ditangani secara tepat akan menimbulkan
permasalahan yang cukup serius pada lingkungan. Salah satu tempat pengelolaan
sampah adalah di TPS. di Kota Madiun
Jenis penelitian ini adalah korelasi dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian terhadap timbulan sampah yang dilakukan di Kota Madiun bertujuan
untuk mengetahui rata-rata timbulan sampah di 40 TPS yang tersebar di 3
Kecamatan selama dealapan hari. Selanjutnya meneliti jumlah timbulan sampah
yang dihasilkan di Kota Madiun.
Penelitian timbulan sampah dilakukan pada TPA yang memiliki
sarana dan prasarana pengukuran berat timbulan sampah. Metode yang digunakan
adalah dengan pengukuran langsung di lapangan yaitu datang ke tempat penghasil
sampah.
Berdasarkan penelitian, banyaknya timbulan sampah di Kota Madiun
dilihat dari rata-rata perhari di tiga kecamatan yakni sejumlah 387,169 kg per-hari
Sarana dan prasarana pengumpulan sampah yang tersedia, berupa kontainer
sampah yang disediakan oleh masing-masing TPS, 2 kontainer dan 1 geroba
manual, 1 buah gerobak bermotor Untuk menangani pengumpulan sampah secara
optimal, di perlukan penambahan alat angkut berupa 2 buah gerobak sampah.
Masyarakat diharapkan dapat menyesuaikan peraturan yang ada di
TPS yang telah terjadwal sehingga pengelolaan sampah juga dapat berjalan secara
maksimal.
Kata Kunci : sampah, timbulan sampah, pengelolaan sampah
Daftar Bacaan : 2007 – 2018
x
First Degree of Public Health Study Program
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018
ABSTRACT
Dea Nisa’ Istiqomah
THE INFLUENCE FACTORS OF WASTE IN WASTE TEMPORARY GENERATION
IN MADIUN CITY
68 Page + 15 Tables + 7 Picture + 9 enclosures
Background: Current population growth and population urbanization Indonesia is
extremely rapid. Population growth will always be associated with more trash.
Solid waste generation will increase along with the population growth, whereas
the solid waste composition changes each year due to change in lifestyle and
economic level society If not properly handled will cause serious problems in the
environment. One of the waste is in landfill. In the city landfill in Madiun.
The methods of this research: Research on waste congeries conducted in
Madiun City aims to find out the average congeries on 40 which is spread in 3 districts on 8 days. Next examine the amount of waste generated in Madiun City.
The result: The waste generation research is carried out on the landfill which has
the means and infrastructure for measuring the weight of waste generation. The
method used is direct measurement in the field that is to come to the place where
the waste is produced.
Discus and conclusion: Based on the research, the number of garbage generation
in Madiun City was seen from the average per day in three sub-districts, namely
387,169 kg per day. The available garbage collection facilities and infrastructure,
in the form of garbage containers provided by each TPS, 2 containers and 1
manual cart , 1 motorized wheelbarrow To handle waste collection optimally, it
requires additional transportation in the form of 2 waste carts.
Key Word :garbage, waste generation, waste management
Reading List : 2007 - 2018
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iii
LEMBAR PERYATAAN .......................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................................. ix
ABSTRACK .............................................................................................................. x
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xv
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ................................................................. xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sampah................................................................................. 10
2.2 Sumber-Sumber Sampah ....................................................................... 10
2.3 Jenis-Jenis Sampah ................................................................................ 12
2.4 Sampah Rumah Tangga ......................................................................... 13
2.5 Dampak dari Sampah ............................................................................. 14
2.6 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga..................................................... 17
2.7 Pengelolaan Sampah .............................................................................. 18
2.8 Sanitasi Tempat Pembuangan Sementara .............................................. 25
xii
2.9 Definisi TimbulanSampah ..................................................................... 26
2.10 Faktor-Faktor Yang MempengaruhiTimbulan Sampah ....................... 27
2.11 Pengukuran Timbulan Sampah ............................................................ 28
2.12 KarakteristikTimbulan Sampah ........................................................... 31
2.13 Kerangka Teori .................................................................................... 33
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
1.1 Kerangka Konseptual ............................................................................ 34
1.2 Hipotesa Penelitian ............................................................................... 35
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian .................................................................................. 36
4.2 Populasi dan Sampel ............................................................................. 36
4.3 Teknik Sampling ................................................................................... 37
4.4 Kerangka Kerja Penelitian .................................................................... 37
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ........................ 39
4.6 Instrumen Penelitian ............................................................................. 44
4.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas .......................................................... 45
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 47
4.9 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................. 49
4.10 Analisis Data ...................................................................................... 51
4.11 Etika Penelitian ................................................................................... 53
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Kota Madiun............................................................. 54
5.2 Hasil Penelitian ...................................................................................... 55
5.3 Pembahasan............................................................................................ 62
5.4 Analisa Hubungan .................................................................................. 66
5.5 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 66
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 67
6.2 Saran ...................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ..................................................................................... 9
Tabel 4.2 Definisi Operasional .................................................................................. 40
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas ...................................................................................... 46
Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................................. 46
Tabel 4.5 Tempat Penampungan Sementara Kota Madiun ........................................ 47
Tabel 4.6 Rencana Kegiatan ...................................................................................... 48
Tabel 4.7 Coding Data danVariabel ........................................................................... 51
Tabel 5.1 Jumlah TPS ................................................................................................ 56
Tabel 5.2 Gambaran Pemilahan Sampah ................................................................... 56
Tabel 5.3 Gambaran Pengumpulan Sampah .............................................................. 57
Tabel 5.4 Gambaran Pengolahan Sampah ................................................................. 57
Tabel 5.5 Tmbulan Sampah ....................................................................................... 58
Tabel 5.6 Hubungan Pemilahan Sampah dengan Timbulan Sampah ........................ 59
Tabel 5.7 Hubungan Pengumpulan Sampah dengan Timbulan Sampah ................... 60
Tabel 5.8 Hubungan Pengolahan Sampah dengan Timbulan Sampah ...................... 61
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pemilahan Sampah Sesuai Jenisnya ....................................................... 19
Gambar 2.2 Sistem Kontainer Angkat ....................................................................... 23
Gambar 2.3 Sistem Kontainer Tetap .......................................................................... 23
Gambar 2.4 Kerangka Teori ....................................................................................... 33
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ............................................................................. 34
Gambar 4.1Kerangka Kerja Penelitian ...................................................................... 38
Gambar 5.1 Wilayah Kecamatan Kota Madiun ......................................................... 55
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Kuesioner
Lampiran 2 Lembar Observasi
Lampiran 3 Form Revisi
Lampiran 4 Rekomendasi Penelitian STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Lampiran 5 Rekomendasi Penelitian Kesbangpol Kota Madiun
Lampiran 6 Dokumentasi
Lampiran 7 Output SPSS
Lampiran 8 Form Bimbingan
xvi
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH
Waste : Sampah
KNLH : Kementrian Lingkungan Hidup
IKPLHD : Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah
SIPSN : Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional
DKP : Dinas Kebersihan dan Pertamanan
3R : Reduce, Reuse, Recycle
DLH : Dinas Lingkungan Hidup
B3 : Bahan Berbahaya dan Beracun
Garbage : Sampah yang dapat membusuk
Refuse : Sampah yang tidak dapat membusuk
Houled Container System : Sistem Kontainer Angkat
Stationary Container System: Sistem Kontainer Tetap
Cross Sectional : Potong Lintang
Total Sampling : Semua Sampel
Editing : Pengeditan
Coding : Pemberian Kode-kode
Entry : Memasukkan
Cleaning : Pengecekan
Tabulating : Pengelompokkan
Informed Consent : Lembar persetujuan
Anonymity : Tanpa nama
Confidentiality : Kerahasiaan
TPS : Tempat Penampungan Sementara
TPA : Tempat Pemrosesan Akhir
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas
masyarakat.Setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan atau
sampah. Seiring dengan tumbuhnya sebuah kota, bertambah pula beban yang
harus diterima kota tersebut. Salah satunya adalah beban akibat dari sampah
yang diproduksi oleh masyarakat perkotaan secara kolektif. Untuk kota-kota
besar, sampah akan memberikan berbagai dampak negatif yang sangat besar
apabila penanganannya tidak dilakukan secara cermat dan serius yaitu
mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan yang
merugikan atau tidak diharapkan sehingga dapat mencemari lingkungan baik
terhadap tanah, air dan udara.
Masalah sampah memang tidak ada habisnya.Permasalahan sampah
sudah menjadi persoalan serius di seluruh dunia.Sampah sendiri memiliki
definisi ialah sisa-sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam
yang berbentuk padat. Sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan,
tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang berasal dari
kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).
Permasalahan sampah merupakan hal yang sulit terselesaikan. Di
Dunia, sampah yang dihasilkan setiap tahunnyaberjumlah 1,3 miliar ton.
Selama lebih dari 50 tahun, produksi sampah dan konsumsi plastik global
terus meningkat karena seiring bertambahnya penduduk dan banyaknya
kegiatan dan aktivitas manusia.Sebanyak 299 juta ton sampah plastik
diproduksi pada 2015 yang dihasilkan dari setiap aktivitas masyarakat mulai
dari pekerjaan dan rumah tangga .Angka tersebut menegaskan kecenderungan
volume sampah dari plastik yang tinggi karena pemakaiannya dan konsumsi
masyarakat perihal sampah. Pemakaian produk plastik di dunia mencapai
sekitar 297 ton pada 2015 (Jambeck, 2015).
2
Di Indonesia data dari Kementrian Negara Lingkungan Hidup
(KNLH) tahun 2017 menyebutkan Indonesia menghasilkan sampah sebanyak
187,2 juta ton/tahun. Total keseluruhan sampah tersebut berasal dari sampah
pemukiman (perumahan, apartemen, dan lain-lain) dan sampah non-
pemukiman (industri, rumah sakit, institusi dan lain-lain)
Sedangkan di Jawa Timur sendiri penduduk berkontribusi terhadap
besarnya timbulan sampah sebanyak 17 ribu kg/hari dengan asumsi sampah
organik 60% dan sampah non organik 14% pada tahun 2016. Timbulan
sampah padat sektor industri dari 85 perusahaan data dari Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidupmencapai 24,75 m3/hari, dengan asumsi sampah yang dihasilkan
adalah 0,5 liter/karyawan/hari (SNI 3242:2008). Timbulan sampah yang
dihasilkan dari sumber bergerak (terminal, bandara, stasiun dan pelabuhan)
sebesar 63.230 m3/hari, sedangkan timbulan sampah yang dihasilkan dari
sumber tidak bergerak (pariwisata) sebesar 16.42 m3/hari (Informasi Kinerja
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) , 2016).
Kota Madiun merupakan salah satu kota berkembang yang menjadi
pusat perekonomian Provinsi Jawa Timur bagian barat yang menghasilkan
sampah sejumlah 118,5 ton/ hari. (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah
Nasional, 2018).
Saat ini sampah masih menjadi permasalahan karena dampak negatif
yang ditimbulkannya lebih besar dari pada dampak positifnya.Timbulan
sampah selain berarah positif dengan jumlah penduduk, juga merupakan
ancaman bagipeningkatan taraf hidup masyarakat karena ternyata timbulan
sampah semakin tinggi dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Awalnya, ketika terbentuknya suatu lingkungan masyarakat yang kemudian
menjadi penduduk kota, sampah belum menjadi masalah yang rumit karena
daya dukung lahan yang relatif tinggi dan volume timbulan sampah yang
relatif rendah sehingga pengelolaannya berjalan dengan alami. Sampah
menjadi permasalahan serius sejalan dengan bertambahnya penduduk dan
perubahan pola hidup masyarakat di suatu lingkungan (Kisworo, 2010).
3
Menurut Mukono (2006), dampak yang ditimbulkan apabila sampah
tidak ditangani dengan baik terdiri dari 3 aspek yaitu: Pertama, aspek
kesehatan sepertisampah dapat memberikan tempat tinggal bagi vektor
penyakit tikus, cacing, jamur dan lain-lain. Kedua, aspek lingkungan seperti
sampah dapat menggangguestetika (keindahan) dan kenyamanan yang
merupakan gangguan bagi pandangan mata dengan adanya sampah yang
berserakan dan kotor, atau tumpukan sampahyang terbengkalai adalah
pemandangan yang tidak disukai oleh sebagian besar masyarakat, membuang
sampah secara sembrangan juga dapat mengakibatkan banjir . Ketiga, aspek
masyarakat seperti dalam hal sosial masyarakat pengelolaan sampah yang
kurang baik dapat mencerminkan status keadaan sosial masyarakat serta
keadaan lingkungan yang kurang estetika akan menurunkan keinginan
wisatawan untuk datang berkunjung.
