Skripsi -...

139
FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Tahun Anggaran 2015) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Romlih 1111112000066 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Transcript of Skripsi -...

Page 1: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

FUNGSI PENGAWASAN DPRD

(Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

Daerah Kota Tangerang Tahun Anggaran 2015)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Romlih

1111112000066

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

FUNGSI PENGAWASAN DPRI)

(Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

Daerah Kota Tangerang Tahun Anggaran 2015)

Skripsi

Oleh:

Romlih

11r1112000066

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIYERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

NrP. 19631 02419990321001

i. _.-

Page 3: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

PER}TYATAAI\I BEBAS PLAGIARISME

FI.JNGSI PENGAWASAN DPRD:Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Tahun

Anggaran 2015

Judul skripsi yang berjudul:

Dengan ini penulis menyatakan bahwa:

l. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini telah

penulis cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jah,ana

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli penulis

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1111112000066

Page 4: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pernbimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama

NIMProgram Studi

: Romlih:1111112000066: Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

FUNGSI PENGAWASAN DPRD: STUDI TERHADAP TATAKELOLAKEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA TANGERANG TAHUNANGGRAN 2015

dan telah diuji pada 24 Jarruai2Ol7.

Jakarta, 24 Januai2DlT

Mengetatrui,

Ketua Program Studi

JWDr. Idine Rosvidin. MANrP.19701013200501 I 003

Dra. Gefarina Diohan. MANIP. 1963 10241999032 1 00 1

Mengetahui,

Page 5: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

FT]NGSI PENGAWASAN DPRD: STUDI TERIIADAP TATAKELOLAKEUAIYGAII PEMERINTAH DAERAH KOTA TANGERANG TAHUN

AT\GGRAN 2015

Oleh:Romlih

1111112000066

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal. Skripsiini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial(S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.

Ketua Program Studi, Sekretaris Program Studi,ryDr. Iding Roslzidin Hasan

NIP. 19701013 200501 I 003

Suryani. M.Si

NrP. 19770424 200710 2 003

Penguji II,

NIP. 1961052400003 2 002

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal24 Januai2}lT

Ketua Program StudiFISIP UIN Jakarta

VT,Dr. Iding Rosyidin Hasan

NIP. 19701013 200501 1 00

ill

Page 6: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

iv

ABSTRAKSI

Penyelenggaran otonomi daerah telah memberikan kebebasan bagi

pemerintah daerah untuk mengatur dan mengembangkan segala potensi di daerah-

daerah. Bentuk otonomi daerah terealisasikan dalam bentuk desentralisasi dan

dekonsentrasi yang diberikan pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah.

Kewenangan yang diberikan kepada pemerintah daerah ini harus diimbangi

dengan kekuatan yang berlandaskan pada kepntingan masyarkat. DPRD sebagai

lembaga perwakilan rakyat di daerah merupakan lembaga yang berfungsi sebagai

reprensentasi kekuatan rakyat. Selain itu, fungsi dari DPRD sebagai check and

balances dari kekuasaan eksekutif tercermin melalui ketiga fungsinya yakni

fungsi legislatif, anggaran, dan pengawasansebagaimana diatur oleh undang-

undang dan peraturan DPRD yang sudah ditetapkan.

Ketiga fungsi DPRD menjadi menyimbang kekuasaan eksekutif dalam

melaksanakan berbagai kebijakan terutama yang berkaitan dengan keuangan yang

bersumber pada APBD. Tatakelola keuangan yang baik hanya bisa dinilai jika ada

mekanisme yang transparan dan akuntabel. Oleh karena itu, proses pengawasan

menjadi penting untuk melihat proses tatakelola keuangan yang dilakukan oleh

pemerintah daerah. Pengawasan yang dilakukan DPRD terhadap tatakelola

keuangan merupakan bentuk dari usahanya untuk menjamin bahwa uang rakyat

yang terkumpul dalam APBD terealisasikan dengan efektif dan efesien. Bentuk

pengawasan yang dilakukan DPRD terhadap tatakelola keuangan dilakukan

melalui mekanisme hearing, sidak, kunjungan kerja, dan rapat-rapat yang

dilakukan DPRD baik dengan pemerintah ataupun dengan SKPD /OPD sebagai

pelaksana dan pengguna anggaran. Kerjasama yang baik antar anggota dewan dan

dengan pemerintah sangat penting dalam mencipatakan tatakelola yang baik

sehingga dapat tercapai tujuan pemerintah daerah yang Good and Clean

Governance.

Kata Kunci: Otonomi Daerah, DPRD, Pengawasan, Tatakelola Keuangan

Page 7: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji syukur penulis panjatkan ke haribaan Allah SWT. yang berkat

rahmat dan inayah-Nya, penulis diberi kemampuan untuk menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Penelitian ini merupakan manifestasi ikhtiar intelektual

penulis atas khazanah pemikiran Ilmu Sosial dan Politik yang penulis dapat

selama belajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), khususnya Prodi

Ilmu Politik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di samping itu, penelitian ini

sebagai prasyarat kelulusan pendidikan sarjana di FISIP UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Sejak awal mula skripsi ini ditulis, hingga selesai, penulis telah melibatkan

banyak pihak yang secara langsung maupun tak langsung, baik materiil maupun

moril, telah menyumbangkan kontribusinya yang begitu berharga. Untuk itu, tak

lupa penulis haturkan ucapan terimakasih yang begitu mendalam kepada:

1. Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta).

2. Dr. Iding Rosyidin, MA selaku Ketua Prodi Ilmu Politik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Suryani, M.Si selaku Sekretaris Prodi Ilmu Politik

4. Dra. Gefarina Djohan, MA selaku dosen pembimbing yang selalu

memberikan masukan, kritik, dan saran kepada penulis dari awal hingga

akhir penulisan skripsi ini.

Page 8: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

vi

5. Kepada seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmunya

kepada penulis serta dengan sabar telah mendidik dengan baik.

6. Kepada seluruh staff dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepada kedua Orangtuaku, Ibu dan Alm. Bapak dan juga kakak dan adik-

adikku yang selalu memberikan do’a serta nasihat kepada penulis. Serta

menjadi inspirasi bagi penulis untuk terus berusaha memberikan dan

melakukan yang terbaik. Terimakasih untuk semua doa dan dukungan baik

moral dan moril kepada penulis.

8. Untuk Sahabat-sahatbatku, Akhmad Baizuri S,Sos, Febri Darmawan

S.Kom, Shohibul Hilmi S,Hum, Lail Fajri, Taufik Akbar, A.

Fathurrahman, Jaka Firmansyah S,Kom.I, yang selalu memberikan saran

dan masukan ketika penulis merasa lelah. Serta menjadi sumber semangat

bagi penulis untuk tetap melanjutkan skripsi ini.

9. Untuk keluarga besarku, Ilmu Politik B 2011 UIN Jakarta, Khsusunya A.

Sidik Wibowo, Koento Pinandito, Roni Yuliansyah, Azim Ponto, M.

Jordan, Fadlyansyah, dan Ken Anggara C. Terima kasih telah membantu

dan menjadi keluarga yang hangat selama empat tahun ini, serta

memberikan keceriaan yang tidak terputus.

10. Untuk Annisa Kholis, wanita yang selalu memberikan suportnya disaat

penulis berada dititik jenuh, dengan senyum dan kata-kata

penyemangatnya.

Page 9: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

vii

11. Kepada keluarga besar KKN LASKAR MATAHARI Kalian telah

memberikan warna serta pengalaman yang sangat berharga.

12. Kepada keluarga besar BAZNAS Kota Tangerang, yang telah memberikan

penulis kesempatan untuk berkarir dan berkarya.

13. Kepada KNPI dan BKPRMI Kec.Cipondoh yang memberikan ruang

kepada penulis untuk bisa mengabdi kepada masyarakat melalui kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan.

14. Terima kasih pula dari penulis kepada semua pihak yang telah banyak

membantu hingga skripsi ini terselesaikan.

Penulis memohon agar segala jerih payah dan dukungan mereka akan

dicatat sebagai amal baik dan mendapat balasan pahala dari Allah SWT. Besar

harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat yang begitu besar bagi

banyak orang khususnya bagi para akademisi yang bergelut dengan ilmu-ilmu

politik.

Jakarta, 10 Januari 2017

Romlih

Page 10: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

viii

DAFTAR TABEL

Tabel III.A.1. Visi Kota Tangerang……………………….......………….43

Tabel III.A.2. Misi Kota Tangerang ......................................................... 44

Tabel III.B.1. Daftar Nama Anggota DPRD Kota Tangerang .................. 48

Tabel III.B.1. Lanjutan Tabel Daftar Anggota DPRD .............................. 49

Tabel III.1.1 Daftar Nama Pimpinan DPRD ............................................. 49

Tabel III.1.2 Daftra Nama Komisi I DPRD Kota Tangerang ................... 50

Tabel III.1.3. Daftra Nama Komisi II DPRD Kota Tangerang ................. 51

Tabel III.1.4. Daftra Nama Komisi III DPRD Kota Tangerang ............... 52

Tabel III.1.5.Daftra Nama Komisi IV DPRD Kota Tangerang ................ 53

Tabel III.3.1. APBD Kota Tangerang Tahun 2014 ................................... 59

Tabel III.3.1. Lanjutan Tabel APBD Kota Tangerang Tahun 2014......... 60

Tabel III.3.2. APBD Kota Tangerang Tahun 2015 ................................... 61

Tabel III.3.2. Lanjutan Tabel APBD Kota Tangerang Tahun 2015.......... 62

1

Page 11: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

ix

DAFTAR SINGKATAN

UUD = Undang Undang Dasar

DPRD =Dewan Perwakilan Rakyta Daerah

PERDA = Peraturan Daerah

DPR =Dewan Perwakilan Rakyat

APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

APBD =Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

GBHN = Garis – Garis Besar Haluan Negara

KPU = Komisi Pemilihan Umum

DCT = Daftar Caleg Tetap

SKPD =Satuan Kerja Perangkat Daerah

OPD =Organisasi Perangkat Daerah

BPK =Badan Pemeriksa Keuangan

LHP =Laporan Hasil Pemeriksaan

KUA =Kebijakan Umum APBD

PPAS =Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

BLUD =Badan Layanan Umum Daerah

RKPD =Rencana Kerja Pembangunan Daerah

LPJ =Laporan Pertanggungjawaban

LKPJ =Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

BUMD =Badan Usaha Milik Daerah

IMB =Ijin Mendirikan Bangunan

BPMP2T =Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu

RSUD =Rumah Sakit Umum Daerah

Page 12: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

x

PBB = Pajak Bumi dan Bangunan

BPHTB = Bea Per-Olehan Hak atas Tanah dan Bangunan

PDN = Penerimaan Dalam Neeri

LSM =Lembaga Swadaya Masyarakat

KUNKER =Kunjungan Kerja

SIDAK = Inpeksi Mendadak

PAD =Pendapatan Asli Daerah

DAU =Dana Alokasi Umum

DAK =Dana Alokasi Khusus

Page 13: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

xi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME...............................................i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI……………………...........ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI…………………………iii

ABSTRAKSI…………………………………………………………….iv

KATA PENGANTAR ............................................................................... v

DAFTAR ISI ............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL .................................................................................. viii

DAFTAR SINGKATAN...........................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ............................................................. 1

B. Pertanyaan Penelitian ........................................................ 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 11

D. Tinjauan Pustaka ............................................................... 12

E. Metode Penelitian .............................................................. 13

F. Sistematika Penulisan ....................................................... 15

BAB II LANDASAN TEORI

A. Teori Trias Politica................................................................18

B. Teori Legislatif......................................................................24

1. Fungsi Legislasi..............................................................24

2. Fungsi Anggaran............................................................25

3. Fungsi Pengawasa..........................................................27

C. Teori Pemerintahan Daerah...................................................29

a). Dekonsentrasi ..................................................................37

b). Delegasi Kepada Penguasa Otorita..................................38

c). Devolusi Kepada Pemerintah Daerah..............................38

d). Pemindahan Fungsi dari Pemerintah Kepada Swasta…..38

BAB III Gambaran Umum DPRD dan APBD Kota Tangerang

A. Gambaran Umum Kota Tangerang.......................................40

1.Visi dan Misi Kota Tangerang............................................42

a). Visi Kota Tangerang.....................................................42

b). Misi Kota Tangerang....................................................43

B. Gambaran Umum DPRD Kota Tangerang............................45

1. Komisi-Komisi DPRD Kota Tangerang............................49

a). Komisi I Bidang Pemerintahan......................................50

b). Komisi II Bidang Kesra.................................................51

c). Komisi III Bidang Ekonomi dan Keuangan..................52

d). Komisi IV Bidang Pembangunan..................................53

C. APBD Kota Tangerang..........................................................54

1. Pendapatan Daerah.............................................................64

Page 14: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

xii

a). Pajak Daerah.....................................................................65

b). Retribusi Daerah............................................................66

c). Bagian Laba Pengelolaan Aset Daerah.........................67

d). Lain - Lain PAD yang Sah............................................68

2. Dana Perimbangan.............................................................68

a). Dana Bagi Hasil...........................................................69

b). Dana Alokasi Umum...................................................69

c). Dana Alokasi Khusus.............................................…..71

d). Dana Lain-Lain yang Sah............................................72

BAB IV Pelaksanaan Fungsi PengawasanDPRD Kota Tangerang Pada

Tatakelola Keuangan Daerah

(APBD) Tahun Anggaran 2015

A. Ruang Lingkup Pengawasan………..………………….....74

B. Mekanisme Pengawasan dan Strategi Pengawasan............81

1. Proses Pengawasan…………………………………...81

a. Tahap Perencanaan………………………………...83

b. Tahap Pelaksanaan………………………………...85

c. Tahap Pertanggungjawaban……………………….87

2. Bentuk Pengawasan .................................................... 89

a. Kunker…………………………………………….89

b. Hearing……………………………………………90

c. Sidak………………………………………………90

d. Rapat Kerja dengan Mitra Kerja………………….91

C. Tantangan dan Hambatan dalam Proses Pengawasan……92

1. Kemampuan Anggota Dewan dalam menjalankan

Fungsi dan Perannya .................................................. 92

2. Sulitanya Koordinasi antar Anggota ...................... ....93

3. Banyak Kepentingan antar Fraksi.... ..................... .....94

D. Analisis Kritis Terhadap Pola Penanganan Kaitannya

dengan Fungsi Pengawasan.................................................95

1. Tidak Transparans.…………………………………….95

2. Mekanisme Pelaporan Kinerja Tidak Jelas…....……....96

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 98

B. Saran ................................................................................ 100

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 102

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 15: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Tumbangnya Orde Baru pada tahun 1998 membawa banyak perubahan

terhadap pelaksanaan check and balances di Indoensia. Salah satu betuk

perubahan itu tersebut adalah penataan kembali peran dan fungsi lembaga-

lembaga eksekutif, legislatif, dan yudukatif. Empat amademen UUD 1945 yang

telah dilakukan tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002 merupakan dasar hukum bagi

pengembalian fungsi kekuasaan Trias Politika dan pelaksanaan check and

balances tersebut.1

Perubahan pemerintahan di Indonesia dari sentralisasi menjadi desentralisasi

pasca runtuhnya rezim Orde Baru, memberikan keleluasaan bagi pemerintah

daerah untuk mengatur dan mengelola pemerintahannya secara otonom. Bentuk

dari otonomi dilihat pembagian kekuasaan negara (secara vertikal) dibentuk

daerah daerah yang bersifat otonom dengan bentuk dan susunan pemerintahannya

diatur dalam undang-undang. Adapaun tugas keduanya tetap terbingkai dalam

satu kesatuan dengan Pemerintah Pusat menyelenggarakan pemerintahan nasional

dan pemerintah daerah menyelenggarakan pemerintahan di daerah.2

Dalam bentuk hubungan inilah kemudian pemerintah perlu melaksanakan

pembagian kekuasaaan kepada pemerintah daerah yang dikenal dengan istilah

desentralisasi, yang bentuk dan tata cara penyelenggaraanya berdasarkan

1 Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, edisi revisi, (Jakarta:Gramedia Pustaka

Utama, 2007), h. 290 2 Bambang Yudhoyono, Otonomu Daerah : Desentralisasi dan Pengembangan SDM

Aparatur Pemda dan Anggota DPRD, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), h.20

Page 16: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

2

ketentuan-ketentuan di dalam undang-undang. Sebagaimana telah ditetapkan oleh

Undang – Undang Dasar 1945 yang diatur dalam Undang – Undang Nomor 22

Tahun 1999 yang kemudian mengalami pergantian perubahan menjadi Undang –

Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan mengalami perubahan menjadi Undang-

Undang 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah yang menjadi landasan

hukum dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah. 3

Otonomi daerah dan desentralisasi dalam konteks bahasa sistem

penyelenggaraan pemerintahan sering digunakan secara campur aduk. Kedua

istilah tersebut secara akademik bisa dibedakan, namun secara praktis dalam

penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dipisahkan. Bahkan menurut sebagian

kalangan otonomi merupakan desentralisasi itu sendiri. Desentralisasi adalah

pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab dari pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah.4

Dalam makna yang lebih sempit otonomi dapat diartikan sebagai “mandiri”,

sedangan dalam pengertian yang lebih luas diartikan sebagai “berdaya”. Dengan

demikian otonomi daerah diartikan sebagai bentuk kemandirian suatu daerah

dalam kaitan pembuatan dan pengambilan keputusan mengenai kepentingan

daerahnya.5 Tujuannya jelas agar daerah dapat mempercepat pembangunan daerah

berdasarkan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah.

3 Haw Widjaja, “Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia, Dalam Rangka Sosialisasi UU

No. 23Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h., 16. 4 Dede Rosyada, dkk., Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi, Hak

Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN syarif HIdayatullah Jakarta, 2003),

Edisi Revisi, h. 149. 5 Dede Rosyada, dkk., Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi, Hak

Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN syarif HIdayatullah Jakarta, 2003),

Edisi Revisi,h., 150.

Page 17: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

3

Otonomi daerah diberikan melalui desentralisasi politik dan desentralisasi

administratif.6 Desentralisasi politik dimuat dalam UU No. 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah yang memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD)7, yang salah satu disebutkan mengenai kepala daerah dan DPRD secara

demokratis melalui pemilu langsung. Sementara itu desentralisasi administrasi

atau yang disebut dengan istlah dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang

administrasi dari pemerintah pusat kepada pejabat daerah gubernur/walikota atau

instansi vertikal diwilayah tertentu sebagai perwakilan kekuasaan pemerintah

pusat. Hal ini bertujuan untuk mendekatakan masyarakat dengan pelayanan

pemerintah .8

Dari sisi pemerintahan daerah, satu perubahan fundamental dibandingkan,

sistem yang berlaku sebelumnya adalah dipisahkannya lembaga eksekutif yaitu

Kepala Dearah beserta perangkat Daerah yang kemudian disebut Pemerintahan

Daerah, dan lembaga legislatif daerah yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Dearah

(DPRD) dalam kerangka pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan

bertanggung jawab. Selain itu, pelaksanaan otonomi daerah harus didasari atas

kebutuhan-kebutuhan masyarakat di daerah serta berdasarkan nilai-nilai kearipan

lokal yang ada di derah tersebut.

Perubahan ini dimaksud sebagai upaya mewujudkan demokrasi dan

demokratisasi yang merupakan saripati dari agenda reformasi. Kepada pemerintah

daerah diberikan fungsi-fungsi implementasi kebijakan publik yang meliputi

6 Willy R. Tjandra, Praktis Good Governance, (Sewon Bantul: Pondok Edukasi, 2006),

h., 6. 7 Selanjutnya disebut dengan DPRD

8 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Page 18: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

4

aspek pelayanan, perlindungan, dan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan,

DPRD diberikan fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan terhadap pelaksanaan

fungsi-fungsi Pemerintahan Daeah dan institusi politik diharapkan dapat

berlangsung secara transparan dan akuntabel.9

Optimalisasi kinerja DPRD semakin ditunjukan melalui perubahan undang-

undang yang berkaitan dengan peran dari DPRD itu sendiri. Hal ini yang

tercermin dari UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diganti

oleh UU No. 32 Tahun 2004, kemudian diperbaharui oleh UU No.12 Tahun

2008, dan yang terkahir UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan

DPRD10

, selaku penyelenggara pemerintahan daerah. Sebagai unsur pemerintahan

daerah pada dasarnya kedudukan Pemerintah Daerah (eksekutif) dan DPRD

(legisilatif) adalah sama, yang membedakan adalah fungsi, tugas, dan wewenang

serta hak dan kewajibannya. Karena itu hubungan yang harus dibangun antara

Pemerintah Daerah dan DPRD adalah hubungan kemitraan dalam rangka

mewujudkan Pemerintahan Daerah yang baik (good local governance).11

Melihat eksistensi lembaga DPRD di era otonomi daerah, maka sudah

sepantasnya DPRD dapat melaksanakan fungsi-fungsi yang dimilikinya secara

lebih optimal. Beberapa fungsi yang dimiliki oleh DPRD, pertama fungsi legislasi,

tugas utama legislatif terletak di bidang perundang-undangan, untuk membahas

9 Bambang Yudhoyono, Otonomu Daerah: Desentralisasi dan Pengembangan SDM

Aparatur Pemda dan Anggota DPRD, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), h. 50 10

Otong Rosadi, “ Opimaslisasi Peran DPRD Dalam Bidang Pengawasan, Menurut

Undang Undang Nomor 23 Tahun2014 Tentang Pemerintah Daerah”, makalah diakses pada 1

september 2014 dari http://otongrosadi.com/read-157-optimalisasi-fungsi-pengawasan-dprd-

menurut-uu-no-23-tahun-2014.html. 11

Nurul, Uswatun Hasanah, Fungsi Pengawasan DPRD Provinsi DIY Terhadap Laporan

Keterangan Pertangungjawaban Gubernur Atas APBD Tahun Anggaran 2009-2011, (Skripsi S1

Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), h., 2.

Page 19: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

5

rancangan undang – undang daerah (Perda). Kedua, fungsi pengawasan badan

legislatif berkewajiban untuk mengawasi aktivitas badan eksekutif, agar sesuai

dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Pengawasan dilakukan melalui sidang

dan melalui hak-hak kontrol yang khusus, seperti hak bertanya, interpelasi, hak

angket dan mosi tidak percaya.12

Fungsi terakhir dari DPRD adalah fungsi anggaran, yaitu menyusun dan

menetapkan APBD yang didalamnya termasuk anggaran untuk pelaksanaa fungsi

DPRD. Peran Pemerintah daerah dan DPRD dalam mengelola keuangan sangat

penting untuk mewujudkan pemerintahan yang efektif, efesien, transparan dalam

rangka memberikan pelayanan terbaik bagi maskyarakat.13

Tatakelola keuangan daerah merupakan implementasi dari otonomi daerah.

Sumber-sumber dari keuangan daerah meliputi: Pendapatan Asli Daerah (PAD),

yang bersumber dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan

daerah, dan lain-lain yang sah. Adapula dana perimbangan, pinjaman, hasil

pengelolaan kekayaan daerah, dana hibah, dana darurat dan penerimaan lainnya,

dana pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Sumber keuangan daerah

yang berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara, seperti Dana Alokasi

Khusus (DAK), dan Dana Alokasi Umum (DAU), keduanya berasal dari APBN

untuk membantu membiayai kebutuhan daerah.14

12

Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, edisi revisi, (Jakarta:Gramedia Pustaka

Utama, 2007), h. 323-326 13

Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (FORMAPPI), Lembaga Perwakilan

Rakyat Di Indonesia : Studi dan Analisis Sebelum dan Setelah Perubahan UUD 1945, (Jakarta:

FORMAPPI, 2005), h. 241. 14

Hanif Nurcholis, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, (Jakarta:

Grasindo, 2007),h., 182 dan 194-195.

Page 20: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

6

Keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang

dapat dinilai dengan uang, juga segala sesuatu baik berupa uang maupun barang

yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki dan atau dikuasai

oleh daerah atau Negara yang lebih tinggi, serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan

perundang-undangan.15

PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah pada pasal 1 ayat (5) menegaskan bahwa: Keuangan Daerah adalah semua

hak dan kewajiban daerah rangka penyelenggaran pemerintah daerah yang dapat

dinilai uang, termasuk di dalamnya semua bentuk kekayaan yang berhubungan

dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam rangka Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD).16

Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya harus ada pihak-pihak yang dapat

mengawasi proses dari kegiatan APBD17

, dan DPRD sebagai pihak yang

berwenang dalam melakukan pengawasan menjadi bagian yang tak dapat

dipisahkan mengingat fungsi pengawasan merupakan salah satu fungsi yang

melekat pada DPRD .

Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, pinata usahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan

pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 20013 pasal 3 meliputi

kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan struktur APBD,

penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan

15

Hendra Karinga, Politik Hukum: Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, (Jakarta:

Kencana, 2013), h. 143 16

Peraturan Pemerintah No. 5 ayat 1 pasal 5 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 17

Selanjutnya disebut dengan APBD

Page 21: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

7

APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan

APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan

daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan pengawasan

pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan pengelolaan keuangan

BLUD.18

Pengawasan pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan DPRD bersifat

pengawasan terhadap sejauhmana sasaran yang ditetapkan APBD bisa tercapai. Di

tahap pengawasan ini, berbagai laporan pelaksanaan APBD diproses dengan

melakukan evaluasi terhadap laporan tersebut, yang sekaligus dapat dipergunakan

sebagai penilaian pertanggungjawaban kepala daerah. DPRD dapat

mempergunakan keuangan ini sebagai salah satu indikator untuk menerima dan

menolak laporan pertanggungjawaban Kepala Daerah.19

Mekanisme pengendalian atau pengawasan atas pengelolaan keuangan

daerah oleh DPRD kepada Pemerintah Daerah pada hakekatnya merupakan

pertanggungjawaban (akuntabilitas) Pemerintah Daerah kepada masyarakat.

Fungsi pengawasan terhadap alokasi APBD dilakukan lembaga legislatif terhadap

berbagai penggunaan dana daerah pada setiap kesempatanya. Meskipun secara

formal laporan pemerintahan daerah dituangkan dalam bentuk laporan triwulan

dan tahunan, namun lembaga legislatif dapat menggunakan berbagai media,

masyarakat, ataupun informal dari pemeritahan daerah untuk mengawasi berbagai

implementasi APBD oleh Pemerintah Daerah.

18

BPKAD, Pengelolaan Anggaran Daerah, diakses pada 1 September 2015. http://bpkad.natunakab.go.id/index.php/2014-05-21-00-44-45/64-anggaran/87-pengelolaan-keuangan-daerah-dan-apbd.

19 Hanif Nurcholis, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, (Jakarta:

Grasindo, 2007),h., 208.

Page 22: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

8

Pertanggungjwaban penggunaan dana publik pada dasarnya

mempertimbangkan dua aspek; (1) Aspek legalitas anggaran daerah, setiap

transaksi yang dilakukan dalam APBD harus dapat dilacak otoritas legalnya, dan

(2) Aspek pengelolaan dan pertanggungjawaban, pengelolaan dan

pertanggungjawaban keuangan daerah dilaksanakan secara baik, termasuk

perlindungan aset fisik dan finansial, mencegah terjadinya pemborosan dan salah

urusan.20

APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan

bedasarkan peraturan pemerintah tentang APBD.21

APBD merupakan salah satu

aspek penting yang akan menentukan keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah

dan desentralisasi. Untuk mewujudkan otonomi daerah dan desentarlisasi yang

luas, nyata dan bertanggung jawab diperlukan manajemen keuangan daerah yang

mampu mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efesien, efektif,

transparan, dan akuntabel. Sehinga tujuan dari penyelenggaran otonomi daerah itu

visa tercapai secara maksimal.

Kelancaran proses penyusunan dan pelaksanaan APBD serta pelaporan

pertanggungjwaban atas APBD yang Pemerintah Daerah lakukan, harus

berpedoman kepada prinsip-prinsip penyusunan APBD yang telah ditetapkan.

Seperti, disiplin anggaran, kebijaksanaan anggaran berimbang yang dinamis, tertib

anggaran, dan pelaksanaan yang makin terarah dengan pola rencana yang jelas.

Hal ini dilakukan karena pengelolaan anggaran yang baik, memainkan peranan

20

H.A Kartiwa, “Proses Penyusnan Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

dan Arah Kebijakan Umum”, dokumen di unduh pada 1 September 2015 dari

http//pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/proses_penyusunan_anggaran_apbd2.pdf. 21

Haw Widjaja,Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,

2007), h., 147

Page 23: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

9

penting dalam meningkatkan dan mewujudkan aktivitas untuk pelayanan publik.

22

Semenjak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, banyak daerah

mengalami perkembangan baik dari segi ekonomi, politik, sosial dan budaya.

Inisiatif, kreativitas serta kerja sama yang baik antar Pemerintah Daerah, DPRD

dan partisipasi aktif masyarakat menjadi hal penting dalam mencapai keberhasilan

otonomi daerah.

Kota Tangerang sebagai salah satu kota diprovinsi Banten dan kota

penyangga ibu kota di Indonesia, telah memaksimalkan penyelenggaraan otonomi

daerah dalam rangka membangun wilayahnya melalui pemerintahan yang efektif,

efesien, transparan dan akuntabel. Semua pencapaian itu merupakan hasil kerja

sama yang baik antara Pemerintah Daerah dan DPRD di Kota Tangerang. Melalui

visi Kota Tangerang, yakni terwujudnya Kota Tangerang Maju, Mandiri, Dinamis,

Sejahtera, dan Berakhlakul Karimah. Dan misi Kota Tangerang yang diantaranya,

Mewujudkan tata pemerintahan yang baik, akuntabel, dan transparan dengan

dukungan birokrasi yang berintegritas, kompeten, dan profesional. Serta

meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berdaya saing tinggi.23

Demi tercapainya visi misi Kota Tangerang, penyelenggaran dan perbaikan

selalu dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD Kota Tangerang dalam

segala bidang, termasuk di dalamnya tata kelola keuangan daerah. Keuangan

daerah memiliki peran yang fundamental dalam pembangunan suatu daerah. Oleh

22

Rahardjo Adisasmita, Pengelolaan Pendapatan dan Anggran Daerah, (Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2011), h. 9 23

Visi Misi Pemerintah Kota Tangerang, dokumen di unduh pada 1 September 2015 dari

http://www.tangerangkota.go.id/profil-kota-tangerang

Page 24: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

10

karena itu, keberadaan keuangan daerah harus dikelola dan diawasi pengunaannya

dengan baik dan transparan. DPRD sebagai perangkat pemerintahan memiliki

peranan khusus dalam proses pengawasn keuangan daerah (APBD) agar

penggunaannya tepat sasaran dan sesuai dengan perencanaan.

Pencapaian dari kinerja Pemerintah Daerah dan DPRD Kota Tangerang,

dapat dilihat dari penghargaan yang diperolehnya dalam bidang Keuangan, seperti

penghargaan pengelolaan keuangan terbaik, Wajar Tanpa Pengecualian (WTP),

sebanyak delapan kali berturut-turut dari Pemerintah Republik Indonesia.

Penghargaan ini menunjukan bahwa pemerintahan Kota Tangerang berhasil

mengelola keuangan daerahnya dengan baik. Melalui kerjasama Pemerintah

Daerah dan DPRD Kota Tangerang dari mulai perencanaan, pelaksanaan, serta

pengawasan yang dilakukan dan terakhir laporan keuangan daerah.24

Selain alasan obejektifitas diatas, alasan subjektifnya adalah penulis lahir

dan besar di Kota Tangerang, dengan adanya penelitian ini penulis berharap dapat

berguna dan bermanfaat bagi masyarakat Kota Tangerang dan khususnya bagi

Pemerintahan Kota Tangerang dalam menjalakan roda pemerintahan. Berdasarkan

uraian di atas, maka penulis ingin membahas lebih lanjut melalui penelitian

dengan memilih judul : “Fungsi Pengawasan DPRD Studi Peran Terhadap

Tata Kelola Keuangan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Tahun

Anggaran 2015”.

24

Profil Pemerintah Kota Tangerang, dokumen di unduh pada 1 September 2015 dari

http://www.tangerangkota.go.id/profil-kota-tangerang.

Page 25: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

11

B. Rumusan Masalah

Luasnya pembahasan mengenai DPRD Kota Tangerang dalam mengawasi

tata kelola keuangan pemerintah, maka peneliti memberikan batasan masalah

agar pembahasannya lebih terarah. Adapun perumusan masalah dalam skripsi

ini dikemas kedalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana mekanisme implementasi fungsi pengawasan yang

dilakukan DPRD Kota Tangerang terhadap tata kelola keuangan

pemerintah daerah?

2. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan DPRD Kota Tangerang

dalam melakukan pengawasan Keuangan Daerah Kota Tangerang?

C. Tujuan dan Manfaat Masalah

1 Tujuan Penelitian

Merujuk pada latar belakang yang telah dijabarkan dalam penelitian ini,

peneliti memiliki dua tujuan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian

ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan implementasi dari peran dan fungsi pengawasan

DPRD di Pemerintahan Kota Tangerang.

2. Untuk menjelaskan langkah-langkah DPRD Kota Tangerang dalam

pengawasan penyusun laporan keuangan Pemerintahan Daerah.

2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakn mampu menambah khazanah pengetahuan yang

ada. Selain itu, tentu menjadi sebuah literatur untuk mengetahui implementasi

fungsi DPRD dalam proses pengawasan penyusunan dan laporan keuangan

daerah.

Page 26: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

12

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk pada skripsi-skripsi ataupun

penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah membahas seputar DPRD. Berikut

beberapa review yang menyinggung mengenai bahasan DPRD:

1. Ilham Fahma Setiawan dari UIN Jakarta 2014, Fakultas Syari’ah dan Hukum,

Program Studi Ilmu Hukum, dengan judul skirpsi “Pelaksanaan Fungsi

Pengawasan DPRD Periode 2009-2014 Terhadap Pengelolaan Anggaran

Pendapatan Dan Belaja Daerah Kabupaten Subang. Dalam skripsi ini,

pembahasan terfokus pada pelaksanaan pengawasan DPRD mengacu pada

undang-undang yang mengatur mengenai fungsi dari pengawasan oleh DPRD

dan melihat kesesuaian dalam proses pengawasan dengan hukum yang

berlaku.

Selain itu, skripi ini juga membahas kinerja dari DPRD yang masih kurang

efektif karena beberapa hambatan di antaranya, masih adanya kepentingan politik

di kalangan DPRD Kabupaten Subang, kurangnya teknologi dalam melakukan

pengawasan, serta kemampuan teknik anggota DPRD Kabupaten Subang dalam

pengawasan pengelolaan anggaran menjadi hasil temuan akhir dalam skripsi ini.

Berbeda dengan penelitian skripsi ini, penulis berkonsentrasi pada

implementasi fungsi dan peran pengawasan DPRD pada proses tata kelola

keuangan Pemerintah Daerah Kota Tangerang untuk melihat langkah-langkah

yang dilakukan DPRD Kota Tangerang dalam melakukan fungsi pengawasannya.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Sahlawati, UIN Jakarta 2010, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Politik, dengan Judul :”DPRD

Dalam Otonomi Daerah Studi Analisis Terhadap Peran DPRD Kota Bekasi

Page 27: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

13

dalam Penyusunan dan Pengawasan Peraturan Daerah Tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Publik”.

Skripsi Sri Sahlawati memfokuskan pembahas tentang bagaimana peran

DPRD Kota Bekasi dalam penyusunan dan pengawasan Peraturan Daerah tentang

pelayanan publik. Hasil dari penelitian ini berusahan melihat efektivitas dari

fungsi DPRD Kota Bekasi dalam melakukan pengawasan terhadap peraturan-

peraturan daerah yang dihasilkan yang terkait dengan pelayanan publik.

Beradasarkan telaah pustaka yang dipaparkan di atas, penulis melihat ada

beberapa kajian yang mengupas tentang DPRD. Beberapa kajian tersebut meneliti

DPRD berdasarkan optimalisasi, peran dan dasar hukum pengawasan yang

dilakukan oleh DPRD. Berbeda dari penelitian sebelumnya yang mengakaji fungsi

DPRD Kota Bekasi dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap tentang

pelayanan publik, skripsi yang penulis susun ini lebih fokus secara spesifik

terhadap permasalahan Implementasi fungsi Pengawasan DPRD Kota Tangerang

terhada tatakelola keuangan daerah di Kota Tangerang Tahun 2014 merupakan

tema yang lebih khusus yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan di

bidang tata kelola keuangan.

E. Metode Penelitian

Pada bagian ini penulis menjelaskan secara rinci tentang hal-hal yang terkait

dengan metode penelitian dari skripsi ini, yaitu :

1. Jenis Penelitian

Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang

dalam mengumpulkan datanya menggunakan tekhnik menganalisa buku-buku

Page 28: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

14

untuk mendapatkan data-data teoritis yang terkait dengan bahasan pokok seperti

teori legislatif, pemerintahan daerah, otonomi daerah, dan yang berkaitan dengan

keuangan daerah. Oleh karenanya dalam menggali data-data teoritis tekhnik yang

digunakan adalah studi pustaka (library reseach) yaitu dengan mengumpulkan

bahan bacaan berupa buku-buku primer dan sekunder yang secara langsung

terkait dengan bahasan penelitian.

Penelitian ini termasuk salah satu jenis penelitian deskriptif analitis dengan

menggunakan metode deskriftik analaitik, yaitu suatu pendekatan yang

mendeskripsikan atau mengurai unsur-unsur yang berkaitan dengan tema

penelitian kemudian menganalisanya sehingga diperolah data yang pasti. Dengan

mengolah data, subjektif, melakukan wawancara dan menggunakan teori.

2. Teknik Pengumpulan Data.

Untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian skripsi ini, peneliti

menggunakan penelitian perpustakaan (library research), yaitu mengumpulkan

data-data karya ilmiah, buku – buku, media masa, jurnal, dan menggunakan

metode wawancara kepada narasumber yang berkaitan langsung dengan penelitian

ini, sebagai bahan referensi penulis dalam menelaah pembahasan. Observasi objek

penelitian secara langsung juga dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat

dalam pembahasan penelitian ini.

3. Pengelolahan Data

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan

data dengan cara memeriksa informasi yang diperoleh dari sumber-sumber yang

Page 29: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

15

berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian. Kemudian menghubungkan

data-data tersebut sehingga dapat memperoleh hasil yang valid.

4. Teknik Analisis Data

Dari hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis secara

kuanlitatif. Analisis data dilakukan secara berkesinambungan, diawali dengan

proses klarifikasi data agar tercapai konsistensi dilapangan dengan landasan

teoritis terhadapa informasi dilapangan, dengan mempertimbangkan pertanyaan-

pertanyaan yang sangat memungkinkan dianggap mendasar dan universal.

Kemudian peneliti dalam menganalisis berkeinginan untuk memberikan

gambaran atau pemamparan atas subjek dan objek penelitian sebagaimana

penelitian yang dilakukan dan menarik kesimpulan terhadap hasil penelitian.

5. Teknik Penulisan

Secara umum, teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku Panduan

Penulisan Proposal dan Penulisan Skripsi yang disusun oleh Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini terbagi menjadi beberapa bab. Dan

disetiap bab tedapat beberapa sub bab.

BAB I dibagi menjadi beberapa sub bab, yakni pertanyaan penelitian, maksud dan

tujuan, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritis, metode penelitian,

dan yang tekahir adalah sistematika penelitian.

BAB II berisikan kerangka teoritis mengenai pembagian kekuasaan antara

legislatif dan eksekutif, kemudian diperdalam dengan teori legislatif dan secara

Page 30: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

16

terperinci membahas teori fungsi pengawasan. Selain itu teori otonomi daerah

dimaksudkan untuk melihat pola hubungan, sturktur, fungsi dan peran antara

pemerintahan pusat dan derah.

BAB III merupakan analisis dan tinjauan terhadap anggran daerah, diawali

dengan gambaran umum mengenai Kota Tangerang, yang meliputi sejarah, profil

(visi misi), profil DPRD Kota Tangerang, kemudian tinjauan anggaran daerah

(APBD) berdasarkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan,

pinjaman, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah, dan lain-lain. Serta Sumber

Keuangan Daerah yang berasal dari Dana Alokasi umum (DAU) dan Dana

Alokasi Khusus (DAK).

BAB IV merupakan pembahasan inti penelitian ini, menjawab permasalahan

dalam penelitian, dengan memberikan deskripsi dari bentuk dari fungsi DPRD

Kota Tangerang pada tataran pengawasan tata kelola keuangan di Kota

Tangerang tahun 2015, dimulai pada proses penyusuan keuangan daerah,

pelaksanaan keuangan daerah, dan laporan pertanggungjawaban keuangan daerah.

Pembahasan selanjutnya melihat langkah-langkah dan bentuk pengawasan yang

dilakukan oleh DPRD Kota Tangerang, serta melihat tantangan dan hambatan

yang dialami DPRD Kota Tangerang dalam menjalankan fungsi pengawasan.

BAB V berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Penulis akan

menyimpulkan gambaran besar dari penelitian yang ada. Setelah kesimpulan, akan

ditulis daftar pustaka dari referensi-referensi yang dipakai oleh penulis sebagai

sumber untuk menambah data dari penelitian yang sedang dilakukan.

Page 31: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

17

Page 32: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

18

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Teori Trias Politika

Kemunculan teori pemisahan kekuasaan merupakan antitesa dari monarki

absolut yang ada sejak abad pertengahan. Monarki absolut merupakan bentuk

kekuasaan yang didasarkan pada kekuasaan raja yang bersifat ilahiah, karena

itulah kekuasaan raja dianggap suci dan sakral, sehinga melawan kekuasaan raja

berarti melawan terhadap ajaran agama (Tuhan). Bentuk kekuasaan yang absolut

mengakibtkan terjadinya kekejaman serta tindakan kesewang-wenangan dari para

raja dan penguasa (negara). Kondisi tersebut menjadi pemicu pertentangan antara

penguasa atau raja dengan rakyat sehingga konflik sosial akan terus ada selama

bentuk kekuasaan monarki absolut masih berlangsung. Hal ini sudah menjadi

perdebatan di kalangan filosof, ada yang mendukung bentuk kekuasaan yang

absolut dan ada pula yang menentangnya seperti Jhon Locke dan Montesque.25

Jhon Locke (1632-1704) merupakan salah satu filsuf bekebangsaan Inggris

yang menentang kekuasaan monarki absolut karena dianggap betentangan dengan

prinsip-prinsip civil society (masyarakat madani). Karyanya yang berjudul Two

Treatises of Goverment, menjadi bukti perlawannannya terhadap monarki absolut.

Menurut Locke, kekuasaan merupakan produk perjanjian sosial (kontrak sosial)

antara warga masyarakat dengan penguasa negara. Hal ini terjadi agar manusia

dapat hidup dalam keadaan alamiah dimana kedamaian, kebajikan, saling

25

Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, edisi revisi, (Jakarta:Gramedia Pustaka

Utama, 2007), h. 111

Page 33: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

19

melindungi, penuh kebebasan, serta tidak adanya rasa takut dan penuh kesetaraan

dalam menjalankan kehidupannya dapat dirasakan.26

Salah satu asas dari dari ide kemunculan kontrak sosial adalah pemikiran

bahwa dunia dikuasai oleh hukum yang berasal dari alam (nature) yang

mengandung prinsip-prinsip keadilan yang universal: artinya berlaku untuk semua

manusia tanpa melihat status sosial manusia tersebut. Hukum ini dinamakan

Hukum Alam (Nature Law).27

Keberadaan negara diperlukan untuk mewujudkan keinginan dari

masyarakat tersebut. Pemikiran Locke tentang terbentuknya negara merupakan

hasil dari kepercayaan rakyat kepada penguasa untuk memerintah mereka dan

melindungi keadaan alamiah mereka melalui kontrak sosial, dimana rakyat

menyerahkan hak-hak alamiah, melindungi harta dan jiwa setiap individu sebagai

usaha melindungi keberlangsungan hidup, kebebasan dan kekayaan. Atas dasai ini

kekuasaan yang terbentuk akan mendapatkan legitimasi langsung dari rakyat.28

Dalam pemikiran Barat, Locke adalah peletak dasar liberalisme. Di Prancis,

gagasan liberal Locke dipertahankan oleh Volteire melalui karyanya Letters

Philosophique (surat-surat filsafat). Gagasan juga mempengaruhi pandangan

Montesque, sedangkan di mata Hegel, Marx dan Rousseu pandangan Locke

menjadi perhatian pemikiran dalam sikap sangat kritis dan tajam. Sejumlah

pandangan politiknya meliputi masalah supreme power (kekuasaan politik), civil

26

Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat :Kajian Sejarah, Perkembangan Pemikiran

Negara, masyarakat dan Kekuasaan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), h., 186-190 27

Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, edisi revisi, (Jakarta:Gramedia Pustaka

Utama, 2007), h. 111 28

Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat :Kajian Sejarah, Perkembangan Pemikiran

Negara, masyarakat dan Kekuasaan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), h., 196

Page 34: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

20

society (masyarakat sipil), property right (hak kepemilikan) serta religious

tolerance (toleransi agama).29

Locke berbicara peran strategis konstitusi dalam membatasi kekuasaan

negara, karena di dalamnya terdapat aturan-aturan dasar pembatasan kekuasaan

dan hak asasi warga negara. hal ini merupakan upaya untuk mencegah timbulnya

negara yang absolut serta kekuasaan yang sentralistik. Oleh karena itu, Locke

merumuskan teori pemisahan kekuasaan politik pada tiga bentuk, pertama

eksekutif hanya terbatas dalam melaksakan undang-undang. Kedua, kekuasaan

legislatif yang berfungsi sebagai perumus undang-undang dan peraturan-peraturan

hukum fundamental negara. Legislatif merupakan manifestasi dari kekuasaan

rakyat, representasi dari semua kelas sosial. sebagai Contoh, di Inggris

menggunakan sistem bikameral yakni House of Commons dan House of Lord

dengan prinsip mayoritas lah yang menjadi penentu hasil kebijakan.30

Peraturan-peraturan atau undang-undang yang dibuat oleh legislatif

memiliki sifat mengikat terhadap eksekutif. Sehingga legislatif memiliki posisi

yang lebih tinggi dari eksekutif. Walawpun demikian, eksekutif memiliki hak

preogratif untuk melakukan preservation of all untuk kebajikan orang banyak. Hal

ini bisa terjadi karena legislatif tidak selalu dapat merumuskan peraturan secara

cepat.31

29

Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat; Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan Pengaruhnya

Terhadap Dunia Ke-3, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h. 129 30

Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat :Kajian Sejarah, Perkembangan Pemikiran

Negara, masyarakat dan Kekuasaan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), h.,200. 31

Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat :Kajian Sejarah, Perkembangan Pemikiran

Negara, masyarakat dan Kekuasaan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), h.,200.

Page 35: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

21

Ketiga, adalah kekuasaan federatif yang berkaitan dengan hubungan luar

negeri seperti perang, perdamaian, liga dan aliansi antar negara. Kekuasaan

federatif dalam pemikiran Locke masuk kedalam tataran eskekutif hanya saja

dipegang oleh orang berbeda. Bentuk hubungan yang independen antar- lembaga

kekuasaan negara betujuan untuk terbentuk check dan balances, yang intinya

untuk membentuk suatu sistem saling kontrol antar lembaga kekuasaan agar tidak

terjadi penyimpangan kekuasaan.32

Jika diperhatikan konsep Locke mengenai tiga kekuasaan, maka kelihatan

dalam konsep yang dirumuskannya belum sempurna. Kekuasaan federatif

sekarang dianggap satu dengan kekuasaan eksekutif, sedangkan lembaga yudikatif

belum disebut, betapapun ada satu pandangan dalam mengatur pemerintahan,

bahwa kekuasaan tidak lagi dalam satu tangan melainkan telah terbentuk pola

kekuasaan yang berimbang. Hal ini yang dapat memberikan penilaian bahwa

gagasan Locke berkesesuaian dengan konsep politik modern. Cita-cita

konstitusional Locke dapat disebut moderated monarchy (monarki moderat).33

Pada tahun 1748, filsuf Perancis, Montesqueiu mengembangkan lebih lanjut

pemikiran Locke dalam bukunya The Spirit of The Law. Karena melihat sifat

sewenang-wenang dari raja-raja Bourbon, Montesqueiu ingin menyusun suatu

sistem pemerintahan di mana warga negaranya merasa lebih terjamin hak-haknya.

32

Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat :Kajian Sejarah, Perkembangan Pemikiran

Negara, masyarakat dan Kekuasaan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), h.,200 33

Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat; Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan Pengaruhnya

Terhadap Dunia Ke-3, h. 137

Page 36: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

22

Atas dasar hal tersebut kemudian Montesqueiu ingin memisahkan kekuasaan

pemerintah.34

Sedikit berbeda dengan Locke, Montesquieu (1689-1755) memisahkan

kekuasaan pada tiga bentuk kekuasaan politik, yaiu legislatif, eksekutif dan

yudikatif atau yang lebih dikenal dengan “Trias Politica”. Muncul pemisahan ini

bertujuan untuk menjamin kebebasan politik rakyat serta memberi pembatasan

kekuasan agar tidak terjadi kekuasaan mutlak.35

Kekuasaan legislatif menurut Montesquieu, merupakan lembaga yang

merumuskan undang-undang atau peraturan negara. Legislatif merupkan refleksi

kekuasaan rakyat berupa dewan rakyat, tetapi bukan orang-orang yang mewakili

rakyat yang ada pada zaman Yunani dan Romawi. Dewan rakyat dalam pemikiran

Montesquieu berperan sebagai mediator rakyat, komikator, agregator aspirasi, dan

kepentingan rakyat. Perbedaan konsep legislatif Locke dan Montesquieu terlihat

dari keduduakan legislatif yang berbeda, Locke beranggapan bahwa Legislatif

memiliki posisi lebih tinggi dibandingkan ekskutif. Sementara dalam pandangan

Montesquieu legislatif dan eksekutif berdiri pada posisi yang setara. 36

Kekuasaan eksekutif, berfungsi untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan

yang telah ditetapkan dalam badan legislatif dan menyelenggarakan undang-

undang yang telah dibuat oleh badan legislatif. Kekuasan politik ketiga menurut

Montesquieu adalah kekuasaan yudikatif, berfungsi untuk melakukan penindakan

34

Hendra Karianga, Politik Hukum: dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, ( Jakarta:

Kencana, 2013), h., 316 35

Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat :Kajian Sejarah, Perkembangan Pemikiran

Negara, masyarakat dan Kekuasaan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), h.,228 36

Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat :Kajian Sejarah, Perkembangan Pemikiran

Negara, masyarakat dan Kekuasaan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), h.,229

Page 37: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

23

bagi pelanggar peraturan atau undang-undang. Prinsip yang harus dipegang dalam

kekuasaan yudikatif adalah bahwa dalam tiap negara hukum bdan yudikatif

haruslah bebas dari campur tangan badan eksekutif. hal ini bertujuan agar badan

yudikatif dapat berfungsi sebagimana seharusnya demi terciptakan penegakan

hukum dan keadalian serta menjamin hak-hak asasi manusia.37

Terlepas dari adanya sedikit perbedaan antara kedua teori pemisahan

kekuasaan menurut Locke dan Montesquieu, inti dari perlunya dilakukan

pemisahan kekuasaan adalah agar tidak terjadinya pemusatan kekuasaan dan

terbentuknya kekuasaan yang mutlak serta bersifat sentralistik. Sehingga tidak

terjadi tindakan kesewang-wenangan yang dilakukan penguasa (negara) terhadap

rakyat. Terciptanya kebebasan politik individu menjadi salah satu faktor

pendukung perlu adanya pembagian kekuasaan disuatu negara.

Konsep pemisahan kekuasaan yang kemukakan oleh Locke dan Mostequieu

banyak digunakan oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat termasuk

Indonesia sebagai negara berkembang. Indoneisa menggunakan Trias Politica

Montesquieu dalam pemisahan kekuasaan dengan mengunakan tiga bentuk

kekuasaan, yakni eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Di era modernisasi dan demokratisasi sekarang ini, peranan ketiga lembaga

ini menjadi sangat penting untuk membentuk suatu negara yang diidamkan oleh

rakyat. Partisipasi rakyat yang dalam sistem demokrasi menjadi pemegang penuh

kekuasaan berhak menentukan para wakil-wakil mereka dalam proses pemilihan

umum. Melalui mekanisme pemilihan (pemilu) inilah kemudian meraka yang

37

Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, edisi revisi, (Jakarta:Gramedia Pustaka

Utama, 2007), h. 356

Page 38: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

24

mendapatkan kepercayaan (suara terbanyak) berhak menempati posisi di lembaga

kekuasaan baik menjadi eksekutif ataupun legislatif.

B. Teori Legislatif

1. Fungsi Legislasi

Istilah legislatif muncul pada sistem demokrasi, atau biasa disebut dengan

parliament (parlement). Lembaga lgislatif dalam pandangan hukum demokrasi

adalah lembaga pembuat undang-undang sekaligus melekat fungsi pengawasan

dalam rangka checks and balances. Jika legislatif kuat dalam pelaksanaann

fungsi-fungsinya maka dapat melahirkan pemerintahan yang kuat dan efektif,

tetap jika terjadi sebaliknya, maka melahirkan pemerintahan buruk.38

Di Indonesia badan legislatif biasa disebut dengan Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR), badan ini merupakan simbol dari rakyat yang berdaulat yang

berarti kekuasaan berada ditangan rakyat. Keberadaan badan legislatif menjadi hal

yang sangat penting dalam sistem kenegaraan karena menjadi representasi dari

betuk kehendak rakyat.39

Fungsi utama legislatif terletak di bidang perundang-undangan, dalam

proses pembuatan undang-undang sering dibentuk pantia-panitia yang berwenang

untuk memanggil menteri atau pejabat lainnya untuk dimintai keterangan dan

pendapat dalam proses penyusunan, pembuatan, dan penetapan undang-undang

(perda). Melalui fungsi ini, Parlemen menunjukan bahwa dirinya adalah wakil

rakyat dengan memasukan aspirasi dan kepentingan masyarakat yang

38

Hendra Karianga, Politik Hukum: dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, ( Jakarta:

Kencana, 2013), h., 311 39

Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, edisi revisi, (Jakarta:Gramedia Pustaka

Utama, 2007), h. 315.

Page 39: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

25

diwakilinya dalam undang-undang ataupun peraturan daerah. Dalam waktu yang

bersamaan, parlemen berperan pula sebagai unsur pemerintah yang memberikan

dukungan kepada eksekutif dan yudikatif sebagai lembaga Negara selain dirinya

sendiri melalui kewenangan mengatur masyarkat yang dikandung oleh pasal-

pasal undang-undang yang sama.40

Kecondongan Parlemen kepada salah satu dari kedua pihak itu, memberikan

gambaran tentang tingkat keterwakilan politik masyarkat disatu pihak dan

menggambarkan imbangan kekuatan eksekutif dan badan peradilan dipihak yang

lain. Sekalipun demikian kemampuan mengatur kedua lembaga Negara ini

tidaklah sepenuhnya ditentukan oleh undang-undang yang dihasilkan oleh badan

perwakilan meskipun parlemen adalah badan pembuat hukum yang dominan.

Dengan kata lain, badan perwakilan rakyat bukanlah satu-satunya lembaga

pembuat hukum, tetapi jelas bahwa lembaga ini berwenang membuat undang-

undang.41

2. Fungsi Anggaran (Budgeting)

Fungsi kedua yakni, fungsi anggaran, legislatif berwenang menentukan

pemasukan dan pegeluaran uang Negara yang pada hakikatnya adalah uang

rakyat. Baik pembelanjaan Negara yang diambil dari pajak sebagai sumbernya,

maupun yang berasal bantuan atau pinjaman luar negeri, semuanya tentu jadi

beban rakyat. Oleh karena itu, menetapkan kebijaksanaan perpajakan menjadi

40

Paimin Napitupulu, Menuju Pemerintahan Perwakilan, (Bandung: Alumni, 2007), h.,

53.

41

Paimin Napitupulu, Menuju Pemerintahan Perwakilan, (Bandung: Alumni, 2007), h.,

54.

Page 40: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

26

penting karena pajak adalah iuran masyarakat untuk menyelenggarakan kehidupan

bersama di dalam Negara.42

Iuran dari masyarakat serta pemasukan dari beberapa sumber inilah

kemudian menjadi anggaran untuk proses penyelenggaraan dan pembangunan

negara/daerah. Keberadaan sebuah anggaran sangat menentukan sebuah program

atau kebijakan-kebijakan pemerintah itu dapat terealisasi atau tidak. DPR/DPRD

sebagai salah satu penentu kebijakan, sekaligus memiliki peran dalam proses

menentukan dan menetapkan anggaran tentu harus dapat memastikan anggaran

tersebut berjalan efektif, efesien, serta terdapat kesesuaian yang logis antara

kondisi kemampuan keuangan negara/daerah dan keluaran (output) kinerja

pelayanan masyarakat.43

Prosesnya penganggaran berawal dari, rancangan anggran dan besaran

pengeluaran (belanja) yang dibuat pemerintah (eksekutif) kemudian akan

diungkap dalam anggaran pertahun. Setelah itu, rancangan di ajuakan kepada

dewan perwakilan rakyat (DPR/DPRD). Kemudian pengajuan ini dikaji dalam

rapat-rapat, untuk direvisi atau bahkan diubah (jika perlu) sebelum rancangan

anggaran tersebut disahkan. Hal yang harus menjadi tolak ukur dalam proses

pengesahan oleh DPR/DPRD adalah harus menunjuk dan keberpihakan kepada

rakyat agar dapat diterima dan tidak membebani rakyat, baik dalam bentuk pajak

atau retribusi yang selama ini banyak dikeluhkan oleh masyarakat.44

42

Paimin Napitupulu, Menuju Pemerintahan Perwakilan, (Bandung: Alumni, 2007), h.,

55. 43

Utang Rasidin, Otonomi Daerah dan Desentralisasi dilengkapi Undang-undang Nomor

32 Tahun 2004 dengan Perubahan-Perubahannya,(Bandung: Pustaka Setia,2010), h., 95. 44

I Gede Panjta Astawa, Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia, (Bandung:

PT.Alumi, 2013), h.,178

Page 41: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

27

Secara sederhana, fungsi anggran dimaksudkan sebagai fungsi DPR/DPRD

bersama-sama dengan Pemerintah Pusat/Daerah untuk menyusun dan menetapkan

APBN/APBD yang didalamnya termasuk anggaran untuk pelaksanaan fungsi,

tugas, dan wewenang dari DPR/DPRD itu sendiri.45

3. Fungsi Pengawasan (Controling)

Fungsi terakhir yang dimiliki legislatif yakni fungsi pengawasan. Badan

legislatif berkewajiban untuk mengawasi aktivitas badan eksekutif, agar sesuai

dengan kebijakan yang telah ditetapkannya. Pengawasan dilakukan melalui sidang

panitia-panitia legislatif dan melalui hak-hak kontrol yang khusus, seperti hak

bertanya, interpelasi dan sebagiannya.46

Dalam kualifikasinya sebagai wakil rakyat sesunguhnya pengawasan yang

dilakukan oleh legislatif pertama-tama berkenaan dengan keputusan yang telah

dikeluarkannya dalam bentuk undang-undang. Eksekutif dan yudikatif yang

bertindak sebagai pelaksana perlu dinilai apakah telah melaksanakan keputusan

tersebut. Kedua pengawasan itu merupakan konsekuensi dari kekuasaan rakyat

yang dioperasikannya. Sebagai pemegang mandat kekuasaan, badan perwakilan

bertanggung jawab atas pemanfaatan mandat tersebut kepada pemberinya.