Operasional pengelolaan sampah di permukiman disyaratkan adanya
keterlibatan aktif masyarakat, pengelola sampah kota dan pengembang
perumahan baru terutama dalam mengelola dan mengadakan sarana
persampahan di lingkungan permukiman. Ketentuan pengelolaan sampah
adalah perencanaan dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah rumah,
jumlah penduduk, besaran timbulan sampah berdasarkan sumbernya. Teknik
operasional, ditentukan berdasarkan kondisi topografi dan lingkungan
pelayanan, kondisi sosial ekonomi, partisipasi masyarakat, pola operasional
dilakukan melalui pewadahan, pengumpulan, pemindahan di transfer dipo,
pengangkutan ke Tempat Pemrosesan Akhir (SNI-3242-1994). Satuan
timbulan sampah untuk kota besar adalah 2 – 2,5 L/orang/hari, atau 0,4 – 0,5
kg/orang/hari dan satuan timbulan sampah untuk kota sedang/kecil adalah 1,5
– 2 L/orang/hari, atau 0,3 – 0,4 kg/orang/hari. Pengelolaan sampah dapat
didefinisikan sebagai suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan
terhadap penimbunan, penyimpanan (sementara), pengumpulan,
pemindahan/pengangkutan, pemprosesan dan pembuangan sampah. Suatu
cara yang sesuai dengan prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat, ekonomi,
teknik, perlindungan, keindahan dan pertimbangan lingkungan lainnya dan
4
juga memperhatikan sikap masyarakat (Damanhuri dan Padmi, 2010,
Departemen Kesehatan RI, 2008).
Berdasarkan Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah menyebutkan bahwa setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah
tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan
menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan. Dengan
banyaknya sampah organik yang dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir
sampah menunjukkan bahwa masih banyak sampah organik yang belum
dilakukan pengelolaan sampah dari sumbernya dengan skala rumah tangga di
masing-masing penduduk guna mengurangi jumlah sampah organik yang
dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir sampah. Sehingga untuk masa yang
akan datang jumlah sampah organik yang dibuang ke Tempat Pemrosesan
Akhir sampah menjadi lebih sedikit dari pada sampah anorganik.Pengelolaan
sampah di lakukan dengan dua fokus utama yakni pengurangan dan
penanganan sampah.Pengurangan sampah seperti yang di jelaskan di dalam
UU maupun PP yang telah disebutkan dilakukan mulai dari sumber sampah
sampai pada pengelolaan akhir.Dimana pengurangan sampah diwujudkan
dengan keterlibatan aktif masyarakat maupun pihak pengelola sampah.
Pengurangan sampah sendiri di lakukan dengan proses 3R (Reduce, Reuse,
Recycle ). Hal ini karena sampai saat ini proses 3R dianggap yang paling
sesuai dalam mengurangi sampah di kota maupun Wilayah karena mampu
mengurangi timbulan sampah sebesar 15-20 % ( Nurhayati ; 2013).
Sedangkan untuk penanganan sampah merupakan hal teknis dalam
mengelolah sampah mulai dari pewadahan, pengumpulan, pengangkutan dan
sampai pada pemrosesan akhir. Kedua fokus pengelolaan sampah baik itu
pengurangan maupun penanganan sampah merupakan amanat dari UU
pengelolaan sampah di Indonesia sehingga harus untuk di tindaklanjuti
dengan perda pengelolaan sampah untuk setiap daerah dan juga digunakan
sebagai metode dalam pengelolaan sampah setiap kota, wilayah maupun
kawasan.
5
Dampak Sampah sendiri terhadap lingkungan menurut penelitian
Kisworo tahun 2012 yakni sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat
menimbulkan pencemaran udara seperti sumber bau sampah yang menyebar
ke daerah sekitar tempat penampungan sampah, mencemari air yang mana air
lindi dari sampah mencemari tanah sekitarnya, kemudian mencemari tanah
karena pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik menyebabkan
tumpukan sampah memerlukan waktu yang lama untuk terdegradasi.
Permasalahan penyelenggaraan pengelolaan sampah juga terjadi di
kota Madiun ini yang merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang cukup
berkembang. Peningkatan jumlah penduduk akan memicu meningkatnya
kegiatan jasa, industri, bisnis dan yang mengakibatkan daya beli masyarakat
yang bertambah di wilayah Madiun sehingga memicu meningkatnya produksi
limbah buangan atau sampah. Sampah merupakan suatu masalah yang sangat
mendasar.Kegiatan pengelolaan sampah di Kota Madiun dilaksanakan oleh
Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang meliputi kegiatan pengumpulan
sampah dari fasilitas umum, pengangkutan sampah dari TPS (Tempat
Pengumpulan Sementara) ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir). Secara
faktual, peningkatan jumlah sampah di Kota Madiun mengalami kenaikan
yang cukup signifikan, dimana pada tahun 2016 dengan penduduk yang
berjumlah 731.184 jiwa menghasilkan sampah sebesar 1.757 m3/hari yang
mana dihasilkan dari 2,39 liter/orang/hari dengan tiga komponen terbanyak
sampah adalah sampah sisa makanan sebanyak (52%), plastik (17%), dan
kertas/karton (13%). (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Madiun,2016).
Survei pendahuluan menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di
Tempat Penampungan Sementara Sentul, Sedoyo, Margobawero, Slamet
Riyadi, Nusa Penida masih kurang baik dilihat dari segi pewadahan banyak
sampah yang tercecer karena container yang kurang memadaiselain itu untuk
warga di sekitar tempat penampungan sementara juga terkena dampaknya
yaitu terganggu dengan adanyaserangga dan bau sampah yang menyengat
saat melewati TPS tersebut, ini terjadi karena dari belum adanyapemilahan
sampah antara sampah berbahaya dan beracun, sampah juga akan
6
menimbulkan banjir jika tidak dikelola dengan baik dan benar, pengumpulan
sampah belum tertata atau asal dimasukkan tanpa membedakan sampah
organik dan non-organik kedalam kontainer yang menyebabkan penumpukan
tidak terkontrol dan mengganggu pandangan, tidak diperhatikannya
pengelolaan sampah yang menimbulkan timbulan sampah semakin tidak enak
dilihat karena penuhnya kontainer di TPS terbatas.
Dari pernyataan tersebut, kondisi yang berkaitan dengan aspek peran
serta masyarakat dalam bidang persampahan masih kurang maksimal karena
kesadaran masyarakat terhadap penanganan sampah masih rendah dilihat dari
masih banyaknya masyarakat yang melakukan pembakaran sampah,
keterbatasan sumber daya manusia pengelola sampah, belum optimalnya
keterlibatan masyarakat dalam memilah sampah sejak dari sumbernya,
kurangnya penanganana pengelolaan sampah dengan metode 3R (Reduce,
Reuse, Recycle). Maka dari itu perlu adanya penelitian mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi timbulan sampah di Tempat Penampungan Sementara
(TPS) Kota Madiun sehingga diharapkan adanya pengelolaan sampah yang
baik dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memilah sampah
dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas maka rumusan masalah
yang didapat adalah :
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah di Tempat
Penampungan Sementara (TPS) Kota Madiun.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum:
Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah di
Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kota Madiun.
7
1.3.2 Tujuan Khusus:
1. Mendeskripsikan pemilahan sampah di Tempat Penampungan
Sementara (TPS)Kota Madiun
2. Mendeskripsikan pengumpulan sampah di Tempat Penampungan
Sementara (TPS) Kota Madiun
3. Mendeskripsikan pengolahan sampah di Tempat Penampungan
Sementara (TPS) Kota Madiun
4. Mengukur timbulan sampah di Tempat Penampungan Sementara
(TPS)Kota Madiun
5. Menganalisis hubungan pemilahan sampah dengan timbulan sampah
di Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kota Madiun
6. Menganalisis hubungan pengumpulan sampah dengan timbulan
sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kota Madiun
7. Menganalisis hubungan pengolahan sampah dengan timbulan
sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kota Madiun
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya
adalah :
1.4.1 Bagi Dinas Lingkungan Hidup
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
evaluasi untuk meningkatkan lualitas pengelolaan dan pengolahan
timbunan sampah untuk mewujudkan lingkungan yang sehat.
1.4.2 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sarana
informasi mahasiswa sebagai media pembelajaran tentang faktor-faktor
8
yang mempengaruhi timbunan sampah terhadap sampah yang bernilai
ekonomis.
1.4.3 Bagi Peneliti
Diharapkan penulis dapat memperdalam dan mengembangkan ilmu
pengetahuan disesuaikan dengan disiplin ilmu yang didapat dari bangku
kuliah dengan keadaan dilapangan serta mendapat pengalaman langsung
untuk mengaplikasiilmu pengetahuan yang dimiliki dalam obyek kerja
1.5 Keaslian Penelitian
Penelitian ini masih jarang dilakukan, maka dari itu peneliti tertarik
untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah di Tempat
Penampungan Sementara (TPS) Kota Madiun.
9
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No. Penelitian(Tahun) Judul Desain Variabel Hasil
1. Dina Ediana, Fitria
Fatma, Yuniliza, (2017)
ANALISIS
PENGOLAHAN
SAMPAH REDUCE,
REUSE, RECYCLE
(3R) PADA
MASYARAKAT DI
KOTA
PAYAKUMBUH
Cross
Sectional
Variabel Bebas
:
Pengetahuan
Perilaku
Sikap
Variabel
Terikat :
Pengolahan
Sampah
-Tidak ada
hubungan
status
pekerjaan
pengetahuan
terhadap
pengolahan
sampah 3R.
-Adanya
hubungan
sikap
terhadap
pengolahan
sampah 3R
2. Novita Sari, Surahma
Asti Mulasari (2017)
PENGETAHUAN,
SIKAP DAN
PENDIDIKAN
DENGAN PERILAKU
PENGELOLAAN
SAMPAH DI
KELURAHAN BENER
KECAMATAN
TEGALREJO
YOGYAKARTA
(2017)
Cross
Sectional
Variabel Bebas
:
Pengetahuan,
Sikap,
Pendidikan
Variabel Bebas
:
Perilaku
Pengelolaan
Sampah
Tidak ada
hubungan
antara
pengetahuan,
sikap dan
pendidikan
dengan
perilaku
pengelolaan
sampah di
Kelurahan
Bener,
Kecamatan
Tegalrejo,
Yogyakarta.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah :
1. Variabel Bebas = Pemilahan Sampah, Pengumpulan Sampah,
Pengolahan Sampah
Variabel Terikat = Timbulan Sampah
2. Tempat Penelitian = Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kota Madiun
3. Tahun Penelitian = 20
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sampah
Menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam
yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik
bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak
berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. Berdasarkan definisi diatas, maka
dapat dipahami sampah adalah :
1. Sampah yang dapat membusuk (garbage), menghendaki pengelolaan
yang cepat.
2. Sampah yang tidak dapat membusuk (refuse).
3. Sampah berupa debu/abu sisa hasil pembakaran bahan bakar atau
sampah.
4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, yakni sampah B3 adalah
sampah karena sifatnya, jumlahnya, konsentrasinya atau karena sifat
kimia, fisika dan mikrobiologinya dapat meningkatkan mortalitas dan
morbiditas.
5. Menimbulkan bahaya sekarang maupun yang akan datang terhadap
kesehatan atau lingkungan apabila tidak diolah dengan baik.
2.2 Sumber-Sumber Sampah
Menurut (Notoatmodjo, 2011), sumber-sumber sampah sebagai
berikut :
1. Sampah yang berasal dari pemukiman
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan
rumah tangga yang yang sudah tidak dipakai dan dibuang, seperti sisa-
sisa makanan baik yang sudah dimasak ataupun belum, bekas
11
pembungkus kertas, plastik, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas,
bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun
atau taman.
2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-
tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan
sebagainya.Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, daun, dan
sebagainya.
3. Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah ini baik dari perkantoran maupun perkantoran pendidikan,
perdagangan, departemen, perusahaan, dan sebagainya.Sampah ini
berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip dan sebagainya.Umumnya
sampah ini bersifat anorganik, dan mudah terbakar.
4. Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah ini berasal dari pembersih jalan, yang umumnya terdiri dari:
kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban,
onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, dsun-daunan, plastik, dan
sebagainya.
5. Sampah yang berasal dari industri
Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang
berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah berasal dari
proses produksi, misalnya: sampah-sampah pengepakan barang,
logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.
6. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya:
jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu
yang patah, dan sebagainya.
7. Sampah yang berasal dari pertambangan
Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung
dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, misalnya: batu-batuan,
tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.
12
8. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan berupa: kotoran-
kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dan sebagainya.
2.3 Jenis-Jenis Sampah
Jenis sampah yang ada disekitar kita cukup beraneka ragam, ada yang
berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah rumah
sakit, sampah perkebunan, sampah peternakan, sampah institusi/ kantor/
sekolah, dan sebagainya. Berdasarkan asalnya, sampah padat digolongkan
menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut (Chandra, 2007) :
1. Berdasarkan zat kimia yang terkndung didalamnya, sampah dibagi
menjadi :
a. Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-
bahan hayati yang dapat digradasi oleh mikroba atau bersifat
biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan
melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar
merupakan bahan organik. Yang termasuk sampah organik
misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus
(selain kertas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah,
daun dan ranting.
b. Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari
bahan-bahan non-hayati, baik berupa produk sintetik maupun
hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah
anorganik dibedakan menjadi: sampah logam dan produk-
produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca
dan keramik, sampah detergen. Sebagian besaran organic tidak
dapat diurai oleh alam/mikroorganisme secara keseluruhan
(unbiodegradable) sebagian lainnya hanya dapat diuraikan
13
dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah
tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan
kaleng.
Menurut Widyadmoko (2002), sampah rumah tangga yaitu sampah
yang berasal dari kegiatan rumah tangga yang dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1. Sampah basah terdiri dari bahan organik yang mudah membusuk,
sebagian besar adalah sisa makanan, potongan hewan, sayuran, dan
lainnya.
2. Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam, besi tua, kaleng
bekas, dan sampah non logam seperti kertas, kaca, keramik, dan sisa
kain.
3. Sampah lembut, yaitu seperti debu yang berasal dari penyapuan lantai
rumah, gedung, dan penggergajian kayu.
4. Sampah besar atau sampah yang terdiri dari bangunan rumah tangga
yang besar seperti, meja, kursi, kulkas, radio, dan peralatan dapur.
2.4 Sampah Rumah Tangga
Sampah rumah tangga merupakan sampah yang dihasilkan dari
kegiatan atau lingkungan rumah tangga atau sering disebut dengan istilah
sampah domestic. Dari kelompok sumber ini umumnya dihasilkan sampah
berupa sisa makanan, plastik, kertas, kain/ dos, kain, kayu, kaca, daun, logam,
dan kadang-kadang sampah berukuran besar sepertidahan pohon. Praktis
tidak terdapat sampah yang dijumpai di Negara industry, seperti mebel, TV
bekas, kasur,dan lain-lain. Kelompok ini dapat meliputi rumah tinggal yang
ditempati oleh sebuah keluarga, atau sekelompok rumah yang berada dalam
suatau kawasan pemukiman, maupun unit rumah tinggal yang berupa rumah
susun.Dari rumah tinggal juga dapat dihasilkan sampah golongan B3 (bahan
14
berbahaya dan beracun), seperti misalnya baterai, lampu TL, siasa obat-
obatan, oli bekas, dan lain-lain.
Sampah rumah tangga akan ditumpuk di tempat sampah atau buangan
sampah sementara (TPS). Dan kalau terangkut akan habis tidak menimbulkan
masalah, namun pengangkutan hanya dilakukan beberapa kali dalam
seminggudikarenakan terbatasnya angkutan, sehingga sampah yang
tercampur antara organik atau anorganik akan cepat terdekomposisi, dan
menimbulkan bau yang menyegat. Selain menimbulkan bau, sampah yang
terdekomposisiakan mengundang kedatangan lalat sebagai vector penyakit
menular, selain itu lindi yang berasal dari bahan organic yang terdekomposisi
akan masuk ke dalam tanah dan system saluran air sehingga berpotensi
menimbulkan pencemaran tanah dan air. (Wahab, 2011)
2.5 Dampak dari Sampah
Sampah yang bertumpuk banyak tidak dapat terurai dalam waktu yang
lama akan mencemari tanah. Yang dikategorikan sampah disini adalah
bahan yang tidak dipakai lagi (refuse) karena telah diambil bagian-bagian
utamanya dengan pengolahan menjadi bagian yang tidak disukai dan secara
ekonomitidakadaharganya.Pengelolaan sampah mempunyai dampak
terhadap masyarakat dan lingkungan, sebagai berikut (Mukono, 2006) :
2.5.1 Dampak Positif
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh positif,
sebagai berikut :
a. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-
rawa dan dataran rendah.
b. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.
c. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani
proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk
mencegah pengaruh buruk sampah terhadap ternak.
15
d. Pengelolaan sampah menyebakan berkurangnya tempat untuk
berkembang biak serangga atau pengerat.
e. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat
hubungannya dengan sampah.
2.5.2 Dampak Negatif
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh
negative bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan social
masyarakat, sebagai berikut:
a. Dampak Terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai
(pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang
cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang
seperti lalat dan tikus yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi
bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
1. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus
yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat
bercampur air minum. Penyakit demam berdarah
(haemorhagicfever) dapat juga meningkat dengan cepat didaerah
yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
2. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
3. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah
satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh
cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk kedalam
pencernakan binatang ternak melalui makanan yang berupa sisa
makanan/sampah.
4. Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai
akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati
sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan
berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang
dibuang kedalam air akan menghasilkan asam organic dan gas cair
16
organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap,gas ini pada
konsentrasi tinggi dapat meledak.
b. Dampak Terhadap Lingkungan
Ditinjau dari segi keseimbangan lingkungan, menurut Kisworo 2010
apabila sampah tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak
lingkungan antara lain :
1. Dapat menimbulkan pencemaran udara, sampah yang menumpuk
dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau tidak sedap yang
memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya.
2. Dapat mencemari air, sarana dan prasarana pengumpulan yang
terbuka sangat potensial menghasilkan lindi terutama pada saat turun
hujan. Aliran lindi ke saluran atau tanah sekitarnya akan
menyebabkan terjadinya pencemaran. Menurut penelitian Marsaulina
(2012) bahwa tumpukan sampah dapat mengganggu/mencemari
dikarenakan adanya air sampah (lindi), menimbulkan bau dan
estetika yang terganggu.
3. Dapat mencemari tanah karena pembuangan sampah yang tidak
dilakukan dengan baik misalnya lahan kosong atau TPA yang
dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan setempat
mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik. Maka
akan diperlukan waktu yang lama sampai sampah terdegradasi atau
larut dari lokasi tersebut.
4. Dapat mengganggu estetika, terutama lahan yang terisi sampah
secara terbuka akan menimbulkan kesan pandangan yang sangat
buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya.
Sampah yang berceceran dan sampah tidak dibuang pada tempatnya
atau ketika sampah diangkut oleh truk sampah akan beterbangan
terkena air, sehingga mengganggu pandangan.
17
c. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi
Hampir tidak ada orang yang merasa senang dengan adanya
pembangunan tempat pembuangan sampah di dekat permukimannya.
Dampak sampah terhadap kondisi sosial ekonomi yaitu :
1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan
yang kurang menyenangkan bagi masyarakat , bau tidak sedap, dan
pemandangan yang buruk. Karena sampah bertebaran kemana-mana.
2. Memberikan dampak negatif kepariwisataan.
3. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya
tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya
pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan
pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya
produktivitas).
4. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir
dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti
jalan, jembatan, dan drainase.
5. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah
yang tidak memadai, seperti biaya yang diperlukan untuk pengelolaan
air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang
akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini
mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan atau diperbaiki.
(Sulistiyani, 2014)
2.6 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2008, pengelolaan sampah
adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang
meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Sampah harus dikelola dengan baik, pengelolaan sampah merupakan
upaya menciptakan keindahan dengan cara mengolah sampah yang
dilaksanakan secara harmonis antara rakyat dan pengelola atau pemerintah
secara bersama-sama (Neolaka, 2008).
18
2.7 Pengelolaan Sampah
Menurut Fidiawati (2009) operasional pengelolaan sampah dilakukan
melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Pemilahan
Pemilahan Sampah sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan penanganan sampah sejak
dari sumbernya dengan memanfaatkan penggunaan sumber daya secara
efektif yang diawali dari pewadahan, pengumpulanan, pengangkutan,
pengolahan, hingga pembuangan, melalui pengendalian pengelolaan
organisasi yang berwawasan lingkungan.
Pemilahan berarti upaya untuk memisahkan sekumpulan dari
“sesuatu” yang sifatnya heterogen menurut jenis atau kelompoknya
sehingga menjadi beberapa golongan yang sifatnya homogen. Pemilahan
sampah sangat penting untuk mengetahui sampah yang dapat digunakan
dan dimanfaatkan.
Pemilahan sampah berdasarkan PP No. 81 Tahun 2012, dilakukan
melalui kegiatan pengelompokan sampah menjadi paling sedikit 5(lima)
jenis sampah yang terdiri dari :
1) Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta
limbah bahan berbahaya dan beracun,
2) Sampah yang mudah terurai,
3) Sampah yang dapat digunakan kembali,
4) Sampah yang dapat didaur ulang, dan
5) Sampah lainnya.
19
Gambar 2.1 Pemilahan sampah sesuai jenisnya.
Sumber 2.1 :Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03 Tahun
2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana
Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga
danSampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Sedangkan sampah sendiri adalah suatu bahan yang terbuang atau
dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum
memiliki nilai ekonomis.Bentuk sampah bisa berada dalam setiap fase materi,
yaitu padat, cair, dan gas.Secara sederhana, jenis sampah dapat dibagi
berdasarkan sifatnya sesuai Undang-Undang nomor 18 tahun 2008 pasal
22.Sampah dipilah menjadi sampah organik dan anorganik.Sampah organik
atau sampah basah ialah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti
dedaunan dan sampah dapur.Sampah jenis ini sangat mudah terurai secara
alami (degradable).Sementara itu, sampah anorganik atau sampah kering
adalah sampah yang tidak dapat terurai (undegradable).Karet, plastik, kaleng,
dan logam merupakan bagian dari sampah kering.
Pemilahan sampah menjadi sangat penting untuk mengetahui sampah
yang dapat digunakan dan dimamfaatkan. Pemilahan sampah dilakukan di
TPA, karena ini akan memerlukan sarana dan prasarana yang lengkap. Oleh
sebab itu, pemilahan harus dilakukan di sumber sampah seperti perumahan,
sekolah, kantor, puskesmas, rumah sakit, pasar, terminal dan tempat-tempat
dimana manusia beraktivitas.
Pada setiap tempat aktivitas dapat disedian minimal tiga - empat buah
tempat sampah yang diberi kode, yaitu satu tempat sampah untuk sampah
20
yang bisa diurai oleh mikrobia (sampah organik), satu tempat sampah untuk
sampah plastik atau yang sejenis, satu tempat sampah untuk kaleng dan botol.
Jumlah ini masih bisa menjadi menjadi lima tempat sampah, jika botol dan
kertas dipisah tersendiri. Untuk sampah-sampah B3 tentunya memerlukan
penanganan tersendiri.Sementara sampah-sampah elektronik (seperti kulkas,
radio, TV), keramik, furniture dan lain-lain seharusnya ditangani secara
tersendiri pula.Jadwal pengangkutan sampah untuk berbagai jenis sampah
harus diatur sedemikian rupa, sehingga tidak justru menimbulkan masalah.
Keterlambatan pengangkutan sampah berarti akan menimbulkan keresahan
dan bahkan mengganggu kesehatan manusia. Dinas Kebersihan dapat
mengatur jadwal dan truk yang mengangkut jenis sampah yang berbeda.Jadi,
ada truk yang mengangkut sampah yang bisa diurai, ada truk yang
mengangkut sampah anorganik seperti plastik, botol plastik dll.
Setiap rumah tangga memiliki tiga keranjang sampah untuk tiga jenis
sampah yang berbeda. Satu untuk sampah kering (anorganik), satu untuk
bekas makanan, dan satu lagi untuk sisa-sisa tanaman/rumput. Ketiga jenis
sampah itu akan diangkut oleh tiga truk berbeda yang memiliki jadwal
berbeda pula. Setiap truk hanya akan mengambil jenis sampah yang menjadi
tugasnya. Sehingga pemilahan sampah tidak berhenti pada level rumah
tangga saja, tapi terus berlanjut pada rantai berikutnya, bahkan sampai pada
TPA.
Sampah-sampah yang telah dipilah kemudian dapat didaur ulang
menjadi barang-barang yang berguna.Jika pada setiap tempat aktivitas
melakukan pemilahan, maka pengangkutan sampah menjadi lebih
teratur.Dinas kebersihan tinggal mengangkutnya setiap hari dan tidak lagi
kesulitan untuk memilahnya. Pemerintah Daerah bekerjasama dengan swasta
dapat memproses sampah-sampah tersebut menjadi barang yang berguna.
Dengan cara ini, maka volume sampah yang sampai ke TPA dapat dikurangi
sebanyak mungkin.
21
2. Pengumpulan
Kegiatan pengumpulan sampah dilakukan oleh pengelola kawasan
permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas umum,
fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya serta pemerintah kabupaten/kota.Pada
saat pengumpulan, sampah yang sudah terpilah tidak diperkenankan
dicampur kembali.
a. Pengumpulan sampah dari sumbernya dapat dilakukan secara
langsung dengan alat ukur (untuk sumber sampah besar atau daerah
yang memiliki kemiringan lahan cukup tinggi) atau tidak langsung
dengan menggunakan gerobak (untuk daerah yang tidak teratur).
b. Penyapuan jalan diperlakukan pada daerah pusat kota seperti ruas
jalan protokol, pusat perdagangan, taman kota dan lain-lain.
3. Pemindahan
a. Pemindahan sampah dari alat pengumpul (gerobak) ke alat angkut
(truk) dilakukan di transfer depo atau container untuk meningkatkan
efisiensi pengangkutan.
b. Lokasi pemindahan harus dekat dengan daerah pelayanan atau radius
± 500 m.
4. Pengangkutan
Pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber atau
tempat penampungan sementara menuju tempat pengolahan sampah
terpadu atau tempat pemrosesan akhir (TPA) dengan menggunakan
kendaraan bermotor yang didesain untuk mengangkut sampah.
Pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan :
a. Pengangkutan secara langsung setiap sumber harus dibatasi pada
daerah pelayanan yang tidak memungkinkan, cara operasi lainya
ataupada daerah pelayanan tertentu berdasarkan pertimbangan
keamanan maupun estetika dengan memperhitungkan besarnya biaya
operasional yang harus dibayar oleh pengguna jasa.