Adapun bentuk pengawasan yang dapat dilakukan oleh legislatif diantaranya

meliputi, hak bertanya, hak angket, hak interpelasi, dan mosi.47

45

I Gede Panjta Astawa, Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia, (Bandung:

PT.Alumi, 2013), h.,178 46

Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, edisi revisi, (Jakarta:Gramedia Pustaka

Utama, 2007), h. 324. 47

Paimin Napitupulu, Menuju Pemerintahan Perwakilan, (Bandung: Alumni, 2007), h.,

56.

Page 42: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

28

Pengawasan adalah seperangkat kegiatan atau tindakan untuk menjamin

agar penyelengaraan suatu kegiatan tidak menyimpang dari tujuan serta rencana

yang telah ditetapkan.48

Pengawasan yang dilakukan oleh DPRD melalui sidang

panitia-panitia legislatif dan melalui hak-hak kontrol yang khusus, seperti hak

bertanya, interpelasi, hak angket dan hak mosi tidak percaya.

Pengawasan yang dilakukan oleh DPR/DPRD dapat dilakukan baik secara

preventif maupun represif. Pengawasan preventif adalah dengan dibuatnya

undang-undang yang meliputi bidang politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan

dimana kegiatan administrasi negara/daerah tidak menyimpang dari undang-

undang-undang yang dibuat. Jadi undang-undang merupakan batasan wewenang

dan batas-batas pelaksaan kerja Pemerintah atau administrasi negara/daerah.

Sedangkan, pengawasan represif dilakukan dengan cara interpelasi dan angket

dari DPR/DPRD terhadap pemerintah apabila dikonstatir adanya ketidakberesan

dalam penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan.49

Anggota legislatif berhak mengajukan pertanyaan kepada pemerintah

mengenai suatu masalah. Pertanyaan biasanya diajukan secara tertulis dan dijawab

pula secara tertulis oleh pemerintah atau pihak yang bersangkutan. Selanjutnya,

hak interpelasi yaitu hak untuk meminta keterangan kepada pemerintah mengenai

kebijakan di suatu bidang. Badan eksekutif wajib memberi penjelasan dalam

sidang pleno, dan dibahas oleh anggota-anggota dan diakhiri dengan pemungutan

48

Chabib Soleh dan Heru Rochmansjah, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah:

Sebuah Pendekatan Sturktural Menuju Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik, (Bandung:

FOKUSMEDIA, 2010), h.128. 49

Rahardjo Adisasmita, Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2011), h., 141.

Page 43: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

29

suara mengenai apakah keterangan pemerintah memuaskan atau tidak. Jika hasil

pemungutan suara bersifat negatif, hal ini merupakan tanda peringatan bagi

pemerintah bahwa kebijakannya diragukan. Dalam hal terjadi perselisihan antara

badan legislatif dan badan eksekutif, interpleasi dapat dijadikan batu loncatan

untuk mosi tidak percaya.50

Pengawasan berikutnya berupa hak angket yang dimiliki oleh DPRD untuk

mengadakan penyelidikan sendiri. Untuk keperluan ini dapat dibentuk suatu

panitia angket yang melaporkan hasil penyelidikan kepada anggota badan

legislatif lainnya, yang selanjutnya merumuskan pendapatnya mengenai soal ini

dengan harapan agar diperhatikan oleh pemerintah. Terakhir, hak mosi,

merupakan kontrol yang paling ampuh. Jika badan legislatif menerima suatu mosi

tidak percaya, maka dalam sistem parlementer kabinet harus mengundurkan diri

dan terjadi suatu krisis kabinet.51

Dalam pelaksanaan ketiga fungsi tersebut, para legislator atau anggota

dewan harus menunjukan keberpihakan mereka terhadap aspirasi, tuntutan,

kepentingan, keinginan dan harapan dari rakyat yang diwakilinya. Sehingga

keberadaan legislatif benar-benar menjadi representasi dari kedaulatan rakyat.

C. Teori Pemerintahan Daerah

Secara histori pemerintahan lokal/daerah yang kita kenal pada saat ini

berasal dari perkembang praktik pemerintahan di Eropa pada abad ke- 11 dan 12.

50

Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, edisi revisi, (Jakarta:Gramedia Pustaka

Utama, 2007), h. 324-326 51

Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, h. 324-326

Page 44: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

30

Pada saat itu muncul satuan-satuan wilayah di tingkat dasar yang secara alamiah

membentuk suatu lembaga pemerintahan. Awalnya satuan-satuan wilayah tersebut

merupakan suatu komunitas swakelola dari sekompok penduduk. Satuan-satuan

tersebut selanjutnya diberi nama municipal (kota), county (kabupaten),

commune/gementee (desa) yang pada saat ini dikenal.52

Dalam perkembangan berikutnya satuan-satuan komunitas tersebut

dimasukan ke dalam administrasi Negara dari suatu Negara yang berdaulat. Untuk

kepentingan administrasi, satuan-satuan komunitas tersebut lalu ditentukan

kategori-kategorinya, batas-batas geografinya, kewenangannya, dan bentuk

kelembagaannya. Melalui keputusan politik, satuan komunitas tersebut lalu

dibentuk menjadi unit organisasi formal dalam system administrasi Negara pada

tingkat lokal. Sesuai dengan kepentingan politik Negara yang bersangkutan,

organisasi pemerintahan lokal diplih menjadi dua: satuan organisasi perantara dan

satuan organisasi dasar. Misal di Perancis satuan organisasi perantara adalah

department dan satuan dasarnya adalah commune. Di Indonesia, organisasi

perantara disebut Provinsi yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah pusat

dan organisasi dasarnya dikenal dengan sebutan Kota, Kabupaten dan Desa.53

Tuntutan global menempatkan isu demokratisasi dalam pemerintahan,

dimana rakyat ditempatkan pada kedudukan yang penting (putting people first).

Oleh karena itu, mencari cara terbaik untuk mensejahterakan warganya, karena

tugas pemerintah pada hakikatnya adalah pelayanan masyarakat. Modernisasi

52

Hanif Nurcholis, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, (Jakarta:

Grasindo, 2007), h., 1-2. 53

Hanif Nurcholis, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, (Jakarta:

Grasindo, 2007), h., 1-2.

Page 45: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

31

dunia yang bersifat global dan mencakup beragai aspek kehidupan masyarakat

secara universal telah berimplikasi terhadap kompleksitas kehidupann masyarakat,

sekaligus menjadi tantangan pemerintah di berbagai negara dunia,54

Menurut Stoker (1991:1) dalam Hanif Nurcholis, munculnya Pemerintahan

Daerah modern berkaitan erat dengan fenomena industrialisasi yang melanda

Inggris pada pertengahan abad ke-18. Industrialisasi menyebabkan perpindahan

penduduk dari desa ke kota secara besaran-besaran. Urbanisasi tersebut

mengakibatkan berubahnya corak wilayah. Muncul wilayah-wilayah baru

terutama di kota-kota dan pinggiran kota yang sangat padat dengan cirri khas

perkotaan. Kondisi tersebut memunculkan masalah baru dibidang sosial, politik,

dan hukum. Oleh karena itu, untuk merespon hal tersebut perlu pengaturan

kembali sistem kemasyarakatan yang baru tumbuh tersebut.55

Dalam merespon kondisi tersebut, semula dibentuk badan-badan ad-hoc

untuk menangani suatu masalah yang masih dikendalikan oleh pemerintah pusat.

Dalam perkembangan berikutnya, di dalam suatu administrasi lokal dibentuk

Dewan Kota yng dipilih oleh penduduk setempatanya. Dewan Kota tersebut diberi

wewenang untuk mengatur dan mengurus urusannya sendiri. Dari sinilah mulai

berkembang praktik pemerintahan daerah sebagaimana dikenal pada saat ini atau

yang lebih dikenal sebagai otonomi daerah.56

54

S.H Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, (Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 2002), h. 2 55

Hanif Nurcholis, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, (Jakarta:

Grasindo, 2007), h., 1-2. 56

Hanif Nurcholis, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, (Jakarta:

Grasindo, 2007), h., 8.

Page 46: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

32

Secara etomologis, otonomi berarti pemerintahan sendiri yang merupakan

kesatuan dari dua kata yaitu auto yang berarti sendiri dan nomes yang berarti

pemerintahan. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari autos yang berarti

sendiri dan nemein yang berarti kekuatan mengatur sendri. Dengan demikian,

secara maknawi (begrif) otonomi mengandug makna mandiri dan kebebasan

daerah dalam menentukan langkah-langkah sendiri.57

Dapat diartikan bahwa otonomi daerah adalah “hak wewenang dan

kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Sedangkan daerah otonom

adalah “kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batasan wilayah terntetu

yang berhak, wewenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku”.58

Otonomi dapat diartikan sebagai “mandiri”, sedangan dalam pengertian

yang lebih luas diartikan sebagai “berdaya”. Dengan demikian otonomi daerah

diartikan sebagai bentuk kemandirian suatu daerah dalam kaitan pembuatan dan

pengambilan keputusan mengenai kepentingan daerahnya.59

Ada beberapa alasan

mengapa pemerintah perlu melaksanakan desentralisasi kekuasaan kepada

pemerintah daerah. Alasan-alasan ini didasarkan pada kondisi ideal yang

57

Hendra Karianga, Politik Hukum: dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, ( Jakarta:

Kencana, 2013), h., 76 58

S.H sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, (Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 2002), h. 26-27 59

Dede Rosyada, dkk., Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi, Hak

Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN syarif HIdayatullah Jakarta, 2003),

Edisi Revisi,h., 150

Page 47: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

33

diinginkan, sekaligus memberikan landasan filosofis bagi penyelenggaraan

pemerintahanan daerah sesuai sistem pemerintahan yang dianut oleh negara.

Mengenai alasan-alasan ini, Joseph Riwo Kaho dalam Bambang Yudhoyono,

menyatakan sebagai berikut60

:

1. Dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan (game teori),

desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah penumpakan kekuasaan pada

satu pihak saja pada akhirnya dapat menibulkan tirani.

2. Dalam bidang politik, penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagi

tindakan pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam

pemerintahan dan melihat diri dalam memepergunakan hka-hak

demokrasian.

3. Dari sudut teknik organisatoris pemerintahan, alasan mengadakan

pemerintahan daerah (desentralisasi) adalah semata mata untuk mencapai

suatu pemerintahan yang efesien. Apa yang dianggap lebih utama untuk

diurus oleh Pemerintahan setempat, pengurusannya diserakan kepada

daerah.

4. Dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakan supaya perhatian dapat

sepunuhnya ditumpukan kepada kekhususan sesuatu daerah, seperti

geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau

latar belakang sejarahnya.

60

Bambang Yudhoyono, Otonomu Daerah : Desentralisasi dan Pengembangan SDM

Aparatur Pemda dan Anggota DPRD, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), h. 20

Page 48: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

34

5. Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukan

karena Pemerintahan daerah dapat lebih banyak dan secara langsung

membantu pembangunan tersebut.

Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

menjelaskan bagaimana bentuk Pemerintah Daerah. Dalam Bab I Pasal 1 no. 3

dan 4 dijelaskan bahwa Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan

rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan

Daerah.

Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara

sederhana dapar diartikan sebagai penyerahan kewenangan. Desentralisasi suatu

istilah yang luas dan selalu menyangkut persoalan kekuatan (power), biasanya

dihubungkan dengan pendelegasian atau penyerahan wewenang dari pemerintah

pusat kepada penjabatnya didaerah di daerah atau lembaga-lembaga pemerintahan

di daerah untuk menjalankan urusan-urusan pemerintahan didaerah.61

Desentralisasi di bidang pemerintahan adalah pelimpahan wewenang dari

pusat kepada satuan organisasi pemerintahan di wilayah untuk menyelenggarakan

segenap kepentingan setempat dari sekelompok penduduk yang mendiami

wilayah tersebut. Penyerehan urusan pemerintah berupa pengalihan

tanggungjawab, kewenangan, dan sumber daya (dana, manusia, dll) dari P

61

Dadang Suwanda, Strategi Mendapatkan Opini WTP: Laporan Keuangan Pemda,

(Jakarta: PPM, 2013), h., 18

Page 49: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

35

emerintah Pusat ke Pemerintah Daerah. Sehingga segala sesuatunya menjadi

tanggung jawab daerah, baik mengenai perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan

pertanggungjawabannya, maupun segi pembiayaannya. Adapun perangkat

pelaksananya adalah perangkat daerah itu sendiri62

Pengertian desentralisasi menurut Litvack dalam Isman Kaputra,

menyatakan desentralisasi adalah transfer kewenangan dan tanggup jawab fungsi-

fungsi pubik. Transfer ini dilakukan dari pemerintah pusat kepada pihak lain, baik

kepada daerah bawahan, organisasi pemerintahan yang semibebas ataupun kepada

sektor swasta. Lebih lanjut dikemukan desentralisasi terbagi menjadi tipe, yaiut 1.

desentralisasi politik, 2. desentralisasi administrasi (memiliki tiga bentuk utama,

dekonsentrasi, delegasi, devolusi), 3. Desentralisasi fiskal, dan 4. Desentralisasi

ekonomi atau pasar.63

Otonomi daerah, sebagai salah satu bentuk “desentralisasi” pemerintahan,

pada hakekatnya ditujukan untuk memnuhi kepentingan bangsa secara

keseluruhan, yaitu upaya untuk lebih mendekati tujuan-tujuan penyelenggaraan

pemerintahan untuk mewujudkan cita-cita masyarkat lebih adil dan makmur.

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menggariskan secara tegas

maksud dan tujua dari pemberian otonomi daerah adalah berorientasi pada

pembangunan yang meliputi segala segi kehidupan dan penghidupan. Pemerintah

Daerah berkewajiban melancarkan proses pembangunan sebagai upaya

62

Dadang Suwanda, Strategi Mendapatkan Opini WTP , h., 18 63

Iswan, dkk, editor Bungaran Antonius Simanjuntak, Dampak Otonomi Darah di

Indonesia: Merangkai Sejarah Politik dan Pemerintahan Indonesia, (Jakarta: Pustaka Obor

Indonesia, 2013), h.,69.

Page 50: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

36

mensejahterakan rakyat yang diterima dan dilaksanakan dengan penuh rasa

tanggung jawab.64

Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Pasal 1 ayat (7),

desentralisasi adalah penyerahan wewenang Pemerintahan oleh Pemerintahan

kepada Daerah Otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan

dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian, wewenang

pemerintahan pusat saja, sedangkan pemerintahan pusat sesuai dengan aspirasi

masyarakat d aerahnya, walaupun sebenarnya daerah diberikan kewenangan untuk

mengatur dan mengurus rumah tangganya secara luas, nyata dan bertanggung

jawab.65

Desentralisasi ketatanegaraan atau staatkundige decentralisatie yang sering

juga disebut sebagai desentralisasi politik pelimpahan kekuasaan perundangan dan

pemerintahan (regelende en bestruurende bevoerheid) kepada daerah-daerah

otonom didalam lingkungannya. Di dalam desentralisasi politik secamam ini,

rakyat dengan mengggunakan dann memanfaatkan saluran-saluran tertentu

(perwakilan) ikut serta di dalam pemerintahan, dengan batas wilayah daerah

masing-masing.66

Desentralisasi ketatanegaraan ini dibedakan menjadi dua yakni,

Desentralisasi teritorial (territorial decentralisatie) yaitu penyerahan kekuasaan

untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri (autonomi), batas

pengaturannya adalah daerah. Desentralisasi teritorial mengakibatkan adanya

64

S.H Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, (Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 2002), h. 35 65

Undang – Undang Nomor 32 tahun 2004 pasal 1 ayat (7) 66

Hanif Nurcholis, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, (Jakarta:

Grasindo, 2007), h., 4.

Page 51: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

37

otonomi pada daerah yang menerima penyerahan. Desentaralisasi fungsional

(funcionale decentralisatie) yaitu pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan

mengurus suatu atau beberapa fungsi tertentu. Dalam desentralisas semacam ini

dikehendaki agar kepentingan-kepentingan tententu diselenggarakan oleh

golongan-golongan yang bersangkutan sendiri. Kewajiban pemerintah dalam

hubungan ini hanyalah memberikan pengesahan atas segala sesuatu yang telah

ditetapkan oleh golongan-golongan kepentingan tersebut.67

Pada dasarnya, desentralisasi dapat dilakukan melalui empat bentuk

kegiatan utama, yaitu:68

a. Dekonsentrasi

Pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah mempunyai hubungan yang

sangat erat. Dalam hubungannya dengan tugas pemerintahan, pemerintah pusat

dapat menyerahkan urusan-urusan pemerintahannya kepada daerah secara

dekonsentrasi dan tetap menjadi tanggung jawab pemerintahan pusat, sedangkan

daerah yang diberi kewenangan hanya sebagai pelaksana kegiatan saja. Undang-

undang No. 32 Tahun 2014 Bab I bagian umum pasal 1 no. 8 menjelaskan bahwa

dekonsentrasi adalah pelimphan wewenang Pemerintah dari Pemerintah kepada

Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal diwilayah

tertentu.

Sebagai contoh, dalam penetapan pejabat sementara disuatu daerah

pemerintahan, baik di tingkat provinsi atau di kabupaten/kota sebelum proses

67

S.H sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, (Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 2002), h. 26-27 68

Dadang Suwanda, Strategi Mendapatkan Opini WTP: Laporan Keuangan Pemda,

(Jakarta: PPM, 2013), h., 18

Page 52: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

38

pengangkatan pimpinan secara definitif. Kemudian administrasi lokal yang tidak

terpadu yaitu tenaga-tenaga yang diangkat oleh pusat yang berada didaerah dan

kepala daerah masing-masing hanya bertangungjawab sendiri dan meraka hanya

bertanggung jawab kepada masing-masing departemen.69

Latar belakang diadakannya sistem dekonsentarasi ialah tidak semua urusan

pemerintah pusat dapat diserahkan kepada pemerintahn daerah menurut asas

desentralisasi. Dengan demikian, dekonsentrasi merupakan tanggung jawab

pemerintahan pusat, sedangkan daerah, dalam hal ini provinsi hanya diberi

wewenang karena kedudukannya sebagai perwakilan pemerintah pusat yang

berkedudukan di daerah.70

b. Delegasi kepada penguasa otorita

Delegasi adalah pelimpahan pengambilan kepetusan dan kewenangan

manajerial untuk melakukan tugas-tugas khusus kepada suatu organisasi yang

secara langsung berada di bawah pengwasan pusat.

c. Devolusi kepada pemerintah daerah

Devolusi adalah kondisi dimana pemerintah pusat membentuk unit-unit

pemerintahan diluar pemerintah pusat dengan menyerahkan sebagian fungsi-

fungsi tertenrtu kepada unit-unit itu untuk dilaksanakan secara mandiri.

Devolusi adalah bentuk desentralisasi yang lebih eksekutif untuk merujuk pada

69

Bungaran Antonius Saimanjuntak, ed., Otonomi Daerah, Etnonasioanalisme, dan

Masa Depan Indonesia: Beberapa Persen lagi Tanah Air Nusantara Milik Rakyat?, (Jakarta:

Yayasan Pusaka Obor Indonesia, 2010), h., 78

70

Utang Rasidin, Otonomi Daerah dan Desentralisasi dilengkapi Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 dengan Perubahan-Perubahannya,(Bandung: Pustaka Setia,2010), h., 88-

89.

Page 53: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

39

situasi di mana pemerintah pusat mentransfer kewenangan kepada pemerintah

daerah dalam hal pengembilan keputusan, keuangan, dan manajemen.

d. Pemindahan fungsi dari pemerintah kepada swasta

Yang disebut sebagai pemindahan fungsi dari pemerintahan kepada swasta

atau privatisasi adalah menyerahkan beberapa otoritas dalam perencanaan dan

tanggung jawab administrasi tertentu kepada organisasi swasta.

Page 54: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

40

Page 55: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

41

BAB III

GAMBARAN UMUM DPRD DAN APBD KOTA TANGERABG

A. Gambaran Umum Kota Tangerang

Kota Tangerang secara sejarah terbentuk tanggal 28 Februari 1993

berdasarkan Undang-Undang no. 2 Tahun 1993. Berada di bagian Timur Provinsi

Banten, menjadi kota terbesara Proivinsi Banten, dan menjadi kota terbesar ketiga

dikawasan Jabodetabek. Luas Kota Tangerang adalah ± 184.24 km . (termasuk

Bandara Udara Internasioanal Soekarno – Hatta seluas, ± 19.96 km persegi). 71

Secara administratif luas wilayah Kota Tangerang dibagi dalam 13

kecamatan, yaitu Ciledug (8,769 Km²), Larangan (9,611 Km²), Karang Tengah

(10,474Km²), Cipondoh ((17,91 Km²), Pinang (21,59 Km²), Tangerang (15,785

Km²), Karawaci (13,475 Km²), Jatiuwung (14,406 Km²), Cibodas (9,611 Km²),

Periuk (9,543 Km²), Batuceper (11,583 Km²), Neglasari (16,077 Km²) dan Benda

(5,919 Km²), serta meliputi 104 kelurahan dengan 981 rukun warga (RW) dan

4.900 rukun tetangga (RT). 72

Kota Tangerang merupakan daerah di Provinsi Banten yang langsung

terintegrasi dengan Ibu Kota Indonesia DKI Jakarta. Secara geografis letak Kota

Tangerang berada pada posisi 106° 36° - 106° 42° Bujur Timur (BT) dan 66° - 6°²

Lintang Selatan (LS). Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Naga

dan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang, sebelah Selatan berbatasan dengan

71

Sejarah Kota Tangerang, artikel diakses pada 20 Maret 2016 dari,

http://www.tangerangkota.go.id/sejarah-kota-tangerang 72

“Geografis Kota Tangerang” , aretikel diakses pada 20 Maret 2016 dari Geografis

Kota Tangerang http://www.tangerangkota.go.id/geografi

Page 56: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

42

Kecamatan Curug, Kecamatan Serpong dengan DKI Jakarta, sedangkan sebelah

Barat berbatasan dengan Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.73

Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang

Pengembangan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi). Kota Tangerang

merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta. Pada satu

sisi wilayah Kota Tangerang menjadi daerah limpahan berbagai kegiatan di

Ibukota Negara DKI Jakarta. Di sisi lain Kota Tangerang dapat menjadi daerah

kolektor pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang sebagai daerah dengan

sumber daya alam yang produktif.74

Ditinjau dari pembangunan ekonomi, Kota Tangerang memiliki

pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat. Tersedianya transportasi yang

terpadapat dikawasan Jabodetabek seperti kereta api dan bus yang terintegrasi

dengan transportasi ibu kota, serta memiliki aksesbilitas yang baik terhadap

simpul transportasi berskala nasional dan Internasional, seperti Bandara

Internasioanl Soekarno-Hatta. Letak geografis Kota Tangerang yang strategis

tersebut telah mendorong pertumbuhan aktivitas industri, perdagangan dan jasa

yang merupakan basis perekonomian Kota Tangerang. Sehingga hal ini jika

dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah akan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan peningkatan sumber pendapatan Kota Tangerang.75

73

Sejarah Kota Tangerang, artikel diakses pada 20 Maret 2016 dari,

http://www.tangerangkota.go.id/sejarah-kota-tangerang

74

Intruksi Presiden Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan

Wilayah Jabotabek

75

Pemkot Tangerang, “Informasi Laporan Pemerintah 2016 Daerah (ILPDD) Akhir

Masa Jabatan Walikota Tangerang Tahun 2013”, artikel di download pada tanggal 5 Mei dari

http://www.tangerangkota.go.id/news/download/a67cf549d95842c1d5b88d0000267669

Page 57: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

43

1. Visi dan Misi Kota Tangerang

. Kemajuan Kota Tangerang sebagai daerah penyangga ibu kota tidak

lepas dari peran pemerintah. Kerjasama antara eksekutif maupun legislatif serta

unsur dari penyelenggara pemerintah daerah dalam melaksanakan berbagai

kebijakan dan program-program untuk menjadikan Kota Tangerang sebagai

daerah maju. Pentingnya sebuah landasan bagi Pemerintah Kota Tangerang dalam

menjalankan program-program tersebut merupakan hal mutlak agar terlaksana

dengan baik. Oleh karena itu, visi dan misi Kota Tangerang yang sudah dibentuk

oleh pemerintah sebagai pedoman atau landasan dalam melaksanakan proses

pembanguna daerah agar lebih terarah dan tepat sasarah.

Adapun visi misi yang dimiliki Pemerintah Kota Tangerang berbunyi seperti

dibawah ini :

“ Terwudujnya Kota Tangerang yang Maju, Mandiri, Dinamis, dan

Sejahtera dengan Masyarakat yang Berakhlakul Karimah”. Merupakan visi dan

misi dari Kota Tangerang. Melalui visi dan misi yang telah dibentuk ini, menjadi

landasan bagi Pemerintah Kota Tangerang dalam mewujudkan daerah yang

berkembang dalam berbagai aspek pembangunan. 76

a. Visi Kota Tangerang

Penjelasan dari visi Kota Tangerang tersebut dapat dilihat dari tabel

berikut ini :

76

Visi Misi Kota Tangerang, diakses pada 20 Januari 2016 dari,

http://www.tangerangkota.go.id/profil-kota-tangerang

Page 58: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

44

Tabel III.A.1 Visi Kota Tangerang

Pokok-pokok

Visi Penjelasan Visi

Terwujudnya Kota

Tangerang yang Maju

Terwujudnya Kota Tangerang yang maju dalam hal, pemberian

pelayanan terbaik dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat

seperti pendidikan, dan kesehatan, serta pembangunan tata kelola

perkotaan yang berorientasi lingkungan sejajar dengan kota-kota maju

dikawasan Asia Tenggara

Terwujudnya Kota

Tangerang yang

Mandiri

Terwujudnya Kota Tangerang yang mandiri, melalui pembangunan

yang dilakukan dengan memaksimakan segenap potensi daerah yang

dimiliki untk mendorong tumbuhnya rasa percaya diri dalam diri

segenap masyarakat dan seluruh stakeholder untuk bersama-sama dan

ikut bertanggung jawab dalam kelangsungan pelaksanaan

pembangunan sehingga terbentuk kemandirian daerah.

Terwujudnya Kota

Tangerang yang

Dinamis

Terwujudnya Kota Tangerang yang dinamis yaitu kehidupan yang

berkesinambungan dengan mengikuti era perkembangan zaman

dengan tetap menjaga mencerminkan kehidupan masyarakat Kota

Tangerang yang meskipun berbeda latar belakang etnis dan budaya,

namum memliki semangat kebersamaan dan nasionalisme berbasis

kedaerahan, tenggang rasa dan tanggung jawab, sikap toleransi yang

universal, dalam membangun Kota Tangerang.

Terwujudnya Kota Tangerang yang dinamis yatu kehiudpan

masyarakat yang memiliki dinamika sosial yang mencerminkan

masyarakat dengan memiliki kebersamaan nasionalisme yang berbasis

pada kedaerahan.

Terwujudnya Kota

Tangerang yang

Sejahtera

Terwujudnya Kota Tangerang yang sejahtera, memlalui perwujudan

masyarakat Kota Tangerang yang sejahtera yaitu memiliki tatanan

kehidupan yang baik berkualitas sehingga terbentuk kehidupan

masyarakat yang makmur dan berkeadilam, menjadikan masyarakat

sebagai subjek dalam p embangunan darah.

Terwujudnya

Masyarakat Akhlakul

Karimah

Terwujudnya Kota Tangerang yang memilikik akhlakul karimah, yaitu

terwujudnya masyarakat yang memiliki sikap dan prilaku akhlak mulia

yang dicerminkan melalui kualitas hubungan antar manusia dengan

Tuhan dan hubungan antar manusia itu sendiri, dan menjadi landasan

moral dan etika dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pemahan dan pengamalan agama secara benar diharapkan dapat

mendukung terwujudnya masyarakat yang religius, demokratis,

mandiri, berkualitas, sehat rohani dan jasmani, serta tercukupi

kebutuhan material spiritual, sehingga mampu mewujudkan sebuah

masyarakat madani madaniyyah dan hidup menuju negeri yang adil,

makmur, dan diberkati (baidatun toyibatun warabun ghafur)

sumber : Website Pemerintah Kota Tangerang

Page 59: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

45

b. Misi Kota Tangerang

Selanjutnya penjelasa dari Misi Kota Tangerang dapat dilihat dalam tabel

diberikut ini :

Tabel III.A.2 Misi Kota Tangerang

Misi Penjelasan Misi

Mewujudkan tata

pemerintahan yang baik,

akuntabel, dan transparan

didukung dengan sturktur

birokrasi yang

berintegritas, kompeten,

dan profesional.