22
b. Penetapan rute pengangkutan sampah harus didasarkan pada hasil
survey time motion study untuk mendapatkan hasil yang efesien.
Pemindahan dan pengangkutan sampah dimaksudkan sebagai kegiatan
operasi yang dimulai dari titik pengumpulan terakhir dari suatu siklus
pengumpulan sampai ke TPA atau TPST pada pengumpulan dengan pola
individual langsung atau dari tempat pemindahan/ penampungan
sementara (TPS) atau tempat penampungan komunal sampai ke tempat
pengolahan/pemrosesan akhir (TPA/TPST). Metode pengangkutan serta
peralatan yang akan dipakai tergantung dari pola pengumpulan yang
dipergunakan.
Berdasarkan atas operasional pengelolaan sampah, maka pemindahan
dan pengangkutan sampah merupakan tanggung jawab dari Pemerintah
Kota atau Kabupaten. Sedangkan pelaksana adalah pengelola kebersihan
dalam suatu kawasan atau wilayah, badan usaha dan kemitraan. Pelaksana
pengelola kebersihan sangat tergantung dari struktur organisasi di wilayah
yang bersangkutan.
Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem
pengumpulan sampah. Jika pengumpulan dan pengangkutan sampah
menggunakan sistem pemindahan (TPA/TPS) atau sistem tidak langsung,
proses pengangkutannya dapat menggunakan sistem kontainer angkat
(Houled Container System) ataupun sistem kontainer tetap (Stationary
Container System). Sistem Kontainer tetap dilakukan secara mekanis
maupun manual. Berikut sistem kontainer tersebut :
1. Sistem Kontainer Angkat ( Houled Container System)
Untuk pengumpulan sampah dengan sistem kontainer
angkat, pola pengangkutan yang digunakan dengan sistem
pengosongan kontainer dapat dilihat pada gambar berikut ini :
23
Gambar 2.2Sistem Kontainer Angkat
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahandalam
Penanganan Sampah Rumah Tanggadan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga.
2. Sistem Kontainer Tetap ( Stationary Container System)
Sistem ini biasanya digunakan untuk kontainer kecil serta alat
angkut berupa truk kompaktor secara mekanis atau manual seperti
pada gambar berikut ini :
Gambar 2.3Sistem Kontainer Tetap
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahandalam
24
Penanganan Sampah Rumah Tanggadan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga.
5. Pengolahan Sampah
Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume
sampah atau merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat, antara lain dengan
cara pengurangan, pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,
dan pemrosesan akhir sesuai Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 33
Tahun 2011. Adapun teknik pengolahan sampah adalah sebagai berikut :
a. Pengomposan (composting),pengomposan adalah suatu cara
pengolahan sampah organik dengan memanfaatkan aktifitas bakteri
untuk mengubah sampah menjadi kompos (proses pematangan).
Pengomposan dilakukan terhadap sampah organik.
b. Pembakaran Sampah, pembakaran sampah dapat dilakukan pada suatu
tempat, misalnya lapangan yang jauh dari segala kegiatan agar tidak
mengganggu. Namun demikian pembakaran ini sulit dikendalikan bila
terdapat angin kencang. Sampah, arang sampah, abu, debu dan asap
akan terbawa ke tempat-tempat sekitarnya yang akhirnya akan
menimbulkan gangguan.
c. Mendaur ulang kembali menjadi barang baru(recycle), merupakan
salah satu teknik pengolahan sampah, dimana dilakukan pemisahan
atas benda-benda bernilai ekonomi seperti : kertas, plastik, karet, dan
lain lain dari sampah yang kemudian diolah sehingga dapat digunakan
kembali dalam bentuk yang sama atau berbeda dari bentuk semula.
d. Memanfaatkan kembali barang yang sudah tidak terpakai (reuse),
merupakan teknik pengolahan dengan langsung digunakan tanpa ada
pengolahan terlebih dahulu.
e. Mengurangi pemakaian barang yang tidak terlalu dibutuhkan (reduce),
adalah usaha untuk mengurangi potensi timbulan sampah, misalnya
tidak menggunakan bungkus kantong plastik yang berlebihan.
25
6. Pembuangan Akhir
Pembuangan akhir dilakukan di TPA terhadap sampah yang benar-
benar sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi. Tujuan pembuangan akhir
adalah untuk memusnahkan sampah di suatu tempat pembuangan akhir
dengan cara sedemikian rupa sehingga seminimal mungkin gangguan
terhadap lingkungan. Pembuangan di TPA dianjurkan mengguankan
metode controlled landfill atau sanitary landfill dan tidak menggunakan
lagi metode open dumping. Hal ini merupakan upaya mengurangi dampak
negatif TPA terhadap lingkungan, khususnya terhadap air tanah.
2.8 Sanitasi Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS)
Sanitasi adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor
lingkungan fisik yang berpengaruh pada manusia, terutama terhadap hal-hal
yang mampu merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan
hidup yang dapat menganggu taraf peningkatan derajat kesehatan masyarakat
sehingga dapat mencapai peningkatan derajat kesehatan yang optimal
(Jannah, 2006).
Tempat penampungan sampah sementara (TPS) adalah tempat dimana
sampah dibuang dan dikumpulkan untuk sementara waktu sampai diangkut ke
tempat pembuangan akhir sampah.Sanitasi tempat penampungan sampah
sementara adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian
akibat dari pemanfaatan dan produk tempat penampungan sampah sementara
yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya penyakit.Tempat
penampungan sampah semantara dapat berupa:
a. Bak dari beton bertulang atau pasangan batu bata.
b. Kontainer (Hydraulic Container) untuk kemudian diangkut oleh truk
pembawa.
c. Tempat atau lokasi untuk memindahkan sampah dari gerobak langsung ke
alat angkut yang lebih besar.
26
Bila tempat sampah penampungan sampah sementara tersebut berupa bak
atau kontainer, persyaratan sanitasi yang harus dipenuhi adalah:
a. Kontruksi bak, terbuat dari bahan yang kedap air, ada tutupnya, dan selalu
dalam keadaan ditutup karena bak yang terbuka dapat mengundang lalat
oleh karena baunya dan sampah yang merupakan makanan bagi lalat.
b. Volume bak atau kontainer mampu menampung sampah dari pemakai
yang dilayaninya untuk waktu 3 hari.
c. Tidak berbau dari perumahan terdekat.
d. Tidak ada sampah berserakan di sekitar bak atau kontainer.
e. Sampah di bak pengumpulan sementara tidak boleh melebihi 3 hari untuk
kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir.
f. Tidak terletak di daerah banjir.
g. Terdapat tulisan anjuran untuk membuang sampah pada tempatnya.
h. Jarak dari rumah yang dilayani, terdekat 10 meter dan terjauh 500 meter.
i. Penempatannya terletak pada daerah yang mudah dijangkau oleh
kendaraan pengangkut sampah
2.9 Definisi Timbulan Sampah
Menurut SNI 19-2452-2008 definisi dari timbulan sampah adalah
banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume
maupun per kapita perhari, atau perluas bangunan, atau perpanjang
jalan.Timbulan sampah sendiri juga memiliki definisi lain menurut
Departemen PU, 2009) yaitu volume sampah atau berat sampah yang
dihasilkan dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu persatuan
waktu.Timbulan sampah sangat diperlukan untuk menentukan dan mendesain
peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah, fasilitas recovery
material, dan fasilitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Prakiraan timbulan sampah baik untuk sekarang maupun di masa
mendatang merupakan dasar perencanaan, perancangan dan pengkajian
sistem pengelolaan persampahan.Prakiraan rerata timbulan sampah
27
merupakan langkah awal yang biasa dilakukan dalam pengelolaan
persampahan (Damanhuri, 2008).
2.10 Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah
Faktor – faktor yang mempengaruhi timbulan sampah adalah :
a. Pemilahan Sampah
Pemilahan sampah menjadi sangat penting karena jumlah
penduduk yang makin padat, sampah semakin menumpuk karena
tempat atau ruang untuk menampung sampah kurang.Semakin
meningkat aktivitas penduduk, sampah yang dihasilkan semakin
banyak, misalnya pada aktivitas pembangunan, perdagangan, industri,
dan sebagainya.
b. Pengumpulan Sampah
Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai
Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika
dibandingkan dengan truk.Padahal sistem pengumpulan harus cepat
karena berpengaruh dengan lingkungan secara langsung, yaitu berkaitan
dengan bau yang dihasilkan sampah, mengganggu pandangan dan dapat
menyebabkan suatu bibit penyakit berkembang biak.
c. Pemindahan
Pemindahan samapah dari alat pengumpul sendiri dilakukan di
transfer depo sehingga pemindahan sendiri hanya untuk meningkatkan
efisisnesi pengangkutan
d. Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah memeiliki maksud sebagai kegiatan perasi
yang dimulai dari titik pengumpul sampah sampah titik terakhir
sehingga cara ini termasuk teknis dari pelaksana kegiatan TPS.
e. Pengolahan Sampah
Pengolahan sampah adalah upaya mengurangi volume sampah atau
merubah bentuknya menjadi lebih bermanfaat.Dari berbagai kemajuan
teknologi jumlah sampah juga meningkat meliputi plastik, kardus, AC,
28
TV, kulkas dan sebagainya.Hal ini membuat pengolahan sampah harus
sesuai dengan jenis sampah tersebut, agar pengolahan ini tepat dan
jumlah sampah dapat dikurangi.
2.11 Pengukuran timbulan sampah
Menurut materi persampahan direktorat Pengembangan PLP (2011),
Metode pengukuran timbulan sampah ada beberapa cara antara lain yaitu:
1. Load-count analysis / analisis perhitungan beban, yaitu jumlah masing-
masing volume sampah di hitung dengan catatan: volume, berat jenis,
jenis angkutan dan sumber sampah kemudian dihitung sumber sampah,
kemudian dihitung jumlah timbulan sampah kota selama periode tertentu.
2. Weight-volume analysis / analisis berat volume, yaitu: jumlah masing-
masing volume sampah yang masuk ke TPA di hitung dengan mencatat
volume dan berat sampah, kemudian dihitung jumlah timbulan sampah
kota selama periode tertentu.
3. Material-balance analysis / analisis kesetimbangan bahan, material-
balance analysis menghasilkan data lebih lengkap untuk sampah rumah
tangga, industri dan yang lainnya dan juga diperlukan untuk program
daur ulang.
Menurut Damanhuri dan Padmi (2010), untuk menghitung besaran
sistem dalam suatu timbulan dapat digunakan angka timbulan sampah
sebagai berikut : - Satuan timbulan sampah kota besar = 2 – 2,5
l/orang.hari atau 0,4 -0,5 kg/orang.hari. Pengukuran bisa dilakukan
dengan (menghitung jumlah penduduk : jumlah timbulan sampah).
Berdasarkan materi persampahan direktorat Pengembangan PLP
(2011), faktor penting dalam menghitung laju timbulan sampah adalah
jumlah penduduk.Oleh karena itu sebelum jumlah timbulan sampah dapat
dihitung, terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap proyeksi
penduduk sampai pada tahun perencanaan.
29
1. Timbulan Sampah
Semua orang setiap hari menghasilkan sampah.Rata-rata sampah yang
dihasilkan oleh setiap orang dalam sehari disebut timbulan sampah, yang
dinyatakan dalam satuan volume maupun dalam satuan berat. Istilah
timbulan sampah kota dapat diartikan sebagai banyaknya sampah total
yang dihasilkan perhari dalam satu kota, dinyatakan dalam satuan volume
atau satuan berat.Perhitungan yang digunakan :
a. Timbulan sampah yang masih dalam satuan berat kg diubah menjadi
satuan volume m3 dengan cara dibagi banyaknya jiwa(orang).
Timbulan sampah rata-rata yang dihasilkan tiap jiwa dalam sehari
dihitung dengan cara merata-rata jumlah timbulan sampah dibagi
dengan jumlah jiwa.
Timbulan sampah =
b. Intensitas
Intensitas merupakan lamanya waktu yang diperlukan penarik
gerobak dalam mengambil sampah di wilayah tertentu dengan satuan
hari. Sebagai contoh, intensitas 1 kali berarti penarik gerobak
mengambil sampah di wilayah tertentu setiap hari, intensitas 2 kali
berarti penarik gerobak mengambil sampah di wilayah tertentu setiap
2 hari sekali dan lain-lain. Besarnya intensitas penarik gerobak
berbeda-beda, tergantung dari kondisi dan kemampuan penarik
gerobak.
Intensitas tiap gerobak sampah dihitung dengan cara merata-rata
jumlah intensitas gerobak dibagi dengan banyaknya gerobak.
Intensitas rata-rata =
30
c. Ritasi
Ritasi merupakan banyakan gerakan bolak-balik dalam
pengambilan sampah di wilayah tertentu, yaitu gerakan pengambilan
sampah menuju ke TPS dan kembali lagi ke sumber sampah. Sebagai
contoh, ritasi 1 kali berarti dalam setiap mengambil sampah di
wilayah tertentu penarik gerobak melakukan gerakan bolak-balik
sebanyak 1 kali, ritasi 2 kali berarti dalam setiap mengambil sampah
di wilayah tertentu penarik gerobak melakukan gerakan bolak-balik
sebanyak 2 kali dan lain-lain. Semakin besar timbulan sampah, maka
semakin banyak ritasi yang dilakukan.Ritasi tiap gerobak sampah
dihitung dengan cara merata-rata jumlah ritasi gerobak dibagi dengan
banyaknya gerobak.