Pelaksanaa pembangunan akan berjalan dengan optimal apabila

ditunjang oleh tata pemerintahan yang baik, akuntabel, dan

transparan didukung dengan sturktur birokrasi aparatur yang

mengedepakan profesionalisme, kompetensi, kualitas, transparansi,

objektifitas, dan bebas dari intervensi politik dan korupsi, kolusi,

dan nepotisme (KKN), berintegritas, kompeten, dan profeisonal

Meningkatkan

pertumbuhan ekonomi

yang berdaya saing tinggi

Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yng berdaya saing tinggi

merupakan salah satu upaya untuk mempercepat kemajuan Kota

Tangerang. Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berdaya saing

tinggi tersebut dilakukan dengan memajukan kegiatan ekonomi

yang menjadi sektor unggulan, seperti perdagangan dan jasa,

industri, dan memberdayakan usaha mikro, kecil, menengah, dan

koperasi (UMKMK) sehingga mampu bersaing, serta memeperluas

kesempatan kerja, mengurangi pengangguran, dan mengentaskan

kemiskinan.

Mengembangkan kualitas

pendidikan, kesehatan,

dan kesejahteraan sosial

demi terwujudnya

masyarakat yang berdaya

saing d era globalisasi

Pengembangan kualitas pendidikan dan kesehatan ditunjukan

untuk meningkatkan masyarakat yang berdaya saing, kualitas

kehiudpan masyarakat Kota Tangerang, yang ditunjang dengan

upaya peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat. Demi

terwujudnya masyarakat yang berdaya saing di era globalisasi. Hal

ini dilakukan melalui peningkatan kualitas pelayanan sumber daya

manusia, kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pelayanan,

serta faktor pendukung lainnya.

Meningkatkan

pembangunan sarana

perkotaan yang memadai

dan berkualitas

Penyediaan dan peningkatan pembangunan sarana perkotaan yang

memadai dan berkualitas, mutlak diperlakukan sekaligus dapat

untuk menjamin pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar

masyarakat dalam rangka mendukung berlangsungnya kegiatan

ekonomi dari investasi secara produktif. Sarana perkotaan

merupakan faktor penunjang bagi kegiatan ekonomi Kota

Tangerang.

Mewujudkan

pembangunan yang

berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan

yang bersih, sehatm dan

nyaman.

Peningkatan kualitas dan daya dukung untuk mendukung dalam

rangka melaksanakan merupakan salah satu pilar pembangunan

berkelanjutan. Pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman, serta seimbang antara

peningkatan aspek sosial dan ekonomi dengan kelestarian

lingkungan hidup.

Sumber : website Pemerintah Kota Tangerang

Page 60: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

46

B. Gambaran Umum DPRD Kota Tangerang

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan bentuk dari kekuasaan

rakyat ditingkat daerah. Mengacu pada pasal 14 dan 16 UU nomor 22 tahun 1999,

maka disetiap daerah dibentuk DPRD sebagai badan legislatif daerah. lembaga

perwakian rakyat didaerah ini meupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi

berdasarkan Pancasila lembaga ini berkedudukan sejajar dan menjadi mitra

dengan pemerintahan daerah.77

Secara umum peran DPRD diwujudkan dari 3 fungsi :78

1. Regulator, mengatur seluruh kepentingan daerah, baik yang termasuk

urusan rumah tangga daerah (otonomi) maupun urusan pemerintah pusat

yang diserahkan ke daerah (tugas pembantuan). Hal ini sesuai dengan asas

otonomi daerah.

2. Policy making, merumuuskan kebijkan pembangunan dan perencanaan

program-program pembangunan di daerahnya

3. Budgeting, perencanaan anggran daerah.

Perannya sebagai badan perwakilan daerah, DPRD menempatkan diri

selaku kekuasaan penyeimbang (balanced power) yang mengimbangi dan

melakukan kontrol yang efektif terhadap kepala daerah (esksekutif) dan seluruh

jajaran pemerintah daerah. Peran ini diwujudkan DPRD melalui fungsi-fungsi

sebagai berikut: 79

77

Ishak, Posisi Politik Masyarakat Dalam Era Otonomi Daerah, (Jakarta: Penaku, 2010),

h., 66 78

Utang Rosidin, Otonomi Daerah dan Desentraslisasi Dilengakapi Undang-Undang

Nomor 32 tahun 2004, (Bandung : Pustaka Setia , 2010), h., 94 79

Utang Rosidin, Otonomi Daerah dan Desentraslisasi, (Bandung : Pustaka Setia , 2010),

h., 94

Page 61: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

47

a. Representation : mengartikulasi keprihatinan tuntutan, harapan dan

melindungi kepentingan rakyat saat kebijkan dibuat sehingga DPRD

senantiasi berbicara atas nama rakyat

b. Advokasi : agregasi aspirasi yang komperhansif dan memperjuangkan

melalui negoisasi yang kompleks dn sering alot, sertaterjadi tawar-

menawar poliik yang sangat kuat. Hal ini wajar mengingat aspirasi

masyarakat mengandung banyak kepentingan dan tuntutan yang

kadang berbenturan satu sama lain

c. Administrative oversight : menilai atau menguji dan, apabila perlu

berusaha mengubah tindakan-tindakan dari badan eksekutif. oleh

karena itu DPRD tidak diperbolehkan “lepas Tangan” dalam setiap

masalah yang dipersoalkan oleh masyarakat.

Diantara fungsi badan legislatif yang paling penting adalah, pertama

fungsi menentukan kebijakan dan membuat undang-undang (perda). Guna

menjadi landasan dalam menyelaraskan dengan program-program yang akan

dilaksanakan pemerintah. Kedua, fungsi pengawasan yang dilakukan terhadap

eksekutif agar terciptanya checks and balances dalam melaksanakan roda

pemerintahan. 80

Pengawasan dalam bidang anggran oleh DPRD dijalankan berdasarkan

komisi masing-masing. Pengawasan yang dilakuaka oleh DPRD dapat dibedakan

antara lain, pertama, pengawasan terhadap penerimaan dan penggunaan anggaran

tahun berjalan. Dapat dilakukan secara berkala melalui pertemuan (rapat) dengan

80

Miriam Budiarjo, h.33

Page 62: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

48

eksekutif dan dinas-dinas yang terkait. Tujuannya untuk mengetahui hubungan

antara target dengan realisasi anggaran. Kedua, pengawasan terhadap penerimaan

dan penggunaan anggaran pada akhir tahun anggaran yang dilakukan pada saat

penyampaian laporan pertanggungjawaban oleh eksekutif.81

Dilihat dari hasil pemilu legislatif di Kota Tangerang , Komisi Pemilihan

Umum (KPU) Kota Tangerang, Minggu (11/05/2014), menetapkan sebanyak 50

anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) hasil Pemilu Legislatif (Pileg)

yang digelar 09 April 2014 lalu. Penetapan tersebut merupakan hasil dari

rekapitulasi penghitungan suara Pileg tingkat Kota Tangerang pada 20-21 April

2014 lalu.82

Dari 500 lebih DCT (Daftar Caleg Tetap) DPRD Kota Tangerang ada 50

orang terpilih yang berasal dari 5 daerah pemilihan (dapil) di Kota Tangerang. Ke

50 anggota DPRD terpilih tersebut masing-masing berasal dari PDIP 10 kursi,

Golkar dan Gerindra masing-masing 6 kursi, Demokrat, PKB dan PPP masing-

masing 5 kursi, PKS dan PAN masing-masing 4 kursi, Hanura 3 kursi serta

Nasdem 2 kursi. Hasil penetapan ini akan diserahkan ke masing-masing parpol.

Selanjutnya tinggal menunggu pelantikan pada bulan Agustus 2014. Berikut ini

merupakan tabel dari pemenang pemilu legislatif kota Tangerang pada tahun

2014:83

81

Peni Chalid, Keuangan Daerah Invesatasi, dan Desentralisasi: Tantanan dan Hambatan,

(Jakarta: Kemitraan, 2005), h., 14 82

Juara Simanjuntak, “KPU Kota Tangerang Tetapkan 50 Anggota DPRD Hasil Pileg",

berita diakses pada 20 Maret 2016 pada http://radaronline.co.id/2014/05/12/kpu-kota-tangerang-

tetapkan-50-anggota-dprd-hasil-pileg/ 83

Juara Simanjuntak, “KPU Kota Tangerang Tetapkan 50 Anggota DPRD Hasil Pileg",

berita diakses pada 20 Maret 2016 pada http://radaronline.co.id/2014/05/12/kpu-kota-tangerang-

tetapkan-50-anggota-dprd-hasil-pileg/

Page 63: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

49

Tabel. III.B.1 Nama-nama Anggota DPRD Kota Tangerang Provinsi Banten

No. Nama Asal

Partai No. Nama

Asal

Partai

1. H. TB. Mansyur

Abubakar BA

PKB 26. Ade Suryadi Demokrat

2. Sugianto PDIP 27. Sahabudin H.

Tamami

PAN

3. Agus Setiawan SE PDIP 28. H. Muyadi H.

Muslih

PPP

4. Kusmarsa S.Sos Golkar 29. Minarto NasDem

5. Pontio Prayogo Gerindra 30. Misbahuddin,

S.Ag

PKB

6. Tati Rahmawati S.Ip Demokrat 31. Hilmi Fuad, ST,

M.Kom

PKS

7. Dedi Hasbullah, SE PAN 32. Drs. M. Johan

Saragih

PDIP

8. Dra Yanti Rohayati,

MM

PPP 33. Muhamad Rijal

SE

PDIP

9. Wawan Anwar, SE Hanura 34. Hapipi, S.Sos Golkar

10. Anggiat Sitohang NasDem 35. H. Kosasih SE,

MM

Golkar

11. Kemal Fasya Madjid,

S.Ag M.Si

PKB 36. Ir Turidi Susanto Gerindra

12. Ahmad Dede Fauzi

ST

PKS 37. Drs. H. Gatot

Purwanto

Demokrat

13. Sumarti PDIP 38. Riyanto SE PPP

14. Suparmi, ST PDIP 39. H. Syahroni S.Pd PKB

15. Wawan Setiawan Golkar 40. Yatmin. S.Pd.I PKS

16. Nurhadi, ST Gerindra 41. Anggraini J.

Ningsih

PDIP

17 Siti Hayani, SH,

MH/Yuyun

Demokrat 42. Hartato PDIP

18. Ir H. M. Sjaifudin Z.

Hamadin, MM

PAN 43. Hj. Kartini Golkar

19. H. Dede Candra

Wijaya

PPP 44. M. Solihin SE Gerindra

20. M. Haris Supratman Hanura 45. Amarno Gerindra

Sumber:Arsip KPUD Kota Tangerang

Page 64: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

50

Lanjutan Tabel

Tabel. III.B.1 Nama-nama Anggota DPRD Kota Tangerang Provinsi Banten

No. Nama Asal

Partai No. Nama

Asal

Partai

21. H. Mustaya Hasyim

S.Sos

PKB 46. Eddy Ham, SE,

MM

Demokrat

22. Pabuadi PDIP 47. Ella Silvia SH,

MH

PAN

23. Supardi PDIP 48. Drs. Sholihin PPP

24. H. Mulyadi Golkar 49. Sainah S,Sos Hanura

25. Apanudin ST Gerindra 50. Tengku Iwan, J.

ST

PKS

Sumber:Arsip KPUD Kota Tangerang

1. Komisi –Komisi DPRD Kota Tangerang

Setelah melalui proses panjang pemilu 2014, dari hasil pemilihan diatas

kemudian di masukan kedalam komisi-komisi dalam DPRD yang masing-masing

membidangi bidang-bidang yang sudah ditentukan. Adapun susunan komisi

DPRD Kota Tangerang adalah sebagai berikut :84

Tabel III.1.1

Nama-Nama Pimpinan DPRD Kota Tangerang 2014-2018

No. Nama Jabatan Fraksi

1. Suparmi Ketua PDIP

2 Hapipi Wakil Ketua I Golkar

3 Nurhandi Wakil Ketua II Gerindra

4 Dedi Candra Wijaya Wakil Ketua III Golkar

Sumber :Arsip KPUD Kota Tangerang

84

“Susunan Komisi DPRD Kota Tangerang”, di dapat dari Arsip KPUD Kota Tangerang ,

15 Juli 2016.

Page 65: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

51

a. Komisi I Bidang Pemerintah, meliputi bidang:

1). Pemerintahan umum;

2). Kepegawaian/Aparatur Hukum;

3). Keamanan dan ketertiban, Hubungan Masyarakat;

4). Komunikasi /Pers;

5). Hukum, Perundang-undangan, dan Hak Asasi Manusia;

6). Perizinan;

7). Pertahanan;

8). Kependudukan dan Catatan Sipil;

9). Sosial Politik;

10). Organisasi Masyarakat.

Tabel III.1.2 Nama-nama Komisi I DPRD Kota Tangerang

No. Nama Jabatan F. Partai

1 Supardi Ketua PDIP

2 Drs. H Gatot Purwanto, MBA Wakil Demokrat

3 Kuswarsa, S.Sos Sekretaris Golkar

4 Agus Setiawan, SE Anggota PDIP

5 H. Mulayadi Anggota Golkar

6 Pontio Prayogo, SP Anggota Gerindra

7 Riyanto, SE Anggota PPP

8 Siti Hayani, SH, MH Anggota PAN

9 H. Mustaya Hasyim, S Sos Anggota PKB

10 TB. Mansyur Abu Bakar, BA Anggota PKB

11 Tengku Iwan Jayasyahputra, ST Anggota PKS

12 Ela Silvia, SH, MH Anggota PAN

13 H. Minarto Anggota Nasdedm

Sumber : Arsip KPUD Kota Tangerang

Page 66: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

52

b. Komisi II Bidang Kesra, meliputi bidang:

1). Ketenagakerjaan;

2). Pendidikan;

3). Ilmu Pengetahuan Teknologi;

4). Pemuda dan Olah Raga;

5). Agama;

6). Kebudayaan;

7). Kesejahteraan Sosial;

8). Kesehatan dan Keluarga Berencana;

9). Pemberdayaan Perempuaan dan Perlindungan Anak;

10). Muslim dan Cagar Alam.

Tabel III.1.3 Nama-nama Komisi II DPRD Kota Tangerang

No. Nama Jabatan F. Partai

1 Hj. Kartini, SH Ketua Golkar

2 Sahabudin H Tamami Wakil PAN

3 Amarno Sekretaris Gerindra

4 Sumarti, S. Ip Anggota PDIP

5 Anggraini Jatmika Ningsih, SE Anggota PDIP

6 Dra. Yati Rohayati, MM Anggota PPP

7 Ade Suryadi Anggota Demokrat

8 Misbahudin, S Ag Anggota PKB

9 Yatmi, S Pd Anggota PKS

10 Sainah, S. Sos Anggota Hanura

Sumber : Arsip KPUD Kota Tangerang

Page 67: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

53

c. Komisi III Bidang Ekonomi Keuangan dan Perekonomian, meliputi

bidang:

1). Perdagangan dan Perindustrian;

2). Pertanian (Tanaman Pangan, Perikanan, dan Peternakan);

3). Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;

4). Pariwisata;

5). Keuangan Daerah, Pendapatan Asli Daerah;

6). Perbankan;

7). Aset Daerah/ Aset milik Daerah ;

8). Perusahaan Daerah;

9). Perusahaan dan Patungan Daerah

10). Penanaman Modal

Tabel III.1.4 Nama-nama Komisi III DPRD Kota Tangerang

No. Nama Jabatan F. Partai

1 Drs. Solihin, M. Si Ketua PPP

2 Hilmi Fuad Wakil PKS

3 Wawan Anwar, SE Sekretaris Hanura

4 Sugianto, S Ip Anggota PDIP

5 Muhammad Rizal, SE Anggota PDIP

6 H. Kosasih, SE, MM Anggota Golkar

7 M. Solihin, SE Anggota Gerindra

8 Tati Rahmawati, S Ip Anggota Demokrat

9 H. Syahroni, S Pd I Anggota PKB

10 Dedi Hasbullah, SE, MM Anggota PAN

Sumber :Arsip KPUD Kota Tangerang

Page 68: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

54

d. Komisi IV Bidang Pembangunan, meliputi bidang:

1). Pekerjaan Umum;

2). Pemenataan dan Tata Ruang Wilayah;

3). Penataan dan Pengawasan Bangunan;

4). Pertamanan;

5). Kebersihan;

6). Perhubungan/Transportasi;

7). Pos dan Telekomunikasi;

8). Pertambangan dan Energi;

9). Perumahan Rakyat ;

10). Lingkungan Hidup;

11). Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas

Tabel III.1.5 Nama-nama Komisi I DPRD Kota Tangerang

No. Nama Jabatan F. Partai

1 Apanudin, ST Ketua Gerindra

2 Kemal Fasya Madjid S. Ag, ST Wakil PKB

3 Drs. Johan Saragih Sekretaris PDIP

4 Hartato Anggota PDIP

5 Pabuadi Anggota PDIP

6 Wawan Setiawan Anggota Golkar

7 Ir.Turidi, ST Anggota Gerindra

8 Eddy Ham, SE, MM Anggota Demokrat

9 M Haris Supratman Anggota Hanura

10 Ir. H. M Sjaifuddin Z Hamadin, MM Anggota PAN

11 H. Mulyadi H Muslih Anggota PPP

12 Anggiat Sitohang Anggota NasDem

13 Ahmad Deden Fauzi Anggota PKS

Sumber : Arsip KPUD Kota Tangerang

Page 69: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

55

Berdasarkan pembentukan komisi-komisi DPRD Kota Tangerang diatas,

diharapkan dapat memberikan output berupa Peraturan Daerah (Perda) yang

mengakomidir kebutuhan, tuntuan dan harapan masyarakat di Kota Tangerang.

Berjalannya fungsi dari legislatif serta pengawasan terhadap kinerja pemerintah

daerah merupakan hal penting demi berlangsungnya pemerintahan yang akuntabel

dan transparan.

Dalam proses kerjanya DPRD dibantu oleh Sekretariat DPRD yang

berperan sebagai suporting unit dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai

legislatif. Sehingga anggota DPRD dapat bekerja secara maksimal, efektif dan

efesien. Sekretariat DPRD Kabupaten/Kota merupakan unsur pelayanan terhadap

DPRD, dipimpinan oleh seorang sekretaris yang bertanggung jawab kepada

pimpinan DPRD dan secara administratif dibina oleh sekretaris daerah

kapubaten/kota.

Sekretaris DPRD Kabupaten/Kota mempunyai tugas memberikan pelayanan

administratif kepada anggota DPRD Kabupaten/Kota. Secara umum sekretariat

DPRD Kabupaten/Kota mempunyai fungsi untuk memfasilitasi rapat anggota

DPRD, sebagai pelaksanaan urusan rumah tangga dan perjalanan dina dinas

anggota DPRD, dan pengelolaan tata usaha DPRD.85

C. APBD Kota Tangerang

Keuangan adalah hal penting dalam pelaksanaan suatu pembangunan

disebuah daerah. Tatakelola keuangan yang baik dan tepat sasaran merupakan

kunci dari keberhasilan proses pembangunan tersebut. Oleh karena itu,

85

Hanif Nurcholis, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, (Jakarta:

Grasindo, 2007), h., 228.

Page 70: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

56

perencanaan penganggaran menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam rangka

mewujudkan pembangunan daerah.

Anggaran adalah suatu rencana yang terperinci yang dinyatakan secara

formal dalam ukuran kuantitatif, dengan kata lan dapat dinilai dengan uang

(perencanaan keuangan). Menurut Edwards dalam Sony Yuwono,dkk, mejelaskan

istilah anggaran yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata budget berasal

dari kata Perancis “bougette” yang berarti tas kecil”. Secara historis istilah ini

muncul pada peristiwa tahun 1733 ketika Menteri Keuangan Inggris menyimpan

proposal keuangan pada tas kulit kecil. Anggaran umumnya dibuat dalam jangka

pendek, yaitu durasi waktu satu tahunan atau kurang.86

Dengan kata lain, keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan

kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, juga segala sesuatu baik berupa uang

maupun bareng yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki

dan atau dikuasi oleh daerah atau Negara yang lebih tinggi, serta pihak-pihak lain

sesuai ketentuan perundang-undangan.87

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah pada pasal 1 ayat (5) menegaskan bahwa yang dimaksud

dengan Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah rangka

penyelenggaran pemerintah daerah yang dapat dinilai uang, termasuk didalamnya

86 Sony Yuwono, dkk, Pengganggaran Sektor Publik: Pedoman Praktis Peyusunan,

Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban APBD (Berbasis Kinerja), (Malang: Bayu Media, 2005),

h,27. 87

Hendra Karianga, Politik Hukum: Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, (Jakarta:

Kencana, 2013), h. 143

Page 71: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

57

semua bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah

tersebut, dalam rangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).88

APBD merupakan suatu rencana operasional keuangan daerah, di satu pihak

yang menggambarkan penerimaan pendapatan daerah dan di lain pihak

merupakan pengeluran daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dan

pengeluaran pembangunan dalam satu tahun anggaran. Pengeluaran pembangunan

untuk membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek pembangunan daerah.

Berkaitan dengan pengeluaran pembangunan, yang harus diperhatikan adalah

penentuan komposisinya dan fungsi alokasi anggaran.89

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu rencana

keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang

APBD yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dalam

satu tahun anggran APBD meliputi:90

a. Hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan

bersih.

b. Kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebgai pengurang nillai

kekayaan bersih.

c. Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan

diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun

pada tahun-tahun berikutnya.

88

Peraturan Pemerintah No. 5 ayat 1 pasal 5 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 89

Rahardjo Adisasmita, Pengelolaan Pendapatan dan Anggran Daerah, (Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2011), h. 3 90

Sony Yuwono, dkk, Pengganggaran Sektor Publik: Pedoman Praktis Peyusunan,

Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban APBD (Berbasis Kinerja), (Malang: Bayu Media, 2005),

h, 92.

Page 72: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

58

Menurut Pasal 23 ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah, hak dan kewajiban daerah diwujudkan dalam bentuk rencana kerja

pemerintah daerah yang dijabarkan dalam bentuk pendapatan, belanja, dan

pembiayaan daerah (APBD) yang dikelola dalam sistem keuangan daerah.91

Selanjutnya, yang dimaksud dengan hak daerah sesuai dengan Pasal 21 UU

Nomor 32 Tahun 2004 meliputi beberapa hal berikut:92

a. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

b. Memilih pimpinan daerah

c. Mengelola aparatur daerah

d. Mengelola kekayaan daerah

e. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah

f. Mendapatkan bagian dari hasil pengelola sumber daya alam dan sumber

daya lain yang berada di daerah

g. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah

h. Mendapatkan hal lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan

Sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban daerah sesuai Pasal 22 Nomor

32 Tahun 2004 meliputi beberapa hal berikut93

:

a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan, dan kerukunan

nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat

c. Mengembangkan kehidupan demokrasi

91

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 23 ayat (1) Tentang Pemerintah Daerah. 92

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 21 Tentang Hak Pemerintah Daerah

93

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 22, Tentang Kewajiban Pemerintah

Daerah

Page 73: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

59

d. Mewujudkan keadalan dan pemerataan

e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan

f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan

g. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak

h. Mengembangkan sistem jaminan sosila

i. Menyusun perencanaan tata ruang daerah

j. Mengembangkan sumber daya produktif daerah

k. Melestarikan lingkungan hidup

l. Mengelola administrasi kependudukan

m. Melestarikan nilai sosial

n. Membentuk dan menerapkan persatuan perundang-undangan sesuai

dengan kewenangan

o. Kewajiban lain yang diatur dalam perundang-undangan

Sumber pendapatan pemerintah daerah relatif terprediksi dan lebih stabil

sebab pendapatan tersebut diatur oleh undang-undang dan peraturan daerah yang

bersifat mengikat dan dapat dipaksakan. Agar pemerintah daerah dapat melakukan

manajemen pendapatan secara optimal, hal pertama yang perlu dilakukan adalah

mengenali sumber-sumber pendapatan daerah.94

Kota Tangerang sebagai salah satu kota di Indonesia berhasil mengelola

keuangan daerahnya (APBD) dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada penyerapann

pendapatan daerah yang terus meningkat setiap tahunnya. Terbukti pada tahun

2014 APBD Kota Tangerang hanya sebesar 2,837,381,637,290.00 dan pada tahun

94

Mahmudi, Manajemen Keuangan Daerah , ( Yogyakarta: Erlangga, 2010), h., 16.

Page 74: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

60

2015 naik sebesar 3,294,192,110,809.00 (setelah mengalami perubahan dari

3,157,475,214,600.00).95

Peningkatkan pendapatan daerah menjadi salah satu

indikator penting untuk menilai keberhasailan keuangan suatu daerah. Adapun

perinciannya ABPD Kota Tangerang dapat dilihat dari tabel diberikut ini:96

Tabel III.3.1 APBD Kota Tangerang Tahun 2014

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

RINGKASAN APBD KOTA TANGERANG

TAHUN ANGGARAN 2014

NO.

URUT URAIAN JUMLAH

1 2 3

1 PENDAPATAN DAERAH 2,837,381,637,290.00

1.1 Pendapatan Asli Daerah 1,084,022,001,062.00

1.1.1. Hasil Pajak Daerah 909,500,000,000.00

1.1.2. Hasil Retribusi Daerah 113,282,877,062.00

1.1.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan 13,255,000,000.00

1.1.4. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 48,014.124,000.00

1.2 Dana Perimbangan 1,141,393,679,973.00

1.2.1. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 213,114,058,973.00

1.2.2. Dana Alokasi Umum 890,213,131,000.00

1.2.3. Dana Alokasi Khusu 38,067,490,000.00

1.3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 611,965,956,255.00

1.3.3. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Lainnya 380,219,135,255.00

1.3.4. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 221,028,039,000.00

1.3.5. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau pemerintah daerah lainnya 10,718,728,000.00

Sumber: Arsip Pemerintah Kota Tangerang

95

ABPD Kota Tangerang, diakses pada 25 Jui 2016 dari

http://www.tangerangkota.go.id/sejarah-kota-tangerang 96

ABPD Kota Tangerang, diakses pada 25 Jui 2016 dari

http://www.tangerangkota.go.id/sejarah-kota-tangerang

Page 75: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

61

Lanjutan tabel III.3.1 APBD Kota Tangerang Tahun 201

1.9 JUMLAH PENDAPATAN 2,837,381,637,290.00

2. BELANJA DAERAH 3,370,438,015,338.00

2.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,091,624,563,346.06

2.1.1. BELANJA PEGAWAI 1,061,551,313,346.06

2.1.4. BELANJA HIBAH 24,469,000,000.00

2.1.5. BELANJA BANTUAN SOSIAL 616,250,000.00

1.1.7. BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROV./KAB./KOTA

988,000,000.00

Dan PEMERINTAH DESA DAN PARPOL

2.1.8. BELANJA TAK TERDUGA 4,000,000,000.00

2.2. BELANJA LANGSUNG 2,278,813,451,991,94

2.2.1. BELANJA PEGAWAI 263,840,493,599.00

2.2.2. BELANJA BARANG DAN JASA 1,114,623,946,716.00

2.2.3. BELANJA MODAL 900,349,011,979.94

2.8 JUMLAH BELANJA 3,370,438,015,338.00

2.9 SURPLUSI (DEFISIT ) 533,056,378,048.00

3. PEMBIAYAAN DAERAH 533,056,378,048.00

3.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 533,056,378,048.00

3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Tahun Sebelumnya 533,056,378,048.00

3.19 JUMLAH PENERIMAAN PEMBIYAAN 533,056,378,048.00

3.29 JUMLAH PENGELUARAN PEMBIYAAN 0,00

3.299 PEMBIYAAN NETO 533,056,378,048.00

3.3 SISA LEBIH PEMBIYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN (SILPA)

Sumber: Arsip Pemerintah Kota Tangerang

Page 76: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

62

Tabel III.3.2 APBD Kota Tangerang Tahun 2015

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

RINGKASAN APBD KOTA TANGERANG

TAHUN ANGGARAN 2015

NO.

URUT URAIAN JUMLAH

1 2 3

1 PENDAPATAN DAERAH 3,157,475,214,600.00

1.1 Pendapatan Asli Daerah 1,313,553,703,195.00

1.1.1. Hasil Pajak Daerah 1,066,350,000,000.00

1.1.2. Hasil Retribusi Daerah 77,716,510,273.00

1.1.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan 13,361,228,922.00

1.1.4. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 156,125,964,000.00

1.2 Dana Perimbangan 1,126,190,130,000.00

1.2.1. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 204,089,198,000.00

1.2.2. Dana Alokasi Umum 887,033,912,000.00

1.2.3. Dana Alokasi Khusu 35,067,020,000.00

1.3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 717,731,381,405.00

1.3.3. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Lainnya 438,162,055,155.00

1.3.4. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 241,676,189,000.00

1.3.5. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau pemerintah daerah lainnya 37,893,137,250.00

1.9 JUMLAH PENDAPATAN 3,157,574,214,600.00

2. BELANJA DAERAH 3,838,435,826,042.64

2.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,242,950,636,707.75

2.1.1. BELANJA PEGAWAI 1,213,196,733,893.94

2.1.4. BELANJA HIBAH 24,415,500,000.00

1.1.7. BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROV./KAB./KOTA

138,402,813.81

Dan PEMERINTAH DESA DAN PARPOL

2.1.8. BELANJA TAK TERDUGA 4,000,000,000.00

2.2. BELANJA LANGSUNG 2,595,485,189,334,89

Sumber: Arsip Pemerintah Kota Tangerang

Page 77: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

63

Lanjutan Tabel III.3.2 APBD Kota Tangerang Tahun 2015

2.2.1. BELANJA PEGAWAI 264,542,604,370.00

2.2.2. BELANJA BARANG DAN JASA 1,388,675,926,000.02

2.2.3. BELANJA MODAL 942,266,658,964.87

2.8 JUMLAH BELANJA 3,838,435,826,042.64

2.9 SURPLUSI (DEFISIT ) 680,960,611,442.64

3. PEMBIAYAAN DAERAH 680,960,611,442.64

3.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 680,960,611,442.64

3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Tahun Sebelumnya 680,960,611,442.64

3.19 JUMLAH PENERIMAAN PEMBIYAAN 680,960,611,442.64

3.29 JUMLAH PENGELUARAN PEMBIYAAN 0,00

3.299 PEMBIYAAN NETO 680,960,611,442.64

3.3

SISA LEBIH PEMBIYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN

(SILPA) 0,00

Sumber: Arsip Pemerintah Kota Tangerang

Berdasarkan rincian dua tabel, dapat terlihat peningkatan pemasukan PAD

Kota Tangerang yang pada Tahun 2014 2,837,381,637,290.00 naik pada 2015

menjadi 3,157,475,214,600.00. Umumnya, sumber pendapatan daerah pada

dasarnya dapat dibedakan menjadi dua: pertama, sumber pendapatan yang saat ini

ada dan sudah ditetapkan dengan peraturan perundangan. Kedua, sumber

pendapatan di masa datang yang masih potensial atau tersembunyi dan baru akan

diperoleh apabila sudah dilakukan upaya-upaya terntentu.

Sumber pendapatan baru dapat diperoleh misalnya melalui inovasi program

ekonomi daerah, program kemitraan pemerintah daerah dengan pihak swasta, dan

sebagainya. Dalam hal sumber penerimaan yang menjadi hak pemerintah daerah,

Undang-Undangan No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah: dan Undang-

Page 78: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

64

Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Pusat dan Daerah telah menetapkan sumber-sumber penerimaan daerah.97

Berdasarkan rincian anggaran APBD Kota Tangerang pada tabel diatas

dapat dilihat bahwa, memaksimalkan potensi berbagai sumber daya yang tedapat

didaerah merupakan kunci dari peningkatan penyerapan anggaran tersebut.

Sebagai contoh, potensi pajak Kota Tangerang yang pada tahun 2014 hanya

909,500,000,000.00 seiring dengan banyaknya investasi yang masuk ke daerah

Kota Tangerang dalam kurun waktu satu tahun meningkat menjadi

1,006,350,000,000.00. Iklim sosial-politik lokal yang kondusif di Kota Tangerang

menjadi faktor pendukung peningkatan penyarapan pendapatan asli bagi daerah.

Meskipun disisi lain APBD Kota Tangerang mengalami defisit dan surplus

dari belanja daerah, tetapi dengan tatakelola keuangan yang baik ini akan menjadi

bahan evaluasi dan perbaikan bagi Pemerintah Kota Tangerang dan DPRD Kota

Tangerang untuk tahun anggaran berikutnya.

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu modal dasar

pemerintahan daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi

belanja daerah. Pendapatan Asli Daerah merupakan usaha daerah guna

memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana dari pemerintah tingkat

atas (subsidi). Pada dasarnya pendapatan asli daerah seyogyanya ditunjang oleh

dari hasil-hasil perusahaan daerah, perusahaan pajak, perusahaan pasar, pajak

reklame, pajak tontonan, retribusi kendaraan dan kebersihan, pajak bumi dan

97

Mahmudi, Manajemen Keuangan Daerah ( Yogyakarta: Erlangga, 2010), h., 16.

Page 79: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

65

bangunan serta usaha lainnya. Kondisi setiap daerah berbeda-beda, baik letak

geografis, cuaca, luas wilayah, kepadatan penduduk, serta kondisi sosial-politik

dan potensi kekayaan disetiap daerah. Sumber pendapatan daerah terutama

pendapatan derah yang potensial diserahkan kepada daerah otonomi tersebut

untuk digunakan dakan proses pembanguan dan kepentingan masyarakat

didaerah.98

Dalam hal pendapatan asli daerah (PAD), pemerintah daerah memiliki

kewenangan penuh untuk menggali meningkatkan potensi daerah dari sumber-

sumber yang ada di daerahnya. Termasuk didalamnya membuat peraturan daerah

guna menopang pengoptimalisasian dan landasan hukum bagi daerah untuk

meningkatkan pendapatan bagi daerah sekaligus. Dengan begitu, diharapakan

pemasukan yang diterima oleh daerah bisa dalam jumlah yang besar.99

Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah adalah sebagai berikut :

a). Pajak Daerah

Secara sederhana pajak dapat diartikan sebagai iuran berupa uang, yang

rakyat berikan kepada negara. Adapun besaran uang atau pajak yang rakyat

berikan ditentukan oleh negara. Pemberian pajak ini gunakan untuk membiayai

rumah tangga negara, agar negara dapat memberikan manfaat melalui

pembangunan fasilitas bagi masyarakat secara luas.100

98

HAW Widjaja, Titik Berat Otonomi Daerah Pada Daerah Tingkat II (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2003), h.,42. 99

Peni Chalid, Keuangan Daerah Invesatasi, dan Desentralisasi: Tantanan dan Hambatan,

(Jakarta: Kemitraan, 2005), h., 16 100

Rahardjo Adisasmita, Pengelolaan Pendapatan dan Anggran Daerah, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2011), h. 95

Page 80: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

66

Menurut UU No 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah, yang selanjutnya

disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan UU nomor 28

tahun 2009 pajak kabupaten/kota dibagi menjadi beberapa sebagai berikut, Pajak

Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan,

Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak

Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan

Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Seperti halnya dengan pajak

pada umumnya, pajak daerah mempunyai peranan ganda yaitu, sebagai sumber

pendapatan daerah (budegtary), dan sebagai alat pengatur (regulatory).101

b). Retribusi Daerah

Retribusi adalah pungutan yang dilakukan berhubungan dengan jasa

fasilitas yang diberikan pemerintah secara langsung dan nyata kepada masyarakat.

Retribusi ini bersifat imbalan yang berikan rakyat kepada pemerintah aerah atas

jasa fasilitas yang telat diberikan pemerintah daerah. Hasil dari retribusi kemudian

masuk kedalam kas pemerintah daerah, yang kemudian digunakan kembali bagi

peningkatkan jasa dan fasilitas umum.102

Pemerintah pusat kembali mengeluarkan regulasi tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, melalui Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009. Dengan UU ini

101

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Jakarta 102

Rahardjo Adisasmita, Pengelolaan Pendapatan dan Anggran Daerah, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2011), h. 110.

Page 81: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

67

dicabut UU Nomor 18 Tahun 1997, sebagaimana sudah diubah dengan UU

Nomor 34 Tahun 2000. Berlakunya UU pajak dan retribusi daerah yang baru di

satu sisi memberikan keuntungan daerah dengan adanya sumber-sumber

pendapatan baru, namun disisi lain ada beberapa sumber pendapatan asli daerah

yang harus dihapus karena tidak boleh lagi dipungut oleh daerah, terutama berasal

dari retribusi daerah. Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 secara keseluruhan

terdapat 30 jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah yang dikelompokkan

kedalam tiga golongan retribusi, yaitu103

:

a). Retribusi Jasa Umum yaitu pelayanan yang disediakan atau diberikan

pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta

dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

b). Retribusi Jasa Usaha adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa

usaha yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah

untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

c). Retribusi Perizinan Tertentu adalah pungutan daerah sebagai pembayarann

atas pemberian izin tertentu yang khusus diberikan oleh pemerintah daerah

untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

c). Bagian Laba Pengelolaan Aset Daerah yang dipisahkan

Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan

penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan. Undang-undang nomor 33 tahun 2004 mengklasifikasikan jenis hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut menurut objek

103

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Page 82: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

68

pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan

milik daerah/BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

negara/BUMN dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

swasta maupun kelompok masyarakat.104

d). Lain-lain PAD yang sah

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menjelaskan Pendapatan Asli

Daerah yang sah, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak

termasuk dalam jenis pajak dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan. Pendapatan ini juga merupakan penerimaan daerah yang berasal dari

lain-lain milik pemerintah daerah. Undang-undang nomor 33 tahun 2004

mengklasifikasikan yang termasuk dalam pendapatan asli daerah yang sah

meliputi:105

1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan.

2. Jasa giro.

3. Pendapatan bunga.

4. Keuntungan adalah nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan, pengadaaan barang ataupun jasa oleh pemerintah.

2. Dana Perimbangan

Dana perimbangan dana yang merupakan bagian daerah berasal dari

beberapa sumber dibawah ini :

104

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.. 105

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menjelaskan Pendapatan Asli Daerah

Page 83: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

69

a. Dana Bagi Hasil

Dana yang merupakan hasil pajak terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB), Bea Per-Olehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan penerimaan

sumber daya alam. Adapapun penerimaan sumber daya alam terdapat dari

berbagai sektor seperti, sektor pertanian, perhutanan, perikanan, dan sektro

pertambangan.106

Tujuan dari pelaksanaan bagi ini adalah agar terciptanya

kesetaraan kemakmuran, hal ini berkaca pada pengalaman Orde Baru yang

mengekspolitasi sumber daya alam secara terspusat.

Perimbangan keuangan berdasarkan asas desentralisasi ditentukan

berdasarkan proporsi pendelegasian kewenangan yang besar pada pemerintahan

daerah sehingga memiliki tanggungjawab yang besar pula. Sejalan dengan hal

tersebut maka konsekuensinya adalah proporsi perimbangan keungan lebih besar

diterima daerah dari pada pusat.107

b. Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan salah satu bentuk dana penerimaan

daerah yang bersumber dari dana perimbangan antara pemerintah pusat dan

daerah. Besaran alokasi dana yang diberikan disesuaikan dengan kondisi dan

potensi pendapatan daerah tersebut. Hal ini bertujuan agar terjadi pemerataan

antar daerah, terutama bagi daerah-daerah yang sedikit potensi sumber

pendapatannya. Baik yang bersumber dari pajak, ataupun hasil buminya.108

106

HAW Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2007), h.,110 107

Peni Chalid, Keuangan Daerah Invesatasi, dan Desentralisasi: Tantanan dan

Hambatan, (Jakarta: Kemitraan, 2005), h., 14 108

Peni Chalid, Keuangan Daerah Invesatasi, dan Desentralisasi: Tantanan dan

Hambatan, (Jakarta: Kemitraan, 2005), h., 16

Page 84: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

70

Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan transfer dari pusat kepada daerah

yang bersifat block grant yang kewenangan pengaturan dan penggunaannya

diserahkankepada pemerintah daerah dalam rangka penyelenggraan pemerintah

daerah. Besarnya Dana Alokasi Umum yang ditetapkan 25% dari Penerimaan

Dalam Negeri (PDN). PDN yang akan dibagi hasilkan kepada daerah adalah PDN

Netto, yaitu PDN bruto yang dikurangi dengan penerimaan yang telah dihasilkan

termasuk dana reboisasi109

. DAU merupakan komponen terbesar dalam dana

perimbangan dan peranannya sangat strategis dalam menciptakan pemerataan dan

keadilan antara daerah. Proporsinya yang cukup besar dan kewenangan

pemanfaatan yang luas sekaligus akan memberikan makna otonomi yang lebih

nyata bagi pelaksanaan pemerintahan didaerah.

Tujuan pengalokasian DAU adalah dalam kerangka pemerataan kemampuan

penyediaan pelayanan publik diantara pemerintah daerah di Indonesia. Indonesia

adalah negara yang kaya akan sumber daya alamnya, potensi SDA yang dimiliki

oleh setiap daerah antara provinsi, kabupaten, kota tidaklah sama. Oleh karen itu,

sumber perimbangan dana pusat-daerah yang berasal dari sumber daya alam juga

akan menimbulkan ketidakmerataan antar-daerah. dalam konteks ini, DAU

dimaksudkan untuk dapat memperbaiki pemerataan perimbangan keuangan yang

ditimbukan oleh bagi hasil sumber daya alam tersebut.110

Varibel-varibel yang digunakan sebagai standar pengukuran kebutuhan

suatu daerah adalah, Pertama, jumlah dan kepadatan penduduk yang

109

HAW Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom , (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2007), h.,47 110

Macfud sidik, ed., DAU Konsep, Hambatan, dan Prospek di Era Otonomi Daerah,

(Jakarta: Kompas 2002), h., 53.

Page 85: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

71

mencerminkan kompleksitas dan kebutuhan pelayanan yang diperlukan. Kedua,

luas wilayah semakin luas maka semakin besar pula biaya yang dibutuhkan.

Ketiga, indeks harga bangunan mereflesikan kondisi geografis suatu daerah.

Keempat, jumlah penduduk miskin yang merupakan target dari pelayan publik

yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakt. Keenam, pengeluaraan rata-

rata daerah yang digunakan untuk pengadaan pelayanan publik.111

Dalam rangka objektivitas dan keadilan dalam pembagian DAU kepada

daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota, maka penetapan formula distribusi

DAU ditetapkan oleh Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) yang

anggotanya terdiri dari dari Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Menteri

Keungan dan Pembinaan BUMN, Sekretaris Negara, Menteri lain sesuai

kebutuhan, perwakilan asosiasi pemerintah daerah dan wakil-wakil daerah yang

dipilih oleh DPRD.112

c. Dana Alokasi Khusus

Dan Alokasi Khusus (DAK) dialokasikan kepada daerah tertemntu untuk

membiayai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah yang telah ditetapkan

oleh APBN. Pengukuran besaran DAK dilakuakan oleh pemerintah dengan

mempertimbangkan beberapa kriteria, umum, khusus dan teknis yang menjadi

tolak ukur dalam memformulasikan DAK yang akan diberikan kepada daerah.113

111

Peni Chalid, Keuangan Daerah Invesatasi, dan Desentralisasi: Tantanan dan

Hambatan, (Jakarta: Kemitraan, 2005), h., 16 112

HAW Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2007), h., 48

113

Peni Chalid, Keuangan Daerah Invesatasi, dan Desentralisasi: Tantanan dan

Hambatan, (Jakarta: Kemitraan, 2005), h., 23

Page 86: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

72

DAK termasuk didalamnya 40% penerimaan negara dari dana reboisasi.

Berbeda dengan dengan dana bagi hasil dan DAU, kewenangan dalam

pengalokasian DAK relatif karena dana tersebut pada dasarnya dikaitkan dengan

pembiayaan kegiatan tersebut (earmarking) termasuk kegiatan reboisasi. Dana

tersebut dimaksudkan untuk membiayai kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan

sebelumnya dengan menggunakan rumus DAU, serta pembiayaan proyek yang

merupakan komitmen atau prioritas nasional. 114

DAK dialokasikan kepada daerah tertentu berdasarkan usul kegiatan dan

sumber-sumber pembiayaan yang diajukan oleh daerah kepada Menteri

Teknis/Instansi, sedangkan pengalokasiannya DAK ditetapkan oleh Menteri

Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan Menteri Teknis/Instansi yang

terkait yang membidangi perencanaan pembangunan nasional. Untuk

memperolah DAK, daerah wajib untuk menyiadakan dana pendamping minimal

10% dari total dana yang diajukan yang di sediakan dari APBD. 115

d. Dana lain-lain yang sah: Dana Hibah, Dana Darurat, Penerimaan yang

sah

Selain dana yang sudah disebutkan diatas, terdapat sumber pemasukan yang

lain bagi daerah. Pertama dana hibah, dana hibah merupakan dana yang diberikan

dari pihak ketiga kepada pemerintah daerah untuk melakukan program-program

tertentu. Kedua dana darurat, dana yang sifatnya mendesak dan harus ada dalam

waktu singakt untuk dipergunakan dalam keadaan tertentu seperti bencana alam.

114

HAW Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2007), h., 48 115

HAW Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, h., 48

Page 87: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

73

Page 88: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

74

BAB IV

PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN DPRD KOTA TANGERANG

PADA TATAKELOLA KEUANGAN DAERAH(APBD) TAHUN

ANGGARAN 2015

A. Ruang Lingkup Pengawasan

Munculnya Trias Politika telah menciptakan pemisahan pada struktural

politik antara kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Melalui pemisahan itu

kemudian muncul fungsi dari masing-masing bidang pemerintahan tersebut.

Pengawasan merupakan fungsi yang muncul dari hasil pembagian kekuasaan

tersebut yang melekat pada aparatur pemerintah untuk mewujudkan suatu

pemerintahan yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat.116

Keberadaan Badan Legislatif didaerah (DPRD) merupakan bentuk

terwujudnya demokrasi secara universal. Peran dan fungsi DPRD sebagai

penyeimbang kekuasaan pemerintah terdapat pada ketiga fungsinya yakni, fungsi

legislasi, budgeting (anggran), dan controling (pengawasan). DPRD sebagai

bentuk dari reprensentasi kekuasaan rakyat dalam membuat Undang-Undang serta

menjalakan semua fungsinya harus mencerminkan keberpihakannya kepada

rakyat. Sehingga fungsi pengawasan yang dilakukannya menjadi sangat penting

dalam proses pelaksanaan Undang-Undang (perda) dan pengelolaan anggaran.117

Dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Bab I dijelaskan

bahwa DRPD merupakan bagian dari unsur penyelenggara Pemerintah Daerah.

116

Mardiasmo, Pengawasan, Pengendalian, dan Pemeriksaan Kinerja Pemerintah

Daerahdalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Andi, 2001), h., 205. 117

Sadu, Wasistono, dan Ondo Riyani, Etika Hubungan Legislatif dalam Pelaksanaan

Otonomi Daerah, (Bandung: Fokus Media, 2003), h., 93

Page 89: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

75

Sehingga dengan posisi demikian DPRD harus membantu mendukung program

dari Pemerintah Daerah. Melalui fungsi dan tugas yang sudah melekatlah DPRD

menjalankan fungsinya sebagai unsur dari penyelengara Pemerintah Daerah.

Dalam menjalankan ketiga fungsinya DPRD diatur oleh berbagai peraturan.

Hal Ini sesuai dengan pernyataan ketua DPRD Kota Tangerang, bahwa payung

hukum dalam melakukan fungsi terutama pengawasan ialah Undang-Undang 23

Tahun 2014, Perturan Menteri Dalam Negeri, Peraturan Pemerintah Nomor 16

Tahun 2010 dan Tata Tertib DPRD .118

Pentingnya berbagai peraturan tersebut

bertujuan agar segala tindakan yang dilakukan DPRD tidak bertentangan dengan

hukum negara. Selain itu, bertujuan untuk mengatur tata kerja dan hasil kebijakan-

kebijakan sehingga tidak bertentangan dengan harapan publik.

Pengawasan merupakan salah satu fungsi pokok yang harus dilaksanakan

dalam suatu kerja sama agar kesinambungan di suatu kegiatan dapat terjaga

sehingga sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Selain itu

pengawasan dilaksanakan untuk mengetahui adanya penyimpangan dalam suatu

pekerjaan. Pengawasan adalah tugas dan wewenang DPRD yang bersifat politis

(terhadap kebijakan) dan bukan merupakan pemeriksaan, sedangkan pemeriksaan

merupakan fungsi dan tugas aparat pengawasan fungsional pemerintah119

.

Pengawasan merupakan seperangkat kegiatan atau tindakan untuk menjamin

agar penyelengaraan suatu kegiatan tidak menyimpang dari tujuan serta rencana

118

Wawancara Pribadi dengan Suparmi ST DPRD Kota Tangerang, 13 Oktober 2016 119

Djumhana, Muhamad, Pengantar Hukum Keuangan Daerah dan Himpunan peraturan

Perundang-undangan di Bidang Keungan Daerah, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007), h.,

45.

Page 90: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

76

yang telah ditetapkan.120

Sebagai wakil rakyat pengawasan yang dilakukan oleh

legislatif pertama-tama berkenaan dengan keputusan yang telah dikeluarkannya

dalam bentuk undang-undang. Eksekutif dan yudikatif yang bertindak sebagai

pelaksana perlu dinilai apakah telah melaksanakan keputusan tersebut. Kedua

pengawasan itu merupakan konsekuensi dari kekuasaan rakyat yang

dioperasikannya. Sebagai pemegang mandat kekuasaan, badan perwakilan

bertanggung jawab atas pemanfaatan mandat tersebut kepada pemberinya.

Adapun bentuk pengawasan yang dapat dilakukan oleh legislatif melaui hak-hak

yang dimiliki DPRD Kota Tangerang diantaranya meliputi, hak bertanya, hak

angket, hak interpelasi, dan mosi.121

Hal ini sesuai dengan pendapat yang

diungkapkan oleh Wakil Ketua 1, bahwa:

Bentuk mekanisme itukan sudah diatur melalui hak-hak yang ada,

hak-hak yang kita punya, misalnya hak angket, hak meminta

keterangan, hak macam-macamlah, hak bertanya. Bentuk

pengawasan itukan tadi ita lewat hearing, atau rapat-rapat yang kita

lakukan. Mulai dari proses perencanaan terus pelaksanaan sampai

nanti pelaporan.122

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan yang

dilakukan DPRD Kota Tangerang dilakukan menggunakan hak-hak yang telah

dimiliki. Hak-hak itu yang mendasari DPRD dalam melakukan hearing atau

dengar pendapat, rapat dengan mitra komisi, bahkan pemanggilan terhadap mitra

kerja komisi DPRD jika dalam pengawasan terdapat temuan atau pelanggaran.

120

Chabib Soleh dan Heru Rochmansjah, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah:

Sebuah Pendekatan Sturktural Menuju Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik, (Bandung:

FOKUSMEDIA, 2010), h.128. 121

Paimin Napitupulu, Menuju Pemerintahan Perwakilan, (Bandung: Alumni, 2007), h., 56. 122

Wawancara Pribadi dengan Hapipi Wakil Ketua I DPRD Kota Tangerang, 13 Oktober

2016

Page 91: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

77

Fungsi, tugas, wewenang dan hak yang dimiliki DPRD Kota Tangerang

haruslah dijalankan dengan optimal, terutama fungsi pengawasan terhadap

tatakelola keuangan daerah. Hal ini agar terwujudnya pemerintahan daerah yang

efektif, efesien, transparan dan akuntabel sehingga terciptanya Good and Clean

Governance.

Fungsi pengawasan DPRD telah di atur oleh Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang menjelaskan bahwa Dalam

melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan

laporan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana dimaksud pada

(1), DPRD kabupaten/kota berhak mendapatkan laporan hasil pemeriksaan

keuangan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Selain itu, Peraturan

Pemerintah No. 6 tahun 2010 dan Tata Tertib DPRD Kota Tangerang. Hal diatas

dipertegas oleh pendapat Wakil Ketua I DPRD Kota Tangerang, yang mengakatan

bahwa fungsi DPRD tebagi tiga yakni, fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan

yang semuanya di atur dalam Undang-Undang MD3 tentang Susduk dan Undang-

undang 23 tahun 2014.123

Tata Tertib DPRD Kota Tangerang BAB II Pasal 3 ayat 1 Huruf C

menjelaskan bahwa fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan

Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Peraturan Walikota dan

kebijakan yang ditetapkan oleh Walikota.124

123

Wawancara Pribadi dengan Hapipi Wakil Ketua I DPRD Kota Tangerang, 13 Oktober

2016 124

Peraturan DPRD Kota Tangerang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib DPRD Kota

Tangerang Bab III Pasal 3 ayat 1 huruf c.

Page 92: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

78

Di Kota Tangerang hubungan antara legislatif dengan eksekutif dapat

dikatakan cukup baik. Menurut Ketua DPRD Kota Tangerang, hubungannya

cukup baik karena dalam undang-undang dijelaskan bahwa DPRD dan Pemerintah

Daerah sebagai penyelenggraan urusan pemerintah. Pada dasarnya baik DPRD

atau Pemerintah Kota Tangerang memiliki visi untuk melakukan perubahan dan

menjadikan Kota Tangerang menjadi lebih baik lagi, tentu dengan meningkatkan

pelayanan publik, pembangunan stuktur dan infrasturktur. Sehingga dalam

prosesnya saling memberi masukan dan saran agar checks and balances dapat

berjalan dengan dasar kerjasama yang baik.125

Pernyataan diatas menggambarkan bahwa hubungan kemitraan yang cukup

baik yang dibangun antara legisatif dan eksekutif menjadi faktor yang membantu

terciptanya lingkungan sosial politik yang kondusif. Dengan demikan keputusan

dan kebijakan yang diambil pemerintah dapat langsung diimplementasikan kepada

masyarakat Kota Tangerang.

Melalui fungsi pengawasan yang dilakukan DPRD Kota Tangerang

khususnya dalam hal tatakelola keuangan APBD, maka sudah menjadi kewajiban

DPRD Kota Tangerang selalu memberikan saran, teguran serta tindakan pada

temuan-temuan yang diperoleh dalam proses pengawasan baik pada saat

perencanaan, pelaksanaan dan pertanggung jawaban dana APBD Kota Tangerang

agar dana APBD dapat tepat sasaran dan tidak terjadi penyimpangan.

Pengawasan terhadap proses penggunanaan APBD bukan hanya dilakukan

oleh DPRD Kota Tangerang. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan

125

Wawancara Pribadi dengan Suparmi ST Ketua DPRD Kota Tangerang, 13 Oktober 2016

Page 93: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

79

Provinsi Banten juga memiliki kewenangan dalam proses pengawasan. Hal ini

dilakukan untuk menjamin bahwa proses pelaksanaan APBD berjalan sesuai

perencanaan. Selain itu, membantu DPRD dalam memberikan laporan

penggunaan APBD, termasuk memberikan catatan kepada DPRD Kota Tangerang

jika terdapat temuan-temuan penyalahgunaan anggaran. Hal tersebut dipertegas

oleh Ketua DPRD Kota Tangerang Suparmi ST :

Hasil laporan BPK, atau LHP-BPK itukan biasanya dilaporkan ke

kita ada yang pertriwulan ada yang pertahun, dari hasil itu nanti

disampaikan ke kita ke DPRD oleh BPK, kita kan diundang kesana.

Nah jadi hasil laporan itu apakah ada temuan atau tidak. Kalau

tidak ada berarti kan bagus. Ketika ada temuan kita akan

selesaikan. Karena gini, nantikan BPK itu akan memberikan

catatan, misalnya temuan ini harus ditindak lanjuti 60 hari kedepan

harus selesai,misalnya.126

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa perlu adanya pengawasan diluar

DPRD untuk menjamin bahwa tidak ada proses negosiasi yang dilakukan pihak

eksekutif dan legislatif, serta memperkuat temuan dalam proses pengerencanaan,

pelaksanaan dan pelaporan anggaran pendapatan dan belanja daerah. Pada

kenyataanya hal ini ternyata berlangsung sebagaimana aktifitas yang dilakukan

oleh BPK, pada kasus pengeluaran dana diklat dan reses tahun anggaran 2014

yang dilakukan oleh anggota DPRD Kota Tangerang. Hal ini membuktikan bahwa

proses pengawasan DPRD Kota Tangerang terhadap eksekutif berlangsung

transparan.

Berbeda dari fungsi legislasi yang menghasilkan undang-undang atau Perda,

dan anggaran yang menghasilkan pengesahan APBD. Fungsi pengawasan dapat

126

Wawancara Pribadi dengan Suparmi ST DPRD Kota Tangerang, 13 Oktober 2016

Page 94: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

80

dinilai hanya melalui temuan-temuan dari apa yang menjadi objek pengawasan.

Hal ini diungkapkan oleh Wakil Ketua I :

Pengawasan kan tidak sama seperti fungsi membuat undang-

undang yang menghasilkan perda atau anggaran yang

menghasilkan kesepakatan penggunaan anggaran. Kalau hasil dari

pengawasan itu ya berdasarkan temuan saja dari pembuatan perda

itu dan penggunaan anggaran APBD itu. Kalau ada ya kita tindak

melalui mekanisme yang ada. Jika tidak berarti kan bagus tuh, itu

saja.127

Sebagai contoh, pada tahun anggaran 2014 terdapat temuan BPK terkait

dengan penggunaan anggaran APBD sebanyak delapan temuan. Salah satu

temuan penyimpangan anggarantersebut, dilakuan oleh anggota dewan pada

kegiatan diklat dan reses TA 2014. Jumlah anggota dewan yang terlibat sebanyak

15 anggota dewan untuk diklat dengan total anggaran sebesar Rp. 209.195.000,

termasuk Ketua DPRD Kota Tangerang. Sedangkan untuk kegiatan reses

melibatkan 5 anggota dewan dengan total anggaran mencapai Rp. 91.002.725,00.

Meskipun pada akhirnya DPRD Kota Tangerang mengembalikan uang sejumlah

temuan kepada Kas Daerah.128

Adanya temuan menjadi indikator penting untuk melihat keberhasilan

pengawasan yang dilakukan oleh DPRD Kota Tangerang. Temuan BPK

membuktikan bahwa fungsi pengawasan DPRD Kota Tangerang belum berjalan

dengan baik. Jika sebagai lembaga yang memiliki fungsi pengawasan sudah

melakukan pelanggaran bagaimana dengan lembaga yang diawasi.