Ritasi rata-rata tiap gerobak =
d. Volume gerobak sampah dihitung dengan cara mengalikan panjang,
lebar dan tinggi bak.
Volume gerobak = p x l x t Volume gerobak sampah dihitung dengan
cara merata-rata jumlah volume gerobak dibagi denga banyaknya
gerobak.
Volume rata-rata tiap gerobak =
e. Kapasitas rata-rata setiap gerobak sampah dihitung dengan cara
mengalikan volume gerobak rata-rata dengan ritasi gerobak rata-rata
dalam sehari.
Kapasitas rata-rata tiap gerobak =
volume rata-rata gerobak x ritasi gerobak
f. Jumlah gerobak yang dibutuhkan satu keluaran dihitung dengan cara
jumlah volume timbulan sampah dibagi dengan volume kapasitas
gerobak
Jumlah gerobak =
31
2.12 Karakteristik Timbulan Sampah
Menurut Damanhuri dan padmi (2010) Selain komposisi, maka
karakteristik lain yang biasa ditampilkan dalam penanganan sampah adalah
karakteritik fisika dan kimia. Karakteristik tersebut sangat bervariasi,
tergantung pada komponen-komponen sampah.Kekhasan sampah dari
berbagai tempat/daerah serta jenisnya yang berbeda-beda memungkinkan
sifat-sifat yang berbeda pula.
Sampah kota di negara-negara yang sedang berkembang akan berbeda
susunannya dengan sampah kota di negara-negara maju. Karakteristik
sampah perlu diketahui untuk mengevaluasi kebutuhan alat, sistem dan
program manajemen dan rencana, terutama penerapan pembuangan dan
perlindungan suber daya dan energi. Sampah diklasifikasi dalam
karakteristiknya sebagai berikut :
2.12.1 Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik sampah meliputi hal-hal dibawah ini :
a. Berat jenis sampah
Dinyatakan sebagai berat per unit (kg/m3).Dalam pengukuran berat
jenis sampah, harus disebut dimana dan dalam keadaan bagaimana
sampah diambil sebagai sampling untuk menghitung berat spesifik
sampah.Berat spesifik sampah dipengaruhi oleh letak geografis, lokasi,
musim dan lama waktu penyimpanan.Hal ini sangat penting untuk
mengetahui volume sampah yang diolah.
b. Kadar Kelembaban
Kadar Kelembaban didefinisikan sebagai massa air per unit massa
sampah basah atau sampah kering.
c. Ukuran partikel
Sangat penting untuk pengolahan akhir sampah, terutama pada tahap
mekanis, untuk mengetahui ukuran penyaringan dan pemisahan
mekanik.
32
2.12.2 Karakteristik Kimia
Karakteristik kimia sampah sangat penting dalam mengevaluasi
proses alternatif dan pilihan pemulihan energi.
a. Kandungan energi
Jumlah energi yang dibutuhkan untuk membakar limbah padat
semuanya hingga menjadi abu (sisa akhir), dipengaruhi oleh berat
limbah padat dan kadar kelembaban didalamya.
b. Kandungan kimia
Kandungan kimia diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan yang
mudah terbakar dan tak mudah terbakar.
33
2.13 Kerangka Teori
Pemilahan Sampah Pengumpulan Sampah Pengolahan Sampah
Jumlah
Penduduk
Aktivitas
Penduduk
Musim/Cuaca Jadwal
Pengumpulan
Sampah
Sarana
Pengumpul
Sampah
Tidak Ada
Daur Ulang
Sampah
Pengelolaan Sampah
Timbulan Sampah
Gambar 2.4 Kerangka Teori
Fidiawati, 2009
Sampah
34
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi konsep-konsep serta
variabel- variabel yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2012). Kerangka konsep
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Variabel Independen Variabel Dependen
Pemilahan sampah
Pengumpulan sampah
Pengolahan sampah
Timbulan Sampah di
Tempat Penampungan
Sampah
(TPS) Kota Madiun
35
3.2 Hipotesis Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2012) hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
penelitian. Hipotesis adalah permyataan dugaan tentang hubungan anatara dua
variabel atau lebih (Rosjidi, 2015). Berdasarkan permasalahan, kajian pustaka,
dan kerangka konseptual, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis
alternatif sebagai berikut :
1. Ha : Ada hubungan antara pemilahan sampah dengan timbulan sampah di
Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kota Madiun.
2. Ha : Ada hubungan pntara pengumpulan sampah dengan timbulan sampah di
Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kota Madiun.
3. Ha : Ada hubungan antara pengolahan sampah dengan timbulan sampah di
Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) Kota Madiun.
36
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Rancangan penelitian merupakan suatu strategi dalam mengidentifikasi
permasalahan perencanaan akhir pengumpulan data, digunakan untuk
mengidentifikasi struktur dimana penelitian dilaksanakan (Nursalam, 2013)
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei analitik.Menurut
Notoatmodjo (2012) survei analitik adalah penelitian yang mencoba menggali
bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Desain penelitian yang
akan digunakan adalah metode cross sectional. Desain peneliti cross sectional
(potong lintang) adalah mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran
variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali atau pada saat itu.Pada penelitian
ini peneliti ingin mengetahui hubungan antara pemilahan sampah, pengumpulan
sampah, dan pengolahan sampah dengan timbulan sampah di Tempat
Penampungan Sementara (TPS) Kota Madiun.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Wiratna, 2012). Populasi
dalam penelitian ini adalah di Tempat Penampungan Sementara Kota Madiun
yang berjumlah 39 TPS (TPA Winongo Kota Madiun).
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang digunakan untuk penelitian (Wiratna, 2012). Dalam penelitian ini
sampel adalah seluruh Tempat Penampungan Sementara Kota Madiun yang
berjumlah 39 TPS.
37
4.3 Teknik Sampling
Sampling adalah suatu bagian dari proses penelitian yang mengumpulakn
data dari target penelitian yang terbatas (Nursalam, 2013). Teknik sampling
adalah cara atau teknik-teknik tertentu dalam mengambil sampel penelitian
sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya. Teknik
sampel diambil dengan menggunakan teknik total sampling. Total sampling
yaitu semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel penelitian
(Notoatmodjo, 2012). Karena jumlah populasi yang kurang dari 100, maka
seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.Sampel yang diambil
dari penelitian ini adalah seluruh Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kota
Madiun yang berjumlah 39 TPS.
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja adalah suatu struktur konsepsual dasar yang digunakan
untuk memecahkan atau menangani suatu kompleks (Nursalam, 2013).Adapun
kerangka kerja penelitian ini sebagai berikut :
38
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah Tempat Penampungan
Sementara Kota Madiun yang berjumlah 39 TPS
Populasi
Seluruh Tempat Penampungan Sementara Kota Madiun yang
berjumlah 39 TPS
Pengumpulan Data
Kuesioner dan Observasi
Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian survei analitik dengan desain cross sectional
Pengolahan Data
Editing, coding, entry, cleaning, tabulating
Analisa Data
Chi Square
Teknik Sampling
Total Sampling
Hasil Penelitian
Kesimpulan
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian
39
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian mengandung pengertian ukuran atau ciri-ciri yang
dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang
dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2012). Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(Wiratna, 2012).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemilahan
sampah, pengumpulan sampah, pengolahan sampah.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena
adanya variabel bebas (Wiratna, 2012).Dalam penelitian ini variabel
terikat adalah timbulan sampah di Tempat Penampungan Sementara
(TPS) Kota Madiun.
4.5.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud,
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,
2012).
40
No Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat Ukur Skala
Data
Skor Hasil Ukur
Variabel Independen
1 Pemilahan
Sampah
Pemilahan sampah
adalah salah satu
proses dalam
pengolahan
sampah, yaitu
memisahkan
menjadi kelompok
sampah tertentu.
Pemilahan sampah
yang dilakukan
oleh pengelola
TPS.
(Permen Pekerjaan Umum RI, 2013)
1. Pemilahan sampah dikatakan buruk, jika
sistem pemilahan tidak disesuaikan dengan
jenis dan karakteristiknya.
2. Pemilahan sampah dikatakan baik, jika sistem
pemilahan sampah disesuaikan dengan jenis
dan karakteristiknya.
Meliputi pemilahan sampah oleh petugas yang
berada di TPS, mulai pewadahannya dari jenis
sampah.
Kuesioner Nominal 1 = Buruk
2 = Baik
Jika distribusi data
normal, maka Hasil
Pemilahan Baik
T mean
Hasil Pemilahan Buruk
T mean
Tabel 4.2 Definisi Operasional Hubungan Pengelolaan Sampah dengan Timbulan Sampah di TPS
41
No Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat Ukur Skala
Data
Skor Hasil Ukur
2 Pengumpu
lan
Sampah
Kegiatan
pengumpulan
sampah dilakukan
oleh pengelola
kawasan
permukiman,
kawasan komersial,
kawasan industri,
fasilitas umum,
fasilitas sosial, dan
fasilitas lainnya
serta pemerintah
kabupaten/kota
yang telah ditunjuk
oleh Dinas
Lingkungan Hidup
pada tiap TPS
(Permen Pekerjaan Umum RI, 2013)
1. Pengumpulan sampah dikatakan buruk, jika
pengaturan tempat pengumpul sampah tidak
sesuai dengan jenis sampah terpilah.
2. Pengumpulan sampah dikatakan baik, jika
pengaturan tempat pengumpul sampah sesuai
dengan jenis sampah terpilah.
Meliputi Pengump[ulan sampah di bak
penampung samaph yang dibedakan jenisnya
dari sampah yang telah terpilah.
Kuesioner Nominal 1 = Buruk
2 = Baik
Jika distribusi data
normal, maka Hasil
Pengumpulan Baik
T mean
Hasil Pengumpulan
Buruk T mean
Lanjutan Tabel 4.2 Definisi Operasional Hubungan Pengelolaan Sampah dengan Timbulan sampah di TPS Kota Madiun
42
No Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat Ukur Skala
Data
Skor Hasil Ukur
3 Pengola
han
Pengolahan
sampah adalah
suatu upaya untuk
mengurangi
volume sampah
atau merubah
bentuk menjadi
lebih bermanfaat,
antara lain dengan
cara pengurangan,
pemilahan,
pengumpulan,
pengangkutan,
pengolahan, untuk
mengurangi jumlah
timbulan sampah di
TPA.
(Permen Pekerjaan Umum RI, 2013)
1. Pengolahan sampah dikatakan buruk, jika
pengolahan sampah tidak sesuai dengan jenis
sampah yang akan diolah.
2. Pengolahan sampah dikatakan baik, jika
pengolahan sampah sesuai dengan jenis
sampah yang akan diolah.
Meliputi pengolahan sampah yang dilakukan di
TPS sesuai dengan karakteristik sampah yang
dibuang ke TPS tersebut..
Kuesioner Nominal 1 = Buruk
2 = Baik
Jika distribusi data
normal, maka Hasil
Pengolahan Baik
T mean
Hasil Pengolahan
Buruk T mean
Lanjutan Tabel 4.2 Definisi Operasional Pengelolaan Sampah dengan Timbulan Sampah di TPS Kota Madiun
43
No Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat Ukur Skala
Data
Skor Hasil Ukur
Variabel Dependen
1 Timbulan
Sampah
Timbulan sampah
adalah banyaknya
sampah yang
timbul dari
masyarakat dalam
satuan volume
maupun per kapita
perhari, atau
perluas bangunan,
atau perpanjang
jalan. Yang
dibuang ke TPS
kemudian diangkut
dan dibuang di
TPA di wilayah
tertentu.
E. Damanhuri dan Padmi, 2008
1. 0, 485kg:tinggi, volume sampah yang tinggi
dapat menyebabkan berbagai masalah
termasuk masalah kesehatan, sehingga perlu
perencanaan pengendalian timbulan sampah.
2. 0,373 kg :rendah, tidak menjadi
masalah.
Observasi Nominal 1. Tinggi
2. Rendah
Dengan Hasil Penilaian
0, 485 = Tinggi
0, 373 = Rendah
Lanjutan Tabel 4.2 Definisi Operasional Hubungan Pengelolaan Sampah dengan Timbulan Sampah di TPS Kota Madiun
44
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah (Arikunto, 2010).Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan
data sekunder, lembar kuesioner, dan lembar obeservasi.
4.6.1 Kuesioner
Kuesioner merupakan suatu daftar tertulis yang memuat pertanyaan-
pertanyaan peneliti mengenai suatu hal tertentu untuk mengumpulkan data-data
melalui proses wawancara (Sugiyono, 2008). Jenis kuesioner yaitu:
1. Kuesioner Tertutup
Kuesioner tertutup merupakan daftara pertanyaan yang memiliki
alternatif jawabannya sudah disiapkan oleh peneliti.
2. Kuesioner Terbuka
Kuesioner terbuka merupakan daftar pertanyaan yang memberi
kesempatan pada responden untuk menuliskan pendapat mengenai
pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.
4.6.2 Observasi (Pengamatan)
Pengamatan merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh
perhatian untuk menyadari adanya rangsangan (Saryono, 2011). Alat yang
digunakan dalam melakukan observasi :
1. Check list : daftar pengecek, berisi subjek dan identitas dari sasaran
pengamatan.
45
4.6.3 Pengukuran Timbulan Sampah
Pengukuran timbulan sampah dilakukan dengan melihat lokasi TPS yang
dijadikan titik sampel yang berjumlah 39 TPS, kemudian dari setiap ontainer
TPS tersebut dilihat wilayah pelayanannya yang kemudian perhitungan timbulan
sampah dihitung dari sampah yang dihasilkan rata-rata jiwa per-KK yang
terlayani oleh masihg-masih TPS, dari sini diperoleh data rata-rata timbulan
sampah liter atau kg/orang/hari (Damanhuri, 2007)
1. 0,373 kg : rendah, tidak menjadi masalah
2. 0,485 kg : tinggi, tinggi, volume sampah yang tinggi dapat
menyebabkan berbagai masalah termasuk masalah kesehatan, sehingga perlu
perencanaan pengendalian timbulan sampah. (E. Damanhuri, Padmi, 2008).
4.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
4.7.1 Uji Validitas
Pada pengamatan dan pengukuran observasi, harus diperhatian beberapa
hal yang secara prinsip sangat penting yaitu uji validitas, reliabilitas, dan
ketepatan fakta dan kenyataan hidup (data) yang dikumpulkan dari alat dan cara
pengumpulan data maupun kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada
pengamatan atau pengukuran oleh pengumpul data (Nursalam, 2013).
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang sudah
dibuat peneliti tersebut mampu mengukur apa yang hendak peneliti ukur, maka
perlu diuji dengan uji korelasi antara nilai tiap-tiap pertanyaan dengan skors
total kuesioner tersebut (Notoatmodjo, 2012).
Uji validitas dilakukan dengan cara membandingkan angka r hitung dan r
tabel. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka item dikatakan valid dan
sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka item dikatakan tidak
valid.r hitung dicari dengan menggunakan program SPSS, sedangkan r tabel
dicari dengan cara melihat tabel r dengan ketentuan r minimal adalah 0,3.
46
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas di 2 Kecamatan di TPS Kabupaten Madiun
4.7.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh
mana hasil pengukuran alat ukur tersebut tetap konsisten bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan
menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012).
Uji reliabilitas dilakukan dengan cara membandingkan angka cronbach
alpha dengan ketentuan nilai cronbach alpha minimal adalah 0,6. Artinya jika
nilai cronbach alpha yang didapatkan dari hasil perhitungan SPSS lebih besar
dari 0,6 maka disimpulkan kuesioner reliabel, sebaliknya jika cronbach alpha
lebih kecil dari 0,6 maka disimpulkan tidak reliabel.
Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach’s
Alpha
N of
Items
0,786 10
No r hitung r tabel Keterangan
1 0,942 0,549 valid
2 0,871 0,549 valid
3 0,588 0,549 valid
4 0,871 0,549 valid
5 0,599 0,549 valid
6 0,942 0,549 valid
7 0,942 0,549 valid
8 0,942 0,549 valid
9 0,599 0,549 valid
47
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 40 Tempat Penampungan Sementara (TPS)
Kota Madiun.
Tabel 4.5 Tempat Penampungan Sementara ( TPS) Kota Madiun
No Tempat Penampungan Semenetara (TPS) Kecamatan
1 Kapten Saputro Taman
2 Demangan Taman
3 Kresno Kartoharjo
4 Slamet Riyadi Kartoharjo
5 Tawangrejo Kartoharjo
6 Nusa Penida Kartoharjo
7 Pilangraya Kartoharjo
8 Sekar Tedjo Manguharjo
9 Gambir Sawit Manguharjo
10 Salak Taman
11 Jati Mas Taman
12 Pudak Kartoharjo
13 Borobudur Manguharjo
14 Penataran Manguharjo
15 Kalasan Manguharjo
16 INKA Kartoharjo
17 Kartika Manis Taman
18 Merak Taman
19 Sentul Taman
20 Sukosari Kartoharjo
21 Rejomulyo Kartoharjo
48
22 Kampir Taman
23 Pucang Sari Kartoharjo
24 Pandan Manguharjo
25 Kelun Kartoharjo
26 Singosari Manguharjo
27 Margobawero Taman
28 Tilam Upih Taman
29 RSUD Sogaten Manguharjo
30 Landasan Manguharjo
31 Prambanan Manguharjo
32 Padjajaran Manguharjo
33 Sedoro Taman
34 Pandean Taman
35 Kuncen Taman
36 Perhutani Kartoharjo
37 Hayam Wuruk Manguharjo
38 Precet Manguharjo
39 Terminal Kartoharjo
Tabel 4.6 Rencana Kegiatan
No
Kegiatan
Bulan
28 April 2 Mei 16
Agustus
September
1 Pengajuan judul
2 Penyusunan dan konsultasi proposal
skripsi
49
3 Seminar proposal skripsi
6 Seminar hasil skripsi
7 Revisi Seminar hasil skripsi
4.9 Prosedur Pengumpulan Data
4.9.1 Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan
menggunakan alat ukur atau alat pengambil data, langsung pada subjek
sebagai sumber informasi yang dicari yaitu 40 TPS yang berada di
Kota Madiun.Data primer diperoleh langsung dari hasil survei lokasi
dan wawancara langsung dengan petugas pengelola TPS Kota Madiun.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh peniliti dari subjek penelitiannya. Data penelitian
diperoleh dari TPA Kota Madiun yaitu 40 TPS.
2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan
kuesioner dan observasi dengan menggunakan lembar cek list, pengukuran
oleh peneliti secara langsung mengenai timbulan sampah.
50
a. Observasi
Adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek dengan
sistematika fenomena yang diteliti.Observasi dilapangan secara
langsung oleh peneliti.
b. Wawancara ( Kuesioner )
Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data,
dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan
dari responden, berhadapan atau tatap muka dengan orang
tersebut.Wawancara untuk memperoleh data langsung dari timbulan
sampah yang ada di TPS Kota Madiun.
4.9.2 Pengolahan Data
Kegiatan dalam proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry,
cleaning, dan tabulating (Notoadmodjo, 2012).
1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban,
konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner.
2. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses
pengolahan data.
3. Entry, memasukkan data untuk diolah menggunakan computer.
4. Cleaning, mengecek kembali data yang sudah dimasukkan untuk melihat
kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
kelengkapan, dan sebagainya kemudian dilakukan pembetulan atau
koreksi.
5. Tabulating, yang mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti
guna memudahkan analisis data.
51
No Variabel Coding Data
1 Pemilahan Sampah 1= Buruk
2= Baik
(Permen Pekerjaan Umum RI, 2013)
2 Pengumpulan Sampah 1= Buruk
2= Baik
(Permen Pekerjaan Umum RI, 2013)
3 Pengolahan Sampah 1= Buruk
2= Baik
(Permen Pekerjaan Umum RI, 2013)
4 Timbulan Sampah 1= Tinggi
2= Rendah
(E. Damanhuri dan Padmi, 2008)
4.10 Analisis Data
4.10.1 Analisis Univariat
Penelitian analisis univariat adalah analisis yang dilakukan menganalisis
tiap variabel yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian
(Notoadmodjo, 2005).Analisis univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan
data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut
berubah menjadi informasi yang berguna, dan pengolahan datanya hanya satu
variabel saja, sehingga dinamakan univariat (Sujarweni, 2014).Analisis yang
dilakukan pada penelitian ini adalah menggambarkan masing-masing variabel,
baik variabel bebas berupa pemilahan sampah, pengumpulan sampah,
pengolahan sampah dan variabel terikat berupa timbulan sampah.
Tabel 4.7 Coding Data Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Timbulan
Sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kota
Madiun
52
4.10.2 Analisis Bivariat
Penelitian analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan lebih dari dua
variabel (Notoadmodjo, 2005).Analisis bivariat ini dilakukan dengan
menggunakan uji untuk mengetahui hubungan yang signifikan antar masing-
masing variabel bebas dengan variabel terikat.Analisi yang dilakukan dengan
uji chi square (x2) untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-
masing variable bebas dengan variable terikat.
Terdapat uji parametrik dan non parametrik pada analisis bivariat (Saryono,
2013). Syarat uji chi square adalah :
a) Sampel dipilih secara acak
b) Semua pengamatan dilakukan dengan independen
c) Setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan sebesar 1. Sel-sel dengan
frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari total sel.
Uji altrernatif dari uji chi-square untuk tabel 2x2 dengan ketentuan
sampel kurang atau sama dengan 40 dan terdapat sel yang nilai harapan (E)
kurang dari 5.
Penentuan pemeriksaan hipotesis penelitian berdasarkan tingkat
signifikansi (p-value) yang diperoleh dari uji chi-square, yaitu :
a) Jika nilai sig p > 0,05 maka hipotesis penelitian (Ho) diterima dan (Ha)
ditolak berarti tidak ada hubungan.
b) Jika nilai sig p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian (Ha) diterima dan (Ho)
ditolak berarti ada hubungan.
c) 95% CI tidak melewati angka 1.
Syarat rasio prevalens, sebagai berikut :
a) RP (Rasio prevalens) < 1, artinya ada hubungan namun varibel tersebut
tidak menjadi faktor resiko.
b) RP (Rasio prevalens) > 1, artinya ada hubungan dan variabel tersebut
menjadi faktor resiko.
53
c) RP (Rasio prevalens) = 1, artinya variabel bebas tersebut tidak menjadi
faktor resiko.
4.11 Etika Penelitian
Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk
setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang
diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dam pak
hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012).
a. Lembar persetujuan (Informed Consent)
Responden bersedia diteliti,setelah diberikan lembar permintaan menjadi
responden harus mencantumkan tanda tangan. Jika responden menolak
untuk diteliti maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormati
hak-hak responden (Notoatmodjo, 2012).
b. Tanpa nama (Anonymity)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama
responden. Peneliti hanya mencantumkan nama inisial responden. Subyek
mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan, sehingga tidak perlu mencantumkan nama identitas subyek
(Nursalam, 2011).
c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Subyek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan.Kerahasiaan responden dan informasi yang telah dikumpulkan
dijamin oleh peneliti.Data tersebut hanya disajikan dan dilaporkan kepada
beberapa kelompok yang berhubungan dengan penelitian (Nursalam,
2011).
54
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum DLH Kota Madiun
Kota Madiun merupakan kota yang perkembangan jumlah
penduduknya berkembang pesat karena semakin banyak orang yang datang dan
bermukim di Kota Madiun seiring dengan berdirinya perguruan – perguruan
tinggi baik Negeri maupun Swasta serta terjadi peningkatan aktifitas ekonomi
dan pembangunan . Banyaknya jumlah penduduk berpengaruh pada volume
sampah yang dihasilkan setiap harinya, bayangkan saja per orang berapa
sampah yang dihasilkan dikalikan berapa jumlah penduduk. Maka dari itu
pengelolaan kebersihan perlu dilakukan dengan peningkatan pengelolaan
sampah dan limbah baik sampah dari sumbernya maupun mulai dari TPS
sampai dengan TPA dengan mengikutsertakan juga keterlibatan masyarakat
serta memperhatikan tata lingkungan , pengendaliannya serta penaatan
perhadap perundang – undangan tentang lingkungan hidup. Dinas Lingkungan
Hidup adalah gabungan dari Dinas kebersihan dan pertamanan dengan Kantor
Lingkungan Hidup dengan 1 (satu) urusan yaitu urusan Lingkungan Hidup.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan ada 2 (dua) bidang yaitu Bidang
Kebersihan dan Bidang Pertamanan adapun yang gabung ke Dinas Lingkungan
Hidup adalah Bidang Kebersihan dengan nama bidang baru adalah Bidang
Pengelolaan Sampah dan Limbah. Kegiatan pengelolaan sampah yang
dilakukan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Madiun masih dilakukan
secara konvensional yakni proses mengumpulkan, mengangkut dan pengolahan
di tempat pembuangan akhir. Kegiatan pengumpulan sampah dimulai dengan
penyapuan di badan jalan yang pada saat ini meliputi 11 ruas jalan dengan 78
tenaga lapangan. 20 Review Renstra Dinas Lingkungan Hidup Kota Madiun
55
2014-2019 Yang kemudian dilakukan pengumpulan sampah dengan kegiatan
pengumpulan sampah di TPS/container yang selanjutnya diangkut ke TPA.
TPA sebagai tempat penataan akhir (2006 s/d 2010), TPA sebagai tempat
pemrosesan akhir (2011 s/d sekarang).Dengan bertambahnya tingkat
pertumbuhan penduduk diimbangi dengan jumlah timbulan sampah yang
dihasilkan. Jumlah timbulan sampah sampai sekarang mencapai ± 300 m3 /
hari. Oleh sebab itu dikhawatirkan TPA apabila tidak dikelola dengan baik
maka dalam waktu 2 tahun mendatang TPA Winongo sudah penuh dengan
sampah.Untuk itu dibutuhkan inovasi tentang pengelolaan sampah terutama di
TPA Winongo. Di TPA Winongo dibagi beberapa zona (7 Zona) dimana
sekarang 1 zona yang aktif sedangkan yang 6 zona pasif. Timbunan sampah
yang merupakan hasil dari kumpulan dari 3 kecamatan di Kota Madiun ini
mempunyai banyak output yang bisa dimanfaatkan warga sekitar,salah satunya
adalah gas methan (CH4).