127

Wawancara Pribadi dengan Hapipi Wakil Ketua I DPRD Kota Tangerang, 13 Oktober

2016 128

Berita Online. “ Waduh Ada Temuan BPK pada di Anggran Pemkota Tangerag” diakses

dari http://www.Kabar6.com/tangerang/kota/16003-waduh-ada-temuan-bpk-di-anggran-pemkot-

tangerang-2014, pada 20 Oktober 2016

Page 95: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

81

B. Mekanisme Pengawasan dan Stategi Pengawasan

1. Proses Pengawasan

Pengawasan yang dilakukan DPRD merupakan yang ditetapkan oleh

Undang-Undang, pengawasan dimaksudkan agar dalam pelaksanaan APBD yang

dilakukan oleh eksekutif tidak terjadi penyimpangan dan penyalahgunaan dana

APBD. Pengawasan DPRD merupakan tindakan pencegahan, tindakan korektif,

serta tindakan evaluasi. Pengawasan ini dilakukan DPRD Kota Tangerang sejak

para anggota dewan dilantik. Hal ini diungkapkan oleh Ketua DPRD Kota

Tangerang:

Fungsi Pengawasan itu kita lakukan saat kita menjadi anggota

dewan. Kan ada tuh fungsi pengawasan dalam proses perencanaan,

pelaksanaan, sama saat laporan pertanggung jawaban, semua kita

awasi. Biar ga terjadi kesalahan dalam proses penggunaan

anggaran APBD gtu kan.129

Kegiatan-kegiatan DPRD dalam kerangka pengawasan daerah mengikut

berbagai mekanisme. Pertama, jenis-jenis rencana daerah yang meliputi

pengawasan terhadap APBD pada akhir tahun anggaran, dan pengawasan

terhadap RENSTRA unit kerja dijalankan hanya pada kegiatan atau program yang

dananya bersumber pada APBD. Kedua, macam kegiatan daerah yang

pengawasannya ditunjuka pada kegiatan-kegiatan dalam kerangka desentralisasi.

Selain itu, pengawaan DPRD pada kegiatan-kegiatan dalam kerangka pelaksanaan

desentralisasi.

Ketiga,periode pengawasan yang terbagi menjadi pengwasan periodik yang

dijalankan pada setiap akhir tahun masa jabatan, dan pengawasn isidentil yang

129

Wawancara Pribadi dengan Suparmi ST DPRD Kota Tangerang, 13 Oktober 2016

Page 96: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

82

dijalankan dalam kerangka fungsi monitoring. Keempat, sumber informasi bagi

pengawasan yang dijalankan berdasarkan masukan dari media masa, laporan

pribadi, masyarakat, LSM dan organisasi kemasyarakat serta laporan dari

lingkungan masyarakat.130

Pembagian tugas anggota dewan dalam melakukan fungsinya dijelaskan

dalam tata tertib DPRD BAB VII tentang kelengkapan dewan. Pasal 42

menjelaskan tentang kelengkapan DPRD yang terdiri dari pimpinan, badan

musyawarah, komisi, badan pembentukan perda, badan anggaran, badan

kehormatan, dan alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat

paripurna. Alat kelengkapan DPRD ini dibentuk untuk memastikan pembagian

kerja dan optimalisasi kinerja DPRD agar terlaksana dengan baik dan sesuai

dengan peraturan yang ada. Adapun kepimpinan alat kelengkapan DPRD dalam

hal ini bersifat kolektif dan kolegial.131

Proses pengawasan yang dilakukan DPRD Kota Tangerang dilakukan

dengan berdasarkan tahapan-tahapan, Hal ini juga diungkapkan oleh Wakil Ketua

I DPRD KotaTangerang, bahwa pengawasan yang dimulai sejak perencanaan

APBD, pelaksanaannya, hingga laporan pertanggungjawaban. 132

Langkah-

langkah ini dilakukan untuk memastikan kesesuaian antara proses-proses yang

sudah direncanakan dalam penetapan ABPD. Sebagai lembaga yang ikut dalam

proses pengesahan dan penetepan DPRD bertanggungjwab pula terhadap APBD.

130

Wawancara Pribadi dengan Hapipi Wakil Ketua I DPRD Kota Tangerang, 13 Oktober

2016 131

Tata Tertib DPRD Kota Tangerang Bab VII Pasal 41 ayat 1. 132

Wawancara Pribadi dengan Hapipi Wakil Ketua I DPRD Kota Tangerang, 13 Oktober

2016

Page 97: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

83

a. Tahapan Perencanaan

Penguatan tugas dan fungsi DPRD merupakan salah satu agenda pemerintah

untuk dapat mewujudkan desentralisasi. Semenjak adanya otonomi daerah, maka

tanggungjawab yang dibebankan kepada daerah atas keberlangsungan kehidupan

di setiap daerah menjadi lebih besar, sehingga diharapkan DPRD dapat lebih

berperan yang sebelum adanya otonomi peran DPRD sangat terbatas. Sekretariat

DPRD merupakan SKPD yang berperan dan membantu DPRD dalam

menjalankan tanggung jawab dan fungsinya tersebut. Oleh sebab itu, sekretariat

DPRD dalam menentukan perencanaan program pun harus dapat menyesuaikan

dengan kebutuhan DPRD.

Pengawasan pada tahap ini dilakukan DPRD Kota Tangerang melalui

mekanisme rapat paripurna dengan memastikan kesesuain perencanaan belanja

dengan besaran anggaran belanja yang direncanakan. Hal ini selaras dengan

pendapat Ketua Komisi III menurutnya,

Ini kepala daerah ada walikota, akil walikota, dan Sekda ini tiga

serangkai. Kemudian disini ada Pimpinan Dewan, ketua dan wakil

ketua empat orang. Naaah ketika ingin melakukan perubahan

anggran mereka kongkoh dulu, apa-apa saja yang perlu dirubah,

kalau ok jalan, ah itu “mesra namanya. Kalau ketidak mesraan itu

terjadi manakala, mau ada perubahan anggaran dewan tidak diajak,

kemudian tau-tau dikirim pembahasan, kalau mentok pembahasa,

ini yang bahaya. Makanya kalau disini cukup baik.133

Sebagaimana diatur dalam undang-udang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 152

mengenai fungsi anggaran yang berbunyi Fungsi anggaran sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 149 ayat (1) huruf b diwujudkan dalam bentuk pembahasan untuk

133

Wawancara Pribadi dengan Drs. Sholihin Msi Ketua Komisi III DPRD Kota Tangerang

Bidang Keuangan dan Perekonomian, 6 Oktober 2016

Page 98: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

84

persetujuan bersama terhadap Rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang APBD

Kabupaten/Kota yang diajukan oleh bupati/wali kota. Ayat ke (2) Fungsi anggaran

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan dengan cara:

a. membahas KUA dan PPAS yang disusun oleh bupati/wali kota

berdasarkan RKPD;

b. membahas rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang APBD

kabupaten/kota;

c. membahas rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang perubahan

APBD kabupaten/kota; dan

d. membahas rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kabupaten/kota

Sebagaimana dikatakan oleh Ketua DPRD Kota Tangerang :

Kalau untuk mekanisme tatakelola keuangan, jadi gini ada yang

namanya laporan pertanggung jawaban walikota, ada LHPBK, ada

juga kita evaluasi dengan mitra kerja. Jadi kan kalau DPRD itu kan

ada komisi, ada alat kelengkapan dewan salah satunya komisi, jadi

evaluasi mitra itu melalui komisi. Kalau pimpinan, masing-masing

pimpinan membawahi koordinator masing-masing komisi, nah itu

salah satu mekanismenya melalui mitra kerjanya melalui alat

kelengkapan dewan.134

Berdasarkan pernyataan diatas dapat dilihat bahwa proses mekanisme

pengawasan yang dilakukan DPRD Kota Tangerang dilakukan melalui alat-alat

kelengkapan yang sudah ditetapkan oleh DPRD. Kerjasama yang dilakukan oleh

komisi dengan mitra kerja merupakan bentuk dari pengawasan DPRD dalam

memastikan penggunaan anggaran berjalan dengan baik dan tepat sasaran.

134

Wawancara Pribadi dengan Suparmi ST DPRD Kota Tangerang, 13 Oktober 2016

Page 99: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

85

b. Tahapan Pelaksanaan

Pelaksanaan anggaran sepenuhnya menjadi tanggungjawab kepala SKPD

untuk dapat mempertanggungjawabkan kepada Kepala Daerah. Permendagri no.

21 tahun 2011 tentang perubahan kedua atas permendagri no. 13 tahun 2006

tentang pedoman pelaksanaan keuangan daerah Pasal 122 Ayat 5 disebutkan

bahwa jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi

untuk setiap pengeluaran belanja daerah.135

Dalam hal ini, Pemerintah Daerah

hanya bisa melaksanakan anggaran yang sudah ditetapkan bersama dengan

DPRD. Ketua DPRD Kota Tangerang mempertegas dengan pernytaannya berikut

ini;

Jadi gini, misalkan anggaran APBD tahun 2016 sebesar 3,4 triliun

ya kan, untuk belanja langsung berapa, untuk belanja tidak

langsung berapa. Nah setelah itu kan dikaitkan, sepanjang tahun itu

dia harus habis, sejauh itu juga DPRD dalam melakukan

pengawasannya. Lalu ada hasil laporan BPK, jadi LHP-BPK

itukan biasanya dilaporkan ke kita ada yang pertriwulan ada yang

pertahun, dari hasil itu nanti disampaikan ke kita ke DPRD oleh

BPK, kita kan diundang kesana. Nah jadi hasil laporan itu apakah

ada temuan atau tidak. Kalau tidak ada berarti kan bagus. Ketika

ada temuan kita akan selesaikan. Karena gini, nantikan BPK itu

akan memberikan catatan, misalnya temuan ini harus ditindak

lanjuti 60 hari kedepan harus selesai,misalnya. 136

Pernyataan ini membuktikan bahwa proses pelaksanaan APBD dilakukan

oleh SKPD, sedangkan DPRD bertugas fokus untuk mengawasi jalannya

penggunaan anggaran APBD yang dilakukan oleh setiap SKPD. Kegiatan-

kegiatan itu akan disampaikan kepada DPRD jika sudah diprogramkan dan

dijalankan.

135

Peraturan Menteri dalam Negeri tentang Pemerintah Daerah No 21 Tahun 2011 136

Wawancara Pribadi dengan Suparmi ST DPRD Kota Tangerang, 13 Oktober 2016

Page 100: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

86

Proses pelaksanaan pengawasan anggaran setelah semester awal biasanya

dilakukan perubahan APBD untuk memaksimalkan pencapaian penggunaan target

dana APBD. Hal ini dilakukan DPRD Kota Tangerang melalui penetepan Raperda

menjadi Perda Kota Tangerang tentang Perubahan ABPD Tahun Anggaran

2015.137

Kegiatan ini dilakukan bersama dengan Pemerintah Kota Tangerang. Hal

ini selaras dengan pendapat Ketua Komisi III menurutnya,

Ini kepala daerah ada walikota, akil walikota, dan Sekda ini tiga

serangkai. Kemudian disini ada Pimpinan Dewan, ketua dan wakil

ketua empat orang. Naaah ketika ingin melakukan perubahan

anggran mereka kongkoh dulu, apa-apa saja yang perlu dirubah,

kalau ok jalan, ah itu “mesra namanya. Kalau ketidak mesraan itu

terjadi manakala, mau ada perubahan anggaran dewan tidak diajak,

kemudian tau-tau dikirim pembahasan, kalau mentok pembahasa,

ini yang bahaya. Makanya kalau disini cukup baik.138

Sesuai pernyataan tersebut dapat disampilkan bahwa setiap pembahsan

keuangan terutama yang bersumber pada APBD harus dilakukan bersama antara

eksekutf dan legislatif dengan memperhatikan asas check and balances. Atas

dasar itulah hubungan antara eksekutif dan legislatif dapat berjalan baik dan

proporsional sesuai dengan konsep tujuan pemisahan kekuasaan. Pernyataan dari

Ketua Komisi III dipertegas oleh Wakil Ketua I bahwa, APBD yang telah

dirapatkan bersama dengan Walikota dan SKPD terkait besaran dan rencana

alokasi anggrannya tersebut harus dilakukan pengawasan agar teralokasikan

dengan baik dam tepat sasaran.139

137

Risalah Tahunan DPRD Kota Tangerang, Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Kota

Tangerang Tahun2015 138

Wawancara Pribadi dengan Drs. Sholihin Msi Ketua Komisi III DPRD Kota Tangerang

Bidang Keuangan dan Perekonomian, 6 Oktober 2016 139

Wawancara Pribadi dengan Hapipi Wakil Ketua I DPRD Kota Tangerang, 13 Oktober

2016

Page 101: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

87

c. Tahapan Pertangungjawaban

Pertanggungjawaban merupakan tahapan akhir dari proses pengawasan.

Bagian ini menjadi bagian paling penting dari penggunaan anggaran karena pada

tahap ini dapat diketahui tingkat keberhasilan, dan tercapai tidaknya seluruh

program yang telah direncanakan. Salah satu bentuk pertanggungjawaban adalah

berupa catatan-catatan pelaksanaan anggaran baik dari hasil temuan DPRD

ataupun Badan Pemeriksa Keuangan. Hal ini diungkapkan Ketua DPRD Kota

Tangerang berikut ini:

Nah itu setelah kita terima langsung kita evaluasi bersama antara

tim anggaran dengan tim TAPD kalaupun ada waktu bersamaan

dengan pembahasan anggran kita undang semua SKPD yang

memang ada temuan. Itupun, melalui LHP BPK. Kalau melalui LPJ

Walikota, dari itu per enam bulan LPJ dilaporkan ke kita. LPJ sama

LKJP, jadi dua. Kalau LKPJ laporan, laporan kerja

pertanggungjawaban, kalau LPJ laporan pertanggung jawab dari

sisi keuangannya, dari situ nanti baru disampaikan ke kita baru kita

bikin pansus.140

Berakhirnya tahun anggaran pelaksanaan APBD, pemimpin daerah

termasuk Walikota melakukan kegiatan yakni Laporan Keterangan

Pertanggungjawaban (LKPJ) kepada DPRD yang dilakukan dalam sidang

paripurna DPRD. Kegiatan ini sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dan dipertegas oleh

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Laporan Penyelenggaraan

140

Wawancara Pribadi dengan Suparmi ST DPRD Kota Tangerang, 13 Oktober 2016

Page 102: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

88

Pemerintah Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada masyarakat. 141

Walikota menyampaikan Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan

APBD kepada DPRD berupa Laporan Keuangan yang telah diperiksa oleh Badan

Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran

berakhir. Adapun laporan keuangan yang harus meliputi realisasi APBD, Neraca,

Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan

Laporan kinerja dan ikhtisar laporan keuangan BUMD atau perusahaan Daerah.142

Selanjutnya, DPRD selaku badan legislatif berkewajiban untuk menanggapi

laporan pertanggungjawaban yang disampaikan kepada walikota sebagai bentuk

pengawasan yang bersifa evaluasi. Dalam laporan Hasil Pembahasan DPRD Kota

Tangeranatas LKPJ Walikota, DPRD Kota Tangerang merekomendasikan

beberapa saran, masukan dan kritik atas pelaksanaan APBD agar dapat menjadi

bahan evaluasi untuk pelaksanaan APBD yang akan datang.

Hal ini sesuai dengan saran DPRD Kota Tangerang pada Walikota

mengedapkan penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang bersih, transparan, dan

akuntabel harus selalu dikedepankan. DPRD merekomendasian kepada Walikota

agar untuk terus meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap

aparaturnya dalam pelaksanaan dan penyerapan anggaran yang telah ditetapkan

sehingga alokasi anggaran yang disediakan dapat dimanfaatkan untuk

141

Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 Tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah

Daerah kepada DPRD, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada

masyarakat, Penjelasan Umum 142

Tata Tertib DPRD Kota Tangerang Bagian Ketiga Penetapan RAPBD Pasal 156 ayat (1)

dan (2).

Page 103: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

89

pembangunan Kota Tangeran dan mendorong pertumbuhan ekonomi Kota

Tanegrang.

2. Bentuk Pengawasan

Perwujudan dari hak-hak yang dimiliki DPRD seperti hak angket, hak

bertanya, interpelasi dan mosi dapat di lihat dari beberapa bentuk. Beberapa hal

yang dilakukan DPRD Kota Tangerang dalam menjalankan fungsi

pengawasannya dilakukan melalui kegiatan-kegiatan seperti dibawah ini;

a. Kunjungan Kerja (Kunker)

Kunker atau kunjungan kerja merupakan bentuk rangkaian kerja yang

dilakukan DPRD Kota Tangerang dalam rangka peningkatan kualitas kerja

anggota dewan. Kunker bertujuan mencari solusi terkait dengan permasalahan

yang sedang dihadapi. Misalnya pada 12 Maret 2015 Komisi II DPRD Kota

Tangerang melakukan kunker ke Dinas Pendidikan Kota Tangerang dalam

rangka mencari masukan dan tukar pendapat terkait mekanisme penyaluran dana

Bosda untuk sekolah swasta di Kota Tangerang. Kukner dalam hal ini dilakukan

dengan mitra kerja terkait. 143

Selain itu, ada pula kujungan kerja yang sifatnya keluar daerah seperti yang

dilakukan Komisi III pada 3 maret 2015, saat berkunjung ke BPMP2T Kota

Depok untuk berkoordinasi terkait dengan IMB dan retribusi di kota depok.144

Melalui kunjungan kerja ini DPRD Kota Tangerang berusaha melihat langkah-

langkah startegis DPRD Kota Depok dalam menjalankan program yang berkaitan

143

Arsip Berita DPRD Kota Tangerang Komisi II 144

Arsip Berita DPRD Kota Tangerang Komisi III

Page 104: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

90

dengan BPMP2T. Selain itu, kunjungan ini juga langkah meningkatkan kualitas

kerja DPRD, serta mencari masukan-masukan terkait dengan program pemerintah

Kota Tangerang. Hasil dari kunker ini yang akan menjadi bentuk pembelajaran

dan pembahasan dengan mitra setiap komisi.

b. Hearing

Dalam melakukan pengawasan DPRD melalui komisi juga melakukan

hearing atau dengar pendapat berupa pengaduan dari masyarakat baik yang

terorganisir seperti Serikat Buruh, LSM, ataupun sekelompok masyarakat yang

memberikn laporan proses pelaksanaan kebijakan dan program-program daerah.

Laporan tersebut disesuaikan berdasarkan fungsi dari bidang setiap komisi.

Kegiatan ini adalah upaya dalam mendengar aspirasi, untuk melihat proses dari

kebijakan pemerintah Kota Tangerang yang sudah diterapkan dimasyarakat.

Berdasarkan pengaduan ini DPRD dapat meninjau kembali kebijkan tersebut

sehingga bisa sesuai dengan aspirasi masyarakat.

c. Sidak

Sidak atau inspeksi mendadak merupakan pengawasan yang tidak

terjadwalkan, dilakukan secara langsung oleh DPRD Kota Tangerang,terhadap

suatu instansi pemerintahan ataupun perusahaan swasta. Sidak dilakukan

berdasarkan adanya laporan ataupun tanpa laporan untuk memastikan bahwa tidak

ada penyimpangan dalam proses pelaksanaan kegiatan. Inspeksi mendadak

merupakan bentuk pengawasan nyata DPRD Kota Tangerang untuk memastikan

proses penyelenggaraan program dan kebijkan Pemerintah KotaTangerang

berjalan berdasarkan perencanaan.

Page 105: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

91

Sidak sering dilakukan oleh DPRD Kota Tangerang, seperti yang dilakukan

di RSUD Kota Tangerang pada 3 september 2015. Hal ini dilakukan Komisi II

DPRD Kota Tangerang berdasarkan laporan keluhan warga terkait pelayanan

RSUD yang tidak maksimal karena kurangnya fasilitas kesehatan di RSUD

tersebut.145

d. Rapat Kerja dengan Mitra Kerja

Rapat kerja dengan mitra kerja dilakukan setiap komisi untuk memastikan

bahwa capaian kinerja dapat tercapai. Selain itu, rapat kerja merupakan

komunikasi yang dibangun untuk melihat tantangan dan hambatan yang

didapatkan oleh SKPD dalam proses pencapaian terget kinerja. Hal ini dijelaskan

oleh Ketua Komisi III DPRD Kota Tangerang.

Pengawasan yang kami lakukan sebagai anggota dewan, kami lakukan

dengan cara memanggil atau memberikan surat panggilan kepada

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/ Organisasi Perangkat Derah

(OPD) untuk memberikan laporan pencapainnya kinerjanya kepada

kami, tentu melalui mekanisme rapat. Dari situlah kami bisa menilai

kinerja terutama kaitanya dengan tatakelola keuangan. Misalkan Dinas

Perhubungan dan BPKD, kami minta laporannya pertiga bulan. Lalu

kita liat nih pencapainnya dari target rata-rata pencapainnya itu

mencapai 80% pertiga bulan itu. Misalkan Dishub kita kasih target 2

Miliar pertahun, dan tinggal dibagi aja pertiga bulan kan bisa terlihat

tuh, dan sejauh ini pencapainnya diatas 80%.146

Berdasarkan pedapat diatas, rapat kerja menjadi upaya penting dalam proses

pengawasan. Evaluasi kinerja SKPD selaku pengguna anggaran harus dilakuakan

secara rutin dan terjadwal agar pencapain kinerja serta penggunaan anggrana

145

Arsip Berita DPRD Kota Tangerang Komisi II 146

Wawancara Pribadi dengan Drs. Sholihin Msi Ketua Komisi III DPRD Kota Tangerang

Bidang Keuangan dan Perekonomian, 6 Oktober 2016.

Page 106: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

92

dapat efektif dan efesien. Sehingga masyarakat dapat merasakan hasil dari

penggunaan anggaran APBD secara nyata.

Rapat kerja yang dilakukan DPRD bisa juga dilakukan melalui mekanisme

pemanggilan menggunakan surat kepada mitra dari masing-masing komisi.

Misalnya, pada tanggal 2 september 2015 Komisi II memanggil RSUD Kota

Tangerang terkait proses pelayanan di RSUD Kota Tangerang. Hal ini dilakukan

karena adanya aksi demo mahasiswa yang mengadvokasi pasien yang tak

tersentuh program pelayanan kesehatan karena terkendala masalah administrasi.147

C. Tantangan dan Hambatan dalam Proses pengawasan

Dalam menjalankan berbagai fungsinya DPRD Kota Tangerang tentu

dihadapkan dengan berbagai tantangan dan hambatan, baik dari internal DPRD itu

sendiri ataupun dari luar DPRD. Diantara tantangan dan hambatannya, antara lain:

1. Kemampuan dari Anggota DPRD dalam menjalankan Fungsi dan Perannya

Munculnya masalah ini biasanya disebakan karena latarbelakang pendidikan

ataupun pengetahuan dari anggota dewan serta pengalaman dari anggota dewan

yang berbeda-beda. Pengetahuan yang luas serta ke mampuan kerja yang baik

akan memberikan hasil kerja yang maksimal ataupun sebaliknya. Masalah ini

muncul di DPRD Kota Tangerang seperti pendapat Drs. Sholihin Msi berikut ini :

Ketika kita tidak mampu, tidak cukup pengetahuan untuk melakukan

pengawasa. Pengetahuan menentukan Melakukan Pengawasan kan

kan harus lebih pandai dari yang diawasi, ya anggota dewan kalau

“ecek-ecek” ya bagaimana mau ngawasin. Ya SKPD/OPD kan

terlatih, kaya gini nih, hari ini bang Yani dan bang Maman, sekarang

mereka jadi staff disini, ketika ada pengangkatan besok-besok mereka

147

Arsip Berita DPRD Kota Tangerang Komisi II

Page 107: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

93

jadi kepala dinas, hal-hal kaya gini mereka sudah paham betul, mereka

lebih paham.Sementara dewan kan Cuma lima tahun, iya kalau dipilih

dua periode kalau ga kan banyak orang baru ya bisa jadi tukang

bakso,tukang becak, kan banyak tuh kemaren kaya gitu.148

Pengetahuan dan kemampuan teknik yang dimiliki anggota dewan memang

menjadi merupakan faktor diinternal yang akan menunjung kinerja DPRD.

Kemampuan anggota dewan dalam memahami peran dan fungsi dari DPRD

menjadi modal dasar dalam menjalankan tugasnya.

2. Sulitnya Koordinasi Antar anggota

Komunikasi antara sesama anggota DPRD ataupun dengan pihak eksekutif

merupakan hal penting dalam proses pelaksanaan fungsi pengawasan. Komunikasi

yang berjalan baik akan menghasilkan kinerja yang baik begitupun jika yang

terjadi sebaliknya. Sulitnya koordinasi antar anggota di DPRD Kota Tangerang

menjadi kesulitan dalam proses menjalankan fungsi pengawasan.Hal ini

diungkapkan oleh ketua DPRD Kota Tangerang ibu Suparmi.

Sejauh ini hasil kinerja dewan kalau ibu bilang sih masih bagus tidak

jelek juga tidak, jadi masih sedang-sedang aja kalau menurut ibu ya.

Karena kan mereka itukan semua punya. Okelah kalau kita sudah

masuk lembaga itu mereka satu lembaga. Tapi latar belakang mereka

ini kan masing-masing kita berbeda warna. Walaupun memang satu

tujuan gitu ya. Tetap mereka punya visi dan misi sendiri-sendiri, gitu

ya jadi tetap aja kita ga bisa. Karenakan DPRD itu kan kolektif

kolegial ya, semua mereka adalah elit-elit partai masing-masing

tingkatannya kan,ga bisa. Beda dengan pak wali, bukan pak wali

dengan walikota, mereka satu komando, ketika pak wali bilang, saya

maunya Kota Tangerang, bersih gitu kan. Cuma kan semua yang

eeemm terkait semua akan bekerja, tapi kalau DPRD kan ga bisa

begitu. Saya maunya kita begini, yang bilang oooh ga bisa, kita harus

musyawarah mufakat, karena kolektif kolegan itu tadi.149

148

Wawancara Pribadi dengan Drs. Sholihin Ketua Komisi III Kota Tangerang, 22

Setpember 2016 149

Wawancara Pribadi dengan Suparmi ST DPRD Kota Tangerang, 13 Oktober 2016

Page 108: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

94

Dari pernyataan diatas dijelaskan bahwa kepentingan partai tidak bisa

dilepaskan dari proses pengambilan kebijakan DPRD Kota Tangerang. Oleh

karena itu, kedispilinan anggota DPRD serta penerapan sanksi kode etik terhadap

anggota yang melakukan tindakan pelanggaran merupakan usaha yang harus

dilakukan agar terbentuk kinerja yang baik dengan mendasarkan kepentingan

masyarakat diatas kepentingan partai.

3. Banyak Kepentingan antar Fraksi

Faktor lain yang sudah pasti ada adalah banyaknya kepentingan antar fraksi.

Sering kali dalam hal ini keputusan-keputusan yang diambil anggota dewan

mementingkan kepada kepentingan politis dari masing-masing frasksi. Hal ini

juga diungkapkan Ketua DPRD Kota Tangerang: “latar belakang mereka ini kan

masing-masing kita berbeda warna. Walaupun memang satu tujuan gitu ya. Tetap

mereka punya visi dan misi sendiri-sendiri, gitu ya jadi tetap aja kita ga bisa.”150

Penjelasan itu membuktikan bahwa latar belakanga anggota dewan yang

berasal dari partai politika mempengaruhi fraksi yang terbentuk didalam dewan.

Telah diketahui bahwa fraksia dalah kepanjangan dari setiap partai politik yang

memenangkan pemilu. Umumnya fraksi yang mayoritas besar (pemenang pemilu)

dapat dan sangat mempengaruhi kepentingan yang terdapat di dewan. Hal tersebut

juga sering terjadi didalam DPRD kota Tangerang.

Setiap fraksi adalah cerminan dari partai politik yang ada di dalam dewan,

maka dapat dikatakan bahwa visi dan misi partai juga menjadi bagian tujuan dari

fraksi yang ada di dewan. Tujuan fraksiakan dan selalu terhubung dengan visi

150

Wawancara Pribadi dengan Suparmi ST DPRD Kota Tangerang, 13 Oktober 2016.

Page 109: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

95

misi partai, Sehingga dengan banyaknya fraksi di dewan maka akan memunculkan

banyak kepentingan. Akhirnya, kepentingan-kepentingan ituakan menghambat

jalannya pengawasan di dalam DPRD kota Tangerang.

D. Analisis Kritis terhadap Pola Penangan Kaitannya dengan Fungsi

Pengawasan

Proses Pengawasan yang dilakukan DPRD Kota Tangerang memang telah

dilaksanakan berdasarkan payung hukum yang ada, seperti UU 23 Tahun 2014

tentang pemerintah daerah, PP No 16 Tahun 2016, serta Tata Tertib dan Kode

Etik yang berlaku. Akan tetapi, proses hasil dari pengawasan seharusnya dapat

menjadi sebuah bentuk laporan yang bisa diakses oleh publik sehingga dapat

dikatakan transparan dan akuntabel. Hasil penelitian menunjukan ada beberapa

catatan penting yang menjadi indikator bahwa terdapat kekurangan dalam

pencapaian dari fungsi pengawasan yang dilakukan DPRD,diantaranya:

1. Tidak Transparans

Keterbukaan dalam melakukan tindakan menjadi hal penting dalam menilai

hasil kinerja. Proses fungsi pengawasan yang dilaksanakan dengan transparan

akan memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi dari hasil temuan

dalam melakukan pengawasan DPRD. Akan tetapi, berdasarkan penelitian

terdapat ketidaktransparan anggota dewan dalam memberikan informasi laporan

dari kinerja anggota dewan kepada publik.