Kantor Lingkungan Hidup memberikan pelayanan kepada masyarakat
berupa ijin rekom UKL-UPL / amdal yang selanjutnya di tindklanjuti ke Kantor
KPPT , izin Rekom TPS B3 , izin pembuangan limbah cair, dan pengaduan
lingkungan. Selain itu juga melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
penerima izin lingkungan dan izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup. Pembinaan dan pengawasan juga dilakukan terhadap tindak lanjut
rekomendasi hasil evaluasi penerima izin lingkungan dan izin perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Pelayanan ijin rekom UKL-UPL / amdal adalah
persyaratan yang harus dimiliki oleh perusahaan atau perorangan yang memiliki
usaha/kegiatan/aktifitas yang menimbulkan limbah B3 (komersial).
Rekomendasi ini dipergunakan sebagai ijin usaha dalam upaya pengelolaan
lingkungan – upaya pemantauan lingkungan. Kantor Lingkungan Hidup seluruh
seksi yang ada masuk kedalam Dinas Lingkungan Hidup dan menjadi 3 (tiga)
Bidang 8 (delapan) seksi.
56
a. Utara : Kecamatan Sawahan ( Kabupaten Madiun )
b. Selatan : Kecamatan Geger ( Kabupaten Madiun )
c. Barat : Kecamatana Jiwan ( Kabupaten Madiun )
d. Timur : Kecamatan Wungu ( Kabupaten Madiun )
Gambar 5.1 Wilayah Kecamatan di Kota Madiun
5.2 Hasil Penelitian
Analisis dilakukan dalam dua tahap yaitu analisis univariat untuk
mengetahui distribusi frekuensi masing-masing variabel, baik variabel bebas
maupun variabel terikat.Kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariate untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
1. Analisa Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari
variabel atau besranya proporsi masing-masing variabel yang diteliti.
57
a. Jumlah TPS Kota Madiun berdasarkan wilayah kecamatan
Tabel 5.1 Jumlah TPS Kota Madiun
Kecamatan Jumlah TPS Persentase (%)
Manguharjo
Taman
Kartoharjo
15
12
13
37,5
30,0
32,5
Total 40 100,0
Sumber : Data Dinas Lingkungan Hidup Kota Madiun
Berdasarkan tabel 5.1 sebanyak 40 Tempat Penampungan
Sementara di Kota Madiun
b. Pemilahan Sampah
Gambaran mengenai pemilahan sampah di Tempat
Penampungan Sementara Kota Madiun diperoleh dari hail kuesioner
terhadap responden. Adapun hasil yang diperoleh mengenai pemilahan
sampah dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini :
Tabel 5.2 Gambaran Pemilahan Sampah di TPS Kota Madiun
Pemilahan Sampah Frekuensi Persentase (%)
Buruk
Baik
30
10
75,0
25,0
Total 40 100,0
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 5.2 sebanyak 30 Tempat Penampungan
Sementara (75,0%) buruk dalam melakukan pemilahan sampah.
58
c. Pengumpulan Sampah
Gambaran mengenai pengumpulan sampah di Tempat
Penampungan Sementara Kota Madiun diperoleh dari hasil kuesioner
dan hasil observasi. Adapun hasil yang diperoleh mengenai
pengumpulan sampah dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini :
Tabel 5.3 Gambaran Pengumpulan Sampah di TPS Kota Madiun
Pengumpulan Sampah Frekuensi Persentase (%)
Buruk
Baik
28
12
70,0
30,0
Total 40 100,0
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 5.3 sebanyak 28 Tempat Penampungan
Sementara (70,0%) buruk dalam melakukan pengumpulan sampah.
d. Pengolahan Sampah
Gambaran mengenai pengolahan sampah di Tempat Penampungan
Sementara Kota Madiun diperoleh dari hasil kuesioner. Adapun hasil
yang diperoleh mengenai pengangkutan sampah dapat dilihat pada
tabel 5.4 berikut ini :
Tabel 5.4 Gambaran Pengolahan Sampah di TPS Kota Madiun
Pengolahan Sampah Frekuensi Persentase (%)
Buruk
Baik
22
18
55,0
45,0
Total 40 100,0
Sumber : Data Primer 2018
59
Berdasarkan tabel 5.4 sebanyak 22 Tempat Penampungan
Sementara (67,5%) buruk dalam melakukan pengumpulan sampah.
e. Timbulan Sampah
Gambaran mengenai timbulan sampah di Tempat
Penampungan Sementara Kota Madiun diperoleh dari hasil observasi.
Adapun hasil yang diperoleh mengenai timbulan sampah dapat dilihat
pada tabel 5.5 berikut ini :
Timbulan Sampah Frekuensi Persentase (%)
Tinggi
Rendah
25
15
62,5
37,5
Total 40 100,0
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 5.5 sebanyak 25 Tempat Penampungan
Sementara (62,5%) timbulan sampah tinggi.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan lanjutan dari analisis univariat.Hasil
penelitian dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
dan variabel terikat dan besarnya nilai ratio prevalens, dengan uji statistic
yang disesuaikan dengan skala data yang ada. Uji statistic yang digunakan
Chi-Square dan penentuan Ratio Prevalens (RP) dengan taraf kepercayaan
(CI) 95% dan tingkat kemaknaan 0,05. Berikut adalah hasil analisis
bivariate dibawah ini :
60
a. Hubungan Pemilahan Sampah dengan Timbulan Sampah di
Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kota Madiun.
Hasil penelitian mengenai hubungan pemilahan sampah dengan
timbulan sampah di Tempat Penampungan Sementara Kota Madiun
sebagai berikut :
Tabel 5.6 Hubungan Pemilahan Sampah dengan Timbulan Sampah
Pemilahan
Sampah
Timbulan Sampah
Tinggi Rendah P-Value RP (95% CI)
N N
Buruk
%
22
555,0
8
20,0
0,038 6,417
Baik
%
Total %
3
7,5
100,0
7
17,5
100,0
( 1,327 – 31,031)
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa timbulan sampah yang
tinggi pada pemilahan sampah yang buruk sebanyak 22 TPS (55%).
Timbulan Sampah yang tinggi pada pemilahan sampah yang baik
sebanyak 3 TPS (7,5%). Jadi proporsi timbulan sampah yang tinggi
lebih besar pada pemilahan sampah yang buruk dari pada pemilahan
sampah yang baik.
Secara statistik pada pada uji Chi-Square dapat dikatakan bahwa
terdapat hubungan antara pemilahan sampah dengan timbulan sampah
dengan nilai p=0,038. Hasil perhitungan risiko didapatkan RP= 6,4
(95% CI 1,327-31,031) yang berarti bahwa pemilahan sampah yang
buruk mempunyai risiko 6,4 kali mengakibatkan timbulan sampah
yang tinggi dari pada pemlahan sampah yang baik.
61
b. Hubungan Pengumpulan Sampah dengan Timbulan Sampah di
Tempat Penampungan Sementara Kota Madiun
Hasil penelitian mengenai hubungan pengumpulan sampah
dengan timbulan sampah di Tempat Penampungan Sementara Kota
Madiun sebagai berikut :
Tabel 5.7 Hubungan Pengumpulan Sampah dengan Timbulan Sampah
Pengumpulan
Sampah
Timbulan Sampah
Tinggi Rendah P-Value RP (95% CI)
N N
Buruk
%
21
52,5
7
17,5
0,033 6,000
Baik
%
Total %
4
10,0
100,0
8
20,0
100,0
( 1,374 – 26,196)
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa timbulan sampah
yang tinggi pada pengumpulan sampah yang buruk sebanyak 21 TPS
(52,5%). Timbulan Sampah yang tinggi pada pengumpulan sampah
yang baik sebanyak 4 TPS (10,0%). Jadi proporsi tingkat timbulan
sampah yang tinggi lebih besar pada pengumpulan sampah yang buruk
dari pada pengumpulan sampah yang baik.
Secara statistik pada uji Chi-Square dapat dikatakan bahwa
terdapat hubungan antara pengumpulan sampah dengan timbulan
sampah dengan nilai p=0,003 Hasil perhitungan risiko didapatkan
RP=6,000 (95% CI 1,374-26,196) yang berarti bahwa pengumpulan
sampah yang buruk mempunyai risiko 6,0 kali mengakibatkan
62
timbulan sampah yang tinggi daripada pengumpulan sampah yang
baik.
c. Hubungan Pengolahan Sampah dengan Timbulan Sampah di
Tempat Penampungan Sementara Kota Madiun.
Hasil penelitian menganiak hubungan pengolahan sampah
dengan timbulan sampah di Tempat Penampungan Sementaea Kota
Madiun sebagai berikut :
Tabel 5.8 Hubungan Pengolahan Sampah dengan Timbulan Sampah
Pengolahan
Sampah
Timbulan Sampah
Tinggi Rendah P-Value RP (95% CI)
N N
Buruk
%
12
30,0
10
17,5
0,412 0,462
Baik
%
Total %
13
32,5
100,0
5
12,5
100,0
( 0,122 – 1,745)
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa timbulan sampah
yang tinggi pada pengolahan sampah yang buruk sebanyak 12 TPS
(30,0.%). Timbulan Sampah yang tinggi pada pengolahan sampah
yang baik sebanyak 13 TPS (32,5%). Jadi proporsi tingkat timbulan
sampah yang tinggi lebih besar pada pengolahan sampah yang baik
dari pada pengolahan sampah yang buruk.
Secara statistik pada uji Chi-Square dapat dikatakan bahwa
terdapat hubungan antara pengolah sampah dengan timbulan sampah
dengan nilai p=0,412 Hasil perhitungan risiko didapatkan RP= 0,4
(95% CI 0,122-1,745) yang berarti bahwa pengolahan sampah yang
63
baik mempunyai risiko 0,4 kali mengakibatkan timbulan sampah yang
tinggi daripada pengolahan sampah yang buruk.
5.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian jumlah Tempat Penampungan Sementara
Kota Madiun memiliki 40 TPS yang tersebar di 3 wilayah kecamatan Kota
Madiun. Untuk Kota Madiun memiliki 27 Kelurahan yang memiliki
TPS(Tempat Penampungan Sementara) masing-masing.
Tempat Penampungan Sementara (TPS) adalah tempat sebelum
sampah diangkut dan dikumpulkan untuk sementara waktu sampai diangkut ke
Tempat Pembuangan Akhir (Undang-Undang No.18 Tahun 2008).
Data awal yang didapatkan ketika survey pendahuluan adalah sejumlah
39 TPS di Kota Madiun, akan tetapi setelah penelitian dilakukan TPS Kota
Madiun yakni berjumlah 40 TPS.
5.3.1 Timbulan Sampah
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar TPS
di Kota Madiun jumlah timbulan sampah yang dihasilkan tinggi dan timbulan
sampah rendah.Timbulan sampah yang tinggi inilah dapat mempengaruhi
kondisi wadah pengumpulan sampah yang mana memiliki kapasitas yang
terbatas.Apalagi dengan frekuensi pengambilan sampah yang dibuang dan
diangkut ke TPA hanya satu kali dalam sehari.
Apabila sampah yang tidak dikelola dengan baik, maka akan
memberikan pengaruh yang besar terhadap kesehatan dan lingkungan.
Pengaruh terhadap kesehatan bisa secara langsung maupun tidak
langsung.Pengaruh langsung disebabkan karena adanya kontak langsung antara
manusia dengan sampah tersebut. Sedangkan pengaruh tidak langsung
umumnya disebabkan oleh adanya vektor yang membawa kuman penyakit yang
berkembang biak di dalam sampah kepada manusia. Dan pengaruh terhadap
64
lingkungan apabila pengelolaan sampah yang kurang baik dapat mengganggu
estetika lingkungan dan menimbulkan bau yang kurang sedap (Chandra, 2007).
Menurut pengelola sampah yang ada di TPS masing-masing, seringnya
sampah yang terbuang dan menumpuk mengakibatkan sampah yang
berterbangan karena wadah sampah telah penuh dengan sampah.Sampah yang
telah dibuang oleh masyarakat masih banyak yang menggunakan system
kumpul, angkut dan buang tanpa memperhatikan sampah yang dibuang itu
sendiri.Akibatnya sampah menumpuk dan membuat timbulan sampah yang
tinggi.
Berdasarkan hasil observasi, timbulan sampah yang tinggi masih
terdapat di 25 TPS (62,5%), karena sistem yang digunakan masih dengan
sistem sederhana yang mana mengakibatkan sampah bertumpuk, sampah yang
telah bertumpuk juga mempengaruhi pengelolaan sampah yang lambat dan
kurang maksimal, juga pengelola di TPS tidak setiap waktu berada di TPS
untuk menjaga maupun membersihkan dan mengelola TPS.
5.3.2 Pemilahan Sampah
Berdasarkan hasil penelitian pemilahan sampah di 40 Tempat
Penampungan Sementara Kota Madiun sebanyak 30 TPS (75,0%) buruk dalam
melakukan pemilahan sampah dan 10 TPS (25,0%) baik dalam pemilahan
sampah. Pemilahan sampah di TPS 30 masih buruk karena masyarakat yang
membuang sampah di TPS hanya membuang sampah dan tidak memilahnya
sebelum dibuang, sehingga pemilahan dilakukan oleh pihak TPS dan pengelola
TPS yang mana pemilahan tidak bias dilakukan sekaligus saat masyarakat
membuang sampah, dan pemilahan di TPS sendiri membutuhkan waktu yang
tidak singkat. Pemilahan sampah di 10 TPS sudah baik karena pengelola TPS
juga bekerja sama dengan pengepul sampah sehingga sampah yang dibuang
oleh masyarakat dipilah dan dijual oleh pihak pengepul.Menurut penelitian
Dinar Ratri Arini (2010) menyebutkan bahwa alat dan prasarana dari TPS yang
65
memadai dapat mengurangi timbulan sampah dan mengefektifitaskan container
sebagai wadah sampah yang berguna untuk menampung sampah yang dibuang
oleh masyarakat.
Menurut Undang-Undang RI No.18 Tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah kegiatan penanganan sampah dalam hal ini pemilahan sampah,
pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan
jenis, jumlah, dan sifat sampah.
Dari hasil kuesioner, TPS yang tidak melakukan pemilahan sampah
dikarenakan tidak adanya petugas pemilah sampah khusus di TPS, akan tetapi
pemilahan sampah yang baik juga terdapat di TPS yang mengolah sampah itu
sendiri menjadi pupuk organik sehingga dapat bermanfaat.
5.3.3 Pengumpulan Sampah
Berdasarkan hasil penelitian pengumpulan sampah di 40 Tempat
Penampungan Sementara Kota Madiun sebanyak 28 TPS (70,0%) buruk dalam
melakukan pengumpulan sampah dan 12 TPS (20,0%) baik dalam
pengumpulan sampah.Pengumpulan sampah di 28 TPS masih buruk
dikarenakan pengumpulan hanya dilakukan dalam sekali waktu dan
pengumpulan itu sendiri tidak memperhatikan waktu pengumpulan di
TPS.Sedangkan 12 TPS dalam pengumpulan sampah sudah baik karena
mayarakat sekitar TPS memperhatikan waktu pengumpulan sampah dan
dibuang sesuai waktu yang telah terjadwal. Menurut penelitian Ganis Dwi
Cahyani (2009) menyebutkan bahwa pengumpulan sampah harus terjadwal
agar timbulan sampah yang terkumpul dapat diatasi dengan efektif.
Menurut Undang-Undang RI No.18 Tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah kegiatan penanganan sampah dalam hal ini pengumpulan sampah,
pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah daro sumber
sampah ke Tempat Penampungan Sementara atau pengolahan terpadu, dalam
66
pengumpulan di tempat pengumpul sampah harus tertampung pada baik
kontainer sampah yang telah disediakan.
Masih banyaknya masyarakat yang membuang begitu saja sampahnya
ke kontainer TPS mengakibatkan berseraknya sampah yang telah dibuang
apalagi jika kontainer sampah telah penuh. Selain dari petugas pengumpul
sampah di TPS yang sebenarnya telah melakukan tugasnya dengan baik, akan
tetapi juga harus diikuti dengan kebiasaan masyarakat yang membuang sampah
dengan benar hingga masuk ke container TPS dengan melihat kontainer yang
masih kosong atau tidak penuh dan meletakkannya dengan baik disisi kontainer
jika kontainer telah penuh, sehingga sampah tidak berceceran dimana-mana.
5.3.4 Pengolahan Sampah
Berdasarkan hasil penelitian pengolahan sampah di 40 Tempat
Penampungan Sementara Kota Madiun sebanyak 12 TPS (30,0%) buruk dalam
melakukan pengolahan sampah dan 13 TPS (32,5%) baik dalam pengolahan
sampah.Pengolahan sampah yang dilakukan di 12 TPS masih buruk
dikarenakan TPS tidak mengolah sampah melainkan TPS hanya digunakan
sebagai tempat untuk membuang sampah dan terdapat kontainer sebagai
wadahnya.Dan di 13 TPS sudah melakukan pengolahan sampah yang mana
terdapat tempat penglahan secara manual maupun modern dengan alat-alat
terbarukan.Menurut penelitian Tri Padmi (2008) menyebutkan bahwa
pengolahan sampah harus sesuai dengan karakteristik sampah dan menjadikan
pengolahan tersebut dapat berguna dan bermanfaat semestinya.
Dalam Peraturan Daerah Kota Madiun No. 33 Tahun 2011 pengelolaan
sampah dalam hal ini pengolahan adalah upaya untuk mengurangi volume
sampah atau merubah bentuk menjadi bermanfaat, antara lain dengan cara
pengurangan, pemilahan, pengumpulan sampah sehingga bisa diolah sesuai
karakteristik dan jenisnya.
67
Pengolahan sampah yang dilakukan di Tempat Penampungan
Sementara sudah dilakukan oleh TPS yang menangani pengolahan sampahnya
sendiri menjadi pupuk organik yang mana pupuk tersebut dikumpulkan dari
sampah-sampah yang dihasilkan dari masyarakat yang membuang sampah di
TPS wilayahnya masing-masing, akan tetapi pengolahan sampah yang
dilakukan masih kurang maksimal mengingat masih adanya cara pengolahan
sederhana atau cara pengolahan manual.
5.4 Analisa Hubungan
Analisa hubungan dalam penelitian ini adalah :
a. Ada hubungan antara pemilahan sampah dengan timbulan sampah di
Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kota Madiun.
b. Ada hubungan antara pengumpulan sampah dengan timbulan sampah di
Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kota Madiun.
c. Tidak ada hubungan antara pengolahan sampah dengan timbulan sampah di
Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kota Madiun.
5.5 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat
mempengaruhi hasil penelitian, yaitu sebagai berikut :
1. Kekurangan sebagai berikut :
a. Kuesioner dibuat oleh peneliti
b. Penelitian dilakukan sekali
2. Kelebihan penelitian :
a. Peneliti langsung turun kelapangan sehingga tau kondisi lapangan
b. Penelitian dilakukan secara detail dilapangan
68
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari pembahasan yang telah diuraikan, maka
dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Pemilahan sampah di Tempat Penampungan Sementara Kota Madiun
memiliki kategori buruk dalam melakukan pemilahan sampah.
2. Pengumpulan sampah di Tempat Penampungan Sementara Kota Madiun yang
memiliki kategori rendah dalam melakukan pengumpulan sampah.
3. Pengolahan sampah di Tempat Penampungan Sementara Kota Madiun yang
buruk lebih tinggi dibandingkan pengolahan sampah yang baik
4. Timbulan sampah di Tempat Penampungan Sementara Kota Madiun masih
cukup tinggi karena pemilahan, pengumpulan, dan pengolahan masih belum
baik.
5. Ada hubungan antara pemilahan sampah dengan timbulan sampah di Tempat
Penampungan Sementara (TPS) Kota Madiun.
6. Ada hubungan antara pengumpulan sampah dengan timbulan sampah di
Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kota Madiun.
7. Tidak ada hubungan antara pengolahan sampah dengan timbulan sampah di
Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kota Madiun.
6.2 Saran
1. Bagi Dinas Lingkungan Hidup
Untuk mempermudah pengelolaan sampah yaitu dengan melakukan
pemisahan antara sampah organik dan sampah anorganik dari sumbernya,
bahkan cara itu juga sangat membantu dalam mengurangi jumlah timbulan
sampah yang ada. Hal itu tentunya juga harus didukung dengan penambahan
69
atau pembaruan dalam hal penyediaan tempat sampah dan tenaga terlatih
untuk memilah sampah, himbauan mengumpulkan sampah dan mengolah
sampah sejak dari sumbernya, pengolahan tentu dilakukan dengan melihat
jenis sampah.
2. Bagi Petugas Pengelola TPS
Sebaiknya, petugas pengelola Tempat Penampungan Sementara
memperhatikan cara pengelolaan sampah secara baik dan benar dengan
melihat metode-metode pengelolaan sampah organik maupun anorganik yang
dapat dimanfaatkan oleh petugas dan pengawas TPS melalui pengolahan yang
sesuai agar dapat menghasilkan sesuatu yang dapat dijual kembali dan dapat
dimanfaatkan untuk pupuk dari sampah organik.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai salah satu sumber
data dan dilakukan untuk penelitian lanjutan, dengan metode yang berbeda
dan lebih banyak kedepannya supaya penelitian lebih berkembang lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Anak Agung Gede Raka Paramasutha, 2017. Faktor – Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Perilaku Masyarakat Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga Di
Daerah Kawasan Wisata Desa Singapadu.Program Sarjana Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana, Bali.
Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.
Dina Ediana, Fitria Fatma, Yuniliza, 2017. Analisis Pengolahan Sampah Reduce,
Reuse, Recycle (3r) Pada Masyarakat Di Kota Payakumbuh. Jurnal
Endurance Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De Kock, Bukittinggi.
Mukono. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Airlangga University
Press.
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Novita Sari, Surahma Asti Mulasari, 2017. Pengetahuan, Sikap, dan Pendidikan
Dengan Perilaku Pengelolaan Sampah di Kelurahan Bener Kecamatan
Tegalrejo Yogyakarta.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Jakarta: Menteri
Pekerjaan Umum RI.
Reni Masrida, 2017 Kajian Timbulan Dan Komposisi Sampah Sebagai Dasar
Pengelolaan Sampah Di Kampus Ii Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.
Jurnal Environment Engineering and Waste Management Universitas
Bhayangkara Jakarta Raya, Jakarta.
SNI 19-2452- 2008 tentangPengelolaan Sampah di Permukiman.
SNI 2008 tentangMetode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan
dan komposisi sampah perkotaan.
Sunyoto, Danang, 2013. Teori, Kuesioner, dan Analisis Data Sumber Daya Manusia
(Praktik Penenlitian),Yogyakarta : Center Of Academic Publishing Service.
Sujarweni, V.Wiratna. 2014. Metode Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Gava
Medika.
Timmreck, Thomas. 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta:
Kedokteran EGC.
Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta:
Presiden RI.
Yommi Dewilda, Yeggi Darnas, Indriyani Zulfa, 2014. Satuan Timbulan Dan
Komposisi Sampah Domestik Kabupaten Tanah Datar.Skripsi.Jurusan Teknik
Lingkungan Universitas Andalas, Sumatera Barat.
LEMBAR KUESIONER
Nama Pengelola : .................................
Nama TPS : .................................
Kecamatan : .................................
A. Pemilahan Sampah
1. Apakah sampah yang dibuang ke TPS sudah sesuai jenisnya?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah sering dilakukan pemilahan sampah di TPS?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah ada perintah khusus dari DLH untuk memilah sampah di TPS
sebelum diangkut dan dibuang ke TPA?
b. Ya b. Tidak
B. Pengumpulan Sampah
1. Apakah ada jadwal pengumpulan sampah di TPS?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah pengumpulan sampah dilakukan setelah pemilahan?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah frekuensi pengumpulan sampah dari TPS ke TPA ada jadwal
tertenu?
a. Ya b. Tidak
C. Pengolahan Sampah
1. Apakah pernah dilakukan pengolahan sampah di TPS?
a. Ya b. Tidak
Lampiran 1
2. Apakah ada perlakuaan khusus untuk mengelola sampah?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah ada proses pengolahan dengan memisahkan benda-benda bernilai
ekonomi?
a. Ya b. Tidak
Lembar Observasi
Nama TPS : .............
Pengelola TPS : .............
Kecamatan : .............
A. Pemilahan Sampah
No Pemilahan Sampah Ya Tidak
1 TPS melakukan pemilahan sampah dengan
adanya container sampah yang berbeda
2 Pemilahan sampah dibedakan sesuai jenisnya
berdasarkan wadah sampah
3 Pemilahan sampah langsung dilakukan dengan
membedakan, container atau gerobak
B. Pengumpulan Sampah
No Pengumpulan Sampah Ya Tidak
1 Pengumpulan sampah organik dan non-organik
dilihat dari wadah pengumpul sampah
2 Sarana pengumpul sampah yang sudah dipilah
3 Ada alat ukur timbulan sampah dengan gerobak
atau container
4 Ada papan jadwal tertentu pengumpulan
sampah
C. Pengolahan Sampah
No Pengolahan Sampah Ya Tidak
1 Ada bekas pembakaran sampah
2 Ada bahan untuk pengomposan
Lampiran 2
Lmpiran 3 Lembar Revisi
Lampiran 4 Rekomendasi Penelitian STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Lampiran 5 Rekomendasi Penelitian Kesbangpol Kota Madiun
Lampiran 6
Gambar 1 Penelitian di TPS Sedoro ( pengisian kuesioner oleh peneliti )
Gambar 2 Pengisian Lembar Observasi di TPS Sedoro
Gambar 3 Penelitian di TPS Margobawero (Pengisian Kuesioner oleh Peneliti)
Gambar 4 Pengisian Lembar Observasi di TPS Margobawero
Gambar 5 Penelitian di TPS Kartika Manis ( pengisian kuesioner oleh peneliti )
Gambar 6 Potensi pemanfaatan sampah organik di TPS Kartika Manis
Gambar 7 Timbulan Sampah di kontainer TPS Borobudur
Gambar 8 Kontainer TPS Kelun
Lampiran 8 Form Revisi