Misalnya , saat wawancara dengan Ketua Komisi III, Wakil Ketua I dan

anggota yang menyatakan tidak ada temuan saat melakukan fungsi pengawasan

Page 110: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

96

terhadap penggunaan APBD tahun 2014 oleh pemerintah Kota Tangerang atau

anggota dewan. Padahal pada tahun 2015 Badan Pemeriksa Keuanga (BPK) RI

Perwakilan Provinsi Banten mengeluarkan hasil pemerikasaan yang menunjukan

adanya penyelewengan dana APBD pada kegiatan diklat dan reses tahun anggaran

2014.151

Perlu adanya penyampaian informasi terkait dengan proses pengawasan

yang dilakukan DPRD. Pengunaan website resmi DPRD dan Sekretariat DPRD

seharusnya mampu menjadi media informasi yang dapat dimaksimalkan DPRD

Kota Tangerang diera digital saat ini. Sehingga masyarakat dapat mengakses

setiap aktifitas yang sudah dilakukan DPRD yang berkaitan dengan semua

fungsinya terutama pengawasan. Akan tetapi, hal ini belum dilakukan DPRD Kota

Tangerang dalam memberikan informasi kepada masyarakat Kota Tangerang.

2. Mekanisme Pelaporan Kinerja Tidak Jelas

Hasil akhir dari fungsi pengawasan adalah berupa laporan ataupun resume

yang dibuat oleh anggota DPRD disetiap Komisi. Hal ini sesuai dengan pendapat

Ketua Komisi III:

Hasil dari fungsi pengawasan itu kita buat resume atau laporan, yang

pertiga bulan kemudian kita buka untuk di evaluasi, dan ada di risalah

anggota dewan, dengan Organisasi Pemerintah Daerah mana saja kita

melakukan kunjungan.152

151

Berita Online. “ Waduh Ada Temuan BPK pada di Anggran Pemkota Tangerang” diakses

dari http://www.Kabar6.com/tangerang/kota/16003-waduh-ada-temuan-bpk-di-anggran-pemkot-

tangerang-2014, pada 20 Oktober 2016 152

Hasil Wawancara Pribadi dengan Drs Sholihin Ketua Komis III Bidang Keuangan dan

Perekonomian DPRD Kota Tangerang, 22 Oktober 2016.

Page 111: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

97

Berdasarkan prosedural yang berlaku di Sekretariat DPRD Kota Tangerang

hasil laporan kegiatan komisi seharusnya dilaporkan kepada Sekretariat DPRD

untuk diarsipkan dan dijadikan bahan evaluasi. Akan tetapi, hal ini tidak

dilakukan oleh anggota dewan di setiap komisi. Sebagai suproting unit Sekretariat

DPRD merupakan bagian penting dalam membantu kinerja DPRD Kota

Tangerang untuk menjalankan fungsinya termasuk dalam pembuatan pelaporan.

Hal ini diungkapkan oleh Junaidi salah satu staff di Sekretariat DPRD yang

mengatakan tidak pernah ada laporan yang diberikan dari anggota dewan dikomisi

dari hasil kegiatan yang dilakukan dewan.153

Padahal bentuk laporan kinerja

menjadi penting bagi Sekretariatan DPRD untuk menjadi bahan evaluasi dan

perbaikan dalam menunjung kinerja anggota dewan ditahun-tahun berikutnya.

153

Junaidi Staff Sekretariatan DPRD Kota Tangerang

Page 112: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

98

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hadir demokrasi di negara ini, memberikan sebuah perubahan besar pada

tingkat infrasruktur pemerintahan. Sistem yang berlaku pada era Reformasi

berbeda dengan sistem pemrintahan daerah yang diterapkan olehdi era Reformasi.

Pada era Orde Baru sistem pemerintahan daerah bercorak sentralistrik. Keadaan

itu berubah ketika era Reformasi hadir di negara ini sistem yang tadinya terpusat

kita mengalami otonomi daerah melalaui dua bentuknya yakni desentarlisai dan

dekonsentrasi.

Otonomi daerah memberikan kewenangan daerah untuk mengurus daan

mengatur daerahnya sendiri kecuali lima hal dasar yang menjadi bagian dari

pemerintahan pusat. Kelima hal itu adalah hubungan luar negeri, hukum, urusan

keagamaan, urusan militer dan kepolisian (keamanan daan ketertiban), dan yang

terakhir adalah urusan moneter atau keuangan. Lebih jauh lagi otonomi daerah di

era Refomasi juga ikut mendorong untuk lahirnya semangan pemisahan

kekuasaan di tingkat daerah. Fungsi dari pada itu ialah untuk menciptakan

pemerintah daerah yang transparan dan Good Governance.

Kehadiran Trias Politika dan otonomi daerah telah menciptakan pemisahan

pada sturktural politik antara kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Melalui

pemisahan itu kemudian muncul fungsi dari masing-masing bidang pemerintahan

tersebut. Pengawasan merupakan fungsi yang muncul dari hasil pembagian

Page 113: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

99

kekuasaan tersebut yang melekat pada aparatur pemerintah untuk mewujudkan

suatu pemerintahan yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat.

Peran dan fungsi DPRD sebagai penyeimbang kekuasaan pemerintah

terdapat pada ketiga fungsinya yakni, fungsi legislasi, budgeting (anggran), dan

controling (pengawasan). DPRD sebagai bentuk dari reprensentasi kekuasaan

rakyat dalam membuat Undang-Undang serta menjalakan semua fungsinya harus

mencerminkan keberpihakannya kepada rakyat. Sehingga fungsi pengawasan

yang dilakukannya menjadi sangat penting dalam proses pelaksanaan Undang-

Undang (perda) dan pengelolaan anggaran. Fungsi yang ketiga menjadi bagian

terpenting dari keberhasilan sebuah daerah di dalam pengaturan dan pengelolaan

keuangan di tingkatan daerah.

Fungsi, tugas, wewenang dan hak yang dimiliki DPRD Kota Tangerang

haruslah dijalankan dengan optimal, terutama fungsi pengawasan terhadap

tatakelola keuangan daerah. Hal ini agar terwujudnya pemerintahan daerah yang

efektif, efesien, transparan dan akuntabel sehingga terciptanya Good and Clean

Governance. Fungsi pengawasan DPRD telah diatur oleh Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah serta Peraturan Pemerintah No. 6

tahun 2010 dan Tata Tertib DPRD Kota Tangerang.

Tangerang berserta DPRD kota-nya telah mengunakan fungsi ketiga dan

menjalankan hal itu dengan baik sehingga membuat kota Tangerang

,mendapatkan beberapa penghargaaan atas keberhasilan pengelolaan keuangan

daerah oleh pemerintah pusat. Keberhasilan itu mencerminkan sebuah mekanisme

pengawasaan keuangan yang berjalan dengan baik di Kota Tangerang, khususnya

Page 114: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

100

pengawasan yang dilakukan oleh DPRD Kota Tangerang. Hal ini terlihat pada

mekanisme yang dilakukuan oleh DPRD Kota Tangerang dalam tata kelola

keuangan daerah.

Proses mekanisme yang dijalankan oleh DPRD kota Tangerang tiga

tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanana dan yang terakhir adalah laporan

pertanggungjawaban. Ketiga mekanisme itu dapat berjalan baik jika didukung

dengan bentuk pengawasan yang baik. Bentuk pengawasaan yang baik oleh

DPRD Kota Tangerang terdiri dari empat kegiatan pengawasan yaitu, kunjungan

kerja, haering, sidak, dan rapat kerja dengan mitra kerja yang dilakukan oleh

setiap komisi. Ke-empat itu haruslah berjalan secara kontinu dan simpultan untuk

dapat menghasilka pengawasan yang baik di dalam tata kelola keuang daerah,

khususnya Kota Tangerang.

B. Saran

Ditunjukan kepada anggota Dewan DPRD Kota Tangerang untuk bisa

mengutamakan segala kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi. Apa lagi di

dalam pengawasan keuangan itu sangat renta sekali terhadap tindak korupsi. Hal

ini didasarkan kepada fungsi dan tugas pokok anggota dewan supaya demokrasi

mampu berjalan dengan baik. Dan diharapkan ke depan DPRD Kota Tangerang

mampu berkerja dengan baik khususnya pada bagian pengawasan. Khusus pada

wakil rakyat yang latar belakang pendidikannya atau kurang memahami

permasalahan politik diharapkan terus belajar dan mencari pengetahuan, karena

pengetahuan memberikan pencerahan di dalam mereformasi kemiskinan dan

ketidakadilan.

Page 115: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

101

Page 116: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

102

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Adisasmita, Rahardjo. Pengelolaan Pendapatan dan Anggran Daerah,

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.

Astawa, I Gede Panjta. Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia,

Bandung: PT.Alumi, 2013.

Bambang Yudhoyono. Otonomu Daerah : Desentralisasi dan Pengembangan

SDM Aparatur Pemda dan Anggota DPRD, Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 2003.

Budiardjo, Miriam. Dasar- Dasar Ilmu Politik, ed. Jakarta:Gramedia Pustaka

Utama, 2007.

Chabib, Soleh dan Rochmansjah, Heru. Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah: Sebuah Pendekatan Sturktural Menuju Tata Kelola Pemerintahan

Yang Baik, Bandung: FOKUSMEDIA, 2010.

Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (FORMAPPI). Lembaga

Perwakilan Rakyat Di Indonesia : Studi dan Analisis Sebelum dan Setelah

Perubahan UUD 1945, Jakarta: FORMAPPI, 2005.

Ishak, Posisi Politik Masyarakat Dalam Era Otonomi Daerah, Jakarta: Penaku,

2010.

Iswan, dkk, ed. Dampak Otonomi Darah di Indonesia: Merangkai Sejarah Politik

dan Pemerintahan Indonesia, Jakarta: Pustaka Obor Indonesia, 2013.

Karinga, Hendra. Politik Hukum: Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah,

Jakarta: Kencana, 2013.

Mahmudi, Manajemen Keuangan Daerah , Yogyakarta: Erlangga, 2010

Mardiasmo, Pengawasan, Pengendalian, dan Pemeriksaan Kinerja Pemerintah

Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Yogyakarta: Andi, 2001.

Page 117: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

103

Muhamad, Djumhana. Pengantar Hukum Keuangan Daerah dan Himpunan

peraturan Perundang-undangan di Bidang Keungan Daerah, Bandung:

PT. Citra Aditya Bakti, 2007.

Napitupulu, Paimin. Menuju Pemerintahan Perwakilan, Bandung: Alumni, 2007.

Nurcholis, Hanif. Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Jakarta:

Grasindo, 2007.

Rasidin, Utang. Otonomi Daerah dan Desentralisasi dilengkapi Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 dengan Perubahan-Perubahannya, Bandung:

Pustaka Setia, 2010.

Riyani, Ondo, Wasistono, dan Sadu. Etika Hubungan Legislatif dalam

Pelaksanaan Otonomi Daerah, Bandung: Fokus Media, 2003.

Rosyada, Dede.dkk. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi,

Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, ed. Jakarta: ICCE UIN syarif

HIdayatullah Jakarta, 2003.

Simanjuntak, Bungaran Antonius ed., Otonomi Daerah, Etnonasioanalisme, dan

Masa Depan Indonesia: Beberapa Persen lagi Tanah Air Nusantara Milik

Rakyat, Jakarta: Yayasan Pusaka Obor Indonesia, 2010.

Sidik, Macfud ed. DAU Konsep, Hambatan, dan Prospek di Era Otonomi Daerah,

Jakarta: Kompas 2002.

Sarundajang, S.H. Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 2002.

Sony Yuwono, dkk. Pengganggaran Sektor Publik: Pedoman Praktis Peyusunan,

Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban APBD (Berbasis Kinerja),

Malang: Bayu Media, 2005.

Suhelmi, Ahmad, Pemikiran Politik Barat :Kajian Sejarah, Perkembangan

Pemikiran Negara, Masyarakat dan Kekuasaan, Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2004.

Suwanda, Dadang Strategi Mendapatkan Opini WTP: Laporan Keuangan

Pemda, Jakarta: PPM, 2013.

Page 118: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

104

Syam, Firdaus, Pemikiran Politik Barat; Sejarah, Filsafat, Ideologi, dan

Pengaruhnya Terhadap Dunia Ke-3, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007.

Tjandra, Willy R. Praktis Good Governance, Sewon Bantul: Pondok Edukasi,

2006.

Uno, Hamzah B. dan Lamatenggo, Nina. Teori Kinerja dan Pengukurannya,

Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Widjaja, HAW. Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia Dalam Rangka

Sosialisasi UU No. 23Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2005.

______________. Titik Berat Otonomi Daerah Pada Daerah Tingkat II , Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2003.

______________. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2007.

Wawancara

Wawancara Pribadi dengan Drs, Sholihin M,Si Ketua Komisi III DPRD Kota

Tangerang Bidang Keuangan dan Perekonomian di ruang Komisi III,

Komp.Gedung Pusat Pemerintahan Kota Tangerang. Pada tanggal 22

September 2016.

Wawancara Pribadi dengan Hapipi Wakil Ketua I DPRD Kota Tangerang Bidang

Keuangan dan Perekonomian di Parkiran Mobil DPRD Kota Tangerang,

Komp.Gedung Pusat Pemerintahan Kota Tangerang. Pada tanggal 3

Oktober 2016.

Wawancara Pribadi dengan Suparmi ST. Ketua DPRD Kota Tangerang Bidang

Keuangan dan Perekonomian di Ruang Ketua DPRD Kota Tangerang,

Komp.Gedung Pusat Pemerintahan Kota Tangerang. Pada tanggal 13

Oktober 2016.

Wawancara Pribadi dengan Hartoto Ketua Komisi I Bidang Pemerintahan DPRD

Kota Tangerang Bidang Keuangan dan Perekonomian di loby DPRD Kota

Tangerang, Komp.Gedung Pusat Pemerintahan Kota Tangerang. Pada

tanggal 13 Oktober 2016.

Page 119: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

105

Internet

Kartiwa, H.A.“Proses Penyusnan Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) dan Arah Kebijakan Umum”, Artikel diakses pada 1 September

2015 dari

http//pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/05/proses_penyusunan_

anggaran_apbd2.pdf.

Profil Pemerintah Kota Tangerang, dokumen di unduh pada 1 September 2015

dari http://www.tangerangkota.go.id/profil-kota-tangerang

Rosadi, Otong.“Opimaslisasi Peran DPRD Dalam Bidang Pengwasan, Menurut

Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah”,

Makalah diakses pada 1 september 2014 dari http://otongrosadi.com/read-

157-optimalisasi-fungsi-pengawasan-dprd-menurut-uu-no-23-tahun-

2014.html

http://bpkad.natunakab.go.id/index.php/2014-05-21-00-44-45/64-anggaran/87-

pengelolaan-keuangan-daerah-dan-apbd

Sejarah Kota Tangerang, artikel diakses pada 20 Januari 2016 dari,

http://www.tangerangkota.go.id/sejarah-kota-tangerang

Visi Misi Kota Tangerang, diakses pada 20 Januari 2016 dari,

http://www.tangerangkota.go.id/profil-kota-tangerang

Juara Simanjuntak, “KPU Kota Tangerang Tetapkan 50 Anggota DPRD Hasil

Pileg", berita diakses pada 20 Maret 2016 pada

http://radaronline.co.id/2014/05/12/kpu-kota-tangerang-tetapkan-50-

anggota-dprd-hasil-pileg/

Susunan Komisi DPRD Kota Tangerang”, diakses pada 10 mei 2016 dari

http://www.kabar6.com/tangerang-raya/tangerang-kota/16916-ini-susunan-

komisi-di-dprd-kota-tangerang.html, 23 Oktober 2014 HEADLINE,

NEWS

Pemkot Tangerang, “Informasi Laporan Pemerintah 2016 Daerah (ILPDD) Akhir

Masa Jabatan Walikota Tangerang Tahun 2013”, artikel di download

pada tanggal 5 Mei dari

Page 120: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

106

http://www.tangerangkota.go.id/news/download/a67cf549d95842c1d5b88

d0000267669

BPKAD, Pengelolaan Anggaran Daerah, diakses pada 1 September 2015.

http://bpkad.natunakab.go.id/index.php/2014-05-21-00-44-45/64-

anggaran/87-pengelolaan-keuangan-daerah-dan-apbd

Berita Online. “ Waduh Ada Temuan BPK pada di Anggran Pemkota Tangerag”

diakses dari http://www.Kabar6.com/tangerang/kota/16003-waduh-ada-

temuan-bpk-di-anggran-pemkot-tangerang-2014, pada 20 Oktober 2016

Undang-undang dan Peraturan

Peraturan Pemerintah No. 5 ayat 1 pasal 5 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 23 ayat (1) Tentang Pemerintah

Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 21 Tentang Hak Pemerintah

Daerah

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah Jakarta

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah..

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menjelaskan Pendapatan Asli Daerah

Tata Tertib DPRD Kota Tangerang Bagian Ketiga Penetapan RAPBD Pasal 156

ayat (1) dan (2).

Peraturan Menteri dalam Negeri tentang Pemerintah Daerah No 21 Tahun 2011.

Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 Tentang Laporan Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah kepada DPRD, dan Informasi Laporan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada masyarakat, Penjelasan

Umum.

Peraturan DPRD Kota Tangerang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib

DPRD Kota Tangerang Bab III Pasal 3 ayat 1 huruf c

Risalah Tahunan DPRD Kota Tangerang, Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat

Kota Tangerang Tahun2015

Page 121: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

HASIL WAWANCARA DENGN Drs. SHOLIHIN M,Si KETUA KOMISI III BIDANG

KEUANGAN DAN PEREKONOMIAN KOTA TANGERANG,

22 SEPTEMBER 2016

R : Apa yang menjadi landasan DPRD dalam melakukan pengawasan fungsi pengawasan ?

SO : Landasan ya, fungsi dari anggota dewan itu sendiri, controling budgeting sama bikin

undang-undang kalau daerah perda. Itulah fungsi kita, Cuma ada 3. Undang-undang

yang nomor berapa ya Bang (sambil bertanya pada staff ahlinya), ya apa? Ya itu UU

MD3 tentang Susduk.

R : Bagaimana mekanisme/prosedur pengawasan yang dilakukan DPRD terkait pelaksanaan

APBD Kota Tangerang ditahun anggaran 2015 ?

SO : Pengawasan itu kita melakukan pengawasan, ketika kita mengadakan evaluasi pertiga

bulan, misalkan nih perkomisi III, melakukan eeemmm, kita lakukan berbagai cara.

Pertama kita melakukan evaluasi ditingkat komisi sesuai dengan mitra kerja dengan

komisi masing-masing. Misalnya komisi 1 bidang pemerintahan, pertiga bulan dia,

petiga bulan SKPD/OPD terkait dipanggil melalui mekanisme undangan rapat,

kemudan ditanya-tanya, bagaimana pencapaiannya bisa dengan melihat ukuran

pendapatnya.

R : Bagaimana Bentuk dari pengawasan DPRD terhadap tatakelola keuangan daerah ?

SO : Yang jelas tatakelola keungan dikatakan baik itu, ketika pemerintah ada tiga bentuk

kriteria peneliannya, pertama WTP (Wajar Tanpa Pengecualian), WDP (Wajar Dengan

Pengecualian), dan Descleamer (Ditolak). Naaah kebetulan untuk kota Tangerang

sudah delapan kali mendapat WTP artinya, tatakeloala keuangan di Kota Tangerang

Top Markotop Top P nya tiga kali P3. Kalo bentuk pengawasan kita panggil

SKPD/OPD terkait, kita kirim surat ke SKPD-SKPD atau OPD-OPD terkait. Misalnya,

emmm misal kita nih komisi III bidang pendapatan apa-apa saja siih SKPD/OPD yang

mendapatkan penghasilan. Misalnya Dishub menangai perparkiran, distribusi parkir

pendapatannya berapa. BPKAD Bidang Aset kita panggil, apa-apa saja yang hasilnya

pertiga bulan realisasinya sudah berapa persen?. Kalau memang tida teralisasi apa

penyebabnya lalu kita bahas cari solusi bareng-bareng

R : Adakah batasan DPRD dalam melakukan fungsi pengawasan? Jika ada, dalam hal apa?

Page 122: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

SO : Selama itu kita landaskan pada undang-undang tidak ada batasan. Kan kita melakukan

fungsi berdasarkan undang-undang yang ada.

R : Dalam menjalankan fungsi pengawasan apakah DPRD menjalan kerjasama dengan

pihak eksekutif ?

SO : itu pasti, pasti kita bekerja sama. Hubungan kita juga dengan eksekutif sejauh ini masih

lumayan, cukup baik. Jangan terlalu baik, karena di “Tangerang Selatan yang terlalu

baik”. Kalau disini kurang, tapi rata-rata cukup baik.

R : Pak Kalau ada kurang kurangnya dalam bentuk apa?

SO : Kurang koordinasi saja sih atau komunikasi gitu. Kan gini bang, ini kepala daerah ada

walikota wakil walikota, sekda ini tiga serangkai . kemudian disini ada Pimpinan

Dewan, Ketua, dan Wakil ketua 4 orang. Naah ketika ingin melakukan perubahan

anggaran merengka kongkoh dulu apa-apa saja yang perlu dirubah, kalau OK jalan,

nah itu “mesra” namanya. Kalau ketidak mesraan itu terjadi manakala, mau ada

perubahan anggaran dewan tidak di ajak, kemudian tau-tau dikirim pembahasan, kalau

begitu mentok pembahasan, ini yang bahaya. Makanya kalau disini cukup baik.

R : Kapan Fungsi Pengawasan terhada APBD mulai dilakukan ?

SO : Owh iya fungsi pengawasan itu kan langsung melekat, bersama dua fungsi yang lainnya,

fungsi kita kan Cuma tiga ga bisa dipungkiri itu mah.

R : Apakah dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap APBD semua anggota

melakukannya?

SO : Sejauh ini berjalan dengan baik, karena memang kita rutin pertiga bulan melakukan

evaluasi, kemudian pencapaian-pencapaian target yang sudah di lakukan sebelumnya

itu diatas 80%.

R : Pencapainnya itu Indikatornya apa pak?

SO : Indikator itu kan ada, misalnya gini,misal nih , contoh emmmmmm Dishung kita

canangkan saat rapat pendapatan retribusinya dalam satu tahun harus mencapai 1

Miliar, kemudian pertiga bulan itu kita liat hasilnya tinggal dibagi dengan tiga bulan

hasilnya berapa. Tinggal gitu doang liatnya. Sejauh ini rata-rata pencapainnya itu 80%,

gitu.

Page 123: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

R : Sejauh ini dalam melakukan pengawasan apakah ada kode etik yang diberlakukan ?

SO : Itu ada di tatib bang kode etik dewan. Dewan itu melaksanakan tugas dan fungsinya

diatur oleh tatib DPRD, Tata Tertib DPRD.

R : Selama melaksanakan fungsi pengawasan pada APBD 2015, apakah ada temuan

penyimpangan anggaran yang dilakukan Pemerintah Kota Tangerang? Jika ada,

tindakan apa yang DPRD lakukan terhadap penyimpangan tersebut

SO : Sejauh ini belum pernah ada temuan. Sekalipun ada, emmm jadi gini Dewan itu kan

bukan eksekutor,dewan hanya,kalo berdasarkan undang-undang, DPRD Kota atau

DPRD Provinsi itu banci,karena apa karena dalam pelaksanaan pengawasannya bukan

sebagai eksekutor, dia hanay sebagai mitra. Karena undang-undang menyetakan Kepala

Daerah adalah Waki dan Wakil Wali Kota, Sekda serta Anggota Dewan, artinya saya

ini, dewan orang pemerintah. Itu Undang-Undang yang mengatur, UU 23 tahun 2014

kalo ga salah , artinya kita dijebak, makanya tidak bisa diandalkan dewan kota atu

provinsi. Posisi kami yang kurang menguntungkan. Dia selaku pengawas, tapi dia

sebagai pejabat daerah, kan susah itu kan sama saja BPK, tidak seperti

kepolisian,kejaksaan atau KPK. Dewan Kota atau proivinsi sama. Kalau DPR RI ngga

bang. Misal abang jadi Menteri Pendidikan, abang cangankan 7 Triliun untuk

pendidikan Indonesua, saya misalkan di komisi II bidang pendidikan, kalau saya tidak

setuju, saya bilang 5 Triliun, yang keluar 5 Triliun.

R : Selama melaksanakan fungsi pengawasan, apa saja tantangan dan hambatan yang

dialami DPRD?

SO : Tantangan, ya tantangan tetap ada, hambatan juga pasti ada. Pertama ketika tidak tepat

untuk koordinasi misalkan begini, pada saat kita mau melakukan hearing, mereka

sedang tugas luar. Itu hambatannya kaya gitu sebenarnya bukan yang terlalu krusial.

Selain itu, tantangan juga ketika kita tidak mampu, kita cukup pengetahuan untuk

melakukan pengawasan. Yang mengawasi kan seharusnya lebih pandai dari pada yang

di awasi, jadi pengetahuan sangat diperlukan. Ya dewan kalau “ecek-ecek” yaa gimana

mau ngawasin, ya SKPD/OPD kan terlatih, kaya ini nih (sambil nunjuk staff ahli yang

sedang ngetik di ruangan wawancara), sekarang mereka jadi staff disini, ketika ada

pengangkatan besok-besok mereka jadi kepala dinas, hal-hal kaya gini mereka udah

paham betul, mereka lebih paham. Sementara anggota dewan kan Cuma 5 tahun iya

kalau kepilih dua periode, kalau ga kan banyak orang baru yang bisa jadi tukang bakso,

tukang becak, kan banyak tuh kemaren kaya gitu. Kalau udah gitu mereka mana paham

Page 124: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

tentang bidang yang jalani. Jadi gimana mau efektif pengawasannya itu kan tantangan

juga.

R : Apakah cara kepemimpina eksekutif menjadi hambatan tersendiri bagi DPRD dalam

melaksanakan fungsi pengawasan?

SO : Tidak juga sepanjang memang sesuai dengan mekanisme yang ada mereka tidak

menjadi hambatan, kecuali diluar mekanisme yang. Seperti gini, tiba-tiba saya nih

komisi III bidang pendapatan ada masalah di OPD yang bukan mitra dari komisi III, ya

kan ga pantes kalau saya ikut campur. Makanya kami selaku komisi III selalu rutin

pertiga tiga bulan itu melakukan kunjungan disesuaikan dengan jadwal yang ada.

R : Bagaimana solusi DPRD dalam menyikapi kendala-kendala yang dihadapi?

SO : Musyawarah, karena kita bagian dari pemerintah itu sendiri

R : Apa hasil yang diperoleh DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan?

SO : Hasi dari fungsi pengawasan itu kita buat resume yang pertiga bulan kemudian kita buka

untuk di evaluasi, dan ada di risalah anggota dewan, dengan OPD mana saja kita

melakukan kunjungan

R : Bagiamana bentuk laporan yang dilakukan dan dikeluakan DPRD terkait dengan fungsi

pengawsan?

SO : Bentuk laporan ya tadi berbentuk resume dan risalah DPRD.

Page 125: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

HASIL WAWANCARA DENGN HAPIPI WAKIL KETUA I DPRD KOTA

TANGERANG,

3 OKTOBER 2016

R : Bagaimana mekanisme/prosedur pengawasan yang dilakukan DPRD terkait pelaksanaan

APBD Kota Tangerang ditahun anggaran 2015?

HP : Fungsi DPRD kan ada 3 legislasi, budgeting, pengawasan. ya kan di atur dalam undang-

undang. Ada undang-undang MD3 tentang Susduk, UU 23 tahun 2014,

R : Apa yang menjadi landasan DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan?

HP :Mekanisme pengawasan ya kita lewat hearing-hearing,lewat undangan, lewat sidak ya

macam-macamlah

R : Bagaimana bentuk dari pengawasan DPRD terhadap tatakelola keuangan daerah?

HP : bentuk mekanisme itu kan sudah diatur melalui hak-hak yang ada, hak hak yang dia

punya, misalnya hak angket hak meminta keterangan, hak macem-macem, hak

bertanya.Bentuk pengawasan itu kan tadi kita lewat hearing, atau rapat-rapat yang kita

lakukan. Mulai dari proses perencanaan terus pelaksanaan sampai nanti pelaporan.

R : Adakah batasan DPRD dalam melakukan fungsi pengawasannya? Jika ada, dalam hal

apa?

HP : Batasannyaya sesuai kewenangan yang adan. kan undang-undang yang ada, kalau

melampaui yang ga boleh.

R : Dalam menjalankan fungsi pengawasan apakah DPRD menjalin kerjasama dengan pihak

eksekutif?

HP : Ya saat kita menjabat itu sudah melekat sama dengan dua fungsi lainnya.

R : Kapan fungsi pengawasan terhadap APBD mulai dilakukan?

HP : Pengawasan APBD ya sejak APBD itu dirapatkan kita mulai melakukan pengawasan,

makanya diawal perencanaan kita beserta pemerintah melakukan rapat paripurna disitu

kita sepakati besaran dan rencana alokasi anggaran APBD.

Page 126: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

R : Dalam melakukan fungsi pengawasan APBD apakah semua anggota DPRD

melakukannya atau hanya komisi bidang yang terkait ?

HP : Semua,semua melakukan pengawasan, karena itukan gini ya, fungsi pengwasan kan

melekat jadi ya saat kita menjabat langsung melekat gitu.

R : Sejauh ini dalam melakukan pengawasan apakah ada kode etik yang diberlakukan kepada

anggota dewan?

HP : Owh sejauh ini tidak ada, semua berjalan dengan baik-baik saja

R : Apakah ada aturan-turan khusus yang harus ditaati oleh DPRD dalam melaksanakan

fungsi pengawasan?

HP : Kalau aturan khusus sih tidak ada yah kita hanya berpedoman pada undang-undang dan

tata tertib saja.

R : Selama melaksanakan fungsi pengawasan pada APBD 2014-2015, apakah ada temuan

penyimpangan anggaran yang dilakukan Pemerintah Kota Tangerang? Jika ada, tindakan

apa yang DPRD lakukan terhadap penyimpangan tersebut?

HP : Temuan ya adalah.Temuan itu kan dalam pengertian ada hal yang misalnya, temuan itu

kan tidak bermakna negatif,temuan itu kan berarti ada sesuatu yang memang, eeee perlu

kita pertanyakan, itu masih dalam tataran rapat-rapat hearing, misalnya yang terkait

dengan pelaksanaan anggaran, hak tanya-hak-hak yang ada pada dewan untuk

menanyakan terkait dengan pembangunan Kota Tangerang.

R : Selama melaksanakan fungsi pengawasan, apa saja tantangan dan hambatan yang dialami

DPRD?

HP : Secara prinsip sih tidak, karena ini lembaga politik, yang namanya lembaga politik kan

tempat berhimpunnya para politikus, berhimpun para partai yang ternaungi para partai.

Partai ini kan ada yang partai yang mendukung walikota. Ada partai yang pada waktu

tidak mendukung walikota. Jadi dalam pengawasannya pasti ada saja yang

dipertanyakan, misalnya dalam Ya dalam dana anggaran, kita bertanya , kenapa ini tidak

dipakai, tidak habis, kenapa ini sedikt, kenapa besaran sekian.

R : Apakah cara kepemimpina eksekutif menjadi hambatan tersendiri bagi DPRD dalam

melaksanakan fungsi pengawasan?

Page 127: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

HP : Secara prinsip keuangan tatakelola keuangan perlu ditingkatkan dan harus diperkuat.

Walaupun secara anugerah ya sudah pernah mendapatkan WTP kan (wajar tanpa

pengecualian) dari BPK tapi secara prinsip keuangan ya harus ditingkatkan. Jadi adalam

proses perencanaan harus diperkuat. Kalau pengawasan yang kaitannya dengan tatakeola

keuangan ya komisi yang membidangi komisi III dalam hal ini,bidang keuangan

kemudian di badan anggaran tentang APBD.

R : Bagaimana solusi DPRD dalam menyikapi kendala-kendala yang dihadapi?

HP : Ya Kita kan di lindungii oleh undang-undang, jadi kendala itu kita kembalikan ke UU

kita punya hak, hak angket, hak macem-macem, hak mengeluarkan pendapat.

R : Apa hasil yang diperoleh DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan?

HP : Pengwasan kan tidak sama seperti fungsi membuat undang-undang yang menghasilkan

perda atau anggaran yang menghasilkan kesepakatan penggunaan anggaran. Kalau hasil

dari pengawasan itu ya berdasarkan temuan saja dari pembuatan perda itu dan

penggunaan anggatan APBD itu. Kalau ada ya kita tindak melalui mekanisme yang

ada. Jika tidak berarti kan bagus tuh, itu saja.

R : Bagiamana bentuk laporan yang dilakukan dan dikeluakan DPRD terkait dengan fungsi

pengawsan?

HP : Hasil Berbentuk buku, berbentuk laporan kegiatan, berbentuk kinerja. Laporan itu

dibuat perbulan. Bisa diakses di sekwan ya itu ranahnya informasi publik ya. Itu

ranahnya ada di SKPD. Uu tentang informas publik coba saja maelalui proses Komisi

informasi publik yang ada d Kota Tangerang

Page 128: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

HASIL WAWANCARA DENGN SUPARMI ST KETUA DPRD KOTA

TANGERANG,

13 KTOBER 2016

R : Bagaimana mekanisme/prosedur pengawasan yang dilakukan DPRD terkait pelaksanaan

APBD Kota Tangerang ditahun anggaran 2015?

SU : Landasan dasar maksudnya payung hukumnya, jadi gini nanti untuk selengkapnya

kebagian risdang secara notulensi. Karena kan prodak hukumnya banyak banget. Ada

Undang-undang, ada Pemendagri, ada juga PP, iyakan, Tatib juga kita ada. Jadi nanti

secara terperinci ibu arahkan kebagian risdan nanti kesana ya.

R : Apa yang menjadi landasan DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan?

SU : Kalau untuk mekanisme tatakelola keuangan, jadi gini ada yang namanya laporan

pertanggung jawaban walikota, ada LHPBK, ada juga kita evaluasi dengan mitra kerja.

Jadi kan kalau DPRD itu kan ada komisi, ada alat kelengkapan dewan salah satunya

komisi, jadi eavaluasi mitra itu melalui komisi. Kalau pimpinan, masing-masing

pimpinan membawahi koordinator masing-masing komisi, nah itu salah satu

mekanismenya melalui mitra kerjanya melalui alat kelengkapan dewan, itu pertama.

Yang kedua,hasil laporan BPK, jadi LHP BPK itukan biasanya dilaporkan ke kita ada

yang pertriwulan ada yang pertahun, dari hasil itu nanti disampaikan ke kita ke DPRD

oleh BPK, kita kan diundang kesana. Nah jadi hasil laporan itu apakah ada temuan atau

tidak. Kalau tidak ada berarti kan bagus. Ketika ada temuan kita akan selesaikan.

Karena gini, nantikan BPK itu akan memberikan catatan, misalnya temuan ini harus

ditindak lanjuti 60 hari kedepan harus selesai,misalnya. Nah itu setelah kita terima

langusng kita evaluasi bersama antara tim anggaran dengan tim TAPD kalaupun ada

waktu bersamaan dengan pembahasan anggran kita undang semua SKPD yang memang

ada temuan. Itupun, melalui LHP BPK. Kalau melalui LPJ Walikota, dai itu per enam

bulan LPJ dilaporkan ke kita. LPJ sama LKJP, jadi dua. Kalau LKPJ laporan, laporan

kerja pertanggungjawaban, kalau LPJ laporan pertanggung jawab dari sisi

keuangannya, dari situ nanti baru disampaikan ke kita baru kita bikin pansus.

R : Bagaimana bentuk dari pengawasan DPRD terhadap tatakelola keuangan daerah?

Page 129: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

SU : Laporan temuan pada tahun 2015 sih kayanya ada yah. Tapi percisnya gimana ibu lupa

gitu. Kalau untuk laporan itu ada secara tertulis, karena kan itu dipublikasikan jadi

bukan rahasia umum. Kalau LHPBK ada di risdang itu ada.

R : Adakah batasan DPRD dalam melakukan fungsi pengawasannya? Jika ada, dalam hal

apa?

SU : Kalau untuk batasan, sepanjang yang kita awasi adalah dana APBD ya sejauh itu kita

awasai gitu. Ya kaitan kinerja, kaitan kinerja dengan SKPD ya kan , satu itu, kedua

implementasi APBD yang sudah diprogramkan sudah disampaikan kekita, mereka yang

menidak lanjuti, ya itu kita awasi, jadi tidak terbatas sejauh itu anggran APBD sejauh

itu anggaran yang sudah sepakati bersama. Jadi gini, misalkan anggaran APBD tahun

2016 sebesar 3,4 Triliun ya kan, untuk belanja langsung berapa, untuk belanja tidak

langsung berapa. Nah setelah itu kan, dikaitkan sepanjang tahun itu dia harus habis,

sejauh itu juga DPRD dalam melakukan pengawasannya.

R : Dalam menjalankan fungsi pengawasan apakah DPRD menjalin kerjasama dengan pihak

eksekutif?

SU : Hubungan antara legislatif dan eksekutif yaah biasa aja yah, hubungannya kondusif aja.

Kalau kita gak kondusif ya akhirnya, ya kita gini aja saling jaga saling mengingatkan.

Karena kan masing-masing punya tugas, tupoksi ya, masing-masing punya tugas dan

fungsinya. DPRD itu dalam undang-undang 23 tahun 2014, jelas pengawasan,

penganggaran dan pembuat aturan, tiga fungsi itukan. Diluar itukan bukan fungsi kita.

Nah eksekutif fungsinya apa, tersendiri kan. Tapikan masing-masing fungsi itukan

harus sejalan ya. Gak bisa kalau kita gak sejalan, pembahsan APBD gimana nantinya,

nanti kacau

R : Kapan fungsi pengawasan terhadap APBD mulai dilakukan?

SU : Fungsi pengawasan itu kita lakukan saat kita menjadi anggota dewan. Kan ada tuh

fungsi pengawasan dalam perencanaan, pelaksanaan, sama saat laporan

pertanggungjawabannya, semua kita awasi. Biar ga terjadi kesalahan dalam proses

penggunaan anggran APBD, gitu kan.

R : Dalam melakukan fungsi pengawasan APBD apakah semua anggota DPRD

melakukannya atau hanya komisi bidang yang terkait ?

Page 130: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

SU : Semua komisi kan melakukan sesuai dengan mitra kerjanya masing-masing, misalkan

Komisi III ya pengawasi Dinas Perhubungan, ya sesuai mitra kerjanya masing-masing

saja gitu

R : Apakah ada strategi khusus yang dilakukan DPRD Kota Tangerang dalam menjalankan

fungsi pengawasan?

SU : Sejauh ini hasil kinerja dewan kalu ibu bilang sih masih bagus tidak jelek juga tidak,

jadi masih sedeng-sedeng aja kalau menurut ibu ya. Karenkan mereka itukan semua

punya, okelah kalau kita sudah masuk lembaga itu mereka satu lembaga. Tapi latar

belakang mereka ini kan masing-masing kita berbeda warna. Walaupun memang satu

tujuan gitu ya. Tetap mereka punya visi dan misi sendiri-sendiri, gitu ya jadi tetap aja

kita ga bisa. Karenakan DPRD itu kan kolektif kolegial ya, semua mereka adalah elit-

elit partai masign-masing tingkatannya kan,ga bisa. Beda dengan pak wai, bukan pak

wali dengan walikota, mereka satu komando, ketika pak wali bilang, saya maunya Kota

Tangerang, bersih gitu kan. Cuma kan semua yang eeemm terkait semua akan bekerja,

tapi kalau DPRD kan ga bisa begitu. Saya maunya kita begini, yang bilang oooh ga

bisa, kita harus musyawatah mufakat, karena kolektif kolegan itu tadi.

R : Sejauh ini dalam melakukan pengawasan apakah ada kode etik yang diberlakukan

kepada anggota dewan ?

SU : Pada tahun 2014 sampai 2015 tidak ada, sejauh ini ga ada penyimpangan yang anggota

dewan, alhamdulillah sejauh ini tidak ada.

R : Apakah ada aturan-turan khusus yang harus ditaati oleh DPRD dalam melaksanakan

fungsi pengawasan?

SU : Aturan khusus tidak ada. Pedoman kita hanya Undang-Undang 23 tahun 2014,

Pemendagrinya masih yang lama ya , PP nya ya PP 16 tahun 2010, karena turunan

Undang-undang 23 itu belum ada pengganti PP yang baru ya. Jadi kita masih patokan

itu. Terus yang ketiga tatib, tata tertib DPRD, udah ga ada lagi selain itu.

R : Selama melaksanakan fungsi pengawasan pada APBD 2014-2015, apakah ada temuan

penyimpangan anggaran yang dilakukan Pemerintah Kota Tangerang? Jika ada,

tindakan apa yang DPRD lakukan terhadap penyimpangan tersebut?

SU : Kalau ibu percisnya gak bisa jawab ada atau dimana adanya, kayanya ada, sepertinya

ada.

Page 131: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

R : Selama melaksanakan fungsi pengawasan, apa saja tantangan dan hambatan yang dialami

DPRD?

SU : Sejauh ini sih gak ya, kita kan beda. Tugas kita beda-beda. Dewan punya fungsi SU :

pengawasan, dia juga punya fungsi pengawasan pak wali dalam hal ini kepada

bawahannya, ya kan. Tapikan beda kalau pak wali, kalau eksekutif pucuk pimpinannya

bisa langsung, ini loh, ini loh loh, bisa memindahkan mereka-mereka yang tidak

maksimal dalam hal kinerja. Kalau kita kan ga bisa, kita hanya mengwasi misalkan gini

Dinas PU dia ngerjain jalan, ketika ada laporan dari masyarakt, LSM, maupun

masyarakatlah umumnya gitu ya. BU nih ngerjain jalannya ga bener bu ga sesuai pek

gtukan, nah baru kita tegur. Nah tapi ga dengan pak walinya tapi dengan SKPD terkait.

Ke dinas PU misalnya, Pak bapak ngerjain ini ga bener nih, seperti apa nih bapak. Nih

kita proses bagaimana tindak lanjutnya, nah ini kita dukung. Berbeda dengan walikota

bisa langsung ini kan , bisa turun langsung bisa langsung bertindak “kamu saya pindahin

ya” gtu ya. Nah kalau dewan gak bisa, karena itukan kewenangan kepala daerah.

R : Apakah cara kepemimpina eksekutif menjadi hambatan tersendiri bagi DPRD dalam

melaksanakan fungsi pengawasan?

SU : Tantangan ga ada ya, sejauh ini paling gini ya, masyarakat ini misalnya menyampaikan

aspirasi ke kita kaitan dengan apa. Kan aspirasi itu banyak ya. Kaitan buruh yang gajinya

tidak sesuai UMK, atau mereka tidak diperlakukan sebagaimana umumnya gitu tidak

sesuai UMR dan juga hak-hak buruh tidak diberikan. Mereka mengadu ke kita, nah

ketika mengadu kekita, kita bukan lemaga pemutus ya, bukan lembaga yang bisa

menyelesaikan masalah 100% tidak juga. Jadi hambatannya itu banyak, ketika

perusahaan tidak bisa memberikan upah-upahnya itu kan hambatan ya kan, kita mau

bilang apa, satu itu. Terus ketika perusahaan itu sudah pasrah dan juga kolef kita mau

bilang apa. Misalnya lagi kaya gini, emmm gini apa, pembangunan A, tapi pembangunan

jalan itu di komplen oleh masyarakat, pembangunan itu. Ketika pembangunan itu adalah

milik pusat atau provinsi kita juga tidak bisa berbuat banyak. Karena masing-masing

otonomi wiayah itu yah. Kaya yang di alam sutera itu, itukan punya provinsi,kendala

juga di kita karena ketika masyarakat taunya itu ada di kota Tangerang aja, mereka

mengadunya ke kita, kita mau ga mau menindaklanjuti, nah ketika itu milik provinsi,kan

itu lebih panjang lagi prosesnya. Nah itu hambtannya tambah sulit.

R : Bagaimana solusi DPRD dalam menyikapi kendala-kendala yang dihadapi?

Page 132: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

SU : Solusinya ya kita harus sabar mengurai satu-satu dari mana dulu ujungnya nih, gini

kalau udah ada menyelesaikan satu masalah yang sampai ke tingka provinsi, itu kita

harus sabar, waktunya panjang, kite juga harus intens, harus sering komunikasi ga bisa

sekali komunikasi terputus gak bisa, karena disana juga banyak aspirasi dan banyak

masukan dan mereka juga banyak pekerjaan gitu kan. Ya sama juga dengan di kita, di

dewan juga kan. banyak aspirasi yang masuk tapi hari kesini sampe numpuk gitukan.

Hari ini nih itu lagi ada hearing komisi II dengan para buruh tuh, nah itu menyelasaikan

masalah-masalah buruh juga. Nah ketika itu kita sudah tidak bisa ya mereka akan lari

kepusat gitu. Misalnya mereka ke dinas depnaker apa emm ke kementiraan

ketenagakerjaan. ya gitu kendala sih banyak ya. Ya selama kita bisa menyelesaikan kita

selesaikan ya, tapi kalau kita misalnya karena ini ranahnya provinsi kita hanya bisa

memfasilitasi komunikasi saja, silahkan kesana ya mereka ya kalau mereka sanggup

meraka akan kesana.

R : Apa hasil yang diperoleh DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan?

SU : hasilnya yang berupa temuan dan lapoan-laporan. Dan itu jadi catatan buat kita.

R : Bagiamana bentuk laporan yang dilakukan dan dikeluakan DPRD terkait dengan fungsi

pengawsan?

SU : Laporan dari DPRD, khususnya yang mana nih, anggaran APBD atau anggaran yang

ada di DPRD. Kalau anggaran APBD kita tidak pernah menanggungjwabkan, yang

bertnggungjwabkan SKPD terkait karena mereka pengguna anggaran. Jadi kalau di

DPRD ini kan misalnya DPRD kan Sekwan dalam hal ini Kesekretariat DPRD, jadi

meraka yang harus mempertanggungjwabkan, bukan DPRD gitu. Jadi tidak ada

catatan-catatan khusus atau resume, ya tapi itu ada di Kesekretariatan dewan. Sekwana

Kesekretariatan dewan bertugas untuk membantu menfasilitasi semua kebutuahan yang

di DPRD ataupu semua anggota DPRD. Jadi anggota DPRD, kang anggota DPRD ini

kan, dia tidak menggunakan uang tidak menggunakan APBD untuk belanja maksudnya

untuk belanja modal itu tidak ada. Dia adanya belanja pegawai, ya itu belanja anggota

dewan. Tapi kan kalau sekwan, SKPD mereka belanja modal dan belanja pegawai. Nah

itu harus ada pertanggungjwabannya. Nah ketika DPRD menggunakan anggaran itu

pertanggungjwabannya ada di kesekretariatan dewan. Nah kalau, misalnya begini

dewan melakukan kegiatan yang suka menjadi temuan BPK adalah ketika dewan

melakukan kegiatan hanya fiktif, nah itu yang menjadi temuan. Tapi kalau dewan itu

Page 133: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

tidak melakukan kunjungan fiktif ya tidak ada temuan, nah sejauh ini kota tangerang

tidak ada. Karena kita kan hanya untu belanja pegawai belanja tidak langsung. Kalau

dewan itu hanya belanja tidak langsung.

Page 134: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

HASIL WAWANCARA DENGN HARTOTO KETUA KOMISI I BIDANG

PEMERINTAHAN DPRD KOTA TANGERANG,

13 OKTOBER 2016

R : Apa yang menjadi landasan DPRD dalam melakukan pengawasan fungsi pengawasan ?

HT : Landasan kita anggota dewan dalam melakukan fungsi pengawasan tentu berdasarkan

undang-undang yang mengatur termasuk tata tertib dewan yang kita punya. Jadi semua

kegiatan dewan harus didasarkan pada itu semua.

R : Bagaimana mekanisme/prosedur pengawasan yang dilakukan DPRD terkait pelaksanaan

APBD Kota Tangerang ditahun anggaran 2015 ?

HT : Mekanisme yang dewan lakukan dalam tata kelola keuangan ya kita awasi baik pada

saat perencanaan, pelaksanaan dan pelaporanya, itu saja. Kalau prosedur ya sudah

diatur dalam undang-undang dan itu harus patuhi bersama antara DPRD dengn pihak

eksekutf.

R : Bagaimana Bentuk dari pengawasan DPRD terhadap tatakelola keuangan daerah ?

HT : Bentuk pengwasan itu sendiri, jadi begini, kami anggota dewan setiap komisi

memanggil SKPD-SKPD terkait untuk menanyakan terkait dengan hasil kerja termasuk

penggunaan anggaran, nanti dari situ kita tau bagaimana pencapaian target. Sesuai gak

nih dengan perencanaan, seperti itu.

R : Adakah batasan DPRD dalam melakukan fungsi pengawasan? Jika ada, dalam hal apa?

HT : Tidak ada, batasan selama kita patuh dan tunduk kepada undang-undang , terus

melakukannnya berdasarkan dasar hukum kita ya ok ok saja. Kita lakukan terus

pengawasan

R : Dalam menjalankan fungsi pengawasan apakah DPRD menjalan kerjasama dengan pihak

eksekutif ?

HT : Tentu ya kita ini kan bagian dari pemerintah juga, ya untuk proses pelaksanaannya kita

harus kerjasama agar hasilnya maksimal dan sesuai dengan apa yang sudah kita

Page 135: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

rencanankan. Kalau gak gitu bisa ribut terus kita kan yang kasihan masyarakatnya juga.

Makanya hubungan harus tetap di jaga

R : Kapan Fungsi Pengawasan terhada APBD mulai dilakukan ?

HT : Semenjak menjabat ya semenjak itu juga pengawasan sudah bisa dilakukan. Tentu

berdasarkan tugasnya masing-masing. Komisi I dengan mitra komisi I, komisi yang

lainpun sepertu itu.

R : Apakah dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap APBD semua anggota

melakukannya?

HT : Semua anggota dewan wajib melakukan fungsi pengawasan, tanpa pengecualian, karena

kita kan diminta kan pertanggungjawaban seperti itu.

R : Sejauh ini dalam melakukan pengawasan apakah ada kode etik yang diberlakukan ?

HT : Kode etik yang diberlakukan tentu ada untuk menjamin kita anggota dewan tidak

melakukan hal yang menyimpang. Tapi sejauh ini tidak ada kode etik yang sudah

diberlakukan karena semuanya sampai saat ini berjalan cukup baik.

R : Apakah ada aturan-turan khusus yang harus ditaati oleh DPRD dalam melaksanakan

fungsi pengawasan?

HT : Aturan secara khusus sih tidak y, karena semua kan sudah dia atur dalam undang-

undang sudah ada dasar hukum kita dalam melakukan fungsi pengawasan seperti itu.

R : Selama melaksanakan fungsi pengawasan pada APBD 2015, apakah ada temuan

penyimpangan anggaran yang dilakukan Pemerintah Kota Tangerang? Jika ada,

tindakan apa yang DPRD lakukan terhadap penyimpangan tersebut

HT : Sejauh ini tidak ada temuan yang berarti dalam pengertian kalaupun ada masih dalam

tataran yang tidak begitu besar masalahnya dan masih bisa diatasi. Ya kalau ada tentu

kita tindak, tentu melalui mekanisme yang ada. Seperti kita lakukan pemanggilan untuk

kita minta klarifikasi masalahnya apa. Itu saja sih.

R : Selama melaksanakan fungsi pengawasan, apa saja tantangan dan hambatan yang

dialami DPRD?

Page 136: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

HT : Hambatan dan tantangan pasti ada ya, apalagi DPRD itu kan beda-beda partai. Misalnya

pengetahuan dan pemahaman antar anggota dewan yang berbeda, ditambah

kepentingan antara fraksi juga berbeda-beda itu juga hambatan. Belum lagi hambatan-

hambatan lain. Kalau tantangan ya paling saat kita melakukan fungsi itu sendiri berhasil

perda yang kita buat nih, terus angaran yang sudah kita sahkan bagaimana kembali lagi

kan kepada pengawasn. Makanya pengawasan itu penting untuk memastikan apa yang

sudah ditetapkan itu berjalan atau tidak.

R : Apakah cara kepemimpina eksekutif menjadi hambatan tersendiri bagi DPRD dalam

melaksanakan fungsi pengawasan?

HT : Owh , sejauh ini sih tidak ya karena hubungannya kita juga cukup baik lah. Karena

kalau ga gitu repot kita menjalankan roda pemerintahan.

R : Bagaimana solusi DPRD dalam menyikapi kendala-kendala yang dihadapi?

HT : Kalau solusi ya paling kita sering-sering komuikasi aja sih, satu sama lain saling ngasih

masukan melalui rapat-rapat, musyawarah-musyawarah. Selain itu juga kan kita

melakukan study banding atau kunjungan-kunjungan itu juga untuk dalam rangka

menambah wawasan kita selaku anggota dewa.

R : Apa hasil yang diperoleh DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan?

HT : Hasil ya itu tadi, melalui pengawasan kita bisa ngukur sejauh mana capaian yang sudah

kita raih. Nah kalau dalam tatakelola keuangan sejauh ini kan bisa di liat Kota Tangerang

sudah delapan kali mendapatkan WTP. Itu berarti tatakelola keuangan udah cukup baik.

Berarti pengawasan yang dilakukan juga cukup baik. Ya kan dengan adanya pengawasan

pemerintah lebih hati-hati dalam penggunaan anggarannya gitu.

R : Bagiamana bentuk laporan yang dilakukan dan dikeluakan DPRD terkait dengan fungsi

pengawsan?

HT : Biasanya sih kita buat laporan, berbentuk laporan, ada di sekretariatan dewan kalau itu

yah nanti coba ditanya aja ke bagian risdang.

Page 137: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

KEMENTERIANAGAMAUNrVE&SITAS rSLAM NEGERT ttlrN)SYARE' HIDAYAIULLAH JAKARTA

EAKULTAS TLMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKJl. Kertsmukri No. 05. Pisaagra Cipu$f 15419 Jik3rta SelatinTelp. 021 -?470521 5, fax. 021-74702013 Wekke : wvw.uinjk.ae.i4 S-mail : [email protected]

1ry@

Nomor :Un.Olff11/PP.00.9/84212015Lampiran : I BundelHal : Permohonan Pembimbing Skripsi

NamaNIMProdiJudul **Ort

,.

Ternbusan:t. Wuq"tBidangAkademik;2. Kasub AAK;3. Kasub Pereneanaan Keuangan.

Jakarta 01 Oktober20l5

Romlih11r1112000066Ilmu PolitikFungsi dan Peran Pengawasan DPRD Kota TangerangDalam Tata Kelola Keuangan Pemerintah Daerah Tahun2014-2415

Kepada Yth.Bapaki lbu Dra. Gefarina Djohan, MA.Dosen Fakultas llmu Sosial dan Ilmu PolitikUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Assalamir'alaikurn $fr. Wb,

Dengan horrnat kami sampaikan, pimpinan Fakultas Ilmu Sosial dan lhnuPolitik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jaka$a menugaskan Bapak/ Ibu untukmenjadi Pembimbing skripsi mahasiswa:

Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan adalah sebagai berikut:1. Topik bahasar,r dan outline bila dianggap perlu dapat dilakukan perubahan dan

p€nyempumEutrl;2. Tehnik penulisan agar merujuk kepada buku.pedor;ran penulisan skripsi FISIP '

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;3. Bimbingan dilakukan secara terarah

Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu' alikum Wr. Wb.

..,. An. Dekan FISIP

;#!;*UgU. Prqgi Ilmu Politik';4."

f:#"-?'.ri :&

ir, I'd t,

,'1 W'""inlirD$ Iding Rosyidin, M.si.t".,.i.ffi"r$ilP. 19701013 2009)1 I 0$3

,Y

+*'.

Page 138: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

tr{EMENTERIAIT AGAlVIAuNrvEItsrTAs rslana NEGERI (UIN)S YARIF I{IDAYATULL^A.II JAKAIIIA

FAI(ULTAS ILlt,{U SOSIAL DA]\I ILll,IU POLITII(Jl. Ifurtomukti, Pisangan, Ciptat 15419 Jakarta SelaunTelp. 021-7470s215. 74705959, 74702013, Fax. 021-74702013 Wehite: www.uirjkt.ac,G E mail ; fisip*[email protected]

KONSULTASI BIMBTNGAN SKIPSI MAHASISWA .

Rornlihr11il12000066Ilnru Sosial dan Ilmu Politik I llmu PolitikFungsidan Peran Pengawasan DPRD Kota Tangerang Dalam Tata KelolaKeuangan Pernerintah Daerah Tahun 2014 - 2Al5Dra, Getarina Djohan, MA

?^h*[raf an V^L,

8ev""t i SaL T

t\ - nf*{- fe***a.rcr &Ae' {

{

I (w. &+- (

/?"*, La' L*9 "' A"$

?-)*tt-

P"'r " baL n r 6

PRESENSI

NamaNIN4FalCProdiJudul Skripsi

Pernbimbing

I

Gi

li(,uryil-Stt -Nr)/-&

Sentrt ,

tS- oI -aoti

W-Wa-{&

f**b

fu.

&@h,l\. 'l

tu;

IU

/ r..

1V

p*"lr*'h caJP^'

p,€,*8tt

*^*

t

Hari/Tgl Materi yang Dikonsultasikan

fty*u*k* 4 f*{oilx'l*- kl'*t b*s

Page 139: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42033/1/ROMLIH-FISIP.pdf · FUNGSI PENGAWASAN DPRD (Studi Terhadap Tatakelola Keuangan Pemerintah

I(EMENTERIAN AGAMAUNTYERSITAS ISLAlVI NEGERT (UrxlSYARI}. HIDAYATULLAE JAI(AR:TA

HAI(U[,'Th.S ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITII(Jl. Kertamukti, Pisangaa, Ciputat 15419 Jakarte SelafeaTelp. 021-747O5215, 14705959, ?4?o2013, Fax. OZt-7A7tml3

Nama

NIM .1

Fak/Prodi

Judul Skripsi

Website : www.uiajkt.ac.id; E-mail : fi*ip*[email protected]

SURAT PtrRNYATAANKESEDIAAN PEMBIMBING SKRI PSI

felah saya tcrin'la proposal skripsi sebagai berikut :

Romlih

111111200s066

Ilmu Sosial dan tlmu Politik / Ilrnu Politik

Fungsi dan Peran Pengawasan DPRD Kota Tangel'ang Dalam

Tata Kelola Keuangan Pemerintah Daerah"fahutr 2ill4 - 2015

DenganinisayanrenyatakanBERSEDIAlwmenjadipembimbingskripsi mahasiswa tersebut di atas.

0l Oktober 2015